ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS DI IRNA NON

Download C. Tujuan Penelitian. 1. Tujuan Umum. Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA ...

0 downloads 671 Views 956KB Size
POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS DI IRNA NON BEDAH PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

FAUZIAH ISWANDI NIM: 143110245

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017

Poltekkes Kemenkes Padang

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS DI IRNA NON BEDAH PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

PROPOSAL

Diajukan ke Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

FAUZIAH ISWANDI NIM: 143110245

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017

Poltekkes Kemenkes Padang

Poltekkes Kemenkes Padang

Poltekkes Kemenkes Padang

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Fauziah Iswandi

Tempat/ Tanggal Lahir

: Parambahan / 8 Juli 1996

Agama

: Islam

Status

: Belum Menikah

Alamat

: Jorong Kububatanduak, Nagari Parambahan, Kecamatan Limo kaum, Kabupaten Tanah Datar

Nama Orang Tua Ayah

: Marsuandi

Ibu

: Miswarnis

Riwayat Pendidikan 1. SDN 15 Tigo Niniek Nagari Parambahan

Tahun Lulus 2008

2. SMP Negri 4 Batusangkar

Tahun Lulus 2011

3. SMA Negri 1 Pariangan

Tahun Lulus 2014

4. Poltekkes Kemenkes Padang

Tahun Lulus 2017

Poltekkes Kemenkes Padang

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang bejudul “Asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada program Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membengun dari berbagai pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Selama proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, saya tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada : a. Ibu Ns. Nova Yanti,M.Kep,Sp.Kep.MB dan Ibu Hj.Efitra,S.Kp,M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan proposal ini. b. Bapak Dr. H. Yusyirwan Yusuf, Sp.BA. MARS selaku direktur Utama RSUP. Dr. M. Djamil Padang c. Bapak H.Sunardi,SKM,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Padang d. Ibu Hj.Murniati Muchtar,SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politenik Kesehatan Kementrian KesehatanPadang e. Ibu Ns.Idrawati Bahar,S.Kep M.Kep selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Padang f. Ibu/Bapak Staf Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik kesehatan Kementrian Kesehatan Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal penelitian

Poltekkes Kemenkes Padang

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Padang, Juni 2017

Penulis

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................... ABSTRAK .................................................................................................... PENYATAAN PERSETUJUAN ................................................................. PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................... LEMBAR OSRISINALITAS ........................................................................ DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR BAGAN ........................................................................................ DAFTAR TABEL ........................................................................................ DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

i ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii xiv

BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D.

Latar Belakang ................................................................................... Rumusan Masalah .............................................................................. Tujuan Penelitian ............................................................................... Manfaat Penelitian .............................................................................

1 6 6 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep HIV AIDS ............................................................................. 1. Pengertian .................................................................................... 2. Penyebab ...................................................................................... 3. Patofisiologi ................................................................................. 4. WOC ............................................................................................ 5. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologi ............................ 6. Penatalaksanaa ............................................................................ B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV AIDS ..................... 1. Pengkajian ................................................................................... 2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan ........................................ 3. Perencanaan Keperawatan ...........................................................

8 8 10 13 16 18 22 28 29 33 35

BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F.

Desain Penelitian ............................................................................... Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ Alat dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................. Populasi dan Sampel .......................................................................... Pengumpulan Data ............................................................................. Rencana Analisa ................................................................................

48 48 48 48 49 54

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB IV HASIL DAB PEMBAHSAN A. Deskripsi Kasus ................................................................................. 55 B. Pembahasan Kasus ........................................................................... 68 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... 83 B. Saran ................................................................................................. 84 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1WOC HIVAIDS ............................................................................ 16

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Intervensi KeperawatanNanda, NIC-NOC ................................... 31 Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang .......... 55 Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP. Dr. M. Djamil Padang ......... 60 Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang .......... 63 Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang 64 Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang .......... 67

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perjalanan Infeksi HIV AIDS ...................................................

13

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lembar Persetujuan (Informed Concent)

Lampiran 2

Surat Izin Penelitian

Lampiran 3

Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 4

Asuhan Keperawatan

Lampiran 5

Ganchart

Lampiran 6

Jadwal Bimbingan Proposal

Lampiran 7

Jadwal Bimbingan KTI

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia yang menjadi wabah internasional sejak pertama kehadirannya (Arriza, Dewi, Dkk, 2011). Penyakit ini merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh (Kemenkes, 2015).

Penyakit HIV dan AIDS menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain (Kemenkes, 2015). Meskipun telah ada kemajuan dalam pengobatannya, namun infeksi HIV dan AIDS masih merupan masalah kesehatan yang penting di dunia ini (Smeltzer dan Bare, 2015).

Penyakit AIDS diartikan sebagai sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar dan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun dan tanpa gejala yang nyata, hingga keadaan imunosupresi yang berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian (Padila,2012).

Proporsi orang yang terinfeksi HIV, tetapi tidak mendapat pengobatan anti HIV dan akhirnya akan berkembang menjadi AIDS diperkirakan mencapai lebih dari 90%. Karena tidak adanya pengobatan anti HIV yang efektif, Case Fatality Rate dari AIDS menjadi sangat tinggi, kebanyakan penderita di negara berkembang (80-90%) mati dalam 3 sampai 5 tahun sesudah di diagnosa terkena AIDS (Kunoloji,2012).

Poltekkes Kemenkes Padang

Penyebaran HIV tidak mengenal umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan daerah tempat tinggal penderitanya (Tangadi,1996 & Budiharto,1997 dalam Desima,2013). Laporan dari Joint United Nations Programme on HIV and AIDS atau UNAIDS pada tahun 2015 terdapat 2,1 juta infeksi HIV baru diseluruh dunia, yang banyak tersebar di wilayah afrika dan asia. Data ini menambah total penderita HIV menjadi 36.7 juta dan penderita AIDS sebanyak 1,1 juta orang (UNAIDS, 2016).

Laporan perkembangan HIV AIDS dari Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit atau Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI pada tanggal 18 Mei 2016 menyebutkan bahwa di Indonesia dari bulan Januari sampai dengan Maret 2016 jumlah HIV yang dilaporkan sebanyak 7.146 orang dan AIDS sebanyak 305 orang. Rasio perbandingan antara laki-laki dan perempuan yaitu 2:1 (Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI, 2016).

Total angka kejadian kasus AIDS yang dilaporkan di Sumatra Barat dari tahun 2009 sampai dengan bulan Maret 2016 yaitu 1.192 kasus, dimana komulatif Case Rate nya yaitu 21,59%. Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan dari provinsi, pada tahun 2011 ada 132 kasus, pada tahun 2012 133 kasus, tahun 2013 ada 222 kasus, tahun 2014 ada 321 kasus, tahun 2015 ada 243 kasus, dan sampai bulan Maret 2016 ada 28 kasus (Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI, 2016).

Dari data yang ada kasus HIV AIDS mengalami trend peningkatan setiap tahunnya. Untuk cara penularan kasus AIDS di tahun 2013 faktor resiko tertinggi sudah beralih dari NAPZA suntik ke heteroseksual yaitu sebesar 59%. Dalam 5 tahun sebelumnya penularan melalui narkoba suntik adalah faktor resiko utama kasus HIV AIDS di Sumatra Barat. Sumatra Barat bahkan pernah menduduki rangking 5 kasus HIV AIDS dari narkoba suntik (Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Barat Tahun 2013).

Poltekkes Kemenkes Padang

Menurut Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Barat tahun 2013 distribusi kasus HIV dan AIDS tersebar di 19 kabupaten dan kota di Sumatra Barat. Distribusi penyakit HIV AIDS terbesar terdapat di kota padang yaitu kasus infeksi HIV baru sebanyak 39 orang dan AIDS sebanyak 322 orang dan angka kematian akibat AIDS sebanyak 58 orang, kota nomor 2 paling tinggi yaitu kota bukittinggi yaitu sebanyak 151 kasus (HIV sebanyak 7 kasus dan AIDS sebanyak 144 kasus) yang meninggal akibat AIDS sebanyak 15 orang. Sedangkan menurut dinas kesehatan kota padang tahun 2013 kasus HIV AIDS di kota padang tahun 2013 kasus HIV AIDS dikota padang yaitu 59 kasus (HIV sebanyak 15 orang sedangkan kasus AIDS sebanyak 44 kasus). Angka kematian akibat AIDS sebanyak 8 kasus sedangkan pada tahun 2014 jumlah penderita HIV sebanyak 225 orang penderita AIDS sebanyak 95 dan angka kematian akibat AIDS sebanyak 15 orang. Data yang mewakili dari RSUP Dr. M. Djamil Padang, berdasarkan data yang dihitung dari buku laporan di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang pada bulan November 2016 sampai Januari 2017 terdapat 41 orang pasien yang dirawat dengan HIV AIDS.

Penyakit HIV AIDS merupakan penyakit infeksi yang dapat ditularkan ke orang lain melalaui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan seksual, tranfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui (Dinkes Kota Padang, 2015).

Infeksi HIV menular melalui cairan genitalia (sperma dan cairan vagina) penderita dan masuk ke orang lain melalui jaringan epitel sekitar uretra, vagina dan anus akibat hubungan seks bebas tanpa kondom, heteroseksual atau homoseksual. Ibu yang menderita HIV/AIDS sangat beresiko menularkan HIV ke bayi yang dikandung jika tidak ditangani dengan kompeten (Nursalam.2011). Menurut laporan Direktur Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit atau Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI tahun 2016 presentase faktor resiko HIV tertinggi adalah hubungan seks beresiko pada heteroseksual (47%), Lelaki Seks

Poltekkes Kemenkes Padang

Lelaki atau LSL (25%) dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (3%). Sedangkan untuk presentase faktor resiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks beresiko pada heteroseksual (73,8%), Lelaki Suka Lelaki atau LSL (10%), penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (5,2%), dan perinatal (2,6%).

Orang yang terinfeksi HIV atau mengidap AIDS biasa disebut dengan ODHA. Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) beresiko mengalami Infeksi Oportunistik atau IO. Infeksi Oportunistik adalah infeksi yang terjadi karena menurunnya kekebalan tubuh seseorang akibat virus HIV. Infeksi ini umumnya menyerang ODHA dengan HIV stadium lanjut. Infeksi Oportunistik yang dialami ODHA dengan HIV stadium lanjut menyebabkan gangguan berbagai aspek kebutuhan dasar,

diantaranya

gangguan

kebutuhan

oksigenisasi,

nutrisi,

cairan,

kenyamanan, koping, integritas kulit dan sosial spritual. Gangguan kebutuhan dasar ini bermanifestasi menjadi diare, nyeri kronis pada beberapa anggota tubuh, penurunan berat badan, kelemahan, infeksi jamur, hingga distres dan depresi (Nursalam,2011).

Penurunan imunitas membuat ODHA rentan terkena penyakit penyerta, menurut hasil laporan Direktur jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit atau Ditjen P2P tahun 2016 ada beberapa penyakit penyerta yang biasa menyertai AIDS diantaranya, Tuberkulosis, Taksoplasmosis, Diare, Kandidiasi, Dermatitis, PCP atau

pneumonia pneumocystis, Harpes simplex, Herpes zooster,

Limfadenopati generalisata persisten.

Penyakit HIV AIDS juga memunculkan berbagai masalah psikologis seperti ketakutan, keputusasaan yang disertai dengan prasangka buruk dan diskriminasi dari orang lain, yang kemudian dapat menimbulkan tekanan psikologis (Green Setyowati 2004 dalam Arriza, Dkk. 2013). Menurut Nursalam (2011) jika ditambah dengan stres psikososial-spiritual yang berkepanjangan pada pasien

Poltekkes Kemenkes Padang

terinfeksi HIV, maka akan mempercepat terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan angka kematian.

Berdasarkan pengalaman praktik keperawatan medikal bedah IV di ruang rawat inap interne pria RSUP Dr. M.Djamil Padang pada bulan September 2016, terdapat 2 klien yang menderita HIV AIDS dalam 1 minggu praktek. Berdasarkan observasi selama dinas di bangsal interne pria, pengkajian tentang kebutuhan nutrisi pada pasien dengan HIV AIDS kurang dilakukan secara rinci seperti penimbangan berat badan, pengukuran antropometri. Evaluasi juga jarang dilakukan seperti jumlah makanan yang dimakan pasien, seberapa banyak makanan yang dihabiskan pasien dalam 1 porsi pemberian, serta jarang dilakukan evaluasi penimbangan berat badan.

Nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien HIV AIDS untuk memperthankan kekuatan tubuh, mengganti kehilangan vitamin dan mineral, meningkatkan fungsi sistem imun dan kemampuan tubuh untuk memerangi penyakit dan juga meningkatkan respon terhadap pengobatan. Namun pasien HIV dan AIDS seringkali tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup karena beberapa sebab diantaranya adanya lesi oral, mual, muntah kelelahan dan depresi membuat ODHA menurun nafsu makannya (Nursalam, 2011).

Perawat memiliki tugas memenuhi kebutuhan dan membuat status kesehatan ODHA

meningkat

melalui

asuhan

keperawatan.

Asuhan

keperawatan

merupakan suatu tindakan atau proses dalam praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan objektif pasien, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti telah melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Poltekkes Kemenkes Padang

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian adalah bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017 ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017 b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017 c. Mendeskripsikan rencana keperawatan atau intervensi pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017 d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan atau implementasi pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017 e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam,RSUP Dr.M. Djamil Padang tahun 2017

Poltekkes Kemenkes Padang

D. Manfaat Peneliian 1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengalaman yang berharga bagi peneliti dari aspek aplikatif dan sebagai wujud aplikatif mata ajar riset keperawatan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS 2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pustaka atau referensi dalam pembuatan atau pengaplikasian asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS 3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pembanding untuk penelitian selanjutnya.

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

KONSEP HIV AIDS 1. Pengertian Infeksi

Human

Immunodeficiency

Virus

(HIV)

merupakan

penyakit

kekurangan sistem imun yang disebabkan oleh retrovirus HIV tipe 1 atau HIV tipe 2 (Copstead dan Banasik, 2012). Infeksi HIV adalah infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan

tubuh

secara progresif,

menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama pada orang dewasa) (Bararah dan Jauhar. 2013). Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Sylvia & Lorraine, 2012).

Definisi Kasus Surveilans untuk infeksi HIV dari CDC menurut Sylvia dan Lorraine (2012) yaitu: Kriteria yang direvisi pada tahun 2000 untuk pelaporan tingkat nasional, mengombinasikan infeksi HIV dan AIDS dalam satu definisi kasus. Pada orang dewasa , remaja, atau anak berusia 18 bulan atau lebih, definisi kasus surveilans infeksi HIV dipenuhi apabila salah satu kriteria laboratorium positif atau dijumpai bukti klinis yang secara spesifik menunjukkan infeksi HIV dan penyakit HIV berat (AIDS).

Bukti laboratorium untuk infeksi HIV mencangkup reaksi positif berulang terhadap uji-uji penapisan antibodi yang dikonfirmasi dengan uji suplementer (misal,ELISA, dikonfirmasi dengan uji Western blot) atau hasil positif atau laporan terdeteksinya salah satu uji nonantibodi atau virologi HIV: uji antigen p24 HIV dengan pemeriksaan netralisis, biakan virus HIV, deteksi asam nukleat (RNA atau DNA) HIV (misalnya, reaksi berantai polimerase atau RNA HIV-1 plasma, yang berinteraksi akibat terpajan pada masa perinatal).

Poltekkes Kemenkes Padang

Kriteria klinis mencangkup suatu diagnosa infeksi HIV yang didasarkan pada daftar kriteria laboratorium yang tercatat dalam rekam medis oleh dokter atau penyakit-penyakit yang memenuhi kriteria yang tercakup dalam definisi kasus untuk AIDS. Kriteria untuk definisi kasus AIDS adalah : a.

Semua pasien yang terinfeksi oleh HIV dengan : 1) Hitungan sel T CD4+ <200/μI atau 2) Hitungan sel T CD4+ <14% sel T total, tanpa memandang kategori klinis, simtomatik atau asimtomatik

b.

Adanya infeksi-infeksi oportunistik terkait HIV, seperti : 1) Kondidiasis bronkus, trakea, atau paru 2) Kondidiasis esofagus 3) Kanker serviks, invasif 4) Koksidioidomikosis, diseminata atau ekstraparu 5) Kriptokokus, ekstraparu 6) Kriptosporidiosis, usus kronik (lama sakit lebih dari 1 bulan) 7) Penyakit sitomegalovirus (selain di hati,limpa, atau kelenjer getah bening) 8) Retnitis sitomegalovirus (disertai hilangnya penglihatan)\ 9) Ensafalopati, terkait HIV 10) Harpes simpleks; ulkus (-ulkus kronik lebijh dari 1 bulan; atau bronkitis, pneumonitis, esofagitis 11) Histoplasmosis, diseminata atau ekstraparu 12) Isosporiasis, usus kronik (lama sakit lebih dari 1 bulan) 13) Sarkoma Kaposi (SK) 14) Limfoma, Burkitt (atau ekivalen) 15) Limfoma, imunoblastik (atau yang ekivalen) 16) Limfoma, primer, otak 17) Mycobacterium avium complex atau Mycobacterium kansasi, diseminata atau ektra paru 18) Mycobacterium tuberkulosis, semua tempat, paru-paru atau ekstraparu

Poltekkes Kemenkes Padang

19) Mycobacterium, spesies lain atau spesies yang belum teridentifikasi, diseminata atau ekstraparu 20) Pneumonia Pneumicytis carinii (PPC) 21) Pneumonia, rekuren 22) Leukoensefalopati multifokus progresif 23) Septikemia salmonela, rekuren 24) Toksoplasmosis otak 25) Sindrom pengurusan yang disebabkan oleh HIV

2. Penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

disebabkan oleh Human

Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus pada manusia yang termasuk dalam keluarga lentivirus (termasuk pula virus imunodefisinsi pada kucing, virus imunodefisiensi pada kera, visna virus pada domba, dan virus anemia infeksiosa pada kuda). Dua bentuk HIV yang berbeda secara genetik, tetapi berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2 yang telah berhasil diisolasi dari penderita AIDS. Sebagian besar retrovirus, viron HIV-1 berbentuk sferis dan mengandung inti berbentuk kerucut yang padat elektron dan dikelilingi oleh selubung lipid yang berasal dari membran se penjamu. Inti virus tersebut mengandung kapsid utama protein p24, nukleokapsid protein p7 atau p9, dua sirina RNA genom, dan ketiga enzim virus (protease, reserve trancriptase, dan integrase). Selain ketiga gen retrovirus yang baku ini, HIV mengandung beberapa gen lain (diberi nama dengan tiga huruf, misalnya tat, rev, vif, nef, vpr dan vpu) yang mengatur sintetis serta perakitan partikel virus yang infeksius. (Robbins dkk, 2011)

Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu : a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS Hubungan sesual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan

bisa

menularkan

HIV.

Selama

hubungan

seksual

Poltekkes Kemenkes Padang

berlangsusng, air mani, cairan vagina, dan darah yang dapat mengenai selaput lendir, penis, dubur, atau muluh sehingga HIV yang tedapa dalam cairan

tersebut

masuk

ke

aliran

darah

(PELEKSI,1995

dalam

Nursalam,2007 ). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual

b. Ibu pada bayinya Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0.01% sampai 7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinan mencapai 50% (PELKESI,1995 dalam Nursalam, 2007). Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui tranfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan.(Lili V, 2004 dalam Nursalam, 2007). Semakin lam proses melahirkan, semakin besar resiko penularan. Oleh karena itu, lama persalinan bisa dipersingkat dengan operasi sectio caesaria (HIS dan STB,2000 dalam Nursalam, 2007). Transmisi lain terjadi selam periode post partum melaui ASI. Resiko bayi tertular melalui ASI dai Ibu yang positif sekitar 10%

c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS Sangat cepat menular HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

d. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinveksi HIV, dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi HIV,

Poltekkes Kemenkes Padang

dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi HIV bisa menular HIV

e. Alat-alat untuk menoreh kulit Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat seseorang, membuat tato, memotong rambut, dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin dipakai tanpa disterilkan terlebih dahulu.

f. Menggunakan jarum suntik secara bergantian Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan oleh para pengguna narkoba (Injecting Drug User-IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarun suntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama juga menggunakan tempat penyampur, pengaduk, dan gelas pengoplos obat, sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV.

HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu tangan, hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk, dan hubungan sosial yang lain.

3. Patofisiologi

Gambar 2.1 Perjalanan infeksi HIV AIDS

Poltekkes Kemenkes Padang

Menurut Robbins, Dkk (2011) Perjalanan infeksi HIV paling baik dipahami dengan menggunakan kaidah saling memengaruhi antara HIV dan sistem imun. Ada tiga tahap yang dikenali yang mencerminkan dinamika interaksi antara virus dan penjamu. (1) fase akut pada tahap awal; (2) fase kronis pada tahap menengah; dan (3) fase krisis, pada tahap akhir.

Fase

akut

menggambarkan

respon

awal

seseorang

dewasa

yang

imunokompeten terhadap infeksi HIV. Secara klinis, hal yang secara khas merupakan penyakit yang sembuh sendiri yang terjadi pada 50% hingga 70% dari orang deawasa selama 3-6 minggu setelah infeksi; fase ini ditandai dengan gejala nonspesifik yaitu nyeri tenggorokan, mialgia, demam, ruam, dan kadang-kadang meningitis aseptik. Fase ini juga ditandai dengan produksi virus dalam jumlah yang besar, viremia dan persemaian yang luas pada jaringan limfoid perifer, yang secara khas disertai dengan berkurangnya sel T CD4+. Namum segera setelah hal itu terjadi, akan muncul respon imun yang spesifik terhadap virus, yang dibuktikan melalui serokonversi (biasanya dalam rentang waktu 3 hingga 17 minggu etelah pejanan) dan muali munculnya sel T sitoksik CD8+ yang spesifik terhadap virus. Setelah viremia mereda, sel T CD4+ kembali mendekati jumlah normal. Namun, berkurangnya virus dalam plasma bukan merupakan penanda berakhirnya replikasi virus, yang akan terus berlanjut di dalam makrofag dan sel T CD 4+ jaringan.

Fase kronis, pada tahap menengah, menunjukkan tahap penahanan relatif virus. Pada fase ini, sebagian besar sistem imun masih utuh, tetapi replikasi virus berlanjut hingga beberapa tahun. Pada pasien tidak menunjukkan gejala ataupun menderita limfadenopati persisten, dan banyak penderita yang mengalami infeksi oportunistik “ringan” seperti ariawan (Candida) atau harpes zoster selama fase ini replikasi virus dalam jaringan limfoid terus berlanjut. Pergantian virus yang meluas akan disertai dengan kehilangan sel CD4+ yang berlanjut. Namun, karena kemampuan regenerasi sistem imun besar, sel CD4+ akan tergantikan dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu penurunan sel

Poltekkes Kemenkes Padang

CD4+ dalam darah perifer hanyalah hal yang sederhana. Setelah melewati periode yang panjang dan beragam, pertahanan penjamu mulai berkurang, jumlah sel CD4+ mulai menurun, dan jumlah sel CD4+ hidup yang terinfeksi oleh HIV semakin meningkat. Limfadenopati persisten yang disertai dengan kemunculan gejala konstitusional yang bermakna (demam, ruam, mudah lelah) mencerminkan onset adanya dekompensasi sistem imun, peningkatan replikasi virus, dan onset fase “krisis”. Tahap terakhir, fase krisis, ditandai dengan kehancuran ppertahanan penjamu yang sangat merugikan peningkatan viremia yang nyata, serta penyakit klinis. Para pasien khasnya akan mengalami demam lebih dari 1 bulan, mudah lelah, penurunan berat badan, dan diare. Jumlah sel CD4+ menurun dibawah 500 sel/μL. Setelah adanya interval yang berubah-ubah, para pasien mengalami infeksi oportunistik yang serius, neoplasma sekunder, dan atau manifestasi neurologis (disebut dengan kondisi yang menentukan AIDS), dan pasien yang bersangkutan dikatakan telah menderita AIDS yang sesungguhnya. Bahkan jika kondisi lazim yang menentukan AIDS tidak muncul, pedoman CDC yang digunakan saat ini menentukan bahwa seseorang yang terinfeksi HIV dengan jumlah sel CD4+ kurang atau sama dengan 200/μL sebagai pengidap AIDS.

Poltekkes Kemenkes Padang

Poltekkes Kemenkes Padang

Poltekkes Kemenkes Padang

4. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis Menurut Burnner dan Suddarth (2013) Manifestasi klinis penyakit AIDS menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai setiap sistem organ. Penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS terjadi akibat infeksi, malignasi dan atau efek langsung HIV pada jaringan tubuh, pembahasan berikutini dibatasi pada manifestasi klinis dan akibat infeksi HIV berat yang paling sering ditemukan. a. Respiratori Pneumonia Pneumocytis carini. Gejala nafas yang pendek, sesak nafas (dispnea), batuk-batuk, nyeri dada dan demam akan menyertai berbagai infeksi oportunistik seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium avium intracellulare (MAI), sitomegalovirus (CMV) dan Legionella. Walaupun begitu, infeksi yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah Pneumonia Pneumocytis Carinii (PCP) yang merupakan penyakit oportunistik pertama yang dideskripsikan berkaitan dengan AIDS.

Gambaran klinik PCP pada pasien AIDS umumnya tidak begitu akut bila dibandingkan dengan pasien gangguan kekebalan karena keadaan lain. Periode waktu antara awitan gejala dan penegakan diagnosis yang benar bisa beberapa minggu hingga beberapa bulan. Penderita AIDS pada mulanya hanya memperlihatkan tanda-tanda dan gejala yang tidak khas seperti demam, menggigil, batuk non produktif, nafas pendek, dispnea dan kadang-kadang nyeri dada. Konsentrasi oksigen dalam darah arterial pada pasien yang bernafas dengan udara ruangan dapat mengalami penurunan yang ringan; keadaan ini menunjukkan keadaan hipoksemia minimal. Bila tidak diatasi, PCP akan berlanjut dengan menimbulkan kelainan paru yang signifikan dan pada akhirnya, kegagalan pernafasan.

Penyakit

kompleks

Kompleks

Mycobacterium

avium

(MAC;

Mycobacterium avium Complex) yaitu suatu kelompok baksil tahan asam, biasanya menyebabkan infeksi pernafasan kendati juga sering dijumpai

Poltekkes Kemenkes Padang

dalam traktus gastrointerstinal, nodus limfatik dan sumsum tulang. Sebagian pasien AIDS sudah menderita penyakit yang menyebar luas ketika diagnosis ditegakkan dan biasanya dengan keadaan umum yang buruk.

Berbeda dengan infeksi oportunistik lainnya, penyakit tuberkulosis (TB) cenderung terjadi secara dini dalam perjalanan infeksi HIV dan biasanya mendahului diagnosa AIDS. Dalam stadium infeksi HIV yang lanjut, penyakit TB disertai dengan penyebaran ke tempat-tempat ekstrapulmoner seperti sistem saraf pusat, tulang, perikardium, lambung, peritoneum dan skrotum.

b. Gastrointerstinal Manifestasi gastrointerstinal penyakit AIDS mencangkup hilagnya selera makan, mual, vomitus, kondisiasis oral, serta esofagus, dan diare kronis. Bagi pasien AIDS, diare dapat membawa akibat yang serius sehubungan dengan terjadinya penurunan berat badan yang nyata (lebih dari 10% berat badan), gangguan keseimbnagan cairan dan elektrolit, ekskoriasis kulit perianal, kelemahan dan ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Kanker Sarkoma Kaposi yaitu kelainan malignasi yang berkaitan dengan HIV yang paling sering ditemukan merupakan penyakit yang melibatkan lapisan endotel pembuluh darah dan limfe.Kaposi yang berhubungan dengan AIDS memperlihatkan penyakit yang lebih agresif dan beragam yang berkisar mulai dari lesi kutaneus setempat hingga kelainan yang menyebar dan mengenai lebih dari satu sistem organ. Lesi Kutaneus yang dapat timbul pada setiap bagian tubuh biasanya bewarna merah mudah kecoklatan hingga ungu gelap. Lesi dapat datar atau menonjol dan dikelilingi oleh ekimosis (bercak-bercak perdarahan) serta edema.

Poltekkes Kemenkes Padang

Lokasi dan ukuran beberapa lesi dapat menimbulkan statis aliran vena, limfadema serta rasa nyeri. Lesi ulserasi akan merusak integritas kulit dan meninggalkan ketidaknyamanan pasien serta kerentanannya terhadap infeksi.

Limfoma Sel-B merupakan malignansi paling sering kedua yang terjadi diantara pasien-pasien AIDS. Limfoma yang berhubungan dengan AIDS cenderung berkembang diluar kelenjer limfe; limfoma ini paling sering dijumpai pada otak, sumsum tulang dan traktus gastrointerstinal.

d. Neurologik Ensefalopati HIV disebut juga sebagai kompleks demensia AIDS. Hiv ditemukan dengan jumlah yang besar dalam otak maupun cairan serebrospinal pasien-pasien ADC (AIDS dementia complex). Sel-sel otak yang terinfeksi HIV didominasi olehsel-sel CD4 + yang berasal dari monosit/magrofag. Infeksi HIV diyakini akan memicu toksin atau limfokin yang mengakibatkan disfungsi seluler atau yang mengganggu atau yang mengganggu fungsi neurotransmiter ketimbang menyebabkan kerusakan seluler. Keadaan ini berupa sindrom klinis yang ditandai oleh penurunan progresif pada fungsi kognitif, prilaku dan motorik. Tanda tanda dan gejalanya yang samar-samar serta sulit dibedakan dan kelelahan, depresi atau efek terapi yang merugikan terhadap infeksi dan malignansi.

Manifestasi dini mencangkup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, pelambatan psikomotorik, apatis dan ataksia. Stadium lanjutmencangkup ganggua kognitif global kelambatan dalam

respon

verbal,

gagguan

afektif

seperti

pandangan

yang

kosong,hiperrefleksi paraparesis spastik, psikologis, halusiansi, tremor, inkontenensia, serangan kejang, mutisme dan kematian.

Poltekkes Kemenkes Padang

Infeksi jamur Criptococcus neoformans merupakan infeksi opotunistik paling sering keempat yang terdapat di antara pasien-pasien AIDS dan penyebab infeksi paling sering ketiga yang menyebabkan kelainan neurologik. Meningitis kriptokokus ditandai dengan gejala seperti demam/panas, sakit kepala, keadaan tidak enak badan (melaise), kaku kuduk, mual, vormitus, perubahan status mental, dan kejang-kenjang.

Leukoensefalopati Multifokal Progresif (PML) merupakan kelainan sistem saraf pusat dengan demielinisasi yang disebabkan oleh virus J.C. Manifestasi klinis dapat dimulai dengan konfusi mental dan mengalami perkembangan cepat yang akhirnya mencakup gejala kebutaan, afasia, paresis, (paraliasis ringan) serta kematian.

Kelemahan neurologik lainnya berupa neuropati perifer yang berhubungan dengan HIV diperkirakan merupakan kelainan demielinisasi dengan disertai rasa nyeri serta patirasa pada ekstremitas, kelemahan, penurunan rekfleks tendon yang dalam, hipotensi ortostatik dan impontensi.

e. Struktur integrumen Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunistik serta malignansi yang mendampinginya, Infeksi oportunistik seperti harpes zoster dan harpes simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri yang merusak integritas kulit. Moloskum kontagiosum merupakan infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan plak yang disertai deformitas. Dermatitis seboreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah. Penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folokulasi menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atropik seperti ekzema atau

psoriasis.

Hingga

60%

enderita

yang

diobati

dengan

trimetroprimsulfametoksazol (TMP/SMZ) untuk mengatasi pneumonia pneumocytis carinii akan mengalami ruam yang berkaitan dengan obat dan

Poltekkes Kemenkes Padang

berua preuritus yang disertai pembentukan papula serta makula bewarna merah muda. Terlepas dari penyebab ruam ini pasien akan mengalami ganggua rasa nyaman dan menghadapi peningkatan resiko untuk menderita infeksi tambahan, akibat rusaknya keutuhan kulit.

5. Penatalaksanaan Menurut Burnnner dan Suddarth (2013) Upaya penanganan medis meliputi beberapa cara pendekatan yang mencangkup penanganan infeksi yang berhubungan dengan HIV serta malignansi, penghentian replikasi virus HIV lewar preparat antivirus, dan penguatan serta pemulihan sistem imun melalui pengguanaan preparat immunomodulator. Perawatan suportif merupakan tindakan yang penting karena efek infeksi HIV dan penyakit AIDS yang sangat menurunkan keadaan umum pasien; efek tersebut mencangkup malnutrisi, kerusakan kulit, kelemahan dan imobilisasi dan perubahan status mental. Penatalaksanaan HIV AIDS sebegai berikut : a. Obat-obat untuk infeksi yang berhubungan dengan HIV infeksi Infeksi umum trimetroprime-sulfametokazol, yang disebut pula TMPSMZ (Bactrim,septra), merupakan preparat antibakteri untuk mengatasi berbagai mikroorganisme yang menyebabkan infeksi. Pemberian secara IV kepada pasien-pasien dengan fungsi gastrointerstinal yang normal tidak memberikan keuntungan apapun. Penderita AIDS yang diobati dengan TMP-SMZ dapat mengalami efekyang merugikan dengan insiden tinggi yang

tidak

lazim

terjadi,

seperti

demam,

ruam,

leukopenia,

trombositopenia dengan ganggua fungsi renal. Pentamidin, suatu obat anti protozoa, digunakan sebagai preparat alternatif untuk melawan PCP. Jika terjadi efek yang merugikan atau jika pasien tidak memperlihatkan perbaikan klinis ketika diobati dengan TMP-SMZ, petugas kesehatan dapat merekomendasikan pentamidin.

Poltekkes Kemenkes Padang

Kompleks Mycobacterium avium, terapi kompleks Mycobacterium avium complex (MAC) masih belum ditentukan dengan jelas dan meliputi penggunaan lebih dari satu macam obat selam periode waktu yang lama.

Meningitis, Terpi primer yang muthakhir untuk meningitis kriptokokus adalah amfoterisin B IV dengan atau tanpa flusitosin atau flukonazol (Diflucan). Keadaan pasien harus dipantau untuk endeteksi efek yang potensial merugikan dan serius dari amfoterisin B yang mencangkup reaksi anafilaksik, gangguan renal serta hepar, gangguan keseimbangan elektrolit, anemia, panas dan menggigil.

Retinitis Sitomegalovirus, Retinitis yang disebabkan oleh sitomegalovirus (CMV;cytomegalovirus) merupan penyebab utama kebutaan pada penderita penyakit AIDS.

Foskarnet (Foscavir), yaitu peparat lain yang digunakan mengobati retinitis CMV, disuntikkan intravena setiap 8 jam sekali selama 2 hingga 3 minggu. Reaksi merugikan yang lazim terjadi pada pemberian foskarnet adalah nefrotoksisitas yang mencangkup gagal ginjal akut dan gangguan keseimbangan elektrolit yang mencangkup hipokalasemia, hiperfosfatemia serta hipomagnesemia. Semua keadaan ini dapat membawa kematian. Efek merugikan lainnya yang lazim dijumpai adaah serangan kejang-kejang, gangguan gastrointerstinal, anemia, flebitis, pada tempat infus dan nyeri punggung bawah. Keadaan lain, Asiklovir dan foskarnat kini digunakan untuk mengobati infeksi ensefalitis yang disebabkan oleh harpes simpleks atau harpes zoster. Pirimetamin (Daraprim) dan Sulfadiazin atau klindamisin (Cleosin HCL) digunakan untuk pengobatan maupun terapi supresif seumur hidup bagiinfeksi Toxoplasmosis gondi. Infeksi kronis yang membandel oleh kondendidasi (trush) atau lesi esofagus diobati dengan Ketokonazol atau flukonazol.

Poltekkes Kemenkes Padang

b. Penatalaksanaan Diare Kronik Terapi dengan oktreotid asetat (sandostain), yaitu suatu analog sintetik somatostatin, ternyata efektif untuk mengatasi diare yang berat dan kronik. Konsentrasi reseptor somatosin yang tinggi ditemukan dalam traktus gastrointerstinal maupun jaringan lainnya. Somatostain akan menghambat banyak fungsi fisologis yang mencangkup motalisis gastrointerstinal dan sekresi-interstinal air serta elektrolit.

c. Penatalaksanaan Sindrom Pelisutan Penatalaksanaan sindrom pelisutan mencangkup penanganan penyebab yang mendasari infeksi oportunitis sistematik maupun gastrointerstinal. Malnutrsi sendiri akan memperbesar resiko infeksi dan dapat pula meningkatkan insiden infeksi oportunistis. Terapi nutrisi bisa dilakukan mulai dari diet oral dan pemberian makan lewat sonde (terapi nutriasi enternal) hingga dukungan nutrisi parenteral jika diperlukan.

d. Penanganan keganasan Penatalaksanaan sarkoma Kaposi biasanya sulit karena sangat beragamnya gejala dan sistem organ yang terkena.Tujuan terapinya adalah untuk mengurangi gejala dengan memperkecil ukuranlesi pada kulit, mengurangi gangguan rasa nyaman yang berkaitan dengan edema serta ulserasi, dan mengendalikan gejala yang berhubungan dengan lesi mukosa serta organ viseral. Hinngga saat ini, kemoterapi yang paling efektif tampaknya berupa ABV (Adriamisin, Bleomisin, dan Vinkristin).

e. Terapi Antiretrovirus Saat ini terdapat empat preparat antiretrovirus yang sudah disetujui oleh FDA untuk pengobatan HIV, keempat preparat tersebut adalah; Zidovudin, Dideoksinosin , dideoksisitidin dan Stavudin. Semua obat ini menghambat kerja enzim reserve transcriptase virus dan mencegah virus reproduksi virus HIV dengan cara meniru salah satu substansi molekuler yang digunakan

Poltekkes Kemenkes Padang

virus tersebut untuk membangun DNA bagi partikel-partikel virus baru. Dengan mengubah komponen struktural rantai DNA, produksi virus yang baru akan dihambat.

f. Inhibitor Protase Inhibitor protase merupakan obat yang menghambat kerja enzim protase, yaitu enzim yang dibutuhkan untuk replikasi virus HIV dan produksi virion yang menular. Inhibisi protase HIV-1 akan menghasilkan partikel virus noninfeksius dengan penurunan aktivitas enzim reserve transcriptase.

g. Perawatan pendukung Paien yang menjadi lemah dan memiliki keadaan umum yang menurun sebagai akibat dari sakit kronik yang berkaitan dengan HIV memerlukan banyak macam perawatan suportif. Dukungan nutrisi mungkin merupakan tindakan sederhana seperti membantu pasien dalam mendapatkan atau mempersiapkan makanannya. Untuk pasien dengan gangguan nutrisi yang lanjut karena penurunan asupan makanan, sindrome perlisutan atau malabsobsi saluran cerna yang berkaitan dengan diare, mungkin diperlukan dalam pemberian makan lewat pembuluh darah seperti nutrisi parenteral total. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang terjadiakibat mual, Vomitus dan diare hebat kerapkali memerlukan terapi pengganti yang berupa infus cairan serta elektrolit. Lesi pada kulit yang berkaitan dengan sarkoma kaposi, ekskoriasi kulit perianal dan imobilisasi ditangani dengan perawatan kulit yang seksama dan rajin; perawatan ini mencangkup tindakan membalikkan tubuh pasien secara teratur, membersihkan dan mengoleskan salep obat serta menutup lesi dengan kasa steril.

Gejala paru seperti dispnea dan napas pendek mungkin berhubungan dengan infeksi, sarkoma kaporsi serta keadaan mudah letih. Pasien-pasien ini mungkin memerlukan terapi oksigen, pelatihan relaksasi dan teknik menghemat tenaga. Pasien dengan ganggguan fungsi pernafasan yang berat

Poltekkes Kemenkes Padang

pernafasan yang berat dapat membutuhkan tindakan ventilasi mekanis. Rasa nyeri yang menyertai lesi kulit, kram perut, neuropati perifer atau sarkoma kaposi dapat diatasi dengan preparat analgetik yang diberikan secara teratur selama 24 jam. Teknik relaksasi dan guded imagery (terapi psikologi dengan cara imajinasi yang terarah) dapat membantu mengurangi rasa nyeri dan kecemasan pada sebagian pasien.

h.

Terapi nutrisi Menurut Nursalam (2011) nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien HIV AIDS untuk mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi sistem imun, meningkatkan kemampuan tubuh, utuk memerangi infeksi, dan menjaga orang yang hidup dengan infeksi HIV AIDS tetap aktif dan produktif. Defisiensi vitamin dan mineral bisa dijumpai pada orang dengan HIV, dan defisiensi sudah terjadi sejak stadium dini walaupun pada ODHA mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang. Defisiensi terjadi karena HIV menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan absorbsi szat gizi.

Untuk mengatasi masalah nutrisi pada pasien HIV AIDS, mereka harus diberikan makanan tinggi kalori, tinggi protein, kaya vitamin dan mineral serta cukup air.

i. Manfaat konseling dan VCT pada pasien HIV Menurut Nursalam (2011) konseling HIV/AIDS merupakan dialog antara seseorang (klien) dengan pelayanan kesehatan (konselor) yang bersifat rahasia, sehingga memungkinkan orang tersebut mampu menyesuaikan atau mengadaptasi diri dengan stres dan sanggup membuat keputusan bertindak berkaitan dengan HIV/AIDS.

Konseling HIV berbeda dengan konseling lainnya, walaupun keterampilan dasar yang dibutuhkan adalah sama. Konseling HIV menjadi hal yang unik karena :

Poltekkes Kemenkes Padang

1) Membutuhkan pengetahuan yang luas tentang infeksi menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS 2) Membutuhkan mengenai praktik seks yang bersifat pribadi 3) Membutuhkan pembahasan tentang keamatian atau proses kematian 4) Membutuhkan kepekaan konselor dalam menghadapi perbedaan pendapat dan nilai yang mungkin sangat bertentangan dengan nilai yang dianut oleh konselor itu sendiri. 5) Membutuhkan keterampilan pada saat memberikan hasil HIV positif 6) Membutuhkan keterampilan dalam menghadapi kebutuhan pasangan maupun anggota keluarga klien

Menurut Nursalam (2011) tujuan konseling HIV yaitu : 1) Mencegah penularan HIVdengan cara mengubah prilaku. Untuk mengubah prilaku ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) tidak hanya membutuhkan informasi belaka, tetapi jauh lebih penting adalah pemberian dukungan yang dapat menumbuhkan motivasi mereka, misalnya dalam prilaku seks aman, tidak berganti-ganti jarum suntik, dan lain-lain. 2) Meningkatkan kualitas hidup ODHA dalam segala aspek baik medis, psikologis, sosial, dan ekonomi. Dalam hal ini konseling bertujuan untuk memberikan dukungan kepada ODHA agar mampu hidup secara positif.

Voluntary Conseling Testing atau VCT adalah suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus antara konselor dan kliennya dengantujuan untuk mencegah penurlaran HIV, memberikan dukungan moral, informasi, serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga, dan lingkungannya (Nursalam, 2011).

Tujuan VCT yaitu sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS, upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan presepsi/ pengetahuan mereka

Poltekkes Kemenkes Padang

tentang faktor-faktor resiko penyebab seseorang terinfeksi HIV, dan upaya pengembangan perubahan prilaku, sehingga secara dini mengarahkan menuju ke program pelayanan dan dukungan termasuk akses terapi antiretroviral, serta membantu mengurangi stigma dalam masyarakat (Nursalam, 2011)

B.

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus HIV AIDS Asuhan keperawatan bagi penderita penyakit AIDS merupakan tantangan yang besar bagi perawat karena setiap sistem organ berpotensi untuk menjadi sasaran infeksi ataupun kanker. Disamping itu, penyakit ini akan dipersulit oleh komplikasi masalah emosional, sosial dan etika. Rencana keperawatan bagi penderita AIDS harus disusun secara individual untuk memenuhi kebutuhan masing-masing pasien (Burnner & Suddarth, 2013).

Pengkajian pada pasien HIV AIDS meliputi : 1. Pengkajian a.

Identitas Klien Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR

b.

Keluhan utama Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui keluhan utama sesak nafas. Keluhan utama lainnya ditemui pada pasien HIV AIDS yaitu, demam yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus, penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida Albicans, pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh, munculnya Harpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.

Poltekkes Kemenkes Padang

c. Riwayat kesehatan sekarang Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien HIV AIDS adalah : pasien akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyeri dada dan demam, pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan drastis.

d. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya riwayat penggunaan narkotika suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan seks dengan penderita HIV/AIDS, terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS.

e. Riwayat kesehatan keluarga Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang menderita penyakit HIV/AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang terinfeksi HIV. Pengkajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja di tempat hiburan malam, bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial).

2. Pola aktivitas sehari-hari (ADL) a.

Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan menglami perubahan atau gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi tubuh yang lemah, pasien kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya cenderung dibantu oleh keluarga atau perawat.

Poltekkes Kemenkes Padang

c. Pola Nutrisi Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami penurunan BB yang cukup drastis dalam waktu singkat (terkadang lebih dari 10% BB).

d. Pola Eliminasi Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus berdarah.

e. Pola Istirahat dan tidur Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur mengalami gangguan karena adanya gejala seperi demam dan keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga didukung oleh perasaan cemas dan depresi pasien terhadap penyakitnya.

f. Pola aktivitas dan latihan Biasanya pada pasien HIV/AIDS aktivitas dan latihan mengalami perubahan. Ada beberapa orang

tidak dapat melakukan aktifitasnya

seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka yang menarik diri dari lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi terkait penyakitnya ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.

g. Pola presepsi dan konsep diri Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah, cemas, depresi, dan stres.

h. Pola sensori kognitif Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan pengecapan, dan gangguan penglihatan. Pasien juga biasanya mengalami penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi, kesulitan dalam respon verbal. Gangguan kognitif lain yang terganggu yaitu bisa mengalami halusinasi.

Poltekkes Kemenkes Padang

i. Pola hubungan peran Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa malu atau harga diri rendah.

j. Pola penanggulangan stres Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas, gelisah dan depresi karena penyakit yang dideritanya. Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit, yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruksif dan adaptif.

k. Pola reproduksi seksual Pada pasaaien HIV AIDS pola reproduksi seksualitas nya terganggu karena penyebab utama penularan penyakit adalah melalui hubungan seksual.

l. Pola tata nilai dan kepercayaan Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awal nya akan berubah, karena mereka menggap hal menimpa mereka sebagai balasan akan perbuatan mereka. Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai dan kepercayaan pasien dalam kehidupan pasien, dan agama merupakan hal penting dalam hidup pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang

3. Pemeriksaan Fisik a. Gambaran Umum : ditemukan pasien tampak lemah. b. Kesadaran pasien : Compos mentis cooperatif, sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran, apatis, samnolen, stupor bahkan coma. c. Vital sign : TD

: Biasanya ditemukan dalam batas normal

Nadi

: Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat

Pernafasan

:Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan meningkat

Suhu

:Biasanya ditemukan Suhu tubuh menigkat karena demam.

d. BB : Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB) TB : Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi badan tetap) e. Kepala : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis seboreika f. Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik, pupil isokor, reflek pupil terganggu, g. Hidung : Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping hidung. h. Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak putih seperti krim yang menunjukkan kandidiasi. i. Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur Cryptococcus neoformans), biasanya ada pembesaran kelenjer getah bening, j. Jantung : Biasanya tidak ditemukan kelainan k. Paru-paru : Biasanya terdapat yeri dada, terdapat retraksi dinding dada pada pasien AIDS yang disertai dengan TB, Napas pendek (cusmaul), sesak nafas (dipsnea). l. Abdomen : Biasanya terdengar bising usus yang Hiperaktif m. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda lesi (lesi sarkoma kaposi).

Poltekkes Kemenkes Padang

n. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun, akral dingin.

2. Diagnosis Keperawatan Yang Mungkin Muncul a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penyakit paru obstruksi kronis b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan neorologis, ansietas, nyeri, keletihan c. Diare berhubungan dengan infeksi d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif, kehilangan berlebihan melalui diare, berat badan ekstrem,

faktor

yang

mempengaruhi

kebutuhan

status

cairan:

hipermetabolik, f. Ketidak seimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan diare, muntah h. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, ketidak mampuan menelan. i. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera;bilogis j. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera; biologis k. Hipertermi berhubungan dengan penyakit, peningkatan laju metabolisme l. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status cairan, perubahan pigmentasi, perubahan turgor, kondisi ketidak seimbangan nutrisi, penurunan imunologis m. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi, perubahan turgor kulit, kondisi ketidak seimbangan nutrisi, faktor imunologi n. Resiko infeksi berhubungan dengan, imunosupresi, malnutrisi, kerusakan integritas kulit. o. Keletihan berhubungan dengan status penyakit, peningkatan kelelahan fisik, malnutrisi, ansitas, depresi, stres

Poltekkes Kemenkes Padang

p. Kelelahan berhubungan dengan proses penyakit q. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkaiit penyakit r. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik s. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh t. Isolasi sosial berhubungan dengan stigma, gangguan harga diri. (Nanda Internasional, 2014)

3. Perencanaan Keperawatan Perencanaa keperawatan atau intervensi yang di temukan pada pasien dengan HIV AIDS sebagai berikut.

Tabel 2.1 Diagnosa dan Intervensi Pada Pasien dengan HIV AIDS No Diagnosa

Kriteria Hasil (NOC)

Intervensi (NIC)

Keperawatan 1.

Ketidakefektifan

Setelah dilakukan bersihan jalan tindakan keperawatan diharapkan status nafas pernafasan tidak terganggu dengan Definisi : ketidak kriteria hasil : mampuan

untuk 1) Deviasi ringan dari kisaran normal membersihkan frekuensi pernafasan sekresi atau 2) Deviasi ringan dari kisaran normal obstruksi dari Irama pernafasan saluran nafas 3) Deviasi ringan dari kisaran normal suara untuk auskultasi nafas mempertahankan 4) Deviasi ringan dari kisaran normal bersihan jalan kepatenan jalan nafas nafas 5) Deviasi ringan dari kisaran normal Batasan saturasi oksigen 6) Tidak ada retraksi Karakteristik : dinding dada

Menajemen jalan nafas 1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2) Buang secret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lendir 3) Motifasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan batuk 4) Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif 5) Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atautidak dan adanya suara nafas tambahan 6) Monitor status pernafasan dan oksigenisasi sebagaimana mestinya Fisioterapi dada 1) Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada kepada pasien

Poltekkes Kemenkes Padang

1) Suara nafas tambahan 2) Perubahan frekuensi nafasan 3) Perubahan iraman nafas 4) Penurunan bunyi nafas 5) Sputum dalam jumlah berlebihan 6) Batuk tidak efektif

2) Monitor status respirasi dan kardioloogi (misalnya, denyut dan suara irama nadi, suara dan kedalaman nafas 3) Monitor jumlah dan karakteristik sputum 4) Instruksikan pasien untuk mengeluarkan nafas dengan teknik nafas dalam Terapi Oksigen 1) Bersihkan mulut, hidung dan sekresi trakea dengan tepat 2) Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem hemodifier 3) Monitor aliran oksigen 4) Monitor efektifitas terapi oksigen 5) Pastikan penggantian masker oksigen/ kanul nasal setiap kali pernagkat diganti Monitor Pernafasan 1) Monitor pola nafas (misalnya, bradipneu) 2) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru 3) Auskultasi suara nafas 4) Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas dengan auskultasi suara nafas ronci di paru 5) Auskultasi suara nafas setelah tindakan, untuk dicatat 6) Monitor kemampuan batuk efektif pasien

2.

Ketidakefektifan Pola Nafas

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan status pernafasan tidak

Menajemen Jalan Nafas : 1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2) Lakukan fisioterapi dada,

Poltekkes Kemenkes Padang

Definisi : Inspirasi terganggu dengan dan atau ekspirasi kriteria hasil : tidak 1) Frekuensi pernafasan Tidak ada deviasi memberi ventilasi dari kisaran normal adekuat 2) Irama pernafasan Tidak ada deviasi dari kisaran normal Faktor Resiko : 3) Suara Auskultasi nafas Tidak ada 1) Perubahan deviasi dari kisaran kedalamam normal pernafasan 4) Saturasi oksigen 2) Bradipneu Tidak ada deviasi 3) Dipsnea dari kisaran normal 4) Pernafasan 5) Tidak ada retraksi cuping hidung dinding dada 5) Takipnea 6) Tidak ada suara nafas tambahan 7) Tidak ada pernafasan Faktor yang cuping hidung berhubungan :

3)

yang

1) Kerusakan Neurologis 2) Imunitas Neurologis

4)

5)

6) 7) 8)

sebagimana semestinya Buang secret dengan memotivasi klien untuk melakukan batuk atau menyedot lendir Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan batuk. Auskutasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya suara nafas tambahan Kelola nebulizer ultrasonik, sebgaimana mestinya Posisikan untuk meringankan sesak nafas Monito status pernafasan dan oksigen, sebagaimana mestinya

Pemberian Obat : 1) Pertahankan aturan dan prosedur yang sesuai dengan keakuratan dan keamanan pemberian obat-obatan 2) Ikuti prosedur limabenar dalam pemberian obat 3) Beritahu klien mengenai jenis obat, alasan pemberian obat, hasil yang diharapkan, dan efek lanjutan yang akan terjadi sebelum pemberian obat. 4) Bantu klien dalam pemberian obat Terapi Oksigen : 1) Bersihkan mulut, hidung, dan sekresi trakea dengan tepat 2) Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan 3) Monitor aliran oksigen 4) Periksa perangkat (alat) pemberian oksigen secara berkala untuk mmastikan bahwa konsentrasi (yang telah) ditentukan sedang diberikan Monitor Pernafasan :

Poltekkes Kemenkes Padang

1) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas 2) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot bantu nafas 3) Palpasi kesimetrisan ekstensi paru 4) Auskultasi suara nafas, catat area dimana terjadinya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara nafas tambahan 5) Auskultasi suara nafas setelah tindakan untuk dicatat 6) Monitor sekresi pernafasan pasien 7) Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (misalnya nebulizer) Monitor tanda-tanda vital : 1) Monitor tekanan darah, Nadi, Suhu, dan status pernafasan dengan tepat 2) Monitor suara paru-paru 3) Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban

3.

Diare

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan eliminasi Definisi : Pasase usus tidak terganggu fases yang lunak dengan kriteria hasil :

Menajemen Saluran Cerna

dan

1) Monitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna, dengan cara yang tepat 2) Monitor bising usus

tidak

berbentuk

Batasan

1) Pola eliminasi tidak terganggu 2) Suara bising usus tidak terganggu 3) Diare tidak ada

Karakteristik : 1) Nyeri abdomen 2) Sedikitnya tiga kali defekasi per

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

Menajemen Diare 1) Tentukan riwayat diare 2) Ambil tinja untuk pemeriksaan kultur dan sensitifitas bila diare berlanjut 3) Instruksikan pasien atau anggota keluarga utuk mencatat warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja

Poltekkes Kemenkes Padang

hari 3) Bising usus hiperaktif Situasional : 1) Penyalahguna an alkohol Fisiologis

diharapkan tidak terjadi keparahan infeksi dengan kriteria hasil : 1) Malaise tidak ada 2) Nyeri tidak ada 3) Depresi jumlah sel darh putih

4) Identivikasi faktor yang bisa menyebabkan diare (misalnya medikasi, bakteri, dan pemberian makan lewat selang) 5) Amati turgor kulit secara berkala 6) Monitor kulit perineum terhadap adanya iritasi dan ulserasi 7) Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala diare menetap

1) Proses Infeksi Pemasangan Infus 1) Verivikasi instruksi untuk terapi IV 2) Beritau pasien mengenai prosedur 3) Pertahankan teknik aseptik secara seksama 4) Pilih vena yang sesuai dengan penusukan vena, pertimbangkan prevelansi pasien, pengalaman masa lalu dengan infus, dan tangan non dominan 5) Berikan label pada pembalut IV dengan tanggal, ukuran, dan inisiasi sesuai protokol lembaga Terapi Intravena (IV) 1) 2) 3)

4)

5) 6)

Verivikasi perintah untuk terapi intravena Instruksikan pasien tentang prosedur Periksa tipe cairan, jumlah, kadaluarsa, karakterisktik dari cairan dan tingkat merusak pada kontainer Laukuan (prinsip) lima benar sebelum memulai infus atau pemberian pengobatan (misalnya, benar obat, dosis, pasien, cara, dan frekuensi) Monitor kecepatan IV, seblum memberikan pengobatan IV Monitor tanda vital

Poltekkes Kemenkes Padang

7)

4.

Kekurangan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Volume Cairan diharapkan keseimbangan cairan Definisi : tidak terganggu peurunan cairan dengan kriteria hasil : intravaskuler, interstisial, dan/atau

intra

seluler.

Ini

mengacu

pada

dehidrasi, kehilangan cairan saja

1) Tekanan darah tidak terganggu 2) Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam tidak terganggu 3) Berat badan stabil tidak terganggu 4) Turgor kulit tidak terganggu

tampa

perubahan

pada Setelah dilakukan tindakan keperawatan natrium diharapkan hidrasi tidak terganggu Batasan dengan kriteria hasil : Karakteristik : 1) Turgor kulit tidak 1) Penurunan terganggu tekanan darah 2) Membran mukosa 2) Penurunan lembab tidak tekanan nadi terganggu 3) Penurunan 3) Intake cairan tidak turgor kulit terganggu 4) Kulit kering 4) Output cairan tidak 5) Penurunan terganggu frekuensi nadi 5) Perfusi Jaringan 6) Penurnan berat tidak terganggu badan tiba-tiba 6) Tidak ada nadi cepat 7) Kelemahan dan lemah 7) Tidak ada kehilangan berat Faktor yang badan berhubungan : 1) Kehilangan cairan aktif

Dokumentasikan terapi yang diberikan, sesuai protokol dan institusi Menajemen Cairan :

1) Timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien 2) Jaga Intake/ asupan yang akurat dan catat output pasien 3) Monitor status hidrasi (misalmya, membran mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah ortostatik) 4) Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan (misalnya, peningkatan berat jenis, peningkatan BUN, penurunan hematokrit, dan peningkatan kadar osmolitas urin) 5) Monitor status hemodinamika CVP, MAP, PAP, dan PCWP, jika ada) 6) Monitor tanda-tanda vital 7) Beri terapi IV, seperti yang ditentukan 8) Berikan cairan dengan tepat 9) Berikan diuretik yang diresepkan 10) Distribusi asupan cairan selama 24 jam Monitor Cairan : 1) Tentukan jumlah dan jenis Intake/asupan cairan serta kebiasaan eliminasi 2) Tentukan faktor-faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan 3) Periksa isi kulang kapiler 4) Periksa turgor kulit 5) Monitor berat badan 6) Monitor nilai kadar serum dan elektrolit urin 7) Monitor kadar serum albumin dan protein total 8) Monitor tekanan darah, denyut jantung, dan status pernafasan

Poltekkes Kemenkes Padang

9) Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan respon haus

5.

Ketidak

Setelah dilakukan tindakan keperawatan seimbangan diharapkan status nutrisi kurang nutrisi dapat dari kebutuhan ditingkatkan dengan kriteria hasil: tubuh Definisi : asuhan 1) Asupan Nutrisi tidak menyimpang dari kebutuhan tubuh rentang normal tidak cukup untuk 2) Asupan makanan tidak menyimpang memenuhi dari rentang normal kebutuhan metabolik metabolik Batasa karekteristik : 1) Nyeri abdomen 2) Menghindari makan 3) Berat badan 20% atau lebih dibawah berat baadan ideal 4) Diare 5) Bising usus hiperaktif 6) Penurunan berat badan dengan asupan yang adekuat 7) Membran mukosa pucat 8) Ketidak mampuan memakan makanan 9) Tonus otot

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Status nutrisi : Asupan nutrisi dapat ditingkatkan dengan kriteria hasil : 1) Asupan kalori sebagian besar adekuat 2) Asupan protein sebagian besar adekuat 3) Asupan lemak sebagian besar adekuat 4) Asupan karbohidrat sebagian besar adekuat 5) Asupan vitamin sebagian besar adekuat 6) Asupan mineral sebagian besar

Menajemen Nutrisi 1) Identifikasi adanya alergi atau intolerasi akanan yang dimiliki pasien Terapi nutrisi 1) Kaji kebutahan nutrisi parenteral 2) Berikan nutrisi enteral, sesuai kebutuhan 3) Berikan nutrisi enteral 4) Hentikan pemberian makanan melalui selang makan begitu pasien mampu mentoleransi asupan (makanan) melalui oral 5) Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai batas diet yang dianjurkan Pemberian Nutrisi Total Parenteral (TPN) 1) Pastikan isersi intravena cukup paten untuk pemberian nutrisi intravena 2) Pertahankan kecepatan aliran yang konstan 3) Monitor kebocoran, infeksi dan komplikasi metabolik 4) Monitor masukan dan output cairan 5) Monitor kadar albumin, protein total, elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia darah 6) Monitor tanda-tanda vital

Poltekkes Kemenkes Padang

menurun 10) Sariawan rongga mulut 11) Kelemahan otot untuk menelan Faktor Berhubungan : 1) 2)

3)

4)

adekuat

Setelah dialkukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan nafsu makan dengan kriteria Faktor biologis hasil : Ketidak 1. Intake makanan mampuan tidak terganggu untuk 2. Intake nutrisi tidak mengabsorbsi terganggu nutrien 3. Intake cairan tidak Ketidak terganggu mampuan untuk mencerna Setelah dilakukan makanan tindakan keperawatan Ketidak diharapkan terjadi mampuan peningkatan menelan makan status nutrisi : asupan makanan dan cairan dengan kriteri hasil : 1) Asuhan makanan secara oral sebagian besar adekuat 2) Asupan cairan intravena sepenuhnyaa kuat 3) Asupan nutrisi parenteral sepenuhnya kuat

6.

Nyeri akut

Setelah

Definisi

: tindakan keperawatan

pengalaman

diharapkan

sensori emosional

dilakukan Pemberian analgesik :

dan nyeri

kontrol dapat

yang dipertahankan dengan

tidak menyenangkan

kriteria hasil: 1) Secara konsisten menunjukkan

1) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien 2) Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan 3) Cek adanya riwayat alergi obat 4) Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang sesuai ketika

Poltekkes Kemenkes Padang

yang

muncul

menggunakan tindakan akibat kerusakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesik jaringan yang 2) Secara konsisten aktual atau menunjukkan Menggunakan potensial atau di analgesik yang gambarkan dalam direkomendasikan hal kerusakan 3) Melaporkan nyeri terkontrol sedemikian rupa

lebih dari satu diberikan Menajemen nyeri :

Batasan

1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus 2) Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan 3) Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri 4) Kaji bersama pasien faktorfaktor yang dapat menurunkan atau memberatkan nyeri 5) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologilan nyeri 6) Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrolan 7) Mendukung istirahat tidur 8) Memberikan informasi terkait dengan diagnosa dan keperawatan 9) Mendorong keluarga menemani pasien 10) Kaji tanda verbal dan non verbal dari ketidak nyamanan

Karakteristik :

Monitor tanda tanda vital :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Association for the tingkat nyeri dapat Study of Paint); diatasi: awitan yang tiba – 1) Nyeri yang tiba atau lambat dilaporkan tidak ada 2) Mengerang dan dari intensitas meringis tidak ada ringan hingga 3) Menyeringit tidak ada berat dengan akhir 4) Ketegangan otot yang dapat di tidak ada 5) Tanda –tanda vital antisipasi atau tidak mengalami diprediksi dan devisiasi (International

berlangsung

<6

bulan

1) 2) 3)

4)

5) 6) 7)

Perubahan selera makan Perubahan tekanan darah Perubahan frekuensi jantung Perubahan frekuensi pernafasan Laporan isyarat Diaforesis Perilaku

1) Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan dengan tepat

Poltekkes Kemenkes Padang

8)

9)

10)

11)

12)

13)

14) 15)

ditraksi (mis; berjalan mondar mandir, mencari orang lain dan/ atau aktifitas lain, aktivitas yang berulang) Mengekpresik an prilaku (misal gelisah merengek, menangis, waspada, iritabilitas, mendesah) Masker wajah (mis; mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpancar atau tetap pada satu fokus, meringis) Sikap melindungi area nyeri Gangguan presepsi nyeri, hambatan proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) Indikasi nyeri yang dapat diamati Perubahan posisi untuk menghindari nyeri Sikap tubuh melindungi Dilatasi pupil

Poltekkes Kemenkes Padang

16) Melaporkan nyeri secara verbal 17) Fokus pada diri sendiri 18) Gangguan tidur Faktor yang berhubungan : Agen cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

7.

Resiko

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kerusakan diharapkan integritas integritas kulit jaringan kulit dan membranmukosa Definisi : beresiko dapat ditingkatkan : mengalami perubahan

kulit

yang uruk

Faktor Resiko Eksternal 1) Zat kimia 2) Ekskresi 3) Usia yang ekstream 4) Hipertermia 5) Hipotermia 6) Humiditas 7) Faktor mekanik (mis, gaya gunting, tekanan, pengekangan) 8) Lembab 9) Imobilisasi fisik

Pemberian obat kulit: 1) Ikuti prinsip 5 benar pemberian 2) Catat riwayat medis pasien dan riwayat alergi 3) Tentukan pengetahuan pasien mengenai medikasi dan pemahaman pasien mengenai metode pemberian obat

1. Suhu kulit tidak terganggu 2. Tekstur kulit tidak Pengecekan kulit : terganggu 3. Integritas kulit tidak 1) Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur, terganggu edema, dan ulserasi pada 4. Pigmentasi ekstremitas abnormal ringan 5. Lesi mukosa ringan 2) Monitor warna dan suhu kulit 3) Monitor kulit dan selaput 6. Kanker kulit tidak lendir terhadap area ada perubahan warna, memar, dan pecah 4) Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet

Poltekkes Kemenkes Padang

10) Radiasi 11) Sekresi Internal

8.

1) Perubahan pigmentasi 2) Perubahan turgor kulit 3) Faaktor perkembangan 4) Kondisi ketidak seimbangan nutrisi ( obesitas, emasiasi/ kurus kerempeng) 5) Gangguan sirkulasi 6) Gangguan kondisi metabolik 7) Faktro imunologi 8) Medikasi 9) Faktor psikogenik 10) Tonjolan tulang Harga diri rendah Setelah dilakukan Peningkatan citra tubuh tindakan keperawatan 1) Tentukan harapan citra diri situasional diharapkan terjadi pasien didasarkan pada tahap peningkatan harga diri perkembangan Definisi : dengan kriteria hasil : 2) Tentukan perubahan fisik saat ini apakah berkontribusi pada perkembangan cita diri pasien 1) Verbalisasi presepsi negatif 3) Bantu pasien untuk penerimaan diri mendiskusikan perubahan 2) Penerimaan tentang harga diri perubahan (bagian tubuh) terhadap disebabkan adanya penyakit sebagai respon keterbatasan diri dengan cara yang tepat 3) Mempertahankan terhadap situasi 4) Monitor frekuensi dari posisi tegak pernyataan mengkritisi diri saat ini (sebutkan) 4) Mempertahankan 5) Monitor pernyataan yang kontak mata mengidentifikasi citra tubuh 5) Komunikasi mengenai ukuran dan berat Batasan terbuka badan Karakteristik : 1) Evaluasi diri

Poltekkes Kemenkes Padang

2)

3) 4) 5)

6)

7)

8)

bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi situasi Perilaku bimbang Perilaku tidak asertif Secara verbal melaporkan tentang situasional saat ini terhadap harga diri Ekspresi ketidakberdaya an Ekspresi ketidak bergunaan Verbalisasi meniadakan diri

Peningkatan koping : 1) Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan 2) Berikan suasana penerimaan 3) Sediakan informasi aktual mengenai diagnosis, penanganan dan prognosis Peningkatan harga diri : 1) Monitor penerimaan pasien mengenai harga diri 2) Jangan mengkritisi pasien secara negatif

Faktor Berhubungan : 1) Perilaku tidak selaras dengan nilai 2) Perubahan perkembangan 3) Gangguan citra tubuh 4) Kegagalan 5) Gangguan fungsional 6) Kurang penghargaan 7) Kehilangan penghargaan 8) Kehilangan 9) Penilakan 10) Perubahan

Poltekkes Kemenkes Padang

9.

peran sosial Ansietas

Setelah

dilakukan Bimbingan antisipatif :

tindakan keperawatan Definisi : perasaan diharapkan tidak nyaman atau kecemasan kekhawatiran yang terganggu samar

tingkat tidak dengan

disertai kriteria hasil :

respon

autonom

(sumber

sering

kali tidak spesifik atau

tidak

diketahui

oleh

individu); perasaan

takut

yang

disebabkan

oleh

antisipasi

terhadap

bahaya.

Hal ini merupakan siyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu

akan

adanya bahaya dan memampukan individu

untuk

bertindak

1) Tidak ada wajah tegang 2) Tidak ada rasa takut yang disampaikan secara lisan 3) Tidak ada rasa cemas yang di sampaikan secara lisan 4) Tidak ada peningkatan tekan darah 5) Tidak ada peningkatan tekanan nadi 6) Tidak ada peningkatan frekuensi pernafasan 7) Tidak ada menarik diri 8) Tidak ada gangguan pola tidur

1) Bantu klien mengidentifikasi kemungkinan perkembangan situasi krisis yang akan terjadi dan efek dari krisis yang bisa berdampak pada klien dan keluarga 2) Gunakan contoh kasus untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah klien dengan cara yang tepat 3) Libatkan keluarga maupun orang orang terdekat klien jika memungkinkan Pengurangan kecemasan : 1) Gunakan pendekan yang tenang dan menyakinkan 2) Nyaktakan dengan jelas harapan terhadap prilaku klien 3) Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan progosis 4) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien dengan cara yang tepat 5) Puji kekuatan prilaku yang baik secara tepat 6) Dengarkan klien 7) Identifikasi pada saat terjadi perubahan kecemasan 8) Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi 9) Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal keceemasan

menghadapi ancaman

Batasan karakteristik : Prilaku 1) Penurunan produktivita 2) Gerakan

Poltekkes Kemenkes Padang

irelevan 3) Gelisah 4) Melihat sepintas 5) Insomnia 6) Kontak mata yang buruk 7) Mengekspresi kan kekhawatiran karena peruahan dalam peristiwa hidup 8) Agitasi 9) Mengintai 10) Tampak waspada Afektif 1) Gelisah 2) Kesedihan yang mendalam 3) Distres 4) Ketakutan 5) Perasaan tidak adekuat 6) Berfokus pada diri sendiri 7) Peningkatan kewaspadaan 8) Iritabilitas 9) Gugup 10) Senang berlebihan 11) Rasa nyeri yang meningkat ketidak berdayaan 12) Peningkatan rasa ketidak berdayaan yang persisten 13) Bingung 14) Menyesal

Poltekkes Kemenkes Padang

15) Ragu/ tidak percaya diri 16) Khawatir 17) Fisiologis 1) Wajah tegang 2) Tremor tangan 3) Peningkatan keringat 4) Gemetar 5) Tremor 6) Suara bergetar

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Desain penelitianadalah Deskriptifdalam bentuk studi kasus. Penelitian ini mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun 2017.

B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di IRNA Non Bedah Penyakit DalamRSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017. Waktu penelitian dimulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2017. Waktu pengambilan data pada kedua partisipan dimulai tanggal 23 Mei 2017 sampai tanggal 29 Mei 2017.

C. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data Alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah format pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel. Populasi juga diartikan sebagai sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian (Mardalis. 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien HIV AIDSdi IRNA non bedah penyakit dalamRSUP Dr. M.Djamil Padang.

Poltekkes Kemenkes Padang

2. Sampel Sampling atau sampel berarti contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian (Mardalis,2010). Sampel penelitian ini adalah dua orang pasien HIV AIDS yang berada di IRNA Non Bedah Ruang Penyakit Dalam RSUP Dr. M.Djamil Padang. Teknik penempatan sampel dengan menggunakan purpose sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampleyang mempunyai suatu tujuan atau dilakukan dengan sengaja, cara penggunaan sampel ini diantara populasi sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Mardalis, 2010). Kemudian peneliti memilih klien sesuai dengan kriteria yang ditetapkan peneliti. Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu : a. Kriteria Inklusi 1) Pasien HIV AIDS yang berada di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr M.Djamil Padang 2) Pasien dan keluarga setuju berpartisipasi dalam peneliti b. Kriteria Ekslusi 1) Lama hari perawatan di ruangan kurang dari 5 hari 2) Pasien pulang 3) Pasien meninggal

E. Pengumpulan data 1. Jenis Data a. Data Primer Saryono dan Angraeini (2013) mengatakan, data primer disebut juga dengan data tangan pertama. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari sumber data atau responden. Data primer dikumpulkan langsung dari pasien dan keluarga, meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.

Poltekkes Kemenkes Padang

b. Data Sekunder Data sekunder penelitian ini merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari rekam medis dan di ruang perawatan.

2. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara/Anamnesa Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan

keterangan-keterangan

secara

lisan

melalui

bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada peneliti. (Mardalis, 2010). b. Observasi/pemeriksaan fisik Menurut saryono dan Angraini (2013) mengatakan, pemeriksaan observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecapan. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan prinsip Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi. c. Pengukuran langsung Saryono dan Angraini (2013) mengatakan, pemeriksaan memegang peranan yang paling penting dalam mengumpulkan data, seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan kedokteran kusus (EKG, CT Scan, Foto Rontagen, USG, pemeriksaan kekuatan otot, dan lain-lain). d. Studi Dokumentasi Nasution dalam Sugiyono (2012) mengatakan, dokumnetasi merupakan kegiatan mencari data atau variabel dari sumber berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Studi dokumetasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dari rekam medik pasien, catatan order tindakan pasien, buku laporan perawat. 3. Langkah-langkah Pengumpulan Data Pengkajian keperawatan merupakan proses sistematis dari pengumpulan, verivikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah: pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan

Poltekkes Kemenkes Padang

sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan. Untuk mengumpulkan data, perawat menggunakan teknik anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan laboratoirum dan diagnostik (Potter&Perry,2005) : a. Anamnesa Anamnesa merupakan menanyakan atau membuat tanya jawab yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien. Anamnesa berlangsung untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Tujuan dari anamnesa adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalalin hubungan antara perawat dengan klien. Selain itu, anamnesa juga bertujuan

untuk

membantu

klien

memperoleh

informasi

dan

berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan keperawatan, serta membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap pengkajian. Tahapan anamnesa adalah : a) Fase Pra Orientasi Sebelum melakukan komunikasi dengan klien, perawat melakukan persiapan dengan membaca status klien. b) Fase Orientasi Langkah pertama perawat dalam mengawali anamnesa adalah dengan memperkenalkan diri: nama, status, tujuan, waktu yang diperlukan dan faktor-faktor yang menajadi pokok pembicaraan. c) Fase kerja Selama tahap kerja dalam anamneasa, perawat memfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatiakan:

Poltekkes Kemenkes Padang

1) Fokus wawancara adalah klien 2) Mendengarkan dengan penuh perhatian.Jelaskan bila perlu 3) Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien 4) Menggunkan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien 5) Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya 6) Terkadang diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan. 7) Sentuhan terapeutik. d) Terminasi Perawat mempersiapkan untuk penutupan. Untuk itu klien harus mengetahui kapan anamnesa dan tujuan dari anamesa pada awal perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir anamnesa perawat dan klien mampu menilai keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya. b. Observasi Observasi merupakan mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dari alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi adalah: a) Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci kepada kien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena hal ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi tidak murni), misanya : “pak saya akan menghitung nafas vapak satu menit”, kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya,

Poltekkes Kemenkes Padang

b) Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spritual klien c) Hasilnya dicatat dalam keperawatan, sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh perawat yang lain. c. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fifik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah : a) Inspeksi Inspeksi adalah pemeriksaaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : konjungtiva anemis, rambut rontok, terdapat kemerah-merahan pada kulit. b) Palpasi Palpasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melaui perabaan terhadap bagian – bagian tubuh yang mengalami kelainan, seperti adanya oedema. c) Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengar adalah : suara nafas, dan bising usus. d) Perkusi Perkusi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer untuk megetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus). Juga dilakkan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya, batas hepar, paru (mengetahui pengembangan paru), dll. d. Hasil Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Sumber data pengkajian terakhir adalah hasil dari pemeriksaan diagnostik dan laboratorium. Pemeriksaan ini dipesankan oleh dokter atau perawat yang praktiknya telah lanjut. Penting artinya bagi perawat

Poltekkes Kemenkes Padang

untuk menelah hasil pemeriksaan untuk memastikan perubahan yang teridentifikasi dalam riwat kesehatan keperawatan dan pemeriksaan fisik. Hasil ini mencangkup informasi tentang efek tindakan pengobatan nantinya. Data laboratorium dapat membantu untuk mengidentifikasi masalah perawatan kesehatan aktual atau potensial yang sebelumnya tidak diketahui oleh klien atau pemeriksa. Selain itu, data laboratorium dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan intervensi keperawatan dan medis.

F. Rencana Analisis Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisa semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori keperawatan tentang pasien HIV AIDS. Data yang telah didapat dari hasil asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakan diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan, sampai mengevaluasi hasil tindakan kemudian dideskripsikan dan dibandingkan dengan kasus yang sama, lalu akan dinarasikan dan dideskripsikan sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu.

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari tanggal 23 Mei 2017 hingga 29 Mei 2017 di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Kedua partisipan Tn.A dan Tn.U dirawat di bangsal pria. Prevelansi pasien HIV AIDS di ruang penyakit dalam pria RSUP Dr. M. Djamil Padang pada bulan November 2016 sampai Januari 2017 terdapat 41 kasus. Peneliti telah melakukan pengkajian dan observasi kepada kedua partisipan yaitu Tn.A dan Tn.U.

1. Pengkajian Hasil penelitian di dapatkan partisipan 1 Tn.A berumur 29 tahun. Pasien dirawat dengan diagnosa medis Sepsis ec BP droplet CAP, SIDA putus obat, susp TB, condidiasis oral, Diare kronis, Gangguan Faal hepar. Partisipan 2 Tn.U berumur 50 tahun dirawat dengan diagnosa medis Diare kronik, IO dengan TB Paru, condidiasis oral, dan anemia ringan. Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan Pada Pasien Dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017 Partisipan 1

Partisipan 2

Pasien masuk RSUP Dr. M Djamil Padang melaui IGD dirujuk dari RSUD Lubuk Basung tanggal 19 Mei 2017 jam 14.30 WIB, dengan keluhan demam tinggi sejak 1 minggu yang lalu, diare dengan frekuensi 3 kali dalam sehari frekuensi cair, bewarma kuning, badan terasa lemah dan letih, nafsu makan menurun, berat badan menurun.

Pasien masuk RSUP Dr. M Djamil Padang melaui IGD dirujuk dari RS. Siti Rahma, pada tanggal 19 Mei 2017 jam 09.45 WIB, dengan keluhan diare sejak 3 minggu yang lalu, konsistensi cair dan berlendir, frekuensi 4 kali dalam sehari, BAB bewarna kuning, kadang berdarah, pasien mengatakan badan terasa lemah dan letih.

Poltekkes Kemenkes Padang

Partisipan 1 Pada saat pengkajian tanggal 23 Mei 2017 jam 10.00 WIB keadaan umum klien tampak lemah dan letih. pasien mengataka diare, BAB cair dengan frekuensi 3 kali sehari konsistensi cair, bewarna kuning. Pasien mengatakan nyeri perut bagian atas dan punggung kanan, nyeri terasa seperti mendesak, pasien mengatakan skala nyeri berkirasar antara 6 sampai 7, nyeri di rasakan hilang timbul. Pasien juga mengatakan sering merasa haus, nafsu makan menurun, berat badan berkurang. Pasien pernah dirawat di RSUP Dr. Mdjamil Padang 3 bulan yang lalu dan di diagnosa HIV AIDS, pasien mendapat terapi ARV namun dihentikan karena pasien mengeluh mual saat makan obat tersebut. Pasien mengatakan pernah berhubungan seksual dengan sesama jenis 9 tahun yang lalu. Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama atau penyakit menular. Saat sakit pasien mengatakan nafsu makan berkurang, sering merasa mual dan muntah, pasien mendapatkan diet ML rendah serat + ekstra ikan gabus, porsi makan hanya di habiskan 2 sendok makan,pasien minum 3 gelas sehari±600 cc,.Pasien mengalami diare 2 kali dalam sehari, bewarna kuning, konsistensi cair. Saat sakit jam tidur pasien meningkat, waktu pasien lebih banyak digunakan untuk tidur dan istirahat, masalah yang ditemukan pasien saat tidur yaitu pada malam hari terbangun karena BAB, demam serta keringat malam. Aktivitas pasien banyak dibantu oleh keluarga.

Partisipan 2 Pada saat pengkajian tanggal 25 Mei 2017 jam 11.00 WIB, keadaan umum klien tampak lemah dan letih. Saat pengkajian pasien mengatakan masih diare, frekuensi 5 kali dalam sehari, BAB cair, bewarna kuning kadang berdarah serta berlendir, pasien mengeluhkan badan terasa lemah dan letih, nafsu makan menurun, pasien mengatakan berat badan semakin berkurang, pasien mengatakan sering merasa haus.

Dua bulan yang lalu pasien pernah dirawat karena penyakit paru. Pasien mengatakan pernah pernah mengkonsumsi alkohol dan melakukan seks bebas sebelum menikah (sekitar 20 tahun yang lalu) Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama atau penyakit menular. Saat sakit pasien mengtakan nafsu makan berkurang sejak 1 bulan terakhir, pasien mendapatkan diet ML, dihabis 4 sendok makan. Pasien mengatakan minum 5 gelas sehari ±800 ml. Saat sakit pasien diare, frekunsi 4 kali dalam sehari konsistensi cair dan berlendir, bewarna kuning kadang kemerahan. Saat sakit pasien lebih banyak tidur, pasien tidur siang 1 jam dan tidur malam 8 jam pasien sering terbangun karena diare. Saat akit aktivitas pasien hanya di tempat tidur, aktivitas pasen dibantu oleh keluarga.

Poltekkes Kemenkes Padang

Partisipan 1 Partisipan 2 Keadaan umum pasien tampah lemah Keadaan umum pasien tampah lemah dengan TTV yaitu TD: 80/60 mmHg, N: dengan TTV yaitu TD: 100/70 mmHg, N: 89 x/i, RR : 19 x/i, S : 36,0oC. 110 x/i, RR : 19 x/i, S : 37,0 oC. Wajah: tampak pucat

wajah : tampak pucat,

Kepala: rambut tampak bewarna pirang Kepala: rambut tampak kusam, bewarna distribusi rambut tidak merata, rambut hitam, rambut mudah rontok mudah rontok dan berketembe. Mata :konjungtiva anemis Mata : konjungtiva anemis Mulut : bibir tampak kering, mulut Mulut : bibir tampak kering dan pecah – sariawan, terdapat kondidiasis pada lidah, pecah, mulut sariawan, terdapat kondidiasis oral, Paru : terdapat bantuan otot bantu pernafasan Paru : hasil auskultasi paru didapatkan fase ekspirasi memanjang dikedua sisi Abdomen : bising usus terdengar 22 x/i paru. Kulit : terlihat kering, memerah, turgor Abdomen: terdapat distensi abdomen, kulit kembali >2 detik bising usus terdengar 20 x/i, saat di palpasi teraba pembesaran hepar, saat Ekstremitas : ekstemitas atas dan bawah dilaukan perkusi di dapatkan bunyi pekak. udema, akral teraba dingin, CRT > 3 detik, dan tonus otot melemah. Kulit: terhat kering, lesi turgor kulit kemabali > 2detik Ekstremitas : tidak ada edema, akral teraba dingin, CRT > 3 detik, dan tonus otot melemah.

Poltekkes Kemenkes Padang

Partisipan 1 Partisipan 2 Status emosional Pasien tampak murung Status emosional pasien stabil. dan lesu. Pasien mengatakan ada merasa cemas Status kecemasan : pasien, pasien karena kondisinya belum juga membaik, mengatakan cemas karena merasa pasien mengatakan tidak mengerti dengan kondisinya semakain memburuk dan penyakitnya saat ini. belum merasakan perubahan dari kesehatannya. Pola koping pasien baik, pasien dapat berkomunikasi secara terbuka, pasien Pola koping: tampak kurang bersemangat tampak sabar dengan penyakitnya saat ini. dalam menjalani pengobatannya, dan merasa pasrah terhadap penyakit yang dideritanya. Komunikasi pasien: Pasien mampu di ajak berkomunikasi, namun saat berkomunikasi pasien lebih banyak merunduk, saati bicara pasien hanya sesekali melihat lawan bicara. Konsep diri pasien :,pasien mengatakan merasa malu dengan kondisinya saat ini, pasien tidak percaya diri dengan tubuhnya saat ini dan malu jika bertemu dengan orang lain, pasien mengatakan pasrah dengan penyakitnya saat ini. Ibu pasien mengatakan saat sakit pasien lebih sering menyendiri di kamar. Pasien bekerja sebagai guru honorer , berpenghasilan 900.000 per bulanya. gajinya digunakan untuk membiayai kehidupannya sendiri, pasien masih tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien memakai kartu BPJS kelas III untuk membiayai rumah sakit

Keluarga mengatakan pasien merupakan seseorang yang senang bersosialisasi dan memiliki banyak teman. Pasien bekerja di pabrik karet berpenghasilan lebih kurang Rp. 2.000.000 perbulan. Gajinya digunakan untuk membantu biaya ppendidikan anak anaknya dan juga membeli kebutuhan rumah tangga. Pasien memakai kartu BPJS kelas II untuk pembiayaan di rumah sakit.

Poltekkes Kemenkes Padang

Partisipan 1 Hasil pemeriksaan laboratorium hematoloigi tanggal 19 Mei 2017yaitu Hb 10,1 g/dl, leukosit 5.140/mm3, Trombosit 220.000/mm3,hematokrit 30%,

Partisipan 2 Hasil pemeriksaaan hematologi tanggal 19 Mei 2017 yaitu Hb 10,2 g/dl, Leukosit 4.060/mm3, trombosit 330.000/mm3, hematokrit 32 %.

Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 23 Mei 2017 yaitu Hb 9,2 g/dl, Leukosit 3230/mm3 eritrosit 3,0 Juta, Trombosit 265.000/ mm3, hematokrit 29%, retikulosit 0,3 %, LED 75mm, MCV 96 fL, MCH 31 pg, MCHC 32, Hitung jenis Basofil 0 5, Eosinofil 0%, N.Batang 6 %, N.Segmen 84 %, Limfosit 9%, Monosit 1%.

Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi pasien didapatkan kadar Hb 8,8 g/dl, Leukosit 3.050/mm3 , eritrosit 3,8 Juta, Trombosit 285.000/mm3, hematokrit 29 %, Retikulosit 0,5 %, MCV 76 fL, MCH 23 pg, MCHC 31, hitung jenis basofil 0 %, Eosinofil 0%, N.Batang 10%, N.Segmen 79%, limfosit 8%, Monosit 3%.

Hasil pemeriksaan labor kimia klinik tanggal 19 Mei 2017 yaitu GDS 107 mg/dl, ureum darah 14 mg/dl, kreatinin darah 0,6 mg/dl, albumin 2,8 gr/dl, globulin 2,6 g/dl, SGOT 99 u/i, SGPR 336 u/i,

Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal 20 Mei 2017 yaitu GDS 84 mg/dl, Ureum darah 32 mg/dl, kreatinin darah 0,8 mg.dl, kalsium 7,2 mg/dl, natrium 129 Mmol/L, Kalium 3,3 Mmol/L, Klorida serum 102 Mmol/L, total protein 4,0 g/dl, Albumin 1,7 gr/dl, globulin 2,3 g/dl.

Hasil pemeriksaan Analisa gas darah tanggal 19 Mei 2017 yaitu PH 7,46, Hasil pemeriksaan urin tanggal 29 Mei PCO2 23, PO2 162, HCO3- 16,4 2017 warna kuning muda, kekeruhan negaif, BJ 1.020, PH 5,5, leukosit 1-2, Hasil pemeriksaan Analisa gas darah eritrosit 0-1, protein positif, glukosa tanggal 20 Mei 2017 yaitu PH 7,49, negatif, blirubin negatif, urobilinogen PCO2 34, PO2 86, HCO3- 25,6. positif. Pada pemeriksaan urin tanggal 23 Mei 2017 yaitu, warna kuning muda, Hasil pemeriksaan fases tanggal 30 Mei kekeruhan negatif, BJ 1,010, PH 6,5 2017 warna kuning, konsistensi lunak, Leukosit 0-1, Eritrosit 0 – 1, Protein darah negatif, lendir negatif, leukosit 0-1, negatif, Glukosa negatif, Bilirubin eritrosit 0-1, tes darah samar positif. negatif, urobinogen positif. Hasil pemeriksaan imunologi-serologi pada tanggal 22 Mei 2017 yaitu HbsAg negatif, Anti HCV negatif, CD4 24, procalation 0,41 (low risk).

Poltekkes Kemenkes Padang

Partisipan 1 IVFD NaCl 0,9% 8J/kolf

Partisipan 2 Nacl 0,9% 2 x - 1 – 1

Caeftazidime 2 x 1 g (IV)

New diatab 3 x1 (PO)

Paracetamol 3 x 500 g (PO)

Nacetilsistein 3 x 200 g (PO)

Nacetilsistein 3 x 200 g (PO)

Lansoprazol 1 x 30 mg (PO)

Flukonazole 1 x 150 g (PO)

Albumin 20% 1 kali trnfusi (IV)

Cotrimoxazole 1 x 960 g (PO)

Niflec 1 ekstra (PO)

Ciprofloxacin 2 x 120 (IV)

Dexametasone 3 x 1amp ( IV)

Tranfusi albumin 20% 100 cc (IV)

Clindamicin 4 x 600 (PO)

KCL 400 mg (IV) WIDA KN-2 1kolf

2. Diagnosa Keperawatan Diagnosis yang ada dalam dokumentasi keperawatan pada masing - masing pasien di dapatkan 3. Diagnosa yang diangkat peneliti, berdasarkan data yang di dapatkan berupa data subjektif dan objektif telah di sesuaikan dengan batasan karakteristik yang terdapat dalam NANDA (2014) didapatkan pada partisipan 1 Tn.A 5 diagnosis keperawatan dan pada partisipan 2 Tn.U 5 diagnosis keperawatan. Masing- masing pasien terdapat 2 diagnosa keperawatan yang berbeda dan 3 diagnosis keperawatan yang sama.

Tabel 4.2 Diagnosis Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Partisipan 1

Partisipan 2

Partiipan 1 Tn.A dalam dokumentasi Partisipan 2 Tn.U dalam dokumentasi keperawatan ditemukan 3 diagnosa keperawatan ditemukan 3 diagnosa keperawatan yaitu : keperawatan yaitu : 1. Gangguan pemenuhan nutrisi 1. Nyeri 2. Intoleransi aktivitas 2. Gangguan pemenuhan nutrisi 3. Hipertermi 3. Intoleransi aktivitas Partisipan 1 Tn.A berdasarkan hasil Partisipan 2 Tn.U berdasarkan hasil penelitian peneliatian ditemukan 5 diagnosa keperawatan ditemukan 5 diagnosa keperawatan yaitu : yaitu : 1. Kekurangan volume cairan

Poltekkes Kemenkes Padang

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehlangan cairan aktif diagnosa ini di angkat karenapasien mengatakan badan terasa lemah, pasien mengatakan sering haus, pasien mengatakan berat badan berkurang, pasien tampak lemah, bibir tampak kering, kulit tampak kering turgor kulit kembali lama > 2 detik, TD: 80/60 mmHg, N: 79x/i 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis diagnosa ini diangkat karena pasien mengatakan nyeri pada abdomen bagian atas dan punggung sebelah kanan nyeri terasa seperti mendesak pasien mengatakan skala nyeri berkisar antara 6 sampai 7 nyeri terasa hilang timmbul,pasien tamoak melindungi area nyeri, pasien mmengatakan posisi tidur lebih senang miring ke kiri, agar nyeri tidak terasa, pasien mengatakan tidak nafsu makan, terdapat nyeri tekan pada abdomen kuadran atas, TD : 80/60 mmHg, N: 79x/i 3. Diare berhubungan dengan proses infeksi, diagnosa ini diangkat karena pasien mengatakan diare sejak 1 minggu yang lalu, pasien mengatakan konsistensi BAB cair, pasien mengatakan frekuensi diare 3 kali sehari, bising usus 21x/i. 4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, diagnosa ini diangkat karenapasien mengatakan nafsu makan berkurang, pasien mengatakan berat badan berkurang, pasien mengalami diare, rambut pasien tampak rontok, bising usus 21x/i, porsi makan hanyaa habis 3 sendok makan, bibir kering dan pecah-pecah, tonus otot melemah 5. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh, diagnosa ini diangkat karena pasien mengatakan malu dengan kondisinya saat ini, mengatakan tidak percaya diri, pasien mengatakan pasrah dengan penyakit yang di deritanya saat ini, iu pasien mengataka ppasien lebih

2.

3.

4.

5.

berhubungan dengan kehilangan cairan aktif diagnosa tersebut diangkat karena pasien mengatakan badan terasa lemah dan letih, pasien mengatakan berat badan berkurang, pasien tampak lemah, bibir tampak kering, turgor kulit kembali > 2 detik, TD : 80/70 mmHg, N: 124 x/i. Diare berhubungan dengan proses infeksi diagnosa ini diangkat karena pasien mengatakan diare sejak tiga minggu yang lalu, pasien mengatakan ,Pasien mengatakan BAB cair, pasien mengatakan frekuensi diare 4 kali dalam sehari, bising usus 21 x/i. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, diagnosa ini diangkat karena pasien mengatakn nafsu makan berkurang, pasien mengatakan berat badan berkurang, pasien mengalami diare, rambut pasien rontok, bising usus 21x/i, porsi makan habis hanya 4 sendok makan, bibir kering, tonus otot melemah Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologis, pasien mengatakn kulit gatal dan kemerahan, pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi, kulit tampak memerah pada bagian ekstremitas, kulit kering. Ansietas berhuungan dengan kurang pengetahuan, diagnosa ini diangkat karena pasien mengatakan ada perasaan cemas, pasien mengatakan merasa cemas karena kodisinya belum juga membaik, pasien tidak mengerti dengan proses penyakitnya saat ini, ekpresi wajah tampak tegang

Poltekkes Kemenkes Padang

banyak diam dan sering menyendiri dikamar, pasien tampak murung, pasien tampak kurang bersengat dalam menjalani pengobatan, saat komunikasi pasien lebih banyak merunduk, saat bicara pasien sesekali melihat wajah pembicara 3. Intervensi Keperawatan Rencana asuhan keperawatan dilakukan pada kedua partisipan mengacu pada NIC dan NOC. Berikut adalah rencana asuhan keperawatan pada kedua partispan.

Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang

Partisipan 1 1.

Intervensi keperawatan untuk diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, antara lain menajemen cairan, monitor cairan

2.

Intervensi keperawatan untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis atara lain, pemberian analgesik menajemen nyeri, monitor tanda- tanda vital

3.

4.

Intervensi keperawatan untuk diagnosa diare berhubungan dengan proses infeksi antara lain, menajemen saluran cerna, menajemen diare, monitor elektrolit

Intervensi keperawatan diagnosa ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

Partisipan 2 1. Intervensi keperawatan diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, rencana keperawatan yang diambil antara lain, menajemen cairan, monitor cairan 2. Intervensi keperawatan untuk diagnosa diare berhubungan dengan proses infeksi antara lain, menajemen saluran cerna, menajemen diare, monitor elektrolit 3. Intervensi keperawatan diagnosa ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis antara lain, menajemen nutrisi, monitor nutrisi,terapi nutrisi, pemberian nutrisi total parenteral;

4. Intervensi keperawatan kerusakan integritas berhubungan dengan

diagnosa kulit faktor

Poltekkes Kemenkes Padang

dengan faktor biologis rencana tindakan keperawatan yang dilakukan antara lain, menajemen nutrisi monitor nutrisi ,terapi nutrisi, pemberian nutrisi total parenteral 5.

Intervensi keperawatan diagnosa harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan antara lain, peningkatan citra tubuh, peningkatan koping, peningkatan harga diri

imunologis antara lain, pengecekan kulit, pemberian obat

5. Intervensi keperawatan diagnosa ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan antara lain, bimbingan antisipatif, pengurangan kecemasan.

4. Implementasi Keperawatan Implementasi

keperawatan

merupakan

tindakan

keperawatan

yang

dilakukan berdasarkan dari rencana atau intervensi keperawatan yang dibuat,

tujuan

melakukan

tindakan

keperawatan

sesuai

dengan

intervensi keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai. Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Partisipan 1

Partisipan 2

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 5 hari dari tanggal 23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif antara lain : 1. Mencatat Intake dan Output pasien 2. Menilai status hidarasi dari mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan darah 3. MengukurTTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh 4. Memberikan infus WIDA KN-2 5. Menentukan faktor – faktor yang menyebabkan ketidak seimbangan cairan 6. Memerika CRT 7. Memeriksa turgor kulit 8. Memonitor kadar albumin 9. Memonitor memonitor mokosa, turgor kulit, dan respon haus

Tindakan keerawatan yang dilakukan selama 5 hari dari tanggal 25 Mei 2017 sampai 30 Mei 2017 untuk diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif antara lain : 1. Mencatat Intake dan Output pasien 2. Menilai status hidarasi dari mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan darah 3. Mengukur TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh 4. Memberikan infus NACL 0,9% 5. Menentukan faktor–faktor yang menyebabkan ketidak seimbangan cairan 6. Memerika CRT 7. Memeriksa turgor kulit 8. Memonitor kadar albumin 9. Memonitor memonitor mokosa, turgor kulit, dan respon haus

Poltekkes Kemenkes Padang

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 5 hari dari tanggal 23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik antara lain : 1. Pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien 2. Mencek perintah pengobatan sebelum memberikan analgesik, meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan 3. Cek adanya riwayat alergi obat 4. Memilih analgesik atau kombinasi analgesik yang sesuai jika lebih dari satu diberikan 5. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, beratnya nyeri dan faktor pencetus 6. Penggunaan komunikasi terapeutik 7. Mengkaji faktor – faktor yang dapat memperberat nyeri 8. Mengajarkan teknik non farmakologi seperti relaksasi 9. Mengevaluasi keefektifan dari tindakan pengontrolan nyeri 10. Menganjurkan pasien untuk istirahat dan tidur 11. Memberikan informasi terkait diagnosa dan keperawatan 12. Mendorong keluarga menemani pasien 13. Mengkaji tanda verbal dan non verbal dari ketidak nyamanan 14. Mengukur TTV, yaitu tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu tubuh Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 5 hari dari tanggal 23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa diare berhubungan dengan proses infeksiantara lain : 1. Momonitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna 2. Memonitor bising usus 3. Mengkaji riwayat diare 4. Menginstruksikan pasien atau anggota keluarga untuk mencatat warna, volume,

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 5 hari dari tanggal 25 Mei 2017 sampai 30 Mei 2017 untuk diagnosa diare berhubungan dengan proses infeksi antara lain : 1. Momonitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna 2. Memonitor bising usus 3. Mengkaji riwayat diare 4. Menginstruksikan pasien atau anggota keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja 5. Menilai turgor kulit 6. Monitor ketidak seimbangan asam basa 7. Monitor adanya mual muntah 8. Mengidentifikasi ketidak seimbangan elektrolit 9. Monitor adanya mual muntah dan diare 10. Berikan terapi infus NaCl 0,9% 11. Monitor kecepatan aliran infus 12. Monitor tanda- tanda vital Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 5 hari dari tanggal 25 Mei 2017 sampai 30 Mei 2017 untuk diagnosa ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis antara lain : 1. Menentukan status gizi 2. Mengkaji riwayat alergi 3. Monitor kalori dan asupan makanan 4. Menentukan IMT 5. Memonitor penurunan berat badan 6. Memonitor turgor kulit 7. Memonitor rambut 8. Memonitor adanya mual muntah 9. Mengidentifikasi diare 10. Memonitor diet dan asupan kalori 11. Mengidentifikasi penurunan nafsu makan 12. Memonitor konjungtiva 13. Mengidentifikasi rongga mulut 14. Menilai hasil laboratorium (kolesterol, albumin, nitrogen, limfosit, dan nilai elektrolit) 15. Memastikan insersi intravena cukup paten 16. Mempertahankan kecepatan aliran infus 17. Memonitor intake dan output cairan

Poltekkes Kemenkes Padang

5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

frekuensi dan konsistensi tinja Menilai turgor kulit Monitor ketidak seimbangan asam basa Monitor adanya mual muntah Mengidentifikasi ketidak seimbangan elektrolit Monitor adanya mual muntah dan diare Berikan infus WIDA KN-2 Monitor kecepatan aliran infus Monitor tanda- tanda vital

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 5 hari dari tanggal 23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, antara lain : 1. Menentukan status gizi 2. Mengkaji riwayat alergi 3. Monitor kalori dan asupan makanan 4. Menentukan IMT 5. Memonitor penurunan berat badan 6. Memonitor turgor kulit 7. Memonitor rambut 8. Memonitor adanya mual muntah 9. Mengidentifikasi diare 10. Memonitor diet dan asupan kalori 11. Mengidentifikasi penurunan nafsu makan 12. Memonitor konjungtiva 13. Mengidentifikasi rongga mulut 14. Menilai hasil laboratorium (kolesterol, albumin, nitrogen, limfosit, dan nilai elektrolit) 15. Memastikan insersi intravena cukup paten 16. Mempertahankan kecepatan aliran infus 17. Memonitor intake dan output cairan 18. Memonitor kadar albumin, protein total, elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia darah 19. Memonitor tanda- tanda vital

18. Memonitor kadar albumin, protein total, elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia darah 19. Memonitor tanda- tanda vital Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 5 hari dari tanggal 25 Mei 2017 sampai 30 Mei 2017 untuk diagnosa resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologis antara lain : 1. Menjalankan prinsip 5 benar pemberian obat 2. Mengkaji riwat alergi pasien 3. Menetukanpengetahuan pasien tenntang metode pemberian obat 4. Periksa kulit terkait kemerahan 5. Mengamati warna kulit 6. Monitor adanya ruam dan lecet Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 5 hari dari tanggal 25 Mei 2017 sampai 30 Mei 2017 untuk diagnosa ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan antara lain : 1. Membantu klien menidentifikasi kemungkinan pembengkakan situasi yang akan terjadi dan efek dari krisis yang bisa berdampak pada klien dan keluarga dengan penyuluhan akan penyakit 2. Menggunakan perbandingan kondisi pasien lain dengan pasien lsin untuk meningkatkan rasa percaya diri pasien 3. Melibatkan keluarga bercerita dalam kasus pasien 4. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan 5. Memuji prilaku yang baik pasien 6. Mendengarkan keluhan pasien, mengkaji ungkapan kecemasan pasien

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 5 hari dari tanggal 23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh, anara lain : 1. Menentukan harapan tentang citra diri pasien

Poltekkes Kemenkes Padang

2. Menentukan perubahan fisik saat ini yang mempengaruhi citra tubuh pasien 3. Membantu pasien untuk mendiskusikan perubahan bagian tubuh 4. Memonitor frekuensi dari pernyataan pasien mengkritisi diri 5. Memonitor pernyataan pasien tentang berat badan 6. Menggunakan pendekatan yang menenagkan 7. Menyediakan informasi mengenai diagnosis pasien 8. Memonitor peneriamaan diri pasien 9. Tidak mengkritisi pasien

5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi dilakukan setiap hari selama 5 hari. Berikut adalah hasil evaluasi yang dilakukan pada kedua partisipan. Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang

Partisipan 1

Partisipam 2

Setelah dilakukan implementasi keperawatan pada Tn.A pada diagnosa keperawatan kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, didapatkan hasil, pasien mengatakan badan masih terasa lemah dan letih, pasien mengatkan BAB lunak, frekuensi 1 x sehari, pada hari ke 4 implementasi, masalah teratasi dan intervensi dihentikan

Setelah dilakukan implementasi keperawatan pada Tn.U pada diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, di dapatkan pasien mengatakn badan terasa lemah setelah dilakukan tindakan colonoskopi, pasien mengatakan, diare masih ada, frekuensi 2 kali sehari, konsistensi cair, bewarna kuningpada hari kelima imlementasi, masalah belum teratasi Pada diagnosa nyeri akut berhubungan implementasi dan implementasi dilanjutkan dengan agen cidera biologis di dapatka hasil evaluasi, pasien mengataka nyeri Pada diagnosa diare berhubungan dengan masih terasa, nyeri terasa semakin proses infeksi hasil evaluasi di dapatkan , mendesak, pada hari kelima implementasi pasien emngatakan, diare masih ada, masalh belum teratasi dan intervensi frekuensi 2 kali sehari, konsistensi cair, dilanjutkan bewarna kuningpada hari kelima imlementasi, masalah belum teratasi Pada diagnosa keperawatan diare implementasi dan implementasi dilanjutkan berhubungan dengan proses infeksi, di dapatkan hasil evaluasi pasien mengatakan Pada diagnosa keperawatan ketidak BAB lunak, frekuensi 1xsehari, konsistensi seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Poltekkes Kemenkes Padang

lunak, bewarna kuning, pada hari keempat tubuh berhubungan dengan faktor biologis implementasi dihentikan masalah teratsi . di dapatkan hasil evaluasi, pasien mengatakan makan dan minum sudah di Pada diagnosa keperawatan ketidak tingkatkan, namun pasien masih seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan mengeluhkan lemah, karena diare belum tubuh berhubungan dengan faktor biologis juga berhenti, hasil evaluasi selama 5 di dapatkan hasil evaluasi pasien masalah belum teratasi dan intervensi mengatakan nafsu makan sudah mulai ada, dilanjutlakn porsi makan dihabisakn setengah, pasien mendapat suplemen tambahan, seperti Pada diagnosa Resiko kerusakan integritas ekstra ikan gabus masalah teratasi kulit berhubungan dengan faktor sebagian, intervensi dilanjutkan. imunologis hasil evaluasi di dapatkan, kulit tampak memerah, pasien mengatakan kulit Pada diagnosa harga diri rendah situasional terasa gatal, suhu kulit tidak teraba hangat, berhubungan dengan gangguan citra tubuh pada hari kelima implementasi masalh didapatkan hasil evaluasi pasien belum teratasi dan intervensi dilanjutkan mengatakan dapat menerima kondisinya saat ini, pasien mampu diajak komunikasi Pada diagnosa ansietas berhubungan secara terbuka pada hari ke 5 implementasi dengan dengan kurang pengetahuan masalah teratasi dan intervensi dihentiakan. didapatkan hasil evaluasi pasien menyatakan perasaan cemas sudah hilang, pasien mengataka dapat menerima konsi penyakitnya saat ini dan pasien terlihat bersemangat dalam menjalani pengobatan, pada hari kelima implementasi masalah elah teratasi dan intervensi dihentikan

Poltekkes Kemenkes Padang

B. Pembahasan 1. Pengkajian Keperawatan a. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama Ketika masuk kedua pasien sama - sama mengeluhkan diare, badan terasa lemah dan letih, nafsu makan menurun dan mengalami penurunan berat badan. Keluhan lain yang berbeda di sampaikan partisipan 1 dimana pasien masuk karena demam tinggi sejak 1 minggu yang lalu

Menurut Nursalam (2011) pada beberapa negara, pemeriksaan limfosit CD4+tidak tersedia. Dalam hal ini pasien bisa didiagnosa berdasarkan gejala klinis, yaitu berdasarkan tanda dan gejala mayor dan minor. Dua gejala mayor ditambah dua gejala minor didefinisikan sebagai infeksi HIV simtomatik. Gejala mayor antara lain; penurunanberat badan ≥10%, demam memanjang atau lebih dari 1 bulan, diare kronis, tuberkulosis, kondidiasi orofaringeal, batuk menetap lebih dari 1 bulan, kelemahan tubuh, berkeringat malam, hilang nafsu makan, infeksi kulit generalisita, limfadenopati, harpes zoster, infeksi harpes simpleks kronis, pneumonia, sarkoma kaposi.

2) Riwayat kesehatan sekarang Partisipan 1 mengeluhkan nyeri pada abdomen kuadran atassebelah kanan dan punggung sebelah kanan, pasien mengatakan nyeri terasa seperti mendesak, skala nyeri yang dirasa 6 sampai 7 dan nyeri yang dirasakan hilang timbul. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan distensi abdomen, teraba pembesaran hepar, saat di lakukan perkusi didapatkan bunyi pekak. Pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan peningkatan SGOT yaitu 99 u/i dan SGPT 336 u/i, albumin bisa sedikit menurun dimana pada pasien albumin 2,8 gr/d. Partisipan 2 mengeluhkan kulit gatal-gatal dan kemerahan pada pemeriksaan fisik di dapatkan kulit bewarna kemerahan di ektremitas atas dan bawah. Lesi berupa bercak bercak merah pada keunguan pada kulit atau bisa juga di temukan warna lain seperti ungu tua, merah muda, merah samapi merah-coklat dinamakan sarkoma kaposi. Sarkoma kaposi merupakan jenis keganasan yang tersering di jumpai pada laki-laki homoseks atau biseks yang terinfeksi oleh HIV. Selain dikulit sarkoma kaposi juga ditemukan ditempat lain misalnya

saluran cerna (GI), kelenjer getah bening dan paru. Sarkoma dapat menyebabkan kerusakan struktural dan fungsional, misalnya limfadema malabsorbsi..

3) Riwayat kesehatan dahulu Partisipan 1 pernah dirawat 3 bulan yang lalu dan di diagnosa HIV AIDS, pasien mendapat terapi ARV namun dihentikan karena pasien mengeluh mual saat makan obat tersebut. Pasien yang mendapat HAART umumnya menderita efek samping. Sebagai akibat pengobatan infeksi HIV merupakan tindakan yang kompleks antara menyeimbangkan keuntungan supresi HIV dan resiko toksitas obat. Sekitar 25% penderita menghentikan terapi pada tahun pertama karena efek samping obat dan 25% penderita tidak meminum dosis yang dianjurkan karena takut akan efek samping yang diimbulkan oleh ARV (firdaus,2012)

Obat–obat antiretroviral memutus proses penyakit dengan menghambat kemampuan virus untuk bereplikasi atau masuk kedalam sel, sehingga mengurangi jumlah sirkulasi virus di dalam tubuh dan menghentikan aktivitas destruktifnya. Setelah hal ini terjadi, sistem kekebalan mulai menyembuhkan dan mengembalikan dirinya sendiri, seperti terlihat pada peningkatan jumlah sel CD4+ (Firdaus, 2012).

Partisipan 1 sekang berumur 29 tahun sedangkan partisipan 2 berumur 50 tahun. Kedua partisipan mengatakan pernah melakukan prilaku beresiko terkena HIV AIDS yaitu pada partisipan 1 sekitar 9 tahun yang lalu melakukan hubungan seksual sesama jenis dan pada partisipan 2 saat sebelum menikah (sekitar 20 tahun yang lalu) pernah seks bebas dan minum alkohol. Saat dikaji untuk riwayat kesehatan dahulu partisipan 2 mengatakan pernah dirawat 2 bulan yang lalu karena penyakit paru.

Menurut Pinching (1992) dalam Smlazet and Bare (2013) kecepatan produksi HIV diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang yang terjangkit infeksi tersebut. jika orang tersebut tidak sedang berperang melawan infeksi lain, reproduksi HIV berjalan dengan lambat. Namun, reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi lain

atau kalau sistem imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode laten yang diperlihatkan oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV. Sebagai contoh, seorang pasien mungkin bebas dari gejala selama berpuluh tahun; kendati demikian, sebagian besar orang terinfeksi HIV (sampai 65%) tetap menderita penyakit HIV atau AIDS yang simtomatik dalam waktu 10 tahun sesudah orang tersebut terinfeksi.

4) Riwayat kesehatan keluarga Menurut nursalam dan kurniawati (2011) virus HIV dapat ditularkan melalui hubungan sekseual dengan pederita penyakit HIV AIDS dan juga ibu pada bayi nya. Pada partisipan dan partisipan 2 sama sama tidak ada memiliki anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien ,penyakit menuar atau penyakit keturunan lainnya.

b. Pola kativitas sehari- hari Secara umum pola aktivitas sehari – hari kedua pasien saat sakitsama, perubahan yang terjadi pada pola aktivitas pasien yaitu perubahan pola makan, dimana terjadi penurunan nafsu makan, pola eliminai dimana pasien

mengalami diare, pola

aktivias pasien dimana aktivitas pasien banyak dibantu keluarga.

Penurunan nafsu makan yang terjadi pada pasien HIV AIDS dikarenaka oleh berbagai hal diantaranya adanya luka pada kulit (sariawan) dan rasa mual membuat nafsumakan berkurang. Obat anti HIIV dapat mrnurunkan nafsu makan membuat makanan terasa tidak enak, atau membuat tubuh lebih sulit menyerap berbagai nutrisi dari makanan. Adanya diare dan berbagai gangguan oencernaan laninya dapat membuat tubuh lebih sulit meyerap nutrisi dari makanan (Nursalam dan ninuk, 2011).

c. Pemeriksaan fisk Pemeriksaa fisik yang teukan pada masing masing partisipan berbeda pada partisipan Pemeriksaan fisik yang menonjol pada kedua pasiem yaitu, pasien tampak kurus, konjungtiva anemis, rambut kering, mudah rontok, secara umum hal tersebut merupakan manifestasi dari diagnosa keperawatan ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Perlunya pengkajian yang komprehensif pada

kedua partisipan agar di dapatkannya data yang lebih akurat untuk menegakkan diagnosa.dengan pengkajian yang koprehensif masalah pada pasien bisa ditemukan untuk diatasi melalui rencana tindakan keperawatan

d. Data penunjang Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kedua pasien antara lain pemeriksaan laboratorium hematologi, pemeriksaan laboratorium kimia klinis, pemeriksaan laboratorium kinia klinis, pemeriksaan laboratorium imunologi dan serologi, pemeriksaan urin dan pemeriksaan fases. Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang menonjol yang tersedia pada partisipan 1 yaitu hasil pemeriksaan Imunologi dan serologi nya di mana pada partisipan 1 di dapatkan hasil totol jumlah CD4 yang ada yaitu 24 sel/ μL, pada partisipan 2 belum di dapatkan hasil pemeriksaan imunolgi dan serologinya terutama untuk hasil CD4. Pada pasien HIV AIDS mengalami depresi jumlah CD4 yang normalnya yaitu ≥600 Sel/ μL. Untuk mengetahui seseorang terkena HIV AIDS hasil laboratorium yang mendukung lainnya yaitu seperti yang dijelaskan oleh CDC dimana Ditahun 1987, definisi HIV AIDS diperbaharui dan diperluas dengan memaksukkan penyakit – penyakit indikator tambahan dan menerima beberapa penyakit indikator tersebut sebagai satu diagnosa presumtif dari bila tes laboratorium meunjukkan bukti adanya infeksi HIV. Ditahun 1993, CDC merubah kembali definisi surveilans dari AIDS dengan memasukkan penyakit indikator tambahan.

Sebagai tambahan, semua orang terinfeksi HIV

dengan CD4+ (hitung sel) <200/cu mm atau pasien dengan CD4 dan prosentasetikan T-Limphocyte dari total Lymphocytr < 14%, tampa memperhatikan status klinis dianggap sebagai kasus AIDS. (Firdaus,2012)

Pada partisipan 1,

pasien merupan penderita HIV AIDS yang putus obat, pasien ini memiliki hasil tes HIV positif dan di dukung dengan total jumlah CD4 yaitu 24 Sel/μL. Pada partisipan 2 tes HIV belum dilakukan namun seperti menurut definisi dari CDC dilihat dari kriterian Infeksi Oprtunistik yang dimiki klien seperti diare kronik, condidiasis oral, serta ruam pada kulit atau harpes zoosper. Dari hasil pemeriksaan darah nya di dapatkan penurunan jumlah sel darah putih yaitu lekosit 3.050/ mm3. Limfosit 8%.

2. Diagnosa keperawatan Menurut Nanda Internasional 2017, berdasarkan teori masalah keperawatan yang dapat dijumpai pada pasien dengan HIV AIDS ada 20 masalah keperawatan. Namun berdasarkan hasil pengamatan perawat ruangan menegakkan 3 diagnosa pada Tn.A yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, intoleransi aktivitas, dan hipertermi. Sedangkan menurut hasil pengkajiann dan pemeriksaan oleh peneliti diagnosa yang dapat diangkat pada Tn.A antara lain kekurangan volume cairan aktiv berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, diare berhubungan dengan proses infeksi, ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis dan harga diri rendah situasional berhubungan dengan ganggua citra tubuh.

Pada partisipan 2 ditemukan masalah keperawatan yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, diare berhubungan dengan proses infeksi, ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologi, dan ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan. Terdapat 3 persamaan daignosa keperawatan pada pasien dan 2 diagnosa yang berbeda pada masing masing pasien hal ini akan dijelaskan sebagai berikut : a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis Masalah keperawatan nyeri akut didefinisikan penglaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dengan berlangsung <6 bulan (NANDA, 2014). Batasan karakteristik perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan, laporan isyarat, mengekspresikan prilaku, masker wajah, sikap melindungi area nyeri, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, sikap tubuh melindungi, melaporkan nyeri secara verbal (NANDA, 2104)

Hasil pengkajian dan pemeriksaan ditemukan pada Tn.A , pasien mengtakan nyeri pada dada disebelah kanan bagian bawah dan punggung kanan, pasien mengatakan nyeri terasa seperti mendesak, pasien mengatakan skala nyeri berkisar antara 6

sampai 7 pasien mengatakan nyeri terasa hilang timbul, pasien mengatakn posisi tidur lebih senang miring ke kiri, agar tidak terasa nyeri, pasien tampak melindungi area nyeri, nyeri abdomen kuadran atas, TD : 90/60mmHg, N: 110x/i.

b. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh Masalah keperawatan harga diri rendah situasional didefinisikan perkembangan presepsi negatif tentang harga diri sebagai respon terhadap situasi sat ini (sebutkan). Batasan karakteristik, evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi situasi, perilaku yangtidak asertif, secara verbal melaporkan tetang situasional saat ini terhadap harga diri, ekspresi ketidak berdayaaan (NANDA 2014)

Hasil pemeriksaan dan pengkajian yang di dapat pada Tn.A pasien mengatakan malu dengan kondisinya saat ini, pasien mengatakan tidak percaya diri dengan kondisinya saat ini, pasien mengatakan pasrah dengan penyakitnya, pasien tampak murung, pasien tampak kurang bersemangat dalam menjalanka pengobatan, saat berkomunikasi pasien lebih banyak merunduk, saat bicara pasien sesekali menatap lawan bicara.

c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologi Masalah keperawatan resiko kerusakan integritas kulit di definisikan beresiko mengalami perubahan kulit yang buruk. Faktor resiko internal berupa faktor imunologi (NANDA, 2104)

Hasil pengkajian dan pemeriksaan yang di dapat dari Tn.U pasien mengatakan kulit terasa gatal, kulit kemerahan, kulit kering turgor kulit jelek.

d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan Masalah keperawatan ansietas di definisikan perasaan tidak nyaman atau khawatir yang samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan syarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.batasan

karakteristik

dari

prilaku

antara

lain,

mengekpresikan

kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, dari segi afektifitas bingung, dari segi fisiologis wajah tegang, dari segi simpatik lemah (NANDA, 2104)

Hasil pengkajian dan pemeriksaan pada Tn.U di dapatkan pasien mengatakan ada perasaan cemas, pasien mengatakan merasa cemas karena kondisinya belum juga membaik, pasien tidak mengerti dengan proses penyakitnya saat ini, ekspresi wajah yang tegang.

3. Rencana tindakan keperawatan Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing Intervention Clasification (NIC) dan Nursing Outcome Clasification (NOC)

Perencanaan tindakan keperawatan untuk diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif untuk kedua pasien antara lain, menajemen cairan dengan indikator jaga intake atau asupan yang akurat dan catat Output pasien, monitor status hidarasi (misalnya membran mukosa, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah), memonitor tanda – tanda vital, beri terapi IV.monitor cairan indikator antara lain, tentukan jumlah dan jenis ntake/asupan cairan serta kebiasaan eliminasi tentukan faktor – faktor yang menyebabkan ketidak seimbangan cairan, periksa ulang kapiler, periksa turgor kulit, monitor berat badan, monitor kadar albumin dan protein total, monitor membran mukosa, turgor kulit dan respon haus

Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa diare berhubungan dengan proses infeksi untuk kedua pasien antara lain, menajemen saluran cerna dengan indikator monitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna dengan cara yang tepat, monitor bising usus. Menajemen diare dengan indikator tentukan riwayat diare, ambil tinja untuk pemeriksaan kultur dan sensitifitas bila diare berlanjut, instruksikan pasien dan anggota keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja, Identifikasi faktor yang bisa menyebabkan diare (misalnya medikasi, bakteri, dan pemberian makan lewat selang), amati Amati turgor kulit secara berkala. Monitor elektrolit dengan indikator monitor serum elektrolit, memonitor serum albumin dan kadar protein total, sesuai dengan indikasi, memonitor

ketidak seimbangan asam basa, identifikasi ketidak seimbangan elektrolit, monitor ketidak seimbangan asam basa, Identifikasi kemungkinan penyebab ketidak seimbangan elektrolit, memonitor adanya mual, muntah dan diare. Terapi Intravena dengan indikator berikan pengobatan IV, sesuai yang diresepkan, dan monitor untuk hasilnya, memonitor kecepatan aliran intravena dan area intravena selama selama pemberian infuse, memonitor tanda vital.

Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa ketidakseimbangan nutris kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis untuk kedua pasien antara lain Menajemen nutrisi dengan indikator tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi, identifikasi adanya alergi atau intolerasi makanan yang dimiliki pasien, monitor kalori dan asupan makanan. Monitor nutrisi dengan indikator lakukan pengukuranantropometri pada komposisi tubuh (misalnya indeks masa tubuh), moniotor kecendrungan turun dan naiknya berat badan, identifikasi perubahan berat badan terakhir, monitor turgor kulit dan mobilitas, identifikasi adanya abnormalitas rambut (misalnya kering, tipis, kasar dan mudah patah), monitor adannya mual muntah, identifikasi abnormalitas eliminasi bowel (misalnya diare), monitor diet dan supan kalori, identifikasi penurunan nafsu makan, monitor adanya warna pucat, kemerahan dan jaringan konjungtiva yang kering, identifikasi adanya ketidak normalan dalam rongga mulut (misalnya;inflamasi, kenyal, ompong, gusi berdarah; kering, bibir pecah-pecah, bengkak, merah tua, lidah kasar), lakukan pemeriksaan laboratorium , monitor hasinya. Pemberian nutrisi total dengan indikator pastikan isersi intravena cukup paten untuk memberikan nutrisi intravena, pertahankan kecepatan aliran yang konstan, monitor masukan dan output cairan, monitor kadar albumin, protein total, elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia darah, monitor tanda tanda vital. Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera; biologis pada Tn.A antara lain, Pemberian analgesik dengan indikator tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien, cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan, cek adanya riwayat alergi obat, pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang sesuai ketika lebih dari satu diberikan. Menajemen nyeri dengan indikator lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atauberatnya nyeri dan faktor pencetus, observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan, gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri, kaji bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memberatkan nyeri, ajarkan penggunaan teknik non farmakologilan nyeri, evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrolan,mendukung istirahat tidur, memberikan informasi terkait dengan diagnosa dan keperawatan, mendorong keluarga menemani pasien, kaji tanda verbal dan non verbal dari ketidak nyamanan. Monitor tanda – tanda vital dengan indikator monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan dengan tepat.

Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa harga diri rendah siuasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh pada Tn.A antara lain peningkatan citra tubuh dengan indikator, tentukan harapan citra diri pasien didasarkan pada tahap perkembangan, tentukan perubahan fisik saat ini apakah berkontribusi pada cita diri pasien, bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan -perubahan (bagian tubuh) disebabkanadanya penyakit dengan cara yang tepat, monitor frekuensi dari pernyataan mengkritisi diri, monitor pernyataan yang mengidentifikasi citra tubuh mengenai ukuran dan berat badan. Peningkatan koping dengan indikatror pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan, berikan suasana penerimaan, sediakan informasi aktual mengenai diagnosis, penanganan dan prognosis. Peningkatan harga diri dengan indikator monitor penerimaan pasien mengenai harga diri, jangan mengkritisi pasien secara negative.

Rencana keperawatan resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologis pada Tn.U antara lain pemberian obat kulit ikuti prinsip 5 benar pemberian, catat riwayat medis pasien dan riwayat alergi, tentukan pengetahuan pasien mengenai medikasi dan pemahaman pasien mengenai metode pemberian obat. Pengecekan kulit dengan indikator, amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur, edema, dan ulserasi pada ekstremitas, monitor warna dan suhu kulit, monitor kulit dan selaput lendir terhadap area perubahan warna, memar, dan pecah, monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet.

Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan pada Tn.U antara lain bimbingan antisipatif dengan indikator bantu klien mengidentifikasi kemungkinan perkembangansituasi krisis yang akan terjadi dan efek dari krisis yang bisa berdampak pada klien dan keluarga, gunakan contoh kasus untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah klien dengan cara yang tepat, libatkan

keluarga maupun orang orang terdekat klien jika memungkinkan, Pengurangan kecemasan dengan indikator gunakan pendekan yang tenang dan menyakinkan, nyatakan dengan jelas harapan terhadap prilaku klien, berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis, dorong keluarga untuk mendampingi pasien dengan cara yang tepat, puji kekuatan prilaku yang baik secara tepat, dengarkan klien, identifikasi pada saat terjadi perubahan kecemasan, identifikaiskan pasien untuk, kaji untuk tanda verbal dan nonverbal keceemasan.

4. Implementasi Keperawatan Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan tidak semua tindakan dilaksanakan oelh peneliti, karena peneliti tidak merawat klien 24 jam penuh, namun sebagai solusi peneliti mendelegasikan rencana tindakan tersebut kepada perawat ruangan dan mahasiswa praktek yang sedang dinas di ruangan tersebut. untuk melihat tindakan yang diberikan perawat ruangan peneliti melihat dan membaca buku laporan tindakan yang dituis oleh perawat yang sedang dinas, tindakan keperawatan dilakukan 5 x 24 jam.

Tindakan keperawatan yang dilakukan dari tanggal 23 Mei 2017 hingga 27 mei 2017 untuk diagnsa kekurangan vilume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif antara lain mencatat Intake dan Output pasien, menilai status hidrasi dan mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan darah, mengukur TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh, Memberikan infusWIDA KN-2, menentukan faktor – faktor yang menyebabkan ketidak seimbangan cairan, memeriksa CRT, memeriksa turgor kulit, memonitor kadar albumin, memonitor memonitor mokosa, turgor kulit, dan respon haus

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa diare berhubungan dengan proses infeksi antara lain memonitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna, memonitor bising usus, mengkaji riwayat diare, menginstruksikan pasien atau anggota keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja, menilai turgor kulit, memonitor ketidak seimbangan asam basa, memonitor adanya mual muntah, mengidentifikasi ketidak seimbangan elektrolit, memonitor adanya mual muntah dan diare, berikan terapi IV, monitor kecepatan aliran IV, monitor tanda – tanda vital

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis antara lain menentukan status gizi, mengkaji riwayat alergi, memonitor kalori dan asupan makanan, menentukan IMT, memonitor penurunan berat badan, emonitor turgor kulit, memonitor rambut,memonitor mual muntah, mengidentifikasi diare, memonitor diet dan asupan kalori, mengidentifikasi rongga mulut, menilai hasil laboratorium (kolesterol, albumin, nitrogen, limfosit, dan nilai elektrolit), memastikan insersi intravena cukup paten, mempertahankan kecepatan aliran infuse, memonitor intake dan output cairan, memonitor kadar albumin, protein total, elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia darah, memonitor tanda – tanda vital 5. Evaluasi keperawatan Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn.A dari tanggal 23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, didapatkan hasil, pasien mengatakan badan masih terasa lemah dan letih, pasien mengatkan BAB lunak, frekuensi 1 x sehari, pada hari ke 4 implementasi, masalah teratasi dan intervensi dihentikan

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn.A dari tanggal 23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis di dapatka hasil evaluasi, pasien mengataka nyeri masih terasa, nyeri terasa semakin mendesak, pada hari kelima implementasi masalh belum teratasi dan intervensi dilanjutkan.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn.A dari tanggal 23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa diare berhubungan dengan proses infeksi, di dapatkan hasil evaluasi pasien mengatakan BAB lunak, frekuensi 1xsehari, konsistensi lunak, bewarna kuning, pada hari keempat implementasi masalah teratsi dan intervensi dihentikan.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn.A dari tanggal 23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa keperawatan ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis di dapatkan hasil evaluasi pasien mengatakan nafsu makan sudah mulai ada, porsi makan dihabisakn

setengahm, pasien mendapat suplemen tambahan, seperti ekstra ikan gabus masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn.A dari tanggal 23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa keperawatanharga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh didapatkan hasil evaluasi pasien mengatakan dapat menerima kondisinya saat ini, pasien mampu diajak komunikasi secara terbuka pada hari ke 5 implementasi masalah teratasi dan intervensi dihentiakan.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatn yang telah diberikan kepasa Tn.U dari tanggal 25 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 untuk diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, di dapatkan pasien mengatakn badan terasa lemah setelah dilakukan tindakan colonoskopi, pasien emngatakan, diare masih ada, frekuensi 2 kali sehari, konsistensi cair, bewarna kuningpada hari kelima imlementasi, masalah belum teratasi implementasi dan implementasi dilanjutkan.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatn yang telah diberikan kepasa Tn.U dari tanggal 25 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 untuk diagnosa diare berhubungan dengan proses infeksi hasil evaluasi di dapatkan , pasien emngatakan, diare masih ada, frekuensi 2 kali sehari, konsistensi cair, bewarna kuningpada hari kelima imlementasi, masalah belum teratasi implementasi dan implementasi dilanjutkan Evaluasi dari hasil tindakan keperawatn yang telah diberikan kepasa Tn.U dari tanggal 25 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 untuk diagnosa ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis di dapatkan hasil evaluasi, pasien mengatakan makan dan minum sudah di tingkatkan, namun pasien masih mengeluhkan lemah, karena diare belum juga berhenti, hasil evaluasi selama 5 masalah belum teratasi dan intervensi dilanjutlakan.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatn yang telah diberikan kepasa Tn.U dari tanggal 25 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 untuk diagnosa Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologis hasil evaluasi di dapatkan, kulit tampak memerah, pasien mengatakan kulit terasa gatal, suhu kulit tidak teraba hangat, pada hari kelima implementasi masalh belum teratasi dan intervensi dilanjutkan.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatn yang telah diberikan kepasa Tn.U dari tanggal 25 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 untuk diagnosa ansietas berhubungan dengan dengan kurang pengetahuan didapatkan hasil evaluasi pasien menyatakan perasaan cemas sudah hilang, pasien mengataka dapat menerima konsi penyakitnya saat ini dan pasien terlihat bersemangat dalam menjalani pengobatan, pada hari kelima implementasi masalah elah teratasi dan intervensi dihentikan.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Hasil pengkajian di dapatkan data pasien HIV AIDS mengeluh mengalami diare, nafsu makan menurun, berat badan berkurang, sariawan di mulut, bibir kering, terdapat nyeri dan adanya gatal- gatal pada kulit. 2. Masalah keperawatan yang di dapatkan antara lain kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, diare berhubungan dengan proses infeksi, ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, harga diri rendah situasionalberhubungan dengan gangguan citra tubuh, resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologis, ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

3. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan yang ditemukan masing masing pasien rencana keperawatan yang dilakukan pada pasien HIV AIDS rencana tindakan yang pada pasien HIV AIDS antara lain, menajemen cairan, monitor cairan, menajemen saluran cerna, menajemen diare, monitor elektrolit,

menajemen nutrisi monitor nutrisi ,terapi nutrisi,

pemberian nutrisi total parenteral, pemberian analgesik menajemen nyeri, monitor tanda- tanda vital, peningkatan citra tubuh, peningkatan koping, peningkatan harga diri, pengecekan kulit, pemberian obat, bimbingan antisipatif, pengurangan kecemasan.

4. Pada tahap pelaksanaan keperawatan tindakan yang dilakukan pada pasien HIV AIDS antara lain mencatat Intake dan Output pasien, menilai status hidrasi dan mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan darah, mengukur TTV, pemberian cairan infus, memeriksa turgor kulit, memonitor kadar albumin, melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, memberi

obat analgesik,

mengajarkan teknik non farmakologi seperti teknik relaksasi, menganjurkan pasien istirahat dan tidur, memonitor buang air besar, memonitor bising usus, memonitor adanya mual muntah, berikan infus, menentukan status gizi, mengkaji riwayat alergi, monitor kalori dan asupan makanan, memonitor diet dan asupan kalori, mengidentifikasi penurunan nafsu makan, menilai hasil laboratorium.

5. Hasil evaluasi yang dilakukan selam 5 hari pada pasien terdapat masalah keperawatan yang dapat teratasi dengan kriteria hasil BAB normal, terdapat penerimaan terhadap keadaan diri, ungkapan rasa cemas tidak ada lagi.

B. Saran 1. Bagi lahan/Rumah sakit Melalui pimpinan agar di lakukannya pelatihan tentang pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS. 2. Bagi peneliti selanjutnya Studi kasus yang peneliti lakukan pada pasien AIDS hendaknya dilanjutkan sebagai pembanding untuk penelitian dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah HIV AIDS 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan untuk pengembangan pembelajaran studi kasus berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA Arriza, Beta Kurnia., dkk. (2011). Memahami Rekonstruksi Kebahagiaan Pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Jurnal Psikologi Undip. http://download.portalgaruda.org/article. (Diakses pada tanggal 13 Januari 2017)

Bararah dan Jauhar.M, 2103. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional Jilid 2. Jakarta: Prestasi Pustakaraya Bulechek,Gloria M, Dkk (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). United kingdom: ELSEVIER Desima,Dkk. (2013). Karakteristik Penderita HIV/AIDS Di Klinik VCT Rumah Sakit Umum HKBP Balige Tahun 2008-2012. http://download.portalgaruda.org/article. (Diakses

pada tanggal 12 Januari 2017) Dinas Kesehatan Kota Padang. (2015). Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2014. https://dinkeskotapadang1.files.wordpress.com/2015/07/profil-tahun-2014-edisi2015.pdf (Diakses Pada Tanggal 11 Januari 2017). Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI, (2016). Laporan Perkembangan HIV AIDS triwulan 1 Tahun 2016. Jakarta. http://www.yaids.com/materi/M-5780Final%20Laporan%20HIV%20AIDS%20TW%201%202016.pdf . (Diakses pada tanggal 12 Januari 2017) Kementrian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Sekretaris Jenderal Kumar,Cotran,Robbins.(2011). Buku Ajar Patologi (Awal Prasetyo,Brahm U.Pandit, Toni Prilino, Penerjemah). Jakarta: EGC Kunoli, F.J.,(2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: TIM Mardalis. (2010). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara Moorhead,Sue, Dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). United Kingdom: ELSEVIER NANDA International. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta. EGC Nurasalam. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV AIDS, Jakarta : Salemba Medika Nursalam dan Kurniawati,Ninuk Dian. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika Perry,A.G., & Potter, P.A. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep proses, dan praktik (Ed ke-4) (renata,K, dkk, Penerjemah) Saryono dan Anggraeni, M.D.,(2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuhu Medika Smeltzer dan Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.3. Jakarta: EGC Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2015). Medical Surgical Neursing (Vol 1). : LWW Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuatitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Susilowati,Susi. (2013). Faktor-Faktor Resiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian HIV dan AIDS di Semarang dan Sekitarnya. Sylvia dan Wilson.2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol 1 (6rd ed). Jakarta: EGC UNAIDS, 2016.Global AIDS UP Date 2016. http://www.unaids.org/en/resources/documents/2016/Global-AIDS-update-2016 (Diakses pada tanggal 11 Januari 2017).

Lampiran 4 ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN HIV AIDS DI IRNA NON BEDAH PENYAKIT DALAM PRIA RSUP Dr. M DJAMIL PADANG

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Identifikasi Klien : a. Nama

: Tn.A

b. No. MR

:969457

c. Tempat/ Tgl Lahir

:Lubuk Basung, 13 Februari 1988

d. Umur

: 29 tahun

e. Jenis Kelamin

: Laki – Laki

f. Status Kawin

: Belum Kawin

g. Agama

: Islam

h. Pendidikan terakhir

: Perguruan Tinggi

i. Pekerjaan

: Guru honorer

j. Tanggal Masuk

: 19 Mei 2017

k. Alamat

: Jorong V Sungai Jaring Lubuk Basung

l. Diagnosa Medis

: Sepsis ec BP droplet CAP SIDA putus obat,susp TB, condidiasis oral, Diare kronis Gangguan Faal hepar

2. Identifikasi Penanggung Jawab a. Nama

: Ny. R

b. Pekerjaan

: Mengurus Rumah Tangga

c. Alamat

: Jorong V Sungai Jaring Lubuk Basung

d. Hubungan

: Ibu Kandung

3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang 1) Keluhan Utama Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD dirujuk dari RSUD Lubuk Basung pada tanggal 19 Mei 2017 jam 14.30 WIB, dengan keluhan demam tinggi terus menerus sejak 1 minggu yang lalu, diare, badan terasa lemah dan letih, nafsu makan menurun, sariawan, bibir kering dan pecah-pecah serta kehilangan berat badan yang signifikan. 2) Keluhan Saat Dikaji Pada saat pengkajian tanggal 23 Mei 2017 jam 10.00 WIB didapatkan pasien dengan kesadaran komposmentis, keadaan umum klien tampak lemah dan letih. Pasien mengatakan demam tidak ada lagi, pasien mengatakan masih diare, BAB cair dengan frekuensi 2-3 kali sehari konsistensi cair, bewarna kuning. Pasien mengatakan nyeri dada di sebelah kanan bagian bawah dan punggung kanan, nyeri terasa seperti mendesak, pasien mengatakan skala nyeri berkirasar antara 6 sampai 7, nyeri di rasakan hilang timbul. Pasien juga mengatakan nafsu makan menurun, Sariawan di mulut, bibir kering dan pecah pecah. Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada paru. b. Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien pernah dirawat 3 bulan yang lalu dan di diagnosa HIV AIDS, pasien mendapat terapi ARV namun dihentikan karena pasien mengeluh mual saat makan obat tersebut. Pasien merupakan mahasiswa tamatan tahun 2012, pasien mengaku sejak tinggal di Riau untuk kuliah terpengaruh dengan lingkungan,pasien mengaku sering keluar malam, pasien berhubungan seksual dengan sesama jenis atau yang di sebut dengan homoseksual. Pasien mengatakan tidak minum alkohol, merokok, ataupun narkoba.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit HIV AIDS. Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti Hipertensi, DM, Jantung serta penyakit TBC. 4. Pola aktivitas sehari – hari (ADL) a. Pola Nutrisi 1) Sehat Pasien mengatakan makan 2 kali sehari pasien mengkonsumsi nasi ditambah lauk pauk, sayur dan kadang kadang juga mengkonsumsi buah dan makanan tambahan seperti snack. Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan. Pasien minum air putih 6-7 gelas/hari. Pasien mengatakan berat badan sebelum sakit (2 bulan yang lalu) yaitu 43 kg dan berat badan sekarnag 31 kg. 2) Sakit Porsi makan pasien sebelum dirawat di rumah sakit 3-5 sendok dalam 1 kali makan.Pasien mengatakan sudah mengalami penurunan nafsu makan sejak lebih kurang 3 bulan yang lalu, saat di rawat di rumah pasien lebih sering mengkonsumsi bubur kacang hijau dan susu. Pasien sulit untuk makan karena sariawan dan bibir kering serta ada mual dan muntah. Saat dirawat dirumah pasien minum 5-6 gelas dan minum susu 3 x 200 ml. Pasien mengatakan saat dirawat di rumah sakit hanya menghabiskan 2-4 sendok dari porsi makanan yang disediakan di rumah sakit Pasien mendapatkan diet ML rendah serat + ekstra ikan gabus tiga kali sehari. Saat sakit pasien minum air putih 2 sampai 3 gelas ±600 cc perhari b. Pola Eliminasi 1) Sehat BAB : pada saat sehat pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak bewarna kecoklatan. BAK : pada saat sehat pasien BAK lebih kurang 5 kali sehari, pasien BAK dengan lancar

2) Sakit BAB : pasien mengatakan diare sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit frekuensi hilang timbul, jika diare 3-4 kali dalam sehari, bewarna kuning, konsistensi cair.

c. Pola Tidur dan Istirahat 1) Sehat Saat sehat pasien tidur 7 sampai 8 jam pada malam hari dan tidur siang 1-2 jam. 2) Sakit Selama sakit jam tidur pasien meningkat, waktu pasien lebih banyak digunakan untuk tidur dan istirahat. Masalah yang ditemukan pasien saat tidur yaitu pada malam hari terbangun karena BAB, demam serta berkeringat malam. d. Pola Aktivitas dan Latihan 1) Sehat Saat sehat pasien mampu melakukan aktifitas sehari hari secara mandiri. 2) Sakit Saat sakit aktivitas pasien lebih banyak di tempat tidur dan bergerak di dalam kamar. Aktivitas pasien sering dibantu orang tua untuk aktivitas makan dan minum, mandi serta toileting. e. Pola bekerja 1) Sehat saat sehat pasien bekerja sebagai guru honorer di MTSn selama 6 kali dalam seminggu 2) Sakit Pada saat sakit pasien tidak bekerja karena tubuh terasa lemah dan letih, pasien mengatakan sudah 2 bulan tidak lagi mengajar.

5. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum 1) Tinggi badan

: 157 cm

2) Berat badan

: 31 kg

3) IMT

: 12,91 ( Berat badan kurang )

4) Lingkar lengan

: 19 cm

5) Kesadaran

: Composmentis Coperatif

6) Tekanan darah

: 80/60 mmHg

7) Nadi

: 89 x/i

8) Pernafasan

: 19 x/i

9) Suhu

: 36,0 oC

b. Wajah Simetris kiri dan kanan, tampak pucat, tidak ada lesi dan tidak ada udema. c. Kepala Kepala simetris, tidak ada pembengkakan pada kepala dan tidak ada lesi. d. Rambut Rambut bewarna pirang, distribusi rambut tidak merata, rambut mudah rontok, berketombe. e. Mata Mata simetris kiri dan kanan, terdapat kantung mata, konjungtiva anemis, sklera tidak ikhterik,reflek cahaya positik kiri dan kanan, reflek pupil isokor, ukuran pupil 2mm/2mm f. Hidung Hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat nyeri tekan. g. Mulut Bibir tampak kering dan pecah-pecah, terdapat condidiasis oral, terdapat sariawan, terdapat gigi yang berlubang h. Telinga Telinga simetris, tidak terdapat pembengkakan di area telinga, terdapat serumen di kedua telinga.

i. Leher Leher simetris, tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, dan tidak terdap bendungan vena jugularis. j. Paru-Paru Inspeksi

: Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak terdapat

retraks dinding dada Palpasi

: Premitus kiri dan kanan sama

Perkusi

: Sonor

Auskultasi

:Bronko vasikuler

k. Jantung Inspeksi

: Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi

:Ikhtus kordis teraba

Perkusi

: batas-batas jantung dalam batas normal

Auskultasi

: reguler

l. Abdomen Inspeksi

: terdapat distensi abdomen, tidak terdapat udema dan juga lesi

Ausklutasi

: bising usus 20 x/m

Palpasi

: hepar teraba dan terdapat nyeri tekan

Perkusi

: saat dilakukan perkusi hepar didapatkan suara pekak

m. Kulit Kulit terlihat kering, tidak terdapat tanda-tanda lesi (sarkoma kaposi) terdapat sarkoma kaposi, turgor kulit jelek. n. Genitalia Pasien mengatakan tidak ada keluhan di area kemaluan. o. Ekstremitas Atas

: Pasien terpasang IVFD Wida KN-2 8 tetes/menit di tangan sebelah kanan, akral teraba dingin, tidak ada udema, CRT > 3 detik, tonus otot melemah

Bawah

: tidak terdapat udema, akral teraba dingin, CRT > 3 detik, tonus otot melemah

6. Data Psikologis a. Status Emosional Pasien mampu untuk mengontrol emosi. Pasien tampak murung dan lesu. Pasien mengatakan badan terasa leamah dan letih. b. Kecemasan Pasien mengatakan cemas karena merasa kondisinya semakin memburuk dan belum merasakan perubahan dari kesehatannya. c. Pola Koping Pola koping pasien baik namun pasien tampak kurang bersemangat dalam menjalani pengobatannya, dan merasa pasrah terhadap penyakit yang di deritanya. d. Gaya Komunikasi Pasien mampu diajak berkomunikasi. Saat pengkajian pasien lebih banyak merunduk, saat bicara pasien sesekali menatap ke lawan bicara.

e. Konsep diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri, peran, identitas, dan ideal diri. Pasien merupakan seorang laki – laki yang berusia 29 tahun, belum menikah dan merupakan seorang guru agama. Pasien mengatakan merasa malu dengan kondisinya saat ini, pasien tidak percaya diri dengan tubuhnya saat ini dan malu jika bertemu dengan orang lain. Pasien mengatakan pasrah dengan penyakit yang di deritanya saat ini..

7. Data Sosial Ekonomi Ibu pasien mengatakan saat sakit pasien lebih banyak dan sering menyendiri di kamar.Pasien bekerja sebagai guru honorer di MTSn pasien mengatakan mendapatkan gaji 1.350.000 per bulanya. gajinya pas pasan untuk membiayai kehidupannya sendiri, pasien masih tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien memakai kartu BPJS kelas III untuk membiayai rumah sakit.

8. Data Spiritual Klien mengatakan berdoa untuk kesembuhannya. Saat sehat pasien rajin melaksanakan shalat namun saat sakit klien tidak tampak melaksanakan shalat. 9. Lingkungan tempat tinggal a. Tempat pembuangan kotoran

: WC + sepctic tang

b. Tempat pembuangan sampah

: dikumpulkan lalu dibakar

c. Pekarangan

: pasien mengatakan perkarangan rumah

cukup luas d. Sumber air minum

: klien minum dengan air galon dan

kadang- kadang air sumur dengan di masak terlebih dahulu e. Pembuangan air limbah

: klien buang air limbah diselokan

belakang rumah

10. Data Penunjang

Kimia Klinik

Hematologi

Jenis

Pemeriksaan Hemoglobin Leukosit Eritrosit Trombosit Hematokrit Retikulosit LED MCV MCH MCHC Basofil Eosinofil N. Batang N.Segmen Limfosit Monosit

19 10,1 5.140 220.000 30

20

Hasil 22

23 9,2 3230 3,0 265.000 29 0,3 75 96 31 32 0 0 6 84 9 1

Nilai Rujukan 14-18 g/dl 5.000-10.000/mm3 4,5-5,5 Juta 150.000-400.000/ mm3 40-48% 0,5 – 2 % 0 – 10 mm 82 – 92 fL 27 – 31 pg 32 – 36 0 - 1,0 % 1,0 – 3,0 % 2,0 – 6,0 % 50 – 70 % 20 – 40 % 2,0 – 8,0 %

GDS

107

< 200 mg/dl

Ureum darah Kreatinin Darah Albumun Globulin SGOT SGPT

14 0,6 2,8 2,6 99 366

10,9-50,0 mg/dl 0,6-1,1 mg/dl 2,8 gr/dl 1,3 – 2,7 g/dl < 38 u/i < 41u/i

AGD

PH PCO2 PO2 HCO3-

7,46 23 162 16,4

7,49 34 86 25,9 Kuning - Coklat

Kekeruhan BJ PH Leukosit Eritrosit Protein Glukosa Bilirubin

Kuning muda Negatif 1,010 6,5 0-1 0-1 Negatif Negatif Negatif

Urobinogen

Positif

Positif

Imnunol ogi – Serologi

Pemeriksaan Urin

Warna

HBsAg Anti HCV CD4 Procalation

0,01 0,10 24 0,41

Negatif 1,003 – 1,030 4,6 – 8,0 ≤5 ≤1 Negatif Negatif Negatif

< 0,13 ( Negatif ) < 1 ( Negatif ) ≥ 600 Sel/μL < 0,5 Low Risk

11. Program dan Rencana Peengobatan Program pengobatan pasien mulai dari tanggal 19 mei 2017 sampai 29 mei 2017 adalah sebagai berikut : IVFD NaCl 0,9%

8J/kolf

Caeftazidime

2x1g

(IV)

Paracetamol

3 x 500 g

(PO)

Nacetilsistein

3 x 200 g

(PO)

Flukonazole

1 x 150 g

(PO)

Cotrimoxazole

1 x 960 g

(PO)

Ciprofloxacin

2 x 120

(IV)

Tranfusi albumin 20% 100 cc

(IV)

KCL

400 mg

(IV)

WIDA KN-2

1 kolf

B. ANALISA DATA KEPERAWATAN Data DS : a. Pasien mengatakana badan terasa lemah b. Pasien mengatakan BAB cair c. Frekuensi BAB 2-3 kali sehari d. Pasien merasakan sering haus e. Pasien mengatakan jika suhu tubuh naik, keringat sering banyak

Masalah

Penyebab

Kekurangan volume cairan

Kehilangan cairan aktif

Nyeri akut

Agen cedera; biologis

DO : a. b. c. d. e. f. g. h.

Pasien tampak lemah Bibir klien tampak kering Turgor kulit Jelek CRT > 3 detik Kulit tampak kering TD = 80/60 mmHg N = 89 x/i Pasien mendapatkan terapi IVFD Wida KN-2 DS : a. Pasien mengatakan nyeri dada di sebelah kanan bagian bawah dan punggung kanan b. Pasien mengatakan nyeri terasa seperti mendesak c. Pasien mengatakan skala nyeri berkisar antara 6 sampai 7 d. Pasien mengtakan nyeri terasa hilang timbul e. Pasien mengatakan posisi tidur lebih senang miring ke kiri, agar tidak terasa nyeri Do: a. Pasien tampak tidak bersemangat b. Pasien tampak melindungi area nyeri c. Nyeri pada abdomen kuadran atas d. TD : 80/60 mmHg e. N : 89 x/i

DS : a. Pasien mengatakan diare hilang timbul sejak 1 minnggu sebelum masuk rumah sakit b. Pasien mengtakan konsentrasi BAB cair c. Pasien mengatakan frekuensi diare 2 sampai 3 kali ssehari

Diare

Proses Infeksi

DO: a. Pasien tampak lemah b. Bising usus 21 x/i c. TD : 80/60 mmHg d. N : 89 x/i DS : a. Pasien mengatakan berat badan mengalami penurunan drastis sejak 2 bula terakhir b. Pasien mengatakan tidak nafsu makan c. Pasien mengatakan penurunan nafsu makan sudah sejak 2 bulan yang lalu d. Pasien mengatakan makanan hanya dihabiskan 2-3 sendok e. Pasien mengtakan merasa mual jika makan nasi f. Pasien mengatakan kadang kadang muntah

Ketidak Faktor biologis seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

DS: a. Pasien tampak kurus b. Berat Badan sekarang : 31 kg c. Tinggi badan : 157 cm d. IMT e. Porsi makan tampak tidak habis f. Bising usus 20 x/i g. Bibir kering h. Terdapat sariawan i. Tonus otot melemah DS: a. Pasien mengatakan merasa malu dengan kondisinya saat ini b. pasien mengatakan tidak

Harga diri rendah Gangguan citra tubuh situasional

percaya diri dengan tubuhnya saat ini dan malu bertemu dengan orang lain c. pasien mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya saat ini d. Ibu pasien mengatakan saat sakit pasien lebih banyak diam dan sering menyendiri di kamar DO: a. Pasien tampak murung b. Pasien tampak kurang bersemangat dalam menjalani pengobatannya c. Saat berkomunikasi pasien lebih banyak merunduk d. Saat bicara pasien sesekali menatap ke lawan bicara

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN No

Diagnosa Keperawatan

Ditemukan Masalah Tgl

1

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif

23 Mei 2017

2

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera; biologis

23 Mei 2017

3

Diare berhubungan dengan Proses Infeksi

23 Mei 2017

Paraf

Dipecahkan Masalah Tgl

Paraf

4

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis

23 Mei 2017

5

Harga diri rendah situasional berhubungan dengan Gangguan citra tubu

25 Mei 2017

D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO

1

Diagnosa Keperawatan Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif

Intervensi NOC

NIC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan tidak terganggu dengan kriteria hasil : 1) Tekanan darah tidak terganggu 2) Denyut nadi radial tidak terganggu 3) Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam tidak terganggu 4) Berat badan stabil 5) Turgor kulit tidak terganggu

Menajemen cairan: 1) Jaga intake/ asupan yang akurat dan catat ouput pasien 2) Monitor status hidrasi (misalnya membran mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah ortostatik) 3) Monitor tanda tanda vital 4) Beri terapi IV, seperti yang ditentukan 5) Distribusi cairan selama 24 jam Monitor cairan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hidrasi tidak terganggu dengan

1) Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan serta kebiasaan

kriteria hasil : 2) 1) Turgor kulit tidak terganggu 2) Membran mukosa lemba tidak terganggu 3) Intake cairan tidak terganggu 4) Output cairan tidak terganggu 5) Perfusi jaringan tidak terganggu 6) Tidak ada nadi cepat dan lemah 7) Tidak ada kehilangan berat badan

2

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera; biologis

3) 4) 5) 6)

7)

eliminasi Tentukan faktor faktor yang menyebabkan ketidak seimbangan cairan Periksa isi ulang kapiler Periksa turgor kulit Monitor berat badan Monitor kadar serum albumin dan protein total Monitor membran mukosa, turgor kulit dan respon haus

Setelah dilakukan Pemberian analgesik : tindakan keperawatan 5) Tentukan lokasi, diharapkan kontrol karakteristik, kualitas nyeri dapat dan keparahan nyeri dipertahankan dengan sebelum mengobati kriteria hasil: pasien 4) Secara konsisten 6) Cek perintah menunjukkan pengobatan meliputi menggunakan obat, dosis, dan tindakan frekuensi obat pengurangan analgesik yang (nyeri) tanpa diresepkan analgesik 7) Cek adanya riwayat alergi obat 5) Secara konsisten 8) Pilih analgesik atau menunjukkan kombinasi analgesik Menggunakan yang sesuai ketika analgesik yang lebih dari satu direkomendasikan diberikan 6) Melaporkan nyeri terkontrol Menajemen nyeri : Setelah dilakukan 11) Lakukan pengkajian tindakan keperawatan nyeri komprehensif tingkat nyeri dapat yang meliputi lokasi, diatasi: karakteristik, onset/durasi, 6) Nyeri yang frekuensi, kualitas, dilaporkan tidak intensitas atau ada beratnya nyeri dan 7) Mengerang dan

meringis tidak ada 8) Menyeringit tidak ada 9) Ketegangan otot tidak ada 10) Tanda –tanda vital tidak mengalami devisiasi

faktor pencetus 12) Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan 13) Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri 14) Kaji bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memberatkan nyeri 15) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologilan nyeri 16) Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrolan 17) Mendukung istirahat tidur 18) Memberikan informasi terkait dengan diagnosa dan keperawatan 19) Mendorong keluarga menemani pasien 20) Kaji tanda verbal dan non verbal dari ketidak nyamanan Monitor tanda tanda vital : 2) Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan dengan tepat

3

Diare berhubungan dengan Proses Infeksi

Setelah dilakukan Menajemen saluran cerna tindakan keperawatan 1) Monitor buang air diharapkan eliminasi besar termasuk usus tidak terganggu frekuensi, konsistensi, dengan kriteria hasil : bentuk, volume dan 1) Pola eliminasi tidak warna dengan cara terganggu yang tepat

2) Suara bising usus tidak terganggu 3) Diare tidak ada

2) Monitor bising usus Menajemen diare

1) Tentukan riwat diare 2) Ambil tinja untuk pemeriksaan kultur dan sensitifitas bila diare berlanjut 3) Instruksikan pasien 1) Melaise tidak ada atau anggota keluarga 2) Nyeri tidak ada untuk mencatat warna, 3) Depresi jumlah sel volume, frekuensi, dan darah putih tidak ada konsistensi tinja 4) Identifikasi faktor yang bisa menyebabkan diare (misalnya medikasi, bakteri, dan pemberian makan lewat selang) 5) Amati turgor kulit secara berkala Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapka tidak terjadi keparahan infeksi, dengan kriteria hasil :

Monitor Elektrolit 1) Monitor serum elektrolit 2) Memonitor serum albumin dan kadar protein total, sesuai dengan indikasi 3) Memonitor ketidak seimbangan asam basa 4) Identifikasi ketidak seimbangan elektrolit 5) Monitor ketidak seimbangan asam basa 6) Identifikasi kemungkinan penyebab ketidak seimbangan elektrolit 7) Monitor adanya mual, muntah dan diare Terapi Intravena (IV) 1) Berikan pengobatan IV, sesuai yang diresepkan, dan monitor untuk hasilnya

2) Monitor kecepatan aliran intravena dan area intravena selama selama pemberian infusu 3) Monitor tanda vital 4

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi dapat ditingkatkan dengan kriteria hasil : 1) Asupan nutrisi tidak menyimpang dari rentang normal 2) Asupan makanan tidak menyimpang dari rentang normal

Menajemen nutrisi : 1) Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi 2) Identifikasi adanya alergi atau intolerasi makanan yang dimiliki pasien 3) Monitor kalori dan asupan makanan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi : Asupan nutrisi dapat ditingkatkan dengan kriteria hasil :

Monitor nutrisi :

1) Asupan kalori sebagian besar adekuat 2) Asupan protein sebagian besar adekuat 3) Asupan lemak sebagian besar adekuat 4) Asupan karbohidrat sebagian besar adekuat 5) Asupan vitamin sebagian besar adekuat 6) Asupan mineral sebagian besar adekuat Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan nafsu

1) Lakukan pengukuranantropome tri pada komposisi tubuh (misalnya indeks masa tubuh) 2) Monitor kecendrungan turun dan naiknya berat badan 3) Identifikasi perubahan berat badan terakhir 4) Monitor turgor kulit dan mobilitas 5) Identifikasi adanya abnormalitas rambut (misalnya kering, tipis, kasar dan mudah patah) 6) Monitor adanya mual muntah 7) Identifikasi abnormalitas eliminasi bowel (misalnya diare) 8) Monitor diet dan asupan kalori 9) Identifikasi penurunan nafsu makan 10) Monitor adanya warna pucat, kemerahan dan

makan dengan kriteria hasil : 1) Intake makanan tidak terganggu 2) Intake nutrisi tidak terganggu 3) Intake cairan tidak terganggu Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharaokan terjadi peningkatan status nutrisi : asupan makanan dan cairan dengan kriteria hasil : 1) Asupan makanan secara oral sebagian besar adekuat 2) Asupan cairan intravena sepenuhnya adekuat

5

Harga diri rendah situasional berhubungan dengan Gangguan citra tubuh

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan harga diri dengan kriteria hasil : 6) Verbalisasi penerimaan diri 7) Penerimaan terhadap keterbatasan diri 8) Mempertahankan

jaringan konjungtiva yang kering 11) Identifikasi adanya ketidak normalan dalam rongga mulut (misalnya;inflamasi, kenyal, ompong, gusi berdarah; kering, bibir pecah-pecah, bengkak, merah tua, lidah kasar) 12) Lakukan pemeriksaan laboratorium, monitor hasilnya (misalnya kolesterol, serum albumin,nitrogen, urin, selama 24 jam, hitung limfosit total dan nilai elektrolit) Pemberian nutrisi total parenteral : 1) Pastikan isersi intravena cukup paten untuk memberikan nutrisi intravena 2) Pertahankan kecepatan aliran yang konstan 3) Monitor masukan dan output cairan 4) Monitor kadar albumin, protein total, elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia darah 5) Monitor tanda tanda vital Peningkatan citra tubuh 6) Tentukan harapan citra diri pasien didasarkan pada tahap perkembangan 7) Tentukan perubahan fisik saat ini apakah berkontribusi pada cita diri pasien 8) Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan -perubahan

posisi tegak 9) Mempertahankan kontak mata 10) Komunikasi terbuka

(bagian tubuh) disebabkan adanya penyakit dengan cara yang tepat 9) Monitor frekuensi dari pernyataan mengkritisi diri 10) Monitor pernyataan yang mengidentifikasi citra tubuh mengenai ukuran dan berat badan Peningkatan koping : 4) Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan 5) Berikan suasana penerimaan 6) Sediakan informasi aktual mengenai diagnosis, penanganan dan prognosis Peningkatan harga diri 3) Monitor penerimaan pasien mengenai harga diri 4) Jangan mengkritisi pasien secara negatif

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Tgl/ Hari

23 Mei 2017

Diagnosa Keperawatan

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

Tindakan Keperawatan

10. Mencatat Intake dan Output pasien 11. Menilai status hidarasi dari mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan darah 12. Mengukur TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh 13. Memberikan terapi IV 14. Menentukan faktor – faktor yang menyebabkan ketidak

Paraf

23 Mei 2017

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

23 Mei 2017

Diare berhubungan dengan Proses Infeksi

seimbangan cairan 15. Memerika CRT 16. Memeriksa turgor kulit 17. Memonitor kadar albumin 18. Memonitor memonitor mokosa, turgor kulit, dan respon haus 15. Pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien 16. Mencek perintah pengobatan sebelum memberikan analgesik, meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan 17. Cek adanya riwayat alergi obat 18. Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang sesuai jika lebih dari satu diberikan 19. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, beratnya nyeri dan faktor pencetus 20. Penggunaan komunikasi terapeutik 21. Mengkaji faktor – faktor yang dapat memperberat nyeri 22. Mengajarkan teknik non farmakologi seperti relaksasi 23. Mengevaluasi keefektifan dari tindakan pengontrolan nyeri 24. Menganjurkan pasien untuk istirahat dan tidur 25. Memberikan informasi terkait diagnosa dan keperawatan 26. Mendorong keluarga menemani pasien 27. Mengkaji situasi yang memicu kecemasan 28. Mengkaji tanda verbal dan non verbal dari ketidak nyamanan 1) Mengukur TTV, yaitu tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu tubuh 1) Momonitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna 2) Memonitor bising usus 3) Mengkaji riwayat diare 4) Menginstruksikan pasien atau

5) 6) 7) 8) 9)

23 Mei 2017

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis

10) 11) 12) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14)

15) 16) 17) 18)

23 Mei 2017

Harga diri situasional berhubungan

rendah

19) 1)

dengan

2)

3)

anggota keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja Menilai turgor kulit Monitor ketidak seimbangan asam basa Monitor adanya mual muntah Mengidentifikasi ketidak seimbangan elektrolit Monitor adanya mual muntah dan diare Berikan terapi IV Monitor kecepatan aliran IV Monitor tanda- tanda vital Menentukan status gizi Mengkaji riwayat alergi Monitor kalori dan asupan makanan Menentukan IMT Memonitor penurunan berat badan Memonitor turgor kulit Memonitor rambut Memonitor adanya mual muntah Mengidentifikasi diare Memonitor diet dan asupan kalori Mengidentifikasi penurunan nafsu makan Memonitor konjungtiva Mengidentifikasi rongga mulut Menilai hasil laboratorium (kolesterol, albumin, nitrogen, limfosit, dan nilai elektrolit) Memastikan insersi intravena cukup paten Mempertahankan kecepatan aliran infus Memonitor intake dan output cairan Memonitor kadar albumin, protein total, elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia darah Memonitor tanda- tanda vital Menentukan harapan tentang citra diri pasien Menentukan perubahan fisik saat ini yang mempengaruhi citra tubuh pasien Membantu pasien untuk

gangguan citra tubuh 4) 5) 6) 7) 8)

24 Mei 2017

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

9) 1) 2)

3) 4) 5) 6) 7) 8) 24 Mei 2017

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera; biologis

1)

2)

3)

4) 5) 6) 7)

mendiskusikan perubahan bagian tubuh Memonitor frekuensi dari pernyataan pasien mengkritisi diri Memonitor pernyataan pasien tentang berat badan Menggunakan pendekatan yang menenagkan Menyediakan informasi mengenai diagnosis pasien Memonitor peneriamaan diri pasien Tidak mengkritisi pasien Mencatat Intake dan Output pasien Menilai status hidarasi dari mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan darah Mengukur TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh Memberikan terapi IV Memerika CRT Memeriksa turgor kulit Memonitor kadar albumin Memonitor memonitor mokosa, turgor kulit, dan respon haus Pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien Mencek perintah pengobatan sebelum memberikan analgesik, meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, beratnya nyeri dan faktor pencetus Penggunaan komunikasi terapeutik Mengkaji faktor – faktor yang dapat memperberat nyeri Mengajarkan teknik non farmakologi seperti relaksasi Mengevaluasi keefektifan dari tindakan pengontrolan nyeri

8) 9) 10) 11) 12)

24 Mei 2017

Diare berhubungan dengan Proses Infeksi

1)

2) 3) 4)

5) 6) 7) 8) 9)

24 Mei 2017

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis

10) 11) 12) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12)

13)

Menganjurkan pasien untuk istirahat dan tidur Memberikan informasi terkait diagnosa dan keperawatan Mendorong keluarga menemani pasien Mengkaji tanda verbal dan non verbal dari ketidak nyamanan Mengukur TTV, yaitu tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu tubuh Momonitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna Memonitor bising usus Mengkaji riwayat diare Menginstruksikan pasien atau anggota keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja Menilai turgor kulit Monitor ketidak seimbangan asam basa Monitor adanya mual muntah Mengidentifikasi ketidak seimbangan elektrolit Monitor adanya mual muntah dan diare Berikan terapi IV Monitor kecepatan aliran IV Monitor tanda- tanda vital Monitor kalori dan asupan makanan Menentukan IMT Memonitor penurunan berat badan Memonitor turgor kulit Memonitor rambut Memonitor adanya mual muntah Mengidentifikasi diare Memonitor diet dan asupan kalori Mengidentifikasi penurunan nafsu makan Memonitor konjungtiva Mengidentifikasi rongga mulut Menilai hasil laboratorium (kolesterol, albumin, nitrogen, limfosit, dan nilai elektrolit) Memastikan insersi intravena cukup paten

24 Mei 2017

Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh

25 Mei 2017

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

25 Mei 2017

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera; biologis

14) Mempertahankan kecepatan aliran infus 15) Memonitor intake dan output cairan 16) Memonitor kadar albumin, protein total, elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia darah 17) Memonitor tanda- tanda vital 1) Menentukan harapan tentang citra diri pasien 2) Menentukan perubahan fisik saat ini yang mempengaruhi citra tubuh pasien 3) Membantu pasien untuk mendiskusikan perubahan bagian tubuh 4) Memonitor frekuensi dari pernyataan pasien mengkritisi diri 5) Memonitor pernyataan pasien tentang berat badan 6) Menggunakan pendekatan yang menenagkan 7) Menyediakan informasi mengenai diagnosis pasien 8) Memonitor peneriamaan diri pasien 9) Tidak mengkritisi pasien 1) Mencatat Intake dan Output pasien 2) Menilai status hidarasi dari mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan darah 3) Mengukur TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh 4) Memberikan terapi IV 5) Memerika CRT 6) Memeriksa turgor kulit 7) Memonitor kadar albumin 8) Memonitor memonitor mokosa, turgor kulit, dan respon haus 1) Pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien 2) Mencek perintah pengobatan sebelum memberikan analgesik, meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang

3)

4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12)

25 Mei 2017

Diare berhubungan dengan Proses Infeksi

1)

2) 3) 4)

5) 6) 7) 8) 9)

26 mei 2017

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

10) 11) 12) 1) 2) 3)

diresepkan Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, beratnya nyeri dan faktor pencetus Penggunaan komunikasi terapeutik Mengkaji faktor – faktor yang dapat memperberat nyeri Mengajarkan teknik non farmakologi seperti relaksasi Mengevaluasi keefektifan dari tindakan pengontrolan nyeri Menganjurkan pasien untuk istirahat dan tidur Memberikan informasi terkait diagnosa dan keperawatan Mendorong keluarga menemani pasien Mengkaji tanda verbal dan non verbal dari ketidak nyamanan Mengukur TTV, yaitu tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu tubuh Momonitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna Memonitor bising usus Mengkaji riwayat diare Menginstruksikan pasien atau anggota keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja Menilai turgor kulit Monitor ketidak seimbangan asam basa Monitor adanya mual muntah Mengidentifikasi ketidak seimbangan elektrolit Monitor adanya mual muntah dan diare Berikan terapi IV Monitor kecepatan aliran IV Monitor tanda- tanda vital Monitor kalori dan asupan makanan Menentukan IMT Memonitor penurunan berat

faktor biologis

26 Mei 2017

Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh

27 Mei 2017

Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh

badan 4) Memonitor turgor kulit 5) Memonitor rambut 6) Memonitor adanya mual muntah 7) Mengidentifikasi diare 8) Memonitor diet dan asupan kalori 9) Mengidentifikasi penurunan nafsu makan 10) Memonitor konjungtiva 11) Mengidentifikasi rongga mulut 12) Menilai hasil laboratorium (kolesterol, albumin, nitrogen, limfosit, dan nilai elektrolit) 13) Memastikan insersi intravena cukup paten 14) Mempertahankan kecepatan aliran infus 15) Memonitor intake dan output cairan 16) Memonitor kadar albumin, protein total, elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia darah 17) Memonitor tanda- tanda vital 1) Menentukan harapan tentang citra diri pasien 2) Menentukan perubahan fisik saat ini yang mempengaruhi citra tubuh pasien 3) Membantu pasien untuk mendiskusikan perubahan bagian tubuh 4) Memonitor frekuensi dari pernyataan pasien mengkritisi diri 5) Memonitor pernyataan pasien tentang berat badan 6) Menggunakan pendekatan yang menenagkan 7) Menyediakan informasi mengenai diagnosis pasien 8) Memonitor peneriamaan diri pasien 9) Tidak mengkritisi pasien 1) Memberikan suasana penerimaan dengan melihat respon pasien 2) Memonitor penerimaan pasien 3) Menilai kepercayaan diri pasien

27 Mei 2017

Diare berhubungan dengan Proses Infeksi

27 Mei 2017

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis

27 Mei 2017

Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh

1) Menilai BAB pasien frekuensi, bentuk, volume, dan warna 2) Menghitung bisis usus 3) Menilai turgor kulit pasien 4) Memonitor serum elektrolit 5) Melihat AGD pasien untuk menilai kadar PH 6) Mengkaji respon haus pasie 7) Memberikan obat pasien 1) Melihat diet yang di dapatkan pasien 2) Memantau cairan infus yang di dapatkan pasien 3) Memastikan aliran infus pasien berjalan lancar 4) Menilai Intake dan output pasien 5) Menilai kadar albumin, protein total, elektrolit, glukosa darah, dan kimia darah 6) Mengukur tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh pasien 1) Menentukan harapan tentang citra diri pasien 2) Menentukan perubahan fisik saat ini yang mempengaruhi citra tubuh pasien 3) Membantu pasien untuk mendiskusikan perubahan bagian tubuh 4) Memonitor frekuensi dari pernyataan pasien mengkritisi diri 5) Memonitor pernyataan pasien tentang berat badan 6) Menggunakan pendekatan yang menenagkan 7) Menyediakan informasi mengenai diagnosis pasien 8) Memonitor peneriamaan diri pasien 9) Tidak mengkritisi pasien

F. EVALUASI KEPERAWATAN Tgl/ Hari

Diagnosa Keperawatan

Evaluasi Keperawatan

23 Mei Kekurangan volume S : 2017 cairan berhubungan dengan kehilangan - Pasien mengatakan badan terasa lemah cairan aktif dan letih - Pasien mengatakan hari ini BAB 2 kali - Pasien mengatakan konsistensi masih cair - Paseien mengatakan warna fases kuning - Pasien mengatakan badan terasa panas O: -

-

Pasien tampak lemah BB : 33 kg Tonus otot melemah Mukosa bibir kering Kulit tampak kering Denyut nadai cepat N :102 TD : 80/70 mmHg S : 37,8 oc RR : 19 x/i Pasien terpasang infus WIDA KN-2, CRT > 3 detik Turgor kulit jelek Albumin 2,8 gr/dl

A : masalah belum terataso P : Intervensi dilanjutkan 23 Mei Nyeri akut S : 2017 berhubungan dengan agen cedera; - Pasien mengatakan nyeri dada di sebelah biologis kanan bagian bawah - Pasien mengatakan nyeri terasa seperti mendesak

Paraf

- Pasien mengtakan skala nyeri berkisar antara 4 sampai 5 - Pasien mengatakan nyeri terasa hilang timbul - Pasien mengtakan posisi tidur lebih nyaman miring ke kiri, agar tidak terasa nyeri O: - Pasien tampak tidak bersemangat - Pasien tampak meringis jika daerah abdomen kuadran atas saat di palpasi - Pasien tampak melindungi nyeri - TD: 80/60 mmHg - N : 102 x/i A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan 23 Mei Diare berhubungan S : 2017 dengan Proses - Pasien mengatakan Infeksi BAB sudah 2 kali, konsistensi cair, warna kuning, dan volumenya sedang - Pasien mengatakan mengalami diare sejak 1 minggu yang lalu, diare hilang timbul - Pasien merasa mual jika makan nasi O: -

Pasien tampak lemah - TD : 90/60 mmHg - N : 124 x/i - Pasien tampak lemah

-

Bising usus 16 x/i Turgor kulit jelek PH : 7,46 Pasien mendapat terapi IVFD WIDA KN-2

P : masalah belum teratasi A : Intervensi dilanjutkan 23 Mei Ketidak seimbangan S : 2017 nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis O: -

-

-

Pasien mengatakan tidak nafsu makan Pasien mengatakan tidak merasa mual dan muntah Pasien mengatakan masih diare BB : 31 kg TB :157 cm IMT : 12,19 (berat badan kurang) Lingkar lengan : 19 cm Turgor kulit jelek Diit tampak tidak dihabiskan Konjungtiva anemis Bibir kering, terdapat sariawan, dan kondidiasis oral Albumin 2,8 Limfosit 9% Terpasang IVFD WIDA KN-2 8 tetes/menit Infuspaten Gula darah puasa 107 mg/dl TD : 80/60 mmHg N: 102 x/i RR : 19 x/i

S : 37,8 o

A: Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 23 Mei Harga diri rendah 2017 situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh

S: - Pasien mengatakan berat badannya sekarang berkurang drastis - Pasien mengatakan tidak percaya diri dengan postur tubuhnya saat ini A: - Pasien tampak banyak diam - Saat berbicara pasien lebih banyak menunduk - Pasien hanya sesekali menatap lawan bicara - Pasien belum bisa berkomunikasi terbuka P :masalah belum teratasi

24 Mei Kekurangan volume 2017 cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

A : dilanjutkan S:

Intervensi

- Pasien mengatakan badan masih terasa lemah - Pasien mengatakan hari ini BAB 2 kali - Pasien mengatakan konsistensi awalnya lunak lalu cair - Paseien mengatakan

warna fases kuning O: -

Pasien tampak lemah BB : 33 kg Tonus otot melemah Mukosa bibir kering dan pecah pecah Kulit tampak kering N :88 x/i TD : 80/70 mmHg S : 36,8 oc RR : 19 x/i Pasien terpasang infus WIDA KN-2, CRT 3 detik

-

-

A : masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 24 Mei Nyeri akut 2017 berhubungan dengan agen cedera; biologis

S: - Pasien mengatakan nyeri masih terasa - Pasien mengatakan nyeri terasa seperti mendesak - Pasien mengtakan skala nyeri berkisar antara 4 sampai 5 - Pasien mengatakan nyeri terasa hilang timbul - Pasien mengtakan posisi tidur lebih nyaman miring ke kiri, agar tidak terasa nyeri O: - Pasien tampak melindungi nyeri - TD: 80/70 mmHg - N : 88 x/i A : masalah belum

teratasi P : intervensi dilanjutkan 24 Mei Diare berhubungan 2017 dengan Proses Infeksi

S: - Pasien mengatakan BAB sudah 2 kali, konsistensi awalnya lunak lalu cair, warna kuning, dan volumenya sedang O: -

Pasien tampak lemah TD : 80/70 mmHg N : 88 x/i Pasien tampak lemah Bising usus 16 x/i Turgor kulit jelek Pasien mendapat terapi IVFD WIDA KN-2

A : masalah belum teratasi A : Intervensi dilanjutkan 24 Mei Ketidak seimbangan S : 2017 nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis O: -

-

Pasien mengatakan nafsu makan masih kurang Pasien mengatakan masih diare BB : 31 kg TB :157 cm IMT : 12,19 (berat badan kurang) Lingkar lengan : 19 cm Turgor kulit jelek Diit tampak dihabiskan seperempat porsi Konjungtiva anemis Bibir kering,

-

-

terdapat sariawan, dan kondidiasis oral Terpasang IVFD WIDA KN-2 8 tetes/menit Infus paten TD : 80/70 mmHg N: 88 x/i RR : 19 x/i S : 36,8 oC

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 24 Mei Harga diri rendah S : 2017 situasional - Pasien mengatakan berhubungan dengan masih bermasalah gangguan citra tubuh dengan berat badannya - Pasien mengatakan masih belum percaya diri A: - Pasien tampak banyak diam - Pasien sudah berani bertanya dan menyampaikan keluhannya P :masalah belum teratasi A : Intervensi dilanjutkan 25 Mei Kekurangan volume S : 2017 cairan berhubungan dengan kehilangan - Pasien mengatakan badan masih terasa cairan aktif lemah - Pasien mengatakan hari ini BAB 2 kali - Pasien mengatakan

konsistensi awalnya lunak lalu cair - Paseien mengatakan warna fases kuning O: - Pasien tampak lemah - Mukosa bibir kering dan pecah pecah - N :94 x/i TD : 90/70 mmHg S : 37,0 oc RR : 19 x/i - Pasien terpasang infus WIDA KN-2, A : masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 25 Mei Nyeri akut 2017 berhubungan dengan agen cedera; biologis

S: - Pasien mengatakan nyeri masih terasa - Pasien mengatakan nyeri terasa seperti mendesak - Pasien mengtakan skala nyeri berkisar antara 4 sampai 5 - Pasien mengatakan nyeri terasa hilang timbul - Pasien mengtakan posisi tidur lebih nyaman miring ke kiri, agar tidak terasa nyeri O: - Pasien tampak melindungi nyeri - TD: 90/70 mmHg - N : 93 x/i A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan 25 Mei Diare berhubungan 2017 dengan Proses Infeksi

S: - Pasien mengatakan BAB sudah 2 kali, konsistensi awalnya lunak lalu cair, warna kuning, dan volumenya sedang O: -

Pasien tampak lemah TD : 90/70 mmHg N : 93 x/i Pasien tampak lemah Bising usus Turgor kulit jelek Pasien mendapat terapi IVFD WIDA KN-2

A : masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 24 Mei Ketidak seimbangan S : 2017 nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis O: -

-

Pasien mengatakan nafsu makan masih kurang Pasien mengatakan masih diare BB : 31 kg TB :157 cm IMT : 12,19 (berat badan kurang) Lingkar lengan : 19 cm Turgor kulit jelek Diit tampak dihabiskan seperempat porsi Konjungtiva anemis Bibir kering,

-

-

terdapat sariawan, dan kondidiasis oral Terpasang IVFD WIDA KN-2 8 tetes/menit Infus paten TD : 90/70 mmHg N: 93 x/i RR : 19 x/i S : 37,0 oC

A : Masalah belum teratasi P :Intervensi dilanjutkan 25 Mei Harga diri rendah S : 2017 situasional - Pasien mengatakan berhubungan dengan masih bermasalah gangguan citra tubuh dengan berat badannya - Pasien mengatakan masih belum percaya diri A: - Pasien tampak banyak diam - Pasien sudah berani bertanya dan menyampaikan keluhannya P :masalah belum teratasi A : Intervensi dilanjutkan 26 Mei Kekurangan volume S : 2017 cairan berhubungan dengan kehilangan - Pasien mengatakan badan terasa lemah cairan aktif dan letih - Pasien mengatakan hari ini BAB 1 kali - Pasien mengatakan konsistensi lunak

- Paseien mengatakan warna fases kuning O: -

Pasien tampak lemah Tonus otot melemah Mukosa bibir kering Denyut nadai cepat N :102 TD : 80/70 mmHg S : 37,8 oc RR : 19 x/i - Pasien terpasang infus WIDA KN-2, - Turgor kulit jelek - Albumin 2,8 gr/dl A : masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 26 Mei Nyeri akut S : 2017 berhubungan dengan agen cedera; - Pasien mengatakan nyeri masih terasa di biologis dada bagian bawah - Pasien mengatakan nyeri terasa seperti mendesak - Pasien mengtakan skala nyeri berkisar antara 4 sampai 5 - Pasien mengatakan nyeri terasa hilang timbul - Pasien mengtakan posisi tidur lebih nyaman miring ke kiri, agar tidak terasa nyeri O: - Pasien tampak tidak bersemangat - Pasien tampak meringis jika daerah abdomen kuadran atas saat di palpasi

- Pasien tampak melindungi nyeri - TD: 100/80 mmHg - N : 85 x/i A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan 26 Mei Diare berhubungan S : 2017 dengan Proses - Pasien mengatakan Infeksi BAB satu kali, konsistensi lunak, warna kuning, dan volumenya sedang

O: -

Pasien tampak lemah - TD : 100/80 mmHg - N : 85 x/i - Bising usus 16 x/i - Turgor kulit mulai membaik - Pasien mendapat terapi IVFD WIDA KN-2 P : masalah belum teratasi A : Intervensi dilanjutkan

26 Mei Ketidak seimbangan S : 2017 nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis -

O: -

Pasien mengatakan nafsu makan masih kurang Pasien mengatakan tidak merasa mual dan muntah BB : 31 kg TB :157 cm IMT : 12,19 (berat

-

-

-

badan kurang) Lingkar lengan : 19 cm Turgor mulai membaik Diit tampak dihabiskan ¼ porsi Bibir kering, terdapat sariawan, dan kondidiasis oral Albumin 2,8 Limfosit 9% Terpasang IVFD WIDA KN-2 8 tetes/menit Infuspaten Gula darah puasa 107 mg/dl TD : 100/80 mmHg N: 85 x/i RR : 19 x/i S : 37,8 oC

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutka 26 Mei Harga diri rendah S : 2017 situasional - Pasien mengatakan berhubungan dengan tidak gangguan citra tubuh mempermasalhkan lagi berat badanya - Pasien mengatakan tidak percaya diri dengan postur tubuhnya saat ini A: - Pasien masih sering diam - Pasien berbicara sudah menatap wajah pembicara - Pasien sudah mampu berkomunikasi

terbuka P :masalah teratasi A : Intervensi dihentikan 27 Mei Kekurangan volume S : 2017 cairan berhubungan dengan kehilangan - Pasien mengatakan badan terasa lemah cairan aktif dan letih - Pasien mengatakan hari ini BAB 1 kali - Pasien mengatakan konsistensi lunak - Paseien mengatakan warna fases kuning O: -

Pasien tampak lemah Tonus otot melemah Mukosa bibir kering Denyut nadai cepat N :102 TD : 80/70 mmHg S : 37,8 oc RR : 19 x/i - Pasien terpasang infus WIDA KN-2, - Turgor kulit jelek - Albumin 2,8 gr/dl A : masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 27 Mei Nyeri akut S : 2017 berhubungan dengan agen cedera; - Pasien mengatakan nyeri masih terasa di biologis dada bagian bawah - Pasien mengatakan nyeri terasa seperti mendesak - Pasien mengtakan skala nyeri berkisar antara 4 sampai 5 - Pasien mengatakan nyeri terasa hilang timbul

- Pasien mengtakan posisi tidur lebih nyaman miring ke kiri, agar tidak terasa nyeri O: - Pasien tampak tidak bersemangat - Pasien tampak meringis jika daerah abdomen kuadran atas saat di palpasi - Pasien tampak melindungi nyeri - TD: 100/80 mmHg - N : 85 x/i A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan 27 Mei Diare berhubungan S : 2017 dengan Proses - Pasien mengatakan Infeksi BAB satu kali, konsistensi lunak, warna kuning, dan volumenya sedang O: -

Pasien tampak lemah - TD : 100/80 mmHg - N : 85 x/i - Bising usus 16 x/i - Turgor kulit mulai membaik - Pasien mendapat terapi IVFD WIDA KN-2 P : masalah teratasi A : Intervensi dihentikan

26 Mei Ketidak seimbangan S : 2017 nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis O: -

-

-

Pasien mengatakan nafsu makan masih kurang BB : 31 kg TB :157 cm IMT : 12,19 (berat badan kurang) Lingkar lengan : 19 cm Turgor mulai membaik Diit tampak dihabiskan ¼ porsi Bibir kering, terdapat sariawan, dan kondidiasis oral Albumin 2,8 Limfosit 9% Terpasang IVFD WIDA KN-2 8 tetes/menit Infuspaten Gula darah puasa 107 mg/dl TD : 100/80 mmHg N: 85 x/i RR : 19 x/i S : 37,8 oC

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutka

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.U DENGAN HIV AIDS DI IRNA NON BEDAH PENYAKIT DALAM PRIA RSUP Dr. M DJAMIL PADANG

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Identifikasi Klien : a. Nama

: Tn.U

b. No. MR

: 97.91.00

c. Tempat/ Tgl Lahir

: Pariaman, 1 Februari 1967

d. Umur

: 50 tahun

e. Jenis Kelamin

: Laki – Laki

f. Status Kawin

: Kawin

g. Agama

: Islam

h. Pendidikan terakhir : SMP i. Pekerjaan

: Pabrik

j. Tanggal Masuk

: 21 Mei 2017

k. Alamat

: Perumahan Cendana Anak Air C/2 Koto Tangah

l. Diagnosa Medis

: Diare kronik, IO dengan TB Paru, condidiasis oral, dan anemia ringan

2. Identifikasi Penanggung Jawab a. Nama

: Ny. E

b. Pekerjaan

: Mengurus Rumah Tangga

c. Alamat

: Perumahan Cendana Anak Air C/2 Koto Tangah

d. Hubungan

: Istri

3. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Kesehatan Sekarang 1) Keluhan Utama Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD pada tanggal 19 Mei 2017 jam 09.45 WIB dirujuk dari Rs. Siti Rahma, dengan keluhan diare sejak 3 minggu yang lalu, konsistensi cair dan berlendir, frekuensi 3 sampai 4 kali dalam sehari, BAB bewarna kuning, dan kadang berdarah, pasien mengatakan badan terasa lemah dan letih 2) Keluhan Saat Dikaji Pada saat pengkajian tanggal 25 Mei 2017 jam 11.00 WIB, didapatkan pasien dengan kesadaran komposmentis, keadaan umum klien tampak lemah dan letih. Saat pengkajian pasien mengatakan masih diare, frekuensi 4 sampai 5 kali dalam sehari, BAB cair, bewarna kuning kadang berdarah serta berlendir, pasien mengeluhkan badan terasa lemah dan letih, nafsu makan menurun, pasien mengatakan berat badan semakin berkurang BB sekarang 33 kg, pasien mengatakan mulut sariawan serta bibir kering, pasien juga mengeluhkan kulit gatal-gatal dan bewarna kemerahan. b. Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien mengatakan dua bulan yang lalu pernah dirawat karena penyakit paru, pasien mengatakan tidak mendapat terapi obat paru, pasien mengatakan sudah berhenti merokok sejak 2 bulan yang lalu, pasien mengatakan pernah minum alkohol sewaktu muda pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi narkoba, pasien mengatakan pernah seks bebas sebelum menikah. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit HIV AIDS. Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti Hipertensi, DM, Jantung serta penyakit TBC.

4. Pola aktivitas sehari – hari (ADL) a. Pola Nutrisi 1) Sehat Saat sehat pasien makan 3 kali sehari pasien menkonsumsi nasi ditambah lauk pauk, sayur dan habis dalam satu porsi, pasien kadang-kadang juga mengkonsumsi buah. Pasien minum air putih 5-6 gelas/hari, pasien juga mengatakan sering mengkonsumsi kopi. 2) Sakit Pasien mengatakan nafsu makan berkurang sejak 1 bulan terakhir. Pasien mendapatkan diet ML dan hanya dihabiskan 3-4 sendok.pasien sering mengeluhkan haus. Saat sakit pasien banyak mengkonsumsi air putih ±800 ml perhari b. Pola Eliminasi 1) Sehat BAB : pada saat sehat pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak bewarna kecoklatan. BAK : pada saat sehat pasien BAK lebih kurang 6 kali sehari, pasien BAK dengan lancar 2) Sakit BAB : pasien mengatakan diare sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit frekuensi 4-5 kali dalam sehari, bewarna kuning terkadang berdarah, konsistensi cair dan berlendir. Pasien BAK 5 sampai 7 kali sehari. pasien terpasang pempers, kebutuhan eliminasi pasien dilakukan ditempat tidur. c. Pola Tidur dan Istirahat 1) Sehat Saat sehat pasien tidur malam 6 sampai 7 jam perhari, pasien mengatakan tidak terbiasa tidur siang karena bekerja 2) Sakit Selama sakit jam tidur pasien meningkat, waktu pasien lebih banyak digunakan untuk tidur dan istirahat. Pasien mengatakan tidur malam

6-8 jam perhari dan tidur siang 2-3 jam. Pasien mengatakan pola tidur terganggu karena diare. d. Pola Aktivitas dan Latihan 1) Sehat Saat sehat pasien mampu melakukan aktifitas sehari hari secara mandiri. 2) Sakit Saat sakit aktivitas pasien lebih banyak di tempat tidur . aktivitas pasien dibantu keluarga. e. Pola bekerja 1) Sehat Saat sehat pasien bekerja sebagai petani karet, pasien bekerja 5 jam dalam sehari. 2) Sakit Pasien mengatakan sudah 6 minggu tidak bekerja karena badan terasa lelah dan letih.

5. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum 1) Tinggi badan

: 153 cm

2) Berat badan

: 33 kg

3) IMT

: 14,10 (Berat badan kurang)

4) Lingkar lengan

: 19 cm

5) Kesadaran

: Composmentis Coperatif

6) Tekanan darah

: 100/70 mmHg

7) Nadi

: 110 x/i

8) Pernafasan

: 19 x/i

9) Suhu

: 37,0 oC

b. Kepala Kepala simetris, tidak ada pembengkakan pada kepala dan tidak ada lesi.

c. Wajah Ekspresi wajah tampak tegang d. Rambut Rambut bewarna hitam, tampak kusam distribusi rambut merata, rambut mudah rontok dan berketembo. e. Mata Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak ikhterik,reflek cahaya positik kiri dan kanan, reflek pupil isokor, ukuran pupil 2mm/2mm f. Hidung Hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat pembengkakan, tidak terdapat nyeri tekan. g. Mulut Bibir tampak kering dan pecah-pecah, terdapat condidiasis oral, terdapat sariawan, terdapat gigi yang berlubang h. Telinga Telinga simetris, tidak terdapat pembengkakan di area telinga, terdapat serumen di kedua telinga terdapat serumen di kedua telinga. i. Leher Leher simetris, tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, dan tidak terdap bendungan vena jugularis. j. Paru-Paru Inspeksi

: Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak terdapat retraks dinding dada, terdapat bantuan otot bantu pernafasan

Palpasi

: Premitus kiri dan kanan sama

Perkusi

: Sonor

Auskultasi

:Vasikuler

k. Jantung Inspeksi

: Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi

:Ikhtus kordis teraba satu jari RIC 3

Perkusi

: Pekak pada batas jantung

Auskultasi

: reguler

l. Abdomen Inspeksi

: tidak terdapat pembengkakan atau asites pada Perut, tidak terdapat distensi abdomen.

Ausklutasi

: bising usus 22x/i

Palpasi

: saat dilakukan perkusi didapatkan suara timpani

Perkusi

: hepar terba dan tidak ada nyeri tekan pada abdomen

m. Kulit Kulit terlihat kering, terdapat tanda-tanda lesi (sarkoma kaposi), turgor kulit jelek. n. Genitalia Pasien mengatakan tidak ada keluhan di area kemaluan. o. Ekstremitas Atas

: Pasien terpasang NaCL 0,9% 20 tetes/menit di tangan

sebelah kanan, akral teraba dingin, tidak terdapat udema, kulit kering, CRT > 3 detik tonus otot melemah. Bawah

: terdapat udema, kulit kering, akral teraba dingin, CRT >

3 detik, tonus otot melemah.

6. Data Psikologis a. Status Emosional Emosi pasien stabil, pasien mampu diajak komunikasi. b. Kecemasan Pasien mengatakan perasaan cemas karena merasa kondisinya belum juga membaik, pasien mengatakan tidak mengerti dengan penyakitnya saat ini. c. Pola Koping Pasien bersemangat dalam menjalani proses pengobatan,dan sabar dalam menjalani penyakitnya saat ini.

d. Gaya Komunikasi Pasien mampu diajak berkomunikasi, pasien mampu berkomunikasi secara terbuka. e. Konsep diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri, peran, identitas, dan ideal diri. Pasien memiliki konsep diri yang baik, pasien ingin segera sembuh agar bisa kembali bekerja dan berkumpul besama keluarga.

7. Data Sosial Ekonomi Keluarga

mengatakan

pasien

merupakan

seseorang

yang

senag

bersosialisasi dengan orang lain. Pasien bekerja di kebun karet pasien mengatakan penghasilan bersihnya Rp. 2.000.000 perbulan. Gajinya digunakan untuk membantu biaya ppendidikan anak anaknya dan juga membeli kebutuhan rumah tangga. Pasien memakai kartu BPJS kelas II untuk pembiayaan di rumah sakit.

8. Data Spiritual Pasien merupakan seorang muslim dan berkeyakinan bahwa allah akan memberikan kesembuhan kepadanya. pasien mengatakan dalam masih sering meninggalkan shalat.

9. Lingkungan tempat tinggal a. Tempat pembuangan kotoran

: WC + sepctic tang

b. Tempat pembuangan sampah

: dikumpul ke mobil sampah

c. Pekarangan

: hanya ada teras rumah

d. Sumber air minum

: klien minum dengan air

e. Pembuangan air limbah

galon : klien buang air limbah diselokan

depan di rumah

10. Data Penunjang

Kimia Klinik

Hematologi

Jenis

Pemeriksaan Hemoglobin Leukosit Eritrosit Trombosit Hematokrit Retikulosit LED MCV MCH MCHC Basofil Eosinofil N. Batang N.Segmen Limfosit Monosit

Pemeriksaan Urin

20

29

30

8,8 3.050 3,8 285.000 29 0,5

330.000 32

Nilai Rujukan 14-18 g/dl 5.000-10.000/mm3 4,5-5,5 Juta 150.000-400.000/ mm3 40-48% 0,5 – 2 % 0 – 10 mm 82 – 92 fL 27 – 31 pg 32 – 36 0 - 1,0 % 1,0 – 3,0 % 2,0 – 6,0 % 50 – 70 % 20 – 40 % 2,0 – 8,0 %

76 23 31 0 0 10 79 8 3

GDS

84

< 200 mg/dl

Ureum darah Kreatinin Darah Kalsium Natrium Kalium Klorida serum Total protein Albumun Globulin

32 0,8 7,2 129 3,3 102 4,0 1,7 2,3

10,9-50,0 mg/dl 0,6-1,1 mg/dl 8,1-10,4mg/dl 136-145 Mmol/L 3,5 – 5,1 Mmol/L 97-111 Mmol/L 66 – 87 g/dl 2,8 gr/dl 1,3 – 2,7 g/dl Kuning - Coklat

Kekeruhan BJ PH Leukosit Eritrosit Protein Glukosa Bilirubin

Kuning muda Negatif 1.020 5,5 1–2 0–1 Positif Negatif Negatif

Urobilinogen

Positif

Warna

rik saa n

19 10,2 4.060

Hasil 22

Warna Konsistensi

Negatif 1,003 – 1,030 4,6 – 8,0 ≤5 ≤1 Negatif Negatif Negatif Positif kuning Lunak

Imnunolog i– Serologi

Darah Lendir Leukosit Eritrosit Tes darah samar HbsAg Anti HCV

Negatif Negatif 0-1 0-1 Positif

≤5 ≤1 negatif < 0,13 ( Negatif ) < 1 ( Negatif )

CD4

≥ 600 Sel/μL

Procalation

< 0,5 Low Risk

11. Program dan Rencana Peengobatan Program pengobatan pasien mulai dari tanggal 19 mei 2017 : Nacl 0,9%

2x-1–1

New diatab

3 x1

(PO)

Nacetilsistein

3 x 200 g

(PO)

Lansoprazol

1 x 30 mg

(PO)

Albumin 20%

1 kali trnfusi (IV)

Niflec

1 ekstra

(PO)

Dexametasone

3 x 1amp

( IV)

Clindamicin

4 x 600

(PO)

12. ANALISA DATA KEPERAWATAN Data DS : f. Pasien mengatakana badan terasa lemah dan letih g. Pasien mengatakan BAB cair h. Frekuensi BAB 3 sampai 4 kali dalam sehari i. Pasien merasakan sering merasa haus j. Pasien mengatakan sering keringat malam DO : i. j. k. l.

Pasien tampak lemah Bibir tampak kering Turgor kulit Jelek CRT > 3 detik

Masalah Kekurangan volume cairan

Penyebab Kehilangan cairan aktif

m. n. o. p.

Kulit tampak kering TD = 80/70 mmHg N = 124 x/i Pasien mendapatkan terapi Nacl 0,9% DS : d. Pasien mengatakan diare seajak tiga minggu yang lalu e. Pasien mengtakan konsentrasi BAB cair f. Pasien mengatakan frekuensi diare 3 sampai 4 kali sehari, konsistensi cair dan berlendir, bewarna kuning, kadang kemerah merahan.

Diare

Proses Infeksi

DO: e. f. g. h. DS: a.

Pasien tampak lemah Bising usus 21 x/i TD : 90/60 mmHg N : 124 x/i

Pasein mengatakan berat badan mengalami penurunan sejak sakit b. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang c. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang sejak sakit d. Pasien mengatakan porsi makan hanya dihabiskan 3 sampai 4 sendok makan DO:

a. b. c. d.

Pasien tampak kurus Berat badan sekarang 33 kg Tinggi badan 154 cm IMT 14, 34 (Berat badan kurang) e. Lingkar lengan 19 f. Porsi makan tampak tidak habis g. Bising usus 21 x/i h. Bibir kering i. Terdapat sariawan j. Tonus otot melemah

Ketidak Faktor biologis seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

DS :

Resiko kerusakan Faktor imunologi integritas kulit

a. Pasien mengatakan kulit gatal – gatal dan memerah b. Pasien mengatakan kulit memerah sejak 1 minggu yang lalu c. Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi DO : a. Kulit tampak memerah pada bagian ekstremitas b. Kulit kering c. Turgor kulit jelek DS :

Ansietas

Kurang pengetahuan

a. Pasien mengatakan ada perasaan cemas b. Pasien mengatakan merasa cemas karena kondisinya belum juga membaik c. Pasien mengatakan tidak mengerti dengan proses penyakitnya saat ini DO : a. Ekspresi wajah tampak tegang

13. DIAGNOSA KEPERAWATAN No

Diagnosa Keperawatan

Ditemukan Masalah Tgl

1

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif

25 Mei 2017

Paraf

Dipecahkan Masalah Tgl

Paraf

2

Diare berhubungan dengan Proses Infeksi

25 Mei 2017

3

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis

25 Mei 2017

4

Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologis

25 Mei 2017

5

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

25 Mei 2017

14. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NO

1

Diagnosa Keperawatan

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan aktif

Intervensi NOC

NIC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan diharapkan keseimbangan cairan tidak terganggu dengan kriteria hasil : 6) Tekanan darah tidak terganggu 7) Denyut nadi radial tidak terganggu 8) Keseimbangan intake dan output

Menajemen cairan: 6) Jaga intake/ asupan yang akurat dan catat ouput pasien 7) Monitor status hidrasi (misalnya membran mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah ortostatik) 8) Monitor hasil laboratorium yang

dalam 24 jam tidak relevan dengan retensi terganggu cairan 9) Berat badan stabil 9) Monitor tanda tanda 10) Turgor kulit tidak vital terganggu 10) Beri terapi IV, seperti yang ditentukan Setelah dilakukan 11) Distribusi cairan tindakan keperawatan selama 24 jam diharapkan hidrasi tidak terganggu dengan Monitor cairan : kriteria hasil : 8) Tentukan jumlah dan 8) Turgor kulit tidak jenis intake/asupan terganggu cairan serta kebiasaan 9) Membran mukosa eliminasi lemba tidak 9) Tentukan faktor faktor terganggu yang menyebabkan 10) Intake cairan tidak ketidak seimbangan terganggu cairan 11) Output cairan tidak 10) Periksa isi ulang terganggu kapiler 12) Perfusi jaringan 11) Periksa turgor tidak terganggu kulit 13) Tidak ada nadi 12) Monitor berat cepat dan lemah badan 14) Tidak ada 13) Monitor kadar kehilangan berat serum albumin dan badan protein total 14) Monitor membran mukosa, turgor kulit dan respon haus 2

Diare berhubungan dengan Proses Infeksi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan eliminasi usus tidak terganggu dengan kriteria hasil : 4) Pola eliminasi tidak terganggu 5) Suara bising usus tidak terganggu 6) Diare tidak ada

Menajemen saluran cerna 3) Monitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna dengan cara yang tepat 4) Monitor bising usus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapka tidak terjadi keparahan infeksi, dengan kriteria hasil :

6) Tentukan riwat diare 7) Ambil tinja untuk pemeriksaan kultur dan sensitifitas bila diare berlanjut 8) Instruksikan pasien atau anggota keluarga untuk mencatat warna,

4) Melaise tidak ada 5) Nyeri tidak ada

Menajemen diare

6) Depresi jumlah sel darah putih tidak ada

volume, frekuensi, dan konsistensi tinja 9) Identifikasi faktor yang bisa menyebabkan diare (misalnya medikasi, bakteri, dan pemberian makan lewat selang) 10) Amati turgor kulit secara berkala Monitor Elektrolit 8) Monitor serum elektrolit 9) Monitor serum albumin dan kadar protein total, sesuai dengan indikasi 10) Monitor ketidak seimbangan asam basa 11) Identifikasi kemungkinan penyebab ketidak seimbangan elektrolit 12) monitor adanya kehilangan cairan elektrolit, jika diperlukan 13) monitor adanya mual, muntah dan diare 14) monitor adanya penyakit medis yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit Terapi Intravena (IV) 1) Berikan pengobatan IV, sesuai yang diresepkan, dan monitor untuk hasilnya 2) Monitor kecepatan aliran intravena dan area intravena selama pemberian infus 3) Monitor tanda- tanda

vital 3

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi dapat ditingkatkan dengan kriteria hasil : 3) Asupan nutrisi tidak menyimpang dari rentang normal 4) Asupan makanan tidak menyimpang dari rentang normal

Menajemen nutrisi : 4) Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi 5) Identifikasi adanya alergi atau intolerasi makanan yang dimiliki pasien 6) Monitor kalori dan asupan makanan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi : Asupan nutrisi dapat ditingkatkan dengan kriteria hasil :

Monitor nutrisi :

7) Asupan kalori sebagian besar adekuat 8) Asupan protein sebagian besar adekuat 9) Asupan lemak sebagian besar adekuat 10) Asupan karbohidrat sebagian besar adekuat 11) Asupan vitamin sebagian besar adekuat 12) Asupan mineral sebagian besar adekuat Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan nafsu makan dengan kriteria hasil : 4) Intake makanan tidak terganggu

1) Lakukan pengukuran antopometri pada komposisi tubuh (misalnya indeks masa tubu) 2) Monitor kecendrungan turun dan naiknya berat badan 3) Identifikasi perubahan berat badan terakhir 4) Monitor turgor kulit dan mobilitas

5) Identifikasi adanya abnormalitas rambut (misalnya kering, tipis, kasar dan mudah patah)

5) Intake nutrisi tidak terganggu 6) Intake cairan tidak terganggu Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharaokan terjadi peningkatan status nutrisi : asupan makanan dan cairan dengan kriteria hasil : 3) Asupan makanan secara oral sebagian besar adekuat 4) Asupan cairan intravena sepenuhnya adekuat

6) Monitor adanya muall muntah 7) Identifikasi abnormalitas eliminasi bowel (misalnya diare) 8) Monitor diet dan asupan kalori 9) Identifikasi penurunan nafsu makan 10) Monitor adanya warna pucat, kemerahan dan jaringan konjungtiva yang kering 11) Identifikasi adanya ketidak normalan dalam rongga mulut (misalnya;inflamasi, kenyal, ompong, gusi berdarah, kering, bibir peceh-pecah, bengkak, merah tua, lidah kasar 12) Lakukan pemeriksaan laboratorium, moitor hasilnya (misalnya kolesterol, serum albumin, nitrogen, urin, selama 24 jam, hitung limfosit total dan nilai elektrolit) Pemberian nutrisi total parenteral: 1) Pastikan isersi intravena cukup paten untuk memberikan nutrisi intravena 2) Pertahankan kecepatan aliran yang konstan 3) Monitor masukan dan output cairan 4) Monitor kadar albumin, protein total, elektrolit profil lipid, glukosa darah dan kimia darah 5) Monitor tanda tanda vital

4

Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan integritas jaringan kulit dan membranmukosa dapat ditingkatkan : 7. Suhu kulit tidak terganggu 8. Tekstur kulit tidak terganggu 9. Integritas kulit tidak terganggu 10. Pigmentasi abnormal ringan 11. Lesi mukosa ringan 12. Kanker kulit tidak ada

Pemberian obat kulit: 4) Ikuti prinsip 5 benar pemberian 5) Catat riwayat medis pasien dan riwayat alergi 6) Tentukan pengetahuan pasien mengenai medikasi dan pemahaman pasien mengenai metode pemberian obat Pengecekan kulit : 5)

6) 7)

8)

5

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

Amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur, edema, dan ulserasi pada ekstremitas Monitor warna dan suhu kulit Monitor kulit dan selaput lendir terhadap area perubahan warna, memar, dan pecah Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet

Setelah dilakukan Bimbingan antisipatif : tindakan keperawatan diharapkan tingkat 4) Bantu klien mengidentifikasi kecemasan tidak kemungkinan terganggu dengan perkembangan kriteria hasil : situasi krisis yang 9) Tidak ada akan terjadi dan efek wajah tegang dari krisis yang bisa 10) Tidak ada rasa berdampak pada takut yang klien dan keluarga disampaikan secara 5) Gunakan contoh lisan kasus untuk 11) Tidak ada rasa meningkatkan cemas yang di kemampuan sampaikan secara pemecahan masalah lisan klien dengan cara 12) Tidak ada yang tepat peningkatan tekan

darah 13) Tidak ada peningkatan tekanan nadi 14) Tidak ada peningkatan frekuensi pernafasan 15) Tidak ada menarik diri 16) Tidak ada gangguan pola tidur

6) Libatkan keluarga maupun orang orang terdekat klien jika memungkinkan Pengurangan kecemasan : 10) Gunakan pendekan yang tenang dan menyakinkan 11) Nyaktakan dengan jelas harapan terhadap prilaku klien 12) Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan progosis 13) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien dengan cara yang tepat 14) Puji kekuatan prilaku yang baik secara tepat 15) Dengarkan klien 16) Identifikasi pada saat terjadi perubahan kecemasan 17) Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi 18) Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal keceemasan

15. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Tgl/ Hari

Diagnosa Keperawatan

25 Mei 2017

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

25 Mei 2017

Diare berhubungan dengan Proses Infeksi

25 Mei 2017

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis

Tindakan Keperawatan 1)

Mencatat Intake dan Output pasien 2) Menilai status hidarasi dari mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan darah 3) Mengukur TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh 4) Memberikan infus NACL 0,9% 5) Menentukan faktor–faktor yang menyebabkan ketidak seimbangan cairan 6) Memerika CRT 7) Memeriksa turgor kulit 8) Memonitor kadar albumin 9) Memonitor memonitor mokosa, turgor kulit, dan respon haus 1) Momonitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna 2) Memonitor bising usus 3) Mengkaji riwayat diare 4) Menginstruksikan pasien atau anggota keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja 5) Menilai turgor kulit 6) Monitor ketidak seimbangan asam basa 7) Monitor adanya mual muntah 8) Mengidentifikasi ketidak seimbangan elektrolit 9) Monitor adanya mual muntah dan diare 10) Berikan terapi infus NaCl 0,9% 11) Monitor kecepatan aliran infus 12) Monitor tanda- tanda vital 1) Menentukan status gizi 2) Mengkaji riwayat alergi 3) Monitor kalori dan asupan makanan 4) Menentukan IMT 5) Memonitor penurunan berat badan 6) Memonitor turgor kulit 7) Memonitor rambut

Paraf

8) 9) 10) 11) 12) 13) 14)

15) 16) 17) 18)

25 Mei 2017

25 Mei 2017

Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologis

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

19) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 1)

2)

3) 4) 5) 6)

Memonitor adanya mual muntah Mengidentifikasi diare Memonitor diet dan asupan kalori Mengidentifikasi penurunan nafsu makan Memonitor konjungtiva Mengidentifikasi rongga mulut Menilai hasil laboratorium (kolesterol, albumin, nitrogen, limfosit, dan nilai elektrolit) Memastikan insersi intravena cukup paten Mempertahankan kecepatan aliran infus Memonitor intake dan output cairan Memonitor kadar albumin, protein total, elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia darah Memonitor tanda- tanda vital Menjalankan prinsip 5 benar pemberian obat Mengkaji riwat alergi pasien Menetukanpengetahuan pasien tenntang metode pemberian obat Periksa kulit terkait kemerahan Mengamati warna kulit Monitor adanya ruam dan lecet Membantu klien menidentifikasi kemungkinan pembengkakan situasi yang akan terjadi dan efek dari krisis yang bisa berdampak pada klien dan keluarga dengan penyuluhan akan penyakit Menggunakan perbandingan kondisi pasien lain dengan pasien lsin untuk meningkatkan rasa percaya diri pasien Melibatkan keluarga bercerita dalam kasus pasien Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan Memuji prilaku yang baik pasien Mendengarkan keluhan pasien, mengkaji ungkapan kecemasan pasien

26 Mei 2017

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

1) 2)

3) 4) 5) 6) 7) 8) 26 Mei 2017

Diare berhubungan dengan Proses Infeksi

1)

2) 3)

4) 5) 6) 7)

26 Mei 2017

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis

8) 9) 10) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13)

14)

Mencatat Intake dan Output pasien Menilai status hidarasi dan mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan darah Mengukur TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh Memberikan infus NACL 0,9% Memeriksa CRT Memeriksa turgor kulit Memonitor kadar albumin Memonitor memonitor mokosa, turgor kulit, dan respon haus Momonitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna Memonitor bising usus Menginstruksikan pasien atau anggota keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja Menilai turgor kulit Monitor adanya mual muntah Mengidentifikasi ketidak seimbangan elektrolit Monitor adanya mual muntah dan diare Berikan terapi infus NaCl 0,9% Monitor kecepatan aliran infus Monitor tanda- tanda vital Menentukan status gizi Monitor kalori dan asupan makanan Menentukan IMT Memonitor penurunan berat badan Memonitor turgor kulit Memonitor rambut Memonitor adanya mual muntah Mengidentifikasi diare Memonitor diet dan asupan kalori Mengidentifikasi penurunan nafsu makan Memonitor konjungtiva Mengidentifikasi rongga mulut Menilai hasil laboratorium (kolesterol, albumin, nitrogen, limfosit, dan nilai elektrolit) Memastikan insersi intravena cukup paten

26 Mei 2017

Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologis

26 Mei 2017

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

27 Mei 2017

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

27 Mei 2017

Diare berhubungan dengan Proses Infeksi

15) Mempertahankan kecepatan aliran infus 16) Memonitor intake dan output cairan 17) Memonitor kadar albumin, protein total, elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia darah 18) Memonitor tanda- tanda vital 1) Menjalankan prinsip 5 benar pemberian obat 2) Mengkaji riwat alergi pasien 3) Menetukanpengetahuan pasien tenntang metode pemberian obat 4) Periksa kulit terkait kemerahan 5) Mengamati warna kulit 6) Monitor adanya ruam dan lecet 1) Melibatkan keluarga bercerita dalam kasus pasien 2) Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan 3) Memuji prilaku yang baik pasien 4) Mendengarkan keluhan pasien, mengkaji ungkapan kecemasan pasien 1) Mencatat Intake dan Output pasien 2) Menilai status hidarasi dan mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan darah 3) Mengukur TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh 4) Memberikan infus NACL 0,9% 5) Memeriksa CRT 6) Memeriksa turgor kulit 7) Memonitor kadar albumin 8) Memonitor memonitor mokosa, turgor kulit, dan respon haus 1) Momonitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna 2) Memonitor bising usus 3) Menginstruksikan pasien atau anggota keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja 4) Menilai turgor kulit 5) Monitor adanya mual muntah 6) Mengidentifikasi ketidak seimbangan elektrolit

7)

27 Mei 2017

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis

8) 9) 10) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13)

14) 15) 16) 17)

27 Mei 2017

Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologis

27 Mei 2017

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

18) 1) 2) 3) 4)

1) 2) 3)

Monitor adanya mual muntah dan diare Berikan terapi infus NaCl 0,9% Monitor kecepatan aliran infus Monitor tanda- tanda vital Menentukan status gizi Monitor kalori dan asupan makanan Menentukan IMT Memonitor penurunan berat badan Memonitor turgor kulit Memonitor rambut Memonitor adanya mual muntah Mengidentifikasi diare Memonitor diet dan asupan kalori Mengidentifikasi penurunan nafsu makan Memonitor konjungtiva Mengidentifikasi rongga mulut Menilai hasil laboratorium (kolesterol, albumin, nitrogen, limfosit, dan nilai elektrolit) Memastikan insersi intravena cukup paten Mempertahankan kecepatan aliran infus Memonitor intake dan output cairan Memonitor kadar albumin, protein total, elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia darah Memonitor tanda- tanda vital Menjalankan prinsip 5 benar pemberian obat Periksa kulit terkait kemerahan Mengamati warna kulit Monitor adanya ruam dan lecet

Melibatkan keluarga bercerita dalam kasus pasien Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan Mendengarkan keluhan pasien, mengkaji ungkapan kecemasan pasien

28 Mei 2017

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

1) 2)

3) 4) 5) 6) 7) 28 Mei 2017

Diare berhubungan dengan Proses Infeksi

1)

2) 3)

4) 5) 6) 7)

28 Mei 2017

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis

8) 9) 10) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12)

13) 14) 15)

Mencatat Intake dan Output pasien Menilai status hidarasi dan mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan darah Mengukur TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh Memberikan infus NACL 0,9% Memeriksa CRT Memeriksa turgor kulit Memonitor mokosa, turgor kulit, dan respon haus Momonitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna Memonitor bising usus Menginstruksikan pasien atau anggota keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja Menilai turgor kulit Monitor adanya mual muntah Mengidentifikasi ketidak seimbangan elektrolit Monitor adanya mual muntah dan diare Berikan terapi infus NaCl 0,9% Monitor kecepatan aliran infus Monitor tanda- tanda vital Menentukan status gizi Monitor kalori dan asupan makanan Menentukan IMT Memonitor turgor kulit Memonitor rambut Memonitor adanya mual muntah Mengidentifikasi diare Memonitor diet dan asupan kalori Mengidentifikasi penurunan nafsu makan Memonitor konjungtiva Mengidentifikasi rongga mulut Menilai hasil laboratorium (kolesterol, albumin, nitrogen, limfosit, dan nilai elektrolit) Memastikan insersi intravena cukup paten Mempertahankan kecepatan aliran infus Memonitor intake dan output

28 Mei 2017

Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologis

28 Mei 2017

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

29 Mei 2017

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

29 Mei 2017

Diare berhubungan dengan Proses Infeksi

cairan 16) Memonitor kadar albumin, protein total, elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia darah 17) Memonitor tanda- tanda vital 1) Menjalankan prinsip 5 benar pemberian obat 2) Periksa kulit terkait kemerahan 3) Mengamati warna kulit 4) Monitor adanya ruam dan lecet

1)

Melibatkan keluarga bercerita dalam kasus pasien 2) Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan 3) Mendengarkan keluhan pasien, mengkaji ungkapan kecemasan pasien 1) Mencatat Intake dan Output pasien 2) Menilai status hidarasi dan mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan darah 3) Mengukur TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh 4) Memberikan infus NACL 0,9% 5) Memeriksa CRT 6) Memeriksa turgor kulit 7) Memonitor mokosa, turgor kulit, dan respon haus 1) Momonitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna 2) Memonitor bising usus 3) Menginstruksikan pasien atau anggota keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja 4) Menilai turgor kulit 5) Monitor adanya mual muntah 6) Mengidentifikasi ketidak seimbangan elektrolit 7) Monitor adanya mual muntah dan diare 8) Berikan terapi infus NaCl 0,9% 9) Monitor kecepatan aliran infus 10) Monitor tanda- tanda vital

29 Mei 2017

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12)

13) 14) 15) 16)

29 Mei 2017

Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologis

29 Mei 2017

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

17) 1) 2) 3) 4)

1) 2) 3)

Menentukan status gizi Monitor kalori dan asupan makanan Menentukan IMT Memonitor turgor kulit Memonitor rambut Memonitor adanya mual muntah Mengidentifikasi diare Memonitor diet dan asupan kalori Mengidentifikasi penurunan nafsu makan Memonitor konjungtiva Mengidentifikasi rongga mulut Menilai hasil laboratorium (kolesterol, albumin, nitrogen, limfosit, dan nilai elektrolit) Memastikan insersi intravena cukup paten Mempertahankan kecepatan aliran infus Memonitor intake dan output cairan Memonitor kadar albumin, protein total, elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia darah Memonitor tanda- tanda vital Menjalankan prinsip 5 benar pemberian obat Periksa kulit terkait kemerahan Mengamati warna kulit Monitor adanya ruam dan lecet

Melibatkan keluarga bercerita dalam kasus pasien Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan Mendengarkan keluhan pasien, mengkaji ungkapan kecemasan pasien

16. EVALUASI KEPERAWATAN Tgl/ Hari

Diagnosa Keperawatan

Evaluasi Keperawatan

25 Mei Kekurangan volume S : 2017 cairan berhubungan dengan kehilangan - Pasien mengatakan badan terasa lemah cairan aktif dan letih - Pasien mengatakan masih diare - Pasien mengatakan sering merasa haus O: -

-

Pasien tampak lemah BB : 33 kg Tonus otot melemah Mukosa bibir kering Denyut nadai cepat N :102 TD : 90/60 mmHg S : 37,8 oc RR : 19 x/i Pasien terpasang infus NaCl 00,9%, CRT > 3 detik Turgor kulit jelek Albumin 1,7 gr/dl

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 25 Mei Diare berhubungan S : 2017 dengan Proses - Pasien mengatakan Infeksi BAB sudah 2 kali, konsistensi cair, warna kuning, dan volumenya sedang - Pasien mengatakan mengalami diare sejak 3 minggu yang lalu O: - Pasien tampak lemah

Paraf

-

Bising usus 19 x/i Turgor kulit jelek N : 102 x/i TD :90/60

P : Masalah belum teratasi A : Intervensi dilanjutkan 25 mei Ketidak seimbangan S : 2017 nutrisi kurang dari - Pasien mengtakan kebutuhan tubuh tidak nafsu makan berhubungan dengan - Pasien mengatakan faktor biologis porsi makan hanya dihabiskan 2 sendok - Pasien mengatakan tidak merasa mual - Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi - Pasien mengatakan masih diare O: - BB : 33 Kg - TB :153 cm - IMT : 14,10 (berat bada kurang) - Lingkar lengan : 19 cm - Turgor kulit jelek - Diit tampak tidak dihabiskan - Konjung tiva anemis - Bibir kering terdapat sariawan, dan kondidiasis oral - Albumin 1,7 gr/dl - Limfosit - Terpasang infus NaCl 0,95 8 tetes/i - Infus paten - Gula darah puasa - N :102 x/i - RR : 19 x/i - S : 37,8OC P : Masalah belum

teratasi A: Intervensi dilanjutkan 25 Mei Resiko kerusakan S : 2017 integritas kulit - Pasien mengatakan berhubungan dengan kulit gatal – gatal faktor imunologi dan kemerahan - Pasien mengatakan kulit memerah sejak 1 minggu yang lalu - Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi A: -

Kulit tampak memerah Kulit kering Turgor kulit jelek

P : masalah belum teratasi A : Intervensi dilanjutkan 25 Mei Ansietas S: 2017 berhubungan dengan kurang - Pasien mengatakan ada perasaan cemas pengetahuan - Pasien mengatakan merasa cemas karena tidak mengetahu kondisinya - Pasien tidak mengerti dengan proses penyakit saat ini O: - Ekspresi wajah tampak tegang A : Masalah belum teratasi P : dilanjutkan

intervensi

26 Mei Kekurangan volume S : 2017 cairan berhubungan dengan kehilangan - Pasien mengatakan badan terasa lemah cairan aktif dan letih - Pasien mengatakan masih diare O: -

-

Pasien tampak lemah BB : 33 kg Tonus otot melemah Mukosa bibir kering Denyut nadai cepat N :100 TD : 80/60 mmHg S : 35,9 oc RR : 19 x/i Pasien terpasang infus NaCl 00,9%, CRT > 3 detik Turgor kulit jelek Albumin 1,7 gr/dl

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 26 Mei Diare berhubungan S : 2017 dengan Proses - Pasien mengatakan Infeksi BAB sudah 2 kali, konsistensi cair, warna kuning, dan volumenya sedang - Pasien mengatakan mengalami diare sejak 3 minggu yang lalu O: -

Pasien tampak lemah Bising usus 19 x/i Turgor kulit jelek N : 100 x/i TD :80/60 S : 35,90c

P : Masalah belum

teratasi A : Intervensi dilanjutkan 26 Mei Ketidak seimbangan S : 2017 nutrisi kurang dari - Pasien mengtakan kebutuhan tubuh tidak nafsu makan berhubungan dengan - Pasien mengatakan faktor biologis porsi makan hanya dihabiskan 1 sendok - Pasien mengatakan masih diare O: - BB : 33 Kg - TB :153 cm - IMT : 14,10 (berat bada kurang) - Lingkar lengan : 19 cm - Turgor kulit jelek - Diit tampak tidak dihabiskan - Konjung tiva anemis - Bibir kering terdapat sariawan, dan kondidiasis oral - Albumin 1,7 gr/dl - Limfosit - Terpasang infus NaCl 0,95 8 tetes/i - Infus paten - Gula darah puasa - N :100 x/i - RR : 18 x/i - S : 35,9OC P : Masalah belum teratasi A: Intervensi dilanjutkan 26 Mei Resiko kerusakan S : 2017 integritas kulit - Pasien mengatakan berhubungan dengan kulit gatal – gatal faktor imunologi dan kemerahan - Pasien mengatakan kulit memerah sejak 1 minggu yang lalu

- Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi A: -

Kulit tampak memerah Kulit kering Turgor kulit jelek

P : masalah belum teratasi A : Intervensi dilanjutkan 26 Mei Ansietas S: 2017 berhubungan dengan kurang - Pasien mengatakan ada perasaan cemas pengetahuan - Pasien tidak mengerti dengan proses penyakit saat ini O: - Ekspresi wajah tampak tegang A : Masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan 27 Mei Kekurangan volume S : 2017 cairan berhubungan dengan kehilangan - Pasien mengatakan badan terasa lemah cairan aktif dan letih - Pasien mengatakan masih diare O: -

Pasien tampak lemah BB : 33 kg Tonus otot melemah Mukosa bibir kering N :82 TD : 90/70 mmHg S : 36,6 oc

-

RR : 19 x/i Pasien terpasang infus NaCl 0,9%, CRT > 3 detik Turgor kulit jelek Albumin 1,7 gr/dl

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 27 Mei Diare berhubungan S : 2017 dengan Proses - Pasien mengatakan Infeksi BAB sudah 2 kali, konsistensi cair, warna kuning, dan volumenya sedang - Pasien mengatakan mengalami diare sejak 3 minggu yang lalu O: -

Pasien tampak lemah Bising usus 19 x/i Turgor kulit jelek N : 82 x/i TD :90/70 S : 36,60c

P : Masalah belum teratasi A : Intervensi dilanjutkan 27 Mei Ketidak seimbangan S : 2017 nutrisi kurang dari - Pasien mengtakan kebutuhan tubuh tidak nafsu makan berhubungan dengan - Pasien mengatakan faktor biologis porsi makan hanya dihabiskan 1 sendok - Pasien mengatakan masih diare O: - BB : 33 Kg - TB :153 cm

- IMT : 14,10 (berat bada kurang) - Lingkar lengan : 19 cm - Turgor kulit jelek - Diit tampak tidak dihabiskan - Konjung tiva anemis - Bibir kering terdapat sariawan, dan kondidiasis oral - Albumin 1,7 gr/dl - Limfosit - Terpasang infus NaCl 0,95 8 tetes/i - Infus paten - Gula darah puasa - N :82 x/i - RR : 18 x/i - S : 36,6OC P : Masalah belum teratasi A: Intervensi dilanjutkan 27 Mei Resiko kerusakan S : 2017 integritas kulit - Pasien mengatakan berhubungan dengan kulit gatal – gatal faktor imunologi dan kemerahan - Pasien mengatakan kulit memerah sejak 1 minggu yang lalu A: -

Kulit tampak memerah Kulit kering Turgor kulit jelek

P : masalah belum teratasi A : Intervensi dilanjutkan 27 Mei Ansietas S: 2017 berhubungan dengan kurang - Pasien mengatakan tidak ada lagi rasa

pengetahuan

cemas O: - Tidak ada lagi ekpresi wajah tegang A : Masalah teratasi

P : intervensi sihentikan 28 Mei Kekurangan volume S : 2017 cairan berhubungan dengan kehilangan - Pasien mengatakan badan terasa lemah cairan aktif dan letih - Pasien mengatakan masih diare O: -

-

Pasien tampak lemah BB : 33 kg Tonus otot melemah Mukosa bibir kering Denyut nadai cepat N :87 TD : 80/70 mmHg S : 37,0 oc RR : 19 x/i Pasien terpasang infus NaCl 0,9%, CRT > 3 detik Turgor kulit jelek Albumin 1,7 gr/dl

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan 28 Mei Diare berhubungan S : 2017 dengan Proses - Pasien mengatakan Infeksi BAB sudah 3 kali, konsistensi cair, warna kuning, dan volumenya sedang - Pasien mengatakan mengalami diare sejak 3 minggu yang lalu

O: -

Pasien tampak lemah Bising usus 19 x/i Turgor kulit jelek N : 87 x/i TD :80/70 S : 37,00c

P : Masalah belum teratasi A : Intervensi dilanjutkan 28 Mei Ketidak seimbangan S : 2017 nutrisi kurang dari - Pasien mengtakan kebutuhan tubuh tidak nafsu makan berhubungan dengan - Pasien mengatakan faktor biologis porsi makan hanya dihabiskan 2 sendok - Pasien mengatakan masih diare O: - BB : 33 Kg - TB :153 cm - IMT : 14,10 (berat bada kurang) - Lingkar lengan : 19 cm - Turgor kulit jelek - Diit tampak tidak dihabiskan - Konjung tiva anemis - Bibir kering terdapat sariawan, dan kondidiasis oral - Albumin 1,7 gr/dl - Limfosit - Terpasang infus NaCl 0,95 8 tetes/i - Infus paten - Gula darah puasa - N :87 x/i - RR : 18 x/i - S : 37,0 P : Masalah belum teratasi

A: Intervensi dilanjutkan 28 Mei Resiko kerusakan S : 2017 integritas kulit - Pasien mengatakan berhubungan dengan kulit gatal – gatal faktor imunologi dan kemerahan - Pasien mengatakan kulit memerah sejak 1 minggu yang lalu A: -

Kulit tampak memerah Kulit kering Turgor kulit jelek

P : masalah belum teratasi A : Intervensi dilanjutkan 29 Mei Kekurangan volume S : 2017 cairan berhubungan dengan kehilangan - Pasien mengatakan badan terasa lemah cairan aktif dan letih - Pasien mengatakan masih diare O: -

-

Pasien tampak lemah BB : 33 kg Tonus otot melemah Mukosa bibir kering Denyut nadai cepat N :90 TD : 90/70 mmHg S : 36,8 oc RR : 19 x/i Pasien terpasang infus NaCl 0,9%, CRT > 2 detik Turgor kulit jelek Albumin 1,7 gr/dl

A : Masalah belum

teratasi P : Intervensi dilanjutkan 29 Mei Diare berhubungan S : 2017 dengan Proses - Pasien mengatakan Infeksi BAB sudah 2 kali, konsistensi cair, warna kuning, dan volumenya sedang O: -

Pasien tampak lemah Bising usus 19 x/i Turgor kulit jelek N : 90 x/i TD :90/70 mmHg S : 37,00c

P : Masalah belum teratasi A : Intervensi dilanjutkan 29 Mei Ketidak seimbangan S : 2017 nutrisi kurang dari - Pasien mengtakan kebutuhan tubuh tidak nafsu makan berhubungan dengan - Pasien mengatakan faktor biologis porsi makan hanya dihabiskan 3 sendok - Pasien mengatakan masih diare O: - BB : 33 Kg - TB :153 cm - IMT : 14,10 (berat bada kurang) - Lingkar lengan : 19 cm - Turgor kulit jelek - Diit tampak tidak dihabiskan - Konjung tiva anemis - Bibir kering terdapat sariawan, dan kondidiasis oral - Albumin 1,7 gr/dl

- Limfosit - Terpasang infus NaCl 0,95 8 tetes/i - Infus paten - Gula darah puasa - N :90 x/i - RR : 19 x/i - S : 37,0 P : Masalah belum teratasi A: Intervensi dilanjutkan 29 Mei Resiko kerusakan S : 2017 integritas kulit - Pasien mengatakan berhubungan dengan kulit gatal – gatal faktor imunologi dan kemerahan - Pasien mengatakan kulit memerah sejak 1 minggu yang lalu A: -

Kulit tampak memerah Kulit kering Turgor kulit jelek

P : masalah belum teratasi A : Intervensi dilanjutkan