ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

Download The result showed the proportion of early menarche in SMP Swasta Harapan 1 and 2 ... in 2014 as much as 60.3% and 39.7% incidence of normal...

0 downloads 428 Views 199KB Size
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MENARCHE PADA SISWI DI SMP SWASTA HARAPAN 1 DAN 2 MEDAN TAHUN 2014 Rizvya Fildza1, Sori Muda2, Jemadi2 1

Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2 Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155

ABSTRACT Menarche is the first menstruation occurs in female adolescents. While early menarche is first menstruation that occured under the age of 12 years. Based on the results Riskesdas in 2010, that 5.2% of children in 17 provinces in Indonesia experienced menarche under the age of 12 years. Research conducted in SMP N 30 Semarang in 2012 showed the prevalence of early menarche of 23.6%. Early menarche is a risk factor for malignant disease. Preliminary survey results show that from 41 students 58.64% of them experienced early menarche and the rest normal menarche. To determine the factors related to menarche in girls in SMP Swasta Harapan 1 and 2 Medan, conducted a study using cross-sectional research design. The samples were taken by purposive sampling as many as 131 students. Data were analyzed by descriptive univariate and bivariate using the chi square test with 95% CI. The result showed the proportion of early menarche in SMP Swasta Harapan 1 and 2 Medan in 2014 as much as 60.3% and 39.7% incidence of normal menarche. Furthermore, the age of menarche were largely normal mothers 67.9%, normal nutritional status 53.4% , good habit diet 70.2%, bad habit of watching tv 75.6%, poor exercise habits 81.7%. The results of the bivariate analysis there are four variables that have a significant relationship with the occurrence of menarche is maternal age of menarche (p = 0.001), nutritional status (p = 0.001), diet (p = 0.001), the habit of watching tv (p=0.028) whereas exercise habits are not have a significant relationship (p=0,243). It is expected that the student in order to implement a balanced nutritional diet and regular exercise so won’t increase the risk factor for the occurrence of malignant disease. Keywords: Menarche, Adolescent, Risk factors Pendahuluan Menurut World Health Organization (WHO) yang dikatakan remaja adalah pada rentang usia 12 sampai 24 tahun. Namun, menurut Departemen Kesehatan di Indonesia yang dikatakan remaja adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun.1 Kematangan seksual pada remaja ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer dan ciri seks sekunder. Ciriciri seks primer ini berbeda antara anak laki-laki dan perempuan. Pada anak

perempuan ciri-ciri seks primer ini ditandai dengan munculnya periode menstruasi, yang disebut dengan menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali terjadi.2 Sejalan dengan perkembangan zaman, usia menarche cenderung mengalami penurunan pada 3 dekade terakhir. Di Amerika, pada tahun 1900-an umur menarche yaitu berkisar pada 17 tahun sedangkan pada tahun 1973 sudah berada pada usia 12,8 tahun dan cenderung stabil pada tahun selanjutnya.3 Sebuah

penelitian yang dilakukan di Kanada pada tahun 2001 menunjukkan bahwa rata-rata usia menarche pada remaja di negara tersebut adalah 12,72 tahun. Bila dibandingkan dengan penelitian yang diterbitkan antara tahun 1995-1998 dengan negara-negara maju lainnya, rata-rata usia menarche di Kanada lebih rendah dari usia rata-rata yang dilaporkan di Australia dan Rusia mempunyai rata-rata usia menarche yang sama yaitu, 13 tahun sedangkan di Norwegia 13,2 tahun.4 Penelitian yang sama dilakukan di India pada tahun 2008 menunjukkan bahwa, usia rata-rata remaja mengalami menarche adalah pada usia 12,62 tahun.5 Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, bahwa 5,2% anak-anak di 17 provinsi di Indonesia mengalami menarche di bawah usia 12 tahun. Sehingga Indonesia menempati urutan ke 15 dari 67 negara dengan penurunan usia menarche mencapai 0,145 tahun per 6 dekade. Penelitian yang dilakukan di SMP N 30 Semarang pada tahun 2012 menunjukkan angka prevalensi menarche dini yaitu siswi yang megalami menarche dibawah umur 12 tahun di sekolah tersebut sebesar 23,6%.7 Penelitian yang dilakukan di Kota Medan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa usia rata-rata menarche pada remaja adalah 12,19 tahun.8 Faktor yang mempengaruhi usia menarche di kalangan remaja adalah faktor genetik, etnis, psikologis, status gizi, pola makan dan kebiasaan berolahraga. Faktor lingkungan seperti kediaman di kota atau luar kota, pendapatan keluarga (sosial ekonomi), tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi perkembangan pubertas pada remaja.9,10 Pertumbuhan yang pesat, kematangan seksual, perubahan komposisi tubuh pada masa remaja menyebabkan nutrisi merupakan hal yang penting pada remaja. Keanekaragaman konsumsi makanan dan faktor genetik diteliti sebagai indikator utama timbulnya kejadian menarche dini di kalangan remaja.11

Menurut Bustan, kejadian menarche dini yang terjadi dewasa ini, dapat menjadi suatu faktor resiko terjadinya penyakit keganasan, seperti kanker payudara.12 Namun menurut Proverawati, menarche dini tidak hanya sebagai faktor resiko penyakit kanker payudara tetapi juga sebagai faktor resiko dari kanker serviks dan mioma uteri.9 Usia menarche telah dikaitkan dengan pernikahan dini dan persalinan pertama yang lebih cepat terutama di negara-negara berkembang yang merupakan faktor resiko kejadian kanker payudara, kanker ovarium, dan penyakit lainnya.13 Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan survei pendahaluan di SMP Swasta Harapan 2 Medan yang mempunyai siswi dengan status sosial ekonomi yang baik. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada 41 orang siswi yang telah mengalami menstruasi, 58,54% diantaranya mengalami menarche dini. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian menarche di tempat tersebut. Rumusan masalah penelitian ini adalah belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian menarche pada siswi di SMP Swasta Harapan1 dan 2 Medan. Adapun tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan menarche ibu, status gizi, pola makan, kebiasaan menonton televisi dan kebiasaan berolahraga terhadap kejadian menarche dini pada siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan. Sedangkan tujuan khusus pada penelitian ini yaitu, untuk mengetahui prevalens menarche pada siswi, distribusi proporsi kejadian menarche, mengetahui hubungan antara menarche ibu dengan kejadian menarche, mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian menarche, mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian menarche, mengetahui hubungan kebiasaan menonton televisi dengan kejadian menarche,

mengetahui hubungan kebiasaan berolahraga dengan kejadian menarche. Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan informasi kepada pihak sekolah mengenai kejadian menarche dan dampaknya yang dapat ditindak lanjuti dengan cara melakukan penyuluhan kepada siswi yang dapat dilakukan dengan cara bekerja sama dengan lembaga terkait. Bagi responden dapat menambah wawasan mengenai dampak yang ditimbulkan serta pencegahan yang dapat dilakukan dari kejadian menarche. Sebagai masukan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan dan dapat dijadikan referensi. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan mengenai permasalahan pada ilmu kesehatan masyarakat khususnya pada kejadian menarche dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan. Penelitian ini dimulai dari bulan Januari – Agustus 2014. Populasi adalah semua siswi SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan dari kelas VII dan VIII yang telah mengalami menstruasi. Sampel adalah sebagian siswi SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan yang berada pada kelas VII dan VIII yang telah mengalami menstruasi yang dihitung menggunakan rumus dengan hasil 131 siswi. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui proses wawancara menggunakan kuesioner dengan siswi dan data sekunder yang diperoleh dari sekolah. Data univariat dianalisis secara deskriptif sedangkan data bivariat dianalisis dengan metode chi square kemudian dilakukan penghitungan ratio prevalence (RP).

Hasil dan Pembahasan Penelitian yang dilakukan terhadap 131 siswi SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan diperoleh proporsi kejadian menarche. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1

No 1 2

Proporsi Kejadian Menarche di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014 Kejadian Proporsi Frekuensi Menarche (%) Menarche 79 60,3 Dini Menarche 52 39,7 Normal Jumlah

131

100,0

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa proporsi kejadian menarche dini pada siswi SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan Tahun 2014 adalah 60,3%. Sedangkan proporsi kejadian menarche normal pada siswi SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan Tahun 2014 sebesar 39,7%, dengan rata-rata usia menarche pada siswi yaitu 11,11 ± 0,80 tahun. Usia menarche terendah dari responden yaitu 9 tahun sebanyak 3 orang (2,3%) dan yang tertinggi pada usia 13 tahun sebanyak 4 orang (3,1%). Penelitian yang dilakukan oleh Anni Kartika pada tahun 2009 di Jakarta Timur, juga menunjukkan rata-rata umur menarche pada remaja putri yaitu 11,42 ± 0,93 tahun.14 Distribusi proporsi umur menarche ibu pada siswi SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2

Distribusi Proporsi Umur Menarche Ibu Pada Siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014

No

Usia Menarche

Frekuensi

Proporsi (%)

1

Dini

42

32,1

2

Normal

89

67,9

Jumlah

131

100,0

Berdasarkan tabel 2 diatas, dapat dilihat bahwa proporsi umur menarche ibu

dari siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014, yang paling banyak adalah ibu dengan usia menarche normal sebanyak 89 orang (67,9%) dan yang paling sedikit adalah ibu dengan usia menarche dini sebanyak 42 orang (32,1%). Distribusi proporsi responden berdasarkan status gizi pada siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3

Distribusi Proporsi Status Gizi Pada Siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014 Status Frekuensi Proporsi (%) Gizi Kurus 12 9,2 Sekali Kurus 14 10,7 Normal 78 59,5 Gemuk 14 10,7 Obesitas 13 9,9 Jumlah 131 100,0

No 1 2 3 4 5

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan status gizi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014, yang paling banyak adalah status gizi normal sebanyak 78 orang (59,5%), kemudian status gizi kurus dan gemuk sebanyak 14 orang (10,7%), selanjutnya obesitas dengan 13 orang (9,9%), dan yang terakhir adalah kurus sekali sebanyak 12 orang (9,2%). Distribusi proporsi pola makan yang dinilai berdasarkan asupan gizi dan frekuensi makan pada siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4

No 1 2 3 4

1 2

Distribusi Proporsi Pola Makan Pada Siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014 Pola Makan f % Siswi Asupan Gizi Baik 39 29,7 Sedang 53 40,5 Kurang 25 19,1 Defisit 14 10,7 Jumlah 131 100,0 Frekuensi Makan Buruk 80 61,1 Baik 51 38,9 Jumlah 131 100,0

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan pola makan dengan menghitung asupan gizi pada siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014, yang paling banyak adalah asupan gizi sedang sebanyak 53 orang (40,5%), kemudian siswi dengan asupan gizi yang baik sebanyak 38 orang (29,0%), sedangkan siswi dengan asupan gizi kurang sebanyak 26 orang (19,8%) dan yang terakhir yang memiliki asupan gizi defisit sebanyak 14 orang (10,7%). Proporsi responden berdasarkan pola makan dengan menghitung frekuensi makan yaitu, frekuensi makan buruk sebanyak 80 orang (61,1%) sedangkan yang memiliki frekuensi makan baik sebanyak 51 orang (38,9%). Distribusi proporsi kebiasaan menonton televisi pada siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014, dapat dilihat pada tabel 5 Tabel 5

No

Distribusi Proporsi Kebiasaan Menonton Televisi Pada Siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan Tahun 2014 Kebiasaan Proporsi Menonton Frekuensi (%) TV

1

Buruk

99

75,6

2

Baik

32

24,4

Jumlah

131

100,0

Berdasarkan tabel 5 diatas, dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan kebiasaan menonton televisi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014 adalah yang mempunyai kebiasaan menonton televisi dengan buruk sebesar 99 orang (75,6%) dan yang mempunyai kebiasaan menonton televisi dengan baik yaitu 32 orang (24,4%). Distribusi proporsi kebiasaan berolahraga pada siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 6.

Analisis Bivariat

(2,98 - 23,02) artinya siswi dengan ibu menarche dini 8,28 kali perkiraan resikonya untuk mengalami menarche dini dibandingkan siswi dengan ibu menarche normal. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Ong dkk pada tahun 2007 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang konsisten antara ibu yang mengalami menarche dini dengan percepatan pertumbuhan, kenaikan berat badan, peningkatan massa lemak tubuh serta resiko obesitas di kemudian hari bagi anaknya. Gen-gen apa saja yang berpengaruh masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, namun faktor genetik ini mempengaruhi aktivitas hormon seks yang disebabkan karena adanya aktivasi hormon seks sentral dan perifer pada masa bayi.15

Hubungan Umur Menarche Ibu dengan Kejadian Menarche

Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Menarche

Tabel 6

No 1 2

Distribusi Proporsi Kebiasaan Berolahraga Pada Siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014 Kebiasaan Proporsi Frekuensi Berolahraga (%) Baik 24 18,3 Buruk 107 81,70 Jumlah

131

100,0

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa proporsi kebiasaan berolahraga pada siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014, yang paling banyak yaitu yang mempunyai kebiasaan berolahraga buruk sebanyak 107 orang (81,7%), dan yang paling sedikit yaitu yang mempunyai kebiasaan berolahraga baik sebanyak 24 orang (18,3%).

Tabel 7

Menarche Ibu

Tabulasi Silang Hubungan Umur Menarche Ibu Dengan Kejadian Menarche Pada Siswi Di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan Tahun 2014 Dini

Normal

Jlh

Dini

f 37

% 88,1

f 5

% 11,9

f 42

% 100

Normal

42

47,2

47

52,8

89

100

Tabel 8

χ2 / p

RP 95% CI

Status Gizi

19,9 44 / 0,00 1

8,28 (2,98– 23,0 2)

Gemuk

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa prevalens rate kejadian menarche dini pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche dini adalah 88,1 %, sedangkan pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche normal adalah 47,2%. Prevalens rate kejadian menarche normal pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche dini adalah 11,9%, sedangkan pada siswi yang mempunyai ibu dengan umur menarche normal adalah 52,8%. RP ibu yang mempunyai umur menarche dini dibandingkan dengan ibu yang mempunyai umur menarche normal dihubungkan terhadap kejadian menarche pada siswi adalah 8,28 dengan 95 % CI

Tabulasi Silang Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Menarche Pada Siswi Di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan Tahun 2014 Menarche Menarche Jlh Dini Normal f % f % f % 20 52,6 8 47,4 38 100

Normal

51

72,9 9

27,1

70

100

Kurus

8

34,81 5

65,2

23

100

χ2 / p

RP 95% CI

10,82/ 0,00 1

2,42 (1,06 5,52) 0,19 (0,07 0,54)

Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui hasil tabulasi silang antara status gizi dengan kejadian menarche pada siswi SMP Swasta Harapan 1 dan 2 yang menunjukkan pada kelompok siswi dengan status gemuk 20 orang (52,6%) mengalami menarche dini, sedangkan 18 orang (47,4%) mengalami menarche normal. Pada siswi dengan status gizi normal 51 orang (72,9%) mengalami menarche dini, sedangkan 19 orang (27,1%) mengalami menarche normal. Terdapat 8 orang (34,8%) yang berstatus kurus mengalami menarche dini, sedangkan 15 orang (65,2%) mengalami menarche normal.

RP siswi dengan status gizi gemuk dibandingkan dengan siswi yang berstatus gizi normal dihubungkan terhadap kejadian menarche pada siswi adalah 2,42 dengan 95 % CI (1,057 – 5,520) artinya siswi dengan status gizi gemuk 2,42 kali perkiraan resikonya mengalami menarche dini dibandingkan dengan siswi dengan status gizi normal. Sedangkan RP siswi dengan status gizi kurus dibandingkan dengan siswi yang berstatus gizi normal dihubungkan dengan kejadian menarche pada siswi adalah 0,19 dengan 95% CI (0,073 – 0,544) artinya siswi dengan status gizi kurus 0,19 kali perkiraan resikonya untuk mengalami menarche dini dibandingkan dengan siswi dengan status gizi normal. Umumnya, remaja yang tinggi dan mempunyai berat badan lebih dengan massa tubuh yang besar akan mengalami usia menarche yang cenderung lebih muda. Semakin baik keadaan gizi seseorang maka akan semakin cepat usia menarchenya. Beberapa ahli mengatakan bahwa remaja yang mempunyai banyak lemak cenderung mengalami menarche dini dibandingkan dengan remaja yang lain.10 Indeks massa tubuh remaja yang kurus juga tidak semata-mata merupakan kondisi yang terbaik. Tubuh yang terlalu kurus juga akan menimbulkan penyakitpenyakit lain pada remaja. Indeks massa tubuh kurus disini berkisar antara 17 – 18,5 kg/m2. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Menarche Tabel 9

Pola Makan

Tabulasi Silang Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Menarche Pada Siswi Di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan Tahun 2014

Menarche Dini

Menarche Normal

Jlh

f

%

f

%

f

Buruk

70

64,2

39

35,8

109 100

Baik

9

40,9

13

59,1

22

χ2 / p

RP 95% CI

4,155/ 0,042

2,59 (1,02 – 6,61)

%

100

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa prevalens rate kejadian menarche dini pada siswi yang mempunyai pola makan baik adalah 69,6 %, sedangkan pada siswi yang mempunyai pola makan buruk adalah 38,5%. Prevalens rate kejadian menarche normal pada siswi yang mempunyai pola makan baik adalah 30,4%, sedangkan pada siswi yang mempunyai pola makan buruk adalah 61,5%. RP siswi yang mempunyai pola makan buruk dibandingkan dengan siswi dengan siswi yang mempunyai pola makan baik terhadap kejadian menarche adalah 2,59 dengan 95% CI (1,02-6,61) artinya siswi dengan pola makan buruk 2,59 kali prkiraan resikonya mengalami menarche dini diandingkan dengan siswi dengan pola makan baik. Tubuh memerlukan minimal 17% kadar lemak agar seorang remaja mengalami menarche, lemak berpengaruh terhadap kadar leptin dan estrogen dalam tubuh. Kualitas asupan makanan mempengaruhi usia menarche. Hormon yang berhubungan menimbulkan rasa kenyang dihasilkan oleh sel lemak yang mungkin dapat menjadi penghubung antara berat badan dan pubertas.16 Lemak tubuh merupakan determinan yang penting dalam sistem reproduksi karena lemak tubuh berhubungan dengan produksi hormon estrogen. Konsumsi protein hewani serta asupan daging yang tinggi dikaitkan dengan usia menarche yang lebih awal. Sebaliknya, konsumsi protein nabati dikaitkan dengan usia menarche yang lebih lambat. Konsumsi protein hewani yang tinggi meningkatkan kadar IGF-1 dan pertumbuhan, yang juga dapat mempercepat usia menarche. IGF-1 berkontribusi selama terjadinya proses pubertas dan berpengaruh sebagai pemberi sinyal pada estradiol.17

Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Kejadian Menarche Tabel 10

Kebia saan Nonton TV Buruk Baik

Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan Menonton Televisi Dengan Kejadian Menarche Pada Siswi Di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan Tahun 2014

Menarche Menarche Dini Normal f 65 14

%

f

65,7 34 43,8 18

%

Jlh f

%

34,3 99

100

56,3 32

100

χ 2/ p

RP 95% CI

4,848 / 0,028

2,46 (1,09 – 5,54)

Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa prevalens rate kejadian menarche dini pada siswi yang mempunyai kebiasaan menonton TV dengan buruk 65,7%, sedangkan pada siswi yang mempunyai kebiasaan menonton TV baik adalah 43,8%. Prevalens rate kejadian menarche normal pada siswi yang mempunyai kebiasaan menonton TV buruk adalah 34,3%, sedangkan pada siswi yang mempunyai kebiasaan menonton TV baik adalah 56,3%. RP siswi yang mempunyai kebiasaan menonton TV buruk dibandingkan dengan siswi yang mempunyi kebiasaan menonton TV baik terhadap kejadian menarche adalah 2,46 dengan 95% CI (1,09-5,54) artinya siswi dengan kebiasaan menonton TV buruk 2,46 kali perkiraan resikonya mengalami menarche dini dibandingkan dengan siswi yang mempunyai kebiasaan menonton TV baik. Menonton televisi lebih dari 3 jam dapat mengganggu produksi hormon melatonin, yang berperan pada pelepasan hormon GNRH. Hal tersebut terbukti bahwa kelompok remaja yang mengalami menarche dini mempunyai kadar 18 melatonin yang rendah. Rangsangan-rasangan yang mereka dapat dari menonton film-film yang bukan untuk kelompok umur mereka membuat reaksi-reaksi seksual pada remaja meningkat, sehingga mereka akan menjadi matang lebih cepat dibandingkan yang seharusnya. Tontonan yang mengarah

sensualitas akan mempercepat pematangan hormon FSH sebagai akibat dari rangsangan ke otak. Informasi seksual juga dapat mempengaruhi hipofisis untuk mensekresi FSH sehingga akan mempercepat usia menarche.19 Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Kejadian Menarche Tabel 11 Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan Berolahraga Dengan Kejadian Menarche Pada Siswi Di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan Tahun 2014 Kebiasaan olahraga

Menarche Dini

Menarche Normal

Baik

f 17

% 70,8

f 7

% 29,2

Buruk

62

57,9

45

42,1

Jlh

f 24

χ2 / p

% 100 1,36 1/ 107 100 0,24 3

RP 95% CI

1,76 (0,68 – 4,61)

Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa prevalens rate kejadian menarche dini pada siswi yang mempunyai kebiasaan berolahraga dengan baik 70,8%, sedangkan pada siswi yang mempunyai kebiasaan berolahraga buruk adalah 57,9%. Prevalens rate kejadian menarche normal pada siswi yang mempunyai kebiasaan berolahraga baik adalah 29,2%, sedangkan pada siswi yang mempunyai kebiasaan berolahraga buruk adalah 42,1%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,243. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan menonton TV dengan kejadian menarche pada siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan a. Proporsi Prevalens kejadian menarche pada siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014 adalah kejadian menarche dini 60,3% dan kejadian menarche normal 39,7%. b. Terdapat hubungan yang bermakna antara umur menarche ibu dengan kejadian menarche pada siswi di SMP

c.

d.

e.

f.

Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014 (RP=8,28 ; 95% CI=2,98–23,02). Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian menarche pada siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014 (RP=2,42 ; 95% CI= 1,06-5,52 dan RP=0,19 ; 95% CI= 0,07-0,54). Terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan dengan kejadian menarche pada siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014 (RP=3,66 ; 95% CI=1,67-8,00). Terdapat hubungan yang bermakna kebiasaan menonton televisi dengan kejadian menarche pada siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014 (RP = 2,458 ; 95% CI=1,09–5,54). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan berolahraga dengan kejadian menarche pada siswi di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014.

dengan iklan layanan masyarakat tentang pola makan gizi seimbang. Daftar Pustaka 1.

2.

3.

4.

5.

2. Saran a. Diharapkan kepada siswi yang mengalami menarche dini untuk menerapkan pola makan gizi seimbang salah satunya dengan lebih banyak mengkonsumsi protein nabati seperti tahu dan tempe dibandingkan dengan protein hewani, serta mengurangi konsumsi makanan sumber lemak seperti ayam goreng cepat saji, pizza, sosis, hamburger, serta cokelat. b. Diharapkan kepada siswi untuk melakukan olahraga secara teratur agar memiliki massa tubuh ideal sehingga tidak memperbesar faktor resiko untuk menderita penyakit keganasan setelah mengalami menarche dini. c. Diharapkan kepada pemerintah serta lembaga terkait untuk melakukan pembatasan terhadap iklan makanan olahan maupun makanan siap saji yang tidak baik bagi kesehatan karena lemak, protein, karbohidrat yang tinggi namun rendah serat dan dapat menggantinya

6.

7.

8.

Feig R. 2002. First Aid For The Obstetrics And Gynecology Clerkship. Mc Graw Hill. Singapura Mar’at S. 2013. Psikologi Perkembangan. Remaja Rosdakarya. Bandung Silva DP. 2005. Menarche And Lifestyle. Wisconsin Medical Journal Vol 104 No.7. Diakses pada tanggal 17 Februari 2014 Al-Sahab et al. Age At Menarche In Canada : Results From The National Longitudinal Survey Of Children & Youth. BMC Public Health 2010. 10:736. Available from : http://www.biomedcentral.com/14712458/10/736 Rokade SA, A Mane. 2008. A Study Of Age At Menarche, The Secular Trend And Factors Associated With It. The Internet Journal Of Biological Anthropology Volume 3 Number 2. Silvana S. 2008. Pemodelan Usia Menarche Dengan Regresi Logistik Ordinal Dan Metode CHAID Pada Siswi SMP Di Kota Depok. Tesis Institut Pertanian Bogor. Susanti AV. 2012. Faktor Resiko Kejadian Menarche Dini Pada Remaja Di SMP 30 Semarang. Skripsi Universitas Diponegoro.

Warita P. 2009. Gambaran Usia Menarche Pada Remaja Putri Di SMP Shaffiyatul Ammaliyyah Dan SMP Nurul Hasanah Kota Medan. Skripsi Universitas Sumatera Utara. 9. Proverawati A, Misaroh. 2009. Menarche : Menstruasi Pertama Penuh Makna. PT. Nuha Medika. Yogyakarta 10. Karapanou O, Anastasios P. 2010. Determinants of Menarche. Reproductive Biology and

11.

12.

13.

14.

15.

16.

Endocrinology Journal. Diakses pada 17 Februari 2014 Rigon F, Lurgi B, Sergio B, et al. 2009. Update On Age At Menarche In Italy : Toward The Levelling Of The Seculer Trend. Journal Of Adolescence Health. Diakses pada 16 Februari 2014 Bustan MN. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta. Rah Jee, Shamim, Abu Ahmed, et al. 2009. Age Of Onset, Nutritional Determinants, And Seasonal Variations In Menarche In Rural Bangladesh. Journal Health Population and Nutrition. Diakses pada 05 Februari 2014. Putri AK. 2009. Hubungan Antara Status Gizi, Status Menarche Ibu, Media Massa dan Aktivitas Olahraga Dengan Status Menarche Siswi SMP Islam AL-Azhar Rawamangun Jakarta Timur. Skripsi FKM UI. Ong KK, et all. 2007. Earlier Mother’s Age At Menarche Predicts Rapid Infancy Growth And Childhood Obesity. PlosMed 4 (4) : e 132. Santrock JW. 2002. Life – Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Erlangga. Jakarta

17. Joel MD. 2011. Girls Are Reaching Puberty Earlier Than Ever. Available from: http://www.diseaseproof.com/children -girls-are-reaching-puberty-earlierthan-ever.html. Diakses pada tanggal 17 Februari 2014 18. Sigman A. 2007. Visual Vodoo : The Biological Impact Of Watching TV. Biologist, 54, 12-17. 19. Brown JD. 2005. Mass Media As Sexual Super Peer For Early Maturating Girls. Journal Of Adolescent Health Vol. 36 : 420-427.