BAB II KAJIAN TEORITIK A. KEPRIBADIAN 1. PENGERTIAN KEPRIBADIAN

Download menjelaskan bahwa kepribadian yang sehat di tandai dengan: a. Mampu menilai diri secara realistik. Individu yang kepribadian sehat mampu me...

0 downloads 417 Views 226KB Size
BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Kepribadian 1. Pengertian kepribadian Kepribadian seseorang dapat di lihat dari perilaku yang di munculkan dalam kehidupan sehari-hari di dalam berbuat. Kepribadian yang di miliki seseorang berbeda satu dengan yang lain bahwa kepribadian yang di miliki seseorang itu unik. Koswara Sjarkawi menjelaskan bahwa kepribadian adalah: Menurut pengertian sehari-hari, kepribadian (personality) adalah suatu istilah yang mengacu pada gambaran-gambaran sosial tertentu yang di terima oleh individu dari kelompoknya atau masyarakatnya, kemudian individu tersebut di harapkan bertingkah laku berdasakan atau sesuai dengan gambaranya sosial (peran) yang di terimanya itu. Di samping itu, kepribadian juga sering di artikan atau di hubungkan dengan ciri tertentu yang menonjol pada diri individu. Oleh karena itu, defenisi kepribadian menurut pengertian sehari-hari menunjuan pada bagaimana individu tampil atau menimbulkan kesan bagi individuindividu lainya.1 Menurut

pendapat di atas bahwa kepribadian adalah tingkah laku,

ciri khas seseorang dalam berinteraksi sehari-hari. Allport menjelaskan kepribadian adalah

organisasi dinamis dalam individual sebagai sistem

psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.2 Menurut Agus dkk menjelaskan kepribadian adalah ciri-ciri atau khas yang di miliki oleh seseorang. Baik itu perilaku yang 1

Sjarkawi, Pembentukankepribadian Anak Peran Moral, Intelektual, Emosional Dan Social Sebagai Wujud Integrasi Membangunjati Diri, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h . 17 2 Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 106

16

17

maupun perilaku yang tidak baik yang menunjukan ciri khas dari kepribadian seseorang.3 Samsu menjelaskan “kepribadian (merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasakan pemikiran, kajian atau temuan-temuan (hasil praktik penangan kasus) para ahli. Objek kajian kepribadian adalah “human behavior” prilaku manusia, yang pembahasannya terkait dengan apa, mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut.4 Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah perilaku manusia yang dalam bertindak. Kepribadian seseorang memiliki kepribadian yang berbeda dan mempunyai ciri khas tersendiri. 2. Ciri-ciri atau Karakteristik Kepribadian Kepribadian seseorang mempunyai ciri-ciri tertentu sehingga tahu mana kepribadian yang sehat dan kepribadian yang tidak sehat, Samsu menjelaskan bahwa kepribadian yang sehat di tandai dengan: a. Mampu menilai diri secara realistik. Individu yang kepribadian sehat mampu menilai diri apa adanya, baik kelebihan maupun kelemahannya, menyangkut fisik (fostur tubuh, wajah, keutuhan dan kesehatan) dan kemampuan (kecerdasan dan keterampilan. b. Mampu menilai situasi secara realistik. Individu dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau

3 4

Agus Sujanto dkk, Psikologi kepribadian, (Jakarta: PT Aksara , 2014) , h . 10 Samsu Yusuf, Teori Kepribadian, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) , h. 1

18

menerimanya secara wajar. Dia tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai suatu yang harus sempurna. c. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik. Individu dapat menilai prestasinya (keberhasilan yang diperolehnya) secara realistik dan mereaksinya secara rasional. Dia tidak menjadi sombong, angkuh, mengalami “superiority complex”, apabila memperoleh prestasi yang tinggi, atau kesuksesan dalam hidupnya. Apabila mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustasi, tetapi dengan sikap optimistik (penuh harapan). d. Menerima tanggung jawab. Individu yang sehat adalah individu yang bertanggung

jawab.

Sehingga

mempunyai

keyakinan

terhadap

kemampuannya untuk mengatasinya masalah-masalah kehidupan yang di hadapinya. e. Kemandirian (autonomy). Individu memiliki sifat mandiri dalam cara berpikir dan bertindak, dalam mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya. f. Dapat mengontrol emosi. Individu merasa nyaman dengan emosinya. Dia dapat menghadapinya situasi frustasi, depresi, atau stres secara positif atau konstruktif, tidak destruktif (merusak). g. Berorientasi tujuan. Setiap orang mempunyai tujuan yang ingin di capainya. Namun dalam merumuskan tujuan itu ada yang tidak realistik.

19

Individu yang sehat adalah

kepribadian yang dapat merumuskan

tujuannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar. Dia berupa untuk mencapai tujuannya tersebuat dengan cara mengembangkan kepribadian dan keterampilan. h. Berorientasi keluar. Individu yang sehat memiliki orientasi keluar (ekstrovert). Sehingga bersifat respek (hormat), empati terhadap orang lain mempunyai kepedulian terhadap situasi, atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berpilir. Sifat-sifat individu yang berorintasi keluar yaitu: (a). Menghargai dan menilai orang lain seperi dirinya sendiri, (b). Merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, (c). Tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadikorban orang lain dan tidak mengorbankan orang lain karena kekecewaannya. i. Penerimaan sosial. Individu dinilai positif oleh orang lain, mau berpartisifasi aktif dalam kegiatan sosial, dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain. j. Memiliki filsafat hidup. Dia mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya. k. Berbahagia. Individu yang sehat, situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan. Kebahagiaan itu di dukung oleh faktor-faktor pencapaian prestasi, penerimaan dari orang lain, perasaan dicintai dan disayangi orang lain.5 5

Syamsu Yusuf, Teori Kepribadian, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2011), h.12-14

20

Menurut

teori psikoanalistisnya

Jung

Siswanto menjelaskan

kepribadian yang sehat adalah: Manusia yang matang karena sudah melewati jalan berliku,panjang, dan penuh kesukaran untuk menyadari dirinya yang sejati. Manusia yang mencapai individuasi adalah manusia yang mampu membawa ketidak sadaranya ke dalam kesadaran, mampu menyadari keberadaanya dialektika dalam kepribadianya, antara persona dengan anima/animusnya/arketipenya, antara ego dan mengintekrasikan semuanya kedalam diri yang sebenarnaya. 6 Selanjutnya dijelaskan Daler tentang tanda-tanda kepribadian orang yang sehat dan kurang sehat. 1. Tanda-tanda kepribadian yang sehat a. Kepercayaan mendalam pada diri sendiri dan orang lain. Kepercayaan pada dunia luar itu dipupuk sejak masih kecil dalam asuhan Ibu. b. Tidak ragu-ragu, tidak malu, tetap berani. Harus dapat berdiri sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. c. Inisiatif berkembang dan tidak selalu merasa dirinya bersalah atau berdosa. Yang sering mematikan inisiatif adalah suasana hati yang selalu merasa bersalah. d. Tidak merasa minder, tetapi mempunyai semangat kerja. Pujian yang tidak wajar dan teguran-teguran yang terlalu sering bisa mematikan semangat kerja.

6

Siswanto, Kesehatan Mental Konsep,Cakupan Dan Perkembangannya, (Yogyakarta: Andi offset, 2007) , h . 154

21

e. Bersikap jujur terhadap diri sendiri. Berani melihat dengan sadar akan kekurangan diri sendiri. f. Mampu berdedikasi penyerahan diri sendiri. Jangan disamakan dengan sikap “mengalah” yang tidak pada tempatnya sehingga mudah ditindas oleh orang lain dan tidak mempunyai kekuatan untuk mempertahankan diri. g. Senang berkomunikasi dengan sesama. Kemampuan komunikasi dinyatakan dalam tukar pikiran, membuka diri diimbangi dengan kemampuan untuk menutup diri dari menjaga rahasia. h. Generatifitas (kebapak-Ibuan). Melanjutkan keturunan, dalam arti jasmani dan rohani. Dalam arti rohani, misalnya sesorang guru mempunyai anak didik. Generativitas merupakan suatu kesenangan menghadapi masa depan. i. Integritas, yakni: (1) mempunyai kontinuitas dalam hidupnya masa lampau tak di sangkal, dan dengan gairah memandang masa depan, (2) kesanggupan untuk memperjuangkan nilai-nilai hidup yang nyata, bukan seorang yang penjual diri, oportunis, pengkhianat; (3) berani memimpin dengan bertanggung jawab, berani menanggung resiko, mempunyai jiwa kepemimpinan, hidup dianggapnya sebagai tantangan. 2. Tanda tanda kepribadian yang kurang sehat. a. Tak mampu melakukan persahabatan, mengisolasikan diri.

22

b. Daya konsentrasi buyar, ketekunan dalam pekerjaan hancur, terlalu banyak melamun. c. Penyangkal terhadap nama, asal usul, suku bangsa, masa lampau, dan sebagainaya. d. Tak mampu memperjuangkan diri,

bahkan kadang-kadang timbul

keinginan mengakhiri hidup, bertalian dengan kebosanan hidup. e. Sifat ingin membalas dendam; beraksi terlalu radikal terhadap orang lain maupun diri sendiri; tidak mengakui dan tidak menerima masa lampaunya, lalu mau mengubah diri secara sangat radikal (identitas negatif).7 Selanjutnya menurut Samsu kepribadian yang tidak sehat antara lain: a. Mudah marah (tersinggung). b. Menunjukan kekhawatiran dan kecemasan. c. Sering merasa tekanan (stres atau depresi). d. Bersikap kejam atau senang menganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang (hewan). e. Ketidak mampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah di peringati atau di hukum. f. Mempunyai kebiasaan berbohong. g. Hiperaktif

7

35-37

Alex Sobur, Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h .

23

h. Bersikap memusuhi terhadap semua otritas i. Senang mengkriktik/mencemooh orang lain. j. Sulit tidur. k. Kurang memiliki rasa tanggung jawab. l. Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan bersifat organis). m. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama. n. Bersikap pesimis dalam menghadapi kehidupan. o. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri dan karakteristik seseorang menunjukan kepribadian yang dimiliki seorang tersebut. Perilaku yang baik dan perilaku yang tidaka baik merupakan ciri karakteristik kepribadian seseorang yang dimilikinya. Ciri dan karakteristik perilaku seseorang yang sering dinilai oleh orang lain merupakan bentuk dari kepribadian yang dimiliki seseorang.8 3. Tipe-tipe Kepribadian Pada dasarnya, setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda satu sama lain. Menurut Paul Gunadi membagikan lima tipe kepribadian yaitu: a. Tipe Sanguin

8

Op cit. h. 14

24

Seseorang yang memiliki tipe kepribadian contohnya bersemangat dalam bekerja, mempunyai semangat hidup, mampu membuat lingkungan menjadi senang dan gembira, dan juga tipe ini memiliki kelemahan seperti kurang bisa mengontrol diri, mudah terpengaruh oleh lingkungan. Peningkatan moral kognitif akan menjadikan pikiran mereka lebih tajam dan lebih kritis dalam menghadapi persoalan yang berkaitan dengan orang lain. b. Tipe Flegmatik Individu yang memiliki tipe seperti ini adalah pribadi yang pembawaannya tenang, gejolak emosinya tidak tampak baik

dalam

keadaan sedih maupun dalam keadaan senang, mudah mengintropeksi diri, mampu menilai/mengamat yang terjadi disekitarnya. Dan juga tipe ini memiliki kelemahan seperti, tidak mau susah,cenderung egois, kuarang mau berkorban terhadap orang lain. Oleh karena itu perlu mendapatkan bimbingan yang mengarahkan pada peningkatan pertimbangan moral agar dapat meningkatkan rasa kasih sayang sehingga menjadi orang yang lebih bermurah hati. c. Tipe Melankolik Orang yang bertipe seperti ini cendrung terobsesi dengan karyanya sendiri, mengerti estetika kehidupan, perasaannya sangat kuat dan sangat sensitif. Tipe ini memiliki kelemahan seperti tidak mudah terangkat dan tertawa terbahak-bahak. Pembentukan kepribadian melalui peningkatan

25

pertimbangan moral pertimbangan ini dengan demikian

kekuatan

emosional dapat berkembang secara seimbang dengan moral kognitifnya. d. Tipe Kolerik Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain: disiplin dalam bekerja, setia pada tugas bertanggung jawab atas tugas yang di berikan. Tipe ini memiliki kelemahan kurang mampu merasakan perasaan orang lain, perasaannya kurang bermain kelompok ini perlu ditingkatkan kepekaan sosialnya melalui pengembangan emosional yang seimbang dengan moral kognitifnya sehingga menjadi lebih peka terhadap penderitaan orang lain. e. Tipe Asertif Seseorang yang termasuk tipe ini memiliki ciri antara lain mampu menyatakan pendapat, selalu mempunyai ide yang baru , mengemukakan gagasan secara tegas dan kritis, dan berbicara perasaan halus tidak menyakiti orang lain. Prilaku mereka adalah terbuka, langsung, jujur. Di karenakan tipe asertif ini adalah tipe yang ideal maka tidak di temukan orang kelemahannya.9 Kemudian menurut Galenus mengemukakan tipe kepribadian manusia bisa dibagi menjadi empat bagian menurut keadaan zat air yang ada dalam tubuhnya.

9

Sjarkawi, Opcit, h. 11-12

26

a. Melancholicus (melankolis), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung atau muram, pesimistis, dan selau menaruh rasa curiga. b. Sanguinicus (sanguinisi), yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-orang tipe ini selalu menunjukan wajah yang berseri-seri, periang atau selalu bergembira, dan bersikap optimis. c. Flegmaticus (flekmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang tipe ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah. d. Cholericus (kolerisi), yaknik orang

yang banyak empedu kuningnya.

Orang tipe ini bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif. 10 Menuurut Adler typology of personality membagi empat tipe kepribadian yaitu: a. The rulling-dominant type, adalah kepribadian yang asertif, agresif dan aktif, ia memanipulasikan dan menghadapi situasi kehidupan dan orangorang didalamnya, tingkat aktifitas tinggi, tetapi dikombinasikan dengan minat sosial yang minimal. Aktifitas yang dilakukan dapat mengarah pada perilaku antisosial.

10

Alex Sobur, Opcit, h. 314

27

b. The getting-leaning tipe, adalah tipe kepribadian mengharapkan orang lain memenuhi dan mendukung minatnya, tergantung pada orang lain. Tipe ini merupakan kombinasi antara minat sosial yang rendah dan tingkat aktivitas yang rendah. c. The avoidant type, adalah tipe kepribadian menarik diri dari permasalahan. Menghadapi tugas dengan cara menghindar. Memiliki minat sosial yang rendah dan tingkat aktivitas yang sangat rendah. d. The society useful type, adalah tipe kepribadian yang paling sehat, memiliki penilaian yang realistik atas masalah yang dihadapi. Memiliki orientasi sosial dan bekerja sama dengan orang lain untuk menghadapi tugas kehidupan. Tipe ini merupakan kombinasi antara tingkat aktivitas dan minat sosial yang tinggi. 11 Dari beberapa pendapat para ahli di atas bahwa tipe kepribadian merupakan ciri khas yang dimiliki oleh seseorang seperti sikap atau perilaku yang di lakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Tipe kepribadian mempunyai nilai tersendiri oleh orang lain sesuai perilaku yang di munculkan oleh seseorang dalam bertindak, bersikap dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

11

Adang Hambali dkk, Psikoligi Kepribadian Lanjutan Studi Atas Teori Dan Tokoh Psikologi Kepribadian, (Bandung: Pustaka Setia , 2013), h. 217-218

28

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Banyak sekali yang mempengaruhi kepribadian seseorang baik itu faktor pembawaan sejak lahir, maupun faktor lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, yaitu faktor heriditas (genetika) masa dalam kandungan di pandang sebagai saat (periode) yang kritis dalam perkembangan kepribadian. Sebab tidak hanya sebagai saat perkembangan pola-pola kepribadian, tetapi juga sebagai masa pembentukan kemampuan-kemampuan yang menentukan jenis penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah kelahiran. Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara langsung, karena yang dipengaruhi

gen

secara

langsung

adalah:

kualitas

sistem

syaraf,

keseimbangan biokimia tubuh dan struktur tubuh. Faktor lingkungan (environment) diantaranya, keluarga, kebudayaan dan sekolah. a. Keluarga Keluarga di pandang sebagai pembentukan utama pembentukan kepribadian anak. Alasanya adalah: 1) keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak, 2) anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, dan 3) para anggota keluarga merupakan bagian pembentukan kepribadian anak. b. Kebudayaan

29

Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian ini dapat dilihat dari perbedaan antara masyarakat modern, yang budayanya maju dengan masyarakat premitif, ynng budayanya masih sederhana. c. Sekolah Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian anak faktor-faktor yang dipandang berpengaruh antara lain sebagai berikut. 1). Iklim emosional kelas. Kelas yang iklim emosinya sehat (guru bersikap ramah dan resfek terhadap murid dan begitu juga berlaku diantara sesama siswa) memberikan dampak yang positif bagi perkembangan psikis anak, seperti merasa nyaman, bahagia, mau bekerja sama, termotivasi untuk belajar, dan mau menaati peraturan. 2). Sikap dan perilaku guru Sikap dan prilaku guru tercermin dalam hubungannya dengan siswa, hubungan guru dan peserta didik di pengaruhi oleh berbagai faktor. Di antara nya budaya terhadap guru, sikap guru terhadap siswa, metode mengajar, penegakan disiplin dalam kelas dan penyesuaian pribadi guru.12 Kemudian di jelaskan Murray Beranggapan bahwa faktor-fator genetika dan pematangan mempunyai peranan yang penting dalam perkembang kepribadian menurutnya, proses

12

Samsu Yusuf, Ibid, h. 20-32

proses genetik

30

pematangan bertugas memprogramkan sejenis sukses atau aturan pergantian berbagai semasa sepanjang kehidupan sesorang individu. Selama masa pertama yakni masa kanak-kanak, masa dewasa awalkomposisi struktural baru muncul dan menjadi bertambah banyak. 13 Sejalan dengan pendapat di atas Sjarkawi menjelaskan faktor faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang dapat dikelompokan dalam dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. 1. Faktor internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari orang tuanya atau biasanya jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya. Oleh karena itu, sering kita mendengar istilah ’’buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya’’. Misalnya, sifat mudah marah yang dimiliki seorang ayah bukan tidak mungkin akan menurun pula pada anaknya. 2. Faktor Ekternal Faktor ekternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor ekternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni 13

Alex Sobur, Opcit, h. 313

31

keluarga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media audiovisual, seperti tv dan vcd, atau media cetak seperti koran, majalah, dan lain sebagainya. Lingkungan keluarga, tempat seorang tumbuh

dan

berkembang

akan

sangat

berpengaruh

terhadap

kepribadian seorang anak. Terutama dari cara para orangtua mendidik dan membesarkan anaknya. Sejak lama peran sebagai orangtua sering kali dibarengi pemahaman pendalaman tentang kepribadian akibatnya, mayoritas orang tua hanya bisa mencari kambing hitam bahwa sianaklah yang sebenarnya tidak beres ketika terjadi hal-hal negatif mengenai perilaku yang keseharian anaknya. Seseorang anak memiliki prilaku yang demikian tidak sengaja dilakukan oleh orang tua mereka.14 Menurut

Levine Menjadi orang tua sesungguhnya merupakan

proses yang dinamis. Situasi keluarga seringkali berubah. Tidak ada bersifat mekanis dalam proses tersebut. Akan tetapi, dengan memahami dengan kepribadian mengaktifkan energi mengembangkan langkah terhadap diri anak, para orang tua secara perlahan akan mampu memupuk rasa percaya diri pada diri anak.15 Menurut Murphy Bahwa faktor sosiokultural mempngaruhi kepribadian dalam empat cara yaitu:

14 15

Sjarkawi, Opcit, h. 19 -20 Sjarkawi, Ibid, h. 20

32

a. Masyarakat mempunyai suatu rangkaian tanda-tanda yang menjadi tujuan pensyaratan anak-anak yang hidup didalamnya. Misalnya memberikan sesuatu dengan tangan kiri yang oleh masyarakat dipandang sebagai suatu cara yang tidak sopan, maka hal itu akan dijadikan persyaratan dalam pembentukan kepribadian . b. Masyarakat melalui berbagai lembaga membawa annak-anak untuk menganalisasikan energi mereka. c. Masyarakat dengan hadiah dan hukuman dapat mengubah dorongandorongan yang lebih dapat di terima oleh masyarakat. Tetapi dorongandorongan yang ditekan tidak hilang , pada suatu kali akan muncul lagi. d. Masyarakat didalamnya proses-proses perseptual dan kognitif dapat membawa anggota-anggota nya sedemikian rupa. Sehingga mereka akan belajar dan berfikir sesuai dengan norma-norma masyarakat itu dengan demikian mereka cenderung untuk mendapatkan kesamaan dalam sikap, perasaan dan sebagainya sampai batasan-batasan tertentu.16 Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor perkembangan di pengaruhi oleh diri sendiri maupun lingkungan baik itu dari keluarga merupakan faktor pertama dalam perkembangan kepribadian kemudian kebudayaan dan sekolah merupakan faktor dalam perkembangan

16

Agus Sujanto dkk, Psikologi kepribadian, (Jakarta: PT Aksara, 2014), h. 136-137

33

kepribadain karena banyaknya hal yang ditiru dari perilaku yang di munculkan oleh seseorang. B. Keluarga Single Parent 1. Pengertian keluarga single parent Keluarga merupakan unit terkecil masyarakat yang anggotanya terdiri dari seorang laki-laki yang berstatus sebagai suami dan seorang perempuan yang berstatus sebagai Istri. Keluarga pokok tersebut menjadi keluarga inti (nuclear family) jika ditambahi dengan adanya anak-anak. Kadang-kadang terdapat keluarga besar yang anggotanya bukan hanya ayah, Ibu dan anak, tetapi juga bersama dengan anggota keluarga lain, semisal kakek nenek dan sanak keluarga lainnya.17 single parent secara etimologi berasal dari bahasa Inggris. Single berarti tungga dan parent yang berarti orang tua, pada dasarnya kategori single paren meliputi beberapa macam antara lain janda atau duda karena kematian atau perceraian, seseorang yang memiliki anak tanpa ikatan pernikahan yang sah.18 Andy Mappiere mengatakan, Keluarga single parrent yaitu keluarga tunggal yang hanya terdiri dari Ibu atau ayah saja yang di sebabkan karena perceraian atau salah satunya meninggal dunia sehingga seluruh tugas dan tanggung jawab di bebankan kepada yang di tinggalkan. 17

Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta:UII Press, 1992), h. 55 18 Khairudin H, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Nur Cahaya, 1985), h. 10

34

Menurut Hurlock, orang tua tunggal (single parent) adalah orang tua yang telah menduda atau menjanda entah Bapak atau Ibu, mengasumsikan tanggung jawab untuk memelihara anak-anak setelah kematian pasangannya, perceraian atau kelahiran anak di luar nikah. 19 Hammer dan turner mengartikan istilah orang tua tunggal sebagai seorang orang tua tunggal yang masih memiliki anak yang tinggal satu rumah dengannya. Sementara itu, Sager mengatakan bahwa orang tua tunggal merupakan orang tua yang secara sendiri atau tunggal membesarkan anakanaknya tanpa kehadiran dukungan dan tanggung jawab pasangannya. 20 Single parent adalah orang tua satu-satunya, orang tua satu-satunya dalam konteks ini adalah keluarga dengan orang tua tunggal sehingga dalam mengasuh dan membesarkan anaknya sendiri tidak dengan bantuan pasangannya, karena Istri atau Suami mereka meninggal dunia atau sudah berpisah/bercerai. Jadi keluarga single parent adalah hubungan perkawinan, karena ada beberapa sebab tertentu menjadi orang tua tunggal. Orang tua tunggal bertanggung jawab atas pemeliharaan anak-anak mereka setelah kematian pasangannya/perceraian. 19

http://digilib.uin-suka.ac.id/15286/2/09220008_bab-i_iv-atau-v_daftar-pustaka.pdf

20

http://lib.unnes.ac.id/23190/1/3301411017.pdf

35

2. Faktor penyebab menjadi orang tua single parent Orang tua tunggal tidak terjadi begitu saja, melainkan karena beberapa sebab yang menjadi orang tua tunggal tersebut harus mendidik anak tanpa bantuan pasangannya. Penyebab terjadinya orang tua tunggal dalam penelitian ini hanya di bagi menjadi dua sebab, yaitu: a. Perceraian Menurut kamus besar bahasa Indonesia perceraian sendiri memiliki arti perpisahan dan keluarga memiliki arti hubungan darah karena ikatan pernikahan. Sehingga perceraian keluarga dapat diartikan bahwa berpisahnya hubungan seseorang yang melalui ikatan pernikahan. Seperti di ketahui bahwa putusnya suatu perkawinan di sebabkan karena salah satu meninggal dunia atau karena perceraian. Mengenai perceraian, ada masyarakat mengizinkan berdasarkan kebudayaan, akan tetapi pada umumnya hampir semua masyarakat menentangnya, terutama dari mereka yang menganut agama kristen. Mereka beranggapan bahwa perkawinan hanya dapat diputuskan apa bila salah satudari suami-istri meninggal dunia. Pada umumnya kebudayaan primitif mengijinkan perceraian tanpa mengenal prosedur yang menyulitkan, akan tetapi ada juga kebudayaan primitif yang melarang sama sekali adanya perceraian. 21

21

J Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan Edisi ke tiga,(Jakarta:Kencana, 2010), h. 238-239

36

Akibat dari perceraian sangat dirasakan oleh keluarga inti, sedangkan pada keluarga kerabat akibat dari suatu perceraian tidak begitu berat terasakan. Dalam keluarga kerabat, di mana kedudukan suami istri tunduk pada garis keturunan, maka walaupun terjadi perceraian keluarganya masih tetap utuh. Sebaliknya dengan keluarga inti yang didasarkan pada perkawinan, maka bila terjadi perceraian akan berat sekali akibatnya, misalnya mengenai sosialisasi anak, pembagian harta warisan, pencari nafkah, dan sebagainya. Perceraian atau perpisahan orang tua dipastikan akan berpengaruh pada jiwa anak, mereka tidak secara bersama-sama lagi, kejadian seperti ini sangat berpengaruh sekali terhadap jiwa seorang anak, ketidak stabilan emosi, mengalami rasa cemas, tertekan, dan juga bisa sering marah-marah. Kejadian seperti ini bisa mengakibatkan orang tua melalaikan tanggung jawabnya sebagai orang tua terhadap anak. Hal seperti ini berakibat terhadap belajar anak, terganggunya pergaulan dengan teman sebaya, keadaan seperti ini berbeda dengan anak-anak yang keluarganya utuh (orang tuanya bersama-sama) yang tetap memperlihatkan gairah belajarnya. Anak-anak dari keluarga kasus perceraian berubah menjadi canggung. 22

22

M. Save Dagun, Psikologi Keluarga, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1989), h. 116-120

37

Dalam sebuah penelitian mengatakan bahwa anak laki-laki lebih terpengaruh secara negatif oleh perceraian dibandingkan anak wanita, dan pengaruh negatif ini berlangsung lebih lama. Setelah perceraian anak sukar diatur, agresif, kurang kendali diri, namun bergantung dan was-was. Pola bermain mereka disekolah, disamping perilaku di rumah kurang dewasa dibanding anak-anak dari keluarga yang lengkap. Anak wanita, pada awalnya juga menunjukkan gejala ini setelah masa dalam dua tahun, mereka tidak banyak berbeda dengan anak-anak dari keluarga yang utuh.23 b. Meninggal dunia Kematian salah satu orang tua secara tiba-tiba membuat anggota keluarga terguncang hebat. Musibah itu sering menimbulkan kesedihan, rasa berdosa dan jengkel yang menyedihkan. Perasaan duka adalah hal yang wajar, orang tuanyalah yang menyakinkan anak dengan sikap empati sambil mengarahkan pikirang anak agar dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan.24 Kematian orang tua adalah salah satu kesedihan dan kehilangan yang paling dalam karena adanya ikatan antara orang tua dan anak. Ikatan ini menggambarkan suatu garis kehidupan emosional yang memupuk perkembangan kepribadian yang sehat dan dalam tahap hubungan antar/pribadi yang penuh arti pada masa yang akan datang. 23

Sri Esti Wuryani Djiwandono, Konseling Dan Terapi Dengan Anak Dan Orang Tua, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), h. 123 24 Rina Supatmi, Skripsi Pendidikan Moral Anak Pada Keluarga Single Parent, (Semarang:Google, 2010), h. 50-55

38

Ketika anak berkembang dalam kasih sayang orang tua, yang aman dan adanya ikatan dengan orang tua, dan jika ikatan ini diputuskan atau di pisahkan oleh kematian , anak akan bereaksi dalam bentuk protes karena rasa cemas, putus asa, dan sedih karena harus berpisah.25 Pada kondisi anak ditinggal salah satu orang tuanya karena kematian, berbeda dengan anak dengan kasus perceraian. Tetapi para orang tua tunggal harus memiliki peran yang maksimal dalam membentuk kepribadian anak agar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan dengan kepribadian yang baik.

25

Op cit, h. 139-140