Asesmen Pada Anak Tunadaksa - file.upi.edu

dengan hasil observasi, termasuk hasil observasi dari orang tua. f. ... dimensi-dimensi hambatan belajar dan perkembangan anak dapat diketahui...

324 downloads 619 Views 103KB Size
Asesmen Pada Anak Tunadaksa Mohamad Sugiarmin

A. Pendahu luan Anak

berkebut uhan khusus

memilik i

karakt er ist ik

pendidikannya

t elah

yang

yang t ergolo ng anak t unadaksa sangat

diupa yakan

beragam. lebih

Dalam

layanan

meneka nkan

kepada

kebut uhan khususnya dar i pada kecacat annya. Hal ini menunt ut penyelenggar aan layanan pendidikan yang mempersyar at kan kepada pent ingnya menget ahui per ilaku awal anak ( entry behavi or) sebagai komponen yang dipert imbangkan dalam pengembangan progra m pembela jaran at au int er vensi. Per ilaku

awal

ini

akan

member ikan

infor masi

kepada

pengembang program t ent ang ber bagai je nis kemampuan yang sudah dikuasai

anak,

sehingga

berdasarkan infor masi

t ersebut

dapat

dit et apkan ber bagai ko mponen program, sepert i mat er i yang akan disajikan, t ingkat kemampu an yang ingin dicapai, sert a st rat egi penyampaiannya. Unt uk mengembangkan program pembelajaran at au int er vensi, infor masi

t ent ang

per ilaku

awa l

ini

semakin

pent ing,

karena

program yang dikembangkan harus ber t it ik t olak dar i ber bagai per ilaku awal anak, t er masuk diant aranya jenis kesulit an yang dihadapi, kemampuan yang dikuasai sert a kekuat an dan kele mahan anak dalam bidang t ert ent u. Infor masi awal t ent ang per ilaku anak ini biasanya dijar ing me lalui asesmen . Asesmen adalah suat u proses yang sist imat is da lam mengumpulkan infor masi at au dat a t ent ang keadaan seorang anak at au individu. Asesmen ber fungsi unt uk mengungkap kemampuan dan ha mbat an

yang dia lami

anak, yang

selanjut nya diharapkan dapat member i gambaran t ent ang apa yang dibut uhkan anak t ersebut . Infor masi ini menjadi dasar dala m menyusun program pembe lajar an at au int ervensi dan penempat an. Ist ilah asesmen ser ing dikacaukan dengan evaluasi, t es dan diagnost ik.

Memang ist ilah- ist ilah t ersebut ber hubungan, t et api

t idak sino nim. M. Sugiarmin PLB

S ecara umum, baik evaluas i, t es, dan diagnost ik

digunakan dalam asesmen, namun hanya merupakan bagian dar i st rat egi dalam asesmen.

Asesmen

dalam

pert anyaan-pert anyaan memilih

bahan

kemampuannya.

yang

pendidikan akan

ber hasil

akan

Jawaban

ia lah

mencar i

at au

disampaikan

t ersebut

akan

jawaban

t idaknya d engan

at as

seseorang menget ahui

mendasar i

langkah

selanjut nya dalam pendid ikan ber ikut nya. Sampa i saat ini masih ser ing dit emukan anak berkebut uhan khusus yang diper iksakan dahulu kepada ahli lain sebelu m mengikut i pela jaran di seko lah . Biasanya laporan hasilnya menyat akan berapa kecerdasan anak, berapa desibel kehilangan pendengaran, apakah anak it u cerebral palsy, aut is, dsb. Hasil t ersebut t idak dapat menje laskan secara ut uh t ent ang keadaan anak yang sesungguhnya. Keadaan demikian menunt ut t enaga ahli pendid ikan luar biasa unt uk lebih berperan lagi dala m melakukan asesmen. Hal ini pent ing dalam upaya member i keyakinan kepada masyar akat dan para ahli lainnya t ent ang peran dan fungsi pro fesi pendidikan luar biasa. Dalam pelaksanaannya t ent u saja me mperhat ikan ker jasama dengan ahli la in t erut ama jika kenyat aan di lapangan dit emukan persoalan persoalan anak berkebut uhan khusus yang menunt ut ket erlibat an ahli lain. Oleh karena it u dala m asesmen,

proses pengumpulan

infor masi t ent ang ana k berkebut uhan khusus

pelaksanaanya selalu

menunt ut dilakukan secar a ko mprehensif.

B. Tujuan Asesmen Asesmen dala m pendidikan me mpunya i t ujuan yang spesifik. Asesmen digunakan pada set iap t ahap dalam penyusunan program pembela jaran at au int er vensi pad a anak. Adapun t ujuan asesmen dapat dilihat secara umum dan secara khusus Secara umum, t ujuan

asesmen adalah:

a. Unt uk mempero leh infor masi t ent ang kondis i objekt if anak dan lingkungannya secara akurat dan ko mprehensif. b. Menget ahui M. Sugiarmin PLB

hambat an dan kema mpua n yang dialami anak,

kebut uhan-kebut uhan khususnya, dan

daya dukung lingkungan

yang dibut uhkan anak. c. Menentukan layanan

dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan

khususnya dan memonitor kemajuannya Secara khusus, tujuan asesmen adalah (1) data atau informasi hasil asesmen digunakan untuk menyusun program pembelajaran atau intervensi. Dari hasil asesmen dapat ditentukan bahan atau materi dan tujuan program yang dapat dicapai (2) asesmen digunakan sebagai alat untuk memonitor kemajuan yang dicapai oleh anak pada saat program berlangsung. Pada posisi ini, informasi dikumpulkan untuk melihat pengaruh dari intervensi atau program yang sedang dilaksanakan. Dilihat dari perspektif tujuan, asesmen itu belangsung terus menerus, tidak hanya diperlukan pada saat penyusunan program pembelajaran tetapi juga dilakukan pada saat pembelajaran atau intervensi itu berlangsung ialah dengan cara membuat catatan mengenai kemajuan yang dicapai anak, hambatan yang dialami, respon anak terhadap situasi, lingkungan yang menunjang dan menghambat, ketepatan metode yang digunakan dan hal-hal apa yang belum dicapai. Hasil asesmen yang diperoleh pada saat program berlangsung dijadikan dasar untuk menyusun program berikutnya. Proses demikian selanjutnya disebut sebagai dynamic assessment (Rena B. Lewis, 1986). Tujuan asesmen tersebut sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Bornstein dan Lewis (1985) yang menjelaskan bahwa tujuan asesmen adalah untuk : (1) mengidentifikasi masalah dan menyeleksi tujuan program, (2) memilih dan mendesain program, (3) mengukur dampak yang telah diberikan, secara terus menerus, (4) mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari program yang diberikan.

B. Ruang lingkup Asesmen Ruang lingkup asesmen anak berkebutuhan khusus, hendaknya mencakup informasi yang berkaitan dengan keberfungsian aspek perkembangan motorik, kognitif, bahasa dan komunikasi, sosio-emosional, dan perilaku adaptif serta daya dukung lingkungan yang diperlukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan anak melalui program pembelajaran atau intervensi. Untuk itu, minimal diperlukan data tentang : (1) identitas anak, (2) karakteristik kemampuan dan ketidakmampuannya M. Sugiarmin PLB

(fisik dan motorik, kognitif, bahasa dan komunikasi, sosio-emosional, dan perilaku adaptif, (3) riwayat perkembangan, riwayat kesehatan, dan riwayat pendidikan, (4) perilaku khas anak, (5) pola hubungan anak dengan lingkungannya, serta (6) kebutuhan anak dan layanan yang diperlukan. Secara spesifik dalam pendidikan anak tunadaksa ruang lingkup asesmen dapat dijelaskan berdasarkan pada masalah fisik dan fungsi fisik. Dengan demikian, asesmen pada anak tunadaksa dapat mencakup penggalian informasi yang berkaitan dengan keadaan fisik, seperti kelumpuhan, kekakuan sendi, kesesuaian ukuran anggota gerak tubuh (lengan dan tungkai) antara sisi kiri dan sisi kanan (misalnya lebih kecil atau lebih pendek dari yang lainnya), keadaan tulang belakang bengkok atau tidak, dan pinggul simetris atau tidak, dsb Sedangkan yang berkaitan dengan fungsi fisik erat kaitannya dengan fungsifungsi yang meliputi;

motorik yang mencakup gerak kasar dan gerak halus,

komunikasi, tingkah laku (emosi dan sosial), keterampilan menolong diri, dan akademik (terutama membaca, menulis, dan berhitung).

C. Persyaratan Menurut Goodman dan Field (1991, Lidz : 2003) Asesmen pada anak berkebutuhan khusus perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Petugas asesmen harus memiliki pengalaman dan bahan / alat / media yang cukup dan cocok untuk mengungkap hambatan belajar dan hambatan perkembangan anak. b. Pelaksanaan asesmen hendaknya dilakukan dalam

ruangan yang tepat.

Pencahayaan cukup, ukuran mebeler sesuai, meminimalkan benda-benda atraktif yang mudah dijangkau, dan gunakan bahasa yang menuntut anak untuk mengeksplorasi lebih jauh (hindari penggunaan pertanyaan pilihan). c. Dilakukan dengan berbasis ekologis dan kontekstual, dengan mengintegrasikan beberapa variable yang berpengaruh (keluarga, pengasuh, atau teman) dan memfokuskan

kepada

keberfungsian

anak

dalam

berbagai

aspek

perkembangan. d. Agar komprehensif, pengumpulan data harus menggunakan beberapa pendekatan, termasuk wawancara dengan orang tua, observasi alamiah secara terus menerus, dan yang lainnya. e. Pengggunaan tes standar harus sangat hati-hati, karena disamping secara M. Sugiarmin PLB

teknis lebih sulit, hasilnya sering kurang akurat dan kurang prediktif. Karena itu, penggunaan asesmen yang sifatnya formal ini harus dibarengi dengan hasil observasi, termasuk hasil observasi dari orang tua. f. Memfokuskan kepada informasi yang relevan, sehingga mampu menghemat waktu dan tenaga. g. Memanfaatkan secara maksimal hasil-hasil penilaian psikologis, sosial, medis, dan pendidikan yang telah dilakukan oleh ahli sebelumnya atau catatan-catatan hasil pekerjaan anak. h. Dilakukan melalui kolaborasi antara tim ahli dengan orang tua, sehingga dimensi-dimensi hambatan belajar dan perkembangan anak dapat diketahui dan dipahami lebih jelas.

Sedangkan menurut National Association of School Psychologist Position Statement on Early Chilhood Assessment (Lidz, 2003) dinyatakan bahwa dalam asesmen, pengertian tim multidisiplin harus mencakup multi sumber informasi,

multi

pendekatan,

dan

multi

setting

dalam

rangka

menghasilkan pemahaman yang komprehensif terhadap keterampilan dan kebutuhan anak. Karena itu asesmen harus berpusat pada sistem keluarga dan lingkungan anak, yang kedua-duanya secara substansial sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.

D. Bentuk-bentuk Asesmen 1. Baseline asesmen Pelaksanaan asesmen ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan keterampilan-keterampitan atau kecakapan-kecakapan apa yang saat dilakukan asesmen telah dimiliki oleh seorang anak atau individu. Selain itu juga untuk mengetahui hambatan atau kesulitan apa yang dihadapi oleh seorang anak, keinginan seorang anak, dan kebutuhan-kebutuhannya. Asesmen ini dilakukan pada kontak pertama antara seorang asesor dengan kliennya atau anak, dalam rangka memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai anak tersebut. Kemungkinan lain adalah bahwa asesmen ini dilakukan karena alasan-alasan penting dari sejumlah program pembelajaran atau intervensi yang akan dilakukannya. 2. progres asesmen M. Sugiarmin PLB

Pelaksanaan asesmen ini bertujuan untuk mengetahui tentang program layanan pendidikan yang sedang berjalan, sehingga guru mendapatkan informasi yang jelas mengenai level atau tingkat perubahan yang terjadi. Asesmen ini merupakan kelanjutan dari baseline asesmen yang telah dilakukan. 3. Spesifik asesmen Pelaksanaa asesmen ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan hal-hal spesifik yang ada pada anak. Misalnya ketika seorang anak memiliki peritaku eksentrik tertentu seoarang guru mungkin diharapkan mampu menemukan : bentuk perilakunya seperti apa? apakah perilakunya merupakan sebuah stereotip tertentu dengan anak yang mengalami gangguan spesifik; Pemicu muncul perilaku tersebut apa saja? Situasi seperti apa yang dapat mengurangi atau meredakan perilaku eksentrik tersebut; berapa lama perilaku eksentrik ini terjadi apabila kita tidak melakukan perlakuan khusus pada anak tersebut. Biasanya seorang guru diminta melakukan kegiatan asesmen ini apabila ia tidak terlibat lagi dengan siswa pada kegiatan intervensi berikutnya. 4. final asesmen Pelaksanaan asesmen ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana tujuantujuan pembelajaran atau intervensi dapat tercapai, dan seberapa besar proses ini menyisakan permasalahan atau kebutuhan anak yang belum terlayani, sehingga perlu dibuat keterangan yang jelas yang nantinya digunakan sebagai bahan rujukan bagi guru lain, orangtua, atau bagi ahli lainnya. Kegiatan asesmen ini biasanya dilakukan pada saat terakhir guru atau pelaksana ini melakukan interaksi dengan siswanya. 5. follow up asemen Kegiatan asesmen ini bertujuan untuk memahami hal-hal apa yang harus mendapatkan tindak lanjut dari hasil pengumpulan data yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dan lebih konfirmatif tentang kondisi anak yang betul-betul membutuhkan tindak lanjut.

M. Sugiarmin PLB

E. Pengembangan Alat Asesmen 1. Ketentuan Umum Untuk mengembangkan alat asesmen, dilihat dari cara pengadaannya dapat dikelompok kan menjadi dua bagian, pertama alat asesmen yang bersifat formal, yaitu alat asesmen yang memiliki kaidah-kaidah berdasarkan pengkajian para ahli. Alat asesmen ini biasanya sudah baku, untuk penggunaannya dibutuhkan pengetahuan khusus, dengan demikian tidak semua orang dapat menggunakannya. Umumnya alat asesmen formal ini digunakan untuk mengetahui potensi anak, contohnya yang berhubungan dengan intelligensi. Sementara itu alat asesmen lain, yang disebut alat asesmen informal, yaitu

alat asesmen buatan sendiri. Alat

asesmen ini lebih fleksibel dan mudah dioperasionalkan dibandingkan dengan alat asesmen yang baku. Menurut Rhodes, L.K. & Dudley (1988), alat-alat asesmen buatan sendiri ini, tidak kalah efektif dibandingkan dengan alat yang sudah dibakukan. Oleh karena itu, sebaiknya alat asesmen itu dikembangkan sendiri oleh orang yang akan melakukan asesmen. Untuk merancang asesmen yang bersifat informal ini, ada beberapa hal yang menjadi fokus perhatian, pertama asesmen harus diarahkan kepada penggalian kemampuan yang dikuasai anak, kedua hambatan atau kesulitan yang dialami anak, dan ketiga lingkungan yang mempengaruhi anak. Asesmen pada anak tunadaksa secara umum dalam pendidikan sama dengan asesmen yang dilakukan pada anak-anak berkebutuhan khusus lainnya. Hal yang membedakannya terutama dalam ruang lingkupnya yang berkaitan dengan masalah motorik atau gerak Masalah gerak disini terutama kemampuan gerak, baik gerak setiap anggota tubuh maupun gerak secara keseluruhan terutama dalam aktivitas hidup sehari-hari. 2. Ketentuan Khusus Secara khusus dalam mengembangkan alat asesmen mengikuti langkahlangkah sebagai berikut; a. Menentukan Area Fokus Memperhatikan kepada ruang lingkup asesmen pada anak tundaksa, kita dapat mentukan bidang yang akan dilakukan asesmen, contohnya bidang motorik. Selanjutnya langkah yang akan dilakukan untuk mengembangkan alat asesmen akan mengacu kepada unsur-unsur ysng berkaitan dengan M. Sugiarmin PLB

kemampuan motorik. b. Menentukan Informasi yang Diperlukan Informasi yang dimaksud misalnya

ingin mengungkap kemampuan

motorik kasar. Hasilnya akan menggambarkan seperti apa kemampuan motorik kasar seseorang anak c. Menentukan Bagaimana Merekamnya Yang dimaksud adalah teknik-teknik apa yang akan digunakan dalam mengungkap informasi tentang kemampuan motorik kasar anak. tunadaksa tersebut. Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan, misalnya dengan observasi, tes, wawancara, dsb. d. Menentukan Kriteria Yang

dimaksud

dengan

kriteria

disini

adalah

tahapan-tahapan

keterampilan motorik kasar sesuai dengan keterampilan yang ditampilkan anak normal berdasarkan usia

Untuk bahan pertimbangan dalam mengembangkan alat asesmen (khususnya yang berkenaan dengan masalah gerak) pada anak tunadaksa dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut; Pertama, secara umum asesmen kemampuan gerak bertujuan untuk memperoleh data atau informasi tentang kemampuan dan ketidakmampuan gerak anak tunadaksa. Kedua, secara khusus bertujuan untuk mengetahui kekuatan otot-otot, luas daerah gerak sendi atau range of motion (ROM) sendi, kemampuan dan ketidak mampuan anggota tubuh secara menyeluruh atau sesuai dengan perkembangan gerak, kemampuan gerak dasar tubuh, kemampuan gerak koordinasi dan keseimbangan, dan kemampuan gerak dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Adapun teknik yang digunakan untuk mengetahui kekuatan otot-otot dilakukan dengan cara memberikan tes otot. Terdapat dua cara, yaitu secara manual disebut Manual Muscle testing dan secara elektrik yang disebut Electro Myography. Setiap otot yang mengalami kelainan di tes kekuatan dengan rentang nilai mulai dari nol sampai lima. Dimana nilai 0 (0 %) artinya otot tersebut tidak berkontraksi sama sekali atau tidak dapat bergerak sama sekali. Nilai 1 (10 %), artinya pada bidang horizontal otot tersebut dapat berkontraksi tetapi tidak menggerakkan sendi. Nilai 2 (25 %), M. Sugiarmin PLB

artinya pada bidang horizontal

otot tersebut dapat berkontraksi dan

menggerakkan sendi tetapi gerakannya tidak dapat melawan gravitasi bumi atau tanpa melawan tahanan. Nilai 3 (50 %), artinya pada bidang vertikal otot tersebut dapat berkontraksi dan dapat menggerakkan sendi dan gerakannya tanpa melawan gravitasi bumi. Nilai 4 (75 %), artinya pada bidang vertikal otot tersebut dapat berkontraksi dengan gerak sendi penuh, gerakannya dapat melawan gravitasi bumi dan ditambah beban. Nilai 5 (100 %), artinya pada gerak vertikal otot berkontraksi dengan gerak sendi penuh melawan tahan, otot tersebut normal. Hasil tes kekuatan otot ini akan memberi gambaran otot-otot mana yang masih dapat dikembangkan kekuatannya untuk melakukan gerak. Musle test ini dilakukan pada anak yang mengalami kelainan motorik yang ototototnya lemah atau lumpuh seperti anak polio dan muscle dystropi. Untuk mengetahui kemampuan dan ketidakmampuan gerak anggota tubuh yang mencakup gerakan anggota gerak atas , gerakan punggung dan pinggang, gerakan anggota bawah, biasanya digunakan alat yang disebut goneometer. Gerakan-gerakan tersebut dapat

menggambarkan tentang

seberapa luas rentang gerak sendi atau range of motion (ROM) untuk setiap persendian pada anggota gerak tubuh. Dengan skala 0 derajat samapai 180 derajat maka akan diketaui seberapa luas rentang gerak sendi seseorang anak. Untuk mengetahu rentang gerak sendi ini, bisa juga dilakukan secara sederhana bersadarkan persentase nilai gerak. Bila sendi dapat digerakan secara penuh nilainya 100 %, jika gerak sendi tidak penuh nilainya 75 %, 50 %, 25 % dari ROM sendi yang digerakan secara penuh dan 0 % untuk sendi yang tidak dapat digerakan. Kemampuan gerak sendi ini dicatat dalam pedoman observasi, dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk

mengembangkan kemampuan

gerakannya. Untuk mengetahui kemampuan gerak dasar tubuh dilakukan dengan cara mengamati kemampunan gerak dari terlentang keposisi miring, dari posisi miring ke terungkup, berguling, merayap, merangkak, duduk ke berdiri, berjalan dan berlari. Hasilnya dicatat dalam pedoman observasi untuk digunakan sebagai dasar pengembangan tahap gerakan yang belum dapat dilaluinya. Sebagai contoh : Gerakan dari posisi tidur terngkurap, anak normal bangkit M. Sugiarmin PLB

dari lantai (posisi tengkurap) dengan cara mengangkat badannya dengan menekuk kedua tanganya dan menepakkan ke lantai. Bersamaan dengan itu ia mengangkat kepala dan meluruskan punggungnya. Tahap kedua, mengangkat berat badan dan meluruskan tangan. Pada waktu yang sama mengangkat kepala dan seluruh penggungnya. Ketika anak cerebral palsy tidur tengkurap, kepalanya kadang-kadang menekan ke bawah dan seringkali bahu dan tangannya seperti kedalam keadaan baik, ia tidak dapat melakukan sesuatu gerakan dari posisi ini, sebab ia sama sekali tidak mampu mengangkat kepala, meluruskan punggung atau menarik tangannya ke depan. Anak cerebral palsy tidur tengkurap. Kepala dan badannya menekan ke bawah melawan lantai, tangan melipat di bawah badannya. la tidak mampu untuk mengangkat kepala dan bahunya ke belakang atau menarik tangannya ke depan dan mengangkat badanya. Untuk mengetahui gerakan koordinasi dan keseimbangan juga dapat dilakukan dengan cara pengamatan dan tes. Yang diamati adalah kemampuan koordinasi motorik kasar, koordianasi motorik halus, koordiansi mata dan anggota tubuh, keseimbangan dalam duduk, dalam berdiri, dan berjalan. Alat yang digunakan untuk mengetes keseimbangan, yaitu dengan balance table, papan titin, dan foot placement leader. Anak dikatakan telah memiliki keseimbangan dalam duduk apabila telah dapat duduk sendiri diatas balance table tanpa pegangan. Dinyatakan telah seimbang dalam berdiri apabila dapat berdiri sendiri tanpa dipegangi diatas balance table. Dan dinyatakan telah seimbang dalam berjalan apabila telah dapat berjalan sendiri tanpa pegangan di atas papan titian dan melangkah di dalam foot placement leader tanpa jatuh atau terantuk kakinya. Dari hasil asesmen kemampuan gerak anak akan diketahui kemampuan dan ketidak mampuan, sehingga diketahui apa yang mereka butuhkan untuk mengembangkan kemampuan geraknya. Dari hasil asesmen kita dapat merancang program bantuan yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi masing-masing anak.

M. Sugiarmin PLB

Contoh Instrumen Asesmen Kemampuan gerak dasar Nama anak

:_____________________________Usia

Tanggal

:_____________________________ Asesor:__________________

No.

Aspek yang diamati

Mampu

1.

Gerakan dari terlentang ke miring

2.

Gerakan dari miring ke terlentang

3.

Gerakan berguling

4.

Gerakan merangkak

5.

Gerakan duduk ke berdiri

6.

Gerakan berjalan

7.

Gerakan berlari

:__________________

Tidak

Keterangan

Contoh Instrumen Asesmen Kemampuan Koordinasi dan Keseimbangan Nama anak :________________________________Usia Tanggal

:___________________

:________________________________Asesor :___________________

No

Aspek yang diamati

Mampu

1.

Gerakan koordinasi motorik kasar

2.

Gerakan koordinasi motorik halus

3.

Gerakan koordinasi mata dan anggota tubuh

4.

Keseimbangan duduk

5.

Keseimbangan berdiri

6.

Keseimbangan berjalan

Contoh lainnya,

Tidak

Keterangan

mungkin dapat membantu dalam mengembangkan alat

asesmen yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran atau intervensi anak tunadaksa, yaitu tentang menolong diri berpakaian. Dengan asesmen keterampilan berpakaian pada anak tunadaksa bisa juga diperoleh gambaran ketempilan motoriknya. 1. Apakah anak berpakaian dengan rapih ? 2. Apakah anak kesulitan ketika berpakaian ? 3. Apakah anak berupaya berpakaian ? M. Sugiarmin PLB

meminta bantuan ketika mengalami kesulitan

4. Apakah anak kesulitan ketika membuka pakaian ? 5. Apakah anak menyadari ketika pakaiannya tidak rapih ? Dengan menyimak pertanyaan di atas kita dapat menyusun pertanyaan yang lebih baik, yang lebih sesuai dengan keadaan anak. Selain alat asesmen dalam bentuk pertanyaan, dapat juga mengembangkan daftar cek (checklist). Tentunya daftar cek tersebut harus dibuat secara lebih rinci, sehingga jenis kesulitan atau kemampuan yang dialami anak dapat diketahui secara tepat. Berikut ini daftar cek, contohnya untuk keterampilan mengenakan kemeja.

Nama anak:............................................ Kelas

: .............................................

Umur .................................................... Berikan tanda cek pada pernyataan yang paling sesuai dengan perilaku anak ketika mengenakan kemeja. - memasukkan lengan kanan ke dalam lengan kemeja bagian kanan - menarik pangkal lengan kemeja kanan ke arah badan - mendorong lengan kanan ke arah ujung lengan kemeja - memasukkan lengan kiri ke dalam lengan kemeja bagian kiri - menarik pangkal lengan kemeja kiri ke arah badan - mendorong lengan kiri ke arah ujung lengan kemeja - menarik kedua belahan kemeja kiri dan kanan ke arah tengah badan - memasukkan kancing ke lubang kancing kemeja secara teratur - merapihkan kemeja Contoh lain ketrampilan mengenakan kaus kaki - membuka mulut kaus kaki - memasukkan jari kaki ke mulut kaus kaki - menarik mulut kaus kaki ke tumit - mengantarkan ujung kaus kaki ke tumit - menarik mulut kaus kaki ke betis Dengan melihat bentuk daftar checklist tersebut, kita dapat mengembangkan keterampilan menolong diri lainnya seperti makan, minum, mengenakan dan menanggalkan sepatu, atau

instrumen lain yang berkaitan dengan bidang

akademik seperti membaca, menulis, dan berhitung. M. Sugiarmin PLB

F. Pelaksanaan Asesmen Di negara-negara yang sudah maju, asesmen biasanya diadakan secara rutin, sehingga kemajuan anak tersebut dapat segera diketahui. Namun, bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, asesmen tersebut belum dilakukan secara merata. Asesmen pada umumnya diadakan jika muncul kebutuhan untuk itu, ketika anak baru masuk sekolah, atau ketika terdapat gejala kesulitan tertentu. Dalam pelaksanaannya, biasanya sebelum asesmen terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi. Identifikasi merupakan langkah awal untuk menjaring atau menentukan anak yang akan diasesmen. Berdasarkan hasil identifikasi ini,

akan dapat menentukan

bidang-bidang yang akan merupakan sasaran asesmen. Dengan demikian , tujuan utama identifikasi adalah menemukan adanya kelainan atau kesulitan, yang kemudian akan dijadikan dasar untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya, yang biasanya berupa asesmen yang lebih akurat dan sistematis. Teknik pengumpulan informasi yang dapat dipilih dalam pelaksanaan asesmen, yaitu melalui wawancara, observasi, pengukuran informal, daftar chek list, daftar pertanyaan, dan lainnya. Beberapa teknik pengumpulan informasi tersebut hendaknya tidak dilakukan sendiri-sendiri tetapi bisa secara simultan. Pada waktu wawancara atau saat tes misalnya, dapat dilakukan bersamaan dengan observasi.. Pelaksanaan asesmen perlu memperhatikan keadaan anak secara umum. Misalnya

perhatian

dan

konsentrasinya,

interaksisosialnya,

komunikasinya.

Demikian juga waktu dan caranya disesuaikan dengan alat yang telah dikembangkan. Sesederhana apapun asesmen untukanak tunadaksa ini dalam pelaksanaannya memerlukan kemampuan dan kecermatan yang tinggi. Sekedar contoh dalam observasi, dapat disimak hal-hal berikut; I . Observasi, misalnya terhadap kegiatan menolong diri dilakukan dalam jangka waktu tertentu (misalnya selama satu minggu berturut-turut), serta dalam berbagai konteks yang berbeda (materi, kegiatan berbeda). 2. Seting dan perilaku anak dalam ketrampilan menolong diri harus dipertimbangkan. Termasuk dalam seting adalah kondisi fisik seperti ruang yang digunakan, bentuk perintah yang digunakan, serta pendekatan yang diterapkan (misalnya anak diberi contoh terlebih dahulu sebelum diminta melakukan kegitan tertentu). 3. Hasil observasi harus dirangkum dan direkam secara teratur, segera setelah M. Sugiarmin PLB

observasi dilakukan. Hal ini untuk menghindari hal-hal penting karena faktor lupa. Di samping itu, hasil observasi ini hendaknya merupakan rangkuman yang cukup jelas, sehingga dapat dipahami oleh orang lain G. Penafsiran Hasil Asesmen Setelah melaksanakan asesmen, langkah berikut adalah mengolah hasil asesmen dan menafsirkannya. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang menentukan karena berdasarkan penafsiran inilah program pembelajaran untuk anak tertentu akan dikembangkan. Jika penafsiran keliru, maka program yang dikembangkan akan keliru pula. Agar dapat memahami proses asesmen sejak awal sampai akhir, kita kaji sebuah contoh. 1. Hasil identifikasi Dari hasil observasi dengan menggunakan daftar cek,dapat disimpulkan bahwa anak mendapat kesulitan dalam mengenakan pakaian. Oleh karena itu,kita menetapkan akan melakukan asesmen terhadap anak. 2. Tujuan asesmen untuk anak adalah menemukan a. kesulitan umum dalam mengenakan pakaian b. tingkat kemampuan mengenakan kemeja, dan c. tingkat kesulitan mengenakan kemeja 3. Mengembangkan alat asesmen Sesuai tujuan asesmen, kita memutuskan untuk melakukan observasi selama satu minggu dengan menggunakan daftar cek dan tes mengenakan kemeja. Kita menyusun daftar urutan keterampilan mengenakan kemeja dan menanggalkan kemeja. 4. Pelaksanaan Asesmen Observasi dilakukan setiap hari selama satu minggu. Hasil pengamatan tersebut dicatat secara teratur berdasarkan perilaku yang muncul berkenaan dengan keterampilan mengenakan kemeja. 5. Penafsiran Hasil Asesmen Setelah asesmen selesai, kita dapat melihat hasil asesmen secara keseluruhan. Dari daftar cek tersebut terekam perilaku anak sebagai berikut. a. Dari enam kali pengamatan. Anak kesulitan memasukkan lengan kiri ke dalam lengan kemeja sebanyak tiga kali. b. Anak dapat mendorong lengan kirinya ke lengan kemeja kiri meskipun M. Sugiarmin PLB

dengan susah payah c. Anak telah dapat mengenakan lengan kemeja kanan meskipun agak sedikit susah Dan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa anak ini dalam mengenakan kemeja berada pada tahap memasukkan lengan kemeja sebelah kanan dan lengan kemeja sebelah kirinya belum dapat dilakukan dengan baik. Dengan tahap tersebut, maka keterampilan mengenakan kemeja secara keseluruhan belum dapat dilakukan oleh anak.

H. Penutup Asesmen adalah merupakan salah satu komponen dalam upaya layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus. Asesmen memiliki posisi yang amat penting, karena suatu program akan sulit diterapkan secara tepat jika dalam perencanaannya tidak didahului dengan kegiatan asesmen. Dalam mengembangkan program pembelajaran atau intervensi, kegiatan asesmen memerlukan pemahaman dan ketekunan tersendiri. Kita ditutut lebih cermat mengamati segala kegiatan yang berkaitan dengan bidang yang akan menjadi sasaran asesmen. Hal ini penting mengingat secara umum anak tunadaksa memiliki karakteristik yang yang beragam dan berbeda satu dengan lainnya.

.

M. Sugiarmin PLB

Daftar Pustaka Mc Loughlin J.A. & Lewis RB. (1981) Assessing Special Students, Columbus: Charles E. Merril Publising Company Skjorten, Miriam Donath, (1999), Assessment. UIO, Norway Smith David J. Dean (1998) Inclusion School for All Students,Wadsworth Publishing Company, USA. Sugiarmin, M. (2003). Asesmen Keterampilan Menolong Diri Anak Berkebutuhan Khusus. PLB UPI Sugiarmin, M. (2002) Asesmen Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Dinas Pendidikan Prov Jabar Sugiarmin, M dan Muslim Ahmad (1996), Ortopedi Dalam Pendidikan Anak Tunadaksa. DIRJEN DIKTI, DEPDIKBUD

M. Sugiarmin PLB

ASESMEN PADA ANAK TUNADAKSA

Disampaikan pada Pelatihan Teknis Dosen PLB Oleh Direktorat Ketenagaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Di Hotel Sahid Raya Solo

Mohamad Sugiarmin

Juli 2006

M. Sugiarmin PLB