MERS-CoV A. Definisi MERS-CoV adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus. Virus ini merupakan jenis baru dari kelompok Coronavirus. Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan Maret 2012 di Arab Saudi. (Depkes RI, 2013) MERS-CoV
B. Etiologi Middle East Respiratory Syndrome atau disingkat MERS adalah penyakit virus pada pernapasan yang disebabkan oleh corona virus yang disebut MERS-Cov. Virus ini pertama kali dilaporkan mewabah di Arab Saudi pada tahun 2012. MERSCoV (Middle East Respiratory Syndrome-Coronavirus) adalah virus yang termasuk dalam spesies coronavirus dan terletak dalam sub-family yang sama dengan SARScoronavirus. Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Secara genetik kerabat paling dekat dari MERS-CoV yang telah ditemukan sampai saat ini merupakan coronavirus yang berasal dari kelelawar, sehingga menimbulkan kecurigaan bahwa MERS-CoV juga berasal dari kelelawar. Ada juga bukti-bukti yang mengarahkan bahwa virus MERS-CoV ditransmisikan melalui kontak dengan unta atau kambing, namun sampai sekarang belum ada data pasti yang mendukung teori tersebut. Pada orang, corona virus dapat menyebabkan penyakit mulai dalam tingkat keparahan seperti flu biasa hingga Sindroma Pernapasan Akut atau SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). MERS Coronaviruses pertama kali terdeteksi pada bulan April 2012, ini merupakan virus baru (novel coronaviruses) yang belum pernah terlihat pada manusia sebelumnya. Pada kebanyakan kasus,virus ini telah menyebabkan penyakit yang parah, bahkan setengah dari kasus yang tercatat mengalami kematian. Hingga kemudian, corona virus ini dikenal sebagai Middle East Respiratory Syndrome Coronaviruses (MERS-Cov) ). Nama itu diberikan Coronavirus Study Group of the International Committee di Taxonomy of Viruses pada May 2013. Karena penyebarannya yang semakin meluas sejak April 2012 hingga awal tahun 2013, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan 1
peringatan sejak Mei lalu untuk mewaspadai ancaman penyebarannya. Arab Saudi adalah sumber penularan pertama, dengan jumlah kasus mencapai 378 dan 107 kematian. Tetapi sedikitnya ada 14 negara yang juga melaporkan kasus penyakit ini, antara lain Mesir, Jordania, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Tunisia, Malaysia, Oman, Perancis, Yunani, Italia, Inggris, Filipina, dan kini Amerika Serikat. Sampai saat ini, masih terus dilakukan investigasi mengenai pola penularan MERSCov, karena telah ditemukan adanya penularan dari manusia ke manusia yang saling kontak dekat dengan penderita. Unta hampir dipastikan menjadi sumber virus korona MERS di Timur Tengah. Hasil penelitian di negara tersebut menunjukkan kebanyakan unta, meski tidak semua, terinfeksi jenis virus yang secara genetik hampir identik dengan virus yang menginfeksi manusia. Mekanisme penyebaran virus Corona dari hewan ke manusia masih diteliti sampai saat ini, meskipun ada dugaan bahwa manusia pertama yang terinfeksi mungkin pernah secara tidak sengaja menghirup debu kotoran kering Kelelawar yang terinfeksi. Saat ini, para peneliti masih menyelidiki kemungkinan hewan lain yang menjadi mediator penularan virus Corona guna menangani meluasnya penyebaran penyakit ini, mengingat bahwa jenis virus ini dikatakan lebih mudah menular antar-manusia dengan dampak yang lebih mematikan dibandingkan SARS.
C. Manifestasi Klinis Kebanyakan orang yang terinfeksi dengan MERS-COV mengalami penyakit pernapasan akut parah dengan gejala demam, batuk, sesak napas. Beberapa orang juga memiliki gejala gastriintestinal seperti diare, mual, atau muntah. Bagi banyak orang dengan MERS, komplikasi yang lebih parah diikuti seperti pneumonia dan gagal ginjal. Sekitar 30% dari orang dengan MERS meninggal. Symtomps of middle east repiratory syndrome in saudi cases (assri, 2013) :
Fever with chills/rigors
Cough
Hemoptysis
Shortness og breath
Chest pain
Sore throat 2
Runny nose
Abdominal pain
Nause
Vomiting
Diarrhea
Myalgia
Headache
D. Patofisiologi Coronavirus (CoVs) virus RNA yang menginfeksi burung dan berbagai mamalia, termasuk manusia. Virus ini terdiri dari protein struktural beberapa yang memegang relative panjang (sekitar 30 kb) positif-terdampar genom. Mereka terjadi di seluruh dunia dan dapat menyebabkan penyakit signifikansi medis dan kedokteran hewan. Umumnya, infeksi terlokalisasi pada pernapasan, dan/ atau sistem saraf. Saat ini, terdapat jenis CoVs yang dapat menginfeksi manusia antara lain: a. Human CoVs HKU1, b. NL63, c. 229E dan d. OC43 Virus ini dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan ringan, ditandai dengan penyakit saluran pernapasan atas yang mencakup: coryza, batuk dan sakit tenggorokan. Virus ini hanya sesekali menginduksi penyakit saluran pernapasan bawah, seperti: bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia. Selain sebagai penyebab penyakit MERS, virus ini juga dapat menyebabkan penyakit SARS di Negara China tahun 2002. Sejauh ini, laporan yang menjelaskan otopsi fatal MERSCoV kasus belum banyak dipublikasikan. Oleh karena itu, pada tahap satu ini hanya bisa berspekulasi tentang patologi dari Mers-CoV pada manusia. Semua CoVs manusia diperkirakan berasal dari waduk hewan, baik itu SARSCoV dan mers-COV. Antara lain seperti muncul dari kelelawar, musang kelapa di Negara Cina. Ada juga unta di Timur Tengah. Penyakit MERS ini diduga besar penyebabnya adalah unta dromedaris di Timur Tengah dan beberapa bagian Afrika. Penyakit ini juga dapat disebarkan dari manusia ke manusia. Seperti halnya yang 3
terjadi di rumah sakit, yang mana penularan dari orang ke orang ini banyak terjadi di unit hemodialisis, unit perawatan intensif atau di-pasien unit, di mana pasien terinfeksi Mers-CoV dari clade monofiletik tunggal menularkan ke tenaga kesehatan disana karena kepadatan penduduk dan langkah-langkah pengendalian infeksi yang tidak memadai. Hal ini masih belum jelas apakah transmisi melalui orang-ke-orang ini terjadi melalui pernapasan besar, tetesan, karena batuk dan bersin, seperti dalam SARS, atau melalui fomites. Juga, episode penularan tidak jelas tetapi dilaporkan berlangsung selama kedua gejala dan fase inkubasi. Dikarenakan etiologi dari penyakit MERS dan SARS adalah sama memungkinkan bahwa histologi dari penyakitnya juga sama, yaitu fase eksudatif, proliferatif sebuah fase dan fase fibrosis. a. Fase eksudatif adalah terlihat pada pasien di awal 10 hari dari penyakit, dan ditandai dengan nekrosis alveolar, bronchiolar dan sel epitel bronkus, edema intraluminal, fibrin eksudasi, pembentukan membran hialin, perdarahan dan infiltrasi sel-sel inflamasi, seperti monosit atau makrofag, limfosit dan neutrofil, ke dinding alveolar dan lumina. b. Fase proliferasi, setelah 10-14 hari, menunjukkan interstitial dan fibrosis alveolar, obliterans bronchiolitis mengorganisir pneumonia (Boop), regenerasi dengan tipe II Pneumosit hiperplasia dan sel raksasa berinti. c. Tahap fibrosis, setelah 14 hari, menunjukkan penebalan interstitial, dengan fibrosis dan Boop-seperti sel inflamasi pola dan beberapa (terutama histiosit dan limfosit).
4
Virus MERS-CoV E. Pathway Langsung: melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batu katau bersin
Parenkim Paru
Koloni Organisme Patogen
Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
Infeksi saluran nafas bawah Antigen patogen berikatan dengan antibodi
Respon hormonal
Antigen
Antigen-antibodi berikatan dengan molekul komplemen
Pengaktifan kaskode komplemen
Kemotaksis netrofil dan makrofag
Aktifasi Sel Mast dan Basofil
Pelepasan histamine aktifasi bradikinin
Aktifasi proses fagositosis oleh netrofil dan makrofag
Penebalan kapiler meningkat
Vasodilator kapiler
Penumpukan fibrin, eksudat, ritrosit dan leukosit Pelepasan pirogen endogen (sitokin)
Interleukin-1 Interleukin-6
Menembus sawar otak
Perpindahan eksudat plasma ke intertisiel Fagositosis sel debris
Merangsang saraf vagus
Sekret Menumpuk pada bronkus Batuk, sesak napas, Dispnea
Sinyal mencapai sistem saraf pusat Pembentukan prostaglandin otak Metabolisme meningkat
Merangsang Hipotalamus meningkatkan suhu
Peningkatan penggunaan energi
Menggil, meningkatkan suhu basal
Keletihan
INTOLERANSI AKTIVITAS
HIPERTERMI
Edema ruang kapiler alveoli
Penurunan difusi oksigen GANGGUAN PERTUKARAN GAS Penurunan saturasi oksigen
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS Peningkatan produksi eritopoetin ginjal
Hipoksia Jaringan
KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN PERIFER
Stimulasi produksi sel darah merah Polisitemia 5
F. Pemeriksaan Diagnostik 1. Spesimen Klinis Rutin Kultur mikroorganisme sputum dan darah pada pasien dengan pneumonia 2. Spesimen dari saluran napas atas dan bawah Dilakukan pemeriksaan Virus Influenza A dan B, virus influenza A subtype H1 dan H3 dan H5, dan H5N1 3. Pemeriksaan Spesimen Corona Virus Baru ( Pemeriksaan Untuk Konfirmasi Diagnosa) Dilakukan dengan menggunakan Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) Bahan Pemeriksaan : Spesimen dari saluran napas atas (hidung/nasofaring/dan atau swab tenggorokan Spesimen saluran nafas bawah ( Sputum , aspirat endotracheal, kurasan bronkoalveolar) Tempat Pemeriksaan : Laboratorium Badan Litbangkes RI Jakarta Pengambilan specimen serial dari beberapa tempat dalam waktu beberapa hari (setiap 2-3 hari) untuk melihat Viral Sheeding
Hasil laboratorium inkonklusif Adalah apabila di dapatkan : Hasil positif pada pemeriksaan skrining yang tidak diikuti dengan pemeriksaan konfirmasi molekuler. Hasil pemeriksaan serologis dinyatakan positif pada pemeriksaan laboratorium Harus mendapat pemeriksaan virologis dan serologis tambahan untuk dapat menetapkan konfirmasi kasus MERS-CoV: -
Bila memungkinkan, gunakan spesimen yang berasal dari saluran pernapasan bagian bawah: dahak, aspirate endotracheal, cairan bilasan bronckhoalveolar
6
-
Jika kasus tidak memiliki gejala atau tanda infeksi saluran napas bawah dan tidak tersedia spesimen dari saluran napas bawah, maka harus diambil spesimen nasofaring dan orofaring.
Jika pada pemeriksaan usap nasofaring hasilnya negative sementara kasus diduga kuat mengidap MERS-CoV, maka kasus harus menjalani pemeriksaan ulang dengan menggunakan spesimen -
Saluran napas bawah
-
Nasofaring ditambah orofaring
-
Serologis (fase akut dan konvalesen)
Konfirmasi laboratorium Saat ini diperlukan pemeriksaan diagnostik molekuler yang mencakup satu hasil PCR positif dengan target 2 genom spesifik, atau satu target positif dengan sequensing pada yang kedua. Akan tetapi, rekomendasi interim untuk pemeriksaan laboratoris untuk MERS-CoV harus merujuk pada standar konfirmasi laboratoris terkini
G. Penatalaksanaan Sampai saat ini belum ada pengobatan yang bersifat spesifik, pengobatan hanya bersifat suportif tergantung kondisi/ gejala yang timbul pada pasien, seperti demam, batuk, hingga sesak. WHO tidak merekomendasikan pemberian steroid dosis tinggi. Belum ada vaksin tersedia untuk MERS-CoV. Pengendalian Infeksi: Transmisi penularan virus MERS-CoV belum jelas, dapat terjadi melalui :
Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau bersin.
Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
Langkah pencegahan infeksi MERS-CoV sama dengan pencegahan infeksi pada penyakit flu burung dan infeksi saluran nafas lainnya. Hal yang harus dilakukan dalam pengendalian infeksi MERS-CoV :
7
Tindakan pencegahan transmisi droplet.
Tindakan pencegahan standar diterapkan pada setiap pasien yang diketahui atau dicurigai memiliki infeksi pernafasan akut, termasuk pasien dengan dicurigai, probable atau terkonfirmasi MERS-CoV.
Pencegahan infeksi dan tindakan pengendalian harus dimulai ketika pasien masuk triase dengan gejala infeksi pernapasan akut yang disertai demam.
Pengaturan ruangan dan pemisahan tempat tidur minimal 1 meter antara setiap pasien ISPA dan pasien lainnya yang tidak menggunakan APD.
Pastikan triase dan ruang tunggu berventilasi cukup.
Terapkan etika batuk.
PERAWATAN DI RUMAH BAGI PASIEN MERS-COV DENGAN GEJALA RINGAN Pengetahuan tentang penyakit MERS-CoV dan transmisinya saat ini sangat terbatas sehingga diperlukan ruang isolasi untuk merawat di RS kasus-kasus probabel dan konfirmasi infeksi MERS-CoV. Hal ini akan menjamin kualitas dan keamanan perawatan maupun perlindungan kesehatan masyarakat. Namun demikian karena beberapa alasan termasuk situasi dimana perawatan rawat jalan tidak tersedia atau kurang aman atau ada penolakan untuk di rawat di RS maka perlu dipertimbangkan untuk memberikan alternatif perawatan. Tergantung pada situasi dan ketersediaan sumber daya setempat, kontak-kontak dengan simptom gejala yang ringan dan tidak memiliki kondisi kesehatan tertentu yang meningkatkan risiko komplikasi, dapat diberikan perawatan dirumah. Prinsip perawat di rumah yang serupa juga diterapkan kepada pasien-pasien yang tidak perlu (lagi) dirawat di RS. Keputusan ini diambil berdasarkan penentuan klinis yang hati – hati dan harus melihat juga segi keamanan lingkungan rumah pasien. Karena kemungkinan perkembangan yang cepat dari penyakit menjadi acute respiratory distress syndrome (ARDS), komplikasi yang mengancam kehidupan meskipun pasien sebelumnya sehat wal afiat, kontak-kontak yang mengalami gejala atau kasus-kasus probabel harus ditempatkan dalam pengamatan medis yang ketat bila diberikan perawatan di rumah. Pasien dan anggota keluarga harus mendapat kan pengetahuan tentang higiene perorangan dan dasar – dasar langkah pencegahan infeksi dan pengendalian infeksi serta harus selalu mentaati rekomendasi berikut ini: 8
-
Sedapat mungkin membatasi kontak dengan orang yang sakit. Anggota keluarga sebaiknya tinggal di ruangan yang berbeda dengan pasien atau jika tidak memungkinkan jagalah jarak paling tidak 1 meter dari pasien (tidur di tempat tidur yang berbeda) Pastikan bahwa setiap orang yang berisiko sakit berat tidak merawat atau mendekat pada pasien. Kelompok yang saaat ini berisiko tinggi untuk infeksi MERS-CoV adalah mereka yang mengidap sakit jantung, ginjal, dan saluran pernapasan kronis, serta usia lanjut. Jika kontak dengan pasien tidak dapat dihinddari oleh mereka maka pertimbangkan untuk mencari alternatif tempat tinggal bagi mereka.
-
Melakukan higiene tangan setelah melakukan kontak dengan pasien atau lingkungan sekitar pasien. Hal ini juga harus dilakukan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah menggunakan toilet, dan ketika tangan tampak kotor. Membersihkan tangan dengan menggunakan air dan sabun. Jika tangan tidak tampak kotor pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan hand rubberbahan dasar alkohol. Membantu pasien melakukan higiene tangan dapat diberikan bila diperlukan. Lebih disukai mengeringkan tangan dengan kertas tissu tapi jika tidak ada dapat memakai handuk dan segera ganti bila sudah terasa basah.
-
Semua orang terutama pasien harus melakukan higiene pernapasan. Termasuk dalam higiene pernapasan antara lain, menutup mulut dan hidung ketika batuk atau bersin dengan menggunakan masker medis/bedah, masker kain, kertas tissue atau sisi dalam lengan atas untuk kemudian diikuti dengan membersihkan tangan. Membuang material -material yang habis digunakan untuk menutup mulut dan hidung atau bersihkan dengan benar setelah digunakan (mencuci sapu tangan menggunakan air dan sabun biasa / detergen).
-
Petugas yang merawat harus menggunakan masker medis dengan benar ketika berada didalam ruangan yang sama dengan pasien. Jangan menyentuh bagian luar masker selama pemakaian. Masker segera diganti bila telah basah atau kotor. Buang masker dan lakukan kebersihan tangan segera setelah melepas masker.
-
Pastikan bahwa ruangan – ruangan di rumah dan kamar pasien mempunyai ventilasi yang baik (jendela yang dapat dibuka).
-
Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh pasien terutama sekret mulut dan hidung dan tinja. Jika memungkinkan,gunakan sarung tangan ketika merawat 9
bagian mulut dan hidung serta ketika menangani tinja dan urin pasien. Lakukan kebersihan tangan segera setelah melepas sarung tangan. -
Sarung tangan, tissue, masker dan limbah lain yang berasal pasien atau perawatan pasien harus dimasukkan dalam kantongan (ditempatkan dalam kontainer yang ada di kamar pasien) sebelum dibuang ke tempat sampah.
-
Hindari bentuk – bentuk pajanan lain dengan pasien sakit atau bahan terkontaminasi dilingkungan pasien sakit. Contoh, hindari penggunaan bersama alat-alat makan dan minum, handuk, waslap dsb. Alat makan harus dicuci menggunakan air dan sabun segera setelah digunakan. Permukaan –permukaan yang disentuh oleh pasien, seperti meja disamping tempat tidur, tempat tidur, dan furnitur kamar tidur lain, harus lebih sering dibersihkan dengan menggunakan pembersih rumah tangga atau larutan pemutih (perbandingan 1 bagian pemutih dengan 9 bagian air).
-
Bersihkan bak mandi dan toilet setiap hari dengan menggunakan pembersih rumah tanggan atau larutan pemutih Pakaian, seprei, handuk tangan dan mandi, dll milik pasien dapat dibersihkan dengan menggunakan air dan sabun biasa serta dikeringkan dengan baik. Letakkan kain yang terkontaminasi kedalam kantong laundry. Cucian yang kotor sebaiknya tidak di kucek-kucek dan sebaiknya hindari pakaian yang terkontaminasi material yang berasal dari pasien sakit.
-
Pertimbangkan untuk menggunakan sarung tangan dan pelindung pakaian (apron plastik) ketika membersihkan atau menangani permukaan mebeler, pakain atau kain yang kotor akibat cairan tubuh pasien. Segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan.
-
Sesorang yang mengalami gejala harus tetap berada dirumah sampai terjadi perbaikan gejala yang memuaskan. Keputusan untuk memindah pasien dari penmantauan di rumah harus dibuat berdasarkan temuan-temuan klinis atau laboratoris atau keduanya.
-
Semua anggota keluarga harus dianggap sebagai kontak dan perlu dipantau kesehatannya seperti dijelaskan berikut ini
10
Penatalaksanaan kasus
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang bersifat spesifik, pengobatan hanya bersifat suportif tergantung kondisi keadaan pasien. WHO tidak merekomendasikan pemberian steroid dosis tinggi. Belum ada vaksin tersedia untuk MERS-CoV.
H. Komplikasi Berdasarkan data WHO, kasus MERS-CoV sebagian besar menunjukkan tanda dan gejala pneumonia. Hanya satu kasus dengan gangguan kekebalan tubuh (immunocompromised) yang gejala awalnya demam dan diare, berlanjut pneumonia. Komplikasi kasus MERS-CoV adalah pneumonia berat dengan gagal napas yang membutuhkan alat bantu napas non invasif atau invasif, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan kegagalan multi-organ yaitu gagal ginjal, Disseminated 11
Intravascular Coagulopathy (DIC) dan perikarditis. Beberapa kasus juga memiliki gejala gangguan gastrointestinal seperti diare. Dari seluruh kasus konfirmasi, separuh diantaranya meninggal dunia. Sedangkan menurut dinkes ponorogo tahun 2014 komplikasi mers adalah pneumonia berat dengan gagal napas yg membutuhkan alat bantu invasive dan Noninvasive,acute respiratory distress syndrome (ARDs) dengan kegagalan multiorgan yaitu gagal ginjal, Disseminated intravascular coagulopathy(DIC) dan perikarditis
Komplikasi MERS Menurut Kemenkes RI tahun 2013 : 1. Pneumonia berat dengan gagal napas yang membutuhkan alat bantu napas non invasive atau invasive 2. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan kegagalan multi organ yaitu gagal ginjal, Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC) 3. Perikarditis
I. Asuhan Kepeawatan 1. Pengkajian a. Anamnesa
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
b. Keluhan Utama c. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan utama masuk RS, faktor pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik. d. Riwayat kesehatan masa lalu
12
Penyakit yang pernah dialami, riwayat alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol e. Riwayat kesehatan keluarga f. Pemeriksaan umum
g. Pemeriksaan Fisik Untuk pasien denganMERS, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah pengkajian sistem imun dan hematologi Pengkajian ROS 1. B1 (BREATH) 2. B2 (BLOOD) 3. B3 (BRAIN) 4. B4 (BLADDER) 5. B5 (BOWEL) 6. B6 (BONE)
h. Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati, hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan kepercayaan dan tingkat perkembangan. i. Pemeriksaan Penunjang
2. Diagnosa Keperawatan 1. Ketididakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan O2 dalam udara inspirasi. 3. Hipertermi berhubungan dengan perubahan pada regulasi temperatur. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidaksembangan antara suplai dan kebutuhan O2 5. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan
13
3. Intervensi
Rencana keperawatan Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
NOC:
Berhubungan dengan:
Respiratory status : Ventilation
Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
Infeksi, disfungsi neuromuskular,
Respiratory status : Airway patency
Berikan O2 ……l/mnt, metode………
hiperplasia dinding bronkus,
Aspiration Control
Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
-
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
alergi jalan nafas, asma, trauma -
Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
kriteria hasil : Mendemonstrasikan
batuk
efektif
dan Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan dan dyspneu (mampu mengeluarkan Kolaborasi pemberikan bronkodilator : sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada Monitor status hemodinamik pursed lips) Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien
Batasan Karakteristik :
tidak
merasa
tercekik,
dalam
nafas,
-
Tidak ada batuk
frekuensi
-
Suara napas tambahan
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
-
Perubahan frekuensi pernapasan
-
Sianosis
Mampu
pernafasan
irama
mengidentifikasikan
mencegah faktor yang penyebab.
rentang
dan
Kolaborasi pemberian antibiotik Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2 Pertahankan
hidrasi
yang
adekuat
untuk
mengencerkan sekret 14
-
Kesulitan berbicara atau
Saturasi O2 dalam batas normal
mengeluarkan suara
Foto thorak dalam batas normal
-
Penurunan bunyi napas
-
Dispnea
-
Batuk yang tidak efektif
Jelaskan
pada
pasien
dan
keluarga
tentang
penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
15
Rencana keperawatan Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Gangguan Pertukaran gas
-
NIC :
Respiratory Status : Gas exchange
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
ketidakseimbangan perfusi
Keseimbangan asam Basa, Elektrolit
Pasang mayo bila perlu
ventilasi
Respiratory Status : ventilation
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
perubahan membran kapiler-
Vital Sign Status
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Berhubungan dengan : -
NOC:
Intervensi
alveolar
Auskultasi Kriteria hasi:
Batasan Karakteristik : -
Ph darah arteri abnormal
-
Pernapasan abnormal
-
Warna kulit abnormal
-
Diaforesis
-
Penurunan co2
-
Dispnea
-
Hiperkapnea
-
Hipoksia
-
takikardia
suara
nafas,
catat
adanya
suara
tambahan
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi Atur intake untuk dan oksigenasi yang adekuat keseimbangan.
cairan
mengoptimalkan
Memelihara kebersihan paru paru dan Monitor respirasi dan status O2 bebas dari tanda tanda distress pernafasan Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara penggunaan otot tambahan, retraksi otot nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan supraclavicular dan intercostal dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, Monitor suara nafas, seperti dengkur mampu bernafas dengan mudah, tidak ada Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, pursed lips) kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot Tanda tanda vital dalam rentang normal Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak AGD dalam batas normal 16
Status neurologis dalam batas normal
adanya ventilasi dan suara tambahan Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental Observasi sianosis khususnya membran mukosa Jelaskan
pada
pasien
dan
keluarga
tentang
persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi) Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung
17
Rencana keperawatan Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Hipertermia
NOC:
Berhubungan dengan :
Thermoregulasi
Intervensi NIC :
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
-
penyakit/ trauma
-
peningkatan metabolisme
-
aktivitas yang berlebih
Suhu 36 – 37C
Monitor penurunan tingkat kesadaran
-
dehidrasi
Nadi dan RR dalam rentang normal
Monitor WBC, Hb, dan Hct
Tidak ada perubahan warna kulit dan
Monitor intake dan output
tidak ada pusing, merasa nyaman
Berikan anti piretik:
Batasan Karakteristik
Kreiteria hasil:
-
konvulsi
Selimuti pasien
-
kulit kemerahan
Berikan cairan intravena
-
peningkatan suhu tubuh diatas
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
suhu normal
Tingkatkan sirkulasi udara
-
kejang
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
-
takikardi
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
-
takipnea
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
-
kulit terasa hangat
Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa)
18
Rencana keperawatan Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intoleransi aktivitas
NOC :
Berhubungan dengan :
Self Care : ADLs
Tirah Baring atau imobilisasi
Toleransi aktivitas
Kelemahan menyeluruh
Konservasi eneergi
Ketidakseimbangan
Kriteria Hasil :
Gaya hidup monoton
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa
Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
melakukan aktivitas
Mampu melakukan aktivitas sehari hari
terhadap aktivitas
Tanda-tanda vital kembali normal
Menyatakan merasa letih
Kaji
adanya
faktor
yang
menyebabkan
Monitor nutrisi
dan sumber energi yang
adekuat
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
(ADLs) secara mandiri Keseimbangan aktivitas dan istirahat
Dispnea setelah beraktivitas
dan RR
Respon frekuensi jantung abnormal
Observasi adanya pembatasan klien dalam
kelelahan
oksigen dengan kebutuhan
Batasan Karakteristik :
NIC :
antara suplei
disertai peningkatan tekanan darah, nadi
Intervensi
Monitor
respon
kardivaskuler
terhadap
aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas 19
yang mampu dilakukan
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
Bantu
untuk
mengidentifikasi
dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
20
Rencana keperawatan Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Ketidakefektifan
perfusi
Jaringan NOC
NIC :
Perifer
Circulation Status
Berhubungan dengan :
Tisue Perfusion : Cerebral
-
Hipoksia Jaringan
-
Penurunan Saturasi oksigen
Batasan Karakteristik :
Monitor adanya paretese
Kriteria Hasil :
Batasi gerakan kepala, leher dan punggung
Tekanan sistol dan diastol dalam rentang
Monitor kemampuan BAB
Kolaborasi pemberian analgesik
Tidak
Tidak ada nadi
-
Perubahan fungsi motorik
-
Perubahan
karakteristik
Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
yang diharapkan
-
Intervensi
ada
tanda-tanda
peningkatan
tekanan intrakranial kulit
(warna, elastisitas, kuku, sensasi, suhu) -
Perubahan
tekanan
darah
di
ekstremitas -
Kelambatan penyembuhan luka perifer
-
Penurunan nadi
-
Edema 21
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC NOC . Yogyakarta : Mediaction Judith MA van den Brand, Saskia L Smits and Bart L Haagmans, oktober 2014 “Pathogenesis of Middle East respiratory syndrome coronavirus”, J Pathol 2015; 235: 175–184, Wiley Online Library, Department of Viroscience, Erasmus Medical Centre, Rotterdam, The Netherlands WHO. Infection prevention and control during health care for probable or confirmed cases of novel coronavirus (nCoV) infection - Interim Guidance. 2013. Available online: http://www.depkes.go.id/resources/download/puskes-haji/5-pedoman-pencegahandan-pengendalian-infeksi-mers-cov.PDF
WHO. Rapid advice note on home care for patients with Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) infection presenting with mild symptoms and management of contacts. 2013. Available online. http://www.siloamhospitals.com/sites/default/files/MERS%20Co-V%20IND.PDF
KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA. // NO. 109/PEN/V/2014
Tentang: Himbauan Kewaspadaan Terkait Penyebaran Virus Corona “Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus” (Mers-CoV) Di Yaman
Pedoman TataLaksana Klinis Infeksi Saluran Pernafasan Akut Berat Suspek Middle East Respiratory Syndrome – Corona Virus (MERS-CoV) http://www.depkes.go.id/downloads/merscov/Manajemen%20Klinis%20Mers_A5_Final120214-1.pdf
www.depkes.go.id/download.php?file=download/puskes...mers.. www.artikelkesehatan.info/mers-cov/
22