BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. PERKEMBANGAN MOTORIK

Download diri dengan tenaga dan pikirannya untuk masa depanya. Seperti halnya ... lengan. Adapun Jenis Perkembangan motorik kasar pada anak menurut ...

0 downloads 641 Views 88KB Size
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perkembangan Motorik a. Pengertian Motorik Motorik adalah sesuatu yang berkenaan dengan penggerak (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 538). Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Motor development comes about through the unfolding of a genetic plan or maturation (Gesell, dalam Santrock, 2007 : 58). Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak. Fisik atau tubuh manusia merupakan organ yang kompleks dan sangat mengagumkan terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnya ketika anak

melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya. Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan sistem syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika sistem syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya. Usia emas dalam perkembangan motorik adalah middle childhood atau masa anak-anak, yang mana terjadi dalam usia anak dan terbagi dalam 3 tahapan yaitu infancytoddlerhood di usia 0 sampai 3 tahun, early childhood usia 3 sampai 6 tahun, dan middle childhood usia 6 sampai 11 tahun. seperti yang diungkapkan Petterson (1996 : 88). Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit seperti usia sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih maskimal dari pada usia sebelumnya. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot dan otak. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus yang mana akan penulis jelaskan.

Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang yang perkembangan motoriknya sangat baik, seperti para atlit, ada juga yang tidak seperti orang yang memiliki keterbatasan fisik. Gender pun memiliki pengaruh dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Sherman (1973 : 31) yang menyatakan bahwa anak perempuan pada usia emas kelenturan fisiknya 5 %- 10 % lebih baik dari pada anak laki-laki, tapi kemampuan fisik atletis seperti lari, melompat dan melempar lebih tinggi pada anak laku-laki dari pada perempuan. Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996 : 54) sebagai berikut: 1) Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan. 2) Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri. 3) Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan barisberbaris.

4) Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan) 5) Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan selfconcept atau kepribadian anak. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua motorik kasar dan motorik halus. Sejak lahir, menurut dr. Rini Sekartini, Sp.A. (2007 : 49) bayi sebetulnya sudah membawa empat aspek perkembangan. Yakni meliputi gross motor atau gerakan atau motorik kasar, fine motor atau gerakan atau motorik halus, aspek komunikasi-bicara, serta aspek sosial dan kemandirian. Bahkan begitu bayi lahir, aspek motoriknya sudah mulai berkembang.

b. Jenis Motorik Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus

atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Atau dengan kata lain bahwasanya perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua, yang meliputi: 1) Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga. 2) Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan bendabenda atau alat-alat mainan (Curtis,dan Hurlock, dalam Yusuf 2002 : 101)

1) Motorik Kasar a) Pengembangan Motorik Kasar Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat (genetik), lingkungan (gizi dan cara perawatan kesehatan), dan konvergensi (perpaduan antara bakat dan lingkungan). Oleh sebab itu perlakuan terhadap anak tidak dapat disamaratakan, sebaiknya dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak (Diktentis Diklusepa, 2003 : 8).

Pada prinsipnya, motorik kasar merupakan gerakan otot-otot besar. Yakni gerakan yang dihasilkan otot-otot besar seperti otot tungkai dan lengan. Misalnya gerakan menendang, menjejak, meraih dan melempar. Tujuan pendidikan fisik motorik atau disebut motorik kasar ini untuk anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang (CRI, 1997 : 34). Seperti halnya teori Karl Groos, Yang teorinya bernama teori biologis mengatakan “Anak-anak bermain oleh karena anak-anak harus mempersiapkan diri dengan tenaga dan pikirannya untuk masa depanya. Seperti halnya dengan anak-anak binatang, yang bermain sebagai latihan mencari nafkah, maka anak manusia pun bermain untuk melatih organ-organ jasmani dan rohaninya untuk menghadapi masa depanya” (Rahma, 2009 : 71) Hal ini menunjukan perkembangan motorik kasar anak dapat berkembang melalui bermain. Hakekatnya, perkembangan motorik anak berkaitan erat dengan faktor lainnya. Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, 1982 (Petterson 1996 : 106) menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, 1980 (Peterson, 1996 : 121) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem.

b) Jenis - Jenis Motorik Kasar Motorik kasar mencakup gerakan otot-otot besar seperti otot tungkai dan lengan. Adapun Jenis Perkembangan motorik kasar pada anak menurut Buku Panduan Metodik Khusus Taman Kanak-Kanak Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 1997 adalah : (1)

Menangkap sesuatu

(2)

Meraih sebuah benda

(3)

Berjalan

(4)

Melompat

(5)

Memainkan jari-jari

(6)

Melempar benda

(7)

Meremas-remas kertas

(8)

Menirukan sesuatu berjalan

(9)

Duduk

(10) Berlari (11) Menendang sesuatu (12) Naik dan turun tangga (13) Merangkak (14) Memukul (15) Mengayunkan tangan (16) Berguling ke kanan dan ke kiri

c) Alat peraga Bermain Motorik Kasar Stimulasi perkembangan gerak anak sangatlah penting dalam mengasah aspek psikomotorik anak. Dan tentu saja aspek psikomotorik anak sangat berperan dalam aspek kognitif dan afektif anak. Sebab, dengan melatih keterampilan gerak anak, anak menjadi aktif, pola pikirnya berkembang, dan tubuh akan menjadi sehat. Alat Peraga yang dapat digunakan menurut Buku Panduan Metodik Khusus Taman Kanak-Kanak Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 1997 antara lain adalah : (1) Menangkap bola Mengajak anak untuk menangkap bola dengan menggunakan bola sebesar bola tenis. Sekali-kali bola dilempar ke arah anak, dan meminta anak menangkapnya, kemudian melempar kembali ke arah guru kembali dan begitu seterusnya. (2) Berjalan mengikuti garis lurus Di halaman, Guru dapat meletakkan papan sempit, atau buat garis lurus dengan tali rafia/kapur atau susun batu bata memanjang. Kemudian menunjukkan pada anak cara berjalan di atas papan/garis lurus dengan merentangkan kedua lengan/tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh. (3) Melompat Menunjukkan pada anak cara melompat dengan satu kaki. Bila anak sudah bisa melompat dengan satu kaki, kemudian guru memberi contoh untuk cara melompat melintas ruangan, mula mula dengan satu kaki, kemudian bergantian dengan kaki yang lainnya.

(4) Melempar benda-benda kecil ke atas Mengajari anak melempar benda-benda kecil ke atas atau menjatuhkan kerikil ke dalam kaleng. Guru harus menggunakan benda-benda yang tidak berbahaya untuk hal ini (5) Menirukan binatang berjalan Menunjukkan pada anak cara binatang berjalan, misal kucing berjalan dengan kedua kaki dan tangan.

d) Langkah – Langkah Bermain Motorik Kasar Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

perkembangan

individu

secara

keseluruhan.

Beberapa

langkah

pengembangannya adalah : (1) Keterampilan berolah raga (seperti senam) atau menggunakan alat-alat olah raga. (2) Gerakan-gerakan permainan, seperti meloncat, memanjat dan berlari. (3) Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan kedisiplinan dan ketertiban. (4) Gerakan-gerakan ibadah shalat Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot (CRI, 1997 : 68). Jika kegiatan anak di dalam ruangan, pemaksimalan ruangan bisa

dijadikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk berlari, berlompat dan menggerakan seluruh tubuhnya dengan cara-cara yang tidak terbatas. Keterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olah raga bisa dipelajari dan dilatih di masa-masa awal perkembangan. Sangat penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan suasana yang menyenangkan, tidak berkompetisi agar anak-anak mempelajari olah raga dengan senang dan merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi.

2) Motorik Halus a) Pengembangan Motorik Halus Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupaun psikologis sangat bergantung dari proses tumbuh dan kembang pada usia dini. Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial. Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang komples dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thomshon. 1956 (Yusuf, 2002 : 83) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu (1) sistem syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru,

seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proposi. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoretcoret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan bendabenda atau alat-alat mainan (Curtis,1998 : 56) dan (Hurlock, 1957 : 104 ).

b) Jenis – Jenis Motorik Halus Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu dan dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Jenis-Jenis motorik halus menurut Andang (2009 : 93), antara lain : (1) Menulis (2) Menggambar (3) Memotong (4) Mewarnai (5) Memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (6) Membuat sesuatu dengan malam (lilin) (7) Merangkai sesuatu

(8) Berjinjit (9) Bermain alat musik

c) Alat Peraga Bermain Motorik Halus Erik H. Erikson (Sutarti 1991:50) menjelaskan bahwa anak-anak dalam menyusun pengalaman dengan membuat suatu keadaan yang semestinya dan menguasai kenyataan melalui ujicoba dan perencanaan di dalamnya. Aspek psikomotorik anak sangat berperan dalam aspek kognitif dan afektif anak. Sehingga sesuatu yang dapat melatih ketrampilan motorik halus anak dapat dilakukan, antara lain : (1) Menyusun balok Mengajak anak untuk bermain dan berlatih menyusun balok menjadi sesuatu misalnya istana atau mobil-mobilan. Kegiatan menyusun balok seperti ini dapat memberikan efek positif pada pola pikir anak. (2) Mengajak Anak untuk menulis Guru dapat memberi contoh tulisan dipapan tulis dan menyuruh anak menuliskannya di bukunya. (3) Memotong gambar yang disukai anak-anak Memberikan gambar yang disukai anak. Misalnya gambar kartun atau robot yang sedang menjadi pembicaraan anak. Hal ini memberi kesenangan tersendiri pada anak. Setelah memotong, anak dapat menempel gambarnya pada buku.

d) Langkah – Langkah Bermain Motorik Halus Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak-anak menggali pasir dan tanah, menuangkan air, mengambil dan mengumpulkan batubatu, dedaunan atau benda-benda kecil lainnya dan bermain permainan di luar ruangan seperti kelereng. Pengembangan motorik halus ini merupakan modal dasar anak untuk menulis. Hal tersebut merupakan hal umum yang dapat Guru lakukan untuk menstimuli perkembangan motorik halus anak. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah : (1) Pembelajaran mencintai buku, meliputi pengenalan buku untuk menggambar atau mewarnai. (2) Ketrampilan dasar anak yakni seperti meronce, mewarnai, menggunting benda dan membuat mainan dari lilin. (3) Menggunakan gerakan pincer yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya, ataupun saat mengikat tali sepatu. (4) Menggunakan permainan saat melatih kemampuan motorik halus anak misalnya perlombaan merangkai bunga atau membuat robot dari lilin dan sebagainya.

2. Standar Kompetensi Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Dalam proses belajar mengajar (PBM)

akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. (Adrian 2004 : 65). Dalam pembelajaran ada sebuah standar yang dijadikan sebuah titik pencapaian dan itulah standar kompetensi yaitu target pembelajaran. Standar Kompetensi yang ingin dicapai pada pembelajaran ini adalah dapat menggerakan badan dan kaki dalam rangka keseimbangan kekuatan, koordinasi dan melatih keberanian.

a. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar merupakan satuan ketercapaian suatu pembelajaran yang mana harus dicapai. Kompetensi dasar adalah sebuah keterkaitan antara standar kompetensi dengan peserta didik. Cronbach (1954 : 215) berpendapat : Learning is shown by a change in behaviour as result of experience ; belajar dapat dilakukan secara baik dengan jalan mengalami. Sehingga dengan kompetensi dasar dapat menjembatani peserta didik dengan belajar untuk mencapai hasil. Kompetensi Dasar yang ingin dicapai adalah anak mampu melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan dan persiapan menulis, keseimbangan kelincahan dan melatih keberanian.

b. Indikator Indikator adalah suatu tugas pencapaian yang diharapkan pendidikan dengan

suatu cara. Menurut Breen dan Candlin (dalam Sheldon 1987 : 67) tugas pembelajaran adalah rencana kerja yang dirancang secara sistematis mulai dari latihan yang paling sederhana dengan tingkat kesulitan paling rendah sampai dengan kegiatan komunikasi total atau pemecahan masalah. Sehingga indikator adalah pencapaian dari tugas pembelajaran. Indikator dalam pembelajaran ini adalah merayap dan merangkak dengan berbagai variasi. (FM,22) berjalan maju pada garis lurus sambil membawa beban (FM,15)

3. Materi / Bahan Ajar Materi yang digunakan adalah standar materi Taman kanak-kanak atau Pendidikan anak usia dini yang menjadi pengetahuan bahan ajar bagi anak. Cara belajar yang dilakukan pada usia prasekolah ini melalui bermain serta rangsang dari lingkungannya, terutama lingkungan rumah. Terdapat pula pendidikan di luar rumah yang melakukan kegiatan belajar lebih terprogram dan terstruktur, walau tidak selamanya lebih baik. Materi atau bahan ajar untuk pembelajaran gerobak dorong dalam area outdoor adalah pemberian materi untukperkembangan motorik kasar anak agar sesuai dengan tahap perkembangannya.

4. Metode a. Pengertian Metode Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan

praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: 1) Ceramah Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000 : 32). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. 2) Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000 : 33). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000 : 35).

3) Diskusi Muhibbin Syah ( 2000 : 37 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group

discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ). 4) Percobaan atau Eksperimen Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000 : 38). Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium. Metode eksperimen menurut Djamarah (2002 : 39) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. 5) Resitasi Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri (http://re-searchengines.com/art0565.html). Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000 : 40) 6) Karya Wisata

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan. Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjautempat tertentu atau obyek yang lain. Menurut Roestiyah (2001:85), karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya. Menurut Djamarah (2002 : 44 ), pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. 7) Latihan Ketrampilan Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan

sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik. (Martiningsih 2009 : 70) 8) Discovery Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002 : 192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi. Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja. Suryosubroto (2002 : 193) mengutip pendapat Sund (1975 : 215) bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolonggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik

dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.

b. Jenis Metode 1) Metode Bermain Peran a) Pengertian Metode Bermain Peran Bermain peran merupakan salah satu aktivitas yang penting bagi pertumbuhan anak karena dapat mengembangkan beragam potensi yang terdapat dalam diri sang anak, menurut pakar pendidikan Prof Dr.Arief Rachman (dalam Republika, Jumat, 28 Maret 2008). Bermain peran adalah bentuk permainan di mana seorang anak dapat menjadi apa saja yang memiliki seperangkat perilaku tertentu yang unik, seperti guru, dokter, dan juga orang tua. bermain peran memiliki beragam keuntungan yaitu tidak membutuhkan banyak biaya dan membuat seorang anak belajar untuk mempraktikkan sebuah perilaku atau keahlian. Model pembelajaran Bermain Peran merupakan pembelajaran terakhir pada model pembelajaran Berbicara. Dengan demikian maka dikandung pengertian bahwa model pembelajaran ini sebagai tataran tertinggi dalam model pembelajaran Berbicara. Jika dalam model pembelajaran berbicara sebelumnya

masih terdapat campur tangan guru, maka dalam Bermain Peran ini sudah hampir 100% murni dari inisiatif, spontanitas dan pemikiran peserta didik. Dalam praktiknya Bermain Peran ini menyerupai sandiwara atau drama, hanya saja dalam bentuk yang lebih kecil/sederhana. Maka peserta didik akan memperoleh peran dan teks dialog yang harus dihafalkan untuk ditampilkan di depan kelas nanti. Metode bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Menurut Dawson (1962 : 183) yang dikutip oleh Moedjiono & Dimyati (1992 : 80) mengemukakan bahwa simulasi merupakan

suatu

istilah

umum

berhubungan

dengan

menyusun

dan

mengoperasikan suatu model yang mereplikasi proses-proses perilaku. Sedangkan menurut Ali (1996 : 83) mengemukakan bahwa metode simulasi adalah suatu cara pengajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan. Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. (2004 : 141) terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilainilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut : (1) Secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogi mengenai situasi kehidupan nyata. Terhadap analogi yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain.

(2) Bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran. (3) Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi

peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi. (4) Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para peserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya. Melalui bermain peran (role playing), anak-anak mencoba mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi model ini berusaha membantu peserta didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya. Juga melalui model ini para peserta didik diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi sosial, model ini memberikan kesempatan kepada anak bekerja sama dalam menganalisis situasi sosial, terutama masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik.

b) Tahap Bermain Peran Gerobak dorong Bermain Gerobak dorong merupakan hal yang dianggap menyenangkan oleh anak dan juga dapat membantu kesempurnaan gerak anak. Adapun Tahap yang dapat dilakukan untuk bermain peran gerobak dorong : (1) Pada permulaan adalah menyiapakan anak secara berpasang-pasangan karena permainan bermain peran gerobak dorong ini membutuhkan kerjasama antara dua orang. (2) Setelah anak siap secara berpasangan, salah satu anak dalam pasangan diperkenankan untuk memposisikan diri yaitu dengan posisi tengkurap. (3) Anak

yang

tengkurap

meletakkan

kedua

tangannya

di

lantai dan

menjadikannya penopang berat badannya. (4) Anak yang satunya lagi mengangkat kedua kaki anak yang tengkurap seolaholah menjadi pendorong gerobak. (5) Anak yang tengkurap bermain seolah-olah menjadi gerobak yang didorong, yang menggunakan kedua tangannya ibarat sebuah roda gerobak yang didorong dan berjalan. (6) Agar anak merasakan semua, permainan ini dilakukan secara bergantian antara sepasanga anak didik tadi.

c) Aspek yang dikembangkan Aspek-aspek yang dikembangkan dalam bermain peran gerobak dorong ini adalah antara lain :

(1) Kelenturan Hal ini dapat dilihat dari gerakan yang menuntut gerakan dari anak yang mana pastinya akan melatih kelenturan anak dan bermanfaat bagi keberlangsungan hidupnya. Apabila otot sudah dibiasakan lentur dari masa kanak-kanak pastinya akan sangat bermanfaat bagi perkembangan selanjutnya. (2) Keseimbangan Selain kerjasama tim yang dituntut baik, anak juga dapat melatih keseimbangan dalam dirinya. Dibuktikan dengan gerakan menopang badan dan berjalan dengan kedua tangannya. Apabila anak dapat berjalan dengan baik sebagai gerobak dorong, maka keseimbangannya sudah baik. (3) Kelincahan Kelincahan pada anak usia dini merupakan hal yang sangat diharapkan, karena kelincahan merupakan standar ukuran anak senang terhadap pendidikan yang diberikan atau tidak. Apabila anak lincah dan aktif dalam mengikuti kegiatan yang diberikan guru, berarti anak ini sudah mampu menerima stimuli dari guru dengan baik. (4) Keberanian Kadang anak-anak merasa takut akan hal baru yang belum dilakukannya. Entah karena takut ataupun karena malas. Namun dalam hal ini keberanian merupakan aspek yang dituju karena dalam bermain peran gerobak dorong anak yang berani bermain adalah anak yang sudah belajar untuk berani melakukan sesuatu.

d) Jenis Bermain Peran Metode pengajaran permainan peran terbagi menjadi 3 kelompok tahapan seperti yang dikemukakan oleh Ali (1996 : 83) berikut ini : (1) Sosiodrama, adalah semacam drama sosial berguna untuk menanamkan kemampuan menganalisa situasi sosial tertentu yang merupakan suatu sistem pemecahan masalah. (2) Psikodrama, adalah hampir mirip dengan sosiodrama. Perbedaan terletak pada penekannya. Sosiodrama menekankan kepada permasalahan sosial, sedangkan psikodrama menekankan pada pengaruh psikologisnya. (3) Role-Playing,

role

playing

atau

bermain

peran

khusus

bertujuan

menggambarkan suatu peristiwa masa lampau atau kejadian tertentu. Berdasarkan kutipan tersebut, berarti metode bermain peran adalah metode pembelajaran yang di dalamnya menampakkan adanya perilaku pura-pura dari anak

yang terlihat dan atau peniruan situasi dari tokoh-tokoh sejarah

sedemikian rupa. Dengan demikian metode bermain peran adalah metode yang melibatkan siswa untuk pura-pura memainkan peran tokoh yang terlibat dalam proses sejarah atau peristiwa.

2) Bermain Outdoor a) Pengertian Bermain Outdoor Selama ini kita sering terikat dengan satu sistem pembelajaran yang sangat formal dan membosankan terutamanya bagi kanak-kanak. Perkara ini perlahanlahan akan mengurangkan minat untuk belajar dan perkembagan anak juga

menjadi sangat perlahan. Guru perlu lebih kreatif dalam menjadikan proses pembelajaran menarik dan efektif. Cara belajar yang dilakukan pada usia prasekolah adalah melalui bermain serta rangsang dari lingkungannya, terutama lingkungan rumah. Terdapat pula pendidikan di luar rumah yang melakukan kegiatan belajar lebih terprogram dan terstruktur, walau tidak selamanya lebih baik. Kegiatan bermain di lingkungan atau di luar ruangan ini yang dinamakan bermain outdoor. Penyediaan peralatan bermain di luar ruangan bisa mendorong anak untuk mengembangan kekuatan tubuh bagian atas dan juga bagian bawah. Stimulasistimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan motorik kasar. Sedangkan kekuatan fisik, koordinasi, keseimbangan dan stamina secara perlahan-lahan dikembangkan dengan latihan sehari-hari. Lingkungan luar ruangan tempat yang baik bagi anak untuk membangun semua keterampilan ini.

b) Jenis bermain Outdoor Bermain outdoor ini lebih bersifat untuk penyegaran anak agar tidak bosan dengan pembelajaran yang ada di kelas. Bermain outdoor cenderung melibatkan kekuatan anak untuk melakukan sesuatu dengan bersenang-senang-senang sehingga dapat membantu tumbuh kembang motorik kasar anak. Dalam hal ini Guru harus berusaha agar anak-anak betah berada di lingkungan, salah satu triknya yaitu dengan membukan tempat bermain di halaman atau sering disebut dengan outdoor play. Dengan outdoor play di otomatis anak-anak akan senang dan andapun guru sebagai orang tua menjadi

senang karena dapat memantau. Adapun Jenis-Jenis Outdoor play menurut Andang (2009 : 49) antara lain : (1) Jungkat-Jungkit (2) Ayunan (3) Plosotan (4) Tangga Majemuk (5) Meniti Tali (6) Trampoline (7) Terowongan (8) Arena untuk meloncat-loncat (9) Apabila ada anak yang pemberani dapat dikenalkan dengan flying fox. Dengan demikian permainan ataupun pembelajaran yang disediakan guru dapat memanfaatkan fasilitas yang sudah ada dalam sekolah atau bersifat kreatifitas guru sehingga perkembangan motorik anak dapat berkembang secara baik.

5. Media Secara etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang berasal dan Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media dapat diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses

penyajian informasi (AECT, 1977 : 162). Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Berdasarkan fungsinya media ini dapat menjadi alat peraga ataupun sarana. Media pembelajaran merupakan media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efesien sesuai dengan yang diharapkan (Sadiman, dkk., 2002 : 6). Media pembelajaran Bermain Peran merupakan pembelajaran terakhir pada model pembelajaran Berbicara. Dengan demikian maka dikandung pengertian bahwa media pembelajaran ini sebagai tataran tertinggi dalam model pembelajaran Berbicara. Jika dalam model pembelajaran berbicara sebelumnya masih terdapat campur tangan guru, maka dalam Bermain Peran ini sudah hampir 100% murni dari inisiatif, spontanitas dan pemikiran peserta didik. Media pembelajaran

ada bermacam-macam yang mana semuanya

pasti

mengedepankan perkembangan anak secara maksimal. Dari proses bermain peran dengan metode bermain gerobak dorong pada anak-anak menggunakan media bermain di luar kelas dan pasti berpengaruh pada perkembangan motorik anak.

6. Evaluasi Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang

yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya. (Dikutip dari http://wikipedia.org pada 4 april 2010). Evaluasi merupakan proses akhir setelah melakukan sesuatu. Setiap pembelajaran memerlukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian hasil yang didapat sehingga evaluasi perlu dilakukan.

B. Kerangka Pikir Setiap anak memiliki kemampuan motorik yang berbeda-beda dan hampir semua anak mampu melaksanakan gerakan motorik kasar, untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar lebih terampil diperlukan latihan fisik yang teratur dan terus-menerus, serta menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak. Anak yang diberi kesempatan untuk melakukan gerakan motorik kasar akan berekspresi dengan bebas dan secara maksimal mengoptimalkan kemampuannya. Berdasarkan uraian diatas kemampuan motorik kasar anak TK ‘Aisyiyah Maoslor Maos dapat ditingkatkan melalui bermain peran gerobak dorong pada area out door.