CLOSE THE

Download 8 Mei 2015 ... kesehatan negara, dan masalah sumber daya tenaga medis yang masih belum mencukupi. Di sisi lain ... yang sudah ada sebenarny...

0 downloads 1076 Views 8MB Size
Area distribusi tabloid MD:

INSIDER’S INSIDER’S INSIGHT INSIGHT

MARET 2015

FOR MEDICAL PROFESSIONALS ONLY

World Immunization Week 2015:

3 UPDATE IMPROVE-IT Study: Haruskah Kita Mempertimbangkan kembali Target LDL-C?

6 CASE EXPERIENCE Abses Serebri pada Penderita Penyakit Jantung Bawaan

8 FLASH Manfaat Perawatan Metode Kanguru bagi Bayi Berat Lahir Rendah

14 PRACTICE UPDATE Bronkiolitis Terkini

Close The

Immunization

GAP M

inggu terakhir April setiap tahunnya diperingati sebagai Minggu Imunisasi Dunia. Tahun 2015 ini badan kesehatan dunia (WHO) mengambil tema Close the Immunization Gap untuk menutup kesenjangan cakupan imunisasi yang cukup tinggi. Data WHO menunjukkan ternyata 1 dari 5 anak di seluruh dunia masih belum mendapatkan imunisasi untuk melindungi mereka terhadap penyakit infeksi berbahaya. Ditilik dari manfaat imunisasi, tidak ada yang dapat menyangkal bahwa pemberian imunisasi telah sangat banyak menyelamatkan umat manusia dari berbagai penyakit infeksi yang berat. Penelitian di seluruh dunia pun membuktikan betapa besar penurunan mortalitas dan morbiditas penyakit sejak dilakukan imunisasi. Kemajuan kedokteran saat ini bahkan telah menciptakan beberapa vaksin baru yang penting, misalnya vaksin untuk mencegah penyakit pneumokokus yang invasif, diare rotavirus, dan bahkan tidak lama lagi diharapkan tersedia vaksin untuk demam berdarah. Indonesia saat ini termasuk negara yang memiliki masalah pemerataan cakupan imunisasi. Ada banyak hal yang menjadi latar belakangnya, antara lain wilayah yang luas dan tersebar dalam ribuan pulau, pembangunan infrastruktur yang tidak merata, anggaran kesehatan negara, dan masalah sumber daya tenaga medis yang masih belum mencukupi. Di sisi lain masih ada pekerjaan rumah besar yaitu kesadaran masyarakat yang masih kurang dan ironisnya justru kini mulai muncul gerakan anti imunisasi di beberapa tempat. Sesungguhnya Indonesia memiliki Biofarma yang menjadi salah satu penghasil vaksin yang

dipercaya WHO dan produknya digunakan lebih dari 100 negara. Salah satu produk unggulan yang digunakan secara luas adalah vaksin kombinasi DPT-Hep.B (Difteri – Pertusis – Tetanus – Hepatitis B) yang dalam kini telah dikembangkan menjadi Pentabio (DPT-Hep.B – HiB). Penggunaan vaksin ini sebagai imunisasi dasar telah disubsidi pemerintah sehingga sebenarnya tidak ada kendala besar bagi masyarakat untuk mendapatkannya. Kenyataannya baru-baru ini terjadi wabah/ kejadian luar biasa difteri di beberapa tempat di tanah air. Penyakit yang bertahun-tahun sebelumnya telah berhasil ditekan dan menjadi kasus sangat langka, kini menjadi kasus yang dapat terjadi lagi di praktek sehari-hari di tingkat pelayanan primer, bahkan di Jakarta. Penelusuran yang dilakukan menemukan bahwa kasus-kasus tersebut memang terjadi pada anak yang tidak mendapatkan imunisasi dengan lengkap, dengan berbagai alasan. Menurut Dr. dr. Aman B. Pulungan, Sp.A(K), Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ada 3 masalah utama yang menjadi tantangan terberat program imunisasi di Indonesia. “Tiga masalah utama yang ada adalah funding (pendanaan), human resources, dan fasilitas. Untuk masalah funding, harus tersedia cukup biaya untuk penyediaan vaksin ke seluruh Indonesia. Termasuk pula dana untuk research training, edukasi awam melalui media massa, dan sebagainya. Masalah kedua adalah human resources atau sumber daya manusia, harus siap dan tersedia di seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan masalah fasilitas, adalah harus tersedianya cold chain, sarana transportasi dan berbagai sarana penunjang lainnya.”

Dalam kenyataan saat ini, memang ketiga hal tersebut masih belum terpenuhi dengan baik dan merata. “Untuk semua hal tersebut memang harus ada political will yang kuat. Jadi tantangan utama sebenarnya adalah bagaimana agar ada political will dari pemerintah. Imunisasi harus menjadi kewajiban dan perlu ada sanksi bagi orang tua yang tidak mau mengimunisasi anaknya. Kalau perlu dibuat aturan bahwa sekolah tidak boleh menerima anak yang tidak diberikan vaksinasi, dan pemerintah daerah dikurangi bantuannya dari pemerintah pusat bila cakupan imunisasinya di bawah target.” Menurut Dr. Aman, memang tidak mudah menciptakan sebuah program yang ideal untuk seluruh wilayah. Pendekatan yang dilakukan di kota dan pedesaan tentu tidak sama. “Program yang sudah ada sebenarnya juga baik dan cukup ideal. Masalahnya banyak yang tidak berjalan sesuai apa yang diharapkan. Program yang ada sejak dulu, misalnya program imunisasi di Puskesmas dan Posyandu, dan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) harus diteruskan dan disempurnakan. Dan sekali lagi untuk itu diperlukan political will dari pemerintah.” Hal yang juga perlu disoroti bagi para tenaga medis, adalah pemahaman tentang imunisasi. Para dokter umum dan perawat yang merupakan lini pertama pelayanan kesehatan sudah seharusnya memiliki pengetahuan yang memadai tentang imunisasi, baik imunisasi untuk anak maupun imunisasi untuk dewasa. Kenyataan bahwa masih cukup banyak dokter umum tidak begitu paham – atau kurang peduli – tentang imunisasi dan berbagai hal teknis yang terkait pemberian imunisasi adalah sebuah masalah yang tidak boleh dianggap remeh. MD

2

EDITORIAL

DAFTAR ISI E D I T O R I A L Kombinasi Ramosetron, Aprepitant dan Deksametason dalam Pencegahan Chemotherapy-Induced Nausea dan Vomiting (CINV) ---------------------Panduan Praktis Penanganan CINV 9

World Immunization Week 2015 : Close The Immunization Gap 1 Editorial - MD Inbox

2

Abses Serebri pada Penderita Penyakit Jantung Bawaan

6

Etika Menghadapi Pasien remaja

Advance Dermocosmetic for Acne in Indonesia 12

Salam jumpa lagi dalam edisi kedua TabloidMD di

Perlukan Suplementasi Vitamin D untuk Pasien-pasien Kita? --------------------Anti Hipertensi: Pagi Hari atau Sebelum Tidur? 13

tahun 2015. Edisi kali ini membahas

beberapa

topik

menarik, misalnya tentang tantangan imunisasi di Indonesia, tentang perawatan bayi metode kanguru, pentingnya vitamin D, rekomendasi terbaru tatalaksana bronkiolitis, mengenal terapi

10

okupasi, dan sebagainya. Salah satu rubrik baru adalah MD Case Experience, yang membahas kasus yang

IMPROVE-IT: Haruskah Kita Mempertimbangkan Kembali Target LDL-C? 3

Hari Ginjal Sedunia

unik dan menarik. Rubrik ini terbuka bagi siapa saja, selama

Sekilas Mengenal Okupasi Terapi

7

Peluncuran Program Nusantara Sehat Kementerian Kesehatan ---------------------------

memiliki sajian pembahasan yang dapat membantu para

Update Bronkiolitis Terkini

14

Calendar of Events

15

4

sejawat memetik pelajaran dari sebuah kasus yang ada. Bagi yang berminat mengirimkan kasusnya, dapat mengirimkan ke redaksi TabloidMD. Kiriman harap disertai data dan ilustrasi yang sesuai dengan kasus.

Penanganan Dermatitis Atopik Perlu Penanganan Khusus 5

Manfaat Perawatan Metode Kanguru bagi Bayi Berat Lahir Rendah

8

Studi Ekonomi Kesehatan dan Forum Nasional Sadar Alergi

Sebagai media yang sedang

berkembang untuk memenuhi

11

Menjajaki Eksotika Alam dan Sejarah Bukittinggi 16

kebutuhan

para

sejawat,

kami tetap menanti kiriman komentar, artikel, dan masukan dari para dokter sekalian. Selamat membaca… dan kami tunggu komentar maupun kiriman artikel dari para sejawat

INBOX

di email redaksi kami, yaitu [email protected]

Liputan Simposium Ilmiah

Topik Bahasan Pediatrik dan Penyakit Dalam

Dari beberapa edisi TabloidMD, kami melihat ada artikel liputan simposium ilmiah. Meskipun tidak selalu banyak, sepertinya hampir selalu ada. Bagaimana prosedur untuk peliputan kegiatan simposium ilmiah yang akan diselenggarakan. Adakah ketentuan tertentu yang harus dipenuhi panitia penyelenggara?

Yth Redaksi Tabloid MD, Kebetulan saya membaca Tabloid MD, meskipun saya bukan seorang dokter, melainkan paramedik. Apakah saya dapat mengirimkan artikel untuk dimuat di Tabloid MD? Apakah ada ketentuan khusus?

dr. Samuel RD, Sp.PA Jawa Barat Terimakasih atas tanggapannya. Untuk artikel peliputan secara eksklusif atau khusus, panitia dapat bekerjasama dengan redaksi TabloidMD. Untuk keperluan teknis, dapat dibicarakan sebelumnya, namun kami mohon untuk paling tidak menghubungi panitia 2 bulan sebelumnya. Untuk liputan acara ilmiah yang tidak didahului kerjasama/kesepakatan bersama, redaksi memiliki kebebasan dalam peliputan, pemuatan artikel liputan, dan edisi pemuatan.

Ahmad Basuni Bandung Yth Bpk Ahmad, terimakasih sudah tertarik membaca tabloid ini meskipun sebenarnya dapat dibilang 90% artikel berkaitan dengan praktek kedokteran. Artikel yang dikirim sebenarnya tidak mutlak ditulis oleh dokter, namun isi artikel yang akan dimuat utamanya adalah artikel yang berkaitan dengan dunia praktek kedokteran. Kami terbuka dan menerima artikel apa saja yang sekiranya akan bermanfaat bagi praktek dokter sehari-harinya.

Untuk berlangganan versi digital (pdf), kirimkan e-mail kosong ke [email protected]

Chairperson: Irene Indriani G., MD Business Manager: Hardini Arivianti Editors: Martin Leman, MD Stevent Sumantri, MD Steven Sihombing, MD Designers: Donny Bagus W. Clemens R. Irene R. Contributors: Ronald Arjadi, MD Erinna Tjahjono, MD Elrica Sapphira, MD Marketings/Advertising contact: Lili Soppanata Bambang Sapta N. Wahyuni Agustina Publisher: CV INTI MEDIKA Jl. Ciputat Raya No.16, Pondok Pinang – Jakarta Selatan 12310 : (021) 703 98705 / 759 11406 : [email protected] ISSN No. 2355-6560

UPDATE

3

IMPROVE-IT Study: Haruskah kita mempertimbangkan kembali target LDL-C?

P

anduan klinis ACC-AHA terbaru merekomendasikan pemberian statin intensitas tinggi pada pasien dengan risiko tinggi (pasca sindrom koroner akut, stroke atau dengan LDL-C ≥189 g/ dL). Selain itu panduan yang sama juga menekankan bahwa, tidak ada data penelitian klinis menunjukkan manfaat dari menurunkan kadar LDL-C sampai ≤70 g/dL.1 Pemberian anti-dislipidemia yang lain, seperti fenofibrat, ezetimibe dan niacin, saat ini disarankan hanya untuk individu yang intoleran atau kurang responsif terhadap statin, oleh karena kurangnya penelitian-penelitian klinis yang mendukung. Beberapa studi untuk anti-dislipidemia selain statin saat ini sedang dijalankan, salah satunya yang baru saja diselesaikan adalah studi IMPROVE-IT2, yang mengevaluasi pemberian ezetimibe pada individu dengan risiko tinggi kejadian penyakit kardiovaskular aterosklerotik.

Ezetimibe merupakan obat antidislipidemia yang dapat menghambat absorpsi kolesterol dari saluran cerna, dengan bekerja pada protein serupa Niemann-Pick C1. Protein ini terutama banyak ditemukan pada epithelial brush border mukosa saluran cerna. Pemberian ezetimibe 10 mg sekali sehari, pada saat ditambahkan pada terapi statin, dapat menurunkan kadar LDL-C sampai 20% lebih rendah. Penurunan ini lebih rendah dari doubling dosis statin yang hanya menghasilkan penurunan LDL-C rerata sebesar 6%, baik untuk statin intensitas moderat maupun intensitas tinggi. Studi IMPROVE-IT, merupakan uji klinis acak multi-center, yang melibatkan 18.144 pasien risiko tinggi (pasca sindrom koroner akut). Simvastatin 40 mg (S) dibandingkan dengan kombinasi simvastatin 40 mg dan ezetimibe 10 mg (SE), dengan pemantauan selama 7 tahun untuk melihat luaran utama berupa penyakit

jantung koroner (PJK), infark miokard (IM) dan stroke. Kedua kelompok berhasil mencapai rerata LDL-C ≤70 mg/dL (S vs. SE; 69,9 mg/ dL vs. 53,2 mg/dL) dan kelompok SE juga menunjukkan kadar kolesterol total dan trigliserid yang lebih rendah (S vs. SE; ∆ - 19,3 mg/dL dan ∆ - 16,7 mg/dL) dibandingkan kelompok monoterapi. Kelompok kombinasi SE pada studi ini menunjukkan hasil luaran utama (PJK, IM dan stroke) yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok S (HR 0.90; IK 95% 0,887-0,988 dan NNT 50). Evaluasi k o m p o n e n individual dari luaran utama menunjukkan kombinasi SE terutama berhasil menurunkan risiko

Product Information INDICATION - Pramary Hypercholesterolemia Ezitimibe administration with an HMG-CoA reductase inhibitor (statin) or alone, is indicated as adjuntive therapy to diet for the reduction of eleveted total cholesterol (total-C), low-density lipoprotein cholesterol (LDL-C), apolipoprotein B (Apo B), and triglycerides (TG) and to increase high-density lipoprotein cholesterol (HDL-C) in patient with pramary (heterozygous familial and non-familial) hypercholesterolemia. - Homozygous Familial Hypercholesterolemia (HoFH) Ezitimibe, administered with a statin, is indicated for the reduction of elevated total-C and LDL-C level in patient with HoFH. Patient may also receive adjunctive treatment (e.g, LDL apheresis) CONTRA INDICATIONS Hypersensitivity to any component of this medication. When ezitimibe is to be administered with a statin, which is contraindicated during pragnancy and lactation, please refer to the package insert for that particular statin.

kejadian infark miokard (HR 0,87; 14,8% vs. 13,1%; p=0,002) dan stroke iskemik (HR 0,79; 4,1% vs. 3,4%; p=0,008). Evaluasi mengenai keamanan kombinasi simvastatin dan ezetimibe pada studi ini menunjukkan profil yang kurang lebih serupa dengan simvastatin tunggal. Komplikasi seperti gangguan fungsi hati, metabolisme bilirubin dan fungsi kandung

empedu, rhabdomyolisis, peningkatan kadar kreatin kinase dan juga keganasan tidak berbeda bermakna pada kedua kelompok studi.2 Panduan klinis terkini tetap memfokuskan pada pemberian statin intensitas tinggi sebagai terapi utama pada pasien dengan risiko tinggi penyakit pembuluh darah aterosklerotik. Demikian juga pada pasien-pasien dengan risiko moderat, disarankan untuk dapat diberikan statin intensitas sedang. Namun demikian nampaknya ezetimibe dapat menjadi salah satu pilihan terapi tambahan pada pasienpasien yang membutuhkan. SS 1. Circulation, published online November 12, 2013 2. American Heart Association 2014 Scientific Sessions; November 17, 2014

4

EVENTS

Hari Ginjal Sedunia

2015 :

Kesehatan Ginjal Untuk Semua

H



Gangguan Ginjal dan OAINS



Konsumsi berlebihan obat penghilang rasa

dibersihkan dan dieliminasi dari dalam tubuh

sakit, merupakan salah satu permasalahan

Sehat untuk Semua (Kidney Health for All)”

oleh ginjal.

utama di Indonesia. Pengawasan yang kurang

untuk lebih meningkatkan kesadaran masya-



ketat terhadap industri obat tradisional,

Kidney Day (WKD).

rakat mengenai hal-hal apa saja yang dapat

untuk minum air putih dan satu gelas lagi untuk

pemahaman



dilakukan dalam rangka memperbaiki dan

merayakan ginjal yang sehat. Ajakan simbolik

mengenai bahaya obat anti-inflamasi non-

2006 dan bertujuan untuk meningkatkan

mempertahankan kesehatan ginjal kita.

ini dianggap sebagai ‘reminder’ akan organ

steroid (OAINS) dan kurangnya kehati-hatian

kesadaran masyarakat mengenai pentingnya



Logo WKD melambangkan sepasang ginjal

vital – ginjal – dan pentingnya menjaga ginjal

dokter dalam memberikan analgetik seringkali

ginjal terhadap kualitas kesehatan individu, serta

dengan tiga warna cerah, merah, biru dan

tetap sehat, dan diharapkan cara ini membuat

memperberat gangguan fungsi ginjal pasien-

menurunkan/mengurangi frekuensi, morbiditas

kuning. Warna merah melambangkan warna

orang sadar akan pilihan gaya hidup mereka

pasien kita. Terlebih pasien-pasien dengan

dan mortalitas terkait permasalahan ginjal di

darah, warna biru melambangkan air dan

selama ini dan nanti.

risiko tinggi gangguan ginjal, seperti diabetes

seluruh dunia.

warna kuning adalah urin yang telah disaring,

ari Kamis kedua bulan Maret, yang



pada tahun ini jatuh pada tanggal 12 Maret diperingati sebagai World

World Kidney Day diperingati mulai tahun

Tahun 2015 WKD memiliki tema “Ginjal

Kali ini WKD menyerukan semua orang

masyarakat

yang

kurang

dan usia lanjut, seringkali datang dengan berbagai masalah nyeri.

Prinsip kehati-hatian sangat diperlukan pada

saat memberikan analgetik pada pasien dengan risiko tinggi. Pasien-pasien dengan hipertensi lama, diabetes dan usia lanjut (>60 tahun) sebaiknya tidak diberikan OAINS. Apabila diperlukan analgetik maka parasetamol, opioid sintetik dan opioid dapat menjadi pilihan sesuai dengan derajat nyeri. Selain itu adjuvan analgetik juga dapat diberikan sesuai dengan kelainan penyerta yang ditemukan, seperti anti-ansietas, anti-depresan dan neuroleptik. Pada kasuskasus tertentu yang membutuhkan OAINS maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal sebelum, saat dan sesudah pemberian jangka panjang. Pemakaian OAINS sebaiknya dihentikan

apabila

terjadi

peningkatan

kreatinin ≥25% dari nilai awal. Pada pasien yang mendapatkan anti-hipertensi golongan penghambat ACE atau penyekat reseptor angiotensin pemberian OAINS sebaiknya juga dihindari, karena kombinasi kedua obat tersebut dapat mengganggu autoregulasi perfusi ginjal. Dokter layanan primer sebagai ujung tombak

layanan

kesehatan

di

Indonesia

dapat mengambil peranan penting untuk menekan jumlah penggunaan OAINS tidak Prof. Dr. dr. Parlindungan Siregar, Sp.PD-KGH; dr. Dharmeizar, Sp.PD-KGH; dan dr. Pradono Handojo dalam acara perayaan WKD 2015

tepat sasaran di masyarakat. Tidak hanya dari sisi layanan medis, melainkan juga edukasi

Perayaan WKD Di Indonesia

- Menjaga fisik tetap bugar dengan melakukan

Memasuki tahun kesepuluh, fokus WKD

aktivitas fisik secara teratur;



Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

mengenai bahaya konsumsi OAINS jangka

akan pentingnya hidrasi bagi kesehatan secara

panjang

dan

banyaknya

suplemen

serta

kali ini adalah kesehatan ginjal untuk seluruh

- Periksakan kadar gula darah secara rutin;

umum dan ginjal khususnya, dapat dilihat pada

obat tradisional yang mungkin mengandung

masyarakat global. Sesuai data internasional,

- Pantau tekanan darah tetap stabil;

situs www.h4hinitiative.com/indonesia, situs ini

zat aktif tertentu dalam produksinya. Melalui

sekitar 10% populasi dunia mengalami penyakit

- Makan makanan sehat dan jaga berat badan

berisikan ragam informasi dari pakar hidrasi.

peran serta dokter yang lebih aktif dalam

Situs ini merupakan kontribusi nyata dari

mencerdaskan masyarakat, mari kita sukseskan

Danone Research. MD

Kesehatan Ginjal untuk Semua. MD

ginjal kronik (PGK) dan diperkirakan akan

tetap ideal;

meningkat hingga 17% pada dekade berikutnya.

- Pertahankan asupan cairan yang cukup;

“Prevalensi

- Jangan merokok;

PGK

di

Indonesia

terus

meningkat. Studi epidemiologi PERNEFRI (2006) menunjukkan, PGK di masyarakat mencapai

12,5%

dan

berdasarkan

data

- Hindari konsumsi obat penghilang rasa sakit secara berlebihan atau jangka panjang; - Periksakan fungsi ginjal

PERNEFRI, hingga tahun 2012, pasien yang

apabila

mengalami PGTA mencapai 100.000 pasien,”

(diabetes,

jelas Ketua PERNEFRI, dr. Dharmeizar, Sp.PD-

memiliki

faktor

hipertensi,

secara berkala risiko

riwayat

tinggi

keluarga,

obesitas)

KGH pada acara perayaan WKD di Jakarta, 12

Di Indonesia sendiri, WKD dirayakan

Maret 2015 lalu. Jumlah keseluruhan stadium 1

dengan serangkaian acara yang sudah dimulai

hingga 5 juga bervariasi.

dari bulan Februari lalu di berbagai kota, antara

Selanjutnya, Prof. Dr. dr. Parlindungan

lain Bandung, Semarang, Surabaya, Jogjakarta,

Siregar, Sp.PD-KGH juga menambahkan, untuk

Solo, Malang, Makassar, Palembang, dan Padang

mempertahankan kesehatan ginjal, ada 8 langkah

dalam ragam bentuk dari simposium awam,

sehat yang dapat dilakukan di setiap tingkatan

jalan sehat, hingga pemeriksaan kesehatan ginjal

masyarakat, yaitu:

di area car free day.

INGIN BERPARTISIPASI? Caranya mudah! Foto selfie sambil minum segelas air putih dan mengangkat segelas air putih.

Tweet ke @worldkidneyday dengan pesan: “ Today I celebrate #worldkidneyday. I drink and give a #glassofwater because #isupportwkd. ”

Bisa juga upload di facebook page. Bila tidak memiliki akses ke media sosial, kirimkan foto via email ke [email protected]

INSIGHT

5

Penanganan Dermatitis Atopik

PERLU PANDUAN KHUSUS

D

ermatitis atopik (DA) mungkin sering dijumpai dalam praktek seharihari. Bagaimana tata laksana dan penanganannya yang tepat? Bersama ini Tabloid MD memaparkan hasil wawancara dengan dr. Inne Arline Diana, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV selaku Ketua Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI) yang bersama-sama dengan Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia, Kelompok Studi Imunodermatologi Indonesia (KSI), dan Unit Kerja Koordinasi Alergi Imunologi IDAI dalam seminar dan workshop "Dermatitis Atopik: Panduan Diagnosis dan Tatalaksana Terkini” yang berlangsung tanggal 14-15 Juni 2014 lalu di Jakarta, telah membuat kesepakatan dan menyusun buku "Panduan Diagnosis dan Tatalaksana Dermatitis Atopik di Indonesia".

T:

Mengapa kasus DA ini cukup meningkat dan bagaimana prevalensi DA di Indonesia?

J:

Prevalensi pada dekade terahir; dari 3-15% pada bayi dan anak menjadi sekitar 10-20% sedangkan pada dewasa sekitar 1-3%. Kasus DA ini meningkat, antara lain disebabkan polusi lingkungan meningkat, meningkatnya paparan terhadap tungau debu rumah dan zat aditif makanan, berkurangnya pemberian ASI, serta kesadaran orangtua dan pasien akan penyakit meningkat. Angka prevalensi DA di seluruh Indonesia belum ada data, namun pada tahun 2013 kasus yang dilaporkan 5 Rumah Sakit yang memberikan pelayanan dermatologi anak yaitu RS Dr Hasan Sadikin, RS Dr Cipto Mangunkusumo, RS Adam Malik, RS Dr Kandaou, RSU Palembang, RSUD Sjaiful Anwar tercatat sejumlah 261 kasus baru dari seluruh (2356) kasus baru (11,8 %).

dr. Inne Arline Diana, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV 2. Hanifin-Rajka (untuk pelayanan sekunder, tersier dan penelitian, serta harus ada 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor). ▶ kriteria mayor: pruritus dan morfologi dan distribusi yang khas (likenifikasi fleksural/ penebalan kulit didaerah lipatan pada pasien dewasa; erupsi/kelainan kulit di daerah wajah atau daerah ekstensor pada pasien bayi dan anak; dermatitis yang kronik atau kronik berulang; dan riwayat atopi pada diri atau keluarga (asma bronkial, rinitis alergik, dermatitis atopik). ▶ kriteria minor: xerosis/kulit kering; iktiosis/hiperlinier palmar/keratosis pilaris; reaksi tipe cepat (tipe 1) pada uji kulit; IgE serum meningkat; awitan pada usia dini; kecenderungan infeksi kulit (khususnya yang disebabkan oleh S.aureus dan Herpes simpleks) dan imunitas selular yang terganggu; kecenderungan mengalami dermatitis non spesifik pada tangan dan kaki; eksema pada puting susu; khelitis, konjungtivitis berulang; lipat Dennie-Morgan pada daerah infraorbital, keratokonus; katarak subskapsular anterior; kegelapan pada daerah orbita, muka pucat atau eritema; pitiriasis alba; lipatan pada leher sisi anterior; gatal bila berkeringat; intoleransi terhadap wol dan pelarut lemak; aksentuasi perifolikuler; intoleransi makanan; perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan emosi; dan white dermographism atau delayed blanch.

T:

Mengapa DA perlu tata laksana yang terintegrasi dan komprehensif?

J:

Mengingat berbagai faktor yang berperan terhadap terjadinya DA, maka para praktisi perlu memahami cara menegakkan diagnosis DA secara holistik, meliputi derajat keparahan, luas dan Adakah kriteria tertentu untuk distribusi lesi, serta tanda dan gejala menegakkan diagnosis DA? penyakit, dampak penyakit pada pasien dan keluarga serta harapan pasien dari hasil pengobatannya. Tata Ada 2 kriteria, yaitu: laksana DA memerlukan pendekatan 1. William (untuk pelayanan primer multidisiplin, secara terintegrasi dan dan di lapangan), adanya riwayat: komprehensif dengan melibatkan ▶ kulit gatal, riwayat keterlibatan dokter spesialis kuit dan kelamin, kulit di daerah lipatan (siku, lutut, dokter umum, dokter spesialis anak, punggung kaki, sekitar leher dokter spesialis paru dan ahli alergi, termasuk pipi (usia < 10 tahun) perawat, psikolog, ahli gizi dan ▶ asma/rinitis alergi (atau riwayat pekerja sosial. penyakit atopi pada 1st degree relatives pada anak <4 tahun) ▶ kulit kering dalam satu tahun terakhir Mengapa nilai transepidermal ▶ dermatitis pada daerah lipatan water loss (TEWL) penting yang terlihat (dermatitis pada pipi/ bagi pasien DA? dahi dan ekstensor ekstremitas pada anak < 4 tahun) Patogenesis DA merupakan ▶ awitan < 2 tahun (tidak digunakan interaksi kompleks antara bila anak usia < 4 tahun) kelainan genetik, gangguan sawar

T: J:

T:

J:

kulit dan gangguan imunologik yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan stres. Gangguan fisik sawar kulit yang diperankan terutama oleh stratum korneum, berperan penting terhadap kejadian DA. Stratum korneum merupakan berbagai sel yang tersusun berlapis, terdiri dari korneosit yang dikelilingi oleh ruang antar sel, berisi lipid yang dibentuk oleh badan lamelar. Lipid tersebut mengandung seramid, kolesterol dan asam lemak bebas yang bersifat hidrofobik dan berfungsi sebagai penghambat penguapan air. Pada keadaan normal, sawar kulit berperan penting terutama sebagai pelindung mekanik, pencegahan kehilangan cairan secara berlebihan dan melindungi kulit terhadap mikroorganisme serta bahan kimia iritan atau alergen. Gangguan atau kerusakan fungsi sawar kulit pada DA disebabkan adanya perubahan gen fillagrin yang bertanggung jawab pada integritas fungsi sawar kulit. Hidrasi yang baik merupakan faktor yang penting pada stratum korneum agar dapat berfungsi sebagai pelindung. Transepidermal water loss (TEWL) yaitu kehilangan cairan melalui kulit, merupakan indikator fungsi sawar kulit. TEWL yang meningkat menyebabkan kulit menjadi kering, terjadi gangguan sawar kulit dan akan menyebabkan peningkatan risiko pajanan terhadap bahan kontaktan (iritan, alergan) dan memudahkan terjadinya kolonisasi bakteri serta infeksi lainnya.

T:

Adakah kriteria atau skor tertentu untuk menilai tingkat keparahan DA?

J:

Derajat keparahan DA dapat dinilai dengan menggunakan: 1. Three Items Severity Score (TISS), penilaian intensitas eritema, edema/papul, dan ekskoriasi dengan nilai 0-3. Serupa dengan Score of Atopic Dermatitis (SCORAD), tiap penilaian dilakukan pada lesi yang paling representatif. Skor TISS berkisar antara 0-9. 2. Indeks SCORAD telah direkomendasikan untuk digunakan pada setiap penelitian DA, terutama pada uji klinis. Indeks SCORAD adalah hasil penjumlahan A/5 + 7B/2 + C (A = Luas lesi , B = intensitas morfologi dan C = keluhan subjektif pasien). Luas lesi kulit (skor 0-100): Luas lesi kulit yang dihitung adalah lesi inflamasi dan tidak mencakup kulit yang kering, dengan menggunakan rule of nine. Luas satu telapak tangan pasien menggambarkan 1 % luas permukaan tubuh. Untuk anak dibawah usia 2 tahun terdapat sedikit perbedaan penilaian rule of nine, di daerah kepala dan tungkai bawah.

Intensitas morfologi lesi (skor 0-18): Morfologi lesi menilai eritema, edema/papul, eksudasi /krusta, ekskoriasi, likenifikasi dan kulit kering. Keluhan subjektif (skor 0-20): Penilaian keluhan subjektif terhadap rasa gatal dan gangguan tidur selama 3 hari terahir. Penilaian dilakukan dengan menggunakan visual analog scale (VAS) yang dinyatakan dalam skor 0-10 untuk masing-masing kriteria.

dan jangka panjang harus dinilai secara berkala. 2. Pencegahan dan modifikasi faktor pencetus/modifikasi gaya hidup. 3. Meningkatkan dan menstabilkan fungsi sawar kulit yang optimal 4. Menyembuhkan kelainan kulit inflamasi 5. Pengendalian siklus gatal-garuk

Catatan : Objective SCORAD merupakan modifikasi indeks SCORAD tanpa memperhitungkan gejala subyektif (misalnya pada pasien bayi dan anak-anak yang sukar dinilai). Nilai maksimum indeks SCORAD dan Objective SCORAD masing-masing 103 dan 83. Namun, pada objective SCORAD dapat diberikan 10 poin bila terdapat lesi yang berat pada wajah dan tangan ataupun lesi yang mengganggu fungsi sehingga nilai maksimum 93.

T: J:

Bagaimana tata laksana holistik dan rekomendasi terapi DA?

Tatalaksana dermatitis memiliki 5 pilar, yaitu: 1. Edukasi terhadap pasien maupun orang yang merawat pasien DA, meliputi penjelasan yang lengkap mengenai patogenesis dan perjalanan penyakit, dalam bahasa awam yang mudah dimengerti, faktor pencetus, faktor yang dapat mengurangi gejala, dan pengobatan jangka pendek maupun jangka panjang yang dapat memodifikasi dan mengendalikan penyakit. Tujuan jangka pendek

Untuk lebih lengkap bagaimana menangani DA, para sejawat dapat membacanya di dalam buku Panduan Diagnosis dan Tatalaksana Dermatitis Atopik di Indonesia ini. Kami berharap buku ini sangat bermanfaat bagi para sejawat, khususnya dalam menangani kasus DA. MD

6

CASE EXPERIENCE

Abses pada Penderita

Serebri

Penyakit Jantung Bawaan

dr. Siudi Rustandi dr. Ade Meidian Ambari, Sp.JP dr. Martinus M. Leman, DTMH, Sp.A

Ilustrasi singkat kasus : Seorang anak perempuan berusia 3 tahun dirawat karena demam, diare, dan kurang aktif. Dari riwayat sebelumnya diketahui pasien memiliki kelainan jantung

RS Sentra Medika Cibinong

bawaan tetralogy of Fallot (TOF). Pada hari kedua perawatan, diare telah berhenti, namun justru didapatkan gejala kelumpuhan separuh tubuh (hemiparese).



Abses serebri merupakan penyakit infeksi

ptosis, dan, hemiparesis, dan kejang fokal.

Pemeriksaan darah tidak mendapatkan kelainan kadar elektrolit namun terjadi

supuratif lokal pada parenkim otak. Abses

Jika terjadi ruptur abses maka akan ditandai

leukositosis. Untuk mencari penyebab kelumpuhan dilakukan pemeriksaan CT Scan

serebri merupakan salah satu komplikasi yang

dengan perburukan semua gejala. Pemeriksaan

kepala. Hasilnya, didapatkan beberapa abses serebri yang cukup besar.

timbul dari PJB sianotik (pirau kanan ke kiri).

darah tepi sering tidak spesifik hanya berupa

P

lekositosis dan peningkatan laju endap darah. enyakit jantung bawaan (PJB) adalah

biru) dan sianotik (biru). Contoh dari PJB

penyakit

asianotik antara

jantung

berupa

kelainan

Sekitar 12,4% - 69,8% kasus abses serebri pada anak, berkaitan dengan PJB.

lain adalah Ventricel Septal

pada struktur atau fungsi sirkulasi

Defect (VSD), Patent Ductus Arteriosus (PDA),

jantung yang dibawa dari lahir, terjadi akibat

Atrial Septal Defect (ASD) dan Aorta Stenosis

adanya gangguan atau kegagalan perkembangan

(AS). Sedangkan contoh PJB sianotik antara

Insidens abses serebri pada PJB sianotik sekitar

struktur jantung pada fase awal perkembangan

lain adalah Transposition Great Artery (TGA),

5%. Penelitian Atiq dkk menyatakan dari 30

janin. Kelainan ini bisa terjadi di katup, otot/

Tetralogy of Fallot (TOF), Tricuspid Atresia,

anak yang menderita abses serebri, 37% dengan

dinding, pembuluh darah jantung, ataupun

Ebstein’s Anomaly, Pulmonal atresia.

PJB sianotik. Dan, jenis PJB sianotik terbanyak

kombinasi dari ketiganya.



Dari aspek hemodinamik, penyakit jantung

yang sering berkomplikasi menjadi abses serebri

Insiden PJB adalah 8-10 di antara 1.000

bawaan dengan pirau kiri ke kanan (left to

adalah TOF dan TGA. Kejadian abses serebri

kelahiran. Insiden ini hampir sama antara satu

the right shunts) cenderung meningkatkan

pada penderita PJB lebih sering terjadi pada anak

negara dan negara yang lain. Angka kelahiran

aliran darah ke paru. Sedangkan PJB dengan

usia di atas 5 tahun.

di Indonesia adalah 4.000.000 kelahiran/tahun.

pirau kanan ke kiri (right to the left shunt)

Proses terjadinya abses serebri pada PJB

Insiden PJB sekitar hampir 1 % dari 40.000

ada yang meningkatkan aliran darah paru,

adalah melalui penyebaran secara hematogen.

kelahiran hidup per tahun di Amerika Serikat.

seperti TGA, ada yang menurunkan aliran

Pirau kanan ke kiri adalah faktor terpenting,



darah paru seperti TOF, tricuspid atresia, dan

karena dengan adanya pirau tersebut maka

Ebstein’s malformation.

menyebabkan aliran darah ke paru berkurang,

Secara garis besar penyakit jantung bawaan

dibagi menjadi 2, yaitu PJB asianotik (tidak

Algoritma Penyakit Jantung Bawaan

Gb.1. Algoritma penyakit jantung bawaan. (Sumber: Koleksi Slide Penyakit Jantung Bawaan RS Harapan Kita, courtesy dr. Ade M Ambari, Sp.JP) Keterangan gambar: CoA (Coarctation of Aorta), MR (Mitral Regurgitasi), PS (Pulmonal Stenosis), MS (Mitral Stenosis), VSD (Ventricular Septal Defect), PDA (Persistent Ductus Arteriosus), ASD (Atrial Septal Defect), PAVSD (Pulmonary Atresia with Ventricular Septal Defect), PAPVD (Partial Anomalous Pulmonary Venous Drainage), TOF (Tetralogy of Fallot), PS (Pulmonary Stenosis), PA (Pulmonary Atresia), TAPVD (Total Anomalous Pulmonary Venous Drainage), CAVSD (Complete Atrio Ventricular Septal Defect) HLHS (Hypoplastic Left Heart Syndrome), TA (Tricuspid Atresia), MA (Mitral Atresia), DORV (Double Outlet Right Ventricular), DILV (Double Inlet Left Ventricular), TGA (Transposition Great Artery).

Diagnosis pasti adalah dengan melakukan pemeriksaan CT scan kepala.

Gb.2. CT Scan kepala dengan potongan vertikal menunjukkan adanya abses serebri yang cukup besar pada pasien. (courtesy from dr.Martinus M.L, Sp.A)

sehingga hilangnya filtering effects yang terjadi

Setelah

di paru terhadap darah dari sistem vena. Hal ini

antibiotik spektrum luas harus segera diberikan

menyebabkan risiko otak menjadi lebih sering

seperti metronidazole, cefotaksim, ceftriaxon,

terpapar episode bakteremia. Filtering effects ini

dan

sangat penting karena di sini terjadi fagositosis

disesuaikan dengan hasil kultur kuman yang

oleh makrofag yang ada di paru. Polisitemia juga

sensitif. Penggunaan steroid masih kontroversial

ikut berperan penting dalam hal peningkatan

biasanya bermanfaat hanya pada massa abses

viskositas darah yang dapat mencetuskan

dengan edema jaringan sekitar yang bermakna.

mikroinfark yang menyediakan tempat yang baik

Terapi definitif abses serebri adalah drainase

bagi bakteri untuk berproliferasi dan supuratif.

abses. Tentunya problem penyakit jantung

Daerah yang paling sering terbentuk abses adalah

bawaannya pun harus diobati, karena hal inilah

lobus parietal, frontal, dan temporal. Biasanya

yang mendasari terjadinya abses serebri.

lesi berbentuk soliter dan multipel.

Dari kasus di atas dapat disimpulkan



Gejala awal dari abses serebri biasanya tidak

bahwa diagnosis abses serebri harus dipikirkan,

begitu nyata. Demam tinggi tidak selalu dijumpai.

jika ditemukan gejala defisit neurologis pada

Pada stadium awal dapat dijumpai tanda-

penderita pasien PJB sianotik. Terlambatnya

tanda tekanan intrakranial yang meningkat

diagnosis

yang non spesifik seperti sakit kepala, letargi,

semakin buruk. MD

dan perubahan tingkat kesadaran. Pada bayi, gejala muntah dan kejang sering merupakan manifestasi awal. Dengan progresivitasnya abses serebri, sakit kepala dan letargi akan makin menonjol dan dapat diikuti defisit neurologis. Defisit neurologis dapat berupa papiledema, parese nervus III dan VI menyebabkan diplopia,

diagnosis

meropenem.

tegak,

Selanjutnya

ditegakkan

membuat

pemberian

antibiotika

prognosis

1. Park MK. Pediatric cardiology for practitioners, ed.5. Mosby; 2007. 2. Atiq M, dkk. Brain abcess in children. Indian J Pediatric 2006;73(5):401-4. 3. Fishman MA, Park JT. Neurologic complications in children with congenital heart disease. Dalam: Garson S, dkk, Penyunting. The science and practice of pediatric cardiology. 2nd ed. Williams&Wilkins1998:2709-13

REVIEW

Sekilas Mengenal Di dalam lingkup pelayanan kedokteran fisik dan rehabilitasi, atau yang dulu dikenal dengan nama bagian rehabilitasi medik, terdapat jenis pelayanan Okupasi Terapi. Apa bedanya dengan terapi

7

OKUPASI TERAPI

lain? Berikut ini penjelasan singkat dari dr. Theresia Diah Arini, Sp.KFR, salah seorang pengajar di Program Studi Okupasi Terapi, Program Vokasi

Universitas Indonesia yang juga berpraktek di RS Siloam TB Simatupang, Jakarta Selatan. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan okupasi terapi ? Okupasi terapi adalah salah satu bagian dari tim rehabilitasi medik yang berfungsi melatih pasien dalam melakukan keterampilan motorik halus atau melatih pasien dalam melakukan aktivitas hidup seharihari (activity daily living). Secara prinsip, apa perbedaan okupasi terapi dengan fisioterapi ? Okupasi terapi memiliki target membantu pasien dengan gangguan motorik halus, gangguan proprioseptif, fungsi sensorimotorik dan gangguan fungsi activity daily living. Sedangkan fisioterapi membantu pasien dengan gangguan motorik kasar seperti nyeri sendi dan otot, kelemahan otot dan gangguan postur. Contoh kasus apa yang biasanya perlu mendapat terapi okupasi? Setiap pasien dengan gangguan fungsional dalam melakukan motorik halus atau gangguan fungsi kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari, perlu mendapatkan pelatihan okupasi terapi. Di bidang pediatri, kasus yang memerlukan OT misalnya penderita cerebral palsy, anak dengan gangguan proprioseptif, dispraksia, kasus gangguan atensi dan gangguan pervasif. Sedangkan pada orang dewasa, kasus yang memerlukan OT biasanya pasien stroke, cedera kepala, cedera medulla spinalis, kasus kelemahan otot atau neuropati atau pasien dengan artritis sendi tangan. Apa saja yang dapat dilakukan dalam okupasi terapi?

Penatalaksanaan di bidang OT

bisa berupa: ▶ Latihan penguatan sendi tangan serta latihan ketrampilan tangan seperti gripping, pinching, gerakan menulis, menggunting, dsb. ▶ Latihan untuk pindah (transfer) dari berbaring ke duduk, pindah ke kursi roda dsb. ▶ Menyediakan dan melatih pasien dengan menggunakan alat bantu misalnya latihan ambulasi dengan kursi roda untuk pasien paraplegi, latihan menulis dengan ortosis tangan, latihan menggunakan alat makan khusus bagi pasien pasca stroke dsb. ▶ Melatih pasien dengan metode terapi khusus seperti sensori – integrasi, snoezelen, DIR® Floor Time dsb.

24th The Current and Future Landscape of Cardiovascular Disease Management April 10-12 2015 Ritz-Carlton Hotel, Jakarta

Bagaimana alur konsultasi untuk mendapatkan program okupasi terapi yang tepat ? Pasien dengan gangguan motorik halus biasanya mengalami masalah di bidang fungsi yang lain, sehingga untuk mendapatkan hasil yang optimal, disarankan agar pasien berkonsultasi dulu ke dokter spesialis rehabilitasi medik. Tujuannya agar dapat dilakukan pemeriksaan fungsional yang menyeluruh dan diketahui problem ada di mana saja. Bukan hal yang jarang terjadi, bila konsul langsung ditujukan ke terapis, terjadi ketidaktepatan program terapi. Atau bahkan justru ternyata pasien juga memerlukan terapi di luar program okupasi terapi. Dokter Rehabilitasi Medik akan menganalisa status fungsional pasien. Selanjutnya dokter akan menentukan program terapi yang sesuai dengan pelatihan fungsional yang dibutuhkan. ML

Secretariat : Indonesian Heart Association Wisma Harapan Kita Building, 2nd Floor National Cardiovascular Center Harapan Kita Jl. Letjen S Parman Kav. 87, Jakarta 11420 – Indonesia Phone : 62-21 5681149, 56844093 ext 1440 &1441 Fax : 62-21 5684220 Email : [email protected] [email protected] [email protected] asmiha2015

@asmiha

8

FLASH

Manfaat Perawatan

METODE KANGURU bagi Bayi

Berat Lahir Rendah dr. Alexis Steffi Kurniawan

M

etode kanguru adalah suatu metode perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang diilhami dari cara seekor kanguru merawat anaknya yang selalu lahir prematur. Perawatan Metode Kanguru (PMK) diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan Martinez, dua orang ahli neonatologi dari Bogota, Colombia, Amerika Selatan. Dari penemuan tersebut akhirnya diketahui bahwa cara skin to skin contact dapat meningkatkan kelangsungan hidup bayi terutama yang mengalami BBLR dan prematur. Salah satu penyebab kematian dari kedua kasus tersebut adalah masalah pengaturan suhu, maka prinsip tersebut dapat diterapkan untuk mengatasi masalah ini. 1 Secara teknis, PMK dapat diartikan sebagai cara merawat bayi dalam keadaan telanjang (hanya memakai popok dan topi) diletakkan secara tegak atau vertikal di dada antara kedua payudara ibunya (telanjang dada) kemudian diselimuti. 1 ISS World Laboratory Kangaroo Mother Programme menetapkan kriteria untuk mengikuti program perawatan bayi dengan metode kanguru yaitu berat badan ≤2000g, tidak ada masalah patologis yang menyertai, refleks hisap baik dan menelan baik, mempunyai orangtua yang menyetujui peraturan metode kanguru dan mematuhi jadwal pertemuan, memiliki catatan medik yang lengkap serta memperoleh inform consent dari orangtua. 1 Dari berbagai penelitian mengenai metode kanguru baik yang dilakukan di negara berkembang maupun negara maju, didapatkan beberapa keuntungan menggunakan metode kanguru dibandingkan perawatan bayi dengan inkubator. Namun metode kanguru tidak dapat menggantikan tapi hanya melengkapi untuk mencapai stabilisasi pernafasan.

Keuntungan metode kanguru antara lain sebagai berikut: 1

Stabilisasi suhu tubuh Ludington-Hoe dkk menemukan fenomena unik mengenai pengaturan suhu tubuh ibu yang menggunakan metode kanguru, didapatkan bahwa suhu ibu akan meningkat bila bayi mulai “dingin” dan bila bayi telah “hangat” maka suhu ibu menurun kembali. Fenomena ini disebut sebagai maternal neonatal thermal synchrony. Penelitian terhadap 80 bayi yang beresiko rendah terhadap hipotermia di RS pendidikan di Lusaka, Zambia oleh Christenson dkk. Secara acak dibagi menjadi dua kelompok, kelompok I mendapat perawatan metode kanguru dibandingkan dengan kelompok II yang dirawat di inkubator dengan suhu 35°C ; kemudian diukur secara berkala. Hasilnya pada menit ke 240 didapatkan bahwa 90% bayi kelompok I mencapai suhu normal 36,5°C, sedangkan pada kelompok II hanya 60%.

Peningkatan hubungan emosional ibu-bayi

Pengaruh terhadap tingkah laku bayi

Tersier dkk melaporkan bahwa ibu yang menggunakan metode kanguru merasa lebih percaya diri dalam merawat bayinya, dibandingkan kelompok kontrol dan apabila bayinya bermasalah sehingga perlu dirawat lebih lama di rumah sakit, perasaan khawatir akan keadaan anaknya lebih besar daripada kelompok kontrol. Metode kanguru juga meningkatkan kedekatan ibu dengan bayi, mengurangi perasaan stres serta membuat ibu dan bayi lebih tenang dan rileks. Bayi yang mendapat kontak dini dengan ibunya akan lebih sedikit menangis dan lebih sering tersenyum daripada bayi yang kontak dengan ibunya tidak adekuat.

Menurut penelitian yang dilakukan Anderson dkk tentang kadar kortisol saliva pada bayi yang dipisahkan dari ibunya dibandingkan yang dirawat sendiri oleh ibunya, menunjukan bahwa kadar kortisol saliva meningkat bermakna pada bayi yang dirawat terpisah oleh ibunya. Pada saat stres, maka kadar kortisol dalam tubuh akan meningkat. Dengan PMK bayi tidur dua kali lebih sering serta lebih lama dan dalam, sehingga pada waktu “waspada” (alert), bayi dapat lebih maksimal melakukan kontak mata dengan ibunya dan memperkuat bonding ibu-bayi.

Pengaruh terhadap kejadian infeksi

Pada suatu penelitian dengan menggunakan pneumokardiogram dilakukan, pengamatan terhadap pola respirasi dan denyut jantung sepanjang tiga interval di antara empat waktu penyusunan. Pada interval ke 1, bayi dirawat dalam boks, pada interval ke 2 dengan metode kanguru dan pada interval ke 3 dalam boks kembali. Pencatatan dilakukan setelah satu jam setelah penyusuan dan didapatkan bahwa laju napas dan denyut jantung selama metode kanguru lebih stabil dibanding perawatan dalam boks sebelum dan sesudah metode kanguru. Ludington-Hoe dkk melaporkan bahwa selama metode kanguru, laju denyut jantung bayi relatif stabil dan konstan sekitar 140-160 kali per-menit. Frekuensi pernafasan bayi menjadi lebih dalam, kejadian apneu berkurang empat kali lipat, lama periode apneu dan periodic breathing menjadi lebih singkat.

Sloan dkk melaporkan bahwa dengan perawatan inkubator lebih sering terjadi infeksi berat dibandingkan dengan perawatan dengan metode kanguru karena flora normal kulit ibu lebih “aman” bagi bayi prematur yang mendapat ASI dibandingkan organisme yang resisten terhadap antibiotik yang terdapat di rumah sakit. Pengaruh terhadap berat badan dan pertumbuhan Pada posisi metode kanguru, bayi dalam posisi rileks mirip dengan posisi dalam rahim sehingga kegelisahan bayi dapat berkurang dan tidur lebih lama. Pada kondisi seperti ini konsumsi oksigen dan kalori minimal sehingga dapat digunakan untuk menaikan berat badan.

Stabilisasi laju denyut jantung dan pernafasan

Peningkatan produksi air susu ibu Air susu ibu (ASI) pada kelompok metode kanguru jumlahnya lebih banyak bermakna dibanding kelompok kontrol, stres yang terjadi pada ibu yang bayinya dirawat akan berkurang bila ibu diberi kesempatan mendekap bayinya dalam metode kanguru dan ini memberi pengaruh positif terhadap produksi ASI. Lama perlekatan metode ini dimulai secara bertahap mulai dari perawatan konvensional hingga PMK terus menerus. Hindari perlekatan kurang dari 60 menit karena dapat membuat bayi menjadi stres dengan pergantian yang terlalu sering. Jika ibu tidak bisa atau harus meninggalkan bayi, anggota keluarga (ayah, nenek dll)

dapat menolong melakukan kontak kulit langsung dengan bayi dalam posisi kanguru. Metode ini dapat dilakukan hingga bayi mencapai usia gestasional yang cukup (sekitar 40 minggu atau berat 2500 g). Setelah itu bayi biasanya akan menunjukan tanda kurang nyaman dengan posisi kanguru. Pada saat ini bayi dapat perlahanlahan dilepaskan dari PMK namun proses menyusui harus tetap berlangsung. 2 MD 1. Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah dengan Perawatan Metode Kanguru. Jakarta: PERINASIA; 2014. 2. Kangaroo Mother Care A Practical Guide. Geneva: WHO; 2003.

Untuk mengunduh panduan Kangaroo Mother Care dari WHO, dapat mengunjungi link : http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/9241590351/en/

REVIEW

9

Kombinasi Ramosetron, Aprepitant dan Deksametason dalam Pencegahan

CHEMOTHERAPHY–INDUCED NAUSEA AND VOMITING (CINV)

M

ual dan muntah akibat kemoterapi (chemotherapy-induced nausea and vomiting/CINV) adalah salah satu efek samping yang paling tidak menyenangkan pada pasien yang mendapat kemoterapi. Hal ini memberikan efek signifikan pada kualitas hidup pasien dan mencegah kelanjutan kemoterapi. Insiden dan tingkat keparahan CINV dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: jenis obat kemoterapi, dosis yang diberikan, jadwal dan rute pemberian obat serta variabilitas pasien. Banyak obat kemoterapi yang digunakan bersifat sangat emetogenik, salah satunya adalah cisplatin, dan dapat memengaruhi tingkat kepatuhan berobat pasien. Oleh karena itu, tata laksana CINV sama pentingnya dengan pemilihan jenis obat kemoterapi. Perkembangan terbaru obat antiemetik baru seperti antagonis reseptor serotonin (5-HT3) dan antagonis reseptor neurokinin-1 (NK-1) menurunkan insiden dan risiko terjadinya CINV pada pasien yang mendapat kemoterapi. Secara umum, kombinasi antagonis reseptor NK-1, antagonis reseptor serotonin dan steroid dapat memperbaiki

respon CINV. Bahkan National Comprehensive Cancer Network, European Society of Medical Oncology, dan American Society of Clinical Oncology merekomendasikan penggunaan kombinasi antagonis reseptor NK-1, antagonis reseptor serotonin dan deksametason untuk pencegahan mual akut dan delayed pada pasien yang mendapat kemoterapi intravena sangat emetogenik seperti cisplatin. Ramosetron sebagai antagonis reseptor 5-HT3 telah digunakan secara luas di negara Asia untuk pencegahan CINV. Pada beberapa uji klinis, obat ini menunjukkan efikasi dan keamanan yang sama ketika dibandingkan dengan ondansetron dan granisetron. Sebuah studi yang dilakukan tim peneliti di Korea mengevaluasi efikasi klinis dan tolerabilitas kombinasi ramosetron (antagonis reseptor serotonin), aprepitant (antagonis NK-1) dan deksametason (RAD) untuk pencegahan CINV pada pasien kemoterapi dengan kanker solid. Studi ini menunjukkan kombinasi RAD aman dan efektif sebagai antiemetik dalam pencegahan CINV pada pasien yang mendapat kemoterapi sangat emetogenik.

Panduan Praktis

Penanganan CINV

P

ada CINV faktor terbesar yang menentukan apakah pasien mual atau tidak adalah tingkat emetogenesitas kemoterapi itu sendiri. Tingkat emetogenesitas sendiri dibagi menjadi 5 level, di mana kemoterapi terpoten termasuk Cisplatin, Cyclophosphamide, Dacarbazine, Carboplatine, Cytarabine dan Doxorubicine. Berikut adalah regimen pencegahan dan terapi CINV yang direkomendasikan oleh NCCN (National Comprehensive Cancer Network): ▶ Kemoterapi sangat emetogenik (level 5): Aprepitant DAN Dexametason DAN inhibitor 5-HT3 pre dan pasca kemoterapi, gunakan benzodiazepine bila ada CINV antisipatorik.

▶ Kemoterapi emetogenik moderat (level 3-4): Dexametason DAN inhibitor 5-HT3 pre kemoterapi dilanjutkan dengan Dexametason ATAU inhibitor 5-HT3 pasca kemoterapi. Gunakan Aprepitant bila ada riwayat CINV berat sebelumnya. ▶ Kemoterapi emetogenik rendah (level 2): Dexametason pre kemoterapi ATAU golongan Phenotiazine bila diperlukan. ▶ Kemoterapi emetogenik minimal (level 1) : Tidak diperlukan pencegahan, gunakan anti nausea sesuai keperluan. MD

Pencegahan dan penanganan CINV dengan sejumlah obat antiemetik sama pentingnya dengan pemilihan kemoterapi.

Hasil penelitian ini menunjukkan respon komplit (pasien tidak mengalami gejala muntah ataupun mendapat pengobatan CINV) sebesar 94,9% pada fase akut (24 jam post kemoterapi); 92,3% pada periode delayed (24-120 jam post kemoterapi) dan 92,3% selama keseluruhan fase studi (0-120jam). Tingkat respon ini termasuk tinggi bila dibandingkan dengan studi lain yang menggunakan antagonis reseptor serotonin lainnya. Ramosetron merupakan derivat tetrahidrobenzimidazole yang memiliki struktur yang berbeda dengan ondansetron dan granisetron dan memiliki efek antagonis reseptor serotonin yang lebih poten. Selain itu,

ramosetron dapat diberikan sekali dalam sehari karena memiliki waktu paruh yang lebih panjang. Pencegahan dan penanganan CINV dengan sejumlah obat antiemetik sama pentingnya dengan pemilihan kemoterapi. Para peneliti terus mencari kombinasi yang baik untuk menangani CINV. Ramosetron sebagai salah satu antagonis reseptor serotonin dapat menjadi pilihan dalam kombinasi RAD untuk pencegahan CINV. MD Cancer Res Treat. 2013;45(3):172-177

10

INSIDER

Etika Pasien Remaja R

tentang apa yang baik dan apa yang

juan agar profesional memberikan

menghadapi

buruk dan tentang hak dan kewajiban

jasa sebaik-baiknya kepada pemakai

moral. Ter-dapat 4 kaidah dasar etika

atau nasabahnya. Kode etik yang me-

dr. Ivan Riyanto Widjaja, Sp.A

yang menjadi prinsip umum etika yaitu

nyangkut profesi dokter diatur dalam

beneficence, non maleficence, respect for

kode etik kedokteran (KODEKI).

persons, dan justice.

KODEKI dibuat sebagai panutan, sifat

emaja merupakan populasi

diadakan

Ikatan

khusus karena pada masa

Indonesia Cabang DKI Jakarta pada

anak dan remaja berkaitan erat dengan

Etika yang menyangkut hal-hal

mendasar yang harus melekat pada

itu seorang anak beralih

hari Minggu, 22 Februari 2015,

perbedaan etika seorang dokter dalam

yang bersifat prinsip dan penting

diri dokter sehingga terbentuk suatu

menjadi remaja bukan hanya secara

Dr. Sudung O Pardede, Sp.A(K) yang

menghadapi pasien remaja. Etika

diatur dalam suatu kode etik dalam

rasa percaya adanya itikad baik dokter

fisik tetapi juga secara psikologis.

merupakan anggota Badan Pembinaan

berasal dari kata ethos yang artinya

suatu profesi. Kode etik menyatakan

untuk menangani pasien.

Menghadapi seorang remaja pasti

dan

(BP2A)

adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak

perbuatan yang benar atau salah



berbeda dengan menghadapi seorang

menyampaikan topik mengenai etika

yang baik. Menurut Kamus Besar

dan

bentuk, pasien akan dapat menguta-

anak. Dalam scientific meeting yang

dalam menghadapi pasien remaja.

Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu

dilakukan dan dihindari dengan tu-

Pembelaan

Dokter

Anggota

Anak



Pendekatan yang berbeda antara

perbuatan

apa

yang

harus

Jika saling percaya ini telah ter-

rakan

keluhannya

dengan

bebas

sehingga diagnosis yang baik dapat dibuat.

Pendekatan

yang

harus

dilakukan terhadap pasien remaja ini memiliki beberapa poin penting. (tabel 1)

Tabel 1. Pendekatan terkait etik yang harus dilakukan terhadap pasien remaja: 1. Penilaian kecakapan pasien remaja dalam menerima dan mencerna apa yang disampaikan dokter 2. Pada pasien yang sudah dapat menerima informasi, perlu ditanyakan/izin apakah orang tua dapat mendampingi pasien pada saat pemeriksaan 3. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan bersama perawat pendamping 4. Pemeriksaan harus dilakukan di tempat tertutup. 5. Dalam pengambilan keputusan yang besar, orangtua pasien tetap perlu dilibatkan tentunya dengan izin dari pasien.

Hal-hal yang lebih besar lagi dan

mempengaruhi hajat hidup orang banyak diatur oleh negara. Pengaturan itu dilakukan dengan membuat suatu hukum sebagai suatu arahan dalam bertindak. Sangat banyak hukum yang berhubungan dengan profesi dokter dalam hubungannya dengan pasien anak. Hukum kedokteran tersebut meliputi UU no 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak hingga UU no 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan dengan KUHP dan KUHAP serta KUH perdata yang menyertainya.

Sebagai kesimpulan, Dr. Sudung

menekankan

dua

poin

simpulan

yaitu etika dalam menghadapi pasien remaja pada umumnya sama dengan menghadapi pasien dewasa dan remaja merupakan masa peralihan anak ke dewasa sehingga pendekatan terhadap remaja tidak boleh disamakan dengan pendekatan pada anak. IRW

11

EVENTS

Peluncuran Program

Nusantara Sehat Kementerian Kesehatan

A

wal

Februari





Wilayah capaian berjumlah 48 kabupaten di

sehingga diharapkan dapat berinteraksi dengan

Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan

petugas kesehatan setempat dan masyarakat

(DTPK).

sekitar di daerah penempatan.

Sedangkan

unit

capaian

adalah

120 puskesmas. Pelaksanaannya melibatkan



Kemenkes juga akan melakukan penguatan

setidaknya 600 tenaga kesehatan. Selama

pelayanan kesehatan tahun 2015-2019 yang

ini puskesmas mengalami kesulitan yaitu

meliputi kesiapan 6000 Puskesmas di 6 regional,

kekurangan tenaga kesehatan sehingga tidak

pembentukan 14 rumah sakit rujukan nasional

mampu menjalankan fungsi promotif dan

(dari Medan hingga Jayapura) dan 184 rumah

preventifnya. Melalui program ini Kemenkes

sakit rujukan sebagai mediator puskesmas

berupaya untuk memperkuat puskesmas dengan

regional dan nasional. Khusus untuk daerah

Kementerian

ini juga tidak hanya berfokus pada kegiatan

mengirimkan sejumlah tenaga kesehatan.

terpencil dan sangat terpencil, dibangun rumah

Kesehatan RI meluncurkan Program

kuratif, namun juga pada promotif dan preventif



“Kami dari Kementerian Kesehatan melalui

sakit kelas D pratama dengan kapasitas 50

Nusantara

ini

guna meningkatkan kesehatan masyarakat dan

program penempatan tenaga kesehatan yang

tempat tidur. Sedangkan pada regional Papua

menjadi fokus kebijakan Kementerian Kesehatan

daerah yang membutuhkan. Hal ini diungkapkan

berbasis tim (team based) ini merupakan upaya

akan didirikan 13 rumah sakit pratama. Di

RI untuk periode 2015-2019 yang dilakukan

oleh Prof. Dr. dr. Nila F Moeloek, SpM(K).

peningkatan pelayanan kesehatan mencakup

regional Sumatera, Jawa, Bali – Nusa Tenggara,

dengan

Program

preventif,

dengan

Kalimantan, Sulawesi akan didirikan rumah

menguatkan

lalu,

Target

Sehat.

Program

Pelayanan

Kesehatan

Nusantara

Sehat

mengadopsi

promotif,

dan

kuratif

Primer. Dasar prioritas adalah permasalahan

model Pencerah Nusantara, yaitu inisiatif

melibatkan lima jenis tenaga kesehatan yaitu

sakit pratama. Rumah sakit umum daerah juga

yang mendesak, seperti masih tingginya angka

lintas sektoral yang diprakarasi oleh Kantor

dokter, perawat, bidan, ditambah dukungan

akan dilakukan penguatan. HA

kematian ibu dan bayi, angka gizi buruk,

Urusan Khusus Presiden RI untuk Millenium

dari dua tenaga kesehatan lainnya seperti tenaga

dan angka harapan hidup yang ditentukan

Development Goals (KUKP-RI MDGs) dan

kesehatan gizi, tenaga kesehatan lingkungan,

oleh kualitas pelayanan primer. Penguatan

menggabungkan tenaga kesehatan, masyarakat,

tenaga

yankes primer mencakup fisik (pembenahan

sukarelawan, pemerintah, swasta, LSM dan

laboratorium

infrastruktur), sarana (pembenahan fasilitas),

pemuda dalam upaya bersama memperkuat

dan tenaga kesehatan masyarakat yang akan

dan sumber daya manusia (penguatan tenaga

sistem pelayanan kesehatan primer di Indonesia,

ditempatkan

kesehatan, selain dokter).

terutama di daerah terpencil.

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

Dalam program tersebut akan dilakukan

Kemenkes

peningkatan jumlah, sebaran, komposisi dan

Nusantara Sehat ini dapat menjadi mekanisme



mutu tenaga kesehatan berbasis tim yang

efektif untuk memperkuat jajaran pelayanan

medis dan non-medis yang mencakup pelatihan

memiliki ragam latar belakang mulai dari dokter,

kesehatan

kepemimpinan, manajerial dan komunikasi

perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Program

perbatasan dan kepulauan.

mengharapkan

primer,

terutama

program

di

daerah

analis

kesehatan/ahli medik,

ke

tenaga

pelosok

teknologi kefarmasian

nusantara

guna

umum,” tukas Dr. Nila Moeloek. Seluruh peserta dibekali dengan keahlian

Rencana pelaksanaan penempatan tenaga kesehatan (nakes) dengan team based 2015-2019 Tahun

Jumlah provinsi

Jumlah kab/kota

Jumlah puskesmas

Jumlah nakes

2015

16

48

120

600

2016

17

54

130

650

2017

18

59

140

700

2018

19

64

150

750

2019

20

69

160

800

Untuk lebih lengkapnya, informasi Program Nusantara Sehat dapat diakses pada www.nusantarasehat.kemkes.go.id

serta pemahaman terhadap budaya-budaya lokal

Studi Ekonomi Kesehatan dan

Forum Nasional Sadar Alergi

P

revalensi alergi pada anak di Indonesia mengalami peningkatan beberapa tahun belakangan ini, dan dampak negatif akibat alergi juga cukup signifikan baik membebani keluarga dari segi klinis namun juga terhadap kualitas hidup dan beban ekonomi.

Health Economics Study of Allergy Prevention merupakan studi yang menunjukkan penghematan jumlah biaya dan kunjungan ke dokter untuk setiap anak yang melakukan pencegahan primer dengan formula hidrolisat parsial whey dibandingkan dengan formula standar pada bayi yang tidak mendapatkan ASI karena indikasi medis. Studi yang sama juga dilakukan di beberapa negara lain yaitu Spanyol, Jerman, Denmark, Australia, Swiss, Thailand, Filipina, Malaysia dan Singapura. Hasilnya memiliki benang merah yang sama yaitu penghematan biaya yang signifikan bila dilakukan pencegahan primer alergi. Tidak hanya bermanfaat terhadap dari segi ekonomi saja tetapi kualitas hidup yang lebih baik juga tergambarkan dalam penelitian tersebut. Studi ini membandingkan biaya pengobatan termasuk biaya medis yang berhubungan dengan alergi seperti biaya konsultasi, obat-obatan dan laboratorium yang akan

dikeluarkan, dengan biaya yang dikeluarkan apabila pencegahan penyakit alergi dapat dilakukan. Di Indonesia, studi dirampungkan oleh Dr. dr. Astrid Sulistomo, MPH, SpOk dan Dr. dr. Zakiudin Munasir, SpA(K). “Hasil studi menggambarkan, bila dilakukan pencegahan primer dengan pemberian hidrolisat parsial whey, biaya yang dapat dihemat setiap bulannya adalah sekitar Rp 4,5 juta/anak dan 38 hari tanpa keluhan,” jelas Dr. dr. Astrid Sulistomo, MPH, SpOk. Selanjutnya dr. Zakiudin menambahkan hasil studi tersebut, biaya total untuk pasien dermatitis atopik per tahunnya mencapai kisaran Rp 8.851.900. Launching ForNASA Pada waktu bersamaan, diluncurkan Forum Nasional Sadar Alergi (ForNASA). ForNASA ini merupakan kumpulan beberapa institusi dan para profesional dengan beragam latar

belakang dengan kepedulian tinggi terhadap alergi di Indonesia, mengingat prevalensi alergi yang semakin meningkat. Institusi kesehatan yang tergabung dalam ForNASA adalah Persatuan Dokter Ahli Alergi dan Imunologi (PERALMUNI), Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan Nestle Nutrition Institute. Program forum ini berupa program edukasi untuk tenaga kesehatan serta komunitas untuk meningkatkan kesadaran pentingnya pencegahan primer alergi. HA

12

EVENTS

ADVANCE DERMOCOSMETIC Pada akhir Februari 2015 lalu, dr. Sjarif Wasitaatmadja, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV dan Cheong Wai Kwong (Singapura) hadir dalam acara “Skin Science Dinner Symposium” pada acara “Enhancing Understanding on Skin Pigmentation Disorder” yang diselenggarakan oleh Kelompok Studi Dermatologi yang mengangkat tema The Role of Advance Dermocosmetic dan hadir sebagai moderator adalah dr. Lili Legiawati, Sp.KK(K).

Advance on Dermocosmetic in Indonesia dr. Sjarif Wasitaatmadja, Sp.KK(K) Indonesia

K

osmetik kini merupakan suatu ‘way of life’ baik bagi wanita bahkan pria. Sekitar tahun 1970-an mulailah dikenal istilah cosmetic dermatology atau dermocosmetic. Perkembangan sosial, kemajuan teknologi dan perekonomian juga akan mempengaruhi kemajuan bioteknologi produk dan terapi dalam penanganan masalah pada kulit. Kebutuhan akan kosmetik kini hampir bisa dikatakan seimbang antara wanita dan pria. Pria masa kini tidak hanya ingin terlihat maskulin saja tetapi juga ingin tampil lebih atraktif. Selain perawatan terhadap kulit dan tubuh, kini juga banyak yang menyertakan aromaterapi atau spa agar kesehatan tubuh dan jiwa tetap dalam kondisi seimbang. Paradigma baru, bahan baku baru, teknologi baru (teknologi nano) dan peran baru dalam bidang kosmetik merupakan kemajuan dalam bidang dermocosmetic non-invasive. Paradigma baru timbul dari pemikiran masyarakat yang ingin kembali ke alam atau produk yang aman dan ramah lingkungan (back to nature). Herbal, natural, ramah

lingkungan dirasakan lebih baik karena lebih aman. Begitu pula dengan produk kosmetik harus dibuat ramah lingkungan dari awal hingga akhir, seperti kemasan, botol, dan sebagainya. Masyarakat juga menganggap produk terbuat dari herbal lebih baik dibandingkan dengan yang dari hewan. Haram atau halalnya sebuah produk juga menjadi pertimbangan tertentu mengingat 80% penduduk di Indonesia adalah muslim. Halal tidak hanya terbatas pada makanan saja, namun juga bahan yang digunakan dalam pembuatan kosmetik. Perkembangan teknologi terkini yaitu teknologi nano merupakan teknologi yang sudah memenuhi hampir setiap ruang lingkup. Keuntungan teknologi nano ini antara lain adalah lebih stabil, lebih efektif, lebih toleran dan secara estetik bentuknya lebih halus dan lebih lembut. Namun teknologi nano juga memiliki kerugian yaitu dibutuhkan biaya yang lebih tinggi, perlu teknologi canggih, safety clearance masih dipertanyakan karena memiliki risiko biologis dan lingkungan (produk akhirnya). Hingga kini Eropa dan Amerika masih mencari regulasi untuk mengatasi risiko-risiko yang ada.

FOR ACNE IN INDONESIA Mengenal dermocosmetic Dermocosmetic merupakan istilah perpaduan antara kosmetik dan ‘obat’ (drugs) yang pertama kalinya diperkenalkan oleh Kligman pada tahun 1980. Kini peran baru dermocosmetic sudah begitu banyak, misalnya di dalam anti-acne, anti-aging, anti-dandruff, anti-body odor, anti-stretch mark, dll. Karakteristik dermocosmetic antara lain, dapat digunakan pada kulit normal atau hampir seperti kulit normal, memiliki manfaat untuk masalah kulit minor, dan memiliki risiko rendah. Dermocosmetic pada penanganan akne memiliki 2 peran yaitu sebagai adjuvant dan maintenance. Pada kulit, dermocosmetic memiliki peran yang sangat penting, yaitu sebagai: (1) cleanser kulit dan antimicrobial (2) mengendalikan produksi sebum (3) sebagai korneolitik (melepaskan stratum korneum), dan (4) bisa sebagai pelembab, fotoprotektif dan antiinflamasi Bahan lain yang juga berperan dalam penanganan akne adalah Anti-Bacterial Adhesive substance (ABA) yang dapat mencegah adhesi P. acnes dan mengendalikan produksi sebum. Selain itu, dermocosmetic juga dapat mengurangi terjadinya akne dengan cara mengurangi P. acnes, mengendalikan produksi sebum dan mengurangi hiperkeratinisasi serta berperan sebagai antiinflamasi.

Meeting the Challenges of Acne Management and the Role of Dermocosmetic Cheong Wai Kwong Singapura

P

enanganan akne terkini memiliki dua tantangan tertentu, yaitu pertama, adanya resistensi bakteri yang diakibatkan oleh penggunaan antibiotika dalam menangani akne sehingga menyebabkan kegagalan terapi. Kedua, penanganan akne secara tradisional/ konvensional menimbulkan iritasi yang dikaitkan dengan pemberian retinoid dan benzoil peroksida. Iritasi ini kadangkala mempengaruhi kepatuhan pasien melakukan terapinya. Ketidakpatuhan pasien dapat menyebabkan pasien lebih memilih salon kecantikan guna memenuhi kebutuhannya. Pemberian kombinasi topikal retinoid dan antimikroba saat ini merupakan lini pertama dalam penanganan akne dan mudah diaplikasikan. Namun fixed combination tersebut juga memiliki keterbatasan. Misalnya, beberapa preparat hanya memiliki antimikroba dan tidak ditargetkan untuk menangani lesi komedo, sementara preparat lain seperti kombinasi benzoil peroksida dan retinoid sering menyebabkan iritasi.

Kebutuhan untuk mengurangi iritasi inilah yang membuat kehadiran dermocosmetic kini menjadi penting, dan sudah digunakan secara luas di seluruh dunia. Salah satunya dalam hal pemilihan moisturizer, sebaiknya tidak hanya sekadar moisturizer dan bahan bakunya juga perlu dikenali. Moisturizer sebaiknya dipilih yang non-comedogenic, nonacnegenic dan bahan bakunya telah terbukti (evidence based) memiliki efek tertentu terhadap akne, misalnya antiinflamasi. Untuk menangani resistensi bakteri dalam penanganan akne, perlu dilakukan pendekatan nonantibiotik, misalnya dengan dermocosmetic. Salah satu contoh dermocosmetic adalah Papulex, yang mengandung nicotinamide (4%) sebagai antiinflamasi, Anti-Bacterial Adhesive (ABA) substance sebagai antimikroba (bukan sebagai antibiotika sehingga tidak menimbulkan risiko resistensi) yang dapat menghambat proliferasi P. acnes dan zinc PCA sebagai sebum controlling agent. Untuk menjawab tantangan di atas, PT Transfarma Medica Indah mengeluarkan rangkaian produk dermocosmetic terbaru yaitu Papulex Gel, Papulex Lotion dan Papulex UV High Protection Cream untuk melengkapi rangkaian produk sebelumnya yaitu Papulex Moussant Soap Free Cleansing Gel, Papulex Oil Free Cream dan Papulex Hydrating Cream. Kandungan yang terdapat di Papulex mampu mengatasi 3 dari 4 Faktor penyebab jerawat yaitu Anti-Bacterial Adhesive (ABA) untuk mencegah proliferasi P. acnes, nicotinamide untuk mengurangi inflamasi dan Zinc PCA untuk mengurangi sebum berlebih. Prinsip dasar dari perawatan kulit menggunakan dermocosmetic yang meliputi non-soap cleanser, moisturizer non-comedogenic, oil controlled moisturizer, oil free sunscreen dan obat anti akne secara teratur, memberikan solusi yang lengkap bagi pasien. Papulex direkomendasikan sebagai terapi adjuvant dan maintenance dimana tercantum dalam buku Indonesia Acne Expert Meeting (IAEM) yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) dan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI). MD

PRACTICE

Perlukah Suplementasi

VITAMIN D untuk Pasien-Pasien Kita? dr. Stevent Sumantri Sp.PD Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UPH RSU Siloam Lippo Village, Tangerang

S

tudi-studi observasi dan intervensi telah banyak memberikan manfaat suplementasi vitamin D bagi kesehatan, termasuk proteksi terhadap osteoporosis, demensia dan juga pada penyakit auto-imunitas seperti artritis reumatoid dan lupus. Namun demikian, mayoritas

studi tersebut dilakukan di negaranegara sub-tropik, dengan paparan sinar matahari yang lebih singkat dibanding daerah tropik seperti Indonesia. Manfaat suplementasi vitamin D terhadap kesehatan pasienpasien kita patut menjadi pertanyaan, karena sinar matahari merupakan faktor utama yang merubah vitamin

Anti Hipertensi: Pagi Hari atau Sebelum Tidur?

P

ertanyaan sederhana yang sering membuat dokter bingung adalah, apakah sebaiknya obat antihipertensi diminum pagi hari atau sebelum tidur? Studi-studi besar yang mempelajari anti-hipertensi selama ini selalu memberikan obat tersebut pada pagi hari. Selain itu irama diurnal tekanan darah menunjukkan bahwa tekanan darah manusia meningkat pada pagi dan sore hari, sehingga diharapkan pemberian anti-hipertensi pada pagi hari dapat mencegah puncak tekanan darah sore. Namun demikian beberapa studi menunjukkan bahwa individu dengan tekanan darah yang tidak turun 10% pada saat tidur (non-dipper) mempunyai risiko kardiovaskular lebih tinggi. Demikian juga studi epidemiologi menunjukkan bahwa sebagian besar kejadian kardiovaskular (stroke dan SKA) terjadi pada pagi hari, sehingga manakah yang lebih baik pagi hari atau sebelum tidur? Studi-studi yang dilakukan oleh Hermida dkk dari Spanyol menunjukkan bahwa untuk penderita hipertensi dengan diabetes1 atau penyakit ginjal kronik2, pemberian anti-hipertensi sebelum tidur nampaknya lebih baik dibandingkan pagi hari. Pada penderita hipertensi dan diabetes, pemberian anti-hipertensi sebelum tidur memberikan hasil kendali

tekanan darah ambulatorik lebih baik dan risiko kardiovaskular total lebih rendah (HR 0,39; IK 95% 0,29-0,51). Hasil serupa juga ditemukan pada penderita hipertensi dan penyakit ginjal kronik, dengan penurunan risiko kardiovaskular total sebesar dua pertiga dibandingkan pemberian anti-hipertensi pada pagi hari (HR 0,31; IK 95% 0,21-0,46). Perubahan jadwal anti-hipertensi dari pagi menjadi malam hari sebelum tidur nampaknya memberikan dampak yang luar biasa terhadap kendali tekanan darah dan luaran kardiovaskular. Namun demikian beberapa hal harus diperhatikan, pertama studi ini harus dikoroborasi lebih lanjut oleh temuan dari peneliti-peneliti lain. Kedua, harus diperhatikan bahwa pemberian pada malam hari sebaiknya menggunakan anti-hipertensi dengan kerja 24 jam atau dalam sediaan lepas lambat. Hal ini untuk meminimalisir penurunan tekanan darah yang terlalu jauh pada saat tidur. Pada akhirnya pemilihan untuk pagi hari atau malam hari sebelum tidur tetap harus mengingat bahwa, yang terpenting adalah menurunkan tekanan darah mencapai target <140/90 mmHg (usia <60 tahun) atau <150/90 mmHg (usia 60 tahun ke atas). SS 1. Diabetes Care. 2011; 34:1270-1276. 2. JASN. 2011; 22: 1-9.

D menjadi aktif melalui reaksi yang terjadi di jaringan subkutan. Defisiensi vitamin D merupakan kondisi epidemik di daerah subtropik, termasuk negara maju seperti Amerika Serikat dengan prevalensi 41,6% dan lebih tinggi untuk ras berkulit hitam yang mencapai 82,1%.1 Studi-studi yang

dilakukan pada daerah tropik ternyata juga menunjukkan defisiensi vitamin D yang hampir sama tinggi dengan subtropik. Sebuah studi yang dilakukan di Brazil pada saat musim panas terhadap pria berusia di atas 60 tahun menunjukkan prevalensi 31,5%.2 Studi yang dilakukan oleh Siti Setiati dkk di Indonesia, terhadap

13

78 subyek berusia di atas 60 tahun dengan diabetes tipe 2, menunjukkan prevalensi defisiensi sebesar 78,2%.3 Data-data di atas menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D merupakan permasalahan besar, baik di negara tropik maupun sub-tropik. Rekomendasi yang ada menyarankan pemberian suplementasi 1.000 IU vitamin D bagi individu yang tidak mendapatkan paparan sinar matahari minimum 15 menit per harinya. Namun demikian, sebagaimana studi di Brazil menunjukkan, paparan sinar matahari yang adekuat juga tidak menjamin kecukupan kadar vitamin D di dalam darah. Para klinisi hendaknya menilai status risiko masing-masing individu untuk kelainan terkait defisiensi vitamin D, sehingga apabila diperlukan suplementasi vitamin D mungkin dapat disarankan meskipun dengan paparan sinar matahari yang cukup. Apabila ada keraguan tidak ada salahnya untuk memeriksakan kadar vitamin D3 bagi individu-individu berusia di atas 60 tahun. MD 1. Nutr Res. 2011 Jan;31(1):48-54. 2. Clin Interv Aging. 2013;8:1347-51. 3. Acta Med Indones. 2010 Jul;42(3):123-9.

14

PRACTICE

UPDATE

Tahun 2014, American Academy of Pediatrics (AAP) merilis rekomendasi bronkiolitis terbaru menggantikan rekomendasi tahun 2006. Apa saja revisinya? Mari kita lihat sebuah ilustrasi kasus oleh Amy Levine, profesor anak dari University of North Carolina, dikutip dari laman Emergency Physicians Monthly (medpagetoday.com) pada tanggal 11 Februari 2015.

B

Bronkiolitis Fisioterapi

dada

Terkini

tidak

bermanfaat pada tata laksana [rekomendasi

bronkiolitis

dr. Felix Liauw, Sp.A

sedang], baik dengan teknik vibrasi, perkusi, maupun passive expiratory. Di sisi lain, suction

ayi usia 4 bulan, dengan

Infectious

batuk pilek sejak 3 hari,

melaporkan insiden infeksi saluran

Disease

Journal

2011,

tampak rewel dan napas

pernapasan bawah yang disebabkan

cepat. Buang air kecil masih banyak.

oleh RSV adalah 163 dari 802 kasus

Imunisasi lengkap sampai usia 4

(20,3%) dan lebih sering terjadi pada

bulan. Suhu 38oC, frekuensi napas

anak usia 6-11 bulan.

66x/menit, dan saturasi oksigen 92%

Menurut AAP, Rontgen dada

(udara bebas). Anak tidak dehidrasi

dan usapan hidung untuk uji RSV

dan tidak toksik. Terdapat retraksi

tidak perlu dilakukan rutin dalam

wheezing

ringan,

ekspirasi,

dan

pendekatan

diagnosis

bronkiolitis

hipertonik

cukup

aman

dan

tetapi suction yang terlalu

... inhalasi garam hipertonik (NaCl 3%) boleh diberikan di rawat inap. Inhalasi larutan hipertonik akan membantu bersihan mukosilier pada saluran pernapasan sehingga lendir lebih mudah keluar dan anak lebih nyaman bernapas...

ronki halus.

[rekomendasi sedang]. Cukup hanya

Diagnosis awal adalah bron-

dengan gejala klinis dan pemeriksaan

kiolitis dengan diagnosis banding

fisis [rekomendasi kuat]. Sekitar 30%

berupa reactive airway disease dan

bronkiolitis dapat disebabkan ko-

pneumonia. Rencana tata laksananya:

infeksi dengan virus lain (selain

trial inhalasi albuterol (agonis beta-

RSV). Rontgen dada tidak berkorelasi

2), Rontgen dada, monitor saturasi

dengan tingkat keparahan penyakit,

oksigen,

rendah,

namun dapat dilakukan bila klinis

Kortikosteroid

dapat

usapan hidung untuk uji respiratory

berat atau membutuhkan perawatan

sincytial virus dan observasi apakah

intensif.

anak dapat menyusu. Apakah ini sudah sesuai rekomendasi AAP?

oksigen

aliran

di daerah hidung luar (cuping) dapat melegakan pernapasan

biayanya tidak mahal.

dalam (sampai nasofaring) dan

terlalu

justru

memperpanjang

sering

lama rawat. Antibiotik

sering

diberikan

pada

bronkiolitis

karena

khawatir adanya infeksi bakteri

sekunder

pasien, dan setelah

termasuk dalam praktik

melepas

sedang sakit tidak boleh terpapar asap rokok dan keluarga harus

pneumonia. Argumen lain adalah

berhenti

letak bronkiolus dan alveolus yang

kuat].

bermanfaat pada beberapa gangguan

berdekatan sehingga bukan tidak

diberikan sampai minimal usia 6

pernapasan

dan

mungkin infeksi bronkiolitis juga

bulan untuk menurunkan insiden

Rontgen dada justru menyebabkan

croup, tetapi tidak pada bronkiolitis

dapat menyerang alveolus sehingga

dan risiko mortalitas dari bronkiolitis

overdiagnosis menjadi pneumonia.

sehingga

men-jadi pneumonia. Akan tetapi,

[rekomendasi

studi

gambaran

seperti

tidak

asma

direkomendasikan

kesulitan

Rekomendasi AAP 2014 perihal

Gejala klinis bronkiolitis umumnya

[rekomendasi

kuat].

bronkiolitis meliputi diagnosis, terapi

didahului gejala gangguan saluran

metaanalisis

Cochrane

dan preventif. Tak terlalu banyak

pernapasan atas seperti batuk, pilek,

mendukung

perbedaan dengan rekomendasi 2006,

atau bersin selama 2-3 hari, kemudian

namun ada beberapa penegasan.

diikuti peningkatan usaha bernapas.

maupun inhalasi tidak mengurangi

bak-teri sekunder. Oleh karena itu,

Sebagai

rekomendasi

Sementara itu, pemeriksaan fisis

lama rawat. Suplementasi oksigen tidak

antibiotik tidak direkomendasikan

contoh,

yang

untuk

Seringkali

sering

tangan

membedakan antara bronkiolitis dan

sistemik

Dokter

sarung

[rekomendasi kuat]. Anak

sehari-hari di Indonesia.

[rekomendasi ibu

sedang].

sebaiknya

Terakhir,

anak

tenaga kesehatan harus mengedukasi

dengan gejala klinis bronkiolitis yang

keluarga perihal diagnosis, terapi

tersebut

jelas (apalagi terbukti RSV positif)

dan

karena baik kortikosteroid sistemik

hanya berisiko <1% untuk terinfeksi

[rekomendasi kuat].

pernyataan

bahwa

susu

2013

Lagi-lagi,

menunjukkan

merokok Air

pencegahan

bronkiolitis

... suction di daerah hidung luar (cuping) dapat melegakan pernapasan tetapi suction yang terlalu dalam (sampai nasofaring) dan terlalu sering justru memperpanjang lama rawat...

bronkodilator,

ditemukan takipnea, retraksi, napas

perlu diberikan bila saturasi oksigen

[rekomendasi kuat], kecuali bila

kortikosteroid, dan fisioterapi dada

cuping hidung, ronki bilateral dan

perifer (SpO2) ≥90% [rekomendasi

pasien

‘tidak perlu diberikan rutin’, namun

wheezing. Selain gejala klinis dan

lemah]

pulse

menggunakan ventilator. Rekomen-

pada rekomendasi 2014 secara tegas

pemeriksaan fisis, yang tak boleh

oximetry kontinu juga tidak perlu

dasi terakhir pada terapi bronkiolitis

menyatakan ketiga modalitas itu ‘tidak

luput dari pengkajian awal adalah

[rekomendasi lemah]. Hipoksemia

adalah

perlu’. Inhalasi garam hipertonik

menilai ada tidaknya faktor risiko

transien dapat dijumpai pada bayi

melalui selang nasogastrik (NGT)

untuk pertama kalinya disinggung di

sakit berat yaitu usia <12 minggu,

atau anak sehat. Anak sehat yang

atau infus pada anak yang tidak bisa

rekomendasi 2014, tidak ada di 2006.

riwayat lahir prematur, ada gangguan

sedang berada di daerah dengan

mendapat makanan langsung lewat

Beberapa rekomendasi lain seperti

kardiopulmonar, dan imunodefisiensi

ketinggian 1300 m di atas permukaan

oral [rekomendasi kuat]. Cairan

suplementasi oksigen dan antibiotik

[rekomendasi sedang].

air laut dapat mengalami desaturasi

infus hendaknya dipilih isotonik

tidak berbeda dengan sebelumnya.

Inhalasi beta-2 agonis seperti

hingga 84% tetapi tidak menimbulkan

daripada hipotonik karena risiko

albuterol atau salbutamol tidak men-

efek samping. Pulse oximetry memang

hiponatremia.

jadi bagian tata laksana bronkiolitis

merupakan alat sederhana untuk



[rekomendasi kuat]. Beta-2 agonis

mengukur persentase oksigen yang

yang diberikan sesuai rekomendasi

dapat memperbaiki gejala klinis,

terikat oleh hemoglobin, namun

tetapi tidak mempercepat resolusi

akurasinya rendah terutama pada

maupun mengurangi lama perawatan.

rentang SpO2 76-90%. Lagipula, tidak

Pernyataan tersebut didukung oleh

ditemukan korelasi antara SpO2 dan

metaanalisis Cochrane 2014; bahkan

distres napas pada bayi dengan infeksi

terdapat risiko efek samping seperti

saluran pernapasan bawah. Selain

takikardi dan tremor. Begitu pun

itu, Joint Commision juga menyoroti

juga dengan inhalasi epinefrin yang

bising dari alarm pulse oximetry yang

kini

sangat menganggu kualitas tidur bayi/

Dalam hal pencegahan, AAP

suplementasi oksigen tidak perlu

anak dan keluarga penunggunya.

merekomendasikan

diberikan.

2006

menyebutkan

...rekomendasi 2006 menyebutkan bronkodilator, kortikosteroid, dan fisioterapi dada ‘tidak perlu diberikan rutin’, namun rekomendasi 2014 secara tegas menyatakan ketiga modalitas itu ‘tidak perlu’...

tidak

menjadi

rekomendasi

[rekomendasi kuat]. Sementara itu,

yang

diberikan

di

rawat

inap

jiwa

[rekomendasi lemah]. Secara teori,

terutama di negara berkembang.

inhalasi larutan hipertonik akan

Biasanya menyerang di satu tahun

membantu bersihan mukosilier pada

Respiratory

saluran pernapasan sehingga lendir

sincytial virus (RSV) adalah etiologi

lebih mudah keluar dan anak lebih

tersering

nyaman bernapas. Beberapa studi

Indonesia,

bronkiolitis. dimuat

di

Studi

di

Pediatric

...antibiotik tidak direkomendasikan kecuali bila pasien terindikasi intubasi atau menggunakan ventilator...

mengungkapkan,

inhalasi

garam

...Kortikosteroid sistemik dapat bermanfaat pada beberapa gangguan pernapasan seperti asma dan croup, tetapi tidak pada bronkiolitis sehingga tidak direkomendasikan...

Kembali ke kasus, tata laksana

AAP terbaru adalah pemasangan NGT atau infus untuk memastikan asupan cairan/nutrisi karena bayi dengan frekuensi napas >60x/menit akan sulit untuk makan via oral. Bayi dirawat untuk observasi. Selanjutnya, uji RSV, Rontgen dada, inhalasi beta-2 agonis, kortikosteroid, dan

pemberian

pada kelompok bayi berisiko tinggi

boleh

kehidupan.

cairan/nutrisi

palivizumab (antibodi monoklonal)

darurat [rekomendasi sedang] tetapi

pertama

pemberian

atau

tidak diberikan di instalasi gawat infeksi saluran pernapasan bawah mengancam

pemasangan

intubasi

inhalasi garam hipertonik (NaCl 3%)

Bronkiolitis adalah salah satu masih

dan

terindikasi

[rekomendasi sedang]. Sayangnya, palivizumab

belum

tersedia

di

Indonesia. AAP juga menekankan pentingnya desinfektan,

cuci sabun

tangan

dengan

atau

alkohol

untuk menghindari penularan pada saat sebelum dan setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan objek yang berhubungan dengan

MD

1. American Academy of Pediatrics. Pediatrics. 2014;134:e1474-502. 2. Simoes EA, dkk. Pediatr Infect Dis J. 2011;30:778-84. 3. Gadomski AM, dkk. Cochrane Database Syst Rev. 2014;6:CD001266. 4. Fernandes RM, dkk. Cochrane Database Syst Rev. 2013;6:CD004878. 5. Spurling GK, dkk. Cochrane Database Syst Rev. 2011;6:CD005189. 6. Mitka M. JAMA. 2013;309:2315-6.

UPDATE NATIONAL MEDICAL EVENT SCHEDULE 13rd JNHC (Jakarta Nephrology and Hypertension Course) 8-10 Mei 2015 Hotel Borobudur, Jakarta : 021-3149208 Pertemuan Ilmiah Respirologi Makassar VI 2015 9-10 Mei 2015 Hotel Singgasana, Makassar : 081381803153 (dr. Muh. Ilyas) Pengembangan Profesi Bedah Berkelanjutan XII In conjunction with ASEAN FederationSummit Meeting II Persatuan Dokter Spesialis Bedah Indonesia 10-15 Mei 2015 Hotel Harris, Malang : [email protected] : 0341-335454 Simposium Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskular (HOPECARDIS) 15-17 Mei 2015

Hotel Ritz Carlton, Jakarta : 021-31934636 3rd Pediatric Endocrinology Update Healthy Hormonal Life Span : from Fetus to Adolescent 24-25 Mei 2015 Sanur Paradise Plaza, Bali UKK Endokrinologi IDAI dan IDA Cab. Bali : 021-3149318 / 0811882080 Joint Symposium 4th INASPEN & 2015 Mid Year National Meeting of ISICM 3-6 Juni 2015 Bandung, Jawa Barat : [email protected] : 021-31493 18/19 Pertemuan Ilmiah Khusus Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PIK PDPI) 2015 4-6 Juni 2015 Rattan Inn, Banjarmasin : 08112233731 (Tina)

MEI – AGUSTUS 2015 4th Symposium of Emergency 11-13 Juni 2015 Hotel Borobudur, Jakarta Pertemuan Ilmiah Regional XXVII 2015 – JOGLOSEMARMAS (Jogjakarta – Solo – Semarang – Banyumas) 12-14 Juni 2015 Patra Semarang Convention Hotel, Semarang : 0811273988 (dr. Maria Beladona Sp.S) PIN PAPDI 2015 12-14 Juni 2015 Hotel Novotel, Palembang : 021-31928025 Kongres Nasional PERKENI 30 Juli - 1 Agustus 2015 Royal Ambarukmo Hotel, Yogyakarta Konas PERDOSSI VIII 5-9 Agustus 2015 Grand Clarion Hotel &

Convention, Makassar : 0811415252 (Muh. Akbar)

Kuningan, Jakarta : 021-31930956

Konkernas PPHI-PGI-PEGI in conjunction with Malang Gastroenterohepatology Up Date 5 14-16 Agustus 2015 Hotel Harris, Malang : 0341-348265

KOGI (Kongres Obstetri Ginekologi Indonesia) 21-26 Agustus 2015 Hotel Transluxury, Bandung : www.pogi.or.id

Pertemuan Ilmiah Nasional (PIN) IX PERHATI-KL 18-22 Agustus 2015 Hotel Harris, Malang : 08128034753 (Asep) Muktamar Ahli Bedah Indonesia (MABI) XX 19-22 Agustus 2015 Surabaya : 031-5024972 Pertemuan Ilmiah Ilmu Penyakit Dalam 2015 20-21 Agustus 2015 Hotel Ritz Carlton Mega

INTERNATIONAL MEDICAL EVENT SCHEDULE

JUNI – SEPTEMBER 2015 Indonesia Digestive Disease

Exhibition Centre, Suntec City,

Week (IDDW) 2015 and the

Singapore

Pediatric Drops & Sirup

11th International Endoscopy Workshop 2015

The 10th Asia Pacific Burn

4-6 Juni 2015

Congress in Conjunction with

Hotel Borobudur, Jakarta : iddw.gastroenterology@ yahoo.com

ISBI Course

: 021-3148680 11th Asian Pacific Congress of

29-31 Agustus 2015 Hotel Discovery Kartika Plaza, Bali : 021-63869502 / 081317857586

Hypertension (APCH) 4-7 Juni 2015

The 17th International Meeting

Nusa Dua Convention Center,

of Respiratory Care in

Nusa Dua, Bali

Indonesia (RESPINA) 2015

: www.apch2015.org : [email protected]

2-5 September 2015

26th Annual Meeting of the

081382008877 (Ami)

Hotel Shangri-La, Jakarta : 021-99167064 (Ana) /

European Society of Paediatric and Neonatal Intensive Care

The 1st Asia Oceania Congress

(ESPNIC 2015)

for Neurorehabilitation

10-13 Juni 2015

(AOCNR 2015)

Vilnius, Lithuania

3-5 September 2015

: www.kenes.com/espnic : [email protected]

Grand Hilton Seoul, South Korea : www.aocnr2015.org

The 5th Asia Vaccine Conference

European Academy of

12-14 Juni 2015

Paediatrics-Congress and

Hanoi, Vietnam

Mastercourse 2015

: www.asvac2015.com

17-20 September 2015 Oslo, Norwegia

11th Biennial Convention of the ASEAN Neurological Association (ASNA) 30-31 Juli 2015 Suntec Singapore Convention &

: www.eapcongress.com

15

Mengobati Gejala-Gejala

Influensa

Pertemuan Ilmiah Respirologi (PIR) Bogor 2015 28-30 Agustus 2015 IPB International Convention Center, Botani Square Bogor : [email protected] : 08129270404 (dr. Alvin Kosasih)

Bagi panitia kegiatan ilmiah yang ingin dicantumkan dalam kalender kegiatan ini, silahkan kirimkan informasi acara ke alamat redaksi: [email protected]

16

TRAVEL

MENJAJAKI EKSOTIKA ALAM dan SEJARAH BUKITTINGGI dr. Cinthya Yuanita

R

anah Sumatera seolah menyimpan pesona yang tak ada habisnya untuk dijelajahi. Berjarak sekitar sembilan puluh kilometer dari Kota Padang, Bukittinggi merupakan alternatif destinasi liburan yang menarik. Ibarat restoran, kota itu menyajikan paket lengkap yang kaya varian, mulai dari wisata alam, sejarah, kuliner, bahkan belanja. Untuk menuju Bukittinggi, tersedia beberapa opsi. Bila ingin tiba dengan cepat, pelancong dapat mengambil penerbangan ke Kota Padang kemudian melanjutkan perjalanan dengan taksi, bus Damri, atau mobil travel. Jika tidak sedang diburu waktu, wisatawan bisa menjajal jalur lintas Sumatera yang menantang. Ada banyak bus lintas kota yang merapat ke kota itu, mulai dari bus kelas ekonomi hingga eksekutif. Udara Bukittinggi yang relatif sejuk membuat pengunjung betah berlama-lama di kota kelahiran Bung Hatta tersebut. Maka tidaklah mengherankan jika fasilitas akomodasi begitu menjamur. Ada beragam pilihan tempat menginap yang bisa disesuaikan dengan kocek wisatawan. Dari Miniatur Big Ben Hingga Replika Tembok Cina

Sebuah jam besar berwarna putih berdiri gagah di jantung kota Bukittinggi. Meskipun beberapa jarumnya sudah tidak berdetak akurat, bangunan setinggi 85 kaki itu tetap menjadi primadona. Jam Gadang menjadi menarik bukan saja karena kemiripannya dengan Big Ben di London, melainkan juga karena nilai sejarah yang melekat padanya. Untuk menikmati keunikan Jam Gadang, pengunjung tidak perlu mengeluarkan biaya. Kita bebas berfoto atau sekadar duduk-duduk di pelataran Jam Gadang. Selain itu, ada juga badut dan delman yang menjadi atraksi tambahan di tempat itu. Bagi Anda yang senang berburu oleh-oleh, puluhan pedagang kaki lima siap

Panorama. Selain bisa menemukan penjaja cenderamata, wisatawan juga akan dimanjakan oleh pemandangan matahari tenggelam di antara bukit-bukit yang terbelah. Meninjau Maninjau dan Wisata Luar Kota Lainnya

menjajakan dagangannya dengan harga miring. Selain Big Ben edisi mini, di Bukittinggi juga terdapat replika The Great Wall alias Tembok Cina. Objek wisata yang diberi nama Janjang Koto Gadang itu merupakan jembatan bertembok sepanjang 1,7 km. Jembatan yang menghubungkan Kabupaten Agam dengan Kota Bukittinggi tersebut dibangun di atas perbukitan, sehingga perlu tenaga ekstra untuk sampai ke ujungnya. Namun, jangan khawatir, kelelahan Anda akan diganjar dengan keindahan alam yang begitu menakjubkan. Ngarai Sianok nan hijau dapat dinikmati dari jarak dekat, lengkap dengan latar aliran sungai dari Gunung Singgalang yang menjulang megah. Sadar akan potensinya sebagai kota tujuan wisata, Bukittinggi pun senantiasa berbenah. Berbagai objek wisata terus direvitalisasi, bahkan diperbarui. Sebut saja Gua Jepang yang terus mempercantik diri agar menjadi wisata sejarah yang menarik. Gua Jepang berada di dalam area wisata Taman Panorama yang tidak jauh dari lokasi Jam Gadang. Jika ingin mendapatkan sensasi wisata sejarah yang sesungguhnya, pengunjung bisa menggunakan jasa pemandu profesional yang disediakan oleh pihak pengelola taman. Aura mistis segera menyergap begitu tiba di mulut terowongan sepanjang 1.400 kilometer itu. Meskipun suasana di dalam lubang cukup terang, rasa ngeri tetap saja tidak bisa disembunyikan. Terlebih ketika pemandu mulai menceritakan kisah penyiksaan romusha yang pernah terjadi di sana. Menjelang senja, beralihlah ke sisi lain Taman

Sedikit beranjak dari Bukittinggi, terdapat berbagai objek yang tidak kalah memukau. Untuk melakukan tur ke luar kota Bukittinggi, pengunjung dapat menggunakan jasa tour & travel dengan harga bervariasi. Perkiraan kisaran harga untuk tur sehari penuh adalah antara Rp 700.000, – Rp 1.500.000,-. Salah satu wisata alam yang tidak boleh dilewatkan adalah Danau Maninjau yang terletak di Kabupaten Agam. Melihat pemandangan di tepi danau mungkin sudah biasa. Namun, jika memandang Danau Maninjau dari ketinggian, itu baru luar biasa. Di Puncak Lawang, pengunjung akan disuguhi dengan panorama alam yang sangat memikat. Hamparan air berwarna biru tergelar begitu saja memanjakan mata. Menikmati pemandangan Puncak Lawang akan terasa lebih sedap jika ditemani segelas Saka Lawang, minuman khas yang terbuat dari tebu. Perjalanan menuju Puncak Lawang juga bisa menjadi ajang menguji adrenalin. Pasalnya, kita harus melewati rute yang terjal dan curam. Karena kontur jalannya yang berkelok-kelok, rute tersebut sampai dinamakan Kelok Ampek Puluah Ampek. Untuk penyuka wisata budaya, jangan lupa mampir ke Istana Pagaruyung atau Istana Basa di daerah Batusangkar. Di sana terdapat sebuah istana bergaya Minang yang megah dan indah. Dari kejauhan, bangunan yang didominasi warna coklat itu tampang begitu agung. Begitu masuk ke dalam, berbagai hiasan dengan warnawarni menggoda memenuhi bagian interior bangunan.

Uniknya, kita juga bisa menyewa baju adat Minangkabau untuk dipakai berfoto. Dengan membayar Rp 35.000,00 pengunjung bebas memilih pakaian yang disukainya kemudian memilih spot foto masing-masing. Melancong ke suatu tempat, belum lengkap jika tidak mencicipi makanan khasnya. Nasi kapau, gulai itiak lado mudo, dan pepes ikan linuak hanyalah sebagian kecil makanan yang direkomendasikan. Masih banyak kuliner Bukittinggi yang bisa dieksplorasi lebih jauh. Bicara soal buah tangan, selain suvenir kerajinan tangan, Bukittinggi juga menyediakan panganan yang dapat dibawa pulang. Keripik sanjay yang menjadi ikon kota Bukittinggi tentu menjadi oleh-oleh wajib yang tidak boleh ditinggalkan. MD