Presentasi
Sidang Tugas Akhir
Analisis Pengaruh Tarif Cukai Terhadap Pendapatan Negara Dan Keberlangsungan Usaha Industri Rokok (Sebuah Pendekatan Sistem Dinamik) oleh
Puja Kristian Adiatma
2507 100 049
Pembimbing 1
Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo M. Eng
Pembimbing 2
Niniet Indah Arvitrida, ST., MT
Latar Belakang
Peran Cukai Sebagai Penyumbang Penerimaan Dalam Negeri
Cukai rokok 95%
Latar Belakang
Proporsi penerimaan cukai rokok terhadap seluruh cukai Cukai lain 5%
8%
Total penerimaan negara seluruh sektor (Majalah Neraca, 2010)
Peran Cukai Sebagai Penyumbang Penerimaan Dalam Negeri
Latar Belakang 56
44,7 33,3
22,8 17,1 11,1
(2002)
37,8
(2007)
47
(2008)
49
(2010)
(2009)
(2006)
28,6 (2005)
25,8 (2004) (2003)
(2001)
(2000)
Perkembangan penerimaan cukai rokok per tahun (triliun rupiah) (Rachmat, 2010)
Peran Cukai Sebagai Penyumbang Penerimaan Dalam Negeri
11,1 T (2000)
5x
Latar Belakang
56 T (2010)
Dengan laju peningkatan 18% per tahun
Motifpemerintah pemerintah Motif dalamkebijakan kebijakan dalam kenaikancukai cukai kenaikan tahun2011 2011 tahun
Memperbaikitaraf taraf Memperbaiki kesehatanmasyarakat masyarakat kesehatan
Prosentase jumlah perokok Indonesia
34.7% penduduk Indonesia (Riskesdas, 2010)
Prosentase warga miskin
70%
total konsumen rokok (Susenas,2009)
(Ross & Chalopka ,2006)
1.57%
Rata-rata laju pertumbuhan jumlah industri rokok tahun 1997 (226) – 2002 (244). (Wibowo, 2003)
4.08%
Rata-rata laju pertumbuhan pekerja industri rokok tahun 1997 (181.305) – 2002 (221.058). (Wibowo, 2003) Dalam periode 1997 - 2002, menunjukkan kekuatan dalam krisis moneter. Industri Rokok
Ringkasan
Latar Belakang
Masyarakat Penjualan
Industri rokok Laba •
Produksi
Pemerintah Pendapatan pemerintah
Pengurangan tenaga kerja
Kantor Pelayanan Pajak Bea Cukai Tipe Madya Cukai Malang mencatat bahwa terdapat 45 pabrik rokok mengalami gulung tikar karena kenaikan tarif cukai. Dari yang semula berjumlah 224 pabrik, kini menjadi 179 pabrik (Sriwijaya Post, 2011)
Perumusan Masalah
Selama ini telaah sistemik atas kebijakan tarif cukai rokok belum pernah terpikirkan dalam sektor pendapatan negara dan keberlangsungan usaha industri rokok, sehingga dikhawatirkan kebijakan tarif cukai yang diterapkan pemerintah cenderung tidak maksimal dan tidak memberikan win-win solution terhadap semua pihak (industri rokok dan pemerintah sendiri).
Tujuan Penelitian • Memprediksi dampak skenario kebijakan tarif cukai terhadap pendapatan negara dan perilaku industri rokok. • Mendapatkan skenario kebijakan tarif cukai yang tepat sehingga tidak mengurangi pendapatan negara dan implikasi-implikasi lain terkait dengan masa depan industri rokok.
Manfaat Penelitian • Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan rekomendasi sesuai skenario kebijakan tarif cukai yang tepat dalam mendukung pendapatan negara dan industri rokok.
Batasan Penelitian • • • • • •
Jenis cukai yang mendapat kebijakan adalah cukai hasil tembakau yaitu produk rokok SKT, SKM, dan SPM. Analisa dampak kebijakan pada industri rokok berada diluar atau tidak mengikutsertakan usaha tani tembakau dan usaha tani cengkeh. Sistem tarif cukai yang digunakan adalah sistem tarif cukai tahun 2010 sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 181/PMK/011/2009. Biaya produksi pada industri rokok difokuskan kepada sektor tenaga kerja, periklanan dan bahan baku (tembakau dan cengkeh). Aspek taraf kesehatan tidak dijabarkan secara mendalam. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diterbitkan oleh BPS dan data data lain yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga baik pemerintah maupun nonpemerintah internasional.
Asumsi Penelitian • •
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Industri rokok yang dianalisis dalam penelitian merupakan gabungan dari industri rokok skala kecil dan industri rokok skala besar seluruh Indonesia. Kualitas rokok, tembakau, dan cengkeh dalam impor, penjualan domestik dan ekspor adalah setara.
Framework Penelitian Kebijakan Tarif cukai Penerimaan negara dari cukai Produksi industri rokok Kebijakan tarif cukai yang ideal
Konseptualisasi model sistem, Penyusunan Causal loop dan sub model sistem, formulasi model
Kondisi akumulasi laba industri rokok dan pendapatan negara
Simulasi Sistem Dinamik
Hasil simulasi dan desain skenario
Causal loop
Hal 53
Konseptualisasi Model
Submodel Industri Rokok
Formulasi Model
Hal 54
Salah satu variabelnya adalah pendapatan industri rokok yang didapat dari hasil penjumlahan antara pendapatan sektor SKM, pendapatan sektor SKT, dan pendapatan sektor SPM.
Submodel Produksi Rokok
Formulasi Model
Hal 56
Salah satu variabelnya adalah laju penjualan rokok SKT Gol 1 yang didapatkan dari kondisi jika stok rokok SKT Gol 1 beredar di pasar kurang dari atau sama dengan nol, maka tidak ada penjualan. Namun jika tidak, akan terjadi penjualan sebesar permintaan rokok SKT Gol 1.
Submodel Permintaan Rokok
Formulasi Model
Hal 60
Salah satu variabelnya adalah jumlah permintaan rokok SKT Gol 1 yang didapatkan dari hasil perkalian jumlah perokok aktif dengan proporsi penjualan SKT Gol 1 dan dengan pembagian permintaan golongan kuantil pendapatan dengan harga transaksi pasar rokok SKT Gol 1.
Submodel Konsumen Rokok
Formulasi Model
Hal 63
Salah satu variabelnya adalah laju penambahan konsumen rokok yang didapatkan dari hasil perkalian antara jumlah penduduk dengan pengaruh besar promosi iklan rokok dan dengan total presentase perokok.
Submodel Sumber Daya Industri Rokok
Formulasi Model
Hal 66
Salah satu variabelnya yaitu penambahan unit kapasitas produksi yang didapatkan melalui hasil perkalian investasi industri rokok dengan proporsi investasi untuk penambahan kapasitas produksi dibagi besar biaya penambahan unit kapasitas produksi.
Submodel Sistem Tarif Cukai
Formulasi Model
Hal 68
Salah satu variabelnya yaitu variabel tarif cukai rokok awal adalah tarif cukai rokok sebelum terkena peningkatan tarif dari variabel peningkatan tarif cukai. Dan variabel tarif cukai rokok adalah tarif cukai rokok yang sudah terkena peningkatan tarif. .
Submodel Penerimaan Negara
Formulasi Model
Hal 69
Salah satu variabelnya yaitu variabel penerimaan negara dari cukai rokok yang merupakan hasil penjumlahan dari penerimaan rokok SKT, SKM, dan SPM.
Submodel Pertanian Tembakau dan Cengkeh
Formulasi Model
Hal 71 Salah satu variabelnya yaitu variabel penjualan cengkeh dalam negeri yang didapatkan dari kondisi jika alokasi persediaan cengkeh domestik untuk penjualan dalam negeri lebih besar dari kebutuhan pengadaan cengkeh industri rokok, maka terjadi penjualan sebanyak kebutuhan industri rokok. Namun jika tidak, terjadi penjualan sebanyak alokasi persediaan cengkeh domestik untuk penjualan dalam negeri.
Submodel Taraf Kesehatan
Formulasi Model
Hal 73
Salah satu variabelnya yaitu variabel jumlah konsumsi rokok per kapita yang didapatkan melalui pembagian total konsumsi rokok dengan jumlah perokok aktif.
Kondisi Eksisting
Hasil Simulasi
• Laba industri rokok akan terus melaju positif setiap tahun. • Grafik yang ditampilkan sedikit bergelombang mengindikasikan terjadinya naik-turunnya laba bersih pada tahun tersebut. • Dalam kondisi tarif cukai belum mengalami peningkatan, biaya pengeluaran paling besar disumbang oleh biaya sektor bahan baku.
Hal 83
Kondisi Eksisting
Hasil Simulasi
• Penerimaan negara cenderung meningkat terus dan tidak menunjukkan penurunan laju penerimaan pada periode tertentu. • Hal ini mengindikasikan bahwa dengan kondisi eksisting penerimaan negara dari cukai rokok pada tahun 2030 akan meningkat lima kali lipat dibanding tahun 2010
Hal 83
Desain Skenario Tarif Cukai
Skenario I
Skenario II
• Skenario ini dimulai pada tahun 2010 dengan setiap tahunnya terjadi penambahan tarif cukai sebesar 0% (eksisting), 5%, 10%, 30%, 57%, dan 100% dari nilai dasar. • Nilai dasar menggunakan tarif cukai 2010.
• Skenario ini sama dengan Skenario I, kecuali adanya pe-nambahkan kondisi pembatasan produksi rokok mulai tahun 2015 sebesar ± 260 miliar batang.
Nama Subskenario
% penambahan tarif cukai
Nama Subskenario
% penambahan tarif cukai
Skenario A
0
Skenario G
0
Skenario B
5
Skenario H
5
Skenario C
10
Skenario I
10
Skenario D
30
Skenario J
30
Skenario E
57
Skenario K
57
Skenario F
100
Skenario L
100
Skenario I
Hasil Simulasi Skenario • Semakin tinggi tarif cukai yang dinaikkan per tahun, menyebabkan akumulasi laba industri rokok semakin turun. • Persentase kenaikan tarif cukai sebesar Skenario A, skenario B, dan Skenario C, akumulasi laba industri rokok tetap me-nunjukkan peningkatan. Skenario D membuat akumulasi laba industri rokok meningkat dengan rate lebih rendah dan mulai tahun 2020 menunjukkan tren menurun • Skenario E dan F menyebabkan nilai akumulasi laba industri rokok bernilai nol rupiah di akhir simulasi pada tahun 2020, dan 2025. Hal 88
Skenario I…(lanjutan)
Hasil Simulasi Skenario
• Selepas tahun 2020/2025, dengan Skenario E dan F, industri rokok masih dapat bertahan walaupun kondisinya akumulasi labanya tidak menunjukkan peningkatan. • Industri rokok mengumpulkan pendapatan dari penjualan rokok yang sebelumnya sudah beredar di pasar untuk modal produksi berikutnya. Dikarenakan tarif cukai masih terlalu tinggi, industri rokok hanya produksi sementara waktu lalu menunggu pendapatan didapatkan kembali lalu produksi lagi, dan begitu seterusnya.
Skenario I…(lanjutan)
Hasil Simulasi Skenario • Semakin tinggi tarif cukai yang digunakan, semakin besar penerimaan negara yang didapat melalui cukai. • Dalam 15 tahun periode, Skenario F dan E memberikan penerimaan negara yang lebih tinggi diantara empat skenario lainnya, walaupun penjualan rokok semakin menurun seiring tingginya tarif cukai yang diterapkan. • Skenario F dan E mulai menunjukkan tren penurunan pada periode ke-15 simulasi. • Selepas periode ke-15, empat skenario lain menunjukkan peningkatan penerimaan cukai.
Skenario I…(lanjutan)
Hasil Simulasi Skenario • Industri rokok mulai merugi sesaat, dan menghentikan produksinya, lalu produksi kembali, lalu berhenti karena biaya pengeluaran yang semakin besar. • Ketika akumulasi laba sudah terisi dan tidak bernilai nol, industri rokok produksi kembali. • Siklus ini akan terus terjadi hingga industri rokok benar-benar tidak bisa berproduksi
Skenario I…(lanjutan)
Hasil Simulasi Skenario • Berkurangnya penjualan rokok dikarenakan berkurangnya permintaan rokok dan jumlah rokok beredar di pasar karena industri rokok yang semakin merugi seiring dengan tingginya tarif cukai. • Permintaan rokok berkurang, karena (1) periklanan industri rokok semakin turun aktivitasnya; (2) harga rokok di pasaran semakin tinggi karena tarif cukai; (3) tingkat pendidikan per kuantil pengeluaran semakin tinggi, sehingga semakin sadar akan bahaya merokok;dan (4) tingkat pengeluaran semakin tinggi karena berkurangnya DALY per orang, namun karena harga rokok yang tinggi, mengakibatkan konsumsi
Skenario I…(lanjutan)
Hasil Simulasi Skenario • Semakin tinggi tarif cukai, konsumsi rokok semakin menurun, sehingga besar DALY per orang akan semakin turun. • Dengan berkurangnya DALY maka akan memiliki waktu produktif yang lebih banyak sehingga bisa memiliki tingkat pendapatan yang besar dan diikuti tingkat pengeluaran yang semakin besar. • Skenario F mampu membuat DALY per orang menurun 65% dari skenario A (kondisi eksisting).
Skenario II
Hasil Simulasi Skenario • Skenario G dan H menampilkan kondisi produksi yang flat pada tahun 2015 hingga akhir periode simulasi. Skenario I, J, K dan L, menampilkan grafik yang menurun karena berkurangnya kapasitas produksi industri rokok pada tahun tersebut. • Skenario L dan K, menyebabkan akumulasi laba industri rokok menjadi menurun hingga bernilai nol rupiah pada tahun 2022 dan 2027. Skenario G lebih tinggi 20% dari Skenario H, dan lebih tinggi 42% dari Skenario I. • Skenario J membuat akumulasi laba industri rokok meningkat dengan rate yang rendah dan mulai tahun 2020 menunjukkan tren menurun. Hal 94
Skenario II…(lanjutan)
Hasil Simulasi Skenario
• Selepas dari tahun tersebut (2020/2027), dengan Skenario E dan F, industri rokok masih dapat bertahan walaupun kondisinya akumulasi labanya tidak menunjukkan peningkatan. • Industri rokok mengumpulkan pendapatan dari penjualan rokok yang sebelumnya sudah beredar di pasar untuk modal produksi berikutnya. Dikarenakan tarif cukai masih terlalu tinggi industri rokok hanya produksi sementara waktu, lalu menunggu pendapatan didapatkan kembali lalu produksi lagi, dan begitu seterusnya.
Skenario II…(lanjutan) Skenario II
Skenario I
Hasil Simulasi Skenario • Pemerintah tetap memperoleh nilai penerimaan yang besar pada kondisi pembatasan produksi rokok. • Berbeda dengan Skenario I (skenario tanpa pembatasan produksi rokok), penerimaan cukai tertinggi di-hasilkan oleh skenario L dan K (kenaikan tarif cukai 57% dan 100%). Hal ini dikarenakan adanya pembatasan jumlah produksi rokok, sehingga besar keuntungan akan terbatasi dengan berapa banyak rokok yang terproduksi dan terjual. Berbeda dengan Skenario I yang bisa menjual jumlah rokok yang lebih besar seiring produksinya yang besar (tanpa pembatasan produksi rokok).
Skenario II…(lanjutan) Skenario II
Skenario I
Hasil Simulasi Skenario • Dibandingkan dengan Skenario I, total penjualan rokok pada Skenario II ini tidak mengalami peningkatan sebesar Skenario I dan cenderung bergerak dibawah angka 400 triliun batang. • Jumlah permintaan rokok pada Skenario I dan Skenario II adalah sama, namun dikarenakan produksi rokok yang dikurangi maka jumlah rokok yang akan dijual menjadi lebih sedikit, sehingga penjualan rokok akan mengalami penurunan.
Skenario II…(lanjutan) Skenario II
Skenario I
Hasil Simulasi Skenario • Skenario II menunjukkan perilaku yang sama dengan skenario I. Yaitu semakin tinggi tarif cukai yang diterapkan, konsumsi rokok akan semakin menurun, sehingga besar DALY per orang akan semakin turun. • Namun, dikarenakan skenario II menerapkan kondisi pembatasan produksi rokok, maka pada kondisi eksisting skenario II (subskenario G) DALY per orang akan lebih rendah 22% dari skenario I. • Skenario L mampu membuat DALY per orang menurun 54% dari skenario G (kondisi eksisting).
Perbandingan Skenario
Hasil Simulasi Skenario
• Dengan melihat bentuk grafik dampak penerapan skenario pada masing-masing variabel, maka terlihat bahwa subskenario peningkatan tarif cukai sebesar 0%, 5%, 10%, 30% dapat memberikan hasil yang paling ideal pada dua kondisi skenario (pembatasan produksi dan tanpa pembatasan produksi). • Subskenario peningkatan tarif cukai sebesar 30% (Skenario D/J) dapat memberikan efek penurunan nilai pada periode akhir simulasi. • Dua skenario lainnya (57% dan 100%) akan membuat nilai variabel (akumulasi laba industri rokok dan penerimaan negara) menjadi turun hingga mencapai nilai nol sebelum waktu berakhirnya periode simulasi.
Kesimpulan •
•
• •
Semakin tinggi tarif cukai, mampu merugikan usaha industri rokok melalui besarnya pengeluaran untuk pelunasan cukai. Namun disisi lain, akan memberikan penerimaan yang besar kepada pemerintah. Dengan melakukan running simulasi pada kondisi eksisting selama 30 tahun, kondisi akumulasi laba industri rokok akan tetap mengalami peningkatan dan penerimaan negara dari cukai rokok juga mengalami hal yang sama. Setelah dikenakan subskenario penambahan tarif cukai, maka industri rokok akan mengalami penurunan akumulasi laba seiring dengan besarnya tarif cukai yang dikenakan. Dari berbagai sub-skenario yang disimulasikan maka diketahui sub-skenario yang mampu memberikan keuntungan yang besar bagi negara dan tidak mematikan industri rokok adalah subskenario penambahan tarif cukai 0%, 5%, 10%, dan 30%. • Skenario peningkatan tarif cukai sebesar 57% akan membuat industri rokok pertama kali mencapai nilai akumulasi laba sebesar nol rupiah pada tahun 2025 (skenario I) dan 2027 (skenario II) • Skenario peningkatan tarif cukai sebesar 100% akan membuat industri rokok pertama kali mencapai nilai akumulasi laba sebesar nol rupiah pada tahun 2020 (skenario I) dan 2022 (skenario II)
Saran • •
Pada penelitian selanjutnya hendaknya dilakukan suatu studi mengenai keterkaitan industri rokok dengan pertanian tembakau dan cengkeh secara lebih mendalam. Pada penelitian berikutnya diharapkan adanya kajian mengenai tingkat konsumsi rokok pada masyarakat.
Daftar Pustaka Ahmad, S. dan Billimek, J., 2007. Limiting Youth Access To Tobacco: Comparing The Long-term Health Impacts Of Increasing Cigarette Excise Taxes And Raising The Legal Smoking Age To 21 In The United States. Health Policy, (80), pp.378-91. Ahmad, S. & Franz, G.A., 2008. Raising Taxes To Reduce Smoking Prevalence In The US: A Simulation Of The Anticipated Health And Economic Impacts. Public Health, (122), pp.3-10. Antariksa, Y., 2010. Blog Strategi + Manajemen. http://strategimanajemen.net/2010/03/15/industri-rokok-indonesia-sedang-menjemputkematian/. Diakses pada tanggal 2 Februari 2011 Barber, S., Adioetomo, S.M., Setyonaluri, D. & Ahsan, A., 2008. Tobacco Economic In Indonesia. Jakarta: Lembaga Demografi FE UI. Borshchev, A. & Filippov, A., 2004. From System Dynamics and Discrete Event to Practical Agent Based Modeling: Reasons, Techniques, Tools. DeCicca, P. & McLeod, L., 2008. Cigarette Taxes And Older Adult Smoking: Evidence From Recent Large Tax Increases. Health Economics, (27), pp.918-29. Departemen Perindustrian, 2009. Roadmap Industri Pengolahan Tembakau. Jakarta: Direktorat Jenderal Industri Agro Dan Kimia Departemen Perindustrian.
Terima Kasih
Hasil Simulasi Skenario
Skenario II Skenario II
Skenario II
Skenario I
Skenario I
• Perbedaan paling mencolok antara Skenario I dan Skenario II pada akumulasi laba industri rokok, adalah pada waktu kapan industri rokok pertama kali mencapai nilai akumulasi laba sebesar nol rupiah. Dengan skenario peningkatan cukai sebesar 57% dan 100%.
Verifikasi
• Check Unit: untuk memastikan kesetaraan satuan pada saat melakukan formulasi model.
• Check Model: untuk memastikan bahwa model bisa di-running.
Validasi
Uji Parameter Model • Melalui uji parameter, hasil simulasi dikatakan baik jika polanya sama dengan logika aktual. Misalnya, pendapatan industri rokok dan akumulasi laba industri rokok dengan logika aktualnya apabila pendapatan naik, maka akumulasi laba juga akan naik. Variabel selanjutnya, bila harga rokok SKM naik, maka permintaan rokok tersebut akan menurun.
Validasi
Uji Statistik • Uji statistik merupakan uji validasi output sistem apakah berbeda signifikan dengan real sistem yang diteliti apa tidak. Uji statistik dilakukan dengan cara membandingkan data aktual dengan data simulasi. H0 : µ1 = µ2 (tidak ada perbedaan data yang signifikan) H1 : µ1 ≠ µ2 (ada perbedaan data yang signifikan) Apabila nilai P-value > alpha = 0.05, maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu, terima H0 .
Jumlah Tenaga Kerja
Penerimaan Negara Dari Cukai
Validasi
Uji Statistik • Uji statistik merupakan uji validasi output sistem apakah berbeda signifikan dengan real sistem yang diteliti apa tidak. Uji statistik dilakukan dengan cara membandingkan data aktual dengan data simulasi. H0 : µ1 = µ2 (tidak ada perbedaan data yang signifikan) H1 : µ1 ≠ µ2 (ada perbedaan data yang signifikan) Apabila nilai P-value > alpha = 0.05, maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu, terima H0 .
Produksi Rokok
Validasi
Uji Statistik • Validasi dilakukan dengan membandingkan rata-rata nilai pada data aktual dengan rata-rata nilai pada data hasil simulasi untuk menemukan rata-rata error yang terjadi. Bila nilai rata-rata error lebih kecil dari 0,1, model dikatakan valid secara kuantitatif.