CERMAT KELOLA NILAI TUKAR

Download harga bahan bakar bersubsidi. Tingginya impor membuat kebutuhan terhadap USD semakin kuat sehingga melemahkan rupiah. Karenanya, perlu pe...

0 downloads 521 Views 3MB Size
G

ERAIINFO W W W.BI.GO.ID

CERMAT KELOLA NILAI TUKAR

EDISI 52 TAHUN VI

SOROT

2015

PENGGUNAAN RUPIAH : WAJIB!

DAFTAR ISI 06 Sorot

CERMAT KELOLA RUPIAH BI akan mengelola volatilitas nilai tukar agar tidak berlebihan untuk menghindari ketidakpastian di pasar.

14 Perspektif

2015

SITUASI GLOBAL GONCANG RUPIAH EDISI 52 TAHUN VI

25 Etalase

18 20 22 24

BI Peduli Potret Dinamika Aktivitas

26 Ekspos

27 Rileks

BACA RUBRIK OPINI MEREKA:

Solikin M. Juhro

Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI

REDAKSI

JAGA VOLATILITAS RUPIAH HAL 9

Donny Hutabarat

Departemen Pengelolaan Moneter MENGENAL PASAR VALUTA ASING HAL 10

Tiurma Natasha A. Hutabarat

Departemen Pengelolaan Devisa SITUASI GLOBAL GONCANG RUPIAH HAL 14

Penanggung Jawab : Tirta Segara Pemimpin Redaksi : Peter Jacobs Redaksi Pelaksana : Dwi Mukti Wibowo Ernawati Jatiningrum Wahyu Indra Sukma Surya Nanggala Any Ramadhaningsih T. Rafael Lardhana Kontributor : Syachman Perdymer Aan Sari Mayani

Sahminan

Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter PENGARUH TRANSAKSI BERJALAN TERHADAP RUPIAH HAL 16

Dwi Mukti W

Departemen Komunikasi KAPAN SAJA DI MANA SAJA HAL 20

Alamat Redaksi : Departemen Komunikasi Bank Indonesia Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta Contact Center BICARA : (Kode Area) 500131 Email : [email protected] Website : www.bi.go.id @bank_indonesia flip.it/7A9uk bankindonesia BankIndonesiaChannel

Redaksi menerima kiriman naskah dan mengedit naskah sebelum dipublikasikan. Naskah dikirim ke [email protected] 2 GERAI INFO BANK INDONESIA

PEDOMAN Perspektif

MENJAGA KESTABILAN RUPIAH Nilai tukar rupiah terhadap USD sudah mulai menem­bus 13 ribu. Tapi, gejolak rupiah masih dalam batas volatilitas yang ditetapkan Bank I­ndonesia. Volatilitas secara gradual mengindikasikan rupiah te­ngah mencari titik ekuili­brium baru. Pelemahan rupiah tidak lepas dari ­­pengaruh defisit transaksi berjalan (current account deficit) yang terjadi selama tiga tahun terakhir. Penyebab utama defisit bertambah ialah impor barang modal untuk infrastruktur sebagai motor pembangunan dari peme­rintah sekarang. Tekanan impor minyak yang selama ini menjadi momok seharusnya berkurang secara signifikan karena jatuh­nya harga minyak dunia. Ditambah lagi, ada kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar bersubsidi. Tingginya impor membuat kebutuhan terhadap USD semakin kuat sehingga melemahkan rupiah. Karenanya, perlu pengendalian impor dan peningkatan eks­por. Dalam hal ini, pemerintah melakukan sejumlah terobosan untuk menyehatkan transaksi berjalan, di antaranya memberikan keringanan pajak (tax allowance) bagi para eksportir. Mendukung langkah pemerintah tersebut, BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 7,50% pada pertengahan April lalu. Kebijakan moneter ini merupakan salah satu cara untuk menahan derasnya impor. Dengan harapan, defisit transaksi berjalan berada pada level yang sustainable. BI juga menyoroti transaksi valuta asing oleh pelaku usaha di dalam negeri sekitar USD6 miliar per bulan atau lebih dari USD200 juta per hari. Karenanya, BI mewajibkan penggunaan rupiah pada setiap transaksi di wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Utang luar negeri yang terus membengkak juga mempengaruhi stabilitas rupiah. Utang ini hingga Maret lalu mencapai USD298 miliar. Swasta sebagai penyumbang terbesar utang luar negeri sebesar USD162 miliar. Yang perlu diperhatikan, sebagian besar nilai utang tidak dilindungi (hedging) dari risiko kurs. Untuk menyikapi hal tersebut, BI sudah mengatur transaksi lindung nilai dan penetapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan utang luar negeri korporasi non bank. Contoh baik datang dari PLN dengan melakukan lin­dung nilai utang sebesar USD900 juta pada April lalu. Sebelumnya, di antara BUMN lain yang telah melakukan lindung nilai ialah Garuda Indonesia dan Angkasa Pura. Indonesia akan menghadapi tantangan dengan kenaikan FFR oleh The Fed tahun ini, yang dapat menarik arus modal dari negara berkembang. Kita juga harus mewaspadai globalisasi dan krisis yang terjadi di negara lain di dunia. Selain itu, kita juga harus mempersiapkan diri di tingkat regional dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) agar tidak tertinggal. Kondisi global tidak bisa kita atur. Yang terpenting bagi BI, pemerintah, dan pelaku usaha ialah menjaga stabilitas makroekonomi dan memperkokoh fundamental perekonomian nasional. Salam

Agus D. W. Martowardojo

33 GERAI GERAIINFO INFO EDISI BANKSATU INDONESIA JUNI 2015

EDITORIAL

JAGA FLUKTUASINYA!

EDISI 52 TAHUN VI

2015

Konsentrasi masyarakat kebanyakan adalah pada angka nilai tukar rupiah terhadap USD. Padahal, justru fluktuasinya yang patut dicermati.

Tirta Segara

Selain inflasi, isu nilai tukar seringkali membuat kepala berdenyut. Dolar AS (USD), jika diibaratkan barang, mengikuti konsep pasokan dan permintaan: jika permintaan tinggi maka nilainya akan naik, demikian sebaliknya. Saat ini, kebutuhan akan dolar meningkat, se­hingga nilai tukarnya terhadap rupiah menguat. Salah satu tugas Bank Indonesia memang menjaga nilai tukar rupiah. Beberapa kebijakan diluncurkan untuk merespon melemahnya rupiah saat ini. Konsentrasi masyarakat kebanyakan adalah pada angka nilai tukar rupiah terhadap USD. Padahal, di negara penganut nilai tukar me­ngambang seperti Indonesia, justru fluktuasi yang patut dicermati. Sepanjang tidak terlalu ekstrem, artinya memang itulah fundamental nilai tukar kita. Sewaktu-waktu, jika dibutuhkan, BI bisa melakukan kebijakan moneter untuk menjaga agar nilai tukar tetap stabil. Tapi, tentu saja tidak bijak jika hanya bergantung pada pemerintah. Harus ada keinginan mengubah gaya hidup untuk menjaga kekuatan mata uang negeri sendiri. Uang sebagai alat bayar untuk barang dan jasa menjadi tidak sederhana ketika menembus batas negara. Dalam hal ini, kebiasaan menggunakan barang impor ikut melemahkan nilai rupiah. Padahal produk dalam negeri seperti tas, sepatu, dan busana tak kalah jika dibandingkan dengan produk sejenis dari luar. Sepanjang masih banyak yang dibeli dari negara asing, tentu saja nilai tukar rupiah terancam goyah. Di sisi lain, melemahnya nilai tukar mata uang suatu negara diharapkan mampu menaikkan ekspor. Lagi-lagi, kita ditantang untuk memberdayakan seluruh kemampuan agar bisa lebih banyak mengirimkan karya anak bangsa ke luar negeri sekaligus mengurangi konsumerisme terhadap produk impor. Jika ada produk lokal yang bagus dan murah, mengapa harus cari yang mahal? 4 GERAI INFO BANK INDONESIA

Boni (08128787484) – Media Telepon

Tamlikho ([email protected]) – Media Email PT KRAM MENARA PRIMA II bldg. 21st floor Jl. DR. Ide Anak Agung Gde Agung Kav. 6.3 Setiabudi - Jakarta Selatan 12950 Q : Apakah PBI No 17/3/PBI/2015 melarang pembukuan dalam mata uang asing? Bagaimana pembayaran gaji dan allowance ke expat kami, karena semua pembayaran menggunakan USD? A : Pada dasarnya PBI ini tidak mengatur terkait pembukuan transaksi perusahaan. PBI No 17/3/ PBI/2015 mengatur kewajiban penggunaan rupiah dalam setiap transaksi di wilayah NKRI. Untuk pencantuman harga pada perjanjian, serta perjanjian kerja dengan tenaga asing yang dibuat sebelum 1 Juli 2015 dapat diteruskan sampai masa kontrak berakhir, namun jika dibuat setelah 1 Juli 2015 harus menggunakan rupiah.

55 GERAI GERAIINFO INFO BANK BANKINDONESIA INDONESIA

Endah Pujiastuti - Media Email (endahpujiastuti81@ yahoo.co.id) Q : Transaksi terhadap jasa konsultasi yang diberikan oleh badan usaha asing yang berada di luar negeri kepada badan usaha di Indonesia apakah dapat dilakukan dalam valas? A : Transaksi demikian dapat dikategorikan sebagai transaksi perdagangan internasional karena kegiatan perdagangan jasa konsultasi yang diberikan telah melampaui batas wilayah negara (cross border supply) sehingga penagihan dan pembayaran dapat dilakukan dengan valas

EDISI 52 TAHUN VI EDISI 52 TAHUN VI

A : Pelemahan rupiah saat ini berbeda dengan yang terjadi pada tahun 1997/1998. Pada saat itu rupiah mengalami overshoot lebih dari 50% dalam waktu singkat (dari Rp2.000 ke Rp15.000, sementara nilai tukar saat ini bergerak lebih gradual. Selain itu, fundamental ekonomi Indonesia saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan 1997/1998, dengan keadaaan perbankan yang juga lebih stabil.

2015 2015

Q : Apakah pelemahan rupiah saat ini menandakan bahwa Indonesia memasuki krisis seperti pada tahun 1997/1998?

EDISI 52 TAHUN VI

2015

Sorot

6 GERAI INFO BANK INDONESIA

Sorot

CERMAT KELOLA RUPIAH

GLOBAL DAN DOMESTIK Nilai tukar rupiah yang

naik dan turun terhadap USD disebabkan oleh pengaruh global dan domestik. “Fenomena penguatan USD secara global mempe­ ngaruhi sentimen pasar. Hal ini disebabkan oleh perbaikan ekonomi Amerika pascakrisis keuangan global,” jelas Solikin M. Juhro, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI. Ketika krisis global terjadi, hampir semua perekonomian negara maju melemah sehingga ba­nyak modal yang mengalir ke emerging countries, termasuk Indonesia. Dalam ketidakpastian ekonomi global, indikasi perbaikan ekonomi AS mendorong sentimen positif untuk melakukan relokasi investasi dari negara berkembang ke AS.  Dari sisi domestik, sebagai ne­ gara yang sedang membangun, Indonesia masih me­ ngalami defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang cu­ kup besar. Menurut Solikin, CA (Current Account) pada dasarnya mencerminkan kemampuan dari suatu perekonomian yang sedang tumbuh untuk membiayai aktivitas ekonominya dari keunggulan yang diperoleh dalam perdagangan internasional. Sejak 2 tahun terakhir, angka 7 GERAI INFO BANK INDONESIA

defisit CA masih sekitar 3%. Ke depan angka ini diharap­ kan menurun agar le­bih sustainable.  Jika angka defisit transaksi berjalan tidak mengecil, isu yang berkembang adalah ketidak­ mampuan perekonomian untuk membiayai aktivitas ekonomi. Hal ini akan sangat mempe­ ngaruhi persepsi investor. Selain defisit transaksi berjalan, pasar keuangan yang belum dalam juga menyebabkan arus modal mudah keluar dari Indonesia jika meng­ alami tekanan atau sentimen global. “Pelaku pasar lebih memperhitungkan risk perception terhadap fundamental ekonomi kita. Defisit transaksi berjalan, angka pertumbuhan ekonomi, defisit fiskal serta angka inflasi, perlu dijaga pada level yang sehat. Semua faktor ini harus dikelola dengan baik agar bisa mempertahankan sentimen positif se­hingga investor memiliki keyakinan memegang aset rupiah,” Solikin menjelaskan. Dalam upaya menjaga stabilitas makroekonomi tersebut, BI s­enantiasa merespon perkembangan ekonomi dengan bauran kebijakannya. Respons kebijakan ini terutama tercermin pada penetapan BI Rate yang

EDISI 52 TAHUN VI

Nilai tukar rupiah yang cen­ derung melemah terhadap dolar Ame­ rika Serikat (USD) dalam beberapa bulan terakhir menjadi topik pembahasan yang hangat di masyarakat. Namun, pelemahan nilai tukar tidak hanya dialami ­Indonesia. Hampir sebagian besar nilai tukar mata uang di ne­garanegara maju dan berkembang juga mengalami depresiasi yang cukup dalam terhadap USD.  Dalam tiga tahun terakhir, nilai tukar rupiah terhadap USD mengalami pelemahan hingga menembus angka 13.000. Tercatat, pelemahan nilai tukar rupiah sebesar 5,25% pada kuartal I 2015. Dalam periode yang sama, nilai tukar mata uang euro Eropa, dolar Kanada, dolar Australia, dan ringgit Malaysia melemah lebih tajam terhadap USD diban­ dingkan nilai tukar ­rupiah.   Nilai tukar rupiah yang melemah mendorong harga barang impor menjadi mahal sehingga turut memicu kenaikan harga barang dalam negeri. Selain itu, nilai tukar yang melemah menyebabkan jumlah kewajiban pembayaran utang luar negeri perusahaan meningkat.

2015

Fluktuasi nilai tukar sejatinya berfungsi sebagai shock absorber yang akan mendorong penyesuaian ekonomi.

Sorot

EDISI 52 TAHUN VI

2015

dilakukan setiap bulan dalam Rapat Dewan Gubernur BI. INTERVENSI Sebagai bank sentral, BI bertugas untuk menjaga agar nilai rupiah tetap stabil, sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2009. Stabilitas nilai rupiah bisa dilihat dari dua sisi, yang pertama dari nilainya terhadap barang dan jasa (tingkat inflasi) dan kedua, dari nilainya terhadap mata uang lain (nilai tukar). Negara yang menganut sistem devisa bebas dan nilai tukar meng­ ambang seperti Indonesia, tentu nilai mata uangnya berfluktuasi sesuai dengan perkembangan ekonomi domestik relatif terhadap ekonomi global (ke­ seimbangan antara penawaran dan permintaan). Fluktuasi nilai tukar sejatinya berfungsi sebagai shock absorber yang akan mendorong penyesuaian ekonomi, namun fluktuasi nilai tukar tersebut perlu dijaga untuk meminimalkan dampak negatifnya terhadap stabilitas perekonomian. Untuk menjaga stabilitas nilai

tukar, BI pada waktu-waktu tertentu dapat melakukan intervensi di pasar valuta ­ asing, khusus­ nya pada saat terjadi gejolak kurs yang berlebihan yang tidak dapat diserap oleh pasar. Intervensi ini dilakukan de­ ngan menjual atau membeli valuta ­asing (khususnya USD). Pada saat terjadi pelemahan rupiah yang berlebihan, BI dapat menjual USD di pasar domestik. Jika pasokan USD di pasar bertambah dan pasokan rupiah berkurang maka nilai rupiah akan menguat. Demikian pula sebalik­ nya, pada saat terjadi penguatan rupiah yang terlalu cepat, BI dapat membeli USD dan menambah pasokan rupiah di pasar agar pe­ nguatan nilai rupiah tidak terlalu cepat. Kegiatan penjualan dan pembelian valas ini secara langsung mempengaruhi jumlah uang beredar (likuiditas). Oleh karena itu, untuk mensterilisasi dampak intervensi terhadap likuiditas rupiah, BI dapat menggunakan instrumen operasi moneter, ­ antara lain 8 GERAI INFO BANK INDONESIA

lelang Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) dan ­reverse repo SBN. Kegiatan intervensi hanyalah salah satu cara BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Alternatif lainnya adalah pengaturan transaksi valuta asing dan pengaturan arus modal. Pada prinsipnya pengaturan transaksi valuta asing bertujuan untuk meminimalkan transaksi valuta asing yang tidak didasari oleh kegiatan ekonomi. Sementara itu, pengaturan arus modal bertujuan untuk meminimalkan dampak dari arus modal jangka pendek yang mudah keluar masuk. Ke depan, BI bersama-sama dengan otoritas yang lain juga terus mendorong pendalaman pa­ sar valuta asing agar mekanisme pa­ sar dalam mengelola risiko pergerakan nilai tukar bekerja dengan lebih baik. Selain itu, BI juga mendorong penerapan transaksi lindung nilai (hedging) valuta asing bagi perusahaanperusahaan BUMN dan swasta yang memiliki posisi (exposure) valuta asing.

Sorot

JAGA VOLATILITAS RUPIAH

nya memicu inflasi dalam negeri. Perkembangan nilai tukar di­ upayakan konsisten untuk men­ capai stabilitas makro. Indika­ tornya adalah CA yang sehat, pertumbuhan ekonomi yang sustainable, inflasi yang sesuai targetnya, serta Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) yang terjaga. Pelemahan nilai tukar yang terjadi saat ini harus disikapi se­ bagai bagian dari ­proses penye­ suaian dalam rangka menjaga nilai tukar sesuai fundamental. Salah satu kebijakan yang dilakukan BI agar volatilitas nilai tukar tidak berlebihan adalah dengan operasi moneter di pasar valas. Ketika nilai tukar dolar AS menguat karena langka di pa­sar, intervensi dilakukan de­ ngan memasok dolar ke pasar. Hal ini berbeda dengan kondisi pada 2011-2012. Saat itu, arus mo­ dal yang masuk sangat besar se­ hingga dolar membanjiri pasar. Akibatnya, nilai rupiah menguat, yang kurang menguntungkan untuk ekspor. Saat itu, BI menye­ suaikan pasokan dolar di pasar untuk menjaga volati­litas. Selain itu BI akan melakukan komuni­ kasi kebijakan untuk menenang­ 9 GERAI INFO BANK INDONESIA

kan pasar. Dalam menjaga nilai tukar, BI juga berkoordinasi dengan pe­ merintah. Sebagai contoh, ketika nilai tukar mengalami tekanan akibat defisit CA yang mening­ kat. Saat itu, CA tertekan aki­ bat banyaknya barang dan jasa yang diimpor. Karena itu, BI dan pemerintah koordinasi mener­ bitkan paket kebijakan untuk memperbaiki defisit CA. Jika CA sehat, inflow terjaga, maka nilai tukar akan membaik. Untuk jangka menengah-pan­ jang, pemerintah dan BI bekerja sama untuk memperkuat funda­ mental ekonomi. Indonesia ha­ rus memperbaiki daya saing agar mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, serta ekspor yang kompetitif. Keberhasilan India dalam memperbaiki defisit CA menun­ jukkan pentingnya kebijakan makroekonomi yang prudent dan reformasi struktural. Oleh karena itu, Indonesia perlu te­ rus melakukan kebijakan mak­ ro ekonomi yang prudent secara konsisten dan memastikan ber­ jalannya reformasi struktural.

2015

Saat ini transaksi berjalan atau Current Account (CA) Indonesia masih mengalami defisit yang cukup besar. Jika defisit CA membesar, isu yang berkembang adalah kurang mampunya suatu perekonomian dalam membiayai aktivitas ekonominya. Angka defisit yang semakin besar akan mempengaruhi persepsi investor dan menekan nilai tukar. Pelaku pasar lebih memper­ hitungkan risk perception ter­ hadap fundamental ekonomi. Defisit transaksi berjalan, angka pertumbuhan ekonomi, defisit fiskal serta ang­ka inflasi, harus dipertahan­ kan pada level yang sehat. De­ngan mengelola semua faktor ini, sentimen positif pasar bisa dipertahankan sehingga in­ vestor memiliki keyakinan untuk memegang aset rupiah. Sebagai respon atas pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi saat ini, BI me­ ngelola volatilitas nilai tukar agar tidak berlebihan. Jika terlalu volatile, akan menimbulkan ketidak­ pastian di pasar, serta memicu ekspektasi depresiasi lebih lan­ jut. Depresiasi nilai tukar bisa menyebabkan kenaikan harga barang impor yang pada akhir­

Oleh : Solikin M. Juhro Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI

EDISI 52 TAHUN VI

Sentimen global dan pasar keuangan yang belum stabil dapat meningkatkan risiko tekanan arus modal keluar dari Indonesia.

Sorot

MENGENAL PASAR VALUTA ASING Pasar valas menyediakan instrumen tertentu untuk memudahkan pelaku ekonomi memenuhi kebutuhan valasnya.

Oleh : Donny Hutabarat

EDISI 52 TAHUN VI

2015

Departemen Pengelolaan Moneter

Nilai tukar mata uang suatu negara dipengaruhi banyak faktor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pada praktiknya mekanisme pembentukan nilai tukar mata uang suatu negara terjadi di pasar valuta asing. Pasar valuta asing adalah tempat terjadinya transaksi penjualan atau pembelian suatu mata uang terhadap mata uang negara lainnya. Konversi mata uang yang terjadi di pasar valas terutama didorong tingginya kegiatan ekonomi internasional seperti perdagangan dan investasi antar negara. Jika dilihat dari volume transaksinya, pasar valas global adalah jenis pasar keuangan yang terbesar di dunia dengan turnover sebesar USD5,3 trilyun per hari (survey triennial BIS, 2013). Mata uang utama yang banyak diperdagangkan di pasar valas adalah American Dollar (USD), Euro (EUR), Japanese Yen (JPY), Great British Poundsterling (GBP), Australian Dollar (AUD) dan Swiss Franc (CHF). Sementara itu volume perdagangan mata uang negara emerging seperti Brazil Real (BRL), Malaysian Ringgit (MYR), Thailand Baht (THB), Rupiah (IDR), dan Philippine Peso (PHP) masih jauh tertinggal.

Mata uang yang paling banyak diperdagangkan di pasar valas domestik terhadap IDR adalah USD. Kebutuhan akan USD secara domestik didasari oleh kebutuhan impor dan ekspor, pinjaman luar negeri, serta arus investasi dan repatriasi. Besarnya volume transaksi USD terhadap rupiah ini menjadi dasar penentuan nilai tukar rupiah yang sering ditulis dengan kode pasangan mata uang USD/IDR. Pelaku utama transaksi di pasar valas domestik adalah institusi keuangan, bank, pialang (dealer), dan pelaku usaha (melalui bank). Transaksi valas umumnya dilaksanakan antara penjual dan pembeli secara bilateral, disebut dengan transaksi over-the counter (OTC). Untuk mata uang yang sama, harga yang terjadi bervariasi tergantung pada lawan transaksi dan nominal transaksinya Harga untuk nominal dan lawan transaksi yang sama pun dapat berfluktuasi dalam satu hari, tergantung waktunya. Sebagai contoh, nilai tukar rupiah pada pagi dan sore hari tidak selalu sama. Untuk mendapatkan harga yang terbaik, banyak pelaku pasar yang bertransaksi valas dengan memanfaatkan jasa pialang. Melalui dealing 10 GERAI INFO BANK INDONESIA

room, pialang pasar valas dapat mempertemukan penjual dan pembeli karena memiliki akses terhadap sebagian besar pelaku pasar. Keberadaan pasar valas memudahkan pelaku ekonomi untuk mengelola kebutuhan valasnya, karena tersedia banyak instrumen. Di antara instrumen tersebut adalah spot (transaksi yang penyerahan dananya dilakukan dalam 2 hari), forward (transaksi yang penyerahan dananya dilakukan pada future date di atas 2 hari), swap (transaksi gabungan antara transaksi spot dan forward dalam suatu kontrak yang disepakati), dan option (hak untuk membeli/menjual valas pada suatu harga tertentu). Idealnya, jika pasar valas telah berkembang dan mekanisme pasar bekerja dengan baik, maka fluktuasi harga tidak akan terlalu besar. Pasar valas yang telah berkembang ditandai dengan volume transaksi yang cukup untuk mendukung kegiatan ekonomi suatu negara, transaksi yang berimbang antara jual/ beli, selisih (spread) harga jual/ beli yang relatif kecil, komposisi instrumen yang merata serta ketiadaan segmentasi antar pelaku.

Sorot

APA KATA MEREKA?

biro perjalanan miliknya juga tak luput dari resiko kerugian. “Sebagai contoh, tiket dibeli dari airline pada saat rupiah pada po­ sisi Rp12.700, sedangkan ketika sampai pada konsumen pada saat Rp12.500. Jelas ada selisih harga,” tutur Lupi. Menjelang liburan panjang pun, pembelian paket perjalanan Live juga tak terlihat menurun dengan adanya pelemahan nilai tukar rupiah. Lupi menduga,

11 GERAI INFO BANK INDONESIA

SEBAGIAN PELAKU USAHA MENURUNKAN MARGIN KEUNTUNGAN AGAR HARGA TIDAK TERLALU MAHAL DI MATA KONSUMEN. “Karena kami baru saja memulai bisnis ini di Indonesia.” Di sisi lain, penguatan nilai USD memberi peluang bagi seniman yang memasarkan karya­ nya di luar negeri. “Jika seniman mengikuti pameran di luar negeri, perkiraan nilainya dalam bentuk rupiah yang kemu­ dian dikonversikan dalam ben­ tuk USD, sehingga terlihat lebih murah bagi kolektor asing,” jelas Heri Pemad, pemilik Heri Pemad Art Management (HPAM) yang terletak di Yogyakarta. Hanya saja, keuntungan terse­ but tidak selalu bisa dinikmati para seniman, melainkan oleh galeri yang memfasilitasi mereka untuk mengikuti pameran-pa­ meran di luar negeri. “Hal sema­ cam ini adalah risiko yang harus dihadapi seniman. Apalagi tidak semua seniman mengerti dengan perubahan nilai tukar. Bagi para seniman, apresiasi karya mereka tidak selalu bisa dinilai dengan uang,” kata Heri.

2015

karena segmen pasarnya adalah warga asing serta warga setempat menengah ke atas yang tidak ter­ lalu risau dengan perubahan har­ ga paket, baik di dalam maupun luar negeri. “Mereka mencari servis yang bagus, dan selisih harga tidak signifikan,” lanjutn­ ya. Lain dengan yang dialami oleh Fitritoviana Karina atau Riri. Ia menjual tas bermerek yang ber­ asal dari Amerika Serikat, Aus­ tralia, dan Eropa. “Saya mem­ beli barang dalam USD, sehingga jika dikonversikan ke rupiah, harga barang menjadi mahal,“ tuturnya. Akhirnya, Riri menurunkan margin keun­ tungan agar harga tidak terlalu mahal di mata konsumennya. “Tidak ma­ salah jika margin keuntungan lebih kecil, asalkan overall penjualan lancar,” kata Riri yang menjual secara daring di media sosial. Nilai USD yang menguat juga mempengaruhi bisnis rumput buatan Royal Grass yang mengimpor produk dari Belanda. Chris Kooijman, staf ­ Royal Grass untuk Asia Pasific menyatakan, “Banyak hal yang menyebabkan penjualan dan pengiriman barang ke Indonesia menjadi mahal, namun saat ini penguatan nilai tukar USD men­ jadi salah satu faktor utama.” Ia berharap nilai tukar membaik,

EDISI 52 TAHUN VI

Fluktuasi nilai tukar yang ter­ jadi sangat berpengaruh terha­ dap pelaku usaha yang banyak menggunakan USD dalam tran­ saksinya. “Sebenarnya pelemahan nilai tukar rupiah tidak terlalu ber­ pengaruh kepada kami, karena untuk pembayaran tiket kepa­ da airline menggunakan USD,” jelas Widiarahmi Ulupi, pemi­ lik PT. Biro Perjalanan Wisata Live. Namun, menurut Lupi

Sorot

NILAI TUKAR & KETAHANAN EKONOMI INDONESIA Dolar AS menguat terhadap hampir seluruh mata uang, termasuk Indonesia. % Penguatan Dolar AS terhadap mata uang lain (Maret 2015)

FAKTOR PENYEBAB

EDISI 52 TAHUN VI

2015

PENGUATAN DOLAR AS TERHADAP RUPIAH

Real (Brazil)

40,6 %

Euro (Uni Eropa)

22,1 %

EKSTERNAL

Lira (Turki)

21,4 %

Yen (Jepang)

16,4 %

Perbaikan perekonomian AS terhadap dan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed)

Rands (Afrika Selatan)

15,2 %

Rupiah (Indonesia)

15,1 %

Ringgit (Malaysia)

13,5 %

Dolar (Singapura)

9,1 %

Won (Korea Selatan)

4,1 %

Rupee (India)

3,8 %

Bath (Thailand)

0,4 % 0,0%

50,0%

Perlambatan ekonomi global khususnya Tiongkok Pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Jepang (BoJ)

INTERNAL Defisit transaksi berjalan Risiko utang luar negeri

(yoy) 111,55

CADANGAN DEVISA Cadangan Devisa Indonesia cukup aman di level 111,55 miliar dolar AS, artinya cukup untuk 6,9 bulan impor. Angka ini di atas rata-rata kecukupan internasional (3 bulan impor).

USD miliar

12 GERAI INFO BANK INDONESIA

Sorot

Nilai tukar rupiah relatif stabil atau menguat terhadap mata uang lain. % penguatan rupiah terhadap mata uang lain (Maret 2015)

Krone (Norwegia)

14,5 %

Krone (Denmark)

10,4 %

Euro (Uni-Eropa)

10,3 %

PERTUMBUHAN EKONOMI Pertumbuhan ekonomi relatif masih baik

PERTUMBUHAN

1,1 %

2011

6,17%

Ringgit (Malaysia)

-1,5 %

2012

6,03%

Poundsterling (UK)

-2,4 %

2013

5,58%

2014

5,02%

Yen (Jepang)

-5,0%

0,0%

20,0%

(yoy)

(yoy)

IHSG

INFLASI

Aliran modal terus masuk ke Indonesia

Inflasi menunjukkan tren menurun

(yoy)

2015

18,2 %

Mar ’15

Mar ’15

5518,6

6,38%

Mar ’15 0,17% (mtm)

CREDIT DEFAULT SWAP Risiko investasi Indonesia menurun, kepercayaan asing masih baik

Mar ’15 154,01

BI senantiasa menjaga stabilitas nilai tukar, antara lain dengan intervensi di pasar valas dan pembelian SBN di pasar sekunder, serta menerbitkan beberapa kebijakan terkait. bank_indonesia

13 GERAI INFO BANK INDONESIA

EDISI 52 TAHUN VI

Real (Brazil)

Perspektif

SITUASI GLOBAL GONCANG RUPIAH Apa saja pengaruh ketidakpastian global terhadap nilai tukar rupiah?

Oleh: Tiurma Natasha A. Hutabarat

EDISI 52

TAHUN VI

2015

Departemen Pengelolaan Devisa

Pergerakan pasar valuta asing global sejak awal 2015 dido­minasi oleh penguatan dolar AS (USD) secara spektakuler. DXY Index (Indeks USD) sempat menembus level 100 dan mencapai level 100,33 pada Maret 2015 yang merupakan level tertinggi sejak 2003. Naiknya Indeks USD, menunjukkan penguatan nilai mata uang USD terhadap be­ berapa mata uang utama non-USD. Penyebab utama penguatan USD tersebut adalah pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dianggap lebih baik diban­ dingkan negara maju lainnya. Pasca berakhirnya program sti­ mulus bank sentral AS, The Fed, pada Oktober 2014 dan seiring berlanjutnya pemulihan ekonomi AS terutama di sektor tenaga kerja, diperkirakan langkah The Fed selanjutnya adalah normalisasi suku bunga dengan meningkatkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) pada 2015. Namun, perlambatan perekonomian AS yang terjadi belakangan ini serta perbedaan pendapat di antara anggota The Fed yang menginginkan kenaikan suku bunga menimbulkan ketidakpastian implementasi kebijakan peningkatan

FFR tersebut. Pada saat yang sama, beberapa bank sentral di negara maju dan berkembang melakukan kebijakan moneter yang berbeda (divergency policy) untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di negaranya seperti kebijakan pemberlakuan suku bunga acuan rendah (kebijakan konvensional) dan implementasi instrumen Quantitative Easing/ QE (kebijakan non konvensional). Tercatat 22 bank sentral melakukan kebijakan moneter longgar baik melalui pemotongan suku bunga acuan maupun implementasi instrumen QE. Bank sentral yang menerapkan kebijakan penurunan suku bunga a­cuan adalah bank sentral negara Swiss, Denmark, Kanada, A ­ustralia, Tiongkok, Korea, ­ Thailand, ­Polandia dan masih banyak lagi. Di sisi lain, European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan (BoJ ) meng i mplementasi ka n instrumen QE. ECB mengumumkan program stimulus moneter besar-besaran melalui pembelian obligasi yang diterbitkan pemerintah yang bernaung di zona Eropa dan bersifat open-ended hingga tercapai target inflasi 2%. Rencananya, ECB akan melakukan pembelian obligasi 14 GERAI INFO BANK INDONESIA

peme­rintah sebesar EUR60 ­miliar per bulan (Maret 2015-September 2016) dan diperkirakan akan mencapai ±EUR1,14 triliun. Sementara itu, BoJ mengumumkan peningkatan stimulus moneter melalui pembelian aset pemerintah yang semula dari JPY60 triliun - JPY70 triliun/tahun menjadi JPY 80 triliun/tahun, guna mendorong pertumbuhan Jepang dan mencapai target inflasi 2%. Kebijakan stimulus ECB dan BoJ tersebut menyebabkan penambahan likuiditas di pasar global dan berdampak pada pa­sar keuangan negara berkembang. Namun, kebijakan QE ECB dan BoJ diperkirakan memberikan dampak berkelanjutan (spillover effect) yang berbeda dengan kebijakan QE The Fed. Dana yang berasal dari QE The Fed dan BoJ diperkirakan akan mengalir ke pasar keuangan global, sementara aliran dana yang berasal dari QE ECB diperkirakan mayoritas terkonsentrasi di kawasan Eropa. Bertambahnya likuiditas glo­ bal, ketidakpastian The Fed dalam meningkatkan FFR, mendorong para investor global untuk memaksimalkan penempatan dana yang dimilikinya, di negara-­ne­

ANTISIPASI SUDDEN REVERSAL Otoritas moneter dan fiskal di banyak negara tengah diuji untuk merumuskan kebijakan yang tepat menghadapi membanjirnya dana jangka pendek. Jika tidak tepat ditangani, ketika dana tersebut keluar dalam tempo yang singkat (sudden reversal) dari negaranya, dapat membahayakan stabilitas pasar keuangan negara tersebut. Semakin membaiknya ekonomi AS menjelang kenaikan FFR, investor global diperkirakan

TIDAK HANYA DI INDONESIA Pelemahan nilai tukar tidak hanya dialami oleh Indonesia saja. Hampir sebagian besar nilai tukar baik di negara-negara maju dan berkembang juga terdepresiasi cukup dalam terhadap USD. Data Bloomberg mencatat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD sebesar 5,25% pada Kuartal I 2015 dan sempat menembus level Rp13.000 di pasar spot. Dalam periode yang sama, nilai tukar Euro, dolar Kanada, dolar Australia, ringgit Malaysia, 15 GERAI INFO BANK INDONESIA

TAHUN VI EDISI 52

akan kembali melakukan relokasi investasinya dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, kembali ke AS. Se­ bagai langkah mitigasi dampak mobilitas penempatan dana jangka pendek, pemerintah dan BI menerapkan bauran kebijakan antara kebijakan moneter, makro prudensial dan fiskal se­perti kewajiban penggunaan mata uang rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), publikasi kebijakan baru mengenai pemberian insentif berupa penawaran keringanan pajak bagi investor asing yang reinvestasi profit-nya di Indonesia.

melemah lebih tajam dibandingkan nilai tukar rupiah. Selain faktor eksternal berupa ekspektasi kenaikan FFR oleh The Fed, faktor-faktor domestik turut mendorong pelemahan nilai tukar rupiah. Yang utama seperti faktor kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi, curent account defisit dan keterbatasan likuiditas d ­ alam meng­ akses valuta asing. Cadangan devisa pada ­Maret 2015 dilaporkan menurun dari USD115.5 miliar menjadi USD111.6 miliar, akibat peningkatan pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental. Posisi cadangan devisa tersebut dapat memenuhi 6,9 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah yang masih berada di atas standar kecukupan internasional, yaitu memenuhi 3 bulan impor. Upaya stabilisasi nilai tukar rupiah oleh BI dianggap perlu, seiring dengan masih berlanjutnya sentimen penguatan USD menjelang implementasi kebijakan normalisasi suku bunga The Fed. Oleh karena itu, diperlukan interaksi yang sangat erat ­antara stabilitas sektor moneter dan sektor keuangan, koordinasi yang solid antara pemerintah, BI, dan juga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menjalankan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal guna mengantisipasi dampak penguatan USD terhadap nilai tukar global, termasuk rupiah.

2015

Perspektif

gara yang masih memberikan imbal hasil yang tinggi (higher yield ­asset), hal ini biasa dikenal sebagai capital inflow bagi ne­ garanya. Akibatnya, permintaan terhadap saham dan obligasi baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun swasta, termasuk ­Indonesia, meningkat. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, 29 Januari 2015, menunjukkan porsi asing Surat Utang Negara (SUN) sempat mencapai 40,18% yang me­ rupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Namun, pada 31 Maret 2015, porsi asing pada SUN me­ngalami penurunan hingga mencapai 37,5%, yang merupakan aksi profit taking para investor asing. Pada pasar saham, lonjakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mencatat level ter­ tingginya di sepanjang sejarah di level 5.523,90 pada 7 April 2015, akibat aksi beli investor asing yang sangat agresif.

Perspektif

PENGARUH TRANSAKSI BERJALAN TERHADAP RUPIAH

EDISI 52

TAHUN VI

2015

Kondisi transaksi berjalan sangat berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang di pasar. Dalam sistem nilai tukar meng­ ambang sebagaimana yang dianut ­Indonesia, pelemah­an nilai tukar terjadi pada dasarnya karena permintaan dolar yang lebih tinggi daripada pasokan. Kondisi permintaan dan pasokan dolar salah satunya tercermin dalam neraca transaksi berjalan atau current account balance, y­ aitu neraca yang mencerminkan pembayaran yang dilakukan dan penerimaan yang diperoleh penduduk dari transaksi de­ngan penduduk ne­gara lain. Penerimaan dari pihak a­sing berasal dari ekspor barang, pendapatan jasa yang diberikan kepada pihak asing, imbal hasil investasi Indonesia di luar nege­ri, serta pendapatan pekerja ­Indonesia di luar ne­geri. Pembayaran kepada pihak ­asing terjadi karena impor, pembayaran atas jasa dari pihak asing, pembayaran imbal hasil investasi asing, dan pembayaran gaji orang asing yang bekerja di Indonesia. Jika penerimaan dari pihak ­a­sing le­bih besar daripada pembayaran kepada pihak asing, maka transaksi berjalan disebut surplus. Sebaliknya, jika pene­ rimaan dari pihak asing lebih sedikit daripada pembayaran, transaksi dikatakan d ­ efisit. Transaksi berjalan yang defi­sit mencermin­ kan kebutuhan dolar yang lebih

tinggi daripada ­pasokan di pasar, ­sehingga menyebabkan kenaikan harga dolar terhadap rupiah. Pada 2012, transaksi berjalan Indonesia berbalik menjadi ­defisit sebesar USD24,4 mi­liar dari surplus USD1,7 miliar pada 2011. Defisit ini berlanjut hingga 2013 dan 2014, masing-masing mencapai USD29,1 miliar dan USD26,2 miliar. Kondisi ini memperlihatkan bahwa sejak 2012, kebutuhan penduduk ­ Indonesia atas dolar meningkat sehingga memperle­ mah nilai ­tukar rupiah terhadap dolar. Defisit terjadi terutama karena anjloknya ekspor sementara nilai impor masih besar. Meskipun telah kembali mengalami penurunan, nilai impor 2014 masih lebih besar dibandingkan dengan 2011. Di sisi lain, pembayaran terhadap­jasa-jasa dan keuntungan investasi asing di ­Indonesia tetap lebih besar daripada peneri­ maan yang diperoleh penduduk. Meskipun penerimaan ­peker­ja Indonesia di luar negeri lebih besar daripada pembayaran pekerja asing di Indonesia, namun nilai­ nya tidak cukup untuk menutupi pembayaran impor barang, jasa, maupun imbal hasil investasi ­asing. Penurunan nilai ekspor terutama disebabkan permin­ taan du16 GERAI INFO BANK INDONESIA

Oleh : Sahminan Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter

nia yang melemah dan a­ njloknya harga komoditas. Ekspor kita yang mengandalkan sumber daya alam rentan terhadap permintaan d ­unia dan fluktuasi harga komoditas. Di sisi lain, kemampuan yang masih rendah untuk memenuhi kebutuhan domestik memaksa kita untuk membeli produk luar nege­ri. Hal ini diperparah oleh masyarakat kita yang juga sangat se­ nang membeli dan menggunakan barang produk luar negeri. Meningkatkan daya saing produk domestik merupakan salah satu upaya untuk mengurangi tekanan terhadap transaksi berjalan. Dengan begitu Indonesia tidak hanya mengandalkan ekspor sumber daya alam, tetapi juga mengekspor produk dengan nilai tambah yang tinggi. Selain itu, keragaman dan kua­litas produk dalam ­ negeri harus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan domestik sehingga mengurangi ­ ketergantungan terhadap barang impor. Cara ini diharapkan mampu memperkuat kondisi transaksi berjalan sehingga mengurangi kerentanan nilai tukar rupiah. Sementara itu, kebijakan mengendalikan impor, termasuk melalui pengelolaan permintaan domestik oleh BI, perlu terus dilakukan secara konsisten.

Monetaria

PERKEMBANGAN SUKU BUNGA KEBIJAKAN

2014 0,25%

2015 0,25%

Suku bunga acuan

0,25%

Kebijakan Moneter

Normalisasi FFR diperkirakan akan tetap terjadi pada tahun 2015 (data dependen)

2014 2015 2014 0,05% 0,05% 0,05% 0,05%

2014 1,00%

JEPANG

2015 0,75%

Suku bunga acuan

0,75%

Kebijakan Moneter

Pada Januari 2015, BoC menurunkan suku bunga acuan 25bps dari 1% menjadi 0,75% seiring dengan penurunan harga minyak global.

2014 0,1%

Perubahan suku bunga

2014 3,25%

2015 0,1%

Suku bunga acuan

3,25%

Kebijakan Moneter

BNM mempertahankan suku bunga acuan 3,25% seiring dengan momentum pertumbuhan ekonomi global yang relatif melambat & penurunan harga minyak global.

2014 2,25%

2014 3,5%

2015 2,00%

2,00%

2015 3,5 %

3,5%

RBA menurunkan suku bunga 25 bps dari 2,25% menjadi 2% seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang rendah.

RBNZ mempertahankan suku bunga acuan 3,5% dengan stance dovish & berpeluang menurunkan suku bunga acuan jika permintaan dan harga minyak menurun.

TIONGKOK

INDONESIA

KOREA SELATAN

2014

BoJ mempertahankan program pembelian aset sebesar JPY 80 triliun/thn hingga mencapai target inflasi 2%

2015 3,25%

NEW ZEALAND

BoE mempertahan­ kan suku bunga acuan 0,5% serta Asset Purchase target GBP375 miliar dengan stance neutral.

2015

Depo 1 yr : 2, 75% 2,5% Lending rate: 5,60% 5,35%

0,1%

MALAYSIA

2015 0,05%

AUSTRALIA

0,05%

QE ECB 60 miliar Euro/ bulan sejak Maret 2015September 2015 (openended)

KANADA Perubahan suku bunga

INGGRIS

2014 7,75%

2015 7,5%

Deposit 1 year : 2,5% Lending rate : 5,35%

7,5%

Pemerintah & PBoC melakukan easing untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penurunan RRR 100bps & lending rate sebesar 25bps menjadi 5,35% dari 5,60%

BI menurunkan suku bunga acuan 1 kali pada tahun 2015 menjadi 7,5% seiring dengan penurunan harga minyak global.

THAILAND 2014 2,00%

2015 1,5%

1,5% BoT menurunkan suku bunga acuan sebesar 50bps dari 2,00% menjadi 1,50% seiring dengan ekspektasi kontraksi pertumbuhan ekspor, melambatnya investasi swasta & sektor konsumsi.

2014 2015 2,00% 1,75%

1,75% BoK mempertahankan suku bunga acuan 1,75% dengan stance dovish seiring dengan inflasi yang rendah.

GLOSSARY The Fed : Federal Reserves , ECB : European Central Bank, BoJ : Bank of Japan, BoE : Bank of England, BoC : Bank of Canada, PBoC : People Bank of China, BoK : Bank of Korea, BNM : Bank of Negara Malaysia, BoT : Bank of Thailand, RBNZ : Reverse Bank of New Zealand, RBA : Reverse Bank of Australia, Stance dovish : Sebuah pandangan Bank Sentral yang pesimis terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatan suku bunga.

SUMBER: BLOOMBERG

17 GERAI GERAIINFO INFO BANK BANKINDONESIA INDONESIA

2015

Perubahan suku bunga

EROPA

EDISI 52 TAHUN VI

AMERIKA SERIKAT

EDISI 52

TAHUN VI

2015

BI Peduli

TELADAN DARI LAPAS Lapas Kelas II Pontianak, adalah contoh keberhasilan binaan ­ Bank Indonesia.

M

eningkatnya kualitas sektor usaha mikro kecil dan mene­ ngah (UMKM), akan membawa Indonesia menjadi n ­ ­egara ber­ ekonomi kuat. Sebuah negara disebut kuat ekonominya, di antaranya karena instrumen ekonominya perkasa. Dua instrumen ekonomi yang ber­ pengaruh terhadap kekuatan ekonomi ­negara adalah inflasi yang terjaga dan sistem keuangan yang stabil. Bagaimana caranya? Bisa melalui peningkatan kualitas UMKM. Hal ini juga yang me­ rupakan fokus perhatian Bank

Indonesia (BI). Ada beberapa program BI untuk membantu kestabilan ekonomi. Beberapa program ber­ kaitan dengan aksi sosial yang bertujuan mengendalikan infla­ si, dengan membentuk cluster ketahanan pangan. Namun juga terdapat program-program yang murni membantu kesejahteraan masyarakat. Salah satunya ­adalah pembinaan para narapidana. Program pembinaan terhadap narapidana yang terbilang sukses adalah di Lembaga Pemasyarakat­ an (Lapas) Kelas II Pontianak, Kalimantan Barat. “Sukses, kare­ 18 GERAI INFO BANK INDONESIA

Ernawati Jatiningrum Departemen Komunikasi

na lapas tersebut akan menja­ di kandidat lapas percontohan bagi lapas lainnya di Indonesia,” kata Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Dalam Ne­ geri (KP­ wDN) BI Pontianak, K ­ alimantan

19 GERAI INFO BANK INDONESIA

berperan besar untuk perkem­ bangan ekononomi. Di Jepang, Amerika Serikat, Jerman, dan Italia, pemerintah sangat men­ dukung kebijakan mengenai UMKM karena UMKM sangat membantu ketika terjadi krisis global. UMKM tepat untuk mening­ katkan pertumbuhan ekonomi nasional karena memanfaatkan segala penunjangnya yang ber­ sifat lokal, seperti sumber daya alam dan manusia lokal. Pada akhirnya UMKM meminimalisir biaya impor dan memaksimalkan pengeksporan yang lalu memban­ tu menjaga kestabilan ekonomi Indonesia.

TAHUN VI

yang dipelajari. Inkubator bisnis BI merupakan implementasi ­kebijakan moneter. Kebijakan moneter, menurut Dwi, hasil akhirnya adalah pe­ ngendalian inflasi. Lalu bagaima­ na cara mengeksekusi kebijakan moneter BI di daerah? “Karena di daerah yang paling banyak menyumbang inflasi adalah dari sisi suplai, maka yang kita gem­ pur produktivitas sisi suplai itu,” ungkap Dwi. Dalam hal ini, para penghuni lapas yang telah ter­ bekali jiwa kewirausahaan akan menciptakan lapangan pekerjaan, bahkan terjun langsung dalam aktivitas UMKM. Lantas kenapa UMKM? UMKM merupakan salah satu solusi ­dalam membantu mence­ tak sumber daya manusia ce­ merlang, sekaligus mengu­ rangi pengangguran di Indonesia. UMKM menciptakan lapangan pekerjaan dengan cara membuka usaha. UMKM merupakan sen­ jata ekonomi di berbagai negara berkembang untuk meningkat­ kan pendapatan negara tersebut. Di negara lain, UMKM sangat

EDISI 52

Barat, Dwi ­Suslamanto. Bidangbidang usaha binaan BI yang dikerjakan narapidana di Lapas Kelas II ­Pontianak ­yakni perta­ nian, perkebunan, dan ­kerajinan ­tangan. Produk andalan mereka ada­ lah alas tikar anyaman bercorak khusus Dayak. Kepala Lapas Ke­ las IIA Pontianak Sunarto me­ ngatakan, tikar anyaman buah tangan para narapidana itu laris di pasaran karena multifungsi. “Bisa dipakai untuk hiasan, untuk alas meja, untuk penghias permu­ kaan meja, atau dijadikan karpet, dan sebagainya. Produk ini sudah diekspor ke Malaysia, Brunei, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya.” Menurut Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, kerjasama BI dengan Lapas Ke­ las II Pontianak ini setidaknya bisa membantu menyiapkan para penghuni lapas agar punya kemampuan dan keahlian men­ jalankan aktivitas usaha. “Mem­ bangun semangat wirausaha, BI telah meluncurkan program pelatihan inkubator bisnis, untuk menghasilkan tenaga-tenaga an­ dal yang bisa bergerak di du­nia usaha. Dan pembinaan terhadap narapidana ini termasuk dalam inkubator bisnis tersebut.” “Yang penting, program yang sudah ada sekarang ini dapat berjalan baik. Nanti jika ada lagi ruang bagi kita untuk membantu, kita akan dukung,” tambah M ­ irza. Saat ini mungkin BI tidak bisa membantu secara penuh. Namun setidaknya BI mem­berikan fasili­ tas peralatan sesuai bidang usaha

2015

BI Peduli

Potret

KAPAN SAJA DI MANA SAJA “Bank Indonesia, selamat pagi. Dengan BICARA bisa dibantu?”

EDISI 52 TAHUN VI

2015

B

ank Indonesia Call and ­Interaction atau yang dikenal sebagai BICARA 131 atau BICARA, kini cukup dikenal kiprahnya dalam merespons the real external stakeholder, terutama terkait permintaan informasi mengenai Bank Indonesia (BI). Sebagai sarana komunikasi, BICARA menjadi single point of contact setelah Kantor Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) menyetujui nomor 131 sebagai branding layanan informasi publik (LIP) BI. Branding berupa angka tiga digit sebagai visualisasi huruf “B” & “I” ini menempatkan BICARA sejajar dengan layanan kepada masyarakat umum yang dilakukan oleh institusi khusus lainnya, seperti Kepolisian RI, Dinas Pemadam Kebakaran, PMI, atau PLN.

SINGLE POINT OF CONTACT Apa konsekuensi BICARA 131 sebagai single point of contact? Pencantuman nomor 131 membawa pengaruh positif terhadap kalangan eksternal maupun internal. Di kalangan eksternal, stakeholder yang terdiri dari per-

Oleh: Dwi Mukti W Departemen Komunikasi

orangan, perbankan, pelaku usaha, akademisi, dan media massa menjadi tidak ragu menghubungi dan meminta informasi seputar peran dan tugas BI. Informasi tentang kebijakan BI terkini serta implementasinya juga bisa didapatkan melalui BICARA. Di kalangan internal BI sendiri, semua help desk terintegrasi. Hanya ada satu nomor yang akan dihubungi masyarakat: 131. INTEGRASI DAN EKSPLORASI BICARA Integrasi BICARA tidak hanya dilakukan di kantor pusat, tetapi juga di Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN) atau di daerah. Kenapa? Karena KPwDN merupakan kepanjangan tangan dari kebijakan kantor pusat, sekaligus pelaksana implementasi kebijakan satu pintu (one door 20 GERAI INFO BANK INDONESIA

policy). Integrasi BICARA akan mampu mengakomodasi kebutuhan stakeholder terhadap informasi terkini yang belum terdistribusi di daerah. Selain itu, kehadiran BICARA diyakini dapat memotivasi stakeholder di daerah untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan BI, karena cepat dan berbiaya murah. Memang, BICARA menggunakan tarif lokal. Keberadaan BICARA di daerah merupakan upaya mengeksplorasi fungsi dan perannya. BICARA 131 pascaintegrasi bukan hanya pasif menunggu stakeholder meminta informasi, tetapi mulai aktif terjun langsung ke masyarakat. Artinya, secara fisik ia hadir di tengah-tengah masyarakat. BICARA Expo, BICARA Job Fair, BICARA Exhibition adalah beberapa acara yang digagas oleh BICARA. BICARA juga aktif menggali informasi yang menjadi aspirasi masyarakat di daerah. Sebagai contoh, pada penyelenggaraan Sharia Expo dalam rangka menyemarakkan ISEF di Surabaya tahun lalu, BICARA menggali masukan sekaligus testimo-

Potret

DI DAERAH PERBATASAN Keberadaan BICARA di daerah, selain sebagai jendela informasi untuk sosialisasi fungsi dan peran BI juga difungsikan sebagai information intelligent untuk menggali informasi dan isu yang berkembang di daerah, termasuk daerah perbatasan. Di Entikong, misalnya. Informasi yang diperoleh BICARA selama berada di daerah perbatasan yang memisahkan Kuching, Negara Bagian di Malaysia, dan Pontianak, Kalimantan Barat, ini telah menarik perhatian media Bloomberg. Informasi-informasi dari daerah perbatasan ini akan ditampilkan di semua media BICARA, seperti di media sosial dan media cetak. Tak bisa dipungkiri, informasi

liki tempat wisata berpotensi. Padahal information marketing yang tepat akan menaikkan kapasitas pengunjung di wilayah tersebut. BICARA sebagai pusat informasi bisa membantu mendorong pertumbuhan wisata yang akan berdampak pada pendapatan daerah. Inilah pentingnya kelengkapan informasi, dan di

terpencil penting maknanya, karena sekaligus melakukan pemetaan ketersediaan informasi di daerah tersebut. Sambil menyelam minum air, di sela kegiatan expo yang diikuti BICARA di Batam, Tim BICARA 131 mengunjungi Pulau Penyengat. Pulau terpencil di Kepulauan Riau ini tidak jauh beda dengan daerah wilayah ­Batam lainnya. Namun, persoalan di sana beragam. Bukan ­hanya masalah uang tidak layak edar, tetapi juga minimnya information marketing yang seharusnya dimi-

sinilah peran BICARA secara tidak langsung berdampak dalam menggerakkan multiplier effect perekonomian daerah. Dengan fungsi dan peran demikian, keberadaan BICARA sangat urgent dan relevan dengan kondisi daerah mana pun. BICARA selalu ada di mana saja saat dibutuhkan. Kapan pun stakeholder ingin menghubungi, klik 131, maka BICARA segera merespon. Jingle BICARA “we always provide solution”, menggema di mana-mana, di seluruh Indonesia.

2015

yang minim terkait isu-isu yang berkembang di wilayah perbatasan sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis. Dalam contoh kawasan Entikong, warganya lebih mudah mengakses informasi dari negara tetangga jika dibandingkan dengan informasi tentang negeri sendiri. Menggali informasi di wilayah

EDISI 52 TAHUN VI

ni dari masyarakat selaku user dan pemangku kepentingan. Beberapa tamu yang hadir dimintai pendapat atas kebijakan yang dikeluarkan oleh BI. Dari pendapat ini bisa diketahui apa keinginan masyarakat terhadap Bank Sentral, yang bisa dimanfaatkan untuk kemajuan BI. Testimoni serupa juga diperoleh dari masyarakat yang mengunjungi stand BICARA di acara-acara lainnya seperti ulang tahun pemerintah daerah (Pemda) Pekalongan dan Pemda Batam, pembukaan kantor BI Bangka, juga edukasi publik terkait perlindungan konsumen di Solo.

21 GERAI INFO BANK INDONESIA

Dinamika

EDISI 52 TAHUN VI

2015

SINERGI KPW BI & POLDA April lalu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi ­ Kalimantan ­ Selatan (KPw BI Kalsel) dengan Kepolisian ­Ne­gara Republik Indonesia Daerah K ­ alimantan Selatan (Polda Kalsel) melaksanakan penandatangan­an Pokok-Pokok Kesepahaman (PPK) mengenai Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan Kegiatan Tugas dan Kewenangan Bank Indonesia Provinsi ­Kalimantan Selatan dan Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan. “Kolaborasi antara KPw BI Kalsel dan Polda Kalsel ini diharap­ kan memberikan man-

faat untuk masyarakat,” ucap ­arymurthy Gunawan, Kepala H KPw BI Kalsel. Kerjasama itu meliputi empat bidang. Penanganan dugaan tindak pidana di bidang sistem pembayaran dan kegiatan usaha penukaran valas penanganan dugaan pelanggaran kewajiban penggunaan dan d ­ugaan tidak pidana

SALAM DARI TANAH BANUA Kunjungan Kerja Deputi Gubernur BI Hendar di bulan April lalu berlanjut dengan kuliah umum di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin. IAIN Antasari merupakan kampus berbasis Agama Islam Negeri pertama di Indonesia yang me­ nerapkan kawasan non tunai. Hendar dalam sesi kuliah umum memaparkan kondisi perekonomian nasional dan global yang dirangkaikan dengan peran BI menjaga inflasi. “Nilai tukar

rupiah yang stabil menjadi fokus utama BI. Kondisi global dan regional sangat mempengaruhi pergerakan nilai rupiah,” papar­ nya. Seorang mahasiswa, Ulun, menyampaikan harapannya bahwa kuliah umum dengan Bank Indonesia dapat dilaksanakan secara rutin. “Terima kasih Pak Hendar, Ulun dan kawan-kawan berharap Bapak dapat mengisi kuliah di Banua lagi.”

22 GERAI INFO BANK INDONESIA

uang rupiah di wilayah NKRI, pengamanan BI dan pengawalan barang berharga milik Negara, serta pembinaan dan pengawasan terhadap badan usaha jasa peng­ amanan yang melakukan kegiatan usaha kawal angkut uang dan pengolahan uang rupiah. Penandatanganan PPK ini adalah kali pertama di Indonesia.

Dinamika

HAPPY SUNDAY Senang, sehat, dan tambah wawasan bisa dilakukan bersama BI di Hari Minggu. Di Jakarta, BI memanfaatkan acara Car Free Day di sepanjang Jalan Thamrin dan Sudirman sebagai tempat sosialisasi. Tentu saja, acara dikemas dengan fun, untuk semua masyarakat. Acara musik, karaoke, joget

bersama dan kuis interaktif diselingi sosialisasi isu ekonomi yang dibawakan oleh Bank Indonesia Call and Interaction (BICARA), contact center BI. Partisipasi beberapa bank umum membuat acara semakin meriah dengan games berhadiah. Acara serupa juga diselenggarkan di Bondowoso dan Jember.

EDISI 52 TAHUN VI

Kantor Perwakilan Bank ­Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali kembali menggenjot pemakaian transaksi non-tunai di Provinsi Bali. Setelah melakukan so­ sialisasi mengenai Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) dan penerapan kawasan Less Cash Society (LCS) di beberapa universitas, kali ini KPw BI Provinsi Bali menggandeng Pemerintah Dae­ rah (Pemda) Provinsi Bali untuk ikut terjun langsung dalam me­ nyambut era elektronifikasi. Sejalan dengan perkembangan tren digitalisasi masyarakat ­Indonesia dan dunia internasional, elektronifikasi tersebut menjadi pen­ ting dalam mendorong perekonomian yang lebih efisien. Maret lalu, diadakan Focus Group Discussion (FGD) Elektronifikasi dengan mengundang jajaran Biro Keuangan, Badan Perencanaan dan Pembangunan

2015

KIPRAH KPW BI BALI

Daerah serta Dinas Pendapatan Provinsi dan 9 kabupaten/kota. FGD tersebut diadakan guna mengidentifikasi dan memetakan jenis-jenis layanan pemerintah yang masih dibayarkan secara tunai dan dapat dimigrasikan menjadi non tunai. “Elektronifikasi merupakan suatu hal yang penting, khususnya terkait faktor keamanan transaksi keuangan pemerintah. Oleh karena itu, sebagai langkah awal, dibutuhkan komitmen yang tinggi antara pihak-pihak terkait,” demikian sambutan Gubernur Provinsi Bali, Made Mangku ­Pastika, yang dibacakan 23 GERAI INFO BANK INDONESIA

Asisten II Bidang Perekonomian, Pembangunan dan Kesejahte­ raan Rakyat Provinsi Bali, I Ketut Wija. Saat ini, pembayaran gaji pegawai, pembayaran kontrak ke pihak ketiga, dan beberapa pembayaran lainnya telah menggunakan transaksi non tunai. Pastika meyakini apabila pajak khususnya Pajak Hotel dan Restoran (PHR) telah menggunakan mekanisme online dan transaksi non tunai, maka pendapatan negara bisa bertambah hingga sepuluh kali lipat. Jika pendapatan daerah meningkat, kesejahteraan masyarakat akan meningkat.

Aktivitas

MENGGERAKKAN KEUANGAN SYARIAH

EDISI 52 TAHUN VI

2015

BI menyambut hangat negara-negara peserta IFSB di Jakarta.

Sebagai chairman Islamic Financial Services Board (IFSB), Bank Indonesia mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah IFSB Annual Meeting 2015. Acara yang diselenggarakan sebanyak dua kali ini, dibuka di Hotel Kempinski, Jakarta, pada 31 Maret 2015 – 2 April 2015. Lalu dilanjutkan di Surabaya, November mendatang. Peserta yang hadir meliputi 44 negara anggota IFSB yang terdiri dari bank sentral, otoritas jasa keuangan dan institusi keuangan syariah. Rangkaian acara ini dibuka dengan sejumlah seminar yang bercita-cita untuk mendorong perkembangan ekonomi dan keuangan syariah. Dimulai dari seminar internasional yang mengangkat tema ­penguat­an keuangan inklusif melalui keuangan syariah. Dilanjutkan esok harinya, 1 April 2015, Public Lecture mengenai pengembangan kewirausahaan melalui syariah juga pertemuan anggota IFSB dengan sektor industri keuangan. Didaulat sebagai pamungkas, pada 2 April 2015 digelar sekaligus tiga acara. Pertemuan IFSB Council ke-26 bertindak

sebagai pembuka. Lalu disambung dengan pertemuan ­General Assembly ke-13 dan Islamic ­ ­Financial Stability Forum. Semua acara dipipimpin langsung oleh Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo. Seminar yang digelar me­ rupakan seminar bertaraf internasional, dengan mengha­ dirkan pembicara dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, otoritas terkait sekaligus pusat-pusat riset. Dari luar ne­ geri meliputi otoritas di beberapa negara anggota, Multilateral Development Bank dan lembaga riset yang terkait dengan financial inclusion. Peserta juga terdiri dari domestik dan luar negeri, setidak­ nya ada utusan dari 16 negara. Sebagai satu ringkasan, industri keuangan syariah secara global telah tumbuh cepat, terutama dalam dasawarsa terakhir. Tingkat pertumbuhan tersebut mencapai 17,3% per tahun. Artinya, sudah melampaui dua kali lipat pertumbuhan sistem keuangan konvensional. Asset yang dikelola industri keuangan syariah, saat ini diperkirakan mencapai USD 2 triliun. 24 GERAI INFO BANK INDONESIA

SEPUTAR IFSB Sebagai lembaga standarisasi regulasi untuk industri keuangan syariah, banyak standar regulasi yang diterbitkan oleh IFSB dan diadopsi ke dalam pengaturan lembaga keuangan syariah agar tertib dalam beroperasi. Lembaga yang didirikan pada 2002, dan BI tercatat sebagai salah satu pendirinya ini, memiliki kewenangan dalam mengatur perbankan syariah, asuransi syariah, dan pasar modal syariah. BI dan OJK juga aktif dalam berbagai Working Group dalam hal perancangan standar-standar peraturan internasional.

Etalase

ANTARA RUPIAH DAN MANUFAKTUR Reformasi struktural ekonomi menjadi masalah fundamental untuk memperkuat nilai tukar. Dian Ayu Yustina

12.800-13.200 per USD. “Saya pikir ini seperti sudah mencapai keseimbangan baru, kecuali masalah strukturalnya sudah diperbaiki. Tapi itu butuh waktu lama,” ujar Dian. Reformasi struktural ekonomi menjadi poin penting agar rupiah menguat. Kita sudah lama lalai membangun ekonomi dari sektor riil. Apalagi, harga komoditas ekspor kini terjun bebas, karena ekonomi Tiongkok selaku

kan waktu. “Akibatnya, current account deficit (defisit transaksi berjalan) kita semakin membesar. Impor naik, ekspor turun,” jelas Sarjana Ekonomi Internasional Universitas Indonesia itu. Selain problem struktural ekonomi, Dian tidak menampik ada sejumlah hal eksternal yang melemahkan rupiah. Contoh, muncul rumor rencana The Fed menaikkan suku bunga acuan. Bila ini terjadi, akan terjadi pe25 GERAI GERAIINFO INFO BANK BANKINDONESIA INDONESIA

narikan modal dari Indonesia ke luar negeri (capital flight). Dian mengapresiasi ­kebi­jak­an BI mempertahankan suku ­bunga acuan tetap tinggi untuk menangkal efek negatif itu. Ini dilakukan BI agar suku bunga domestik tetap menarik bagi investor asing, sehingga menambah pasokan USD di dalam negeri. Namun, BI Rate tersebut juga membuat suku bunga domestik menjadi tinggi. Dampaknya, suku bunga luar negeri yang relatif rendah mendorong korporasi meminjam uang dari luar negeri. Ini juga meningkatkan permintaan USD ketika korporasi membayar pinjaman. “Menurut saya, BI bertindak tepat dengan mulai memperhatikan utang luar negeri dari korporasi serta mengambil tindakan preventif, seperti kebijakan lindung nilai,” pungkas Dian. Jika ingin nilai tukar rupiah stabil, ekonomi riil seperti pembangunan manufaktur harus mendapat perhatian lebih. Tanpa ini, bisa dibilang upaya penguatan rupiah seperti melakukan pengobatan tanpa melakukan pencegahan.

EDISI 52 TAHUN VI

importir komoditas terbesar di Indonesia melambat secara signifikan Sejatinya, pemerintah telah berupaya menggairahkan sektor manufaktur dengan menahan ekspor mineral mentah. Namun, upaya pemerintah untuk membangun smelter memerlu-

2015

NILAI TUKAR RUPIAH YANG MELEMAH SEJATINYA TIDAK MELULU BURUK

Nilai tukar rupiah terhadap USD terus mengalami pelemahan sejak awal tahun ini. Rupiah diprediksi sulit menguat secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Penyebabnya, rupiah menghadapi banyak tekanan akibat dampak persoalan struktural ekonomi. Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina memprediksi rupiah sulit bergerak dari kisaran

Ekspose

PENGGUNAAN RUPIAH : WAJIB! Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

EDISI 52 TAHUN VI

2015

Rp Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 17/3/PBI/2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai simbol kedaulatan Negara, rupiah harus dipergunakan di Indonesia. Lagipula, penggunaan rupiah akan mendukung kestabilan nilai tukar rupiah. Dalam kondisi pasar valuta asing mengalami kelebihan permintaan, penggunaan valuta asing untuk transaksi akan memberikan tambahan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Peraturan ini mewajibkan semua transaksi tunai maupun non tunai di Indonesia dilakukan dalam rupiah. Baik korporasi maupun perorangan harus menggunakan rupiah dalam setiap transaksi dan sama sekali tidak boleh menolak pembayaran

dalam rupiah. Mendukung peraturan tersebut, BI mewajibkan pencantuman harga barang atau harga jasa dalam rupiah. Pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan tersebut dilakukan BI dengan berbagai cara. Selain pengawasan langsung, BI dapat meminta laporan, keterangan, dan data kepada pihak yang terkait. Permintaan ini wajib dipenuhi. Selain itu, BI dapat menunjuk pihak lain untuk melakukan penelitian kepatuhan.

Selain sanksi administratif, BI dapat merekomendasikan kepada otoritas yang berwenang untuk mengambil tindakan hukum. Memang, ada beberapa pengecualian, terutama untuk transaksi dalam pelaksanaan APBN, misalnya pembayaran utang luar negeri. Valuta asing juga masih boleh dipergunakan untuk transaksi perdagangan serta transaksi pembiayaan internasional. Kewajiban penggunaan rupiah juga tidak berlaku

PELANGGAR KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DIKENAKAN SANKSI ADMINISTRATIF, YAITU TEGURAN TERTULIS, KEDUA BERUPA KEWAJIBAN MEMBAYAR 1% DARI NILAI TRANSAKSI (MAKSIMAL 1 MILIAR RUPIAH), Pelanggar kewajiban penggunaan rupiah dikenakan sanksi administratif, yaitu teguran tertulis, kedua berupa kewajiban membayar 1% dari nilai transaksi (maksimal 1 miliar rupiah), serta larangan untuk ikut dalam lalu lintas pembayaran. Jika ada pelanggaran kewajiban pencantuman harga barang dan atau jasa dalam rupiah, dan pelanggaran dalam penyampaian laporan, keterangan atau data juga akan dikenakan teguran tertulis. 26 GERAI INFO BANK INDONESIA

untuk transaksi valuta asing yang dilakukan bank berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Undang-Undang perbankan dan perbankan syariah. Khusus untuk transaksi penerimaan atau pemberian hibah, diperbolehkan menggunakan valuta asing jika penerima atau pemberi hibah salah satunya berkedudukan di luar negeri. Jika keduanya ada di Indonesia, hibah harus menggunakan ­rupiah.

Rileks

N

N

G

Y

G

Q

I

O

Y

R K

C T

A

K B

F

K

M O

S

I

B

S

G

H

S

S

I

B

D

S W Y

N

K

A

R

A

N

T

U

N

J

K

C

D

B

G

D

S

A

I

I

Z

G Q

X

S

L

Z

M

N

B

W C T

A

R

A

B

P

E

Z

R

P

P

T

E

R

K

T

M

E

H

M

T

K

T

T

A

D

R

F

H

F

S

D

S

R

Q

T W

S

N

C

Q

J I

I

T

R

P

S

C

Y

E

H

R

K

S

V

N

S

M U

N

X

O

L

E

I

L

U

Y

A

I

G

T

V

O W D M

K

N

A

F

E

Q

S

2.Apa yang disebut dengan Neraca Transaksi Berjalan?

E I

L

Jawaban kuis Gerai Info edisi 51: 1. Tingginya volatilitas pasar keuangan global sejalan dengan kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed di AS dan anjloknya harga komoditas dunia. 2. Pokjanas TPID

Pemenang Tebak Kata edisi lalu: ERIKA NURDHAJMI LAELA Jl. Kayu Jati 5 No. 16 Rt 11 Rw 05 Rawamangun Pulogadung Jakarta Timur Telepon 089660463254

Cari 10 kata yang berhubungan dengan keuangan!

E. PRATOMO Taman Dupak Bandarejo 6 Surabaya 60179 Telepon 085103727698

Email jawaban kuis Gerai Info ke: [email protected] paling lambat 31 Juli 2015. Cantumkan “KUIS” pada subjek email. Sertakan nama dan alamat lengkap, profesi, dan nomor telepon yang dapat dihubungi. Pemenang akan diumumkan pada Majalah Gerai Info berikutnya. Hadiah menarik menanti Anda! 27 GERAI GERAIINFO INFO BANK BANKINDONESIA INDONESIA

2015

I

Kuis

EDISI 52 TAHUN VI

F

1.Sebutkan alamat lengkap kantor pusat Bank Indonesia!