ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI

Download Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1 2013. 52. ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI. RS. X| [Nur Yu...

0 downloads 354 Views 910KB Size
Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1

2013

ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X Nur Yulianti Hidayah1, Desi Rahmawaty2 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) [email protected], 2)[email protected] 1,2)

Abstrak Permasalahan yang dialami oleh RS. X adalah penurunan faktor daya (cos phi) pada mesin Chiller yang dapat mengganggu kestabilan power quality yang berdampak pada efisiensi. Data bulan Juli 2012 menunjukkan nilai cos phi ratarata sebesar 0,72 yang berarti tidak sesuai dengan standar PLN sebesar 0,86 sedangkan rata-rata daya yang dihasilkan sebesar 114 kW. Metode Six Sigma digunakan dalam penelitian ini untuk mengatasi masalah yang telah teridentifikasi. Hasil dari analisis diketahui bahwa penyebab turunnya cos phi adalah akibat jarak yang terlalu jauh antara trafo pada sumber pembangkit listrik pusat dengan Chiller sehingga menimbulkan rugi jala-jala listrik. Tindakan perbaikan pemasangan panel capasitor bank pada Chiller dilakukan kemudian dilakukan pengukuran kembali untuk melihat perubahan nilai cos phi dan daya. Hasil yang didapatkan yaitu terjadi peningkatan nilai cos phi menjadi rata-rata sebesar 0,91 dan rata-rata daya turun menjadi 91 kW sehingga terjadi efisiensi daya sebesar 20,18%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai cos phi sudah memenuhi standar PLN serta tercapainya efisiensi energi. Kata kunci: Power Quality, Faktor Daya (Cos Phi), Six Sigma

1. PENDAHULUAN Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini, tentunya membutuhkan sumber daya energi besar pula. Namun hal ini tidak diimbangi dengan persediaan sumber daya energi. Energi yang banyak digunakan yaitu energi listrik. Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan di industri membutuhkan energi listrik yang sangat besar. Adanya kenaikan tarif dasar listrik membuat berbagai pihak melakukan upaya penghematan, salah satunya adalah manajemen RS. X yang menginginkan adanya efisiensi energi, mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk konsumsi listrik. Namun hal ini menghadapi kendala karena salah satu peralatan mesin di RS. X, yaitu mesin Chiller, mengalami penurunan nilai faktor daya (cos phi). Penurunan faktor daya (cos phi) mengakibatkan terjadinya penurunan tegangan (volt) yang diterima oleh Chiller, sedangkan arus (ampere) dan daya (watt) mengalami kenaikan. PLN menetapkan besarnya nilai cos phi tidak boleh kurang dari 0,86. Dengan turunnya cos phi, menyebabkan RS. X harus membayar 46

ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X | [Nur Yulianti Hidayah]

Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1

2013

denda kVARh kepada PLN. Selain itu dengan naiknya kWh akan mengakibatkan besarnya biaya yang harus dibayarkan untuk pemakaian listrik. Penelitian ini akan membahas bagaimana cara melakukan perbaikan pada power quality untuk mencapai cos phi yang sesuai dengan standar PLN dan pencapaian efisiensi energi di RS. X. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbaikan power quality di RS. X agar nilai cos phi meningkat sehingga efisiensi energi dapat tercapai dengan menggunakan metodologi Six Sigma. Manfaat dari penelitian ini yaitu diharapkan dengan semakin meningkatnya power quality di RS. X dapat menghemat pemakaian energi.

2. LANDASAN TEORI Six Sigma dapat didefinisikan menurut Mikel Harry (2001) sebagai suatu proses bisnis yang memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya dengan merancang dan memantau aktivitas harian bisnis dalam mencapai kepuasan pelanggan. Six Sigma juga didefinisikan sebagai suatu sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, memberi dukungan dan memaksimalkan proses usaha, yang berfokus pada pemahaman akan kebutuhan pelanggan dengan menggunakan fakta, data serta terus menerus memperhatikan peraturan, perbaikan dan mengkaji ulang proses usaha. Tujuan dari Six Sigma tidak hanya mencapai level Sigma tertentu saja tetapi lebih pada peningkatan kemampuan perusahaan. Six Sigma akan berupaya untuk memperhatikan kesesuaian antara kinerja produk atau jasa yang dihasilkan dengan kebutuhan pelanggan. Six Sigma adalah suatu metodologi bisnis yang bertujuan meningkatkan nilainilai kapabilitas dari aktivitas proses bisnis. Proses disini dapat berupa suatu sistem produksi, sistem transaksi bisnis, dan sistem pengembangan produk. Proses itu sendiri memiliki pengertian yaitu sesuatu yang dimulai dari perencanaan, desain produksi sampai dengan fungsi-fungsi konsumen (kebutuhan, keinginan, dan ekspektasi). Dalam konsep Six Sigma dikenal dua proses kerja yang disebut proses kerja internal dan proses kerja eksternal. Proses internal meliputi seluruh aspek fungsi dan kegiatan yang ada di dalam perusahaan. Sedangkan proses eksternal yaitu seluruh kegiatan yang dimulai dari pengelolaan produk jadi hingga distribusi ke konsumen. Dalam huruf Yunani, sigma – σ – merupakan standar deviasi. Standar deviasi adalah cara statistikal untuk menggambarkan seberapa banyak variasi terjadi dalam sekumpulan data, sekelompok item, atau sebuah proses. Six Sigma pertama kali dikembangkan oleh Motorola pada pertengahan tahun 1980 dan dipublikasikan oleh Jack Welch (General Electric). Istilah Six Sigma diambil dari terminologi statistika, dimana sigma merupakan standar deviasi dalam distribusi normal dengan probabilitas ± 6 (enam) atau sama dengan Pvalue = 0,999996 atau efektivitas sebesar 99,9996%. Tujuan Six Sigma yaitu meningkatkan kinerja bisnis dengan mengurangi berbagai variasi proses yang merugikan, mereduksi kegagalan-kegagalan

[Nur Yulianti Hidayah] | ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X

47

Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1

2013

produk/proses, menekan cacat-cacat produk, meningkatkan keuntungan, serta meningkatkan kualitas produk pada tingkat yang maksimal. Sigma dalam statistik dikenal sebagai simpangan baku yang menyatakan nilai simpangan terhadap nilai tengah. Suatu proses dikatakan baik apabila berjalan pada suatu rentang yang disepakati. Rentang tersebut memiliki batas, batas atas atau Upper Specification Limit (USL) dan batas bawah atau Lower Specification Limit (LSL). Proses yang terjadi di luar rentang disebut cacat. Tahapan-tahapan yang terdapat dalam Six Sigma yaitu Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control.

3. METODOLOGI 3.1. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu dengan melakukan pengukuran langsung terhadap titik R, S, dan T pada Chiller. R, S, dan T merupakan jalur kabel yang menghubungkan sumber pembangkit listrik pusat dengan motor 3 fasa yang digunakan untuk menghidupkan Chiller. Dalam pengukuran ini ada 2 bagian yang diukur yaitu pengukuran faktor daya (cos phi) serta pengukuran tegangan (volt) dan arus (ampere) untuk mendapatkan nilai daya (kW). Pengukuran faktor daya (cos phi) dilakukan selama satu hari setiap jam selama 24 jam untuk mengetahui apakah nilai cos phi sudah sesuai dengan standar yang diberikan PLN yaitu tidak boleh lebih kecil dari 0,86. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap penurunan tegangan (volt) serta kenaikan arus (ampere), dilakukan pengukuran tegangan (volt) dan arus (ampere) selama satu bulan agar dapat mengetahui tingginya daya (watt) yang dipakai. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang dapat mencatat nilai tersebut dan merekamnya, sehingga memudahkan dalam pengumpulan data. 3.2. Pengolahan Data Semua data yang telah diukur akan dicatat dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode Six Sigma. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Define Dalam tahap ini dilakukan pengidentifikasian terhadap masalah yang terdapat pada Chiller. Selain itu juga untuk mengetahui dampak yang diakibatkan dari penurunan faktor daya (cos phi). b. Measure - Melakukan pengukuran langsung terhadap nilai faktor daya (cos phi) selama satu hari setiap jam serta melakukan pengukuran selama satu bulan untuk tegangan (volt) dan arus (ampere). - Melakukan uji kenormalan data cos phi. - Membuat peta kontrol X-bar dan R untuk nilai cos phi. 48

ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X | [Nur Yulianti Hidayah]

Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1

2013

- Menghitung kemampuan proses Chiller dalam menghasilkan nilai cos phi yang sesuai standar PLN. - Menghitung nilai Sigma Chiller. 3.3. Analisis Berdasarkan hasil pengolahan data, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis untuk mengetahui penyebab terjadinya penurunan faktor daya (cos phi) pada Chiller. Setelah diketahuinya penyebab masalah, maka akan dibuat suatu rencana perbaikan (Action Plan) dan melakukan perbaikan sesuai rencana (Improvement). Hasil perbaikan akan dipantau (Control) untuk mengetahui tingkat keberhasilannya. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap analisis adalah : a. Analyze Pada tahap ini dilakukan wawancara (brainstorming) dengan staf teknisi RS. X untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor penyebab penurunan faktor daya (cos phi) pada Chiller. Faktor-faktor penyebab ini akan dituangkan ke dalam Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram). b. Improve Pada tahap ini akan dibuat rencana perbaikan untuk menanggulangi munculnya penyebab penurunan faktor daya (cos phi) pada Chiller dan memberikan solusi terhadap masalah penurunan cos phi dan kenaikan daya. Rencana perbaikan akan dibuat dengan menggunakan 5W+1H. Selanjutnya akan dilakukan langkah perbaikan sesuai rencana dimana langkah perbaikan ini ditujukan untuk dapat menghilangkan denda kVARh dan penurunan penggunaan daya yang berlebihan. c.

Control Untuk mengetahui pencapaian tujuan dari langkah perbaikan yang dilakukan maka perlu dilakukan pengawasan (monitoring) sistem. Dilakukan pengukuran kembali terhadap faktor daya (cos phi), selama satu hari setiap jam setelah dilakukan perbaikan. Kemudian dilakukan pengukuran kembali terhadap tegangan (volt) dan arus (ampere) pada Chiller selama satu bulan untuk mendapatkan hasil kW apakah sudah mengalami penurunan atau belum. Pada tahap ini akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : - Pengukuran langsung terhadap faktor daya (cos phi), tegangan (volt), arus (ampere) pada Chiller setelah dilakukan perbaikan. - Melakukan uji kenormalan data cos phi setelah perbaikan. - Membuat peta kontrol X-bar dan R untuk nilai cos phi setelah perbaikan. - Menghitung kemampuan proses Chiller setelah perbaikan. - Menghitung nilai Sigma Chiller setelah perbaikan. - Membuat perbandingan antara nilai kW sebelum dan setelah perbaikan power quality.

[Nur Yulianti Hidayah] | ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X

49

Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1

2013

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Define Permasalahan yang dihadapi oleh RS. X adalah terjadi penurunan faktor daya (cos phi) pada Chiller dibandingkan dengan nilai faktor daya (cos phi) pada sumber pembangkit tenaga listrik pusat. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan terhadap tegangan (volt) yang diterima oleh Chiller, sedangkan arus (ampere) dan daya (watt) mengalami kenaikan. PLN menetapkan besarnya nilai cos phi tidak boleh kurang dari 0,86. Dengan turunnya cos phi, menyebabkan RS. X harus membayar denda kVARh kepada PLN. Selain itu dengan naiknya kWH akan mengakibatkan besarnya biaya yang harus dibayarkan untuk pemakaian listrik.

4.2. Measure Tahap ini dilakukan untuk mengetahui proses yang sedang terjadi dan mengukur kinerja proses saat ini apakah sudah sesuai atau belum. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan selama satu hari selama 24 jam, didapatkan nilai faktor daya (cos phi) dengan rata-rata sebesar 0,72 dan rata-rata daya sebesar 114 kW. •

Uji Kenormalan Data Ho : nilai faktor daya (cos phi) berdistribusi normal Ha : nilai faktor daya (cos phi) tidak berdistribusi normal - Kriteria pengujian: Ho diterima apabila: Nilai KS hitung < Nilai KS tabel (α; n) dengan nilai α = 0,05 dan n = 72 atau berdasarkan hasil perhitungan dengan minitab diperoleh nilai KS hitung 0,054 < nilai KS tabel (0,05 ; 72) = 0,16. - Kesimpulan: Ho diterima, nilai cos phi berdistribusi normal.



Peta Kendali -R Peta kendali proses.

-R dibuat untuk mengetahui batas-batas kendali U C L=0.7 734

Sample M e an

0.76 0.74 _ _ X=0.7236

0.72 0.70 0.68

LC L=0.673 7 1

2

3

4

5

6

7 8 Sample

9

10

11

12

13

14

U C L=0.1 255

Sample Ra nge

0.12 0.09 0.06

_ R=0.0487

0.03 0.00

LC L=0 1

2

3

4

5

6

7 8 Sample

9

10

11

12

13

14

Gambar 1. Xbar-R Chart Nilai Cos Phi Revisi Ketiga 50

ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X | [Nur Yulianti Hidayah]

Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1

2013

Dari data yang terdapat pada peta semua data sudah in control. Begitu juga dengan peta semua data sudah in control. •

Kemampuan Proses Chiller Tujuan dilakukannya penghitungan kemampuan proses pada Chiller yaitu untuk mengetahui apakah kemampuan kinerja dari Chiller baik atau tidak. Batas spesifikasi nilai cos phi yaitu antara 0,86 dan 0,95. Berdasarkan hasil revisi ketiga dapat segera dibuat kemampuan proses. LSL

USL Within Overall

Process Data LSL 0,86 Target * USL 0,95 Sample Mean 0,723571 Sample N 42 StDev (Within) 0,0287916 StDev (O verall) 0,0306962

Potential (Within) Capability Cp 0.52 CPL -1.58 CPU 2.62 Cpk -1.58 CCpk

0.52

O verall Capability Pp PPL PPU Ppk Cpm

0.49 -1.48 2.46 -1.48 *

0.675 0.720 0.765 0.810 0.855 0.900 0.945 O bserved Performance PPM < LSL 1000000.00 PPM > USL 0.00 PPM Total 1000000.00

Exp. Within Performance PPM < LSL 999998.92 PPM > US L 0.00 PPM Total 999998.92

Exp. O verall Performance PPM < LSL 999995.59 PPM > US L 0.00 PPM Total 999995.59

Gambar 2. Kapabilitas Proses Nilai Cos Phi dari Revisi Ketiga Berdasarkan hasil yang didapat dari minitab, diperoleh nilai Cp sebesar 0,52, nilai Cpk sebesar -1,58. Karena nilai Cp dan Cpk < 1, maka proses yang berlangsung tidak sesuai dengan spesifikasi. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan proses Chiller dalam menghasilkan nilai cos phi yang sesuai standar masih sangat rendah. •

Nilai Sigma Chiller

Jadi Level Sigma Chiller = -4,4σ

4.3. Analyze Pada tahap ini dilakukan wawancara (brainstorming) dengan staf teknisi RS. X untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor penyebab penurunan faktor daya (cos phi) pada Chiller. Faktor-faktor penyebab ini akan dituangkan ke dalam Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram).

[Nur Yulianti Hidayah] | ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X

51

Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1

2013

Tabel 1. Hasil Wawancara tentang Penyebab Penurunan Cos Phi No. Faktor Penyebab Rank Jarak yang terlalu jauh antara trafo 1 5 pusat dengan Chiller Usia trafo pusat yang sudah terlalu 2 2 lama 3 2 Penghantar kabel yang kurang baik Perawatan trafo dan kabel yang 4 1 rendah 5

Kesalahan koneksi kabel

0

Sumber: hasil wawancara

Setelah dilakukan wawancara, kemudian hasil wawancara tersebut akan dibuat ke dalam diagram sebab akibat (Fishbone Diagram). Tujuan dari dibuatnya diagram sebab akibat (Fishbone Diagram) yaitu untuk mengidentifikasi akar penyebab dari permasalahan penurunan faktor daya (cos phi). Sehingga apabila terjadi hal seperti ini lagi dikemudian hari dapat segera dilakukan pengecekan terhadap akar masalah ini.

Usia trafo sudah tua

Jarak trafo dengan Chiller terlalu jauh

Penurunan Nilai Cos Phi

Penghantar kabel kurang baik

Kurangnya perawatan

Gambar 3. Diagram Sebab Akibat Penurunan Nilai Cos Phi Dari gambar di atas dapat diketahui beberapa penyebab yang dapat menurunkan nilai cos phi yaitu: 1) Jarak trafo dengan Chiller yang terlalu jauh. Jarak yang terlalu jauh antara trafo pada sumber pembangkit listrik pusat dengan Chiller dapat menimbulkan rugi jala-jala listrik, sehingga nilai cos phi yang diberikan sumber pembangkit listrik pusat tidak lagi sama dengan yang diterima oleh Chiller. 2) Usia trafo sudah tua. 52

ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X | [Nur Yulianti Hidayah]

Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1

2013

Jika usia trafo semakin tua, maka kumparan dalam trafo tersebut mulai mengalami ketidakstabilan, sehingga tidak dapat mengalirkan sumber daya yang sesuai. 3) Kurangnya perawatan. Kurangnya perawatan terhadap trafo pusat dan kabel yang menghubungkannya dengan Chiller dapat mengakibatkan berkurangnya umur dari trafo dan masa pakai kabel. Tentunya hal ini akan mengganggu kinerja dari trafo dan kabel tersebut. 4) Penghantar kabel yang kurang baik. Penghantar kabel yang kurang baik dapat mengakibatkan kabel mengalami losses yang dapat memicu rugi jala-jala listrik sehingga sumber daya yang mengalir dari pusat tidak sepenuhnya akan diterima oleh Chiller.

4.4. Improve Melalui wawancara yang telah dilakukan, diketahui bahwa faktor utama penyebab penurunan faktor daya (cos phi) yaitu karena jarak yang terlalu jauh antara trafo sumber pembangkit listrik pusat dengan Chiller. Maka prioritas rencana perbaikan yang akan dilakukan yaitu dengan memasang panel capasitor bank pada Chiller untuk mengatasi masalah jarak tersebut.

4.5. Control Untuk mengetahui pencapaian tujuan dari langkah perbaikan yang dilakukan (pemasangan panel capasitor bank) maka perlu dilakukan pengawasan (monitoring) sistem. Dilakukan pengukuran kembali terhadap faktor daya (cos phi), selama satu hari setiap jam setelah dilakukan perbaikan. Kemudian dilakukan pengukuran kembali terhadap tegangan (volt) dan arus (ampere) pada Chiller selama satu bulan untuk mendapatkan hasil kW apakah sudah mengalami penurunan atau belum. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan nilai faktor daya (cos phi) dengan rata-rata sebesar 0,91 dan rata-rata daya sebesar 91 kW. Pada tahap ini kembali dilakukan langkah-langkah yang sama seperti tahap measure, yaitu : •

Uji Kenormalan Data Ho : nilai faktor daya (cos phi) setelah perbaikan berdistribusi normal Ha : nilai faktor daya (cos phi) setelah perbaikan tidak berdistribusi normal - Kriteria pengujian: Ho diterima apabila: Nilai KS hitung < Nilai KS tabel (α; n) dengan nilai α = 0,05 dan n = 72 atau berdasarkan hasil perhitungan dengan minitab diperoleh nilai KS hitung 0,074 < nilai KS tabel (0,05 ; 72) = 0,16 - Kesimpulan: Ho diterima, nilai cos phi berdistribusi normal

[Nur Yulianti Hidayah] | ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X

53

Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1



2013

Peta Kendali -R Setelah dilakukan uji kenormalan nilai cos phi setelah tindakan perbaikan, selanjutnya yaitu membuat peta kendali -R. UCL=0.93260

Sample Mean

0.93 0.92

_ X=0.90797

0.91 0.90 0.89

LCL=0.88334 1

3

5

7

9

11 13 Sample

15

17

19

21

23

UCL=0.06197

Sample Range

0.060 0.045 0.030

_ R=0.02407

0.015 0.000

LCL=0 1

3

5

7

9

11 13 Sample

15

17

19

21

23

Gambar 4. Xbar-R Chart Nilai Cos Phi Setelah Perbaikan Revisi Pertama Dari data yang terdapat pada peta semua data sudah in control. Begitu juga dengan peta semua data sudah in control. •

Kemampuan Proses Chiller Berdasarkan hasil revisi pertama dapat segera dibuat kemampuan proses. LSL

USL Within Overall

Process Data LSL 0,86 Target * USL 0,95 Sample Mean 0,907971 Sample N 69 StDev(Within) 0,0142192

Potential (Within) Capability 1.05 Cp CPL CPU Cpk

StDev(Overall) 0,0176867

CCpk

1.12 0.99 0.99 1.05

Ov erall Capability Pp PPL PPU Ppk Cpm

0.86 Observed Performance PPM < LSL 0.00 PPM > USL 0.00 PPM Total 0.00

0.88

Exp. Within Performance PPM < LSL 370.85 PPM > USL 1559.34 PPM Total 1930.19

0.90

0.92

0.85 0.90 0.79 0.79 *

0.94

Exp. Overall Performance PPM < LSL 3341.30 PPM > USL 8743.59 PPM Total 12084.88

Gambar 5. Kapabilitas Proses Nilai Cos Phi Setelah Perbaikan dari Revisi Ketiga

54

ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X | [Nur Yulianti Hidayah]

Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1

2013

Berdasarkan hasil yang didapat dari minitab, diperoleh nilai Cp sebesar 1,05>1. Untuk nilai Cpk sebesar 0,99 lebih besar dibandingkan dengan nilai Cpk sebelum diberi panel capasitor bank. Maka kemampuan proses Chiller setelah diberi panel capasitor bank dapat dikatakan baik. •

Nilai Sigma Chiller

Jadi Level Sigma Chiller setelah diberi panel capasitor bank meningkat menjadi 2,712σ. Terjadi kenaikan Level Sigma dibandingkan dengan nilai Level Sigma sebelumnya. •

Perbandingan Nilai Daya (kW) Sebelum dan Sesudah Perbaikan Power Quality Setelah didapatkan rata-rata untuk nilai kW sebelum dan sesudah perbaikan, kemudian dilakukan penghitungan terhadap nilai efisiensi yang dicapai.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, nilai efisiensi yang diperoleh pada mesin Chiller sebesar 20,18%. Hal ini berarti RS. X sudah menghemat konsumsi daya listrik sebesar 20,18% dibandingkan dengan sebelumnya, sehingga biaya pemakaian listrik pun menjadi lebih hemat setelah dilakukan perbaikan power quality.

Gambar 6. Grafik Perbandingan Nilai kW Sebelum dan Sesudah Perbaikan Power Quality [Nur Yulianti Hidayah] | ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X

55

Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1

2013

5. KESIMPULAN 1) Berdasarkan hasil perhitungan pada nilai faktor daya (cos phi) setelah dilakukan perbaikan dengan cara memasangkan panel capasitor bank, terlihat bahwa nilai faktor daya (cos phi) mengalami peningkatan dibandingkan sebelum dilakukan perbaikan, dimana nilai rata-rata cos phi sebelum perbaikan power quality sebesar 0,72, nilai Cp sebesar 0,52 dan nilai Cpk sebesar -1,58, dan level sigma sebesar -4,4σ. Setelah dilakukan perbaikan power quality didapatkan nilai rata-rata cos phi yaitu sebesar 0,91, nilai Cp sebesar 1,05 dan nilai Cpk sebesar 0,99. Untuk nilai level sigma sebesar 2,373σ. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata cos phi telah memenuhi syarat PLN yaitu minimal 0,86. Untuk nilai Cp dan Cpk serta level sigma juga terjadi peningkatan dibandingkan sebelum dilakukan perbaikan. 2) Terciptanya efisiensi energi dari nilai kW yaitu sebesar 20,18%. Dengan menurunnya nilai kW maka akan mengurangi beban biaya listrik pada RS. X. Selain itu juga RS. X tidak akan menerima denda kVARh karena adanya kelebihan daya akibat penurunan faktor daya (cos phi). 3) Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari perbaikan power quality ini adalah dapat memperpanjang umur mesin Chiller. Hal ini dikarenakan Chiller tidak lagi menerima beban berlebih. Dengan adanya penurunan daya pada Chiller, dapat memberikan tambahan daya yang tersedia pada sumber pembangkit listrik pusat, sehingga sumber pembangkit listrik pusat tidak akan mengalami kelebihan beban.

DAFTAR PUSTAKA [1]

Dajan, Anto. Pengantar Metode Statistik, Jilid 1. LP3ES, Jakarta, 2008

[2]

Grant, Eugene L dan Richard S. Leavenworth. Pengendalian Mutu Statistis. Edisi keenam, Jilid 1. Erlangga, Jakarta, 1993

[3]

Hidayat, Anang. Strategi Six Sigma: Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja Bisnis. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007

[4]

Muis, Saludin. METODOLOGI 6 SIGMA: Menciptakan Kualitas Produk Kelas Dunia. Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011

[5]

Pande, Pete dan Larry Holpp. What is Six Sigma: Berpikir Cepat Six Sigma. Andi, Yogyakarta, 2009

[6]

Rusliawati, Desi. Analisis Tingkat Kapabilitas dan Level Sigma Ketepatan Waktu Perjalanan KRL Commuter Line Bekasi Pada Penerapan Pola Single Operation di PT. KAI Commuter Jabodetabek. Universitas Pancasila, Jakarta, 2012 56

ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X | [Nur Yulianti Hidayah]

Jurnal Sistem Industri – Volume 7 nomor 1

2013

[7]

___; Tabel kolmogorov smirnov. (diakses tanggal 7 Januari 2013 dari situs: http://thesis.binus.ac.id/Doc/Lampiran/2010-1-00635tisi%20lampiran.pdf,)

[8]

___; Table of Control Chart Constants. (diakses tanggal 7 Januari 2013 dari situs: http://www.buec.udel.edu/kherh/table_of_control_chart_constants.pdf)

[9]

Walpole, Ronald E. Pengantar Statistik, Edisi ke-3. Gramedia Pustaka, Jakarta, 1992

[Nur Yulianti Hidayah] | ANALISIS PERBAIKAN POWER QUALITY UNTUK PENCAPAIAN EFISIENSI ENERGI DI RS. X

57