Septiana A., et al., Biowallacea Vol. 1 (2) : Hal.82-89, Oktober 2014
82
Analisis Kadar Alkaloid dan Tanin Tumbuhan Beluntas (Pluchea indica Less.) pada Lahan Salin di Desa Asingi Kecamatan Tinanggea dan Non Salin di Desa Lambodijaya Kecamatan Lalembuu Sulawesi Tenggara The Differences Analyzed of Alkaloid and Tannin Contents on Beluntas (Pluchea indica Less.) at Saline Soil in Asingi Village of Tinanggea and Non Saline Soil in Lambodijaya Village Lalembuu Subdistrict of Southeast Sulawesi Andi Septiana1, Indrawati1, Rustin2 1
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo e-mail :
[email protected] 1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo 2 Laboratorium Unit Biologi Jurusan Biologi FMIPA UHO
Abstract This study aimed to know the differences of alkaloid and tannin contents of beluntas leaves (Pluchea indica less.), which grow in saline soil and non-saline soil. The method for analyzing the alkaloid content was extraction whit acetid acid 10 % in ethanol, while the method for analyzing the tannin content was rangana method with using spectrophotometer. Percentage of alkaloid and tannin contents were analyzed using t- test. The results showed that the alkaloid and tannin contents of beluntas (Pluchea indica Less.) on saline soil and non saline soil showed significantly noticeable difference of in the level 95 %. The Alkaloid and tannin contents of beluntas on saline soil was higher than on non saline soil. The alkaloid content on saline soil was 0,08 g, while the non saline soil was only 0,04 g. The tannin content on saline soil was 3,12 % while the non saline soil was only 1,93 %. These were proved that alkaloid and tannin contents were antioxidant compound which is produced by beluntas to adapt high salinity conditions.
Keyword : alkaloid, tannin, beluntas (Pluchea indica less.), saline soil and non saline soil.
83
Analisis Kadar Alkaloid dan Tanin Tumbuhan Beluntas (Pluchea indica Less.) pada Lahan Salin di Desa Asingi Kecamatan Tinanggea dan Non Salin di Desa Lambodijaya Kecamatan Lalembuu Sulawesi Tenggara
PENDAHULUAN Beluntas merupakan tanaman herba
familia Asteraceae
yang
terdapat di dalam tubuh (Hagerman, 2002; Siswono, 2005).
memiliki bunga berbentuk bongkol
Alkaloid dan tanin merupakan
kecil, bergagang atau duduk tersusun
senyawa metabolit sekunder
dalam malai rata majemuk, yang
dapat
keluar dari ketiak daun dan ujung
beluntas.
Berdasarkan
tangkai. Berwarna putih kekuningan
lapangan
yang
sampai ungu.
kecil,
tumbuhan beluntas banyak ditemukan
bersegi, berwarna coklat dengan sudut-
di daerah lahan salin desa Asingi
sudut
Banyak
kecamatan Tinanggea namun ada juga
ditemukan di daerah pantai dekat laut
yang ditemukan pada daerah lahan non
sampai
salin di desa Lambodijaya kecamatan
Buah keras,
berwarna
putih.
ketinggian
1.000
m
dpl
(Steenis, 1958).
diproduksi
oleh
yang
tumbuhan pengamatan
telah
dilakukan
Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan.
Tumbuhan
beluntas
Pessarakhli (1993), menyatakan
mengandung senyawa fitokimia yang
bahwa tanaman yang tumbuh pada
mempunyai
lahan
biologis,
beberapa salah
aktivitas
satunya
sebagai
salin
secara
memungkinkan
terus-menerus
dapat
memacu
antioksidan antara lain alkaloid dan
produksi senyawa metabolit sekunder.
tanin.
tumbuhan
Melihat penyebaran tumbuhan beluntas
antioksidan dan
yang mampu tumbuh dan beradaptasi
penyuplai nitrogen yang diperlukan
pada lahan salin maupun lahan non
tumbuhan dan
memegang peranan
salin serta adanya kandungan kimia
penting
adaptasi tumbuhan
yang berpotensi sebagai obat, maka
Alkaloid
pada
berfungsi sebagai
dalam
terhadap
kondisi
(Hartati,
2010).
salinitas Tanin
tinggi
berfungsi
peneliti
tertarik
penelitian dengan
untuk
melakukan
judul
“Analisis
sebagai antioksidan dan antimikroba
Kadar
yang selektif. Gugus –OH pada tanin
Tumbuhan Beluntas (Pluchea indica
mampu berfungsi sebagai antioksidan
Less.) pada Lahan Salin di Desa
karena dapat meredam radikal bebas
Asingi Kecamatan Tinanggea dan
superoksida,
Non Salin di Desa Lambodijaya
hidroksil,
peroksida,
Alkaloid
hidrogen peroksida, singlet oksigen,
Kecamatan
oksida nitrit, dan peroksinitrit yang
Tenggara”.
Septiana A., et al., Biowallacea Vol. 1 (2) : Hal.82-89, Oktober 2014
dan
Lalembuu
Tanin
Sulawesi
84
Analisis Kadar Alkaloid dan Tanin Tumbuhan Beluntas (Pluchea indica Less.) pada Lahan Salin di Desa Asingi Kecamatan Tinanggea dan Non Salin di Desa Lambodijaya Kecamatan Lalembuu Sulawesi Tenggara
berdasarkan METODE PENELITIAN Penelitian
ini
perbedaan
tingkat
ketuaan daun. Pada tahap seleksi
dilaksanakan
tingkat
ketuaan
daun
dilakukan
daun
beluntas
pada bulan April 2013, pengambilan
pengelompokan
sampel
menjadi 3 yaitu daun pucuk, tengah
dilakukan
ditempat
yang
berbeda kadar salinitasnya yaitu pada
dan, bawah (Gambar. 1)
lahan salin bertempat di desa Asingi
a
kecamatan Tinanggea dan pada lahan non
salin
bertempat
di
desa
b
Lambodijaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten
Konawe
Selanjutnya
sampel
dianalisis
di
Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas
Matematika
c
Selatan.
dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo Kendari.
Gambar 1. Pengelompokan daun beluntas berdasarkan perbedaan tingkat umur daun. a. Kelompok daun pucuk, b. Kelompok daun tengah, c. Kelompok daun bawah. 3. Pengekstrakan Alkaloid Sampel
1. Penentuan Stasiun Penelitian Sebelum melakukan kegiatan
Ekstraksi alkaloid diawali dengan
penelitian terlebih dahulu dilakukan
menimbang 0,2 g
survei lapangan untuk mengamati
terpilih
secara langsung kondisi lapangan
lalu ditambahkan 10 ml asam asetat
sesuai kebutuhan penelitian. Hal ini
10 % dalam etanol kemudian ditutup
dilakukan untuk memudahkan peneliti
dan dibiarkan selama empat jam.
dalam menetapkan tempat dari lokasi
Setelah itu campuran disaring dan
pengamatan. Lokasi pengamatan yang
ekstraknya dipekatkan pada penangas
diambil terdiri dari 2 tempat
air hingga volume semula menjadi
yaitu
beluntas
teknik
ekstrak sampai endapannya sempurna
observasi
kemudian disentrifugasi selama tiga
lapangan dan analisis laboratorium.
menit.
Seluruh
Pada tahap pertama penelitian ini dilakukan
seleksi
daun
ditambahkan
data
pengambilan
adalah
dan
amonium hidroksida pekat ke dalam
2. Teknik Pengambilan data Teknik
kemudian dipotong-potong
seperempatnya
lahan salin dan lahan non salin.
daun beluntas
beluntas
Septiana A., et al., Biowallacea Vol. 1 (2) : Hal.82-89, Oktober 2014
larutan
dibiarkan
85
Analisis Kadar Alkaloid dan Tanin Tumbuhan Beluntas (Pluchea indica Less.) pada Lahan Salin di Desa Asingi Kecamatan Tinanggea dan Non Salin di Desa Lambodijaya Kecamatan Lalembuu Sulawesi Tenggara
tenang
kemudian
dikumpulkan
endapannya
dan
dicuci
dengan
absorbansi 0 (nol). sampel
diketahui
amonium hidroksida lalu disaring dan
menggunakan
residu dikeringkan (Seniwaty dkk.,
(Rangana,
2009).
1998). Kadar alkaloid daun beluntas
dianalisis
sesuai
dengan
Harborne (1973) dalam dkk.,
(2009)
dengan
cara
mengeringkan residu hasil ekstraksi daun beluntas kemudian menimbang residu tersebut.
tanat dalam
kemudian tersebut
Ekstraksi dengan
tanin
menimbang
diawali
10
g
sebanyak
0,5
50
aquadest,
ml
Jadi,
setiap
0,1 mg asam
aquadest kemudian digerus. Setelah itu campuran disaring dan diambil
Reagen Folin Denis Kedalam 30 ml aquadest
mg
1
ml
ditambahkan
(Na2WO4.2H2O),
g
sodium 0,8
g
dua
jam,
kemudian
dalam
diencerkan menjadi 40
kadarnya
bertingkat
10
ml
dari
0,02
sehingga –
0,1
mg/ml, kemudian ditambahkan 0,5 ml reagen folin denis dan 1 ml larutan natrium
karbonat
menjadi Dicampur
10 ml dengan aquadest. dengan
absorbansinya gelombang
jenuh, dibuat
baik
dan
diukur
asam
(H2PO4). Refluks campuran tersebut
didinginkan sampai suhu 25
takar
tungstat
fosfomolibdat, 0,8 g asam fosfat 85 %
selama
tanat.
4
Larutan standard asam tanat disiapkan labu
daun
beluntas lalu ditambahkan 100 ml
c.
dan dilarutkan dalam 10 ml
mengandung
Septiana,
dengan baik.
diambil 10 ml larutan
aquadest.
dalam
dalam 100 ml aquadest dan dikocok
a. Pembuatan Kurva Standar
dilarutkan
standar
filtratnya sebanyak 10 ml dilarutkan
2. Analisis Kandungan Tanin Dengan Metode Spektrofotometri
Asam
dengan
kurva
1979
tanin
b. Preparasi Sampel
metode Seniwaty
Kadar
o
C dan
ml dengan
aquadest. d. Analisis Kandungan Tanin Diambil 1 ml larutan sampel dan dimasukan ke dalam labu takar 10 ml. Ditambahkan 0,5 ml reagen folin denis dan 1 ml larutan natrium
pada
panjang
karbonat jenuh (Na2CO3) dan dibuat
725 nm
menggunakan
menjadi 10 ml dengan aquadest.
larutan blanko dengan menunjukkan
Dicampur dengan baik dan diukur
Septiana A., et al., Biowallacea Vol. 1 (2) : Hal.82-89, Oktober 2014
86
Analisis Kadar Alkaloid dan Tanin Tumbuhan Beluntas (Pluchea indica Less.) pada Lahan Salin di Desa Asingi Kecamatan Tinanggea dan Non Salin di Desa Lambodijaya Kecamatan Lalembuu Sulawesi Tenggara
absorbansinya
pada
panjang
Berdasarkan
data
pada
gelombang 725 nm dan dihitung kadar
gambar 2, terlihat adanya perbedaan
taninnya.
kadar alkaloid pada daun tumbuhan
Sampel (data) yang diperoleh dari
beluntas (Pluchea indica Less.). Rata-
hasil analisis kadar alkaloid dan hasil
rata kadar alkaloid yang lebih tinggi
analisis
tannin
dengan
terlihat pada lahan salin yaitu 0,08 g
selanjutnya
dianalisi
sedangkan kadar alkaloid pada lahan
dengan menggunakan
non salin hanya sebesar 0,04 g.
kadar
spektrofotometer dengan uji
–
t
Perbedaan kadar alkaloid tersebut
Kaleidosgraph versi 4.
dipengaruhi oleh perbedaan kadar HASIL DAN PEMBAHASAN
salinitas pada tiap lokasi penelitian. Hasil analisis t-test pada taraf
1. Histogram Kadar Alkaloid Tumbuhan Beluntas (Pluchea indica Less.)
kepercayaaan
95%
bahwa
alkaloid
kadar
menunjukkan tumbuhan
Histogram kadar alkaloid daun
beluntas pada lahan salin dan non
tumbuhan beluntas (Pluchea indica
salin memperlihatkan perbedaan yang
Less.) pada lahan non salin dan salin
signifikan dengan P = 0,002 ≤ 0,05
dapat dilihat pada Gambar 2.
yang berarti H1 diterima. Sehingga terlihat dengan adanya salinitas tinggi dapat memacu pembentukan alkaloid pada tumbuhan beluntas.
b 2. Histogram Kadar Tumbuhan Beluntas indica Less.)
a
Tanin (Pluchea
Histogram kadar tanin daun 0,08
tumbuhan beluntas (Pluchea indica Less.) pada lahan non salin dan salin 0,04
dapat di lihat pada gambar 3
Gambar 2. Histogram kadar alkaloid daun beluntas (Pluchea indica Less.) pada lahan salin di desa Asingi dan non salin.
Septiana A., et al., Biowallacea Vol. 1 (2) : Hal.82-89, Oktober 2014
87
Analisis Kadar Alkaloid dan Tanin Tumbuhan Beluntas (Pluchea indica Less.) pada Lahan Salin di Desa Asingi Kecamatan Tinanggea dan Non Salin di Desa Lambodijaya Kecamatan Lalembuu Sulawesi Tenggara
tempat tumbuhnya. Hasil analisis dan uji statistik
menunjukkan
bahwa
kadar
alkaloid dan tannin lebih tinggi pada tumbuhan beluntas yang tumbuh pada lahan salin daripada lahan non salin. Hasil t-test menunjukkan bahwa ada Gambar 3. Histogram kadar tanin tumbuhan beluntas (Pluchea indica Less.) pada lahan salin dan non salin. Berdasarkan data pada gambar 3, terlihat adanya perbedaan kadar tannin pada daun tumbuhan beluntas (Pluchea indica Less.). Rata-rata kadar tannin yang lebih tinggi terlihat pada lahan salin yaitu sebesar 3,12 % sedangkan kadar tannin pada lahan non salin hanya sebesar 1,93%. Perbedaan kadar tannin tersebut dipengaruhi oleh perbedaan kadar salinitas pada tiap
Hasil analisis t-test pada taraf kepercayaaan 95% menunjukkan bahwa kadar tanin tumbuhan beluntas pada lahan dan
perbedaan
non
yang
signifikan kadar
alkaloid dan tanin pada lahan salin dan non salin. Kadar alkaloid dan tannin lebih tinggi terlihat pada lahan salin yaitu untuk kadar alkaloid sebesar 0,08g (Gambar 2) dan untuk
kadar
tannin
sebesar
3,12%
(Gambar
3)
sedangkan
kadar
alkaloid dan tanin pada lahan non salin terlihat lebih rendah dari pada di lahan salin yaitu untuk kadar alkaloid sebesar 0,04 g (Gambar 2) dan untuk kadar tanin sebesar 1,93% (Gambar 3) sehingga terlihat dengan adanya kadar salinitas yang tinggi
lokasi penelitian.
salin
perbedaan
salin
memperlihatkan
yang signifikan dengan P =
0.0003 ≤ 0,05 yang berarti H1 diterima. Sehingga terlihat dengan adanya salinitas tinggi dapat memacu pembentukan tanin
dapat
memacu
pembentukan
alkaloid dan tanin pada tumbuhan beluntas disebabkan
adanya
perbedaan
kadar
salinitas dari ke dua lokasi penelitian yaitu pada lahan salin bertempat di desa Asingi kecamatan Tinanggea yang merupakan areal pertambakan salinitas lebih
yang memiliki kadar
tinggi yaitu
280 mM
sedangkan pada lahan non salin yaitu di
pada tumbuhan beluntas.
desa Lambodijaya kecamatan Lalembuu merupakan
Pembahasan Berdasarkan
hasil
penelitian
persawahan
areal
perkebunan
dan
dengan kadar salinitas di
diketahui bahwa kadar alkaloid dan tannin
bawah 40 mM. Tumbuhan beluntas yang
tumbuhan beluntas berbeda sesuai dengan
tumbuh pada lahan dengan kadar salinitas
Septiana A., et al., Biowallacea Vol. 1 (2) : Hal.82-89, Oktober 2014
88
Analisis Kadar Alkaloid dan Tanin Tumbuhan Beluntas (Pluchea indica Less.) pada Lahan Salin di Desa Asingi Kecamatan Tinanggea dan Non Salin di Desa Lambodijaya Kecamatan Lalembuu Sulawesi Tenggara
tinggi
dapat
meningkatkan
produksi
Beluntas yang tumbuh pada lahan non
metabolit sekunder dalam hal ini alkaloid
salin cenderung lebih subur dari pada
dan tanin untuk melindungi tumbuhan
beluntas yang tumbuh pada lahan salin,
beluntas dari keracunan mineral.
ukuran daun beluntas pada lahan nonsalin tinggi
lebih lebar dari pada di lahan salin yang
mengakumulasikan
cenderung lebih sempit dan agak tebal serta
senyawa alkaloid dan tanin pada daun
warna daun beluntas di lahan non salin
sebagai salah satu upaya untuk beradaptasi
berwarna hijau terang sedangkan beluntas
pada kondisi salinitas yang tinggi. Hal ini
yang tumbuh pada lahan salin daunnya
sesuai dengan literatur yang mengatakan
berwarna hijau gelap.
bahwa metabolit sekunder secara umum
Ukuran
Pada tersebut
kondisi
tumbuhan
salinitas
daun
beluntas
yang
akan meningkat akumulasinya di dalam
cenderung lebih sempit, agak tebal dan
tubuh tumbuhan pada saat tumbuhan
berwarna hijau gelap pada lahan salin
tersebut
tersebut merupakan cara dari tumbuhan
mengalami
stres
lingkungan
(termasuk stress salinitas) untuk
dapat
bertahan pada kondisi stress lingkungan
tersebut
untuk
beradaptasi
terhadap
lingkungan yang berkadar salinitas tinggi.
(Hopkins, 1999).
Ukuran daun yang sempit dan agak
Peran senyawa alkaloid dan tanin
tebal
berfungsi
untuk
mengurangi
pada tumbuhan yaitu sebagai antioksidan
kehilangan air akibat penguapan serta dapat
untuk
yang
mempertahankan turgor sel pada kondisi
ekstrem. Meningkatnya kandungan alkaloid
stres salinitas. Kekurangan air pada daun
dan
menghadapai
tannin
pada
lingkungan
salin
dapat
juga dapat menghambat pembelahan dan
oksidatif
akibat
pertumbuhan pada daun yang muda.
lahan
melindungi perubahan
radikal bebas. Menurut Jespersen (2005) bahwa antioksidan
memegang peranan
Salinitas
menyebabkan
perubahan
struktur yang meliputi ukuran daun yang
penting dalam adaptasi tumbuhan terhadap
lebih kecil, daun relatif
tekanan abiotik (salinitas tinggi) sebab
warna hijau daun yang lebih gelap. Ukuran
kemampuan tumbuhan mengatasi tingginya
daun yang lebih kecil dan daun relatif
salinitas
lebih
pertahanan
berhubungan oksidatif
dengan yang
sistem meliputi
senyawa antioksidan.
tebal
sangat
lebih tebal, dan
penting
untuk
mengurangi kehilangan air akibat proses transpirasi serta mempertahankan turgor,
Secara morfologi juga terlihat bahwa
untuk pertumbuhan dan fungsi metabolisme
terdapat perbedaan tumbuhan beluntas yang
yang normal. Dengan adaptasi struktural ini
tumbuh pada lahan salin dan non salin.
mungkin akan menurunkan kehilangan air
Septiana A., et al., Biowallacea Vol. 1 (2) : Hal.82-89, Oktober 2014
Analisis Kadar Alkaloid dan Tanin Tumbuhan Beluntas (Pluchea indica Less.) pada Lahan Salin di Desa Asingi Kecamatan Tinanggea dan Non Salin di Desa Lambodijaya Kecamatan Lalembuu Sulawesi Tenggara
pada transpirasi (Sipayung, 2003; Salisbury dan Ross, 1995). PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan kadar alkaloid
89
Diponegoro, Semarang. Hopkins, W. G., 1999, Introduction to Plant Physiology, Toronto, John Wiley and Sons, Inc. Jespersen, T., 2005, The KCNQ1 Potassium Channel From Gene to Physiological Function, Physiology 20: 408-416. Pessarakli, M., 1993, Handbook of Plan and Crop Stress, Marcel Dekker Inc. New York.
tumbuhan beluntas (Pluchea indica Less.) yang tumbuh pada lahan salin dan non salin. 2. Terdapat
perbedaan
kadar
tanin
tumbuhan beluntas (Pluchea indica Less.) yang tumbuh pada lahan salin dan non salin. 3. Kadar alkaloid dan tannin lebih tinggi pada
tumbuhan beluntas
yang tumbuh pada lahan salin daripada salin. Biologi Kadar alkaloid Fakultas MIPAnon Jurusan pada lahan salin yaitu sebesar 0,08 g sedangkan pada lahan non salin hanya sebesar 0,04 g. Kadar tannin
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Penerbit ITB. Bandung. Seniwaty, Raihanah, Ika K.N., dan Dewi U., 2009, Skrining Fitokimia Dari Alang-Alang (Imperata cylindrica L.Beauv) dan Lidah Ular (Hedyotis corymbosa L.Lamk), Sains dan Terapan Kimia, 3:124-133. Septiana, A., 1998, Pengaruh Penambahan Gelatin Terhadap Kandungan Tannin, Protein, Lemak dan Bahan Padat Terlarut Susu Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus), Skripsi Jurusan Biologi Lingkungan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
pada lahan salin sebesar 3,12% sedangkan pada lahan non salin hanya sebesar 1,93%. Dengan nilai P ≤ 0,05 . DAFTAR PUSTAKA Hagerman, A.E., 2002, Condensed Tannin Structural Chemistry, Dept. Of Chemistry and Biochemistry, Miami University, Oxford. Hartati, I., 2010, Isolasi Alkaloid dari Tepung Gadung (Dioscorea hispida Dennst) dengan Teknik Ekstraksi Berbantu Gelombang Mikro, Tesis, Universitas
Sipayung, R., 2003, Stress Garam dan Mekanisme Toleransi Tanaman, USU, Medan. Siswono, H., 2005, Mekanisme Kerja Vitamin B2, Asam Galat dan Somatropin pada Penghambatan Proses Penuaan Dini, Kajian Aktivitas Senyawa Gizi, Non Gizi dan Hormon Pertumbuhan sebagai Bahan Penghambat Proses Penuaan Dini, Seminar Nasional MIPA, Depok 24-26 Nopember 2005. Steenis, C.G.G.J. V., 1958, Determinasi Tumbuhan, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Septiana A., et al., Biowallacea Vol. 1 (2) : Hal.82-89, Oktober 2014