asuhan gizi di puskesmas - Edukia

Page 1 ... Buku saku asuhan gizi di Puskesmas : pedoman pelayanan gizi bagi petugas kesehatan. 1. Nutrition disorders. 2. Nutritional status. 3. ...

22 downloads 633 Views 10MB Size
World Health n Organization • Periksa klinis dan anthropometri • BB dan TB anak

YANKES RUJUKAN

PEDOMAN PELAYANAN GIZI BAGI PETUGAS KESEHATAN

ANAK

ALUR PEMERIKSAAN ANAK GIZI BURUK ISBN 978-979-19477-3-2 • Penyakit ringan • Gizi kurang

• Penyakit berat • Gizi kurang

• Gizi buruk • Penyakit ringan / berat

RAWAT JALAN • Obati penyakit • Penambahan energi dan protein 20 – 50 % diatas AKG

RAWAT INAP • Obati penyakit • Penambahan energi dan protein 20 – 50 % diatas AKG

RAWAT INAP • Obati penyakit • Diet gizi buruk • 10 tata laksana gizi buruk PULANG

P U S K E S M A S

RUMAH TANGGA

Posyandu / Pusat Pemulihan Gizi (PPG)

ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

• Datang sendiri • Dirujuk : MTBS Non MTBS

ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS ALUR PELAYANAN ANAK GIZI BURUK DI RUMAH SAKIT / PUSKESMAS PERAWATAN

Buku Saku

WHO Library Cataloguing-in-Publication Data

Buku saku asuhan gizi di Puskesmas : pedoman pelayanan gizi bagi petugas kesehatan

1. Nutrition disorders. 2. Nutritional status. 3. Child nutrition disorders. 4. Infant nutrition disorders. 5. Maternal welfare. 6. Child welfare. 7. Infant welfare. 8. Handbooks. 9. Indonesia. I. WHO Country

ISBN 978 979 19477 3 2 Office for Indonesia. II. Indonesia. Ministry of Health.

NLM Classification: WD 101

BB (kg) 6 9 13 19 27 34 46 56 60 62 62 60 58 36 46 50 54 55 55 54 53

TB (cm) 61 71 91 112 130 142 158 166 168 168 168 168 168 145 155 157 159 159 159 159 159

Energi (kkal) 12 16 20 28 38 50 62 62 62 62 62 60 58 52 60 58 58 58 57 57 55 +18 +18 +18 +17 +17

550 700 1050 1550 1800 2100 2550 2650 2700 2550 2250 1800 1500 2000 2150 2150 2250 2100 1900 1500 1400 +180 +300 +300 +330 +400

Protein (g)

BB (kg) 6 9 13 19 27 34 46 56 60 62 62 60 58 36 46 50 54 55 55 54 53

TB (cm) 61 71 91 112 130 142 158 166 168 168 168 168 168 145 155 157 159 159 159 159 159

3 4 6 9 10 12 14 15 15 14 13 10 8 11 12 12 12 12 10 9 8 +4 +4 +4 +3 +3

0.3 0.4 0.7 1.0 1.1 1.3 1.5 1.6 1.6 1.6 1.4 1.1 0.9 1.2 1.3 1.3 1.4 1.3 1.1 0.9 0.9 +0.3 +0.3 +0.3 +0.4 +0.4

0.3 0.4 0.6 0.8 0.9

+0.3 +0.3

+0.3 +0.3 +0.3

1.0 1.1 1.1 1.1 1.1 1.0 0.8 0.7

1.1 1.2 1.3 1.4 1.3 1.2 1.0 0.8

Vitamin B3 (mg)

Vitamin B2 (mg)

Vitamin B1 (mg)

+0.5 +0.5

+0.4 +0.4 +0.4

1.2 1.2 1.2 1.3 1.3 1.5 1.5 1.5

1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.7 1.7 1.7

0.1 0.3 0.5 0.6 1.0

Vitamin B6 (mg)

375 400 425 425 425 425 425 425 +25 +25 +25 +75 +75

20 25 30 30 30 30 30 30 +0 +0 +0 +5 +5

+25 +25

+10 +10 +10

50 65 75 75 75 75 75 75

50 75 90 90 90 90 90 90

11 15 15 15 15 15 15 15 35 55 55 65 65 65 65 65

145 155 157 159 159 159 159 159 36 46 50 54 55 55 54 53 600 600 600 500 500 500 500 500 15 15 15 15 15 15 20 20 11 15 15 15 15 15 15 15 35 55 55 65 65 65 65 65

+300 +300 +350 +0 +0 +0 +0 +0 +0 +0 +0 +0

+350 +350 +0 +0 +4 +4 +0 +0

+0 +0 +0 +0 +0

+200 +200

1250 1250 1250 700 700 700 700 700

1250 1250 1250 700 700 700 700 700

100 250 500 500 500

P (mg)

+200 +200 +200

1200 1200 1200 1100 1000 1000 1000 1000

1200 1200 1100 1000 1000 1000 1000 1000

200 250 650 1000 1000

Ca (mg)

+20 +20

+0 +0 +0

162 207 225 324 330 330 324 318

153 207 252 350 350 350 350 350

30 55 60 95 135

Mg (mg)

+400 +400

+100 +100 +100

700 795 890 900 900 900 900 900

700 795 890 900 900 900 900 900

200 220 340 440 570

Cu (ug)

+20 +20

+3,5 +3.5 +3.5

21.0 22,5 24.0 30,5 28,8 25,5 20,8 19,1

25.0 30.0 35.0 36,5 35,2 31,2 25,5 20,4

0,2 5,5 11.0 15.0 20.0

Cr (ug)

+6 +8

+0 +9 +13

20 26 26 26 26 12 12 12

13 19 15 13 13 13 13 13

0,5 7 8 9 10

Fe (mg)

+100 +100

+100 +100 +100

120 150 150 150 150 150 150 150

120 150 150 150 150 150 150 150

90 120 120 120 120

I (ug)

+4,5 +4.5

+1,2 +4,2 +10,2

12,9 15,8 14 9,3 9,8 9,8 9,8 9,8

14,0 18,2 16,9 13,0 13,4 13,4 13,4 13,3

1,3 3,0 4.0 5.0 11,3

+10 +10

+5 +5 +5

20 30 30 30 30 30 30 30

20 30 30 30 30 30 30 30

5 10 17 20 20

+0,8 +0.8

+0,2 +0.2 +0.2

1,6 1,6 1,6 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8

1,9 2,2 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3

0,003 0,6 1,2 1,5 1,7

+0 +0

+0 +0 +0

1,9 2,4 2,5 2,5 2,7 2,7 2,7 2,7

1,7 2,4 2,7 3,0 3,1 3,1 3,1 3,1

0,01 0,4 0,6 0,9 1,2

+0 +0

+0 +0 +0

1500 1500 1500 1500 1500 1300 1200 1200

1500 1500 1500 1500 1500 1300 1200 1200

120 200 1000 1200 1200

Na (mg)

15 15 15 15 15 15 20 20

F (mg)

600 600 600 600 600 600 600 600 Mn (mg)

34 46 56 60 62 62 60 58 Se (ug)

142 158 166 168 168 168 168 168 Zn (mg)

5 10 15 20 25

Hamil Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Menyusui 6 bl pertama 6 bl kedua

375 550 550 550 550 550 550 550

20 25 30 30 30 30 30 30

40 50 40 45 45

4 5 6 7 7

36 46 50 54 55 55 54 53

125 150 200 250 375

5 6 8 12 12

Vitamin C (mg)

5 5 155 15 15

+400 +400

+0 +0 +0

4500 4700 4700 4700 4700 4700 4700 4700

4500 4700 4700 4700 4700 4700 4700 4700

400 700 3000 3800 3800

K (mg)

Vitamin K (µg)

145 155 157 159 159 159 159 159

Choline (mg)

Biotin (µg)

+800 +500

375 400 400 450 500

Vitamin E (mg)

34 46 56 60 62 62 60 58

0 0

+45 +55

+300 +300 +300

6 9 13 19 27

Vitamin D (µg)

142 158 166 168 168 168 168 168

+2 +2

0 0 0

+25 +40 +40

1800 2000 2100 2300 2300 2300 1600 1500

61 71 91 112 130

Vitamin A (µg)

6 9 13 19 27

+100 +100

+0.4 +0.4

+1 +1 +1

28 30 30 32 30 26 21 20

270 300 300 320 300 280 250 220

1800 2000 2200 2500 2600 2600 1900 1600

BB (kg)

61 71 91 112 130

+200 +200 +200

+0.2 +0.2 +0.2

4 5 5 5 5 5 5 5

29 35 37 38 36 32 25 21

290 350 350 370 380 330 300 250

800 1200 1500 1900

Air (mL)

TB (cm)

BB (kg)

400 400 400 400 400 400 400 400

1.8 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4

4 5 5 5 5 5 5 5

0 10 15 22 25

58 80 145 210 250

Serat (g)

Kelompok Umur Bayi/Anak 0 -<6 bl 6-<12 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th Laki laki 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65-79 th 80+ th Perempuan 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65-79 th 80+ th Hamil Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Menyusui 6 bl pertama 6 bl kedua

TB (cm)

400 400 400 400 400 400 400 400

1.8 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4

1.7 1.8 2 2 3

Pantotenat (mg)

+11 +13

+6 +10 +10

70 70 70 75 60 50 40 40

70 85 88 90 70 60 50 42

30 35 40 60 70

Karbohidrat (g)

KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM LEMAK YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

Kelompok Umur Bayi/Anak 0 -<6 bl 6-<12 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th Laki laki 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65-79 th 80+ th Perempuan 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65-79 th 80+ th

65 80 160 200 300

Folat (µg) 0.4 0.5 0.9 1.2 1.2

Vitamin B12 (µg)

Lemak (g)

DAFTAR ANGKA KECUKUPAN VITAMIN, 2012

TABEL 3. KECUKUPAN MINERAL DAN ELEKTROLIT YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

Kelompok Umur Bayi/Anak 0 -<6 bl 6-<12 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th Laki laki 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65-79 th 80+ Perempuan 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65-79 th 80+ thn Hamil Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Menyusui 6 bl pertama 6 bl kedua

TABEL 2b. KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM AIR YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

Kelompok Umur Bayi/Anak 0 -< 6 bl 6 -<12 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th Laki laki 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65-79 th 80+ th Perempuan 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65-79 th 80+ th Hamil Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Menyusui 6 bl pertama 6 bl kedua

TABEL 1. KECUKUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK, KARBOHIDRAT DAN AIR YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

DAFTAR ANGKA KECUKUPAN GIZI, 2012 KECUKUPAN MINERAL DAN ELEKTROLIT YANG DI ANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

TABEL 2a. KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM LEMAK YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

BUKU SAKU

ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS PEDOMAN PELAYANAN GIZI BAGI PETUGAS KESEHATAN

Kerjasama Kementerian Kesehatan RI dan WHO Indonesia

World Health n Organization Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

A

TIM PENYUSUN Pengarah : Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H. MARS. Direktorat Jendral Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak, Dr. Minarto, MPS. Direktur Gizi Masyarakat Sugeng Eko Irianto. MPS. Ph.D WHO Indonesia Kontributor : Iip Syaiful, Andry Harmany, Yetty MP Silitonga, Julina, Moesijanti Y.E. Soekarti, Irfany Anwar, Syarif Darmawan, A.Razak Thaha, Veni Hadju, Suryani As’ad, Satriono, Nurpudji Astuti, Sri Kardjati, Sri Sudaryani Nasar, JC Susanto, Sulastini, Itje Aisah Ranida, Suroto, Djasmidar , Tatang S. Falah Asrijanti, Inti Mudjiati Hera Nurlita, Retnaningsih, Sugeng Eko Irianto, Sri Sukotjo, Siti Fatimah, Rofiqi.

ii

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

KATA PENGANTAR Sampai saat ini masalah gizi masih menjadi masalah yang besar di Indonesia. Seperti negara-negara berkembang lainnya, masalah gizi cenderung bertambah berat dengan terjadinya beban ganda karena masalah kekurangan gizi belum teratasi, pada saat yang sama masalah kelebihan gizi makin meningkat. Menghadapi beban ganda masalah gizi di negeri ini, dibutuhkan penanganan yang komprehensif mulai dari tindakan preventif dan promotif hingga kuratif dan rehabilitatif. Di bidang gizi, kesadaran akan pentingnya pendekatan promotif dan preventif telah dimanifestasikan dalam berbagai bentuk program yang dilengkapi dengan buku-buku pedoman pelaksanaan program. Sementara saat ditemukan kasus atau masalah gizi pada tingkat yang membutuhkan tindakan kuratif di lini terdepan pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas, para petugas yang bertanggung jawab untuk hal tersebut belum memiliki buku pedoman yang memadai. Oleh karena itu , Kementerian Kesehatan menyusun buku saku yang dapat digunakan sebagai pedoman praktis dalam melakukan tugas sehari-hari. Penyusunan buku ini telah melewati sebuah proses yang panjang dengan melibatkan banyak pihak yang kompeten antara lain para pakar dari berbagai perguruan tinggi dan organisasi profesi gizi (khususnya PERSAGI dan PDGKI) serta praktisi lapangan mulai dari tingkat Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten hingga Puskesmas. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi hingga tersusunnya buku ini.



Kami menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan, saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan buku ini. Besar harapan kami, semoga buku saku ini dapat bermanfaat bagi petugas kesehatan di Puskesmas dalam memberikan pelayanan gizi kepada masyarakat secara paripurna. Direktur Bina Gizi

Dr. MINARTO, MPS NIP. 195412111978111001 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

iii

DAFTAR ISI Halaman Judul Tim Penyusun............................................................................................... Kata Pengantar ............................................................................................ Daftar Isi ....................................................................................................... Daftar Tabel .................................................................................................. Daftar Bagan ................................................................................................ Daftar Gambar .............................................................................................. Daftar Lampiran ........................................................................................... Daftar Istilah .................................................................................................

ii iii iv vii x xi xii xv

BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan .............................................................................................. A. Latar Belakang ......................................................................................... B. Tujuan ...................................................................................................... C. Tugas Fungsi ........................................................................................... D. Alur Pelayanan Gizi Terpadu di Puskesmas ............................................

1 1 1 2 4

BAB II DIAGNOSA GIZI Diagnosa Gizi .............................................................................................. A. Pendahuluan ............................................................................................ B. Konsep dasar Masalah Gizi .................................................................... C. Diagnosa Gizi ..........................................................................................

7 7 9 13

1. Domain Intake ..................................................................................... 15 2. Domain Klinik ...................................................................................... 19 3. Domain Behavior ................................................................................. 21

iv

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

BAB III LANGKAH-LANGKAH ASUHAN GIZI KLINIK Langkah-Langkah Asuhan Gizi Klinik ...................................................... A. Pemahaman patofisiologi penyakit pasien/klien ...................................... B. Pengkajian data (Assessment) ................................................................ C. Penetapan Problem Gizi atau Diagnosa Gizi ........................................ D. Intervensi Gizi termasuk Planning (perencanaan terapy diet) ................. E. Monitoring dan Evaluasi Gizi .................................................................. F. Dokumentasi Asuhan Gizi Puskesmas .....................................................

27 28 28 35 37 39 39

BAB IV ASUHAN PENANGGULANGAN MASALAH GIZI PADA BALITA Asuhan Penanggulangan Masalah Gizi pada Balita .............................. A. Asuhan Penanggulangan Gizi Kurang ..................................................... B. Asuhan Gizi Penanganan Gizi Buruk ...................................................... C. Asuhan Gizi Penanganan Gangguan Pertumbuhan ...............................

45 46 50 78

BAB V MASALAH GIZI PADA IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI Masalah Gizi pada Ibu hamil dan Ibu Menyusui ...................................... 87 A. Masalah Gizi pada Ibu Hamil ................................................................... 87 1. Gizi Seimbang pada Ibu hamil ............................................................ 88 2. Kurang Energi Kronik .......................................................................... 89 3. Anemia Gizi Besi ................................................................................. 91 4. Defisiensi Asam Folat .......................................................................... 96 5. Asuhan Gizi pada Ibu Hamil dengan Penyakit terkait Kehamilan....... 100 Hiperemesis Gravidarum 98 Pre eklampsia & Eklampsia ............................100 B. Asuhan Gizi Ibu Menyusui ....................................................................... 111 1. Fisiologi Menyusui ................................................................................112 2. Pengaturan Zat Gizi pada Ibu Menyusui ..............................................116

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

v

BAB VI ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR Asuhan Gizi pada Penyakit Menular dan Tidak Menular ............................ 121 A. Asuhan Gizi pada Penyakit Menular ...................................................... 122 1. Diare pada Balita ................................................................................ 122 Menilai Dehidrasi ................................................................................ 123 Penanganan Diare di Rumah .............................................................. 124 Diare tanpa Dehidrasi ......................................................................... 124 Diare dengan Dehidrasi Ringan atau Sedang .................................... 124 Jenis Diare .......................................................................................... 128 Diare akut ........................................................................................... 128 Diare Persisten ................................................................................... 129 Diare dengan Gizi Buruk .................................................................... 132 2. Tuberculosis (TBC) ............................................................................ 132 3. HIV dan AIDS ..................................................................................... 138 4. Demam Thypoid ................................................................................. 151 B. Asuhan Gizi pada Penyakit Tidak Menular ............................................. 155 1. Tata Laksana Diet Diabetes mellitus ................................................... 155 2. Tata Laksana Diet pada Penderita Hipertensi ..................................... 175 3. Tata Laksana Gizi pada Penderita Obesitas ....................................... 185 4. Tata Laksana Terapi Diet Pada Dislipidemia ....................................... 195 5. Tata laksana Diet pada Penderita Hyperurecemia dan Gout .............. 206 6. Tata laksana diet pada Penyakit Hati ................................................. 214 Hepatitis .............................................................................................. 214 Hepatitis Akut ...................................................................................... 215 Hepatitis Kronis ................................................................................... 216 Chirrosis Hepatis ................................................................................ 217 Tata Laksana Diet Pada Gastritis ............................................................ 219 Daftar Pustaka ........................................................................................ 223 Lampiran-Lampiran ................................................................................. 227 vi

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Indikator status gizi klinik defisiensi atau kelebihan gizi ............................. 32

Tabel 2 Kriteria Defisiensi Yodium berdasarkan gejala klinis pembesaran kelenjar Thyroid (gondok) Kriteria WHO ..................................................... 34

Tabel 3 Prosedur Kerja Asuhan Perawatan Gizi Buruk di Puskesmas .................... 51

Tabel 4 Sepuluh Langkah Tata Laksana Anak Gizi Buruk ....................................... 57

Tabel 5 Cara Mengatasi Hipoglikemi ....................................................................... 58

Tabel 6 Cara mencegah dan mengatasi Hipotermia ............................................... 59

Tabel 7 Tanda Dehidrasi .......................................................................................... 60

Tabel 8 Dosis Pemberian Vitamin ............................................................................ 63

Tabel 9 Kebutuhan Zat Gizi Tiap Fase .................................................................... 66

Tabel 10 Kebutuhan kalori dan protein menurut umur dan jenis kelamin .................. 82

Tabel 11 Jumlah Bahan Makanan Untuk Anak ( 6 – 24 bln ) Setiap Kali Makan ....... 85

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

vii

Tabel 12 Pola Makan secara Umum untuk Memperoleh Gizi Seimbang pada Ibu Hamil .......................................................................................... 89 Tabel 13 Kriteria Anemia Gizi Besi menurut WHO ................................................... 92

Tabel 14 Derajat Keparahan Anemia pada Ibu hamil menurut WHO ...................... 92

Tabel 15 Susunan Bahan Makanan Sehari Untuk Diet Hiperemesis ....................... 104

Tabel 16 Tambahan kebutuhan jumlah setiap zat gizi selama kehamilan .............. 110

Tabel 17 Pedoman Makanan untuk mencapai Gizi Seimbang pada Ibu Menyusui 118

Tabel 18 Bentuk Klinis Diare .................................................................................... 122

Tabel 19 Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare ......................................... 123

Tabel 20 Jumlah pemberian oralit untuk 3 jam pertama .......................................... 125

Tabel 21 Suplemen Multivitamin dan Mineral Untuk anak diare .............................. 131

Tabel 22 Interpretasi Nilai IMT .................................................................................. 135

Tabel 23 Kebutuhan Energi pada penderita TB anak .............................................. 138

viii

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Tabel 24 Kebutuhan Penambahan Energi yang Dianjurkan selama Kehamilan dan Menyusui ............................................................................ 144

Tabel 25 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan bagi ODHA ( HIV dan AIDS ) ......................................................................................... 149

Tabel 26 Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH (1999) ......................................... 177

Tabel 27 Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar Perut-Pinggul ............................. 187 Tabel 28 Komponen Keberhasilan Rencana Penurunan Berat Badan ...................... 194 Tabel 29 Faktor Resiko Positif dan Negatif Dislipidemia terhadap PKV (penyakit kardiovaskular) ............................................................................ 200

Tabel 30 Komposisi Diet untuk Dislipidemia .............................................................. 201

Tabel 31 Daftar Kandungan Purin pada Bahan Makanan ......................................... 210

Tabel 32 Konsensus ESPEN dalam Perhitungan Energi dan Protein ...................... 219

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ix

DAFTAR BAGAN Bagan 1 Alur Pelayanan Gizi Terpadu di Puskesmas ..............................................

4

Bagan 2 Status Gizi Optimal sebagai sebuah Keseimbangan antara Intake Zat Gizi dan Kebutuhan Gizi............................................................ 10 Bagan 3 Perkembangan Defisiensi Gizi secara Klinik dengan intake Makanan, Biokimia dan evaluasi Klinik....................................................... 12 Bagan 4 Alur pemeriksaan dan tindak lanjut penanganan anak gizi buruk.............. 54 Bagan 5 Alur Penanganan Gangguan Gizi Akut....................................................... 55 Bagan 6 Modifikasi Penyebab Gizi Salah (Unicef, 1992)......................................... 79

Bagan 7 Mekanisme Fase Pembentukan ASI dan Hormon yang Mempengaruhi........................................................................................... 114 Bagan 8 Mekanisme terjadinya Diabetes mellitus type I.......................................... 157 Bagan 9 Gangguan Metabolisme Diabetes Mellitus Type I...................................... 157

x

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Dampak Lanjut Defisiensi Asam Folat pada Ibu Hamil............................... 98 Gambar 2 Peran Natrium pada Pre Eklampsia dan Eklampsia ................................... 108 Gambar 3 Struktur Jaringan Payudara dan Fisiologi ASI ............................................ 113 Gambar 4 Profil Gula Darah, Insulin, dan Glukagon setelah Makan ........................... 168

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

xi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Alur Pelayanan Anak Gizi Buruk Di Rumah Sakit / Puskesmas Perawatan.................................................................................................... 228

Lampiran 2 Cara Pembuatan PMT dan Penyuluhan Gizi dan Kesehatan...................... 229

Lampiran 3 Cara Pembuatan RESOMAL...................................................................... 230

Lampiran 4 Formula WHO.............................................................................................. 232

Lampiran 5 Makanan Fase Rehabilitasi.......................................................................... 234

Lampiran 6 Cara Membaca Arah Garis Pertumbuhan.................................................... 235

Lampiran 7 Contoh Menu Ibu Hamil KEK....................................................................... 237

Lampiran 8 Contoh Menu Ibu Hamil Anemia.................................................................. 238

Lampiran 9 Contoh Menu Ibu Hamil pre Eklampsia...................................................... 240

Lampiran 10 Bagan Tatalaksanan Diare........................................................................... 241

Lampiran 11 Jenis Diet Penderita Diare Persisten........................................................... 246

Lampiran 12 Grafik IMT Dewasa (> 18 tahun).................................................................. 247

Lampiran 13 Daftar Bahan Makanan Penukar.................................................................. 248 xii

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Lampiran 14 Contoh Menu untuk Penderita Hipertensi (Diet Rendah Garam)................ 262

Lampiran 15 Jenis Antioksidan dan Sumbernya.............................................................. 264

Lampiran 16 Daftar Angka Kecukupan Gizi, 2012........................................................... 265

Lampiran 17 Daftar Angka Kecukupan Vitamin, 2012..................................................... 266

Lampiran 18 Tambahan kebutuhan jumlah setiap zat gizi selama kehamilan................. 267

Lampiran 19 Daftar Angka Kecukupan Mineral, 2012 ..................................................... 268

Lampiran 20 Grafik IMT Balita (WHO, 2007)................................................................... 269

Lampiran 21 Cara Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA)............................................... 271

Lampiran 22 KMS Anak Perempuan................................................................................ 272

Lampiran 23 KMS Anak Laki-Laki.................................................................................... 274

Lampiran 24 Grafik Berat Badan Anak laki Menurut Umur (Z Score).............................. 276

Lampiran 25 Grafik Berat Badan Anak Perempuan Menurut Umur Z-Score).................. 277

Lampiran 26 Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak laki-laki menurut Umur (z-score)......... 278

Lampiran 27 Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak Perempuan menurut Umur (z-score)..... 279

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

xiii

Lampiran 28 Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan Anak laki-laki ............ 280 Lampiran 29 Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan Anak Perempuan....... 281 Lampiran 30 Tabel Berat Badan menurut Umur Anak laki-Laki 0-5 tahun (Z-Scores) ..... 282 Lampiran 31 Tabel Berat Badan menurut Umur Anak Perempuani 0-5 tahun (Z-Scores).................................................................................... 284 Lampiran 32 Tabel Panjang Badan/ Tinggi badan menurut Umur Anak Laki-laki 0-5 tahun (Z-Scores)........................................................... 286 Lampiran 33 Tabel Panjang Badan/ Tinggi badan menurut Umur Anak Perempuan 0-5 tahun (Z-Scores)...................................................... 289 Lampiran 34 Tabel Berat Badan menurut Panjang Badan/ Tinggi badan Umur Anak 0-5 tahun (Z-Scores)............................................................... 292 Lampiran 35 Tabel IMT / Umur......................................................................................... 300 Lampiran 36 Nilai Standar Pemeriksaan Laboratorium dan Elektrolit............................... 306

xiv

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DAFTAR ISTILAH Edema +++

: Edema berat yang ditandai dengan pembengkakan mulai dari kedua kaki, paha, tangan, lengan dan wajah

Edema ++

: Edema sedang, ditandai dengan pembengkakan pada kedua kaki, ditambah paha bagian bawah, tangan atau lengan bagian bawah

Edema +

: Edema ringan, ditandai dengan pembengkakan pada kedua kaki

Laserasi

: Terputusnya keutuhan jaringan

Xanthoma

: Benjolan kekuning-kuningan penimbunan zat lemak

Metode Kangguru / Kangoroo Mother Care ( KMC)

: Kontak langsung antara kulit ibu dan bayi prematur/ BBLR ( skin to skin contact ) yang dilakukan sejak dini dan berkelanjutan baik selama masih di rumah sakit maupun di rumah, disertai pemberian ASI eksklusif dan pemantauan terhadap tumbuh kembang bayi

Terapi Gizi

: Pelayanan gizi yang diberikan kepada klien/pasien untuk penyembuhan penyakit , sesuai dengan hasil diagnosis termasuk konseling gizi, baik sebelum, pada saat, dan sesudah perawatan

Food Recall

: Metode analisa konsumsi makanan dengan cara mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu

pada

kulit

karena

Nutrisi Parenteral : Pemberian zat gizi melalui pembuluh darah Nutrisi Per Enteral : Pemberian makanan ke saluran cerna melalui pipa sonde

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

xv

Pemberian : Pemberian makanan dengan cara melalui tabung suntik makanan secara selama 5 -10 menit bolus

Diagnosa Gizi

: Kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama masalah gizi actual dan atau beresiko menimbulkan problem gizi yang merupakan tanggung jawab petugas gizi Puskesmas untuk menanganinya secara mandiri

Problem gizi (P) : Masalah gizi aktual pasien Etiologi

: Menunjukkan faktor penyebab atau faktor-faktor yang berkontribusi terjadinya problem gizi (E)

Sign dan symptoms

: Tanda dan gejala dari suatu problem gizi , biasanya tanda itu dari data objektif sedangkan gejala berasal dari data subjektif (S)

Hypernatremia intrasellular

: Kelebihan kadar Natrium di dalam sel

Hypokalemia intrasellular

: Kekurangan kadar Kalium di dalam sel

Hypoglikemia

: Kekurangan kadar gula dalam plasma darah

xvi

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

1. PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar belakang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas pelayanan kesehatan primer, yang melayani pasien dengan berbagai masalah kesehatan termasuk masalah gizi. Tingginya masalah gizi dan penyakit yang terkait dengan gizi di masyarakat memerlukan penanganan paripurna, namun dengan keterbatasan berbagai faktor pendukung, maka penanganan masalah tersebut belum optimal. Salah satu faktor tersebut adalah petugas kesehatan termasuk tenaga gizi bekerja belum sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi). Fenomena ini, akan memberikan implikasi yang besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan dan gizi di Indonesia. Masalah gizi dan penyakit yang terkait dengan gizi yang sering muncul di masyarakat seperti masalah pada anak (diare, malGizi, dan lain-lain), masalah ibu hamil dan menyusui (anemia gizi, Kurang Energi Kronik, dan toksemia kehamilan yaitu preeklampsia dan eklampsia), penyakit infeksi (diare, tuberkulosis, dan seterusnya) dan penyakit degeneratif (hipertensi, diabetes mellitus, dan sebagainya). Melihat kompleksnya masalah yang ada, diperlukan kompetensi petugas yang handal dan profesional dalam manajemen pelayanan kesehatan dan gizi di Puskesmas. Pelaksanaan pelayanan klinik yang bermutu di Puskesmas merupakan salah satu indikator penting dalam kinerja Puskesmas.

B. Tujuan Tujuan Umum : Buku saku asuhan gizi ini dibuat sebagai pedoman bagi petugas di Puskesmas (dokter, perawat,/bidan dan ahli gizi) dalam memberikan asuhan gizi pada pasien yang datang berkunjung di Puskesmas sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

1

1. PENDAHULUAN

TUGAS DAN FUNGSI Tujuan Khusus : Buku saku asuhan gizi ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam : 1. Menentukan diagnosis gizi secara dini dan tepat 2. Melakukan intervensi gizi 3. Melakukan monitoring evaluasi

C. Tugas dan Fungsi Proses pelayanan gizi harus dilakukan dengan pendekatan tim yang terdiri atas dokter, perawat/bidan, dan Nutrisionis/dietisien (Tim Asuhan Gizi) dengan rincian tugas pokok dan fungsi sebagai berikut : 1. Dokter : a. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta menegakkan diagnosis medis b. Menentukan pilihan tindakan, pemeriksaan laborotarium, dan perawatan c. Menentukan terapi obat dan preskripsi diet awal berkolaborasi dengan petugas gizi (Ahli Gizi) d. Melakukan pemantauan dan evaluasi tindakan e. Melakukan konseling penyakit f. Melakukan rujukan 2. Perawat/Bidan : a. Bertanggung jawab pada asuhan keperawatan bagi pasien b Melaksanakan tindakan dan perawatan (pengukuran berat badan dan tinggi badan, infus, Naso Gastric Tube /NGT) sesuai instruksi dokter c. Memotivasi anak dan keluarga agar anak mau makan d. Melakukan pemantauan dan evaluasi pemberian makan kepada penderita

2

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

3. Nutrisionis/ Dietisien a. Bertanggung jawab memberikan asuhan gizi b. Melakukan pengkajian gizi dengan anamnesis gizi. c. Menentukan diagnosa gizi melalui kolaborasi dengan dokter d. Menerjemahkan preskripsi diet ke dalam jenis dan jumlah makanan e. Melakukan intervensi gizi : penyuluhan dan konseling gizi (sewaktu dirawat ataupun sewaktu akan pulang) dan bertanggung jawab terhadap terapi diet dan penyelenggaraan makan. f. Monitoring dan evaluasi gizi : pemantauan dan evaluasi status gizi dengan melakukan pengukuran antropometri dan asupan gizi.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

3

1. PENDAHULUAN

TUGAS DAN FUNGSI

1. PENDAHULUAN

ALUR PELAYANAN GIZI TERPADU DI PUSKESMAS D. Alur Pelayanan Gizi Terpadu di Puskesmas MASUK KE PUSKESMAS DATANG SENDIRI Dokter/Perawat/Ahli Gizi Anamnesis Pemeriksaan fisik/klinis Pengukuran anthropometri Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis Penyakit Status Gizi

FOLLOW UP / EVALUASI / PEMANTAUAN / RUJUKAN

RUJUK KE RS

RAWAT JALAN

Ya

Tidak

Dokter/Ahli Gizi/ Farmasi

Rawat Inap Di Puskesmas

Pulang Ya

Tidak

Sembuh/ Membaik

TIM ASUHAN GIZI Dokter Asuhan Medik Terapi obat Konseling penyakit

Pulang ke rumah

Ya

Perawat/ Bidan Asuhan Keperawatan

Ahli Gizi Intervensi Gizi Terapi Diet

Sembuh/ Membaik

Tidak

Konseling gizi

Bagan 1. Alur Pelayanan Gizi Terpadu di Puskesmas 4

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

1. PENDAHULUAN

CATATAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

5

1. PENDAHULUAN

CATATAN

6

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

BAB II

DIAGNOSA GIZI Ahli gizi atau petugas gizi Puskesmas adalah tenaga profesional yang memberikan layanan fungsional teknis mengenai layanan gizi melalui asuhan gizi. Pada Prinsipnya petugas gizi di Puskesmas sama dengan tugas fungsional seorang dokter, dimana seorang dokter di Puskesmas memberi layanan atau asuhan medis, sedangkan ahli gizi Puskesmas memberikan asuhan gizi Puskesmas meliputi aspek; asuhan gizi klinik, asuhan gizi komunitas (gizi masyarakat) dan penyelenggaraan makanan sebagai substansi terapi pada klien/pasien. Begitu pula perawat ataupun bidan bertugas memberikan asuhan keperawatan ataupun asuhan kebidanan. Dokter dalam melakukan tugas pokok fungsinya menentukan diagnosa medis, sedangkan perawat menentukan dignosa keperawatan, bidan menentukan asuhan kebidanan sedangkan petugas gizi Puskesmas menentukan diagnosa gizi. Semua aspek layanan ini khususnya asuhan gizi diperlukan peran masing-masing dalam konteks kolaborasi untuk memberikan layanan terbaik pada klien atau pasien sehingga tercipta asuhan yang berkesinambungan atau komprehensif dalam memberikan layanan Sampai saat ini kompetensi ahli gizi dalam pendekatan team work suatu layanan belum berperan optimal, dan cenderung tumpang tindih, sehingga diperlukan pemahaman konsep kolaborasi berdasarkan kompetensi masingmasing, sehingga ada kemandirian profesionalisme layanan yang saling mendukung memberikan layanan terkoordinasi pada pasien sebagai sasaran layanan.Dalam upaya kuratif dan rehabilitatif yang paripurna untuk asuhan pasien/klien di Puskesmas diperlukan 3 jenis layanan yaitu; a. Pelayanan/asuhan medis (medical care) b. Pelayanan/asuhan keperawatan (nursing care) c. Pelayanan/asuhan gizi (nutrition care) Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

7

2. DIAGNOSA GIZI

A. Pendahuluan

2. DIAGNOSA GIZI

KONSEP DASAR MASALAH GIZI Ketiga jenis pelayanan tersebut mempunyai peranan masing-masing, akan tetapi saling terkait dan berkesinambungan, karenanya perlu sinkronisasi secara serasi dan terpadu. Agar kegiatan asuhan gizi di Puskesmas berjalan lebih optimal, perlu didukung sistem administrasi yang mapan dan pembagian tugas yang jelas. Asuhan gizi di Puskesmas dalam kaitannya dengan fungsi kuratif dan rehabilitatif, bertujuan agar setiap pasien dapat dipenuhi kebutuhan zat gizinya secara optimal Pada dasarnya asuhan gizi di Puskesmas sangat penting dipahami oleh semua tim bahwa gizi berperan penting dalam upaya pelayanan kesehatan baik upaya preventif, promotif, kuratif maupun rehabilitatif. Sampai saat ini asuhan gizi sebagai tugas pokok dan fungsi profesionalisme ahli gizi di Indonesia masih belum tersosialisasi sampai tingkat Puskesmas dalam menentukan bahasa diagnosa gizi. Dokter dalam memberikan asuhan medis sudah menggunakan sistem kesamaan bahasa di dalam menentukan diagnosa medisnya misalnya; Systematized Nomenclature of Medicine (SNOMED), Unified Medical Language System (UMLS), International Classification of Disease (ICD-9-CM), Common Procedural Terminology (CPT) dan sebagainya. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sudah menggunakan standar bahasa diagnosa keperawatan yang jelas, misalnya ; North American Nursing Diagnosis Association (NANDA), International Classification of Nursing Practice (ICNP), Nursing Interventions Classification (NIC), Patient Care Data Set (PCDS), dan sebagainya. Maka untuk membangun kerja profesionalisme ahli gizi dalam memberikan asuhan gizi di Puskesmas diperlukan pula acuan kesamaan bahasa yang mungkin bisa diadopsi dari konsep upaya standar bahasa diagnosa gizi yang digunakan oleh organisasi profesi gizi Amerika Serikat yakni ; American Dietetic Association (ADA) sehingga tidak terjadi tumpang tindih bahasa diagnosa antara dokter dan ahli gizi, karena dokter bukan ahli gizi dan ahli gizi bukan dokter. Konsep penyamaan bahasa diagnosa gizi terdapat dalam kerangka asuhan gizi yang dipandang sebagai suatu proses layanan yang dinamis, maka pemahaman konsep menentukan dan menyamakan bahasa diagnosa gizi terdapat kerangka proses asuhan gizi yang tertuang dalam kerangka Nutrition Care Process (NCP). Maka bukan hal berlebihan jika konsep ini perlu diperkenalkans secara luas sebagai sebuah pola dasar memberikan asuhan gizi di Puskesmas meskipun pada implementasinya boleh diaplikasikan bertahap sesuai kemampuan tenagaan gizi di Puskesmas. 8

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

KONSEP DASAR MASALAH GIZI

Petugas gizi di Puskesmas dalam menentukan masalah gizi perlu pemahaman tentang bagaimana masalah gizi itu terjadi. Konsep pemahaman proses terjadinya gangguan gizi pada pasien atau klien ini menjadi titik kritis dalam menentukan diagnosa gizi secara profesional, sehingga tim asuhan layanan kesehatan (baik dokter, perawat atau pun bidan) bisa memahami dalam komunikasi tim.

B. Konsep Dasar Masalah Gizi Status gizi adalah derajat ekpresi terhadap pemenuhan kebutuhan fisiologi. Gangguan gizi akan terjadi jika pemenuhan fisiologis ini tidak terpenuhi atau terpenuhi berlebihan dalam kurun waktu tertentu, sehingga bermanifestasi dalam bentuk gangguan gizi, baik masalah kelebihan gizi maupun kekurangan gizi. Konsep dasar status gizi yang optimal merupakan variabel sebagai ekspresi dari keseimbangan antara intake zat gizi dan kebutuhan untuk memperoleh derajat keseimbangan fisiologi yang optimal. Berikut merupakan mekanisme keseimbangan gizi serta faktor-faktor penting yang mempengaruhi.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

9

2. DIAGNOSA GIZI

Dasar berpikir konsep Asuhan Gizi pasien di Puskesmas adalah memahami konsep diagnosa gizi yang berkaitan dengan masalah gizi pasien dan status gizi pasien . Masalah tersebut berkaitan erat dengan gangguan proses pencernaan, metabolisme dan ekskresi yang berkaitan dengan berbagai penyakit. Masalah gizi bisa muncul saat sebelum pasien berkunjung ke Puskesmas, tetapi dapat pula timbul pada saat selama menjalani perawatan di Puskesmas (terutama Puskesmas perawatan). Masalah kekurangan zat gizi bisa berupa ; mulai keadaan deplesi sampai terjadi keadaan yang secara klinis lebih nyata sebagai suatu wujud defisiensi. Berbagai masalah kekurangan atau kelebihan zat gizi, sampai sekarang masih dikenal sebagai bukan masalah gizi, karena ilmu gizi klinik pada hakekatnya tersebar di berbagai bidang keahlian klinik. Misalnya kekurangan air dikenal sebagai gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Kekurangan zat besi lebih dikenal sebagai masalah hematologi dari pada dikenal sebagai masalah gizi.

KESEIMBANGAN GIZI

Keseimbangan Gizi Kebiasaan

Ekonomi

2. DIAGNOSA GIZI

Kondisi emosional

Pola Budaya Penyakit

Penyakit infeksi, demam, stress fisiology Pertumbuhan Fungsi Pemeliharaan Stres psikology Aktivitas

Asupan Makanan/ Intake

A B S O R P T I O N

Kebutuhan Gizi untuk Kesehatan Optimal

Asupan Gizi

Bagan 2. Status Gizi Optimal sebagai sebuah Keseimbangan antara Intake Zat Gizi dan Kebutuhan Gizi (diadopsi dari Dorice M. Czajka-Narins, 1994). Tehnik yang tepat dalam assassement gizi dapat mendeteksi perkembangan kekurangan gizi tahap awal, sehingga pemberian terapi makanan sedini mungkin dapat memperbaiki defisiensi gizi melalui dukungan dan konseling gizi sehingga Tehnik yang tepat dalam asesmen gizi berlanjut dapat mendeteksi perkembangan perkembangan defisiensi gizi tidak menjadi lebih berat. kekurangan gizi tahap awal, sehingga pemberian terapi pertumbuhan makanan sedini Tehnik yang lain termasuk uji kondisi fisik, deteksi mungkin memperbaiki, defisiensi gizi melalui dukungan dan konseling dan dapat perkembangan fungsi berbagai organ dan sistem organ, gizi sehingga perkembangan gizi tidak lebih berat. perilaku, kadar zatdefisiensi gizi dalam urin berlanjut , darah menjadi atau jaringan sertaTehnik dan kuantitas konsumsi zat gizi. yang kualitas lain termasuk uji kondisi fisik, deteksi pertumbuhan dan perkembangan ,

fungsi berbagai organ dan sistem organ, perilaku, kadar zat gizi dalam urin , darah atau jaringan serta kualitas dan kuantitas konsumsi zat gizi. 9

10

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

KESEIMBANGAN GIZI

Sebagai acuan pemahaman yang sama di bawah ini merupakan kata-kata kunci yang perlu dipahami secara seksama oleh petugas gizi Puskesmas : 1. Status gizi : ekspresi derajat kebutuhan fisiologis terhadap zat gizi yang didapatkan/dikonsumsi. 2. Malnutrisi : Gizi salah meliputi 2 kelompok kelainan gizi : a. Undernutrition : kekurangan gizi b. Overnutrition : kelebihan gizi 3. Overnutrition/kelebihan gizi : Keadaan patologi yang disebabkan kelebihan salah satu atau lebih zat gizi 4. Eunutritional state : tingkat keadaan gizi yang optimal /optimum 5. Undernutrion/Defisiensi gizi : keadaan patologi yang disebabkan konsumsi zat gizi yang tidak cukup dalam kurun waktu tertentu.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

11

2. DIAGNOSA GIZI

Masalah gizi ini menjadi dasar pemikiran dalam membuat deskripsi kalimat diagnosa gizi, baik pada individu maupun pada aspek komunitas. Masalah gizi harus dipandang sebagai sebuah proses yang sedang terjadi di hadapan ahli gizi di Puskesmas. Pemahaman pada proses atau tahap mana masalah gizi terjadi ini menjadi peluang Ahli Gizi atau petugas gizi Puskesmas dalam mengembangkan atau menentukan diagnosa gizi yang tepat sehingga mampu menetapkan intervensi yang lebih tepat. Oleh karena itu masalah gizi baik berupa kekurangan atau kelebihan gizi yang muncul pada individu ataupun komunitas perlu dipahami terlebih dahulu. Model proses kekurangan atau kelebihan gizi itu memiliki alur proses yang mirip, meskipun tidak mesti sama prosesnya, sehingga dalam hal ini perlu kita pahami model atau tahapan-tahapan/proses kejadian defisiensi gizi atau kelebihan gizi sebagai sebuah proses yang sedang berkembang. Di bawah ini merupakan skema perkembangan alur gangguan gizi yang terjadi baik sifatnya individual maupun pada komunitas.

DIAGNOSA GIZI Mekanisme Perkembangan Defisiensi Gizi

2. DIAGNOSA GIZI

Well nourished individual

Inadequate dietary intake Or Impaired absorption Or increased nutrient loss from

Depletion of tissue level and body store

Altered biologic & fhysiologic Individual at risk

Dietary survey Nutrion

Biological & Physiological Studies metabolic

Deterioration in capacity of cell to function

Accutely Malnourished individual

Clinical symptoms

Clinical sign & symptoms

Morbidity

Mortality

Vital statistic

Bagan 3. Perkembangan Defisiensi Gizi secara Klinik dengan intake Makanan, Biokimia dan evaluasi Klinik (diadopsi dari Beaton GH dan Patwardhan VN : Physiological and Practical Considerations of Nutritien Function and Requerement. In Beaton GH and Bengoa JM (eds) : Nutrition and Preventive Medicine, Geneva, Switzerland. World Health Organization, 1973. p 445-481. (WHO Monograph Series No. 62). Diagnosa gizi mengacu pada pengukuran status gizi yang terjadi, baik status gizi aspek konsumsi zat gizi atau intake, status Diagnosagizi giziantropometri, mengacu pada pengukuran terjadi, status gizi klinik, status status gizi gizi yang biokimia ataubaik punstatus gizi aspekstatus konsumsi zatberhubungan gizi atau intake, status gizisocial, antropometri, gizi yang dengan aspek ekonomi, status peri- gizi laku gizi dsb. biokimia Status gizi daripun berbagai adalah aspek klinik, status atau status parameter gizi yang ini berhubungan dengan ekspresi dari aspek konsumsi, yang parameter sedang aspek social, ekonomi, perilaku dsb. sebagai Status sebuah gizi dariproses berbagai ini

adalah aspek ekspresi dari aspek konsumsi, sebagai sebuah proses yang 11 sedang berlangsung, memiliki dasar latar belakang atau kausa/penyebab meliputi banyak aspek seperti ; perilaku (pengetahuan, sikap dan kemampuan psikomotorik), kebiasaan atau pola budaya, lingkungan social, emosional atau psikososial, dan yang tak kalah pentingnya adalah kondisi patologis. Aspek lain yang perlu dipahami dalam kaitan diagnosa gizi adalah semua tingkat status 12

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DIAGNOSA GIZI

C. Diagnosa Gizi Diagnosa Gizi adalah mengidentifikasi dan memberikan label pada problem gizi yang spesifik, yang merupakan tanggung jawab profesi gizi untuk menanganinya secara mandiri. Dalam melaksanakan Asuhan Gizi Klinik , Petugas Gizi Puskesmas dituntut bisa menegakkan diagnosa gizi secara mandiri tanpa meninggalkan komunikasi dengan profesi lain di Puskesmas dalam memberikan layanan. Dalam asuhan gizi dikenal dua konsep penting yaitu ; Asuhan terstandar (Standardized care) dan Proses terstandar (Standardized Process). Asuhan Gizi terstandar memberikan klien/pasien di Puskesmas menerima asuhan gizi yang sama, sedangkan proses terstandar dalam asuhan gizi memberikan klien/pasien struktur dan kerangka yang konsisten yang digunakan dalam memberikan asuhan gizi. Dalam kontek asuhan gizi lebih mengarah pada suatu proses Asuhan , oleh karena itu maka asuhan gizi didasarkan pada penetapan diagnosa gizi sebagai sebuah proses yang dinamis/ tidak statik. Maka asuhan gizi itu adalah lebih tepat merupakan istilah PROSES ASUHAN GIZI (Nutrition Care Process ). Diagnosa gizi didasarkan pada langkah-langkah manajemen asuhan gizi dalam memberikan diagnosa gizi pada problem /masalah gizi individual ataupun kelompok masyarakat. Jadi Proses Asuhan gizi itu berorientasi pada problem gizi yang aktual. Problem gizi ini yang kemudian ditetapkan dalam determinasi bahasa diagnosa yang harus diupayakan sama bagi Ahli gizi manapun sebagai dasar komunikasi profesi dan berlaku menyeluruh. Jadi Diagnosa gizi ini menjadi bahasa standar sesama ahli gizi di Puskesmas. Oleh karena itu maka petugas gizi Puskesmas sebagai bagian Ahli Gizi Indonesia memiliki standar bahasa yang sama, tidak lagi menggunakan diagnosa medis sebagai bahasa diagnosa gizi. Penggunaan standar bahasa yang sama ini memiliki manfaat : meningkatkan Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

13

2. DIAGNOSA GIZI

gizi yang muncul sebagai sebuah problem menjadi tanda proses gangguan gizi yang sedang terjadi baik antropomtris, biokimia, kondisi fisik/klinis, data riwayat gizi, riwayat penyakit. Maka Petugas gizi Puskesmas sebaiknya mulai mendiskripsikan sebuah problem/masalah gizi yang sedang terjadi ditelusuri penyebabnya dan ditunjukkan dengan bukti atau tanda dari aspek status gizi atau informasi medis yang terkait dengan masalah gizi yang terjadi.

2. DIAGNOSA GIZI

DOMAIN INTAKE (ASUPAN) /(NI) komunikasi diantara sesama profesi Ahli Gizi, meningkatkan komunikasi dengan tim kesehatan yang lain dan dapat menyiapkan kerangka pendidikan gizi. Jika diagnosa gizi tidak mampu diltegakkan oleh petugas gizi puskemas akan menimbulkan kesalahan dalam intervensi gizi, atau dengan kata lain pasien/ klien hanya mendapatkan asuhan terstandar yang sama meskipun problemnya berbeda. Proses Asuhan Gizi adalah : suatu metoda problem solving yang sistematis, menggunakan cara berfikir kritis dalam membuat keputusan menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi dan memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi. Dalam upaya intervensi gizi dalam konsep asuhan gizi dipandang sebagai sebuah proses menetapkan diagnosa gizi berdasarkan data-data yang menjadi problem dari hasil pengumpulan data (assesment), kemudian dilakukan intervensi dan monitoring evaluasi . Ada empat langkah penting petugas gizi di Puskesmas dalam memberikan proses asuhan gizi yaitu : 1. Mengumpulkan data gizi (Nutrition assessment) 2. Menetapkan diagnosa gizi (Nutrition Diagnosis) 3. Merencanakan dan menetapkan intervensi gizi (Nutrition intervention) 4. Monitoring dan evaluasi intervensi gizi (Nutrition monitoring and evaluation) Dalam menetapkan diagnosa gizi petugas gizi puskemas adalah menetapkan problem atau masalah gizi (Problem) yang muncul, sekaligus menetapkan penyebab (Etiology) dan menunjukkan fakta berupa tanda dan gejala (Sign & Symstomp). Agar lebih jelas perhatikan kerangka alur proses langkah Asuhan gizi di bawah ini ;

14

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

muncul, sekaligus menetapkan penyebab (Etiology) dan menunjukkan fakta berupa tanda dan gejala (Sign & Symstomp). Agar lebih jelas perhatikan kerangka alur proses langkah Asuhan DOMAIN INTAKE (ASUPAN) /(NI) gizi di bawah ini ; Nutrition Assessment

Nutrition Diagnosis

Nutrition Intervention

Etiology(E)

Signs/ (S) Symptoms

Penetapan standar bahasa diagnosis berpedoman pada Interna-

Penetapan standar bahasa diagnosis berpedoman pada International tional Dietetics and Nutrition Terminology Reference Manual Dietetics and Nutrition Terminology Reference Manual yang dipublikasi yang dipublikasi oleh American Dietetic Association (ADA). oleh American Dietetic Association (ADA). Problem : Diagnosa gizi Problem : Diagnosa gizi Etiology : Penyebab problem/masalah gizi Etiology : Penyebab problem/masalah gizi Sign : Tanda klinis yang muncul Sign : Tanda klinis yang muncul Symstomps : Gejala yang dikatakan/dirasakan klien/pasien Symstomps : Gejala yang dikatakan/dirasakan klien/pasien Jadi susunan diagnosa gizi itu merupakan rangkaian kalimat yang Jadi susunan diagnosa gizi itu merupakan rangkaian kalimat yang ditulis oleh ditulis oleh petugas gizi dalam susunan pernyataan mengikuti kaidah petugas gizi dalam susunan pernyataan mengikuti kaidah P, E dan S (PES), maka P, E dan S (PES), maka petugas gizi memiliki kaidah “ Problem/ petugas gizi memiliki kaidah “ Problem/masalah gizi yang berhubungan masalah gizi yang berhubungan dengan penyebab dan dibuktidengan penyebab dan dibuktikan dengan tanda dan atau gejala. kan dengan tanda dan atau gejala.

Dalam menyusun kaidah diagnosa gizi petugas gizi Puskesmas mengacu pada prinsip-prinsip taksonomi diagnosa gizi yang terdiri dari : 1. 3 domain (domain Intake/asupan, domain Klinik dan domain behavior/ perilaku dan Lingkungan) 14 2. Kelas 3. Sub kelas 4. 3 unsur ini sampai saat ini tersusun dalam 62 masalah gizi. 1. Domain Intake (Asupan) /(NI) Masalah yang paling actual dikaitkan dengan intake energi,zat-zat gizi, zat bioactive untuk diet oral atau dukungan gizi (Nutrition Support). Domain Intake ini terdiri dari 5 kelas dan beberapa subkelas. Lima kelas yang merupkan domain intake adalah sebagai berikut : Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

15

2. DIAGNOSA GIZI

Problem (P)

Monitoring/ Evaluation

2. DIAGNOSA GIZI

KELAS ZAT-ZAT GIZI Keseimbangan Energi

NI-1

Asupan peroral/dukungan gizi

NI-2

Intake Cairan

NI-3

Substansi Bioaktif

NI-4

Zat-zat gizi

NI-5

Kelas zat-zat gizi memiliki 5 subkelas Kelas Intake : Keseimbangan Energi (1) adalah merupakan masalah

aktual perubahan energi, problem atau masalah yang berkaitan dengan kelas ini adalah ; Metabolisme yang meningkat (hypermetabolisme) (tidak digunakan lagi)

NI-1.1

Peningkatan kebutuhan Energi ekpenditur

NI-1.2

Penurunan metabolisme (hypometabolisme) (tidak digunakan lagi) NI-1.3 Kekurangan Asupan Energi

NI-1.4

Kelebihan Asupan Energi

NI-1.5

Kelas Intake : Intake makanan peroral/dukungan gizi (2) Masalah aktual asupan makanan/minuman peroral/dukungan gizi , masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah : Kekurangan asupan makanan /minuman peroral

NI-2.1

Kelebihan asupan makanan/minuman peroral

NI-2.2

Kekurangan asupan per enteral/parenteral

NI-2.3

Kelebihan asupan per enteral/parenteral

NI-2.4

Ketidaksesuaian pemberian gizi per enteral

NI-2.5

Kekurang optimalan komposisi makanan enternal atau penyediaannya NI-2.5 Ketidaksesuaian pemberian gizi parental

NI-2.6

Kelebihan asupan gizi parental

NI-2.7

16

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

KELAS INTAKE Kekurang optimalan komposisi makanan parenteral atau penyediaannya NI-2.8 Keterbatasan penerimaan makanan

NI-2.9

Masalah aktual asupan cairan, masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah : Kekurangan asupan cairan

NI-3.1

Kelebihan asupan cairan

NI-3.2

Kelas Intake : zat bioaktif (4) Masalah aktual asupan zat bioaktif, termasuk komponen tunggal/multiple pangan fungsional, kandungan zat bioaktif, makanan tambahan, alkohol dan sebagainya. Masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah : Kekurangan asupan zat bioaktif

NI-4.1

Kelebihan asupan zat biokatif

NI-4.2

Kelebihan konsumsi alkohol

NI-4.3

Kelas Intake zat gizi (5) Masalah aktual asupan zat gizi individu ataupun kelompok masyarakat dibandingkan dengan KGA atau kebutuhan, masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah : Peningkatan kebutuhan zat gizi tertentu

NI-5.1

Malgizi (gizi salah) protein dan energi yang nyata (KEP nyata)

NI-5.2

Kekurangan asupan protein-energi

NI-5.3

Penurunan kebutuhan zat gizi khusus (disebutkan)

NI-5.4

Ketidakseimbangan zat gizi

NI-5.5

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

17

2. DIAGNOSA GIZI

Kelas Intake : Intake Cairan (3)

SUB KELAS ASUPAN

2. DIAGNOSA GIZI

Sub Kelas Asupan Lemak dan Kolesterol (5.6) Protein (5.7) Asupan karbohidrat dan serat (5.8) Asupan vitamin (5.9) Asupan Mineral (5.10) Intake multivitamin (5.11) Domain Sub Kelas intake (asupan) : lemak dan Kolesterol (5.6) Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi lemak : masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah : Kekurangan asupan lemak

NI-5.6.1

Kelebihan asupan lemak

NI-5.6.2

Ketidak seimbangan komposisi lemak dalam makanan

NI-5.6.3

Domain Sub Kelas Intake (asupan) : Protein (5.7) Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi protein : masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah : Kekurangan asupan protein

NI-5.7.1

Kelebihan asupan protein

NI-5.7.2

Ketidak seimbangan komposisi asam amino dalam makanan NI-5.7.3 (dijelaskan) Domain Intake Sub Kelas : Karbohidrat dan Serat (5.8) Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi karbohidrat dan serat, masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :

18

Kekurangan asupan karbohidrat

NI-5.8.1

Kelebihan asupan karbohidrat

NI-5.8.2

Ketidakseimbangan asupan jenis karbohidrat

NI-5.8.3

Ketidakkonsistenan asupan karbohidrat

NI-5.8.4

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DOMAIN KLINIK (NC) Kekurangan asupan serat

NI-5.8.5

Kelebihan asupan serat

NI-5.8.6

Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi vitamin tertentu , masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah : Kekurangan asupan vitamin tertentu(dijelaskan)

NI-5.9.1

Kelebihan asupan vitamin tertentu

NI-5.9.2

(vitamin tertentu itu meliputi masalah spesifik vitamin larut air dan larut lemak). Domain Intake Sub Kelas : Intake Mineral (5.10) Masalah aktual yang berkaitan konsumsi zat gizi mineral tertentu , masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah : Kekurangan asupan mineral tertentu

NI-5.10.1

Kelebihan asupan mineral tertentu

NI-5.10.2

(mineral tertentu itu meliputi masalah spesifik mineral makro, mikro termasuk trace element) Domain Intake sub kelas : Intake Multivitamin (5.11) Prediksi Ketidakcukupan asupan zat gizi spesifik

NI-5.11.1

Predikdsi Kelebihan asupan zat gizi spesifik

NI-5.11.2

2. Domain Klinik (NC) Domain ini berkaitan dengan masalah gizi dari aspek status gizi yang teridentifikasi dikaitkan dengan kondisi kesehatan fisik/klinik, Antropometri, biokimia dan perubahan fungsi saluran pencernaan. Domain klinik terdiri dari 3 kelas yaitu ; 1. Domain klinik kelas fungsional

(NC-1)

2. Domain klinik kelas biokimia

(NC-2)

3. Domain Klinik kelas berat badan

(NC-3)

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

19

2. DIAGNOSA GIZI

Domain intake Sub Kelas : Intake vitamin (5.9)

DOMAIN KLINIK KELAS BIOKIMIA

2. DIAGNOSA GIZI

Domain Klinik Kelas Fungsional (1) Masalah yang berkaitan dengan perubahan fisik /fungsi mekanis yang berhubungan dengan resiko timbulnya masalah gizi, misalnya ; semua gangguan yang berhubungan dengan proses mengunyah, menelan, pemberian ASI, gangguan fungsi saluran cerna. Masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah : Kesulitan menelan

NC-1.1

Kesulitan mengunyah/menggigit

NC-1.2

Kesulitan dalam pemberian ASI

NC-1.3

Perubahan fungsi Gastro intestinal (GI)

NC-1.4

Domain Klinik Kelas Biokimia (2) Masalah gizi yang berkaitan dengan perubahan kapasitas metabolisme zat gizi sebagai hasil dari pengobatan, gangguan metabolisme, stress metabolik (pembedahan) yang secara objektif ditunjukkan dengan perubahan nilai biokimia (nilai laboratorium), masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah : Gangguan penggunaan zat gizi (perubahan kemampuan absorbsi) NC-2.1 Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi tertentu (disebutkan) NC-2.2 Interaksi Obat dan makanan

NC-2.3

Prediksi Interaksi Obat dan Makanan

NC-2.4

Domain Klinik Kelas Berat Badan (3) Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah; penurunan berat badan yang berlangsung secara kronik , hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan berat badan biasanya (sebelum terjadi gangguan) dibandingkan dengan berat badan yang seharusnya (idaman/diinginkan) Usual body weight/Desirable body weight atau UBW / DBW. Masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah :

20

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DOMAIN BEHAVIORAL/ENVIRONMENTAL (NB) Berat badan kurang

NC-3.1

Penurunan berat badan yang tidak direncanakan(kurus/sangat kurus) NC-3.2 NC-3.3

Peningkatan berat badan yang tidak direncanakan

NC-3.4

Pertumbuhan rata-rata yang tidak optimal

NC-3.5

Pertumbuhan rata-rata yang berlebih

NC-3.6

3. Domain Behavioral/Environmental (NB) Domain ini berkaitan dengan masalah gizi yang timbul/tampak berhubungan dengan aspek pengetahuan (kognitif), afektif (sikap), ketrampilan (psikomotorik), kepercayaan, aktivitas fisik, suplay pangan atau akses pangan, keamanan pangan dan lain-lain. Domain ini memiliki 3 kelas yaitu: Pengetahuan dan keyakinan

NB-1

Aktifitas fisik dan fungsi

NB-2

Kemanan dan akses pangan

NB-3

Domain Behavior/Enviromental Kelas Pengetahuan dan Kepercayaan (1) Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah ; pengetahuan dan kepercayaan terbaru, terlaporkan dan terdokumentasi , masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah : Pengetahuan yang kurang dikaitkan dengan pangan dan gizi

NB-1.1

Kepercayan dan sikap yang salah tentang pangan dan gizi

NB-1.2

Tidak siap untuk menerima diet (perubahan life style makanan)

NB-1.3

Kurang kemampuan memonitor diri sendiri

NB-1.4

Kesalahan pola makan

NB-1.5

Keterbatasan pemahaman kebutuhan zat gizi

NB-1-6

Kesalahan dalam pemilihan bahan makanan

NB-1.7

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

21

2. DIAGNOSA GIZI

Berat badan lebih (obesitas)

DOMAIN BEHAVIOR/ENVIROMENTAL

2. DIAGNOSA GIZI

Domain Behavioral/Enviromintal Kelas Aktivitas Fisik dan Fungsi (2) Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah; aktivitas fisik aktual, perawatan diri, kualitas hidup yang dilaporkan, terobservasi/terekam dari anamnesa, masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah : Tidak beraktifitas fisik (kurang aktivitas)

NB-2.1

Kelebihan aktifitas fisik/olah raga

NB-2.2

Ketidakmampuan merawat diri

NB-2.3

Ketidakmampuan menyiapkan makanan sendiri

NB-2.4

Kualitas gizi yang buruk dalam kehidupan

NB-2.5

Kesulitan makan sendiri

NB-2.6

Domain Behavior/Enviromental Keamanan Pangan (3)

Kelas

Akses

dan

Masalah gizi yang berkaitan dengan domain ini adalah; masalah teraktual terhadap keamanan dan akses pangan, masalah yang berkaitan dengan diagnosa ini adalah : Konsumsi makanan yang tidak aman

NB-3.1

Keterbatasan terhadap akses pangan

NB-3.2

Ahli gizi di Puskesmas dalam menentukan diagnosa gizi dimulai dengan melakukan identifikasi dan penomoran (identification and labeling) dari data yang tidak normal (daftar masalah), kemudian dilakukan pengelompokan berdasarkan kelainan tertentu (clustering) serta sintesis data untuk menuju diagnosis gizi tertentu yang disebut Domain. Problem dalam diagnosa gizi dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok

domain di atas yaitu domain intake/asupan gizi, klinik dan perilaku. Masingmasing domain tersebut dibagi menjadi beberapa kelas bisa terdiri dari beberapa sub kelas. Diagnosa gizi diatas terdiri dari tiga komponen : 22

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DOMAIN BEHAVIORAL/ENVIRONMENTAL 1. Masalah / Problem (P) Adalah semua masalah gizi yang nyata sedang terjadi pada klien/pasien : 2. DIAGNOSA GIZI

1. Perubahan dari normal menjadi tidak normal (alteration) 2. Penurunan dari kebutuhan normal (decrease) 3. Peningkatan dari kebutuhan normal (increase) 4. Resiko munculnya masalah/gangguan gizi tertentu

2. Etiology /Penyebab (E) Penyebab adalah semua hal/faktor yang dapat menyebabkan munculnya masalah (problem gizi) pasien/klien. Komponen penyebab ini bisa merupakan komponen gizi yang dikumpulkan ahli gizi dalam anamnesa gizi /monitoring atau merupakan komponen medis yang dibuat dokter. 3. Gejala/Tanda (sign/sympstom) (S) Gejala atau tanda adalah semua temuan berupa gejala dan atau tanda yang didapatkan dari klien/pasien yang terkait dengan munculnya problem gizi. Komponen gejala atau tanda ini bisa merupakan komponen gizi yang dikumpulkan ahli gizi dalam anamnesa gizi /monitoring atau merupakan komponen medis yang dibuat dokter. Skema berikut ini merupakan ilustrasi yang memudahkan ahli gizi Puskesmas menegakkan diagnosa gizi pada klien/pasien berdasarkan domain :

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

23

2. DIAGNOSA GIZI

Problem (P) Domain Intake/ Asupan Gizi, Klinik dan Behavioral/ environmental (E) Beberapa faktor penyebab/faktor resiko yang menimbulkan problem gizi meliputi aspek; patofisiologis, psikososial, budaya (pengetahuan), lingkungan, kondisi stress fisik, psikologis, stress metabolic, aspek ekonomi dsb.

(S) Tanda Subjektif/ Objektif (dari assessment Gizi) Data Biokimia Data Antropometri Data fisik/klinis Data Riwayat gizi Data Riwayat penyakit

24

Didefinisikan secara spesifik sesuai deskripsi kelompok problem domain intake : Menjadi Tujuan terapi Gizi

Dideskripsikan secara spesifik yang paling berhubungan dengan problem , ini menjadi domain intervensi.

Dideskripsikan sebagai tanda atau gejala problem yang muncul sebagai dasar monitoring dan evaluasi intervensi gizi . Contoh : Penurunan kebutuhan mineral Na sehubungan dengan hipertensi ditandai dengan tekanan darah 190/95 mmHg . Ketidaksesuaian asupan jenis karbohidrat sederhana disebabkan karena diabetes mellitus ditandai kadar gula darah acak 345 mg/dl.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS23

CATATAN 2. DIAGNOSA GIZI

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

25

2. DIAGNOSA GIZI

CATATAN

26

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

BAB III

LANGKAH-LANGKAH ASUHAN GIZI KLINIK

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

27

3. ASUHAN GIZI

Dalam memberikan asuhan gizi melalui proses asuhan gizi (Nutrition Care Process), petugas gizi Puskesmas dituntut mampu melakukan proses rekam (record) data yang benar dan tepat. Sayangnya sampai saat ini petugas gizi Puskesmas belum memiliki pedoman baku berupa format resmi yang menjadi pedoman dalam asuhan gizi pasien/klien di Puskesmas, sehingga hal ini mendesak sekali agar diberikan suatu pedoman sederhana bagi petugas gizi Puskesmas dalam melakukan langkah-langkah asuhan gizi sekaligus dokumentasinya. Dokumen asuhan gizi ini menjadi penting dalam rangka meningkatkan peran gizi sebagai salah satu komponen penting dalam asuhan klien/pasien Puskesmas. Sebagus apapun peran petugas gizi Puskesmas dalam memberikan asuhan gizi jika tidak terdokumentasi proses asuhannya, maka proses asuhan itu menjadi intervensi yang tidak dinamis untuk keperluan perbaikan layanan gizi di Puskesmas, karena data asuhan yang terdokumentasi menjadi dasar proses asuhan selanjutnya. Faktanya adalah ; bahwa petugas gizi Puskesmas dalam memberikan asuhan gizi tidak mampu memberikan perbaikan problem gizi pasien/klien karena proses lanjutan suatu intervensi adalah monitoring dan evaluasi problem gizi sebagai suatu proses yang dinamis. Sehingga setiap problem gizi klien/pasien dan komunitas harus terdokumentasi dengan benar mulai dari proses assessment (instrumen yang digunakan, jenis data yang dikumpulkan baik data objektif/subjektif, sosio ekonomi, dll), penetapan problem gizi (diagnosa gizi), intervensi gizi yang dilakukan dan akan dilakukan (planning) serta komponen monitoring dan evaluasi. Dokumen asuhan gizi ini sangat penting dalam kolaborasi dengan praktisi lain di Puskesmas, sehingga dokumen asuhan gizi ini menjadi dasar komunikasi dalam menyelesaikan problem kesehatan dan gizi pasien/klien Puskesmas.

PEMAHAMAN PATOFISIOLOGI Sebagai dasar menentukan format dokumentasi dalam proses asuhan gizi pasien/klien di Puskesmas maka perlu dipahami langkah-langkah yang perlu dilakukan petugas gizi Puskesmas dalam melakukan proses asuhan gizi klinik di Puskesmas sebagai berikut :

A. Pemahaman patofisiologi penyakit pasien/klien

3. ASUHAN GIZI



Bahwa petugas gizi Puskesmas dalam melakukan proses asuhan gizi perlu memahami tentang konsep-konsep dasar terjadinya suatu penyakit terutama aspek patofisiologinya. Dasar pemikiran kritisnya adalah ; bahwa problem gizi saling terkait dengan penyakit, ada hubungan timbal balik langsung antara problem gizi dengan penyakit. Pemahaman ini menjadi dasar bahwa pada prinsipnya setiap penyakit memiliki aspek patofisiologi yang penting memberikan kontribusi terhadap timbulnya gangguan gizi pasien/klien. Maka dalam memberikan asuhan gizi pada pasien/klien seorang petugas gizi Puskesmas harus memahami konsep patofisiologi, etiologi, ciri-ciri perubahan jaringan yang disebabkan penyakit dari suatu penyakit tertentu. Hal pokok yang tidak boleh dilupakan petugas gizi Puskesmas dalam pemahaman konsep patofisiologi adalah perlu mulai belajar memahami dari konsep patofisologi yang mencakup berbagai gangguan metabolisme gizi yang terjadi dari suatu penyakit. Dengan pemahaman ini maka petugas gizi Puskesmas akan bisa memiliki dasar berpikir resiko gangguan gizi yang akan muncul dari suatu penyakit. Pada aspek kolaborasi dengan tim asuhan yang lain baik asuhan medis dan keperawatan ada pemahaman yang sama dalam memahami problem kesehatan yang sedang terjadi pada pasien/klien. Kata kuncinya; problem gizi saling berkaitan langsung dengan penyakit.

B. Pengkajian data (Assessment)

Dalam melakukan proses pengkajian data, maka petugas gizi Puskesmas / ahli gizi menggali data meliputi dua data penting yaitu ; data subjektif dan objektif. Pengkajian data dimulai dengan mengumpulkan data melalui riwayat gizi, pengukuran antropometri, data laboratorium, kebiasaan/ perilaku makan, data pendidikan data sosial ekonomi dsb. Langkah selanjutnya adalah mengorganisir atau mengkelompokkan berdasarkan jenis data yang saling terkait. Data yang tidak normal bisa berupa resiko 28

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT)

2.1 Data Subjektif A. Riwayat Gizi : A.1 Riwayat gizi sekarang (RGS) Keluhan yang berhubungan dg proses makan saat ini , data yang perlu dikaji misalnya; nafsu makan, distensia, vomiting/ emesis, hasil recall, dsb. A.2 Riwayat gizi dahulu (RGD) Meliputi data Food frekuensi, Kebiasaan minum, pantangan, alergi, intoleransi, makanan yang disukai dan makanan tidak disukai, dsb B. Riwayat penyakit B.1 Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) Keluhan subjektif sampai saat pasien berkunjung atau masuk Puskesmas. Biasanya data ini didapatkan dari data medical record; berhubungan dengan informasi gejala-gejala yang dirasakan pasien sehubungan dengan penyakitnya. B.2 Riwayat Penyakit Dahulu (RPD). Data penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya : data ini biasanya diambil dari dari catatan Medical record. Kebiasaan minum jamu, suplemen gizi, riwayat pengobatan, atau komplikasi penyakit yang pernah diderita dsb. Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

29

3. ASUHAN GIZI

yang potensial menimbulkan masalah gizi. Sumber data data berupa data primer maupun sekunder (data rekam medik). Assessment gizi lebih detail atau dalam dibandingkan sekedar sreening, karena langkah ini sudah meliputi kegiatan: membandingkan data dengan standar normal / baku serta prediksi data sebagai sebuah resiko timbulnya problem gizi. Jadi assesment gizi adalah pendekatan yang kompherehensif untuk mendifinisikan status gizi menggunakan data medis, sosial, data gizi, riwayat penyakit/pengobatan, data fisik/klinis, antropometri dan data laboratorium. Berikut ini merupakan uraian singkat tentang komponenkomponen data yang perlu diorganisir sehingga memudahkan dalam pengkajian data bagi ahli gizi Puskesmas.

PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT) B.3 Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) Data penyakit yang diderita keluarga biasanya yang berhubungan dengan penyakit pasien atau penyakit lain, biasanya data ini diambil dari catatan medical pasien, atau ditanyakan langsung pada pasien/klien.

3. ASUHAN GIZI

C. Data Sosial dan Ekonomi Data ini menggambarkan data pekerjaan pasien/klien, jumlah pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, aspek pengetahuan dan sebagainya. 2.2 Data Objektif A. Data Antropometri Data antropometri adalah data yang dikumpulkan dari ukuran dimensi tubuh pasien/klien termasuk; umur, berat badan, tinggi badan/panjang badan, jenis kelamin, IMT, LLA/LiLA, indek status gizi, Berat Badan Ideal (BBI), lingkar kepala, Triceps Skin Fold (TSF), lingkar otot lengan atas (LOLA), lingkar pinggang/perut (waist circumference) dan sebagainya. B. Data Fisik/klinis Data fisik/klinis meliputi ; keadaan geligi pasien (lengkap apa tidak, asli/palsu, kemampuan mengunyah), Keadaan Umum, Kesadaran, Gejala klinis penyakit: Pucat, Acites, oedema, warna feses, warna urin, bising usus, vital sign/tanda-tanda vital ( tensi, temperatur, Nadi,R/R), ECG. Data fisik/klinis biasanya diturunkan dari catatan medik atau diamati sendiri yang berhubungan dengan aspek gizi.

30

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT)

D. Data Pemeriksaan Penunjang Data pemeriksaan objektif lainnya yang bisa dikumpulkan adalah; Rongent (RO), USG Abdomen, IVP, CT Scan, PA dan sebagainya, termasuk rencana pemeriksaan seperti jenis radiologi tertentu.

Data pemeriksaan klinis gangguan gizi (problem gizi) yang berhubungan dengan pemeriksaan klinis yang bisa dijadikan acuan petugas Puskesmas didasarkan pada tanda dan gejala yang ada pada pasien . Metode penilaian klinis didasarkan pada perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi atau kelebihan gizi, dilakukan dengan pengamatan pada jaringan epitel (supervicial epithel tissue) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral/mulut. Dibawah ini beberapa gejala klinis defisiensi atau kelebihan gizi yang bisa dijadikan acuan petugas Puskesmas melakukan pengkajian klinik .

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

31

3. ASUHAN GIZI

C. Data Laboratorium Data laboratorium biasanya didapatkan dari pengukuran laboratorium sesuai penyakit, atau untuk keperluan diagnosa penyakit pasien yang terdokumentasi di dalam cacatan medik pasien. Sampai saat ini tidak/belum semua Puskesmas memiliki peralatan laboratorium diagnostik yang lengkap, tetapi hampir semua Puskesmas memiliki pemeriksaan laboratorium sederhana. Petugas gizi bisa menyesuaikan data laboratorium sesuai kemampuan Puskesmas. Data-data laboratorium yang dijadikan data objektif yang berkaitan dengan masalah gizi antara lain adalah; Hb, Protein total, Albumin, transferin, hematokrit/PCV, LED, MCV, MCHC, CHI, Ferritrin, urea

PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT) Tabel 1. Indikator status gizi klinik defisiensi atau kelebihan gizi Indikator yang Perlu Diamati

3. ASUHAN GIZI

Rambut : Pudar, kering, mudah patah Mudah dicabut (tanpa rasa sakit) Rambur Rontok Tanda bendera (hilangnya pigmen rambut sekeliling kepala) Kepala dan Leher : Ubun-ubun cembung (pada bayi) Sakit kepala Epistaksis (mimisan ) Pembesaran tiroid Mata : Xerosis (kekeringan) pada konjungtiva dan kornea Konjungtiva pucat Sklera biru Vaskularisasi kornea Mulut : Keilosis atau stomatitis Angular (lesi pada sudut mulut) Glositis (lidah merah dan sakit ) Gingivitis ( peradangan pada gusi ) Hipogeusia, disgeusia ( rasa pengecapan berkurang, pengecapan buruk ) Karies dentis Bintik-bintik hitam pada gigi Atrofi papila lidah Kuku : Koilonikia ( kuku berbentuk sendok ) Rapuh, mudah pecah

Kemungkinan Defisiensi

Kemungkinan Kelebihan

Protein Protein, Zn Vitamin A

Biotin Protein, Cu

Vitamin A Vitamin A, D

Vitamin K Yodium Vitamin A Fe Fe Vitamin B2 Vitamin B2 Niasin, asam folat, Vit.B12, Vit. lainnya Vitamin C Zn Flour Fe, Vitamin B

Flour

Fe Protein Lanjutan Tabel......

32

30

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT) Tabel Lanjutan. Indikator yang Perlu Diamati

Jantung : Pembesaran, takikardia, kegagalan jantung Jantung kecil Kegagalan jantung mendadak, kematian Aritmia Hipertensi

Vit. A, Zn, EFA Vit.A, EFA, Vit. B

Kemungkinan Kelebihan Vitamin A

Zn Vit. C, K Niasin, Vit. B2, Vit. B6 Niasin

3. ASUHAN GIZI

Kulit : Kering, bersisik Hiperkeratosis folikularis ( menyerupai bulu roma yg berdiri) Lesi eksematosa Petekia, ekimosis Sebore nasolabialis ( berminyak, bersisik pada daerah di antara hidung dan bibir atas ) Kulit lebih gelap dan mengelupas pada bagian yang terkena matahari Penyembuhan luka yang lambat

Kemungkinan Defisiensi

Protein, Zn, Vit. C Vitamin B1 Energi Se Mg, K, Se Ca, K

Na

Abdomen : Hepatomegali Asites

Protein Protein

Ekstremitas, Otot Rangka : Kehilangan massa otot ( terutama bagian temporal ) Edema Nyeri tekan pada betis Iga berbentuk manik-manik, atau ”rachitic risary” (anak-anak) Nyeri tekan pada tulang dan persendian Kaki X, kaki O, tulang yang rapuh

Energi Protein, Vitamin B1 Vit . B1 atau C, biotin, Se Vitamin C, D Vit. C, D, Ca, P Vit. D, Ca, P, Cu

Vitamin A

Vitamin A

Lanjutan Tabel......

31

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

33

PENGKAJIAN DATA (ASSESSMENT) Tabel Lanjutan.

3. ASUHAN GIZI

Indikator yang Perlu Diamati Neurologi (syaraf) : Parestesia ( sakit dan perasaan geli atau sensasi yang berubah pada anggota gerak ) Lemah Ataksia, penurunan perasaan getaran dan posisi Tremor Penurunan refleks tendon Konfabulasi, disorientasi Mengantuk, letargi Depresi

Kemungkinan Defisiensi

Kemungkinan Kelebihan

Vit. B1, B6, B12, Biotin Vit. C, B1, B6, B12, Energi Vit. B1, B12 Mg Vitamin B1 Vitamin B1 Vitamin B1 Vitamin B1, Biotin

Vitamin A, D

Tabel 2. Kriteria Defisiensi Yodium berdasarkan gejala klinis pembesaran kelenjar Thyroid (gondok) Kriteria WHO Indikator

Pembesaran Kelenjar

Normal (0)

Tidak ada pembesaran kelenjar

Tingkat IA

Pembesaran Kelenjar tidak tampak walaupun leher pada posisi tengadah maksimum Pembesaran Kelenjar teraba ketika dipalpasi

Tingkat IB

Pembesaran Kelenjar gondok terlihat jika leher pada posisi tengadah maksimum Pembesaran kelenjar teraba ketika dipalpasi

Tingkat II

Pembesaran kelenjar gondok terlihat pada posisi kepala normal, dari jarak 1 meter

Tingkat III

Pembesaran kelenjar gondok tampak nyata dari jarak jauh (5-6 meter)

34

32

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENETAPAN PROBLEM GIZI

C. Penetapan Problem Gizi atau Diagnosa Gizi

Misalnya : Domain Asupan :

Penderita diare : mengalami penurunan berat badan drastis, kulit kering, turgor menurun, jumlah urin sedikit (< 30 ml/hari). Maka diagnosa gizinya bukan dehidrasi tetapi ; Kekurangan asupan cairan (P) disebabkan gangguan fisiologis berupa peningkatan kehilangan cairan melalui diare (E) ditandai dengan; penurunan berat badan drastis, kulit kering, turgor kulit menurun dan jumlah urin < 30 ml/hari (S). (lihat NI-3.1). Penderita Obesitas : memiliki BMI 32 kg/m2, penurunan berat badan seminggu hanya 80 g, konsumsi energi rata-rata perhari lebih 45% dari yang seharusnya diprogramkan, penderita belum memahami tentang pelaksanaan diet rendah energi yang dijalankan, maka diagnosa gizinya : Kelebihan asupan energi (P) berkaitan dengan kurangnya pengetahuan diet rendah energi yang dijalankan (E) ditandai ; penurunan berat badan seminggu hanya 80 g serta kelebihan asupan energi 45% dari yang seharusnya. Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

35

3. ASUHAN GIZI

Penentuan diagnosa gizi atau masalah gizi pada pasien /klien didasarkan pada problem gizi yang bisa diperoleh dari assessment data (pengkajian data) yang tidak normal, kemudian dijadikan kelompok problem yang selanjutnya dijadikan diagnosa gizi dengan statement Problem (P), etiologi/penyebab (E) dan tanda/gejala (sign/symptom) atau (S). Deskripsi kalimat diagnosa berdasarkan pada statement terminologi diagnosa gizi (lihat bab diagnosa Gizi) bukan mengacu pada penulisan diagnosa penyakit/diseases dokter. Petugas gizi Puskesmas harus mulai belajar menegakkan diagnosa gizi berdasarkan kelompok atau domain (intake, klinik dan behavior/perilaku), sebelum melakukan proses asuhan gizi klinik di Puskesmas.

INTERVENSI GIZI TERMASUK PLANNING Domain klinik :

3. ASUHAN GIZI

Penderita diabetes melitus mengalami mual, muntah dan perut kembung, sedangkan kadar gula darahnya sering tidak terkendali sejak lama (3 bulan terakhir), rata-rata kadar gula darah acaknya : 312 mg/dl, rata-rata konsumsi energi dibandingkan kebutuhan hanya 30%, penderita memiliki pemahaman jika konsumsi kurang gula darahnya akan turun. Maka diagnosa gizi klinik bisa sebagai berikut : Perubahan Fungsi gastrointestinal (P) berkaitan dengan peningkatan kadar gula darah yang tidak terkendali serta pengetahuan yang keliru tentang terapi dietnya (E) ditandai dengan; mual, muntah dan perut kembung, rata-rata kadar gula darah acaknya 312 mg/dl dan asupan energi hanya 30% kebutuhan (S). Domain Perilaku/Lingkungan : Seorang laki-laki menderita stroke dengan lumpuh pada tangan kanan, selalu keluar air liur, setiap makan selalu mengalami kesulitan karena mulutnya miring ke kiri, ia hanya mampu memasukkan makanan 1/3 porsi yang diberikan sehari. Maka diagnosa gizi behavior bisa sebagai berikut : Gangguan memasukkan makanan atau minuman ke dalam mulut (P) berkaitan dengan kondisi patofisiologis (stroke) yaitu kelumpuhan pada tangan kanan, (E) ditandai dengan selalu keluar air liur, mulut miring ke kiri, dan asupan yang rendah ; 1/3 porsi (S), diagnosa stroke dokter. (lihat NB-2.6)

36

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

INTERVENSI GIZI TERMASUK PLANNING

D. Intervensi Gizi termasuk Planning (perencanaan terapi diet) Perencaan terapi diet didasarkan pada penetapan diagnosa gizi meliputi; 1. Penentuan kebutuhan gizi untuk terapi gizi berupa perkiraan atau estimasi kebutuhan energi menggunakan metode perhitungan langsung & tak langsung (Energi: Krause, Copper I/II, du Bois, PERKENI, Selected Centre, Harris bennedict. 2. Penentuan Tujuan, prinsip dan syarat 4. Merencanakan penyuluhan/konseling gizi 5. Merencanakan monitoring dan evaluasi IIntervensi gizi meliputi perencanaan dan implementasi Intervensi ditujukan untuk melakukan manajemen dari diagnosis terutama faktor penyebab (etiologi) yang telah ditetapkan sebelumnya meliputi manajemen dari faktor resiko, faktor perilaku, faktor lingkungan dan aspek gizi dari status kesehatan pasien/klien. Tujuan intervensi gizi disusun berdasarkan diagnosa gizi dan disesuaikan dengan assessement berdasarkan data S dan O. Contoh diskripsi kalimat tujuan sesuai diagnosa gizi : memberikan makanan yang adekuat dan tidak memberatkan kerja saluran cerna, menaikkan berat badan, memberikan makanan untuk mencapai kadar gula yang optimal, memberikan makanan guna memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat. Sedangkan prinsip terapi atau intervensi gizi diberikan guna mencapai tujuan yang ditetapkan, misalnya; rendah garam, rendah energi, bentuk makanan, tinggi energi, tinggi kalium (potassium) dsb. Penyusunan syarat intervensi gizi adalah : poin perencanaan yang berisi kalimat yang mendukung prinsip intervensi gizi. Hal-hal yang perlu dituliskan dengan jelas dan sifatnya kuantitatif pada kalimat syarat intervensi gizi adalah :

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

37

3. ASUHAN GIZI

3. Merencanakan susunan menu

INTERVENSI GIZI TERMASUK PLANNING 1. Nilai Zat gizi termasuk kebutuhan energi, kebutuhan cairan (sesuai estimasi) dan mengacu pada prinsip intervensi gizi. 2. Zat gizi yang ditambah, dikurangi, dibatasi atau dihilangkan sama sekali 3. Bentuk makanan, frekuensi pemberian makanan, waktu pemberian makanan, metode pemberian (peroral, per enteral, parenteral), tahap pemberian makanan dan lama pemberian diet. 4. Bahan makanan yang dilarang, dibatasi, dianjurkan.

3. ASUHAN GIZI

Dalam menyusun menu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Menyesuaikan dengan prinsip dan syarat intervensi gizi 2. Memenuhi syarat nilai gizi seimbang 3. Sesuai pola makan dan kebiasaan pasien/klien 4. Ketersediaan bahan makanan 5. Kemudahan dalam penyiapan 6. Sesuai kondisi social ekonomi dan sumber daya termasuk peralatan. Dalam penyusunan perencanaan penyuluhan atau konseling, maka susunan perencanannya adalah meliputi : 1 Tujuan umum dan khusus penyuluhan/konseling 2. Sasaran 3. Metode penyuluhan yang digunakan 4. Waktu yang diperlukan 5. Tempat penyuluhanj/konseling 6. Alat peraga atau media yang digunakan 7. Materi penting yang perlu disampaikan 8. Rencana evaluasi proses penyuluhan Susunan planning penyuluhan ini merupakan bagian terintegrasi disamping terapi diet yang disusun dalam intervensi gizi. Setelah perencanaan ini telah diverifikasi dan lengkap selanjutnya dilakukan 38

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

MONITORING DAN EVALUASI GIZI implementasi intervensi gizi. Dalam hal ini diperlukan komunikasi dengan klien/pasien, keluarga dan tim kerja terkait. Implementasi meliputi penyediaan diet pada pasien rawat inap maupun penyediaan makanan / diet secara mandiri oleh pasien berdasarkan planning intervensi gizi yang diberikan pada pasien rawat jalan.

E. Monitoring dan Evaluasi Gizi

Secara sederhana monitoring evaluasi terapi/intervensi gizi meliputi : 1. Data subjektif dan perkembangan keluhan pasien/klien 2. Data objektif antropometri, biokimia, klinis, pemeriksaan penunjang yang menjadi indikator tujuan terapi diet/intervensi gizi 3. Data asupan makanan dan asupan gizi 4. Data pemeriksaan medik dsb.

F. Dokumentasi Asuhan Gizi Puskesmas Dalam melaksanakan proses asuhan gizi pada pasien/klien Puskesmas merupakan hal yang tak kalah pentingnya adalah pencatatan atau dokumentasi setiap langkah-langkah asuhan dari awal sampai akhir asuhan. Dokumentasi ini penting sebagai bentuk fakta tertulis kondisi problem gizi aktual pasien yang dikumpulkan oleh ahli gizi Puskesmas, sebagai data untuk rekam data gizi sekaligus laporan proses asuhan gizi (reporting/recording). Ada banyak format pendokumentasian proses asuhan gizi yang dipergunakan dalam asuhan gizi antara lain: Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

39

3. ASUHAN GIZI

Monitoring adalah kegiatan yang dilakukan berupa assessment ulang terhadap parameter yang menjadi tanda dan gejala dari suatu problem gizi baik itu berupa data subjektif maupun data objketif. Evaluasi adalah kegiatan membandingkan parameter yang dimonitor sebelum dan sesudah intervensi gizi terhadap nilai-nilai standar yang direkomendasikan. Dalam hal evaluasi dibutuhkan kemampuan untuk melihat apakah intervensi gizi yang dilakukan sudah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

DOKUMENTASI ASUHAN GIZI PUSKESMAS 1. Format A D I M E Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :

3. ASUHAN GIZI

A : Assessment /pengumpulan data D : Diasgnosis atau diagnosa gizi atau pernyataan PES I : Intervention atau intervensi gizi atau perskripsi zat gizi, Tujuan intervensi M : Monitoring E : Evaluation atau evaluasi

2. Format P G I E Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi : P

: Problem atau Diagnosis (Diagnosa gizi atau pernyataan PES) G : Goal atau tujuan intervensi gizi atau perskripsi zat gizi I : Intervention atau intervensi gizi dan Tujuan intervensi E : Evaluation/evaluasi

3. Format D A R Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi : D A

: Data diagnosis atau pernyataan PES : Action/intervensi atau intervensi gizi atau perskripsi zat gizi, Tujuan intervensi R : Respon / hasil intervensi

4. Format D A R - O Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi : D : Data diagnosis atau pernyataan PES A : Action/intervensi atau intervensi gizi atau perskripsi zat gizi, Tujuan intervensi R : Respon / hasil intervensi O : Out Put

40

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DOKUMENTASI ASUHAN GIZI PUSKESMAS 5. Format P I E Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi : P : Problem atau Diagnosis (Diagnosa gizi atau pernyataan PES) I : Intervention/Intervensi Gizi E : Evaluation/evaluasi

6. Format S O A P Format ini terdiri dari pencatatan proses asuhan gizi meliputi :

Format proses asuhan gizi untuk petugas gizi Puskesmas dapat dijadikan acuan dokumentasi atau menggunakan format lainnya yang penting essensi proses asuhan gizi di Puskesmas dapat terakomodir dalam pelayanan gizi serta semua parameter yang digunakan dapat terukur sehingga format proses asuhan gizi terstandar menggunakan tata alur menurut format dokumentasi A D I M E.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

41

3. ASUHAN GIZI

S : Subjective/Data Subjektif O : Objektive/Data Objektif A : Assessment atau Diagnosa gizi atau pernyataan PES atau perskripsi zat gizi P : Planning atau perencanaan, Intervensi Gizi dan Tujuan intevesi

DOKUMENTASI ASUHAN GIZI PUSKESMAS

Data dasar : Data Subjektif meliputi : Data Riwayat Gizi Sekarang dan dahulu Data Riwayat Penyakit sekarang, riwayat penyakit Dahulu, Riwayat Penyakit Keluarga Data Sosial/ekonomi Data Objektif : Antropometri,

3. ASUHAN GIZI

Daftar Masalah / Problem : Daftar masalah ini merupakan inventarisir data Objektif maupun data Subjektif yang tidak normal yang dideskripsikan sebagai sebuah problem, etiology atau penyebab dan tanda/gejala (sign/ simpstom.

Diagnosa Gizi : Dari daftar masalah yang ada memungkinkan Petugas gizi Puskesmas/ahli gizi dapat mendiskripsikan Diagnosa Gizi dalam bentuk statemen atau pernyataan PES.

Planning : Tujuan, Prinsip dan Syarat Intervensi Gizi. Estimasi : kebutuhan energi dan zat Gizi Rencana Monitoring & Evaluasi

42

Rencana Penyuluhan : berisi ; tujuan metode, materi konseling, media, waktu, sasaran, rencana monitoring dan evaluasi dsb.

40 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

II. Data Objektif Skrining Gizi: Antropometri: Fisik dan Klinis: Biokimia: Data lab. Penunjang:

Riwayat Nutrisi (RN) RNS: RND: Riwayat Penyakit: RPS: RPD: Data Sosek

I. Data Subjektif: Riwayat aktifitas :

DATA DASAR

DAFTAR MASALAH

DIAGNOSA GIZI (PES) PENYULUHAN

R E N C A N A Tujuan: Prinsip: Syarat: Estimasi Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi.

TERAPI NUTRISI

Resume Rencana Asuhan Gizi Pasien/Klien

3. ASUHAN GIZI

Register : Nama PX : Umur : Dx Medis : Jenis Kelamin :

MONITORING

DOKUMENTASI ASUHAN GIZI PUSKESMAS

Contoh Format yang bisa digunakan untuk dokumentasi proses

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

43

3. ASUHAN GIZI

CATATAN

44

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

BAB IV

ASUHAN PENANGGULANGAN MASALAH GIZI PADA BALITA Salah gizi adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi Klinis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan zat gizi dalam jumlah besar. Istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebih an gizi yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien tertentu secara berlebihan ke dalam tubuh.

Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan angka kesakitan dan kematian, serta hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak. Deteksi dini anak yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk dapat dilakukan melalui pemantauan pertumbuhan di Posyandu. Kader posyandu sebaiknya merujuk anak ke Puskesmas/Pustu/ Polindes jika: 1. Dua bulan berturut-berturut TIDAK mengalami kenaikan berat badan sesuai garis baku (2T) 2. Terlihat kurus 3. Edema (minimal kedua punggung kaki) 4. Trend garis pertumbuhannya mengarah ke BGM (Bawah Garis Merah) 5. LiLA < 12,5 cm Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

45

4. ASUHAN GIZI BALITA

Kondisi kesehatan dan gizi anak balita di Indonesia tampaknya masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Berdasarkan data Riskesdas 2010 pada balita angka prevalensi BB kurang dan sangat kurang sebesar 17,9% (BB/U), prevalensi kurus dan sangat kurus 13,3% (BB/TB-PB), kegemukan 14,0% (BB/TB-PB), prevalensi pendek dan sangat pendek 35,6% (TB/U).

ASUHAN PENANGGULANGAN GIZI KURANG

A. Asuhan Penanggulangan Gizi Kurang Seorang balita dinyatakan menderita gizi kurang jika indeks antropometrinya (BB/TB) berada pada kisaran -3 SD s/d -2 SD (WHO, 2009). Gizi kurang dapat ditegakkan dengan kriteria sebagai berikut : 1. LILA ≥ 11.5 cm - 12.5 cm 2. BB/TB > -3 SD s/d < -2 SD 3. Tidak ada oedema dan 4. Nafsu makan baik 5. Keadaan umum baik

4. ASUHAN GIZI BALITA

Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi dan atau adanya penyakit infeksi (sebagai manifestasi adanya gangguan pertumbuhan). Prinsip pemberian makanan tambahan Pemulihan pada dasarnya harus mengacu pada konsep kepadatan energi dan nilai energi dari protein yang dikandungnya atau PER (Protein Energi Ratio). Rincian cara pembuatan PMT pemulihan dan penyuluhan gizi dan kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 223. Penanganan balita gizi kurang adalah : 1. Pemberian PMT Pemulihan padat gizi , 350 kkal dengan protein 15 g selama 90 hari. 2. Baduta dari keluarga miskin (6-24) bulan diberikan MP-ASI sebagai makanan tambahan. 3. Penyuluhan dan demo cara persiapan pemberian PMT pemulihan. 4. Konseling makanan bayi dan anak (ASI, MP-ASI, PMT). Pantau pertumbuhan di Posyandu setiap bulan serta stimulasi. 5. Bila dalam 2 bulan tidak ada kenaikan BB atau BGM, segera lakukan konfirmasi BB/TB. Sekedar diingat bahwa dalam menentukan gangguan gizi kurang dapat dilakukan dengan berbagai indek antropomentri dengan makna yang 46

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ASUHAN PENANGGULANGAN GIZI KURANG berbeda dalam memandang kejadian kurang gizi yang terjadi : a. Indek BB/U : menggambarkan ada tidaknya gangguan gizi umum b. Indek TB/U : menggambarkan ada tidaknya gangguan gizi kronis c. Indek BB/TB : menggambarkan ada tidaknya gangguan gizi akut. Prinsip yang sangat penting dalam memberikan makanan tambahan untuk rehabilitasi anak dengan gangguan gizi kurang adalah memberikan makanan dengan konsep kepadatan energi yang tinggi tetapi memiliki volume atau porsi yang kecil. Hal yang perlu dilakukan dalam menyusun menu maupun Pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita gangguan gizi kurang adalah : Kumpulkan potensi : ketersediaan makanan sumber energi utama Karbohidrat (bahan makanan pokok) Kumpulkan potensi utama bahan makanan sumber protein (hewani dan nabati)

KUMPULKAN POTENSI bahan makanan sumber vitamin & mineral (sayur dan buah). Minimal empat potensi tersebut jika sudah dapat dikumpulkan dari keluarga balita gizi kurang, baru petugas gizi bisa menyusun makanan/PMT yang sesuai dengan kemampuan potensi keluarga. Langkah-langkah menghitung kepadatan energi dari suatu menu makanan atau makanan tambahan adalah sebagai berikut : 1. Hitung semua kandungan energi dan protein semua bahan makanan yang akan diolah kemudian ditimbang sebelum dimasukkan ke dalam wadah pengolahan. 2. Olah bahan makanan tersebut (masak) 3. Timbang kembali makanan yang telah masak (matang) 4. Bagi nilai energi dengan berat makanan yang telah matang. 5. Kepadatan energi dinyatakan dalam satuan energi (kalori) / gram berat matang. Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

47

4. ASUHAN GIZI BALITA

Kumpulkan potensi utama bahan makanan sumber lemak (minyak) sebagai KATA KUNCI PENTING MEMBUAT MAKANAN PADAT ENERGI TIDAK “BULK”/”VOLUMENUS”.

ASUHAN PENANGGULANGAN GIZI KURANG ASI atau formula pengganti air susu ibu (PASI) memiliki kepadatan energi 0,7 kkal/gram, sedangkan makanan pendamping ASI (MP-ASI) memiliki kepadatan energi 1 kkal/gr. Makanan biasa rata-rata mengandung kepadatan energi 1,5 kkal/gr sedangkan makanan padat energi harus memiliki kepadatan energi >1,5 kkal/gr. Kandungan protein dari makanan padat energi seharusnya memiliki nilai yang tinggi pula dalam makanan tumbuh kejar, oleh karena itu perlu pula dihitung persentase rasio energi protein dari makanan yang telah diolah terutama makanan tambahan. Rumus menghitung rasio protein energi adalah dinyatakan dalam protein energi ratio (PER) sebagai berikut : PER = Berat Protein (gr) x 4 kal x 100%

4. ASUHAN GIZI BALITA

Total Energi (makanan)

Rasio energi protein pada makanan orang dewasa cukup antara 8 - 10 %, pada balita sehat cukup antara 10 - 12 %. Orang dewasa sakit membutuhkan makanan dengan PER 10-12% sedangkan pada balita sakit atau gizi kurang PERnyamakanan 12 - 15%. pada balita dengan Dalamsebaiknya memberikan gangguan gizi kurang atau pun balita dengan gizi buruk untuk

Dalam memberikan makanan pada balita dengan gangguan gizi kurang fase rehabilitasi maka terapi utama sebenarnya difokuskan pula atau pun balita dengan gizi buruk untuk fase rehabilitasi maka terapi pada pemberian makanan utamanya, baru pemberian makanan utama sebenarnya difokuskan pula pada pemberian makanan utamanya, tambahan sehingga membawa manfaat dalam menaikkan derajat baru pemberian makanan tambahan sehingga membawa manfaat dalam status gizi balita. Hal yang tak kalah pentingnya adalah pengamenaikkan derajat status gizi balita. Hal yang tak kalah pentingnya adalah turan waktu makan balita harus dimodifikasi ke arah waktu pempengaturan waktu makan balita harus dimodifikasi ke arah waktu pemberian berian makanan yang optimal, di bawah ini contoh jadwal pembemakanan yang optimal, di bawah ini contoh jadwal pemberian makanan rian makanan yang optimal : yang optimal :

48

06.30

09.30

12.30

15.30

18.30

12.30

Makan Pagi 20%

Snack Pagi 10%

Makan Siang 30%

Snack Sore 10%

Makan Malam 20%

Snack Malam 10%

pemberian makanan tambahan sebaiknya diberikan Buku Waktu Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS pada titik waktu pemberian makanan selingan, sehingga tidak

ASUHAN PENANGGULANGAN GIZI KURANG Waktu pemberian makanan tambahan sebaiknya diberikan pada titik waktu pemberian makanan selingan (snack), sehingga tidak mengganti makanan utama yang bisa berakibat anak justru tidak mau menghabiskan makanan utamanya karena telah diganti makanan selingan berupa makanan tambahan yang padat energi. Selain diupayakan pemenuhan kebutuhan zat gizi makro (karbohidrat, lemak dan protein) pada balita gangguan gizi kurang maka sebelum indikator BB/ TB < -2 Z-score (SD) petugas gizi Puskesmas harus mengupayakan selalu dilakukan koreksi atau penambahan pemenuhan zat gizi mikro yang sangat penting dalam metabolisme energi balita yaitu pemenuhan vitamin dan mineral dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Berikan suplemen vitamin A sesuai umur pada saat penangan tersebut, jika ditemukan ada tanda-tanda xerophtalmia atau menderita campak dalam 3 bulan terakhir maka suplemen vitamin A diberikan pada hari 1, 2 dan hari ke 15 penanganan.

3. Berikan suplemen vitamin asam folat 5 mg pada saat penanganan ( hari pertama) selanjutnya berikan 1 mg/hari sampai indikator BB/TB ≥ -2 Z-score/SD 4. Berikan suplemen Zn baik sirup atau tablet 10 mg/hari sampaiindikator BB/TB ≥ -2 Z-score/SD Modifikasi konsistensi makanan perlu dilakukan jika balita yang mengalami gangguan gizi kurang mengalami sakit /gangguan hambatan pertumbuhan umum yang biasa terjadi pada balita misalnya ; 1. Demam 2. Batuk, pilek, sesak nafas 3. Diare 4. Infeksi telinga bernanah (otitis media) 5. TBC Paru. Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

49

4. ASUHAN GIZI BALITA

2. Berikan suplemen vitamin B komplek setiap hari dan vitamin C 50 mg/hari sampai indikator BB/TB ≥ -2 Z-score/SD

PENANGANAN GIZI BURUK maka pemberian makanan harus diubah pada konsistensi dibawahnya, misalnya jika anak sesuai pola makan menurut umur diberikan makanan biasa harus diubah menjadi konsistensi makanan lunak, jika anak (bayi) diberikan makanan lumat maka pemberian makanan diubah menjadi makanan cair. Dalam penanganan balita gangguan gizi kurang dengan sakit (hambatan pertumbuhan) maka penanganannya juga fokus pada pengobatan sakitnya. Dalam hubungannya dengan pemberian makanan pada balita dengan gangguan gizi kurang yang sedang mengalami peradangan hati-hati pada pemberian sumber bahan makanan terutama minyak. Sebaiknya dihindari bahan makanan yang mengandung asam lemak omega 6 karena akan meningkatkan reaksi peradangan sehingga perlu dihindari pengolahan menggunakan minyak selama balita mengalami sakit.

4. ASUHAN GIZI BALITA

B. Asuhan Gizi Penanganan Gizi Buruk Penanganan penderita gizi buruk, perlu pendekatan khusus, karena tidak semua pasien penderita gizi buruk memerlukan pelayanan rawat inap. Gizi buruk tanpa komplikasi medis (anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam sangat tinggi, penurunan kesadaran) dapat ditangani secara rawat jalan.

50

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GIZI BURUK Tabel 3 Prosedur Kerja Asuhan Perawatan Gizi Buruk di Puskesmas No. 1

2

Mekanisme

Penentuan Status Gizi a. Klinis Dilakukan pada Deteksi: setiap pasien baru Hipotermia dan dimonitor Hipoglikemia setiap hari, Dehidrasi dilakukan pada Infeksi saat pasien baru masuk b. Antropometri: Penimbangan ukur BB dan dilakukan setiap TB, PB hari c. Prosedur Laboratorium : laboratorium Glukosa darah, Hb, Urin & feses d. Anamnesis Wawancara riwayat gizi Intervensi a. Klinis Mengatasi: Hipoglikemia Hipotermia Dehidrasi Infeksi b. Diet Menentukan preskripsi diet Menerjemahkan preskripsi diet ke dalam jenis & jumlah bahan makanan Pemantauan status gizi Penyuluhan gizi Pemberian makan Persiapan pulang Penyuluhan gizi untuk dirumah Pelaporan

Perkembangan: Pemeriksaan fisik, Laboratorium Antropometri & asupan makanan

Pelaksana Teknis

Penanggung Jawab

Dokter/ perawat

Dokter

Ahli Gizi/ TPG

Dokter

Dokter/ analis

Dokter

Ahli gizi/ TPG

Dokter

Dokter/ perawat

Dokter

Dokter

Dokter

4. ASUHAN GIZI BALITA

3

Kegiatan

Ahli Gizi/ TPG

Ahli Gizi/ TPG Ahli Gizi/ TPG Perawat Perawat/ TPG Ahli gizi/ TPG Dokter/ Ahli Gizi/ Perawat

Dokter

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

51

PENANGANAN GIZI BURUK Kriteria diagnosis gizi buruk berdasarkan gejala klinis dan atau pengukuran antropometri adalah: Kriteria diagnosis gizi buruk berdasarkan gejala klinis dan atau pengukuran 1. Gejala Klinis antropometri adalah: 2.1 Gejala klinis a

4. ASUHAN GIZI BALITA

b

c

52

Marasmus Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang, terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (~pakai celana longgar- baggy pants), perut umumnya cekung, tulang rusuk menonjol (iga gambang, “piano sign”), sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) seperti diare persisten Kwasiorkor Perubahan status mental: apatis & rewel, rambut tipis, kemerahan spt warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa sakit dan rontok, wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu, pembesaran hati, edema minimal pada kedua punggung kaki, bersifat pitting edema, otot mengecil (hipotrofi), kelainan kulit berupa bercak merah muda yg meluas & berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai: penyakit infeksi (umumnya akut) seperti anemia dan diare. Tentukan derajat edema untuk menentukan jumlah cairan yang diberikan Derajat edema: + à Kedua punggung kaki ++ à Tungkai & lengan bawah +++ à Seluruh tubuh (wajah & perut) Marasmik-kwashiorkor : Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus dengan BB/TB -PB <-3 SD disertai edema yang tidak mencolok

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

50

PENANGANAN GIZI BURUK 2. Pengukuran antropometri Standar antropometri yang digunakan adalah berdasarkan pengukuran : BB/TB-PB < -3 Z-score/SD atau Lingkar Lengan Atas (LLA) < 11,5 cm. Jika gejala klinis tidak jelas namun BB/TB-PB < -3 Z-score/SD tetap dikategorikan sebagai Gizi Buruk. Sebaliknya, jika secara klinis mendukung (terlihat sangat kurus) namun tidak memenuhi syarat antropometri (misal BB/TB-PB > -3 Z-score/SD), hal ini tetap dinyatakan sebagai Gizi Buruk. Keadaan ini dapat ditemukan pada anak yang mengalami mikrosefal (lingkar kepala kecil) atau terdapat pembesaran organ-organ tubuh/organomegali. Khusus pada penderita kwashiorkor, jika sudah terlihat edema yang simetris, diagnosis dapat ditegakkan tanpa pemeriksaan antropometri. Pemeriksaan secara antropometri hanya membantu menentukan derajat kekurusan, namun gambaran klinis lebih penting.

aAnoreksia aPneumonia aAnemia berat aDehidrasi berat aDemam sangat tinggi aPenururunan kesadaran Penyulit atau komplikasi medis inilah yang mengindikasikan balita gizi buruk harus mendapatkan perawatan baik di Puskesmas yang sudah memiliki TFC atau rumah sakit yang sudah memiliki unit perawatan gizi buruk.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

53

4. ASUHAN GIZI BALITA

Gizi buruk adalah bentuk gangguan gizi akut, sangat mungkin juga timbul komplikasi atau penyulit dari aspek medis sebagai berikut :

4. ASUHAN GIZI BALITA

54

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS •Terlihat sangat kurus • BB/PB atau BB/TB < - 3SD •LILA <11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan dan •Nafsu makan baik •Tanpa komplikasi medis

Anak dengan satu atau lebih tanda berikut:

Rawat Jalan

Gizi buruk Tanpa Komplikasi

Anak dengan satu atau lebih tanda berikut: •Terlihat sangat kurus •Edema minimal, pada kedua punggung tangan / kaki •BB/PB atau BB/TB <-3SD •LILA <11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan ; dan •Nafsu makan baik •Tanpa komplikasi medis

PMT Pemulihan

Gizi kurang

•klinis baik

•nafsu makan baik

dan

• tidak ada edema

• Bila LILA ≥ 11,5 cm < 12,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan) (BB/TB < -2 SD s.d -3 SD)

Sumber : Pedoman PGBM KemKes, 2009

Bagan 4. Alur pemeriksaan dan tindak lanjut penanganan anak gizi buruk

Rawat Inap di RS/Pusk RI/TFC

Gizi buruk Dengan Komplikasi

Anak dengan satu atau lebih tanda berikut: •Terlihat Sangat kurus •Edema pada seluruh tubuh •BB/PB atau BB/TB < -3 SD •LiLA < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan) dan salah satu atau lebih dari tanda-tanda komplikasi medis berikut: •anoreksia •pneumonia berat •anemia berat •dehidrasi berat •demam sangat tinggi •penurunan kesadaran

Pemeriksaan Klinis, BB/PB, LiLA di Poskesdes/Pustu/Polindes/Puskesmas

ALUR PEMERIKSAAN ANAK GIZI BURUK

Alur pemeriksaan dan tindak lanjut penanganan anak gizi buruk dapat dilihat pada bagan 4 di bawah ini

PENANGANAN GIZI BURUK Alur pemeriksaan dan tindak lanjut penanganan anak gizi buruk dapat dilihat pada bagan 4 di bawah ini

Tanpa komplikasi

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

55

PMT Terapi Pengobatan KIE

Tanpa komplikasi

Stabilisasi

Komplikasi

< - 3 SD atau ≥ - 3 SD dengan edema pada 2 kaki atau Lila < 12,5 cm

Bagan 5. Alur Penanganan Gangguan Gizi Akut

BB/TB ≥ - 3 SD dan edema (-)

4. ASUHAN GIZI BALITA

SEMBUH BB/TB ≥ -2 SD

PMT Pemulihan (Suplementary feeding) Pengobatan, KIE

Komplikasi

< 2 SD s/d ≥ - 3 atau Lila < 12,5 cm

SKRINING BB/TB, LILA

ALUR PELAYANAN ANAK GIZI BURUK DI RUMAH SAKIT / PUSKESMAS PERAWATAN

PENANGANAN GANGGUAN GIZI AKUT BERBASIS MASYARAKAT (CTC / CFC)

PENANGANAN GIZI BURUK

PENANGANAN GIZI BURUK Penderita gizi buruk dengan komplikasi dan tanda bahaya perlu dirawat inap sesuai dengan Tatalaksana Anak gizi Buruk . Pedoman Tatalaksana Gizi buruk menggunakan sepuluh langkah dalam 5 kondisi klinis. Kondisi I-V ditentukan berdasarkan ada/tidaknya tanda bahaya yaitu : a. Renjatan/ syok b. Letargis c. Diare, Muntah dan atau dehidrasi. ( Buku Bagan dan Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk )

4. ASUHAN GIZI BALITA

Gizi buruk tanpa komplikasi dan tanda bahaya dapat dirawat jalan melalui Klinik Gizi Puskesmas / Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM), diberi pengobatan dan makanan padat gizi / energi serta konseling gizi seminggu sekali sampai dengan BB/TB-PB > -2 SD atau anak mengalami kenaikan berat badan 15-20% dari berat badan terendah pada saat pemeriksaan status gizi. Pada umumnya anak membaik dalam waktu 17 minggu. Penanganan balita gizi buruk tanpa komplikasi adalah sebagai berikut : a Pemberian PMT Pemulihan yang padat gizi dengan kandungan energi 500 kkal selama 10 minggu a Penyuluhan gizi dan demo cara penyiapan sampai pemberian makanan pemulihan gizi yang padat gizi a Konseling pemberian makanan bayi dan anak (ASI, PMT, MP-ASI) a Memantau penambahan BB dan pemeriksaan klinis setiap minggu, TB/ PB dieriksa setiap bulan oleh tenaga kesehatan. a Memberikan stimulasi tumbuh kembang melalui BKB, atau Pos PAUD bila memungkinkan. a Bila pertambahan BB < 50 g/kg BB perminggu dalam 3 minggu terakhir atau ada gejala sakit, Rujuk ke Puskesmas TFC/RS untuk pengobatan penyakit dan pemeriksaan lanjut.

56

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Mengobati infeksi

Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro

Memberikan makanan stabilisasi & transisi

Memberikan makanan tumbuh kejar

Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang

5

6

7

8

9

Mencegah & mengatasi dehidrasi

3

Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit

Mencegah & mengatasi Hipothermia

2

4

Mencegah & mengatasi Hipoglikemia

1

Tindakan

Tanpa Fe

Stabilisasi H 1— 2

Transisi H 3—7

4. ASUHAN GIZI BALITA

No

Rehabilitasi mg 2—6

+ Fe

Tindak Lanjut mg 7

2.3 Sepuluh langkah dalam Tatalaksana Anak Gizi Buruk Tabel 4 . Sepuluh Langkah Tata laksana Anak Gizi Buruk

PENANGANAN GIZI BURUK

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

57

PENANGANAN GIZI BURUK a. Mengatasi / Mencegah Hipoglikemia Hipoglikemia bila kadar glukosa darah < 3 mmol/liter atau < 54 mg/dl. Tabel 5. Cara Mengatasi Hipoglikemia

4. ASUHAN GIZI BALITA

TANDA

CARA MENGATASI

SADAR (TIDAK LETARGIS

• Berikan larutan Glukosa 10% atau larutan gula pasir 10% Secara oral atau atau NGT (bolus) sebanyak 50 ml

TIDAK SADAR (LETARGIS)

• Berikan larutan Glukosa 10% secara intravena (iv) (Bolus) sebanyak 5 ml/kgBB • Selanjutnya berikan larutan Glukosa 10% atau larutan gula pasir 10% secara oral atau NGT (Bolus) sebanyak 50 ml

RENJATAN (SYOK)

• Berikan cairan intravena (iv) berupa Ringer Laktat dan Dextrosa/Glukosa 10% dengan perbandingan 1:1 (RLG 5%) sebanyak 15 ml /kgBB selama 1 jam pertama atau 5 tetes/ menit/kgBB • Selanjutnya berikan larutan Glukosa 10% secara intravena (iv)(Bolus) sebanyak 5 ml/kg BB

b. Mengatasi/Mencegah Hipotermia Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh aksiler <36,0 0C (Ukur selama 5 menit). Pada keadaan Hipotermia cadangan energi anak gizi buruk sangat terbatas sehingga anak tidak mampu memproduksi panas untuk mempertahankan suhu tubuh. Menghangatkan tubuh merupakan upaya untuk menghemat cadangan energi.

58

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

9.

8.

7.

6.

Tutuplah tubuh anak termasuk kepalanya. Hindari adanya hembusan angin di dalam ruangan perawatan Pertahankan suhu ruangan sekitar 25 - 30 oC. Usahakan agar anak tetap diselimuti pada malam hari. Jangan membiarkan anak tanpa baju terlalu lama pada saat tindakan pemeriksaan dan penimbangan. Usahakan tangan dari pemberi perawatan pada saat menangani anak gizi buruk dalam keadaan hangat. Segeralah ganti baju atau peralatan tidur yang basah oleh karna air kencing atau keringat atau sebab-sebab yang lain. Bila anak baru saja dibersihkan tubuhnya dengan air, segera keringkan dengan sebaik-baiknya. Jangan menghangati anak dengan air panas dalam botol, hal ini untuk menghindari bila ibu anak/pengasuh lupa membungkus botol dengan kain akan menyebabkan kulit anak terbakar.

1. Bila suhu <36 oC harus dilakukan tindakan menghangati untuk mengembalikan lagi suhu tubuh anak. 2. Pemanasan suhu tubuh anak yang hipotermia adalah dengan cara “kanguru”, yaitu dengan mengadakan kontak langsung kulit ibu dan kulit anak untuk memindahkan panas tubuh ibu kepada tubuh anak dan anak digendong serta diselimuti seluruh tubuhnya. 3. pemanasan tubuh anak juga dapat dilakukan dengan menggunakan lampu . Lampu harus diletakkan 50 cm dari tubuh anak. 4. Suhu tubuh harus dimonitor setiap 30 menit untuk memastikan bahwa suhu tubuh anak tidak terlalu tinggi akibat pemanasan. 5. Hentikan pemanasan bila suhu tubuh sudah mencapai 37 oC

Cara untuk memulihkan penderita gizi buruk yang mengalami hipotermia adalah:

Keadaan ini pada anak gizi buruk dapat dengan mudah jatuh pada hipotermia, cara untuk mempertahankan agar tidak hipotermia adalah:

4. ASUHAN GIZI BALITA

1. 2. 3. 4. 5.

Suhu tubuh <36 oC

Suhu tubuh 36-37,0 oC

Tabel 6. Cara mencegah dan mengatasi Hipotermia

PENANGANAN GIZI BURUK

59

PENANGANAN GIZI BURUK c. Mengatasi/mencegah Dehidrasi Untuk menentukan adanya dehidrasi pada anak gizi buruk dapat digunakan 4 tanda utama yaitu letargis, anak haus, mata cekung dan kembalinya cubitan/turgor kulit perut lambat. Tanda dehidrasi lain yang mungkin ditemukan adalah anak gelisah dan rewel, tidak ada air mata, mulut dan lidah kering, diuresis berkurang. Tidak mudah menentukan dehidrasi pada anak gizi buruk, karena letargis, mata cekung dan kembalinya cubitan/turgor kulit perut lambat sering ditemukan pada anak gizi buruk. Tabel 7. Tanda Dehidrasi Tabel 7. Tanda Dehidrasi

4. ASUHAN GIZI BALITA

NO

Letargis

2

Anak gelisah dan rewel Tidak ada air mata Mata cekung

3 4

5 6

7

60

TANDA

1

Mulut dan lidah kering Haus

Kembalinya cubitan/turgor kulit lambat

CARA MENENTUKAN Tampak mengantuk, lemas, tidak waspada, tidak tertarik terhadap kejadian sekitar Tampak gelisah dan rewel terutama bila disentuh/ditangani untuk suatu tindakan Tidak terlihat air mata saat anak menangis Tanya ibu : mata cekung tersebut memang seperti biasanya ataukah baru beberapa saat timbulnya (mata anak gizi buruk tampak cekung, mirip tanda dehidrasi) Raba dengan jari yang kering dan bersih untuk menentukan apakah lidah dan mulutnya kering Lihat, apakah anak ingin meraih cangkir saat melihat atau diberi minum. Saat minuman itu disingkirkan atau habis, apakah anak tampak masih ingin minum? Gunakan ibu jari dan jari telunjuk saat mencubit kulit perut bagian tengah antara umbilicus dan sisi perut. Posisikan tangan anda sejajar/lurus dengan garis tubuh, bukan melintang. Tarik lapisan kulit dan jaringan bawah kulit pelan-pelan. Cubit selama 1 detik dan lepaskan. Jika kulit masih terlipat ( belum kembali rata selama > 2 detik), dikatakan turgor lambat. ( catatan : turgor biasanya lambat pada anak ”wasting” walaupun tidak dehidrasi)

Cara mencegah dan mengatasi dehidrasi : Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS Beri ReSoMal ( Rehydration Solution for Malnutrition ), yang terbuat dari oralit yang diencerkan, gula pasir dan larutan elektrolit/mineral

PENANGANAN GIZI BURUK Cara mencegah dan mengatasi dehidrasi : Beri ReSoMal ( Rehydration Solution for Malnutrition ), yang terbuat dari oralit yang diencerkan, gula pasir dan larutan elektrolit/mineral mix. Oralit : Pemberian oralit pada anak gizi buruk harus diencerkan 2 (dua) kali agar kadar Natrium menjadi lebih rendah untuk menghindari terjadinya retensi air, edema dan gagal jantung. Gula : Untuk menambah energi dan mencegah hipoglikemia Larutan elektrolit/mineral mix : Untuk mengatasi gangguan keseimbangan elektrolit dan mineral seberti kalium, magnesium, cuprum dan seng/Zinc

d. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit Pada anak gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Tubuh anak gizi buruk relatif mengandung kadar natrium (Na) lebih tinggi dan kalium (K) lebih dibanding anak normal. Karena itu pemberian cairan tidak boleh yang mengandung Na tinggi dan harus mendapat tambahan K. Untuk mengatasi gangguan keseimbangan elektrolit tersebut, diberikan mineral mix yang dicampurkan ke dalam formula khusus ( F75, F100) dan ReSoMal. e. Obati/cegah infeksi Anak Gizi Buruk rentan terhadap infeksi karena daya tahan tubuhnya menurun sehingga perlu diberi antibiotika walaupun seringkali gejala infeksi tidak nyata. Bila gejala infeksi tidak nyata, berikan kotrimoksasol. Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

61

4. ASUHAN GIZI BALITA

Bila larutan elektrolit/mineral mix tidak tersedia, sebagai alternatif atau pengganti ReSoMal dapat dibuat cairan pengganti ReSoMal.

PENANGANAN GIZI BURUK Bila ditemukan adanya infeksi atau komplikasi ( renjatan, hipoglikemia, hipotermia, dermatosis, infeksi saluran nafas atau infeksi saluran kencing atau letargis/tampak sakit, dsb) maka diberikan gentamisin iv atau im ditambah dengan ampisilin iv atau im selama 2 hari dan dilanjutkan dengan amoksilin atau ampisilin oral selama 5 hari ( dosis lihat tabel ). Apabila anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, makan ditambahkan kloramfenikol iv atau im (25 mg/kg BB/kali) setiap 8 jam selama 5 hari. Bila anak diperkirakan menderita meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan. Bila ternyata menderita meningitis purulenta, kloramfenikol diberikan 25 mg/kgBB/kali) setiap 6 jam sampai 10 hari. Gentamisin diberikan apabila diuresis sudah normal (1-2 ml/kgBB/jam) f. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro

4. ASUHAN GIZI BALITA

Setiap anak gizi buruk umumnya mengalami kekurangan zat gizi mikro, sehingga perlu diberi vitamin dan mineral. Kekurangan vitamin dapat diberikan multivitamin. 1). Vitamin B (B1, B2, B6, B12) Gejala klinis kekurangan vitamin B (B1, B2, B6, B12) sebagai berikut: a. Tidak ada kenaikan berat badan dan postur tubuh lebih kecil dari anak yang sehat (defisiensi vitamin B1) b. Diare ( defisiensi vitamin B1, B12) c. Stomatitis angularis : pada sudut mulut terdapat maserasi dan retak-retak/fisura (defisiensi B2, B6) d. Glositis : lidah berwarna merah muda dan licin karena hilangnya struktur papil lidah (defisiensi vitamin B2,B6,B12) e. Dermatosis seboroik: perubahan kulit berupa luka seboroik pada lipatan nasolabium, sekitar hidung, daun telinga dan kelopak mata. Kadang-kadang dermatitis pada tangan, sekitar vulva, anus dan perineum (defisiensi vitamin B2, B6) f. Anemia dengan gangguan pembentukan/proses pematangan eritrosit (defisiensi vitamin B12) 62

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GIZI BURUK g. Perubahan pada mata sehingga menimbulkan fotofobia, lakrimasi berlebihan, rasa panas dan pusing (defisiensi vitamin B2) 2) Vitamin C Vitamin C diperlukan untuk pembentukan zat kolagen oleh fibroblast hingga merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan : a. penyakit skorbut b. gangguan pertumbuhan c. perdarahan kapiler d. gangguan pematangan eritrosit d. gangguan pematangan eritrosit e. gangguan pembentukan tulang dan dentin e. gangguan pembentukan tulang dan dentin f. gangguan dalam respirasi f. gangguan dalam respirasijaringan jaringan Tabel Dosis Pemberian Vitamin Tabel 8. 8. Dosis Pemberian Vitamin

Asam Folat Vitamin B kompleks

Dosis BB < 5 kg : 50 mg/hari ( 1 tablet) BB ≥ 5 kg : 100 mg/hari Hari I : 5 mg/hari Selanjutnya 1 mg/hari 1 tablet/hari

3) Vitamin A 3) Vitamin A Khusus Vitamin A diberikan satu kali pada hari pertama saja, kecuali disertai kelainan mata akibat KVA Khususbila Vitamin A diberikan satu kali pada pada hari pertama saja, kecuali bila disertaivitamin kelainanApada mata akibat KVA (Xeroftalmia), (Xeroftalmia), diberikan juga pada hari ke-2 danvitamin ke-15,A diberikan padausia hari ke-2 dan ke-15, dengan dosis sesuai usia dengan dosisjuga sesuai 4) Asam folat 4) Asam folat Asam folat diberikan 5 mg pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/ Asam folat diberikan 5 mg pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/hari hari 5) Zat besi atau Fe Zat besi atau Fe baru boleh diberikan pada fase rehabilitasi walaupun anak menderita anemia, karenaGIZI bila diberikan pada Buku Saku ASUHAN DI PUSKESMAS 63 fase sebelumnya dikhawatirkan belum cukup protein untuk

4. ASUHAN GIZI BALITA

Jenis Vitamin Vitamin C

PENANGANAN GIZI BURUK 5) Zat besi atau Fe Zat besi atau Fe baru boleh diberikan pada fase rehabilitasi walaupun anak menderita anemia, karena bila diberikan pada fase sebelumnya dikhawatirkan belum cukup protein untuk mengikat Fe yang diserap sehingga mengakibatkan adanya Fe bebas dalam darah. Fe bebas ini bersifat sebagai radikal bebas yang dapat merusak dinding sel serta memperberat infeksi yang ada karena merupakan makanan kuman. Dosis Fe yang diberikan 1-3 mg Fe elemental/kgBB/hari. g. Pemberian makanan untuk fase stabilisasi dan transisi

4. ASUHAN GIZI BALITA

Anak gizi buruk mengalami gangguan metabolisme dan fungsi organ, khususnya sistem pencernaan, hati dan ginjal. Sistem pencernaan anak gizi buruk mengalami gangguan karena terjadinya atrofi mukosa usus sehingga produksi enzim pencernaan berkurang, khususnya enzim laktase. Oleh karena itu, perlu diberi makanan khusus pada fase stabilisasi berupa Formula 75 dengan ketentuan sebagai berikut : 1). Energi

: 80-100 kkal/kgBB/hari

2). Protein

: 1 – 1,5 g/kgBB/hari

3). Cairan

: 130 ml/kgBB/hari , atau 100 ml/kgBB/hari bila ditemukan edema berat

Fase Stabilisasi bertujuan untuk menstabilkan kondisi anak dan bukan untuk menaikkan berat badan Pada fase transisi diberikan Formula 100 dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Energi

: 100 – 150 kkal/kgBB/hari

2) Protein

: 2 -3 g/kgBB/hari

Umumnya pada fase ini mulai terjadi kenaikan berat badan Pemberian makanan pada penderita gizi buruk dibagi dalam 4 fase, yaitu: Fase Stabilisasi, Fase Transisi, dan Fase Rehabilitasi, kemudian dilanjutkan dengan fase pemberian makanan pada fase tindak lanjut. Pada fase stabilisasi (1-2 hari) perlu pendekatan yang sangat hati-hati, 64

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GIZI BURUK karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup hanya untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal. Teruskan pemberian ASI bila anak telah mendapat ASI, kemudian dianjurkan memberi Formula WHO 75 dengan menggunakan cangkir/ gelas. Bila anak terlalu lemah berikan dengan menggunakan Naso Gastric Tube (NGT) Pemberian Formula WHO 75 jadwal pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak :

Pada fase transisi hari pertama (I) dan hari ke dua (II) diberikan F 100 dengan dosis atau volume F75. Pada hari ke tiga (III) diberikan F 100 menggunakan dosis F 100 yaitu 100-150 cc/kg BB/hari. Selanjutnya 4 jam berikutnya dosis dinaikkan 10 ml secara bertahapdengan catatan tidak boleh melebihi dosis maksimum F 100. Pada hari ke empat (IV) F 100 diberikan tiap 4 jam dengan dosis tidak boleh melebihi dosis maksimal F 100. Bila F 100 sudah dapat dihabiskan, maka dapat dilajutkan memasuki fase pemberian makanan fase rehabilitasi. Pada Fase Rehabilitasi adalah fase pemberian makanan tumbuh kejar. Pemberian makanannya adalah diberikan F 100 dan diberikan pula makanan padat sesuai BB anak, yaitu : 1. BB < 7 kg, diberikan makanan bayi, mulai dari bubur saring, bubur susu, makanan lembik (nasi tim). 2. BB > 7 kg, dan berumur lebih dari 24 bulan diberikan makanan lunak atau makanan biasa. Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

65

4. ASUHAN GIZI BALITA

Pada fase stabilisasi pemberian formula setiap 2 jam sekali. Selanjutnya frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap 3 jam, . Pada hari ke 5 s/d hari ke 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam.Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu I). Fase akhir stabilisasi diberikan F75 dengan volume dosis F 100.

PENANGANAN GIZI BURUK Setelah memasuki fase rehabilitasi dan kenaikan BB sudah memenuhi syarat, penderita dapat dipulangkan dan segera memasuki pemberian makanan fase tindak lanjut. Tabel 9. Kebutuhan Zat Gizi Tiap Fase ZAT GIZI

ZAT GIZI Energi Energi Protein

Protein Cairan Mikronutrien

4. ASUHAN GIZI BALITA

FE TabletFe besi/folat (Fe SO4 200mg+0.25 mg asam Folat) SirupCairan besi (Fe SO4 150 ml) 1-3 mg elemental Vitamin A

Formula

STABILISASI

STABILISASI (hari ke 1-2) 100 kkal/kg 80-100 kkal/kgBB/hr BB/hr

100- kkal/kgBB/hr 150 100-150

1-1,5 gr/ 130 ml/kgBB/hr atau kgBB/hr 100 ml/kgBB/hr bila

2-3 gr/kgBB/ 150 ml/kgBB/hr hr

1-1.5 kkal/kgBB/hr

ada edema berat

Kkal/Kg BB/

2-3 hrgram/kgBB/hr

Tidak diberiTidak diberikan kan 130 ml/kgBB/ 150 ml/kg hr atau BB/hr 100 ml/kgBB/ Umur Dosis hr bila ada < 6 bln 50.000 SI (1/2 kapsul Biru) edema 100.000 SI (1 kapsul Biru) F-756 - 11 bln F-100 1 - 5 tahun

Vitamin lain:

FASE TRANSISI TRANSISI (hari ke 3-7)

200.000 SI (1 kapsul Merah)

REHABILITASI

REHABILITASI (minggu ke 2-6) 150-220 kkal/ 150-220 kkal/kgBB/hr kgBB /hr 4-6 gram/kgBB/hr

4-6 gr/kgBB /hr

150-200 ml/kgBB/hr

Beri tiap hari selama 4 minggu Diberikan untuk anak umur 6 bulan samapai 5 tahun

150-200 ml/Kg

Dosis lihat Buku 1 Hal. 16 BB/hr

Penderita Xerophthalmia

F-100 dan Lihat Buku II hal.MP6 ASI / makanan padat gizi

Lakukan pemantauan dan pencatatan terhadap : BB < 5 kg: 50 mg/hari (1 tablet) BB ≥ 5 kg: 100 mg/hari (2 tablet) Jumlah yang diberikan dan sisanya Banyaknya muntah Asam folat 5 mg/hari pada hari pertama, selanjutnya 1 mg/hari Vitamin B. Komplek 1 tablet/ hari Frekwensi dan konsistensi buang air besar Berat badan (harian) Vitamin C

Mineral Mix *) Zinc h. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar (catch up Kalium Natrium growth) Magnesium Cuprum Pada fase rehabilitasi terjadi replesi ( pemulihan )

jaringan tubuh sehingga diperlukan energi dan protein yang cukup, yaitu : *) Diberikan dalam bentuk larutan elektrolit/mineral, pemberiannya dicampurkan kedalam Resomal, F-75 dan F-100 a. Energi : 150 – 220 kkal/kgBB/hari (dosis pemberiannya lihat cara membuat Cairan ReSoMal dan Cara membuat larutan mineral mix, Buku II hal. 19) b. Protein : 4 – 6 g/kgBB/hari Makanan yang diberikan dapat berupa F 100 yang secara bertahap ditambah makanan padat ( BB < 7 kg diberikan makanan 66 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS bayi, ≥ 7 kg diberikan makanan anak )

PENANGANAN GIZI BURUK Lakukan pemantauan dan pencatatan terhadap : Jumlah yang diberikan dan sisanya Banyaknya muntah Frekwensi dan konsistensi buang air besar Berat badan (harian) h. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar (catch up growth) Pada fase rehabilitasi terjadi replesi ( pemulihan ) jaringan tubuh sehingga diperlukan energi dan protein yang cukup, yaitu : a. Energi

: 150 – 220 kkal/kgBB/hari

b. Protein

: 4 – 6 g/kgBB/hari

Makanan yang diberikan dapat berupa F 100 yang secara bertahap ditambah makanan padat ( BB < 7 kg diberikan makanan bayi, ≥ 7 kg diberikan makanan anak ) Pada fase tindak lanjut, pemberian makanan di rumah berupa makanan keluarga padat gizi dan PMT-P ( energi 350 kkal dan protein 15 g ) dan Petunjuk Teknis Tata Laksana Anak Gizi Buruk)

Contoh makanan fase rehabilitasi (Lihat Lampiran 5) Pemantauan fase rehabilitasi

Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan berat badan anak, yang dapat dilakukan dengan : 1. Menimbang anak setiap pagi sebelum diberi makan 2. Menghitung kenaikan berat badan setiap minggu dengan interpretasi: (a) Baik : bila kenaikan BB ≥ 50 g/KgBB/minggu, . selama 2 minggu berturut-turut, (b) Kurang : bila kenaikan BB < 50 g/KgBB/minggu, perlu reevaluasi secara menyeluruh.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

67

4. ASUHAN GIZI BALITA

Hati-hati over load cairan, lakukan pemantauan (lihat buku Bagan

PENANGANAN GIZI BURUK i. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang Pada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku. Keterlibatan keluarga terutama ibu sangat diperlukan dalam memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang anak. Oleh karena itu perlu diberikan petunjuk kepada orang tua dan keluarga untuk memberikan stimulasi perkembangan anak dengan penuh kasih sayang, sambil bermain, bernyanyi dan menciptakan suasana yang menyenangkan Stimulasi diberikan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak terhadap empat aspek kemampuan dasar anak yaitu kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Stimulasi terstruktur dilakukan secara intensif setiap hari selama 15-30 menit 4. ASUHAN GIZI BALITA

j. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah Persiapan untuk tindak lanjut di rumah dapat dilakukan sejak anak dalam perawatan, misalnya melibatkan ibu dalam kegiatan merawat anaknya Anak dapat dipulangkan bila : 1) Edema sudah berkurang atau hilang, anak sadar dan aktif, nafsu makan baik. 2) BB/TB-PB > -3 SD (Z-score) 3) Komplikasi sudah teratasi 4) Ibu sudah memahami cara merawat anaknya dan mendapat konseling gizi Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah setelah anak dipulangkan. Anjurkan untuk kontrol teratur setelah pulang, 1x / minggu pada bulan pertama, 1 atau 2 kali perminggu pada bulan kedua, selanjutnya 1x / bulan sampai 6 bulan atau lebih. Selain itu dianjurkan juga untuk melangkapi imunisasi dasar ataupun ulangan sesuai program PPI (Program Pengembangan Imunisasi) 68

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

4. ASUHAN GIZI BALITA

k. Skema langkah-langkah Sederhana Penanggulangan Balita Gizi Buruk dalam Berbagai Kondisi Klinis

PENANGANAN GIZI BURUK

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

69

PENANGANAN GIZI BURUK

4. ASUHAN GIZI BALITA

KONDISI : I Jika Ditemukan Renjatan (syok) Letargis Muntah dan/diare/ dehidrasi Rencana I pd halaman: 8-9 (Buku I Tata Laksana Gizi Buruk)

Dosis F 75 untuk 12 Jam Berikutnya (sisa volume 12 jam pertama) 68

70

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GIZI BURUK KONDISI : II Jika Ditemukan Letargis Muntah dan/diare/ dehidrasi Rencana II pd halaman: 10 (Buku I Tata Laksana Gizi Buruk)

4. ASUHAN GIZI BALITA

Dosis F 75 untuk 12 Jam Berikutnya (sisa volume 12 jam pertama)

69

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

71

PENANGANAN GIZI BURUK

4. ASUHAN GIZI BALITA

KONDISI : III Jika Ditemukan Muntah dan/diare/ dehidrasi Rencana III pd halaman: 11 (Buku I Tata Laksana Gizi Buruk)

Dosis F 75 untuk 12 Jam Berikutnya (sisa volume 12 jam pertama)

70

72

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GIZI BURUK KONDISI : IV Jika Ditemukan Letargis Rencana IV pd halaman: 12 (Buku I Tata Laksana Gizi Buruk)

4. ASUHAN GIZI BALITA

Dosis F 75 untuk 12 Jam Berikutnya (sisa volume 12 jam pertama)

71

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

73

PENANGANAN GIZI BURUK

4. ASUHAN GIZI BALITA

KONDISI : V Jika tidak ditemukan Renjatan (syok), Letargis Muntah dan/diare/ dehidrasi Rencana V pd halaman: 13

Dosis F 75 untuk 12 Jam Berikutnya (sisa volume 12 jam pertama)

72

74

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GIZI BURUK Hal penting yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan selama fase Stabilisasi : Kurangi pemberian F-75 sesuai dengan kebutuhan kalori minimal pada fase stabilisasi (lihat Buku Tata Laksana Gizi Buruk) bila ada tanda bahaya sebagai berikut : 1. Denyut nadi dan frekuensi nafas meningkat, atau 2. Vena Jugularis terbendung, atau 3. Edema meningkat, misal : kelopak mata membengkak (Keterangan tentang tanda bahaya No. 1 dapat dilihat pada Buku II )

a) Evaluasi setelah 1 jam bila membaik lanjutkan Rencana sampai selesai, diteruskan Pemberian cairan dan makanan untuk tumbuh kejar. b) Bila tidak membaik, kemungkinan gagal jantung tangani sesuai kondisi atau rujuk.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

75

4. ASUHAN GIZI BALITA

Usahakan pemberian ReSoMal dan F-75 secara Oral, bila tidak habis sisanya diberikan lewat NGT, atau kalau tidak bisa lewat Oral berikan semua lewat NGT. (sesuai dengan kondisi anak)

PENANGANAN GIZI BURUK Vena Jugularis

Arteria carotis

4. ASUHAN GIZI BALITA

Musculus sternocleidomastoideus

Vena Jugularis

Penanda bendungan vena jugularis menunjukkan tanda bahaya Pada penderita KEP berat yang mengarah pada kegagalan jantung kongestif terutama jantung kanan.

74

76

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN

F-75 pada Buku I Hal. 23-24,

sampai mencapai volume minimum pada

tabel F100.

4. ASUHAN GIZI BALITA

3. Asuhan Gizi Penanganan Gangguan Pertumbuhan Gangguan pertumbuhan jika dibiarkan dapat menjadi gizi buruk, dapat terjadi saat anak masih aktif, mau makan dan bergizi baik. Di dalam penilaian pertumbuhan, aspek yang dinilai adalah arah garis pertumbuhannya dan bukan letaknya. Kriteria gangguan pertumbuhan adalah jika terjadi 2T yaitu 2 bulan atau lebih pertumbuhan TIDAK NAIK. Anak disebut Naik (N), bila grafik BB mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan BB sama atau lebih dengan Kenaikan BB Minimal (KBM) . 75

23-24,

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS sampai mencapai volume minimum pada Catatan :

77

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN

C. Asuhan Gizi Penanganan Gangguan Pertumbuhan Gangguan pertumbuhan jika dibiarkan dapat menjadi gizi buruk, dapat terjadi saat anak masih aktif, mau makan dan bergizi baik. Di dalam penilaian pertumbuhan, aspek yang dinilai adalah arah garis pertumbuhannya dan bukan letaknya. Kriteria gangguan pertumbuhan adalah jika terjadi 2T yaitu 2 bulan atau lebih pertumbuhan TIDAK NAIK. Anak disebut Naik (N), bila grafik BB mengikuti garis pertumbuhan atau kenaikan BB sama atau lebih dengan Kenaikan BB Minimal (KBM) . Disebut Tidak Naik (T), bila grafik BB mendatar atau menurun memotong garis pertumbuhan dibawahnya atau kenaikan BB kurang dari KBM. (Lihat Lampiran 6 cara membaca arah garis pertumbuhan). 1. Analisis Penyebab Gangguan Pertumbuhan 4. ASUHAN GIZI BALITA

Gangguan pertumbuhan dapat disebabkan oleh banyak faktor, tetapi dapat dikelompokkan menjadi dua penyebab utama, yaitu faktor asupan makanan yang kurang dan faktor penyakit (Bagan 6). Faktor asupan makanan yang kurang akan menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh sehingga anak menjadi rentan terhadap berbagai penyakit. Anak yang sakit, dapat mengalami penurunan nafsu makan sehingga berkurang asupan makanan yang diterimanya. Sinergisme tersebut akan menyebabkan anak mengalami gangguan pertumbuhan dan akhirnya mengalami gizi buruk. Penyebab gangguan asupan makan berdasarkan aspek gizi adalah sebagai berikut : a. Anak tidak mau makan b. Tidak ada yang dimakan c. Pantang makanan (tidak boleh dimakan) d. Kualitas makanan rendah

78

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN Asupan zat gizi anak yang rendah, dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu karena sakit, akses terhadap makanan yang kurang dan pola asuh yang tidak tepat. Pola asuh yang tidak tepat salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan orang tua atau pengasuh. Pada umumnya masyarakat memberikan makanan pada anak umur 6-24 bulan berupa makanan yang rendah lemak, sehingga nilai energi anak menjadi rendah. Padahal WHO menganjurkan pemberian makanan yang mengandung lemak 30-45% dari total energi. Bagan 6 : Modifikasi Penyebab Gizi Salah dan Intervensi (Unicef, 1992)  

4. ASUHAN GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

79

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN 2. Asuhan Gizi Pada Anak Yang Mengalami Gangguan Pertumbuhan Penanganan gangguan pertumbuhan tergantung dari penyebabnya, yaitu faktor makanan, faktor penyakit dan faktor pola asuh. Tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani hambatan pertumbuhan berdasarkan tatalaksana gizi meliputi : a. Pemberian ASI eksklusif ASI adalah makanan terbaik untuk anak, sehingga dianjurkan memberikan ASI saja pada bayi kurang dari 6 bulan. Selanjutnya ASI tetap diberikan disertai pemberian MP ASI yang benar dan adekuat. Beberapa butir penting dalam pemberian ASI : a. ASI adalah makanan yang terbaik (Breastfeeding is the best) b. Pada umumnya ibu mampu memberi kecukupan ASI. 4. ASUHAN GIZI BALITA

c. Produksi ASI akan banyak jika payudara ibu sering disusu dan dikosongkan d. Bayi membawa cadangan energi dan cairan, sehingga bayi mampu bertahan 2-4 hari setelah lahir (WHO, 1989), atau dengan pernyataan lain yaitu bayi lahir dalam keadaan overhidrasi (Unicef 2007). Sementara ASI baru keluar pada hari ke 2 – 4, sehingga wajar jika BB bayi sedikit turun beberapa hari setelah lahir. e. ASI dapat memberikan rasa kenyang hanya 1,5 jam, sedangkan susu formula 3 jam. Pemberian susu formula akan menyebabkan bayi lama kenyang, sehingga produksi hormon prolaktin akan turun dan akibatnya produksi ASI menurun. Selain itu, pemberian susu formula akan menyebabkan bayi bingung puting. f. Tanda kecukupan ASI adalah : a) BB bayi turun tidak lebih dari 10%, dan kembali ke BB lahir paling lambat saat bayi umur 2 minggu. 80

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN b) Buang air kecil 5x atau lebih sehari c) Tumbuh sesuai jalur pertumbuhan dalam KMS g. Pemberian ASI saja, artinya ASI saja dapat mencukupi kebutuhan bayi, tetapi Jika bayi diberi minuman lain, dapat berakibat produksi ASI akan berkurang. b. Pemberian MP ASI Tumbuh kembang balita usia 6-24 bulan merupakan masa yang sangat mengkhawatirkan. King (1996) menyebutnya sebagai masa kritis (weaning period is critical period) dengan alasan: a. Pertumbuhan anak masih cepat, bahkan disertai dengan pertumbuhan cepat pada otak, tetapi makanan yang diberikan sering dengan kepadatan (densitas) energi dan gizi yang rendah, tetapi mengenyangkan atau makanan yang volumenya besar (bulky).

c. Anak sudah sering diajak keluar rumah, sehingga sangat tinggi kemungkinannya tertular penyakit d. Anak pada umur ini juga sudah jarang kontrol ke Posyandu karena imunisasinya hampir lengkap. WHO 2008, menganjurkan untuk memberikan makanan pada anak yang mengalami hambatan pertumbuhan, pendek, dan gizi kurang dengan asupan gizi yang dianjurkan yaitu : lebih rendah dari rekomendasi untuk anak penderita gizi buruk tetapi lebih tinggi dari anak gizi normal, dengan kalori sekitar 120-150 kkal/kg/BB atau dengan menghitung BB anak dibagi BB standar dikalikan Angka Kecukupan Gizi (AKG).

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

81

4. ASUHAN GIZI BALITA

b. Anak pada umur ini sering sakit karena kekebalan yang didapat dari ibu sudah habis.

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN Cara menghitung kebutuhan gizi : a. Menghitung BB ideal sesuai dengan TB/PB

Cara menghitung kebutuhan gizi : b. MenghitungBB kalori: BBsesuai ideal Xdengan kebutuhan energi a. Menghitung ideal TB/PB b. Menghitung BB ideal kebutuhanprotein energi c. Menghitungkalori: protein:BB ideal X kebutuhan c. Menghitung protein:BB ideal X kebutuhan Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk protein mencukupi kebutuhan makanan yang dianjurkan untuk mencukupi giziJenis anak bahan terdiri dari: kacang-kacangan, cerealia, padi-padian, ikan, kebutuhan gizi anak terdiri kacang-kacangan, cerealia, padi telur, daging, minyak, dandari: sebagainya. -padian, ikan, telur, daging, minyak, dan sebagainya.

Tabel 10 : Kebutuhan Energi dan protein menurut umur dan jenis

4. ASUHAN GIZI BALITA

Tabel 10 : Kebutuhan Energi dan protein menurut umur dan jenis kelamin kelamin . Umur (tahun)

Energi (kkal/ kgBB)

Protein (gr/ kgBB)

0-1 1-3 4-6 7-9 10-12

110-120 100 90 80 Laki-laki : 60-70 Perempuan : 50-60 Laki-laki : 50-60 Perempuan: 40-60

1,5-2,2 1,23 1,2 1 1 1 1 1

12-18

SumberSumber : Penuntun Diet Anak, 2001. : Penuntun Diet Anak, 2001. Pesan kunci praktek pemberian MP-ASI: a. Timbanglah anak setiap bulan :anak sehat, tambah umur, Pesanberat, kunci praktek tambah tambahpemberian pandai. MP-ASI: a. dan Timbanglah anak mendapat setiap bulanASI :anak sehat,2tambah tambah b. Bayi anak yang selama tahun umur, atau lebih, tambah akan berat, tumbuh kuat pandai. dan sehat serta berkembang dengan baik c. Bayi dan dan anakanak yang diberi MP-ASI 6 bulan b. Bayi yang mendapat ASImulai selamausia 2 tahun atau dan lebih,ASI akan terus tumbuh diberikan tumbuh dan berkembang dengan kuatakan dan sehat serta berkembang dengan baik baik d. Bubur MP-ASI yang kental mulai akanusia memberikan energi c. Bayi dan anak yangcukup diberi MP-ASI 6 bulan dan ASI terus lebih diberikan banyak akan bagi tumbuh anak daripada bubur dengan MP-ASI dan berkembang baikyang terlalu encer d. Bubur MP-ASI yang cukup kental akan memberikan energi lebih e. Makanan sumber hewani sangat untuk banyak bagi anak daripada buburbaik MP-ASI yanganak, terlaluagar enceranak tumbuh dan berkembang dengan baik

82

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN e. Makanan sumber hewani sangat baik untuk anak, agar anak tumbuh dan berkembang dengan baik. f. Kacang-kacangan seperti kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah, kacang hijau, kacang polong dan kacang lainnya serta hasil olahnya seperti tahu dan tempe adalah makanan yang abik buat anak. g. Sayuran dan buah berwarna hijau / kuning / merah membantu kesehatan mata anak dan meningkatkan daya tahan tubuh melawan penyakit h. Untuk pertumbuhan yang baik, anak membutuhkan 3 kali makan utama disertai makanan selingan dan berikan makanan yang beraneka ragam i. Seiring dengan pertumbuhan anak, jumlah makanan yang dibutuhkan meningkat j. Anak kecil perlu belajar cara makan : beri semangat dan bantú sepenuhnya dengan penuh kesabaran

c. Pemantauan : Terapi/edukasi ini berhasil jika pertumbuhan anak membaik, N1 (Naik bulan ke-1) atau N2 (Naik bulan ke-2). Jika dalam evaluasi masih T (TIDAK NAIK) maka perlu dikaji lagi : 1. Apakah masih terdapat masalah yang menjadi penyebab belum teratasi. 2. Apakah makanan sudah diberikan secara adekuat 3. Apakah kepadatan (densitas) energi sudah cukup 4 Apakah infeksi belum terdeteksi atau tertangani

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

83

4. ASUHAN GIZI BALITA

k. Bujuk anak untuk tetap makan dan minum selama sakit dan berikan makanan tambahan dalam masa pemulihan agar kesehatan anak pulih kembali.

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN d. Rekomendasi Makan untuk Anak Sakit dan Sehat 1. Umur 0 – 6 bulan a. Berikan ASI saja sampai anak berusia 6 bulan. Menyusui semau anak (on demand), setidaknya 8 kali sehari b. Jangan diberi makanan dan minuman lain. c. Jika anak terlihat masih lapar setelah menyusu, harus segera dilakukan konseling menyusui untuk membantu ibu dalam meningkatkan produksi ASI.

4. ASUHAN GIZI BALITA

d. Nilai kecukupan ASI (kenaikan berat badan cukup atau tidak)

84

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENANGANAN GANGGUAN PERTUMBUHAN Tabel. 11 Jumlah Bahan Makanan Untuk Anak ( 6 – 24 bln ) Setiap Kali Makan Usia 6 – 8 bln

9 -11 bln

ASI Makanan Lumat (biskuit, sayuran, daging dan buah yang dilumatkan,dl l) ASI Makanan lembik atau dicincang yang mudah ditelan anak Makanan selingan yang dapat dipegang anak diberikan diantara waktu makan lengkap Makanan Keluarga

ASI

Berapa Kali Sehari Usia 6 bulan Teruskan pemberian ASI, ditambah makanan lumat 2xsehari Usia 7– 8 bln : Teruskan pemberian ASI ditambah makanan lumat 3x sehari Teruskan Pemberian ASI Makanan lembik 3x sehari Makanan selingan 2 kali/ hari

Makanan keluar -ga 3x makan Makanan Selingan 2x sehari Teruskan pem berian ASI

Berapa Banyak Setiap Kali Makan Usia 6 bln : Pemberian makanan lumat 23 sendok makan Usia 7-8 bln : pemberian makanan lumat secara bertahap bertambah hingga mencapai ½ gelas atau 125 cc setiap kali makan 1/2 gelas / mangkuk atau 125 cc

4. ASUHAN GIZI BALITA

12–24 bln

Bentuk Makanan

¾ gelas nasi / penukar 1 potong kecil ikan/daging/ ayam/telur 1 potong kecil tempe/ tahu atau 1 sdm kacangkacangan ½ gelas sayur 1 potong buah ½ gelas bubur / 1 potong kue / 1 potong buah

Sumber : Modul Pelatihan Konseling MP-ASI, 2010 83

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

85

Catatan : 1. Pada usia 6-11 bulan ASI memenuhi lebih-kurang separuh kebutuhan gizi bayi 2. Pada usia 12-23 bulan ASI memenuhi lebih kurang 1/3 kebutuhan zat gizi bayi 3. Untuk anak sakit, berikan cairan/minum lebih banyak (ekstra) serta pemberian makan dengan jumlah lebih sedikit tapi sering 4. 1 mangkok = 250 ml 2. Umur 2 tahun atau lebih a. Berikan makanan keluarga 3 kali sehari

4. ASUHAN GIZI BALITA

b. Ditambah 2 kali snack bergizi Diet sehari-hari yang baik hendaknya mencukupi jumlah dan mutunya, padat energi (contoh : makanan sereal dengan ditambah minyak); daging, ikan, telur, sayur dan buah (WHO, 2005) .

CATATAN

86

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

BAB V

MASALAH GIZI PADA IBU HAMIL DAN IBU MENYUSUI A. Masalah Gizi pada Ibu Hamil Kehamilan adalah satu proses faali pada semua mamalia yang akan menjadikan awal kehidupan generasi berikutnya. Salah satu kebutuhan yang paling esensial untuk mendapatkan keturunan yang sehat adalah asupan gizi yang cukup, baik kuantitas maupun kualitas. Berdasarkan SK MenKes no 1593/SK/XI/2005 tentang anjuran AKG yang merujuk pada hasil WNPG 2004 bahwa kebutuhan ibu hamil rata-rata 1980-2200 kkalori per hari dan 67 gram protein.

Kurang energi kronis, anemia gizi besi dan GAKI pada ibu hamil membawa risiko terhadap gagal tumbuh pada janin, bayi lahir kurang (BBLR) dan ibu dapat mengalami perdarahan pada saat melahirkan. Bila tidak dikoreksi tepat waktu, keadaan ini akan mengakibatkan kematian ibu, kematian janin dalam kandungan dan bayi lahir mati.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

87

5. MASALAH GIZI BALITA

Masalah gizi pada ibu hamil yang sering dijumpai di masyarakat adalah kurangnya asupan gizi yang mengakibatkan ibu menderita Kurang Energi Kronis (KEK) yang ditandai dengan hasil pengukuran lingkar lengan atas (LLA) < 23,5 cm. Selain kurang energi dan protein, masalah lain yang sering dijumpai pada ibu hamil adalah kekurangan vitamin dan mineral, antara lain kekurangan asam folat, zat besi, zat seng dan yodium. Manifestasi dari kekurangan vitamin dan mineral tersebut adalah anemia gizi besi, GAKI dan rentan terhadap penyakit infeksi.

GIZI SEIMBANG PADA IBU HAMIL 1. Gizi Seimbang pada Ibu Hamil Dampak kekurangan Gizi pada ibu hamil secara umum akan menimbulkan kerugian sebagai berikut : Pengaruh Pada Ibu Hamil : a. Ibu lemah & kurang nafsu makan b. Perdarahan dalam masa kehamilan c. Kemungkinan terkena infeksi tinggi d. Anemia ( kurang darah ) Hb < 11 g /dL Pengaruh Pada janin yang dikandungnya : a. Keguguran b. Bayi lahir mati c. Cacat bawaan d. Anemia pada bayi e. Berat badan lahir rendah f. Keadaan umum kesehatan bayi baru lahir kurang

5. MASALAH GIZI BALITA

Pengaruh pada Saat Persalinan : a. Persalinan sulit b. Persalinan sebelum waktunya ( prematur) c. Perdarahan setelah persalinan d. Persalinan dengan operasi cenderung meningkat Karena itu maka pada ibu hamil harus menjaga pola makan seimbang selama kehamilan dengan tujuan : a. Menjaga kesehatan ibu hamil b. Untuk kesehatan janin yang dikandung c. Persiapan persalinan. d. Untuk pemulihan pasca melahirkan

88

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Asam folat : 100% Mg : 14% Ca : 50% Se : 18% Fe : 200 – 300% I : 17% Vitamin D : 100% Zn : 25%KRONIK (KEK) KEKURANGAN ENERGI Vitamin E : 25% Vit C : 17% Vitamin K : 8% Vit B1 : 36% Peningkatan kebutuhan zat gizi Riboflavin pada Ibu: 23% hamil: B6 : 27% Niacin Pola Makan : 13% Pedoman Ibu Hamil untuk mendapatkan Gizi Seimbang, Pedoman Pola Makan Ibu Hamil untuk mendapatkan Gizi terdapat pada terdapat tabel 12 di bawah ini12 : di bawah ini : Seimbang, pada tabel Tabel 12.Makan Polasecara Makan secara Umum untuk Memperoleh Tabel 12. Pola Umum untuk Memperoleh Gizi Seimbang pada Ibu Gizi Hamil. Seimbang pada Ibu Hamil. IBU HAMIL BAHAN MAKANAN Nasi Ikan Tempe Sayuran Buah Gula Susu Air

WANITA DEWASA TIDAK HAMIL

Tribulan I

Tribulan II

3 ½ Piring 1 ½ Potong 3 Potong 1 ½ Mangkok 2 Potong 5 sdm 4 Gelas

3 ½ piring 1 ½ Potong 3 Potong 1 ½ Mangkok 2 Potong 5 sdm 1 Gelas 4 Gelas

4 Piring 2 Potong 4 Potong 3 Mangkok 2 Potong 5 sdm 1 Gelas 6 Gelas

Tribulan III 3 Piring 3 Potong 5 Potong 3 Mangkok 2 Potong 5 sdm 1 Gelas 6 Gelas

2.1.2 Kekurangan EnergiKronik Kronik (KEK) Kekurangan Energi (KEK) a. Pengertian : a. Pengertian :

KEK adalah kurangnya asupan energi yang berlangsung lama/ KEK adalah kurangnya asupan energi yang berlangsung lama/ kronik. kronik.

b. Diagnosis :: b.

c. Tindakan : 87 Secara umum, diet pada ibu hamil dengan KEK adalah menambah porsi makanan lebih banyak atau lebih sering dari kebiasaan sebelum hamil dan istirahat lebih banyak, serta periksa antenatal secara teratur, untuk memacu peningkatan berat badan yang adekuat (Depkes RI, 1996).

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

89

5. MASALAH GIZI BALITA

Ibu Ibuhamil hamildengan denganukuran ukuranlingkar lingkarlengan lenganatas atas(LiLA) (LiLA) ≤ ≤23,5 23,5cmcm dinyatakan menderita menderita KEK KEK dinyatakan

KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) Tindakan yang harus dilakukan : 1).Ibu harus makan 1 porsi lebih banyak daripada biasanya, dan minum minimal 8 gelas sehari (1,5 sampai 2,0 liter) 2).Memberikan makanan tambahan dengan nilai kalori 500 kkal dan 17 gram protein setiap hari, selama minimal 3 bulan ( 90 hari ) 3).Waktu istirahat yang cukup pada siang hari 4).Konseling gizi kepada ibu hamil KEK dan keluarganya untuk menanamkan pengertian, memperbaiki sikap dan perilaku sehat bagi ibu, keluarga dan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya

5. MASALAH GIZI BALITA

d. Monitoring dan Evaluasi : 1) Pantau pertambahan berat badan dengan menimbang tiap bulan. Pertambahan berat badan ideal selama hamil adalah 10-12 kg, dengan distribusi : trimester I : + 1 kg trimester II : + 3 kg trimester III : + 6 kg 2) Jika pertambahan berat badan dalam 1 bulan mencapai 1 kg atau lebih, teruskan pemberian makanan tambahan sampai 90 hari. 3) Jika pertambahan berat badan dalam 1 bulan kurang dari 1 kg, lakukan tindakan berikut ini: Kaji ulang asupan gizi. Jika asupan makan ibu hamil tidak sesuai dengan anjuran karena faktor “kemiskinan”, upayakan bantuan pangan melalui program GAKIN yang ada (bila memungkinkan). Jika ibu tidak termasuk GAKIN, lakukan konseling dan pendampingan keluarga untuk meningkatkan kesadaran gizi. a. Tingkatkan makanan tambahan menjadi 2x lipat, sehingga kandungan gizi bertambah dalam makanan tambahan yang dikonsumsi menjadi 1000 kal dan 34 gram protein setiap hari selama 1 bulan. 90

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ANEMIA GIZI BESI b. Waktu istirahat ditambah lagi menjadi 2 jam pada siang hari. c. Pastikan adanya pertambahan berat badan yang diharapkan 1 bulan kemudian. 4) Jika dalam 1 bulan pertambahan berat badan masih tetap kurang dari 1 kg, segera dirujuk. Contoh menu ibu hamil KEK (Lihat Lampiran 7 halaman 232) 3 Anemia Gizi Besi a. Pengertian : Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah lebih rendah dari normal, sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk membentuk sel darah merah.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

91

5. MASALAH GIZI BALITA

b. Diagnosis: Nilai kadar Hemoglobin <11 gr/dl dengan menggunakan metode cyanmethemoglobin (sebagian besar Puskesmas masih menggunakan Sahli), namun hal ini kurang cocok untuk digunakan sebagai bentuk anemia spesifik zat besi. Diagnosa Anemia defisiensi Besi, WHO menetapkan kriteria sebagai berikut :

masih menggunakan Sahli), namun hal ini kurang cocok untuk digunakan sebagai bentuk anemia spesifik zat besi. ANEMIA GIZI BEZI Diagnosa Anemia defisiensi Besi, WHO menetapkan kriteria sebagai berikut : Tabel 13. Kriteria Anemia Gizi Besi menurut WHO. Tabel 13. Kriteria Anemia Gizi Besi menurut WHO. No. 1

Parameter Hemoglobin Laki-laki Dewasa

Anemia defisiensi Besi

Normal

< 13 gr/dl

15 g/dl

Wanita Dewasa (tidak hamil)

< 12 gr/dl

13 – 14 g/dl

Wanita Dewasa (hamil)

<11 gr/dl

12 g/dl

< 13%

32 -35%

2

MCHC

3

Serum Iron (SI)

< 50 ugr%

80 – 160 ugr%

4

TIBC

> 400 ugr%

250 -400 ugr%

5

Jenuh Transferin

< 15 %

30 -35%

6

Ferritrin Serum

< 12 ugr/l

12 – 200 ugr/l

5. MASALAH GIZI BALITA

90 WHO juga membuat kriteria derajat keparahan anemia pada kehamilan , dapat WHO juga membuat kriteria derajat keparahan anemia pada dilihat pada tabel 14. kehamilan , dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Derajat Keparahan padamenurut Ibu hamil Tabel 14. Derajat Keparahan Anemia Anemia pada Ibu hamil WHOmenurut WHO Kriteria Anemia Anemia Ringan

Kadar Hemoglobin 10 – 11 g/dl

Anemia Sedang

7 – 10 g/dl

Anemia Berat

< 7 g/dl

Penentuan anemia zat besi secara spesifik juga ditentukan dengan ukuran indek erytrosit dalam bentuk anemia hipokrom 92 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS mikrositer dengan kriteria sebagai berikut :

ANEMIA GIZI BEZI Penentuan anemia zat besi secara spesifik juga ditentukan dengan ukuran indek erytrosit dalam bentuk anemia hipokrom mikrositer dengan kriteria sebagai berikut : a. MCV (Volume sel rata-rata) : Nilai normal 70 -100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100 fl. b. MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam 1 eritrosit . Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan pg dan makrositik > 31 pg. c. MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rat-rata. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30-35% dan Hipokrom < 30%. Catatan : Pemeriksaan ini menjadi sangat penting pada Puskesmas yang sudah memiliki peralatan laboratotium yang lebih lengkap, terutama pada Puskesmas Perawatan. c. Tindakan: Anemia ibu hamil perlu ditangani segera melalui asupan gizi yang baik sesuai kebutuhan. Makanan yang harus dikonsumsi adalah yang kaya akan zat besi, tapi sebaiknya juga kaya protein. Contohya daging, ikan, telur, kacang-kacangan dan sayuran berwarna hijau yang mengandung vitamin dan mineral (Paath EF dkk., 2004). Jika kadar Hemoglobin (Hb) 9–10.9 g/100 ml, lakukan tindakan sebagai berikut: a) Ibu harus makan 1 piring lebih banyak dari biasanya dan minum minimal 8 gelas sehari (1,5 – 2,0 liter) b) Makan makanan sumber protein hewani dan Vitamin C setiap hari untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus dan pemanfaatan zat besi dalam tubuh c) Minum 1 tablet Fe (mengandung 60 mg elemental iron dan 0,025 mg asam folat) per hari selama 90 hari . Bagi ibu hamil yang berada di daerah endemis malaria perlu pertimbangan Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

93

5. MASALAH GIZI BALITA

1) Tindakan yang harus dilakukan:

ANEMIA GIZI BEZI khusus berdasarkan hasil anamnesis dan diagnosis gizi dan penyakit yang ditegakkan dengan baik 2) Dalam pemilihan bahan makanan tinggi zat besi, maka bahan makanan dibagi 2 yaitu :

a) Bahan makanan mengandung zat besi jenis heme : ini terdapat pada hemoglobin & mioglobin pada produk-produk hewani : daging ayam, ikan, hati dsb. Zat besi bentuk heme ini mudah diserap tubuh ± 25% dari zat besi yang dikandungnya. b) Bahan makanan mendung zat besi non heme ; ini banyak terdapat pada produk-produk makanan nabati seperti ; pada sayuran hijau (daun papaya, daun singkong, daun katu, daun mangkudu dsb) hanya saja nilai penyerapan dalam tubuh lebih sedikit dibandingkan dengan zat besi jenis heme yaitu sekitar 5% saja, untuk meningkatkan nilai serapan zat besi non heme diperlukan MFP (meat, fish, poultry) factor seperti ; daging, ikan dan daging dari unggas, tidak termasuk telur. 3) Prinsip-prinsip Pemberian makanan pada ibu hamil anemia defisiensi zat besi :

Diet tinggi zat besi : hati, ginjal, daging, kuning telur, buah-buahan kering, sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan 5. MASALAH GIZI BALITA

a. Pertimbangkan faktor bioavaibility bahan makanan tinggi zat besi , dimana tergantung pada simpanan Fe dalam tubuh, bentuk zat besi yang dikandung makanan (heme > non heme : 10-20% > 3 – 8%). MFP (meat, fish dan poultry)lebih besar penyerapannya. MFP meningkatkan penyerapan besi non heme, vitamin C , Ca, keasaman lambung. b. Pertimbangkan pula penghambat bioavailability zat besi : alkali, fosfat, serat, carbonat, phytat , oksalat, malabsorbsi syndrome, infeksi usus, kejenuhan deposit Fe dalam usus, bahan preserfatif makanan, (EDTA), reseksi usus lambung. 94

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ANEMIA GIZI BEZI c. Ingat pula bahwa protein merupakan komponen penting pembentukan darah. 4) Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan Zat Besi ( Fe )

Penyerapan zat besi sangat dipengaruhi oleh kombinasi makanan yang disantap pada waktu makan. a) Zat pemacu ( enhancers ) penyerapan zat besi ( Fe ) : (1) Vitamin C ( asam askorbat ) pada buah (2) Asam malat dan tartrat pada sayuran : wortel, kentang, brokoli, tomat, kobis, labu kuning (3) Asam amino cystein pada daging sapi, kambing, ayam, hati, ikan. (4) Suatu hidangan yang mengandung salah satu atau lebih dari jenis makanan tersebut akan membantu optimalisasi penyerapan zat besi.

b) Zat penghambat ( inhibitors ) penyerapan Fe : (a) Fitat pada dedak, katul, jagung, protein kedelai, susu coklat, dan kacang-kacangan (b) Polifenol ( termasuk tanin ) pada teh, kopi, bayam, kacangkacangan (c) Zat kapur/kalsium pada susu, keju

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

95

5. MASALAH GIZI BALITA

(5) Protein hewani maupun protein nabati tidak meningkatkan absorbsi tetapi bahan makanan yang disebut meat factor seperti daging, ikan, dan ayam walaupun dalam jumlah yang sedikit akan meningkatkan zat besi non hem yang berasal dari serealia dan tumbuh-tumbuhan. Jadi bila konsumsi makanan sehari-hari tidak ada bahan makanan tersebut di atas, maka absorbsi zat besi dari makanan sangat rendah. Perlu diketahui bahwa susu, keju dan telur tidak meningkatkan absorbsi zat besi.

DEFISIENSI ASAM FOLAT d. Monitoring dan Evaluasi 1) Periksa kadar hemoglobin setelah 3 bulan 2) Jika kadar Hb naik, teruskan makan 1 piring lebih banyak, konsumsi tablet Fe dan makan makanan sumber protein hewani tiap hari, sampai waktu melahirkan 3) Jika kadar Hb tidak naik, segera dirujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi e. Panduan penyusunan diet anemia Diet untuk ibu hamil anemia harus mengandung zat besi, asam folat dan vitamin B12 dalam jumlah cukup dan disesuaikan dengan tingkat penurunan kadar hemoglobin. Berikut adalah beberapa contoh bahan makanan yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin: 1) Kelompok makanan kaya akan zat besi, folat dan vitamin B12: tempe, ikan, udang, kerang-kerangan, hati dan daging merah dan lain-lain. 2) Kelompok makanan kaya protein: telur, ikan, susu, daging dan lain-lain.

5. MASALAH GIZI BALITA

3) Kelompok sayuran hijau: bayam, daun singkong, kangkung dan lain-lain. 4) Kelompok buah yang kaya vitamin C: jambu, jeruk atau tomat dan lain-lain. Contoh menu untuk ibu hamil dengan anemia (Lihat Lampiran 8 halaman 233 ) 4. Defisiensi Asam Folat Ibu hamil rentan menderita defisiensi asam folat, 24-60 % ibu hamil rentan menderita defisiensi asam folat. Asam folat disebut juga folasin yang berperan sebagai koenzim (pengaktif enzim sel tubuh manusia) dan bahan yang berperan dalam regenerasi sel tubuh manusia.

96

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DEFISIENSI ASAM FOLAT Defisiensi Asam folat pada ibu hamil dewasa ini banyak menimbulkan gangguan penutupan tulang tengkorak, sehingga bayi lahir tidak sempurna fisik. Kekurangan asam folat terjadi karena kurang konsumsi, gangguan penyerapan, kebutuhan meningkat misalnya; ibu hamil, pengaruh obat-obatan dan alcohol . Defisiensi asam folat berdampak pada : a. Gangguan metabolisme DNA (pembentukan sel tubuh) , terjadi perubahan morfologi (bentuk-bentuk) sel yg cepat membelah seperti: sel lambung, usus, vagina, servik(leher) rahim, gangguan saluran cerna. b. Menghambat pertumbuhan, anemia megaloblastik & gangguan darah lainnya, glositis (lidah Luka). a. Gejala Defisiensi Asam folat pada Ibu Hamil : 1) Kepekaan meningkat 2) Lelah berat 3) Insomnia 4) Kejang 5) Rest leg Syndrome 6) Anemia megaloblastik ( Diare, depresi, lelah berat, ngantuk berat, pucat dan perlambatan pada nadi).

5. MASALAH GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

97

DEFISIENSI ASAM FOLAT

Dampak lanjut

defisiensi asam folat pada ibu hamil a

Dampak lanjut defisiensi defisiensi asam asamfolat folatpada pada ibuhamil hamilakan aka Dampak lanjut b)menimbulkan Dampak lanjut asam folat pada ibu hamil ibu akan :defisiensi menimbulkan : menimbulkan : menimbulkan: Neural Tube Defect (NTD) Neural Tube Defect(NTD) (NTD) 1) Neural Tube Defect (NTD) Neural Tube Defect Dampak lanjut defisiensi asam folat pada ibu hamil akan Prematuritas 2) Prematuritas Prematuritas Prematuritas menimbulkan : 3) BeratBerat Badan Lahir Rendah Badan Lahir Rendah Berat Badan LahirRendah Rendah Neural TubeBadan Defect Lahir (NTD) Berat Prematuritas Berat Badan Lahir Rendah

5. MASALAH GIZI BALITA

Gambar 1. Dampak Defisiensi Folat Pada Ibu Gambar 1. Dampak Lanjut Lanjut Defisiensi Asam FolatAsam Pada Ibu Hamil Hamil Gambar 1. Dampak Lanjut Defisiensi Asam Folat

Pada Ibu Gambar 1. Hamil Dampak Lanjut Defisiensi Asam Folat Pada Ibu Untuk mencegah timbulnya defisiensi asam folat maka perlu dilakukan Hamil defisiensi Untuk mencegah folat makaAsam perlu Folat Pada Ibu Gambar 1.timbulnya Dampak Lanjutasam Defisiensi suplementasi asam folat :

dilakukan suplementasitimbulnya asam folat :defisiensi asam folat maka perlu Untuk mencegah Hamil 1) Suplementasi asam folat 28 sebelum ovulasi Suplementasi asam folat 28 sebelum ovulasi Untuk mencegah timbulnya asam folat maka perlu dilakukan suplementasi asamdefisiensi folat : 2) Pada kehamilan TI : 280 μg/hari, Pada kehamilan TI : 280 μg/hari, dilakukan suplementasi asam folat : 3) Pada kehamilan TIItimbulnya : 660 μg/harifolat Suplementasi 28 sebelum ovulasi Untuk mencegah defisiensi asam folat maka perlu Pada kehamilan TII :asam 660 μg/hari 4) PadaSuplementasi kehamilan TIII :470asam μg/harifolat 28 sebelum ovulasi Pada kehamilan TI : 280 μg/hari, Pada kehamilan TIII :470 μg/hari dilakukan suplementasi asam folat :

Pada kehamilan TI : 280 μg/hari,

PadaCDC kehamilan TII :folat 660 μg/hari Rekomendasi 1992:asam Suplementasi 28 sebelum ovulasi Pada kehamilan TII : 660 μg/hari Pada kehamilan TIII :470 μg/hari 1) Profilaksis 0,4 mg/hr untuk wanita dalam usia reproduksi Pada kehamilan TI : 280 μg/hari, :470 μg/hari 2) DosisPada 4 mg/hrkehamilan mulai 1 bulanTIII sebelum hamil sampai trimester I untuk Pada kehamilan TII : 660 μg/hari wanita dengan riwayat NTD

98

Pada kehamilan TIII :470 μg/hari

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

96

DEFISIENSI ASAM FOLAT

c) Sumber Asam Folat

1) Hati ayam, hati sapi, ginjal sapi, ikan kembung, ganggang laut, kepiting. 2) Ubi jalar, gandum, bungkil kacang tanah, asparagus, bayam, rumput laut kering, daun kacang, daun selada, kucai. 3) Kacang kedele, kacang hijau, kacang merah, pindakas. Anemia megaloblastik dalam kehamilan di sebabkan karena defisiensi asam folik (pteroylglutamic acid), jarang sekali karena defisiensi makanan. d) Pencegahan anemia megaloblastik

Pada umumnya asam folik tidak diberikan secara rutin, kecuali di daerah-daerah dengan frekwensi anemia megaloblastik yang tinggi. Apabila pengobatan anemia dengan besi saja tidak berhasil maka besi harus ditambah dengan asam folik, adapun teraphy yang dapat diberikan adalah : e) Terapi Pada Ibu hamil dengan Anemia Megaloblastik

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

99

5. MASALAH GIZI BALITA

a) Asam folik : 15-30 mg/hr b) Vitamin B 12 : 3 x 1 tab/hr c) Sulfas ferrosus : 3 x 1 tab/hr d) Pada kasus yang berat dan pengobatan peroral hasilnya lambat sehingga dapat diberikan transfusi darah.

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL 5. Asuhan Gizi pada Ibu Hamil dengan Penyakit terkait Kehamilan a. Hiperemesis Gravidarum 1) Pengertian Hyperemesis a) Keluhan mual,muntah pada ibu hamil yang berat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. b) Hyperemesis : muntah berlebih pada kehamilan c) Muntah pada usia kehamilan 2 atau 3 bulan pertama pada pagi hari terutama setelah makan “ morning sickness” d) Jika muntah 6 -10 kali sehari : “ hyperemesis “patologis ~ akan menimbulkan defisiensi :energi, protein, vitamin dan mineral elektrolit. 2) Penyebab : belum diketahui Diduga sebagai akibat dari : a) Perubahan aliran darah setelah tidur b) Hyperaktivitas Thyroid Glands c) Kondisi psikologis

5. MASALAH GIZI BALITA

3) Patofisologi Akibat mual muntah terus menerus akan menimbulkan dehidrasi dan elektrolit berkurang, sehingga timbul hemokonsentrasi, aseton darah meningkat dan dapat menimbulkan kerusakan pada liver. 4) Tingkat Keparahan Hiperemesis Gravidarum a) Tingkat 1, lemah,napsu makan menurun, BB mengalami penurunan,nyeri epigastrium, nadi meningkat,turgor kulit berkurang,tekanan darah sistolik menurun, lidah kering, mata cekung. b) Tingkat 2, apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit ikterik, kadang suhu sedikit meningkat, oliguria, aseton tercium dalam hawa pernafasan. 100

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL c) Tingkat 3,Keadaan Umum lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi lebih cepat, tekanan darah lebih turun. Komplikasi fatal ensefalopati Wernicke : nystagmus, diplopia, perubahan mental. Ikterik 5) Penanganan a) Edukasi tentang kehamilan b) Makan porsi kecil tapi sering c) Bangun pagi : makan ditempat tidur dengan roti atau biskuit dengan teh hangat. d) Makanan berminyak dan berbau dihindari, diusahakan tinggi glukosa e) Berikan sedativa seperti phenobarbital dan vitamin B complex f) Terkadang diperlukan terapi psikologik g) Jika dirawat di RS, berikan rehidrasi parenteral glukosa 5% dalam NaCl sebanyak 2-3 liter/24 jam h) Antasida jika ada keluhan gastritis dan kontrol asam lambung i) Jika kesadaran baik pasien tidak perlu dipuasakan

6) Prinsip Penyusunan Gravidarum

Diet

pada

Hyperemesis

a) Energi dan protein diberikan tinggi b) Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan c) Porsi makanan diberikan kecil dan frekuensi pemberian makanan diberikan sesering mungkin d) Bentuk makanan dipilih menu yang kering-kering tidak berair, mudah cerna dan ditoleransi. Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

101

5. MASALAH GIZI BALITA

Dengan penanganan yang baik keluhan akan berkurang, namun penyakit akan kambuh jika proses penyembuhan tidak berjalan dengan baik.

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL e) Makanan selingan sebaiknya diberikan makanan tinggi cairan guna memenuhi kebutuhan cairan, hanya saja perlu dihindari pemberian bersama dengan makan utama f) Diberikan supleman vitamin B6 dan B1 untuk menurunkan rasa mual g) Bentuk makanan harus menarik h) Jika hyperemesis makin berat perlu rawat inap di rumah sakit untuk koreksi cairan dan elektrolit. 7) Contoh Aplikasi diet hyperemesis Gravidarum Prinsipnya setiap petugas gizi bisa membuat standar sendiri untuk aplikasi diet hyperemesis di Puskesmas, namun jika ingin menggunakan acuan atau referensi yang ada bisa menggunakan standar diet yang digunakan di Instalasi RSCM untuk kemudahan, tetapi tidak mutlak karena asuhan gizi pada hyperemesis sangat individual, yang paling penting sesuai dengan kondisi diagnosa gizi yang terjadi pada pasien hyperemesis.

5. MASALAH GIZI BALITA

Contoh aplikasi standar diet Instalasi gizi RSCM : a) Tujuan diet : (1) Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis (2) Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup. b) Syarat diet : (1) Karbohidrat tinggi, yaitu 75 – 80 % dari kebutuhan energi total (2) Lemak rendah, yaitu ≤ 10 % dari kebutuhan energi total (3) Protein sedang, yaitu 10 – 15 % dari kebutuhan energi total (4) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7 – 10 gelas per hari

102

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL c) Diet Hiperemesis I Diet Hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis berat . Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1 -2 jam sesudahnya. Semua zat gizi pada makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan selama beberapa hari. d) Diet Hiperemesis II Diet Hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan energi e) Diet Hiperemesis III Diet Hiperemesis III diberikan kepada pasien dengan hiperemesis ringan. Sesuai dengan kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup energi dan semua zat gizi.

5. MASALAH GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

103

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL Tabel 15. Susunan Bahan Makanan Sehari Untuk Diet Hiperemesis Bahan Makanan

Diet Hiperemesis I Berat URT (g)

Diet Hiperemesis II Bera URT t (g)

Beras Roti Biskuit Daging Telur Ayam Tempe Sayuran Buah

120 700

150 80 20 100 50 50 150 400

Minyak Margarin Jam/sele Gula Pasir Susu

30 50 -

6 iris 7 ptg sdg 3 sdm 5 sdm

10 20 30 -

2 gls nasi 4 iris 2 bh 2 ptg sdg 1 btr 2 ptg sdg 1 ½ gls 4 ptg sdg pepaya 1 sdm 2 sdm 3 sdm -

Diet Hiperemesis III Berat (g) 200 80 40 100 50 100 150 400 10 20 20 200

URT 3 gls nasi 4 iris 4 bh 2 ptg sdg 1 btr 4 ptg sdg 1 ½ gls 4 ptg sdg pepaya 1 sdm 2 sdm 2 sdm 1 gls

5. MASALAH GIZI BALITA

Sumber : Penuntun Diet, RSCM, 2004 Sumber : Penuntun Diet, RSCM, 2004 Pre Eklampsia dan Eklampsia

Pre Eklampsia dan Eklampsia Salah satu kondisi serius dan dapat berakhir dengan Salah pada satu kondisi seriusadalah dan dapat dengan pada kematian ibu hamil pre berakhir eklampsia dankematian eklampsia. ibu hamil adalah pre eklampsia eklampsia.istilah Preeklampsia Preeklampsia dikenal dengan dan beberapa antara dikenal lain dengan beberapa istilah antara lainatau keracunan kehamilan keracunan kehamilan (toksemia) hipertensi yang(toksemia) terjadi hipertensi yang terjadi pada masa kehamilan. padaatau masa kehamilan.

104

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL 1) Pengertian Pre eklampsia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kejadian hipertensi, proteinuria, dan edema. Umumnya mulai timbul pada minggu ke 20 kehamilan. Gejala lainnya yang juga sering ditemukan adalah pusing, lelah, sakit kepala dan penambahan berat badan yang berlebihan dalam waktu pendek. Eklampsia Merupakan kelanjutan dari pre eklampsia yang tidak tertanggulangi secara baik yaitu semua gejala preeklampsia terjadi disertai dengan kejang, yang merupakan stadium akhir dari pre eklampsia. Salah satu faktor pencetus utama pre eklampsia adalah kurang gizi pada waktu hamil, adanya stres yang dihadapi ibu hamil seperti lingkungan tempat tinggal dan keadaan sosial-ekonomi yang kurang memadai, akan memperberat risiko pre eklampsia 2) Diagnosis 1) Subyektif : nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium. 2) Obyektif : a) Edema b) Proteinuria : ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 30 mg pada pemeriksaan tunggal, atau ≥ +1pada pemeriksaan dipstik ( carik celup )

Eklampsia : kelainan kehamilan yg ditandai 3 jenis TRIAS Utama : hipertensi, Oedema dan Proteinuria ditambah Konvulsi. Gejala : a) Sakit Kepala fontal b) Skotoma c) Diplopia d) Penglihatan kabur Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

105

5. MASALAH GIZI BALITA

c) Hipertensi : Sistolik >140 mmHg; Diastolik > 90 mmHg Pre-eklampsia : kehamilan yang ditandai 2 dari 3 jenis TRIAS Utama: hipertensi, Oedema dan Proteinuria

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL e) Nyeri epigastrium f) Mual & muntah g) Tekanan darah Tinggi h) Oedema, proteinuria i) Gelisah j) Kejang (konvulsi) k) Hipoalbuminemia, hipovolemia & hemoconcentrasi 4) Penatalaksanaan Setiap ibu hamil dianjurkan untuk makan makanan aneka ragam dengan gizi seimbang sesuai dengan ketersediaan pangan di lingkungan tempat tinggal dan berlatih untuk mengendalikan stres.

5. MASALAH GIZI BALITA

Selama ini gizi kurang pada ibu hamil belum dipahami sebagai pencetus utama terjadinya pre eklampsia. Dengan demikian, penanganan pre eklampsia hanya difokuskan kepada gejala yang tampak seperti pemberian diuretika, obat antihipertensi, diet rendah garam dan rendah protein untuk mengatasi edema, hipertensi dan proteinuria. Berdasarkan hasil penelitian terakhir, penanganan preeklampsia tidak lagi difokuskan hanya pada satu zat gizi saja seperti pemberian tablet kalsium atau tablet magnesium sulfat. Pendekatan yang baru bersifat holistik dengan pemberian semua zat gizi yang dibutuhkan sesuai dengan AKG yang dianjurkan, dalam bentuk makanan beraneka ragam dan gizi seimbang. 5) Tindakan yang harus dilakukan meliputi : a) Setiap kali kontak dengan ibu hamil lakukan pemeriksaan sebagai berikut: (1) Ukur tekanan darah (2) Ukur LiLA (3) Anamnesis gizi, tentukan besaran asupan zat gizi (4) Utamanya energi dan protein yang dikonsumsi ibu setiap hari. 106

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL b). Pastikan diagnosis apakah ada risiko pre eklampsia sebagai berikut: (1) Jika tensi meningkat dan asupan gizi kurang dari 2.200 Kal dan 67 gram protein, yang harus dilakukan adalah : (a) Obati pre eklampsia sesuai dengan pedoman yang ada (b) Lakukan konseling gizi untuk meningkatkan asupan energi dan protein agar mencapai AKG yaitu 2.200 kal dan 67 gram protein (c) Makan makanan yang mengandung kadar kalsium tinggi, kaya akan vitamin D dan protein seperti susu, telur, daging, ikan. Selain itu, sayuran berwarna hijau dan buah berwarna orange juga mengandung kalsium, vitamin D dan mineral, sehingga tidak boleh diabaikan dalam penyusunan menu sehari-hari (2) Jika ibu hamil KEK, tangani KEK sesuai langkah-langkah di atas (3) Jika ibu hamil mengalami stres, kurangi beban stres dengan mengajak berdiskusi sekitar 10-15 menit. Dengarkan keluhan ibu, tunjukkan rasa empati dan anjurkan kontrol setelah 2 minggu. 6). Monitoring dan Evaluasi Pasien segera dirujuk apabila : a) Keluhan bertambah banyak dan berat b) Tensi tidak dapat dikendalikan c) Anjuran makan tidak dipatuhi

Peran asuhan gizi pada pre eklampsia dan eklampsia sangat penting karena masalah gizi hampir selalu mengiringi ibu hamil yang menderita pre eklampsia maupun eklampsia. Ibu hami dengan status gizi kurang dan lebih (obesitas) ada kecenderungan mengalami pre eklampsia dan eklampsia. Kehilangan protein melalui urin harus diatasi dengan penggantian dari makanan sehari-hari. Pemberian suplemen protein pada beberapa penelitian tidak menurunkan gejala pre eklampsia dan eklampsia. Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

107

5. MASALAH GIZI BALITA

7) Terapi Diet

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL Disamping problem kehilangan protein pada pre eklampsia dan eklampsia sering terjadi gangguan metabolisme terkait zat gizi khususnya lemak, dimana pada penderita sering diikuti masalah gangguan profil lipid meliputi : penurunan kolesterol HDL, pengkatan Trigliserida,peningkatan kolesterol LDL, penigkatan small dense LDL. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian minyak ikan (eicosapentaenoic + docahexaenoic, pimrose oil ( γ linolenic acid) pada penderita pre eklampsia dan eklampsia menurunkan gejala pre eklampsia dan eklampsia sampai 31%. Dulu karena ada gejala oedema maka pre eklampsia dan eklampsia diberikan makanan rendah natrium.Dengan konsep terbaru hal ini menjadi tidak berlaku karena manfaatnya tidak ada dan gangguan yang terjadi akibat restriksi garam (Na) pada pre eklampsia dan eklampsia justru menimbulkan kerugian, sehingga saat ini diet rendah garam ketat tidak dianjurkan lagi. Mekanismenya sebagai berikut :

5. MASALAH GIZI BALITA

Mekanismenya sebagai berikut :

Gambar 2. Peran Natrium pada Pre eklampsia dan Eklamp-

Gambar 2. Peran Natrium sia. pada Pre eklampsia dan Eklampsia.

secara umum pada pre eklampsia dan Buku Sakudiet ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 108 Terapi eklampsia :

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL Terapi diet secara umum pada pre eklampsia dan eklampsia : a) Cukup energi, dan semua zat gizi dalam semua kondisi klinis yang berat. Tinggi protein (1.5-2 g/kgBB/hari) b) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan penderita. c) Cairan diberikan ± 2500 cc /hari. Pada kondisi oliguri batasi dan sesuaikan cairan yang masuk dan keluar. 8) Contoh Aplikasi Panduan penyusunan diet pre eklamsia dan eklampsia di RSCM ; a) Tujuan Diet : (1) Menjaga agar penambahan BB tidak melebihi normal (2) Mengganti protein yang hilang lewat urin (3) Mencegah/mengurangi retensi garam/air (4) Memberikan energi dan zat gizi sesuai kemampuan b) Syarat Diet : (1) Cukup energi : (a) Trimester I

: penambahan 180 kkal

(b) Trimester II dan III : penambahan 300 kkal (2) Tinggi Protein : 1,5 gr/kg BB + Protein yang keluar melalui Urin (4) Cairan : (a) Bila preklampsia berat dan eklampsia cairan ± 35 ml/kg BB / 24 jam (b Selain itu 40 ml/kg BB/ 24 jam (5) Komposisi Asam Lemak Jenuh ( ALJ ) : Asam Lemak Tidak Jenuh Tunggal ( ALTJT ) : Asam Lemak Tidak Jenuh Ganda ( ALTJG ) adalah 8%: 10% : 10% (6) Kalsium > 950 mg/hari apabila ditemukan hipokalsemia

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

109

5. MASALAH GIZI BALITA

(3) Garam : ± 6 gr / hari ( 1,5 sdt garam dapur )

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL 7) Magnesium (Mg), Zinc (Zn), Zat Besi (Fe) disesuaikan dengan daftar AKG 2004. 8) Bentuk makanan : sesuai kemampuan ( Makanan Cair s/d Makanan Biasa ) Lihat lampiran kebutuhan jumlah setiap zat gizi selama kehamilan Contoh Menu untuk ibu hamil dengan Pre-eklampsia (Lihat Lampiran 9 halaman 235) Tabel 16. kebutuhan jumlah setiap zat gizi selamazat kehamilan Tabel 16.Tambahan Tambahan kebutuhan jumlah setiap gizi selama kehamilan. Kebutuhan sebelum hamil

5. MASALAH GIZI BALITA

Jenis zat gizi Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat Air Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin K Vitamin B1 Vitamin B2 Vitamin B3 Vitamin B6 Vitamin B12 Asam folat Pantotenat Biotin Choline Vitamin C Kalsium (Ca) Fosforus (P) Magnesium (Mg) Tembaga (Cu) Kromium (Cr) Besi (Fe) Yodium (I) Seng (Zn) Selenium (Se) Mangan (Mn) Flourin (F) Natrium (Na) Kalium (K)

19 – 29 tahun 2,250 58 75 320 32 2,300 500 15 15 65 1.1 1.4 12 1.3 2.4 400 5 30 425 75 1,100 700 324 900 30.5 26 150 9.3 30 1.8 2.5 1,500 4,700

30 – 49 tahun 2,100 58 60 300 30 2,300 500 15 15 65 1.1 1.3 12 1.3 2.4 400 5 30 425 75 1,000 700 330 900 28.8 26 150 9.8 30 1.8 2.7 1,500 4,700

Tambahan kebutuhan selama hamil Trimester I

Trimester II

Trimester III

180 18 6 25 0 300 300 0 0 0 0.3 0.3 4 0.4 0.2 200 1 0 25 10 200 0 20 100 3.5 0 100 1.2 5 0.2 0 0 0

300 18 6 40 0 300 300 0 0 0 0.3 0.3 4 0.4 0.2 200 1 0 25 10 200 0 20 100 3.5 9 100 4.2 5 0.2 0 0 0

300 18 6 40 0 300 350 0 0 0 0.3 0.3 4 0.4 0.2 200 1 0 25 10 200 0 20 100 3.5 13 100 10.2 5 0.2 0 0 0

Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2012. 110

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Satuan kkal gr gr gr gr ml µg µg mg µg mg mg mg mg µg µg mg µg mg mg mg mg mg µg µg mg µg mg µg mg mg mg mg

ASUHAN GIZI PADA IBU MENYUSUI

B. Asuhan Gizi Pada Ibu Menyusui Pada era tahun 70-an Penggunaan Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan fisologis awal yang bagus mengalami penurunan pemakaian. Penyebabnya sangat beragam namun secara umum karena ASI tidak keluar disebabkan karena stress mental, sakit dan kurang gizi pada fase laktasi. Dengan bertambahnya pencapaian tingkat pendidikan justru makin menurun penggunaan ASI. Hal lain yang menjadi hambatan pemakaian ASI adalah iklan susu formula yang begitu gencar. sudah waktunya untuk tidak lagi memberi peluang sama sekali iklan susu masuk ke dalam institusi layanan kesehatan. Sebenarnya Iklan susu formula sangat tidak dianjurkan dalam suatu Negara oleh karena merampas hak anak untuk dapat menikmati Hak mendapatkan ASI. Apabila susu formula menjadi stimulasi awal pemberian makanan bayi baru lahir maka proses pemberian ASI selama 6 bulan berturut-turut secara eksklusif tidak akan bisa berjalan secara optimal. Sebab, stimulasi ini akan dicatat pada proses pembentukan synapsis otak bayi sehingga ketika bayi diperkenalkan dengan putting susu ibu menjadi bingung atau “ Bingung Puting”.

1. Menanamkan pemahaman kepada ibu menyusui tentang pentingnya ASI secara fisiologis terhadap usus bayi. 2. Mengajarkan dan mempraktekkan cara menyusui yang benar . 3. Mengajarkan dan mempraktekkan perlunya menjaga gizi seimbang pada ibu menyusui untuk menjaga kualitas zat gizi dan volume ASI. 4. Menyelesaikan masalah gizi yang diderita ibu menyusui.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

111

5. MASALAH GIZI BALITA

Untuk mendukung program pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama yang harus dilakukan petugas gizi Puskesmas adalah :

FISIOLOGI MENYUSUI Penyuluhan gizi seimbang pada ibu menyusui akan berhasil jika transfer pemahaman tentang pemberian air susu ibu yang benar tidak sekedar aspek pengetahuan, tetapi yang paling penting adalah aspek ketrampilan ibu dalam pemberian ASI dan ketrampilan ibu dalam memenuhi gizi seimbang selama menyusui. Menyusui merupakan dimensi praktek bukan dimensi pengetahuan belaka. Maka jangan hanya berslogan ASI Eksklusif tapi praktekkan ke masyarakat terutama ibu menyusui. Penurunan penggunaan ASI disebabkan karena alasan : - ASI dianggap tercemar - Buah dada dianggap symbol sex semata, sehingga jika memberikan ASI dikhawatirkan mengubah bentuk payudara tidak indah lagi. - Menyusui dianggap kolot atau perilaku primitive tidak modern 1. Fisiologi Menyusui Buah dada (payudara) ibu tersusun dari dua jaringan penting yaitu : a. Glandula Tissue (berupa jaringan parenkim) b. Supporting Tissue (jaringan penyokong/ stroma).

5. MASALAH GIZI BALITA

Memahami struktur ini maka penting dijelaskan tentang teknik menyusui yang benar dalam hal posisi bayi dan posisi ibu dalam memberikan ASI sehingga tidak ada kekhawatiran lagi struktur payudara akan berubah karena menyusui. Air susu terbentuk melalui dua fase, yaitu fase sekresi dan pengaliran. Pada bagian pertama, susu disekresikan oleh sel kelenjar ke dalam lumen alveoli, proses ini dikendalikan oleh hormone prolaktin dan ACTH. Kedua hormone ini mempengaruhi perkembangan kelenjar mamae. Pada fase kedua, air susu yang dihasilkan oleh kelenjar dialirkan ke putting susu, setelah sebelumnya terkumpul dalam sinus (lihat gambar). Selama kehamilan berlangsung laktogenesis kemungkinan besar terkunci oleh pengaruh progesterone pada sel kelenjar. Seusai partus, kadar hormone ini menyusut drastis, memberi kesempatan prolaktin untuk bereaksi sehingga menginduksi laktogenesis. 112

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

patan prolaktin untuk bereaksi sehingga menginduksi laktogenesis.

FISIOLOGI MENYUSUI

Gambar 3. Struktur Jaringan Payudara dan Fisiologi ASI

Gambar 3. Struktur Jaringan Payudara dan Fisiologi ASI

5. MASALAH GIZI BALITA

112

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

113

FISIOLOGI MENYUSUI

Bagan 8. Mekanisme Fase Pembentukan ASI dan Hormon yang

5. MASALAH GIZI BALITA

Bagan 7. Mempengaruhi. Mekanisme Fase Pembentukan ASI dan Hormon yang Produksi ASI Mempengaruhi.

Produksi ASI dirangsang melalui "let down reflex“ yaitu rangsang puting - hipofisis - prolaktin - kelenjar susu. Demikian juga Produksi ASI dirangsang melalui “let down reflex“ yaitu rangsang puting oksitosin akan keluar sebagai hormon yang memompa mioepitel - hipofisis - prolaktin - kelenjar susu. Demikian juga oksitosin akan keluar duktus mamalia. Pada saat menyusui mungkin ibu merasakan sebagai hormon yang memompa mioepitel duktus mamalia. Pada saat ngilu / kontraksi di daerah uterus karena pengaruh oksitosin yang menyusui mungkin ibu merasakan ngilu / kontraksi di daerah uterus karena meningkat juga terhadap uterus. Milk Production Reflex(sucking pengaruh oksitosin yang meningkat juga terhadap uterus. Milk Production reflex) Timbul akibat rangsangan puting sehingga keluar Reflex(sucking reflex) Timbul akibat rangsangan puting sehingga hormon prolaktin : sel alveoli meproduksi ASI. keluar hormon prolaktin : sel alveoli meproduksi ASI. Pentingnya ASI Transfer sistem imunologi pada bayi (Imunisasi) 1-5 hari perPentingnya ASI tama : Colostrum (lebih banyak antibody, protein, mineral, vitaa. Transfer min A). sistem imunologi pada bayi (Imunisasi) 1-5 hari pertama : Colostrum (lebih antibody, mineral, vitamin A).usus Pemenuhan zat banyak gizi paling ideal protein, (paling fisiologis dengan yang memiliki kapasitas volume lambung hanya ±10 cc yang b. bayi) Pemenuhan zat gizi paling ideal (paling fisiologis dengan usus bayi) (kapasitas simpan lambung bayi) pada usia±10 4-6ccbulan I, selain memiliki kapasitas volume lambung hanya (kapasitas simpan itu ASI tidak ß globulin sehingga tidakmengandung mudah lambung bayi) mengandung pada usia 4-6 bulan I, selain itu ASI tidak ß menimbulkan alergi) . mudah menimbulkan alergi) . globulin sehingga tidak

c. Ekonomis

113

d. Tidak memberatkan ginjal dan saluran cerna bayi 114

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

FISIOLOGI MENYUSUI e. Menjarangkan kehamilan (prolaktin & oksitosin) f. Laktoferin berfungsi untuk mengikat zat besi g. Hubungan psikososial hangat penuh kasih sayang. h. Mempercepat penyembuhan luka melahirkan. ASI jelas lebih hemat : Menyusui selama 2 tahun = 375 l ASI setara dg 437 l susu sapi Rata – rata kebutuhan ASI = 800 cc/hari Bayi usia 6-7 bulan : membutuhkan 150 liter susu sapi = 22 kg formula Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan keluarga untuk : a. Pembelian dot b. Pembelian botol susu c. Alat masak d. Pendingin susu e. Bahan bakar f. Biaya pengobatan 10 kali lebih besar dibandingkan pemberian ASI akibat sakit yang ditimbulkan. Menyusui Mempercepat Pelangsingan a. 100 cc ASI = 80-90 kkal c. 850 cc ASI memerlukan 750 kkal d. Penambahan energi saat menyusui 500 kkal/hari terjadi defisit 250 kal dari cadangan energi e. Menyusui selama 4 bulan = 250 kkal x 30 x 4 = 45.000kkal = 5 kg lemak (BB) + materi-materi selama melahirkan (janin 3.4 kg, plasenta 0.45 kg, amnion 0.9 kg, darah 0.6 kg dan darah rata-rata 500 cc f. Total penurunan BB setelah melahirkan + menyusui = 10.35 kg. g. Sucking baby menimbulkan oksitosin sekresi : rahim berkontraksi menurunkan kegemukan (cepat langsing). Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

115

5. MASALAH GIZI BALITA

b. Simpanan lemak selama hamil = 100-200 kkal/hari

PENGATURAN ZAT GIZI PADA IBU MENYUSUI 2. Pengaturan Zat Gizi pada Ibu Menyusui Energi - 3 bulan I setelah melahirkan penambahan energi = 500 kalori - 100 cc ASI memasok 67-77 kkal - Efesiensi energi makanan konversi ke ASI rata-rata 80% (kisaran 76-94%) - 100 cc ASI dibutuhkan 85 kalori - 850 cc ASI mengandung 600 kkal - Energi yg dibutuhkan 750 kkal Protein - Tambahan protein selama menyusui 20 g/hari - 100 cc ASI mengandung 1.2 g protein ,850 cc ASI = 10g protein - Efesiensi konversi protein makanan menjadi ASI 70% - Penambahan protein untuk transformasi ke protein ASI dan hormon prolaktin dan oksitosin.

5. MASALAH GIZI BALITA

Tujuan Gizi Seimbang Ibu Menyusui Kebutuhan makanan bagi ibu menyusui lebih banyak daripada makanan Ibu hamil. Kegunaan makanan tersebut adalah : - Memulihkan kondisi fisik setelah melahirkan. - Memproduksi ASI (Air Susu Ibu) yang cukup dan sehat untuk bayi.

116

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

PENGATURAN ZAT GIZI PADA IBU MENYUSUI Pengaturan Makanan Seimbang pada Ibu Menyusui 1. Susunan hidangan sehari-hari harus seimbang, yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah serta susu. 2. Makanan pokok tidak hanya nasi, gunakanlah beraneka bahan makanan pengganti seperti mie, jagung, kentang, ubi, roti dan sebagainya. 3. Lauk-pauk gunakanlah dari jenis hewani dan jenis nabati, seperti telur, daging, ayam, ikan segar, hati, ikan asin, tempe, tahu, kacang-kacangan dan sebagainya. 4. Sayuran lebih baik yang berwarna seperti bayam, kangkung, sawi, daun katuk, wortel, buncis dan sebagainya, karena sayuran tersebut dapat membantu merangsang pengeluaran/produksi ASI. 5. Pilihlah buah-buahan yang berwarna seperti pepaya, jeruk, apel, tomat dan sebagainya yang banyak mengandung vitamin dan mineral. 6. Perlu minum dalam jumlah lebih banyak + 6 gelas dalam satu hari, akan lebih bermanfaat bila ibu menyusui minum cairan “bergizi” seperti : susu, air kacang-kacangan, sari buah-buahan, air sayuran daun hijau dan sebagainya. 7. Tidak disarankan minum jamu setelah melahirkan 8. Yang terpenting tidak ada pantangan makanan untuk ibu menyusui.

5. MASALAH GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

117

PENGATURAN ZAT GIZI PADA IBU MENYUSUI Di bawah ini adalah komposisi makanan ibu menyusui : Di bawah ini adalah komposisi makanan ibu menyusui :

Tabel 17. Pedoman Makanan untuk mencapai Gizi Seimbang pada Ibu Tabel 17. Pedoman Makanan untuk mencapai Gizi Seimbang Menyusui pada Ibu Menyusui

BAHAN MAKANAN

Bayi 0-6 bln

Ibu Menyusui Bayi/Anak Bayi 7-12 bln Anak 13 -24 bln

Nasi

5 piring

4 ½ Piring

4 Piring

Ikan

2 ½ Potong

2 Potong

2 Potong

Tempe

5 Potong

4 Potong

4 Potong

Sayuran

3 Mangkok

3 Mangkok

3 Mangkok

Buah

2 Potong

2 Potong

2 Potong

Gula

5 sdm

5 sdm

5 sdm

Susu

1 Gelas

1 Gelas

1 Gelas

Air

8 Gelas

8 Gelas

8 Gelas

5. MASALAH GIZI BALITA

GUNAKAN MINYAK MINYAK ATAU ATAU SANTAN SANTAN PADA GUNAKAN PADA WAKTU WAKTU MEMASAK MEMASAK TERUTAMA SEKALI PADA IBU MENYUSUI DENGAN TERUTAMA SEKALI PADA IBU MENYUSUI DENGAN LINGKARLINGKAR LENGAN LENGAN ATAS (LILA) < 23,5 CM. ATAS (LILA) < 23,5 CM.

118

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

117

CATATAN

5. MASALAH GIZI BALITA

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

119

5. MASALAH GIZI BALITA

CATATAN

120

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

BAB VI

ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR Saat ini, Indonesia tengah menghadapi transisi epidemiologi penyakit, disamping penyakit menular yang belum tuntas teratasi, muncul pula penyakit tidak menular yang juga menjadi sebab utama kematian di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas 2010 selain penyakit menular (diare, TBC, HIV/AIDS) yang masih tetap terjadi, masalah penyakit tidak menular seperti Diabetes Mellitus, hipertensi, penyakit jantung dan kegemukan juga menjadi masalah kesehatan yang cenderung meningkat di masyarakat. Perubahan gaya hidup menjadikan penyebab utama kematian di Indonesia mengalami pergeseran. Jika sebelumnya penyakit utama penyebab kematian adalah penyakit menular, kini justru penyakit tidak menular juga menjadi salah satu kontributor utama penyebab kematian di masyarakat. Pola makan tidak sehat (tidak seimbang), sedentary activities, tingkat stress yang tinggi menjadi pemicu utama berkembangnya penyakit tidak menular. Berbagai dampak yang dapat ditimbulkan dari kedua jenis penyakit tersebut di atas, diantaranya menurunnya kualitas hidup, produktifitas akan menjadi rendah yang berimplikasi terhadap kerugian dari aspek ekonomi, dan lebih fatal lagi dapat mengakibatkan kematian.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

121

5. PENYAKIT MENULAR

Berdasarkan penyebab masalah tersebut di atas, pola hidup sehat menjadi suatu hal yang mutlak dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk mengurangi kejadian penyakit menular dan tidak menular. Di samping itu, dalam penatalaksanaan penderita (terapi obat dan asuhan gizi) harus dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan tim (dokter, perawat/ bidan, dan petugas gizi).

DIARE

A. Asuhan Gizi pada Penyakit Menular 1. Diare Asuhan Gizi pada Penyakit Menular 1. Diare

Diare pada Balita

1.1 Diare pada Balita Yang Yang dimaksud dengandengan diare diare adalahadalah anak anak buangbuang air besar dengan dimaksud air besar frekuensi dan lamanya lebihdiare dari lebih biasanya kali sehari) serta dengan frekuensi dan diare lamanya dari (3 biasanya (3 kali konsistensi tinjakonsistensi berubah dari menjadi cair danmenjadi atau ditemukan sehari) serta tinjalembek berubah dari lembek cair darah dalam tinja. darah dalam tinja. dan atau ditemukan

Tabel Tabel18. 18.Bentuk BentukKlinis KlinisDiare Diare DIAGNOSIS Diare cair akut Kolera

5. PENYAKIT MENULAR

Disentri Diare persisten Diare dengan gizi buruk Diare terkait antibiotik Invaginasi

DIDASARKAN PADA KEADAAN Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14 hari Tidak mengandung darah Diare seperti air cucian beras yang sering dan banyak dan cepat menimbulkan dehidrasi berat Diare dengan dehidasi berat selama terjadi KLB Kolera, atau Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk Vibrio Cholerae 01 atau 0139 Diare berdarah Diare berlangsung 14 hari atau lebih Diare Diare jenis apapun yang disertai tanda gizi buruk Mendapat pengobatan anti biotik oral spektrum luas Dominan darah dan lendir dalam tinja Massa intra abdomenal Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

119

122

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DIARE

Menilai Dehidrasi 1.2 Menilai Dehidrasi Semua Semua anak dengan diare, harus apakah menderita anak dengan diare,diperiksa harus diperiksa apakah dehidrasi. status dehidrasistatus sebagai dehidrasi berat, menderitaKlasifikasikan dehidrasi. Klasifikasikan dehidrasi sebagai dehidrasi atau ringan/sedang tanpa dehidrasiatau (Lihat Tabeldehidrasi 19) dan dehidrasiringan/sedang berat, dehidrasi tanpa pemberian pengobatan sesuai.pengobatan yang sesuai. (Lihat Tabel 19) dan yang pemberian

Tabel 19.Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare.

Tabel 19.Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare. Klasifikasi Dehidrasi berat

Dehidrasi ringan / sedang

Tanpa dehidrasi

Tanda / gejala Terdapat 2 atau lebih dari tanda dibawah ini : Letargis atau tidak sadar Mata cekung Tidak bisa minum atau malas minum Cubitan kulit perut kembali sangat lambat ( ≥ 2 detik) Terdapat 2 atau lebih tanda dibawah ini : Rewel, gelisah Mata cekung Minum dengan kuat, haus Cubitan kulit kembali lambat

Keadaaan baik Mata tidak cekung Cubitan kulit kembali segera

Beri cairan untuk diare dengan dehidrasi berat (lihat rencana terapi C)

Beri anak cairan dan makanan untuk dehidrasi ringan (lihat rencana terapi B) Setelah rehidrasi, nasihati ibu untuk penanganan di rumah dan kapan kembali segera / kunjungan ulang Kunjungan ulang dalam waktu 5 hari jika anak tidak membaik Beri cairan dan makanan untuk menangani kasus tsb di rumah (lihat rencana terapi A) Nasihati ibu kapan kembali segera Kunjungan ulang dalam waktu 5 hari jika keadaan kasus tidak membaik

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

123

5. PENYAKIT MENULAR

120

Pengobatan

DIARE Tiga elemen utama dalam tata laksana diare pada anak yaitu terapi rehidrasi, pemberian zink dan lanjutkan pemberian makan. Penanganan Diare di Rumah Diare tanpa Dehidrasi Terapi A ( pada anak diare tanpa dehidrasi) (a) Berikan cairan tambahan:

- Berikan ASI lebih sering dan lama pada setiap kali pemberian - Jika anak memperoleh ASI Eksklusif berikan oralit atau air matang sebagai tambahan Kebutuhan cairan termasuk oralit yang harus diberikan sebagai tambahan sebanyak: 1. Umur < 1 tahun à 50 – 100 ml setiap kali BAB 2. Umur ≥ 1 tahun à 100 – 200 ml setiap kali BAB 3. Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif atau tidak menyusu, beri 1 atau lebih cairan berikut ini : oralit, cairan rumah tangga (kuah sayur, air tajin) atau air matang sebanyak 100-200 ml.

(b) Berikan tablet seng (zinc) - Berikan tablet zink selama 10 hari dengan dosis sebagai berikut : - Bayi umur < 6 bulan = ½ tablet (10 mg per hari) - Bayi umur ≥ 6 bulan = 1 tablet (20 mg per hari) (c) Lanjutkan pemberian makanan/ASI

5. PENYAKIT MENULAR

Diare dengan Dehidrasi Ringan atau Sedang Seorang anak dinyatakan mengalami dehidrasi ringan atau sedang jika anak memiliki 2 atau lebih tanda berikut : - Gelisah/rewel - Haus dan minum dengan kuat - Mata cekung - Cubitan kulit perut kembalinya lambat 124

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DIARE Perhatian : : Perhatian Jika anak hanya menderita salah satu tanda di atas dan Jika anaksatu hanyatanda menderita salah satu tanda di atas dan salah satu salah dehidrasi berat (misalnya gelisah/rewel tanda (misalnya dan malasdehidrasi minum) dan dehidrasi malas berat minum) berartigelisah/rewel anak menderita berarti anak/ringan. menderita dehidrasi sedang /ringan. sedang Rencana Terapi B (Terapi diare dengan dehidrasi ringan/ Rencana Terapi B (Terapi diare dengan dehidrasi ringan/sedang) : sedang) : 1. Berioralit oralit sesuai sesuai yang dianjurkan selamaselama periode 3periode jam pertama 1. Beri yang dianjurkan 3 jam pertama (a) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama (a) Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama

Tabel 20. Jumlah pemberian oralit untuk 3 jam pertama Tabel 20. Jumlah pemberian oralit untuk 3 jam pertama Umur BB Jumlah cairan

Sampai 4 bulan < 6 kg

4 – 12 bulan 6 –10 kg

12 – 24 bulan 10–12 kg

2–5 tahun 12–19kg

200 – 400

400 – 700

700 - 900

900-1400

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

122

125

5. PENYAKIT MENULAR

Jumlahoralit oralit yang diperlukan = 75 ml / kgBB Jumlah yang diperlukan = 75 ml / kgBB 1. Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari 1. Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman pedoman atas,sesuai berikan sesuai cairan kehilangan cairan di atas, di berikan kehilangan yang sedang yang sedang berlangsung berlangsung 2. Bila mata pemberianoralit oralit dihentikan 2. Bila matasembab sembab pemberian dihentikan 3. Untuk anak <6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100 3. Untuk anak <6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100 – 200 – 200 ml air matang selama periode ini ml air matang selama periode ini 4. Lanjutkan pemberian ASI 4. Lanjutkan pemberian ASI (b) Tunjukkan kepada ibu cara memberikan larutan oralit : 1.(b) Tunjukkanlarutan kepada ibuoralit cara memberikan larutan tetapi oralit : sering Berikan sedikit-sedikit 1. Berikan larutan oralit sedikit-sedikit tetapi sering menggunakan menggunakan sendok 2. Jika sendok anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan 2. Jika anaklebih muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi lagi dengan lambat dengan lebih lambat

DIARE (c) Berikan tablet zinc selama 10 hari (d) Mulailah pemberian makanan segera setelah masa pemberian oralit 2. Setelah 3 jam : a. Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya b. Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai : a)Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit di rumah b) Tunjukkan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan di rumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan c) Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambahkan 6 bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam rencana terapi A d) Jelaskan 5 aturan perawatan di rumah: e) Beri cairan tambahan f) Beri tablet zink selama 10 hari g) Lanjutkan pemberian ASI/makanan sesuai kelompok umur dan kebutuhan h) Pemberian antibiotik atas indikasi selektif i) KIE (Komunikasi, informasi, dan Edukasi) Makanan yang dianjurkan :

5. PENYAKIT MENULAR

1. Sereal atau makanan yang mengandung zat tepung dicampur dengan kacang-kacangan, sayuran dan daging/ ikan, jika mungkin dengan 1 – 2 sendok teh minyak / minyak sayur yang ditambahkan dalam setiap sajian 2. Berikan MP-ASI lokal yang direkomendasikan dalam Pedoman MTBS (manajemen terpadu balita sakit) 3. Sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan pisang dapat diberikan untuk penambahan kalium. 126

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DIARE 4. Anak dibawah 6 bulan yang tidak diberi ASI diberikan 100 - 200 ml susu selang seling dengan oralit/cairan rumah tangga 5. Pada anak umur <6 bulan : berikan zink ½ tablet (10 mg/hr) selama 10 hr 6. Pada anak umur >6 bulan : berikan 1 tablet zink (20 mg/hr) selama 10 hr 7. Pemberian ASI dan makanan tetap dilanjutkan, seperti buahbuahan, cereal dan kacang-kacangan Rencana Terapi C (Terapi diare dengan dehidrasi berat) : (lihat bagan dalam lampiran 10 halaman 236) 1). Bayi: a. Berikan terapi intravena cairan Ringer Asetat/ Ringer Laktat pada 1 jam pertama dengan dosis 30 ml/kg BB b. Berikan terapi intravena cairan Ringer Asetat/ Ringer Laktat dengan dosis 70 ml/kg BB pada 5 jam berikutnya 2). Anak 12 bulan sampai 5 tahun: a. Berikan terapi intravena cairan Ringer Asetat pada 30 menit pertama dengan dosis 30 ml/kg BB b. Berikan terapi intravena Ringer Asetat dengan dosis 70 ml/kg BB pada 2,5 jam berikutnya Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera setelah anak membaik. Jika menemui anak dengan tanda dehidrasi berat segera rujuk ke Puskesmas Perawatan atau Rumah Sakit.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

127

5. PENYAKIT MENULAR

Bagan asuhan penanggulangan diare (Lihat Lampiran 10 halaman 236)

DIARE Jenis-Jenis Diare dan Asuhan Gizi Pada Anak Diare Akut Melanjutkan pemberian makanan yang bergizi merupakan suatu elemen yang penting dalam tatalaksana diare. Namun demikian, pemberian makanan seringkali sulit karena anak biasanya tidak mempunyai nafsu makan. Asuhan gizi pada penderita diare akut adalah sebagai berikut : 1. Pemberian ASI harus terus dilanjutkan selama anak sakit, lebih sering dari biasanya jika memungkinkan. 2. Anak yang tidak diberi ASI, lihat kemungkinan untuk relaktasi (memulai lagi pemberian ASI) atau beri susu formula yang biasa diberikan 3. Anak-anak berumur 6 bulan atau lebih harus menerima makanan seperti biasanya 4. Berikan makanan padat sesuai umur anak, disajikan secara segar dan dimasak, bisa ditumbuk atau digiling. 5. Jenis makanan yang direkomendasikan:

Sereal atau makanan lain yang mengandung zat tepung dicampur dengan kacang-kacangan, sayuran dan daging/ikan, jika mungkin dengan 1-2 sendok teh minyak sayur yang ditambahkan ke dalam setiap sajian.

6. Makanan Pendamping ASI lokal yang direkomendasikan dalam pedoman MTBS di daerah tersebut.

5. PENYAKIT MENULAR

7. Sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan pisang dapat diberikan untuk penambahan kalium. 8. Bujuk anak untuk makan dengan memberikan makanan setidaknya 6 kali sehari (porsi kecil tapi sering). Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan makanan tambahan per hari selama 2 minggu.

128

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DIARE 9. Pasien harus segera dirujuk apabila terjadi kondisi berikut : a. Anak harus diberikan cairan intra vena sedangkan alat tidak bisa disediakan dalam waktu 30 menit b. Tidak bisa menggunakan pipa naso gatric / naso gastric tube (NGT) untuk rehidrasi c. Anak tidak mau minum Diare Persisten Terdapat dua jenis diet untuk penderita diare persisten, sesuai dengan kondisi pasien diare persisten (Lihat Lampiran 11 halaman 237 ) a. Diet yang banyak mengandung pati (starch), diet susu yang dikurangi konsentrasinya (rendah laktosa) b. Diet dengan rendah pati (starch) , tanpa susu (bebas laktosa) Tujuan diet : - Asupan makanan cukup - Berat badan bertambah - Diare berkurang - Demam menghilang Ciri yang paling penting adalah bertambahnya berat badan yang dapat dipastikan setidaknya selama tiga hari berturut-turut. Diare Persisten Kegagalan diet ditunjukkan oleh: 1. Peningkatan frekuensi BAB anak (biasanya menjadi >10 kali berak encer per hari), sering diikuti dengan kembalinya tanda dehidrasi (biasanya terjadi segera setelah dimulai diet baru) ATAU

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

129

5. PENYAKIT MENULAR

2. Kegagalan pertambahan berat badan dalam waktu 7 hari.

DIARE Tata Laksana Diet : a. Pemberian makanan untuk anak yang menderita Diare Persisten Berat a) ASI harus diberikan sesering mungkin selama anak masih ingin menyusu b) Anak-anak yang dirawat inap memerlukan diet khusus sampai diare mereka berkurang dan berat badannya bertambah c) Asupan makanan setidaknya 110 kkal/kg BB per hari Bayi berumur di bawah 6 bulan a. ASI eksklusif tetap diberikan. b. Jika anak tidak mendapat ASI, beri susu formula yang tidak mengandung laktosa. c. Jika ibu menderita HIV dan memilih untuk tidak memberikan ASI, ibu harus mendapatkan konseling yang tepat mengenai penggunaan susu pengganti secara benar. Bayi berumur 6 – 12 bulan a. Pemberian makan harus dimulai kembali segera setelah anak bisa makan b. Berikan makanan 6 kali sehari sedikitnya 110 kalori/kg BB/hari. b. Pemberian Makanan untuk anak yang menderita Diare Persisten Tidak Berat 1. Jika anak minum susu formula ganti dengan susu formula bebas laktosa sehingga mudah dicerna

5. PENYAKIT MENULAR

2. Jika tidak memungkinkan, dapat diganti dengan susu formula bebas laktosa, batasi susu formula sampai 50 ml/kg BB/hari 3. Campur susu dengan bubur nasi ditambah tempe tapi jangan diencerkan 130

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

formula bebas laktosa, batasi susu formula sampai 50 ml/ kg BB/hari 3. Campur susu dengan bubur nasi ditambah tempeDIARE tapi jangan diencerkan makanan lain dengan umurumur anak anak untuk 4. 4. Berikan Berikan makanan lainyang yangsesuai sesuai dengan memastikan asupan asupan kalori yang cukup bagi cukup anak sampai 6 kali untuk memastikan kalori yang bagi anak sehari sampai 6 kali sehari sebagaimana 5. 5. Berikan Berikan suplemen suplemenzat gizi zat mikro, gizi termasuk mikro, zink termasuk zink ditunjukkan pada Tabel 21 pada Tabel 21 sebagaimana ditunjukkan Tabel : Suplemen Multivitamin dan Mineral Untuk anak Tabel 2121 : Suplemen Multivitamin dan Mineral Untuk anak diare. diare.

Suplemen multivitamin dan mineral Semua anak dengan diare persisten perlu diberi suplemen multivitamin dan mineral setiap hari selama dua minggu. Bagi anak dengan diare persisten harus bisa menyediakan berbagai macam vitamin dan mineral yang cukup banyak, termasuk minimal dua kali RDAs (Recommended Daily Allowances) asam folat, vitamin A, magnesium dan copper. Sebagai panduan, satu RDA untuk anak umur 1 tahun adalah: Asam Folat 50 micrograms Zink 10 mg Vitamin A 400 micrograms Zat besi 10 mg Tembaga (copper) 1 mg Magnesium 80 mg

Perhatian secara seksama dalam pemberian makanan pada anak dengan diare persisten sangatlah penting. Anak tersebut mungkin 128 mencerna susu sapi dibanding ASI, saja menderita kesulitan dalam sehingga a. Ibu perlu dinasihati untuk mengurangi susu sapi (susu formula) dalam diet anak untuk sementara

- Jika anak menyusu, beri ASI lebih sering, lebih lama, pada waktu siang dan malam. Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

131

5. PENYAKIT MENULAR

b. Teruskan pemberian ASI dan beri makanan pendamping ASI yang sesuai:

DIARE - Jika anak minum susu formula, lihatlah kemungkinan untuk mengganti susu formula dengan susu formula bebas laktosa sehingga lebih mudah dicerna. - Jika susu formula tidak memungkinkan, batasi pemberian susu formula hingga 50 ml/kg/hari. Campur susu dengan bubur nasi ditambah tempe, tetapi jangan diencerkan Diare dengan Gizi Buruk Asuhan Gizi: a. Sama dengan tatalaksana diare persisten b. Pemberian makanan secara bertahap diikuti dengan upaya pemulihan yang lebih lama c. Pemberian makanan mengikuti tata laksana penanggulangan gizi buruk dengan catatan F75 khusus untuk penderita diare ( F75 dengan tepung ). Beri ReSoMal ( Rehydration Solution for Malnutrition). ReSoMal terbuat dari Oralit yang diencerkan, gula pasir, larutan elektrolit/Mineral Mix. Bila larutan elektrolit/mineral mix tidak tersedia sebagai alternatif atau pengganti ReSoMal dapat dibuat cairan pengganti ReSoMal d. Pemberian suplementasi gizi mikro. Tuberculosis (TBC) 2.1 Pengertian

5. PENYAKIT MENULAR

Tuberculosis : infeksi yg menyerang saluran pernafasan biasanya paru dan dapat menyerang organ lain seperti; tulang, jaringan limfe, saluran kemih, syaraf dan saluran cerna.

132

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DIARE 2.2. Penyebab - Mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bovis dan mycobacterium avium. - Basil ini virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, mati dalam cairan suhu 600C dalam 15-20 menit. - Fraksi protein basil menyebabkan nekrosis jaringan, lemak tahan asam dan penyebab terbentuknya fibrosis , sel epiteloid dan tuberkel (sarang basil). - Sel-sel mati dikeluarkan melalui batuk menimbulkan bekas yg disebut caverne. - Cara Penularan : - Kontak langsung (luka) - Oral - Udara 2.3. Gejala - Mula-mula tidak merasa enak badan dan lemah - Anoreksi dan BB turun - Sore demam dan malam hari berkeringat - Batuk lebih dari 2 minggu mengeluarkan sputum - Anemia - Tenaga makin lemah Pada stadium akhir terbentuklah caverne dan dapat disertai hemoptoe - Pemeriksaan laboratorium : Hb dan LED. - Rontgen : untuk menunjukkan ada kelainan paru.

133

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

2.4 Diagnosa Diagnosa didapatkan dari pemeriksaan antara lain : -

Mantoux test.

-

Pemeriksaan sputum

-

Thorax photo

2.5 Asuhan Gizi pada Tuberculosis Asuhan gizi menjadi sangat penting pada penderita TBC, karena penyakit ini berpotensi sebagai hambatan pertumbuhan pada anak balita dan resiko tinggi menimbulkan masalah gizi yang disebabkan hal-hal sebagai berikut : - Turunnya sekresi kelenjar gastrik - Kehilangan thiamin dan elektrolit melalui keringat - Utilisasi vitamin C yang cepat - Terganggunya detoksifikasi lever : glikogen menurun dan konversi karoten menjadi vit A terganggu. - Penghancuran protein oleh toksin basil TBC , sehingga menimbulkan penurunan BB. - Utilisasi (penggunaan) dan absorbsi zat gizi mikro mengalami penurunan ; misalnya Zinc, Fe dan vitamin. Langkah-langkah asuhan gizi pada penderita TBC :

5. PENYAKIT MENULAR

a. Pengukuran Antropometri Apabila penderita TB adalah Bayi atau Balita, maka indeks antropometrik yang digunakan untuk menilai status gizinya adalah BB/U dan BB/PB(TB). Sedangkan jika penderita adalah remaja dan dewasa, digunakan IMT sebagai indeks untuk menentukan status gizi. Cara untuk memperoleh nilai IMT dapat digunakan rumus :

134

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

antropometrik yang digunakan untuk menilai status gizinya adalah BB/U dan BB/PB(TB). Sedangkan jika penderita adalah remaja dan dewasa, digunakan IMT sebagai indeks untuk menentukan status gizi. Cara untuk memperoleh nilai IMT dapat digunakan rumus : = BB(kg)/ TB(m)2 BBBB = satuan = satuan IMTIMT = BB(kg)/ TB(m)2 = satuan kg, kg, TB TB = satuan m m Interpretasihasil hasilperhitungan perhitungan IMT, dapat dilihat pada Tabel 16. Interpretasi IMT, dapat dilihat pada Tabel 16. Selain Selain itu, dapat digunakan grafik IMT untuk mengetahui itu, dapat digunakan grafik IMT untuk mengetahui interpretasi hasil interpretasi IMT hasil perhitungan IMThalaman (Lihat perhitungan (Lihat Lampiran 12 127)Lampiran 12 halaman 127)

Tabel Nilai IMTIMT Tabel22. 22.Interpretasi Interpretasi Nilai Status Gizi

Kurus Normal Gemuk

Kategori Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat berat

Batas ambang < 17.0 17.0 – 18.5 > 18.5 – 25.0 > 25.0 – 27.0 > 27.0

Sumber: Departemen Kesehatan RI, Pedoman IMT pada Orang Dewasa (> 18 tahun)

Sumber: Departemen Kesehatan RI, Pedoman IMT pada Orang

b.Dewasa Anamnesis (> 18Diet tahun) Recall makanan / Food Recall dalam sehari Kebiasaan makan

b. Anamnesis Diet

- Recall makanan / Food Recall dalam sehari - Kebiasaan makan

132

Pemberian Diet pada Penderita TB Prinsip-prinsip pemberian makanan pada penderita TBC ; - Tinggi energi, tinggi protein - Cukup lemak, rendah Ω6, tinggi Ω3, rendah asam lemak jenuh. Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

135

5. PENYAKIT MENULAR

- Diet seimbang

DIARE - Tinggi zat besi, tinggi vitamin C, tinggi vitamin D, tinggi vitamin B6, Vitamin B1. - Kalsium didapat dari susu rendah lemak atau non fat - Prinsip bentuk makanan pada fase TBC aktif adalah konsistensi lunak. - Tinggi serat dan cairan - Cukup Na dan K - Tinggi antioksidan - Tinggi Vitamin A Tujuan - Makan secukupnya karena terjadi peningkatan kebutuhan energi dan protein - Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh - Menambah/mempertahankan berat badan menjadi normal - Mengurangi produksi CO2 melalui peningkatan konsumsi lemak dan mengurangi konsumsi karbohidrat 40-50% dari total energi. Syarat Diet - Tinggi Energi Tinggi Protein - Cukup Vitamin dan Mineral - Mudah dicerna - Porsi kecil tapi sering

5. PENYAKIT MENULAR

- Hindari makanan yang menimbulkan gas (kol, lobak, ubi, durian, kedondong, nanas, nangka, tape ).

136

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DIARE Kebutuhan Zat Gizi a. Dewasa - Energi: diberikan 30-35 kkal/kgBB/hari secara bertahap sesuai kondisi pasien - Protein: diberikan 1,5-2 g/kg/BB - Lemak: diberikan 20-25% dari total energi. Tetapi bila CO2 meningkat, maka diberikan lemak yang tinggi sampai 45% dari total energi - Karbohidrat: dianjurkan 60-70% dari total energi. Namun jika CO2 meningkat, dapat diberikan karbohidrat yang rendah sebanyak 40-50% dari total energi - Vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup (Vitamin A, C, D, B6, zink dan Fe) - Cairan secukupnya, minimal 2 liter - Selain itu dalam melakukan proses perhitungan kebutuhan zat gizi terutama energi petugas gizi sebaiknya menggunakan formula yang memperhitungkan faktor koreksi stres dan koreksi status gizi, karena biasanya secara nyata kondisi penderita TBC sangat individualistik. b. Anak Dalam melakukan estimasi kebutuhan gizi pada anak yang menderita TBC perlu diperhitungkan pula faktor stress dan koreksi status gizi, jadi tidak sekedar estimasi tinggi secara umum apalagi hanya berpedoman pada kecukupan zat gizi belaka.

137

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

HIV DAN AIDS Energi

Energi Tabel 23. Kebutuhan Energi pada penderita TB anak Tabel 23. Kebutuhan Energi pada penderita TB anak BB 7-10 kg Setiap 10 kg pertama : 100 Kal/kg BB

Protein Protein Lemak Lemak Karbohidrat

Karbohidrat

BB 10-20 kg

BB 20-33 kg

10 kg pertama : 100 Kal/kg BB

10 kg pertama : 100 Kal/kg BB

10 kg kedua : 50 Kal/kg BB

10 kg kedua : 50 Kal/kg BB Selebihnya : 20 Kal/kg BB

: diberikan 10-15% dari total energi : diberikan 10-15% dari total energi : diberikan 20-25% dari total energi : diberikan60-70% 20-25%dari dari total total energi : diberikan energi

: diberikan 60-70% dari total energi

5. PENYAKIT MENULAR

Monitoring dan Evaluasi Monitoring dilakukan melalui pengukuran BB setiap Monitoring dan Evaluasi minggu - Indikator Monitoring dilakukan melalui pengukuran BB setiap minggu keberhasilan pengobatan TB adalah - peningkatan Indikator keberhasilan pengobatan TB adalah peningkatan BB BB BinaGizi Gizi Masyarakat, Depkes (Direktorat (Direktorat Bina Masyarakat, Depkes RI) RI) HIV dan 3. HIV danAIDS AIDS Paket asuhan Paket asuhangizi gizi Paket asuhan gizi bagi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) Paket asuhan gizi bagi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) dilakukan dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut : melalui kegiatan sebagai berikut : a. Pengkajian gizi a. Pengkajiandiet gizi { riwayat gizi ) : untuk mengetahui pola Anamnesis - Anamnesis diet (riwayat ) : untukpantangan mengetahui makanan, pola makan, makan, kebiasaan makan,giziadanya makan, adanya pantangan alergi makanan, alergikebiasaan makanan, intoleransi makanan,makanan, keamanan makanan keamananobat makanan minuman, efek dan intoleransi minuman,makanan, efek samping ARV,dan masalah yang samping obatnafsu ARV, makan masalah (yang mempengaruhi nafsumual, makan mempengaruhi masalah mengunyah, ( masalah mengunyah, mual,panas muntah, konstipasi, diare, rasa muntah, konstipasi, diare, rasa di dada), penggunaan panas divitamin, dada), penggunaan suplemen vitamin, mineral, suplemen mineral, herbal, konsumsi alkohol herbal, dan konsumsi alkohol dan kafein. kafein.

138

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

135

HIV DAN AIDS - Riwayat personal meliputi riwayat penyakit, riwayat keluarga, sosial ekonomi, kebiasaan merokok - Pengukuran antropometri mencakup BB, TB/PB, IMT dan LiLA. - Pemeriksaan klinis/fisik : tanda dan gejala kurang gizi ( sesuai stadium HIV dan AIDS ); kehilangan massa lemak, massa otot, kekurangan cairan dan zat gizi mikro - Pemeriksaan laboratorium : 1). CD4+, Viral load, C-reactive Protein, Fibronectin 2). Pemeriksaan kadar Hemoglobin, hematokrit untuk mengetahui apakah ODHA menderita anemia 3). Pemeriksaan albumin dan prealbumin dianjurkan pada ODHA dengan penyakit ginjal dan hati, untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan atau penurunan kadar albumin 4). Pemeriksaan laboratorium lain seperti kolesterol, trigliserida, enzim-enzim hati, kadar besi, magnesium, dan apabila memungkinkan juga diperiksa asam folat, vitamin B12 dan vitamin A. Tujuan pemeriksaan hal tersebut, untuk mengetahui profil lipid, fungsi hati, kekurangan vitamin dan mineral dalam tubuh. Kadar serum feritin akan meningkat pada fase akut infeksi HIV b. Penentuan Masalah Gizi Merupakan hasil penilaian dari pengkajian gizi, misalnya : - Asupan makanan/minuman yang tidak adekuat - Kehilangan berat badan - Efek samping obat-obatan, misalnya ARV - Kurangnya pengetahuan tentang gizi

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

139

5. PENYAKIT MENULAR

Masalah gizi bisa berkembang sesuai dengan keadaan klinis ODHA

HIV DAN AIDS c. Intervensi Gizi Pada ODHA yang memperoleh obat Anti Retro Viral - Opportunistic Infection (ARV-OI) perlu diperhatikan efek ARV-OI terhadap fungsi pencernaan seperti mual, muntah, diare, karena keadaan ini dapat mempengaruhi asupan gizi dan status gizinya 1) Stadium I : kebutuhan gizi mengikuti gizi seimbang 2) Stadium II : kebutuhan energi meningkat 10% dari kebutuhan normal; Stadium III dan IV meningkat 20 – 30 % dari kebutuhan normal d. Konseling Gizi Konseling gizi diberikan kepada ODHA, keluarga, pendamping ODHA dan masyarakat lingkungannya. Konseling mencakup penyuluhan tentang HIV dan AIDS dan pengaruh infeksi HIV terhadap status gizi. Konseling juga meliputi asuhan gizi, terapi gizi medis serta penyusunan diet, termasuk pemilihan bahan makanan setempat, cara memasak dan cara penyajian, keamanan makanan dan minuman, serta aspek psikologi dan efek samping dari ARV-OI yang mempengaruhi nafsu makan Asuhan Gizi pada ODHA (Penyakit HIV dan AIDS) a. Tujuan Umum Memberikan Intervensi gizi secara tepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi ODHA pada semua stadium HIV b. Tujuan Khusus : a) Tercapainya berat badan normal

5. PENYAKIT MENULAR

b) Teratasinya gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah c) Terlaksananya pemberian konseling kepada pasien untuk memilihmakanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi d) Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS e) Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada ODHA untuk tetap produktif, aktif bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat . 140

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

HIV DAN AIDS c. Prinsip Diet Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP) diberikan bertahap secara oral, kaya vitamin dan mineral, serta cukup air. d. Syarat Diet HIV dan AIDS ( Penuntun Diet) 1) Energi Tinggi. Pada perhitungan kebutuhan, diperhatikan faktor stres, aktifitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan suhu 1○ C 2) Protein Tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g / kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati 3) Lemak cukup, yaitu 10 – 25% dari kebutuhan energi total. Jenis lemak disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorbsi lemak digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang ( Medium Chain Trygliseride / MCT ). Minyak ikan ( asam lemak omega 3 ) diberikan bersama minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan 4) Vitamin dan mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali ( 150% ) Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan ( AKG ) , terutama vitamin A,B6, B12, C, E, folat, kalsium, magnesium, seng, dan selenium. Bila perlu, dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat menekan kekebalan tubuh. 5) Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna 6) Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan bertahap dengan konsistensi yang sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental ( semi thick fluid ), dan cair ( thin fluid )

8) Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

141

5. PENYAKIT MENULAR

7) Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti ( natrium, kalium, dan klorida )

HIV DAN AIDS perorangan, dengan melihat kondisi dan Toleransi pasien. Apabila terjadi penurunan berat badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau sonde sebagai makanan utama atau makanan selingan 9) Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering 10) Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik, maupun kimia 11) Bila ODHA mendapatkan obat ARV , pemberian makanan disesuaikan dengan jadwal minum obat dimana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan 12) Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit penyerta ( TB, diare, sarkoma, oral kandidiasis ) e. Saran Untuk Meningkatkan Energi 1) Gunakan lemak MCT ( minyak kelapa), mentega dan margarin 2) Sediakan makanan kecil tinggi protein : kacang-kacangan, es krim, yogurt 3) Makanan utama dalam bentuk padat dan tinggi energi: krim sup, sereal panas, ikan goreng tepung 4) Makanan dan minuman seperti : salad, buah, teh manis/minuman manis, agar-agar disajikan sebagai makanan penutup 5) Makan secara perlahan dan nikmati secara santai

5. PENYAKIT MENULAR

f. Keamanan Makanan - Hindari konsumsi bahan makanan mentah ( misalnya lalapan, salad, telur ½ matang, daging panggang ½ matang ) - Bahan makanan dikemas sesuai jenisnya secara terpisah saat disimpan, terutama daging, ayam dan ikan agar tidak mengkontaminasi bahan makanan lain 142

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

HIV DAN AIDS - Sebaiknya buah dikupas dan langsung dikonsumsi - Cuci bahan makanan dengan air bersih dan mengalir - Hindari produk susu segar yang tidak dipasteurisasi - Perhatikan nilai gizi dan tanggal kadaluarsa pada label kemasan makanan - Hindari makanan yang sudah berjamur/basi - Selalu cuci tangan sebelum dan setelah makan - Selalu minum air yang sudah dididihkan, termasuk air kemasan/ mineral - Hindari penggunaan air panas dari dispenser karena tidak mencapai titik didih ( 100 0C ) - Menggunakan air panas dan sabur untuk membersihkan alat dapur - Lebih baik mengkonsumsi makanan yang disiapkan sendiri karena lebih terjamin keamanannya . Asuhan gizi pada ibu hamil dan menyusui dengan HIV Pada ODHA hamil, syarat diet sama dengan pada dewasa, hanya ditambahkan kalori 500 kkal. Disarankan untuk menambahkan multimikronutrien dalam makanan seperti sumber bahan makanan yang banyak mengandung Fe, Ca, dan asam folat. Ibu hamil tidak boleh menerima suplementasi Vitamin A lebih dari 10.000 IU.

143

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ditambahkan kalori 500 kkal. Disarankan untuk menambahkan multimikronutrien dalam makanan seperti sumber bahan makanan yang banyak mengandung Fe, Ca, dan asam folat. Ibu hamil tidak HIV DAN AIDS boleh menerima suplementasi Vitamin A lebih dari 10.000 IU.

Tabel . 24 Kebutuhan Penambahan Energi yang Dianjurkan selama

Tabel . 24 Kebutuhan Penambahan Energi yang Dianjurkan selama Kehamilandan danMenyusui. Menyusui. Kehamilan 1

2

3

Menyusui

HIV Negatif gizi baik

Trimester

+0%

+ 10 %

+ 25 %

+ 25 %

HIV Positif gizi baik

+ 10 %

+ 20 %

+ 35 %

+ 35 %

+30–40 %

+40-50%

+55-65%

+55-65%

+ 35%

+ 35%

+ 40%

+ 40%

HIV Positif, gizi baik, dengan penyakit oportunistik HIV Positif, gizi kurang atau pada remaja

Sumber: :Pedoman PedomanTatalaksana TatalaksanaGizi Gizi Bagi ODHA, 2010 Sumber Bagi ODHA, 2010

Kebutuhan energi energi untuk untukibu ibuhamil, hamil,HIV HIVnegatif, negatif,berat beratbadan badan normal Kebutuhan normal pada trimester trimester pertama 250 pada pertama kenaikan kenaikanminimal, minimal,trimester trimesterdua duakenaikan kenaikan kkal kkal dan trimester tiga naik Penambahan energi energi ini dapat 250 dan trimester tiga 500 naikkkal/hari. 500 kkal/hari. Penambahan menaikkan berat badanberat ibu yang sesuai mendapatkan ini dapat menaikkan badan ibu dan yangjanin sesuai dan janingizi mendapatkan gizi yang cukup untuk tumbuh normal. yang cukup untuk tumbuh normal. Kebutuhan energi saat menyusui diperkirakan 500 kkal per hari. Kebutuhanenergi energiyang saatseimbang menyusui diperkirakan 500 kkalmenjaga per hari. Konsumsi selama menyusui dapat status gizi energi ibu. Panduan WHO menyebutkan bahwa dapat bayi dari ibu Konsumsi yang seimbang selama menyusui menjaga HIV positif diberikan ASI sampai bahwa usia 6 bulan. Hal-ibu status gizi tetap ibu. Panduan WHOeksklusif menyebutkan bayi dari hal yang diberikan harus diperhatikan, terkait dengan ASI HIVpenting positif tetap ASI eksklusif sampai usiapemberian 6 bulan. Hal-hal pada ibuyang ODHA : penting harus diperhatikan, terkait dengan pemberian ASI pada ibu ODHA :

5. PENYAKIT MENULAR

141 a. Pada ibu ODHA yang mengkonsumsi ARV , dianjurkan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Jika tidak diberikan ASI,susu formula yang dipilih harus memenuhi persyaratan AFASS ( Acceptable, Feasible, Affordable, Sustainable, Safe )

b. Sangat tidak direkomendasikan pemberian makanan campuran (mixed feeding) bagi bayi dari ibu HIV positif, yaitu ASI bersamaan dengan susu formula dan makanan minuman lainnya , lalu menghentikan pemberian ASI setelah beberapa bulan. c. Dianjurkan untuk memanaskan ASI ( minimal 660 C ) untuk mematikan virus HIV 144

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

HIV DAN AIDS d. Menggunakan ASI donor dari wanita yang HIV negatif atau memutuskan untuk sama sekali tidak memberikan ASI Beberapa hal penting yang harus disampaikan kepada ibu dan keluarganya : a) Pemberian ASI yang tidak eksklusif ( ASI bersama dengan susu atau makanan lain ) meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada bayi b) Ibu dan keluarga harus diberikan KIE ( Komunikasi, Informasi dan Edukasi ) mengenai cara mengolah dan menyajikan susu dan makanan c) Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelum menyiapkan makanan d) Membersihkan peralatan makan dengan cara merebus sampai mendidih sebelum menggunakannya e) Selalu menggunakan air matang yang bersih dan aman dalam mempersiapkan makanan f) Hindari menyimpan susu atau makanan yang telah dimasak. Jika akan disimpan, dapat dimasukkan dalam lemari pendingin dan dipanaskan kembali jika akan disajikan g) Simpan makanan dan minuman dalam tempat yang tertutup Asuhan Gizi pada Bayi ( 0 – 6 bulan )

Cara yang dapat digunakan untuk memperkecil risiko transmisi melalui ASI, yaitu : Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

145

5. PENYAKIT MENULAR

Makanan terbaik untuk bayi 0-6 bulan adalah ASI. Oleh karena itu, bayi yang lahir dari seorang ibu dengan HIV positif, harus diberikan pendampingan dan konseling mengenai pemilihan cara pemberian makanan untuk bayinya dan dijelaskan mengenai resiko dan manfaat masing-masing pilihan tersebut. Apabila ibu memutuskan untuk tetap menyusui bayinya, maka harus diberikan secara eksklusif 6 bulan. Artinya hanya diberikan ASI saja, bukan mixed feeding ( ASI dan susu formula bergantian).

HIV DAN AIDS a. Memberikan ASI eksklusif dengan early cessation b. Memanaskan ASI perah pada suhu minimal 660 C. Kepada ibu juga harus diberikan petunjuk khusus dan pendampingan hingga anak berusia 2 tahun agar dapat tercapai asupan gizi yang adekuat sehingga tercapai tumbuh kembang yang optimal. Bagi ibu dengan HIV positif yang memilih untuk tidak memberikan ASI dapat memberikan susu formula sepanjang memenuhi kriteria AFASS. Rekomendasi WHO: - Pemberian ASI untuk bayi dari ibu HIV Positif - Pemberian formula, apabila ibu memenuhi kriteria AFASS (Acceptable, Feasible, Affordable, Sustainable, dan Safe). 1. Acceptable (mudah diterima) : tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikan susu formula untuk bayi 2. Feasible (mudah dilakukan) : ibu dan keluarga punya waktu, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu formula kepada bayi 3. Affordable (terjangkau) : ibu dan keluarga mampu membeli susu formula 4. Sustainable  (berkelanjutan) :

5. PENYAKIT MENULAR

susu formula harus diberikan setiap hari selama usia bayi, dan diberikan dalam bentuk segar, serta suplai dan distribusi susu formula tersebut dijamin keberadaannya 5. Safe (aman penggunaannya) : susu formula harus disimpan secara benar,higienis dengan kadar gizi yang cukup, disuapkan dengan tangan dan peralatan yang bersih, serta tidak berdampak terhadap peningkatan penggunaan susu formula untuk masyarakat luas pada umumnya. Apabila satu syaratnya tidak terpenuhi, maka menyusui secara eksklusif adalah suatu solusi. 146

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

HIV DAN AIDS Asuhan Gizi pada Anak usia 6 – 24 bulan Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian ASI atau susu saja tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi. Oleh karena itu makanan padat harus segera diberikan pada waktu bayi berusia 6 bulan. Makanan padat dapat diberikan paling awal sejak bayi berusia 4 bulan apabila telah terdapat tanda-tanda gagal tumbuh atau ibu dengan HIV Positif memutuskan untuk tidak memberikan ASI nya lagi. Susu sebagai komponen dari makanan bayi masih diperlukan, tetapi semakin lama semakin berkurang porsinya. Pada usia 6-12 bulan, susu paling banyak memenuhi setengah kebutuhan bayi, sedangkan pada usia 12 – 24 bulan hanya memenuhi sepertiga kebutuhan perharinya. Pada usia di atas 24 bulan, makanan yang diberikan sama dengan makanan keluarga, usahakan untuk menghindari makanan jajanan dan memperhatikan kebersihan. Pendekatan tata laksana gizi pada anak yang belum dan sudah menampakkan manifestasi klinis kurang gizi berbeda. Pada anak yang sudah mengalami kurang gizi, intervensi harus segera dilakukan dan dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata laksana gizi tersebut harus meliputi : 1) Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai kecukupan gizi agar tumbuh kembang optimal dapat tercapai 2) Anjuran diet berdasarkan bahan lokal yang memenuhi persyaratan 3) Selalu mencoba pemberian makanan per oral terlebih dahulu 4) Selalu mencuci buah dan sayuran dengan air hangat; kupas kulitnya jika memungkinkan, dan masak hingga matang sebelum disajikan 5) Meningkatkan densitas kalori dengan menambahkan jenis bahan yang disukai oleh anak, misalnya minyak, margarine atau mentega 7) Melakukan pemantauan rutin tiap 2 – 4 minggu

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

147

5. PENYAKIT MENULAR

6) Obati penyakit penyerta

HIV DAN AIDS g. Bahan makanan yang dianjurkan dikonsumsi ODHA 1) Berbagai jenis bahan makanan yang banyak didapatkan di Indonesia seperti tempe, kelapa, wortel, kembang kol, sayuran dan kacang-kacangan, dapat diberikan dalam penatalaksanaan gizi pada ODHA 2) Tempe atau produknya mengandung protein dan vitamin B12 untuk mencukupi kebutuhan ODHA dan mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diare 3) Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai sumber energi karena mengandung MCT yang mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT merupakan energi yang dapat digunakan untuk pembentukan sel 4) Wortel mengandung beta karoten yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh sebagai bahan pembentuk CD4. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan beta karoten berfungsi sebagai anti radikal bebas. Seperti diketahui akibat dari perusakan sel-sel oleh HIV, maka tubuh menghasilkan radikal bebas 5) Brokoli, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se, yang berfungsi untuk mengatasi dan mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan CD4

5. PENYAKIT MENULAR

6) Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin neutropik B1, B6, B12 dan zat gizi mikro yang berguna untuk pembentukan CD4 dan pencegahan anemia 7) Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat dikonsumsi sebagai makanan tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk asam lemak tak jenuh rantai tunggal (mono unsaturated fatty acid = MUFA) berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan LDL. Di samping itu, juga mengandung glutathion tinggi untuk menghambat replikasi HIV. 8) Konsumsi kacang-kacangan sesering mungkin 9) Konsumsi daging dan produk susu setiap hari 148

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

HIV DAN AIDS 10) Konsumsi sayuran dan buah-buahan setiap hari, lebih baik dalam bentuk jus, yang sebelumnya sudah disiram air panas 11) Konsumsi gula, minyak dan garam gunakan seperlunya. Tabel. 25 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan Tabel. 25 Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan bagi ODHA ( HIV bagi ODHA ( HIV dan AIDS ) dan AIDS ) Dianjurkan

Tidak Dianjurkan

Sumber karbohidrat

Semua bahan makanan kecuali yang menimbulkan gas

Bahan makanan yang menimbulkan gas seperti ubi jalar

Sumber Protein hewani

Susu, telur, daging, dan ayam tidak berlemak, ikan

Daging dan ayam berlemak, kulit ayam

Sumber Protein Nabati

Tempe, tahu, kacang hijau

Kacang merah

Sumber lemak

Minyak, margarin, santan, dan kelapa dalam jumlah terbatas

Semua makanan yang mengandung lemak tinggi ( digoreng, bersantan kental )

Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti labu kuning, wortel, bayam, kangkung, buncis, kacang panjang, dan tomat

Sayuran yang menimbulkan gas seperti kol, sawi, dan ketimun

Buah-buahan

Pepaya, pisang, jeruk, apel, dsb

Buah-buahan yang menimbulkan gas, seperti nangka dan durian

Bumbu

Bumbu yang tidak merangsang, seperti bawang merah, bawang putih, daun salam, ketumbar, laos, kecap

Bumbu yang merangsang seperti cabe, lada, asam, cuka, dan jahe

Minuman

Sirup, teh, dan kopi

Minuman bersoda dan mengandung alkohol

Sayuran

dan

Sumber : Penuntun Diet, 2004 Sumber : Penuntun Diet, 2004 Buku Saku 147ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

149

5. PENYAKIT MENULAR

Bahan Makanan

HIV DAN AIDS h. Monitoring dan Evaluasi a) Asupan makanan untuk mengetahui adekuat atau tidaknya asupan gizi ODHA b) Berat Badan dan LLA c) Data Laboratorium

5. PENYAKIT MENULAR

d) Masalah lain yang ada pada saat pengkajian gizi dan merupakan tanda atau gejala dari problem gizi yang sedang terjadi dalam proses asuhan gizi.

150

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DEMAM TIFOID (TYPHOID) 4. Demam Tifoid (Typhoid) a. Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C.. Sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ). Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba. b. Gejala Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain ; 1) Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam tinggi. 2) Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas. 3) Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hati dan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

151

5. PENYAKIT MENULAR

4) Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar). Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing, dan sakit perut. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.

DEMAM TIFOID (TYPHOID) 5) Pingsan, tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran. Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap kuman tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan progresif. c. Penatalaksanaan Terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1) Perawatan Tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Posisi tubuh harus diubah setiap ± 2 jam untuk mencegah dekubitus. a) Mobilisasi sesuai kondisi. 2) Diet a) Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakitnya (mula-mula lunak kemudian makanan biasa) b) Makanan mengandung cukup cairan, cukup energi, dan tinggi protein c) Tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas 3) Obat a) Antibiotik

5. PENYAKIT MENULAR

b) Obat Simpstomatik

152

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DEMAM TIFOID (TYPHOID) Tata Laksana Gizi Pada Demam 1. Infeksi : Proses masuk dan berkembangnya M.O (mikroorganisme) patogen ke dalam tubuh yang mengakibatkan radang. 2. Bila Tubuh terinfeksi : maka bisa timbul dehidrasi, asidosis, sehingga suhu tubuh meningkat di atas normal yang disebut demam/febris. 3. Batasan demam : > 370C dlm kondisi istirahat dan 37.50C dalam kondisi aktifitas sedang. 4. Demam/febris terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam tubuh yang telah terangsang oleh pirogen eksogen yang berasal dari mikroorganisme atau reaksi imunologik. 5. Pirogen : merupakan suatu protein identik dengan interleukin-1 dalam hipotalamus. Zat ini merangsang pelepasan asam arachidonat yg meningkatkan prostaglandin E2 yang menimbulkan piroksia. 7. Demam juga berasal dari vasokontriksi perifer sehingga terjadi dissipation (pengeluaran panas menurun) timbullah demam. - Demam/peningkatan suhu tubuh juga dapat terjadi karena me -ningkatnya aktifitas metabolisme. a. Gizi pada Infeksi : a. Peranan gizi dalam melindungi tubuh dari infeksi b. Peranan gizi dalam mengatasi sifat infeksi c. Pengaruh penyakit infeksi terhadap gizi dan keadaan gizi selanjutnya. Perlindungan tubuh terhadap infeksi : - Kulit dan lapisan mukosa - Leukosyt dan retikuloendotel - Reaksi rangsang : dengan menimbulkan demam

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

153

5. PENYAKIT MENULAR

- Antibody

DEMAM TIFOID (TYPHOID) Pengaruh Demam terhadap Gizi : a. Metabolisme naik, setiap kenaikan 10C di atas normal maka terjadi kenaikan kebutuhan energi basal sekitar 13%, sehingga kebutuhan cairan dan energi meningkat pula. b. Penurunan cadangan gizi (glikogen dan adiposa) c. Peningkatan pemecahan protein d. Peningkatan kehilangan cairan : keringat, pernafasan e. Ekskresi Na dan K meningkat f. Gangguan pencernaan ; mual, muntah atau diare b. Indikator yang Perlu Diamati pada Keadaan Demam 1). Data Klinis : luka radang dan sejenisnya, Gangguan pencernaan : mual, muntah & diare, gangguan kesadaran dll. 2). Data Antropometri : - Berat badan menurun akibat peningkatan metabolisme sehingga lemak dan protein otot dipecah. - Mata cekung dan kulit kurang elastis karena dehidrasi. 3). Faktor pengaruh konsumsi : - Metabolisme meningkat - Gangguan pencernaan : mual, muntah dan diare 4). Data laboratorium : - LED meningkat - Leukositosis

5. PENYAKIT MENULAR

c. Prinsip-Prinsip Pengaturan Diet pada Demam 1). Energi diberikan lebih tinggi karena kenaikan energi basal 2). Protein diberikan tinggi karena karena terdapat peningkatan pemecahan protein dan peningkatan kebutuhan system imun akibat peradangan seperti : leukosyt dan sebagainya 154

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR 3). Cairan diberikan tinggi karena banyak kehilangan cairan melalui pernafasan, muntah, diare, keringat dan kebutuhan untuk untuk menstabilkan suhu tubuh 4). Elektrolit (mineral) terutama Na dan K diberikan tinggi untuk koreksi keseimbangan akibat demam. 5). Bentuk makanan sebaiknya diberikan minimal lunak dan berlaku syarat-syarat pengolahan menurut konsistensi lunak serta pemilihan bahan makanan menurut syarat bentuk makanan lunak. 6). Pada kondisi demam diberikan makanan dalam bentuk olahan menggunakan cairan lebih banyak (berkuah) atau banyak menggunakan olahan buah dalam bentuk disetup atau dibuat jus /dibuat sari buah. 7). Peningkatan kebutuhan vitamin untuk proses optimalisasi energi terutama vitamin B komplek. 8). Sebaiknya lemak dikurangi terutama sumber bahan makanan yang mengandung lemak pro imflamasi yaitu ; asam lemak omega 6: minyak kelapa, minyak kelapa sawit, margarine, mentega dan sebagainya.

B. Asuhan Gizi pada Penyakit Tidak Menular 1. Tata Laksana Diet pada Diabetes Mellitus (DM) a. Definisi - DIABETES MELITUS (DM) ; penyakit menahun yang ditandai peningkatan kadar glukosa darah. - DM : suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

155

5. PENYAKIT MENULAR

- Diabetes Melitus : penyakit metabolik yang biasanya herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif ; gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang disertai gangguan metabolisme lemak dan protein.

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM) b. Klasifikasi Diabetes mellitus Klasifikasi DM menurut PERKENI sesuai Anjuran klasifikasi ADA (1997); 1. DM tipe I ; destruksi sel β menjurus ke defisiensi insulin absolut ; (autoimun, idiopati). 2. DM tipe 2 : bervariasi terutama : dominan RI relatif disertai def. insulin relatif s/d terutama defek sekresi insulin disertai RI. 3. DM tipe Lain : - Defek genetik fungsi sel β (MODY/Maturity Onset Diabetes of the Young 1, 2, 3., DNA mitokondria) - Defek genetik Kerja insulin - Penyakit eksokrin Pangkreas : pangkreatitis, pangkreatektomi, pangkreatopati fibrokalkulus

Tumor/

- Endokrinopati : Akromegali, sindrom cushing, feokromositoma, hipertiroidisme - Karena Obat/zat kimia : vacor, Pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid, tiazid, dilatin, interferon alfa dll. - Infeksi : Rubella kongenental, cytomegalo virus (CMV) - Sebab Imonologi yang jarang ; antibodi anti insulin - Sindrom genetik lain yg berkaitan dengan DM ; Sindrom down, Sindrom klenefelter, sindrom turner, dll. 4. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)

5. PENYAKIT MENULAR

c. Patofisiologi Diabetes Mellitus Type I - Defisiensi insulin terjadi karena reaksi autoimune karena : radang sel β insulitis, sehingga timbul antibodi ICA (Islet Cell Antibody) : reaksi antigen antibodi sel beta dengan ICA ( sel mengalami infiltrasi karena diaktifkan T Lymphosyt ). - Penyebab : misalnya Virus ; cocksakie, rubella, cmV, herpes dan lain-lain , sehingga ditemukan histocomtability A (HLA DR3, DR4, ). - Angka kejadian ; biasanya 10 -20% . 156

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)

Acute

Honeymoon Stress acut yg mendorong sekresi epinefrin, terjadi penurunan insulin & menimbulkan gejala klinik

Ketoacidocis 12

14

13

Tahun : timbulnya kerusakan sel β

Bagan 8. Mekanisme terjadinya Diabetes mellitus type I Kelainan metabolisme pada penderita Diabetes Mellitus Type I adalah Kelainan yang muncul pada DM tipe I yg tidak terkontrol : HYPERGLIKEMIA DAN KETOASIDOSIS ↓INSULIN GLUKAGON ↑

Breakdown of tissue protein ↑

Gluconeogenesis ↑ Glucose uptake by tissues

lipolysis ↑

Glicogenolisis

Glucose uptake by tissues ↓

Free fatty Acid in plasma ↑ Hepatic Out put of keton bodies ↑

Hyperglycemia Ketoacidosis

Bagan 9. Gangguan Metabolisme Diabetes Mellitus Type I

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

157

5. PENYAKIT MENULAR

155

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM) d. Patofisiologi Diabetes Melitus Type II - Diabetes Mellitus Tidak tergantung Insulin ( DMTTI ) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM ) adalah penyakit metabolik kronis yang secara esensi mempunyai dua kelainan dasar yaitu resistensi insulin dan disfungsi sel beta pankreas. - Sekresi insulin cukup , tapi ada keterlambatan , sehingga glukosa sudah masuk tetapi insulin belum memadai - Sel reseptor di jaringn perifer kurang (20.000-30.000) , obesitas < 20.000 - Jumlah reseptor cukup tapi kualitas reseptor jelek, sehingga insulin tidak efektif. - Terdapat kelainan pasca reseptor : glikolisis terganggu. - Kelainan campuran. Gangguan metabolisme yang terjadi pada DM tipe 2 lebih ringan dari DM tipe 1 (IDDM), gangguan ini disebabkan oleh kombinasi 2 faktor : - Dysfungsional sel beta pangkreas - Resistensi Insulin Penyebab resistensi insulin pada DM tipe II karena faktor-faktor : - Obesitas (sentral) /apple shape - Diet tinggi lemak, tinggi karbohidrat - Kurang gerak badan (Sedentary life Style)

5. PENYAKIT MENULAR

- Herediter - Mekanisme patofisiologi yang mendasari RI belum diketahui secara jelas. Tetapi defek seluler/molekuler yang diduga sebagai penyebab RI adalah disfungsi reseptor insulin, abberant receptor signaling pathway, dan abnormalitas transport dan metabolisme glukosa.

158

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

- Defek ambilan dan penggunaan glukosa yang dimediasi insulin akan menurunkan penyimpanan glukosa sebagai glikogen di otot dan hati. Hal ini bisa timbul sebagian oleh karena komponen genetik. - Beberapa abnormalitas genetik berkaitan dengan GLUT-4 dan hiperglikemia kronik dapat menyebabkan gangguan ambilan glukosa di otot melalui down regulation GLUT-4. Defek genetik yang lain dapat terjadi pada tingkat penyandian reseptor insulin melalui apa yang disebut Insulin Reseptor Substrate (IRS) Pathway. - DM tipe 2 adalah bentuk umum penyakit diabetes. Sekitar 80% dari populasi penderita diabetes mellitus di USA. Khas DM tipe 2 ini, perkembangannya tidak didahului oleh suatu gejala yang khas sebelumnya. - Pada akhirnya DM tipe II menjadi seperti DM Tipe I dimana akan tergantung pada Insulin setelah sel beta pangkreas mengalami kelelahan memproduki insulin. - Selain itu ada satu mekanisme yang penting, namun tidak secara langsung menyebabkan RI yaitu peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB) dalam sirkulasi. Lipolisis dan metabolisme asam lemak mengalami gangguan pada DM tipe 2 dan keadaan RI lainnya. Pemahaman sedikit tentang patofisiologi ini pada ahli gizi Puskesmas menjadi sangat penting agar mudah menganalisa berbagai problem gizi yang mungkin terjadi pada diabetes mellitus sehingga memudahkan dalam menegakkan diagnosa gizi maupun intervensinya.

159

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

e. Faktor Resiko Diabetes Mellitus - Usia dewasa lebih dari 45 tahun - Status Gizi lebih atau obesitas ; BB > 120% BB ideal atau IMT > 27 - Tekanan darah > 140/90 mmHg - Riwayat keluarga ada yang menderita DM - Riwayat kehamilan melahirkan bayi dengan BB lahir lebih dari 4000 g dan atau riwayat DM pada kehamilan - Dislipidemia dimana kadar HDL < 35 mg/dl dan atau 250 mg/dl

trigliserida >

- Riwayat gangguan gula pernah mengalami TGT (…) atau GDPT (…..) darah f. Diagnosa Diabetes Mellitus Diagnosis DM ditegakkan bila ada keluhan khas DM berupa : - Poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya - Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.

5. PENYAKIT MENULAR

- Cara lain untuk menegakkan diagnosis DM adalah bila tidak ada gejala khas, pemeriksaan Gula Darah Puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl atau Gula darah Sewaktu (GDS) ≥ 200 mg/dl yang dilakukan dua kali pada waktu yang berbeda (jam/hari ) atau GD2JPP / Gula Darah 2 Jam Pasca Pembebanan dengan Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥ 200 mg/dl. ( PERKENI, 2003 ) - Untuk kemudahan, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2003) hanya menganjurkan pemeriksaan kadar glukosa darah pada jam ke 2 saja. Alasan untuk kemudahan ini disarankan oleh American Diabetes Association (ADA), yang bahkan juga memakai hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa ≤ 126 mg/ dl untuk kriteria diagnosis.

160

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM) g. Gejala-Gejala Diabetes Mellitus Gejala awal : - Banyak Makan (Polyphagia) - Banyak Minum (Polydipsi) - Banyak Kencing (Polyuri) Dilanjutkan dengan - Polyneuritis (Gangguan Syaraf) Gejala Kronik : - Nafsu makan menurun - Banyak minum & kencing - Mudah capek/ mengantuk - BB turun 5 - 10 Kg/2 - 4 minggu. - Rasa mual bila berlanjut tidak sadarkan diri - Kesemutan, Rasa tebal di kulit terutama kaki - Kulit rasa panas, kram - Mata kabur - Gatal sekitar kemaluan (wanita). - Gigi mudah goyah dan lepas - Kemampuan sexual menurun (impoten) - Ibu hamil sering keguguran/bayi lahir mati. h. Penyulit/Komplikasi Diabetes Mellitus Akut : - Hyperglikemia - Ketoasidosis Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

161

5. PENYAKIT MENULAR

- Hypoglikemia

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM) Kronis : Makroangiopati : - PJK - Otak (stroke) - Gangguan Pembuluh darah tepi. Mikroangiopati : - Retinopati - Nefropati Neuropati/gagal syaraf Rentan infeksi : TBC, Ginggivitis, Infeksi saluran kencing. Kaki diabetik (ganggren) merupakan akibat Gabungan. i. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus 1. Diet Diabetes 2. Obat Hipoglikemik (penurun gula) yaitu Oral Antidiabetik (OAD) dan Insulin 3. Olah Raga 4. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 5. Cangkok Pangkreas Asuhan bagi penyandang DM sesuai standar pelayanan dasar yang diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh dan terpadu meliputi : upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Asuhan bagi penderita DM di Puskesmas meliputi:

5. PENYAKIT MENULAR

- Edukasi - Pengelolaan makanan pada DM tipe 2 dan type 1 - Aktifitas fisik - Manajemen obat - Sistem rujukan 162

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM) k. Prinsip-Prinsip Pengaturan Makan pada Diabetes Mellitus 1. Jumlah makanan yang dianjurkan adalah seimbang, dengan komposisi kalori dari karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak 20-25% Prinsip : - anjuran makan seimbang seperti anjuran makan sehat pada umumnya - tidak ada makanan yang dilarang, hanya dibatasi sesuai kebutuhan kalori (tidak berlebih) - menu sama dengan menu keluarga - teratur dalam jadwal, jumlah dan jenis makanan 2. Mencapai BB ideal, yang dihitung dengan cara : BBI = (TB-100)-10% (TB-100) Catatan : bagi wanita dengan TB < 150 cm dan pria < 160 cm, tidak dikurangi lagi 10%. Pengelompok status gizi : - BB kurang : 90% BB Ideal - BB normal : 90-110% BB Ideal - BB lebih : 110-120% BB ideal - Gemuk

: > 120% BB ideal

3. Klasifikasi indeks massa tubuh (IMT) untuk menentukan status gizi pasien - IMT ≤ 18,5

= kurus

- IMT > 25,0

= gemuk

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

163

5. PENYAKIT MENULAR

- IMT 18,5-25,0 = normal

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM) 4. Tujuan Pengaturan Makan pada Penderita Diabetes Mellitus - Menjaga gula darah dalam batas normal. - Mencapai BB normal - Menjaga Kadar Lemak darah dalam batas normal - Menekan atau menunda timbulnya komplikasi DM - Memperbaiki kesehatan umum pasien 5. Syarat Pengaturan Makanan Seimbang Tepat komposisi/jumlah : Komposisi Makanan terdiri dari 3 x makan utama dan 2-3 porsi makanan selingan sesuai kebutuhan zat gizi. Tepat waktu : makan dengan selang waktu 3 jam sekali. Tepat Jenis : ada bahan makanan : 1. Dianjurkan 2. Dibatasi 3. Bebas digunakan 4. Diperhitungkan k. Paradigma Baru Diet Diabetes Mellitus - Menganut konsep “ Makanan Seimbang”. - Diet memiliki makna “ makanan yang diatur” ini tidak sama dengan makanan yang ketat. - Prinsip Tidak boleh makan enak sudah tidak berlaku seperti ; - Tidak boleh makan nasi - Harus makan kentang 5. PENYAKIT MENULAR

- Tidak boleh menyentuh gula dan sebagainya. - Prinsip tepat komposisi/tepat jumlah :

164

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM) a. Makanan sehari-hari harus mendekati perhitungan kebutuhan energi , ini menjadi kompetensi spesifik Ahli Gizi atau Petugas Gizi Puskesmas b. Kebutuhan energi Tiap penderita DM berbeda-beda, tergantung pada : - Berat badan dan tinggi badan (status Gizi) - Jenis kelamin - Umur - Aktivitas fisik - Kondisi kehamilan/laktasi - Komplikasi (Faktor stress ; infeksi, trauma/operasi, kondisi penyakit penyerta lainnya. l. Perhitungan Kebutuhan Energi Penderita Diabetes Mellitus 1. Tentukan Status Gizi : dengan Rumus Brocca : Berat badan Idaman = 90% (TB – 100) x 1 kg Catatan : bagi wanita dengan TB < 150 cm dan pria < 160 cm, tidak dikurangi lagi 10%. atau gunakan IMT; Dimana Berat badan Idaman : Pria

= TB (m)2 x 22.5 x 1 kg

Wanita

= TB (m)2 x 21 x 1 kg

2. Energi Basal : Pria = BBI x 30 kkal/Kg BB Wanita = BBI x 25 kkal/Kg BB

165

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM) 3. Koreksi BMR dg faktor umur dg ketentuan : > 40 tahun kurangi 5% utk tiap dekade sampai usia 59 tahun 60 – 69 tahun kurangi 10% > 70 tahun kurangi 20% 4.Koreksi Aktivitas ; dengan ketentuan sbb ; - Bedrest/istirahat = + 10% - Ringan

= + 20%

- Sedang

= + 30%

- Berat

= + 40%

- Sangat Berat

= + 50%

5. Kehamilan dan Laktasi, pada kehamilan triwulan I ; + 150 kkal/hari, Triwulan II & III + 350 kkal/hari, Masa laktasi + 550 kkal/hari 6. Adanya komplikasi dilakukan koreksi demam termasuk ganggren dan stress sekitar 10 s/d 30%.

5. PENYAKIT MENULAR

7. Koreksi Status Gizi Jika terlalu kurus/terlalu gemuk

166

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

± 20 – 30 %

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM) m. Pembagian komposisi dalam Makanan m. Pembagian komposisi Energi Energi dalam Makanan Sehari Sehari

Pembagian komposisi zat gizi energi sehari tidak berbeda

- Pembagian komposisi zat gizi energi sehari tidak berbeda dengan dengan pola makan seimbang orang normal Indonesia ; pola makan seimbang orang normal Indonesia ; Karbohidrat

- Karbohidrat Protein Lemak - Protein

: 60 – 70 %

: 60 – 70 % : 10 – 15 % : 20 – 25 % : 10 – 15 %

Pembagian komposisi: 20 energi sehari : - Lemak – 25 makanan %

- Pembagian komposisi energi makanan sehari : 20%

30%

25%

Makan Utama Siang

Makan Utama Pagi Selingan Pagi

5%

Makan Utama Sore Selingan sore

Selingan Malam

10%

10%

n. Prinsip Tepat Waktu Jadwal Makan

n. Prinsip Tepat Waktu Jadwal Makan Sebaiknya mengikuti pola kebiasaan setiap penderita DM,

- Sebaiknya mengikuti pola kebiasaan penderita DM, Hanya Hanya saja sebaiknya mengikuti setiap pola waktu metabolisme sajayang sebaiknya mengikuti pola waktu yang sehat yaitu sehat yaitu ; interval 3 jam metabolisme sekali. ; interval 3 jam sekali. Interval ini mengikuti beban metabolisme setelah makan terhadap kerja hormon metabolisme tubuh orang sehat - Interval ini mengikuti bebandan metabolisme setelah makan terhadap sehingga kadar gulasehat darah. kerja hormonbisa dan mengendalikan metabolisme tubuh orang sehingga bisa Fisiologi Profile mengendalikan kadarGula gulaDarah, darah. Insulin dan glucagon dalam

180 menit makan - Fisiologi Profilesetelah Gula Darah, Insulin dan glucagon dalam 180 menit setelah makan

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

167

5. PENYAKIT MENULAR

164

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM)

Gambar 4. Profil Gula Darah , Insulin, dan Glukagon setelah Makan.

Gambar 4. Profil Gula Darah , Insulin, dan Glukagon setelah SumberMakan. : Champe C. Pamela, Harvey A. Richard, 1994, Biochemsitry, Philadelphia. SumberJB: Lippincot ChampeCompany, C. Pamela, Harvey A. Richard, 1994, Biochemsitry, JB Lippincot Company, Philadelphia.

o. Prinsip Tepat Jenis

5. PENYAKIT MENULAR

o. Prinsip Tepat Jenis Dalam menyusun/memilih bahan makanan sehari-hari pada penderita menyusun/memilih sehari-hari tidak Dalam dikenal bahan makanan yang bahan dilarang.makanan Pada prinsipnya jenis pada penderita dikenal bahan makanan yang hanya dilarang. bahan makanan tidak penderita DM sama dengan orang sehat, saja Pada prinsipnya jenis bahan makanan penderita sama; ada beberapa jenis bahan makanan yang perlu dibatasi DM ; misalnya dengan oranggula sehat, hanyatermasuk saja ada beberapa jenis bahan penggunaan sederhana gula pasir , sayuran dengan kandungan energi yang tinggi, ;sumber protein yang mengandung makanan yang perlu dibatasi misalnya ; penggunaan gula tinggi kolesterol, sumber lemak yang mengandung asamkandungan lemak jenuh, sederhana termasuk gula pasir , sayuran dengan penggunaan susu dsb. Oleh karena itu dalam bahan makanan energi yang tinggi, sumber protein yangmemilih mengandung tinggi sebaiknya digunakan Daftar Bahan Makanan Penukar. Kholesterol, sumber lemak yang mengandung asam lemak jenuh, penggunaan susu dsb. Oleh karena itu dalam memilih bahan makanan sebaiknya digunakan Daftar Bahan Makanan Penukar.

168

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

165

TATA LAKSANA DIET PADA DIABETES MELLITUS (DM) Karbohidrat - Komposisi Karbohidrat masih mengikuti pola makan seimbang pada orang sehat yaitu ; 60 – 70 %. - Pada Konsep diet DM sekarang lebih menekankan pada jumlah Karbohidrat bukan pada jenisnya. - Lebih banyak karbohidrat Komplek tetapi lebih sedikit/mengurangi asupan karbohidrat sederhana - Fruktosa dari buah dan madu ternyata masih lebih baik dibandingkan karbohidrat komplek ; seperti; Nasi, Jagung, Mie dan kentang. - Gula Pasir : - Gula Pasir : terdiri dari dua unit molekul sederhana fruktosa dan Glukosa. - Bukti ilmiah belum menunjukkan bahwa gula pasir memperburuk pengedalian gula darah penderita DM. - PERKENI masih memperbolehkan penggunaan gula pasir sebesar maksimal 5% dari kebutuhan energi sehari. - Fruktosa : - Fruktosa dari buah-buahan menaikkan kadar gula darah lebih rendah dibandingkan gula pasir dan tepung-tepungan. - Fruktosa dalam metabolisme sifatnya Non Insulin dependent Parsial - Maksimum Dosisnya : 20% dari Total energi - Pemanis Buatan (Sweetener) - Pemanis berbahan fruktosa baik untuk penderita DM, hanya saja tidak boleh lebih dari 20% kebutuhan energi, karena memiliki efek merugikan berupa; kolesterol, LDL, uric acid dsb. - Fruktosa dari buah alami sangat aman.

- Pemanis tidak bergizi ; Sakarin, aspartam, acesulfam K (batasi pada penderita DM). Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

169

5. PENYAKIT MENULAR

- Sorbitol, manitol dan xylitol (gula alkohol) memiliki respon glikemik rendah, sehingga aman pula badi penderita DM.

ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR Protein - Konsensus PERKENI menganjurkan kebutuhan protein pada penderita DM adalah 10 – 15 % total kebutuhan energi. - Asupan protein diturunkan jika terjadi nefropati ataupun tanda objektif mikroalbunuria menjadi 0.8 g/Kg BB. - Pada kegagalan Ginjal (nefropati diabetikum) pemberian protein diberikan cukup atau tinggi sesuai Dialisis (Cuci darah) yang dilakukan. - Pemberian Protein jika terjadi kegagalan ginjal bisa diberikan 0.5 –0.7 g/kg BB. Pada kondisi dialysis irregular tetap diberikan 0.5 - 0.7 g/kg BB. Jika dilakukan hemodialisis regular/teratur diberikan 1 - 1.2 g/kg BB, sedangkan pada penderita dengan peritoneal dialysis diberikan lebih tinggi 1.2 - 1.4 g/kg BB. Lemak - Anjuran konsumsi Lemak : 20 – 25 % dari total kebutuhan energi - Konsumsi lemak sebaiknya tidak boleh melebihi 30% asupan energi. - Asupan lemak penderita DM untuk mencegah atau menangani dislipidemia : mengikuti aturan Step II dimana komposisi lemak makanan sehari sebaiknya : - Total Lemak 25% - SFA (lemak Jenuh) < 7% - MUFA (lemak tak jenuh Tunggal) < 10% - PUFA (lemak tak jenuh ganda) < 10% - Kholesterol < 250 mg/hari

5. PENYAKIT MENULAR

Serat - Sayur-sayuran dan buah-buahan terutama golongan sayuran dan buah tinggi serat karena dapat menurunkan kadar lipid/lemak darah dan Gula darah (serat dianjurkan 20 -30 g/hari). ± 25 g/hari

170

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR - Serat larut air : pektin dan gum(Oat, cantel, kacang-kacangan, sayuran , buah, tempe) - Serat tidak larut air : sellulosa, lignin, hemisellulosa (bekatul, beras merah, serealia, kacangan, buah-buahan, sayuran tua, oat, tempe). Garam dalam hal ini Natrium (sodium) - Orang sehat : 3000 mg/hari - Penderita Diabetes Mellitus : 2400 mg/hari - Pembatasan lebih ketat lagi jika diikuti kelebihan garam dalam tubuh, seperti kondisi hipertensi, oedema dsb. p. Tujuan Terapi diet Tujuan dari terapi diet diabetes mellitus sebenarnya mengacu pada problem gizi yang terjadi pada penderita Diabetes Mellitus tidak bisa dilakukan generalisasi, karena prinsipnya setiap penderita memiliki diagnosa gizi spesifik berdasarkan pada prinsip proses asuhan gizi (Nutrition Care Process). Tetapi pada aspek manajemen terapi diet diabetes mellitus secara umum tujuan terapi diet itu adalah : membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, dengan cara : - Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau exogenous), dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik - Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal - Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal

- Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

171

5. PENYAKIT MENULAR

- Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek dan jangka lama, serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani

ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR q. Syarat Diet secara Umum - Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25 - 30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau laktasi serta ada tidaknya komplikasi. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan ( masing-masing 10-15% ) - Kebutuhan Protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total - Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk < 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤300 mg/hari - Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60 – 70% - Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total. - Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol LDL, sedangkan gula alkohol dalam jumlah berlebihan mempunyai pengaruh laksatif.

5. PENYAKIT MENULAR

- Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata memenuhi kebutuhan serat sehari - Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari Na. Apabila mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi ( diet rendah garam ). 172

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR - Cukup Vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan - Diet Penyakit Diabetes Melitus dengan Nefropati : - Tujuan : (a) Mengendalikan kadar glukosa darah dan tekanan darah (b) Mencegah menurunnya fungsi ginjal (c) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit - Syarat Diet : (a) Energi adekuat, yaitu 25-30 kkal/kg BB ideal (b) Protein rendah, yaitu 10% dari kebutuhan energi total atau 0,8 g/kg BB. Rendahnya kandungan protein diet sehari tergantung pada kondisi pasien. Sebanyak 65% protein berasal dari sumber protein bernilai biologik tinggi (c) Karbohidrat sedang, yaitu 55 – 60% dari kebutuhan energi total. Kebutuhan karbohidrat tergantung pada kadar glukosa dan lipida darah. Gunakan karbohidrat kompleks sebagai sumber karbohidrat utama. Pemberian karbohidrat sederhana berupa gula murni dalam jumlah terbatas sebaiknya dilakukan bersama makanan utama dan bukan di antara waktu makan. (d) Lemak normal, yaitu 20 – 25% dari kebutuhan energi total. Utamakan asam lemak tidak jenuh ganda atau tunggal. Asupan asam lemak jenuh hendaknya < 10% asupan energi total. Kolesterol < 250 mg (e) Natrium : 1000 – 3000 mg, tergantung pada tekanan darah, adanya edema, dan ekskresi natrium

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

173

5. PENYAKIT MENULAR

(f) Kalium dibatasi hingga 40 – 70 mEq ( 1600 – 2800 mg ) atau 40 mg/kg BB, bila ada hiperkalemia ( GFR ≤ 10 ml/menit ) atau bila jumlah urin < 1000 ml/hari

ASUHAN GIZI PADA PENYAKIT TIDAK MENULAR (g) Fosfor tinggi : 8 – 12 mg/kg BB ( diperlukan obat pengikat fosfor ) (h) Kalsium tinggi : 1200 – 1600 mg ( diperlukan suplemen ) (i) Vitamin tinggi. Bila nafsu makan menurun diberikan suplemen vitamin B kompleks, asam folat dan piridoksin, serta vitamin C. r. Prinsip Umum pengaturan diet - Untuk pertama kali sebaiknya makanan ditakar sampai mencapai diet dan porsi yang sesuai - Makan sesuai dengan jumlah dan pembagian makanan yang telah ditentukan dalam daftar diet, terutama bagi penderita yang menggunakan insulin atau obat-obatan anti diabetes - Untuk mendapatkan variasi menu, gunakan daftar bahan makanan penukar (Lihat lampiran 13) - Makanlah sayur-sayuran dan buah-buahan yang tinggi serat dalam jumlah yang banyak - Laksanakan diet secara disiplin untuk mencapai BB normal - Pengaturan diet diatas harus disertai dengan pengaturan pola hidup lainnya seperti latihan fisik, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol dan penanggulangan stress . - Pada waktu menggoreng, minyak jangan dibiarkan terlalu panas dan jangan digunakan berulangkali. - Bila penyakit disertai dengan hipertensi dan / oedema, menurut beratnya penyakit, makanan diberikan diet hyperlipidemia rendah garam.

5. PENYAKIT MENULAR

- Dianjurkan pengolahan bahan makanan dengan dipanggang atau dibakar, direbus dan pengolahan tanpa menggunakan lemak jenuh.

174

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI Tata Laksana Diet pada Penderita Hipertensi a. Definisi Hipertensi - Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang menetap. Tekanan sistolik adalah tekanan puncak yang tercapai pada waktu jantung berkontraksi dan memompakan darah melalui arteri. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan pada waktu jatuh ke titik terendah saat jantung mengisi darah kembali, atau disebut juga tekanan arteri di antara denyut jantung. - Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang menetap - Tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih besar dari 90 mmHg - Tekanan darah normal 120/80 mmHg - Secara sederhana seseorang disebut hipertensi apabila tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih besar dari 90 mmHg. - Tekanan darah yang ideal adalah kurang dari 120/80 mmHg (NHLBI, 2006). - Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah = 140/90 mmHg, batasan ini adalah untuk orang dewasa (di atas 18 tahun). Jika terjadi kenaikan salah satu dari ukuran tekanan darah tersebut (atau dua-duanya, sistol dan diastol), sudah dapat dikatakan terjadi hipertensi. b. Penyebab Hipertensi - Hipertensi Pirmer : tidak diketahui (90%) - Hipertensi sekunder ; penyebab berkaitan dengan penyakit tertentu (10%)

175

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI c. Subjek yang beresiko Menderita Hipertensi Seseorang yang beresiko menderita hipertensi adalah ; - Overweight/obesitas - Laki-laki usia di atas usia 45 tahun - Wanita usia di atas 55 tahun - Memiliki riwayat keluarga menderita hipertensi - Mengalami pre hipertensi (hipertensi perbatasan) yaitu tekanan darah 120 – 139/ 80 – 89 mmHg). - Selain faktor-faktor tersebut di atas maka ada kondisi yang berpotensi menimbulkan hipertensi pada seseorang sebagai berikut : - Makan terlalu banyak garam dalam pola makan sehari-hari - Minum alkohol - Rendah kalium dalam pola makan sehari-hari - Tidak cukup beraktifitas (sedentary life style) - Sedang menjalani pengobatan tertentu (ada obat yang memicu timbulnya hipertensi) - Mengalami tekanan bathin berkepanjangan (stress) - Merokok ( merokok menimbulkan peningkatan tekanan darah temporer) d. Komplikasi yang ditimbulkan Hipertensi

5. PENYAKIT MENULAR

Hipertensi bila tidak dikontrol dengan baik dapat berbahaya dan menimbulkan bahaya dan berisiko menderita ” stroke” atau CVA (cerebro vascular accident), penyakit jantung dan pembuluh darah dengan segala manifestasinya (misalnya miokard infark), gangguan pada retina mata, gagal ginjal dan dapat berisiko sangat fatal.

176

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

(cerebro vascular accident), penyakit jantung dan pembuluh darah dengan segala manifestasinya (misalnya miokard infark), gangguan pada retina mata, gagal ginjal dan dapat berisiko sangat fatal. TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI

e. Klasifikasi Hipertensi

e. Klasifikasi Hipertensi Tabel Klasifikasihipertensi hipertensi menurut (1999) Tabel 26.26. Klasifikasi menurutWHO/ISH WHO/ISH (1999) Kategori

Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

< 120

< 80

Normal Normal tinggi Hipertensi ringan Hipertensi sedang

< 130 130 – 139 140 – 159 160 – 179

< 85 85 – 89 90 – 99 100 – 109

Hipertensi berat Hipertensi Sangat berat

180 – 209 > 210

110 – 119 > 120

Optimal

f. Tanda dan Gejala Hipertensi - Hipertensi dikenal sebagai ”silent killer” karena penderita 174 tetapi dalam beberapa tahun belum sudah menderita hipertensi merasakan gejala, penderita baru menyadari setelah beberapa kali dilakukan pengukuran tekanan darah dan ternyata tekanan darah tingginya menetap. Gejala umum yang biasa dirasakan pada orang yang mengalami tekanan darah adalah: pusing, mual dan muntah, sakit kepala biasanya di daerah tengkuk dan berlangsung terus menerus, penglihatan kabur, cepat lelah, sesak nafas dan susah beristirahat. - Pada kebanyakan orang biasanya hipertensi tidak memperlihatkan gejala-gejala. Gejala yang dimaksud di sini terutama berhubungan dengan efek hipertensi pada beberapa organ tubuh seperti; otak, mata, jantung dan ginjal

- Tidak minum kopi atau merokok 30 menit sebelum dilakukan pemeriksaan Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

177

5. PENYAKIT MENULAR

- Pengukuran tekanan darah yang baik adalah; dilakukan dalam posisi duduk atau tidur. Sebelum dilakukan pengukuran tekanan darah perlu diperhatikan sebagai berikut ;

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI - Gunakan pakaian lengan pendek - Kosongkan kantung kemih dengan buang air kecil, karena penuhnya kantung kencing mempengaruhi tekanan darah. - Duduk selama 5 menit sebelum pengukuran tekanan darah (Pedoman , NHLBI, 2006). g. Terapi Diet Pada Penderita Hipertensi Prinsip terapi diet pada hipertensi : - Makanan beraneka ragam mengikuti pola gizi seimbang - Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita - Jumlah garam disesuaikan dengan berat ringannya penyakit dan obat yang diberikan 1. Penurunan berat badan Pemberian makanan yang adekuat/cukup seimbang dari kebutuhan energi pada penderita hipertensi berfungsi untuk :

segi

- Menurunkan berat badan bila terjadi kelebihan berat badan atau obesitas dengan pengurangan energi dalam susunan diet yang aman. - Menaikkan berat badan apabila terdapat status gizi kurang / undernutrition.

5. PENYAKIT MENULAR

- Mempertahankan berat badan apabila penderita hipertensi memiliki status gizi normal /eunutritional state - Penurunan berat badan biasanya berdampak pula disertai penurunan tekanan darah, saat ini strategi penurunan berat badan lebih dioptimalkan pada pengaturan komposisi lemak tubuh. Penurunan berat badan dari hasil riset sebesar 11.7 kg dapat menurunkan tekanan darah sebesar 12.7 sampai dengan 20.7 mmHg.

178

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI 2. Pembatasan Alkohol, rokok dan kafein. - Orang-orang yang mengkonsumsi 3 .....atau lebih minuman beralkohol per hari mempunyai tekanan darah yang meningkat . - Kafein pada kopi menyebabkan vasokontriksi . Dengan berhenti minum kopi aktivitas renin plasma dan norepinefrin akan menurun. Merokok mengakibatkan vasokontriksi , dengan berhenti merokok dapat menurunkan aktivitas syaraf simpatik dan kadar norepinefrin akan turun. 3. Pembatasan Natrium (Na) - Pada beberapa orang dengan hipertensi ada yang peka terhadap garam (salt –sensitive) dan ada yang resisten terhadap garam. Penderita - penderita yang peka terhadap garam (Na) cenderung menahan natrium , berat badan bertambah dan menimbulkan hipertensi pada diet tinggi garam. Sebaliknya penderita resisten garam tidak ada perubahan berat badan dan tekanan darah pada diet rendah maupun tinggi garam, reaksi ini menunjukkan mengapa beberapa orang respon dengan penurunan tekanan darah sedangkan yang lain tidak respon. - Dari penelitian diketahui bahwa diet yang mengandung 1600 – 2300 mg Na/hari setara dengan 70 – 100 meq Natrium menurunkan rata-rata pada tekanan sistolik 9 sampai 15 mmHg dan tekanan diastolik 7 sampai 16 mmHg. Pembatasan Garam sekitar 2000 mg Natrium / hari dianjurkan pada penatalaksanaan diet hipertensi secara umum. - Pembatasan Natrium dalam aplikasi klinis dikenal 3 kategori pembatasan sebagai berikut :

- 1 gram garam dapur = 393 mg Na.



- 1 mEq = 23 mg Na.

179

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI - Diet rendah garam : - Rendah garam I = 9-13 mEq = 200-300 mg Na. (tanpa penambahan garam dapur) - Rendah garam II = 22-30 mEq = 500-700 mg Na ( + ¼ sdt garam dapur = 1 g) - Rendah garam III = 43-65 mEq = 1000-1500 mg Na ( + ½ sdt garam dapur = 2 g) - Sumber Na dalam makanan adalah garam dapur, monosodium glutamat (MSG), kecap, makanan yang diawet mengandung senyawa Na (Na benzoat), terasi, Bubuk kaldu instan, sup instan, Soda kue, aneka penyedap, krakers, biskuit, babat, Ragi, Corned beef, Ham, Keju, Sosis, Keju kacang tanah, Kecap asin, Salad dressing, margarin, mentega. 4. Protein - Protein diberikan cukup yaitu ± 10% dari total kebutuhan energi atau 0.8 – 1 g/kg/hari. Pembatasan protein diberikan ketika ditemukan ada tanda komplikasi pada organ ginjal , misalnya mulai ditemukan: mikroalbuminurea atau sudah terjadi gagal ginjal.

5. PENYAKIT MENULAR

5. Lemak - Lemak sebaiknya diberikan dalam jumlah adekuat antara 25 sampai 30% dari total kebutuhan energi. Tetapi jika ditemukan hipertensi dengan atherosklerosis dan dislipidemia maka penderita hipertensi harus menjalankan diet dislipidemia khusus orang Indonesia (Asia) digunakan step 2 diet dislipidemia dengan komposisi total lemak : 25% dari kebutuhan energi SFA : <7% PUFA : < 10% MUFA : < 10% Karbohidrat : 50-60% Protein : 10-20% Kolesterol : < 250 mg 180

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI - Penggunaan lemak tak jenuh (PUFA dan MUFA) pada penderita hipertensi perlu hati-hati karena jika salah dalam pengolahan menimbulkan efek yang lebih merugikan dibandingkan penggunaan lemak jenuh, maka perlu diberikan nutrisi pelindung lemak tak jenuh dengan diet tinggi antioksidan. Sumber asam lemak tidak jenuh : ikan, minyak biji bunga matahari, minyak wijen, olive oil, minyak kedelei, minyak jagung, minyak ikan. 6. Tinggi Magnisium (Mg), Kalsium (Ca) dan Kalium (K) - Diet tinggi kalsium berhubungan erat dengan penurunan tekanan darah, mirip seperti obat diuretik membantu mengeluarkan Na. Makanan tinggi kalsium yang ideal adalah susu rendah lemak misalnya : yogurt non atau low fat, susu skim. Sumber kalsium utama : susu dan hasil olahannya (keju), ikan yg dimakan dengan tulang sedangkan sayur hijau, tahu, serealia, kacang2an, tempe merupakan sumber yang baik pula hanya bahan penghambatnya juga banyak yaitu serat, phitat dan oksalat. Kebutuhan kalsium laki-laki 500-800 mg dan wanita 500-600 mg - Susu yang paling ideal adalah susu non fat karena bioavailabality tinggi. - Magnesium (Mg) adalah kation ekstrasellular setelah Na dalam tubuh. Magnesium berfungsi merelaksasi otot dan syaraf serta mencegah pembekuan darah bekerja bersama-sama mengimbangi fungsi kalsium. Sumber Mg : sayuran hijau, serealia tumbuk, biji2an, kacang2an. Kebutuhan magnesium laki-laki : 280 mg dan wanita : 250 mg /hari.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

181

5. PENYAKIT MENULAR

- Kalium adalah mineral kation utama intrasellular. Selain menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit maka kalium berperan dalam menjaga menormalkan tekanan darah dalam perbandingan yang sesuai dengan Na. Perbandingan ideal kalium terhadap natrium yang baik pada penderita hipertensi adalah 1.5 : 1. Maka diet penderita hipertensi sebaiknya mengandung tinggi kalium sekitar 80 – 100 meq (3120 -3900 mg) atau rata-rata minimal 3000 mg/hari.

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI - Sumber kalium : bahan segar seperti buah & sayur serta kacang2an. Havermouth (565 mg), tepung kedelei (1526 mg), kacang hijau (1132 mg), kacang kedelei (1504 mg) , kacang merah ( 1151 mg), bayam (461 mg), pisang (435 mg) per 100 g 7. Tinggi Antioksidan - Antioksidan sangat penting pada penderita hipertensi karena berfungsi mengeradikasi oksidan/radikal bebas yang memungkinkan timbulnya atherosklerosis sehingga pada penderita hipertensi perlu diet tinggi antioksidan yaitu tinggi vitamin A, vitamin C, vitamin E, Selenium, Zn dan Cuprum (dalam bentuk metaloenzim)/superokside desmutase. - Antioksidan juga berperan dalam melindungi asam-asam lemak tak jenuh agar tidak mudah teroksidasi. 8. Tinggi Serat - Penderita hipertensi terutama yang mengalami stroke dan immobile perlu serat untuk memperbaiki pola defekasi dan mencegah dislipidemia yang merperburuk hipertensi. 9. Cukup mengandung Functional Food /food medicine yang Mampu Menurunkan Tekanan Darah. Arginin - Arginin berperan sebagai antiproliferasi dan antikontriksi pembuluh darah penting untuk mencegah atherosclerosis dan hipertensi - Arginin membantu memperbaiki gangguan fungsi seksual.

5. PENYAKIT MENULAR

- Sumber : kacang-kacangan, daging sapi, kambing, ikan telur, ayam.

182

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI Co Enzym Q10 - Berperan dalam penurunan berat badan, sebagai antioksidan, memperbaiki kontraksi otot jantung. - Sumber : Bayam, kentang, minyak kedelei, corn oil, ketela rambat, jerohan, daging sarden. Cukup senyawa fitokimia dari kacang-kacangan - Bahan makanan padat gizi; kaya serat, kaya senyawa phytokimia (phytoestrogen, diadzin, geneisten, isoflavon) dan kaya mineral. 10. Makanan yang dihindari - Otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing - Makanan yang diolah menggunakan garam natrium - Makanan dan minuman dalam kaleng - Makanan yang diawetkan - Mentega dan keju - Bumbu-bumbu : kecap, terasi, petis, garam, saus tomat, saus sambel, tauco dan bumbu penyedap lainnya - Makanan yang mengandung alkohol misalnya durian, tape 11. Prinsip Cara mengatur diet - Rasa tawar dapat diperbaiki dengan menambah gula merah/ pasir, bawang (merah/putih), jahe, kencur, daun salam dan bumbu lain yang tidak mengandung atau sedikit garam natrium - Makanan lebih enak ditumis, digoreng, dipanggang, walaupun tanpa garam - Bubuhkan garam saat di atas meja makan, gunakan garam beryodium tidak lebih dari ½ sendok teh/hari - Bila mengkonsumsi makanan/minuman suplemen, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

183

5. PENYAKIT MENULAR

- Dapat menggunakan garam yang mengandung rendah natrium

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HIPERTENSI 12. Hal-hal penting lain pada penderita Hipertensi - Olah raga , sekitar 30 menit sehari atau 3 kali seminggu. Hindari olah raga isometrik yang dapat meningkatkan tekanan darah. Lakukan olah raga isotonik : seperti jogging, jalan dan renang. - Mengubah gaya hidup. Menghindari stress psikis yang tidak perlu. Belajar mengatasi stress dengan baik. Menyediakan waktu untuk relaksasi dan istirahat cukup. - Menghindari obat-obatan yang dapat meningkatkan tekanan darah. 13. Interaksi Obat dan Makanan Diuretik Spironolakton (aldacton) adalah potasium sparing), Thiazide (furosemide/lasix) mengeluarkan kalium oleh karena itu perlu penggunaan suplementasi K atau diet lebih tinggi kalium.Pada penggunaan diuretik perlu suplementasi Zn 50-200 mg/hari. Zincuria sering terjadi pada terapi diuretik. - Antihipertensi Penggunaan reserpin (serpasil) harus disertai pembatasan Natrium. Sebaiknya minum obat bersamaan dengan makanan. - Captopril (capoten) Dapat mempengaruhi kadar ureum dan kreatinin serum. Sebaiknya minum obat ini 1 jam sebelum makan, pertimbangkan pembatasan energi dan Na - Amiloride (moduretic) Antihipertensi dan diuretic, Penggunaan harus disertai pembatasan energi dan Na 5. PENYAKIT MENULAR

- Clonidine (catapres) Penggunaannya harus disertai pembatasan energi dan Na, dapat menyebabkan mulut kering, mual, muntah dan oedema

184

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS - Prazosin (minipres) Dapat menyebabkan mual, anoreksia, diare atau konstipasi dan kenaikan berat badan. - Propanolol (inderal), rauwolfia (raudixin) dan metaprolol (lopresor) harus disertai diet rendah energi dan Na. - Penderita dengan suplementasi Kalium perlu diberikan suplementasi vitamin B 12 , karena sering menimbulkan defisiensi vitamin B12. - Pemberian garam substitusi Kalium perlu mendapatkan pengawasan yang ketat terutama pada gangguan ginjal seringkali menimbulkan hiperkalemia. 3. Tata Laksana Gizi pada Penderita Obesitas - Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai suatu keadaan klinis atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan sehingga berat badan anak jauh di atas normal dan dapat membahayakan kesehatan anak. Overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal anak balita yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau jaringan nonlemak. - Obesitas = kegemukan - Obesitas : kondisi BB jauh di atas NORMAL. - Overfatness = kelebihan lemak - Obesitas : kelebihan lemak tubuh (Overfatness), dimana terjadi penimbunan lemak di jaringan lemak tubuh (jaringan adiposa) yang berlebihan baik terlokalisir (tempat-tempat tertentu) maupun seluruh tubuh

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

185

5. PENYAKIT MENULAR

- Penderita obesitas berpotensi mengalami pelbagai penyebab kesakitan dan kematian antara lain penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, dan lain-lain.

TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS a. Menentukan Obesitas/overfatness Indek Massa Tubuh : BB(kg)/TB2(m) Batas Normal (kg/m2) : Laki-laki

=18 - 25

Wanita

=17 - 23

Batas Obesitas: Laki-laki

> 25

Wanita

> 23

Lingkar Pinggang (cm): Menentukan resiko obesitas terhadap Kesehatan, batasan untuk orang Asia termasuk Indonesia ; - Laki-laki

= > 87.5 cm

- Wanita

= > 77.5 cm

Menggunakan alat Pengukur Lemak : menentukan Status lemak tubuh Misalnya, persentase lemak Tubuh, gram lemak tubuh dsb. Rasio Lingkar Pinggang terhadap Lingkar Pinggul atau Waist Hip Ratio (WHR) untuk menentukan distribusi lemak subkutan dan intraabdomenal terhadap resiko kesehatan Batas Resiko : Laki-laki

≥ 0.90

Wanita

≥ 0.80

Rasio ini juga menentukan type obesitas android atau tidak.

5. PENYAKIT MENULAR

Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar perut-pinggul :

186

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Laki-laki ≥ 0.90 Wanita ≥ 0.80 Rasio ini juga menentukan type obesitas android atau tidak. TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar perut-pinggul :

Tabel 27. Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar Perut-Pinggul Tabel 27. Kategori Ambang resiko Ukuran Lingkar Perut-Pinggul Jenis Kelamin

Hasil yang diharapkan

Hasil yang tidak diharapkan

Sangat baik

Baik

Resiko rendah

Tinggi

Sangat tinggi

Laki-laki

< 0.85

0.85 - 0.90

0.90 - 0.95

0.95 - 1.00

> 1.00

Wanita

< 0.75

0.75 - 0.80

0.80 - 0.85

0.85 - 0.90

> 0.90

b. Bentuk atauatau TypeType Obesitas dan Resiko Penyakit b. Bentuk Obesitas dan Resiko Penyakit Type 1 : Ovoid - Type 1 : Ovoid

Resiko Penyakit ; Arthritis, Penyakit jantung (kardiovaskular) Type 2 : Android - Type 2 : Android Resiko Penyakit ; Atherogenic, Diabetogenic & Carcinogenic TypePenyakit III: Viseral Resiko ; Atherogenic, Diabetogenic & Carcinogenic Resiko penyakit; Resiko sama dengan Type II hanya lebih - Type III: Viseral berat. Resiko Resiko sama dengan Type II hanya lebih berat. Typepenyakit; IV : Gynoid Resiko Penyakit - Type IV : Gynoid Rendah

Resiko Penyakit ; Arthritis, Penyakit jantung (kardiovaskular)

Resiko Penyakit Rendah c. Penyebab Obesitas/Overfatness atau Adipositas - Faktor yang tidak dapat dirubah : - Jenis kelamin

184

- Umur - Type Obesitas - Ras - Genetik/keturunan

- Pola Konsumsi energi - Pemanfaatan energi Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

187

5. PENYAKIT MENULAR

Faktor yang dapat dirubah

TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS d. Resiko Obesitas/Overfatness - Peradangan Empedu/batu empedu - Otak :Stroke - Jantung : Gagal jantung oleh karena PJK (Penyakit Jantung Koroner) - Sistem hormon : DM (kencing manis) - Kanker - Gangguan Pernafasan - Sendi : Peradangan sendi & Gout arthritis - dsb. e. Tata laksana Obesitas Manajemen tata laksana obesitas secara komprehensif meliputi : - Terapi perilaku - Diet Rendah energi seimbang - Olah raga - Farmakoterapi - Bedah f. Langkah Promotif/Preventif - Langkah promotif meliputi gaya hidup sehat yakni pola makan dengan gizi seimbang dan berolahraga/beraktivitas fisik secara teratur. - WHO (1998) membagi pencegahan menjadi tiga tahap yaitu ; - Pencegahan primer yang bertujuan mencegah terjadinya obesitas - Pencegahan sekunder yang bertujuan menurunkan prevalensi obesitas 5. PENYAKIT MENULAR

- Pencegahan tersier yang bertujuan mengurangi dampak obesitas

188

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS g. Langkah Diagnostik 1). Anamnesis - Telusuri faktor risiko obesitas serta dampak yang mungkin terjadi - Gaya hidup meliputi kebiasaan makan, aktivitas fisik dan faktor stress 2). Pemeriksaan fisis Tanda dan gejala klinis obesitas yang khas antara lain wajah yang membulat, pipi yang tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada yang membusung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan yang menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau yang kurang sedap. Pada anak lelaki, penis tampak kecil karena tersembunyi dalam jaringan lemak supra-pubik (buried penis). h. Komplikasi. a. Obstructive sleep apnea : mulai dari mengorok sampai mengompol b. Tergelincirnya epifisis kaput femoris (slipped capital femoral epiphysis) yang bermanifestasi sebagai nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul, serta penyakit Blount (tibia vara). c. Non-alcoholic-steato-hepatitis berupa perlemakan hati d. Penyakit kardiovaskuler e.Kelainan kulit, khususnya di daerah lipatan berupa ruam panas, intertrigo, dermatitis moniliasis dan acanthosis nigricans dan jerawat f..Psikososial : canggung atau menarik diri dari kontak sosial

189

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS i. Pemeriksaan antropometri untuk anak Umumnya obesitas pada anak ditentukan berdasarkan dua indeks antropometri, sebagai berikut: 1. BB/TB : Z score > +3 SD 2. IMT menurut Umur : Z score > +3 SD (Sumber Baku Rujukan WHO .2005) j. Terapi Diet Upaya terapi diet diberikan dengan mengedepankan aspek keamanan dalam proses penanganan obesitas dari aspek terapi diet. Pada prisnipnya diet pada obesitas diberikan makanan rendah energi tetapi seimbang dari aspek gizi lainnya. Tujuan Terapi diet secara umum : - Mencapai berat badan ideal. - Memperoleh proporsi tubuh yang ideal. - Mencegah atau menekan komplikasi-komplikasi karena obesitas. Prinsip : - Rendah energi, - Cukup protein, - Cukup lemak, - Tinggi serat, - Cukup cairan, 5. PENYAKIT MENULAR

- Cukup vitamin & mineral.

190

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS Syarat : - Energi diberikan rendah dengan mempertimbangkan tingkat Kegemukan & Aktifitas - Pengurangan energi antara 500 - 1000 kalori perhari, dan memenuhi prinsip syarat diet rendah energi, bukan sangat rendah energi. - Protein diberikan cukup serta bervariasi (protein essensial dan Non essensial) - Cukup lemak (cukup lemak tak jenuh, Rendah lemak jenuh). - Vitamin dan mineral cukup dari buah & Sayuran.(tinggi serat & Antioksidan) - Cukup Cairan untuk menghindari dehidrasi. - Pemberian makanan paling kurang 3 kali perhari. - Pemilihan makanan harus sangat variatif (aneka ragam) - Pelaksanaan Terapi diet harus dibawah tanggung jawab Ahli Gizi

DIET BERIKUT INI TIDAK MEMPERHATIKAN KESEIMBANGAN KEBUTUHAN GIZI , MISALNYA : - TIGER DIET - BANANA MILK DIET - DIET RENDAH KARBOHIDRAT - POTATOS DIET - FRUIT DIET - DLL

191

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS Terapi diet Khusus Anak-Anak dan Remaja 1. Tatalaksana obesitas pada anak berbeda dengan orang dewasa karena pada anak faktor tumbuh kembang harus dipertimbangkan. Tatalaksana obesitas pada anak terdiri atas : - Pengaturan diet : jumlah energi dihitung berdasarkan BB-ideal (median BB/TB) x AKG - Peningkatan aktivitas fisik - Mengubah pola hidup (modifikasi perilaku) dengan melibatkan keluarga dalam proses terapi. 2. Tata laksana komprehensif obesitas penanganan obesitas dan komplikasi yang terjadi. 3. Prinsip terapi dietnya : Rendah Energi Prinsip Terapi Diet pada Anak : 1. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang 2. Merubah pola makan menjadi sehat dan meneruskan kebiasaan tersebut 3. Mengurangi konsumsi makanan sumber kalori/energi serta mengurangi konsumsi lemak 4. Mengurangi konsumsi makanan 500-1000 kalori dari kebutuhan kalori/ energi per hari 5. Diet dilakukan secara bertahap, dengan menurunkan berat badan sekitar 0,5-1 kg/minggu 6. Kandungan serat tinggi. 7. Konsumsi makanan sumber antioksidan (Lampiran 15)

5. PENYAKIT MENULAR

8. Keberhasilan diet sangat ditentukan oleh kemauan keras dan kedisiplinan pasien. 9. Diet yang diberikan kepada pasien harus sesuai dengan kebiasaan makanan pasien dan sumber daya yang tersedia. 10.Pelaksanaan diet tidak akan berhasil apabila tidak diikuti oleh pengaturan aktivitas fisik, tidak merokok dan pengaturan stress. 192

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA GIZI PADA PENDERITA OBESITAS Makanan yang dibatasi - Sumber hidrat arang : nasi, roti, kentang, mie, makaroni - Sumber protein hewani dan nabati (lauk-pauk) Makanan yang dihindari - Makanan berlemak dan berkolesterol tinggi: otak, ginjal, paru, jantung, udang, daging berlemak - Makanan yang diolah dengan menggunakan gula dan pemanis serta goreng-gorengan - Makanan dan minuman dalam kaleng - Makanan yang diawetkan dengan gula : dendeng, abon, selai kacang, acar, manisan buah Cara mengatur diet 1. Jangan makan camilan berlebihan 2. Jangan makan di atas jam 19.00, bila lapar makanlah buah 3. Strategi makan 4 Jangan makan sambil tiduran 5. Minum air putih dulu sebelum makan 6. Dikunyah > 20 x sebelum ditelan 7. Gunakan piring kecil Monitoring dan Evaluasi - Keberhasilan penanggulangan obesitas dengan mengukur lingkar perut. Interpretasi dari hasil pengukuran lingkar perut di dasarkan pada :

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

193

5. PENYAKIT MENULAR

- NIH 1998, WHO 2000, dan Health Canada : dinyatakan berisiko pada laki-laki jika ukuran lingkar pinggang ≥ 102 cm, sedangkan perempuan sebesar ≥ 88 cm

Keberhasilan penanggulangan obesitas dengan mengukur lingkar perut. Interpretasi dari hasil pengukuran lingkar perut di dasarkan pada : TATA LAKSANA PADA PENDERITA OBESITAS NIHGIZI 1998, WHO 2000, dan Health Canada : dinyatakan berisiko pada laki-laki jika ukuran lingkar pinggang ≥ 102 cm, - WHO 2000 menganjurkan orang≥ Asia yang tinggal di daerah - sedangkan perempuanuntuk sebesar 88 cm urban menggunakan cut off yanguntuk lebihorang rendahAsia yaituyang > 80tinggal cm untuk WHO 2000 menganjurkan di perempuan dan > menggunakan 90 cm untuk laki-laki.(Gibson RS, 2005) daerah urban cut off yang lebih rendah yaitu > 80 cm untuk perempuan dan > 90 cm untuk laki-laki.(Gibson 2005) Ada 4RS, aspek penilaian terhadap pemantauan keberhasilan terapi pada

anak obesitas yaitu :

Ada 4 aspek penilaian terhadap pemantauan keberhasilan terapi pada anak obesitas yaitu : - Berat Badan pada pengaturan diet Kepatuhan Berat fisik Badan - Aktivitas Aktivitas fisik - Perubahan pola hidup Perubahan pola hidup

- Kepatuhan pada pengaturan diet

Tabel28. 28Komponen KomponenKeberhasilan Keberhasilan Rencana Penurunan Berat Tabel Rencana Penurunan Berat Badan Badan

Komponen Menetapkan target penurunan berat badan Pengaturan diet Aktifitas fisik Modifikasi perilaku

Keterlibatan keluarga

Keterangan Kecepatan penurunan barat badan 0,5-2 kg per bulan sampai target awal sebesar 2,5 – 5 kg tercapai. Nasehat diet yang mencantumkan jumlah kalori per hari dan anjuran komposisi lemak, protein dan karbohidrat Awalnya disesuaikan dengan tingkat kebugaran anak dengan tujuan akhir 20-30 menit per hari di luar aktivitas fisik di sekolah Pemantauan mandiri, pendidikan gizi, mengendalikan rangsangan, memodifikasi kebiasaan makan, aktivitas fisik, perubahan perilaku, penghargaan dan hukuman (reward and punishment) Analisis ulang aktifitas keluarga, pola menonton televisi, melibatkan orang tua dalam konsultasi gizi

5. PENYAKIT MENULAR

191

194

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA Tata Laksana Terapi Diet Pada Dislipidemia a. Definisi - Dislipidemia adalah kelainan pada kadar lipid atau lemak yang terkandung dalam darah . Umumnya isitilah ini lebih ditujukan pada meningkatnya kadar kolesterol dan trigliserid. Dengan meningkatnyan kadar kolesterol, khususnya LDL, dapat menimbulkan penumpukan “kerak” pada dinding pembuluh darah. Kerak atau plaque atherosklerosis inilah yang mengakibatkan penyempitan saluran darah. Jika yang menyempit adalah pembuluh koroner di jantung, maka menimbulkan penyakit jantung koroner (Iwan Dakota, 2007). - Dislipidemia adalah suatu gangguan metabolisme lemak yang menyebabkan peningkatan atau penurunan kadar lipid dalam darah. Dislipidemia secara klinis dapat berupa : - Hiperkolesterolemia - Hipertrigliseridemia - Kombinasi hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia - Isolated hipo-High Density Lipoprpteinemia. - Dislipidemia yaitu kelainan metabolisme lipid (=lemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. b. Jenis Dislipidemia - Secara umum dislipidemia dapat dibagi atas dua tipe yaitu ; dislipidemia primer dan dislipidemia sekunder (Widjaya Lukito, 2000). (1). Dislipidemia primer - Common hypercholesterolemia - Remnant (Type III) hyperlipidemia - Familial combined hyperlipidemia - Chylomicrom syndrom Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

195

5. PENYAKIT MENULAR

- Familial hypercolesterolemia

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA (2) Sekunder Dislipidemia sekunder pada umumnya disebabkan oleh penyakit sebagai berikut : - Gagal ginjal - Syndroma nefrotik - Diabetes melitus - Sepsis - Hipotiroidsme - Sirosis hepatis c. Patofisiologi Aspek Gizi - Menurut Widjaya Lukito (2000), dengan menggunakan pendekatan nutrisi, dislipidemia terjadi melalui mekanisme : (a). Asupan makanan Pada umumnya makanan padat energi (khususnya energi dari lemak) dapat menyebabkan dislipidemia. Makanan padat energi yang sering dikonsumsi dan erat kaitannya dengan perubahan gaya hidup antara lain : - Daging berlemak - Junk Food - Soft drink (khususnya yang menggunakan gula) - Mentega, margarin, krim, santan - Alkohol (termasuk alkohol tradisional seperti tuak, dan lain-lain) - Konsumsi gula berlebihan

5. PENYAKIT MENULAR

- Konsumsi minyak yang berlebihan - Nutrisi enteral : pemberian formula yang tidak sesuai dengan kapasitas metabolisme lipid. - Nutrisi parenteral : pemberian preparat lipid yang berlebihan (melebihi batas kemampuan lipid clearance). 196

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA Melalui mekanisme asupan makanan, dislipidemia sering dikaitkan dengan rendahnya konsumsi serat makanan (sayur-mayur, buahbuahan dan kacang-kacangan) terutama apabila disertai dengan konsumsi makanan padat energi. Dislipidemia juga erat kaitannya dengan penerapan gaya hidup yang salah seperti ; 1. Merokok 2. Konsumsi alkohol yang berlebihan 3. Kurang aktifitas fisik (sedentary lifestyle). (b) Asupan zat gizi Asupan jenis-jenis zat gizi di bawah ini dapat menyebabkan dislipidemia : - Asam lemak jenuh (saturated fatty acid /SFA) dan asam lemak tidak jenuh trans. - Poly unsaturated Fatty Acid/Saturated Fatty Acid ratio < 1 - Defisiensi biotin (contoh ; pada egg-white injury). (c) Gangguan komposisi tubuh Gangguan komposisi tubuh seperti ; - Morbid Obesity - Obesitas sentral (abdominal adiposity) - Prader Willie Syndrome

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

197

5. PENYAKIT MENULAR

Gangguan komposisi tubuh dapat menyebabkan dislipidemia disebabkan karena aktifitas lipolisis yang berlebihan, sehingga terjadi pelepasan asam lemak bebas yang berlebihan pada sistem portal yang selanjutnya bergeser secara sistemik. Pada orang yang sedang menjalani program penurunan berat badan, sering pula mengalami transient dislipidemia

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA (d) Gangguan metabolisme Lipid Gangguan metabolisme lipid seperti ; - Hiperkilomikronemia - Defisiensi enzim lipoprotein lipase - Defisiensi reseptor LDL Memiliki kaitan yang erat dengan dislipidemia. Perlu diketahui bahwa beberapa macam obat seperti ; a. Kortikosteroid b. b- blocker c. Diuretik Sering menyebabkan dislipidemia. Pasien-pasien yang mengkonsumsi obat-obatan tersebut perlu diberi paling sedikit 3 alternatif rekomendasi : 1). Tetap mengkonsumsi obat-obatan tersebut (karena patofisiologi penyakit sangat membutuhkan) dengan restriksi yang lebih agresif terhadap asupan makanan / zat gizi yang menyebabkan dislipidemia. 2). Mencari alternatif obat-obatan lain yang tidak/kurang memiliki efek lipidemik dengan mengadakan restriksi moderat terhadap makanan/zat gizi yang menyebabkan dislipidemia. 3). Tetap mengkonsumsi obat-obatan tersebut dengan resktriksi ringan terhadap makanan / zat gizi yang menyebabkan dislipidemia, tetapi ditambah obat-obatan hipolipidemik (seperti; statin, derivat fibrat).

5. PENYAKIT MENULAR

d. Gejala 1. Biasanya tidak terdapat gejala yang timbul karena dislipidemia, sehingga seseorang yang mengalami perubahan profil lipid tidak menyadarinya. Setiap orang yang berumur 20 tahun atau lebih harus melakukan pemeriksaan secara rutin satu kali setiap lima tahun sekali. Dan setiap orang harus mendiskusikan kadar lemak hasil pemeriksaan dengan dokter (NHLBI, 2007). 198

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA 2. Menurut Widjaya Lukito (2000) gejala timbul karena dislipidemia terutama karena hiperkolesterolemia yang lama dan kadarnya tinggi meliputi: - Deposit-deposit kolesterol dengan predileksi di tendon berupa tendon xanthoma (biasanya pada tendon-tendon di lutut, siku, dorsum tangan dan tendon achilles). - Yellow Xanthoma pada daerah cicatrix dan jari-jari. - Ukuran berat badan dan tinggi badan yang tidak proporsional terutama obesitas. - Tanda-tanda klinis penyakit primer yang menyebabkan dislipidemia. - Perhatikan tanda-tanda diabetes dan gangguan metabolik lain seperti gout yang sering menyertai dislipidemia. - Perhatikan tanda-tanda komplikasi dislipidemia (seperti ; gangguan neurologis, penyakit jantung koroner). e. Faktor Resiko Menurut T. Bahri Anwar,(2004) perlu dipertimbangkan dalam upaya pencegahan, baik primer maupun sekunder. Faktor resiko tersebut ada yang bisa dimodifikasi seperti: dislipidemia, hipertensi, merokok, obesitas dan diabetes melitus, serta yang tidak hisa dimodifikasi seperti: usia, jenis kelamin laki-laki, riwayat keluarga serta riwayat PKV (Penyakit Kardiovaskular) sebelumnya. Agar pencegahan dapat lebih berhasil maka semua faktor resiko yang dapat dimodifikasi harus dikendalikan secara serentak. Sehubungan dengan strategi pengelolaan dislipidemia berdasarkan faktor resiko lain yang perlu diperhatikan meliputi ; a) Faktor resiko positif

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

199

5. PENYAKIT MENULAR

b) Faktor resiko negative

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA Tabel 29. Faktor Resiko Positif dan Negatif Dislipidemia terhadap

Tabel 29.PKV Faktor Resiko Positif dan Negatif Dislipidemia (penyakit kardiovaskular). terhadap PKV (penyakit kardiovaskular).

Faktor Negatif Umur Laki-laki > 45 thn Perempuan > 55 thn Riwayat keluarga PKV Merokok Hipertensi Diabetes Melitus Kegemukan Kol. HDL < 35 mg/dl

Faktor Positif Kol. HDL > 60 mg/dl

5. PENYAKIT MENULAR

e.Penatalaksanaan Terapi Diet e.Penatalaksanaan Terapi Diet Tujuan Tujuan Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya nonfarmakologis yang meliputi modifikasi jasmani Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalahdiet, upayalatihan nonfarmakologis serta pengelolaan berat badan. Tujuanjasmani utama terapi diet disini yang meliputi modifikasi diet, latihan serta pengelolaan adalah mengurangi asupan berat menurunkan badan. Tujuanresiko utamaPKV terapidengan diet disini adalah menurunkan lemak jenuh dandengan kolesterol serta mengembalikan keseimbangan resiko PKV mengurangi asupan lemak jenuh dan energi, sekaligus nutrisi. Perbaikan energi, keseimbangan kolesterol serta memperbaiki mengembalikan keseimbangan sekaligus energi biasanyanutrisi. memerlukan peningkatan penggunaan energi memperbaiki Perbaikan keseimbangan energi biasanya melalui kegiatan jasmani serta pembatasan Energi memerlukan peningkatan penggunaan energi asupan melalui kegiatan (T. jasmani Bahri Anwar,2004). Dengan kata lain tujuan diet adalah serta pembatasan asupan Energi (T. terapi Bahri Anwar,2004). menormalkan darah diet yang tidakmenormalkan normal menjadi Dengan kataprofil lain lemak tujuan terapi adalah profil optimal. lemak darah yang tidak normal menjadi optimal. Prinsip Prinsip Energi adekuat/cukup sesuai status gizi ; rendah energi jika - Energi adekuat/cukup sesuai status gizi ; rendah energi jika status status gizi antropometri berlebih atau obesitas. gizi antropometri berlebih atau obesitas. Lemak rendah sampai cukup ,hanya tinggi PUFA dan MUFA, - Lemak sampai cukup ,hanya tinggi PUFA dan MUFA, rendah rendah lemak jenuh rendah lemak jenuh Tinggi serat Tinggi serat Antioksidan - Tinggi Cukup karbohidrat

- Tinggi Antioksidan

- Cukup karbohidrat 200

197

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Syarat Diet

TATA dengan LAKSANAmenilai TERAPI DIET DISLIPIDEMIA Terapi diet dimulai polaPADA makan pasien, mengidentifikasi makanan yang mengandung banyak lemak Syarat Diet jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya dimakan. Jika Terapi diet dimulai dengan diperlukan ketepatan yangmenilai lebih pola tinggimakan untuk pasien, menilaimengidentifikasi asupan gizi, makanan yang mengandung kolesterol serta perlu dilakukan penilaian banyak yang lemak lebih jenuh rinci, dan yang biasanya berapa sering keduanya Jika diperlukan ketepatan lebih membutuhkan bantuandimakan. ahli gizi.Penilaian pola makan yang penting tinggi menilai asupan gizi, harus perlu dilakukan rinci, untukuntuk menentukan apakah dimulai penilaian dengan yang diet lebih tahap I yang bantuan ahliHasil gizi.Penilaian makan atau biasanya langsungmembutuhkan ke diet tahap ke II. diet ini pola terhadap penting untuk menentukan apakah 4-6 harus dimulaidan dengan diet tahap I atau kolesterol serum dinilai setelah minggu kemudian setelah langsung ke diet tahap ke II. Hasil diet ini terhadap kolesterol serum dinilai 3 bulan, (Widjaya Lukito, 2000). setelah 4-6 minggu dan kemudian setelah 3 bulan, (Widjaya Lukito, 2000). Tabel 30.Komposisi Komposisi Diet untuk Dislipidemia Tabel 30. Diet untuk Dislipidemia Komposisi Zat Gizi

Tahap I

Tahap II

Karbohidrat (% kalori) Protein (% kalori) Lemak (% kalori) Kolesterol (mg/dl) Saturated Fatty acid (%) Polyunsaturated fatty acids (%) Monounsaturated fatty acids (%)

50-60 15-20 < 30 < 300 < 10 < 10

50 – 60 15-20 < 25 < 200 <7 < 10

<10

<10

Sumber : Pegangan Penatalaksanaan Gizi Pasien. Sumber : Pegangan Penatalaksanaan Gizi Pasien.

Mengingat profil konsumsi lemak orang Indonesia tidak setinggi orang barat ,anjuran diet pada penderita dislipidemia lebih cocok menggunakan diet tahap II. a. Hindari makan makanan yang tinggi lemak seperti; - Gorengan (deep fat frying) - Daging berlemak termasuk sosis 198

- Kulit hewani (ayam dan sapi) - Fast food - Kue-kue Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

201

5. PENYAKIT MENULAR

- Krim,Margarine,mentega,keju, susu reguler,es krim reguler

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA b. Kurangi makanan tinggi kolesterol seperti; udang,jerohan,otak,telur 2 x seminggu. c. Bila menggunakan minyak sebaiknya gunakan lemak jenis tak jenuh ; - Alpokat, kacang almon, kacang kedelei, kacang ijo, kacang koro, wijen, kacang merah - Minyak kacang almond, margarin jagung, minyak jagung, minyak biji bunga matahari, minyak kedelei, minyak kacang tanah, minyak zaitun, minyak olive,.minyak sayur. - Ikan : salmon, ikan tuna, sarden, mackerel, minyak hati ikan, ikan harring. d. Mengonsumsi secara teratur buah-buahan, sayur-sayuran, sebaiknya dikonsumsi kondisi segar (bukan olahan) sehingga diperoleh serat yang cukup (sekitar 20 – 30 g/hari). e. Hindari konsumsi karbohidrat berlebihan terutama karbohidrat sederhana misalnya : gula . f. Hindari berat badan lebih apalagi obesitas g. Hindari merokok h. Hindari atau kurangi alkohol i. Pertahankan aktivitas /olah raga teratur j. Petunjuk praktis menyeimbangkan lemak : - Buah-buahan paling sedikit 2-3 buah perhari. - Berbagai macam sayuran (hijau,kuning, oranye dan jenis umbiumbian),paling sedikit 3 – 4 porsi sehari. - Berbagai macam serealia seperti: rye, oat,roti bisa dikonsumsi 4 porsi sehari.

5. PENYAKIT MENULAR

- Kacang-kacangan paling sedikit 1 porsi perhari - Ikan sebaiknya dikonsumsi 2 kali perminggu bila perlu lebih sering lebih baik. Ikan kaleng salmon atau tuna boleh dikonsumsi.

202

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA k. Suplementasi Minyak ikan - Kaya PUFA seri n-3 - Menurunkan kadar trigliserida darah - Mempengaruhi LDL dan HDL - Dapat meningkatkan kadar LDL pada penderita hiperkoleterolemik dan atau penderita dengan diet tinggi asam lemak jenuh. - Dosis 6 – 12 g perhari dalam dosis terbagi. l. Tinggi Vitamin antioksidan - Vitamin E dapat diberikan untuk mencegah oksidasi LDL.Untuk penderita dengan suplementasi fish oil maupun diet tinggi asam lemak tak jenuh .Dosis yang diberikan 100 – 200 mg/hari dianggap memadai. - Untuk optimalisasi kerja vitamin E sebagai antioksidan,boleh diberikan vitamin C dengan dosis 250 -300 mg perhari. m. Asam nikotinat dapat ; - Menurunkan produksi VLDL dan LDL hati. - Menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. - Meningkatkan HDL - Meningkatkan kadar asam urat dan kadar gula darah. - Menyebabkan flushing ( rasa panas seperti terbakar) - Dosis pemberian 3 x 125mg/hari,ditingkatkan dengan dosis 3 x 500 - 1000 mg/hari.Pemberian 150 aspirin sebelum asam nikotinat pada 2 minggu pertama menghindari flushing. n. Hal Penting lainnya

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

203

5. PENYAKIT MENULAR

- Dari beberapa penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar HDL dan Apo AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan meningkatkan keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan berat badan. Setiap melakukan latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA - Pemanasan dengan peregangan selama 5-10 menit - Aerobik sampai denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung maximal ( 220 - umur ) selama 20-30 menit . - Pendinginan dengan menurunkan intensitas secara perlahan - lahan, selama 5-10 menit. Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan seperti diutarakan diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x / minggu dengan lama latihan 45-60 menit dalam tahap aerobik (T. Bahri Anwar,2004) o.Interaksi Obat dan Makanan - BileAcid Binding Resin : Efek samping utama pemberian resin adalah konstipasi,oleh karena itu diperlukan diet tinggi serat. Resin dapat menghambat absorbsi asam folat dan vitamin larut lemak. Perlu diketahui bahwa pemberian obat-obatan lain atau vitamin tambahan sebaiknya dilakukan 1- 4 jam sebelum atau 4 jam sesudah pemberian resin. - Derivat fibrat : Kadang-kadang memberi efek samping berupa miopati reversibel. Kombinasi derivat fibrat dan statin memperberat miopati. Clofibrate dapat meningkatkan insiden batu empedu. Derivat-derivat fibrate lain memiliki efek litogenik yang lebih kurang dibandingkan clofibrate. - Asam Nikotinat : disamping menimbulkan flushing juga bisa menimbulkan hiperurecemia dan intoleransi glukosa. Makanan yang dibatasi

5. PENYAKIT MENULAR

- Sumber hidrat arang : mie, roti putih, ketan, cake, biskuit - Sumber protein hewani : daging tanpa lemak 1 x per minggu, ayam 3 x per minggu, bebek, sarden (makanan kaleng), udang, cumi, dan kuning telor 1 x per minggu. - Sayuran yang mengandung gas : kol, sawi, nangka muda, lobak

204

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA TERAPI DIET PADA DISLIPIDEMIA - Buah-buahan yang mengandung alkohol : : nangka tua, anggur, nenas - Makanan yang berlemak dan menggunakan santan kental, makanan yang digoreng - Minuman yang mengandung soda dan alkohol : teh kental, tape dan kopi Makanan yang dihindari - Mengandung lemak jenuh - Minyak yang berasal dari hewan : lemak sapi, babi, kambing, susu penuh (full cream), cream, keju, mentega - Minyak kelapa, santan kental, mayonaise - Daging berlemak (daging merah) dan jeroan: kambing, sapi, babi, otak, limpa, ginjal, hati, kuning telor, sosis, babat, usus - Minuman yang mengandung soda dan alkohol : soft drink, bir, arak Cara mengatur diet - Gunakan minyak kedelai, minyak sawit, minyak kacang tanah atau minyak jagung dalam jumlah terbatas (1 sendok makan per hari) - Penggunaan daging merah maksimum 2 x seminggu. Paling banyak 50 gr tiap kali makan. Gunakan daging kurus (keluarkan bagian yang berlemak). Makan ikan dapat dijadikan sebagai pengganti daging. - Batasi penggunaan kuning telur maksimum 2 kali per minggu - Makan sayuran dan buah-buahan segar dalam jumlah yang banyak - Sebagian dari sayur sebaiknya dimakan mentah atau sebagai lalapan (cuci bersih terlebih dahulu)

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

205

5. PENYAKIT MENULAR

- Memasak dengan merebus, mengukus, mengungkep, menumis, memanggang atau membakar.

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT 5. Tata laksana Diet pada Penderita Hyperurecemia dan Gout a. Definisi - Hyperurecemia adalah kondisi dimana kadar asam urat di atas normal. Nilai normal asam urat (Uric Acid) pada pemeriksaan laboratorium di Indonesia umumnya adalah ; - Laki-laki : 3 – 7.2 mg/dl - Wanita : 2 – 6 mg/dl - Gout adalah suatu bentuk peradangan pada persendian yang ditandai serangan sangat sakit tiba-tiba, memerah dan pembengkakan pada sendi. Sendi yang mudah mengalami serangan biasanya jari jempol kaki , mata kaki, jari-jari, pergelangan tangan atau siku. - Penyakit gout ini merupakan bentuk gangguan metabolisme purin yang penyebabnya sampai sekarang belum sepenuhnya diketahui dengan pasti. Purin adalah basa nitrogen adenin dan guanin yang merupakan bagian protein nukleat. Nukleoprotein (protein nukleat) adalah senyawa sederhana protein dasar yang berkombinasi (melekat) dengan gen sel (DNA) dan RNA. Asam urat merupakan produk akhir normal tubuh (sampah) dari hasil pemecahan purin yang banyak terdapat dalam tubuh manusia dan bagian dari beberapa produk makanan yang biasa dikonsumsi manusia sehari-hari (Mayo Klinik,2007).

5. PENYAKIT MENULAR

- Dewasa ini derasnya informasi di berbagai media telah turut banyak memberikan pemahaman dan opini tersendiri di masyarakat,sehingga semua yang berhubungan dengan kondisi sakit dipersendian selalu dihubungkan dengan asam urat tanpa bukti objektif . Maka informasi tentang penyakit yang berhubungan dengan asam urat perlu diluruskan. - Gout disebabkan karena peningkatan kadar asam urat di dalam darah, yang kita kenal dengan istilah ”Hyperurecemia”. Pada saat terjadi hyperurecemia biasanya serangan akut gout ini terjadi berupa serangan sakit pada sendi terutama pada sendi jempol kaki yang disebabkan oleh terbentuknya kristal-kristal tajam asam urat Monosodium Urate (MSU) di persendian terutama di cairan synovial. 206

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT Seringkali serangan akut gout merupakan bentuk peradangan, memerah, panas dan potensi infeksi yang menimbulkan rasa nyeri teramat sangat. - Insidens Gout pada pria lebih sering daripada wanita,juga terutama pada umur yang lanjut dan kadang-kadang herediter. Terdapat dua jenis Gout ,yaitu : - Gout primer : produksi asam urat berlebihan atau ekskresinya berkurang. - Gout sekunder : dapat disebabkan oleh toksin atau obat yang mengakibatkan ekskresi asam urat menurun dan mencetuskan serangan akut seperti ; obat-obat golongan salisilat,diuretik dan timah. b. Gejala Klinik Gout - Sakit teramat sangat pada persendian. - Panas ,memerah dan potensial infeksi bersamaan dengan serangan sangat nyeri. - Rasa sakit tersebut sangat menyiksa atau ekstrem, dan biasanya sia-sia jika dipijat, serangan ini terjadi pada tahap-tahap awal Gout tercetus, kemudian rasa nyeri dalam beberapa hari berangsurangsur surut. - Secara klinis Gout memiliki 4 tahap : - Asympstomatic (tanpa gejala) - Akut - Intercritical - Kronik

- Penumpukan kristal urat di persendian tumbuh membesar dan mulai merusak tulang dekat persendian. Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

207

5. PENYAKIT MENULAR

- Pada penyakit gout kronik : biasanya hyperurecemia tidak terjadi dalam waktu relatif lama , terbentuk massa asam urat di bawah kulit persendian yang dikenal sebagai ” tophi” atau merupakan kumpulannya ” tophus”.

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT - Gangguan gerak pada persendian. - Gumpalan keras / tophi (tophus) banyak terjadi ; synovium (cairan sendi),tulang, kulit sekeliling sendi, ginjal, siku dan tendon achilles. - Tophi biasanya berkurang jika kadar asam urat dalam darah berkurang. - Bentuk serangan biasanya tanpa gejala dan kemudian timbul berulang sehingga menimbulkan gambaran polyarthritis. - Gout ditandai dengan hyperurecemia dan penimbunan kristal asam urat di jaringan persendian dan dapat juga terjadi di ginjal, tulang rawan dan jaringan lainnya. c. Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kenaikan Asam urat dalam darah : - Obesitas - Obat anti hipertensi - NIDDM atau DM Type 2 - Hiperinsulinesme - Dislipidemia (hyperlipidemia) - Kemoterapi - Sickle cell anemia - Post menapause - Alkohol. d. Komplikasi kronik yang mungkin Ditimbulkan Gout Komplikasi yang ditimbulkan oleh gout adalah : - Kerusakan progresif persendian - Seringnya timbul serangan 5. PENYAKIT MENULAR

- Deformitas atau kelainan bentuk - Disability (kecacatan) - Ureter obstruksi (urolithiasis) - Gouty Nephropaty 208

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT e. Terapi Diet Pada Hyperurecemia maupun Gout Tujuan Terapi Diet - Mengupayakan berat badan ke arah normal.Bila obesitas ,berat badan diturunkan bertahap untuk menghindari ketonemia yang merupakan faktor presipitasi serangan akut. - Meningkatkan ekskresi asam urat dan mencegah terbentuknya batu ginjal - Menurunkan dislipidemia - Mencegah komplikasi seperti;hipertensi,penyakit ginjal dan stroke Prinsip Terapi Diet - Energi Cukup - Protein cukup - Lemak rendah sampai moderat - Rendah purin - Tinggi hidrat arang Manajemen Terapi Diet Pembatasan purin Apabila telah terjadi pembengkakan sendi maka penderita gangguan asam urat harus melakukan diet bebas purin. Namun karena hampir semua bahan makanan sumber protein mengandung nukleoprotein maka hal ini hampir tidak mungkin dilakukan. Maka yang harus dilakukan adalah membatasi asupan purin menjadi 100-150 mg purin per hari (diet normal biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari).

209

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT Tabel Kandungan Purin padapada Bahan Makanan Tabel31. 31.Daftar Daftar Kandungan Purin Bahan Makanan Kelompok I 0- 50 mg /100 g Buah-buahan Jus Buah Sayuran,kecuali kelompok II Biji-bijian Minuman (kopi & teh) Lemak Telur Susu Dairy produk (serealia)

Kelompok II 50 – 150 mg/100 g Kacangkacangan Kembang kol Buncis,tahu Bayam,tempe Jamur Kupang Daun So (melinjo) Asparagus Daging Ayam Tongkol Tengiri Bawal Bandeng Kerangkerangan

Energicukup cukupatau atau Adekuat Energi Adekuat Jumlah asupan energi

harus

Kelompok III 150 – 800mg/100 g Sardine Kerang kipas Kaldu Bebek/angsa Ikan Herring Burung dara Ikan Mackerel Ikan Roe Bawal Ginjal Babat Hati Roti yang dibuat menggunakan ragi Jantung Otak

benar disesuaikan dengan

Jumlah asupan energi harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, yang kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkan dengan berat badannya harus diturunkan dengan tetap memperhatikan tetap memperhatikan jumlah konsumsi energi. Asupan energi yang terlalu jumlahjuga konsumsi energi. Asupan terlaluadanya sedikit keton juga sedikit bisa meningkatkan kadarenergi asam yang urat karena bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya keton bodies bodies yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin. yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.

5. PENYAKIT MENULAR

TinggiKarbohidrat Karbohidrat Tinggi

Karbohidrat kompleks kompleks seperti seperti nasi, nasi, singkong, singkong, roti roti dan Karbohidrat dan ubi ubi sangat sangat baik dikonsumsi oleh penderita baik dikonsumsi oleh penderita gangguan gangguan asam asam urat urat karena karena akan akan meningkatkanpengeluaran pengeluaran urat melalui urin. karbohidrat Konsumsi meningkatkan asamasam urat melalui urin. Konsumsi karbohidrat komplekstidak ini sebaiknya kurang dari Karbohidrat 100 gram kompleks ini sebaiknya kurang dari tidak 100 gram per hari. per hari. Karbohidrat sederhana jenis fruktosa seperti gula, sederhana jenis fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan

210

207

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT sirop sebaiknya dihindari karena fruktosa akan meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Cukup Protein Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa. Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita gangguan asam urat adalah sebesar 50-70 gram/hari atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari. Sumber protein yang disarankan adalah protein nabati yang berasal dari susu, keju dan telur. Lemak bisa diberikan rendah sampai Moderat Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 - 20% persen dari total kebutuhan energi. Lemak cenderung menghambat pengeluaran asam urat. Tinggi Cairan Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat melalui urin. Karena itu, penderita disarankan untuk menghabiskan minum minimal sebanyak 2,5 sampai 3 liter atau 10-12 gelas sehari. Air minum ini bisa berupa air putih masak, teh, atau kopi. Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buahbuahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin.

211

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT Hindari Alkohol Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh. Alkohol meningkatkan serangan gout. Ragi atau Yeast Sangat tinggi mengandung purin sehingga makanan yang yang beragi seperti; tape, roti yang diolah dengan menggunakan ragi termasuk tablet yang mengandung ragi dihindari. f. Interaksi Obat dan Makanan - Analgesik biasanya menimbulkan mual,hindari pemakaian bersama obat-obatan urikosurik. Penderita perlu minum secukupnya bila mengkonsumsi analgesik. - Obat-obatan urikosuric : Probenesid/benemed menghambat absorbsi asam urat di ginjal. Obat-obatan urikosurik dapat memberi efek samping berupa nafsu makan berkurang, mual, muntah dan sakit gusi kemungkinan dapat terjadi.Penderita perlu minum yang cukup bila mengkonsumsi obat ini. - Allupurinol menghambat produksi asam urat. Penderita perlu minum yang cukup ,gejala gastrointestinal ringan dapat timbul. Oleh karena itu allupurinol, sebaiknya diminum setelah makan. - Indomethacine atau ACTH untuk mengurangi panas dan bengkak. Golongan obat ini memerlukan restriksi asupan Na. Hati-hati dengan kenaikan gula darah.

5. PENYAKIT MENULAR

g. Hal Penting lain - Peringatkan alkohol dapat menyebabkan serangan gout - Hindari puasa saat serangan gout berlangsung - Hindari stress,biasakan hidup dengan aktivitas santai 212

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENDERITA HYPERURECEMIA DAN GOUT - Hindari tablet yeast atau tablet yang mengandung yeast - Gejala peradangan sendi bisa dibantu dengan memberikan makanan tinggi asam lemak w-3 seperti ; minyak kedelei, minyak kanola, minyak ikan, minyak ikan salmon, minyak ikan herring, minyak hati ikan Cod h. Functional Food /Food Medicine - Quersetin : yang banyak terdapat pada teh menghambat produksi asam urat dalam tubuh. - Bromelain :yang banyak terdapat dalam buah nenas dapat berfungsi sebagai anti peradangan karena Gout. - Pemberian vitamin E dan Flaxseed oils dapat membantu sebagai antioksidan dan anti inflamasi. - Batasi konsumsi vitamin C dan vitamin B3 karena dapat meningkatkan produksi asam urat dalam tubuh. - Buah cherry, bluebeery, blackberry dan senyawa warna gelap pada berry menurunkan kadar asam urat dalam tubuh.

213

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENYAKIT HATI 6. Tata laksana diet pada Penyakit Hati Hepatitis - “ Liver merupakan organ terbesar “ Master Of Glands” - Merupakan organ yang berfungsi sebagai pusat metabolisme (anabolisme & katabolisme) - Detoksifikasi racun - Fungsi Glikogenik - Sekresi Empedu - Pembentukan Ureum (deaminasi asam amino) - Metabolisme lemak - Fungsi Hematologik : - Sintesa eritrosit pada janin - Penghancuran sel erytrosit - Menyimpan hematin - Produksi sebagian besar protein plasma darah - Sintesa protrombin dan fibrinogen - Membersihkan bilirubin - Penyimpanan dan penyebaran nutrisi (misalnya vitamin : vitamin A, D, E dan K, glikogen, lemak & zat besi - Pertahanan Suhu tubuh a. Definisi Hepatitis - “ Peradangan sel hati baik akut maupun kronik”

5. PENYAKIT MENULAR

- Akut : radang hati akut karena infeksi oleh virus hepatotropik. - Kronik : radang hati yg histologiknya sebagai nekrosis, inflamasi & fibrosis hepatosit dlm berbagai tingkat (berat, ringan) yang berlangsung lebih dari 6 bulan.

214

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENYAKIT HATI b. Etiology/Penyebab Hepatitis Akut - Virus A, B, Non A/B, Delta, Epsten-Barr, Sitomegalo dg gejala Klinis : - Masa Inkubasi : tergantung macam virus - Masa Prodromal /preikterik : 3-10 hari ; rasa lesu/lemah, badan panas, mual s/d muntah, anoreksia, perut kanan nyeri. - Masa Ikterik : urin warna coklat, sklera mata kuning, kemudian seluruh badan , puncak ikterus dalam 1-2 minggu , hepatomegali ringan, nyeri tekan. - Masa Penyembuhan : Ikterus berangsur-angsur kurang dan hilang dalam 2-6 minggu, demikian pula anoreksia, lemah badan & hepatomegali, sembuh sempurna 3 - 4 bulan. Pemeriksaan Laboratorium - Prodromal :leukosyt menurun, transaminase serum 10-100 x lipat sebelum ikterus, akhir tahap ini bilirubinuria. - Ikterik :Ikterus nampak bila bilirubin serum > 2.5 mg/dl, alkaline fosphatase naik 3 kali lipat. - Penanda diagnosis virus : Hepatitis A : IgM anti HAV Hepatitis B : IgM anti HBC + HBsAg Hep. NANB : tidak ditemeukan penanda virus Hepatitis D : IgM anti HD

215

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENYAKIT HATI Penatalaksanaan : - Bed rest (tirah baring) dibutuhkan 10 % kebutuhan BMR - Pengobatan spesifik belum ada - Diet khusus tidak ada : tinggi energi tinggi protein, Tinggi hidrat arang, cairan dicukupkan jika muntah. - Pemenuhan kebutuhan energi dan protein sama dg hiperkatabolik moderat , kira-kira 2000-3000 kal, protein sekitar 1-2 g/kg/BB - Penambahan energi , protein dan vitamin tinggi jika penderita mempunyai diagnosa :Undernutrisi / kurang gizi. - Lemak tidak perlu pembatasan, karena diet rendah lemak memberikan taste kurang enak & meningkatkan anoreksia Hepatitis Kronis Etiology : Autoimune (hepatitis. Lupoid), infeksi virus B, NANB, Obat (Oksifenisatin, Izoniasid, metildopa), alkohol, virus sitomegali, rubella, dsb. Gejala Klinis berdasarkan jenis hepatitis kronik : - Hepatitis Kronik Persisten (HKP) : lemah, lekas capai, sebah, perasaan tak enak di daerah hati, lab. Bilirubin normal/sedikit naik, transaminase serum naik 4-5 x normal, g globulin : normal, petanda serologik virus B (+).

5. PENYAKIT MENULAR

- Hepatitis Kronik Lobular (HKL) : masa remisi, masa kambuh silih berganti selama bertahun-tahun, fluktuasi transaminase, kadangkadang hiperbilirubinenia, tidak ditemukan nekrosis. - Hepatitis Kronik aktif (HKA) : mula-mula asymstomatik, yang jelas lemah, sebah, kembung, anoreksia ringan, umumnya transaminase meningkat tinggi, bilirubin dan g globulin meningkat sedang, HBsAg dan Anti HBc (+).

216

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA PENYAKIT HATI Penatalaksanaan : Medis : bervariasi Diet : sama dengan hepatitis virus Akut Chirrosis Hepatis (sirosis hepatis) Definisi “ Penyakit hati menahun yang ditandai proses peradangan , nekrosis, usaha regenerasi dan penambahan jaringan ikat difuse dengan terbentuknya nodul yang mengganggu susunan lobulus hati”. Etiology/penyebab - Hepatitis virus B , C dan NANB - Alkohol - Obstruksi intra/ekstrahepatik lama - Bendungan aliran vena hepatika pada pasien Venoo oklusif - Gangguan autoimune (Hep. Lupoid) - Toksis Obat (metotresak) - Operasi usus pada obesitas - Malnutrisi - Infeksi kronis parasit (sistosomisiasis) - Dsb. Di Indonesia penderita sirosis hepatic ; 30-40% HBsAg (+), 10-20% tanda infeksi anti HB core (+) Gejala Klinis Gejala Klinis ada dua tahap : - Lemah, mual, muntah, sebah, malaise - Laboratorium : test faal hati minimal Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

217

5. PENYAKIT MENULAR

- Sirosis Kompensata : Asympstomatik

TATA LAKSANA DIET PADA PENYAKIT HATI - Sirosis dekompensata : simspstomatik : kegagalan parenkim hati & hipertensi portal. - Kelemahan otot, kegagalan parenkim ditandai : produksi protein darah menurun menimbulkan edema & asites, gangguan mekanisme bekuan darah, gangguan hormonal (spidernevi, eritema palmaris, atrofi testis, gangguan siklus haid, ginekomastia) - Hipertensi portal > 10 mmHg, ditandai splenomegali, asites, kolateral. - Perdarahan timbul dalam bentuk komplikasi yg disebabkan karena: pecahnya varises oesophagus, asites hebat, ikterus yg dalam. Penanda Laboratorium - Laboratorium : hiperbilirubinemia, hipoalbumin, g globulin, waktu protrombin yang memanjang, bila timbul hipersplenisme maka dijumpai ; anemia normokrom normositer, trombositopenia dan leukopenia. - Jika terjadi perdarahan : anemia hipokrom mikrositer dan makrositer karena defisiensi asam folat - Diagnosis penunjang : USG abdomen bagian atas, endoscopy. Terapi Diet Tujuan Tujuan terapi pada CH : mencegah penyulit yg timbul dengan membatasi kerja fisik, hindari alkohol, hindari obat hepatotoksis dan diet yang tepat. Diet : - Tinggi energi tinggi protein pada fase tertentu - Pembatasan cairan pada kasus edema dan asites - Rendah Natrium 5. PENYAKIT MENULAR

- Secara umum diberikan 40-45 kkal/kg BBI/hari - Protein 0.8-2 g/kg BB/hari (mula-mula dicoba 0.5 – 0.79 g/kg BB/hari , sampai didapatkan imbang nitrogen (+) dan komposisinya 60-70% nilai biologi tinggi. 218

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA GASTRITIS Lemak 20% energi (sebaiknya sebagian besar MCT) - Lemak 20% totaltotal energi (sebaiknya sebagian besar MCT) Suplementasi vitamin B komplek, - Suplementasi vitamin B komplek, C, K, C, Zn,K,MgZn, Mg

Bila ada kemungkinan koma , maka hindari : glisin, serin,

- Bila ada kemungkinan koma , maka hindari : glisin, serin, treonin, treonin, glutamin yg terdapat pada mentega, bawang, kecap, glutamin yg terdapat pada mentega, bawang, kecap, keju dan anggur. keju dan anggur.

- Hindari alkohol Hindari alkohol

- Penderita dianjurkan makan banyak di pagidihari porsi kecil tapi Penderita dianjurkan makan banyak pagidengan hari dengan porsi sering. kecil tapi sering. Tabel 32 Konsensus ESPEN dalam Perhitungan Energi dan Tabel 32 Konsensus ESPEN dalam Perhitungan Energi dan Protein Protein

Kondisi Klinis Sirosis kompensated Sirosis dekompensated Malnutrisi/Anoreksi

Energi non protein (kcal/kg/hari) 25-35

Protein asam amino (g/kg/hari) 1.0 – 1.2

35-40

1.5

35-40

1.5

Sumber ESPEN Consensus Group menghasilkan Guedeline

Sumber ESPEN Consensus Group menghasilkan Guedeline (1997 ). (1997 ).

216

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

219

5. PENYAKIT MENULAR

Tata Laksana 7. Tata LaksanaDiet DietPada Pada Gastritis Gastritis Penyakit Lambung gastrointestinal Akut Penyakit Lambung atauatau gastrointestinal meliputimeliputi Gastritis Gastritis Akut dan Kronis, dan Kronis, Ulkus Peptikum, pasca-operasi lambung yang sering Ulkus Peptikum, pasca-operasi lambung yang sering diikuti dengan diikuti dengan “Dumping Syndrome” Kankergastrointestinal Lambung. “Dumping Syndrome” dan Kanker Lambung.dan Gangguan Gangguan gastrointestinal sering dihubungkan dengan sering dihubungkan dengan emosi atau psikoneurosis dan/atauemosi makan atau dan/atau makan terlalu karena kurang terlalupsikoneurosis cepat karena kurang dikunyah serta terlalucepat banyak merokok. dikunyah serta terlalu banyak merokok. Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dyspepsia, yaitu Gangguan pada lambung umumnya berupa sindroma dyspepsia, kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epigastrum, yaitu kumpulan gejala yang terdiri dari mual, muntah, nyeri epikembung, nafsu makan berkurang, dan rasa cepat kenyang. gastrum, kembung, nafsu makan berkurang, dan rasa cepat kenyang.

TATA LAKSANA DIET PADA GASTRITIS a. Tujuan Diet : Tujuan Diet Panyakit Lambung adalah memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan. b. Syarat Diet : 1. Mudah cerna, porsi kecil dan sering diberikan 2. Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya 3. Lemak rendah, yaitu 10 – 15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan. 4. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap 5. Cairan cukup, terutama bila ada muntah 6. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima perorangan) 7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa; umumnya tidak dianjurkan minum susu terlalu banyak 8. Makan secara perlahan di lingkungan yang tenang 9. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24 – 48 jam untuk memberi istirahat pada lambung. Catatan :

5. PENYAKIT MENULAR

- Toleransi pasien terhadap makanan sangat individual, sehingga perlu dilakukan penyesuaian - Frekuensi makan yang sering pada pasien tertentu dapat merangsang pengeluaran asam lambung secara berlebihan - Perilaku makan tertentu dapat menimbulkan dispepsia, misalnya porsi makan terlalu besar, makan terlalu cepat, atau berbaring/tidur segera setelah makan. 220

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

TATA LAKSANA DIET PADA GASTRITIS - Hindari Makanan yang merangsang agar tidak memberatkan kondisi peradangan pada lambung. Aspek makanan merangsang itu terdiri dari: - Rangsang Fisik : adalah makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung berlebihan karena terlalu kasar bentuknya seperti ; makanan yang digoreng. - Rangsang Thermik : adalah makanan yang merangsang lambung karena terlalu panas atau dingin. - Rangsang Chemist/Kimia : adalah makanan yang merangsang lambung karena aspek rasa terlalu tajam karena bumbu, terlalu pedas dsb.

221

5. PENYAKIT MENULAR

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

5. PENYAKIT MENULAR

CATATAN

222

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier Sunita, 2002, Prinsip Ilmu Gizi Dasar, Pustaka Gramedia, Jakarta Ashwell Margaret, Lejeune Sonya , 1996, Ratio Of Waist Circumference To Height May Be Better Indicator Of Need For Weight Management, diakses tanggal 12 Desember 2006 dari BMJ 1996;312:377 (10 February), www. BMJ.com Ashwell Margaret, Cole Timothy J, Dixon  Adrian K, 1996, Ratio Of Waist Circumference To Height Is Strong Predictor Of Intra-Abdominal Fat, diakses tanggal 12 Desember 2006 dari BMJ 1996;313:559-560 (31 August), www. BMJ.com Borghi E, de Onis M, Garza C, Van den Broeck J, Frongillo EA, GrummerStrawn L, Van Buuren S, Pan H, Molinari L, Martorell R, Onyango AW, Martines JC, for the WHO. Multicentre Growth Reference Study Group. Construction of the World Health Organization child growth standards: selection of methods for attained growth curves. Statistics in Medicine 2006;25(2):247-65 Champe C. Pamela, Harvey A. Richard, 1994, Biochemsitry, JB Lippincot Company, Philadelphia. Committee on Nutrition. Ch olesterol in Childhood. Pediatrics 1998;101;141-147. Committee on Nutrition, American Academy of Pediatrics. Statement on cholesterol. Pediatrics 1992;90;469-73. Daniels SR, Greer FR, and the Committee on Nutrition. Lipid Screening and Cardiovascular Health in Childhood. Pediatrics 2008;122;198-208. Depkes RI, 2007. Bagan dan Petunjuk Teknis Tata Laksana Anak Gizi Buruk. Direktorat Bina Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Depkes RI, 2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007, Jakarta. Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

223

DAFTAR PUSTAKA

Alberti KZ, Zimmet PZ, 1998, Definition, diagnosis and classification of diabetes mellitus and its complications. Part 1: Diagnosis and classification of diabetes mellitus provisional report of a WHO consultation. Diabet Med, 1998; 15: 539-53, diakses tanggal 9-2-2007 dari www.ajcn.org/ contents-by-date.0.shtml · 2/9/2007.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Ed. Ke-2 Cetakan Ke-2. Direktorat pengendalian penyakit tidak menular, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Depkes RI, Jakarta. Depkes RI, 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI. Tatalaksana Gizi pada Penderita TBC. Direktorat Bina Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1996. Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Enargi Kronis. Jakarta. Dirjen Yanmed Depkes RI, WHO, Pusat Diab dan Lipid RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo/FKUI, 1999, Pedoman Diet Diabates Melitus di Rumah Sakit, Jakarta. Ferranti SD, Neufeld E. Hiperlipidemia and cardiovascular disease. In: Walker, Watkins, Duggan editors. Nutrition in pediatrics. 4th ed. London: BC Decker; 2007. p. 799-810. Gibson RS., 2005. Principle of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford University Press. New York Haney EH, Huffman LH, Bougatsos C, Freeman M, Steiner RD, Nelson HD. Screening and Treatment for Lipid Disorders in Children and Adolescents: Systematic Evidence Review for the US Preventive Services Task Force. Pediatrics 2007;120;e189-e214. Hartono A, 1999. Asuhan Nutrisi di Rumah Sakit, Diagnosis, Konseling dan Preskripsi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. I Dewa Nyoman S, Bachyar Bakri , Ibnu Fajar, 2001, Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Instalasi Gizi RSCM dan Asosiasi Dietesien Indonesia, 2004. Penuntun Diet . Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Jolliffe CJ, Janssen I. distribution of Lipoproteins by Age and Gender in Adolescents. Circulation 2006;114;1056-1062. Kardjati, Sri, Kusin JA, Renqvist, Schofield and de With C. Nutrition during pregnancy and fetal growth. Dalam: Maternal and child nutrition in Madura, Indonesia, (JA Kusin & Sri Kardjati, eds), hal 77-102, KIT, Amsterdam, 1994. 224

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Kemenkes, 2010. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2010, Jakarta. Kemenkes, 2013 Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Direktorat Bina Gizi, Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I dan II.Jakarta. National Cholesterol Education program, expert panel on detection evaluation and treatment of high blood cholesterol. US Department of Health and Human Service. 1992 National Obesity Forum (NOF), 2006, Waist Circumference, diakses tanggal 9 Pebruari, 2007 dari www.nhlbi.nih.gov/guidelines/obesity. Neal AW. Disorders of lipoporotein metabolism and transport. In: Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton, editors. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. p. Philadelphia: Saunders. 2007. p. 580-92. NHLBI, 1998, Obessity Classification for Adult, diakses tanggal 14 Maret 2007, www.nhlbi.nih.gov. NHLBI, 2006, Imformation for Patient & Public, diakses tanggal 7 Pebruari 2007, dari http://www.nhlbi.nih.gov/ NOF, 2006, At Risk Obesity, diakses tanggal 14 Maret 2007, www. nationalobesityforum.org. Paath EF, dkk, 2004. Gizi dalam kesehan reproduksi. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksanan Penyakit Diabetes Mellitus, Jakarta. Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia, 2000, Pegangan Penatalaksanaan Nutrisi Pasien, Jakarta. Sanjaja, dkk. 2009. Kamus Gizi. Penerbit Buku Kompas. Jakarta. Steinberger J, Kelly AS. Challenges of Existing Pediatric Dyslipidemia Guidelines: Call for Reappraisal. Circulation 2008;117;9-10. Subdit Bina Gizi Klinik, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2007. Daftar Diet Rendah Kalori. Subdit Bina Gizi Klinik, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2007. Daftar Diet Hipertensi Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

225

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes, 2013. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Subdit Bina Gizi Klinik, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2007. Daftar Diet Rendah Kolesterol dan Lemak Terbatas Subdit Bina Gizi Klinik, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI, 2007. Daftar Diet Diabetes Mellitus T. Bahri Anwar, 2004, Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner, diakses tanggal 4 Maret 2007, e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara. Valid International, 2006. Community-based Therapeutic Care (CTC). A Field Manual, First Edition, 2006. valid international U.K. www. validinternational.org WHO dan UNICEF, 2009. WHO Child Growth Standards and the Identification of Severe Acute Malnutrition in Infants and Children. A Joint Statement by the World Health Organization and the United Nation Children’s Fund WHO, 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota. Jakarta, WHO-Depkes RI WHO, 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota. Jakarta, WHO-Depkes RI WHO, 2008. Proceeding of the WHO< UNCIEF< WFP and UNHCR Consultation on the Dietary Management of Moderate Malnutrition in Under 5 Children (Geneva, September 30th – October 3rd, 2008) Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi XIII, 2012. Angka Kecukupan Gizi. Jakarta Yusuf I., 2008. Hipertensi Sekunder. Medicinus : Scientific Journal of Pharmaceutical Development and Medical Application. Vol 21 No 3 edisi Juli-September. Kemenkes, 2013. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk.

226

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran-Lampiran

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

227

228

ANAK

• Periksa klinis dan anthropometri • BB dan TB anak

YANKES RUJUKAN

• Datang sendiri • Dirujuk : MTBS Non MTBS

• Penyakit ringan • Gizi kurang

• Penyakit berat • Gizi kurang

• Gizi buruk • Penyakit ringan / berat

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS RAWAT JALAN • Obati penyakit • Penambahan energi dan protein 20 – 50 % diatas AKG

RAWAT INAP • Obati penyakit • Penambahan energi dan protein 20 – 50 % diatas AKG

RAWAT INAP • Obati penyakit • Diet gizi buruk • 10 tata laksana gizi buruk PULANG

ALUR PELAYANAN ANAK GIZI BURUK DI RUMAH SAKIT / PUSKESMAS PERAWATAN

LAMPIRAN LAMPIRAN

P U S K E S M A S RUMAH TANGGA

Posyandu / Pusat Pemulihan Gizi (PPG)

Lampiran 1. Alur Pelayanan Anak Gizi Buruk Di Rumah Sakit / Puskesmas Perawatan

Lampiran 2 Cara Pembuatan PMT dan Penyuluhan Gizi dan Kesehatan Cara Pembuatan PMT Dalam tatalaksana kasus gizi kurang acuan WHO, pada tahap awal dapat diberikan starter dalam bentuk makanan cair dengan komposisi : - Susu skim 25g - Gula 100g - Minyak sayur 30 g - Larutan suplementasi mineral 20 ml - Tambahkan air menjadi 1000 ml - Kandungan kalori 75 kkal/dl LAMPIRAN LAMPIRAN

Kemudian diteruskan dengan formula catch up dengan komposisi - Susu skim 80 g 90 g - Gula 50 g 65 g - Minyak sayur 60 g 75 g - Larutan suplementasi mineral 20 ml - Tambahkan air menjadi 1000 ml - Kandungan Kalori 100 Kkal /dl 135 Kkal /dl Catatan Gula dapat diganti dengan tepung beras yang sudah dimasak . Keuntungannya: Osmolaritas lebih rendah. PMT pemulihan diberikan dengan cara : - Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan diberikan setiap hari - Pemberian makanan pada balita gizi kurang di rumah, dianjurkan mengikuti pedoman pemberian makan sesuai kondisi kesehatan dan gizi anak Cara Penyuluhan Gizi dan Kesehatan - Ibu memperoleh penyuluhan gizi/ kesehatan serta demonstrasi cara menyiapkan dan pengolahan makanan untuk anak gizi kurang. - Penyuluhan pemberian makanan bayi dan anak (ASI, MP-ASI, PMT) - Penyuluhan tentang tumbuh kembang anak termasuk cara stimulasi anak. - Penyuluhan tindak lanjut jika anak tetap tidak naik BB sesuai harapan. Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

229

Lampiran 3 Cara Pembuatan RESOMAL

LAMPIRAN LAMPIRAN

Resomal digunakan untuk mengatasi dehidrasi/diare pada anak gizi buruk. ReSoMal dibuat dengan bahan dasar oralit dan mineral mix. Larutan ReSoMal dapat dibuat dengan resep sebagai berikut: Bubuk WHO-ORS utk 1 liter (*) : 1 pak Gula pasir : 50 gram Lar. Elektrolit/mineral (**) : 40 ml Ditambah air sampai : 2 liter Setiap 1 liter cairan Resomal: Na = 37,5 mEq, K = 40 mEq dan Mg = 1,5 mEq (*) Bubuk WHO-ORS/1 liter: NaCl 2,6 gram, trisodium citrat dihidrat 2,9 gram, KCl = 1,5 g dan glukosa 13,5 gram. Cara membuat lar. Elektrolit/mineral mix (**) komposisi: KCl : 224 gram Tripotasium citrat : 81 gram MgCl2.6H2O : 76 gram Zn acetat 2 H2O : 8,2 gram CuSO4.5H2O : 1,4 gram Ditambah air sampai : 2.5 liter Atau 1 sachet mineral mix @ 8 gram dilarutkan dalam 20 ml air matang untuk bahan pembuatan 1 ltr F-75 atau F- 100 / Resomal Modifikasi ReSoMal: BAHAN UNTUK 2000 ml Bubuk WHO-ORS 1 pak @ 1000 ml Gula pasir 50 gr Bubuk KCl 4 gr Ditambah air sampai 2 liter Atau Larutan WHO-ORS siap pakai : 1 liter Gula pasir : 50 gr Bubuk KCL : 4 gr Ditambah air sampai : 2 liter 230

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Catatan: Oralit yang tersedia di pasaran 1 sachet dicairkan untuk 200 ml air, Untuk membuat resomal oralit harus diencerkan dua kali yaitu 400 ml, sehingga untuk membuat ReSoMal sebanyak 400 ml diperlukan bahan-bahan sebagai berikut: Bubuk Oralit : 1 sachet Gula pasir : 10 gr Mineral mix : 8 ml Ditambah air sampai : 400 ml

Karena modifikasinya tidak mengandung Mg, Zn dan Cu, maka diberikan bahan makanan yang mengandung sumber mineral tersebut. Dapat pula diberikan MgSO4 50 % i.m 1 x dosis 0,3 ml/kg BB maksimum 2 ml.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

231

LAMPIRAN LAMPIRAN

Apabila tidak tersedia mineral mix digunakan bubuk KCl dengan bahan-bahan sebagai berikut: Bubuk Oralit : 1 sachet Gula pasir : 10 gr KCl : 0,8 gr Ditambah air sampai : 400 ml

Lampiran 4 Bahan

LAMPIRAN LAMPIRAN

Susu skim bubuk

Formula WHO Per 1000 ml

F 100

F 75

g

25

85

Gula pasir

g

100

50

Minyak sayur

g

30

60

Larutan elektrolit

Ml

20

20

Tambahan air s/d

Ml

1000

1000

Energi

Kalori

750

1000

Protein

g

9

29

Lactosa

g

13

42

Potasium

Mmol

36

59

Sodium

Mmol

6

19

Magnesium

mmol

4.3

7.3

Seng

Mg

20

23

Copper

Mg

2.5

2.5

% energi protein

-

5

12

% energi lemak

-

36

53

Mosm/l

413

419

Osmolarity

232

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Cara membuat: Formula WHO (F-75 dan F-100) a. Dengan blender Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan mineral mix, tambahkan air hangat sedikit, kemudian blender, tambahkan air sampai menjadi sesuai yang dibutuhkan. Larutan ini bisa langsung diminum.

Formula 75 untuk penderita diare ( F 75 dengan tepung ) Cara membuatnya sama dengan cara membuat Formula WHO , tetapi tambahkan tepung beras, dan Formula ini harus dimasak sampai mendidih selama 5-7 menit

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

233

LAMPIRAN LAMPIRAN

b. Manual, dengan tangan Bila tidak ada blender, dapat dibuat dengan manual dengan cara : mencampurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan kalis, tambahkan susu skim sedikit demi sedikit sampai tercampur dengan rata, kemudian tambahkan mineral mix, bila sudah tercampur rata tambahkan air hangat sedikit – demi sedikit sampai menjadi sesuai dengan yang dibutuhkan. Larutan ini bisa langsung diminum.

Lampiran 5

Lampiran 5

Makanan Fase Rehabilitasi

Makanan Fase Rehabilitasi

Contoh resep makanan dengan kandungan 200 kkal dan 6 gr protein / porsi Contoh resep makanan dengan kandungan 200 kkal dan 6 gr diberikan 7 kali sehari protein / porsi diberikan 7 kali sehari

LAMPIRAN LAMPIRAN

Resep 1

Resep 2

Bahan makanan Tepung beras

25

Susu

120

Gula

15

Minyak atau margarin

5

beras

25

Kacang-kacangan

20

Labu

25

Sayuran hijau

25

Minyak/ margarin

10

air

250

230

234

Per saji

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Lampiran 6 Cara Membaca Arah Garis Pertumbuhan

LAMPIRAN LAMPIRAN

231Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS Buku

235

Penjelasan Hasil Penimbangan pada KMS tersebut adalah : a. TIDAK NAIK, grafik berat badan memotong garis pertumbuhan dibawahnya atau kenaikan berat badan kurang dari KBM (<800 g) b. NAIK, grafik berat badan memotong garis pertumbuhan diatasnya atau kenaikan berat badan lebih dari KBM (>900 g) c. NAIK, grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya atau kenaikan berat badan lebih dari KBM (>500 g) d. TIDAK NAIK, grafik berat badan mendatar atau kenaikan berat badan kurang dari KBM (>400 g)

LAMPIRAN LAMPIRAN

e. TIDAK NAIK, grafik berat badan menurun atau kenaikan berat badan kurang dari KBM (<300 g)

236

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Lampiran 7 Contoh Menu PMT Ibu Hamil KEK

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

233

LAMPIRAN LAMPIRAN

Menu makanan tambahan mengandung 600-700 kcal dan 15-20 gr protein Menu hari I Bubur kacang ijo 1 gls belimbing (250 gr) Pisang susu 1 bh sdg (150 gr) Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc Menu hari II Taripang 3 bj (150 gr) Telur ayam rebus 1 btr (40 gr) Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc Menu hari III Bubur ayam 2 sdk sayur (270 gr) Pisang susu 2 bh sdg (150 gr) Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc Menu hari IV Nagasari 3 bj (250 gr) Telur ayam rebus 1 btr (40 gr) Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc Menu hari V Bubur manado 2 sdk sayur (270 gr) Tempe goreng 2 sdm (50 gr) Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc Menu hari VI Dadar gulung 2 bj (200 gr) Pisang susu 2 bh sedang (150 gr) Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc Menu hari VII Pallu butung 3 sdk sayur (360 gr) Telur ayam rebus 1 btr (40 gr) Susu 1 sachet (27 gr) = 200 cc

237

Lampiran 8 Contoh Menu Ibu Hamil Anemia WAKTU Pagi

MENU Nasi Pepes Ikan kembung Tempe goreng

LAMPIRAN LAMPIRAN

Urapan

Jam 10.00

Combro

Siang

Nasi Ayam bumbu rujak Bergedel tahu udang

Sayur bening daun katuk Jus Jambu biji Jam 16.00

Bubur kacang hijau

Malam

Mi ayam

Sebelum tidur

Buah Susu Cokelat

238

BAHAN MAKANAN

BERAT/URT

Nasi Ikan kembung Tempe Minyak Kol Kacang panjang Taoge Kelapa parut Singkong Oncom Kelapa parut Minyak Nasi Hati bumbu rujak Santan Tahu Udang Telur Minyak

150 75 g 50 g 5 g (1/2 sdm) 30 g 50 g 25 g 40 g 50 g 25 g 25 g 5g 200/ 1,5 gelas 75 g 1/4 gelas 50 g 25 g 50 g 5 g (1/2 sdm)

Daun katuk Jambu biji Gula pasir Kacang hijau Ketan Susu Gula merah Mi basah Ayam Telur Cay Sim Pepaya Susu segar Gula pasir

75 g 100 gr 1 sdm 25 g 25 g 50 g 25 g 100 g 75 g 100 g 50 g 100 g 200 g/ 1 gelas 1 sdm

234 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

NILAI GIZI : Energi Protein Lemak Karbohidrat Fe

= 2520.15 Kalori = 131.1 g = 89.05 g = 331.3 g = 46.425 mg

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

239

Lampiran 9

Contoh Menu Ibu Hamil pre Eklampsia

WAKTU Pagi

MENU Nasi tim Telur ceplok air saos tomat

Nasi tim

Ca sayuran

Sawi

Susu Jam 10.00

LAMPIRAN LAMPIRAN

Siang

Jam 16.00

BAHAN MAKANAN

Setup buah

Telur ayam

25 g / 1/4 gls 25 g / 1/4 gls

Minyak

5 g / 1/2 sdm

Susu bubuk

25 g /5 sdm

Gula pasir

10 g / 1 sdm

Pisang

100 g / 1 btr

Gula pasir

10 g / 1 sdm

Nasi tim

Nasi tim

Pepes daging tahu

Daging

50 g

Bobor Bayam

Tahu Bayam

100 g 75 g

1 1/2 gls

Santan

25 g

Buah

Pepaya

100 g

Jus Alpokat

Alpokat

100 g 25 g / 5 sdm

Gula pasir

10 g / 1 sdm

Nasi tim

Nasi tim

75 g / 1.5 gls

Pepes Ikan

Ikan

50 g / 1 ptg sdg

Tempe bacem

Tempe

50 g / 1 ptg sdg

Sayur bening bayam

Bayam

75 g/ 3/4 gls

Minyak Pisang

10 g / 1 sdm 100 g / 1 ptg sdg

NILAI GIZI : EnergiI = 2128 KALORI Protein = 80 g Lemak = 63 g Karbohidrat = 305 g Fe = 24.2 mg Na = 403 mg

240

1 gls 50 g / 1 btr

Wortel

Susu bubuk Malam

BERAT/URT

236 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Lampiran 10 Bagan Tatalaksana Diare

Apakah anak Anda Menderita Diare ?

LAMPIRAN LAMPIRAN

237 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

241

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lanjutan Bagan 238

242

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

239

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

243

LAMPIRAN LAMPIRAN

240

244

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

241Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS Buku

245

Lampiran 11 Jenis Diet Penderita Diare Persisten Jenis diet pertama untuk diare persisten: diet yang banyak mengandung pati (starch), diet susu yang dikurangi konsentrasinya (rendah laktosa)

LAMPIRAN LAMPIRAN

Diet ini harus mengandung setidaknya 70 kalori/100gram, beri susu sebagai sumbar protein hewani, tapi tidak lebih dari 3,7 g laktosa/kg berat badan/hari dan harus mengandung setidaknya 10% kalori dari protein. Contoh berikut mengandung 83 kalori/100 g, 3,7g laktosa/kg berat badan/hari dan 11% kalori dari protein: Susu bubuk lemak penuh (atau susu cair: 85 ml) 11 g Nasi 15 g Minyak sayur 3,5 g Gula tebu 3g Air matang 200 ml

Jenis diet kedua untuk diare persisten: Tanpa susu (bebas laktosa) diet dengan rendah pati (strarch) Diet yang kedua harus mengandung setidaknya 70 kalori/100gram, dan menyediakan setidaknya 10% kalori dari protein (telur atau ayam). Contoh di bawah ini mengandung 75 kalori/100 g: Telur 1 butir 64 g Beras 3g Minyak sayur 4 g Gula 3g Air matang 200 ml Ayam masak yang ditumbuk halus (12 g) dapat digunakan untuk mengganti telur untuk memberikan diet 70 kalori/100 g.

Bubur tempe juga bisa diberikan apabila tersedia atau bisa dibuat sendiri dengan cara sebagai berikut; Bahan: Beras 40 g (½ gelas) Tempe 50g (2 potong) Wortel 50 g (½ gelas) Cara membuat: - Buatlah bubur. Sebelum matang masukkan tempe dan wortel - Setelah matang diblender (atau dihancurkan dengan saringan) sampai halus. - Bubur tempe siap disajikan 246

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Lampiran 12 Grafik IMT Dewasa (> 18 tahun)

LAMPIRAN LAMPIRAN

243

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

247

Lampiran 13 Lampiran 13

Daftar Bahan Makanan Daftar Bahan Makanan Penukar Penukar

LAMPIRAN LAMPIRAN

GOLONGAN I (Sumber Karbohidrat) GOLONGAN I (Sumber Karbohidrat) Bahan makanan ini umumnya digunakan sebagai makanan pokok. Jenis diet pertama untuk diare persisten: diet: yang mengandung Satu-satuan penukar mengandung 40 gbanyak Karbohidrat; 4 gpati Protein; (starch), diet susu yang dikurangi konsentrasinya (rendah laktosa) 175 Kalori Bahan Makanan Bengkuang Bihun Biskuit Gadung Ganyong Gambii Havermuut Jagung Segar Kentang Kentang Hitam Maizena Makaroni Mi Basah Mi Kering Nasi Beras Giling Nasi Beras 1/2 Giling Nasi Ketan Hitam Nasi Ketan Putih Roti Putih Roti Warna Coklat Singkong Sukun Talas Tape Beras Ketan Tape Singkong Tepung Tapioka 248

URT 2 bj bsr 1/2 gls 4 bg bsr 1 ptg 1ptg 1 ptg 5 1/2 sdm 3 bj sdg 2 bh sdg 12 bj 10 sdm 1/2 gls 2 gls 1 gls 3/4 gls 3/4 gls 3/4 gls 3/4 gls 3 iris 3 iris 1 1/2 gls 3 ptg sdg 1/2 bj sdg 5 sdm 1 ptg sdg 8 sdm

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Gram 320 50 40 175 185 185 45 125 210 125 50 50 200 50 100 100 100 100 70 70 120 150 125 100 100 50

Ket S++ Na+ S++ S++ S++ S+ S++ K+ PPPNa+, PNa+

Na+ K+, P-, S+ S++ S+ S++, P-

Bahan Makanan Tepung BerasMakanan Bahan Tepung Hunkwee Beras Tepung Sagu Hunkwee Singkong Tepung Sagu Teribu Tepung Singkong Ubi JalarTeribu Kuning Tepung Krupuk Ubi JalarUdang/Ikan Kuning Krupuk Udang/Ikan

URT 8 sdm URT 10 sdm 8 sdm 8 sdm 10 sdm 85 sdm 5 sdm bj sdg 51 sdm 31 bj sdg 3 bj sdg

Gram 50Gram 50 50 50 50 135 50 30 135 30

Ket Ket PPS++, PS++, P-

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

245

249

LAMPIRAN LAMPIRAN

Keterangan : Na+ = Natrium 200-400 mg P- = Rendah Protein Keterangan : Na+ = Natrium 200-400 mg P- = Rendah Protein S++ = 6 g = Tinggi Kalium ++ + = Natrium >Serat 6 g >200-400 K+K+ == Tinggi KeteranganS : =NaSerat mg PRendahKalium Protein S+++ ==S+ Serat S Serat= 3-6 >Serat 6 gg 3-6 g K+ = Tinggi Kalium S+ = Serat 3-6 g GOLONGAN Hewani) GOLONGANIIII(Sumber (SumberProtein Protein Hewani) Umumnya sebagai lemak. Menurut kandungan lemaknya, sumber protein GOLONGAN II (Sumber Protein Hewani) Umumnyadigunakan digunakan sebagai lemak. Menurut kandungan lemaknya, sumber hewani menjadi 3menjadi kelompok : Menurut: kandungan lemaknya, sumber protein Umumnya digunakan lemak. proteindibagi hewani dibagisebagai 3 kelompok 1. Rendah lemak hewani dibagi menjadi 3 kelompok : 1.Satu Rendah lemak satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori 1. Rendah lemak Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein; 2 g Lemak; 50 Kalori Bahan Makanan URT Gram Ket Bahan URT Gram Ket Babat Makanan 1 ptg bsr 40 Ko+, Pr+ Babat 1 ekor ptg bsr 40 Ko+, Pr+ Cumi-cumi kcl 45 Cumi-cumi 1 ekor kcl 45 Daging Asap lembar 20 Ayam Tanpa Kulit ptg sdg 40 Daging Asap 1 lembar 20 Daging Ayam 1 ptg sdg 40 KerbauTanpa Kulit 35 Daging Kerbau 1 ptg sdg 35 Dendeng Daging Sapi 15 Dendeng 1 ptg sdg 15 Dideh SapiDaging Sapi 35 GabusSapi Kering kcl 10 Dideh 1 ptg sdg 35 Gabus Kering 1 ptg kcl 10 Ikan Asin Kering sdg 15 Na+ Kakap 35 Ikan Asin Kering 11/3ptgekor sdgbesar 15 Na+ Kembung sdg 30 Ikan Kakap 1/3 ekor besar 35 Ikan Kembung 1/3 30 Lele 1/2 ekor sdg 40 Mas 1/3 ekor sdg 45 Ikan Lele 1/2 40 Ikan Mas 1/3 ekor sdg 45

LAMPIRAN LAMPIRAN

Bahan Makanan URT Gram Ket Ikan Mujair 1/3 ekor kcl 30 Bahan Makanan URT Gram Ket Ikan Peda 1 ekor kcl 35 Ikan 1/3 30 Ikan Mujair Pindang 1/2 ekor ekor kcl sdg 25 Ikan 11 ekor kcl 35 Ikan Peda Segar ptg sdg 40 Ikan Pindang 1/2 25 Kepiting 1/3 ekor gls sdg 50 Ikan Segar 1 ptg sdg 40 Kerang 1/2 gls 90 Na+, Pr+ Kepiting 1/3 50 Lemuru 1 ptggls 35 Kerang 1/2 90 Na+, Pr+ Putih Telur Ayam 2 1/2glsbtr 65 Lemuru 1 ptg 35 Rebon Kering 2 sdm 10 Putih Telur Ayam 2 1/2 btr 65 Rebon segar 2 sdm 45 Rebon Kering 2 sdm 10 Selar Kering 1 ekor kcl 20 Rebon segar 2 sdm 45 Sepat Kering 1 ptg sdg 20 Selar Kering 11 ekor 20 Teri Kering sdm kcl 20 Sepat Kering 1 ptg sdg 20 Teri Nasi 1/3 gls 20 Teri Kering 15 sdm 20 Udang Segar ekor sdg 35 Ko+ Teri Nasi 1/3 gls 20 Keterangan Keterangan : Udang Segar 5 ekor sdg 35 Ko+ + Natrium Na+ Na Natrium 200-400 mg200-400 mg + Keterangan Tinggi Kolesterol Ko+ Ko Tinggi Kolesterol Na Natrium 200-400 mg Pr++ Tinggi Purin Pr+ Ko Tinggi PurinTinggi Kolesterol + 2. Lemak sedang Pr+ Tinggi Purin g Lemak;75 Kalori Satu satuan penukar mengandung : 7 g Protein;5 2. sedang 2. Lemak Lemak sedang Bahan Makanan URT ::77 gg Protein;5 Ket Satu satuan penukar g Lemak;75 Lemak;75Kalori Kalori Satu satuan penukarmengandung mengandung Protein;5 Gram Bakso 10 bj sdg 170 Bahan Makanan URT Gram Ket Daging Anak Sapi 1 ptg sdg 35 Bakso 10 bj sdg 170 Daging Domba 1 ptg sdg 40 Daging Anak Sapi 1 ptg sdg 35 Daging Kambing 1 ptg sdg 40 Daging Domba 1 ptg sdg 40 Daging Sapi 1 ptg sdg 35 Ko+ Daging Kambing 1 ptg sdg 40 Ginjal Sapi Daging Sapi Hati Ayam Ginjal Sapi

ptg bsr 11 ptg sdg 11 bh sdg ptg bsr

45 35 30 45

Ko+,+ Pr+ Ko + Pr Ko+, Pr+

Hati Ayam Babi Hati

ptgsdg sdg 11 bh

35 30

Ko++, Pr+ Pr

Hati Babi

1 ptg sdg

35

Ko+, Pr+

250

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

246

Bahan Makanan

URT

Gram

Ket

Hati Sapi

1 ptg sdg

35

Ko+, Pr+

Otak

1 ptg bsr

65

Ko+, Pr+

Telur Ayam

1 btr

55

Ko+

Telur Bebek Asin

1 btr

50

Telur Penyu

2 btr

60

Telur Puyuh

5 btr

55

Usus Sapi

1 ptg bsr

50

Ko, Pr

3. Tinggi lemak Satu satuan penukar mengandung: 9 g Protein;13 g Lemak;150 Kalori URT

Gram

Ket

Bebek Belut

1 ptg sdg 3 ekor kcl

45 45

Pr+

Corned beef Daging Ayam Dengan Kulit Daging Babi

3 sdm

45

Na+

1 ptg sdg 1 ptg sdg

40 50

Ham

1 1/2 ptg kcl

40

Ko+ Ko+ Na++, Ko+, Pr+

Sardencis

1/2 ptg sdg

35

Pr+

Sosis Kuning Telur Ayam Telur Bebek Telur Ikan

1/2 ptg sdg 4 btr 1 btr 1 ptg sdg

50 45 55 40

Na+ Ko+ Ko+

Keterangan : Na+ Natrium 200-400 mg Ko+ Tinggi Kolesterol

Na++ Natrium > 400 mg Pr+ Tinggi Purin

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

247

251

LAMPIRAN LAMPIRAN

Bahan Makanan

LAMPIRAN LAMPIRAN

GOLONGAN III (Sumber Protein Nabati) GOLONGAN III (Sumber Protein Umumnya digunakan sebagai laukNabati) juga. Satu satuan penukar mengandung digunakan juga. Satu satuan penukar mengandung 7 g 7Umumnya g Karbohidrat ; 5 g sebagai Protein; lauk 3 g Lemak; 75 Kalori Karbohidrat ; 5 g Protein; 3 g Lemak; 75 Kalori Bahan Makanan Kacang Hijau Kacang Kedelei Kacang Merah Kacang Mente Kacang Tanah Kacang Tanah Kupas Kacang Tolo Keju Kacang Tanah Kembang Tahu Oncom Pete Segar Tahu Tempe Sari Dele Bubuk

URT 2 sdm 2 1/2 sdm 2 sdm 1 1/2 sdm 2 sdm 2 sdm 2 sdm 1 sdm 1 lembar 2 ptg kcl 1/2 gls 1 bj bsr 2 ptg sdg 2 1/2 gls

Keterangan : Keterangan S+ Serat 3-6: g S++ Serat > 6 g S+ Serat 3-6Lemak g TidakS++ >6g Tj+ Sumber JenuhSerat Tunggal Tj+ Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal

252

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Gram 20 25 20 15 15 15 20 15 20 40 55 110 50 185

S++ S+ S+ Tj+ S+Tj+ Tj+ S++ S+

Ket

GOLONGAN IV (Sayuran) Merupakan sumber vitamin dan mineral, terutama karoten, vitamin C, zat kapur, zat besi dan fosfor. Hendaknya digunakan sebagai campuran dari GOLONGAN IV (Sayuran) daun-daunan seperti : bayam, kangkung, daun singkong, dengan kacang Merupakan sumber vitamin dan mineral, terutama karoten, vitamin C, zat kapur, zat panjang, buncis, labu kuning, dansebagai sebagainya. Satudaripenukar adalah besi dan fosfor.wortel, Hendaknya digunakan campuran daun-daunan : bayam, kangkung, daun singkong, dengan kacang buncis, 100 seperti g sayuran campur lebih kurang 1 gelas (setelah dimasakpanjang, dan ditiriskan). wortel, labu kuning,dibagi dan sebagainya. penukarberdasarkan adalah 100 g sayuran campurzat Golongan sayuran menjadi 3Satu macam kandungan lebih kurang 1 gelas (setelah dimasak dan ditiriskan). Golongan sayuran dibagi gizinya menjadi 3 macam berdasarkan kandungan zat gizinya Sayuran Sayuran A A Digunakan sekehendakkarena karena sangat sekali kandungan Kalorinya Digunakan sekehendak sangatsedikit sedikit sekali kandungan Energi nya Baligo S+

Jamur Kuping Segar

S++

Ketimun

S+K+

LAMPIRAN LAMPIRAN

Gambas (oyong)

Labu Air Lettuce

S+

Lobak

S++

Slada

S+K+

Slada Air

S+

Tomat

Sayuran B Sayuran B Satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung 5 g Karbohidrat; 1 g Protein; Satu satuan penukar (dalam 100 g) mengandung 5 g Karbohidrat; 1 g Protein; 25 25 Kalori Kalori Kalori

Cabe Hijau Besar Caisim Daun Koro Pe-Cay Tomat Jagung Muda Kol

S++ S++ S+ S+K+ S++K+ S+ S+K+ 249 Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS Buku

253

LAMPIRAN LAMPIRAN

Bawang Bombai Bayam Bit Brokoli Buncis Cabe Merah Besar Daun Bawang Daun Bluntas Daun Kacang Panjang Daun Kecipir Daun Kemangi Daun Lobak Daun Lomponh Tales Daun Pakis Daun Pohpohan Sawi Seledri Taoge Kacang Hijau Terong Genjer Kangkung Jantung Pisang Kacang Buncis Kacang Panjang Kapri Muda Kecipir (buah muda) Kembang Kol Kucai Labu Siam Labu Waluh Leunce Pare Pepaya Muda Rebung Tebu Terubuk Wortel

K+ K+ S+ S++ S++ S+K+ S++

S+ S++ S+ S++ S+K+ S++ S+ S+ S++K+ S+ S+ S++K+ S+ K+ S++ S+ S+K+ S+

250

254

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Sayuran Sayuran CC Satu satuan penukar(100 (100 g) g Karbohidrat; 3 g Protein; 50 Satu satuan g) mengandung mengandung: 10 : 10 g Karbohidrat; 3 g Protein; Sayuran C penukar Kalori 50 Satu Kalorisatuan penukar (100 g) mengandung : 10 g Karbohidrat; 3 g Protein; 50 Kalori Bayam Merah

S+K+

Bayam Merah Daun Katuk

SS+K+

Daun Katuk Labu Siam Daun

S

Daun Siam Daun Labu Mangkokan

S++

Daun Pepaya Malinjo Daun Singkong Daun Pepaya Daun Singkong Tales Daun Kacang Kapri Daun Tales Kluwih Kacang Kapri Malinjo Kluwih

SK++++ + + KS++K + SS+K+ + S + S Ka + S

Nangka Muda Malinjo

Ka S+

Taoge Kacang Nangka Muda Kedele

S+

Taoge Kacang Kedele

GOLONGANVV(Buah-buahan (Buah-buahan dan GOLONGAN danGula) Gula) Merupakan sumber vitamin terutama karoten, Vit. B1, B6 dan Vit C. Juga GOLONGAN V (Buah-buahan dan Gula)karoten, Vit. B1, B6 dan Vit C. Juga Merupakan sumber vitamin terutama merupakan sumber mineral. Berat buah-buahan dalam daftara ditimbang tanpa kulit Merupakan sumber sumber vitamin terutama karoten, Vit. B1, B6 dan Vit C. Juga merupakan dan biji (berat bersih)mineral. Berat buah-buahan dalam daftara ditimbang merupakan sumber mineral. Berat buah-buahan dalam daftara ditimbang tanpa kulit tanpa dan biji (berat bersih) Satukulit satuan penukar mengandung : 12 g Karbohidrat; 50 Kalori dan biji (berat bersih) Satu satuan penukar mengandung Karbohidrat;50 50 Kalori Satu satuan penukar mengandung : :1212g gKarbohidrat; Kalori Bahan Makanan AnggurMakanan Bahan Apel Merah Anggur Apel Merah Malang Apel ArbeiMalang Apel Belimbing Arbei Blewah Belimbing Cempedak Blewah Duku Cempedak Durian Duku Durian

URT 20 bh sdg URT 1 bh 20 bhkcl sdg bh kcl sdg 11 bh bh sdg sdg 16 bh 1 bh bsr 6 bh sdg ptgbsr sdg 11 bh bj sdg 17 ptg sdg 716bjbh sdgbsr 2 bh 16 bhbsr bsr 2 bh bsr

Gram 165 Gram 85 165 75 85 135 75 140 135 70 140 45 70 80 45 35 80

251

Ket S++K+ Ket S++K+ S+ + SK+ ++ + S + K K + S ++ S K+ ++ SS+ K ++ S+ K+

35

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

251

255

LAMPIRAN LAMPIRAN

Daun DaunMangkokan Malinjo

LAMPIRAN LAMPIRAN

Bahan Makanan

URT

Gram

Durian

2 bh bsr

35

Jambu Air

2 bh bsr

110

S+

Jambu Biji

1 bh bsr

100

K+

Jambu Bol Jambu Monyet

1 bh kcl 1 bh bsr

90 80

S+

Jeruk Bali

1 ptg

105

S+K+

Jeruk Garut Jeruk Manis Jeruk Nipis Kolang-kaling Kedondong Kemang Kesemek Kurma Kiwi

1 bh sdg 2 bh sdg 1 1/4 gls 5 bj sdg 2 bh sdg 1 bh bsr 1/2 bh 3 bh 1 1/2 bh

115 110 135 25 120 105 65 15 110

S+K+ K+ K+ S++ S++

Lontar Lychee

16 bh 10 bh

185 75

S++

Mangga

3/4 bh bsr

90

Manggis

2 bh sdg

80

S++

Merkisa

3/4 bh sdg

35

S++

Melon

1 ptg bsr

190

S+

256

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 252

Ket

S+ S+

4 bh sdg 3 bj sdg

75 45

S++

Nenas Pala (daging)

1/4 bh sdg 4 bh sdg

95 120

S++

Peach Pear Pepaya Bahan Makanan

1 bh sdg 1/2 bh sdg 1 ptg bsr URT

115 85 190 Gram

S++ S++ S+K+ Ket

Pisang Ambon

1 bh kcl

50

K+

Pisang Kepok

1 bh

45

K+

Pisang Mas

2 bh

40

S+K+

Pisang Raja Sereh

2 bh kcl

40

K+

Plum

2 1/2 bh

140

S+

Rambutan Sawo

8 bh 1 bh sdg

75 55

Salak

1 bh sdg

65

S+

Semangka Sirsak

2 bh sdg 1/2 gls

180 60

S+

Srikaya

2 bh bsr

50

S+

Strabery Gula Madu

4 bh bsr 1 sdm 1 sdm

215 13 15

S++

253

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

Menteng nangka Masak

257

LAMPIRAN LAMPIRAN

GOLONGAN VI (Susu) Merupakan sumber protein. Lemak, karbohidrat dan vitamin (terutama Vitamin GOLONGAN VI (Susu) (Susu) GOLONGAN VI Merupakan sumber protein. Lemak, karbohidrat dan vitamin(terutama (terutamaVitamin VitaminAA A dan Niacin), sertaprotein. mineral (zat karbohidrat kapur dan fosfor). Menurut kandungan Merupakan sumber Lemak, dan vitamin dan Niacin), Niacin), serta mineral (zat kapur kapur danfosfor). fosfor).Menurut Menurutkandungan kandunganlemaknya, lemaknya, lemaknya, sususerta dibagi menjadi 3 kelompok dan mineral (zat dan susu dibagi dibagi menjadi kelompok susu 1. Susu tanpamenjadi lemak33 kelompok 1. Susu Susu tanpa tanpa lemak lemak 1. Satu satuan penukar Satu satuan satuan penukar penukar mengandung mengandung Satu mengandung 1010 g Karbohidrat 75 kalori 10 Karbohidrat7 g Protein Protein 75 kalori kalori gg Karbohidrat 77 gg Protein 75 Bahan Makanan Makanan Bahan Susu Skim Skim Cair Cair Susu

URT URT gls 11 gls

Gram Gram 200 200

Ket. Ket. K+ K+

Tepung Susu Susu Skim Skim Tepung

sdm 44 sdm

20 20

K+ K+

Yoghurt Non Non Fat Fat Yoghurt

2/3gls gls 2/3

120 120

K+ K+

2. Susu rendah lemak lemak 2. Susu rendah lemak penukar mengandung mengandung Satu satuan penukar Satu satuan penukar mengandung Protein 66 ggLemak Lemak 125Kalori Kalori g Karbohidrat 77 gg Protein 1010 g Karbohidrat 7 g Protein 6 g Lemak 125 125 Kalori Makanan Bahan Makanan

URT URT

Gram Gram

Ket. Ket.

ptgkcl kcl 11 ptg

35 35

Na+Ko+ Na+Ko+

Susu Kambing

gls ¾¾ gls

165 165

K+ K+

tidak Manis Manis Susu Kental tidak

gls ½½ gls

100 100

K+ K+

Susu Sapi

11 gls gls

200 200

K+ K+

Tepung Susu Asam Asam

77 sdm sdm

35 35

K+ K+

Yogurt Susu Penuh Penuh

11 gls gls

200 200

K+ K+

Keju

258

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 254 254

3. Susu tinggi lemak 3. Susu tinggi lemak Satu satuan penukar mengandung : Satu satuan penukar mengandung : 10 g Karbohidrat 7 g Protein 10 g Lemak g Karbohidrat 3. 10 Susu tinggi lemak 7 g Protein 10 g Lemak 150 Kalori

150 Kalori

Satu satuan penukar mengandung : 10 g Karbohidrat 7 g Protein URT 10 g Lemak 150 Kalori Bahan Makanan Gram Susu Kerbau Bahan Makanan Tepung Susu Skim Susu Kerbau

½ gls URT 6 sdm ½ gls

Ket.

100 Gram 30 100

K+ Ket. K+Ko+ K+

30

K+Ko+

Tepung Susu Skim 6 sdm GOLONGAN VIIVII(Minyak/Lemak) GOLONGAN (Minyak/Lemak)

Bahan makanan ini hampir seluruhnya terdiri dari lemak. Menurut kandungan asam Bahan makanan inidibagi hampir seluruhnya terdiri dari kandungan lemaknya, minyak menjadi 2 kelompok, yaitulemak. lemak Menurut tidak jenuh dan lemak GOLONGAN VII (Minyak/Lemak) jenuh. Satu satuan penukar mengandung 5 2g kelompok, Lemak; 50 Kalori asam menjadi yaitu lemak tidak jenuh Bahanlemaknya, makanan iniminyak hampirdibagi seluruhnya terdiri dari lemak. Menurut kandungan asam lemaknya, dibagisatuan menjadipenukar 2 kelompok, yaitu lemak jenuh50dan lemak dan lemak minyak jenuh. Satu mengandung 5 gtidak Lemak; Kalori Bahan Makanan 1. LEMAK TIDAK JENUH Alpukat Biji LabuMakanan Merah Bahan Kacang Almond Alpukat Margarin Jagung Biji Labu Merah Mayonnaise Kacang Almond Minyak BijiJagung Kapas Margarin Minyak Bunga Matahari Mayonnaise Minyak Jagung Biji Kapas Minyak Kacang Kedelei Bunga Matahari Kacang Tanah Minyak Jagung SafflowerKedelei Minyak Kacang Minyak Zaitun Kacang Tanah Minyak Safflower Minyak Zaitun

URT 1/2 bh bsr 2URT bj 7 bj bh bsr 1/2 21/4bj sdt 27 sdm bj 1 sdtsdt 1/4 sdt 21 sdm 1 sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt 1 sdt

255

Gram 60 10 Gram 25 60 5 10 20 25 5 5 20 5 5 5 5 5 5 5

Ket S+Tj+K+ Ket S++Tj+K+ S+

Tj+ Tj+ Tj+ Tj++ Tj+

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

255

LAMPIRAN LAMPIRAN

1. LEMAK jenuh. SatuTIDAK satuanJENUH penukar mengandung 5 g Lemak; 50 Kalori

259

2. LEMAK JENUH Bahan Makanan Lemak babi Mentega Santan (peras dengan 2.air) LEMAK JENUH Kelapa Bahan Makanan Keju Krimbabi Lemak Mentega Minyak Kelapa Santan (peras dengan Minyak Ini Kelapa Sawit

LAMPIRAN LAMPIRAN

air)

URT 1 ptg kcl 1 sdm

Gram 5 15

1/3 gls

Ket

40

1 ptg kcl URT 1 ptg 1 ptg kcl kcl 1 sdm 1 sdt

Gram15 5 15 15 5

Ket

1/3 gls

40

K+ K+ K K K

1 sdt

5

Kelapa 1 ptg kcl 15 Keterangan : Keterangan : Keju KrimSerat 1 ptg kcl 15 S+ 3-6 g S+ MinyakSerat 3-6 g Kelapa 1 sdt 5 S++ Serat > 6 g S++ MinyakSerat > 6 Sawit g Ini Kelapa 1 sdt 5 SumberLemak Lemak Tidak Jenuh Tunggal + TjTj+ Sumber Tidak Jenuh Tunggal + TinggiKalium Kalium KK+ Tinggi

K+ K+ K K K

Keterangan : S+ Serat 3-6 g GOLONGAN VIIIVIII Tanpa Kalori) S++ Serat >(Makanan 6 g(Makanan GOLONGAN Tanpa Kalori) + Mengandung kurang dari 5dari g Karbohidrat dan kurang 20 Kalori Tj Sumber Lemak Tidak Tunggal Mengandung kurang 5Jenuh g Karbohidrat dandari kurang dari tiap 20 penukarnya Kalori tiap + K makanan Tinggiyang Kaliumada ukuran rumah tangganya dibatasi maksimal 3 penukar Bahan

penukarnya

sehari, tetapi jangan dikonsumsi sekaligus karena dapat menyebabkan kenaikan GOLONGAN VIII (Makanan Kalori) rumah tangganya dibatasi maksimal Bahan yang Tanpa ada ukuran kadar gulamakanan darah kurang dari 5 g Karbohidrat dan kurang dari 20 Kalori tiap penukarnya 3Mengandung penukar sehari, tetapi jangan dikonsumsi sekaligus karena dapat Bahan makanan yang tidak ada ukuran rumah tangganya dapat 3dikonsumsi lebih Bahan makanan yang ada ukuran rumah tangganya dibatasi maksimal penukar menyebabkan kenaikan kadar gula karena darah dapat menyebabkan bebas sehari, tetapi jangan dikonsumsi sekaligus kenaikan kadar gulamakanan darah Bahan yang tidak ada Bahan Makanan Ket ukuran rumah tangganya dapat Bahan makanan yang tidak ada ukuran rumah tangganya dapat dikonsumsi lebih dikonsumsi lebih bebas Agar-agar Na++Pr+ bebas AirBahan KalduMakanan Ket AirAgar-agar Mineral Na++Pr+ Air Kaldu Cuka Air Mineral Gelatin Cuka Gula Alternatif Gelatin

Aspartam Gula Alternatif sakarin Aspartam sakarin Kecap Kopi Kecap Kopi

260

Na++ Na++

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

256

256

Ket

Minuman Ringan Tanpa Gula Minuman Tonik Tanpa Gula Tauco Teh Jam Sele, rendah Gula

Na++ K+ 2 sdt

Krim, non dairy, cair Bubuk

1 sdm 1 sdm

Margarin non fat Manyonaise

1 sdt 1 sdm

Permen tanpa gula

2 sdm

sirup, tanpa gula Wijen

2 sdm 2 sdm

LAMPIRAN LAMPIRAN

Bahan Makanan

Keterangan : Na++ Natrium > 400 mg K+ Tinggi Kalium Pr+ Tinggi Purin

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

261

Lampiran 14

Contoh Menu untuk Penderita Hipertensi (Diet Rendah Garam)

WAKTU

LAMPIRAN LAMPIRAN

Pagi

Jam 10.00 Siang

Malam

262

BAHAN MAKANAN

MENU Nasi Omelet tanpa garam Tumis Kacang panjang

BERAT/URT

Nasi

1 gls

Telur

50 g /1 btr

Kacang panjang

50 g/ 1/2 gls

Minyak

10 g / 1 sdm

Teh manis

Gula pasir

10 g / 1 sdm

Sari kacang hijau

Kacang hijau

25 g / 2.5 sdm

Gula pasir

15 g / 1.5 sdm

Nasi

Nasi

Lapis daging Tempe bumbu rujak

Daging sapi

50 g / 1 ptg sdg

140 g / 2 gls

Tempe

50 g /2 ptg sdg

Tumis kangkung

Kangkung

75 g/ 3/4 gls

Minyak

10 g / 1 sdm

Buah

Mangga

100 g / 1 bh sdg

Nasi

Nasi

140 g / 2 gls

Ayam panggang

Ayam

50 g / 1 ptg sdg

Sup tahu sayur

Tahu

50 g / 1 ptg sdg

Wortel

25 g / 1/4 gls

Kol

25 g / 1/4 gls

Buncis

25 g / 1/4 gls

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

258

NILAI GIZI : EnergiI = 2230 Kalori Protein = 75 g Lemak = 53 g Karbohidrat = 365 g

Fe Na

= 24 mg = 305 mg

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

263

Lampiran 15

Lampiran 15 No. 1

Antioksidan Betakaroten, Prekursor (bahan pembuat) vitamin A

Sumber Banyak terdapat di dalam wortel, ketela rambat (biasa disebut ubi atau ubi rambat), dan buah atau sayur-sayuran yang berwarna cerah

Vitamin A

Banyak terdapat di dalam ikan, susu, hati

3

Vitamin C

Banyak terdapat di dalam jeruk, anggur, pepaya, tomat, brokoli, sebagian besar buahbuahan dan sayuran berwarna hijau

4

Vitamin E

Banyak terdapat di kacang-kacangan (polongpolongan), minyak sayur, dan hati

5

Selenium

Banyak terdapat pada ikan, kerang-kerangan, biji-bijian, bawang putih

6

Flavonoid & Polifenol

Banyak terdapat di dalam kedelai dan produkproduk turunannya (misalnya tahu dan tempe), teh, coklat hitam, anggur.

7

Likopen

Banyak terdapat di dalam tomat, semangka, anggur yang berwarna pink atau merah

8

Lutein

Banyak terdapat di dalam sayuran yang berwarna hijau tua, misalnya bayam dan brokoli.

2

LAMPIRAN LAMPIRAN

Jenis Antioksidan dan Sumbernya

Jenis Antioksidan dan Sumbernya

264

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 260

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

265

BB (kg) 6 9 13 19 27 34 46 56 60 62 62 60 58 36 46 50 54 55 55 54 53

TB (cm)

61 71 91 112 130

142 158 166 168 168 168 168 168

145 155 157 159 159 159 159 159

Energi (kkal)

+17 +17

+18 +18 +18

+180 +300 +300 +330 +400

52 60 58 58 58 57 57 55

50 62 62 62 62 62 60 58

12 16 20 28 38

2000 2150 2150 2250 2100 1900 1500 1400

2100 2550 2650 2700 2550 2250 1800 1500

550 700 1050 1550 1800

Protein (g)

Lemak (g)

+11 +13

+6 +10 +10

70 70 70 75 60 50 40 40

70 85 88 90 70 60 50 42

30 35 40 60 70

LAMPIRAN LAMPIRAN

Kelompok Umur Bayi/Anak 0 -< 6 bl 6 -<12 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th Laki laki 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65-79 th 80+ th Perempuan 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65-79 th 80+ th Hamil Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Menyusui 6 bl pertama 6 bl kedua +45 +55

+25 +40 +40

270 300 300 320 300 280 250 220

290 350 350 370 380 330 300 250

58 80 145 210 250

Karbohidrat (g)

Serat (g)

0 0

0 0 0

28 30 30 32 30 26 21 20

29 35 37 38 36 32 25 21

0 10 15 22 25

+800 +500

+300 +300 +300

1800 2000 2100 2300 2300 2300 1600 1500

1800 2000 2200 2500 2600 2600 1900 1600

800 1200 1500 1900

Air (mL)

TABEL 1. KECUKUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK, KARBOHIDRAT DAN AIR YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

Lampiran 16 Daftar Angka Kecukupan Gizi, 2012

Lampiran 17

LAMPIRAN LAMPIRAN

TABEL 2a. KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM LEMAK YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012 TABEL 2a. KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM LEMAK YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

Kelompok Umur Bayi/Anak 0 -<6 bl 6-<12 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th Laki laki 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65-79 th 80+ th Perempuan 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65-79 th 80+ th Hamil Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Menyusui 6 bl pertama 6 bl kedua

266

TB (cm)

BB (kg)

Vitamin A (µg)

61 71 91 112 130

6 9 13 19 27

375 400 400 450 500

5 5 155 15 15

4 5 6 7 7

5 10 15 20 25

142 158 166 168 168 168 168 168

34 46 56 60 62 62 60 58

600 600 600 600 600 600 600 600

15 15 15 15 15 15 20 20

11 15 15 15 15 15 15 15

35 55 55 65 65 65 65 65

145 155 157 159 159 159 159 159

36 46 50 54 55 55 54 53

600 600 600 500 500 500 500 500

15 15 15 15 15 15 20 20

11 15 15 15 15 15 15 15

35 55 55 65 65 65 65 65

+300 +300 +350

+0 +0 +0

+0 +0 +0

+0 +0 +0

+350 +350

+0 +0

+4 +4

+0 +0

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Vitamin D (µg)

Vitamin E (mg)

Vitamin K (µg)

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

267

BB (kg)

6 9 13 19 27

34 46 56 60 62 62 60 58

36 46 50 54 55 55 54 53

TB (cm)

61 71 91 112 130

142 158 166 168 168 168 168 168

145 155 157 159 159 159 159 159

+0.4 +0.4

+0.3 +0.3 +0.3

+0.3 +0.3 +0.3

+0.3 +0.3

1.2 1.3 1.3 1.4 1.3 1.1 0.9 0.9

1.3 1.5 1.6 1.6 1.6 1.4 1.1 0.9

0.3 0.4 0.7 1.0 1.1

Vitamin B2 (mg)

1.0 1.1 1.1 1.1 1.1 1.0 0.8 0.7

1.1 1.2 1.3 1.4 1.3 1.2 1.0 0.8

0.3 0.4 0.6 0.8 0.9

Vitamin B1 (mg)

+3 +3

+4 +4 +4

11 12 12 12 12 10 9 8

12 14 15 15 14 13 10 8

3 4 6 9 10

Vitamin B3 (mg)

+0.5 +0.5

+0.4 +0.4 +0.4

1.2 1.2 1.2 1.3 1.3 1.5 1.5 1.5

1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.7 1.7 1.7

0.1 0.3 0.5 0.6 1.0

Vitamin B6 (mg)

+0.4 +0.4

+0.2 +0.2 +0.2

1.8 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4

1.8 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4

0.4 0.5 0.9 1.2 1.2

Vitamin B12 (µg)

LAMPIRAN LAMPIRAN

Kelompok Umur Bayi/Anak 0 -<6 bl 6-<12 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th Laki laki 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65-79 th 80+ Perempuan 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65-79 th 80+ thn Hamil Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Menyusui 6 bl pertama 6 bl kedua +100 +100

+200 +200 +200

400 400 400 400 400 400 400 400

400 400 400 400 400 400 400 400

65 80 160 200 300

Folat (µg)

TABEL 2b. KECUKUPAN VITAMIN LARUT DALAM AIR YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

+2 +2

+1 +1 +1

4 5 5 5 5 5 5 5

4 5 5 5 5 5 5 5

1.7 1.8 2 2 3

Pantotenat (mg)

+5 +5

+0 +0 +0

20 25 30 30 30 30 30 30

20 25 30 30 30 30 30 30

5 6 8 12 12

Biotin (µg)

+75 +75

+25 +25 +25

375 400 425 425 425 425 425 425

375 550 550 550 550 550 550 550

125 150 200 250 375

Choline (mg)

+25 +25

+10 +10 +10

50 65 75 75 75 75 75 75

50 75 90 90 90 90 90 90

40 50 40 45 45

Vitamin C (mg)

Lampiran 18

268

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Hamil Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Menyusui 6 bl pertama 6 bl kedua

Kelompok Umur Bayi/Anak 0 -<6 bl 6-<12 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th Laki laki 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65-79 th 80+ th Perempuan 10-12 th 13-15 th 16-18 th 19-29 th 30-49 th 50-64 th 65-79 th 80+ th

BB (kg)

6 9 13 19 27

34 46 56 60 62 62 60 58

36 46 50 54 55 55 54 53

TB (cm)

61 71 91 112 130

142 158 166 168 168 168 168 168

145 155 157 159 159 159 159 159 +0 +0 +0 +0 +0

+200 +200

1250 1250 1250 700 700 700 700 700

1250 1250 1250 700 700 700 700 700

100 250 500 500 500

P (mg)

+200 +200 +200

1200 1200 1200 1100 1000 1000 1000 1000

1200 1200 1100 1000 1000 1000 1000 1000

200 250 650 1000 1000

Ca (mg)

+20 +20

+0 +0 +0

162 207 225 324 330 330 324 318

153 207 252 350 350 350 350 350

30 55 60 95 135

Mg (mg)

+400 +400

+100 +100 +100

700 795 890 900 900 900 900 900

700 795 890 900 900 900 900 900

200 220 340 440 570

Cu (ug)

+20 +20

+3,5 +3.5 +3.5

21.0 22,5 24.0 30,5 28,8 25,5 20,8 19,1

25.0 30.0 35.0 36,5 35,2 31,2 25,5 20,4

0,2 5,5 11.0 15.0 20.0

Cr (ug)

+6 +8

+0 +9 +13

20 26 26 26 26 12 12 12

13 19 15 13 13 13 13 13

0,5 7 8 9 10

Fe (mg)

+100 +100

+100 +100 +100

120 150 150 150 150 150 150 150

120 150 150 150 150 150 150 150

90 120 120 120 120

I (ug)

TABEL 3. KECUKUPAN MINERAL DAN ELEKTROLIT YANG DIANJURKAN UNTUK ORANG INDONESIA, 2012

LAMPIRAN LAMPIRAN

+4,5 +4.5

+1,2 +4,2 +10,2

12,9 15,8 14 9,3 9,8 9,8 9,8 9,8

14,0 18,2 16,9 13,0 13,4 13,4 13,4 13,3

1,3 3,0 4.0 5.0 11,3

Zn (mg)

+10 +10

+5 +5 +5

20 30 30 30 30 30 30 30

20 30 30 30 30 30 30 30

5 10 17 20 20

Se (ug)

+0,8 +0.8

+0,2 +0.2 +0.2

1,6 1,6 1,6 1,8 1,8 1,8 1,8 1,8

1,9 2,2 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3 2,3

0,003 0,6 1,2 1,5 1,7

Mn (mg)

+0 +0

+0 +0 +0

1,9 2,4 2,5 2,5 2,7 2,7 2,7 2,7

1,7 2,4 2,7 3,0 3,1 3,1 3,1 3,1

0,01 0,4 0,6 0,9 1,2

F (mg)

+0 +0

+0 +0 +0

1500 1500 1500 1500 1500 1300 1200 1200

1500 1500 1500 1500 1500 1300 1200 1200

120 200 1000 1200 1200

Na (mg)

+400 +400

+0 +0 +0

4500 4700 4700 4700 4700 4700 4700 4700

4500 4700 4700 4700 4700 4700 4700 4700

400 700 3000 3800 3800

K (mg)

Lampiran 19

Lampiran 20 Lampiran 17

Grafik IMT Balita (WHO, 2007)

LAMPIRAN LAMPIRAN

Grafik IMT Balita (WHO, 2007)

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

262

269

LAMPIRAN LAMPIRAN

270

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS 263

Lampiran 21

Cara Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA) Langkah-langkah pengukuran menggunakan pita LILA : - tetapkan titik tengah antara siku dan bahu pada lengan kiri atas (beri tanda) - lingkarkan pita LILA tepat pada tanda/titik tengah tersebut - Lampiran bacalah 18 skalanya secara benar Cara Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA) - Langkah-langkah catat sesuai dengan hasil pembacaan (angka atau warna) pengukuran menggunakan pita LILA : Yangtetapkan harus diperhatikan adalah bagaimana menentukan tengah lengan titik tengah antara siku dan bahu pada lengan kirititik atas (beri tanda) kiri atas, karena apabila tidakpada tepattanda/titik dapat menimbulkan perbedaan pada lingkarkan pita LILA tepat tengah tersebut bacalah skalanya secara benar status gizi anak. catat sesuai hasildapat pembacaan (angka atauanak warna) Pengukuran LILAdengan ini hanya digunakan pada yang berumur lebih Yang harus diperhatikan adalah bagaimana menentukan titik tengah lengan kiri atas, dari 6 bulan atau panjang badannya >65 cm.

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

271

LAMPIRAN LAMPIRAN

karena apabila tidak tepat dapat menimbulkan perbedaan pada status gizi anak. Pengukuran LILA ini hanya dapat digunakan pada anak yang berumur lebih dari 6 bulan atau panjang badannya >65 cm.

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran 19 KMS KMSAnak AnakPerempuan Perempuan Lampiran 19

272

265 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

266Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS Buku

273

Lampiran 20. KMS Anak Laki-Laki

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran 23. KMS Anak Laki-Laki

274

267 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku 268Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

275

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran KMS Anak Lampiran 24. 21. Grafik BeratLaki-Laki Badan Anak laki Menurut Umur (Z-Score)

276

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Lampiran 22. Grafik Berat Badan Anak perempuan Menurut Umur (Z-Score) Lampiran 25. Grafik Berat Badan Anak perempuan Menurut Umur (Z-Score)

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

277

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran 23. Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak laki-laki menurut Umur (z-score) Lampiran 26. Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak laki-laki menurut Umur (z-score)

278

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

271

Lampiran 24. Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak Perempuan menurut Umur (z-score) Lampiran 27. Grafik Panjang/Tinggi Badan Anak Perempuan menurut Umur (z-score)

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

272

279

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran 25. Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan Anak laki-laki Lampiran 28. Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan Anak Laki-laki

280

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

273

Lampiran 26. Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan Anak Perempuan Lampiran 29. Grafik Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan Anak Perempuan

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

274

281

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran Berat Badan Badanmenurut menurutUmur UmurAnak Anak laki-Laki Lampiran 30. 27. Tabel Tabel Berat laki-Laki 0-50-5 tahun (Z-Scores) tahun (Z-Scores)

282

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

275

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

276

283

Lampiran menurut Umur Anak Perempuan 0-5 0-5 Lampiran28. 31.Tabel TabelBerat BeratBadan Badan menurut Umur Anak Perempuan tahun (Z-Scores)

LAMPIRAN LAMPIRAN

tahun (Z-Scores)

284

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

277

LAMPIRAN LAMPIRAN

278 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

285

Lampiran 32. Tabel Panjang Badan/ Tinggi badan menurut Umur Anak Laki-laki 0-5 tahun Lampiran 29. Tabel Panjang Badan/ (Z-Scores) Tinggi badan menurut Umur

LAMPIRAN LAMPIRAN

Anak Laki-laki 0-5 tahun (Z-Scores)

286

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

279

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku 280 Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

287

LAMPIRAN LAMPIRAN

288

281

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Lampiran 33. Tabel Panjang Badan/ Tinggi badan menurut Umur Anak Lampiran 30. Perempuan Tabel Panjang0-5 Badan/ Tinggi badan menurut Umur tahun (Z-Scores) Anak Perempuan 0-5 tahun (Z-Scores)

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

282

289

LAMPIRAN LAMPIRAN

290

283 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

284

291

Lampiran 34. Tabel Berat Badan menurut Panjang Badan/ Tinggi badan Umur Anak 0-5 tahun (Z-Scores) Lampiran 31. Tabel Berat Badan menurut Panjang Badan/ Tinggi badan Umur Anak 0-5 tahun (Z-Scores) Berat Badan menurut Panjang Badan anak laki-laki dan perempuan Berat Badan menurut Panjang Badan anak laki-laki dan perempuan Usia bulanStandar StandarWHO WHO 2005 Usia 0-24 0-24 bulan 2005

LAMPIRAN LAMPIRAN

Berat badan Anak laki-laki (kg) -3 SD 1.9 1.9 2.0 2.1 2.1 2.2 2.3 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.7 2.8 2.9 3.0 3.1 3.2 3.3 3.4 3.6 3.7 3.8 3.9 4.1 4.3 4.4 4.5

-2 SD 2.0 2.1 2.2 2.3 2.3 2.4 2.5 2.6 2.6 2.7 2.8 2.9 3.0 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 4.0 4.1 4.2 4.5 4.6 4.7 4.8

-1 SD 2.2 2.3 2.4 2.5 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 3.0 3.0 3.1 3.2 3.3 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 4.0 4.2 4.3 4.4 4.6 4.9 5.0 5.1 5.3

Median 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.9 3.0 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.8 3.9 4.0 4.1 4.3 4.4 4.5 4.7 4.8 5.0 5.3 5.4 5.6 5.7

PB (cm) 45.0 45.5 46.0 46.5 47.0 47.5 48.0 48.5 49.0 49.5 50.0 50.5 51.0 51.5 52.0 52.5 53.0 53.5 54.0 54.5 55.0 55.5 56.0 56.5 57.5 58.0 58.5 59.0

4.6 4.7

5.0 5.1

5.4 5.5

5.9 6.0

59.5 60.0

292

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

285

Berat badan Anak Perempuan (kg) -3 SD Median -1 SD -2 SD 2.5 2.3 2.1 1.9 2.5 2.3 2.1 2.0 2.6 2.4 2.2 2.0 2.7 2.5 2.3 2.1 2.8 2.6 2.4 2.2 2.9 2.6 2.4 2.2 3.0 2.7 2.5 2.3 3.1 2.8 2.6 2.4 3.2 2.9 2.6 2.4 3.3 3.0 2.7 2.5 3.4 3.1 2.8 2.6 3.5 3.2 2.9 2.7 3.6 3.3 3.0 2.8 3.7 3.4 3.1 2.8 3.8 3.5 3.2 2.9 3.9 3.6 3.3 3.0 4.0 3.7 3.4 3.1 4.2 3.8 3.5 3.2 4.3 3.9 3.6 3.3 4.4 4.0 3.7 3.4 4.5 4.2 3.8 3.5 4.7 4.3 3.9 3.6 4.8 4.4 4.0 3.7 5.0 4.5 4.1 3.8 5.2 4.8 4.4 4.0 5.4 4.9 4.5 4.1 5.5 5.0 4.6 4.2 5.6 5.1 4.7 4.3 5.7 5.9

5.3 5.4

4.8 4.9

4.4 4.5

5.2 5.3 5.4 5.6 5.7 5.8 5.9 6.0 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 7.0 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5 7.6 7.6 7.7 7.8 7.9 8.0 8.1 8.2 8.3 8.3 8.4 8.5 8.6 8.7

5.6 5.8 5.9 6.0 6.1 6.2 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 7.0 7.1 7.2 7.3 7.5 7.6 7.7 7.8 7.9 8.0 8.1 8.2 8.3 8.4 8.5 8.6 8.7 8.8 8.8 8.9 9.0 9.1 9.2 9.3 9.4

6.1 6.3 6.4 6.5 6.7 6.8 6.9 7.0 7.1 7.3 7.4 7.5 7.6 7.7 7.9 8.0 8.1 8.2 8.3 8.4 8.5 8.6 8.8 8.9 9.0 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 10.0 10.1 10.2

60.5 61.0 61.5 62.0 62.5 63.0 63.5 64.0 64.5 65.0 65.5 66.0 66.5 67.0 67.5 68.0 68.5 69.0 69.5 70.0 70.5 71.0 71.5 72.0 72.5 73.0 73.5 74.0 74.5 75.0 75.5 76.0 76.5 77.0 77.5 78.0 78.5

286

6.0 6.1 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.9 7.0 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5 7.6 7.7 7.9 8.0 8.1 8.2 8.3 8.4 8.5 8.6 8.7 8.8 8.9 9.0 9.1 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8

5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 6.0 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 7.0 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5 7.6 7.7 7.7 7.8 7.9 8.0 8.1 8.2 8.3 8.4 8.5 8.5 8.6 8.7 8.8 8.9 9.0

5.0 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 6.0 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 6.9 7.0 7.1 7.2 7.3 7.4 7.4 7.5 7.6 7.7 7.8 7.8 7.9 8.0 8.1 8.2 8.2

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

4.6 4.7 4.8 4.9 5.0 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 6.0 6.1 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 6.9 7.0 7.1 7.1 7.2 7.3 7.4 7.4 7.5 7.6

293

LAMPIRAN LAMPIRAN

4.8 4.9 5.0 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 6.0 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.6 6.7 6.8 6.9 7.0 7.1 7.2 7.2 7.3 7.4 7.5 7.6 7.6 7.7 7.8 7.9 7.9 8.0

LAMPIRAN LAMPIRAN

8.1 8.2 8.2 8.3 8.4 8.5 8.5 8.6 8.7 8.8 8.9 9.0 9.1 9.2

8.7 8.8 8.9 9.0 9.1 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9

9.5 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 10.0 10.1 10.2 10.3 10.4 10.5 10.6 10.7

10.3 10.4 10.4 10.5 10.6 10.7 10.8 10.9 11.0 11.2 11.3 11.4 11.5 11.6

79.0 79.5 80.0 80.5 81.0 81.5 82.0 82.5 83.0 83.5 84.0 84.5 85.0 85.5

9.9 10.0 10.1 10.2 10.3 10.4 10.5 10.6 10.7 10.9 11.0 11.1 11.2 11.3

9.1 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 10.1 10.2 10.3 10.4

8.3 8.4 8.5 8.6 8.7 8.8 8.8 8.9 9.0 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5

7.7 7.7 7.8 7.9 8.0 8.1 8.1 8.2 8.3 8.4 8.5 8.6 8.7 8.8

9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 10.0 10.1 10.2

10.0 10.1 10.2 10.4 10.5 10.6 10.7 10.8 10.9 11.0

10.8 11.0 11.1 11.2 11.3 11.4 11.5 11.6 11.8 11.9

11.7 11.9 12.0 12.1 12.2 12.4 12.5 12.6 12.7 12.8

86.0 86.5 87.0 87.5 88.0 88.5 89.0 89.5 90.0 90.5

11.5 11.6 11.7 11.8 12.0 12.1 12.2 12.3 12.5 12.6

10.5 10.6 10.7 10.9 11.0 11.1 11.2 11.3 11.4 11.5

9.7 9.8 9.9 10.0 10.1 10.2 10.3 10.4 10.5 10.6

8.9 9.0 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8

10.3 10.4 10.5 10.6 10.7 10.7

11.1 11.2 11.3 11.4 11.5 11.6

12.0 12.1 12.2 12.3 12.4 12.5

13.0 13.1 13.2 13.3 13.4 13.5

91.0 91.5 92.0 92.5 93.0 93.5

12.7 12.8 13.0 13.1 13.2 13.3

11.7 11.8 11.9 12.0 12.1 12.2

10.7 10.8 10.9 11.0 11.1 11.2

9.9 10.0 10.1 10.1 10.2 10.3

10.8 10.9 11.0 11.1 11.2

11.7 11.8 11.9 12.0 12.1

12.6 12.7 12.8 12.9 13.1

13.7 13.8 13.9 14.0 14.1

94.0 94.5 95.0 95.5 96.0

13.5 13.6 13.7 13.8 14.0

12.3 12.4 12.6 12.7 12.8

11.3 11.4 11.5 11.6 11.7

10.4 10.5 10.6 10.7 10.8

11.3 11.4

12.2 12.3

13.2 13.3

14.3 14.4

96.5 97.0

14.1 14.2

12.9 13.0

11.8 12.0

10.9 11.0

294

287 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

11.5

12.4

13.4

14.5

97.5

14.4

13.1

12.1

11.1

11.6

12.5

13.5

14.6

98.0

14.5

13.3

12.2

11.2

11.7

12.6

13.6

14.8

98.5

14.6

13.4

12.3

11.3

11.8

12.7

13.7

14.9

99.0

14.8

13.5

12.4

11.4

11.9

12.8

13.9

15.0

99.5

14.9

13.6

12.5

11.5

12.0

12.9

14.0

15.2

100.0

15.0

13.7

12.6

11.6

LAMPIRAN LAMPIRAN

288 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

295

Berat Badan menurut Tinggi Badan anak laki-laki dan perempuan Usia 24 – 60 bulan Standar WHO 2005 Berat Badan menurut Tinggi Badan anak laki-laki dan perempuan Usia 24 – 60 bulan Standar WHO 2005

LAMPIRAN LAMPIRAN

Berat badan Anak laki-laki (kg)

Berat badan Anak Perempuan (kg)

-3 SD

-2 SD

-1 SD

Median

TB (cm)

Median

-1 SD

-2 SD

-3 SD

5.9

6.3

6.9

7.4

65.0

7.2

6.6

6.1

5.6

6.0

6.4

7.0

7.6

65.5

7.4

6.7

6.2

5.7

6.1

6.5

7.1

7.7

66.0

7.5

6.8

6.3

5.8

6.1

6.6

7.2

7.8

66.5

7.6

6.9

6.4

5.8

6.2

6.7

7.3

7.9

67.0

7.7

7.0

6.4

5.9

6.3

6.8

7.4

8.0

67.5

7.8

7.1

6.5

6.0

6.4

6.9

7.5

8.1

68.0

7.9

7.2

6.6

6.1

6.5

7.0

7.6

8.2

68.5

8.0

7.3

6.7

6.2

6.6

7.1

7.7

8.4

69.0

8.1

7.4

6.8

6.3

6.7

7.2

7.8

8.5

69.5

8.2

7.5

6.9

6.3

6.8

7.3

7.9

8.6

70.0

8.3

7.6

7.0

6.4

6.9

7.4

8.0

8.7

70.5

8.4

7.7

7.1

6.5

6.9

7.5

8.1

8.8

71.0

8.5

7.8

7.1

6.6

7.0

7.6

8.2

8.9

71.5

8.6

7.9

7.2

6.7

7.1

7.7

8.3

9.0

72.0

8.7

8.0

7.3

6.7

7.2

7.8

8.4

9.1

72.5

8.8

8.1

7.4

6.8

7.3

7.9

8.5

9.2

73.0

8.9

8.1

7.5

6.9

7.4

7.9

8.6

9.3

73.5

9.0

8.2

7.6

7.0

7.4

8.0

8.7

9.4

74.0

9.1

8.3

7.6

7.0

7.5

8.1

8.8

9.5

74.5

9.2

8.4

7.7

7.1

7.6

8.2

8.9

9.6

75.0

9.3

8.5

7.8

7.2

7.7

8.3

9.0

9.7

75.5

9.4

8.6

7.9

7.2

7.7

8.4

9.1

9.8

76.0

9.5

8.7

8.0

7.3

7.8

8.5

9.2

9.9

76.5

9.6

8.7

8.0

7.4

7.9

8.5

9.2

10.0

77.0

9.6

8.8

8.1

7.5

8.0

8.6

9.3

10.1

77.5

9.7

8.9

8.2

7.5

8.0

8.7

9.4

10.2

78.0

9.8

9.0

8.3

7.6

8.1

8.8

9.5

10.3

78.5

9.9

9.1

8.4

7.7

8.2

8.8

9.6

10.4

79.0

10.0

9.2

8.4

7.8

8.3 8.3

8.9 9.0

9.7 9.7

10.5 10.6

79.5 80.0

10.1 10.2

9.3 9.4

8.5 8.6

7.8 7.9

296

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

289

9.1 9.2 9.3 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.9 10.0 10.1 10.2 10.3 10.4 10.5 10.6 10.7 10.8 10.9 11.0 11.1 11.2 11.3 11.4 11.5 11.6 11.7 11.8 11.9 12.0 12.1 12.2 12.3 12.4 12.5 12.6 12.8

9.8 9.9 10.0 10.1 10.2 10.3 10.4 10.5 10.7 10.8 10.9 11.0 11.1 11.2 11.3 11.5 11.6 11.7 11.8 11.9 12.0 12.1 12.2 12.3 12.4 12.6 12.7 12.8 12.9 13.0 13.1 13.2 13.3 13.4 13.6 13.7 13.8

10.7 10.8 10.9 11.0 11.1 11.2 11.3 11.4 11.5 11.7 11.8 11.9 12.0 12.2 12.3 12.4 12.5 12.6 12.8 12.9 13.0 13.1 13.2 13.4 13.5 13.6 13.7 13.8 13.9 14.1 14.2 14.3 14.4 14.6 14.7 14.8 14.9

80.5 81.0 81.5 82.0 82.5 83.0 83.5 84.0 84.5 85.0 85.5 86.0 86.5 87.0 87.5 88.0 88.5 89.0 89.5 90.0 90.5 91.0 91.5 92.0 92.5 93.0 93.5 94.0 94.5 95.0 95.5 96.0 96.5 97.0 97.5 98.0 98.5

10.3 10.4 10.6 10.7 10.8 10.9 11.0 11.1 11.3 11.4 11.5 11.6 11.8 11.9 12.0 12.1 12.3 12.4 12.5 12.6 12.8 12.9 13.0 13.1 13.3 13.4 13.5 13.6 13.8 13.9 14.0 14.1 14.3 14.4 14.5 14.7 14.8

9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 10.0 10.1 10.2 10.3 10.4 10.6 10.7 10.8 10.9 11.0 11.1 11.2 11.4 11.5 11.6 11.7 11.8 11.9 12.0 12.1 12.3 12.4 12.5 12.6 12.7 12.8 12.9 13.1 13.2 13.3 13.4 13.5

8.7 8.8 8.9 9.0 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 10.0 10.1 10.2 10.3 10.4 10.5 10.6 10.7 10.9 11.0 11.1 11.2 11.3 11.4 11.5 11.6 11.7 11.8 11.9 12.0 12.1 12.2 12.3 12.4

290 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

8.0 8.1 8.2 8.3 8.4 8.5 8.5 8.6 8.7 8.8 8.9 9.0 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 10.0 10.1 10.2 10.3 10.4 10.5 10.6 10.7 10.8 10.8 10.9 11.0 11.1 11.2 11.3 11.4

297

LAMPIRAN LAMPIRAN

8.4 8.5 8.6 8.7 8.7 8.8 8.9 9.0 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9 10.0 10.1 10.2 10.3 10.4 10.5 10.6 10.7 10.8 10.9 11.0 11.1 11.1 11.2 11.3 11.4 11.5 11.6 11.7 11.8

LAMPIRAN LAMPIRAN

11.9 12.0

12.9 13.0

13.9 14.0

15.1 15.2

99.0 99.5

14.9 15.1

13.7 13.8

12.5 12.7

11.5 11.6

12.1 12.2

13.1 13.2

14.2 14.3

15.4 15.5

100.0 100.5

15.2 15.4

13.9 14.1

12.8 12.9

11.7 11.9

12.3 12.4

13.3 13.4

14.4 14.5

15.6 15.8

101.0 101.5

15.5 15.7

14.2 14.3

13.0 13.1

12.0 12.1

12.5

13.6

14.7

15.9

102.0

15.8

14.5

13.3

12.2

12.6

13.7

14.8

16.1

102.5

16.0

14.6

13.4

12.3

12.8

13.8

14.9

16.2

103.0

16.1

14.7

13.5

12.4

12.9

13.9

15.1

16.4

103.5

16.3

14.9

13.6

12.5

13.0

14.0

15.2

16.5

104.0

16.4

15.0

13.8

12.6

13.1

14.2

15.4

16.7

104.5

16.6

15.2

13.9

12.8

13.2

14.3

15.5

16.8

105.0

16.8

15.3

14.0

12.9

13.3

14.4

15.6

17.0

105.5

16.9

15.5

14.2

13.0

13.4

14.5

15.8

17.2

106.0

17.1

15.6

14.3

13.1

13.5

14.7

15.9

17.3

106.5

17.3

15.8

14.5

13.3

13.7

14.8

16.1

17.5

107.0

17.5

15.9

14.6

13.4

13.8

14.9

16.2

17.7

107.5

17.7

16.1

14.7

13.5

13.9 14.0

15.1 15.2

16.4 16.5

17.8 18.0

108.0 108.5

17.8 18.0

16.3 16.4

14.9 15.0

13.7 13.8

14.1

15.3

16.7

18.2

109.0

18.2

16.6

15.2

13.9

14.3

15.5

16.8

18.3

109.5

18.4

16.8

15.4

14.1

14.4 14.5

15.6 15.8

17.0 17.1

18.5 18.7

110.0 110.5

18.6 18.8

17.0 17.1

15.5 15.7

14.2 14.4

14.6

15.9

17.3

18.9

111.0

19.0

17.3

15.8

14.5

14.8

16.0

17.5

19.1

111.5

19.2

17.5

16.0

14.7

14.9 15.0

16.2 16.3

17.6 17.8

19.2 19.4

112.0 112.5

19.4 19.6

17.7 17.9

16.2 16.3

14.8 15.0

15.2 15.3

16.5 16.6

18.0 18.1

19.6 19.8

113.0 113.5

19.8 20.0

18.0 18.2

16.5 16.7

15.1 15.3

15.4

16.8

18.3

20.0

114.0

20.2

18.4

16.8

15.4

15.6

16.9

18.5

20.2

114.5

20.5

18.6

17.0

15.6

15.7

17.1

18.6

20.4

115.0

20.7

18.8

17.2

15.7

15.8

17.2

18.8

20.6

115.5

20.9

19.0

17.3

15.9

16.0

17.4

19.0

20.8

116.0

21.1

19.2

17.5

16.0

16.1 16.2

17.5 17.7

19.2 19.3

21.0 21.2

116.5 117.0

21.3 21.5

19.4 19.6

17.7 17.8

16.2 16.3

298

291 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

16.4

17.9

19.5

21.4

117.5

21.7

19.8

18.0

16.5

16.5

18.0

19.7

21.6

118.0

22.0

19.9

18.2

16.6

16.7

18.2

19.9

21.8

118.5

22.2

20.1

18.4

16.8

16.8

18.3

20.0

22.0

119.0

22.4

20.3

18.5

16.9

16.9

18.5

20.2

22.2

119.5

22.6

20.5

18.7

17.1

17.1

18.6

20.4

22.4

120.0

22.8

20.7

18.9

17.3

LAMPIRAN LAMPIRAN

292 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

299

Lampiran 35. Tabel IMT / Umur

LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran 32. Tabel IMT / Umur

300

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

293

LAMPIRAN LAMPIRAN

294

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

301

LAMPIRAN LAMPIRAN

302

295

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

296Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS Buku

303

LAMPIRAN LAMPIRAN

304

297 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

298 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

305

Lampiran . . Nilai Pemeriksaan Laboratorium dan dan Elektrolit Lampiran33.36. NilaiStandar Standar Pemeriksaan Laboratorium Elektrolit HEMATOLOGI

LAMPIRAN LAMPIRAN

1. Lengkap : Hemoglobin

Laki-laki : 13-16 g/dl Perempuan : 12-14 g/dll

Hematokrit Eritrosit Trombosit Laju Endap Darah (LED) Leukosit 2. Hitung Jenis : Basofil Eosinofil Batang Segment Limfosit Monosit

40-48 % 4,5-5,5 juta/ml 150-400 ribu/ml < 15 mm 5-10 ribu/ml <1 % 1–3 % 2–6 % 50 – 70 % 20 – 40 % 2–8 %

KIMIA 1. Fungsi hati Protein Elektroforesa : Protein Total Albumin Alfa 1 Globulin Alfa 2 Globulin Beta Globulin Gamma Globulin 2. Protein : Protein Total Albumin Globulin 3. Bilirubin : Total Direk Indirek

306

299

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

6,6 – 8,7 45 – 67 2 – 6,5 7 – 13,5 5 – 12 13,5 – 28

g/dl % % % % %

6 – 7,8 4 – 5,2 1,3 – 2,7

g/dl g/dl g/dl

0,3 – 1 < 0,4 < 0,6

mg/dl mg/dl mg/dl

KIMIA 4. Fosfatase Alkali 5. SGOT 6. SGPT 7. Cholinesterase (CHE)

80 – 306 U/I ( 37 0 ) < 37 U/I ( 37 0 ) < 42 U/I ( 37 0 ) 3 – 11 U/I ( 37 0 )

8.Fungsi Ginjal : Ureum Kreatinin Asam Urat

10 – 50 < 1,5 3,4 – 7

9. Fungsi Jantung ( LDH )

230 – 460 U/I ( 37 0 )

10. Lemak Darah : Trigliserida Kolesterol Total HDL LDL

40 – 155 < 200 35 – 55 < 130

mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl

11. Diabetes Mellitus : Glukosa Puasa Glukosa 2 jam sesudah makan

< 110 < 145

mg/ dl mg/dl

135 – 147 3,5 – 5 100 – 106 8,4 – 11

mmol/ l mmol/l mmol/ l mg / dl

1. Lengkap : Berat Jenis pH Urobilinogen

1005 – 1030 5–8 0,1 – 1 EU / dl

2. Sedimen : Leukosit Eritrosit

< 5 /LPB < 1/LPB 300

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

LAMPIRAN LAMPIRAN

12. Elektrolit : Natrium Kalium Klorida Kalsium Total URIN

mg/dl mg/dl mg/dl

307

Piramida Gizi Seimbang Indonesia

LAMPIRAN LAMPIRAN

Piramida Gizi Seimbang Indonesia

Sumber : Depkes, Sumber : Depkes, 2000 2000 Catatan : Pada Wydiakarya Pangan dan Gizi Catatan : Pada Wydiakarya Pangan dan2012 Gizi 2012 PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang berubah menjadi PGS PUGS(Pedoman (Pedoman Umum Gizi Seimbang berubah menjadi PGS Gizi Seimbang) dengan penyempurnaan (publikasi belum tersedia saat ini) (Pedoman Gizi Seimbang) dengan penyempurnaan (publikasi belum tersedia saat ini)

308

301 Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

Konsep gizi seimbang tidak serta merta bias diwujudkan hanya dengan konsep 4 sehat 5 sempurna, tetapi lebih ditekankan pada pemilihan makanan yang dalam konsep analisa memenuhi kebutuhan gizi baik zat gizi makro maupun gizi mikro. Konsep gizi seimbang meliputi kesesuaian antara faktor konsumsi (in put) zat gizi dari makanan yang seimbang dengan faktor out put berupa kebutuhan basal, aktifitas dan faktor stress ( seperti sakit, luka, dsb).

LAMPIRAN LAMPIRAN

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

309

INDEX

INDEX

Adiposa 154, 185 Albumin 31, 106, 139, 180, 218, 306 Anemia Gizi Besi 87, 91 Angka Kecukupan Gizi 101, 141, 265 Antropometri 3, 12, 19, 24, 28, 29, 30, 39, 42, 43, 46, 51, 52, 53, 134, 139, 154, 190, 200, 265 ASI, 20, 43, 45, 54, 63, 77, 78, 79, 65, 80, 81, 82, 84, 85, 86, 111, 112, 114, 115, 116, 124, 126, 127, 128, 130, 131, 144, 145, 146, 147 Bahan makanan penukar 168, 174, 248 Badan 2, 19, 20, 21, 30, 37, 45, 56, 62, 64, 67, 84, 88, 89, 90, 91, 98, 105, 129, 130, 135, 136, 139, 140, 142, 144, 150, 154, 160, 165, 171, 172, 178, 179, 183, 185, 190, 192, 194, 197, 199, 200, 202, 203, 209, 210, 211, 236, 246, 277, 280, 281, 282, 284, 292, 296 biokimia 12 , 13, 19, 20, 24, 39, 43 campak 49 Diare, 1, 35, 49, 52, 56, 62, 70, 71, 72, 74, 97, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 132, 138, 140, 141, 142, 148, 151, 154, 155, 185, 230, 233, 241, 246, 248 edema 30, 33, 45, 46, 52, 53, 54, 61, 64, 66, 68, 75, 105, 106, 108, 171, 173, 184, 218 environment 21, 23, 24 Etiologi 28, 35, 37

310

Food Recall, 135 fosfor 110, 174, 253, 258 fotofobia 63 gigi 32 , 162 Masalah Gizi 1, 8, 9, 11, 13, 14, 15, 19, 20, 21, 22, 23, 29, 31, 35, 45, 87, 107, 111, 134, 139 Terapi Gizi 24, 37, 140 Diagnosa Gizi 3, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 22, 23, 27, 35, 36, 37, 40, 41, 42, 43, 102, 159, 171 asuhan gizi 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 13, 14, 27, 28, 35, 39, 40, 41, 42, 49, 50, 78, 81, 100, 102, 106, 111, 121, 122, 128, 132, 134, 138, 140, 143, 145, 147, 150, 155 Tenaga Gizi 1 Ahli Gizi 2, 4, 5, 6, 7, 10, 13, 21, 22, 26, 37, 40, 48, 49, 157, 162, 198 Intervensi Gizi 2, 3, 4, 13, 14, 23, 24, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 137 Status Gizi 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 19, 26, 28, 30, 46, 48, 49, 54, 106, 132, 134, 137, 141, 158, 161, 162, 163, 176, 197, 264 gondok 32 gusi 30, 209 hemoglobin 91, 92, 93, 94, 96, 139, 306 hepatomegali 33, 212 hormon 80, 112, 114, 116, 156, 167, 188

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

INDEX Hypoglikemia 161 indeks antropometri 46, 134, 190 indeks massa tubuh 163 infeksi 1, 10, 46, 49, 51, 52, 57, 61, 62, 64, 83, 87, 88, 94, 132, 139, 140, 142, 145, 151, 153, 156, 162, 165, 207, 214, 216, 217 jaringan lemak 52, 133, 185, 189 klinis 4, 9, 13, 15, 24, 29, 30, 31, 34, 39, 43, 45, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 62, 69, 109, 122, 139, 147, 151, 154, 179, 185, 189, 195, 199, 207, 215, 216, 217, 219, 228 kwashiorkor 52 laktasi 111, 128, 165, 166, 172 Laserasi 189 lingkar kepala, 30, 53 lingkar lengan atas 53, 87, 89, 118, 271 lingkungan 12, 15, 24, 36, 37, 90, 105, 106, 140, 220, 224

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS

311

INDEX

malnutrition 60, 61, 132 marasmus 52 mineral 18, 19, 24, 47, 49, 60, 61, 62, 66, 87, 93, 100, 101, 107, 114, 117, 131, 132, 136, 137, 138, 139, 141, 143, 155, 173, 181, 183, 190, 191, 229, 230, 231, 233, 253, 255, 258, 268 Nutrisi Parenteral 196 penyakit 1, 2, 4, 9, 10, 13, 24, 28, 29, 30, 28, 33, 40, 43, 50, 54, 60, 76, 78, 79, 81, 85, 92, 98, 99, 103, 110, 111, 131, 136, 137, 139, 141, 145, 149, 150, 151, 153, 154, 156, 157, 162, 172, 173, 174, 176, 183, 184,

185, 187, 192, 193, 195, 196, 197, 203, 204, 205, 206, 211, 214, 216 pertumbuhan 10, 21, 45, 46, 49, 50, 63, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 97, 134, 235, 236 posyandu 45, 46, 55, 81, 228 protein 17, 18, 31, 32, 33, 46, 47, 48, 49, 55, 63, 64, 65, 67, 82, 87, 90, 93, 95, 96, 100, 101, 102, 106, 107, 108, 109, 110, 114, 116, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 139, 141, 142, 148, 149, 152, 153, 154, 155, 157, 163, 167, 168, 170, 172, 173,180, 190, 193, 194, 198, 201, 204, 206, 209, 211, 214, 216, 218, 219, 220 stres 10, 20, 24, 105, 106, 107, 111, 121, 137, 141, 157, 165, 166, 174, 176, 184, 189, 192, 212, 309, tanda klinis 15, 199 tinggi badan 2, 30, 165, 199, 278, 279, 280, 281, 286, 289, 292, 296 tumbuh kembang 56, 57, 68, 81, 146, 147, 192, 229 vitamin 18, 19, 32, 33, 34, 47, 49, 62, 63, 87, 89, 93, 94, 95, 96, 99, 100, 101, 102, 100, 101, 105, 113, 116, 128, 131 133, 134, 135, 136, 138, 141, 145, 146, 153, 170, 171, 180, 182, 188, 200, 201, 210, 211, 213, 216, 249, 251, 254, 260 zink 124, 126, 127, 131 137

INDEX

CATATAN

312

Buku Saku ASUHAN GIZI DI PUSKESMAS