ANALISIS GELOMBANG OTAK MENGGUNAKAN EEG SATU

Download JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5. 1. Abstrak—Brain-Computer Interface (BCI) adalah jalur komunikasi langsung antara otak dan ...

0 downloads 428 Views 338KB Size
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5

1

ANALISIS GELOMBANG OTAK MENGGUNAKAN EEG SATU CHANNEL UNTUK MENGIDENTIFIKASI KELELAHAN SUPERVISOR PABRIK MENGGUNAKAN METODE MEANS COMPARISON TEST (MCT) Nanda Andharu F.P.(1), Dr.Eng. Febriliyan Samopa, S.Kom, M.Kom(2), Radityo Prasetyanto W., S.Kom, M.Kom(3) Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected](1), [email protected](2), [email protected](3)

Abstrak—Brain-Computer

Interface (BCI) adalah jalur komunikasi langsung antara otak dan perangkat eksternal (Tan dan Nijholt, 2010). Dengan kata lain, BCI adalah bidang kajian untuk memanfaatkan gelombang listrik yang dipancarkan oleh otak dan ditangkap oleh sensor seperti electroencephalography (EEG), ke dalam aplikasi komputer. Kelelahan merupakan suatu keadaan yang sulit dipisahkan dalam kehidupan manusia, sehingga sedapat mungkin kelelahan tersebut dihindarkan ketika seseorang hendak melakukan pekerjaanya agar performa kerja yang diharapkan dapat terpenuhi. Dengan mendeteksi secara dini kelelahan tersebut maka setidaknya kelelahan dapat dihindarkan, salah satunya kelelahan mental. Belum adanya penelitian ilmiah yang menyebutkan bahwa kelelahan mental dapat diketahui melalui gelombang otak menjadikan penelitian ini sebagai penelitian dasar untuk mendeteksi kelelahan. Penelitian dilakukan dengan menganalisis dan mengidentifikasi gelombang otak low alfa, high alfa, low beta, high beta dan teta dari supervisor pabrik. Keluaran dari penelitian ini akan didapati standar kelelahan dari seorang supervisor pabrik. Kata kunci: Brain-Computer Interface, gelombang otak,

electroencephalography, kelelahan I. PENDAHULUAN Kelelahan merupakan hal yang sulit dipisahkan dari keseharian seorang manusia. Kelelahan memberikan dampak besar terhadap produktifitas seseorang dalam mengerjakan sesuatu, oleh karena itu sebisa mungkin kelelahan harus dihindarkan sebelum seseorang memulai untuk bekerja, terutama kelelahan fisik. Menurut Singleton (1989), berdasarkan penyebab terjadinya, kelelahan dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis, yaitu kelelahan fisiologis atau fisik dan kelelahan psikologis atau mental. Istilah 'Biosignal' didefinisikan sebagai sinyal yang diukur dan dimonitor dari makhluk biologis, meskipun pada umumnya digunakan untuk merujuk ke electrical biosignals. Electrical biosignals adalah arus listrik yang dihasilkan oleh perbedaan potensial listrik di sistem jaringan, organ atau sel seperti sistem saraf. Contoh dari electrical biosignals adalah ECG (Electrocardiogram), EMG (Electromyogram), EEG (Electroencephalogram) dan EOG (Electrooculogram). Istilah neuro-signal mengacu pada sinyal yang berhubungan dengan otak. Pendekatan umum untuk memperoleh informasi mengenai neuro-signal adalah Electroencephalograph (EEG), yang merupakan metode pengukuran dan perekaman 'neurosignal' menggunakan elektroda ditempatkan pada kulit kepala. Brain-Computer Interface (BCI) adalah jalur komunikasi langsung antara otak dan perangkat eksternal. Dengan kata lain, BCI adalah bidang kajian untuk memanfaatkan gelombang listrik yang dipancarkan oleh otak

dan ditangkap oleh sensor seperti electroencephalography (EEG), ke dalam aplikasi komputer. Sampai saat ini, penelitian mengenai BCI masih banyak didominasi oleh penelitian untuk aplikasi medis/kesehatan, dan masih sangat sedikit penelitian yang untuk aplikasi ditingkat konsumen/bisnis. Hal tersebut disebabkan salah satunya karena mahalnya alat sensor EEG. Meskipun demikian, akhir-akhir ini telah beredar di pasaran alat sensor EEG yang relatif murah dan ditargetkan untuk aplikasi konsumen, seperti sensor EEG yang dikembangkan oleh perusahaan NeuroSky. Salah satu keunggulan dari NeuroSky selain harganya yang relatif terjangkau adalah penggunaan sensor ”kering”. Dibandingkan dengan perangkat EEG tradisional berbasis multi-sensor sistem EEG yang menggunakan gel, sensor kering terbukti menjadi lebih nyaman, nyaman dan biaya yang efektif (Luo dan Sullivan, 2010). Belum adanya penelitian ilmiah yang menyebutkan bahwa kelelahan fisik dapat dideteksi menggunakan gelombang otak menjadi motivasi dari penulisan tugas akhir ini. Namun ada penelitian menyebutkan bahwa kantuk seseorang dapat dideteksi dengan gelombang otak (Picot, 2008), dimana kantuk merupakan salah satu ciri dari kelelahan. Dengan demikian, kontribusi yang penulis harapkan adalah memberikan penelitian dasar dalam penelitian kelelahan fisik menggunakan gelombang otak. Gelombang yang diselidiki dalam penelitian ini termasuk alpha rendah, alpha tinggi, beta rendah, beta tinggi dan gelombang theta saja. Dari gelombang kelima akan dicari yang gelombang yang paling berpengaruh dalam menentukan tingkat seseorang kelelahan. II. KAJIAN PUSTAKA A.

Kelelahan Kontraksi otot rangka yang lama dan kuat, dimana proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan supply energi yang dibutuhkan serta membuang sisa metabolisme, khususnya asam laktat. Jika asam laktat yang banyak dari persediaan ATP terkumpul, otot akan kehilangan kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada otot ketika berkontraksi, otot menekan pembuluh darah dan membawa oksigen sehingga menyebabkan terjadinya kelelahan (Gempur Santoso, 2004). Konsep kelelahan dewasa ini, sesudah dilakukan percobaan-percobaan yang luas terhadap manusia dan hewan, menyatakan bahwa keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri, yang dipengaruhi oleh 2 sistem antagonistik, yaitu sistem

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5

menghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat terdapat pada thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk mengantuk. Adapun sistem penggerak terdapat dalam formation retikularis yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan dalam tubuh kearah bekerja, berkelahi, melarikan diri dan lain-lain (Gempur Santoso, 2004). Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja diantara 2 sistem antagonis dimaksud.Apabila sistem penghambat lebih kuat seseorang dalam keadaan kelelahan. Sebaliknya manakala sistem aktivitas lebih kuat maka seseorang dalam keadaan segar untuk bekerja (Gempur Santoso, 2004). Berdasarkan penyebab terjadinya kelelahan, maka kelelahan dibedakan menjadi 2 yaitu : 1.

Kelelahan Fisiologis Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor fisik ditempat kerja antara lain oleh suhu dan kebisingan (Singleton, 1989). Kelelahan Mental Kelelahan psikologis adalah kelelahan yang disebabkan oleh faktor psikologis (Singleton, 1989).

2.

a. Penyebab Kelelahan Menurut Siswanto (1991) faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan : 1.

Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan. 2. Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang berlebihan, serta konflik yang kronis atau menahun. 3. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja. 4. Status kesehatan dan status gizi. 5. Monoton yaitu pekerjaan atau lingkungan kerja yang membosankan. Menurut Grandjean (1995) penyebab terjadinya kelelahan kerja antara lain sebagai berikut : 1. 2. 3.

Intensitas dan lama kerja mental dan fisik. Lingkungan yaitu iklim, penerangan, kebisingan, getaran, dan lain-lain.

Circadian rhytm atau jam biologis yaitu jam tidur digunakan untuk kerja. 4. Problem fisik yaitu berupa tanggung jawab, kekhawatiran konflik. 5. Kenyerian dan kondisi kesehatan, tidak fit sehingga cepat lelah. 6. Nutrisi, yaitu apabila nutrisi pekerja kurang maka akan cepat mengalami kelelahan. 7. Kebiasan makan atau tidur tidak teratur. 8. Ketidakseimbangan pada tingkat-tingkat elektrolit darah misalnya sodium, potasium, dan mineral-mineral lainnya. 9. Bertempat tinggal atau bekerja pada daerah yang panas dan lembab. 10. Anemia

2

11. Pengaruh pilek dan flu yang berlarut-larut. 12. Penyakit-penyakit penyebab infeksi yang luput dari perhatian, seperti monokleosis atau virus Epstein-Barr. 13. Beberapa gangguan endokrin, seperti kelenjar tiroid yang gagal berfungsi sebagaimana mestinya atau gangguan neurologis. 14. Burnout yaitu merusak diri sendiri dengan bekerja terlalu keras. 15. Perubahan yang dihadapkan pada krisis kehidupan yang besar atau keputusan hidup yang sulit seperti perceraian atau ancaman pensiun. 16. Kejenuhan karena hidup terasa monoton atau hilangnya kegairahan dalam rutinitas sehari-hari. 17. Depresi b. Mendeteksi Kelelahan Deteksi atau penilaian kelelahan kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : a) Kualitas dan kuantitas hasil kerja b) Kuantitas hasil kerja dapat dilihat pada prestasi kerja yang dinyatakan dalam banyaknya produksi persatuan waktu.Sedangkan kualitas kerja diperoleh dengan menilai kualitas pekerjaan seperti, jumlah yang ditolak, kesalahan, kerusakan material, dan lain-lain. c) Pencatat perasaan subyektif kelelahan kerja, yaitu dengan cara kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja d) Pengukuran gelombang listrik pada otak dengan Electroenchepalography (EEG). e) Uji mental, pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Bourdon wiersman test merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian, dan konsentrasi. f) Uji psikomotor (Psycomotor test) dapat dilakukan dengan cara melibatkan funsi persepsi, interprestasi dan reaksi motor dengan menggunakan alat digital reaction timer dan flicker fussion. B. Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah seorang supervisor pabrik plastik yang berusia 51 tahun. Individual yang bersangkutan bekerja pada suatu perusahaan yang mengolah biji plastik menjadi lembaran plastik. Cakupan tugasnya meliputi seluruh kegiatan produksi yang berhubungan dengan jalur produksi hingga keluar masuknya barang, dari dan ke perusahaan. Di pagi hari objek penelitian berangkat menuju lokasi perusahaan di lokasi pabrik dari kediamannya yang berjarak kurang lebih 25 km dengan mengendarai sepeda motor selama kurang lebih 40 menit. Jalur yang dilalui adalah jalur utama jalan antar propinsi yang selalu padat setiap harinya terutama di jam-jam mendekati masuk dan pulang perkantoran. Di perusahaan, objek yang bersangkutan banyak menggunakan komputer dan mesin produksi untuk menunjang kelancaran tugasnya. Selain itu objek yang bersangkutan juga dihadapkan dengan meeting-meeting penting setiap harinya yang seringkali memaksa untuk mencurahkan perhatian secara penuh selama beberapa jam. Tugas objek yang bersangkutan juga meliputi berjalan dari

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5

satu titik ke titik lain di lahan perusahaan yang memiliki luas kurang lebih 33 Ha untuk memeriksa kondisi dan menyelesaikan masalah yang timbul. Jam kerja objek yang bersangkutan rata-rata 10 jam setiap harinya. Di perjalanan pulang, objek yang yang bersangkutan menempuh rute yang sama namun dengan waktu tempuh yang lebih panjang dikarenakan kemacetan lalu lintas. C. Brain Computer Interface Brain Computer Interface adalah perangkat eksternal yang dapat digunakan langsung untuk berkomunikasi dengan otak manusia atau hewan melalui antar muka khusus (silikon Neuron). Signal gelombang yang dihasilkan oleh otak di rekam oleh komponen elektrik yang disebut elektroda yang ditempelkan pada posisi tertentu di kulit kepala yang kemudian terhubung pada perangkat Electroencephalograph (EEG) sehingga dapat diidentifikasi sebagai suatu instruksi yang harus dilakukan oleh organorgan. Elektroensefalografi (EEG) adalah rekaman aktivitas listrik sepanjang kulit kepala yang dihasilkan oleh penembakan neuron dalam otak. EEG mengacu pada rekaman aktivitas spontan elektrik otak dalam waktu singkat, biasanya 20 -40 menit, yang direkam dari beberapa elektroda ditempatkan pada kulit kepala. Sinyal EEG digital disimpan secara elektronik dan dapat disaring untuk menampilkan pada keperluan tertentu. Pengaturan yang spesifik untuk filter high-pass dan lowpass filter adalah 0,5-1 Hz dan 35-70 Hz, masing-masing. Filter bernilai tinggi biasanya menyaring artefak lambat, seperti sinyal electrogalvanic dan artefak gerakan, sedangkan-low pass filter menyaring artefak frekuensi tinggi,seperti sinyal elektromiografi. Penyaring lekukan tambahan biasanya digunakan untuk menghapus artefak yang disebabkan oleh sambungan daya listrik.

3

e)

amplitudo rendah. Alert / bekerja, Aktif, berpikir sibuk atau cemas, konsentrasi aktif Gamma: 30 - 100 + Hz, somatosensori korteks.

D. NeuroSky MindWave Mobile Headset MindWave Mobile Headset merupakan salah satu perangkat Electroencephalograph. Namun MindWave hanya menggunakan satu sensor kering untuk menangkap sinyal gelombang otak. Sensor tersebut berada d bagian depan headset sehingga ketika dikenakan di kepala akan bersentuhan dengan dahi pengguna. Selanjutnya terdapat penjepit yang akan dihubungkan dengan daun telinga bagian bawah pengguna. MindWave akan dikoneksikan dengan perangkat komputer berbasis Windows maupun Mobile yang bersistem operasi Android sehingga dapat direkan gelombang otak yang tertangkap menjadi beberapa jenis gelombang dan sinyal atensi serta mediasi. Gelombang EEG oleh Neurosky MindWave diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sebagaimana terlihat pada tabel 1. Tabel 1 Klarifikasi gelombang NeuroSky Mobile Headset Jenis Delta Teta Low Alfa High Alfa Low Beta High Beta Low Gama High Gama

Jangkauan Gelombang 0,5 - 2,75 Hz 3,5 - 6,75 Hz 7,5 - 9,25 Hz 10 - 11,75 Hz 13 - 16,75 Hz 18 - 29,75 Hz 31 - 39,75 Hz 41 - 49,75 Hz

III. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 1 NeuroSky Mobile Headset

Pola Gelombang : a) Delta: 0 sd 4 Hz, frontal pada orang dewasa, posterior pada anak-anak; gelombang amplitudo tinggi. b) Theta: 4-7 Hz, Ditemukan di lokasi yang tidak berkaitan dengan tugas di tangan. Telah ditemukan untuk spike dalam situasi di mana seseorang secara aktif berusaha untuk menekan respon atau tindakan c) Alpha: 8 - 12 Hz, daerah belakang kepala, kedua belah pihak, lebih tinggi di sisi amplitudo dominan. Santai, menutup mata, juga terkait dengan kontrol inhibisi, sepertinya dengan tujuan aktivitas hambat waktu di lokasi yang berbeda di otak d) Beta: 12-30 Hz, kedua belah pihak, distribusi simetris, paling jelas frontal; gelombang

A. Studi Literatur Studi literatur yang dilakukan dalam pembuatan tugas akhir ini adalah pembelajaran terhadap literatur terkait yang memuat konsep serta metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam tugas akhir ini. Pembelajaran tersebut dilakukan dengan mencari bahan acuan yang relevan terkait metodologi analisis gelombang Alfa, beta, dan teta pada otak. Literatur yang digunakan didapatkan dari paper atau jurnal terakreditasi, buku, tugas akhir dan tesis, maupun sumber bacaan softcopy yang didapatkan dari internet. B. Pengumpulan Data Untuk mendapatkan informasi dan data yang menunjang penulisan karya tulis ini maka dilakukan pengumpulan data gelombang otak low alfa, high alfa, low beta, high beta, dan teta pada supervisor pabrik dengan metode survei. Survei dilakukan sebelum objek penelitian melakukan pekerjaannya atau pada saat objek hendak berangkat bekerja dan setelah objek selesai dengan pekerjaannya atau saat objek pulang kerja.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5

4

F. Analisis dan Penarikan Simpulan Dengan menggunakan standar akurasi diatas 80% maka jika nilai akurasi lebih tinggi dari 80 % maka metode penelitian ini dapat disimpulkan berhasil dan bisa digunakan sebagai dasar untuk penelitian lanjutan. Namun jika akurasi kurang dari 80% maka metode penelitian ini tidak bisa menjadi landasan untuk pengembangan penelitian lanjutan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2 Supervisor pabrik menggunakan NeuroSky Mobile Headset

Survei hanya melibatkan satu supervisor pabrik dengan jangka pengambilan data selama 40 kali saat hari kerja saja (Senin-Jumat). Data yang diambil pada saat survei adalah : a) b) c) d) e)

Gelombang low alfa ( low α ) Gelombang high alfa ( high α ) Gelombang low beta ( low β ) Gelombang high beta ( high β ) Gelombang teta ( θ )

C. Median Filtering Tahapan ini bertujuan untuk memperhalus data dengan menghilangkan jangkauan gelombang yang terlalu jauh (noise) dengan cara mencari selisih jaraknya dengan nilai median dari jangkauan gelombang dengan rentan jendela 10 detik. Metode median filtering satu dimensi digunakan pada penelitian ini. D. Means Comparison Test Data Gelombang Alfa, Beta, dan Teta yang telah diperhalus dengan median filtering

Mengambil rata-rata jendela pertama dengan rentan 60 detik sebagai patokan awal

Mengambil rata-rata jendela bergerak dengan rentan 30 detik sebagai acuan yang akan diukur

𝑡 =

𝑥1 − 𝑥2 𝑠1 2 𝑠2 2 𝑛1 + 𝑛2

Bilateral Test

Gambar 3 Skema metode MCT

E. Bilateral Test Untuk menetukan perhitungan MCT gelombang otak tergolong dalam kondisi lelah atau tidak lelah, maka dilakukan perbadingan hasil perhitungan MCT dengan batasan standar yang diungkapkan oleh Antoine Picot (2009) dengan rumus: 𝜆 = −𝑡1−𝜆 < 𝑡 < 𝑡1−𝜆/2 2

Dengan menggunakan ilmu statistik maka λ berada pada rentan 1 – 5. Selanjutnya hasil dari perhitungan MCT akan dibandingkan dengan hasil pengamatan.

A. Median Filtering Gelombang otak hasil perekaman data memiliki nilainilai yang berbeda setiap gelombangnya. Namun dalam satu gelombang masih dimungkinkan nilainya terlalu naik turun sehingga tidak terlihat stabilitas gelombang yang diinginkan. Masih terdapat nilai outlier yang muncul dalam data perekaman gelombang. Nilai-nilai outlier ini juga dapat mempengaruhi hasil perhitungan pada akhirnya. Namun belum diketahui seberapa berpengaruh keberadaan outlier tersebut. Oleh karenanya perlu dilakukan dua kali pengolahan data. Cara pertama, data tanpa disaring dan cara kedua data melalui proses penyaringan. Hal tersebut pada akhirnya akan membuktikan sejauh mana pengaruh penyaringan data terhadap proses perhitungan yang menjadi ukuran bagi sistem untuk menentukan keadaan supervisor pabrik lelah atau tidak. Penyaringan data dilakukan dengan metode median filtering. Karena untuk satu kumpulan data hanya terdapat satu variabel yang berpengaruh yaitu jenis gelombang itu sendiri maka median filtering yang dgunakan adalah median filtering satu dimensi. Setelah data tersaring maka data diproses dalam perhitungan MCT. Sedangkan untuk data yang tidak melalui proses penyaringan, data langsung diproses dalam perhitungan MCT. B. Means Comparison Test Dalam perhitungan MCT, data yang tidak disaring dan data yang disaring tidak memiliki perbedaan dalam perhitungannya. Rumus yang sama diterapkan untuk setiap data per gelombangnya. Data gelombang yang direkam di pagi hari dijadikan acuan dalam perhitungan MCT sebagai data gelombang tidak lelah. Sedangkan untuk data gelombang lelahnya digunakan data malam hari. Hasil perhitungan setiap detik dari setiap gelombang berbeda satu sama lain. Nilai yang ditunjukkan berada pada kisaran angka -2 hingga 14, dan semua hasilnya berbentuk desimal yang dibulatkan menjadi tujuh angka dibelakang koma. Terlihat perbedaan hasil hitung yang tidak terlalu jauh antara data gelombang yang disaring dengan data gelombang yang tidak disaring (lihat lampiran). Namun perbedaan tersebut tetap bisa berpengaruh pada tahapan selanjutnya tes bilateral. C. Bilateral Test Ukuran yang digunakan untuk bilateral tes adalah λ = 1 – 5. Sehingga nilai batas bawah dan atas diketahui dengan berdasar tabel t stastistika. Ukuran tersebut yang kemudian digunakan ukuran bagi sistem untuk menentukan pada detik tertentu seorang supervisor pabrik sedang kelalahan atau tidak. Hasil perhitungan tes bilateral pada data yang disaring menggunakan median filtering tidak menunjukkan pola yang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5

pasti. Munculnya hasil “Normal” yang berarti kondisi supervisor pabrik tidak lelah hampir sama banyaknya dengan hasil perhitungan yang menunjukkan nilai “Lelah” untuk data per harinya. Hal serupa juga terjadi pada data yang tidak disaring. Jika dilihat dari segi gelombang, hanyak gelombang tetha dan High Beta yang memiliki kencederungan menunjukkan hasil lelah yang disebutkan pada hipotesis. Metode expert yang dirancang adalah dengan melakukan survei secara fisik berdasarkan kriteria tertentu. Namun metode tersebut belum pernah diujicobakan sebelumnya. Sehingga digunakanlah metode tambahan yang sudah teruji dalam penelitian lain (Thomas, 2009). Metode tambahan tersebut menguji algoritma ((teta+alpha)/beta) dimana bila algoritma tersebut terjadi peningkatan nilai maka kondisi tersebut adalah kondisi lelah. Sehingga dari situ bisa diuji tingkat akurasi metode surve secara fisik yang dirancang dalam penelitian ini dengan metode standar yang sudah diuji. Pengujian yang dilakukan menggunakan metode Receiver Operating Characteristic (ROC). Dalam hasil pengujiannya, metode yang dirancang dalam penelitian ini hanya memiliki akurasi sebesar 58% (lihat tabel 5.1). Tabel 2 Hasil akhir penelitian TP FP FN TN Total Accuracy

3495 2382 152 40 6069 60%

Sehingga untuk pengujian selanjutnya, yaitu menguji keputusan dari perhitungan tes bilateral apakah keputusan “lelah” dan “normal” yang digunakan sudah standar atau tidak dilakukan analisis ROC terhadap survei expert judgement yang dirancang sebelumnya. Dari hasil analisis tersebut akurasi terbaik yang didapat hanya 77% pada gelombang High Beta dengan nilai λ = 5 untuk gelombang dengan penyaringan median filtering. Namun akurasi tersebut tidak sepenuhnya bisa digunakan karena berdasar analisis sebelumnya yang menunjukkan tingkat akurasi survei expert judgement hanya 60%. Oleh karena itu itu mendapatkan hasil objektif dalam penelitian ini, dilakukan analisis tambahan untuk menguji keputusan metode bilateral tes dari MCT. Yaitu dengan pengujinya dengan algoritma standar yang sudah teruji dalam penelitian lain (Thomas, 2009). Hasil dari analisis terhadap alogritma standar tersebut lebih objektif karena algoritma tersebut sudah terbukti bisa mendeteksi lelah. Hasil dari analisis tersebut mengungkap bahwa keputusan dari tes bilateral terhadap MCT memiliki akurasi yang buruk. Tidak satu gelombang pun dengan λ = 1 -5 yang memiliki akurasi diatas 60%. Gelombang tetha tercatat sebagai gelombang yang meiliki akurasi paling tinggi yaitu 60%. V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Nilai akurasi perhitungan MCT terhadap keadaan nyata mengenai kelelahan supervisor pabrik yang kurang dari 80%

5

menandakan bahwa metode tersebut tidak dapat digunakan untuk mendeteksi kelahan supervisor pabrik. B. Saran Dari hasil dan proses pengerjaan penelitian ini ada beberapa saran yang bisa ditujukan untuk penelitian selanjutnya, yaitu: 1. Pendalaman studi literatur sehingga mengurangi subjektifitas penelitian 2. Banyak metode lain yang belum diuji untuk mendeteksi kelelahan, sehingga nantinya metode untuk mendeteksi kelalahan bisa lebih akurat VI. DAFTAR PUSTAKA [1] P. Triton, SPSS 13.0 Terapan : Riset Statistik Parametrik, Yogyakarta: Andi Offset, 2006. [2] G. Santoso, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Prestasi Pustaka Publisher, 2004. [3] S. P.K., Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Gunung Agung, 1996. [4] S. C. a. A. C. Antoine Picot, “On-Line Automatic Detection of Driver Drowsiness Using a Single,” Engineering in Medicine and Biology Society, pp. 3864-3867, 2008. [5] Singleton W. T., The Mind at Work, Press Syndicate of the University of Cambridge, 1989. [6] NeuroSky White Papers, “NeuroSky;s eSense Meters and Detection of Mental State,” September 2009. [Online]. [7] K. Crowley, A. Sliney, I. Pitt, and D. Murphy, “Evaluating a brain-computer interface to categorise human emotional response,” dalam in 2010 10th IEEE International Conference on Advanced Learning Technologies, 2010, pp. 276-278. [8] NeuroSky White Papers, “Brainwave EEG Signal,” December 2009. [Online]. [9] D. S. Tan and A. Nijholt, Brain-Computer Interfaces: applying our minds to human-computer interaction, Springer, 2010. [10] N. Acir, L. Oztura, M. Kuntalp, B. Baklan, and C. Guzelis, “Automatic detection of epileptiform events in EEG by a three-stage procedure based on artificial neural networks,” IEEE Trans Biomed Eng, vol. 52, no. 1, pp. 30-40, 2005. [11] G. Rebolledo-Mendez, I. Dunwell, E. Martinez-Miron, M. Vargas-Cerdan, S. De Freitas, F. Liarokapis, and A. Garcia-Gaona, “Assessing neurosky's usability to detect attention levels in an assessment exercise,” dalam Human-Computer Interaction. New Trends, 2009, pp. 149-158. [12] A. Luo and T.J. Sullivan, “A user-friendly SSVEPbased brain-computer interface using a time-domain classifier,” neural engineering, vol. 7, no. 2, 2010. [13] Y. Yasui, “A brainwave signal measurement and data processing technique for daily life applications,” J Physiol Antropol, vol. 28, no. 3, pp. 145-150, 2009.