BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Usaha Tani dan Pertanian

2.1.2 Pengertian Pertanian . Universitas Sumatera Utara. Pertanian adalah suatu proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman d...

11 downloads 506 Views 361KB Size
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Usaha Tani dan Pertanian

2.1.1 Usaha Tani

Usaha tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari, bangunanbangunan yang didirikan di atas tanah tersebut dan sebagainya.(A.T.Mosher, 1968: hal 57). Usaha tani dapat berupa bercocok tanam atau memelihara ternak.

2.1.2 Pengertian Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Pertanian adalah suatu proses produksi khas yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan para petani pengatur dan menggiatkan pertumbuhan tanaman dan hewan itu.

Pertanian menurut Kaslan A tohir :

“ Pertanian adalah suatu usaha yang meliputi bidang-bidang seperti bercocok tanam (pertanian dalam arti sempit), perikanan, peternakan, perkebunan, kehutanan, pengelolaan hasil bumi dan pemasaran hasil bumi (pertanian dalam arti luas). Dimana zat – zat atau bahan – bahan anorganis dengan bantuan tumbuhan dan hewan yang bersifat reproduktif dan usaha pelestariannya “

Sedangkan menurut Mubyarto, definisi ilmu ekonomi pertanian adalah sebagai berikut :

“ Ilmu ekonomi pertanian adalah termasuk dalam kelompok ilmu – ilmu kemasyarakatan yaitu ilmu yang mempelajari perilaku dan upaya serta hubungannya antarmanusia. Dalam hal ini yang dipelajari adalah perilaku petani dalam kehidupan pertaniannya, dan mencakup juga persoalan ekonomi lainnya yang langsung berhubungan dengan produksi, pemasaran, dan konsumsi petani atau kelompok petani.”

2.1.3 Pertanian Indonesia

Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika, karena sebagian besar daerahnya berada

di daerah tropik yang langsung dipengaruhi oleh garis

khatulistiwa yang memotong Indonesia hampir menjadi dua. Di samping

Universitas Sumatera Utara

pengaruh khatulistiwa, ada dua faktor alam lainnya yang ikut memberi corak pertanian Indonesia. Pertama, bentuknya sebagai kepulauan, dan kedua, topografinya yang bergunung-gunung. Dalam hubungan ini letaknya di antara dua lautan besar, yaitu lautan Indonesia dan lautan Pasifik serta dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia, juga ikut mempengaruhi iklim Indonesia, terutama perubahan arah angin dari daerah tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah. Bentuk tanah yang bergunung-gunung memungkinkan adanya variasi suhu udara yang berbeda-beda pada suatu daerah tertentu. Pada daerah pegunungan yang makin tinggi, pengaruh iklim tropik makin berkurang dan digantikan oleh semacam iklim subtropik (setengah panas) dan iklim setengah dingin.

Pada kenyataannya, tanaman-tanaman pertanian iklim subtropik dan tanaman iklim sedang seperti teh, kopi, kina,sayur-sayuran dan buah-buahan menjadi komoditi penting dalam perdagangan domestik maupun internasional. Hal itu disebabkan iklim yang mendukung serta penduduk yang sebagian besar masih bermata pencaharian di sektor pertanian.

2.1.4 Pembagian Bidang-Bidang Pertanian

Pertanian dalam arti luas dan sempit.

Pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan tanaman-tanaman holtikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan. Pertanian rakyat diusahakan di tanah, tanah sawah, ladang, dan pekarangan. Walaupun tujuan penggunaan hasil-hasil tanaman ini tidak merupakan kriteria,

Universitas Sumatera Utara

namun sebagian besar pada umumnya hasil pertanian rakyat adalah untuk keperluan konsumsi keluarga.

Pertanian dalam arti luas mencakup : •

Pertanian rakyat atau disebut pertanian sempit



Perkebunan (termasuk di dalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar)



Kehutanan



Peternakan, dan



Perikanan (perikanan darat dan laut)

2.2 Pembangunan Pertanian

Banyak hal yang harus kita lakukan dalam mengembangkan pertanian pada masa yang akan datang. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang harus menjadi prioritas dalam melakukan program apapun. Mulai april 1969 kita melaksanakan Repelita yang titik beratnya adalah pada pembangunan sektor pertanian.

Pembangunan adalah penciptaan sistem dan tata nilai yang lebih baik hingga terjadi keadilan dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Sistem tersebut harus berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan desentralistik. Berdaya saing berarti pertanian pertanian dapat kita sejajarkan dengan produk pertanian Negara lain, baik jumlah maupun kualitasnya. Berkerakyatan berarti setiap usaha pembangunan pertanian harus mengikutkan petani supaya semakin berdaya sebagai subjek pembangunan. Berkelanjutan berarti pembangunan pertanian harus

Universitas Sumatera Utara

memberikan jaminan bagi keberlangsungan pertanian. Sementara desentralisasi mengandung arti bahwa pembangunan pertanian harus berdasarkan keinginan petani, sesuai dengan kebutuhannya dan sangat menghargai budaya lokal.

Program pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah serangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani, dan mendorong berkembangnya sistem pertanian dan usaha usaha pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan, dan berkelanjutan. Program pembangunan pertanian di arahkan kepada pencapaian tujuan pembangunan pertanian jangka panjang, yaitu sektor pertanian sebagai andalan pembangunan nasional. Ketangguhan perekonomian nasional dengan basis agraris sebagaimana Indonesia tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan ketangguhan sektor pertanian. Relevan sekali apabila visi, misi, tujuan, dan strategi pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat pertanian dalam mendukung perekonomian nasional (Hanani, dkk, 2003: 75)

2.3 Produksi Usaha Tani dan Faktor Produksi

Faktor produksi adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barangbarang dan jasa (Teddy herlambang, 2001: hal 30), atau dalam hal ini, pengertian faktor produksi adalah semua pengorbanan yang diberikan tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan produk pertanian yang baik. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh.

Adapun faktor produksi yang dimaksud adalah :

a. Alam ( dalam hal ini luas lahan atau tanah)

Universitas Sumatera Utara

Dalam pertanian, faktor produksi tanah mempunyai kedudukan yang paling penting. Hal ini terbukti dari balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan dengan faktor produksi yang lain. Balas jasa yang diberikan atas jasa tanah disebut sewa tanah (rent). Tanah sebagai salah satu faktor produksi merupakan suatu pabriknya dari hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan tempat produksi itu keluar. Semakin luas lahan yang digunakan, maka semakin besar hasil produksi yang diperoleh dari lahan tersebut.

b. Modal

Modal adalah barang atau uang yang secara bersama-sama dengan faktor produksi lainnya (tanah atau tenaga kerja) menghasilkan barangbarang baru yaitu dalam hal ini hasil pertanian. Modal dalam pertanian dapat diwujudkan dalam bentuk pengeluaran pupuk dengan tujuan untuk meningkatkan hasil pertanian.

c. Tenaga kerja

Yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah kapasitas buruh untuk bekerja bukan dalam keahlian yang produktif, melainkan reaksi sosialnya terhadap kesempatan ekonomi dan kesediaannya untuk mengalami perubahan ekonomi.

d. Teknologi

Universitas Sumatera Utara

Dalam pengertian sederhana, kemajuan teknologi terjadi karena ditemukannya cara-cara baru atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional seperti pekerjaan menanam, membuat pakaian, atau membuat rumah.

2.4 Pengertian Produksi

Ditinjau dari segi ekonomi maka pengertian produksi adalah kombinasi dan koordinasi material-material dan keluaran-keluaran (input faktor, sumber daya atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output).

Juga disebutkan bahwa pengertian produksi adalah segala kegiatan dalam rangka menciptakan dan menambah kegunaan (utility) suatu barang atau jasa untuk kegiatan dimana dibutuhkan faktor-faktor produksi yang di dalam ilmu ekonomi terdiri dari modal, tenaga kerja, dan managemen atau skill.

2.5 Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah abstraksi yang menggambarkan suatu proses produksi, lebih jelasnya fungsi produksi dapat diartikan sebagai suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input).

Pengertian fungsi produksi merupakan hubungan antara jumlah input yang diperlukan dan jumlah output yang dihasilkan. Fungsi produksi menentukan output maksimum yang dapat dihasilkan dari sejumlah input tertentu, dalam kondisi keahlian dan pengetahuan teknis yang tertentu (Samuelson dan Nordhaus,

Universitas Sumatera Utara

2003: hal 125). Juga disebutkan fungsi produksi merupakan hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya (Sadono Sukirno, 1994: hal 193).

Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut :

Q = f (K, L, R, T)

Dimana :

K

= Jumlah Stok Modal

L

= Jumlah Tenaga Kerja

R

= Sumber Daya Alam

T

= Teknologi

Atau dalam bentuk matematis sederhana dapat dituliskan sebagai :

Y = f(X1,X2, ……………Xn)

Dimana:

Y

= hasil produksi fisik

X1…….Xn

= faktor-faktor produksi

2.5.1 Fungsi Produksi Cobb Douglas

Universitas Sumatera Utara

Fungsi produksi ini menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Cobb, C.W. dan Douglas, P. H. pada tahun 1928 melalui artikelnya yang berjudul “A Theory of Production” (Suhartati, T, 2003:104). Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan persamaan: Q = AK α L β Keterangan: Q = Output K = Input Modal L = Input Tenaga Kerja A = Parameter Efisiensi/Koefisien Teknologi a = Elastisitas Input Modal b = Elastisitas Input Tenaga Kerja Fungsi produksi Cobb Douglas dapat diperoleh dengan membuat dengan membuat linear persamaan sehingga menjadi: LnQ = LnA + αLn + βLnL + ε Dengan meregres persamaan di atas maka secara mudah akan diperoleh parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Salah satu kemudahan fungsi produksi Cobb Douglas adalah secara mudah dapat dibuat linear sehingga memudahkan untuk mendapatkannya. a. Marginal Physical Productivity of Capital (MPk)

Universitas Sumatera Utara

∂Q = MPk = AαK α −1 Lβ ∂K

b. Marginal Physical Productivity of Labor (MPl) ∂Q = MPl = AβK α Lβ −1 ∂L

MPl =

MPl =

AβK α Lβ L

βQ L

......................................................................... (2)

c. Avarage Productivity of Capital (Apk)

APk =

Q .......................................................................... (3) K

d. Average Productivity of Labor (APl)

APl =

Q ........................................................................... (4) L

e. Elasticity Product of Capital (Ek)

Ek =

%∆Q ....................................................................... (5) %∆K

f. Elasticity Product of Labor (El)

Universitas Sumatera Utara

El =

%∆Q ........................................................................ (6) %∆L

Dalam fungsi produksi Cobb Douglas ini, penjumlahan elastisitas substitusi menggambarkan return to scale. Artinya apabila α + β = 1 berarti constan return to scale, bila α + β < 1 berarti decresing return to scale, dan apabila α + β > 1 berarti proses produksi berada dalam keadaan increasing return to scale. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut: Fungsi produksi Cobb Douglas: Q = AK α Lβ Apabila input dinaikkan dua kali lipat maka: Q 2 = A (2K 1 ) α . (2L 1 ) β = A2 α K 1 α .2 β L 1 β =2

α +β

AK1α. L 1β

= 2 α+β Q1 Jadi, bila α+β = 1, maka Q 2 = 2 Q 1 , berlaku constan return to scale bila α+β > 1, maka Q 2 > 2 Q 1 , berlaku increasing return to scale bila α+β < 1, maka Q 2 < 2 Q 1 , berlaku decreing return to scale Dalam fungsi produksi Cobb Douglas asli berlaku constant return to scale (Nicholson, 1995 : 332), sehingga dapat mengilustrasikan secara mudah

Universitas Sumatera Utara

perubahan output sebagai akibat perubahan input. Apabila input (baik K maupun L) naik sebesar 2 (dua) kali maka output akan naik sebesar 2 (dua) kali pula. Karena dalam fungsi Cobb Douglas berlaku constant return to scale maka akan membawa konsekuensi bahwa substitusi antar faktor-faktor produksinya adalah substitusi sempurna, artinya satu input L (tenaga kerja) dapat digantikan dengan satu unit input K (modal). Dengan demikian, fungsi produksi Cobb Douglas mempunyai bentuk isoquant linear. Yang dapat dilihat dengan jelas dari gambar 2.1 K

L

Gambar 2.1. Kurva Isoquant Fungsi Produksi Cobb-Douglas

2.5.2 Teori Produksi

Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada dua pendekatan berikut : •

Teori produksi dengan satu faktor berubah



Teori produksi dengan dua faktor berubah

Teori Produksi dengan Satu Faktor Berubah

Universitas Sumatera Utara

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan faktor produksi lainnya dianggap konstan. Satusatunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja.

Hukum Hasil Lebih yang Semakin Berkurang (The Law of Diminishing Return)

Hukum hasil yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teori produksi. Hukum hasil yang semakin berkurang menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai nilai negatif. Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun.

Dengan demikian hukum hasil lebih yang semakin berkurang dapat dibedakan menjadi tiga tahap yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a. Tahap pertama: produksi total mengalami pertambahan yang semakin kuat. b. Tahap kedua : produksi total pertambahannya semakin lambat. c. Tahap ketiga: produksi total semakin lama semakin berkurang.

TAHAPAN_PRODUKSI. Y

TP L

I

II

III

AP L MP L

X

labor Gambar 2.2 Hubungan Tenaga Kerja dengan Jumlah Produksi Hubungan hubungan antara produksi total, produksi rata rata dan produksi marginal dapat digambarkan secara grafik. Dapat ditunjukkan oleh grafik di atas. Kurva TP adalah kurva produksi total.

Universitas Sumatera Utara

Tahap pertama: Menunjukkan hubungan antara jumlah produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi suatu barang. TP cekung ke atas apabila tenaga kerja yang digunakan masih sedikit. Hal ini berarti masih terjadi kekurangan tenaga kerja dibandingkan dengan faktor produksi lain misalnya tanah yang dianggap tetap jumlahnya. Dalam keadaan seperti ini produksi marginal bertambah tinggi,dapat dilihat pada kurva MP yang semakin menaik. Tahap II: Lalu dilakukan penambahan tenaga kerja. Pada tahap ini digunakan penambahan tenaga kerja tidak menambah produksi total seperti sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh kurva produksi marginal yang menurun dan kurva produksi total yang semakin cembung ke atas. Produksi marginal akan lebih tinggi daripada produksi rata rata, yaitu kurva AP akan bergerak ke atas. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi rata rata semakin tinggi. Maka kurva produksi marginal akan memotong kurva produksi rata rata. Sesudah perpotongan tersebut maka kurva produksi rata rat menurun kebawah yang menggambarkan bahwa produksi rata rata semakin merosot. Perpotongan di antara kurva MP dan kurva AP menggambarkan permulaan pada tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata rata mencapai tingkat paling tinggi. Tahap III : Di mulai ketika dilakukan lagi penambahan tenaga kerja. Pada tahap tersebut MP memotong sumbu datar dan sesudahnya kurva tersebut berada di bawah sumbu datar. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi marginal mencapai angka yang negatif. Kurva produksi total TP mulai menurun pada tingkat ini, yang menggambarkan bahwa produksi total semakin berkurang apabila lebih banyak tenaga kerja yang digunakan.

Universitas Sumatera Utara

Produksi Total, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marginal

Produksi Total

Produksi total, yaitu output total dari suatu sistem produksi atau yang dihasilkan dari penggunaan sejumlah tertentu sumber daya dalam sistem produksi.

Produksi Marginal

Produksi Marginal, yaitu tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan. Produksi marginal (marginal product) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

MP =

MP

∆TP dimana: ∆L

= Produksi Marjinal (Marginal Product)

∆ TP = Pertambahan Produksi Total ∆L

= Pertambahan Tenaga Kerja

Produksi Rata-Rata

Produksi rata-rata merupakan produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja. Produksi rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

AP

=

TP dimana : L

AP

= Produksi Rata-Rata

TP

= Total Produksi

L

= Tenaga Kerja

Teori Produksi dengan Dua Faktor Berubah

Dalam analisis ini, dimisalkan terdapat dua faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya. Misalnya tenaga kerja dan modal. Misalkan pula bahwa kedua faktor produksi yang dapat berubah ini faktor yang dapat dipertukarkan penggunaannya ; yaitu tenaga kerja yang dapat menggantikan modal, dan sebaliknya.

2.6 Hasil Produksi dan Biaya Produksi

2.6.1 Efisiensi Usahatani

Efisiensi produksi merupakan banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Kalau efisiensi fisik ini kita nilai dengan uang maka akan kita sampai pada efisiensi ekonomi. Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu luas tanah dikalikan hasil per kesatuan luas dan dan nilai dalam uang. Tapi tidak semua diterima petani karena harus dikurangi dengan biaya – biaya yang harus

Universitas Sumatera Utara

dikeluarkannya yaitu harga pupuk dan bibit, biaya pengolahan tanah, upah menanam, dan memanen yang biasanya dalam bentuk bagi hasil (innatura).

2.6.2 Biaya Produksi

Biaya produksi dapat dibagi dua, yaitu biaya – biaya yang berupa uang tunai, misalnya upah kerja untuk biaya persiapan/penggarapan tanah, termasuk untuk upah ternak, biaya untuk membeli pupuk, pestisida, dan lain-lain serta biaya In-natura yaitu biaya biaya panen, bagi hasil, sumbangan, dan mungkin juga pajak-pajak.

1. Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya bibit, persiapan dan pengolahan tanah, dan lain lain.

2. Biaya Rata-Rata dan Biaya Marginal

Bagi para perencana ekonomi yang bertugas merumuskan kebijaksanaan harga, misalnya untuk menentukan harga minimum yang harus dijamin untuk petani, maka sering ditanyakan biaya produksi rata-rata, yaitu hasil bagi biaya produksi total dengan jumlah produksi. (Mubyarto, bab 5: hal 51). Biaya rata-rata dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

AC

=

TC Q

Universitas Sumatera Utara

Biaya Marginal, yaitu kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak satu unit. Biaya marginal dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

MCn

= TCn – TCn-1, dimana :

MCn

= biaya marginal produksi ke n,

TCn

= biaya total pada waktu jumlah produksi adalah n

TCn-1 = biaya total pada waktu jumlah produksi adalah n-1

Atau dengan rumus :

MCn =

∆TC , dimana : ∆Q

MCn = biaya marginal produksi ke n ∆ TC = pertambahan jumlah biaya total ∆Q

= pertambahan jumlah produksi

2.7 Sejarah Perkebunan Kopi di Indonesia

Tanaman kopi bukan tanaman asli Indonesia. Melainkan jenis tanaman berasal dari benua Afrika (AAK: 1988). Tanaman kopi masuk ke Indonesia pertama kali tahun 1696, bersamaan waktunya dengan digemarinya minuman kopi di kawasan Eropa. Di Jawa, tanaman kopi baru mendapat perhatian pada tahun 1699, karena setelah melewati taraf percobaan, tanaman tersebut dapat

Universitas Sumatera Utara

berkembang dan berproduksi dengan baik. Tanaman kopi yang didatangkan ke Indonesia adalah jenis kopi arabika yang berasal dari Yaman. Pada mulanya, kopi ditanam di sekitar Jakarta. Setelah percobaaan-percobaan di daerah tersebut hasilnya baik, baru kemudian disebar dan dibagikan kepada para Bupati di Jawa Barat, dan hasilnya pun baik. Hasil-hasil tersebut harus diserahkan kepada VOC dengan harga yang sangat rendah, dengan penyerahan secara paksa. Maka tanaman yang semula hanya sebagai tanaman percobaan, akhirnya menjadi tanaman yang dipaksakan kepada petani.

Setelah diketahui bahwa tanaman tersebut hasilnya meningkat, maka perluasan tanaman terus ditingkatkan, terutama di pulau Jawa. Selanjutnya lebih dipaksakan lagi dengan adanya sistem “Culturstelsel”. Mulai saat itulah banyak pengusaha yang perkebunan, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur pada tanah-tanah usaha swasta. Sejarah mencatat bahwa untuk pertama kalinya pelelangan kopi asal Jawa di Amsterdam dilakukan tahun 1712 dan sejak itu pasaran kopi Eropa mengenal baik “Java coffee” (Siswoputranto, 1993 dikutip dalam jurnal Membangkitkan Kembali Peran Komoditas Kopi bagi Perekonomian Indonesia-(Re-Promoting Role of Coffee Commodity in Indonesian Economy) oleh Herman).

Pada tahun 1878 timbul serangan penyakit karat daun yang diperkirakan berasal dari Sri Langka dan menyebar cepat ke seluruh perkebunan kopi di Jawa. Karena sulit diberantas, maka sejak tahun 1900 dikembangkan kopi jenis robusta yang relatif tahan penyakit. Jenis kopi robusta ini kemudian berkembang pesat hampir ke seluruh pelosok nusantara dan pada saat pecah perang dunia ke 2,

Universitas Sumatera Utara

Hindia Belanda (Indonesia) dikenal sebagai penghasil kopi ketiga terbesar setelah Brazil dan Kolombia. Pengembangan areal kopi terus berlanjut setelah Indonesia merdeka, dan perkembangan yang paling pesat adalah yang terjadi pada periode 1975-1985. Areal perkebunan kopi Indonesia mencapai satu juta hektar pada tahun 1988.

Tabel 2.1 Perkembangan Luas Pertanaman Kopi di Indonesia Luas Lahan Perkebunan Perkebunan Besar Rakyat 1950 41.289 101 1955 48300 148.631 1960 47.092 230.766 1965 40.356 259.694 1970 43.777 351.096 1975 38.5 365000 1995 2000 2005 Sumber : Website Ditjenbun Tahun

Jumlah 142.289 196.931 277.858 300.05 394.373 403.5 493 632 529

Perkebunan kopi Indonesia didominasi oleh perkebunan rakyat dengan total areal 1,06 juta ha atau 94,14%, sementara areal perkebunan besar Negara dan perkebunan besar swasta masing-masing seluas 39,3 ribu ha (3,48%) dan 26,8 ribu ha (2,38%). Areal perkebunan rakyat tersebut dikelola oleh sekitar 2,12 juta kepala keluarga petani (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2001). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perkebunan kopi paling tidak telah menyediakan kesempatan kerja kepada lebih dari 2 juta kepala keluarga petani dan ratusan ribu kesempatan kerja di perkebunan besar, pedagang pengumpul

Universitas Sumatera Utara

hingga eksportir. Di samping itu juga tercipta kesempatan kerja pada industri hilir kopi dan pedagang hasil olahan kopi. 2.7.1 Perkembangan Kopi Arabika di Indonesia Sebenarnya jenis kopi yang pertama kali dimasukkan ke Indonesia adalah jenis kopi arabika. Kopi jenis tersebut masuk Indonesia pada tahun 1696. Akan tetapi tanaman tersebut mati

karena terserang banjir yang melanda hebat.

Kemudian pada tahun 1699 didatangkan kembali bibit-bibit Arabika yang baru. Untuk pertama kalinya ditanam di daerah sekitar Jakarta dan Jawa Barat. Setelah berhasil baik lalu disebarkan ke seluruh kepulauan Indonesia. Satu abad lebih jenis kopi ini telah membudaya menjadi tanaman rakyat. Dengan keberhasilan ini, maka pada akhir abad 19 juga dibuka perkebunan kopi di Jawa Timur. Kebun itu terletak di Malang dan Kediri, setelah itu menjalar lagi sampai daerah Besuki. Dapat dikatakan untuk tahun-tahun 1800 sampai 1900 lebih jenis kopi komersil yang ditanam adalah jenis Arabika(Wahyu Muljana, 1982: 2).

Dalam sejarahnya, Indonesia bahkan pernah menjadi produsen kopi arabika terbesar di dunia, walaupun tidak lama akibat munculnya serangan hama karat daun. Serangan hama yang disebabkan cendawan hemileia vastatrix tersebut menyerang tanaman kopi di Indonesia sekitar abad ke-19. Dengan adanya penyakit ini maka kopi-kopi jenis Arabika hanya dapat bertahan di daerah-daerah dataran tinggi, yang lebih dari 1000 m dari atas permukaan laut. Maka dengan demikian terjadilah zona gap yang berarti ada zona dengan jarak vertical 200 M sampai dengan 250 M yang tidak bisa ditanami kopi. Untuk menutup gap ini maka telah diadakan penyelidikan dan dan kemudian pada tahun 1929

Universitas Sumatera Utara

dimasukkan varitas Abyssinica (Coffea Arabica Veritas Abyssinica) sedangkan yang telah ada di Indonesia adalah Arabika yang termasuk Coffea Arabica Veritas typica.

Kemudian pada tahun 1955/1956, dapatlah dipilih dan setelah melalui proses penelitian serta penyelidikan terhadap varietas tersebut, ternyata jenis kopi arabika varietas Abyssinica yang berasal dari India dapat tahan dari serangan karat daun. Selain kuat dari penyakit karat daun, jenis Arabika ini dapat tumbuh di daerah yang tingginya 500 M dari permukaan laut.

Biasanya daerah-daerah yang ditanami jenis kopi Arabika adalah Jawa Timur (dataran tinggi Ijen), Sumatera Utara (Mandailing, Lintong dan Sidikalang), Aceh (dataran tinggi Gayo), Bali, dan Sulawesi Selatan.

2.7.2 Morfologi Tanaman Kopi Arabika (Ateng)

Untuk mengenal tanaman kopi, dapat dilihat dari berbagai sudut, antara lain: •

Akar

Perakaran dalam pohon kopi ini relatif dangkal. Dapat dikatakan bahwa lebih dari 90%, akar-akar kopi ini terdapat di lapisan tanah yang dalamnya hanya antara 0 – 30 cm. Oleh karena itu, tanaman kopi sangat peka terhadap kandungan bahan organik. Struktur tanah yang baik sangat diperlukan bagi tanaman kopi, karena tanaman ini sangat membutuhkan oksigen. Bila pertumbuhan akar terhambat, maka akan mengakibatkan

Universitas Sumatera Utara

tanaman tersebut kelihatan kerdil. Hal itu biasanya terjadi karena kekurangan air atau kekurangan udara atau bahkan tergenang air.



Batang dan Cabang

Kopi memperlihatkan dimorfisma dalam pertumbuhan vegetatifnya.

a. Pertumbuhan Ortotropik (tegak) b. Pertumbuhan Plagiotropik (ke samping)

Batang dan tunas-tunas air atau yang sering disebut dengan nama wiwilan, tumbuhan ortotropik dan plagiotropik, sedangkan cabangnya tumbuh secara plagiotropik. Bagian tanaman yang tumbuh ortotropik dapat menghasilkan pertumbuhan ortotropik dan plagiotropik dan tak dapat menghasilkan ortotropik. Oleh karena itu, sambungan cabang atau stek cabang tidak dapat tumbuh ke atas, melainkan tumbuh ke samping.

Pada ketiak daun batang terdapat 2 macam kuncup tunas yaitu :

1. Kuncup tunas primair

: a. hanya satu di bagian atas

b. dapat tumbuh menjadi cabang primair (cabang buah)

Universitas Sumatera Utara

2. Kuncup tunas reproduksi

: a. berjumlah 4-5 buah, terletak di

bawah kuncup-kuncup primair.b. dapat tumbuh menjadi tunas reproduksi (tunas air/wiwilan).

Kemudian pada ketiak daun dapat tumbuh tunas reproduksi beberapa kali,akan tetapi cabang primair hanya terbentuk satu kali. Oleh karena buah terbentuk pada cabang-cabang primair maka cabang ini sangat penting artinya. Kemudian susunan tunas semacam ini juga terdapat pada ketiak-ketiak daun cabang primair dan dinamakan kuncup tunas sekunder dan kuncup tunas reproduksi. Berbeda dengan kuncup-kuncup tunas pada batang, kuncup-kuncup ini dapat tumbuh menjadi bunga. Namun pada umumnya pada setiap ruas hanya sekali berbentuk bunga, kecuali pada kopi Ekselsa. Lalu pada cabang-cabang primair kuat pertumbuhannya, kuncup-kuncup tunas ini sebagian dapat menjadi cabang.

-

Kuncup tunas sekunder dapat tumbuh menjadi cabang sekunder

-

Kuncup tunas reproduksi dapat tumbuh menjadi cabang reproduksi, cabang cacing, atau cabang balik.



Daun

Daun kopi ini tumbuh berhadapan dan berpasangan, baik itu yang tumbuh pada cabang maupun batang. Pada cabang, daun-daun itu berpasangan dan terletak pada satu bidang. Kemudian stomata atau mulut daun ternyata berbedabeda menurut jenis kopi. Pada kopi Arabika, jumlah stomata per mm2 berkisar antara 148-185. Jumlah stomata per satuan luas daun juga dipengaruhi oleh

Universitas Sumatera Utara

intensitas cahaya. Semakin besar intensitas cahaya, makin besar/banyak mulut daun/stomata. Daun kopi ini akan menjadi lebih lebar, tipis dan lembek apabila intensitas cahaya terlalu sedikit. •

Bunga dan Buah

Bunga kopi ini akan terbentuk pada ketiak-ketiak daun dari cabang. Pada ketiak akan terdapat 3-5 tandan. Untuk itu masing-masing akan terdiri dari 3 sampai 5 bunga. Pada kopi Arabika, umumnya tandannya lebih sedikit. Mahkota bunga berwarna putih, dengan jumlah mahkota 5 daun mahkota. Panjang tangkai putik Arabika lebih pendek dibandingkan dengan benang sarinya. Dalam hal penyerbukan, kopi Arabika melakukan penyerbukan sendiri (self pollinator). Penyerbukan pada tanaman kopi biasanya dibawa oleh angin. Pembawaan ini bisa sampai 100 meter dari pohon itu sendiri. Pada umumnya kopi akan mengeluarkan bunga pada umur 3 tahun, dan mulai berbuah pada umur 4tahun. Namun untuk jenis Arabika bisa lebih cepat dari waktu tersebut, yakni 2,5 tahun. Buah kopi Arabika akan masak dalam kurun waktu 9-10 bulan.

2.7.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kopi

Tanaman Kopi mempunyai sifat yang sangat khusus, karena masing – masing jenis kopi menghendaki lingkungan yang agak berbeda. Faktor – faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tanaman kopi antara lain adalah ketinggian tempat, curah hujan, sinar matahari, angin dan tanah.

Ketinggian tempat sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap tanaman kopi, tetapi berpengaruh terhadap tinggi dan rendahnya suhu. Faktor

Universitas Sumatera Utara

suhu inilah yang berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman kopi. Hujan merupakan faktor iklim terpenting setelah ketinggian tempat. Faktor ini bisa dilihat dari curah hujannya dan waktu turunnya hujan. Curah hujan akan berpengaruh terhadap ketersediaan air yang sangat dibutuhkan oleh tanaman kopi, sedangkan waktu jatuhnya hujan terutama berpengaruh terhadap proses pembentukan bunga kopi dan buah kopi. Kopi Robusta dan Arabika sangat peka terhadap pengaruh ini.

Kopi umumnya tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar matahari yang teratur. Sengatan sinar matahari langsung dalam jumlah banyak akan meningkatkan penguapan dari tanah maupun daun yang dapat mengganggu keseimbangan proses fotosintesa, terutama pada musim kemarau. Angin mempunyai pengaruh cukup besar terhadap jenis kopi yang bersifat self steril.

Peranan angin adalah membantu berpindahnya serbuk sari bunga dari tanaman kopi yang satu ke putik bunga kopi lain yang klon atau jenisnya berbeda sehingga terjadi penyerbukan yang dapat menghasilkan buah. Tanah yang sangat cocok untuk kopi arabika dan robusta adalah andosol. Tanah rata lebih baik untuk kopi, kelerengan yang terbaik untuk kopi 0 – 8%, tetapi dapat ditanam hingga kelerengan 15 – 30%. Secara umum tanaman kopi menghendaki tanah yang gembur, subur dan kaya bahan organik. Untuk itu tanah di sekitar tanaman harus sering ditambah dengan pupuk organik agar sistem perakarannya tetap tumbuh baik dan dapat mengambil unsur hara sebagaimana mestinya. Selain tanah yang gembur dan kaya bahan organik, kopi juga menghendaki tanah yang agak asam.

Universitas Sumatera Utara

Beberapa sifat penting kopi Arabika adalah :

1. Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700 - 1700m dpl dan suhu 16 - 20 derajat Celcius. 2. Menghendaki daerah yang mempunyai iklim kering atau bulan kering 3 bulan / tahun secara berturut - turut, yang sesekali mendapat hujan kiriman. 3. Umumnya peka terhadap serangan penyakit HV, terutama bila ditanam di

dataran rendah atau kurang dari 500m dpl.

4. Rata - rata produksi sedang tetapi mempunyai kualitas dan harga yang relatif lebih tinggi dari kopi lainnya. 5. Umumnya buah kopi ini menjadi masak dalam waktu 9 bulan – 10 bulan.

Kopi arabika memiliki banyak varietas. Beberapa varietas kopi arabika antara lain: •

Kopi Kolombia (Colombian coffee) - pertama kali diperkenalkan di Kolombia pada awal tahun 1800. Saat ini kultivar Maragogype, Caturra, Typica dan Bourbon ditanam di negeri ini. Jika langsung digoreng, kopi Kolombia memiliki rasa dan aroma yang kuat. Kolombia adalah penghasil kopi kedua terbesar di dunia setelah Brasilia. Sekitar 12% kopi di dunia dihasilkan di negara ini



Colombian Milds — Varietas ini termasuk kopi dari Kolombia, Kenya dan Tanzania. Semuanya adalah jenis kopi arabica yang telah dicuci.

Universitas Sumatera Utara



Costa Rican Tarrazu — dari (en)"San Marcos de Tarrazu valley" di pegunungan di luar San José, Costa Rica.



Guatemala Huehuetenango — Ditanam di ketinggian 5000 kaki di bagian utara Guatemala.



Ethiopian Harrar — dari Harar, Ethiopia



Ethiopian Yirgacheffe — dari daerah di kota Yirga Cheffe di provinsi Sidamo (Oromia) di Ethiopia.



Hawaiian Kona coffee — ditanam di kaki pegunungan Hualalai di distrik Kona di Hawaii. Kopi diperkenalkan pertama kali di kepulauan ini oleh Chief Boki. Ia adalah gubernur Oahu pada tahun 1825.



Jamaican Blue Mountain Coffee — dari Blue Mountains di Jamaika. Kopi ini memiliki harga yang mahal karena kepopulerannnya.



Kopi Jawa (Java coffee) — dari pulau Jawa di Indonesia. Kopi ini sangatlah terkenal sehingga nama Jawa menjadi nama identitas untuk kopi.



Kenyan — terkenal karena tingkat keasamannya dan rasanya.



Mexico - memproduksi biji kopi yang keras.



Mocha — Kopi dari Yemen dahulunya diperdagangkan di pelabuhan Mocha di Yemen. Jangan disalahartikan dengan cara penyajian kopi dengan coklat.



Santos - dari Brasilia. Memiliki tingkat keasaman yang rendah.



Sumatra Mandheling dan Sumatra Lintong — Mandheling dinamakan menurut suku Batak Mandailing di Sumatra utara di Indonesia. Kopi Lintong dinamakan menurut nama tempat Lintong di Sumatra utara. Sedangkan Kopi Gayo berasal dari Dataran Tinggi Gayo — Gayo adalah

Universitas Sumatera Utara

nama Suku Asli di Aceh — yang meliputi Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Kopi Gayo disebut-sebut sebagai kopi organik terbaik di dunia. •

Sulawesi Toraja Kalosi — Ditanam di daerah pegunungan tinggi di Sulawesi. Kalosi adalah nama kota kecil di Sulawesi, yang merupakan tempat pengumpulan kopi dari daerah sekitarnya. Toraja adalah daerah pegunungan di Sulawesi tempat tumbuhnya kopi ini. Kopi dari Sulawesi ini memiliki aroma yang kaya, tingkat keasaman yang seimbang (agak sedikit lebih kuat dari kopi Sumatra) dan memiliki ciri yang multidimensional. Warnanya coklat tua. Kopi ini cocok untuk digoreng hingga warnanya gelap. Karena proses produksinya, kopi ini dapat mengering secara tidak teratur. Walau demikian biji yang bentuknya tidak teratur ini dapat memperkaya rasanya.



Tanzania Peaberry — ditanam di Gunung Kilimanjaro di Tanzania. "Peaberry" artinya biji kopi ini hanya satu dalam setiap buah. Tidak seperti layaknya dua dalam satu buah. Ini biasanya tumbuh secara alami pada 10% dari hasil panen kopi.



Uganda - Meskipun sebagian besar penghasil kopi robusta. Ada juga kopi arabika berkualitas yang dikenal sebagai Bugishu.



Kopi Luwak - salah satu varietas kopi Arabika yang telah dimakan oleh luwak kemudian dikumpulkan dan diolah. Rasa dan aroma kopi ini khas dan menjadi kopi termahal di dunia.

2.7.4 Potensi Kopi Arabika di Kabupaten Dairi

Universitas Sumatera Utara

Kabupaten Dairi secara geografis terletak diantara 98 0 00'-98 0 30'3T dan 2 0 -3 0 00' LU. Luas wilayah Kabupaten Dairi adalah 1.927,8 Km2. Ibukota Kabupaten Dairi adalah Sidikalang yang secara administratif terdiri dari 15 kecamatan. Sidikalang sebelumnya dikenal sebagai produsen kopi robusta, namun setelah pasar kopi robusta sudah tidak menjamin kehidupan petani akibat rendahnya harga, menyebabkan petani memilih mengganti tanaman kopinya dengan kopi varietas arabika (ateng). Dengan demikian, saat ini Sidikalang lebih dikenal dengan produsen kopi jenis arabika, yang lebih dikenal dengan kopi ateng. Dairi merupakan penghasil kopi jenis ateng terbesar di sumatera Utara, yang kemudian disusul oleh Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan. Berikut data potensi lahan produksi kopi Ateng per kecamatan di Kabupaten Dairi.

Tabel 2.2 Data Potensi Lahan Produksi Kopi Ateng Per Kecamatan di Kabupaten Dairi Tahun 2007.

110.17

Luas Area Kopi Ateng/Ha 299

*

347

351,00

Berampu

39.45

226

205.7

4 5 6 7 8 9 10 11

Parbuluan Sumbul Silahisabungan Silimapungga-pungga Lae Parira Siempatnempu Siempat nempu hulu Siempat nempu hilir

235.4 192.58 75.62 83.4 61 59.35 93.93 105.12

2351 6249 25 94 66 188 -

1968 5604 21 92 58 168 -

12

Tigalingga

197

-

-

No

Kecamatan

1

Sidikalang

2

Sitinjo

3

Luas (Km2)

Produksi /Ton 304,20

Universitas Sumatera Utara

13 14 15

Gunung Setember Pegagan Hilir Tanah pinem Jumlah

77 158.4 439.4 1927,82

152 9.997

173 8.945,2

Sumber: BPS 2007 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat, bahwa produsen kopi ateng terbesar adalah kecamatan Sumbul. Hal ini dapat dilihat dari luas lahan dan juga hasil produksi pertahun dimana kecamatan Sumbul menunjukkan angka yang paling besar (lebih dari 60% dari total produksi kabupaten Dairi). Bisa dikatakan bahwa Sumbul merupakan sentral produksi kopi ateng di kabupaten Dairi, yang diikuti oleh kecamatan Parbuluan dan Sitinjo.

Perkebunan kopi Ateng di kabupaten Dairi didominasi oleh perkebunan rakyat. Belum ada perkebunan besar milik negara yang khusus menangani kopi ateng, padahal kopi ateng merupakan salah satu komoditi ekspor yang memiliki potensi cukup besar dalam perdagangan ekspor dunia. Tingginya permintaan ekspor terhadap kopi jenis ateng dari Dairi belum sebanding dengan hasil produksinya.

2.8 Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang menjadi dasar Penulis untuk menulis skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Iswandhie Hasan (2000) dalam skripsi “Analisis Produksi Kopi di Desa Mbenti Kecamatan Minyambow Kabupaten Manokwari” menyatakan bahwa berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

fungsi Cobb-Douglass, maka tenaga kerja mempunyai pengaruh positif terhadap produksi kopi dimana setiap penambahan curahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi. 2. Ridwan (2004) dalam jurnal “Analisis Dampak Kebijakan Terhadap Produksi dan Permintaan Kopi” mengatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan Produksi kopi Arabica dipengaruhi oleh harga riil kopi dalam negeri, harga riil teh dalam negeri, luas lahan, upah, dan produksi tahun lalu. Selain itu Peningkatan upah sebesar 20% meningkatkan produksi kopi naik sebesar 0,775 %. Hal tersebut disebabkan karena dengan peningkatan upah sebesar 20% dapat meningkatkan produktifitas pekerja, serta akan melahirkan inovasi dan teknik produksi yang relative lebih efisien per tenaga kerja. 3. Muhammad Nurung dalam jurnal “Analisis Respons Penawaran Hasil Usaha Perkebunan Kopi Rakyat Di Propinsi Bengkulu” mengatakan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas lahan kopi menurun. Penyebabnya adalah faktor-faktor produksi kopi, banyak pohon kopi yang sudah tua dan rendahnya perawatan kebun. Upah tenaga kerja paling respon terhadap luas areal tanam kopi di Bengkulu. Sedang harga kopi dan harga karet tidak respon. Respon produktivitas lahan kopi juga sangat dipengaruhi oleh upah tenaga kerja dan teknologi. Sedang harga kopi dan luas areal tidak respon terhadap produktivitas. Kemudian pengembangan luas areal tanam baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang lebih respon terhadap perubahan harga dan upah tenaga kerja dibanding dengan peningkatan produktivitas. Oleh karena itu jika

Universitas Sumatera Utara