BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Praktek Perawatan Tali Pusat

c. Infeksi Tali Pusat Pada bayi infeksi dapat terjadi sebelum atau selama kelahiran dengan cara penularan mikroorganisme secara vertikal dari ibu ke b...

3 downloads 695 Views 121KB Size
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Praktek Perawatan Tali Pusat Bayi Baru Lahir 1. Praktek Praktek adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkannya diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan yaitu fasilitas (Sugiono, 2005). a. Tindakan-tindakan praktek menurut Notoatmodjo (2003) yaitu: 1) Persepsi (Perception), mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tindakan pertama misalnya dalam perawatan tali pusat. 2) Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh yang merupakan indikator praktek tingkat dua, dimana ibu dapat melakukan perawatan tali pusat dengan benar. 3) Mekanisme (mecanism), melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis dan merupakan suatu kebiasaan, maka sudah mencapai tingkat tiga, dimana ibu tepat dalam perawatan tali pusat bayinya. 4) Adopsi (adoption), suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan

dimodifikasikannya

baik,

tanpa

tersebut.

5

artinya

menguarangi

tindakan

itu

kebenaran

sudah tindakan

6

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktek 1). Faktor Intern : kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi 2). Faktor Ekstern: objek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk sebuah praktek. Dalam hal ini praktek dapat terpadu menjadi praktek yang selaras dengan lingkungan sekitar, apabila praktek dapat diterima oleh lingkungan dan dapat diterima oleh individu yang bersangkutan. Selain itu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi praktek adalah sikap dan perilaku. Dalam perawatan tali pusat sikap dan perilaku petugas kesehatan juga dapat mempengaruhi perawatan tali pusat pada bayi bari lahir. Sikap merupakan tindakan terhadap dukungan atau dorongan untuk melakukan perawatan tali pusat dengan benar. Sikap petugas dapat mempengaruhi praktek perawatan tali pusat pada bayi, semakin baik dukungan sikap petugas kesehatan terhadap perawatan tali pusat maka dapat mencegah timbulnya penyakit akibat perawatan tali pusat yang salah. Selain itu apabila prilaku yang dilakukan petugas kesehatan juga baik tentunya akan dapat mengurangi adanya penyakit yang timbul karena adanya perawatan tali pusat yang salah. 2. Perawatan Tali Pusat Bayi Baru Lahir a. Tali pusat Tali pusat berhubungan dengan plasenta, mula-mula darah yang kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta, melalui vena

7

umbilikus masuk ke dalam tubuh janin. Tali pusat mengandung dua arteri umbilikus, satu vena, alantois yang durameter, sisa-sisa duktus omfalomesenterikus dan seperti agar-agar yang dinamakan selai Wharton atau Jelly Wharthon’s (Wiknjosastro, 1997). Pembungkus tali pusat berasal dari amnion. Arteri umbilikus mempunyai kemampuan kontraksi yang kuat, sedangkan vena kemampuannya lebih kecil, sehingga setelah lahir vena umbilikus tetap mempunyai lumen yang cukup besar. Kalau tali pusat tanggal sebagian struktur ini akan tetap tinggal dan pada dasar pembuluh darah secara fungsional tertutup, tetapi secara anatomik tetap terbuka selama 20-25 hari. Dengan dipotong dan diikatnya tali pusat maka menyebabkan pemisahan fisik antara bayi dengan ibunya. Pemotongan dilakukan setelah denyut nadi pusat berhenti. Tali pusat dijepit dengan kocher kira-kira 5 cm dan sekali lagi kira-kira 7,5 cm dari pusat. Pemotongan dilakukan di antara kedua penjepit tersebut. Setelah itu dilakukan pengikatan tali pusat. Selanjutnya di tempat pemotongan, di pangkal tali pusat serta 2,5 cm di sekitar tali pusat diberi obat antiseptik seperti alkohol dari iodofor, kemudian dibungkus dengan kasa kecil steril. Selanjutnya tali pusat dirawat dalam keadaan steril atau bersih dan kering (Wiknjosastro, 1997). Peradangan di daerah umbikalis yang dapat disebabkan oleh setiap bakteri piogenik, membahayakan karena resiko penyebaran hematogen atau mencapai hati atau peritoneum. Adanya organisme

8

saprofit akan mengakibatkan penanggalan tali pusat terlambat dan meningkatkan kemungkinan invasi oleh organisme patogen. Infeksi ringan dapat mengakibatkan timbulnya suatu daerah granulasi basah pada dasar tali pusat, disertai sedikit pengeluaran getah mukoid atau mukopurulent (Wiknjosastro, 1997). b. Perawatan tali pusat Perawatan

tali

pusat

bertujuan

untuk

mencegah

dan

mengidentifikasi perdarahan atau infeksi secara dini, membantu mempercepat proses pengeringan tali pusat, mempercepat terlepasnya tali pusat. Jika terjadi suatu perdarahan dari pembuluh darah tali pusat, dianjurkan untuk memeriksa keadaan ikatan, dan pasang ikatan (klem) kedua dekat ikatan (klem) (Wiknjosastro, 1997). 1) Perawatan tali pusat yaitu dengan membersihkan tali pusat dan kulit sekitar dasar tali, misalnya dengan menggunakan betadine atau alkohol dan setiap hari melakukan pemeriksaan untuk menemukan tanda-tanda infeksi. Klem pada tali pusat dilepas setelah 24 jam ketika tali pusat mengering. Pada perawatan tali pusat memerlukan alat-alat yang perlu disiapkan, terlebih dahulu untuk mencuci tangan, sebelumnya berkomunikasi dengan bayi, bayi ditelentangkan, bersihkan tali pusat dengan kapas alkohol, mulai dari pangkal ujung tali pusat apabila tali pusat masih basah, tali pusat arahkan ke bagian atas kemudian tali pusat dibungkus dengan kassa, kemudian bayi dirapikan selanjutnya alat-alat

9

dibereskan dan kemudian mencuci tangan hingga bersih. Perawatan bayi perlu memperhatikan daerah kebersihan sekitar perut, jangan menggunakan plester biasa untuk fiksasi tali pusat serta lakukan setelah mandi bila perlu atau pada time tounching. Perawatan tali pusat merupakan salah satu bagian terpenting dalam perawatan dua minggu pertama kehidupan (Bobak, 2004) Menurut Oswari (2004) dalam perawatan tali pusat sebaiknya di kompres dengan alkohol lalu dipasang gurita, hal ini sama seperti yang disampaikan oleh Eric (Dedeh, 2005, Perawatan Bayi Baru Lahir,2. http//www. tabloid-nakita.com, diperoleh tanggal 10 Juni, 2005). Menurut Wiknjosastro (1997) menyatakan bahwa perawatan tali pusat dimulai sejak tali pusat itu dipotong dan dilakukan pengikatan. Pengikat tali pusat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1) Alat penjepit plastik Khusus dibuat untuk tali pusat dan dapat dibuang kemudian, dipasang lebih dahulu. Alat penjepit plastik ini dapat memberi tekanan pada tali pusat, mengkerut dan kemudian dibuang bersamaan dengan lepasnya tali pusat. 2) Pita dari bahan nilon Pita dari bahan nilon yang sangat kuat dan yang disimpan dalam bungkus plastik steril diikatkan rangkap pada tali pusat seerat-eratnya sehingga tidak mudah lepas, dan terus menerus

10

menekan tali pusat, walaupun selai Wharton sudah kering, dan pita ini dibuang bersamaan dengan lepasnya tali pusat. 3) Benang katun steril Benang diikat kuat dengan ikatan rangkap pada tali pusat. Pengikatan dengan benang katun steril ini tidak menjamin penekanan terus menerus pada tali pusat. Walaupun pada permulaan ikatannya sudah baik, tetapi karena tali pusat mengkerut, ikatan bisa menjadi longgar sehingga memungkinkan terjadinya perdarahan. Untuk mencegah hal yang tidak dinginkan harus dilakukan observasi berulang-ulang selama 48 jam pada waktu-waktu tertentu. 4) Potongan karet dari selang infus Potongan karet dari selang infus sepanjang 2-3 mm dipasang pada tali pusat dengan bantuan kocher dapat memberikan tekanan terus-menerus pada tali pusat karena sifat dari karet yang elastis akan mengikuti bentuk pengerutan dari tali pusat. c. Infeksi Tali Pusat Pada bayi infeksi dapat terjadi sebelum atau selama kelahiran dengan cara penularan mikroorganisme secara vertikal dari ibu ke bayi baru lahir. Organisme dapat berupa bakteri yang membentuk koloni pada saluran lahir seperti streptocaccus grup B, Gonococcus, L. Monocytogenes, E, coli (terutama strain-strain yang berkapsul KI), chlamydia mycoplasma, genetalia dan ureaplasma (Behrman, 1999).

11

Infeksi pascanatal pada umumnya akibat infeksi nosokomial yang diperoleh bayi dari lingkungan di luar rahim ibu seperti kontaminasi oleh alat-alat, sarana perawatan dan oleh yang merawatnya, sehingga bayi yang mengalami infeksi harus ditangani sebaik-baiknya agar ia pulih kembali dan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya (Victor, 1997). d. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Perawatan Tali Pusat 1) Perawatan tali pusat harus dilakukan setiap hari sesudah dimandikan Mandi setiap hari atau pemberian antiseptik seperti phisohex, betadine, mercurochrom 2% atau alkohol 70% setiap hari ke ujung tali pusat dan kulit sekitarnya dapat menurunkan infeksi umbilikalis dengan mengurangi pertumbuhan bakteri. Dari berbagai antiseptik yang ada di pasaran lebih banyak disarankan oleh para ahli untuk digunakan dalam perawatan tali pusat adalah alkohol 70% dan betadine, karena sifat bakteriaside, mampu membunuh dalam bentuk vegetatif atau spora. Perban kecil, kering dan steril dan difiksasi dengan plester mungkin dipasang disekitar tali pusat untuk melindungi kulit abdomen karena tali pusat yang basah. Pemakaian gurita tidak dianjurkan karena menganggu pernafasan bayi (Wiknjosastro, 1997). Perawatan tali pusat dilakukan sesudah mandi, tali pusat harus dibersihkan dan dikeringkan dengan cara membersihkan

12

pangkal tali pusat yang ada di perut bayi dan daerah sekitar dengan kain kasa yang dibasahi dengan zat antiseptik (betadine, alkohol 70%), dan yang terpenting adalah membersihkan lipatan tali pusat dengan perut. Lipatan ini dapat dibersihkan dengan menarik sedikit tali pusat ke atas, samping, depan, ke bawah, kulit 2,5 cm sekitar tali pusat (Wiknjosastro, 1997). 2) Daerah tali pusat harus selalu dalam keadaan kering dan bersih untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi baru lahir Perawatan tali pusat dilakukan dengan cara tali pusat dicuci dengan air bersih dan sabun bilas dan keringkan betul-betul dan pertahankan tali pusat dalam keadaan terbuka dan terkena udara dan tutupi dengan air bersih secara longgar (Pusdiknakes, 2003). Pada pangkal tali pusat dan tali pusat ditutup dengan kain kasa yang bersih atau steril dan diplester. Untuk mengurangi insiden infeksi perumbilikalis, seluruh kulit pada tali pusat harus dibersihkan dengan menggunakan kapas steril yang dicelupkan ke dalam air hangat dan atau larutan sabun encer. Bila tali pusat basah atau bau yang menunjukkan tanda-tanda radang, harus waspada terhadap infeksi tali pusat. Infeksi ini harus diobati untuk menghindari infeksi yang lebih berat seperti sepsis atau meningitis (Wiknjosastro, 1997).

13

B. Bayi Baru Lahir Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sejak bayi dilahirkan, dimana melalui pelayanan kesehatan yang diberikan untuk ibu hamil. Upaya pencegahan dan penanggulangan diri ini untuk menghindarkan terhadap faktor-faktor yang memperlemah kondisi seorang ibu hamil yang harus dicegah (anemia, gizi rendah, jarak kehamilan) agar melahirkan bayi yang sehat. Kurang baiknya penanganan pada bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat menyebabkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Pencegahan terhadap infeksi yang dapat terjadi melalui tali pusat, melalui mata, melalui telinga pada waktu persalinan atau pada waktu memandikan atau membersihkan bayi dengan bahan atau cairan atau alat yang kurang bersih (Saefuddin, 2002). Masa kelahiran minggu pertama bayi merupakan masa yang sangat kritis, termasuk masalah perawatan tali pusat. Tali pusat pada umumnya lepas pada usia 5 hari, 7 hari, bahkan dua minggu. Pada masa ini perawatan tali pusat harus benar sehingga tidak menyebabkan infeksi atau bahkan tetanus karena salah dalam memberikan perawatan (Hasselquist, 2006). Pada bayi baru lahir memenuhi jumlah tugas perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah dengan memungkinkan transisi dari lingkungan intrunterin ke ekstraunterin. Perubahan ini menjadi dasar pertumbuhan dan perkembangan di kemudian hari. Seorang bayi baru lahir memiliki banyak refleks yang akan muncul dan menghilang, dimana menunjukkan kematangan dan perkembangan saraf yang

14

baik dikemudian hari. Hal ini perlu dilakukan perawatan yang baik khususnya pada bayi yang baru lahir agar tidak terjadi kesalahan (Bobak, 2004). Ibu yang sedang hamil cukup bulan akan mencapai tingkat perkembangan dan fungsi, yang memungkinkan janin memiliki eksistensi terpisah dari ibunya. Saat dilahirkan, bayi baru lahir memiliki kompetensi perilaku dan kesiapan interaksi sosial atau pada periode neonatal sejak bayi lahir sampai usia 28 hari, yang merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik pada bayi baru lahir (Bobak, 2004). Tujuan utama perawatan bayi baru lahir adalah untuk membersihkan jalan nafas, memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi dan untuk mencegah adanya infeksi. Hal ini harus rutin dilakukan kecuali bayi dalam keadaan krisis dan memerlukan perawatan khusus (Saefuddin, 2002) C. Tingkat Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2002) : a. Tahu (Know) Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Dimana masyarakat terutama ibu-ibu yang memiliki bayi yang dapat mengetahui tentang bagaimana cara perawatan tali pusat bayi baru lahir dengan benar.

15

b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi secara benar. Dimana ibu-ibu yang memiliki bayi mampu menjelaskan alasan perlu adanya perawatan tali pusat bayi baru lahir. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Ibu yang memiliki bayi dapat melakukan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir sendiri tanpa bantuan orang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Sehingga ibu-ibu yang memiliki bayi dapat membedakan mana yang benar dan yang salah tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir. e. Sintesis (Synthesis) Sintetis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Sehingga ibu-ibu yang memiliki bayi dapat menyusun rencana dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir agar dapat dilakukan secara terus menerus.

16

f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilain itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Sehingga hasil penilaian tersebut dapat memberikan arti penting bagi ibu-ibu yang memiliki bayi bisa menjelaskan manfaat dari perawatan tali pusat pada bayi baru lahir serta berperan serta dengan melakukan praktek perawatan tali pusat bayi baru lahir dengan benar sesuai aturan (Notoatmodjo, 2002). Tetaplah disadari adanya kemungkinan bahwa seseorang belum tentu bertindak atas dasar pengetahuan yang dimiliki, dan begitu pula seseorang belum tentu bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Hal ini disebabkan oleh sistem kepribadian individu yang terbentuk akibat pendidikan dan pengalaman (Notoatmodjo, 2002). 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah

umur, pendidikan, pekerjaan, lingkungan sosial, ekonomi, informasi dan pengalaman. Dimana umur berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan karena kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyusun diri pada situasi-situasi baru, seperti mengingat hal-hal yang dulu yang pernah dipelajari, penalaran analogi, dan berpikir kreatif dan bisa mencapai puncaknya (Hurlock, 1993).

17

Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, sumber informasi, dan pengalaman. Menurut Notoatmodjo (2002) menyatakan bahwa pendidikan memberikan suatu nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru. Pengetahuan juga diperoleh melalui kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar sendiri, serta melalui alat-alat komunikasi, misalnya membaca, mendengar radio, melihat televisi. Selain itu pengetahuan diperoleh sebagai akibat pengaruh dari hubungan orang tua, kakak adik, tetangga, kawan-kawan dan lain-lain. Sosial ekonomi mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku seseorang di bidang kesehatan, sehubungan dengan kesepakatan memperoleh informasi karena adanya fasilitas atau media informasi. Banyak wanita menengah dan golongan atas yang walaupun menjadi ibu dan pengatur rumah tangga tetapi tidak mau pasif, tergantung, dan tidak berkorban diri secara tradisional (Notoatmodjo, 2002). D. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Praktek Perawatan Tali Pusat Bayi Baru Lahir Perawatan tali pusat bayi baru lahir tidaklah mudah, dimana dibutuhkan kesabaran yang ekstra, serta pengetahuan tentang perawatan tali pusat yang benar. Hal ini dimaksudkan agar terjadi kondisi pertumbuhan dan perkembangan optimal. Seorang ibu harus mengetahui kebutuhan bayinya pada hari-hari pertama kelahirannya, kebutuhan bayi baru lahir masih sedikit,

18

sederhana tetapi bersifat berulang. Sang bayi memerlukan makanan dan minuman yang ada yaitu kolostrum dan ASI (Farrer, 2002). Perawatan tali pusat dilakukan sesudah mandi, tali pusat harus dibersihkan dan dikeringkan. Caranya adalah dengan membersihkan pangkal tali pusat yang ada di perut bayi dan daerah sekitar dengan kain kasa yang dibasahi dengan zat antiseptik (betadine, alkohol 70%), dan yang terpenting adalah membersihkan lipatan tali pusat dengan perut. Lipatan ini dapat dibersihkan dengan menarik sedikit tali pusat ke atas, samping, depan, ke bawah, kulit 2,5 cm sekitar tali pusat (Wiknjosastro, 1997). Apabila seorang ibu tidak memiliki pengetahuan mengenai bagaimana perawatan tali pusat pada bayi baru lahir maka dikhawatirkan akan terjadi insiden infeksi perumbilikalis, seluruh kulit pada tali pusat harus dibersihkan dengan menggunakan kapas steril yang dicelupkan ke dalam air hangat dan atau larutan sabun encer. Bila tali pusat basah atau bau yang menunjukkan tanda-tanda radang, harus waspada terhadap infeksi tali pusat. Infeksi ini harus diobati untuk menghindari infeksi yang lebih berat seperti sepsis atau meningitis. Untuk itu pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat pada bayi baru lahir berhubungan dengan praktek perawatan tali pusat bayi baru lahir.

19

E. Kerangka Teori Pengetahuan Tingkat Pengetahuan 1. Tahu 2. Memahami 3. Aplikasi 4. Analisis 5. Sintesis 6. Evaluasi Faktor Pengetahuan 1. Pendidikan 2. Sumber informasi 3. Pengalaman

Praktek Perawatan Tali Pusat Bayi Baru Lahir

Faktor Pemungkin : 1. Faktor Intern : kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi. 2. Faktor Ekstern : objek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan ( Sumber : Lawrence Green (1988) yang dimodifikasi : Notoatmodjo, 2003) F. Kerangka Konsep Variabel Independent

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Tali Pusat Bayi Baru Lahir

Variabel Dependent

Praktek Perawatan Tali Pusat Bayi Baru Lahir

20

G. Variabel Penelitian 1. Variabel Independent : Tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir. 2. Variabel Dependent : Praktek perawatan tali pusat bayi baru lahir. H. Hipotesis Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir dengan praktek perawatan tali pusat bayi baru lahir.