CONTOH

Download Auditor switching adalah pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) maupun ... Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai auditor switching. ...

1 downloads 845 Views 650KB Size
ANALISIS PENGARUH UKURAN KAP, UKURAN PERUSAHAAN, FINANCIAL DISTRESS, AUDIT DELAY, OPINI AUDIT, DAN PERGANTIAN MANAJEMEN TERHADAP AUDITOR SWITCHING Jessica (2012-012-090)

Abstrak Pergantian auditor secara berkala diperlukan untuk menjaga independensi auditor agar tetap bersikap objektif. Pergantian auditor dapat dilakukan secara wajib karena diwajibkan peraturan maupun secara sukarela. Pergantian auditor secara sukarela terkadang menimbulkan kecurigaan publik. Oleh karena itu, faktor-faktor yang menyebabkan pergantian auditor perlu diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran KAP, ukuran perusahaan, financial distress, audit delay, opini audit, dan pergantian manajemen terhadap auditor switching. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014. Berdasarkan metode purposive sampling dalam proses pengumpulan data, diperoleh 45 perusahaan sebagai sampel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi logistik menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 22.0. Hasil dari penelitian ini adalah ukuran KAP, ukuran perusahaan, financial distress, audit delay, opini audit dan pergantian manajemen tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Abstract Periodically auditor switching is required to maintain the independence of auditor in order to remain objective. Auditor switching can be made mandatory because of regulation or voluntary. Voluntary auditor switching sometimes leads public suspicion. Therefore, the factors that lead to auditor switching need to be known. This research aims to analyze the influence of size of accounting public firm, size of client, financial distress, audit delay, audit opinion, and management change on auditor switching. Population of this research are manufacturing companies which are listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) in 2012-2014. Based on purposive sampling method, obtained 45 companies as samples. Test of hypothesis conducted by using logistic regression in Statistical Package for Social Science (SPSS) version 22.0 software.

1

The result of this research is size of accounting public firm, size of client, financial distress, audit delay, audit opinion, and management change have no significant effect on auditor switching. Keywords: auditor switching, auditor turnover, agency theory Pendahuluan Di Indonesia, perusahaan go public wajib mempublikasikan laporan keuangan (Bapepam, 2006). Tujuan dari mempublikasikan laporan keuangan yaitu menyediakan informasi yang berguna bagi pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomis (IAI, 2015). Agar informasi dalam laporan keuangan berguna, maka informasi tersebut perlu menunjukkan keadaaan yang sesungguhnya. Namun, terkadang terdapat masalah dalam menyajikan laporan keuangan yang menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Menurut Messier, Eilifsen, Glover, dan Prawitt (2010), masalah tersebut adalah adanya hubungan prinsipal dan agen yang sering menimbulkan informasi asimetri dan konflik kepentingan yang mengarah pada risiko informasi yang diterima oleh prinsipal. Hal tersebut dapat diatasi dengan hadirnya auditor. Agen mempekerjakan auditor untuk mengurangi risiko informasi yang diterima oleh prinsipal dan meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan, maka laporan keuangan perlu diaudit oleh auditor independen. Tugas auditor adalah mengumpulkan bukti-bukti yang memadai dan memberikan opini atas kewajaran dari laporan keuangan. Audit yang dilakukan auditor tersebut harus independen dan objektif. Untuk menjaga independensi agar auditor tetap bersikap objektif maka perlu dilakukan auditor switching secara berkala. Auditor switching adalah pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) maupun pergantian Akuntan Publik (AP) yang dilakukan oleh perusahaan. Auditor switching dapat dibedakan menjadi dua, yaitu mandatory auditor switching dan voluntary auditor switching. Mandatory auditor switching adalah pergantian auditor yang disebabkan oleh peraturan. Di Indonesia, mandatory auditor switching wajib dilakukan perusahaan jika perusahaan telah menggunakan jasa KAP selama enam tahun buku berturut-turut dan jika perusahaan telah menggunakan jasa AP yang sama selama tiga tahun buku berturut-turut (sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”). Peraturan terbaru mengenai auditor switching di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2015 tentang “Praktik Akuntan Publik”. Dalam PP Nomor 20/2015, perusahaan yang menggunakan jasa KAP tidak perlu melakukan auditor switching tetapi perusahaan perlu melakukan auditor switching jika menggunakan jasa AP yang sama selama lima tahun buku berturut-turut.

2

Auditor switching secara voluntary adalah pergantian auditor yang disebabkan oleh faktor lain, selain peraturan. Voluntary auditor switching sering menimbulkan kecurigaan publik. Menurut Nasser, Wahid, Nazri, dan Hudaib (2006), pergantian KAP yang sering cenderung akan mengakibatkan peningkatan fee audit. Selain itu, auditor yang menjalankan tugasnya di awal tahun terbukti memiliki kemungkinan kekeliruan yang tinggi (Pratitis, 2012). Berdasarkan dampak negatif yang telah disebutkan, perusahaan perlu mempertimbangkan secara matang jika ingin melakukan auditor switching. Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching perlu diketahui. Tinjauan Literatur Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai auditor switching. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching. Peneliti-peneliti sebelumnya menggunakan variabel yang berbeda-beda. Berikut akan dijabarkan hasilhasil dari penelitian terdahulu. Iskandar dan Wafa (1993) melalukan studi empiris di Malaysia mengenai auditor switching. Variabel yang diteliti adalah qualified audit opinion. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa qualified audit opinion tidak mempengaruhi auditor switching. Kawijaya dan Juniarti (2002) melakukan penelitian faktor-faktor yang mendorong perpindahan auditor pada perusahaan-perusahaan di Surabaya dan Sidoarjo. Variabel yang diteliti antara lain opini auditor, merger, pergantian manajemen, dan ekspansi. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kawijaya dan Juniarti, tidak terdapat bukti yang signifikan opini auditor, merger, pergantian manajemen, dan ekspansi mendorong perpindahan auditor. Nasser et al. (2006) melakukan penelitian mengenai auditor switching terhadap 297 perusahaan yang tercatat di Kuala Lumpur Stock Exchange. Periode penelitian tersebut adalah sebelas tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan financial distress berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Prastiwi dan Wilsya (2009) melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian auditor perusahaan manufaktur di Indonesia tahun 2002-2006 setelah diberlakukan peraturan mandatori. Hasil analisis menunjukkan bahwa tipe KAP dan pertumbuhan perusahaan (yang diukur dengan total aset) berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan pergantian KAP. Perusahaan dengan KAP big four mempunyai kemungkinan lebih rendah untuk mengalami pergantian KAP daripada non big four. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan juga mempunyai kemungkinan pergantian KAP lebih tinggi daripada yang tidak mengalami pertumbuhan, sedangkan ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan (yang diukur 3

dengan perubahan sales, perubahan market value of equity dan perubahan income) dan masalah keuangan tidak berpengaruh signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian auditor di Indonesia. Penelitian yang dilakukan Trisnawati dan Wijaya (2009) pada perusahaan yang tercatat di BEI periode 2005-2007. Variabel yang diteliti adalah ukuran KAP, opini auditor, perubahan persentase Return on Assets (ROA), dan financial distress. Hasil dari penelitian tersebut adalah ukuran KAP mempengaruhi pergantian auditor, sedangkan opini auditor, perubahan persentase ROA, dan financial distress tidak mempengaruhi pergantian auditor. Sinarwati (2010) melakukan penelitian terhadap perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2003-2007. Penelitian ini menggunakan variabel opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, dan financial distress. Hasil penelitian tersebut adalah opini going concern dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor, sedangkan pergantian manajemen dan financial distress berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Wahyuningsih dan Suryanawa (2010) melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI periode 2005-2009. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa opini audit going concern tidak berpengaruh terhadap auditor switching karena pergantian akuntan publik dari KAP big four ke akuntan publik KAP non big four dikhawatirkan dapat mengakibatkan respons negatif dari pelaku pasar terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan. Pergantian manajemen tidak berpengaruh pada auditor switching karena kualitas audit akuntan publik dari KAP yang berafiliasi dengan The Big Four Auditors tetap diyakini memiliki kekuatan monitoring dan independensi yang tinggi. Pratitis (2012) melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI pada tahun 2003-2010 dengan jumlah 45 perusahaan dan mengambil sampel sebanyak 21 perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ukuran KAP berpengaruh terhadap auditor switching, sedangkan ukuran klien dan financial distress tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Aprillia (2013) melakukan penelitian dengan tujuan menganalisis pengaruh pergantian manajemen, kepemilikkan publik, financial distress, dan ukuran KAP terhadap auditor switching. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang tercatat di BEI tahun 2008-2011 yang terdiri dari 37 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran KAP berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching, sedangkan, pergantian manajemen, kepemilikan publik, dan financial distress tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.

4

Pratini dan Astika (2013) melakukan penelitian pada periode 2008-2011 pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa variabel pergantian manajemen dan financial distress berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor, sedangkan variabel opini auditor dan ukuran KAP tidak mendukung terjadinya pergantian auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Pawitri dan Yadnyana (2015) dilakukan terhadap perusahaan property dan real estate yang tercatat di BEI periode 2009-2013. Penelitian ini menguji variabel audit delay, opini audit, reputasi auditor, dan pergantian manajemen. Hasil dari penelitian tersebut adalah variabel audit delay, reputasi auditor, dan pergantian manajemen berpengaruh signifikan terhadap voluntary auditor switching, sedangkan variabel opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap voluntary auditor switching. Metode Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen, yaitu auditor switching dan variabel independen, yaitu ukuran KAP, ukuran perusahaan, financial distress, audit delay, opini audit, dan pergantian manajemen. Masing-masing variabel dan pengukurannya dijelaskan sebagai berikut: Pertama, variabel auditor switching (AS) didefinisikan sebagai pergantian KAP maupun AP yang dilakukan oleh perusahaan. Variabel ini merupakan variabel dummy. Angka 1 menunjukkan jika perusahaan melakukan pergantian dari KAP big four ke KAP big four maupun dari KAP non big four ke KAP big four, sedangkan angka 0 menunjukkan jika perusahaan melakukan pergantian dari KAP non big four ke KAP non big four maupun dari KAP big four ke KAP non big four. Kedua, variabel ukuran KAP (KAP) didefinisikan sebagai besar kecilnya KAP yang mengaudit perusahaan pada tahun sebelumnya. Variabel ini merupakan variabel dummy. Angka 1 menunjukkan jika perusahaan menggunakan KAP big four, sedangkan angka 0 menunjukkan jika perusahaan menggunakan KAP non big four. Ketiga, variabel ukuran perusahaan (TA) didefinisikan sebagai besar kecilnya ukuran perusahaan tersebut. Variabel ini diukur dengan menghitung logaritma natural total aset. Keempat, variabel financial distress (FD) didefinisikan sebagai kondisi ketika perusahaan menagalami kesulitan keuangan. Variabel ini diukur dengan menggunakan rumus z-score Altman untuk memprediksi kondisi kesehatan keuangan perusahaan. Kelima, variabel audit delay (AD) didefinisikan sebagai jangka waktu antara tanggal tutup buku perusahaan dan tanggal audit report. Variabel ini diukur dengan menghitung jumlah hari antara tanggal tutup buku perusahaan dan tanggal audit report. 5

Keenam, variabel opini audit (OA) didefinisikan sebagai pernyataan yang diberikan auditor dalam menilai kewajaran atas laporan keuangan yang diaudit. Variabel ini merupakan variabel dummy. Angka 1 menunjukkan jika perusahaan mendapatkan unmodified opinion, sedangkan angka 0 jika perusahaan mendapatkan modified opinion. Ketujuh, variabel pergantian manajemen (CEO) diproksikan dengan pergantian CEO. Variabel ini merupakan variabel dummy. Angka 1 menunjukkan jika perusahaan melakukan pergantian manajemen, sedangkan angka 0 jika perusahaan tidak melakukan pergantian manajemen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 20122014. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 422 perusahaan. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling sehingga didapatkan sampel untuk penelitian ini sebanyak 45 perusahaan. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan keuangan dan laporan tahunan. Alasan menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan yang tercatat di BEI lebih mudah didapatkan, penggunaan data sekunder sudah lazim digunakan oleh peniliti dalam negeri maupun luar negeri, dan keabsahan laporan keuangan di BEI sudah terpercaya karena laporan keuangan yang dipublikasikan di BEI telah diaudit oleh auditor independen. Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dikembangkan. Pengujian terhadap hipotesis satu sampai hipotesis enam dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi logistik. Analisis regresi logistik digunakan karena variabel dependen merupakan non-metrik dua kategori (variabel dummy) dan variabel independen merupakan kombinasi antara metrik dan non-metrik. Data yang telah dikumpulkan, ditabulasikan ke dalam bentuk tabel untuk mempermudah analisis data. Pengolahan data dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 22.0. Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis sebagai berikut: Ln

𝐴𝑆 = 𝛼 + 𝛽1 𝐾𝐴𝑃 + 𝛽2 𝑇𝐴 + 𝛽3 𝐹𝐷 + 𝛽4 𝐴𝐷 + 𝛽5 𝑂𝐴 1 − 𝐴𝑆 + 𝛽6 𝐶𝐸𝑂 + 𝜀

Keterangan: 𝐴𝑆

Ln 1−𝐴𝑆

= Variabel dummy auditor switching (Angka 1 untuk perusahaan yang melakukan pergantian dari KAP big four 6

KAP TA FD AD OA CEO α β ε

ke KAP big four maupun dari KAP non big four ke KAP big four, sedangkan angka 0 untuk perusahaan yang melakukan pergantian dari KAP big four ke KAP non big four maupun dari KAP non big four ke KAP non big four.) = Ukuran KAP = Ukuran perusahaan = Financial distress = Audit delay = Opini audit = Pergantian manajemen = Tingkat signifikansi = Koefisien regresi logistik = Kesalahan residual

Gambaran Objek Pembahasan Gambaran umum sampel yang menjadi objek penelitian dapat dilihat dalam Tabel 1. Ada 422 perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2014 dan hanya 45 perusahaan yang memiliki data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Tabel 1 Hasil Seleksi Sampel Penelitian

Keterangan Perusahaan manufaktur tahun 2014 Perusahaan yang pernah mengalami delisting Perusahaan tercatat di BEI setelah 31 Desember 2010 Laporan keuangan disajikan dalam mata uang selain rupiah Jumlah sampel yang digunakan (per tahun) Jumlah sampel selama periode 2012-2014 Perusahaan tidak melakukan auditor switching periode 2012-2014 Jumlah sampel Sumber: Hasil olahan penulis

Jumlah perusahaan 144 (2) (13) (28) 101 303 (258) 45

Perusahaan manufaktur terbagi menjadi tiga jenis industri yaitu industri dasar dan kimia (Basic Industry and Chemical), industri barang konsumsi (Consumer Goods Industry), dan aneka industri (Miscellaneous Industry). Distribusi sampel perusahaan dalam jenis-jenis industri tersebut ditabulasikan dalam Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, urutan jumlah sampel dari paling banyak sampai paling sedikit berdasarkan klasifikasi industri yaitu industri dasar 7

dan kimia dengan jumlah 21 sampel (46,67%), industri barang konsumsi dengan jumlah 7 sampel (15,55%), dan aneka industri dengan jumlah 17 sampel (37,78%) dari total sampel yang digunakan dalam penelitian. Tabel 2 Distribusi Sampel Perusahaan Berdasarkan Jenis Industri Jenis Industri 2012 Industri dasar dan 6 kimia Industri barang 3 konsumsi Aneka Industri 9 Total 18 Sumber: Hasil olahan penulis

2013 9

2014 6

Jumlah 21

% 46,67%

2

2

7

15,55%

6 17

2 10

17 45

37,78% 100%

Auditor switching dalam penelitian ini diukur dengan variabel dummy, yang bernilai 1 atau 0. Auditor switching bernilai 1 berarti perusahaan melakukan auditor switching dari KAP big four ke KAP big four maupun dari KAP non big four ke KAP big four, sedangkan auditor switching bernilai 0 berarti perusahaan melakukan auditor switching dari KAP big four ke KAP non big four maupun dari KAP non big four ke KAP non big four. Klasifikasi sampel berdasarkan auditor switching ditabulasikan dalam Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, klasifikasi sampel berdasarkan auditor switching menunjukkan sampel lebih banyak melakukan auditor switching dari KAP big four ke KAP big four maupun dari KAP non big four ke KAP big four dengan jumlah 7 sampel (15,56%) dan sisanya sebanyak 38 sampel (84,44%) melakukan auditor switching dari KAP big four ke KAP non big four maupun dari KAP non big four ke KAP non big four. Tabel 3 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Auditor Switching Keterangan Auditor Switching dari KAP big four ke KAP big four maupun KAP non big four ke KAP big four Auditor switching dari KAP big four ke KAP non big four maupun dari KAP non big four ke KAP non big four Total Sumber: Hasil olahan penulis

2012 3

2013 3

15

14

9

38

84,44%

18

17

10

45

100%

8

2014 Jumlah % 1 7 15,56%

Tabel 4 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Ukuran KAP

Frequency Percent Valid ,00 40 88,9 1,00 5 11,1 Total 45 100,0 Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Valid Percent 88,9 11,1 100,0

Cumulative Percent 88,9 100,0

Berdasarkan Tabel 4, klasifikasi sampel berdasarkan ukuran KAP menunjukkan 40 sampel (88,9%) menggunakan jasa KAP non big four, sedangkan sebanyak 5 sampel (11,1%) menggunakan jasa KAP big four. Berdasarkan Tabel 5, klasifikasi sampel berdasarkan ukuran perusahaan menunjukkan bahwa logaritma natural ukuran perusahaan memiliki nilai paling kecil 23,08 dan nilai paling besar 30,91. Rata-rata logaritma natural ukuran perusahaan sebesar 27,1692 dengan standar deviasi 1,39333. Tabel 5 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Ukuran Perusahaan

N Minimum Maximum Mean 45 23,08 30,91 27,1692

TA Valid N 45 (listwise) Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Std. Deviation 1,39333

Tabel 6 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Financial Distress

N Minimum Maximum 45 -2,12 17,36

FD Valid N 45 (listwise) Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Mean 2,5998

Std. Deviation 3,66322

Berdasarkan Tabel 6, klasifikasi sampel berdasarkan financial distress menunjukkan bahwa Z-score memiliki angka paling kecil -2,12 dan nilai paling besar 17,36. Rata-rata Z-score sebesar 2,5998 berarti rata-rata perusahaan dalam kondisi abu-abu. Standar deviasi Z-score sebesar 3,66322.

9

Tabel 7 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Audit Delay

N Minimum Maximum Mean 45 33,00 137,00 81,8222

AD Valid N 45 (listwise) Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Std. Deviation 20,51307

Berdasarkan Tabel 7, klasifikasi sampel berdasarkan audit delay menunjukkan bahwa audit delay paling cepat selama 33 hari dan paling lama selama 137 hari. Rata-rata audit delay perusahaan manufaktur periode 2012-2014 selama 82 hari dengan standar deviasi audit delay sebesar 20,51307. Berdasarkan Tabel 8, klasifikasi sampel berdasarkan opini audit menunjukkan 44 sampel (97,8%) menerima opini unmodified dan sisanya 1 sampel (2,2%) menerima opini modified. Tabel 8 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Opini Audit

Frequency Percent Valid ,00 1 2,2 1,00 44 97,8 Total 45 100,0 Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Valid Percent 2,2 97,8 100,0

Cumulative Percent 2,2 100,0

Tabel 9 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Pergantian Manajemen

Frequency Percent Valid ,00 23 51,1 1,00 22 48,9 Total 45 100,0 Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Valid Percent 51,1 48,9 100,0

Cumulative Percent 51,1 100,0

Berdasarkan Tabel 9, klasifikasi sampel berdasarkan pergantian manajemen menunjukkan sebanyak 22 sampel (48,9%) melakukan pergantian manajemen, sedangkan sebanyak 23 sampel (51,1%) tidak melakukan pergantian manajemen.

10

Hasil dan Pembahasan Tabel 10 Overall Model Fit Test Block 0: Beginning Block Iteration Historya,b,c Coefficients -2 Log Iteration likelihood Constant Step 0 1 39,526 -1,378 2 38,905 -1,663 3 38,900 -1,691 4 38,900 -1,692 Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0 Block 1: Method = Enter

Iteration Step 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

-2 Log likeli hood 19,199 13,024 10,579 9,521 9,088 8,942 8,899 8,884 8,879 8,877 8,876 8,876 8,876 8,876 8,876 8,876 8,876 8,876 8,876 8,876

Iteration Historya,b,c,d Coefficients Constant -3,780 -7,746 -11,586 -12,312 -11,123 -11,053 -11,904 -12,893 -13,893 -14,893 -15,893 -16,893 -17,893 -18,893 -19,893 -20,893 -21,893 -22,893 -23,893 -24,893

KAP 2,937 3,650 4,010 4,801 5,855 6,917 7,934 8,936 9,937 10,937 11,937 12,937 13,937 14,937 15,937 16,937 17,937 18,937 19,937 20,937

Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

11

TA ,086 ,220 ,345 ,325 ,218 ,159 ,148 ,148 ,148 ,148 ,148 ,148 ,148 ,148 ,148 ,148 ,148 ,148 ,148 ,148

FD ,029 ,086 ,199 ,364 ,520 ,613 ,636 ,637 ,638 ,638 ,638 ,638 ,638 ,638 ,638 ,638 ,638 ,638 ,638 ,638

AD -,007 -,017 -,027 -,027 -,022 -,018 -,017 -,016 -,016 -,016 -,016 -,016 -,016 -,016 -,016 -,016 -,016 -,016 -,016 -,016

OA -,060 -,200 -,497 -,951 -1,564 -2,088 -2,250 -2,267 -2,270 -2,271 -2,271 -2,271 -2,271 -2,271 -2,271 -2,271 -2,271 -2,271 -2,271 -2,271

CEO ,595 1,498 2,662 3,921 5,381 6,817 7,955 8,971 9,974 10,974 11,975 12,975 13,975 14,975 15,975 16,975 17,975 18,975 19,975 20,975

Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai -2LL awal (Block Number = 0) sebesar 38,9 dan nilai -2LL pada akhir (Block Number = 1) sebesar 8,876. Nilai tersebut menujukkan adanya penurunan nilai -2LL berarti Ha ditolak dan H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Tabel 11 Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Step Chi-square df Sig. 1 1,870 7 ,967 Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0 Berdasarkan Tabel 11 nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test Statistics sebesar 0,967. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga Ha ditolak dan H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa model fit atau tidak ada perbedaan antara model dengan data. Tabel 12 Koefisien Determinasi -2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R Step likelihood Square Square a 1 8,876 ,487 ,841 Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0 Berdasarkan Tabel 12, nilai Nagelkerke R square sebesar 0,841 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 84,1%, sedangkan sisanya sebesar 15,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian. Tabel klasifikasi digunakan untuk menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect). Tabel 13 menunjukkan bahwa terdapat 38 perusahaan yang diprediksi melakukan auditor switching dari KAP big four ke KAP non big four maupun dari KAP non big four ke KAP non big four dari total 38 perusahaan yang melakukan auditor switching dari KAP big four ke KAP non big four maupun dari KAP non big four ke KAP non big four. Kekuatan prediksi model regresi logistik untuk perusahaan yang melakukan auditor switching dari KAP big four ke KAP big four maupun dari KAP non big four ke KAP big four sebesar 85,7%, yang berarti bahwa dengan menggunakan model regresi yang diajukan terdapat 6 perusahaan yang diprediksi akan melakukan auditor switching dari KAP big four ke KAP big four maupun dari KAP non big four ke KAP big four dari total 7 perusahaan yang melakukan auditor switching dari KAP big four ke KAP big four maupun dari KAP non big four ke KAP big four. 12

Tabel 13 Tabel Klasifikasi Predicted AS Observed ,00 Step 1 AS ,00 38 1,00 1 Overall Percentage Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

1,00 0 6

Percentage Correct 100,0 85,7 97,8

Tabel 14 Uji Hipotesis

a

Step 1

KAP

Variables in the Equation B S.E. Wald df 20,937 15178,304 ,000 1

Sig. ,999

Exp(B) 1238169120,700

TA

,148

1,154

,016

1

,898

1,159

FD

,638

,617

1,069

1

,301

1,892

AD

-,016

,052

,098

1

,754

,984

OA

-2,271

40770,890

,000

1

1,000

,103

CEO

20,975

6840,376

,000

1

,998

1286228106,941

Constant

-24,893

40192,979

,000

1

1,000

,000

Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0 Berdasarkan Tabel 14, persamaan regresi logistik dalam penelitian ini dapat dinyatakan dengan: Ln

𝑉𝐴𝑆 = −24,893 + 20,937 𝐾𝐴𝑃 + 0,148 𝑇𝐴 + 0,638 𝐹𝐷 1 − 𝑉𝐴𝑆 − 0,016 𝐴𝐷 − 2,271 𝑂𝐴 + 20,975 𝐶𝐸𝑂 + 𝜀

Ukuran KAP Tabel 14 menunjukkan koefisien ukuran KAP (KAP) sebesar 20,937 dan nilai signifikansi sebesar 0,999. Dalam penelitian ini, hipotesis pertama ditolak karena nilai signifikansi yang diperoleh (0,999) > nilai signifikansi yang ditetapkan (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hal ini menunjukkan bahwa KAP big four maupun KAP non big four yang digunakan oleh perusahaan pada tahun sebelumnya tidak menentukan perusahaan akan melakukan auditor switching dengan berpindah ke KAP 13

big four. KAP big four dan KAP non big four tetap memberikan kualitas audit sesuai dengan standar audit yang telah ditetapkan sehingga ukuran KAP tidak menentukan pergantian auditor oleh perusahaan dengan alasan untuk mendapatkan kualitas audit yang lebih baik. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Budi, Arifati, Oemar (2015) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat di BEI tahun 2009-2013. Hasil penelitian Budi et al. (2015) menyatakan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor. Hasil penelitian yang berlawanan adalah penelitian Nasser et al. (2006), Trisnawati & Wijaya (2009), Juliantari dan Rasmini (2013) yang menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Ukuran Perusahaan Tabel 14 menunjukkan koefisien ukuran perusahaan (TA) sebesar 0,148 dan nilai signifikansi sebesar 0,898. Dalam penelitian ini, hipotesis kedua ditolak karena nilai signifikansi yang diperoleh (0,898) > nilai signifikansi yang ditetapkan (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan pada tahun sebelumnya tidak mendorong perusahaan melakukan pergantian auditor. Hal ini menolak logika bahwa prinsipal akan memilih auditor yang semakin besar ketika ukuran perusahaan semakin besar. Alasan prinsipal memilih auditor yang besar ketika ukuran perusahaan besar adalah auditor yang besar dianggap semakin berkualitas dan dapat memfasilitasi hubungan antara prinsipal dan agen. Akan tetapi, kualitas audit yang dilakukan oleh auditor besar maupun kecil seharusnya sama karena mengikuti standar audit yang telah ditetapkan, sehingga ukuran perusahaan tidak menentukan pergantian auditor dengan alasan ukuran auditor harus sesuai dengan ukuran perusahaan agar kualitas audit semakin baik. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Prastiwi & Wilsya (2009) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat di BEI tahun 2002-2006, Nabila (2011) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat di BEI tahun 2005-2009, Pradipta & Septiani (2014) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat di BEI tahun 2010-2012. Hasil penelitian Juliantari dan Rasmini (2013) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat di BEI tahun 2007-2011 menunjukkan hasil yang sebaliknya. Penelitian Juliantari dan Rasmini menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor.

14

Financial Distress Tabel 14 menunjukkan koefisien financial distress (FD) sebesar 0,638 dan nilai signifikansi sebesar 0,301. Dalam penelitian ini, hipotesis ketiga ditolak karena nilai signifikansi yang diperoleh (0,301) > nilai signifikansi yang ditetapkan (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa financial distress tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan sehat maupun perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan pada tahun sebelumnya tidak mendorong perusahaan melakukan auditor switching. Hal ini disebabkan oleh perusahaan akan mempertimbangkan secara serius mengenai keputusan pergantian auditor. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Budi, Arifati, Oemar (2015) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat di BEI tahun 2009-2013 dan Aprillia (2013) yang melakukan penelitian pada perusahaan perbankan tercatat di BEI tahun 2008-2011. Hasil penelitian Mahantara (2013) yang melakukan penelitian pada perusahaan tercatat di BEI tahun 2008-2011 menunjukkan hasil yang sebaliknya. Audit Delay Tabel 14 menunjukkan koefisien audit delay (AD) sebesar -0,016 dan nilai signifikansi sebesar 0,754. Dalam penelitian ini, hipotesis keempat ditolak karena nilai signifikansi yang diperoleh (0,754) > nilai signifikansi yang ditetapkan (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa audit delay tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Audit delay yang semakin lama dapat berdampak negatif pada reaksi pasar. Pada umumnya investor menganggap keterlambatan pelaporan keuangan merupakan pertanda buruk bagi kondisi kesehatan perusahaan (Purnamasari, 2012). Namun, apabila waktu penyelesaian laporan audit independen yang lama tidak melebihi waktu yang ditetapkan oleh Bapepam untuk mempublikasikan laporan keuangan, memungkinkan perusahaan mempertimbangkan keinginannya untuk mengganti auditor. Jika perusahaan berganti auditor, maka auditor baru perlu melakukan pemahaman atas bisnis perusahaan dan risiko yang membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan jika perusahaan tetap menggunakan auditor yang lama. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ardianingsih (2014) yang melakukan penelitian pada perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Hasil penelitian Pawitri dan Yadnyana (2015) yang melakukan penelitian pada perusahaan real estate tahun 2009-2013 menunjukkan hasil yang sebaliknya. Opini Audit Tabel 14 menunjukkan koefisien opini audit (OA) sebesar -2,271 dan nilai signifikansi sebesar 1. Dalam penelitian ini, hipotesis kelima ditolak 15

karena nilai signifikansi yang diperoleh (1) > nilai signifikansi yang ditetapkan (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hasil penelitian menunjukkan bahwa opini audit yang diterima perusahaan pada tahun sebelumnya tidak mempengaruhi perusahaan untuk berpindah auditor di tahun berikutnya. Jika perusahaan mendapatkan opini selain unmodified melakukan pergantian auditor dengan tujuan mendapatkan opini unmodified, maka hal tersebut tidak menjamin perusahaan akan mendapatkan opini unmodified. Hal tersebut dikarenakan setiap auditor menggunakan standar yang sama. Jika menurut standar audit, perusahaan tersebut tidak dapat mendapatkan opini unmodified maka auditor manapun tidak akan memberikan opini unmodified. Oleh karena itu, opini audit tahun sebelumnya tidak mempengaruhi pergantian auditor. Hasil penelitian ini didukung oleh Pratini & Astika (2013) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat di BEI tahun 2008-2011, Pawitri & Yadnyana (2015) yang melakukan penelitian pada perusahaan real estate and property tahun 2009-2013, dan Trisnawati &Wijaya (2009) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat di BEI tahun 2005-2007. Pergantian Manajemen Tabel 14 menunjukkan koefisien pergantian manajemen (CEO) sebesar 20,975 dan nilai signifikansi sebesar 0,998. Dalam penelitian ini, hipotesis keenam ditolak karena nilai signifikansi yang diperoleh (0,998) > nilai signifikansi yang ditetapkan (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa pergantian manajemen tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan pergantian manajemen dan tidak melakukan pergantian manajemen tidak mendorong perusahaan melakukan pergantian auditor. Hasil penelitian ini menolak logika bahwa manajemen baru akan mengganti auditor dengan harapan dapat mengikuti kebijakan baru yang dibuat atau mempunyai hubungan yang baik dengan manajemen. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan manajemen baru dapat diselaraskan dengan dengan kebijakan KAP dengan melakukan negosiasi dengan kedua belah pihak. Oleh karena itu, pergantian manajemen tidak menjamin perusahaan akan mengganti auditor. Hasil penelitian ini didukung oleh Kawijaya & Januarti (2002) yang melakukan penelitian pada perusahaan di Surabaya dan Sidoarjo, Wahyuningsih & Suryanawa (2010) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat di BEI tahun 2005-2009, dan Aprillia (2013) yang melakukan penelitian pada perusahaan perbankan tercatat di BEI tahun 2008-2011. Sinarwati (2010) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat di BEI tahun 2003-2007, Pratini & Astika 16

(2013) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat di BEI tahun 2008-2011, dan Pawitri & Yadnyana (2015) yang melakukan penelitian pada perusahaan real estate and property tahun 2009-2013 memiliki hasil penelitian yang berbeda terkait dengan pergantian manajemen yaitu pergantian manajemen berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Simpulan dan Saran Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil pengujian analisis regresi logistik menunjukkan bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh signifikan ukuran KAP terhadap auditor switching selama tiga tahun pengamatan (2012-2014). 2. Hasil pengujian analisis regresi logistik menunjukkan bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap auditor switching selama tiga tahun pengamatan (2012-2014). 3. Hasil pengujian analisis regresi logistik menunjukkan bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh signifikan financial distress terhadap auditor switching selama tiga tahun pengamatan (2012-2014). 4. Hasil pengujian analisis regresi logistik menunjukkan bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh signifikan audit delay terhadap auditor switching selama tiga tahun pengamatan (2012-2014). 5. Hasil pengujian analisis regresi logistik menunjukkan bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh signifikan opini audit terhadap auditor switching selama tiga tahun pengamatan (2012-2014). 6. Hasil pengujian analisis regresi logistik menunjukkan bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh signifikan pergantian manajemen terhadap auditor switching selama tiga tahun pengamatan (2012-2014). Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan menggunakan objek penelitian seluruh perusahaan yang tercatat di BEI sehingga dapat dilihat generalisasi teori secara valid. 2. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan menggunakan variabel independen lain yang mungkin mempengaruhi auditor switching untuk meningkatkan pengetahuan mengenai auditor switching di Indonesia. 3. Penelitian selanjutnya hendaknya juga memperhatikan pergantian auditor pada tingkat akuntan publik. 17

Daftar Rujukan Addams, H., & Davis, B. (1994). Privately held companies report reasons for selecting and switching auditors. The CPA Journal, 64(8), 38-41. Altman, E., & McGough, T. (1974). Evaluation of a company as a going concern. The Journal of Accountancy, 50-57. Aprillia, E. (2013). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching. Accounting Analysis Journal, 2(2), 199-207. Ardianingsih, A. (2014). Pengaruh audit delay dan ukuran KAP terhadap audit switching: Kajian dari sudut pandang klien. Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 92-109. Arens, A., & Loebbecke, J. (2000). Auditing: An Integrated Approach (8th ed.). New Jersey: Englewood Cliff. Badan Pengawas Pasar Modal. (2006). Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik. Jakarta: Departemen Keuangan Republik Indonesia. Budi, S., Arifati, R., & Oemar, A. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah Kantor Akuntan Publik pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 20092013. Jurnal Ilmiah Mahasiswa S1Akuntansi Universitas Pandanaran ISSN: 2442-4056, 1(1). Chow, C., & Rice, S. (1982). Qualified audit opinions and auditor switching. The Accounting Review, 5(2), 326-335. Davidson, W., Jiraporn, P., & DaDalt, P. (2006). Causes and consequences of audit shopping: An analysis of auditor opinion, earnings management, and auditor changes. Quarterly Journal of Business and Economics, 45(1/2), 69-87. Dwijayanti, P. (2010). Penyebab, dampak, dan prediksi dari financial distress serta solusi untuk mengatasi financial distress. Jurnal Akuntansi Kontemporer, 2(2), 191-205. Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Universitas Diponegoro. Hartwell, C., Lightle, S., & Moreland, K. (2001). The client acceptance decision: Is the third time charm or is it three strikes and you’re out. Ohio CPA Journal, 60(4), 31-35. Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia. Institut Akuntan Publik Indonesia. (2013). Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen. Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia. Institut Akuntan Publik Indonesia. (2013). Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan. Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.

18

Iskandar, T, & Wafa, S. (1993). Incidence of qualified opinions and the effects on auditor switching: An empirical study in Malaysia. Jurnal Pengurusan, 12, 53-63. Jensen, M., & Meckling, W. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics 3, 305-360. Juliantari, N., & Rasmini, N. (2013). Auditor switching dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 3(3), 231-246. Kawijaya, N., & Juniarti. (2002). Faktor-faktor yang mendorong perpindahan auditor (auditor switch) pada perusahaanperusahaan di Surabaya dan Sidoarjo. Jurnal Akuntansi & Keuangan, 4(2), 93-105. KMK Nomor 423 Tahun 2002 (2002). Keputusan Menteri Keuangan No. 423 Tahun 2002 tentang Jasa Akuntan Publik. Jakarta: Menteri Keuangan. Mahantara, A. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian Kantor Akuntan Publik pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, 02(10), 724-736. Messier, W., Eilifsen, A., Glover, S., & Prawitt, D. (2010). Auditing & Assurance Services (2nd International ed.). London: McGraw-Hill. Nabila. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi Auditor Switching. Naskah Publikasi. Universitas Diponegoro, Yogyakarta. Nasser, A., Wahid, E., Nazri, S., & Hudaib, M. (2006). Auditor-client relationship: The case of audit tenure and auditor switching in Malaysia. Managerial Auditing Journal, 21(7), 724-737. Pawitri, N., & Yadnyana, K. (2015). Pengaruh audit delay, opini audit, reputasi auditor, dan pergantian manajemen pada voluntary auditor switching. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 10(1), 214-228. Petronila, T. (2007). Analisis skala perusahaan, profitabilitas, opini audit, pos luar biasa, dan umur perusahaan atas audit delay. Akuntabilitas, 6(2), 144-156. PMK Nomor 17 Tahun 2008 (2008). Peraturan Menteri Keuangan No. 17 Tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Jakarta: Menteri Keuangan. PP Nomor 20 Tahun 2015 (2015). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2015 tentang Praktik Akuntan Publik. Jakarta: Departemen Keuangan. Pradipta, R., & Septiani, A. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan manufaktur terdaftar di BEI melakukan pergantian auditor secara voluntary. Diponegoro Journal of Accounting, 3(3), 1-10. 19

Prastiwi, A., & Wilsya, F. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian auditor: Studi empiris perusahaan publik di Indonesia. Jurnal Dinamika Akuntansi, 1(1), 62-75. Prastyaningrum, D. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan auditor switching. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Pratini, I. & Astika, I. (2013). Fenomena pergantian auditor di bursa efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 5(2), 470-482. Pratitis, Y. (2012). Auditor switching: Analisis berdasar ukuran KAP, ukuran klien, dan financial distress. Accounting Analysis Journal, 1(1), 27-32. Purnamasari, C. (2012). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Naskah Publikasi. Universitas Gunadarma, Yogyakarta. Puspitasari, E., & Sari, A. (2012). Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap lamanya waktu penyelesaian audit (audit delay) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Jurnal Akuntansi & Auditing, 9(1), 31-42. Rachmawati, S. (2008). Pengaruh faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap audit delay dan timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 10(1), 1-10. Schwartz, K., & Menon, K. (1985). Auditor switches by failing firms. The Accounting Review, 60(2), 248-261. Sinarwati, N. (2010). Mengapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI melakukan pergantian kantor akuntan publik. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010, 1-20. Trisnawati, E., & Wijaya, H. (2009). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah kantor akuntan publik pada perusahaan yang listing di BEI pada tahun 2005-2007. Jurnal Akuntansi, 9(3), 221-240. Turner, L., Williams, J., & Weirich, T. (2005). An inside look at auditor changes. The CPA Journal, 12-21. Wahyuningsih, N. & Suryanawa, I. (2010). Analisis pengaruh opini audit going concern dan pergantian manajemen pada auditor switching. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.

20