Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
ANALISIS STRATEGI SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PROSES MANUFACTURE Studi kasus proses produksi castor dan panel di PT. Mega Andalan Kalasan. Yogyakarta Sidarto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Jl. Kalisahak 28 Komplek Balapan, Yogyakarta 55222 ABSTRACT By global business appearance, industrial practitioners start conciousness that to provide cheap product, with quality, and on schedule require role all sedes, i.e. supplier, company/factory, company of transportation, and final consumer. Awareneness of the mentioned will create supply chain management concept. Proposed research is case study in PT. Mega Andalan Kalasan, which the was production process of using system of make to order where company will produce if there is order of his customer. Considering order per month have fluctuation, hence used strategy where as isn’t it employees if there is order many. To overcome the problem of overtime expense which often happened, hence needing the existence of strategy to lessen or eliminate the expense of overtime. There is three strategy which used in data analysis, first is isn’t it request moment labour many and transfer request moment labours a few, second strategy is executed production by kontinyu, excess of kept for supply early new and next month isn’t it moment labour of deman still less, third strategy use postponement to shift decoupling point go downstream so that production system shift from system of make to order to position of assembly to order. Result of data analysis indicate that first strategy yield the expense of overtime equal to Rp. 13.644.000,- while second strategy isn’t it the expense of overtime equal to Rp. 12.504.000,- but have to account expense keep equal to Rp. 762.202,- so that supply cost equal to Rp. 13.212.202,- ad for 2,76 % from first strategy. While third strategy yield the expense of overtime equal to Rp. 5.136.000,- and expense of keeping equal to Rp. 3.412.788,- so that the amount of supply expenses equal to Rp. 8.548.788,- or there is degradation equal to 37,34 % from first strategy. To smooth down machine capacities, machine office hours to isn’t it as according to requirement, for the machine of type 80-T equal to 6,39 %, type machine 125-T equal to 4,17 %, type machine 150-T equal to 10,49 %, type machine 350-T equal to 29,19 %, and type machine 530-T equal to 38,01 %, and labours amount counted 10 people. From result analysis data, company better use strategy of postponement, and machine hour alloction and as according to requirement and also employ labour counted 10 people one shif although remain to release the expense of overtime. Keyword : Supply Chain Management, Postponment, Decuopling Point A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru dalam dunia bisnis global, persaingan di dunia industri semakin meningkat. Suatu sistem produksi yang efektif dan efisien merupakan keharusan yang perlu dimiliki oleh para pelaku bisnis. Kompetisi tersebut menuntut perusahaan untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi. Untuk memenuhi tuntutan tersebut membutuhkan peran serta dari semua pihak mulai dari supplier yang memasok bahan baku, perusahaan/pabrik yang mengolah bahan baku menjadi produk atau komponen, perusahaan transportasi yang mengangkut bahan baku dari supplier dan mengantar barang jadi kepada customer akhir, serta costomer yang akan memakai produk tersebut. Kesadaran akan pentingnya peran serta dari semua pihak inilah kemudian terncipta konsep supply chain management. Mengelola supply chain sebenarnya tidaklah mudah karena akan melibatkan banyak pihak di dalam maupun diluar perusahaan ditambah lagi dengan berbagai ketidakpastian yang terjadi di sepanjang supply chain itu sendiri, serta semakin tingginya persaingan di pasar. Untuk menaggulangi beberapa ketidakpastian tersebut, maka perlu adanya suatu strategi dalam supply chain management sehingga efisiensi perusahaan dapat tercapai. 276
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Penelitian mengenai supply chain management akhir-akhir ini sangat banyak dilakukan karena secara nyata supply chain management merupakan pertimbangan misi dan strategi untuk mencapai keunggulan kompetitif. Zabidi.Y.,(2001) dalam tulisan utamanya mengenai Supply Chain Management, teknik terbaru dalam mengelola aliran material/produk dan informasi dalam memenangkan persaingan mengemukakan bahwa perusahaan haruslah bertanggung jawab terhadap seluruh rangkaian proses mulai dari perencanaan produk, peramalan kebutuhan, pengadaan material, produksi, pengendalian persediaan, penyimpanan, distribusi ke distributor center, wholesaler, pedagang kecil, retailer, pelayanan pada pelanggan, proses pembayaran, dan sampai pada konsumen akhir. Djohar.S.,dkk (2003) melakukan penelitian dengan judul Building a Competitive Advantage on CPO Through Supply Chain Management : A Case Study in PT. Eka Dura Indonesia, Astra Agro Lestari, Riau. Penelitian ini bertujuan untuk memetakkan permasalahan supply chain CPO (crude palm oil) yang selama ini dilalui PT. EDI khususnya berkaitan dengan keunggulan nilai dan produktivitas. Penelitian ini juga bertujuan untuk membangun model simulasi SCM sebagai strategic tool dalam mengembangkan strategi mencapai keunggulan kompetitif. Studi ini membatasi ruang lingkupnya dengan berfokus pada SCM mulai dari kebun, kontraktor angkutan, pabrik, tangki timbun CPO, dan konsumen industri. Penelitian yang diusulkan merupakan studi kasus mengenai Analisis Strategi Supply Chain Management Pada Proses Manufacture khususnya proses produksi panel dan castor di PT. Mega Andalan Kalasan Yogyakarta. PT. Mega Andalan Kalasan Yogyakarta merupakan perusahaan manufacture yang memproduksi perlengkapan rumah sakit, dalam kegiatan produksinya berdasarkan make to order, (MTO). Pada saat ini proses bisnisnya sudah menerapkan process organization, sehingga membuat supply chain dalam perusahaan menjadi lebih mudah, namun dalam kenyataanya tetap sering timbul ketidakpastian pada proses fabrikasi. Bertitik tolak dari permasalahan yang ada dalam proses fabrikasi/pembuatan komponen panel dan castor di PT. Mega Andalan Kalasan tersebut diatas, maka dalam makalah ini mengambil judul mengenai Analisis Strategi Supply Chain Management Pada Proses Manufacture.
2. Tujuan Penelitian a. Penentuan Strategi Supply Chain Management pada proses produksi castor dan panel pada subbagian produksi plastik di PT. Mega Andalan Kalasan untuk mengurangi biaya lembur b. Menentukan alokasi kapasitas mesin produksi yang digunakan untuk memproduksi komponen panel dan castor. 3. Manfaat Penelitian a. Menentukan strategi supply chain manajemen dalam menangani masalah biaya tenaga kerja untuk mengoptimalkan biaya produksi. b. Menentukan alokasi kapasitas mesin produksi, sehingga kebutuhan produksi dapat terpenuhi. c. Memberikan masukan kepada perusahaan mengenai kegiatan proses manufaktur. 4. Batasan dan Asumsi a. Penelitian difokuskan pada departemen produksi komponen plastic b. Produk yang diamati adalah komponen dari plastic ( castor dan panel ) sebagai komponen Supramak Bed. c. Data yang digunakan adalah data penjualan selama tahun 2007. d. Selama penelitian berlangsung, proses produksi berjalan dalam keadaan stabil. 5. Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Mega Andalan Kalasan Yogyakarta, yang memproduksi peralatan rumah sakit. Obyek penelitian adalah proses produksi castor dan panel yang merupakan komponen dari supramak bed. Adapun tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : Pertama melakukan identifikasi permasalahan yang ada di PT. Mega Andalan Kalasan dengan melihat proses bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Secara singkat gambaran umum proses bisnis yang dilakukan perusahaan adalah sebagai berikut :
277
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Gambaran Umum Proses Produksi Castor dan Panel
Customer PPIC
Bagian Marketing
PPIC Bag. Perakitan
Gudang
Supplier
Kedua menentukan permasalahan yang ada di PT. Mega Andalan Kalasan Yogyakarta, yaitu bagaimana mengurangi atau menghilangkan biaya lembur dan mengalokasikan jam kerja mesin sesuai dengan kebutuhan produksi sesuai dengan peramalan permintaan dengan tujuan mengoptimalkan biaya produksi. Ketiga menentukan beberapa strategi yang akan digunakan dalam analisa. Keempat memberikan kesimpulan dan saran. 6. Tinjauan Pustaka Penelitian-penelitian dan tulisan-tulisan mengenai supply chain management akhir-akhir ini sangat banyak dilakukan karena secara nyata supply chain management merupakan pertimbangan misi dan strategi untuk mencapai keunggulan kompetitif. (Zabidi, 2001) dalam tulisan utamanya mengenai Supply Chain Management, teknik terbaru dalam mengelola aliran material/produk dan informasi dalam memenangkan persaingan, mengemukakan bahwa perusahaan haruslah bertanggung jawab terhadap seluruh rangkaian proses mulai dari perencanaan produk, peramalan kebutuhan, pengadaan material, produksi, pengendalian persediaan, penyimpanan, distribusi ke distributor center, wholesaler, pedagang kecil, retailer, pelayanan pada pelanggan, proses pembayaran, dan sampai pada konsumen akhir. Untuk mengatur aliran material / produk, informasi dari seluruh aktifitas perusahaan diperlukan suatu konsep yang disebut dengan supply chain management. ( Watanabe, 2001) dalam tulisannya mengenai Supply Chain Management konsep dan teknologi, mengemukakan bahwa Supply Chain Managemen adalah konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai supply melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas bahan. ( Djohar, dkk., 2003) melakukan penelitian dengan judul Building a Competitive Advantage on CPO Through Supply Chain Management : A Case Study in PT. Eka Dura Indonesia, Astra Agro Lestari, Riau. Penelitian ini bertujuan untuk memetakkan permasalahan supply chain CPO (crude palm oil) yang selama ini dilalui PT. EDI khususnya berkaitan dengan keunggulan nilai dan produktivitas. Penelitian ini juga bertujuan untuk membangun model simulasi SCM sebagai strategic tool dalam mengembangkan strategi mencapai keunggulan kompetitif. Studi ini membatasi ruang lingkupnya dengan berfokus pada SCM mulai dari kebun, kontraktor angkutan, pabrik, tangki timbun CPO, dan konsumen industri. ( Wardani, 2004 ), melakukan penelitian yang berjudul Economic Manufacturing Quantity gabungan antara pemasok dengan produsen untuk produk yang dijual dengan garansi, penelitian ini mengemukakan bahwa dengan manajemen rantai pasok ( supply chain management ) kerja-sama antara pemasok dan produsen dirancang agar menguntungkan kedua belah pihak sehingga ukuran produksi dari pemasok dan ukuran pemesan dari produsen harus memperhatikan kepentingan bersama atau meminimalkan total ongkos gabungan secara utuh. ( Arvitrida, 2008 ) melakukan penelitian mengenai Simulasi Koordinasi Supply Chain Pisang : Studi kasus Pisang Mas dari Lumajang yang bertujuan untuk membuat dokumentasi konfigurasi supply chain pisang. Adapun skenario alternatif yang diusulkan secara garis besar adalah penundaan jadwal panen disisi hulu dan koordinasi disisi hilir untuk mengintegrasikan ukuran order. 278
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Supply Chain merupakan suatu rangkaian atau jaringan dari perusahaan-perusahaan yang bekerja bersama-sama untuk membuat dan menyalurkan produk atau jasa kepada konsumen akhir. Pada dasarnya dalam sebuah supply chain terdapat tiga aliran, yaitu : aliran material, aliran informasi, dan aliran uang/pembayaran. Struktur supply chain secara sederhana dapat dilihat dalam gambar berikut :
HULU SUPPLIER
HILIR
PABRI K
DISTRI BUTOR
WHOLE SALER
RETAILER
CUSTO MER
Aliran fisik/material Aliran pembayaran Aliran informasi Gambar 1. Struktur supply chain dan tiga aliran yang dikelola
Sedangkan Supply Chain Managemen adalah manajemen terhadap aliran antar dan diantara tahapan supply chain untuk memaksimalkan profitabilitas keseluruhan supply chain itu sendiri. (Punjawan, 2005). Keunggulan kompetitif dari supply chain management adalah bagaimana ia mampu me-manage aliran barang atau produk dalam suatu rantai pasok, dengan kata lain model supply chain management mengaplikasikan bagaimana suatu jaringan kegiatan produksi dan distribusi dari satu bagian/devisi sehingga menghasilkan produk sesuai dengan tuntutan konsumen. 1). Strategi Sapply Chain Dalam konteks saplly chain, strategi bisa berupa pendirian pabrik baru, penambahan kapasitas produksi, penentuan proses manufaktur, pemilihan sistem produksi, pengalihan tanggung jawap persediaan ke supplier, dll. Strategi saplly chain dimulai dari supplier sampai dengan konsumen akhir, dan dalam penyusunan strategi operasi kebutuhan pasar maupun ketersediaan sumber daya harus sama-sama dipakai sebagai acuhan. Tujuan utama dalam strategi supply chain adalah memenangkan persaingan pasar, dan untuk bisa memenangkan persaingan ini supply chain harus bisa menyediakan harga yang murah, dan untuk menyediakan produk yang murah ini perusahaan harus dapat menentukan harga pokok produk yang rendah, dimana salah satunya adalah menekan biaya tenaga kerja yang optimal. Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam menentukan biaya tenaga kerja, diantaranya adalah : a. Memproduksi kalau ada pesanan dan kalau pesanan banyak akan melemburkan karyawannya, dan kalau pesanan sedikit akan mengalihkan atau memberhentikan karyawan. b. Memproduksi sebanyak-banyaknya saat pesanan sedikit, dan menyimpan produk tersebut untuk persediaan pada periode berikutnya ( produksi secara kontinyu ) konsekwensinya adalah akan menanggung biaya simpan. c. Merubah sistem produksi dengan pendekatan postponment dengan menggeser decoupling point ke hilir atau ke hulu. Merubah posisi decoupling point akan menciptakan produk-produk dengan variasi yang fundamental, mengurangi ketergantungan terhadap ramalan permintaan, mengurangi persediaan setengah jadi/komponen, dan mengurangi resiko keusangan. Penggeseran decoupling point ke sisi hilir akan memperbanyak proses-proses standar dalam supply chain dan membatasi proses spesifik, atau dengan kata lain memproduksi dengan dasar ramalan permintaan untuk mengurangi waktu tunggu pelanggan. 2). Decoupling Point dalam Supply Chain Decoupling point merupakan suatu keputusan sampai dimana aktivitas produksi bisa dilakukan tanpa menunggu permintaan definitif dari pelanggan dan merupakan keputusan yang sangat penting bagi supply chain, karena akan berpengaruh terhadap kemampuan untuk menciptakan efisiensi fisik
279
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
atau kecepatan merispon pasar atau titik temu sampai dimana suatu kegiatan bisa dilakukan atas dasar ramalan dan darimana kegiatan harus ditunda sampai dengan adanya permintaan yang pasti.
3). Postponement. Pada suatu supply chain, posisi decoupling point bisa diubah maju atau mundur tergantung pada arah strategi yang diinginkan. Kegiatan menggeser decoupling point dari sisi hulu ke sisi hilir maupun sebaliknya dari sisi hilir ke sisi hulu disebut dengan postponement B. PENGUMPULAN DATA Tabel : I. Part List Komponen Castor Untuk Satu Set Supramak Bed No. Part 44
Nama Part Cover Bearing Castor New
Jumlah (unit) 4
Material Nylon
Cycle Time 17 dt
Bahan / Unit 3,25 grm
52
Pedal
2
Nylon
32 dt
13 gram
53
Pin
8
ABS
5 dt
0,26 gram
59
Wheel In 5 “
4
Nylon
65 dt
214,5 gram
61
Wheel Out 5 “
4
TPU
60 dt
162,5 gram
42
Cover
8
PP
20 dt
13 gram
Sumber : data perusahaan
Adapun gambaran tentang produk castor dapat dilihat dalam gambar berikut :
CASTOR
Cover Bearing Castor New
Pedal
Pin Wheel In 5” Cover Wheel Out 5”
Gambar 2. Komponen Castor
280
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Tabel : II. Part List Komponen Panel Untuk Satu Set Supramak Bed No. Part 63
Nama Part
Jumlah (unit) 2
Material ABS
Cycle Time 350 T
Bahan / unit 494 gram
Bumfer Kanan
64
Bumfer Kiri
2
ABS
350 T
494 gram
65
Center Panel Front
2
ABS
530 T
1391 gram
66
Center Panel Side
2
ABS
530 T
1430 gram
67
Cover Baut Panel A
16
Nylon
150 T
1,21 gram
68
Cover Baut Panel P
16
Nylon
150 T
2,21 gram
69
Cover Bumfer
4
PP
150 T
21,66 gram
70
Pengunci Head & Foot Kanan
2
Nylon
80 T
13 gram
71
Pengunci Head & Foot Kiri
2
Nylon
80 T
13 gram
72
Side Panel Front Kanan
2
ABS
530 T
442 gram
73
Side Panel Front Kiri
2
ABS
530 T
442 gam
74
Side Panel Side Kanan
2
ABS
530 T
409,5 gram
75
Side Panel Side Kiri
2
ABS
530 T
409,5 gram
Sumber : data perusahaan Sedangkan gambaran tentang komponen panel dapat dilihat dalam gambar berikut :
PANEL Komponen panel
Cover Baut Panel A
Cover Panel Side Cover Baut Panel P Side Panel Side Kiri
Side Panel Side kanan Cover Bumfer
Pengunci Head & Foot Kiri
Pengunci Head & Foot Kanan
Cover Panel Front Side Panel Front Kanan Side Panel Front kiri
Bumfer Kanan
Bumfer Kiri
Gambar : 3. Komponen Panel
Tabel : III. Data Penjualan Tahun 2007 dan Data Penjualan Berdasarkan Kebijakan Perusahaan Serta 281
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Data Penjualan Berdasarkan Ramalan Tahun 2008. Bulan Januari
Penjualan Tahun 2007 ( data aktual ) 100 set
Penjualan Tahun 2008 ( 130 % dari 2007 ) 130 set
Penjualan Tahun 2008 berdasarkan Ramalan 98 set
Februari
25 set
32 set
98 set
Maret
58 set
75 set
98 set
April
117 set
152 set
98 set
Mei
48 set
62 set
98 set
Juni
33 set
43 set
98 set
Juli
67 set
87 set
98 set
186 set
240 set
98 set
September
73 set
95 set
98 set
Oktober
56 set
72 set
98 set
Nopember
246 set
320 set
98 set
Desember
132 set
171 set
98 set
1141 set
1479 set
1176 set
Agustus
Total
Sumber : pengolahan data
Data Penjualan
Jumlah
400 300
Th. 2007
200
Th. 2008
100
Ramalan
0 Jan Feb Mar Apr
Mei Jun
Jul
Agt Sep Okt Nop Des
Bulan
C. HASIL PENELITIAN Perhitungan biaya produksi castor dan panel untuk satu set Supramak Bed : a. Biaya Bahan Baku : panel Rp. 49.135,castor Rp. 220.845,----------------269.980,b. Biaya Tenaga Kerja
: Operator Mesin 80-T Operator Mesin 125-T Operator Mesin 150-T Operator Mesin 350-T Operator Mesin 530-T
Rp. 800.,Rp. 520,Rp. 1.360,Rp. 3.720,Rp. 4.800,-----------------
Rp.
Rp.
11.200,-
282
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
c. Biaya lain
: Mesin Jenis 80-T Mesin Jenis 125-T Mesin Jenis 150-T Mesin Jenis 350-T Mesin Jenis 530-T
Rp. 1.876,80 Rp. 1.545,60 Rp. 4.316,64 Rp. 25.392,00 Rp. 82.800,00 ------------------
Rp.
115,931,---------------Total Biaya Produksi untuk satu set Supramak Bed 397.111,-
Rp.
Biaya modal / biaya simpan per bulan : 1,5 % x Rp. 397.111,5.956,Biaya lembur per jam = Rp. 6.000,-
Rp.
Dengan menggunakan strategi yang pertama, yaitu memproduksi sesuai dengan permintaan dan akan melemburkan karyawan apabila ada pesanan banyak dan mengalihkan karyawan saat permintaan sedikit, maka tambahan biaya produksi khususnya tenaga kerja lembur sebesar Rp. 13.644.000,- dengan rincian untuk mesin jenis 80-T sebesar Rp. 816.000,- mesin jenis 125-T sebesar Rp. 348.000,- mesin jenis 150-T sebesar Rp. 1.824.000,- mesin jenis 350-T sebesar Rp. 4.140.000,dan mesin jenis 530-T sebesar Rp. 6.516.000,-. Dengan menggunakan strstegi yang kedua, yaitu berproduksi secara kontinyu dalam arti pada saat pesanan sedikit akan memproduksi sebanyak-banyaknya dan menyimpan untuk periode berikutnya, tambahan biaya produksi sebesar Rp. 13.212.202,- dengan rincian : Tabel : IV. Perhitungan Biaya Lembur dan Biaya Simpan Jenis Mesin Biaya Lembur 80-T Rp. 468.000,125-T Rp. 60.000,150-T Rp. 1.872.000,350-T Rp. 3.780.000,530-T Rp. 6.324.000,Jumlah Rp. 12.504.000,Sumber : pengolahan data
Biaya Simpan Rp. 81.890,Rp. 392.276,Rp. 12.036,Rp. 206.745,Rp. 69.255,Rp. 762.202,-
Jumlah Rp. 549.890,Rp. 398.276,Rp. 1.884.036,Rp. 3.986.745,Rp. 6.393.255,Rp. 13.212.202,-
Dengan menggunakan strategi yang ketiga, yaitu dengan pendekatan postponment dengan menggeser posisi decoupling point ke hilir sehingga produksi setiap bulan menurut peramalan sebesar 98 set supramak bed, sehingga jumlah persediaan/produk yang harus disimpan selama tahun 2008 sebanyak 573 set, dan jumlah produk yang perlu adanya lembur sebanyak 303 set. Jadi biaya simpan dengan adanya strategi III sebanyak 573 set x Rp. 5.956,- = Rp. 3.412.788,- sedangkan biaya lembur selama tahun 2008 sebesar Rp. 5.136.000,- dengan rincian sebagai berikut : untuk mesin 80-T sebesar Rp. 372.000,- mesin 125-T sebesar Rp. 240.000,- mesin jenis 150-T sebesar Rp. 612.000,- mesin 350-T sebesar Rp. 1.704.000,- dan mesin jenis 530-T sebesar Rp. 2.208.000,Perbandingan antara strategi I, strategi II dan strategi III dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel V : Perbandingan Biaya Lembur dan Biaya Simpan Menurut Strategi I, II, dan III Strategi I
Biaya Lembur Rp. 13.644.000,-
Biaya Simpan -
Total Rp. 13.644.000,-
II
Rp. 12.504.000,-
Rp.
762.202,-
Rp. 13.266.202,-
III
Rp. 5.136.000,-
Rp. 3.412.788,-
Rp. 8.548.788,-
Sumber : pengolahan data Alokasi kapasitas mesin untuk menyamakan kebutuhan produksi berdasarkan ramalan jumlah 283
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
produksi Supramak Bed, dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel VI : Alokasi Jam Kerja Mesin Untuk Produksi 98 Set Supramak Bed. Jenis Mesin 80-T 125-T 150-T 350-T 530-T
Waktu Produksi
368 detik 240 detik 604 detik 1680 detik 2188 detik Sumber : pengolahan data
Jumlah Waktu Produksi 36064 detik 23520 detik 59192 detik 164640 detik 214424 detik
Kapasitas Maksimum 564000 detik 564000 detik 564000 detik 564000 detik 564000 detik
Alokasi Jam Mesin 6,39 % 4,17 % 10,49 % 29,19 % 38,01 %
C. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari hasil analisa data, dapat disimpulkan bahwa : a. Biaya lembur dengan strategi I sebesar Rp. 13.644.000,b. Biaya lembur dan biaya simpan dengan strategi II sebesar Rp.13.266.202,- atau ada penurunan sebesar 2,76 % dari strategi I c. Biaya lembur dan biaya simpan dengan strategi III sebesar 8.548.788,- atau ada penurunan sebesar 37,34 % dari strategi I d. Alokasi mesin Jenis 80-T sebesar 6,39 % e. Alokasi mesin jenis 125-T sebesar 4,17 % f. Alokasi mesin jenis 150-T sebesar 10,49 % g. Alokasi mesin jenis 350-T sebesar 29,19 % h. Alokasi mesin jenis 530-T sebesar 38,01 % 2. Saran a. Berdasarkan hasil analisa data, perusahaan sebaiknya merubah system produksi dari MTO menjadi system produksi ATO dan juga melakukan strategi Postponment dengan menggeser DP ke sisi hilir. b. Perusahaan harus mengalokasikan jam kerja mesin sesuai dengan kapasitas produksi sesuai dengan ramalan penjualan. D. DAFTAR PUSTAKA Djohar. S., Tanjung.H., Cahyadi. ER., 2003, Building a Competitive Advantage on CPO Through Supply Chain Managemen, A Case Stady in PT. Eka Dura Indonesia, Astra Agro Lestari, Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol.1 April 2003. Daryanto.A.,2007, Peningkatan Nilai Tambah Industri Perunggasan Melalui Supply Chain Management, Jurnal Manajemen & Agribisnis 2007 Hanam.R,1996, Computer Integrated Manufacturing: from consepts to relisation, Addison-Wesley, England. Makridakis,S.,Wheelright, SC., dan McGEE, VC., 1993, Metode dan Aplikasi Peramalan , edisi kedua, Erlangga, Jakarta. Nasution.A.H.,1999, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Candimas Metropole, Jakarta. Ridhani. MR.,2008, Tugas Supply Chain Management, April 2008 Punjawan.IN.,2005, Supply Chain Management, Guna Widya, Surabaya. Render B., dan Heizer J., 2001, Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi, Salemba Empat, Pearson Education Asia Pte.Ltd., Jakarta. Sheikh. K.,2002, Manufacturng Resource Planning ( MRP II ), with introduction to ERP, SCM, and CRM, McGrow-Hill. Tanjung HSB.,2007, Unggul Bersaing Melalui Supply Chain Management, hendriyusuf Brothers.com Watanabe.R.,2001, Supply Chain Management Konsep dan Teknologi, Jurnal Usahawan No. 02 Th XXX Pebruari, Bandung. Zabidi.Y.,2001, Supply Chain Managemen : Teknik Terbaru dalam Mengelola Aliran Material/produk dan Informasi dalam memenangkan Persaingan, Jurnal Usahawan No.02 Th XXX Februari 2001, Bandung.
284
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
LAMPIRAN
Gambar 4. Supramak Bed
285