BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dampak Pengertian dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang,benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi (KBBI Online, 2010).
Untuk memperkirakan dampak sementara yang dapat dirasakan oleh petani kopi di Desa Guru Kinayan, dapat dilihat dari dampak erupsi Merapi. Dampak lain dari erupsi Merapi adalah masalah sosial ekonomi masyarakat tani. Disamping kehilangan sanak saudara, harta benda, mereka juga kehilangan mata pencaharian dari usahataninya (Martini, dkk., 2011).
2.1.2 Bencana Alam Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (Pasal 1, UU RI No. 24 Tahun 2007, Tentang Penanggulangan Bencana).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Priyatin (2011) bencana alam yang menimpa suatu kawasan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar baik dari kerusakan ekosistem, hilangnya kawasan pemukiman dan lokasi tanah garapan maupun kehilangan nyawa manusia dan ternak peliharaan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNB) mengelompokkan bencana alam yang ada di Indonesia menjadi delapan hal, salah satunya bencana letusan gunung berapi.
Menurut Nugroho dan Wahyunto (2011) pengelolaan bencana alam gunung berapi di lahan pertanian, tidak terpisahkan dengan pengelolaan umum daerah kawasan bencana. Di daerah seperti kawasan bencana gunung Merapi, lahan pertanian dan lahan pemukiman merupakan bagian yang paling jelas terkena dampak suatu kejadian erupsi. Lahan pertanian yang terkena dampak letusan gunung berapi seperti lahan-lahan disekitar Gunung Merapi dan gunung berapi lainnya di Indonesia mengalami perubahan sifat kimia, fisika, serta biologi yang besarnya bergantung pada sifat kimia dan fisika abu yang menimbun, dan ketebalan timbunan. Oleh karena itu perlu suatu tindakan perbaikan yang ditujukan untuk (1) Pemulihan kesuburan tanah, seperti (a) pengurangan tebal timbunan abu yang tidak subur, atau (b) membenamkan dan mengaduk abu vulkanis yang subur dengan tanah asal pada saat pengolahan tanah (c) pemberian bahan organik; dan (2) peningkatan produktivitas tanaman hortikultura melalui budidaya yang sesuai (Martini, dkk., 2011).
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Gunung Sinabung Gunung Sinabung adalah gunung di Daratan Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung dan Sibayak adalah dua gunung berapi aktif yang berdekatan di Sumatera Utara. Ketinggian Gunung Sinabung 2.460 meter. Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600. Koordinat puncak Gunung Sinabung adalah 3o10” LU, 98o23” BT.
Peristiwa letusan pertama sejak 27 agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010 sekitar pukul 00.15 WIB Gunung Sinabung mengeluarkan lava. Status gunung ini dinaikkan menjadi “awas”. 28.000 warga di sekitarnya dari 29 desa dievakuasi dan ditampung di tempat yang lebih aman. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut. Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu dari Gunung Sinabung (Purba, 2013).
Material Gunung Merapi yang berpengaruh terhadap pertanian berupa (1) abu vulkanik yang tersembur ke angkasa, lalu terdeposit di lahan pertanian, atau menutupi pertanaman padi dan palawija dalam berbagai ketebalan dan luasan; (2) lahar dingin yang secara fisik dapat merusak pertanaman pertanian dengan tingkat keparahan dari luasan yang berbeda; (3) gas ataupun cairan lahar yang keluar dari perut gunung, biasanya didominasi oleh sulfur yang ditandai dari baunya yang menyengat hidung. Di antara ketiga material butir (1) lebih luas dampaknya terhadap pertanian (Martini, dkk., 2011).
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Sosial Ekonomi Menurut Gregory Grossan (1984), yang dimaksud dengan sistem ekonomi adalah sekumpulan komponen-komponen atau unsur-unsur terdiri atas unit-unit dan agen-agen ekonomi serta lembaga-lembaga (institusi-institusi) ekonomi, yang bukan saja saling berhubungan dan berinteraksi, melainkan juga sampai tingkat tertentu saling menopang dan mempengaruhi. Dengan demikian,komponenkomponen tersebut memiliki hubungan fungsional yang dapat menjadi alat koordinasi alokasi sumber daya ekonomi. Perekonomian yang didalamnya individu-individu dan keluarga-keluarga memiliki kesalingketergantungan disebut sosial ekonomi (social economy)(Rahardja dan Manurung, 2008).
Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah faktor-faktor sosial yang menata perilaku manusia. Dalam organisasi, hubungan antara anggota dengan ketua diatur oleh sistem peranan dan norma-norma kelompok. Besar-kecilnya organisasi akan mempengaruhi jaringan komunikasi dan sistem pengambilan keputusan. Karakteristik
populasi
seperti
usia,
kecerdasan,
karakteristik
biologis,
mempengaruhi pola-pola perilaku anggota-anggota populasi itu. Kelompok orang tua melahirkan pola perilaku yang pasti berbeda dengan kelompok anak-anak muda. Dari segi komunikasi, teori penyebaran inovasi (Rogers & Shoemaker, 1971) dan teori kritik (Habernas, 1979) memperlihatkan bagaimana sistem komunikasi sangat dipengaruhi oleh struktur sosial (Rakhmat, 1992).
Kerugian ekonomi pada usahatani akibat erupsi Merapi dapat berupa kerugian langsung karena tanaman dan ternak mati, penurunan produksi, dan turunnya
Universitas Sumatera Utara
harga jual pada kondisi bencana. Kerugian pada tingkat petani mencapai puluhan juta rupiah, sedangkan tingkat regional mencapai triliunan rupiah (Ilham, 2010).
2.1.5 Penelitian Terdahulu Bil Bela Ginting (2012)menyoroti masalah dan dampak bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung dalam kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi keluarga di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo, yaitu dengan cara melihat dan menganalisa data penelitian, yang pada dasarnya membandingkan
keadaan
sosial
ekonomi
masyarakat
sebelum
dan
sesudah meletusnya Gunung Sinabung di Tanah Karo.Dalam hal ini, dampak sebelum dan sesudah meletusnya Gunung Sinabung terhadap sosial ekonomi masyarakat
tidak positip,
artinya
pasca
meletusnya
Gunung
Sinabung
memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap penurunan tingkat sosial ekonomi masyarakat baik dalam tingkat pendapatan atau penghasilan, sumber pendapatan
untuk
pendidikan
anak, serta kesehatan. Hasil penelitian yang
diperoleh yaitu ”Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo dan Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara bencana pasca meletusnya Gunung Sinabung terhadap kehidupan sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo” maka Ha diterima dan Ho ditolak setelah diadakan analisa data melalui uji t. Bencana meletusnya Gunung Sinabung memberikan dampak yang signifikan terhadap sosial ekonomi di Desa Kutarayat Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pendapatan dan Sumber Pendapatan Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain-lain balas jasa serupa dari majikan; pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas; pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara di halaman rumah, hasil investasi seperti bunga modal, tanah, uang pensiun, jaminan sosial serta keuntungan sosial (Sumardi dan Evers, 1985).
Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani, oleh karena itu pendapatan bersih merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa penampilan usahatani. Petani dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan mengatur skala produksi yang efisien. Pendapatan bersih diperoleh dengan mengurangi keseluruhan penerimaan dengan total biaya, dengan rumus :
Universitas Sumatera Utara
Pd = TR-TC Dimana : Pd
= Pendapatan bersih usahatani
TR
= Total penerimaan
TC
= Total biaya
Total pendapatan merupakan seluruh sumber pendapatan yang diperoleh dari hasil usahatani kopi, usahatani diluar kopi dan usaha diluar usahatani (Soekartawi, dkk., 1984).
Pada saat tingkat income masyarakat sangat rendah pada umumnya pengeluaran rumah tangga lebih besar dari pendapatannya sehingga pengeluaran konsumsi tidak hanya dibiayai oleh pendapatannya saja tetapi juga menggunakan sumbersumber lain seperti tabungan dari wakil sebelumnya menjual harta kekayaan rumah tangga atau meminjam. Selanjutnya pada suatu tingkat income yang cukup tinggi, konsumsi rumah tangga akan sama besar dengan income-nya. Bila income kemudian meningkat lagi pada saat itu pengeluaran rumah tangga dapat menabung kelebihan income yang tidak digunakan untuk konsumsi (Herlambang, dkk., 2001).
Mosher (1987), berpendapat bahwa tolak ukur yang penting dalam melihat kesejahteraan petani adalah pendapatan rumah tangga, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan tergantung pada tingkat pendapatan petani. Besarnya pendapatan petani sendiri akan mempengaruhi kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan. Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator penting untuk mengetahui tingkat hidup
Universitas Sumatera Utara
rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan.
Pendapatan rumah tangga petani tidak hanya dari usahatani tetapi juga dari luar usahatani untuk mencukupi kebutuhannya. Berbagai sumber pendapatan dapat digolongkan sebagai sumber pendapatan pokok dan sumber pendapatan tambahan berdasarkan besarnya pendapatan(Nurmanaf, 1985).
Sistem nilai budaya dan sikap merupakan faktor sosial masyarakat yang dapat menyebabkan timbulnya pola-pola berfikir tertentu pada suatu masyarakat. Polapola berfikir ini dapat berubah dan kemudian mempengaruhi tindakan serta kelakuan mereka, baik dalam kehidpan sehari-hari, maupun dalam membuat keputusan-keputusan yang penting dalam hidup (Koentjaraningrat, 1983).
Diduga ada beberapa sikap mental korban erupsi Gunung Sinabung yang terpengaruh sebagai dampak bencana erupsi Gunung Sinabung. Untuk melihat permasalahan secara utuh perlu diungkap beberapa pertanyaan yang cukup mendasar yaitu orientasi nilai budaya sikap mental petani kopi korban erupsi Gunung Sinabung. Variabel-variabel yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pendidikan, sumber pangan, perumahan, dan kepemilikan lahan.
2.2.2 Pendidikan Untuk meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan Sumber Daya Manusia dapat diawali dengan peningkatan pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Konsep pengembangan Sumber Daya Manusia melalui dua jalur yaitu yang pertama adalah jalur pendidikan formal dan kejuruan yaitu mulai
Universitas Sumatera Utara
dari pendidikan TK sampai pada perguruan tinggi. Jalur ini menyediakan pengetahuan dasar yang bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan lain di dalam kehidupan sehari-hari, baik di sektor formal maupun informal.
Bagi mereka yang hanya menamatkan pendidikan rendah banyak mengalami kesulitan bekerja, tetapi tidak demikian untuk lulusan di pendidikan tinggi. Di tingkat yang lebih tinggi proses pendidikan diberikan pada pengembangan aspek kognisi atau kemampuan berpikir konseptual. Untuk tingkat ini peserta pendidikan dapat berasal dari karyawan, organisasi tertentu, yang memperoleh beasiswa. Setelah lulus diharapkan dapat memiliki bekal yang lebih baik untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi di tempat bekerja (organisasi). Kedua adalah jalur pendidikan non formal yaitu melalui pelatihan yang dapat mengembangkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) dalam bekerja untuk mengembangkan usaha taninya.
Latihan pada umumnya cenderung lebih menitikberatkan pada pembiasaan gerakan koordinasi motorik daripada pemahaman teoritis. Mereka yang telah menempuh pelatihan penguasaan keahlian tertentu yang dapat mempermudah menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pengembangan pertanian maupun memasuki dunia kerja dengan pendapatan yang lebih baik. Tentu hal ini akan meningkatkan kemampuan ekonomi yang pada gilirannya memperbesar peluang untuk lebih meningkatkan penguasaan diri (Sukino, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan Sekolah
Pendidikan Formal
Tingkat TK s/d Perguruan Tinggi
Pendidikan Informal
Pendidikan Keluarga
Pendidikan Non Formal
Tidak Terorganisisasi
Pendidikan Pendidikan Luar Sekolah
Terorganisasi/ Pelatihan Pendidikan Sosial Pendidkan Masyarakat Pendidikan Sosial
Pembangunan Masyarakat Pekerjaan Sosial
Gambar 1. Bagan pendidikan dan pelatihan
Pendidikan dan sistem ekonomi terdapat hubungan dua arah. Dalam masyarakat yang memiliki taraf kehidupan ekonomi yang baik, potensi pengembangan pendidikan itu lebih besar karena orang-orang telah lebih siap dan lebih banyak dana tersedia. Pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan merupakan komponenkomponen utama dari definisi operasional dari status kelas sosial atau status sosial ekonomi dan bahwa terdapat suatu korelasi tinggi diantara mereka (Miflen, 1986).
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Sumber Pangan Pangan adalah makanan sehari-hari untuk pertumbuhan dan kesehatan jasmaniah/rohaniah dalam membentuk keluarga yang sehat, cerdas dan kuat. Makanan sehari-hari yang sehat, murah, dan bergizi serta pengolahan yang sesuai dengan kegunaannya, sangat penting.
Kecukupan pangan merupakan salah satu syarat mutlak dalam menjamin terdapatnya gizi yang cukup. Gizi merupakan modal pokok yang memiliki dampak ekonomi maupun sosial yang luas, dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Kekurangan sumber pangan tenaga dalam makanan (nasi, jagung, sagu, ketela, dan sebagainya) akan langsung menyebabkan menurunnya daya kerja seseorang. Dengan mendapatkan sumber tenaga yang cukup, seorang buruh atau petani dengan wajar dapat bekerja 8 jam sehari dengan baik. Kekurangan sumber tenaga dan sumber protein dalam jangka waktu yang lama, lebih-lebih apabila hal ini terjadi pada janin yang masih dalam kandungan, jika bayi itu lahir kecerdasan dan aktivitas otak akan menurun dari yang seharusnya dimiliki oleh bayi itu. Kemampuan otak dalam menyerap hal-hal baru/teknologi baru menjadi lamban. Memperkenalkan cara kerja yang baru, harus beberapa kali dijelaskan, ajakan untuk mengubah sesuatu yang telah terbiasa dikerjakan, harus beberapa kali dicontohkan, dan sebagainya (Sudjana, 2005).
2.2.4 Perumahan Rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman, dan bukan hasil fisik semata, melainkan merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan obilitas sosial ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu. Yang terpenting
Universitas Sumatera Utara
dari rumah adalah dampak terhadap penghuni, bukan wujud atau standar fisiknya (Turner, 1972).
Menurut Turner (1972), terdapat tiga fungsi yang terkandung dalam rumah, yaitu: 1) Rumah sebagai penunjang identitas keluarga, yang diwujudkan dalam kualitas hunian atau perlindungan yang diberikan rumah. Kebutuhan tempat tinggal dimaksudkan agar penghuni mempunyai tepat tinggal atau berteduh secukupnya untuk melindungi keluarga dari iklim setempat. 2) Rumah sebagai penunjang kesempatan keluarga untuk berkembang dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi atau fungsi pengembangan keluarga. Fungsi ini diwujudkan dalam lokasi tempat rumah itu didirikan. Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam pemenuhan kebutuhan sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber penghasilan. 3) Rumah sebagai penunjang rasa aman dalam arti terjaminnya kehidupan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah, jaminan keamanan lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan keamanan berupa kepemilikan rumah dan lahan. Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia, perwujudannya bervariasi menurut siapa penghuni atau pemiliknya.
Saat bencana Merapi setidaknya ada tiga faktor utama yang dihadapi petani, yaitu kondisi tempat tinggal yang rusak, lahan usaha yang rusak dan tidak berproduksi dan berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga dan kelembagaan usaha tidak berfungsi (Ilham, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Kerusakan
atau
kerugian
yang
dialami
petani
menimbulkan
berbagai
permasalahan yang penting segera ditangani, terutama perubahan ekonomi, pola hidup berubah sehingga penanganan dan pendekatan bukan saja secara akademik tetapi secara kultural dalam relokasi korban/berpindah pemukiman maupun peralihan sistem usahatani, dari tanaman pangan ke tanaman perkebunan (Tan, 2010).
2.2.5 Kepemilikan Lahan Dengan lahan yang sempit produksi pertanian akan tidak mampu untuk mencukupi biaya hidup keluarga tani. Tanah yang sempit menyebabkan biaya produksi terlalu tinggi (high cost) dibanding dengan per satuan tanah yang luas, baik ditinjau dari segi tenaga kerja, penggunaan bibit, pemupukan, biaya penanggulangan hama dan penyakit maupun biaya peralatan dengan daya manfaat rendah.
Tanah yang sempit menyebabkan efisiensi penggunaan mekanisasi pengolahan tanah tidak efektif. Banyaknya pematang, salah satu faktor mengurangi lahan efektif. Dapat dibayangkan dengan luasan 1000 m2, dengan lebar pematang 40 cm, kali panjang luasan tanah 1000 m2 dengan pematang dapat mencapai 240 m Sehingga luas tanah untuk pematang mencapai 96 m2 sendiri yang tidak berfungsi sebagai lahan penghasil produk pertanian.
Selain tersebut diatas kehilangan produksi dapat mencapai 20% sehingga biaya produksi bila dikurangi dengan hasil panen yang dicapai rata-rata 4,53 ton/Ha, maka akan mengalami pendapatan yang minus (Sukino, 2013).
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Pemikiran Erupsi Gunung Sinabung memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di Kabupaten Karo, terutama para masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada Sumber Daya Alam (SDA) yaitu petani. Desa Gurukinayan adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Payung yang potensi terbesarnya adalah usaha tani kopi. Usaha tani kopi sangat dipengaruhi oleh lahan, tenaga kerja, pupuk, dan alat mesin pertanian guna menghasilkan produktivitas dan pendapatan yang tinggi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup petani kopi dan keluarganya. Erupsi Gunung Sinabung sangat mempengaruhi faktor-faktor usaha tani kopi sehingga menyebabkan adanya perubahanyang nyata terhadap pendapatan petani kopi dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Perubahan lain yang akan diteliti adalah bagaimana orientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi terhadap hakekat pendidikan, sumber pangan, perumahan, dan kepemilikan lahan.
Sebagai akhir dari penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap pendapatan dan perubahan orientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi di Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo sebagai akibat dampak erupsi Gunung Sinabung.
Universitas Sumatera Utara
Secara sistematis berikut ini digambarkan skema kerangka pemikiran sebagai berikut: Petani Kopi Desa Gurukinayan Erupsi Gunung Sinabung
Sosial Ekonomi Keluarga Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental
Pendapatan dan Sumber Pendapatan
Pendidikan
Sumber Pangan
Perumahan
Sebelum Erupsi
Kepemilikan Lahan
Sesudah Erupsi
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Keterangan : : Menyatakan Pengaruh : Menyatakan Hubungan
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori yang sudah diuraikan, maka diajukan hipotesis untuk diuji sebagai berikut : 1) Terdapat perbedaan yang nyata pendapatan usahatani kopi petani kopi sebelum dan sesudah erupsia Gunung Sinabung. 2) Terdapat perbedaan yang nyata orientasi nilai budaya dan sikap mental keluarga petani kopi terhadaphakekatpendidikan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. 3) Terdapat
perbedaan
yang
nyata
orientasi
nilai
budaya
dan
sikapmentalkeluarga petani kopi terhadaphakekat sumber pangan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. 4) Terdapat perbedaan yang nyata orientasi nilai budaya dan sikap mental keluarga petani kopi terhadaphakekat perumahan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. 5) Terdapat perbedaan yang nyataorientasi nilai budaya dan sikap mental nyata keluarga petani kopi terhadaphakekat kepemilikan lahan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.
Universitas Sumatera Utara