BAB I

Download 2,3 Bagian keperawatan Anak Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas ... Kesehatan Sekolah (2002) di. Mojokerto dan Solo (2004) ... sekolah. Ad...

0 downloads 604 Views 150KB Size
65

PERBEDAAN TINGKAT PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SEKOLAH DASAR SWASTA DI KECAMATAN KENJERAN

Oleh Yulia Prastianingsih, 1A.Aziz Alimul H, 2Gita Marini 3 1 Mahasiswa S1 Keperawatan 2,3 Bagian keperawatan Anak Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya

Abstract

Behavior of Healthy and Clean Life ( PHBS) in Education Institution represent effort that used to behavior of healthy and clean life to student and teacher especially in Education Institution to recognize the problem and health level, and also can overcome, looking after, improving and protecting health by their selves. The aim of this research is to know the existence at Difference of Behavior Level of Healthy and Clean Life (PHBS) [in] Elementary School Country and Elementary School Private in District of Kenjeran . Research design was used in this research by using observational. Population used all Elementary School Country and Elementary School Private which enlist in District of Kenjeran in the year 2010. While it used sample counted 18 respondents (school). Data collecting used observation sheet / questioner and then it was analyzed statistically with test of Mann-Whitney U with level meaning α  0.05 Result got from statistical test of Mann-Whitney U that was ρ = 0.001, this shows Ho refused so that means there was difference of behavior level of Healthy and Clean Life ( PHBS) in Elementary School Country and Elementary School Private sector in District of Kenjeran Conclusion of this research explained that 50% Elementary School Country that used Behavior of Healthy and Clean Life (PHBS) excellently, while Elementary School Private sector which have executed Behavior of Healthy and Clean Life (PHBS) enough counted 70 %.

Keyword: Behavior Level of Healthy and Clean Life (PHBS) PENDAHULUAN Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap

dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga,

66

memelihara dan meningkatkan kesehatan (Dinkes Jatim, 2001). Saat ini di Surabaya terdapat 969 sekolah dasar negeri dan swasta. Baik Sekolah Dasar Negeri maupun Sekolah Dasar Swasta tersebut akan berbeda penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Hal ini tergantung dari sarana dan prasarana yang memfasilitasi sekolah tersebut. Berdasarkan Rakernas Usaha Kesehatan Sekolah (2002) di Mojokerto dan Solo (2004) memberikan rekomendasi yaitu diperlukannya syarat kesehatan pada sarana dan prasarana. Syarat pada sarana dan prasarana dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan status kesehatan lingkungan di sekolah. Dari permasalahan utama yang dihadapi hampir sebagian besar sekolah di Surabaya mempunyai persoalan yang sama yaitu penyediaan fasilitas sanitasi dasar seperti penyediaan air bersih (baik dari segi kualitas maupun kuantitas), penyediaan jamban, dan pengelolaan sampah. tiga faktor sanitasi tersebut sangat berpengaruh terhadap aspek kesehatan lingkungan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di Kecamatan Pagu, Yogyakarta menunjukkan bahwa sebanyak 23 (38 %) sekolah status kesehatan lingkungannya tergolong buruk dan sekitar 19 (31 %) status kesehatan lingkungan sekolah tergolong baik dari 61 sekolah yang diteliti (Rossa, 2007). Dapat kita ketahui bahwa saat ini sebagian besar sekolah-sekolah di Surabaya menerapkan fullday school

sehingga waktu anak-anak banyak dihabiskan di sekolah dengan berbagai macam kegiatan mulai dari kegiatan belajar sampai ekstrakulikuler (Latihan Tari, Pramuka, Olahraga, dll). Hal ini mengindikasikan bahwa pembentukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) akan lebih efektif diajarkan di sekolah. Anak-anak sekolah merupakan investasi bangsa sehingga patut kita jaga kesehatannya. Melalui promosi kesehatan inilah kita dapat mengajarkan mereka untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan sekolah. Ada 8 indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilakukan di sekolah, yaitu pakaian dan badan bersih serta kuku siswa bersih dan pendek, tersedia/menggunakan air bersih (PDAM/sumber air bersih lainnya), penggunaan jamban, tersedia bak penampungan air bebas jentik, ruangan dan halaman sekolah dalam keadaan bersih (tidak ada sampah yang berserakan dan lingkungan sekolah), kader UKS malaksanakan kegiatan di lingkungan sekolah, siswa tidak merokok, dan siswa menjadi peserta JPKM (JPKM, Askes, Astek, dan asuransi kesehatan lainnya) (Dinkes Jatim, 2001). Anak-anak sekolah ini sangat rentan terhadap perilaku yang tidak bersih dan sehat. Karena kebanyakan anak-anak mengadopsi perilaku dari lingkungan sekitar mereka. Sebut saja perilaku anak dalam hal membuang sampah masih di

67

sembarang tempat termasuk membuang sampah di jalan, sungai dan tempat-tempat umum lainnya. Berdasarkan data Susenas (survey sosial ekonomi nasional) tahun 2004 menyebutkan bahwa sekitar 3% anak-anak mulai merokok sejak kurang dari usia 10 tahun. Persentase orang merokok tertinggi (64%) berada pada kelompok usia remaja (10-19 tahun) (Fafah & Adi, 2003). Dan sebagian besar (82%), penduduk yang berusia 10 tahun ke atas kurang melakukan aktivitas fisik, dengan kategori (73%) kurang bergerak dan (9%) tidak terbiasa melakukan aktifitas fisik (Fakhrudin, 2009). Belum lagi persoalan keamanan makanan yang dijual di sekitar sekolah yang belum menerapkan prinsip-prinsip Hygiene. Bila perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ini tidak dilakukan dengan baik maka akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan yaitu munculnya berbagai penyakit. Hal ini dapat dilihat melalui hasil survey Subdit diare tahun 2002 dan 2003 pada 40 SD di 10 propinsi menunjukkan prevalensi kecacingan berkisar antara 2,2 % 6,3 % (Diskes Jabar, 2006). Berdasarkan hasil pengamatan tahun 2008, ditemukan kasus diare sebanyak 12.253 (38,11 %) (Dinkes, 2009). Gambaran kejadian tersebut di atas, sangat perlu untuk diperhatikan oleh segala pihak, mengingat usia mereka masih relatif muda dan masa depan mereka masih sangat panjang. Oleh karena itu, pembinaan

kesehatan anak-anak sekolah baik jasmani, rohani, dan sosial merupakan suatu investment dalam bidang man power dalam negara dan bangsa Indonesia. Hal ini sesuai dengan UU No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan Bab I pasal 3 yang berbunyi : a) Pertumbuhan anak yang sempurna dalam lingkungan yang sehat adalah penting untuk mencapai generasi yang sehat dan bangsa yang kuat, b) Pengertian dan kesadaran rakyat tentang pemeliharaan dan perlindungan kesehatan adalah sangat penting untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas untuk mengetahui adanya perbedaan status kesehatan lingkungan antara Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta”. METODE Desain penelitian yang digunakan adalah “Deskriptif” mengenai Perbedaan Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Kenjeran. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasi dan cross sectional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah

68

Dasar Swasta yang terdaftar di Kecamatan Kenjeran pada tahun 2010. Dan sampel yang diambil 18 responden (sekolah). Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan

adalah nonprobability sampling yaitu total sampling. Semua data terkumpul dianalisis menggunakan uji statistik Mann-Whitney U.

HASIL Tabel 1 Perbedaan Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Kenjeran No Tingkat PHBS di SDN dan SD SDN SD Swasta Swasta n % n % 1. Kurang 1 10 2. Cukup 7 70 3. Baik 4 50 2 20 4. Sangat Baik 4 50 Total 8 100 10 100 Hasil Uji Mann-Whitney U, ρ = 0,001 x = 6,75 x = 3,7 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta yang didapat dari 18 responden (sekolah) yang diteliti didapatkan hasil analisis statistik dengan uji Mann-Whitney U yaitu ρ = 0,001 ≤ α = 0,05 sedangkan x untuk SDN 6,75 dan x SD Swasta 3,7 ini menunjukkan ho ditolak yang berarti terdapat Perbedaan Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta. PEMBAHASAN Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri sebagian baik dan sebagian lagi

sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa Sekolah Dasar Negeri sudah menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara maksimal sesuai dengan tujuan dari promosi kesehatan yaitu untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri terutama dalam hal kesehatan (Dinkes Jatim, 2001). Menurut teori Green dalam buku Notoatmodjo tahun 2007, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu : 1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor). Yaitu faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat terhadap apa yang dilakukan. Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan

69

masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial, ekonomi dan sebagainya. 2. Faktor Pemungkin (Enabing Factor). Faktor pemungkin atau pendorong ini mencakup sarana dan prasarana atau fasilitas yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. 3. Faktor Penguat (Reinforsing Factor). Faktor ini meliputi pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia, kadang-kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku tersebut.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Swasta. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Swasta sebagian besar cukup. Hal ini

menunjukkan bahwa sekolah dasar swasta belum menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara maksimal. Tim kerja dari WHO dalam buku Notoatmodjo tahun 2003 menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah : 1. Pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. 2. Kepercayaan. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. 3. Sikap. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau subjek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain : a. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. b. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain. c. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau

70

sedikitnya pengalaman seseorang. d. Nilai (value), di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat. 4. Orang Penting Sebagai Referensi. Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh. Untuk anak-anak sekolah misalnya, maka urulah yang menjadi penutan perilaku mereka. Orang-orang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi (Reference Group), antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa, dan sebagainya. 5. Sumber-Sumber Daya (Resources). Sumber daya disini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumbersumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif. 6. Perilaku normal, kebiasaan, nilainilai, dan penggunaan sumbersumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola

hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa banyak alasan seseorang untuk berperilaku. Oleh sebab itu perilaku yang sama di antara beberapa orang dapat disebabkan oleh sebab atau latar belakang yang berbeda-beda. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh pemikiran dan perasaan seseorang, adanya orang lain yang dijadikan referensi, dan sumber-sumber atau fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku dan kebudayaan masyarakat. Perbedaan Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Kenjeran. Berdasarkan hasil penelitian di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta di Kawasan Kecamatan Kenjeran pada bulan Juli 2010 dengan jumlah 18 responden (sekolah) pada tabel 1 didapatkan bahwa sebagian Sekolah Dasar Negeri menerapkan PHBS dengan baik dan sebagian lagi sangat baik sedangkan untuk sekolah Dasar Swasta yang menerapkan PHBS sebagian besar cukup. Dan selanjutnya dilakukan penelitian dengan menggunakan uji MannWhitney U yaitu ρ = 0,001 ≤ α = 0,05, sedangkan x untuk SDN 6,75 dan x SD Swasta 3,7. Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat Perilaku Hidup Bersih dan

71

Sehat (PHBS) di sekolah dasar negeri dan Sekolah Dasar Swasta. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Skolah Dasar Negeri sudah menerapkan PHBS secara maksimal sedangkan Sekolah Dasar Swasta belum maksimal. Menurut Teori Stimulus Organisme (SOR) berasumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya, kualitas dari sumber informasi misalnya kredibilitas kepemimpinan, dan gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok, atau masyarakat. Dan berdasarkan Rakernas Usaha Kesehatan Sekolah (2002) di Mojokerto dan Solo (2004) memberikan rekomendasi yaitu diperlukannya syarat kesehatan pada sarana dan prasarana yang dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan status kesehatan lingkungan di Sekolah. Sarana dan prasarana itu meliputi adanya air bersih (baik dari segi kualitas maupun kuantitas), tersedianya jamban yang memadai, adanya tempat penampungan air bebas jentik, dan lain sebagainya. Untuk itu pihak sekolah akan sulit merubah perilaku warga sekolah (terutama siswa) untuk berPerilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kalau tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang cukup misalnya jumlah bak sampah yang memadai, tempat penampungan air yang bersih, jamban yang bersih, adanya ruang

UKS, dan kualitas maupun kuantitas air bersih yang memadai yang dipergunakan oleh warga sekolah (siswa). Tetapi hampir 50% lebih dari sekolah yang diteliti sudah menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, hal ini mengindikasikan bahwa tujuan promosi kesehatan dapat tercapai sehingga masyarakat diharapkan dapat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri terutama dalam hal kesehatan. KESIMPULAN Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Kenjeran adalah sebagan baik sebanyak 50%, dan sebagian sangat baik sebanyak 50%. Sedangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Kenjeran sebagian besar cukup sebanyak 70%. Sehingga terdapat Perbedaan Tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Kenjeran yang didapat dari 18 responden (sekolah) yang diteliti didapatkan hasil analisis statistik dengan uji Mann-Whitney U yaitu ρ = 0,001 ≤ α = 0,05, x untuk SDN 6,75 dan x SD Swasta 3,7 ini menunjukkan ho ditolak yang berarti terdapat Perbedaan Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta di Kecamatan Kenjeran.

72

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, (2006), Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta. A.Aziz Alimul H, (2007), Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta. Dinkes, (2009), Pengembangan PHBS di Tempat Kerja, Lampung, Dinas Kesehatan Lampung. Dinkes Jatim, (2001), Buku Saku Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Bagi Masyarakat di Wilayah Kecamatan, Surabaya, Dinas Kesehatan Surabaya. Diskes Jabar, (2006), PHBS di Sekolah, http://diskesjabarprov.go.id, 17 Februari 2010. Fatah, M Zaenal & Adi, Anis, (2003), Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Siswa di Sekolah SD Negeri Sukomanunggal I Surabaya.Laporan Penelitian, FKM-UA, Surabaya. Nasrul, Fakhrudin, (2009), Hubungan Tingkat Pengetahuan Sehat – Sakit

dengan Sikap Mahasiswa UM Surakarta Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), http://etd.eprints.ums.ac.id, 17 Februari 2010. Notoatmodjo S, (2003), Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo S, (2007), Promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta. Nursalam, (2003), Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Rossa, (2007), Keterlibatan Stakeholder Pada Status Kesehatan Lingkungan Sekolah di sungai Pagu, http://irc.kmpk.ugm.ac.id, 19 Februari 2010.