ANALISIS PENGARUH IKLIM KERJA DAN KEBISINGAN

Download 21 Nov 2016 ... Beban kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat komplek, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor inte...

0 downloads 562 Views 633KB Size
Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016

ISSN: 2548-1509

Analisis Pengaruh Iklim Kerja dan Kebisingan Terhadap Beban Kerja di PT. X dan Y Renanda Nia R 1*, Wiediartini 2, dan Indri Santiasih 3 1

Program Studi Desain dan Manufatur, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111 2 Prodi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111 3 Prodi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111 * [email protected]

Abstrak Beban kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat komplek, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Iklim kerja panas yang ekstrim dan kebisingan (faktor eksternal) dapat mengakibatkan gangguan kesehatan antara lain adalah meningkatnya denyut nadi (faktor internal). Pada penelitian ini beban kerja dihitung dengan menggunakan Ke (kalori) Sampel diambil dari dua perusahaan yaitu PT. X (16 orang) dan PT. Y (41 orang), dimana respondennya adalah pegawai yang bekerja dalam keadaan terpapar panas dan bising. Pengukuran iklim kerja panas dan kebisingan dilakukan sebanyak dua kali, sebelum dan sesudah istirahat siang. Pengukuran dilakukan dengan menentukan zona dan masing-masing zona diambil 4 titik. Untuk kebutuhan perhitungan Ke, pengukuran denyut nadi dan suhu tubuh dilakukan sebelum bekerja dan pada saat bekerja. Denyut nadi pemulihan dilakukan pada lima menit terakhir setelah bekerja Perhitungan uji korelasi antara Iklim Kerja (ISBB) dan kebisingan dengan Beban Kerja mendapatkan hasil koefisien korelasi sebesar 0,593 dan ini menunjukkan tingkat hubungan yang kuat. Koefisien determinasi sebesar 0,352 menunjukkan bahwa varians yang terjadi pada variabel beban kerja 3,52% dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel ISBB dan kebisingan. Hasil rata-rata ECPT sebesar 9,25 dan rata-rata ECPM sebesar 7,69 menunjukkan bahwa ECPT > ECPM. Ini berarti bahwa external load pada pekerja cenderung dipengaruhi oleh faktor lingkungan setempat. Kata kunci: Iklim Kerja Panas, Kebisingan, Beban Kerja

PENDAHULUAN Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban kerja adalah suatu perbedaan antara kapasitas dan kemampuan pekerja dengan tuntutan yang dihadapi. Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lamanya seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan. Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi yang berlebihan dan terjadi overstress, sebaliknya intensitas pembebanan yang terlalu rendah memungkingkan terjadinya rasa bosan dan kejenuhan atau understress (Tarwaka, 2010). Berat ringannya beban kerja dapat diketahui salah satunya dengan mengetahui jumlah kebutuhan energi yang dapat dihitung berdasarkan jumlah denyut nadi. Demikian pula dengan iklim kerja yang tidak nyaman dan tidak sesuai dengan sifat pekerjaan akan sangat menggangu pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja. Hal tersebut dapat mengakibatkan menurunnya daya kerja, timbulnya kelelahan dan ketidaknyamanan dalam bekerja sehingga produktivitas juga akan mengalami penurunan. Kenyamanan tidak dapat diperoleh dengan mudah, karena kondisi cuaca dengan kenyamanan tubuh manusia tidak selalu kompatibel. Hal ini dikarenakan pada dasarnya manusia tidak ingin hidup pada lingkungan yang terlalu dingin atau terlalu panas dan tidak terlalu lembab ataupun juga terlalu kering. Negara Indonesia merupakan negara tropis dengan ciri utamanya adalah suhu dan kelembaban yang tinggi, kondisi awal seperti ini seharusnya sudah menjadi perhatian karena iklim kerja yang panas dapat mempengaruhi kondisi pekerja. Karena iklim kerja panas merupakan beban bagi tubuh ditambah lagi apabila pekerja harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan fisik yang berat, dapat memperburuk kondisi kesehatan dan stamina pekerja. Respon-respon fisiologis akan nampak jelas terhadap pekerja dengan iklim kerja panas, seperti peningkatan tekanan darah dan denyut nadi yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan peningkatan tekanan darah yang signifikan pada tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar panas

59

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016

ISSN: 2548-1509

sehingga dapat memperburuk kondisi pekerja. Selain iklim kerja panas, kebisingan merupakan faktor yang berpengaruh penting dalam proses kerja. Hal ini dikarenakan kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan yang bersumber dari alat produksi dan atau alat yang pada tingkat tertentu akan menimbulkan gangguan pendengaran. Kebisingan (Noise) dapat pula diartikan sebagai sebuah bentuk getaran yang dapat berpindah melalui medium padat, cair dan gas. Efek yang ditimbulkan kebisingan antara lain memberi pengaruh physiologis, pengaruh psikologis, dan gangguan komunikasi (Soeripto, 2008). PT. X dan PT. Y sebagai perusahaan yang bergerak dibidang alat berat mempunyai potensi terjadi iklim kerja panas di dalam pabrik. Selain paparan iklim kerja panas terdapat juga paparan kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin yang digunakan pada proses pengelasan, pengecatan, maintenance dan sand blasting. Berdasarkan pemaparan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh iklim kerja dan kebisingan terhadap beban kerja pegawai di kedua perusahaan tersebut. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan tiga variabel yakni variabel iklim kerja panas dan kebisingan sebagai variabel bebas dan beban kerja sebagai variable terikat. Pengukuran iklim kerja panas dan kebisingan dilakukan di 4 titik, dan data diambil dua kali, yaitu satu jam sebelum istirahat dan pengukuran ke dua satu jam setelah istirahat. Pengukuran iklim kerja atau Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) dilakukan dengan menggunakan WBGT meter. Data yang dipakai sebagai iklim kerja panas adalah WBGTi karena pengukuran iklim kerja panas dilakukan didalam ruangan (indoor). Pengukuran kebisingan menggunakan alat Sound Level Meter. Pengukuran dilakukan menggunakan metode pengukuran di titik-titik kebisingan yang sudah ditentukan yakni di setiap lokasi stasiun kerja dimana terdapat mesin kerja yang beroperasi. Pengukuran dilakukan disekeliling mesin yang beroperasi kemudian diambil nilai yang paling tinggi sebagai data. Beban kerja diukur dengan jumlah kebutuhan energi. Dalam menentukan jumlah kebutuhan energi dapat dihitung berdasarkan jumlah denyut nadi. Kebutuhan energi yang dihitung yaitu kebutuhan energi saat bekerja dan saat beristirahat. Persamaan yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan jumlah energi : Y = 1,80411 − 0,0229038X + 4,71733. 10−4 X 2 Setelah melakukan perhitungan kebutuhan energi pada saat bekerja dan pada saat istirahat dengan menggunakan persamaan diatas, perhitungan jumlah konsumsi energi dihitung dengan menggunakan persamaan : 𝐾𝑒 = 𝐸𝑡 − 𝐸𝑖 Pengukuran denyut nadi dilakukan sebelum dan pada saat pekerja melakukan pekerjaan. Denyut nadi sebelum bekerja diukur dua kali. Pada saat bekerja, data juga diambil dua kali, yaitu 1-2 jam sebelum jam istirahat siang dan 1-2 jam setelah istirahat. Selain itu juga dilakukan pengukuran denyut nadi pada menit pertama sampai menit ke lima setelah pekerja mengakhiri pekerjaannnya (nadi pemulihan). Denyut nadi diambil dengan metode 10 detik, dan akan dikonversi dengan persamaan : (10 denyut / waktu perhitungan) x 60. Pengukuran denyut nadi dilakukan pada 16 operator PT. X dan 41 pekerja PT. Y. Untuk mengetahui pengaruh Iklim kerja panas dan kebisingan terhadap beban kerja, dilakukan uji regresi linier. Uji regresi dilakukan dengan menggunakan software SPSS 21.0. Penelitian juga menghitung Extra Calorie due to Peripheral Temperature (ECPT) dan Extra Calorie due to Peripheral Metabolism (ECPM) untuk mengevaluasi apakah beban kerja ekstra atau external load berasal dari iklim kerja setempat atau dari aktivitas metabolisme. Perhitungan menggunakan data denyut nadi sebelum bekerja dan denyut nadi pemulihan. ECPT =

P3+P4+P5 3

− P0 ECPM = (P1 + P2 − P3) −

P3 + P4 + P5 3

HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan beban kerja dilakukan dengan cara mengetahui jumlah kebutuhan energi pekerja (Ke). Hasil pengukuran denyut nadi sebelum bekerja menunjukkan bahwa semua pekerja mempunyai denyut nadi kurang dari 100 denyut/menit dan dikategorikan dalam beban kerja ringan. Sedangkan untuk pengukuran saat bekerja, beberapa pekerja denyut nadinya lebih dari 100 denyut/menit sehingga masuk dalam kategori beban kerja sedang.

60

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016

ISSN: 2548-1509

Tabel 1 Kategori Berat Ringan beban Kerja berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung (Sumber : Tarwaka, 2010) Kategori beban

Konsumsi oksigen

Ventilasi paru

Suhu rectal (C)

Denyut jantung

kerja

(l/mnt)

(l/mnt)

Ringan

0,5-1,0

11-20

37,5

75-100

Sedang

1,0-1,5

20-31

37,5-38,0

100-125

Berat

1,5-2,0

31-43

38,0-38,5

125-150

Sangat berat

2,0-2,5

43-56

38,5-39,0

150-175

Sangat berat sekali

2,5-4,0

60-100

>39,0

>175

(denyut/mnt)

Peningkatan jumlah denyut nadi bisa dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitar dan juga peningkatan aktivitas pekerja. Iklim kerja panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan panas, maka darah akan mendapat beban tambahan, karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Disamping itu darah juga harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian itu juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadipun akan meningkat pula. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soeripto (2008) yang menyatakan bahwa paparan panas yang diterima pekerja di lingkungan panas membuat tubuh mengatur keseimbangan panas dalam darah sehingga terjadi penigkatan aliran darah, jantung memompa darah lebih banyak sehingga tekanan darah meningkat. Begitu pula kebisingan yang merupakan stressor biologis yang menimbulkan rangsangan simpatis pada sistem syaraf. Impuls simpatis ini dikirim ke medulla adrenal bersamaan dengan pengirimannya ke semua pembuluh darah sehingga mensekresikan hormon norepinefrin dan eprinefrin ke dalam sirkulasi darah. Kedua hormon ini dibawa dalam aliran darah ke semua bagian tubuh tempat mereka bekerja pada pembuluh darah yang menyebabkan vasokonstriksi (peningkatan tekanan darah). Dengan adanya paparan kebisingan melalui mekanisme hormonal akan diproduksi hormon adrenalin yang berakibat pada peningkatan frekuensi detak jantung dan tekanan darah yang termasuk dalam gangguan kardiovaskuler. Kecepatan denyut nadi seseorang berbeda-beda karena dipengaruhi faktor-faktor tertentu seperti : usia, berat badan, jenis kelamin, kesehatan, aktivitas, sikap kerja, kondisi psikis. Dalam keadaan normal, jantung akan berdetak sebanyak 60 sampai 90 kali setiap menit. Waktu istirahat jantung berdenyut kira-kira 70 kali per menit, dan akan bertambah karena faktor emosi, kerja, demam dan rangsangan-rangsangan lain. Denyut nadi maksimum orang dewasa adalah 180-200 denyut per menit, dan ini biasanya hanya berlangsung beberapa menit saja. Tabel 2. Hasil ANOVA Pengaruh Iklim Kerja panas dan Kebisingan Terhadap Beban Kerja Model

1

R

R Square

.593a

Adjusted R

Std. Error of the

Durbin-

Square

Estimate

Watson

.352

.327

.418

1.374

Perhitungan uji korelasi antara Iklim Kerja (ISBB) dan kebisingan dengan Beban Kerja mendapatkan hasil koefisien korelasi sebesar 0,593 dan ini menunjukkan tingkat hubungan yang kuat. Koefisien determinasi yang merupakan kuadrat dari koefisien korelasi sebesar 0,352 menunjukkan bahwa varians yang terjadi pada variabel beban kerja 35,2% dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel ISBB dan kebisingan.

61

ISSN: 2548-1509

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016

Gambar 1. Uji Normalitas Pengaruh Iklim Kerja panas dan Kebisingan Terhadap Beban Kerja Pada tabel Anova memperlihatkan informasi tentang berpengaruh tidaknya variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-sama). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya, jika nilai probabilitas (signifikansi) dibawah 0,05 maka seluruh variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dan begitupun sebaliknya. Hasil signifikansi pada table Anova menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka ada pengaruh iklim kerja (ISBB) dan kebisingan terhadap Beban Kerja. Sedangkan Uji Kenormalan data dapat dilihat pada Gambar 1. Teori yang ada menunjukkan bahwa iklim dan kebisingan akan mempengaruhi denyut nadi, disisi lain pengukuran beban fisik dapat dilakukan dengan melihat denyut jantung. Hal ini mengarahkan pada hipotesa bahwa iklim kerja panas dan kebisingan mempengaruhi beban kerja, dan hasil uji regresi sejalan dengan hipotesa tersebut. Hasil perhitungan rata-rata ECPT sebesar 9,25 dan rata-rata ECPM sebesar 7,69 menunjukkan bahwa external load pada pekerja cenderung dipengaruhi oleh faktor iklim lingkungan kerja, bukan disebabkan oleh aktivitas fisik metabolisme tubuh. Paparan kebisingan dan iklim kerja yang melebihi NAB dapat dikendalikan sesuai dengan hirarki pengendalian. Tetapi pada lokasi penelitian, pengendalian eliminasi, substitusi serta engineering control (dengan pemasangan full enclosure maupun barrier) tidak dapat dilakukan. Administrative control juga sulit direalisasikan karena tenaga kerja dengan keahlian tersebut terbatas dan harus berada di stasiun kerjanya selama 1 shift kerja. Langkah yang mungkin dilakukan adalah penggunaan APD yaitu earplug untuk mereduksi intensitas bunyi yang diterima telinga akibat paparan kebisingan berlebih dengan kemampuan reduksi ± hingga 30 dB dengan penggunaan yang benar (Pulat dalam Tarwaka, 2004). Nilai kebisingan tertinggi hasil pengukuran adalah 96,8, dengan pemakaian earplug maka paparan intensitas kebisingan yang diterima manusia bisa berkisar pada angka NAB. Pengendalian terhadap paparan iklim kerja panas, dapat dilakukan rekayasa engineering berupa penambahan ventilasi buatan seperti exhaust fan atau cyclone turbin ventilator yang berfungsi sebagai penghisap udara panas dan sirkulasi udara dalam workshop di tempat-tempat yang berpotesi menimbulkan panas tinggi. Ventilasi mekanis ini diberikan karena ventilasi alami dinilai kurang memenuhi syarat dengan syarat harus bekerja terus menerus selama ruangan itu dihuni (proses produksi), minimal 6 kali pergantian udara/jam untuk ruangan bengkel/pabrik dengan pertimbangan jumlah fan yang dipakai dari kebutuhan udara ventilasi sesuai fungsi ruangan dan penempaatan distribusi fan. Selain itu pekerja perlu menyesuaikan penggunaan pakaian dari bahan yang sesuai dengan kondisi panas agar penyerapan keringat dapat berlangsung dengan baik. Pekerja juga harus memperhatikan asupan cairan untuk tubuhnya. NIOSH menyarankan agar tenaga kerja minum sebanyak 150-200 cc setiap 15-20 menit. Pekerja seharusnya juga memperhatikan gaya hidupnya seperti tidur atau istirahat yang cukup, berolahraga dan konsumsi makanan yang sehat. Penggunaan peralatan kerja atau cara kerja baru untuk mengurangi upaya-upaya yang bersifat manual juga dapat membantu mengurangi beban kerja dari pekerja. KESIMPULAN Hasil uji regresi menunjukkan bahwa ada pengaruh iklim kerja (ISBB) dan kebisingan terhadap beban kerja yang terlihat dari nilai signifikansi pada table Anova 0,000 < 0,05. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat dilingkungan panas, maka darah akan mendapat beban tambahan, karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Hal ini membuat jantung harus memompa darah lebih banyak lagi dan akibatnya dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadipun akan meningkat. Begitu pula dengan paparan kebisingan, melalui mekanisme hormonal akan diproduksi hormon adrenalin yang berakibat pada peningkatan frekuensi detak jantung dan tekanan darah yang termasuk dalam gangguan kardiovaskuler. Disisi lain pengukuran beban fisik dilakukan dengan melihat denyut jantung. Hasil perhitungan rata-rata ECPT sebesar 9,25 dan rata-rata ECPM sebesar 7,69 menunjukkan bahwa external load pada pekerja cenderung dipengaruhi oleh faktor iklim lingkungan kerja, bukan disebabkan oleh aktivitas fisik metabolisme tubuh. Paparan kebisingan dapat dikendalikan adalah penggunaan APD yaitu earplug dan pengendalian terhadap paparan iklim kerja panas, dapat dilakukan rekayasa engineering berupa penambahan ventilasi buatan seperti exhaust fan atau cyclone turbin ventilator. Hanya saja dari hasil koefisien determinasi menunjukkan bahwa masih banyak faktor lain (65%) yang mempengaruhi beban kerja sehingga pada penelitian selanjutnya perlu dikaji faktor-faktor tersebut. DAFTAR NOTASI Y = Energi [Kkal/menit]

62

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016

ISSN: 2548-1509

X = Kecepatan denyut nadi [denyut/menit] Ke = Konsumsi energi [kilokalori/menit] Et = Pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu [kilokalori/menit] Ei = Pengeluaran energi pada waktu sebelum bekerja [kilokalori/menit] P0 = Denyut nadi istirahat P1, P2, P3, P4, P5 = denyut nadi pemulihan menit ke-1, 2, 3, 4, dan 5. DAFTAR PUSTAKA Handoko, L. 2011. Analisa Biomekanika dan Fisiologi Kerja pada Aktivitas Pengangkatan Manual (Studi Kasus: Pengangkatan Pupuk). Proceeding CALL FOR PAPER – SNFT. MENAKERTRANS RI, 2011. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.13/MEN/X/2011 TAHUN 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja. Jakarta: Depnaker. Moran, Horowitz, Meiri, Laor and Pandolf, 1999. The Physiological Strain Index Applied to Heat Stressed Rats. J Appl Physiol 86, pp. 895-901. Pungus, M. M., dan Palilingan, R. N., 2007. Evaluasi Beban Kerja dan Strain Fisiologi Pada Aktivitas Praktikum Lapangan Mahasiswa Fmipa Unima. FK Universitas Udayana, Denpasar. Siswatiningsih, K. A., 2010. Perbedaan Denyut Nadi Sebelum dan Sesudah Bekerja Pada Iklim Kerja Panas di Unit Workshop PT. Indo Acidatama Tbk Kemiri Kebakkramat Karanganyar. UNS, Surakarta. Soeripto, M., 2008. Higiene Industri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan (Hiperkes). Jakarta: CV Sagung Seto. Sugiyono, 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Tarwaka, Bakri, S.H.A., Sudiajeng, L., 2004. ERGONOMI untuk Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS. Tarwaka, 2010. Ergonomi Industri Dasar - Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi Di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

63

ISSN: 2548-1509

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016

Halaman ini sengaja dikosongkan

64