BEBERAPA KENDALA DALAM PENERAPAN CSR (ANALISIS PASAL 74 UUPT)** Eny Suastuti Dosen Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo email:
[email protected]
Abstract The existence of the company in the middle of the public has very broad implications, than it takes in spurring development is being implemented that will bring a positive impact of opening employment also exploited the surrounding environment on a large scale will damage the ecology. Therefore, the provisions of Article 74 of Law No. 40 of 2007 on Limited Liability Company (hereinafter referred to as Act PT) jo. Government Regulation No. 47 Year 2012 on Environmental and Social Responsibility Company Limited (hereinafter referred to as PP 47 Year 2012) to accommodate the corporate social responsibility which is an implementation of the moral consciousness and volunteerism from a company to remove a charge for contributing important for the survival corporation itself, so that the objectives of sustainable development can be achieved. Thus the Corporate Social Responsibility (CSR) has been declared a legal obligation for companies whose main activity using natural resources as stipulated in Article 74 of Law No. 40 of 2007. Key Word : CSR, Article 74 of Law No. 40 of 2007, sanctions
Abstrak Dalam Pasal 74 UU PT jo. PP 47 Tahun 2012 diatur mengenai kewajiban menjalankan tanggung jawab sosial CSR bagi perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam. Kewajiban sosial perusahaan diatur dengan UU ini agar kewajiban perusahaan atas lingkungan sekitarnya tidak hanya sebatas dalam tataran moralitas, tetapi perlu diatur dalam suatu norma hukum agar tercapai suatu kepastian hukumnya. Adanya UU Perseroan Terbatas dan PP yang mengatur tentang tanggungjawab sosial ini tidak akan berhasil apabila tidak adanya sanksi hukum. Mengingat dalam kedua aturan tersebut tidak diatur mengenai sanksi atas tidak dilaksanakannya CSR tersebut yang akan berimbas pada banyaknya perusahaan yang akan mengabaikan ketentuan CSR ini apabila tidak ada aturan yang memaksanya. Oleh karena itu, ketentuan Pasal 74 ayat (3) UU PT tidak akan mempunyai arti apabila belum adanya peraturan yang mengatur secara tegas ketentuan tersebut, begitu pula ketentuan PP 47 Tahun 2012 yang tidak mengatur secara jelas ketentuan tentang sanksi atas tidak dilaksanakan**Makalah ini merupakan modifikasi dari makalah dengan judul Implementation Of The Law Enforcementcorporte Social Responsibility (Csr) In Article 74 laws On Limited Liability yang disampaikan pada International Conference CSR Sustainble Development pada tanggal 9-11 April 2013 203
204
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
nya CSR ini akan menjadi masalah dalam mengimplementasikan ketentuan CSR ini dalam praktek.
Kata Kunci; CSR, Pasal 74 UU No 40 Tahun 2007, sanksi
Pendahuluan
syarakat di sekitar perusahaan akan
Pengaturan tanggung jawab so-
mempertanyakan komitmen perusa-
sial atau Corporate Social Responsi-
haan terhadap kegiatannya apakah
bility (selanjutnya disingkat CSR)
akan memaksimalkan keuntungan-
terhadap keberlanjutan perusahaan
keuntungan
dapat dicapai apabila perusahaan
rakat lokal dan menuntut tanggung
tersebut memperhatikan keinginan,
jawab sosialnya. Oleh karenanya
kepentingan dan kebutuhan masya-
CSR merupakan investasi bagi per-
rakat yang ada di sekitar perusahaan.
tumbuhan dan keberlanjutan perusa-
Mengingat kehadiran suatu korpora-
haan dan tidak bisa hanya dilihat
si (perusahaan) di tengah-tengah
sebagai sarana biaya. Selain itu,
masyarakat
program
akan
mengakibatkan
membangun
CSR
merupakan
masya-
suatu
suatu perubahan sosial dan lingku-
komitmen perusahaan untuk men-
ngan di sekitarnya. Terjadinya keru-
dukung terciptanya pembangunan
sakan lingkungan sekitarnya yang
berkelanjutan dan merupakan salah
dieksplotasi
satu bentuk implementasi dari kon-
secara
besar-besaran
akan merusak ekologi
yang akan
membawa suatu dampak, baik dam-
sep tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
pak positif maupun dampak yang
Dalam kaitannya dengan pener-
negatif bagi masyarakat serta ma-
pan CSR dan komitmen perusahaan,
salah-masalah sosial yang mempu-
Ignas Iryanto menyatakan bahwa
nyai implikasi yang sangat luas
paradigma perusahaan bukan hanya
dalam memacu pembangunan. Se-
merupakan binatang ekonomi yang
lain dampak negatif dalam pemba-
memproduksi profit dan memberi-
ngunan yang sedang dilaksanakan
kan akumulasi modal bagi pemilik-
juga berdampak positif, yaitu pem-
nya, tetapi juga merupakan organ
bukaan
yang memiliki tanggungjawab sosial
lapangan pekerjaan. Ma-
205
Eny Suastuti: Beberapa Kendala
telah menjadi tren global saat ini
pengaturannya dicantumkan dalam
(Iryanto, 2013). Selanjutnya dika-
Pasal 74 UU Perseroan Terbatas (UU
takan bahwa pada umumnya perusa-
PT). Pengaturan program CSR dalam
haan mempunyai kekuatan modal
pasal tersebut, terdapat
yang sangat besar dan mempunyai
permasalahan atau kendala dalam
kecenderungan mengeksplotasi ber-
menerapkan ketentuan Pasal 74 UU
bagai potensi ekonomi yang ada
PT mengingat tanggung jawab sosial
untuk memanfaatkan secara optimal
dan lingkungan belum dapat menjadi
untuk mengejar keuntungan yang
panduan CSR yang memadai.
beberapa
sebesar-besarnya. Oleh karena itu,
Di sisi lain dengan adanya penga-
program dan implementasi CSR dari
turan tersebut, perusahaan diharap-
suatu perusahaan harus dapat mema-
kan tidak hanya mengejar keuntu-
hami kebutuhan dan kepentingan
ngan dan memberikan profit atau
masyarakat sekitarnya. Hal ini ter-
modal bagi pemiliknya saja, akan
kait dengan tujuan CSR yang pada
tetapi korporasi dituntut untuk mem-
prinsipnya meningkatkan laba peru-
berikan peran yang signifikan bagi
sahaan dan menyejahterakan karya-
lingkungan sekitarnya, adanya tang-
wan dan masyarakat sekitarnya, wa-
gungjawab sosial dan lingkungan
laupun dampak negatifnya juga ada
pada perusahaan.Perusahaan didiri-
seperti terjadinya kerusakan lingku-
kan dengan harapan untuk tumbuh
ngan dan masalah-masalah sosial.
dan berkembang secara berkelanju-
Dalam hal ini pertanyaan yang men-
tan, dan salah satunya adalah memi-
dasar terkait dengan resiko atau
liki kemampuan untuk terus berpro-
dampak negatifnya adalah, siapakah
duksi dengan tetap berpegang kepa-
yang dapat dimintai pertanggung-
da komitmennya kemampuan sosial
jawaban atas dampak sosial tersebut
perusahaan seperti mengendalikan
? Oleh karena itu, pembentuk UU
dampak lingkungan, menggunakan
mempunyai pemikiran untuk dapat
tenaga kerja dari lingkungan di seki-
memaksa agar tanggungjawab sosial
tarnya dan aktif melakukan kegiatan
dan lingkungan perusahaan yang
sosial. Hadirnya perusahaan di-
sudah menjadi suatu kewajiban harus
tengah-tengah masyarakat mempu-
dilaksanakan, sehingga kemudian
nyai implikasi yang sangat luas,
206
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
selain dibutuhkan dalam memacu
adalah kesadaran untuk melakukan
pembangunan yang sedang dilak-
tang- gungjawab sosial dan lingkun-
sanakan yang akan membawa dam-
gan untuk meminimalisir dampak
pak positif dan negatif. Oleh karena
negatif dari proses produksi dalam
itu, adanya ketentuan Pasal 74 UU
bisnis yang dilakukan oleh perusa-
PT jo. Peraturan Pemerintah Nomor
haan. Oleh karenanya
47 Tahun 2012 tentang Tanggung
jawab sosial perusahaan dapat diar-
Jawab Sosial dan Lingkungan Perse-
tikan sebagai kumpulan kebijakan
roan Terbatas (selanjutnya disingkat
dan
PP 47 Tahun 2012) mengakomodir
dengan nilai-nilai, pemenuhan keten-
adanya CSR yang merupakan suatu
tuan hukum dan penghargaan mas-
implementasi dari kesadaran moral
yarakat dan lingkungan serta komit-
dan merupakan suatu kesukarelaan
men badan usaha untuk berkontribu-
dari perusahaan untuk mengeluarkan
si. Oleh karena itu, CSR merupakan
suatu biaya untuk memberikan kon-
bentuk implementasi dari kesadaran
tribusi penting bagi kelangsungan
tersebut, dan pengeluaran perusa-
korporasi itu sendiri, agar tujuan
haan merupakan investasi sosial
tujuan pembangunan berkelanjutan
yang memberikan kontribusi pen-
dapat tercapai. Dengan demikian
ting bagi keberlanjutan perusahaan
kehadiran CSR telah dinyatakan
itu sendiri. Oleh karena itu, relevansi
sebagai kewajiban hukum bagi peru-
ketentuan Pasal 74 UU PT jo PP 47
sahan
utamanya
Tahun 2012 yang mengatur tentang
menggunakan sumber daya alam
CSR menjadi tidak relevan apabila
sebagaimana diatur dalam Pasal 74
kesadaran yang tinggi atas tanggung
UU PT.
jawab perusahaan yang akan berim-
yang
kegiatan
CSR secara harfiah diartikan sebaagai
tanggungjawab
praktik
yang
tanggung
berhubungan
bas pada tindakannya secara otoma-
korporasi.
tis akan memperhatikan tanggung-
Tanggungjawab adalah suatu kesada-
jawab sosial dan lingkungan demi
ran moral tentang perlu atau pen-
kepentingan masyarakat dan bangsa.
tingngnya suatu hal itu dilakukan
Ketentuan Pasal 74 UU PT jo. PP
atau tidak boleh dilakukan. Kesada-
47 Tahun 2012 yang mengatur
ran yang dimaksud dalam hal ini
tentang CSR muncul karena merupa-
207
Eny Suastuti: Beberapa Kendala
kan kekuatiran dari pembentuk UU
karena itu, CSR harus dimaknai
terhadap perusahaan akan tidak di-
sebagai instrumen hukum dan harus
laksanakannya CSR tersebut. Pihak
ada sanksinya kepada pemilik peru-
perusahaan akan
lepas tanggung-
sahaan yang tidak menjalankan CSR
jawab sosial dan lingkungan dalam
dengan tujuan untuk mengantisipasi
mengelola lingkungannya dengan
atau mengurangi praktek bisnis yang
mengemukakan beribu alasan agar
tidak bermoral atau tidak etis. Oleh
tidak mengeluarkan biaya. Mengi-
karena itu, sangatlah tepat bila CSR
ngat kekuasaan cenderung bersifat
itu diberlakukan sebagai suatu kewa-
korup dan disalahgunakan yang juga
jiban yang harus dijalankan oleh
berlaku bagi perusahaan dengan
suatu
kekuatan modal yang sangat besar.
terkait dengan praktik bisnis yang
Oleh karena itu, sistem hukum
tidak etis, seperti perusahaan yang
sangat diperlukan untuk membatasi
melakukan kegiatan operasionalnya
dan mencegah penyalahgunaan ke-
dengan merusak lingkungan seki-
kuasaan, mengingat tatanan ekonomi
tarnya, dan kurang memperhatikan
dan sosial tidak dapat diserahkan
terhadap kepentingan sosial dan
hanya pada kesadaran moral semata
lingkungan sekitarnya. Selain itu,
dari pemilik perusahaan.
korporasi atau perusahaan dituntut
perusahaan. Antisipasi
ini
Argumen yang diajukan oleh
untuk mempunyai kesadaran sosial
pembentuk UU apabila CSR tidak
yang tinggi sebagai bentuk imple-
diatur dalam suatu peraturan perun-
mentasi dari pengaturan CSR terse-
dang-undangan termasuk masalah
but, dan jangan dilihat sebagai beban
sanksi bagi perusahaan yang tidak
atas dikeluarkannya biaya dengan
melaksanakan CSR, akan menimbul-
mengadakan program CSR tetapi
kan kesulitan dalam penerapan dan
hendaklah dikedepankan bahwa de-
menimbulkan ketidakpastian hukum.
ngan mengadakan program CSR
Di sisi lain, sulit menerapkan CSR
dalam perusahaan merupakan inves-
hanya sebatas dalam tataran morali-
tasi sosial yang akan memberikan
tas pemilik perusahaan saja karena
konstribusi penting bagi keberlanju-
kewajiban moral ini sulit untuk di-
tan korporasi itu sendiri. Seharusnya
paksakan daya berlakunya. Oleh
hal ini merupakan alasan utama
208
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
karena CSR merupakan elemen yang
ketentuan tentang sanksi hukum atas
menguntungkan sebagai strategi bis-
tidak dilaksanakannya CSR. Hal ini
nis yang dapat dimaksimalkan untuk
akan menjadi masalah dalam meng-
meningkatkan citra positif perusaha-
implementasikan ketentuan CSR ini
an dan implementasi perusahaan un-
dalam praktek.
tuk memperkuat keberhasilan perusahaan.
Ketentuan Pasal 74 UU PT dan Pasal 3 ayat (1) PP Nomor 47 Tahun
Kewajiban tanggung jawab sosial
2012 menyatakan, tanggung jawab
perusahaan dengan diaturnya dalam
sosial dan lingkungan sebagaimana
UU jelas bertujuan agar kewajiban
dimaksud dalam Pasal 2 menjadi
atas lingkungan sekitarnya tidak ha-
kewajiban bagi perseroan yang men-
nya sebatas dalam tataran moralitas,
jalankan kegiatan usahanya di bi-
tetapi perlu diatur dalam suatu norma
dang dan/atau berkaitan dengan sum-
hukum agar tercapai suatu kepastian
ber daya alam berdasarkan undang-
hukumnya. Adanya UU PT dan PP
undang. Dari latar belakang tersebut
yang mengatur tentang tanggung-
isu hukum yang dapat dikemukakan
jawab sosial ini tidak akan berhasil
adalah apakah ketentuan ketentuan
apabila tidak diikuti dengan sanksi
Pasal 74 ayat (3) UU PT jo Pasal 7
hukum. Kedua aturan tersebut tidak
PP Nomor 47 Tahun 2012 yang tidak
diatur mengenai wujud sanksi hu-
mengatur mengenai wujud sanksi
kumnya atas tidak dilaksanakannya
hukumnya dapat memberikan kepas-
CSR tersebut, tentunya akan berim-
tian hukum terhadap perusahaan
bas pada banyaknya perusahaan
yang tidak melaksanakan ketentuan
yang akan mengabaikan ketentuan
CSR tersebut.
CSR ini apabila tidak ada aturan yang memaksanya. Oleh karena itu, ketentuan Pasal 74 ayat (3) UU PT tidak akan mempunyai arti apabila belum
Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) dan Latar Belakang Dimasukkannya Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Undang-undang
adanya peraturan yang mengatur secara tegas ketentuan tersebut, begitu pula ketentuan PP 47 Tahun 2012 yang tidak mengatur secara jelas
CSR yang merupakan tanggungjawab perusahaan terhadap stakeholders terkait dengan kegiatan
209
Eny Suastuti: Beberapa Kendala
ekonomi perusahaan terhadap ma-
nyai implikasi yang sangat luas. Oleh
syarakat, bangsa dan dunia interna-
karena itu, keberadaan Pasal 74 UU
sional telah dimuat dalam ketentuan
PT jo. Peraturan Pemerintah Nomor
dalam Bab V tentang Tanggung
47 Tahun 2012 memberi wadah ter-
Jawab Sosial dan Lingkungan UU
hadap pengaturan CSR sebagai ke-
PT. Pasal 74 UU PT menyatakan
wajiban hukum bagi perusahan yang
CSR merupakan suatu kewajiban
kegiatan utamanya menggunakan
bagi perusahaan. Selanjutnya Pasal 1
sumber daya alam.
angka (3) UU PT menyatakan, tang-
Pemahaman atas konsep CSR
gung jawab sosial dan lingkungan
harus sejalan dengan penerapannya.
adalah komitmen perseroan untuk
Mengingat pemikiran tentang perlu-
berperan serta dalam pembangunan
nya CSR disebabkan banyaknya
ekonomi berkelanjutan guna me-
perusahaan-perusahaan yang besar
ningkatkan kualitas kehidupan dan
yang menunjukkan sikap tidak ber-
lingkungan yang bermanfaat, baik
tanggung jawab terhadap lingkungan
bagi perseroan sendiri, komunitas
di sekitarnya yang mengakibatkan
setempat, maupun masyarakat pada
dampak yang sangat besar seperti
umumnya. Oleh karenanya ketentu-
polusi kerusakan lingkungan dan
an ini mengakomodir CSR yang me-
perilaku yang menyimpang. Kegia-
rupakan implementasi dari kesada-
tan-kegiatan yang dilakukan oleh
ran moral dan merupakan suatu ke-
perusahaan besar tersebut sangat
sukarelaan dari perusahaan untuk
tidak etis dan tidak bertanggung-
mengeluarkan suatu biaya untuk
jawab. Hal ini tidak sesuai dengan
memberikan kontribusi penting ba-
tujuan perusahaan didirikan, yaitu
gi kelangsungan korporasi itu sendi-
untuk dapat tumbuh secara berkelan-
ri, agar tujuan tujuan pembangunan
jutan. Sebagaimana yang dikatakan
berkelanjutan dapat tercapai. Keha-
Muh Syarif bahwa konsep CSR dan
diran perusahaan di tengah-tengah
penerapannya merupakan komitmen
masyarakat selain dibutuhkan dalam
terhadap keberlanjutan perusahaan.
memacu pembangunan yang sedang
Konsep berkelanjutan dari perusa-
dilaksanakan juga membawa dam-
haan di dalamnya mengandung arti
pak positif dan negatif yang mempu-
perusahaan tersebut mengakui akan
210
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
pentingnya pertumbuhan untuk me-
sonal yang ditransfer dari satu gener-
ngupayakan tujuan social, perlindu-
asi ke generasi berikutnya, dan men-
ngan lingkungan, keadilan social dan
jadi inspirasi utama dalam triple
keadilan serta pembangunan eko-
bottom line, ekonomi, sosial dan
nomi (Muh. Syarif, 2012:94). Selan-
lingkungan. Corporate Social Res-
jutnya, dikatakan lebih lanjut bahwa
ponsibility diartikan sebagai upaya
tanggung jawab sosial perusahaan
managemen untuk mencapai tujuan
berkaitan dengan peran bisnis dalam
pembangunan ekonomi berkelanju-
masyarakat, sehingga harus dijelas-
tan berdasarkan kesimbangan pilar
kan lebih lanjut mengenai konsep
ekonomi, sosial, lingkungan dengan
CSR apa saja, bentuk-bentuk tang-
meminimkan dampak negatif dan
gung jawab yang harus diemban oleh
memaksimalkan dampak positif. De-
perusahaan dalam menjaga keseim-
ngan demikian CSR bukan merupa-
bangannya (Muh. Syarif, 2012: 94).
kan tanggung jawab hanya pada
Menurut Syarif dengan mengambil
pemilik modal, melainkan kepada
pendapat Jalal disebutkan bahwa
seluruh pemangku kepentingan yang
konsep berkelanjutan perusahaan
mencakup kepentingan sosial dan
meliputi :
lingkungan
1. Pembangunan berkelanjutan 2. Corporate Social Responsibility (CSR) 3. Teori Pemangku Kepentingan 4. Teori Akuntabilitas Perusahaan dan 5. Kerangka Keberlanjutan (Muh. Syarif, 2012:94).
Menurut Sutan Remy Sjahdeini terdapat 2 (dua) jenis CSR yaitu dalam pengertian luas, CSR bertujuan
berlangsungnya
sustainable
economic activity dan dalam pengertian sempit merupakan social responsibility dari perusahaan dalam
Konsep pembangunan berkelan-
hubungan-hubungan perusahaan itu
jutan meliputi 3 (tiga) hal, yaitu pem-
dengan pihak-pihak internal dan
bangunan yang memenuhi generasi
eksternal perusahaan tersebut ( Sjah-
sekarang tanpa mengorbankan gene-
deini, 2007:37). Secara harfiah CSR
rasi mendatang, jumlah total capital
diartikan
mencakup modal sosial, ekonomi,
korporasi. Tanggungjawab adalah
lingkungan, budaya politik dan per-
suatu kesadaran moral tentang perlu
sebagai
tanggungjawab
211
Eny Suastuti: Beberapa Kendala
atau pentingnya suatu hal itu dilaku-
men pengembang peradaban dunia
kan atau tidak boleh dilakukan. Ke-
tersebut, dan pengeluaran perusa-
sadaran yang dimaksud dalam hal ini
haan merupakan investasi sosial
adalah kesadaran untuk melakukan
yang memberikan kontribusi pen-
tanggungjawab
ling-
ting bagi keberlanjutan perusahaan
kungan untuk meminimalisir dam-
itu sendiri yang implementasi dari
pak negatif dari proses produksi
Menurut Sentoso Sembiring menya-
dalam bisnis yang dilakukan oleh
takan penerapan CSR hendaknya
perusahaan. Oleh karenanya tang-
harus terintegrasi di seluruh aktivitas
gung jawab sosial perusahaan dapat
perusahaan yang mencakup 7 (tujuh)
diartikan sebagai kumpulan kebija-
isu pokok :
kan dan praktik yang berhubungan
1. Pengembangan masyarakat 2. Konsumen 3. Praktik kegiatan institusi yang sehat 4. Lingkungan 5. Ketenagakerjaan 6. Hak asasi manusia 7. Organisasi pemerintahan. (Syahdeini, 2007:205)
sosial
dan
dengan nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum dan penghargaan masyarakat dan lingkungan serta komitmen badan usaha untuk berkontribusi. Oleh karena itu, relevansi ketentuan Pasal 74 UU PT jo PP 47 Tahun 2012 yang mengatur tentang CSR menjadi tidak relevan apabila kesadaran yang tinggi atas tanggung jawab perusahaan yang akan berimbas pada tindakannya secara otomatis akan memperhatikan tanggungjawab sosial dan lingkungan demi kepentingan masyarakat dan bangsa. CSR merupakan bentuk implementasi dari kesadaran nilai-nilai perusahaan yang dianutnya dan bersumber dari spiritualitas dari pemilik perusahaan dengan tingkat kesadaran sosial yang tinggi sebagai instru-
Program CSR bagi perusahaan kehadirannya masih perlu dipertanyakan apakah benar CSR merupakan kewajiban sehingga perlu diatur dalam
suatu
peraturan
perun-
dang-undangan atau hanya bersifat sukarela bagi perusahaan. Dalam Pasal 74 UU PT CSR hanya dibebankan terhadap perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam (SDA), mengapa hanya terhadap perusahaan SDA, apakah dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan SDA sangat besar dan luas, sehingga
212
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
diberi tanggung jawab sosial dan
dan Shanley mendefinisikan penger-
lingkungan, bagaimana dengan peru-
tian perusahaan sebagai, ”signaling
sahaan yang tidak bergerak di bidang
activity that according to the firm’s
SDA, apakah bebas dari tanggung
characteristic” (Tri Cicik,2012:9).
jawab sosial dan lingkungan. Terkait
Selanjutnya, Fombrun memberikan
dengan pertanyaan ini. menurut
definisi secara lengkap tentang repu-
Sutan Remy Sjahdeini, konsep CSR
tasi adalah keseluruhan estimasi
lahir atas dasar pemikiran bahwa
terhadap perusahaan oleh para kons-
penetapan kebijakan publik tidak
tituen yang merupakan hasil afeksi
hanya tanggung jawab pemerintah,
atau reaksi emosional (baik, atau
tetapi juga perusahaan khususnya
jelek, lemah atau kuat) dari pelang-
terkait dengan masalah sosial (Sjah-
gan,investor, pegawai dan masya-
deini, 2007:205) Kehadiran perusa-
rakat umum terhadap nama perusa-
haan di tengah-tengah masyarakat
haan (Tri Cicik, 2012:9). Oleh kare-
mempunyai fungsi sebagai peme-
na itu, reputasi perusahaan dipan-
rataan pembangunan, peningkatan
dang sebagai bagian dari in- tangible
ketahanan masyarakat, sebagai pe-
resource dan juga merupakan kom-
ngurangan pengangguran, sehingga
petensi unik yang sulit untuk didup-
dengan demikian kehadirannya peru-
likasikan dan menjadi pemicu com-
sahaan di tengah-tengah masyarakat
petitive advantages dan kinerja peru-
tidak hanya sebagai obyek pemba-
sahaan.
ngunan nasional tetapi merupakan subyek dari perusahaan itu sendiri.
Dampak positif kehadiran perusahaan bagi masyarakat adalah dapat
Kehadiran perusahaan di tengah-
membuka lapangan pekerjaan, pro-
tengah masyarakat memang cukup
duk lokal bisa terangkat apabila
dilematis, mengingat kehadiran pe-
adanya kerjasama kemitraan. Dam-
rusahaan sangat dibutuhkan untuk
pak negatifnya adalah lingkungan
pelaksanaan
akan
yang ada di sekitarnya akan dieks-
tetapi juga membawa dampak posi-
plotasi secara besar-besaran untuk
tif dan
dampak negatif, sehingga
mengejar keuntungan yang sebesar-
reputasi suatu perusahaan dalam hal
besarnya bagi perusahaan, seperti
ini perlu dipertaruhkan. Fombrun
terjadinya polusi, pembuangan lim-
pembangunan,
213
Eny Suastuti: Beberapa Kendala
bah industri sembarangan, kerusakan
keseimbangan lingkungan terhadap
lingkungan alam dan rusaknya tata-
lingkungan di sekitarnya adalah me-
nan norma-norma sosial serta terjadi-
rupakan suatu upaya mendongkrak
nya perilaku menyimpang yang
tingkat investasi di tanah air dengan
dapat ditimpakan kepada perusa-
melakukan beberapa pembenahan
haan. Oleh karena itu, adanya penga-
infrastruktur penting bagi pelaku
turan masalah CSR ini merupakan
bisnis dan juga adanya suatu kepas-
suatu
aturan
tian hukum atas penerapan konsep
tentang tanggungjawab sosial dan
CSR. Mengingat dampak sosial dan
lingkungan ini merupakan hal yang
lingkungan yaitu kerusakan lingku-
baru dalam perundang-undangan di
ngan, berubahnya tatanan sosial
Indonesia. Dengan dimasukkannya
yang telah dipelihara dengan baik
CSR dalam UU, maka pemerintah
oleh masyarakat secara turun-te-
mempunyai tanggung jawab untuk
murun seringkali tidak berbicara
melakukan sosialisasi secara luas
masalah untung dan rugi dan bahkan
kepada masyarakat. Di satu pihak
menjadi pertimbangan terakhir bagi
dengan dimasukkannya CSR dalam
perusahaan bahkan atau mungkin
UU pihak perusahaan dituntut untuk
bukan menjadi pertimbangan lagi
memiliki tanggungjawab sosial yang
(Sembiring,
tidak hanya berdasarkan kederma-
Sutan Remy Sjahdeini CSR dengan
wanan perusahaan tersebut atau
mengutip Boston College Centre for
berdasarkan moral semata, tetapi
Corporate Community tahun 2000
sudah merupakan kewajiban bagi
menjadi begitu penting karena :
perusahaan dalam menjalankan ke-
a. Globalisasi dan makin meningkatnya persaingan sebagai akibat globalisasi tersebut b. Dari waktu ke waktu perusahaan menjadi makin besar dan makin meningkat pula pengaruh perusahaan-perusahaan tersebut; c. Upaya-upaya penghematan dan reposisi pemerintah dan perannya d. Terjadinya perang diantara perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan tenaga-tenaga yang berbakat dan berkeahlian
kemajuan
karena
giatan bisnisnya untuk menjaga terjadinya relasi sosial yang harmonis dan menjaga agar lingkungan tidak menjadi rusak. Banyaknya sorotan terhadap dunia usaha dalam menjalankan bisnisnya seperti etika yang harus dijalankan dalam berbisnis, memperhatikan
2007:187).
Menurut
214
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
e. Pertumbuhan aktifitas masyarakat global f. Makin meningkatnya kesadaran mengenai pentingnya aset-aset tidak berwujud (Tri Cicik, 2012 :9).
74 ayat (1) UU PT telah ditetapkan sebagai kewajiban hukum. Hal ini disebabkan banyaknya sorotan terhadap dunia usaha dalam menjalankan bisnisnya, seperti etika yang harus
Kendala dalam Menerapkan Ketentuan Pasal 74 Undang-undang Perseroan Terbatas tentang CSR
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (CSR) sebagaimana diatur dalam Pasal 74 UU PT dan PP 47 Tahun 2012. Dalam Pasal 74 ayat (3) UU PT dan PP Nomor 47 Tahun 2012 tidak menentukan secara tegas wujud dan sanksi hukum atas tidak dilaksanakannya
kewajiban
CSR
bagi perusahaan. Kedua peraturan tersebut mengatur mengenai kewajiban hukum bagi perusahaan untuk menjalankan tanggung jawab sosial (CSR) yang berkaitan dengan sumber daya alam. Adapun ketentuan Pasal 74 ayat (1) UU PT menyatakan, perseroan dalam menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Ketentuan Pasal ini mengatur mengenai kewajiban hukum yang harus dilaksanakan oleh sebuah perusahaan karena CSR dalam ketentuan Pasal
dijalankan dalam berbisnis, memperhatikan keseimbangan lingkungan terhadap lingkungan di sekitarnya adalah merupakan suatu upaya penting bagi pelaku bisnis agar melaksanakan CSR ini bukan sebagai kewajiban moral semata yang pelaksanaannya bersifat sukarela. Dimasukkannya CSR dalam Pasal 74 ayat (1) UU PT sebagai kewajiban hukum merupakan suatu langkah maju. Akan tetapi ketentuan tersebut UU PT dan PP tidak ada artinya apabila tidak mengatur sanksi hukum yang dapat memaksa terhadap perusahaan yang tidak melaksanakan pasal tersebut. Kedua aturan tersebut tidak mengatur sanksi atas tidak dilaksanakannya CSR akan berimbas pada banyaknya perusahaan yang akan mengabaikan ketentuan CSR ini apabila
tidak
ada
aturan
yang
memaksanya dan akan menjadi kendala dalam mengimplementasikan ketentuan CSR ini dalam praktik Pengaturan CSR dalam Pasal 74 ayat (1) UU PT bagi perusahaan
215
Eny Suastuti: Beberapa Kendala
untuk melaksanakan tanggung jawab
dicermati, Pasal 74 ayat (4) UU PT
sosial CSR bagi perusahaan yang
menyatakan bahwa ketentuan lebih
berkaitan dengan sumber daya alam.
lanjut mengenai tanggungjawab so-
Adapun bunyi selengkapnya keten-
sial dan lingkungan diatur dengan
tuan Pasal 74 UU Nomor 40 Tahun
peraturan pemerintah. Adapaun PP
2007 sebagai berikut :
yang dimaksud Peraturan Pemerin-
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan; (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran; (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggungjawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
tah Nomor 47 Tahun 2012. Dalam PP tersebut tidak mengatur secara tegas apa wujud dari sanksi hukumnya. Dalam Pasal 2 PP Nomor 47 Tahun
2012
menyatakan
setiap
perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pasal 3 ayat (1) menyatakan tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 menjadi kewajiban bagi Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam berdasarkan UndangUndang. Kewajibannya dilaksanakan baik di dalam maupun di luar lingkungan. Dalam Pasal 4 ayat (1)
Dari ketentuan tersebut diatur mengenai sanksi hukum bagi perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan. Namun, ketentuan tersebut tidak mengatur secara tegas apa wujud dari sanksi dalam Pasal 74 ayat (3) UU PT tersebut. Apabila
menyebutkan, tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan Perseroan setelah mendapat persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS sesuai dengan anggaran dasar Perseroan, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-unda-
216
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
ngan. Ayat (2) Rencana kerja tahu-
dalam Pasal 3 tidak menghalangi
nan Perseroan sebagaimana dimak-
Perseroan berperan serta melaksa-
sud pada ayat (1) memuat rencana
nakan tanggung jawab sosial dan
kegiatan dan anggaran yang dibutuh-
lingkungan sebagaimana dimaksud
kan untuk pelaksanaan tanggung
dalam Pasal 2. Ayat (2) Perseroan
jawab sosial dan lingkungan. Pasal 5
yang telah berperan serta melak-
ayat (1) Perseroan yang menjalankan
sanakan tanggungjawab sosial dan
kegiatan usahanya di bidang dan/
lingkungan dalam PP ini tidak juga
atau berkaitan dengan sumber daya
ditur me- ngenai wujud sanksi atau-
alam, dalam menyusun dan menetap-
pun jenis sanksi bagi perusahaan
kan rencana kegiatan dan anggaran
yang tidak menjalankan konsep CSR
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
ini. Pemahaman atas konsep CSR
4 ayat (2) harus memperhatikan ke-
yang diatur dalam PP ini agar sejalan
patutan dan kewajaran. Ayat (2) Rea-
dengan pengertian CSR yang diatur
lisasi anggaran untuk pelaksanaan
dalam Pasal 74 ayat (1) UU PT. Di
tanggung jawab sosial dan lingku-
samping itu, Pasal 74 ayat (1) UU PT
ngan yang dilaksanakan oleh Perse-
yang tidak menjelaskan secara rinci
roan sebagaimana dimaksud pada
bagaimana bentuk dan wujud CSR
ayat (1) diperhitungkan sebagai bia-
yang
ya Perseroan. Pasal 6 Pelaksanaan
undang-undang. Masalah biaya yang
tanggung jawab sosial dan lingku-
timbul sebagai pelaksanaan CSR
ngan dimuat dalam laporan tahunan
dalam Pasal 74 ayat (2) menyatakan
Perseroan dan dipertanggungjawab-
pendanaan CSR oleh perusahaan
kan kepada RUPS.
pengeluarannya dapat diperhitung-
diinginkan
oleh
pembuat
Pasal 7 berbunyi Perseroan seba-
kan sebagai biaya perusahaan. Biaya
gaimana dimaksud dalam Pasal 3
perusahaan dalam hal ini dimaksud-
yang tidak melaksanakan tanggung
kan sebagai investasi sosial
jawab sosial dan lingkungan dikenai
memberikan kontribusi penting bagi
sanksi sesuai dengan ketentuan pera-
keberlanjutan perusahaan itu sendiri.
turan perundang-undangan. Pasal 8
Selain dalam ketentuan dalam
ayat (1) Tanggung jawab sosial dan
Pasal 74 UU PT jo PP 47 Tahun
lingkungan sebagaimana dimaksud
Pasal 1 angka 3 UU PT menyatakan,
yang
217
Eny Suastuti: Beberapa Kendala
setiap perusahaan wajib menerapkan
manfaatkan sumber daya alam, na-
prinsip tata kelola perusahaan yang
mun kegiatannya mempunyai dam-
baik dan melaksanakan tanggung-
pak terhadap kemampuan fungsi
jawab sosial perusahaan, sehingga
sumber daya alam. CSR merupakan
merupakan komitmen dari perseroan
tanggung jawab moral perusahaan
untuk berperan serta dalam pemba-
yang kemudian dijadikan kewajiban
ngunan
hukum
ekonomi
berkelanjutan.
dalam ketentuan Pasal 74
Selain itu, tujuan dimasukkannya
UU PT jo PP 47 Tahun 2012 dan UU
konsep CSR dalam ketiga pasal
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pena-
perundang-undangan adalah untuk
naman Modal. UU Penanaman Mo-
menciptakan keserasian antara peru-
dal menyatakan setiap perusahaan
sahaan dengan lingkungan sekitar-
wajib menerapkan prinsip tata kelola
nya dan pada akhirnya CSR merupa-
perusahaan yang baik dan melak-
kan tanggung jawab moral perusa-
sanakan tanggungjawab sosial peru-
haan yang kemudian dijadikan kewa-
sahaan. Tujuan dimasukkannya kon-
jiban hukum. Berkaitan dengan
sep CSR dalam ketiga peraturan
pengaturan CSR dalam ketiga aturan
perundang-undangan adalah untuk
tersebut, pemerintah sebagai regula-
menciptakan keserasian antara peru-
tor, seharusnya tidak berdiam diri
sahaan dengan lingkungan sekitar-
dengan hanya mengandalkan laporan
nya. Pengaturan masalah sanksi hu-
tahunan perusahaan yang biasanya
kum atas pelaksanann CSR ini di satu
tidak menggambarkan secara jelas
sisi merupakan suatu kemajuan
konsep CSR sebagaimana diatur
karena aturan tentang tanggung-
dalam UUPT dan PP. Laporan tahu-
jawab sosial dan lingkungan ini me-
nan perusahaan seharusnya meng-
rupakan hal yang baru yang bersifat
gambarkan kesinambungan tindakan
memaksa para pelaku usaha untuk
perusahaan dalam aspek ekonomi,
melaksanakan
sosial dan lingkungan.
ketentuan sanksi hukum ini perusa-
CSR
ini. Adanya
Pengertian perusahaan yang men-
haan dituntut untuk memiliki tang-
jalankan kegiatannya terkait dengan
gungjawab sosial yang tidak hanya
sumber daya alam adalah perusahaan
berdasarkan kedermawanan perusa-
yang tidak mengelola dan tidak me-
haan tersebut atau berdasarkan moral
218
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
semata, tetapi sudah merupakan
apabila
kewajiban bagi perusahaan dalam
memaksanya. Oleh karena itu, keten-
menjalankan kegiatan bisnisnya un-
tuan Pasal 74 ayat (3) UU PT ini
tuk menjaga terjadinya relasi sosial
tidak akan mempunyai arti apabila
yang harmonis dan menjaga agar
belum adanya peraturan yang me-
lingkungan tidak menjadi rusak, dan
ngatur secara tegas apa wujud dari
apabila tidak dilaksanakan akan di-
sanksi ketentuan tersebut, begitu
kenai sanski sesuai dengan ketentuan
pula ketentuan PP 47 Tahun 2012
Pasal 74 ayat (3) UU PT.
yang tidak mengatur secara jelas ke-
tidak
ada
aturan
yang
Konsep CSR oleh Pasal 74 ayat
tentuan tentang wujud sanski atas ti-
(1) UU PT telah ditetapkan sebagai
dak dilaksanakannya CSR ini akan
kewajiban hukum dan harus dilak-
menjadi masalah dalam mengimple-
sanakan. Dimasukkannya konsep
mentasikan ketentuan CSR ini dalam
CSR dalam ketentuan Pasal 74 UU
praktek.
PT tersebut merupakan suatu lang-
Kewajiban hukum dapat diartikan
kah maju bagi kepentingan ma-
untuk memaksakan ke perusahaan
syarakat, bangsa dan negara walau-
yang tidak memiliki kesadaran dan
pun ketentuan pasal tersebut diber-
tanggung jawab sosial untuk men-
lakukan secara terbatas bagi perusa-
jalankan kewajiban sosial dan ling-
haan yang menjalankan kegiatan
kungan terhadap masyarakat di seki-
usahanya di bidang sumber daya
tar perusahaan itu berada. Kewajiban
alam. Adanya ketentuan Pasal 74 UU
hukum atas CSR bagi perusahaan ini
PT dan PP yang mengatur tentang
kemudian dipahami secara keliru,
tanggungjawab sosial dan lingku-
dan sering dimaknai sebagai hak
ngan ini (CSR) ini tidak akan berhasil
penuh dari penguasa daerah, sehing-
apabila tidak diatur mengenai sank-
ga banyak pemerintah daerah me-
sinya.
kedua
nuntut agar CSR ini diserahkan
aturan tersebut tidak diatur mengenai
sepenuhnya kepada pemerintah dae-
sanksi atas tidak dilaksanakannya
rah sebagai pemasukan bagi APBD
CSR tersebut yang akan berimbas
dan pelaksanaannya menjadi hak
pada banyaknya perusahaan yang
penuh
akan mengabaikan ketentuan CSR ini
Penyerahan CSR sebagai bagian dari
Mengingat
dalam
dari
pemerintah
daerah.
219
Eny Suastuti: Beberapa Kendala
APBD daerah adalah merupakan hal
(Tri Cicik, 2012:9). Sutan Remy
yang bertentangan dengan hakekat
Sjahdeini menyatakan, dalam pe
CSR itu sendiri. Pemahaman bahwa
ngertian sempit CSR adalah tang-
CSR merupakan hak penuh dari
gungjawab sosial perusahaan terha-
pemerintah daerah merupakan suatu
dap para stakeholders baik ke dalam
intervensi pemerintah daerah terha-
maupun keluar. Pengertian CSR
dap perusahaan yang ada di wilayah-
secara luas terkait dengan tujuan
nya. Oleh karena itu, intervensi
mencapai kegiatan ekonomi berke-
pemerintah daerah terhadap pelaksa-
lanjutan.
naan CSR merupakan sistem yang
ekonomi bukan hanya terkait soal
dibuat untuk melaksanakan korupsi
tanggung jawab sosial tetapi juga
di daerah atau melegalkan penyakit
menyangkut akuntabilitas perusa-
korupsi.
haan terhadap masyarakat, bangsa
Menurut Achda pengertian CSR adalah merupakan suatu komitmen untuk
Keberlanjutan
kegiatan
dan dunia internasional (Sjahdeini, 2007:57).
mempertanggungjawabkan
Kewajiban atas tanggung jawab
dampak operasinya dalam dimensi
sosial dan lingkungan bagi perusa-
sosial, ekonomi, dan lingkungan
haan yang telah ditetapkan sebagai
serta terus menerus menjaga agar
kewajiban hukum oleh UU PT ini
dampak tersebut menyumbangkan
mempunyai implikasi agar kewa-
manfaat kepada masyarakat dan
jiban perusahaan atas lingkungan
lingkungan hidupnya Achda dalam
sekitarnya tidak hanya sebatas dalam
Tri Cicik, 2012:9). Selanjutnya,
tataran moralitas yang pelaksanaan-
dikatakan oleh Cicik dengan me-
nya bersifat sukarela semata, tetapi
ngutip pendapat dari
perlu diatur dalam suatu norma
Gluek
bahwa
implementasi
Jauch dan
pelaksanaan strategis
CSR
atau
hukum sebagai suatu kewajiban
ini
hukum agar tercapai suatu kepastian
sesungguhnya merupakan pilihan strategi yang telah ditetapkan untuk
hukumnya. Pelaksanaan CSR ini harus mem-
mengukuhkan arah strategis yang
berikan manfaat
telah
memberikan
internal maupun eksternal perusa-
pedoman dalam mengambil tindakan
haan, dan harus efektif pengeluaran
dipilih
dan
yang nyata bagi
220
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
dana perusahaan agar tercapai tu-
sehingga konsep CSR ini harus dipa-
juan, sehingga dapat dihindarkan
hami secara benar dan baik oleh
pelaksanaan CSR yang hanya me-
perusahaan agar penerapannya dapat
rupakan pemborosan belaka bagi
dilakukan secara benar dan harus
perusahaan. Menurut Sutan Remy
sejalan dengan konsep CSR dari sisi
Sjahdeini, terkait dengan tujuan atau
landasan filosofinya telah dianut
manfaat pelaksanaan CSR menya-
secara internasional. Penerapan kon-
takan,
telah
sep CSR ini akan berhasil apabila
meningkatkan reputasi perusahaan,
tujuan pembangunan berkelanjutan
reputasi yang baik itu memudahkan
seimbang dengan pilar ekonomi,
perusahaan untuk dapat melakukan
sosial dan lingkungan dengan memi-
rekrutmen pegawai yang berkualitas
nimumkan
dan bereputasi baik, para pegawai
memaksimalkan dampak positif di
lebih betah untuk bekerja di perusa-
setiap pilar.
haan
pelaksanaan
yang
CSR
melaksanakan
dampak
negatif
dan
CSR
Konsep CSR oleh Pasal 74 ayat
sehingga perusahaan dapat mengu-
(1) UU PT telah ditetapkan sebagai
rangi biaya yang timbul karena harus
kewajiban hukum dan harus dilak-
melakukan
dan
sanakan. Dimasukkannya konsep
melakukan pelatihan bagi pega-
CSR dalam ketentuan Pasal 74 UU
wai-pegawai baru itu dan sebagainya
PT tersebut merupakan suatu lang-
(Sjahdeini, 2007:64).
kah maju bagi kepentingan ma-
rekrutmen
baru
syarakat, bangsa dan negara walauPenutup
pun ketentuan pasal tersebut diber-
Konsep CSR yang pada prin-
lakukan secara terbatas bagi perusa-
sipnya dilandasi argumentasi moral
haan yang menjalankan kegiatan
semata yang pelaksanaannya bersifat
usahanya di bidang sumber daya
sukarela dan didasarkan oleh pemi-
alam. Masalah pendanaan program
kiran bahwa bukan hanya pemerin-
CSR sebagaimana diamantkan oleh
tah saja yang harus bertanggung-
Pasal 74 ayat (2) UU PT yang meru-
jawab, tetapi juga perusahaan-peru-
pakan kewajiban Perseroan dengan
sahaan harus bertanggung jawab
dianggarkan dan diperhitungkan se-
terhadap masalah-masalah sosial,
bagai biaya perseroan yang pelaksa-
221
Eny Suastuti: Beberapa Kendala
naannya dilakukan dengan memper-
kewajiban CSR tersebut akan men-
hatikan kepatutan dan kewajaran.
dapat sanksi hukum. Namun ketentu-
Dengan demikian biaya ini dapat
an mengenai sanksi hukum atas tidak
dimasukkan sebagai biaya untuk
dilaksanakannya CSR tersebut tidak
pengurangan pajak atas perseroan
diatur secara tegas apa wujud dari
Adanya ketentuan Pasal 74 ayat
sanksi tersebut, sebagaimana yang
(1) UU Perseroan Terbatas yang
ada dalam Pasal 74 atau (3) UU PT.
mengatur tentang tanggungjawab
Begitu pula dalam ketentuan PP
sosial dan lingkungan ini (CSR) ini
Nomor 47 tahun 2012 tidak menga-
tidak akan berhasil apabila tidak
tur secara tegas sanksi hukum atas
adanya sanksi hukumnya. Kedua
tidak dilaksanakannya ketentuan
aturan tersebut tidak mengatur sanksi hukumnya atas tidak dilaksanakan-
Daftar Rujukan
nya CSR. Dengan tidak diaturnya masalah sanksi hukumnya maka ketentuan tersebut banyak dilanggarnya, sehingga akan berimbas pada banyaknya perusahaan yang akan mengabaikan ketentuan CSR. Oleh karena itu, ketentuan Pasal 74 ayat
Arif Budimanta, Corporate Social Responsibility, Indonesia center for Sustainable Development, Jakarta, 2008. Gunawan Wijaya & Yerimia Ardi Pratama, Resiko Hukum dan Bisnis Perusahaan Tanpa CSR, Forum Sahabat, jakarta.
(3) UU PT ini tidak akan mempunyai arti dan tidak mempunyai kepastian hukum. Oleh karena itu perlu diadakan pengaturan wujud dari sanksi ketentuan tersebut, sehingga tidak akan menjadi kendala dan masalah dalam mengimplementasikan ketentuan CSR ini dalam praktik. Konsep CSR dalam ketentuan Pasal 74 UU PT akan menemui hambatan dalam penerapannya karena perusahaan yang tidak menjalankan
Muh Syarif, Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Budaya Terhadap Strtegic Alignment Maturity, Kinerja Bisnis Dan Keberlanjutan Perusahaan Pada Unit Consumer Service PT. Telkomunikasi Indonesia Regional V Jawa Timur, Disertasi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, 2012 Rudhy Prasetya, Kedudukan Mandiri dan Pertanggungjawaban Terbatas Dari Perseroan Terbatas, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001
222
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 2, Desember 2014
Tri
Sembiring, Sentosa, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas, CV Nuansa Aulia, 2007.
Cicik Wijayanti, Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi Manajer, Kepemimpinan Terhadap Corporate Social Responsibility (CSR), Reputasi dan Kenirja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Binaannya (Studi Pada BUMN di Indonesia), Ringkasan Disertasi, Pascasarjana Universitas 17 Agustus, 2012.
Sjahdeini, Sutan Remy, Corporate Social responsibility, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 26-N0.3, Tahun 2007 Ignas Iryanto, Perlu Diwaspadai, Jangan Sampai Jadi Destruktif, Harian Bisnis Indonesia, 2013