ANALISIS PERANAN SEKTOR PARIWISATA DAN SUBSEKTOR

Download Metode yang digunakannya adalah Input-Output Indonesia dan SAM. Dalam penelitiannya, dia mendefinisikan pariwisata adalah sebagai sektor ho...

0 downloads 415 Views 729KB Size
 

ANALISIS PERANAN SEKTOR PARIWISATA DAN SUBSEKTOR PENDUKUNGNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN BADUNG

GALUH RAGA PRAMANA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

 

 

 

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Peranan Sektor Pariwisata dan Subsektor Pendukungnya terhadap Perekonomian Kabupaten Badung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, 28 Mei 2013

Galuh Raga Pramana NIM H14090069

 

ABSTRAK GALUH RAGA PRAMANA. Analisis Peranan Sektor Pariwisata dan Subsektor Pendukungnya terhadap Perekonomian Kabupaten Badung. Dibimbing oleh ARIEF DARYANTO. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor berbasis jasa yang potensial dan strategis dalam pengembangan perekonomian nasional dan daerah. Pengembangan pada sektor pariwisata akan berpengaruh terhadap perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya. Kabupaten Badung adalah salah satu daerah yang berada di Provinsi Bali dengan memiliki tempat-tempat wisata utama dari Pulau Bali. Hal ini merupakan salah satu alasan yang mendorong pemerintah untuk terus meningkatkan pengembangan dari sektor pariwisata. Penelitian ini menggunakan analisis input-output dari Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 dengan klasifikasi 54 sektor yang diagreasi menjadi 13 sektor dan 9 sektor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sektor perdagangan memiliki pengaruh yang besar, sedangkan sektor pariwisata kurang memiliki pengaruh terhadap sektor ekonomi lainnya. Pada subsektor pariwisata yaitu subsektor restoran, rumah makan dan warung memiliki pengaruh yang besar terhadap sektor perekonomian lainnya baik sektor hulu maupun hilir. Oleh karena itu, pemerintah harus terus meningkatkan sektor pariwisata dengan memprioritaskan pengembangan subsektor restoran, rumah makan, dan warung agar dapat mendorong perekonomian Kabupaten Badung. Kata kunci: Input Output, Kabupaten Badung, Pariwisata

ABSTRACT GALUH RAGA PRAMANA. Role of Tourism Sector and Supporters Subsector on the Badung regency Economy Analysis. Supervised by ARIEF DARYANTO The tourism sector is one of the sector-based potential and strategic services in the development of national and regional economies. Development of the tourism sector will affect the development of other economic sectors. Badung regency is one of the areas in the province of Bali by having the main tourist attractions of the Bali island. This is one of the reasons that prompted the government to continue to enhance the development of the tourism sector. This research uses input-output analysis of the Input-Output Tables Badung Regency in 2009 with the classification of 54 sectors into 13 sectors and 9 sectors. Results of this study indicate that the trade sector has a huge effect, while the tourism sector has less influence on other economic sectors. However, the sub-sector of tourism subsector restaurants and cafes have a considerable influence on other sectors of the economy both upstream and downstream. Therefore, the government should continue to improve the tourism sector by prioritizing the development of subsector restaurants, and cafes in order to stimulate the economy of the Badung regency. Keywords: Badung Regency, Input-Output, Tourism  

 

ANALISIS PERANAN SEKTOR PARIWISATA DAN SUBSEKTOR PENDUKUNGNYA TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN BADUNG

GALUH RAGA PRAMANA

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

 

 

 

Judul Skripsi : Analisis Peranan Sektor Pariwisata dan Subsektor Pendukungnya terhadap Perekonomian Kabupaten Badung Nama : Galuh Raga Pramana NIM : H14090069

Disetujui oleh

Arief Daryanto, Ph. D Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Dedi Budiman Hakim Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

 

PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 sampai Mei 2013 ini ialah Analisis Peranan Sektor Pariwisata dan Subsektor Pendukungnya terhadap Perekonomian Kabupaten Badung. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Arief Daryanto, Ph.D selaku dosen pembimbing selama proses penyelesaian skripsi, Bapak Dr.Ir. Manutun Parulian Hutagaol M.Si dan Ibu Ranti Wiliasih M.Si selaku dosen penguji dalam proses sidang sikripsi, pihak BPS Pusat yang telah menyediakan dan melayani penulis saat proses pengumpulan data. Kepada Rissa, Assrianti, dan Reska yang telah banyak membantu selama proses pengumpulan dan pengolahan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak tercinta Agus Irianto, Ibu tercinta Nanik Sugiyarti, serta kakak dan adik tercinta Dian Purbasari dan Pupi Rahma Sari yang telah memberi dukungan secara moril. Kepada seluruh teman dan sahabat Departemen Ilmu Ekonomi 46 atas dukungannya selama menjalani pendidikan di Bogor, serta seluruh pihak yang telah menyemangati dan selalu mendoakan yang terbaik bagi penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, 28 Mei 2013

Galuh Raga Pramana

 

 

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

4

Definisi Kepariwisataan

4

Peran Pariwisata

5

Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional

7

Penelitian Terdahulu

7

Kerangka Pemikiran

9

METODE PENELITIAN

10

Lokasi dan Waktu Penelitian

10

Jenis dan Sumber Data

10

Metode Analisis

10

Analisis Keterkaitan

10

Dampak Penyebaran

11

Analisis Multiplier

12

Sektor Kunci

14

Konsep dan Definisi Operasional Data GAMBARAN UMUM KABUPATEN BADUNG

14 19

Sektor Pariwisata Kabupaten Badung

21

Objek Wisata Kabupaten Badung

23

v

 

Perkembangan Kunjungan Wisata Kabupaten Badung HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Kabupaten Badung

24 24 24

Struktur Permintaan

24

Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah

26

Struktur Investasi

28

Struktur Ekspor Impor

28

Struktur Nilai Tambah Bruto

29

Struktur Output Sektoral

31

Analisis Keterkaitan

31

Analisis Dampak Penyebaran

34

Analisis Pengganda (Multiplier)

37

Analisis Sektor Kunci

40

SIMPULAN DAN SARAN

42

Simpulan

42

Saran

43

DAFTAR PUSTAKA

43

LAMPIRAN

45

RIWAYAT HIDUP

59

 

 

 

 

DAFTAR TABEL 1.

Distribusi persentase produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Badung atas dasar harga konstan 2000 (persen)

2. 3.

Rumus pengganda output, pendapatan dan tenaga kerja PDRB sektor pariwisata Kabupaten Badung atas dasar harga konstan 2000 (juta rupiah) Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Badung Struktur permintaan antara dan permintaan akhir perekonomian Kabupaten Badung 2009 (juta rupiah) Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah terhadap perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (juta rupiah) Struktur investasi sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (juta rupiah) Ekspor impor sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (juta rupiah) Struktur nilai tambah bruto Kabupaten Badung tahun 2009 (juta rupiah) Struktur output sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (juta rupiah) Keterkaitan output ke depan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 9 sektor) Keterkaitan output ke depan subsektor pariwisata Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 13 sektor) Keterkaitan output ke belakang sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 9 sektor) Keterkaitan output ke belakang subsektor pariwisata perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 13 sektor) Koefisien penyebaran sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung Koefisien penyebaran subsektor pariwisata Kabupaten Badung Kepekaan penyebaran sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung Kepekaan penyebaran subsektor pariwisata Kabupaten Badung Pengganda output sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung Pengganda output subsektor pariwisata Kabupaten Badung Pengganda pendapatan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung Pengganda pendapatan subsektor pariwisata Kabupaten Badung Indeks multiplier aktual subsektor pariwisata Kabupaten Badung tahun 2009.

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.

2 13 22 24 26 27 28 29 30 31 32 33 34 34 35 36 36 37 38 39 40 40 41

DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4.

Kerangka pemikiran operasional Peta wilayah Kabupaten Badung Fasilitas kepariwisataan di Kabupaten Badung tahun 2010 Jumlah akomodasi/hotel berbintang, non berbintang/melati, dan pondok wisata di Kabupaten Badung tahun 2009 5. Diagram sektor kunci

9 20 21 22 41

vii

 

DAFTAR LAMPIRAN

1. Agregasi 13 sektor dan 9 sektor dari klasifikasi 54 sektor Tabel Input Output Kabupaten Badung tahun 2009 2. Matriks koefisien teknis klasifikasi 13 sektor 3. Matriks koefisien teknis klasifikasi 9 sektor 4. Matriks kebalikan leontif terbuka klasifikasi 13 sektor 5. Matriks kebalikan leontif terbuka klasifikasi 9 sektor 6. Backward open total requirements klasifikasi 13 sektor 7. Backward open total requirements klasifikasi 9 sektor 8. Forward open total requirements klasifikasi 13 sektor 9. Forward open total requirements klasifikasi 9 sektor 10. Multiplier output klasifikasi 13 sektor 11. Multiplier output klasifikasi 9 sektor 12. Multiplier income klasifikasi 13 sektor 13. Multiplier income klasifikasi 9 sektor  

 

45 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58

1  

PENDAHULUAN

Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang berbasis jasa yang potensial dan stategis dalam pengembangan perekonomian nasional maupun daerah. Hal ini dikarenakan pada sektor pariwisata mampu mendatangkan pendapatan bagi negara maupun daerah. Hal ini juga yang mendorong pemerintah terus meningkatkan pembangunan sektor pariwisata disamping menurunnya peranan sektor minyak dan gas sebagai sumber pendapatan. Menurut Wahab (1992), pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan dan standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari pengembangan sektor pariwisata. Salah satunya adalah menggalang persatuan bangsa yang rakyatnya memiliki daerah yang berbeda, bahasa, adat istiadat dan cita rasa yang beraneka ragam pula. Selain hal tersebut, pariwisata tidak akan menimbulkan masalah polusi dan akan terus mengalami perkembangan tanpa harus merusakkan sumberdaya alam di suatu wilayah. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja. Adanya kunjungan wisatawan pada suatu daerah, maka daerah tersebut diharuskan dapat menyediakan permintaan dari wisatawan tersebut. Hal tersebut menjadi suatu peluang usaha bagi masyarkat baik dalam bentuk penginapan atau hotel, rumah makan atau restoran, jasa angkutan dan lain sebagainya, sehingga pengangguran akan berkurang dan pendapatan masyarakat akan meningkat. Selain hal tersebut, sektor pariwisata juga memiliki multiplier effect yang sangat berperan bagi perekonomian. Kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara akan berpengaruh pada konsumsi wisatawan. Dampaknya akan berpengaruh pada nilai belanja pengeluaran wisatawan (spending leisure), sehingga akan berpengaruh terhadap kesempatan kerja, pendapatan dan penerimaan devisa bagi daerah tujuan wisata. Disamping itu, juga berhubungan dengan aktivitas ekonomi lain seperti transportasi, komunikasi, pertanian, industri dan sektor lainnya, sehingga sektor pariwisata memiliki keterkaitan dengan sektor lainnya. Kabupaten Badung merupakan salah satu daerah di Provinsi Bali yang memiliki letak geografis yang strategis. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya tempat wisata utama Pulau Bali yang berada di wilayah tersebut. Salah satu diantaranya adalah Pantai Kuta, Pantai Nusa Dua, Pantai Jimbaran, Desa Sangeh, Tanjung Beno, Pura Taman Ayun, dan Waterboom.

2   

Tabel 1 Distribusi persentase produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Badung atas dasar harga konstan 2000 (Persen) SEKTOR 2008 2009 2010 2011 Pertanian 8.50 8.23 8.29 8.04 Pertambangan dan 0.11 0.10 0.10 0.10 Penggalian Industri Pengolahan 2.80 2.79 2.88 2.82 Listrik, Gas dan Air 1.60 1.60 1.60 1.60 Bersih Bangunan 4.54 4.42 4.31 4.36 Perdagangan 4.57 4.64 4.75 4.86 Pariwisata 66.79 67.32 67.35 67.51 Keuangan, Persewaan, 2.72 2.62 2.53 2.43 dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa 8.37 8.28 8.19 8.28 TOTAL 100 100 100 100 Sumber: BPS Kabupaten Badung 2012.

Dari Tabel 1 tersebut, dapat diketahui sektor yang memberikan sumbangan terbesar dalam PDRB Kabupaten Badung adalah sektor pariwisata. Sektor pariwisata juga memiliki sumbangan terhadap PDRB yang terus meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor pariwisata merupakan sektor andalan dan sangat potensial untuk terus dikembangkan di Kabupaten Badung. Pembangunan dan pengembangan pada sektor pariwisata diharapkan akan menimbulkan multiplier effect terhadap sektor-sektor ekonomi lain. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam peningkatan laju pertumbuhan perekonomian, sehingga diperlukan analisis terhadap keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-sektor ekonomi yang lainnya.

Perumusan Masalah Sektor pariwisata di Kabupaten Badung tidak akan terlepas dari keberadaan sektor-sektor ekonomi lainnya. Terjadinya suatu perubahan pada sektor pariwisata akan berpengaruh pada sektor ekonomi lainnya, dan begitu pula sebaliknya terjadinya perubahan pada salah satu sektor ekonomi yang lain, juga akan berpengaruh pada sektor pariwisata. Kondisi seperti inilah yang sering disebut dengan multiplier effect dimana perubahan pada salah satu sektor akan mempengaruhin kondisi sektor yang lain. Peningkatan dan pengembangan pada sektor pariwisata Kabupaten Badung diharapkan dapat sebagai sektor kunci bagi perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya yang akan meningkatkan PDRB Kabupaten Badung. Berdasarkan hal diatas, dirumuskan beberapa permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini, sebagai berikut :

3  

1. Bagaimana peranan sektor pariwisata dalam pembentukan output, permintaan antara, permintaan akhir, dan nilai tambah bruto Kabupaten Badung? 2. Bagaimana keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya? 3. Berapakah besar dampak dan pengaruh penyebaran sektor pariwisata terhadap sektor lainnya? 4. Bagaimana efek multliplier output dan pendapatan sektor pariwisata dalam perekonomian?

Tujuan Penelitian Berdasarkan dari uraian perumusan masalah diatas penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu : 1. Menganalisis peran sektor pariwisata dalam pembentukan output, permintaan antara, permintaan akhir, dan nilai tambah bruto Kabupaten Badung. 2. Menganalisis keterkaitan sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainnya di Kabupaten Badung. 3. Menganalisis dampak dan pengaruh penyebaran sektor pariwisata terhadap sektor lainnya. 4. Menganalisis efek multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor pariwisata dalam perekonomian Kabupaten Badung.

Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para pengambil kebijakan di Kabupaten Badung dalam melakukan perencanaan pengembangan pariwisata dan perekonomian Kabupaten Badung. 2. Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini melakukan analisis dengan menggunakan data yang terdapat pada Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 klasifikasi 54 sektor yang kemudian di agregasi menjadi 13 sektor dan 9 sektor. Hal ini dilakukan untuk melihat keterkaitan dan pengaruh penyebaran antar subsektor pendukung pariwisata (subsektor restoran, hotel, transportasi dan komunikasi, jasa biro perjalanan wisata, jasa hiburan dan atraksi budaya). Agregasi 9 sektor dilakukan untuk menganalisis keterkaitan dan pengaruh penyebaran sektor pariwisata terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya. Data Input-Output yang dianalisis adalah

4   

data transaksi domestik atas dasar harga produsen. Penggunaan sektor pariwisata dalam penelitian ini terdiri dari lima subsektor pendukung, yaitu; subsektor restoran, hotel, transportasi dan komunikasi, jasa biro perjalanan wisata, jasa hiburan, dan atraksi budaya.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Definisi Kepariwisataan Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dijelaskan sebagai berikut: 1. Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi, dalam jangka waktu sementara. 2. Wisatawan adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan wisata. Wisatawan dapat berasal dari dalam negeri atau yang dikenal dengan sebutan wisatawan domestik dan adapula wisatawan yang berasal dari luar negara tujuan yang disebut wisatawan mancanegara (wisman). 3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. 4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. 5. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 6. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. 7. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. 8. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata. Menurut Cooper dalam Heriawan (2004), pariwisata adalah serangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau keluarga atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan yang dimaksud bersifat sementara dan pada waktunya akan kembali ke tempat tinggal semula. Hal tersebut memiliki dua elemen yang

5  

penting, yaitu: perjalanan itu sendiri dan tinggal sementara di tempat tujuan dengan berbagai aktivitas wisatanya. Semua orang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat (tempat asal) ke tempat lain termasuk kegiatan wisata. Perjalanan rutin seseorang ke tempat bekerja walaupun mungkin cukup jauh dari segi jarak tentu bukan termasuk kategori wisatawan. Dengan kata lain, kegiatan pariwisata adalah kegiatan bersenang-senang (leisure) yang mengeluarkan uang atau melakukan tindakan konsumtif (Heriawan, 2004). Individu yang melakukan kegiatan wisata sering disebut sebagai wisatawan. Dalam hal tersebut wisatawan dibagi menjadi dua ada wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Wisatawan Nusantara Wisatawan Nusantara atau domestic tourist adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dalam wilayah geografis Indonesia (perjalanan dalam negeri) secara sukarela dalam jangka waktu kurang dari satu tahun dan bukan untuk tujuan bersekolah atau bekerja, serta sifat perjalanannya bukan rutin (commuting).

Wisatawan Mancanegara Wisatawan mancanegara adalah setiap orang yang mengunjungi sebuah negara di luar tempat tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan yang bukan untuk bekerja atau memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi. Berikut definisi wisatawan menurut Ismayanti (2010) yaitu: 1. Visitor Visitor atau pengunjung adalah siapa pun yang melakukan perjalanan ke daerah lain di luar lingkungan kesehariannya dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan berturut-turut dan tujuan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di daerah tersebut. 2. Tourist Tourist atau wisatawan merupakan pengunjung yang menginap atau pengunjung yang tinggal di daerah tujuan setidaknya satu malam diakomodasi umum ataupun pribadi. 3. Same day visitor Same day visitor atau pengunjung harian adalah ekskurionis, pengunjung yang tidak bermalam diakomodasi umum atau pribadi di daerah tujuan.

Peran Pariwisata Pariwisata adalah suatu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Pariwisata juga sebagai sektor yang kompleks yang meliputi industri-industri dalam arti klasik seperti industri kerajinan tangan dan cendramata, penginapan, dan transfortasi sehingga secara ekonomi juga dapat dipandang sebagai industri.

6   

Pengembangan di dalam sektor pariwisata akan berhasil dengan baik, apabila masyarakat luas dapat lebih berperan atau ikut serta secara aktif. Agar masyarakat luas dapat lebih dapat berperan serta dalam pembangunan kepariwisataan, maka masyarakat perlu diberi pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pariwisata serta manfaat dan keuntungan-keuntungan apa yang akan diperoleh. Disamping itu, masyarakat juga harus mengetahui hal-hal yang dapat merugikan yang diakibatkan oleh adanya pariwisata tersebut. Menurut Hutabarat (1992), peranan pariwisata saat ini antara lain adalah: 1. Peran Ekonomi Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah. Peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah berasal dari pembelanjaan dan biaya yang dikeluarkan wisatawan selama perjalanan dan persinggahannya seperti untuk hotel, makan dan minum, cenderamata, angkutan, dan sebagainya. Selain itu juga, mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan sektor lain. Salah satu ciri khas pariwisata, adalah sifatnya yang tergantung dan terkait dengan bidang pembangunan sektor lainnya. Dengan demikian, berkembangnya kepariwisataan akan mendorong peningkatan dan pertumbuhan bidang pembangunan lain. Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan peluang usaha dan kerja. Peluang usaha dan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, homestay, restoran, warung, angkutan dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja dan sekaligus dapat menambah pendapatan untuk dapat menunjang kehidupan rumah tangganya. 2. Peran Sosial Semakin luasnya lapangan kerja. Sarana dan prasarana seperti hotel, restoran dan perusahaan perjalanan adalah usaha-usaha yang ”padat karya”. Untuk menjalankan jenis usaha yang tumbuh dibutuhkan tenaga kerja dan makin banyak wisatawan yang berkunjung, makin banyak pula lapangan kerja yang tercipta. Di Indonesia penyerapan tenaga kerja yang bersifat langsung dan menonjol adalah bidang perhotelan, biro perjalanan, pemandu wisata, instansi pariwisata pemerintah yang memerlukan tenaga terampil. Pariwisata juga menciptakan tenaga di bidang yang tidak langsung berhubungan, seperti bidang konstruksi dan jalan. 3. Peran Kebudayaan Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah. Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat, kesenian, peninggalan sejarah yang selain menjadi daya tarik wisata juga menjadi modal utama untuk mengembangkan pariwisata. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata akan mengupayakan agar modal utama tersebut tetap terpelihara, dilestarikan, dan dikembangkan. Mendorong terpeliharanya lingkungan hidup. Kekayaan dan keindahan alam seperti flora dan fauna, taman laut, lembah hijau pantai, dan sebagainya, merupakan daya tarik wisata. Daya tarik ini harus terus dipelihara dan dilestarikan karena hal ini merupakan modal bangsa untuk mengembangkan pariwisata. Wisatawan selalu menikmati segala sesuatu yang khas dan asli.

7  

Hal ini merangsang masyarakat untuk memelihara apa yang khas dan asli untuk diperlihatkan kepada wisatawan.

Tujuan Pembangunan Pariwisata Nasional Sesuai dengan perkembangan dalam rangka pembangunan nasional, guna meningkatkan kesejahteraan rakyat pembangunan pariwisata dilanjutkan dan ditingkatkan dengan mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan untuk memperbesar penerimaan devisa. Penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, dan kepercayaan pada diri sendiri. Berdasarkan UU No. 9 Tahun 1990, penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan untuk: a. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa c. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja d. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat e. Mendorong pendayagunaan produksi nasional. Sesuai dengan tujuan tersebut, berbagai program yang digalakan seperti pembangunan obyek dan daya tarik wisata baru, disamping itu juga tetap memperhatikan kemampuan untuk mendorong peningkatan pengembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya, nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai - nilai kehidupan dalam masyarakat.

Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian yang dilakukan dengan menggunakan alat analisis Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan selama ini terbagi menjadi ; 1) Penelitian terhadap seluruh sektor-sektor perekonomian, 2) Penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian, 3) Penelitian terhadap sektor agroindustri dan non agroindustri, 4) Penelitian terhadap sektor pertanian dan industri pengolahan. Heriawan (2004) dalam disertasinya menganalisis tentang peran sektor pariwisata terhadap perekonomian di Indonesia. Metode yang digunakannya adalah Input-Output Indonesia dan SAM. Dalam penelitiannya, dia mendefinisikan pariwisata adalah sebagai sektor hotel, restoran, angkutan, dan jasa serta sektor industri kerajinan. Hasil penelitiannya yaitu; mengenai peranan pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sektoral pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp106.9 triliun dari total PDB nasional sebesar Rp1 366.5 triliun atau sebesar 7.83 persen. Untuk

8   

tahun 2003 Produk Domestik Bruto (PDB) sektoral yaitu sebesar Rp103.6 triliun dari total PDB nasional sebesar Rp1 921.5 triliun atau sebesar 5.39 persen. Kemudian untuk nilai total output sektor pariwisata pada tahun 2000 adalah sebesar Rp226.9 triliun atau sebesar 8.40 persen dari total output nasional yang mencapai sebesar Rp2 701.1 triliun. Kemudian untuk tahun 2003, nilai total output sektor pariwisata yaitu sebesar Rp220.5 triliun atau sebesar 5.81 persen dari total output nasional. Adapun pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja pada tahun 2000 yaitu sebanyak 7.45 juta orang dari total 89.82 juta orang atau sebesar 8.29 persen. Pada tahun 2003 pengaruh sektor pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 7.21 juta orang dari total 90.8 juta orang atau sebesar 7.94 persen. Lumaksono (2011) dalam disertasinya menganalisis tentang dampak ekonomi internasional terhadap perekonomian indonesia. Metode yang digunakannya adalah Input-Output dan ekonometrika. Dijelaskan bahwa jumlah penerimaan devisa pariwisata tergantung dari jumlah kedatangan wisman beserta rata-rata pengeluarannya yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berbeda antarnegara asal wisatawan. Gross Domestic Product (GDP) merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi jumlah kedatangan wisman maupun pengeluaran mereka selama berada di Indonesia. Semakin sejahtera suatu negara yang diindikasikan oleh pertumbuhan ekonominya, semakin meningkat jumlah penduduk negara tersebut yang melakukan perjalanan ke Indonesia. Naik-turunnya harga pariwisata Indonesia dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang negara asal wisman, indeks harga konsumen Indonesia maupun indeks harga konsumen negara asal wisman. Penguatan nilai rupiah terhadap mata uang negara asal wisatawan akan mengurangi minat wisatawan untuk mengunjungi Indonesia dan menurunkan pengeluaran mereka selama berada di Indonesia. Santri (2009) menganalisis mengenai potensi sektor pariwisata untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat Provinsi Bali yang menggunakan Tabel Input-Output (updating) tahun 2007 transaksi domestik atas harga produsen, diperoleh hasil sektor pariwisata memiliki peran yang relatif besar terhadap struktur perekonomian Provinsi Bali. Hal ini dapat dilihat dari permintaan total sektor pariwisata pada tahun 2007 mencapai 36.00 persen dari umlah total permintaan seluruhnya. Dalam permintaan akhir, sektor pariwisata memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 40.25 persen dari total permintaan akhir. Pengeluaran konsumsi rumah tangga, sektor pariwisata juga menempati posisi tertinggi sebesar 30.75 persen dari total pengeluaran rumah tangga terhadap output domestik. Untuk investasi, sektor pariwisata berada di urutan kedua yaitu sebesar 8.79 persen dari total investasi provinsi Bali. Dalam struktur ekspor dan impor, pariwisata juga menempati posisi tertinggi dengan nilai ekspor sebesar 69.30 persen, dan nilai impor 26.29 persen. Secara keseluruhan, sektor pariwisata memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung yang tinggi baik sektor pengguna input maupun output, sehingga dapat dikatakan bahwa sektor ini dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor lain baik hulu maupun hilirnya. Pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan nilai terbesarnya ditempati oleh subsektor hotel bintang. Sedangkan pada

9  

keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, subsektor travel dan biro yang memiliki nilai terbesar.

Kerangka Pemikiran Metode analisis input-output digunakan untuk menganalisis mengenai keterkaitan dan dampak baik dari sektor pariwisata dalam perekonomian maupun antar subsektor penyusun sektor pariwisata Kabupaten Badung. Analisis inputoutput dapat digunakan juga untuk menganalisis peran sektor pariwisata ataupun subsektor penyusun sektor pariwisata terhadap pembentukan konsumsi pemerintah dan rumah tangga, permintaan dan penawaran, investasi, serta nilai tambah bruto Kabupaten Badung. Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis dampak penyebaran, analisis keterkaitan, dan analisis multiplier. Perekonomian Kabupaten Badung Sektor Pariwisata

Peran jasa pariwisata dan Sektor pendukungnya dalam Perekonomian Kabupaten Badung (Analisis Input-Output)

Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009

Analisis Keterkaitan

Keterkaitan dengan sektor lain (Analisis Penyebaran)

Peran Sektor Pariwisata terhadap Kabupaten Badung

Pembangunan Sektor Kunci dalam Peningkatan Perekonomian

Keterangan :

Ruang lingkup penelitian Sumber analisis Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional

Analisis Multiplier

10   

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Badung Provinsi Bali, dikarenakan beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan. Pertimbangan tersebut yaitu; (1) Tersedianya Tabel Input-Output Kabupaten Badung, (2) Kabupaten Badung merupakan daerah yang memiliki banyak kawasan wisata utama dari Pulau Bali yang merupakan tujuan wisata mancanegara, dan (3) Belum pernah dilakukannya penelitian mengenai peranan sektor pariwisata dalam perekonomian Kabupaten Badung.

Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 klasifikasi 54 sektor yang diagregasikan menjadi tiga belas dan sembilan sektor. Data diperoleh dari berbagai sumber dan instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, Badan Pusat Statistik Badung dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Badung, serta dari berbagai sumber pendukung lainnya. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Excel dan Input-Output Analysis for Practitioners (IOAP).

Metode Analisis Analisis Keterkaitan Analisis keterkaitan digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor. Keterkaitan ini terdiri dari, keterkaitan langsung ke depan, keterkaitan langsung ke belakang, keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang. 1. Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut:

F(d)i =∑ F(d)i

= keterkaitan langsung ke depan sektor i = unsur matrik koefisien teknis  

(1)

11  

 

n

= jumlah sektor

2. Keterkaitan Langsung Ke Belakang Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.

Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : B(d)j = ∑

(2)

B(d)j = keterkaitan langsung ke belakang sektor i = unsur matrik koefisien teknis n = jumlah sektor 3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan output bagi sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut: F(d+i) )i = ∑ F(d+i) )i n

(3)

= keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i, = unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka. = jumlah sektor

4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor yang diteliti terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan tipe ini dirumuskan sebagai berikut : B(d+i)j = ∑ B(d+i)j n

(4)

= keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sektor i = unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka = jumlah sektor

Dampak Penyebaran Indeks keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan maupun keterkaitan langsung serta keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang telah diuraikan di atas belum memadai apabila dipakai sebagai landasan untuk pemilihan sektor-sektor kunci. Indikator-indikator tersebut

12   

tidak dapat diperbandingkan antar sektor karena peranan permintaan setiap sektor tidak sama. Membandingkan rata-rata dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh sektor adalah cara untuk menormalkan kedua indeks tersebut. Analisis ini disebut dengan dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran. 1. Kepekaan Penyebaran (Daya Penyebaran ke Depan) Konsep kepekaan penyebaran (daya penyebaran ke depan) bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor-sektor lainnya melalui mekanisme pasar output. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor ini. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi apabila nilai Sd i lebih besar dari satu. Sebaliknya sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang rendah jika nilai Sdi lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai kepekaan penyebaran adalah: Sdi = Sdi n

∑ ∑



= kepekaan penyebaran sektor i, = unsur matrik kebalikan Leontief = jumlah sektor

2. Koefisien Penyebaran (Daya Penyebaran ke Belakang) Konsep koefisien penyebaran (daya penyebaran ke belakang) memiliki fungsi untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor terhadap perkembangan sektor-sektor lainnya melalui mekanisme transaksi pasar input. Konsep ini sering juga diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai keterkaitan ke belakang yang tinggi apabila nilai Pd lebih besar dari satu, j

sebaliknya jika nilai Pd lebih kecil dari satu. Rumus yang digunakan untuk j

mencari nilai koefisien penyebaran adalah sebagai berikut: Pdj = Pdj n

∑ ∑



= kepekaan penyebaran sektor j = unsur matrik kebalikan Leontief = jumlah sektor

Analisis Multiplier Berdasarkan matrik kebalikan Leontief, baik untuk model terbuka (α ) ij

maupun untuk model tertutup (α* ) dapat ditentukan nilai-nilai dari multiplier ij

output, pendapatan dan tenaga kerja berdasarkan rumus yang tercantum dalam Tabel 2. Hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output,

13  

pendapatan dan tenaga kerja, dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan II sebagai berikut:

Tabel 2 Rumus pengganda output, pendapatan, dan tenaga kerja Multiplier Nilai Output Efek awal

Pendapatan

Tenaga Kerja

1

Efek puteran pertama



Efek dukungan industri

 



Efek total

 

Efek lanjutan

 

   

1

- -∑ a    

 

∑  

 

 

Efek induksi konsumsi

∑  



1



 

-∑  

-

 

∑  

  - -∑ a    

∑  

  - -∑    

 



∑  

-

 

 

  -

Sumber: Daryanto, A ; Hafizrianda, Y (2010).

Keterangan: a = Koefisien Output = KoefisienPendapatan Rumah Tangga = Koefisien Tenaga Kerja = Matrik Kebalikan Leontief Model Terbuka = Matrik Kebalikan Leontief Model Tertutup

Melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit pengukuran dari sisi output, pendapatan dan tenaga kerja, dapat dihitung dengan menggunakan rumus multiplier tipe I dan multiplier tipe II berikut: Tipe I = Tipe II =

E

 

   Efek P

 P E

Efek 

   E

 P

 P

   E

 D

 I

 A    E

 D E

 I

   E

  I

 K

 A

1. Koefisien Pendapatan ( ) Koefisien pendapatan rumah tangga merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan dirumuskan sebagai berikut:

 

14   

=

Dimana:

= keofisien pendapatan sektor i = jumlah upah dan gaji sektor i = jumlah output total sektor i

Keofisien Tenaga Kerja ( ) Koefisien tenaga kerja merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut: = Dimana:

= koefisien tenaga kerja sektor i = jumlah tenaga kerja sektor i = jumlah output total sektor i

Sektor Kunci Adanya penggunaan input antara yang berasal dari output sektor lain dan penggunaan input primer seperti tenga kerja dan modal, membuat suatu sektor produksi menjadi terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya dalam suatu perekonomian. Keterkaitan antar sektor merupakan salah satu syarat yang harus dimiliki oleh growth pole dalam perkembangan ekonomi. Grwoth pole tersebut seharusnya lebih mengacu pada suatu sektor yang bisa menyebar dalam berbagai aktivitas sektor produksi sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara keseluruhan. Sektor semacam ini umumnya memiliki ciri-ciri, (1) perkembangannya relatif cepat, (2) industrinya relatif besar untuk memberikan dampak langsung dan tidak langsung, (3) memiliki keterkaitan tinggi antar industri, dan (4) inovatif (Arsyad, 1999). Suatu sektor yang memiliki ciri-ciri seperti diatas bisa dijadikan sebagai sektor kunci dalam pembangunan ekonomi suatu daerah. Hal itu dikarenakan sektor tersebut paling efektif berperan sebagai motor penggerak dalam pembanguna daerah secara berkesinambungan. Sehingga sangatlah penting dalam menentukan sektor mana yang bisa menjadi sektor kunci pada suatu perekonomian.

Konsep dan Definisi Operasional Data Konsep dan definisi menjelaskan konsep serta definisi dari pariwisata, output, transaksi antara, permintaan akhir (pengeluaran rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, ekspor dan impor) dan input primer (upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto) yang sesuai dengan Tabel Input-Output (Daryanto, A. dan Hafizrianda, Y., 2010). 1. Pariwisata

15  

Pariwisata dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, yang diantaranya termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dalam penelitian ini sektor pariwisata merupakan sektor yang tersusun dari beberapa subsektor-subsektor ekonomi yang berhubungan dengan pariwisata di Kabupaten Badung. Hal tesebut mencakup subsektor hotel, restoran, transportasi dan komunikasi, jasa biro perjalanan wisata, serta jasa hiburan dan rekreasi. 2. Output Output adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektorsektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah (negara, provinsi, dan sebagainya) dalam periode tertentu tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksi maupun usahanya. Sepanjang kegiatan produksinya dilakukan pada wilayah yang bersangkutan maka produksinya dihitung sebagai bagian dari output wilayah tertentu. Oleh karena itu, output sering dikatakan sebagai produk domestik. Unit usaha yang produksinya berupa barang outputnya merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang bergerak di bidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain. 3. Input Antara Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Komponen input antara lain terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang dapat berupa hasil produksidalam negeri atau impor. Barang tidak tahan lama, adalah barang yang habis dalam sekali pakai, atau barang yang umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Contoh dari input antara adalah bahan baku, bahan penolong, jasa perbankan dan sebagainya, sedangkan balas jasa untuk pegawai (upah dan gaji) dimasukkan ke dalam input primer. Penilaian dari barang dan jasa yang digunakan berdasarkan transaksi atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat menggunakan barang dan jasa tersebut. 4. Input Primer Input primer adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara nilai output dengan input antara. a. Upah dan Gaji Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar. b. Surplus Usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah dan gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto.

16   

c. Penyusutan Penyusutan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. d. Pajak Tak Langsung Netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negara. 5. Permintaan Antara Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi. Dengan kata lain, permintaan antara menunjukkan jumlah penawaran output dari suatu sektor ke sektor lain yang digunakan dalam proses produksi. 6. Permintaan Akhir Permintaan akhir merupakan permintaan akan barang dan jasa selain permintaan untuk sektor produksi juga terdapat permintaan untuk konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukkan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor-impor. (i) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dan badan-badan yang tidak mencari untung, dikurangi nilai netto penjualan barang bekas dan barang sisa. Akan tetapi, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dimasukkan sebagai pembentukkan modal tetap sektor usaha persewaan tanah dan bangunan (real estate). Barang dan jasa juga mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. (ii) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran barang dan jasa pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, untuk konsumsi kecuali yang sifatnya pembentukkan modal, termasuk pengeluaran untuk kepentingan angkatan bersenjata (pertahanan). (iii) Pembentukkan Modal Tetap Bruto (PMTB) Pembentukkan modal tetap bruto mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor. Barang modal dapat terdiri dari bangunan/konstruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan, serta barang modal lainnya. (iv) Perubahan Stok

17  

Perubahan stok juga merupakan pembentukkan modal (tidak tetap) yang diperoleh dari selisih antara stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang awal tahun. Stok biasanya dipegang oleh produsen yang merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual oleh konsumen sebagai bahan-bahan (inventory) yang belum sempat digunakan. Perubahan stok dapat digolongkan menjadi: (1) perubahan stok barang setengah jadi yang disimpan oleh produsen, termasuk perubahan ternak dan unggas serta barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional, (2) perubahan stok bahan mentah dan bahan baku yang belum digunakan oleh produsen, (3) perubahan stok di sektor perdagangan yang terdiri dari barang-barang dagangan yang belum terjual. (v) Ekspor dan Impor Ekspor dan impor merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk di suatu daerah, dengan penduduk di luar daerah tersebut, baik penduduk kota lain maupun luar negeri. Ada dua aspek penting dalam ekspor dan impor yaitu transaksi ekonomi dan penduduk. Transaksi ekonomi meliputi transaksi barang, jasa pengangkutan, jasa pariwisata, jasa komunikasi, jasa asuransi, dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ini melibatkan seluruh penduduk yang meliputi badan pemerintahan pusat dan daerah, perorangan, perusahaan, dan lembaga lainnya, termasuk dalam transaksi ekspor adalah pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk daerah lain. Sedangkan pembelian langsung di pasar luar daerah oleh penduduk domestik dikategorikan sebagai transaksi impor. 7. Margin Perdagangan dan Biaya Transportasi Margin perdagangan dan biaya transportasi adalah selisih antara transaksi pada tingkat harga konsumen atau pembeli dengan tingkat harga produsen. oleh karena itu, selisih nilai transaksi mencakup: (1) Keuntungan pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang eceran, (2) Biaya transportasi yang timbul dalam menyalurkan barang produsen sampai ke tangan pembeli akhir. 8. Sektor Pertanian Kegiatan yang dilakukan di sektor ini meliputi pengolahan lahan untuk bercocok tanam dan kegiatan pengolahan hasil-hasil pertanian. Subsektor yang termasuk ke dalam sektor ini antara lain subsektor peternakan, kehutanan dan perikanan yang kegiatannya meliputi pemeliharaan dan penangkapan ikan, peternakan, kehutanan, dan perikanan yang dilakukan secara sederhana yang masih menggunakan peralatan tradisional. 9. Sektor Pertambangan dan Penggalian Pertambangan dan penggalian mencakup seluruh usaha kegiatan penambangan, penggalian dan penggaraman oleh rakyat. Pada dasarnya usaha kegiatan sektor ini dimaksudkan untuk memperoleh segala macam barang tambang, mineral dan barang galian berbentuk padat, cair dan gas, baik yang terdapat di dalam maupun di permukaan bumi. Sifat dan tujuan pengusahaan benda-benda tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, diproses lebih lanjut, dijual kepada pihak lain, ataupun diekspor ke luar negeri. 10. Sektor Industri Pengolahan

18   

Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat dilakukan secara mekanik, kimiawi ataupun proses lainnya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, pertambangan, dan perusahaan lainnya. 11. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkit dan distribusi tenaga listrik baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun non PLN. Cakupannya termasuk pula tenaga listrik produksi sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan, pertambangan, industri dan sektor lain kecuali dibangkitkan untuk digunakan oleh sektor itu sendiri. Produksi listrik merupakan jumlah kWh tenaga listrik yang dibangkitkan dan meliputi tenaga listrik terjual, digunakan sendiri dalam transmisi dan distribusi. Sektor gas mencakup kegiatan produksi dan penyediaan gas kota untuk dijual kepada sektor lain maupun ke rumah tangga. Gas kota diperoleh dari pembakaran batu bara dan residu kilang minyak serta proses penyaluran gas alam. Produksi utama berupa gas dan produknya berupa kokas dan ter. Sektor air bersih mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, termasuk penyalurannyamelalui pipa baik ke rumah tangga, ataupun ke sektor lain sebagai pemakai. 12. Sektor Bangunan Sektor bangunan mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha dan individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri seperti misalnya kantor pemerintah, kantor swasta, rumah tangga dan unit-unit perusahaan bukan perusahaan bangunan. 13. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kegiatan perdagangan meliputi pengumpulan barang dari produsen atau pelabuhan, impor dan mendistribusikannya kepada konsumen tanpa mengubah bentuk barang tersebut. Kegiatan restoran pada umumnya menyediakan makanan dan minuman jadi yang dapat dinikmati langsung. Kegiatan perhotelan meliputi usaha penyediaan akomodasi untuk umum berupa tempat penginapan jangka waktu relatif singkat. 14. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi meliputi kegiatan angkutan, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Kegiatan pengangkutan umumnya mengangkut barang dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain atas dasar suatu pembayaran. Komunikasi meliputi usaha jasa pos dan giro, komunikasi telepon, faksimili, telepon seluler, kegiatan pengiriman surat, wesel, dan lainlain. 15. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Terdiri dari subsektor bank, lembaga keuangan lainnya (lembaga keuangan bukan bank), jasa penunjang keuangan bukan bank, sewa bangunan dan jasa perusahaan. Subsektor bank mencakup kegiatan bank sentral dan bank

19  

komersil baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain. Subsektor lembaga keuangan lainnya mencakup kegiatan asuransi, dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam, dan lembaga pembiayaan. Selain itu, kegiatan pasar modal, valuta asing, dan jasa penunjang misalnya pialang dan penjamin emisi juga merupakan kegiatan dari subsektor ini. Subsektor sewa bangunan mencakup kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan, apartemen, serta usaha persewaan tanah persil. Subsektor jasa perusahaan mencakup kegiatan pemberian jasa hukum, jasa akuntansi, jasa arsitek dan teknik, jasa periklanan, jasa riset pemasaran, serta jasa persewaan mesin dan peralatan. 16. Sektor Jasa-jasa Jasa-jasa yang dimaksud meliputi kegiatan-kegiatan: (1) jasa pemerintahan umum dan pertahanan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, (2) jasa sosial kemasyarakatan yang meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset, rumah ibadah, dan sebagainya, (3) jasa hiburan dan rekreasi yang meliputi kegiatan produksi dan distribusi film, jasa bioskop, studio radio, museum, gedung olahraga, taman hiburan, dan sebagainya, (4) jasa perbengkelan yang meliputi bengkel kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, (5) jasa perorangan dan rumah tangga, yaitu jasa yang berkaitan erat dengan kepentingan perorangan dan rumah tangga seperti tukang cukur, binatu, salon kecantikan, pembantu rumah tangga, pengasuh bayi, dan lain sebagainya.

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BADUNG Kabupaten Badung adalah salah satu dari delapan kabupaten dan satu kota di Provinsi Bali. Wilayah Kabupaten Badung secara fisik mempunyai bentuk unik, yakni menyerupai sebilah keris yang merupakan senjata khas masyarakat Bali. Keunikan ini kemudian diangkat menjadi lambang daerah yang merupakan simbol semangat dan jiwa kesatria yang sangat erat hubungannya dengan perjalanan historis wilayah ini, yaitu peristiwa "Puputan Badung". Semangat ini pula yang kemudian melandasi motto Kabupaten Badung yaitu "Cura Dharma Raksaka" yang artinya kewajiban pemerintah adalah untuk melindungi kebenaran dan rakyatnya. Wilayah Kabupaten Badung terletak pada posisi 08 14'17" – 08 50'57" Lintang Selatan dan 115 05'02" – 115 15' 09" Bujur Timur, membentang di tengah-tengah Pulau Bali.

20   

Gambar 2 Peta wilayah Kabupaten Badung Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Bali. Daerahnya meliputi Kuta dan Nusa Dua, sebuah objek wisata yang sangat terkenal. Ibu kotanya terletak di Mengwi, yakni Mangupura. Sebelumnya, ibu kota Kabupaten Badung berada di Denpasar. Pada tahun 1999 terjadi kerusuhan besar di mana Kantor Bupati Badung di Denpasar dibakar sampai rata dengan tanah. Kabupaten Badung mempunyai wilayah seluas 418.2 km2 (7.43% luas Pulau Bali), bagian utara daerah ini merupakan daerah pegunungan yang berudara sejuk, berbatasan dengan kabupaten Buleleng, sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah dengan pantai berpasir putih dan berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia. Bagian tengah merupakan daerah persawahan dengan pemandangan yang asri dan indah, berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan kota Denpasar disebelah Timur, sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Tabanan. Secara administratif Kabupaten Badung terbagi menjadi enam wilayah Kecamatan yang terbentang dari bagian utara ke selatan yaitu Kecamatan Petang, Abiansemal, Mengwi, Kuta, Kuta Utara, dan Kuta Selatan, di samping itu, di wilayah ini terdapat 16 kelurahan, 46 desa, 369 banjar dinas, 164 lingkungan 8 banjar dinas persiapan dan 8 lingkungan persiapan. Selain lembaga pemerintahan seperti tersebut di atas, di Kabupaten Badung terdapat lembaga adat yang terdiri 120 desa adat, 523 banjar dan 523 sekaa teruna. Di Kabupaten Badung juga terdapat 1 BPLA kabupaten dan 6 BPLA kecamatan serta 1 kabupaten dan 6 kecamatan. Lembaga - lembaga adat ini memiliki peran yang sangat strategis dalam pembangunan di wilayah Badung pada khususnya dan Bali pada umumnya.

21  

Obbjek wisata di Kabupatten Badung sebagian besar b terdappat di Kecam matan Kuta Selaatan. Selainn itu, terddapat di Keecamatan Kuta K Utaraa, Mengwi,, dan Abiansem mal. Objek wisata w di Badung B yang g terbanyakk adalah jennis wisata alam, disusul wiisata budayaa, wisata buuatan, dan wisata w remajja.

S Sektor Parriwisata Ka abupaten Badung B Sektor pariw wisata Kabuupaten Bad dung diorientasikan ppada pariw wisata budaya beerwawasan lingkungann, yakni paariwisata yang mengaandalkan po otensi budaya masyarakat m d dengan mem melihara potensi lokaal serta dijiwai oleh agama a Hindu denngan mengeembangkann objek dayaa tarik wisaata dan atraaksi wisata yang dikemas dalam d pakeet wisata koota (city tou ur). Dalam upaya mennopang keg giatan kepariwisaataan, fasilitas pariwisata terus berkembang b g. Sebagai kota pariw wisata terkemukaa di Indoneesia, saranaa atau fasilitas kepariiwisataan yyang tersed dia di Kabupatenn Badung cukup c memadai. Sebag gaimana dittunjukkan ddalam Gamb bar 3, di Kabupaten Badunng terdapatt bar 345 unit u dengann kapasistaas 15 350 kursi; k restoran 277 2 unit deengan kapaasitas 25 28 81 kursi; dan d rumah makan 457 7 unit dengan kaapasitas 27 188 1 kursi.

30000 25000 20000 Jumlah

15000

Kursi 10000 5000 0 Bar

Restoran

Rum mah makan

Gam mbar 3 Fasiilitas kepariiwisataan dii Kabupatenn Badung taahun 2010 Sektor pariwisata merupaakan industtri yang sanngat rentan terhadap geejolak sosial, ekoonomi, poliitik, dan keeamanan baaik secara regional, r naasional, maaupun internasionnal. Hal inni dibuktikaan dengan adanya a terppuruknya seektor ini seeiring dengan memburukny m ya kondisi keamanan k dan d iklim poolitik nasionnal. Oleh karena k itu, upayya untuk menjaga m keamanan, ketertiban, dan kenyyamanan sangat s diutamakaan untuk menopang m sektor pariw wisata budaaya tersebutt. Kelangsu ungan dan prom mosi pariwiisata terus digalakkan n karena pariwisata menjadi sektor s unggulan pembangun p nan Kabupaten Badung g.

22   

Dilihat dari d Tabel 3, 3 sektor paariwisata Kaabupaten Baadung mem miliki peran yangg sangat pennting terhadap pembeentukan PDRB. Kontriibusinya cuukup stabil dilihat dari prresentase pembentuka p n terhadap p PDRB dari d tahun ke tahun cendderung menggalami kenaaikan. Tabeel 3 PDRB sektor parriwisata Kaabupaten Badung atas dasar hargga konstan 2000 (ju uta rupiah) Sekttor  Hoteel  Resttoran  Penggangkutan dan Komunikasi  Jasa Hiburan dan n Rekreasi  Totaal PDRB Pariw wisata  Totaal PDRB selurruh sektor  Perssentase (%) 

20 008  2 715 5 992.68 839 9 156.11 3 283 3 790.98 45 5 517.56 6 884 4 457.33 10 478 8 390.93 65.70

2009  3 342 495.29 3 9 1 067 670.71 1 1 3 349 099.17 3 7 58 193.96 6 7 817 459.13 7 3 12 875 5  498.13 3 60.72 2

2010 0  2011  3 640 9 993.20  3 9 956 898.29 1 227 1 145.48  1 3 332 484.02 5 447 9 932.23  6 0 040 380.95 65 3 350.31  68 165.92 10 381 4 421.22  11 3 397 929.18 14 926 7 782.41  16 4 403 381.18 69.55  69.49

Sumbber: BPS Kabuupaten Badungg, 2012.

Dinamikka sektor keepariwisataaan Kabupatten Badungg juga terceermin pada t baaik hotel berbintang, hotel melaati ataupun jumlah akomoddasi yang tersedia, a p pariwisata Kabupaten K Badung daapat dilihat ponddok wisata. Fasilitas akomodasi padaa Gambar 4 di bawah inni.

18000 16000 14000 12000 10000

Unit

8000

Kamaar

6000 4000 2000 0 Bintang

Melati

Pondok W Wisata

noon Gambar 4 Jumlah akomoddasi/hotel berbintaang, berbintanng/melati, dan d pondok k wisata dii Kabupateen Badung taahun 2009 Gambar 4 menunjuukkan bahw wa jumlah hotel berbbintang di Kabupaten Baduung adalah 98 9 unit denggan 16 360 kamar, hottel melati 4222 unit denggan 10 528 kamaar, dan pondok wisata 322 unit deengan 1 730 0 kamar. Jika dilihat ddari jumlah

23  

hotel berbintang pada sembilan kabupaten/kota se-Bali, maka sebagian besar hotel berbintang (98 buah atau 62.42%) berada di Kabupaten Badung. Perkembangan ekonomi, khususnya di sektor pariwisata antara lain tercermin pada jumlah kunjungan wisatawan. Dari data yang dikumpulkan oleh Dinas Pariwisata, tingkat hunian hotel di Kabupaten Badung pada tahun 2008 mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2008, tingkat hunian hotel berbintang mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 5.92%, yaitu dari 55.13% pada tahun 2007 menjadi 61.05% pada tahun 2008. Namun, 70 hotel nonbintang rata-rata pertumbuhannya hanya sebesar 7.18%, yaitu 34.84% menjadi 37.34%. Keberadaan hotel berbintang di Kabupaten Badung terus berkembang. Perkembangan ini tercermin pada peningkatan jumlahnya, yakni sebanyak 93 buah dengan kapasitas 15 538 kamar pada tahun 2005 menjadi 98 dengan kapasitas 16 360 kamar pada tahun 2009.

Objek Wisata Kabupaten Badung Berdasarkan data-data tentang kepariwisataan, terdapat beberapa objek wisata unggulan, yaitu objek-objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Objek wisata tersebut antara lain: 1. Pantai Kuta, Legian, Seminyak Obek wisata ini memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan dengan adanya pasir putih yang luas. Pada waktu senja, pantai Kuta menyajikan pemandangan yang sangat indah. Pantai Kuta sering digunakan sebagai tempat berolahraga sore atauoun untuk bersantai. Pantai Kuta telah mampu menjadi pusat pariwisata Bali, karena telah menyediakan fasilitas lengkap sesuai kebutuhan wisatawan seperti penginapan dan hotel, pusat-pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, sarana dan prasarana olahraga seperti Bungy jumping, water boom dan lain sebagainya. 2. Kawasan Nusa Dua Kawasan ini terletak dibagian selatan Pulau bali, yang merupakan suatu lokasi paling pertama mendapat sinar pagi (matahari terbit). Nusa Dua hanya berjarak lima belas menit dari bandar udara Ngurah Rai Bali yang telah memberikan kontribusi pembangunan kepariwisataan dan bahkan memberikan efek pada daerah-daerah disekitarnya, seperti Benoa dan Sawang. 3.Pura Uluwatu Pura ini dibangun berada persis di atas batu karang yang menjorok ke laut dengan pemandangan yang indah ditambah dengan terbenamnya matahari menjadikan objek wisata ini selalu ramai dikunjungi wisatawan. Pura Uluwatu pertama kali berfungsi sebagai tempat untuk beribadah/memuja seorang pendeta suci yang datang pada abad ke 11, yang bernama Empu Kuturan. Beliaulah yang menurunkan ajaran Desa Adat dengan segala peraturannya. 4. Sangeh Sangeh adalah nama sebuah desa yang bagian utaranya ditumbuhi pohon pala seluah 14 hektar dan dihuni oleh ratusan kera ekor panjang. Salah satu daya tarik dari wisata ini adalah dengan adanya ratusan ekor kera, dimana wisatawan dapat berinteraksi dengan kera tersebut dengan memberikan makanan dan sebagainya.

24   

Perkembangan Kunjungan Wisatawan Kabupaten Badung

Tabel 4 di bawah ini memperlihatkan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Badung selama beberapa tahun terakhir. Tabel 4

Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Badung

No 

Tahun 

1  2  3  4  5 

2004  2005  2006  2007  2008 

Jumlah  Kunjungan 

Peningkatan/Penurunan 

992 393 1 457 280 1 383 231 1 258 178 1 664 854

‐287 105  464 887  ‐74 049  ‐125 053  406 676 

Sumber: BPS Bali tahun 2009

Pada tahun 2004, jumlah kunjungan wisata mengalami pernurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya serangkaian peristiwa yang mengancam keselamatan wisatawan. Jumlah kunjungan wisatawan manca Negara pada tahun 2008 mengalami kenaikan yang signifikan, ini disebabkan karena kondisi keamanan yang mulai kondusif sehingga Bali dipercaya masyarakat Internasional sebagai tempat terselenggaranya event-event bertaraf Internasional. Disamping hal tersebut, promosi-promosi yang dilakukan baik di dalam maupun diluar negeri juga memberi dampak positif terhadap tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Badung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Kabupaten Badung Struktur Permintaan Permintaan antara adalah jumlah permintaan output dari suatu sektor yang akan digunakan sebagai input dalam proses produksi sektor lain. Permintaan akhir merupakan permintaan output dari suatu sektor yang digunakan untuk konsumsi langsung, mencakup barang dan jasa yang digunakan untuk kegiatan konsumsi. Berdasarkan Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 klasifikasi 54 sektor yang telah diagregasi menjadi 13 sektor, memiliki permintaan antara sebesar Rp7.40 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp18 triliun. Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa sektor yang memiliki nilai permintaan antara tertinggi adalah sektor pariwisata sebesar Rp1.98 triliun atau

25  

sekitar 26.80 persen dari total permintaan antara Kabupaten Badung. Sektor pertanian menempati urutan kedua dengan kontribusi sebesar Rp1.53 triliun atau sekitar 20.72 persen dari total permintaan antara Kabupaten Badung. Urutan ketiga ditempati oleh sektor keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan dengan kontribusi sebesar Rp1.3 triliun atau sekitar 17.74 persen dari total permintaan antara Kabupaten Badung. Pembentukan permintaan akhir Kabupaten Badung dapat terlihat dalam Tabel 5 dengan sektor pariwisata menempati urutan pertama dengan nilai sebesar Rp13.3 triliun atau sekitar 73.81 persen dari total permintaan akhir Kabupaten Badung. Urutan kedua ditempati oleh sektor perdagangan dengan nilai sebesar Rp3.3 triliun atau sebesar 18.28 persen dari total permintaan akhir Kabupaten Badung. Sementara sektor bangunan menempati urutan ketiga dengan nilai sebesar Rp1.5 triliun atau sebesar 8.48 persen dari total permintaan akhir Kabupaten Badung. Beberapa sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan total permintaan Kabupaten Badung adalah sektor pariwisata dengan nilai sebesar Rp15.3 triliun atau sekitar 60.12 persen, sektor perdagangan dengan nilai sebesar Rp4 triliun atau sebesar 15.94 persen, dan sektor bangunan dengan nilai sebesar Rp2.26 triliun atau sekitar 8.92 persen dari total permintaan Kabupaten Badung. Dalam Tabel 5 terlihat bahwa sektor pariwisata terdiri dari lima subsektor pendukung, yaitu subsektor restoran, rumah makan, warung, subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata, dan subsektor jasa hiburan dan rekreasi. Dari kelima subsektor tersebut, subsektor transportasi dan komunikasi merupakan subsektor yang memberikan kontribusi tertinggi dalam pembentukan total permintaan sektor pariwisata Kabupaten Badung, yaitu sebesar Rp6.9 triliun atau sekitar 27.29 persen dari total permintaan Kabupaten Badung.

26   

Tabel 5 Struktur permintaan antara dan permintaan akhir perekonomian Kabupaten Badung 2009 (juta rupiah) Permintaan Antara Sektor 1.Pertanian

Jumlah

Persen

Permintaan Akhir Jumlah

Persen

Jumlah Permintaan Jumlah

Persen

1 534 249.95

20.72

59 264.72

0.33

1 593 514.67

6.27

2.Pertambangan dan Penggalian

139 770.02

1.89

-120 961.37

-0.67

18 808.65

0.07

3.Industri Pengolahan

730 156.46

9.86

-12.24

0.00

730 144.22

2.87

4.Listrik dan air minum

185 941.95

2.51

27 201.6

1.51

457 143.55

1.80

5.Bangunan 6.Perdagangan

740 242.49 758 875.22

10.00 10.25

8.48 18.28

26.80

2 266 616.55 4 051 614.92 15 277 341.94

8.92 15.94

1 984 535.83

1 526 374.06 3 292 739.7 13 292 806.11

681 454.69

9.20

1 618 515.09

8.99

2 299 969.78

9.05

78 652.44

1.06

5 261 249.06

29.22

5 339 901.5

21.01

775 772.03

10.48

6 160 410.74

34.21

6 936 182.77

27.29

241 309.13

3.26

-118 576.57

-0.66

122 732.56

0.48

207 347.54

2.80

371 207.79

2.06

578 555.33

2.28

17.74 -1 099 692.63

-6.11

214 029.49

0.84

4.37

804 112.37 25 413 326.36

3.16

Pariwisata 7.Restoran, rumah makan, warung 8.Hotel 9.Transportasi dan Komunikasi 10.Jasa Biro Perjalanan Wisata 11.Jasa Hiburan dan Rekreasi 12.Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan 13.Jasa-jasa TOTAL

1 313 722.12 16 912.35

0.23

7 404 406.39 100.00

787 200.02 18 008 919.97

73.81

100.00

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung Tahun 2009(diolah).

Struktur Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah Jumlah konsumsi rumah tangga menurut Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 adalah sebesar Rp4.34 triliun. Pada Tabel 6 di bawah ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki nilai konsumsi rumah tangga tertinggi yaitu sebesar Rp1.5 triliun atau sekitar 34.61 persen dari total konsumsi rumah tangga. Sedangkan urutan kedua ditempati oleh sektor pariwisata dengan nilai sebesar Rp1.04 triliun atau sekitar 24.02 persen dari total konsumsi rumah tangga. Sektor perdagangan menempati urutan berikutnya dengan nilai sebesar Rp0.56 triliun atau sekitar 12.86 dari total konsumsi serta sektor industri pengolahan dengan nilai sebesar Rp0.54 triliun atau sekitar 12.32 dari total konsumsi rumah tangga Kabupaten Badung.

60.12

100.00

27  

Kontribusi dari lima subsektor pembentuk sektor pariwisata dengan kontribusi terbesar yaitu, subsektor tranportasi dan komunikasi dengan nilai sebesar Rp532 miliar atau sekitar 12.24 persen dari total konsumsi rumah tangga. Subsektor restoran berada di urutan kedua dengan memberikan kontribusi dengan nilai sebesar Rp425 miliar atau sekitar 9.77 persen dari total konsumsi rumah tangga. Ketiga ditempati subsektor jasa hiburan dan rekreasi dengan nilai sebesar Rp55 miliar atau sekitar 1.26 persen dari total konsumsi rumah tangga, dan subsektor jasa biro perjalanan wisata dengan nilai sebesar Rp16.33 miliar, serta subsektor hotel dengan nilai sebesar Rp16.26 miliar atau sekitar 0.37 persen dari total konsumsi rumah tangga Kabupaten Badung. Tabel 6 Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah terhadap perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (juta rupiah) Sektor 1.Pertanian 2.Pertambangan dan Penggalian 3.Industri Pengolahan 4.Listrik dan air minum 5.Bangunan 6.Perdagangan Pariwisata 7.Restoran, rumah makan, warung 8.Hotel 9.Transportasi dan Komunikasi 10.Jasa Biro Perjalanan Wisata 11.Jasa Hiburan dan Rekreasi 12.Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan 13.Jasa-jasa TOTAL

Konsumsi Rumah Tangga Persen Jumlah 1 503 779.87 34.61 0 0.00 535 465.88 12.32 166 033.64 3.82 227 440.17 5.24 558 519.25 12.86 1 043 561.51 24.02 424 582.3 9.77 0.37 16 263.32 12.24 531 807.7 0.38 16 331.46 1.26 54 576.73

Konsumsi Pemerintah Persen Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 70 657.11 8.58 0 0 0 0 0 0 0 0 8.58 70 657.11

238 740.16

5.50

0

0

71 190.68 4 344 731.16

1.64 1.00

753 318.33 823 975.44

91.43 1.00

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung Tahun 2009 (diolah).

Berdasarkan Tabel 6 di atas, jumlah total konsumsi pemerintah adalah sebesar Rp823.98 miliar dengan dialokasikan pada sektor jasa-jasa dan sektor pariwisata. Sektor jasa-jasa memiliki jumlah alokasi terbesar dalam konsumsi pemerintah dengan nilai sebesar Rp753.32 miliar atau sekitar 91.43 persen dan sektor pariwisata mendapat alokasi konsumsi pemerintah sebesar Rp70.66 miliar atau sekitar 8.58 persen dari total konsumsi pemerintah. Sektor jasa-jasa merupakan hasil agregasi dari tabel Input-Output kabupaten Badung klasifikasi 54 sektor yang terdiri dari subsektor jasa pemerintahan umum dan jasa sosial kemasyarakatan. Sedangkan sektor pariwisata memiliki lima subsektor yaitu, subsektor retoran, hotel, transportasi dan komunikasi, jasa biro perjalanan wisata, serta jasa hiburan dan rekreasi.

28   

Struktur Investasi Perubahan stock yang bernilai positif menunjukkan adanya tambahan persediaan input untuk produksi maupun output yang diperdagangkan pada akhir tahun. Pembentukan modal yang bernilai nol berarti tidak teridentifikasi adanya pengadaan pembuatan modal atau pembelian barang-barang modal baru baik di dalam negeri maupun impor dari luar negeri dan barang modal bekas dari luar negeri. Berdasarkan Tabel 7 jumlah investasi pada Kabupaten Badung adalah sebesar (-4552978.02). Hal ini disebabkan penggunaan stock pada pembelian tahun sebelumnya secara terus menerus tanpa adanya perbaruan atau pembelian stock ulang pada tahun 2009. Hal inilah yang mengakibatkan nilai dari perubahan stock menunjukkan hasil yang negatif. Tabel 7 Struktur investasi sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (juta rupiah) Sektor 1.Pertanian 2.Pertambangan dan Penggalian 3.Industri Pengolahan 4.Listrik dan air minum 5.Bangunan 6.Perdagangan Pariwisata 7.Restoran, rumah makan, warung 8.Hotel 9.Transportasi dan Komunikasi 10.Jasa Biro Perjalanan Wisata 11.Jasa Hiburan dan Rekreasi

Pembentukan Modal + perubahan stock (Investasi) -1 844 285.74 -148 907.68 -1 858 581.85 105 167.96 1 298 933.89 -61 414.03 -47 6424.4 46 749.06 86 690.72 321 815.17 -363 621.56 -568 057.79

12.Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan 13.Jasa-jasa TOTAL

persen 40.51 3.27 40.82 -2.31 -28.53 1.35 10.46 -1.03 -1.90 -7.07 7.99 12.48

-1 413 046.68 31.04 -154 419.49 3.39 -4 552 978.02 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 (diolah)

Struktur Ekspor dan Impor Berdasarkan Tabel 8 jumlah net ekspor Kabupaten Badung tahun 2009 adalah sebesar Rp17.39 triliun. Dari nilai tersebut dapat menandakan terjadinya surplus perdagangan dalam perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009. Sektor pariwisata memiliki kontribusi terbesar terhadap jumlah surplus perdagangan Kabupaten Badung dengan nilai sebesar Rp17.39 triliun atau sekitar 72.76 persen dari total surplus perdagangan.

29  

Tabel 8 Ekspor impor sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (juta rupiah) Ekspor Sektor 1.Pertanian

Jumlah

Impor Persen

Net Ekspor

Jumlah Persen

Jumlah

Persen

399 770.59

2.30

0

0

399 770.59

2.30

27 946.31 1 323 103.73 0 0 2 795 634.48 12 655 011.89

0.16 7.61 0.00 0.00 16.07 72.76

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

27 946.31 1 323 103.73 0 0 2 795 634.48 12 655 011.89

0.16 7.61 0.00 0.00 16.07 72.76

7.Restoran, rumah makan, warung 8.Hotel

1 147 183.73 5 158 295.02

6.60 29.66

0 0

0 0

1 147 183.73 5 158 295.02

6.60 29.66

9.Transportasi dan Komunikasi

5 306 787.87

30.51

0

0

5 306 787.87

30.51

10.Jasa Biro Perjalanan Wisata

228 713.53

1.32

0

0

228 713.53

1.32

11.Jasa Hiburan dan Rekreasi

814 031.74

4.68

0

0

814 031.74

4.68

74 613.89 117 110.5 17 393 191.39

0.43 0.67 100.00

0 0 0

0 0 0

2.Pertambangan dan Penggalian 3.Industri Pengolahan 4.Listrik dan air minum 5.Bangunan 6.Perdagangan Pariwisata

12.Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan 13.Jasa-jasa TOTAL

74 613.89 0.43 117 110.5 0.67 17 393 191.39 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 (diolah)

Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa dalam subsektor pembentuk sektor pariwisata, subsektor transportasi dan komunikasi memiliki kontribusi terbesar terhadap total surplus perdagangan Kabupaten Badung dengan nilai sebesar Rp5.3 triliun atau sekitar 30.51 persen.Urutan berikutnya yang memiliki kontribusi terbesar terhadap total surplus perdagangan adalah subsektor hotel dengan nilai sebesar Rp5.2 triliun atau sekitar 29.66 persen dari total surplus perdagangan Kabupaten Badung.

Struktur Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto menurut tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 tersusun dari lima komponen, yaitu upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, pajak tak langsung, dan subsidi. Jumlah nilai tambah bruto berdasarkan Tabel 9 adalah sebesar Rp12.9 triliun. Diantara lima komponen penyusun nilai tambah bruto, surplus usaha berkontribusi terbesar dengan nilai sebesar Rp7.7 triliun atau sekitar 59.97 persen dari total penyusun nilai tambah bruto. Kontribusi terbesar kedua ditempati oleh upah dan gaji dengan nilai sebesar Rp3.2 triliun atau sekitar 24.67 persen. Urutan berikutnya ditempati oleh

30   

penyusutan dan pajak tidak langsung dengan nilai masing-masing Rp1.5 triliun dan Rp434 miliar atau sekitar 11.99 persen dan 3.37 persen dari total penyusun nilai tambah bruto. Dapat terlihat pada Tabel 9 bahwa sektor yang memiliki kontribusi terbesar dalam penyusun nilai tambah bruto adalah sektor pariwisata dengan nilai sebesar Rp9.2 triliun atau sekitar 71 persen dari total penyusun nilai tambah bruto. Sektor urutan berikutnya yang memiliki kontribusi terbesar adalah sektor pertanian dan bangunan dengan nilai sebesar Rp985 miliar dan Rp902 miliar atau sekitar 8 persen dan 7 persen dari total penyusun nilai tambah bruto. Dari lima subsektor pembentuk sektor pariwisata, subsektor transportasi dan komunikasi memiliki kontribusi terbesar terhadap nilai tambah bruto dengan nilai sebesar Rp4.3 triliun atau sekitar 33 persen dan kemudian disusul oleh subsektor hotel dengan nilai sebesar Rp3.3 triliun atau sekitar 26 persen, serta subsektor restoran dengan nilai sebesar Rp1.1 triliun atau sekitar 8 persen dari total nilai tambah bruto Kabupaten Badung Tabel 9 Struktur nilai tambah bruto Kabupaten Badung tahun 2009 (juta rupiah) Sektor  1.Pertanian  2.Pertambangan dan  Penggalian  3.Industri Pengolahan  4.Listrik dan air  minum  5.Bangunan  6.Perdagangan  Pariwisata  7.Restoran, rumah  makan, warung  8.Hotel  9.Transportasi dan  Komunikasi  10.Jasa Biro  Perjalanan Wisata 

Upah dan  Gaji 

Surplus  Usaha 

115 700.87 

834 646.02

25 812.53

8 743.36 



984 902.78

836.16  99 495.47 

15 230.42 16 7402.7

630.99 21 939.93

234.79  8 019.22 

0  0 

16 932.36 296 857.32

27 835.47  377 661.31  222 581.85   1 746 521.7 

218 672.08 427 149.17 196 720.16  5 764 115

31 565.05 87 981.3 57 239.36 1 282 213.1

2 772.17  8 762.77  11 990.78  392 172.65  

0  0  0  0 

280 844.77 901 554.55 488 532.15 9 185 022.45

369 455.73  799 333.51 

553 790.24 2 192 054.9

92 002.11 99 939.72

52 422.63  251 167.16 

0  0 

1 067 670.71 3 342 495.30

456 412.96 

2 691 945.3

1 065  176.75

76 569.23 



4 290 104.23

18 958.41 

34 745.55

5 088.77

202.2 



58 994.93

Penyusutan

Pajak Tidak  Subsidi  Langsung 

Nilai Tambah  Bruto 

11.Jasa Hiburan dan  Rekreasi  12.Keuangan,  Perbankan, Jasa  Perusahaan  13.Jasa‐jasa 

102 361.11 

291 578.99

20 005.75

11 811.43 



425 757.28

27 177.65  558 322.35 

93 424.37 3 780.65

1 773.54  7.37 

0  0 

129 187.92 591 664.08

TOTAL 

3 176 132.9  7 721 140.55

6 812.36 29 553.71 1 543  748.33

434 476.65 



12 875 498.38

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 (diolah)

31  

Struktur Output Sektoral Nilai output sektoral Kabupaten Badung tahun 2009 berdasarkan tabel Input-Output adalah sebesar Rp25.41 triliun, nilai output tersebut merupakan nilai produksi barang dan jasa sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009. Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa nilai output sektoral terbesar adalah sektor pariwisata dengan nilai sebesar Rp15.27 triliun atau sekitar 60.12 persen, kemudian disusul sektor perdagangan dengan nilai sebesar Rp4 triliun atau sekitar 15.94 persen. Urutan ketiga ditempati oleh sektor bangunan dengan nilai sebesar Rp2.26 triliun atau sekitar 8.92 persen dari total output sektoral kabupaten Badung. Tabel 10 Struktur output sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (juta rupiah) Sektor 1.Pertanian 2.Pertambangan dan Penggalian 3.Industri Pengolahan 4.Listrik dan air minum 5.Bangunan 6.Perdagangan Pariwisata 7.Restoran, rumah makan, warung 8.Hotel 9.Transportasi dan Komunikasi 10.Jasa Biro Perjalanan Wisata 11.Jasa Hiburan dan Rekreasi 12.Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan 13.Jasa-jasa TOTAL

Nilai Output Sektoral 1 593 514.67 18 808.65 730 144.22 457 143.55 2 266 616.55 4 051 614.92 15 277 341.94 2 299 969.78 5 339 901.5 6 936 182.77 122 732.56 578 555.33 214 029.49 804 112.37 25 413 326.36

persen 6.27 0.07 2.87 1.80 8.92 15.94 60.12 9.05 21.01 27.29 0.48 2.28 0.84 3.16 100.0

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 (diolah)

Analisis Keterkaitan Analisis Keterkaitan ke Depan (forward linkage) Keterkaitan ke depan terbagi menjadi dua, yaitu keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan. Nilai keterkaitan langsung ke depan menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan, maka output suatu sektor yang dialokasikan secara langsung ke sektor tersebut dan juga sektor-sektor lainnya akan meningkat sebesar nilai keterkaitannya. Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan menunjukkan bahwa sektor tersebut memiliki keterkaitan baik langsung maupun tidak langsung ke depan terhadap sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri.

32   

Keterkaitan ke depan merupakan keterkaitan sektor produksi hulu terhadap sektor produksi hilirnya. Nilai keterkaitan langsung ke depan diperoleh dari nilai koefisien teknis, sedangkan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan diperoleh dari matriks kebalikan Leontief terbuka. Besarnya nilai keterkaitan output ke depan baik langsung maupun tidak langsung dari masing-masing sektor perekonomian Kabupaten Badung dapat dilihat pada Tabel 11. Berdasarkan tabel dibawah, sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan tertinggi adalah sektor keuangan, perbankan, dan jasa perusahaan dengan nilai sebesar 0.47, sektor pertanian dengan nilai sebesar 0.45, dan sektor pariwisata dengan nilai 0.41. Nilai keterkaitan pada sektor pariwisata tersebut memiliki arti bahwa apabila terjadi peningkatan pada permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka output sektor pariwisata yang langsung dijual atau dialokasikan ke sektor lainnya termasuk sektor pariwisata itu sendiri akan mengalami peningkatan sebesar Rp410 000. Hal tersebut memiliki makna yang sama terhadap nilai keterkaitan ke depan secara langsung dan tidak langsung, bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka output sektor pariwisata yang dijual atau dialokasikan baik secara langsung maupun tidak langsung ke sektor lain termasuk sektor pariwisata sendiri akan meningkat sebesar Rp1 560 000. Tabel 11 Keterkaitan output ke depan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 9 sektor) Keterkaitan ke depan Sektor 1.Pertanian 2.Pertambangan dan Penggalian 3.Industri Pengolahan 4.Listrik dan air minum 5.Bangunan 6.Perdagangan 7. Pariwisata 8.Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan 9.Jasa-jasa

Langsung 0.45 0.07 0.21 0.05 0.26 0.2 0.41 0.47 0.01

Langsung dan Tidak Langsung 1.67 1.09 1.29 1.07 1.34 1.29 1.56 1.66 1.01

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 agregasi 13 sektor (diolah)

Nilai keterkaitan output ke depan pada subsektor pariwisata dapat dilihat pada Tabel 12 Subsektor pembentuk sektor pariwisata yang memiliki nilai keterkaitan ke depan secara langsung terbesar adalah subsektor transportasi dan komunikasi dengan nilai sebesar 0.27 dan disusul oleh subsektor restoran, subsektor hotel, subsektor jasa biro perjalanan wisata, serta subsektor jasa hiburan. Nilai terbesar pada keterkaitan secara langsung dan tidak langsung juga berasal dari subsektor transportasi dan komunikasi dengan nilai 1.37, dan diikuti oleh subsektor restoran, subsektor jasa hiburan, subsektor hotel, serta subsektor jasa biro perjalanan wisata.

33  

Tabel 12 Keterkaitan output ke depan subsektor pariwisata Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 13 sektor) Keterkaitan ke depan Sektor 1.Restoran, rumah makan, warung 2.Hotel 3.Transportasi dan Komunikasi 4.Jasa Biro Perjalanan Wisata 5.Jasa Hiburan dan Rekreasi

Langsung 0.17 0.09 0.27 0.09 0.08

Langsung dan Tidak Langsung 1.22 1.11 1.37 1.11 1.12

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 agregasi 13 sektor (diolah)

Analisis Keterkaitan ke Belakang (Backward linkage) Keterkaitan ke belakang dibagi menjadi dua, yaitu keterkaitan secara langsung ke belakang dan keterkaitan secara langsung dan tidak langsung ke belakang. Nilai keterkaitan ke belakang menunjukkan berapa besar nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor baik dari sektor lain maupun dari sektor itu sendiri apabila terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan. Keterkaitan ke belakang merupakan keterkaitan sektor produksi hilir terhadap sektor-sektor produksi hulunya. Berdasarkan Tabel 13 dapat terlihat nilai keterkaitan output ke belakang baik langsung maupun tidak langsung dari masing-masing sektor perekonomian Kabupaten Badung. Sektor industri pengolahan memiliki nilai keterkaitan tertinggi dengan nilai sebesar 0.36, diikuti oleh sektor pariwisata dengan nilai sebesar 0.26, sektor bangunan serta sektor keuangan yang masing-masing memiliki nilai sebesar 0.25. Hal ini berarti pada sektor pariwisata jika terjadi penignkatan permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka sektor pariwisata akan secara langsung meningkatkan permintaan inputnya terhadap sektor lainnya termasuk sektor pariwisata itu sendiri sebesar Rp260 000. Nilai keterkaitan ke belakang secara langsung dan tidak langsung, sektor pariwisata memiliki nilai sebesar 1.36. Hal tersebut berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar Rp1 juta, maka sektor pariwisata akan meningkatkan permintaan inputnya terhadap sektor lainnya baik secara langsung dan tidak langsung sebesar Rp1 360 000

34   

Tabel 13 Keterkaitan output ke belakang sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 9 sektor) Keterkaitan ke belakang Sektor

Langsung

1.Pertanian 2.Pertambangan dan Penggalian 3.Industri Pengolahan 4.Listrik dan air minum 5.Bangunan 6.Perdagangan 7. Pariwisata 8.Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan 9.Jasa-jasa

0.3 0.04 0.36 0.06 0.25 0.5 0.26 0.25 0.1

Langsung dan Tidak Langsung 1.44 1.06 1.53 1.07 1.35 1.69 1.36 1.34 1.13

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 agregasi 9 sektor (diolah)

Nilai keterkaitan output ke belakang pada subsektor pariwisata dapat dilihat pada Tabel 14 Subsektor pembentuk sektor pariwisata yang memiliki nilai keterkaitan ke belakang secara langsung terbesar adalah subsektor restoran dengan nilai sebesar 0.43 dan disusul oleh subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa biro perjalanan wisata, serta subsektor jasa hiburan. Nilai terbesar pada keterkaitan secara langsung dan tidak langsung juga berasal dari subsektor restoran dengan nilai 1.64, dan diikuti oleh subsektor hotel, subsektor transportasi dan komunikasi, subsektor jasa hiburan, serta subsektor jasa biro perjalanan wisata. Tabel 14 Keterkaitan output ke belakang subsektor pariwisata perekonomian Kabupaten Badung tahun 2009 (agregasi 13 sektor) Keterkaitan kebelakang Sektor

Langsung

1.Restoran, rumah makan, warung 2.Hotel 3.Transportasi dan Komunikasi 4.Jasa Biro Perjalanan Wisata 5.Jasa Hiburan dan Rekreasi

0.43 0.27 0.19 0.16 0.15

Langsung dan Tidak Langsung 1.64 1.39 1.27 1.22 1.22

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 agregasi 13 sektor (diolah)

Analisis Dampak Penyebaran Analisis dampak penyebaran dapat digunakan untuk mengetahui sektorsektor mana saja yang mempunyai kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor hulu dan hilirnya melalui mekanisme transaksi pasar output dan

35  

input yang dapat dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran. Nilai-nilai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran yang lebih besar dari satu menunjukkan tingginya daya kepekaan (kemampuan) sektor-sektor tersebut untuk membangun atau memacu pertumbuhan industri hulu maupun hilirnya secara keseluruhan, serta berlaku sebaliknya bagi sektor yang bernilai lebih kecil dari satu.

Koefisien Penyebaran Keofisien penyebaran menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan ke belakang secara langsung dan tidak langsung antara suatu sektor dengan semua sektor yang ada dalam suatu perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan efek yang ditimbulkan oleh suatu sektor karena adanya peningkatan output suatu sektor yang bersangkutan tehadap output sektor-sektor lainnya yang digunakan sebagai input oleh sektor-sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai koefisien penyebaran ini merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang terboboti dengan jumlah sektor kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Koefisien penyebaran sering disebut sebagai daya penyebaran ke belakang. Berdasarkan Tabel 15, sektor perdagangan merupakan sektor yang memiliki nilai koefisien penyebaran paling tinggi yaitu sebesar 2.6494. Hal ini berarti bahwa sektor perdagangan yang memiliki nilai koefisien yang lebih dari satu menunjukkan bahwa sektor perdagangan memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya atau meningkatkan output sektorsektor lainnya yang digunakan sebagai input oleh sektor perdagangan. Sektor pariwisata memiliki nilai koefisien penyebaran 0.94767 yang kurang dari satu. Hal ini berarti bahwa sektor parwisata kurang mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Tabel 15 Koefisien penyebaran sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung Sektor 1.Pertanian 2.Pertambangan dan Penggalian 3.Industri Pengolahan 4.Listrik dan air minum 5.Bangunan 6.Perdagangan 7. Pariwisata 8.Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan 9.Jasa-jasa

Koefisien Penyebaran 1.03300 0.14810 1.49323 0.26494 1.22999 2.56494 0.94767 0.94284 0.37528

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 agregasi 9 sektor (diolah)

Pada Tabel 16 menunjukkan nilai koefisien penyebaran pada subsektor pariwisata dengan nilai tertinggi ditunjukkan oleh subsektor restoran, rumah makan dan warung dengan nilai sebesar 1.57949. Pada urutan berikutnya disusul oleh subsektor hotel dengan nilai sebesar 0.98590, subsektor jasa biro perjalanan wisata dengan nilai sebesar 0.81526, subsektor transportasi dan komunikasi dengan nilai sebesar 0.78080 dan terakhir subsektor jasa hiburan dan rekreasi

36   

dengan nilai sebesar 0.56486. Melihat nilai-nilai koefisien penyebaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa subsektor restoran, rumah makan dan warung mampu meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor hulunya, sementara subsektor penyusun pariwisata lain kurang mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Tabel 16 Koefisien penyebaran subsektor pariwisata Kabupaten Badung Sektor 1.Restoran, rumah makan, warung 2.Hotel 3.Transportasi dan Komunikasi 4.Jasa Biro Perjalanan Wisata 5.Jasa Hiburan dan Rekreasi

Koefisien Penyebaran 1.57949 0.98590 0.78080 0.81526 0.56486

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 agregasi 13 sektor (diolah)

Kepekaan Penyebaran Kepekaan penyebaran menunjukkan efek relatif yang ditimbulkan oleh keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan antara suatu sektor dengan seluruh sektor yang menggunakan output sektor tersebut sebagai inputnya (sektor hilir), dengan kata lain kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor yang menggunakan output dari sektor-sektor tersebut (sektor hilir). Nilai kepekaan penyebaran ini merupakan keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke depan yang diboboti dengan jumlah sektor yang ada kemudian dibagi dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Kepekaan penyebaran ini sering disebut indeks daya penyebaran ke depan. Berdasarkan Tabel 17, sektor pertambangan dan penggalian memiliki nilai kepekaan penyebaran tertinggi dengan nilai 3.73436. Hal ini berarti bahwa sektor pertambangan dan penggalian yang memiliki nilai koefisien yang lebih dari satu menunjukkan bahwa sektor tersebut mampu mempengaruhi pembentukan output sektor lain yang menggunakan input dari sektor pertambangan dan penggalian (sektor hilirnya). Sektor pariwisata memiliki nilai koefisien penyebaran 0.07196 yang kurang dari satu. Hal ini berarti bahwa sektor parwisata kurang mampu untuk mempengaruhi pembentukan output sektor lain. Tabel 17 Kepekaan penyebaran sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung Sektor 1.Pertanian 2.Pertambangan dan Penggalian 3.Industri Pengolahan 4.Listrik dan air minum 5.Bangunan 6.Perdagangan 7. Pariwisata 8.Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan 9.Jasa-jasa

Kepekaan Penyebaran 0.49901 3.73436 0.61898 0.28798 0.23888 0.14248 0.07196 3.39438 0.01196

37   Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 agregasi 9 sektor (diolah)

Pada Tabel 18 menunjukkan nilai kepekaan penyebaran pada subsektor pariwisata dengan nilai tertinggi ditunjukkan oleh subsektor jasa biro perjalanan wisata dengan nilai sebesar 1.75238. Pada urutan berikutnya disusul oleh subsektor jasa hiburan dan rekreasi dengan nilai sebesar 0.22995, subsektor restoran, rumah makan dan warung dengan nilai sebesar 0.18821, subsektor transportasi dan komunikasi dengan nilai sebesar 0.07856 dan terakhir subsektor hotel dengan nilai sebesar 0.00938. Melihat nilai-nilai koefisien penyebaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa subsektor jasa biro perjalanan wisata mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya, sementara subsektor penyusun pariwisata lain kurang mampu untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirya. Tabel 18 Kepekaan penyebaran subsektor pariwisata Kabupaten Badung Sektor 1.Restoran, rumah makan, warung 2.Hotel 3.Transportasi dan Komunikasi 4.Jasa Biro Perjalanan Wisata 5.Jasa Hiburan dan Rekreasi

Kepekaan Penyebaran 0.18821 0.00938 0.07856 1.75238 0.22995

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 agregasi 13 sektor (diolah)

Analisis Pengganda (Multiplier) Analisis pengganda atau analisis multiplier digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap variabel-variabel endogen tertentu apabila terjadi perubahan dalam variabel-variabel eksogen, seperti variabel permintaan akhir pada analisis Input-Output sisi permintaan dan variabel input primer pada analisis Input-Output sisi penawaran. Ada dua jenis tipe pengganda atau multiplier yaitu pengganda tipe I dan pengganda tipe II. Pengganda tipe I dapat diperoleh dari pengolahan lebih lanjut matriks kebalikan Leontif terbuka dan pengganda tipe II yang dapat diperoleh dari matriks kebalikan Leontif tertutup. Nilai multiplier tipe I ini menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan variabel eksogen sebesar satu satuan maka variabel endogen diseluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar nilai tersebut. Nilai multiplier tipe II ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan variabel eksogen maka variabel endogen akan meningkat, setelah adanya efek induksi dari rumah tangga. Baik pengganda tipe I maupun tipe II merupakan hasil dari proses mekanisme dampak yang terdiri dari efek awal (initial effect), efek putaran pertama (first round effect), efek dukungan industri (industrial support effect), dan efek induksi konsumsi (consumption induced effect).

Analisis Pengganda (Multiplier) Output Pada Tabel 19 menunjukkan nilai pengganda (multiplier) output masingmasing sektor perekonomian Kabupaten Badung. Sektor Pariwisata memiliki nilai pengganda (multiplier) output tipe I sebesar 1.43062. Hal ini dapat diartikan jika

38   

terjadi peningkatan permintaan akhir terhadap sektor pariwisata sebesar Rp1 juta, maka output pada sektor-sektor lainnya akan meningkat sebesar Rp1 430 620. Nilai pengganda tipe II pada sektor pariwisata dihitung dengan memasukkan rumah tangga sebagai efek konsumsi masyarakat ke dalam model. Hal ini akan mengakibatkan diperolehnya nilai pengganda tipe II yang selalu lebih besar dari pada tipe I. Berdasarkan Tabel 19, sektor pariwisata memiliki nilai pengganda output tipe II sebesar 1.87470. Artinya, dengan memasukkan rumah tangga sebagai efek konsumsi masyarakat, jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor pariwisata sebesar Rp1 juta, maka output seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar Rp1 874 700. Tabel 19 Pengganda output sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung Sektor

Type I 1.54471 1.07613 1.77385 1.11799 1.62152

Type II 1.82795 1.20323 2.32165 1.33880 2.33182

6.Perdagangan

2.24354

2.83120

7. Pariwisata

1.47643

1.87470

8.Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan

1.43062

1.87186

9.Jasa-jasa

1.17984

2.95111

1.Pertanian 2.Pertambangan dan Penggalian 3.Industri Pengolahan 4.Listrik dan air minum 5.Bangunan

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 agregasi 9 sektor (diolah)

Berdasarkan Tabel 20 di bawah ini terdapat nilai pengganda output subsektor pembentuk sektor pariwisata. Nilai pengganda output tertinggi pada tipe I adalah subsektor restoran, rumah makan, dan warung dengan nilai sebesar 1.80899. Hal ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan pada permintaan akhir terhadapoutput subsektor retoran, rumah makan dan warung sebesar Rp1 juta, maka output pada seluruh sektor perokonomian akan meningkat sebesar Rp1 808 990. Nilai tertinggi pengganda output tipe II ditempati oleh subsektor restoran, rumah makan dan warung dengan nilai sebesar 2.37898. Nilai tersebut dapat diartikan dengan masuknya efek konsumsi rumah tangga, jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada subsektor retoran, rumah makan dan warung sebesar Rp1 juta, maka output seluruh sektor akan meningkat sebesar Rp2 378 980.

39  

Tabel 20 Pengganda output subsektor pariwisata Kabupaten Badung Sektor

Type I

Type II

1.Restoran, rumah makan, warung

1.80899

2.37898

2.Hotel

1.49859

1.97085

3.Transportasi dan Komunikasi

1.36918

1.65644

4.Jasa Biro Perjalanan Wisata

1.37371

2.00821

5.Jasa Hiburan dan Rekreasi

1.28762

1.79829

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 agregasi 13 sektor (diolah)

Pengganda (Multiplier) Pendapatan Berdasarkan Tabel 21 sektor perdagangan memberikan kontribusi tertinggi dalam pembentukan multiplier pendapatan baik pada baik tipe I dan Tipe II. Pada tipe I nilainya mencapai 3.24310 ini berarti bahwa dengan adanya peningkatan permintaan akhir pada sektor perdagangan sebesar Rp1 juta, maka akan menyebabkan meningkatnya pendapatan masyarakat disemua sektor perekonomian sebesar Rp3 243 100 baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada tipe II sektor perdagangan memiliki nilai pengganda pendapatan dengan nilai 4.11423. Hal ini menunjukkan bahwa dengan memasukkan efek pengeluaran rumah tangga, jika terjadi peningkatan permitaan akhir pada sektor perdagangan sebesar Rp1 juta, maka pendapatan di seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar Rp4 114 230. Pada Tabel 21 dibawah, sektor pariwisata memiliki nilai sebesar 1.45025 dan menduduki peringkat ke empat dari sembilan sektor perekonomian lainnya pada pengganda pendapatan tipe I. Nilai tersebut berarti bahwa dengan adanya peningkatan permintaan akhir pada sektor pariwisata sebesar Rp1 juta, maka akan menyebabkan meningkatnya pendapatan masyarakat disemua sektor perekonomian sebesar Rp1 450 250. Sedangkan untuk tipe II sektor pariwisata memiliki nilai pengganda pendapatan sebesar 1.83838 dan menduduki peringkat ke empat dari sembilan sektor perokonomian lainnya. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan memasukkan efek pengeluaran rumah tangga, jika terjadi peningkatan permitaan akhir pada sektor pariwisata sebesar Rp1 juta, maka pendapatan di seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar Rp1 838 380.

40   

Tabel 21 Pengganda pendapatan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Badung Sektor

Type I

Type II

1.Pertanian

1.73584

2.20211

2.Pertambangan dan Penggalian 3.Industri Pengolahan

1.31199 1.49780

1.66441 1.90012

4.Listrik dan air minum

1.18120

1.49849

5.Bangunan

1.34406

1.70509

6.Perdagangan

3.24310

4.11423

7. Pariwisata

1.45025

1.83980

8.Keuangan, Perbankan, Jasa Perusahaan

1.44913

1.83838

9.Jasa-jasa

1.03439

1.31223

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 agregasi 9 sektor (diolah)

Tabel 22 dibawah ini menyajikan nilai-nilai pengganda pendapatan subsektor yang membentuk sektor pariwisata. Subsektor pembentuk sektor pariwisata yang memiliki nilai tertinggi adalah subsektor transportasi dan komunikasi dengan nilai sebesar 1.70407 pada tipe I. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan adanya peningkatan permintaan akhir pada subsektor transportasi dan komunikasi sebesar Rp1 juta, maka akan menyebabkan meningkatnya pendapatan masyarakat disemua sektor perekonomian sebesar Rp1 704 070 . Pada tipe II subsektor transportasi dan komunikasi memiliki nilai pengganda pendapatan dengan nilai 2.16835. Hal ini menunjukkan bahwa dengan memasukkan efek pengeluaran rumah tangga, jika terjadi peningkatan permitaan akhir pada subsektro transportasi dan komunikasi sebesar Rp1 juta, maka pendapatan di seluruh sektor perekonomian akan meningkat sebesar Rp2 168 350. Tabel 22 Pengganda pendapatan subsektor pariwisata Kabupaten Badung Sektor

Type I

Type II

1.Restoran, rumah makan, warung

1.53156

1.94884

2.Hotel

1.35837

1.72846

3.Transportasi dan Komunikasi

1.70407

2.16835

4.Jasa Biro Perjalanan Wisata

1.26357

1.60783

5.Jasa Hiburan dan Rekreasi

1.23337

1.56940

Sumber: Tabel Input-Output Kabupaten Badung tahun 2009 agregasi 13 sektor (diolah)

Analisis Sektor Kunci Berdasarkan analisis multiplier yang telah dilakukan, dapat dijadikan sebagai salah satu landasan dalam menentukan sektor kunci pada suatu perekonomian. Dengan memfokuskan pembangunan pada sektor yang menjadi

41  

sektor kunci maka target pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat dicapai dengan lebih baik. Suatu sektor yang terindikasi sebagai sektor kunci dianggap memiliki pengaruh yang sangat tinggi terhadap sektor-sektor lain dalam suatu perekonomian. Pengaruh yang dimiliki dapat bersifat pengaruh ke belakang (pada sektor hulu atau penyedia input) ataupun pengaruh ke depan (sektor hilir atau pengguna output). Tabel 23 Indeks multiplier aktual subsektor pariwisata Kabupaten Badung tahun 2009. Sub Sektor

TOM

TIM

Total

Unggulan

Restoran, rumah makan, warung

3.4804

4.188

7.6684

1

Hotel Transportasi dan Komunikasi Jasa Biro Perjalanan Jasa Hiburan dan Rekreasi

3.0868 3.8724 2.8714 2.8028

3.4694 3.0256 3.3819 3.0859

6.5562 6.8980 6.2533 5.8887

3 2 4 5

Keterangan:

TOM = Total OutputMultiplier TIM = Total Income Multiplier

Multiplier Output  2.04 Sektor Pertanian Sektor Transportasi dan Komunikasi

Sektor Perdagangan Sektor Restorant dan Rumah Makan

II 

I Multiplier Income 

Sektor Pertambangan Sektor Listrik III  Sektor Hotel Sektor Jasa biro Sektor Jasa Hiburan Sektor Jasa Keuangan

1.95 IV Sektor Industri Pengolahan Sektor Bangunan Sektor Jasa-jasa

Gambar 5 Diagram sektor kunci Keterangan : I, II, III, IV : Kuadran 3.48 : Rata-rata Multiplier Income Tipe II 3.53 : Rata-rata Multiplier Output Tipe II

42   

Berdasarkan Gambar 5 mengenai sektor kunci Kabupaten Badung, kuadran I ditempati oleh sektor restoran, rumah makan dan warung. Pada kuadran II terdapat sektor transportasi dan komunikasi. Pada kuadran III ditempati oleh sektor hotel, sektor jasa biro perjalanan wisata, dan jasa hiburan. Hal ini dapat dikatakan bahwa sektor yang berada pada kuadran I merupakan sektor kunci pada perekonomian Kabupaten Badung.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input-Output Kabupaten Badung Tahun 2009 klasifikasi 54 sektor, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan total permintaan, sektor pariwisata Kabupaten Badung menempati urutan paling penting dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya. Hal ini dapat terlihat dalam kontribusi sektor pariwisata yang besar terhadap pembentukan struktur permintaan akhir dan permintaan antara menempati posisi pertama; untuk konsumsi rumah tangga menempati posisi kedua setelah sektor pertanian; untuk nilai ekspor menempati posisi pertama; dan untuk nilai tambah bruto menempati posisi pertama. 2. Sektor pariwisata secara keseluruhan memiliki keterkaitan yang cukup tinggi dengan sektor-sektor lainnya. Hal ini berarti sektor pariwisata dapat diandalkan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain baik sektor hulu maupun hilir. Subsektor transportasi dan komunikasi memiliki nilai terbesar pada keterkaitan langsung ke depan maupun keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan. Sedangkan untuk keterkaitan langsung ke belakang maupun keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, nilai terbesarnya dimiliki oleh subsektor retoran, rumah makan dan warung. 3. Sektor pariwisata memiliki nilai koefisien penyebaran yang kurang dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pariwisata kurang mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Sedangkan, subsektor restoran, rumah makan dan warung memiliki nilai koefisien penyebaran lebih dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor restoran, rumah makan dan warung mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Nilai kepekaan penyebaran sektor pariwisata kurang dari satu. Sedangkan, subsektor jasa biro perjalanan wisata memiliki nilai kepekaan penyebaran lebih dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor jasa biro perjalanan wisata mampu untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hilirnya. 4. Dilihat dari dampak multipliernya, sektor pariwisata memberikan dampak yang positif terhadap sektor perekonomian Kabupaten Badung. Hal ini dapat dilihat dari nilai multiplier output dan multiplier pendapatan. Pada multiplier output,

43  

sektor pariwisata menempati peringkat ke lima, sedangkan pada multiplier pendapatan, sektor pariwisata menempati peringkat keempat dari seluruh sektor. Berdasarkan hasil analisis penetapan sektor kunci dengan memperhatikan rangking nilai multiplier, sektor pariwisata dan subsektor pendukungnya yang dapat dijadikan sektor unggulan adalah subsektor restoran, rumah makan dan warung, serta subsektor transpotari dan komunikasi. 5. Sektor perdagangan juga menjadi sektor kunci dikarenakan pengaruh dari sektor pariwisata tersebut. Hal ini dapat dijelaskan melalui sifat konsumtif masyarakat Indonesia ketika melakukan kegiatan wisata. Sehingga sektor perdagangan yang terdiri dari perdangan besar dan kecil (eceran), dari skala industri ataupun rumah tangga memiliki nilai multiplier, nilai penyebaran, dan nilai keterkaitan yang tinggi.

Saran 1. Pemerintah Kabupaten Badung dalam pembangunan perekonomiannya diharapkan lebih mengutamakan sektor kunci dari hasil analisis yang telah dilakukan. Hal ini akan dapat meningkatkan perekonomian Kabupaten Badung secara merata dari sektor ekonomi hulu sampai hilir. 2. Informasi dari hasil analisis pengganda atau multiplier pendapatan dapat dijadikan sebagai salah satu landasan bagi Pemerintah Kabupaten Badung dalam mengambil kebijakan. Apabila kebijakan Pemerintah Kabupaten Badung adalah meningkatkan pendapatan wilayah, maka sektor-sektor yang harus dikembangkan oleh pemerintah adalah sektor-sektor yang mempunyai nilai multiplier pendapatan paling tinggi, dan sebaliknya. 3. Sektor pariwisata yang dijadikan sektor kunci perlu dikembangkan lebih lanjut. Perkembangan sektor kunci tersebut akan mampu mendorong sektor perekonomian lainnya, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian Kabupaten Badung secara keseluruhan. 4.  Pada penelitian ini terdapat keterbatasan data sehingga belum secara rinci dan memadai dalam menjelaskan ruang lingkup sektor pariwisata, maka pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis sektor pariwisata dengan menggunakan Tabel Input-Output yang terbaru dengan tambahan data dari Neraca Satelit Pariwisata Daerah sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukkan bagi pemerintah Kabupaten Badung.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). 2009. Tabel Input Output Kabupaten Badung Tahun 2009. BPS, Jakarta.

44   

_______________________. 2011. Statistik Daerah Kabupaten Badung 2012. BPS, Jakarta. _______________________. 2012. Badung dalam Angka 2012. BPS, Jakarta. _______________________. 20010. Buku Data Pariwisata Tahun 2009. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Daryanto A. dan Hafizryanda Y. 2012. Analisis Input-Output dan Social Accounting Matrix. PT. Penerbit IPB Press, Bogor. Glasson J. 1977. Pengantar Perencanaan Regional. Paul Sihotang [Penerjemah]. Program Perencanaan Nasional FEUI-Bapenas. Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta. Hara T. 2008. Quantitive Tourism Industry Analysis. Elsevier Inc, UK Heriawan R. 2004. Peranan dan Dampak Pariwisata pada Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Model Input-Output dan SAM [disertasi]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hutabarat R. V. 1992. Pengaruh Pengembangan Pariwisata terhadap Pembangunan Daerah Tapanuli Utara (Studi pada Kawasan Wisata Pulau Samosir)[disertasi]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Grasindo, Jakarta. Kencana P.N. 2011. Peranan Sektor Pariwisata Dalam Perekonomian Provinsi DKI Jakarta: Analisis Input-Output [skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lumaksono A. 2011. Dampak Ekonomi Pariwisata Internasional pada Perekonomian Indonesia (Pendekatan Ekonometrika dan Analisis InputOutput)[disertasi]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Nazara S. 2005. Analisis Input Output. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia, Jakarta. Priyarsono D.S, Sahara, Firdaus M. 2007. Ekonomi Regional. Universitas Terbuka, Jakarta. Putri A.A.S.A.S. 2008. Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Dinas Pariwisata Kabupaten Badung. Bali Republik Indonesia. 1990. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Santri A. 2009. Analisis Potensi Sektor Pariwisata untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat Provinsi Bali[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor. Tounsi S, Ezzahid E.H, Alaoui A.E, and Nihou A. 2013. Key Sector in the Moroccan Economy: An Application of Input-Output Analysis. EconomicsEjournal Vol 7 Ujiani D.W. 2006. Analisis Peranan Jasa Pariwasata dan Sektor Pendukungnya dalam Perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Analisis Input-Output)[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wahab S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. Pradnya Paramita, Jakarta.

45  

Lampiran 1. Agregasi 13 Sektor dan 9 Sektor dari Klasifikasi 54 Sektor Tabel Input Output Kabupaten Badung Tahun 2009 Klasifikasi 54 Sektor  1. Padi  2. Jagung  3. Tanaman Umbi‐Umbian  4. Sayur ‐sayuran dan Buah‐buahan  5. Kacang Tanah  6. Kacang Kedelai  7. Tanaman Bahan Makanan Lainnya  8. Kelapa  9. Tembakau  10. Kopi  11. Tanaman Perkebunan Lainnya  12. Ternak Besar  13. Ternak Kecil  14. Jasa Pemotong Ternak  15. Unggas dan Hasil‐hasilnya  17. Perikanan  16. Kehutanan dan Hasil‐hasilnya  18. Batu Padas  19. Barang galian lainnya  20. Pertambangan  21. Penggilingan padi, penyosohan beras  22. Industri Kopra, minyak goreng  23. industri makanan, minuman, tembakau, kopi  24. Industri tekstil, pakaian jadi, dan barang dari  kulit  25. Industri kayu dan barang dari kayu  26. Industri kertas, barang dari kertas dan karton  27. Bahan bakar dan industri kimia, karet, plastik  28. Industri kerajinan dan bahan galian  29. Industri bahan bangunan ( barang mineral  bukan logam) lainnya  30. Industri karoseri dan alat angkutan  31. Industri logam dasar dan barang logam lainnya  32. Industri barang perhiasan  33. Industri pengolahan lainnya  34. Listrik dan air minum  35. Kontruksi  48. Persewaan Bangunan dan tanah  36. Perdagangan 

Klasifikasi 13 Sektor 

1. Pertanian 

2. Pertambangan  dan Penggalian 

Klasifikasi 9 Sektor 

1. Pertanian 

2. Pertambangan  dan Penggalian 

3. Industri  Pengolahan 

3. Industri  Pengolahan 

4. Listrik dan Air  bersih 

4. Listrik dan Air  Bersih 

5. Bangunan 

5. Bangunan 

6. Perdagangan 

6. Perdagangan 

46    37. Restoran, rumah makan, warung  38. Hotel bintang  39. Hotel non bintang  40. angkutan darat  41. angkutan laut  42. angkutan udara  44. Jasa Penunjang angkutan lainnya  45. Komunikasi, pos dan giro  53. Atraksi budaya  54. Jasa hiburan, perorangan dan lainnya  43. Trevel biro  46. Perbankan  47. Money Changer  49. Lembaga Keungan Lainnya  50. Jasa Perusahaan  51. Jasa Pemerintahan umum  52. Jasa Sosial kemasyarakatan 

7. Restoran  8. Hotel 

9. Transportasi dan  Komunikasi 

7. Pariwisata 

10. Jasa Hiburan  dan Rekreasi  11. Jasa Biro  Perjalanan Wisata  12. Keuangan,  Perbankan, Jasa  Perusahaan 

8. Keuangan,  Perbankan,  Jasa  Perusahaan 

13. Jasa‐jasa 

9. Jasa‐jasa 

1 0.1969 0.0000 0.0208 0.0010 0.0024 0.0523 0.0010 0.0000 0.0138 0.0007 0.0047 0.0036 0.0003 0.2974

2 0.0000 0.0000 0.0045 0.0002 0.0312 0.0017 0.0002 0.0000 0.0045 0.0000 0.0009 0.0007 0.0002 0.0440

3 0.1801 0.0054 0.0646 0.0109 0.0023 0.0479 0.0050 0.0028 0.0193 0.0007 0.0033 0.0177 0.0001 0.3600

4 0.0000 0.0000 0.0010 0.0105 0.0038 0.0004 0.0020 0.0044 0.0076 0.0000 0.0111 0.0150 0.0002 0.0558

5 0.0001 0.0599 0.0455 0.0013 0.0539 0.0480 0.0013 0.0017 0.0125 0.0007 0.0074 0.0179 0.0007 0.2510

6 0.0000 0.0000 0.0498 0.0062 0.0997 0.0214 0.0263 0.0078 0.0422 0.0003 0.0241 0.2240 0.0015 0.5032

7 0.2091 0.0000 0.0666 0.0215 0.0184 0.0772 0.0066 0.0001 0.0224 0.0011 0.0041 0.0071 0.0004 0.4345

8 0.1131 0.0000 0.0257 0.0124 0.0063 0.0458 0.0169 0.0013 0.0191 0.0014 0.0057 0.0223 0.0005 0.2705

9 0.0000 0.0000 0.0039 0.0031 0.0106 0.0018 0.0639 0.0009 0.0513 0.0315 0.0048 0.0219 0.0006 0.1943

Keterangan : - Ketentuan sektor 1 sampai 13 sesuai dengan Lampiran 1 - Nilai total vertikal merupakan nilai keterkaitan langsung ke belakang - Nilai total horizontal merupakan nilai keterkaitan langsung ke depan

Sumber : Tabel Input Output Kabupaten Badung Klasifikasi 13 Sektor (diolah)

Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total

Lampiran 2 Matriks koefisien teknis klasifikasi 13 sektor

47 

10 0.0000 0.0000 0.0094 0.0027 0.0037 0.0032 0.0180 0.0428 0.0200 0.0511 0.0011 0.0066 0.0013 0.1599

11 0.0064 0.0000 0.0405 0.0052 0.0484 0.0156 0.0063 0.0003 0.0124 0.0006 0.0012 0.0165 0.0004 0.1538

12 0.0000 0.0000 0.0018 0.0110 0.0289 0.0008 0.0090 0.0082 0.0268 0.0000 0.0106 0.1559 0.0013 0.2544

13 0.0001 0.0000 0.0028 0.0008 0.0270 0.0011 0.0116 0.0233 0.0150 0.0026 0.0022 0.0116 0.0004 0.0985

Total 0.7059 0.0653 0.3366 0.0868 0.3367 0.3171 0.1680 0.0936 0.2669 0.0906 0.0812 0.5206 0.0078 3.0773

0.1969

0.0000

0.0208

0.0010

0.0024

0.0523

0.0202

0.0036

0.0003

0.2974

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Total

0.0440

0.0002

0.0007

0.0056

0.0017

0.0312

0.0002

0.0045

0.0000

0.0000

2

0.3600

0.0001

0.0177

0.0311

0.0479

0.0023

0.0109

0.0646

0.0054

0.1801

3

0.0558

0.0002

0.0150

0.0250

0.0004

0.0038

0.0105

0.0010

0.0000

0.0000

4

0.2510

0.0007

0.0179

0.0236

0.0480

0.0539

0.0013

0.0455

0.0599

0.0001

5

0.5032

0.0015

0.2240

0.1007

0.0214

0.0997

0.0062

0.0498

0.0000

0.0000

6

0.2553

0.0005

0.0195

0.0917

0.0291

0.0117

0.0092

0.0224

0.0000

0.0712

7

 

 

Keterangan : - Ketentuan sektor 1 sampai 9 sesuai dengan Lampiran 1 - Nilai total vertikal merupakan nilai keterkaitan langsung ke belakang - Nilai total horizontal merupakan nilai keterkaitan langsung ke depan

Sumber : Tabel Input Output Kabupaten Badung Klasifikasi 9 Sektor (diolah)

1

Sektor

Lampiran 3 Matriks koefisien teknis klasifikasi 9 sektor

0.2544

0.0013

0.1559

0.0547

0.0008

0.0289

0.0110

0.0018

0.0000

0.0000

8

0.0985

0.0004

0.0116

0.0547

0.0011

0.0270

0.0008

0.0028

0.0000

0.0001

9

2.1196

0.0052

0.4658

0.4072

0.2025

0.2609

0.0511

0.2130

0.0653

0.4485

Total

48

1 1.2541 0.0009 0.0331 0.0026 0.0123 0.0700 0.0051 0.0010 0.0232 0.0018 0.0082 0.0257 0.0005 1.4385

2 0.0018 1.0021 0.0068 0.0004 0.0337 0.0039 0.0007 0.0002 0.0056 0.0002 0.0014 0.0029 0.0003 1.0600

3 0.2455 0.0066 1.0802 0.0135 0.0130 0.0678 0.0100 0.0041 0.0305 0.0020 0.0073 0.0433 0.0003 1.5243

4 0.0021 0.0004 0.0024 1.0111 0.0057 0.0015 0.0030 0.0047 0.0092 0.0003 0.0116 0.0192 0.0002 1.0712

5 0.0147 0.0643 0.0566 0.0031 1.0674 0.0567 0.0050 0.0029 0.0198 0.0015 0.0102 0.0399 0.0010 1.3430

6 0.0259 0.0076 0.0665 0.0118 0.1214 1.0365 0.0348 0.0111 0.0590 0.0025 0.0299 0.2822 0.0021 1.6913

7 0.2834 0.0025 0.0862 0.0246 0.0337 0.1013 1.0129 0.0018 0.0363 0.0027 0.0094 0.0407 0.0007 1.6362

8 0.1551 0.0012 0.0371 0.0147 0.0162 0.0598 0.0214 1.0025 0.0282 0.0026 0.0090 0.0455 0.0007 1.3939

9 0.0212 0.0010 0.0119 0.0056 0.0159 0.0103 0.0695 0.0029 1.0588 0.0352 0.0063 0.0320 0.0008 1.2716

10 0.0155 0.0005 0.0148 0.0044 0.0068 0.0093 0.0220 0.0455 0.0252 1.0548 0.0022 0.0134 0.0014 1.2159

11 0.0214 0.0036 0.0486 0.0066 0.0553 0.0231 0.0087 0.0011 0.0173 0.0013 1.0029 0.0287 0.0006 1.2191

Keterangan : - Ketentuan sektor 1 sampai 13 sesuai dengan Lampiran 1 - Nilai total vertikal merupakan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang - Nilai total horizontal merupakan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan

Sumber : Tabel Input Output Kabupaten Badung Klasifikasi 13 Sektor (diolah)

Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total

Lampiran 4. Matriks kebalikan leontif terbuka klasifikasi 13 sektor

49

12 0.0066 0.0023 0.0066 0.0140 0.0386 0.0054 0.0136 0.0101 0.0355 0.0013 0.0135 1.1890 0.0017 1.3381

13 0.0086 0.0019 0.0069 0.0019 0.0306 0.0057 0.0137 0.0238 0.0182 0.0034 0.0031 0.0175 1.0005 1.1357

Total 2.0558 1.0948 1.4578 1.1142 1.4505 1.4513 1.2206 1.1116 1.3669 1.1098 1.1151 1.7798 1.0108 17.3388

1 1.2561 0.0009 0.0333 0.0028 0.0120 0.0706 0.0388 0.0259 0.0005 1.4409

2 0.0023 1.0021 0.0069 0.0005 0.0337 0.0040 0.0080 0.0029 0.0003 1.0605

3 0.2470 0.0066 1.0802 0.0136 0.0127 0.0683 0.0534 0.0435 0.0003 1.5258

4 0.0031 0.0003 0.0022 1.0111 0.0053 0.0018 0.0295 0.0193 0.0002 1.0729

5 0.0164 0.0643 0.0567 0.0032 1.0671 0.0573 0.0393 0.0401 0.0010 1.3452

6 0.0270 0.0076 0.0655 0.0118 0.1202 1.0367 0.1384 0.2826 0.0021 1.6919

7 0.1059 0.0014 0.0322 0.0115 0.0197 0.0413 1.1122 0.0384 0.0008 1.3633

8 0.0080 0.0023 0.0064 0.0141 0.0381 0.0058 0.0741 1.1892 0.0017 1.3397

Keterangan : - Ketentuan sektor 1 sampai 9 sesuai dengan Lampiran 1 - Nilai total vertikal merupakan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang - Nilai total horizontal merupakan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan

Sumber : Tabel Input Output Kabupaten Badung Klasifikasi 9 Sektor (diolah)

Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total

Lampiran 5. Matriks kebalikan leontif terbuka klasifikasi 9 sektor 9 0.0072 0.0019 0.0064 0.0018 0.0305 0.0052 0.0631 0.0174 1.0005 1.1340

Total 1.6730 1.0872 1.2898 1.0703 1.3393 1.2910 1.5568 1.6595 1.0073 11.9741

50

Total

13

12

11

10

9

8

7

6

5

4

3

2

1

Sector

0.30610

3.97924

0.11803

0.29653

0.17290

0.24955

0.23900

0.30178

0.48348

0.80670

0.38684

0.08333

0.46964

0.04658

0.32489

Column Total

0.02355

0.30610

0.00908

0.02281

0.01330

0.01920

0.01838

0.02321

0.03719

0.06205

0.02976

0.00641

0.03613

0.00358

0.02499

Column Mean

0.03897

0.50656

0.01117

0.04908

0.01759

0.02616

0.02622

0.03423

0.06505

0.10004

0.03606

0.00763

0.06503

0.00900

0.05930

Standard Deviation

1.64744

21.41677

1.22977

2.15184

1.32234

1.36301

1.42625

1.47437

1.74899

1.61219

1.21184

1.19026

1.80013

2.51304

2.37276

Coefficient Variation

1.00000

13.00000

0.38559

0.96876

0.56486

0.81526

0.78080

0.98590

1.57949

2.63545

1.26381

0.27223

1.53428

0.15217

1.06140

Backward Linkage

1.00000

13.00000

0.74647

1.30617

0.80266

0.82735

0.86573

0.89494

1.06164

0.97860

0.73559

0.72249

1.09268

1.52542

1.44027

Backward Spread

Sumber : Tabel Input Output Kabupaten Badung Klasifikasi 13 Sektor (diolah)

Average

Lampiran 6 Backward open total requirements klasifikasi 13 sektor

51

0.32489

0.04658

0.46964

0.08333

0.38684

0.80670

0.29805

0.29653

0.11803

2.83059

0.31451

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Total

Average

0.03495

0.31451

0.01311

0.03295

0.03312

0.08963

0.04298

0.00926

0.05218

0.00518

0.03610

Column Mean

0.04948

0.44535

0.02237

0.05982

0.03736

0.12037

0.03757

0.01324

0.07428

0.01067

0.06966

Standard Deviation

Sumber : Tabel Input Output Kabupaten Badung Klasifikasi 9 Sektor (diolah)

Column Total

Sector

Lampiran 7 Backward open total requirements klasifikasi 9 sektor

1.52346

13.71118

1.70610

1.81567

1.12818

1.34289

0.87418

1.42992

1.42357

2.06102

1.92965

Coefficient Variation

1.00000

9.00000

0.37528

0.94284

0.94767

2.56494

1.22999

0.26494

1.49323

0.14810

1.03300

Backward Linkage

1.00000

9.00000

1.11988

1.19181

0.74054

0.88147

0.57381

0.93859

0.93443

1.35285

1.26662

Backward Spread

52

13

12

11

10

9

8

7

6

5

4

3

2

1

Sector

22.77186

0.02521

7.15361

0.40281

3.06961

0.13761

0.01643

0.32968

0.30027

0.50345

0.60691

1.30450

7.87012

1.05167

Column Total

0.13474

1.75168

0.00194

0.55028

0.03099

0.23612

0.01059

0.00126

0.02536

0.02310

0.03873

0.04669

0.10035

0.60539

0.08090

Column Mean

0.36946

4.80300

0.00283

1.34468

0.05235

0.76402

0.01806

0.00192

0.05938

0.03125

0.07490

0.06916

0.12332

2.11701

0.14413

1.97440

25.66725

1.45857

2.44364

1.68937

3.23566

1.70607

1.51662

2.34147

1.35287

1.93404

1.48137

1.22895

3.49692

1.78170

Coefficient Variation

1.00000

13.00000

0.01439

4.08385

0.22995

1.75238

0.07856

0.00938

0.18821

0.17142

0.28741

0.34647

0.74471

4.49289

0.60037

Forward Linkage

1.00000

13.00000

0.73874

1.23766

0.85564

1.63880

0.86409

0.76814

1.18591

0.68520

0.97956

0.75029

0.62244

1.77113

0.90240

Forward Spread

Standard Deviation

Total

1.75168

Sumber : Tabel Input Output Kabupaten Badung Klasifikasi 13 Sektor (diolah)

Average

Lampiran 8 Forward open total requirements klasifikasi 13 sektor

53

1.05167

7.87012

1.30450

0.60691

0.50345

0.30027

0.15166

7.15361

0.02521

18.96739

2.10749

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Total

Average

0.23417

2.10749

0.00280

0.79485

0.01685

0.03336

0.05594

0.06743

0.14494

0.87446

0.11685

Column Mean

0.55282

4.97539

0.00451

1.63771

0.03521

0.05605

0.09297

0.14897

0.21169

2.54125

0.24702

Standard Deviation

Sumber : Tabel Input Output Kabupaten Badung Klasifikasi 9 Sektor (diolah)

Column Total

Sector

Tabel 9 Forward open total requirements klasifikasi 9 sektor

1.97674

17.79065

1.60880

2.06042

2.08970

1.68009

1.66194

2.20914

1.46050

2.90608

2.11398

Coefficient Variation

1.00000

9.00000

0.01196

3.39438

0.07196

0.14248

0.23888

0.28798

0.61898

3.73436

0.49901

Forward Linkage

1.00000

9.00000

0.81387

1.04233

1.05715

0.84993

0.84075

1.11757

0.73884

1.47014

1.06943

Forward Spread

54

6

5

4

3

2

1

1.00000

1.00000

1.00000

1.00000

1.00000

1.00000

1.00000

0.30178

0.48348

0.80670

0.38684

0.08333

0.46964

0.04658

First Round 0.32489

0.13018

0.19681

0.32551

0.43459

0.23019

0.03130

0.30162

0.02874

Indust Sup 0.21660

0.63449

0.28726

0.47226

0.56999

0.59924

0.71881

0.22490

0.55353

0.12821

0.28590

1.79829

2.00821

1.65644

1.97085

2.37898

2.84053

2.33585

1.33952

2.32479

1.20354

1.82738

-13.97325

0.88327

-4.57340

1.27224

1.93177

1.10602

1.35987

0.79856

-0.19938

-2.93193

-8.26844

-1.97804

1.18211

1.42797

1.28762

1.37371

1.36918

1.49859

1.80899

2.24129

1.61704

1.11462

1.77126

1.07532

1.54149

2.97783

1.87469

1.79829

2.00821

1.65644

1.97085

2.37898

2.84053

2.33585

1.33952

2.32479

1.20354

1.82738

Type II

7 1.00000 0.23900

0.12417

0.51067

1.87469

2.58674

Type I

8 1.00000

0.24955

0.11472

0.44672

2.97783

Elasticity

9 1.00000

0.17290

0.13143

1.79571

Total

10 1.00000

0.29653

0.06409

Consumption

11 1.00000

0.11803

Initial

12

1.00000

Sumber : Tabel Input Output Kabupaten Badung Klasifikasi 13 Sektor (diolah)

Sector

13

Lampiran 10 Multiplier output klasifikasi 13 sektor

55

1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000 1.00000

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0.11803

0.29653

0.29805

0.80670

0.38684

0.08333

0.46964

0.04658

0.32489

First Round

0.06181

0.13408

0.17838

0.43684

0.23468

0.03467

0.30422

0.02955

0.21982

Indust Sup

Sumber : Tabel Input Output Kabupaten Badung Klasifikasi 9 Sektor (diolah)

Initial

Sector

Lampiran 11 Multiplier output klasifikasi 9 sektor

1.77128

0.44125

0.39827

0.58767

0.71029

0.22081

0.54780

0.12709

0.28325

Consumptio n

2.95111

1.87186

1.87470

2.83120

2.33182

1.33880

2.32165

1.20323

1.82795

Total

2.56354

-13.95215

1.44086

1.35540

0.79718

-0.19927

-2.92798

-8.26630

-1.97866

Elasticity

1.17984

1.43062

1.47643

2.24354

1.62152

1.11799

1.77385

1.07613

1.54471

Type I

2.95111

1.87186

1.87470

2.83120

2.33182

1.33880

2.32165

1.20323

1.82795

Type II

56

9

8

7

6

5

4

3

2

1

Sector

0.24116

0.08096

0.16697

0.17874

0.08807

0.25685

0.09085

0.17776

0.04708

0.07931

Initial

0.03072

0.04635

0.03924

0.03377

0.05267

0.13715

0.05478

0.01257

0.04988

0.01042

0.03034

First Round

0.01963

0.01568

0.01721

0.01776

0.02607

0.04234

0.06258

0.03359

0.00459

0.03820

0.00408

0.02766

Indust Sup

0.23497

0.05845

0.06682

0.08302

0.03759

0.06180

0.07458

0.07841

0.09406

0.02943

0.07243

0.01678

0.03741

1.09739

0.27300

0.31208

0.38775

0.17555

0.28861

0.34833

0.36621

0.43928

0.13744

0.33827

0.07835

0.17472

1.14538

-13.74983

0.77084

-3.66160

1.66541

1.69419

0.90604

1.99063

0.58468

-0.22516

-2.39997

-11.43316

-2.38464

1.03622

1.44973

1.23337

1.26357

1.70407

1.35837

1.53156

3.26777

1.34405

1.18883

1.49553

1.30785

1.73131

Type I

1.31855

1.84472

1.56940

1.60783

2.16835

1.72846

1.94884

4.15809

1.71024

1.51273

1.90299

1.66419

2.20302

Type II

Elasticity

10 0.19885

0.04692

0.00871

Total

11 0.14799

0.02143

Consumption

12 0.83227

Sumber : Tabel Input Output Kabupaten Badung Klasifikasi 13 Sektor (diolah)

13

Lampiran 12 Multiplier income klasifikasi 13 sektor

57

0.07931

0.04708

0.17776

0.09085

0.25685

0.08807

0.13347

0.14799

0.83227

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0.02030

0.04696

0.03688

0.13579

0.05476

0.01173

0.05040

0.01059

0.03066

First Round

0.00831

0.01951

0.02321

0.06176

0.03361

0.00474

0.03808

0.00410

0.02770

Indust Sup

0.23124

0.05761

0.05200

0.07672

0.09273

0.02883

0.07152

0.01659

0.03698

Consumption

Sumber : Tabel Input Output Kabupaten Badung Klasifikasi 9 Sektor (diolah)

Initial

Sector

Lampiran 13 Multiplier income klasifikasi 9 sektor

1.09213

0.27206

0.24557

0.36234

0.43795

0.13614

0.33776

0.07836

0.17465

Total

1.13990

-13.70261

1.41404

1.96963

0.58292

-0.22304

-2.39636

-11.43468

-2.38366

Elasticity

1.03439

1.44913

1.45025

3.24310

1.34406

1.18120

1.49780

1.31199

1.73584

Type I

1.31223

1.83838

1.83980

4.11423

1.70509

1.49849

1.90012

1.66441

2.20211

Type II

58

59  

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Banyuwangi, Jawa Timur pada tanggal 02 Agustus 1991 dari pasangan Agus Irianto dan Nanik Sugiyarti. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pada tahun 2003, penulis lulus dari SMPN 1 Cluring, kemudian pada tahun 2009 penulis lulus dari SMAN 1 Genteng dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI). Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Selama menuntut ilmu di IPB penulis aktif di organisasi mahasiswa daerah Banyuwangi (Omda Banyuwangi). Selain itu, penulis juga pernah menjadi anggota Hipotesa pada Divisi RnD (Reaserch and Development) pada periode 2010/2011. Selama menjadi mahasiswa, penulis telah mengikuti berbagai kepanitiaan setingkat Departemen, Fakultas, dan IPB.