CSL SEMESTER 4

Download Apakah terdapat pembesaran ukuran kaki (yang dilihat dari ukuran sepatu) dan tangan (dinilai dari .... yang merujuk, catatan rekaman medik ...

0 downloads 736 Views 3MB Size
CSL Semester 3

Edisi Keempat

Edisi Ke-4 Agustus 2016

Buku Panduan Clinical Skill Laboratory

CSL Semester 3 Fakultas Kedokteran Univeritas Lampung Jln. Prof. Soemantri Bojonegoro No. 1 Bandar Lampung-Indonesia Telp. (0721) 7691197

1 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Edisi 4: 2016

Buku Panduan Clinical Skill Laboratory csl semester 3 Edisi Ke 4 ------ hlm ; 16.5 x 21.59 cm ISBN :

Diterbitkan pertama kali oleh : Tim CSL Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Dicetak di Bandar Lampung Desain muka oleh : Tim CSL FK Unila Sumber: http//fotosearch.com

Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian isi atau seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun tanpa seijin penyusun

2 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Tim Penyusun : dr. Betta Kurniawan, M.Kes dr. Oktafany, M.Pd.Ked. dr. Dian Isti Angraini, M.P.H dr. Rika Lisiswanti, MMedEd dr. Oktadoni Saputra, MMedEd dr. Efriyan Imantika, M.Sc dr. Rizki Hanriko, Sp. PA dr. Merry Indah Sari, MMedEd dr. Intanri Kurniawati dr. Dwita Oktaria, M.Pd.Ked. dr. Iswandi Darwis dr. Dina Tri Amalia dr. Johan Salim

Editor : dr. Oktafany, M. Pd. Ked. dr. Dwita Oktaria, M.Pd.Ked

3 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penyusun dapat menyelesaikan buku panduan Clinical Skill Laboratorium (CSL) Semester 3 Edisi 4. Buku ini disusun sebagai panduan bagi mahasiswa maupun instruktur dalam proses pembelajaran CSL pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (FK Unila) semester 3 tahun ajaran 2016-2017. Buku panduan edisi keempat ini disusun dengan mengacu pada kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter yang tertuang dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tahun 2012. Pada semester ini mahasiswa diharapkan menguasai keterampilan Anamnesis sistem endokrin dan penyakit metabolik, anamnesis pediatrik (alloanamnesis), rujukan dan rekam medis, pemeriksaan perkembangan anak (metode KPSP), anamnesis penyakit tropik infeksi, prosedur vena puncture dan injeksi, pemeriksaan feses (stool examination), finger prick test dan pembuatan preparat apusan darah tepi, anamnesis penyakit oftalmologi dan rhinootolaringologi, pemeriksaan oftalmologi, pemeriksaan rhinootolaringologi, dan pemeriksaan sistem sensoris. Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kontributor yang telah memberikan masukan demi memperkaya materi buku ini, pengelola KBK FK unila, maupun pihak-pihak lain yang turut membantu hingga selesainya buku ini. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada, semoga buku ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Untuk kesempurnaan penyempurnaan berikutnya serta kritik dan saran juga diharapkan.

Bandar Lampung, Agustus 2016 Editor

4 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................ Daftar Isi.................................... ................................................... Regulasi CSL .................................................................................. Lesson Plan, level of competence ................................................. CSL 1. Anamnesis penyakit yang berhubungan dengan keluhan sistem endokrin......................................................... ...... CSL 2. Anamnesis pediatrik (alloanamnesis)........................... .... CSL 3. Pemeriksaan perkembangan anak (metode KPSP).......... CSL 4. Rujukan dan Rekam Medis......................................... CSL 5. Anamnesis penyakit yang berhubungan dengan keluhan pasien tropik infeksi.................................................... ...... CSL 6. Prosedur injeksi dan Vena puncture..... ............................ CSL 7. Finger prick test dan pembuatan apusan darah tepi....... CSL 8. Anamnesis penyakit yang berhubungan dengan keluhan sistem oftalmologi dan rhinootolaringologi .................. CSL 9. Pemeriksaan oftalmologi........................................... ....... CSL 10. Pemeriksaan rhinootolaringologi................................ .... CSL 11. Pemeriksaan sistem sensoris.....................................

4 5 6 7 9 21 33 61 74 85 104 119 122 157 169

5 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

REGULASI CSL  Kegiatan CSL setiap topik terbagi atas 2 sesi.  Pada kegiatan CSL terdapat 2 buku, yakni Buku Panduan CSL dan Buku Kegiatan CSL yang wajib dibawa setiap sesi.  Keikut sertaan 100% dan hadir tepat waktu.  Jika terlambat ≤ 15 menit dapat mengikuti CSL dengan pre test susulan di ruang administrasi CSL dan nilai pre test dikurangi 10 poin  Jika terlambat >15 menit tidak diperkenankan mengikuti CSL  Pada Sesi 1 akan dilakukan Pre test secara serentak dan dikumpulkan pada instruktur yang bertugas  Pada awal sesi 2 akan diumumkan mahasiswa/i yang mendapat nilai pre test <70  Pada Sesi 2 mahasiswa melakukan keterampilan klinik dengan dinilai oleh rekannya dibawah pengawasan instruktur  Penilaian dilakukan pada buku kegiatan mahasiswa dan ditanda tangani oleh instruktur saat pelaksanaan skills lab berlangsung sebagai bukti otentik latihan serta tidak boleh disobek  Pada halaman terakhir Buku Kegiatan CSL terdapat Bukti Penilaian Formatif CSL yang harus diparaf setiap selesai latihan oleh instruktur yang bertugas.  Pada akhir blok, mahasiswa wajib mengumpulkan buku kegiatan agar rekapitulasi bukti penilaian tersebut dapat diperiksa dan diberikan rekomendasi layak/tidaknya mengikuti OSCE oleh PJ CSL blok yang bersangkutan.  Lembar rekomendasi diberikan kepada bagian administrasi seminggu sebelum ujian OSCE dilaksanakan agar dapat mengikuti OSCE.  Mahasiswa/i yang tidak menghadiri CSL maka harus mendapatkan rekomendari dari Dekan Fakultas Kedokteran Unila untuk mengikuti CSL susulan dengan menanggung biaya pelaksanaan CSL tersebut (seperti biaya BHP dan pemeliharaan alat)  Hal-hal yang belum diatur dalam regulasi ini akan ditetapkan kemudian.

6 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

No 1 2 3 4 5 6

LESSON PLAN CSL SESI 1 Kegiatan Perkenalan instruktur dan absensi mahasiswa/i Pre Test Overview materi Demonstrasi Mahasiswa/i berlatih Feed back dan penutup

Alokasi Waktu 5 menit 10 menit 5 menit 10 menit 60 menit 10 menit

No 1 2 3 4

LESSON PLAN CSL SESI 2 Kegiatan Perkenalan instruktur dan absensi mahasiswa/i Persiapan dan pengaturan latihan Penilaian terhadap mahasiswa yang berlatih Feed back dan penutup

Alokasi Waktu 5 menit 5 menit 80 menit 10 menit

DAFTAR KETERAMPILAN CSL SEMESTER 3 No 1 2 3 4 5 6 7 8

9

Materi

Jenis Keterampilan

Anamnesis penyakit yang berhubungan dengan keluhan sistem endokrin Anamnesis pediatrik (alloanamnesis) Pemeriksaan perkembangan anak (metode KPSP) Rekam Medis dan Rujukan Anamnesis penyakit yang berhubungan dengan keluhan pasien demam (tropik infeksi) Prosedur injeksi dan vena puncture Finger prick test dan pembuatan preparat apusan darah tepi Anamnesis penyakit yang berhubungan dengan sistem oftalmologi dan rhinootolarimgologi (spesial sense) Pemeriksaan oftalmologi

Level kompetensi 4 4 4 4 4 4 4 4

4

7 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

10 11

Edisi Keempat

Pemeriksaan rhinootolaringologi Pemeriksaan sistem sensoris

Level Kompetensi 1 Level Kompetensi 2 Level Kompetensi 3 Level Kompetensi 4

4 4

LEVEL OF COMPETENCE Mengetahui dan menjelaskan Pernah melihat / didemonstrasikan Pernah melakukan atau pernah menerapkan di bawah supervisi Mampu melakukan secara mandiri

8 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

ANAMNESIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN SISTEM ENDOKRIN Oleh dr. Dian Isti Angraini, M.P.H Tema Keterampilan menggali anamnesis sistem endokrin Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan Instruksional umum Mahasiswa mampu melakukan anamnesis sistem endokrin dengan terarah, cepat, dan tepat 2. Tujuan instruksional khusus  Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara urut  Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup di akhir  Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun relevan dengan permasalahan 1. Menemukan keluhan utama beserta lamanya 2. Menguraikan perkembangan penyakit secara deskriptif dan kronologis  Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik  Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik  Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang dipahami responden  Menerapkan dasar teknik komunikasi dan berperilaku yang sesuai dengan sosiobudaya pasien dalam hubungan dokter-pasien  Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi  Mahasiswa dapat melakukan cross check  Mahasiswa dapat bersikap netral  Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik  Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta menyimpulkan hasil anamnesis. Menyimpulkan dugaan kelainan organ berdasarkan data anamnesis dalam menjelaskan patofisiologi setiap kelainan/keluhan Mengidentifikasi kekurangan dan kesalahan dalam melakukan anamnesis Melaporkan hasil anamnesis secara lisan maupun tulisan

9 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Alat dan Bahan   

Pasien Simulasi Meja dan kursi periksa Lembar rekam medis dan ballpoint

Prosedur Anamnesis yang baik akan terdiri dari: Identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis susunan sistem, anamnesis pribadi. Identitas: Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua atau istri atau suami atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama. Untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah memang benar pasien yang dimaksud, selain itu juga diperlukan untuk data penelitian , asuransi, dan lain sebagainya. Keluhan utama Adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan, keluhan utama harus meliputi onset waktu. Daftar masalah yang dapat dijadikan keluhan utama pasien dengan gangguan sistem endokrin adalah: 1) Nafsu makan hilang 2) Gangguan gizi (gizi buruk, kurang atau lebih) 3) Berat bayi lahir rendah 4) Kelelahan 5) Penurunan berat badan drastis/ mendadak 6) Tremor 7) Gangguan pertumbuhan 8) Benjolan di leher 9) Berkeringat banyak 10) Polifagi, polidipsi, poliuri Riwayat penyakit sekarang Riwayat perjalan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama, sampai pasien datang berobat. Dalam melakukan anamnesis, harus diusahakan mendapatkan data-data sebagai berikut:

10 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

1. 2.

Waktu dan lama keluhan berlangsung Sifat dan beratnya serangan, misal mendadak, perlahan-lahan, terusmenerus, hilang timbul, cenderung bertambah berat atau berkurang 3. Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar , atau berpindahpindah 4. Hubungan dengan waktu, misalnya pagi lebih sakit daripada siang dan sore. Atau terus-menerus tidak mengenal waktu 5. Hubungannya dengan aktifitas, misalnya bertambah berat jika melakukan aktifitas, atau bertambah ringan jika beristirahat. 6. Keluhan-keluhan yang menyertai serangan, misalnya keluhan yang mendahului serangan, atau keluhan lain yang bersamaan dengan serangan 7. Apakah keluhan pertama kali atau sudah berulang 8. Faktor risiko dan pencetus serangan, termasuk faktor-faktor yang memperberat atau meringankan serangan 9. Apakah ada saudara sedarah , atau teman-teman dekat yang menderita keluhan yang sama 10. Perkembangan penyakit, kemungkina telah terjadi komplikasi atau gejala sisa 11. Upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi keluhan, termasuk obatobatan dan tidakan medis. Setelah semua data terkumpul, usahakan untuk membuat diagnosis sementara dan diagnosis banding. Riwayat penyakit dahulu Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan terjadinyadan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit yang relevandengan keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatanlama, rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita). Anamnesis susunan sistem Anamnesis susunan ssstem bertujuan mengumpulkan data-data positif dan negatif yang berhubungan dengan penyakit yang diderita pasien berdasarkan alat tubuh yang sakit. Riwayat penyakit dalam keluarga Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihakkeluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular. Pada penyakit yang bersifat kongenital perlu ditanya juga riwayat kehamilan dan kelahiran.

11 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Riwayat pribadi Riwayat pribadi meliputi data-data sosial dan ekonomi (meliputi pendidikan, pekerjaan, pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan, pola tidur, minum alkohol atau merokok, obat-obatan,aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan). Anamnesis spesifik dengan contoh Penyakit 1. Diabates Melitus Pasien DM biasanya datang dengan : a. Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya b. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita c. Kegawatdaruratan:hipoglikemia, koma hiperglikemia, ketoasidosis diabetikum (KAD), komplikasi ke organ lainnya a.Hipoglikemia : ditandai dengan kelaparan, gelisah, lemah, takikardia, berkeringat, sakit kepala, adanya defisit neurologis atau koma b.Hiperglikemia atau KAD : ditandai dengan hipotensi, mengantuk, takikardia, dehidrasi, nyeri perut atau pernafasan Kussmaul Pada anamnesis riwayat penyakit sekarang (RPS) ditanyakan: Sejak kapan keluhan mulai dirasakan, bagaimana kualitasnya Faktor risiko: merokok, hipertensi, riwayat penyakitjantung koroner, obesitas, dan riwayat penyakitkeluarga (termasuk penyakit DM dan endokrin lain) RPD :  Apakah sebelumnya sudah ada riwayat DM? Bila ya, bagaimana pengobatan sebelumnya  Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap, termasuk terapi gizi medis dan penyuluhan yang telah diperoleh tentang perawatan DM secara mandiri, serta kepercayaan yang diikuti dalam bidang terapi kesehatan  Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang digunakan, perencanaan makan dan program latihan jasmani  Riwayat komplikasi akut (ketoasidosis diabetik, hiperosmolar hiperglikemia, dan hipoglikemia)  Riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi kulit, gigi, dan traktus urogenitalis serta kaki  Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik(komplikasi pada ginjal, mata, saluran pencernaan, dll.)  Riwayat penyakit dan pengobatan di luar DM

12 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Riwayat Pribadi  Pola makan, status nutrisi, dan riwayat perubahan berat badan  Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa darah  Pola hidup, budaya, psikososial, pendidikan, dan statusekonomi  Kehidupan seksual, penggunaan kontrasepsi, dan kehamilan. b. Hipertiroid dan Hipotiroid 1) Hipertiroid RPS Gejala yang mungkin ditemui adalah penurunan berat badan, tremor, cemas, palpitasi, gangguan mata dan adanya goiter RPD:  Apakah sebelumnya pernah terdiagnosa tirotoksikosis? Apabila iya, pengobatan apa yang didapat? PTU, beta bloker, karbimazol?  Apakah ada riwayat penyakit autoimun? RPK Apakah ada riwayat penyakit tiroid dalam keluarga? Riwayat Pribadi Bagaimana pola makan? Apakah baik atau bertambah tetapi berat badan dirasakan semakin menurun? Apakah sedang menjalani program diet penurunan berat badan atau pantangan tertentu? Bagaimana penurunan berat badan yang dirasakan? Apakah ada mengkonsumsi obat-obatan tertentu (misalnya untuk menurunkan BB, obat tiroid, dsb) 2) Hipotiroid RPS Pasien hipotiroid seringkali terdiagnosis dengan gejala yang tidak khas. Gejala yang timbul bisa berupa kelelahan, kelambatan fisik dan mental, intoleransi terhadap suhu dingin, peningkatan berat badan, konstipasi, carpal tunnel syndrome, menorhagia (wanita), demensia, dan hipotermia. Sangat jarang pasien hipotiroid mengalami koma, dan gejala-gejala yang disebutkan sebelumnya bisa saja tidak dimiliki oleh pasien lansia. RPD:  Apakah sebelumnya ada riwayat atau pernah terdiagnosa hipotoroid? Bila iya bagaimana terapinya?  Apakah ada riwayat IHD?  Apakah ada riwayat hiperkolesterolemia?  Apakah sebelumnya pernah mendapatkan terapi radioiodine (untuk tirotoksikosis)?

13 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

 RPK

Apakah sebelumnya ada riwayat gangguan organ endokrin lainnya atau penyakit autoimun?

 Apakah ada riwayat penyakit tiroid dalam keluarga? Riwayat Pribadi  Apakah pasien mengkonsumsi obat tiroksin dan amiodaron? Pada bayi dan anak, hal-hal yang harus ditanyakan adalah: - Apakah Berat badan lahir > 3500 gram; masa kehamilan > 40 minggu. - Apakah ada riwayat Hernia umbilikalis. - Apakah ada riwayat ikterus lebih dari 3 hari. - Apakah ada riwayat BAB pertama > 20 jam setelah lahir dan sembelit (< 1 kali/hari). - Apakah bayi Letargi dan sukar minum. - Apakah ada gangguan tumbuh kembang? - Apakah ada tanda-tanda intoleransi dingin? c. Penyakit Addison dan Sindrom Cushing d. Penyakit Addison Terjadi akibat defisiensi hormon mineralokortikoid. RPS dijumpai gejala: Lemah, letih, lesu dan pingsan Mual dan muntah Pusing berputar karena perubahan posisi Depresi Mialgia dan kelemahan otot Intoleransi dingin Penurunan berat badan atau pada keadaan yang lebih berat bisa pre-syok RPD:  Apakah sebelumnya pernah mendapatkan terapi kortikosteroid? Apabila ya, apa berhenti dengan tiba-tiba?  Apakah sebelumnya pernah terdiagnosa menderita keganasan? (untuk melihat adanya metastase ke kelenjar adrenal)  Apakah sebelumnya pernah menderita TBC atau pernah mendapatkan pengobatan selama 6 bulan?  Apakah sebelumnya terdapat gangguan autoimun lainnya (vitiligo, hipotiroid)?  Apakah sebelumnya ada gangguan penyakit pituitari (hipopituitaridism)? e. Sindrom Cushing Merupakan kumpulan gejala yang timbul akibat kelebihan hormon glukokortikoid atau timbul akibat terapi kortikosteroid yang berlebihan RPS dijumpai gejala:

14 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

RPD:  

Edisi Keempat

Gejala hirsutisme Peningkatan berat badan dan pembesaran wajah dan ukuran tubuh Pertumbuhan yang melambat pada anak-anak Perubahan kulit : jerawat, infeksi kulit, striae di perut, paha, dan payudara, dll Perubahan otot dan kulit : sakit punggung, kelemahan otot, nyeri tulang dsb Apakah ada riwayat pengobatan kortikosteroid? Apakah ada riwayat penyakit paru-paru?

d. Hipopituarism Terjadi defisiensi satu atau lebih hormon yang dihasilkan kelenjar pituitari seperti hormon tiroid, adrenal, dan hormon pertumbuhan. RPS dapat ditemukan gejal:  Apakah ada kelelahan dan anoreksia?  Apakah ada penurunan libido?  Apakah ada gangguan menstruasi (pada wanita)?  Apakah ada tanda-tanda depresi?  Apakah ada kelemahan otot?  Apakah ada nyeri kepala?  Apakah ada tanda dan gejala yang mengarah ke hipotiroid? RPD :  Apakah sebelumnya terdapat riwayat adenoma kelenjar pituitari?  Apakah pasien pernah mendapatkan terapi non-radiasi untuk gangguan kelenjar pituitari?  Apakah ada riwayat perdarahan post partum yang berat (pada wanita)? Riwayat Pribadi Apakah pernah mengkonsumsi obat-obat seperti tiroksin, hidrokortison, testosteron, estrogen atau hormon pertumbuhan? e. Akromegali Merupakan sindrom akibat adanya kelebihan hormon pertumbuhan, yang salah satunya disebabkan adanya tumor pada kelenjar pituitari. Pada RPS gejala yang bisa ditimbulkan adalah: Apakah ada perubahan bentuk dan ukuran wajah bila dibandingkan dengan sebelumnya (supraorbital membesar, telinga dan hidung menebal, tonjolan rahang menebal)? Apakah terdapat pembesaran ukuran kaki (yang dilihat dari ukuran sepatu) dan tangan (dinilai dari ukuran cincin)? Apakah ada penglihatan kabur dan penurunan penglihatan perifer (lapang pandang)? Apakah ada tanda-tanda hiperglikemia (polidipsi, poliuria)?

15 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

RPD:

Edisi Keempat

Apakah ada sakit kepala, kelelahan dan peningkatan berat badan? Apakah ada gangguan menstruasi (pada wanita)? Apakah ada gejala galaktorea (keluarnya air susu di luar masa laktasi) pada pria, wanita dan bayi? Apakah ada gejala impotensi? Apakah berkeringat banyak? Apakah ada atralgia? Apakah ada carpal tunnel syndrome?

Apakah sebelumnya ada tanda dan gejala akromegali? Apakah sebelumnya ada riwayat pengobatan, radiasi dan pembedahan di daerah kepala? Apakah ada tanda hipopituitarism sebelumnya? Riwayat Pribadi  Apakah pasien sedang mengkonsumsi obat agonis dopaminergik dan atau bromokriptin?  Apakah pasien sedang menggunakan terapi sulih hormon? (tiroksin, kortikosteroid)? Anamnesis spesifik dengan contoh Keluhan Utama 1)

Penurunan berat badan Penurunan berat badan bisa merupaka keluhan utama atau keluhan tambahan, bisa terjadi pada diabetes melitus, hipertiroid, depresi, sedang dalam program penurunan berat bada, keganasan, penyakit infeksi kronis dan sebagainya. Contoh hal yang ditanyakan pada Riwayat Penyakit Sekarang (RPS):  Sejak kapan BB dirasa menurun?  Berapa BB sebelumnya dan sekarang?  Bagaimana nafsu makan pasienbelakangan ini?  Bagaimana pola makan pasienbelakangan ini?  Apakah ada keluhan sering buang airkecil?  Apakah pasien merasa sering hausatau banyak minum belakangan ini?  Apakah ada keluhan gatal-gatal dikulit yang tidak jelas penyebabnya?  Apakah ada keluhan sering merasakesemutan atau kebas di ujung-ujungjari?  Apakah pasien sulit sembuh bilamengalami luka?  Apakah pasien merasakan adapenurunan fungsi penglihatanbelakangan ini?  Apakah pasien merasakan adabenjolan di daerah leher?  Apakah pasien sering merasaberdebar-debar?  Apakah pasien sering merasakepanasan dan berkeringat tanpaalasan yang jelas?

16 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

    

Edisi Keempat

Apakah pasien merasa tangan serin ggemetar? Apakah pasien belakangan ini sering mengalami demam? Apakah pasien merasakan ada perubahan di daerah mata? Apakah pasien ada gangguan menstruasi? (bila wanita) Apa saja usaha yang sudah dilakukanuntuk menaikkan BB? Bagaimana hasilnya?

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD):  Apakah pasien pernah didiagnosis mengalami hipertensi atau diabetes melitus?  Apakah pasien pernah didiagnosis mengalami penyakit tiroid?  Apakah pasien pernah didiagnosis mengalami suatu keganasan?  Apakah pasien pernah didiagnosis mengalami diabetes melitus gestasional ketika hamil? (bila wanita)  Apakah pasien pernah menlahirkan anak dengan bobot diatas 4000 gram?(bila wanita)  Apakah pasien sering mengalami keguguran? (bila wanita)  Apakah pasien pernah dirawat di RS? Riwayat Penyakit Keluarga (RPK):  Apakah ada keluarga yang mengalamihipertensi, diabetes melitus,hipertiroid, ata keganasan?  Bila ada, siapa? Riwayat kebiasaan:  Apakah pasien sedang dalam programdiet tertentu?  Apakah pasien sering mengonsumsimakanan yang manis?  Apakah pasien sering mnegonsumsimakanan yang mengandung lemak?  Berapa kali pasien beolah raga dalamsatu minggu?  Apakah pasien sering mengonsumsialkohol?  Berapa banyak pasien mengonsumsigaram dalam sehari?  Berapa banyak pasien minum air putihdalam sehari? 2)

Tremor Pasien datang dengan keluhan tremor (gemetar seluruh badan) Pada RPS, ditanyakan:  Sejak kapan tremor dirasakan?  Apakah ada keluhan cepat lelah, jantung berdebar-debar dan berkeringat banyak?  Apakah ada demam terus menerus tanpa rasa menggigil?  Apakah terdapat penurunan berat badan walaupun asupan makan baik atau bertambah?

17 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

 

Apakah pasien mengeluh gelisah dan cepat marah? Apakah ada rambut rontok?



Apakah telah ada penyakit dengan gejala yang sama? Bila iya, kapan, bagaimana pengobatan dan keluhan yang dirasakan setelahnya? Apakah ada riwayat penyakit lainnya? DM

RPD  RPK   3)

Apakah ada anggota keluarga menderita penyakit dengan keluhan dan gejala yang sama? Jika iya, siapa, kapan, bagaimana kondisinya Apakah ada riwayat penyakit keturunan? DM, hipertensi dll

Gangguan gizi (gizi buruk, kurang atau lebih) Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis terdiri dari anamnesis awal dan anamnesis lanjutan. Anamnesis awal (untuk kedaruratan): RPS  Kejadian mata cekung yang baru saja muncul  Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan diare (encer/darah/lendir)  Kapan terakhir berkemih  Sejak kapan tangan dan kaki teraba dingin.  Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami dehidrasi dan/atau syok, serta harus diatasi segera. Anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana selanjutnya, dilakukan setelah kedaruratan ditangani): RPD  Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir  Batuk kronik RPK  Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung Riwayat Kelahiran  Berat badan lahir Riwayat Tumbuh Kembang  Riwayat tumbuh kembang: duduk, berdiri, bicara dan lain-lain  Apakah ditimbang setiap bulan Riwayat Imunisasi  Riwayat imunisasi Riwayat makan  Diet (pola makan)/kebiasaan makan sebelum sakit

18 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

     

Edisi Keempat

Riwayat pemberian ASI Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir Hilangnya nafsu makan Riwayat Pribadi/ Sosioekonomi Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang sosial anak) Diketahui atau tersangka infeksi HIV Kontak dengan pasien campak atau tuberkulosis paru

Daftarpustaka  Bate‘s. (2007). Guide To Phycal Examination And History Taking. Ed 9. Philadelphia.  Perkeni. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 di Indonesia. Perkeni : Jakarta.  Gleadle, J. (2007). At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga

CEK LIST LATIHAN ANAMNESIS SISTEM ENDOKRIN

No 1 2 3 4 5

6

Prosedur/ Aspek Latihan

Umpan Balik

ITEM INTERAKSI DOKTER-PASIEN Mengucapkan salam pada awal wawancara Mempersilakan duduk berhadapan Memperkenalkan diri Informed  menjelaskan kepentingan penggalian informasi yang benar tentang sakit pasien Consent  Meminta waktu & ijin untuk melakukan alloanamnesisjikadiperlukan ITEM PROSEDURAL Menanyakan identitas pasien : Nama , Umur , jenis kelamin (dicatat saja tidak perlu ditanyakan), alamat lengkap, pekerjaan, agama dan suku bangsa Pastikan menggali identitas tidak terkesan interogasi tidak harus berurutan dicari lengkap, boleh diselang-seling saat

19 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

7 8 9

10 11 12

13 14 15 16 17 18

Edisi Keempat

anamnesis berlangsung Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang Menanyakan keluhan utama Cross cek, dan Pastikan Keluhan Utama Menanyakan keluhan lain/tambahan Menggali informasi tentang riwayat penyakit sekarang (waktu dan lama, sifat, lokalisasi dan penyebaran,hubungan dengan waktu dan aktifitas, keluhan yang mendahului dan menyertai, pertama kali/ tidak, faktor resiko dan pencetus, upaya pengobatan & hasilnya) Menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita (Penyakit-penyakit yang meningkatkan prevalensi penyakit pada kelainan endokrin yang dikeluhkan) Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga (riwayat orang tua atau anggota keluarga lainnya dengan DM, hipo/hipertiroid, dsb) Menggali informasi tentang riwayat Pribadi (riwayat merokok, minuman alkohol, obat-obatan, pola diet, aktifitas ) ITEM PENALARAN KLINIS Melakukan cross check (paraphrase atau pengulangan terhadap apa yang dikatakan pasien) Melakukan umpan balik (menanyakan hal-hal yang kurang jelas, atau pertanyaan yang kurang jelas). Mencatat semua hasil anamnesis Menyimpulkan dan menginterpretasikan hasil anamnesis ITEM PROFESIONALISME Percaya diri, bersikap empati, tidak menginterogasi Mengakhiri anamnesis dengan sikap yang baik

20 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

ANAMNESIS PEDIATRIK (ALLOANAMNESIS) dr. Oktadoni Saputra, MMedEd, dr.Dian Isti Angraini, M.P.H A.

TEMA : Keterampilan Komunikasi Anamnesis Pediatrik (alloanamnesis)

B.

TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan instruksional umum Mahasiswa mampu melakukan anamnesis pediatrik (alloanamnesis) dengan baik dan benar 2. Tujuan instruksional khusus  Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara urut  Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup di akhir  Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun relevan dengan permasalahan  Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik  Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik  Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang dipahami responden  Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi  Mahasiswa dapat melakukan cross check  Mahasiswa dapat bersikap netral  Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik  Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta menyimpulkan hasil anamnesis.

C.

ALAT DAN BAHAN  Pasien Simulasi  Meja dan kursi periksa

D.

SKENARIO Seorang pasien anak laki-laki, umur 2 tahun, datang diantar ibunya ke praktek anda dengan keluhan demam. Anak rewel dan menangis saat berada di ruang periksa anda. Lakukan Alloanamnesis pada orang tua pasien. E.

DASAR TEORI 1. Pengertian Anamnesis Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien, yang disebut sebagai autoanamnesis, atau dilakukan terhadap orangtua, wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain, yang disebut sebagai alloanamnesis. Termasuk di dalam alloanamnesis adalah semua keterangan dari dokter

21 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

yang merujuk, catatan rekaman medik (lihat status pediatrik di lampiran 1), dan semua keterangan yang diperoleh selain dari pasiennya sendiri. Oleh karena bayi dan sebagian besar anak belum dapat memberikan keterangan sendiri, maka anamnesis pediatri lebih menggunakan alloanamnesis daripada autoanamnesis. (Modifikasi Buku Panduan Skill Lab FK UGM, 2001) 2. Teknik Anamnesis Dalam melakukan anamnesis, pemeriksa harus berupaya agar tercipta suasana yang kondusif agar orangtua, pengantar, atau pasiennya dapat mengemukakan keadaan pasien dengan spontan, wajar, namun tidak berkepanjangan. Pada saat yang tepat pemeriksa perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih rinci dan spesifik sehingga dapat diperoleh gambaran keadaan pasien yang lebih jelas dan akurat. Anak yang sudah besar (usia sekolahlanjut) seringkali dapat menceritakan sendiri keadaan sakitnya, bahkan seringkali cukup rinci dan jelas sehingga membantu pembuatan anamnesis. Biasanya orang yang paling berkompeten untuk memberikan informasi tentang keadaan anak adalah ibu pasien, terutama pada anak usia balita. Terkadang bagi ibu yang bekerja, anamnesis didapatkan dari pramusiwi/ babysitter. Anamnesis biasanya dilakukan dengan wawancara secara tatap muka, dan keberhasilannya untuk sebagian besar tergantung pada kepribadian, pengalaman dan kebijakan pemeriksa. Sebelum mempelajari cara melakukan anamnesis, beberapa keterampilan komunikasi perlu dimiliki. Keterampilan tersebut adalah menunjukkan empati, melakukan cross check dan mendapatkan umpan balik. a. Menunjukkan empati Empati adalah kemampuan untuk dapat merasakan dan memahami perasaan orang lain. Empati dapat dilakukan melalui menjadi pembicara dan pendengar yang baik, dapat bertanya dengan baik,menjaga suasana, serta memahami bahasa verbal dan non verbal. Cara menunjukkan empati : Pertama kali melakukan pembicaraan yang baik, sambung rasa tetap dilakukan. Caranya adalah melalui:  Membangun kepercayaan Pendekatan yang dilakukan memang berfungsi sebagai alat untuk membangun kepercayaan. Pewawancara/dokter harus dapat meyakinkan bahwa dia adalah orang yang tepat untuk dipercaya. Duduk dengan tegak, biarkan keyakinan dan ketenangan bersinar keluar dari dada. Jangan lupa wajah cerah dan tersenyum. Ingatlah bahwa komunikasi yang dilakukan adalah demi kepentingan bersama. Dokter membawa kepentingan agar pasiennya dapat mengungkapkan permasalahannya dan pasien atau keluarganya membawa kepentingan dan permasalahannya sendiri. Disini dokter harus netral dan tidak memihak, siapun pasien itu.  Berikan kesempatan. Agar pasien dapat mempercayai anda, berikan mereka kesempatan untuk berbicara, bertanya atau mengungkapkan perasaan mereka.

22 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat



Sederajat. Ingatlah bahwa komunikasi yang dilakukan adalah sederajat, dalam arti bukan antara raja dan hamba sahaya, tetapi antara individu yang sederajat dengan individu atau beberapa individu yang sederajat.  Siapa yang diajak berbicara. o Perhatikan siapa ayang kita ajak berkomunikasi, satu orang, dua orang, atau beberapa orang? Mereka berasal dari mana, latar belakangnya apa (pendidikan, status sosial ekonomi).  Mengetahui tujuan melakukan wawancara; seorang dokter harus tahu tujuan komunikasi yang dilakukan. Menggali informasi, memberikan informasi, atau menjawab pertanyaan dan keluhan? Jangan lupa untuk selalu menggunakan bahasa yang sesuai dengan latar belakang responden. b. Melakukan cross-check Cara melakukan cross-check : Pada saat-saat tertentu seseorang dokter perlu melakukan cross-check terhadap pertanyaan pasien. Cross-check ini diperlukan agar dokter tidak salah atau keliru menangkap pembicaraan pasien. Cross-check dapat dilakukan dengan:  Lakukan paraphrase Ulanglah beberapa bagian kalimat yang dinyatakan pasien. Contoh : ― Nyerinya bagaikan tersengat listrik, begitu Pak Marudi?, bisa diceritakan lebih lanjut serangannya kapan saja?.  Pengulangan bisa dilakukan dengan seluruh kalimat, bila diperlukan. Terutama bila menghadapi stagnasi (diam terlalu lama) Contoh : ― Tadi Bapak mengatakan sangat menderita akhir-akhir ini, mau kerja susah, mau tidur susah, dapat diceritakan lebih lanjut Pak, sejak kapan Bapak merasakan penderitaan tersebut?.‖  Pertanyaan dapat menggunakan cara dan bahasa yang benar dengan hasil yang sama.  Cross-check dapat dilakukan di akhir anamnesis dengan memberikan ringkasan terhadap data yang telah di ungkapkan pasien. ― Jadi Ibu Sumirah sudah menderita nyeri di kepala sejak dua tahun yang lalu, kumat-kumatan, dan sudah pernah diobati sendiri, dst‖. c. Mendapatkan umpan balik Selain mendapatkan data yang diperlukan, seorang dokter juga memerlukan umpan balik dari pasiennya. Umpan balik diperlukan agar dokter mengetahui, pertanyaannya jelas atau tidak, informasi atau keterangan yang diberikan dapat diterima dengan jelas atau tidak. Cara mendapatkan umpan balik adalah sebagai berikut :

23 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3



 

Edisi Keempat

Bila ada pertanyaan mendapatkan jawaban ― dahi berkerut‖, berarti pasien tidak paham dengan pertanyaan yang diajukan. Tanyakan pada pasien: Apakah Bapak kurang begitu jelas pertanyaan saya?‖ Bila jawabannya ya, cobalah untuk bertanya kembali, gunakan bahasa yang lebih sederhana dan singkat. Setelah anda memberikan nasehat atau informasi, berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya, adakah informasi/nasehat yang kurang jelas. Umpan balik dapat diberikan pasien setelah selesai anamnesis. Tanyakan pada pasien apakah ada hal-hal yang kurang jelas, atau pertanyaan yang kurang jelas.

F.

PROSEDUR ANAMNESIS Sistematika dalam melakukan anamnesis adalah dengan menanyakan: identitas pasien dengan lengkap, keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat pasien ketika di dalam kandungan ibu, riwayat kelahiran, riwayat makanan, riwayat imunisasi, dan riwayat tumbuh kembang. Setelah dilakukan anamnesis secara lengkap, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik yang telitu dan pemeriksaan penunjang yang relevan sehingga didapatkan diagnosis yang tepat. (Matondang CS, dkk. Diagnosis Fisik pada Anak, edisi 2) 1.Identitas Pasien Identitas pasien merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis. Identitas ini diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar anak yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak lain. Kesalahan identifikasi pasien dapat berakibat fatal, baik secara medis, etika, maupun hukum. Unsur-unsur yang terdapat pada identitas pasien adalah:  Nama  Umur Sebaiknya ditanyakan tanggal kelahiran anak. Hal ini penting untuk identitas, untuk mengetahui periode usia anak (neonates, bayi, prasekolah, sekolah, akil baligh) yang mempunyai ke-khas-an sendiri dalam morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga diperlukan untuk menginterpretasikan data pemeriksaan klinis apakah sesuai/ normal pada umurnya.  Jenis kelamin  Nama orang tua  Alamat : ditulis secara lengkap  Umur, pendidikan dan pekerjaan orangtua  Agama dan suku bangsa  Data keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran keadaan sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan keluarga pasien. Dalam resume riwayat keluarga sebaiknya dibuat pedigri, sehingga tergambar dengan jelas hubungan antara anggota keluarga, terutama apabila ditemukan kelainan yang mempunyai aspek genetik herediter atau familial.

24 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

2. Riwayat Penyakit Sekarang Keluhan utama Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat. Perlu diketahui bahwa keluhan utama tidak selalu keluhan yang pertama disampaikan oleh orangtua pasien; hal ini terutama pada orangtua yang pendidikannya rendah, yang kurang dapat mengemukakan esensi masalah. b. Keluhan tambahan Keluhan tambahan merupakan keluhan/gejala lain selain keluhan utama. c. Riwayat perjalanan penyakit Pada riwayat perjalanan penyakit disusun cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum terdapat keluhan sampai dibawa berobat. Bila pasien telah dibawa berobat sebelumnya, hendaknya ditanyakan kapan berobat, kepada siapa, dan obat apa yang telah diberikan serta bagaimana hasil dari pengobatan tersebut. Bila orangtua mempunyai salinan resep, pemeriksa dapat memproleh informasi yang cukup lengkap; tetapi bila tidak, dapat ditanyakan nama, jenis, warna atau kemasan obat (kapsul, tablet, sirup, puyer), serta dosis obat yang diminum (berapa tablet/bungkus/sendok dan berapa kali diberikan dalam satu hari). Hendaknya juga ditanyakan efek samping dan kemungkinan alergi. Pada umumnya, hal-hal berikut yang perlu ditanyakan dan diketahui pada riwayat perjalanan penyakit:  Lamanya keluhan berlangsung  Bagaimana sifat terjadinya gejala  Lokalisasi dan sifat keluhan lokal  Berat-ringannya keluhan dan perkembangannya  Terdapatnya hal yang mendahului keluhan  Apakah keluhan tersebut baru pertama kali dirasakan ataukah sudah pernah sebelumnya; bila sudah pernah, dirinci apakah intensitas dan karakteristiknya sama atau berbeda, dan interval antara keluhan-keluhan tersebut.  Apakah terdapat saudara sedarah, orang serumah atau sekeliling pasien yang menderita keluhan yang sama.  Upaya yang dilakukan dan bagaimana hasilnya. a.

3. Riwayat penyakit yang pernah diderita Penyakit yang pernah diderita anak sebelumnya perlu diketahui, karena mungkin ada hubungannya dengan penyakit sekarang, atau setidak-tidaknya memberikan informasi untuk membantu penegakan diagnosis dan tatalaksana penyakitnya sekarang. Misalnya anak yang pernah mengalami kejang demam kompleks bila sekarang datang dengan tanda-tanda kejang demam, besar kemungkinan anak tersebut sekarang mengalami kejang demam kompleks berulang.

25 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

4. Riwayat kehamilan ibu a. Umur ibu saat hamil b. Keadaan kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya penyakit, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut. c. Berapa kali ibu melakukan kunjungan antenatal dan kepada siapa (dokter spesialis, dokter umum, bidan, perawat/mantri, dukun). d. Apakah ibu mendapat TT/toksoid tetanus (terutama pada kasus tetanus neonatarum). e. Obat-obat yang diminum pada usia kehamilan muda/ TM I(kemungkinan menderita cacat bawaan). f. Kebiasaan ibu selama hamil: ditanyakan apakah ibu merokok, minuman keras, dan catatan makanan ibu selama kehamilan (khususnya BBLR). g. Jarak kelahiran (jarak kelahiran yang dekat berhubungan dengan KEP, infeksi berulang seperti diare dan ISPA seta BBLR) h. Jumlah kelahiran, termasuk aborsi (paritas yang tinggi berhubungan dengan KEP, infeksi berulang seperti diare dan ISPA serta BBLR)

a. b. c. d. e. f. g. h.

5. Riwayat kelahiran Yang harus ditanyakan pada riwayat kelahiran mencakup: Tanggal dan tempat kelahiran Siapa yang menolong Cara kelahiran (spontan, ekstraksi cunam, vakum, bedah Caesar). Pada kelahiran dengan instrument ditanyakan indikasi dari tindakan tersebut. Adanya kehamilan ganda Keadaan segera setelah kelahiran/ APGAR; lebih baik bila bisa melihat catatan medis dari rumah bersalin, puskesmas,dll. Kalau tidak ada cukup ditanyakan apakah bayi langsung menangis atau tidak, warna kulit kemerahan/ biru/ merah dan biru, gerakan aktif/ tidak. Morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir (asfiksia, trauma lahir, infeksi intrapartum, ikterus dsb yang mungkin berhubungan dengan keadaan sekarang). Masa kehamilan (apakah cukup bulan, kurang bulan, atau lebih bulan) Berat dan panjang bayi (mengetahui masa gestasi dan menilai kesesuaian masa gestasi dengan BB/PB) Skor

Tabel 2. APGAR SKOR 0 1 Pucat

Badan merah ekstremitas biru

P: Pulse

Tidak ada

<100

G: Grimace

Tidak ada

Sedikit gerakan mimik

A: Appearance

2 Seluruh tubuh kemerahan >100 Menangis, batuk, bersin

26 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

A: Activity R: Respiratory effort

Lumpuh

Ekstremitas sedikit fleksi

Gerakan aktif

Tidak ada

Lemah dan tak teratur

Menangis kuat

JUMLAH APGAR skor= Normal (7-10), Agak rendah (4-6), rendah (0-3) (Sumber : Williams Obstetrics, 21st edition. 2001) 6. Riwayat makanan Pada anamnesis tentang riwayat makan diharapkan dapat diperoleh data tentang: a. Makanan yang dikonsumsi oleh anak, baik dalam jangka waktu pendek (beberapa waktu sebelum sakit) ataupun jangka panjang (sejak bayi). b. Kualitas dan kuantitas; apakah adekuat atau tidak; yaitu memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan. Pada bayi untuk memperkirakan kuantitas dan kualitas makanan yang diterima perlu ditanyakan: a. Susu apa yang diberikan : ASI ataukah PASI (pengganti ASI), atau keduanya. b. Apabila diberikan ASI apakah secara eksklusif c. Cara pemberian ASI/ PASI d. On demand atau ad libitum, ataukah dengan jadwal tertentu. e. Volume pemberian ASI/PASI. f. Untuk PASI tanyakan jenis dan mereknya, takaran, frekuensi, dan jumlah setiap kali pemberian. g. Pemberian makanan tambahan (MPASI): umur berapa mulai, jenis dan jumlahnya, serta jadwal pemberian. Pada hakekatnya anamnesis tentang ambilan (intake) makanan ini merupakan analisis makanan secara kasar. Hasil analisis ini berperan terutama pada kasus kelainan gizi dan gangguan tumbuh kembang, serta harus digabungkan dengan data lain, yaitu hasil pemeriksaan fisis, laboratorium, dan antropometris, sehingga akhirnya dapat disimpulkan status nutrisi pasien secara lebih akurat. 7. Riwayat imunisasi Status imunisasi pasien penting untuk ditanyakan, meliputi: a. Imunisasi Dasar : BCG, polio, DPT, Campak dan Hepatitis-B Imunisasi ini dikenal juga dengan Imunisasi wajib oleh pemerintah melalui Program Pengembangan Imunisasi (PPI) b. Imunisasi lain: MMR (mumps, measles, rubella), hepatitis-A, Hib (untuk mencegah infeksi Haemophilus influenza tipe b), Influenza, Pneumokokus (PCV), HPV (Human Papilloma Virus) dan Tifoid Imunisasi ini dikenal juga sebagai Imunisasi Non-PPI

27 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

c. Imunisasi ulangan/booster Informasi tentang imunisasi diperlukan untuk mengetahui status perlindungan pediatrik yang diperoleh, mungkin dapat membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu (misalnya penyakit polio hamper tidak pernah terjadi pada anak yang sudah mendapat imunisasi polio secara benar). Informasi tentang imunisasi juga dapat dipakai sebagai umpan balik tentang perlindungan pediatrik yang diberikan. Jadwal lengkap imunisasi dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 1. Jadwal imunisasi (Rekomendasi IDAI 2011)

( Sumber : Sari Pediatri Vol 13 No. 1 Juni 2011 )

28 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

8. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan a. Riwayat pertumbuhan Status pertumbuhan anak terutama pada usia balita dapat ditelaah dari kurva berat badan terhadap umur dan panjang badan/ tinggi badan terhadap umur. Data ini dapat diperoleh dari KMS atau kartu pemeriksaan kesehatan lainnya (dari dokter umum, podiatrist, BKIA). Data BB dan PB/TB selanjutnya dipetakan pada peta pertumbuhan (growth chart) BB dan PB/TB. Bila tidak ada data tertulis, tanyakan BB saat lahir, usia 6 bulan, 1 tahun, 2 tahun dan 3 tahun; apakah sesuai dengan standar normal (NCHS, depkes, WHO) Kurva PB/TB menggambarkan status pertumbuhan yang sebenarnya dan dapat mendeteksi riwayat penyakit kronik, KEP, penyakit endokrin, dll. Kurva BB penting diketahui pada balita khususnya bayi, untuk mengetahui riwayat pertumbuhan, riwayat kesehatan anak (BB anak mudah sekali turun, terutama pada keadaan krisis baik aspek fisik maupun psikososial. Penilaian kurva BB dan TB/PB hendaknya disepadankan dengan data riwayat penyakit yang pernah diderita dan riwayat makan pasien. b. Riwayat Perkembangan Status perkembangan pasien perlu ditelaah secara rinci untuk mengetahui apakah semua tahapan perkembangan dilalui dengan mulus atau terdapat penyimpangan. Penilaian perkembangan bisa menggunakan Denver tes (Untuk lebih jelasnya akan dibicarakan di materi CSL kedua ―DDST‖). Pada anak balita perlu ditanyakan:  Perkembangan motorik kasar  Perkembangan motorik halus  Perkembangan social - personal  Perkembangan bahasa – adaptif Pada anak usia sekolah perlu ditanyakan:  Perkembangan, yang secara kasar dapat diketahui dengan menelaah prestasi belajar anak.  Menars dan telars (berhubungan dengan kelainan endokrin)  Umur pada saat tumbuh rambut pubik (berhubungan dengan kelainan endokrin)  Ada atau tidaknya kelainan tingkah laku dan emosi G. DAFTAR PUSTAKA  Anonim. 2001. Buku Panduan Skill Lab FK UGM. Yogyakarta  Anonim. 2008. Professional Buku Pedoman Imunisasi Di Indonesia -IDAI Edisi III. Jakarta. Indonesia  Frankenburg, W.K. 1990. Denver Developmental Screening Test (Denver II)  F. Gary Cunningham. Et al. 2001. Williams Obstetrics, 21st edition. McGraw-Hill  Matondang CS, dkk. Diagnosis Fisik pada Anak. Edisi 2. Jakarta

29 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Ceklis Latihan Anamnesis Pediatrik No 1 2 3 4 5

6

7 8 9 10 11

12 13

Prosedur/ Aspek Latihan

Umpan Balik

ITEM INTERAKSI DOKTER-PASIEN Mengucapkan salam pada awal wawancara Mempersilakan duduk berhadapan Memperkenalkan diri Informed  menjelaskan kepentingan penggalian informasi yang benar tentang sakit pasien (anak) Consent  Meminta waktu & ijin untuk melakukan alloanamnesis ITEM PROSEDURAL Menanyakan identitas pasien : Nama (anak dan orang tua), Umur (anak dan orang tua), jenis kelamin (dicatat saja tidak perlu ditanyakan), alamat lengkap, pendidikan & pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa Pastikan menggali identitas tidak terkesan interogasi tidak harus berurutan dicari lengkap, boleh diselang-seling saat anamnesis berlangsung Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang a. Menanyakan keluhan utama Cross cek, dan Pastikan Keluhan Utama b.Menanyakan keluhan lain/ tambahan c.Menggali informasi tentang riwayat penyakit sekarang (Lama, sifat, lokalisasi, berat-ringan gejala, hal yang mendahului, pertama kali/ tidak, saudara lain yang terkena, upaya pengobatan & hasilnya) Menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita Menggali informasi tentang riwayat kehamilan ibu Gali faktor resiko selama kehamilan, umur saat hamil, Peny. Saat kehamilan, ANC berapa kali, TT, obat-obatan, dll. Menanyakan riwayat kelahiran pasien (per vaginam/bukan, Normal/tidak, yang membantu persalinan siapa?, dimana? BB/PB bayi, APGAR skor bayi.) Menggali informasi tentang riwayat makan (kuantitas dan kualitas makanan jangka pendek dan jangka panjang)

30 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

14 15 16

17 18 19 20 21 22

Edisi Keempat

ASI ekslusif, PASI, MPASI, dll. Menanyakan riwayat imunisasi (5 imunisasi wajib PPI  tanyakan) Menggali informasi tentang riwayat pertumbuhan pasien (BB/PB /Umur  WHO) Menggali informasi tentang riwayat perkembangan pasien (Motorik kasar, halus, sosial dan bahasa  rujuk Denver II) ITEM PENALARAN KLINIS Melakukan cross check (paraphrase atau pengulangan terhadap apa yang dikatakan pasien) Melakukan umpan balik (menanyakan hal-hal yang kurang jelas, atau pertanyaan yang kurang jelas). Mencatat semua hasil anamnesis Menyimpulkan dan menginterpretasikan hasil anamnesis ITEM PROFESIONALISME Percaya diri, bersikap empati, tidak menginterogasi Mengakhiri anamnesis dengan sikap yang baik

31 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

SKRINING / PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN AN AK MENGGUNAKAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) Oleh: dr. Dwita Oktaria, MPdKed A. Tema Pembelajaran Pemeriksaan perkembangan anak dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan. B. Tujuan Mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. c.

Alat dan Bahan  Formulir KPSP menurut umur, berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.  Alat Bantu pemeriksaan berupa : o Pensil, o K ertas o Bola sebesar bola tennis o Kerincingan o Kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah o Kismis o Kacang tanah o Potongan biscuit kecil berukuran 0,5-1 cm.

d. Skenario Bu Ani 25 tahun,datang dengan membawa anaknya yang berusia 36 bulan dengan keluhan, sukar diajak bicara. Dari anamnesa didapatkan bahwa anaknya selalu asyik main sendiri, tidak pernah menoleh sewaktu dipanggil namanya, atau diperintah melakukan seseuatu. Anaknya juga tidak pernah mau melakukan kontak mata dengan orang yang berbicara padanya. Bahkan sering mengamuk tanpa sebab yang jelas dan sering berlari lari tanpa tujuan didalam rumah. Lakukan pemeriksaan perkembangan anak dengan menggunakan KPSP e. Dasar Teori Formulir KPSP adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan.

32 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah yang lebih kecil dari usia anak. Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan adalah KPSP 6 bulan. Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah KPSP 9 bulan. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda. Interpretasi hasil KPSP :  Hitunglah berapa jawaban Ya. o Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya. o Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.  Jumlah jawaban Ya o 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S) o 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M) o 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P) 

Untuk jawaban ―Tidak‖, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian)

Intervensi: Untuk Anak dengan Perkembangan SESUAI (S)  Beri pujian kepada Ibu karena telah mengasuh anak dengan baik.  Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak.  Berikan stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak.  Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di Posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36 – 72 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD, Kelompok Bermin dan Taman Kanak-Kanak.  Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak berumur kurng dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24 sampai 72 bulan.

33 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Untuk Anak dengan Perkembangan MERAGUKAN (M)  Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.  Ajarkan ibu cara melakukan intervensi Misalnya umur anak sekarang adalah 8 bulan 2 minggu, dan ia hanya bisa 7-8 YA. Lakukan stimulasi selama 2 minggu. Pada saat menilai KPSP kembali gunakan dulu KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak sudah berusia 9 bulan, bisa dilaksanakan KPSP 9 bulan.  Lakukan skrining rutin, pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi.  Bila setelah 2 minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban YA. Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit dengan fasilitas klinik tumbuh kembang. f. Prosedur o o o

o o

o

o

o o

Pada waktu pemeriksaan / skrining, anak harus dibawa. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir dan menjadikannya dalam bulan. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:  Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: ―Dapatkah bayi makan kue sendiri?‖  Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: ―Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi anda pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk.‖ Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

34 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

KPSP pada bayi 3 bulan No PEMERIKSAAN 1 Pada waktu bayi telentang, apakah masing- masing lengan dan tungkai bergerak dengan mudah? Jawab TIDAK bila salah satu atau kedua tungkai atau lengan bayi bergerak tak terarah/tak terkendali. 2

Pada waktu bayi telentang apakah ia melihat dan menatap wajah anda?

3

Apakah bayi dapat mengeluarkan suara- suara lain (ngoceh), disamping menangis? Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan anda dengan menggerakkan kepalanya dari kanan/kiri ke tengah?

4

YA

TIDAK

Gerak kasar

Sosialisasi dan kemandirian Bicara dan bahasa Gerak halus

5

Pada waktu bayi telentang, apakah. Ia dapat mengikuti gerakan anda dengan menggerakkan kepalanya dari satu sisi hampir sampai pada sisi yang lain?

Gerak halus

6

Pada waktu anda mengajak bayi berbicara dan tersenyum, apakah ia tersenyum kembali kepada anda?

7

Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia dapat mengangkat kepalanya seperti pada gambar ini?

Sosialisasi & kemandirian Gerak kasar

35 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

8

Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia dapat mengangkat kepalanya sehingga membentuk sudut 45° seperti pada gambar ?

Gerak kasar

9

Pada waktu bayi telungkup di alas yang datar, apakah ia dapat mengangkat kepalanya dengan tegak seperti pada gambar?

Gerak kasar

10 Apakah bayi suka tertawa keras walau tidak digelitik atau diraba-raba?

Bicara dan bahasa

Kuesioner Praskrining untuk Bayi 6 bulan No PEMERIKSAAN

YA

1

Pada waktu bayi telentang, apakah ia dapat mengikuti gerakan anda dengan menggerakkan kepala sepenuhnya dari satu sisi ke sisi yang lain?

gerak halus

2

Dapatkah bayi mempertahankan posisi kepala dalam keadaan tegak clan stabil? Jawab TIDAK bila kepala bayi cenderung jatuh ke kanan/kiri atau ke dadanya

gerak kasar

TIDAK

36 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

3

Sentuhkan pensil di punggung tangan atau ujung jari bayi. (jangan meletakkan di atas telapak tangan bayi). Apakah bayi dapat menggenggam pensil itu selama beberapa detik?

gerak halus

4

Ketika bayi telungkup di alas datar, apakah ia dapat mengangkat dada dengan kedua lengannya sebagai penyangga seperti pada gambar ?

Gerak kasar

5

Pernahkah bayi mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik tetapi bukan menangis?

Bicara & Bahasa

6

Pernahkah bayi berbalik paling sedikit dua kali, dari telentang ke telungkup atau sebaliknya?

gerak kasar

7

Pernahkah anda melihat bayi tersenyurn ketika melihat mainan yang lucu, gambar atau binatang peliharaan pada saat ia bermain sendiri?

Sosialisasi& kemandirian

8

Dapatkah bayi mengarahkan matanya pada benda kecil sebesar kacang, kismis atau uang logam? Jawab TIDAK jika ia tidak dapat mengarahkan matanya. Dapatkah bayi meraih mainan yang diletakkan agak jauh namun masih berada dalam jangkauan tangannya?

gerak halus

Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke posisi duduk. Dapatkah bayi mempertahankan lehernya secara kaku seperti gambar di sebelah kiri? Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti gambar sebelah kanan.

Gerak kasar

9 1 0

gerak halus

37 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Kuesioner Praskrining untuk Bayi 9 bulan No 1

2

3

4

5

PEMERIKSAAN Pada posisi bayi telentang, pegang kedua tangannya lalu tarik perlahan-lahan ke posisi clucluk. Dapatkah bayi mempertahankan lehernya secara kaku seperti gambar di sebelah kiri ? Jawab TIDAK bila kepala bayi jatuh kembali seperti gambar sebelah kanan.

Pernahkah anda melihat bayi memindahkan mainan atau kue kering dari satu tangan ke tangan yang lain? Benda-benda panjang seperti sendok atau kerincingan bertangkai tidak ikut dinilai. Tarik perhatian bayi dengan memperlihatkan selendang, sapu tangan atau serbet, kemudian jatuhkan ke lantai. Apakah bayi mencoba mencarinya? Misalnya mencari di bawah meja atau di belakang kursi? Apakah bayi dapat memungut dua benda seperti mainan/kue kering, dan masing- masing tangan memegang satu benda pada saat yang sama? Jawab TIDAK bila bayi tidak pernah melakukan perbuatan ini. Jika anda mengangkat bayi melalui ketiaknya ke posisi berdiri, dapatkah ia menyangga sebagian berat badan dengan kedua kakinya? Jawab YA bila ia mencoba berdiri dan sebagian berat badan tertumpu pada kedua kakinya.

YA

TIDAK

Gerak kasar

Gerak halus

Gerak halus

Gerak halus

Gerak kasar

38 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

6

Dapatkah bayi memungut dengan tangannya bendabenda kecil seperti kismis, kacang-kacangan, potongan biskuit, dengan gerakan miring atau menggerapai seperti gambar ?

7

Tanpa disangga oleh bantal, kursi atau dinding, dapatkah Gerak kasar bayi duduk sendiri selama 60 detik?

8 9 1 0

Sosialisasi & Bicara & kemandirian Bahasa Sosialisasi & kemandirian

Apakah bayi dapat makan kue kering sendiri? Pada waktu bayi bermain sendiri dan anda diam-diam datang berdiri belakangnya, apakah ia menengok Letakkan suatudimainan yang dinginkannya di luar ke belakang seperti mendengar kedatangan anda? Suara jangkauan bayi, apakah ia mencoba mendapatkannya keras tidak ikut dihitung. Jawab YA hanya jika anda dengan mengulurkan lengan atau badannya? melihat reaksinya terhadap suara yang perlahan atau bisikan. Kuesioner Praskrining untuk Bayi 12 Bulan No PEMERIKSAAN 1 Jika anda bersembunyi di belakang sesuatu/di pojok, kemudian muncui dan menghilang secara berulangulang di hadapan anak, apakah ia mencari anda atau mengharapkan anda muncul kembali?

Gerak halus

YA

TIDAK

Sosialisasi & kemandirian

2

Letakkan pensil di telapak tangan bayi. Coba ambil pensil tersebut dengan perlahan-lahan. Sulitkah anda mendapatkan pensil itu kembali?

Gerak halus

3

Apakah anak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih dengan berpegangan pada kursi/meja?

Gerak kasar

39 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

4

Apakah anak dapat mengatakan 2 suku kata yang sama, misalnya: ―ma-ma‖, ―da-da‖ atau ―pa-pa‖. Jawab YA bila ia mengeluarkan salah—satu suara tadi.

Bicara & bahasa

5

Apakah anak dapat mengangkat badannya ke posisi berdiri tanpa bantuan anda? Apakah anak dapat membedakan anda dengan orang yang belum ia kenal? la akan menunjukkan sikap malumalu atau ragu- ragu pada saat permulaan bertemu dengan orang yang belum dikenalnya. Apakah anak dapat mengambil Benda kecil seperti kacang atau kismis, dengan meremas di antara ibu jari dan jarinya seperti pada gambar?

Gerak kasar

Apakah anak dapat duduk sendiri tanpa bantuan? Sebut 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak (tidak perlu kata-kata yang lengkap). Apakah ia mencoba meniru menyebutkan kata-kata tadi ? Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua kubus kecil yang ia pegang? Kerincingan bertangkai dan tutup panel tidak ikut dinilai.

Gerak kasar Bicara & bahasa

6

7

8 9 10

Kuesioner Praskrining untuk 15 bulan No PEMERIKSAAN 1 Tanpa bantuan, apakah anak dapat mempertemukan dua kubus kecil yang ia pegang? Kerincingan bertangkai dan tutup, panci tidak ikut dinilai 2 Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan berpegangan? 3 Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk tangan atau melambai-lambai? Jawab TIDAK bila ia membutuhkan kemandirian bantuan.

Sosialisasi & kemandirian Gerak halus

Gerak halus

YA

TIDAK

Gerak halus Gerak kasar Sosialisasi & kemandirian

40 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

4

5 6 7 8

9 10

Edisi Keempat

Apakah anak dapat mengatakan ―papa‖ ketika ia memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan ―mama‖ jika memanggil/melihat ibunya? Jawab YA bila anak mengatakan salah satu diantaranya. Dapatkah anak berdiri sendiri tanpa berpegangan selama kira-kira 5 detik? Dapatkan anak berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik atau lebih? Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di lantai dan kemudian berdiri kembali? Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diinginkannya tanpa menangis atau merengek? Jawab YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara yang menyenangkan Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyung- huyung? Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan menggunakan ibu seperti pada gambar ini

Bicara & Bahasa

Gerak kasar Gerak kasar Gerak kasar Sosialisasi & kemandirian Gerak kasar Gerak halus

Kuesioner Praskrining untuk Anak 18 bulan No PEMERIKSAAN 1

2

Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk tangan atau melambai-lambai? Jawab TIDAK bila ia membutuhkan bantuan. Apakah anak dapat mengatakan ―papa‖ ketika ia memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan ―mama‖ jika memanggil/melihat ibunya?

YA

TIDAK

Sosialisasi & kemandirian Bicara & bahasa

41 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

3

Edisi Keempat

Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan selama kira-kira 5 detik? Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik atau lebih?

Gerak kasar

5

Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di lantai clan kemudian berdiri kembali?

Gerak kasar

6

Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diinginkannya tanpa menangis atau merengek? Jawab YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara yang menyenangkan.

Sosialisasi &kemandirian

7

Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?

Gerak kasar

8

Apakah anak anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk seperti pada gambar ?

Gerak halus

9

Jika anda menggelindingkan bola ke anak, apakah ia menggelindingkan/melemparkan kembali bola pada anda? Apakah anak dapat memegang sendiri cangkir/gelas dan minum dari tempat tersebut tanpa tumpah?

Gerak halus; Sosialisasi & kemandirian Sosialisasi & kemandirian

4

10

Gerak kasar

42 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Kuesioner Praskrining untuk Anak 21 bulan No PEMERIKSAAN

YA

1

Tanpa berpegangan atau menyentuh lantai, apakah anak dapat membungkuk untuk memungut mainan di lantai dan kemudian berdiri kembali?

Gerak kasar

2

Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diinginkannya tanpa menangis atau merengek? Jawab YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan suara yang menyenangkan. Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan tanpa jatuh atau terhuyung- huyung?

Sosialisasi &kemandirian

4

Apakah anak dapat mengambil benda kecil seperti kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk seperti pada gambar ?

Gerak halus

5

Jika anda menggelindingkan bola ke anak, apakah ia menggelindingkan/melemparkan kembali bola pada anda?

Gerak halus

6

Apakah anak dapat memegang sendiri cangkir/gelas clan minum dari tempat tersebut tanpa tumpah?

Sosialisasi &kemandirian

7

Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, apakah anak meniru apa yang anda lakukan?

Sosialisasi &kemandirian

8

Apakah anak dapat meletakkan satu kubus di atas Gerak halus Ya Tida kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5-5.0 cm

Gerak halus

3

TIDAK

Gerak kasar

43 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

9

Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang mempunyai arti selain ―papa‖ dan ―mama‖?.

Bicara & bahasa

10

Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau lebih tanpa kehilangan keseimbangan? (Anda mungkin dapat melihatnya ketika anak menarik mainannya)

Gerak kasar

Kuesioner Praskrining untuk Anak 24 bulan No PEMERIKSAAN 1 Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, apakah anak meniru apa yang anda lakukan?

Sosialisasi & kemandirian

2

Apakah anak dapat meletakkan 1 buah kubus di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 — 5 cm. Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang mempunyai arti selain "papa" dan "mama"?

Gerak halus

4

Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau lebih tanpa kehilangan keseimbangan? (Anda mungkin dapat melihatnya ketika anak menarik mainannya).

Gerak kasar

5

Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok, atau celananya? (topi dan kaos kaki tidak ikut dinilai).

Gerak halus ; sosialisasi & kemandirian

6

Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA jika ia naik tangga dengan posisi tegak atau berpegangan pada dinding atau pegangan tangga. Jawab TIDAK jika ia naik tangga dengan merangkak atau anda tidak membolehkan anak naik tangga atau anak harus berpegangan pada seseorang. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak menunjuk dengan benar paling sedikit satu bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian badan yang lain)?

3

7

YA

TIDAK

Bicara & bahasa

44 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

8 9

10

Edisi Keempat

Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah? Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta? Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola tenis) ke depan tanpa berpegangan pada apapun? Mendorong tidak ikut dinilai.

Kuesioner Praskrining untuk Anak 30 bulan No PEMERIKSAAN 1 Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok, Sosialisasi & atau celananya? (topi clan kaos kaki tidak ikut dinilai)

YA

2

Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA jika ia naik tangga dengan posisi tegak atau berpegangan pada Binding atau pegangan tangga. Jawab TIDAK jika ia naik tangga dengan merangkak atau anda tidak membolehkan anak naik tangga atau anak harus berpegangan pada seseorang.

Gerak kasar

3

Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak menunjuk dengan benar paling seclikit satu bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian badan yang lain)?

Bicara & Bahasa

4

Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah? Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta?

Sosialisasi & kemandirian Bicara & bahasa

6

Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola tenis) Gerak kasar ke depan tanpa berpegangan pada apapun? Mendorong tidak ikut dinilai.

Gerak kasar

7

Bila diberi pensil, apakah anak mencoret- coret kertas tanpa bantuan/petunjuk?

Gerak halus

5

TIDAK

Sosialisasi & kemandirian

45 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

8

9

10

Edisi Keempat

Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm. Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara seperti ―minta minum‖, ―mau tidur‖? ―Terimakasih‖ dan ―Dadag‖ tidak ikut dinilai. Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambar-gambar ini tanpa bantuan?

Kuesioner Praskrining untuk Anak 36 bulan No PEMERIKSAAN Bila diberi pensil, apakah anak mencoret-coret 1 kertas tanpa bantuan/petunjuk? 2 Dapatkah anak meletakkan 4 buah kubus satu persatu di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm Dapatkah anak menggunakan 2 kata pada saat 3 berbicara seperti ―minta minum‖; ―mau tidur‖? ―Terimakasih‖ dan ―Dadag‖ tidak ikut dinilai.

Gerak halus

Bicara & bahasa Bicara & bahasa

YA

TIDAK

Gerak halus Gerak halus

Bicara & bahasa

4

Apakah anak dapat menyebut 2 diantara gambargambar ini tanpa bantuan?

Bicara & bahasa

5

Dapatkah anak melempar bola lurus ke arah perut

Gerak kasar

46 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

6

7

8

9 10

Edisi Keempat

atau dada anda dari jarak 1,5 meter? Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mata pada saat memberikan perintah berikut ini: ―Letakkan kertas ini di lantai‖. ―Letakkan kertas ini di kursi‖. ―Berikan kertas ini kepada ibu‖. Dapatkah anak melaksanakan ketiga perintah tadi? Buat garis lurus ke bawah sepanjang sekurangkurangnya 2.5 cm. Suruh anak menggambar garis lain di samping garis tsb.

Letakkan selembar kertas seukuran buku di lantai. Apakah anak dapat melompati bagian lebar kertas dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan tanpa didahului lari? Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri? Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3 meter?

Bicara & Bahasa

Gerak halus

Gerak kasar

Sosialisasi dan kemandirian Gerak kasar

Kuesioner Praskrining untuk Anak 42 bulan No PEMERIKSAAN 1 Dapatkah anak mengenakan sepatunya sendiri?

Sosialisasi & Kemandirian

2

Gerak kasar

3

Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3 meter? Setelah makan, apakah anak mencuci clan mengeringkan tangannya dengan balk sehingga anda ticlak perlu mengulanginya?

YA

TIDAK

Sosialisasi & kemandirian

47 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

4

Edisi Keempat

Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya clan beri anak anda kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 2 detik atau lebih? Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Apakah anak dapat melompati panjang kertas ini dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan tanpa didahului lari?

Gerak kasar

6

Jangan membantu anak dan jangan menyebut lingkaran. Suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Dapatkah anak menggambar lingkaran?

Gerak halus

7

Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.

Gerak halus

8

Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau permainan lain dimana ia ikut bermain clan mengikuti aturan bermain?

Sosialisasi & kemandirian

9

Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau kaos kaki tanpa di bantu? (Tidak termasuk kemandirian memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)

Sosialisasi & kemandirian

5

Kuesioner Praskrining untuk Anak 48 bulan No PEMERIKSAAN 1 Dapatkah anak mengayuh sepeda roda tiga sejauh sedikitnya 3 meter?

Gerak kasar

YA

TIDAK

Gerak kasar

48 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

2

Setelah makan, apakah anak mencuci dan mengeringkan tangannya dengan baik sehingga anda tidak perlu mengulanginya?

Sosialisasi & kemandirian

3

Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya dan beri anak anda kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 2 detik atau lebih? Letakkan selembar kertas seukuran buku ini di lantai. Apakah anak dapat melompati panjang kertas ini dengan mengangkat kedua kakinya secara bersamaan tanpa didahului lari?

Gerak kasar

5

Jangan membantu anak dan jangan menyebut lingkaran. Suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Dapatkah anak menggambar lingkaran?

Gerak halus

6

Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 – 5 cm.

Gerak halus

7

Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau permainan lain dimana ia ikut bermain dan mengikuti aturan bermain?

Sosialisasi & kemandirian

4

Gerak kasar

49 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

8

Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau kaos kaki tanpa di bantu? (Tidak termasuk memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)

Sosialisasi & kemandirian

9

Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa dibantu? Jawab TIDAK jika ia hanya menyebutkan sebagian namanya atau ucapannya sulit dimengerti.

Bicara & bahasa

Kuesioner Praskrining untuk Anak 54 bulan No PEMERIKSAAN 1 Dapatkah anak meletakkan 8 buah kubus satu persatu di atas yang lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut? Kubus yang digunakan ukuran 2-5 – 5 cm.

YA

TIDAK

Gerak halus

2

Apakah anak dapat bermain petak umpet, ular naga atau permainan lain dimana ia ikut bermain dan mengikuti aturan bermain?

Sosialisasi & kemandirian

3

Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju atau kaos kaki tanpa di bantu? (Tidak termasuk memasang kancing, gesper atau ikat pinggang)

Sosialisasi & kemandirian

4

Dapatkah anak menyebutkan nama lengkapnya tanpa dibantu? Jawab TIDAK jika ia hanya menyebut sebagian namanya atau ucapannya sulit dimengerti.

Bicara & bahasa

50 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

5

Edisi Keempat

Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali mengulangi pertanyaan. "Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?" "Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?" "Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?"

Bicara & Bahasa

Jawab YA biia anak merjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan benar, bukan dengan gerakan atau isyarat. Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah "menggigil" ,"pakai mantel‘ atau "masuk kedalam rumah‘. Jika lapar, jawaban yang benar adalah "makan" Jika lelah, jawaban yang benar adalah "mengantuk", "tidur", "berbaring/tidur-tiduran", "istirahat" atau "diam sejenak" 6 7

8

Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka? Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya dan beri anak ands kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 6 detik atau lebih?

Sosialisasi & kemandirian Gerak kasar

Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut kata "lebih panjang". Perlihatkan gambar kedua garis ini pada anak. Tanyakan: "Mana garis yang lebih panjang?" Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang. Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi pertanyaan tersebut. Setelah anak menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi pertanyaan tadi. Apakah anak dapat menunjuk garis yang lebih panjang sebanyak 3 kali dengan benar?

Gerak halus

51 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

9

Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan. Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?

Gerak halus

10

Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mats pads saat memberikan perintah berikut ini: "Letakkan kertas ini di atas lantai". "Letakkan kertas ini di bawah kursi". "Letakkan kertas ini di depan kamu" "Letakkan kertas ini di belakang kamu" Jawab YA hanya jika anak mengerti arti "di atas", "di bawah", "di depan" dan "di belakang‖

Bicara & bahasa

Kuesioner Praskrining untuk Anak 60 bulan No PEMERIKSAAN 1 Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali mengulangi pertanyaan. "Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?" "Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?" "Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?"

YA

TIDAK

Bicara & bahasa

Jawab YA bila anak merjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan benar, bukan dengan gerakan atau isyarat. Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah "menggigil" ,"pakai mantel‘ atau "masuk kedalam rumah‘. Jika lapar, jawaban yang benar adalah "makan" Jika lelah, jawaban yang benar adalah "mengantuk", "tidur", "berbaring/tidur-tiduran", "istirahat" atau "diam sejenak"

52 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

2

Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka?

Sosialisasi & kemandirian

3

Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya dan beri anak ands kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 6 detik atau lebih?

Gerak kasar

4

Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut kata ―lebih panjang‖. Perlihatkan gambar kedua garis ini pada anak. Tanyakan: ―Mana garis yang lebih panjang?‖ Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang. Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi pertanyaan tersebut. Setelah anak menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi pertanyaan tadi. Apakah anak dapat menunjuk garis yang lebih panjang sebanyak 3 kali dengan benar?

Gerak halus

5

Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan. Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?

Gerak halus

53 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

6

Edisi Keempat

Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mats pads saat memberikan perintah berikut ini: ―Letakkan kertas ini di atas lantai‖. ―Letakkan kertas ini di bawah kursi‖. ―Letakkan kertas ini di depan kamu‖ ―Letakkan kertas ini di belakang kamu‖ Jawab YA hanya jika anak mengerti arti ―di atas‖, ―di bawah‖, ―di depan‖ dan ―di belakang‖ Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau menggelayut pada anda) pada saat anda meninggalkannya?

Bicara & bahasa

8

Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada anak : ―Tunjukkan segi empat merah‖ ―Tunjukkan segi empat kuning‖ ‗Tunjukkan segi empat biru‖ ―Tunjukkan segi empat hijau‖ Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan benar?

Bicara & bahasa

9

Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki? Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan?

Gerak kasar

7

10

Sosialisasi & kemandirian

Sosialisasi & kemandirian

54 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Kuesioner Praskrining untuk Anak 66 bulan No 1

2

3 4

PEMERIKSAAN Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia. Berikan 3 kali kesempatan. Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?

Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan telunjuk atau mats pads saat memberikan perintah berikut ini: "Letakkan kertas ini di atas lantai". "Letakkan kertas ini di bawah kursi". "Letakkan kertas ini di depan kamu" "Letakkan kertas ini di belakang kamu" Jawab YA hanya jika anak mengerti arti "di atas", "di bawah", "di depan" dan "di belakang‖ Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau menggelayut pada anda) pada saat anda meninggalkannya? Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada anak :

YA

TIDAK

Gerak halus

Bicara & bahasa

Sosialisasi & kemandirian Bicara & bahasa

"Tunjukkan segi empat merah" "Tunjukkan segi empat kuning" ‗Tunjukkan segi empat biru‖ "Tunjukkan segi empat hijau" Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan benar?

55 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

5

Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?

Gerak kasar

6

Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan?

Sosialisasi & kemandirian

7

Suruh anak menggambar di tempat kosong yang tersedia. Katakan padanya: "Buatlah gambar orang". Jangan memberi perintah lebih dari itu. Jangan bertanya/ mengingatkan anak bila ada bagian yang belum tergambar. Dalam memberi nilai, hitunglah berapa bagian tubuh yang tergambar. Untuk bagian tubuh yang berpasangan seperti mata, telinga, lengan dan kaki, setiap pasang dinilai satu bagian. Dapatkah anak menggambar sedikitnya 3 bagian tubuh?

Gerak halus

8

Pada gambar orang yang dibuat pada nomor 7, dapatkah anak menggambar sedikitnya 6 bagian tubuh?

Gerak halus

9

Tulis apa yang dikatakan anak pada kalimat-kalimat yang belum selesai ini, jangan membantu kecuali mengulang pertanyaan: "Jika kuda besar maka tikus ……… "Jika api panas maka es ……… "Jika ibu seorang wanita maka ayah seorang ……… Apakah anak menjawab dengan benar (tikus kecil, es dingin, ayah seorang pria) ?

Bicara & bahasa

10

Apakah anak dapat menangkap bola kecil sebesar bola tenis/bola kasti hanya dengan menggunakan kedua tangannya? (Bola besar tidak ikut dinilai)

Gerak kasar

56 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

kuesioner Praskrining untuk Anak 72 bulan No PEMERIKSAAN 1 Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada anak :

YA

TIDAK

Bicara & Bahasa

―Tunjukkan segi empat merah‖ ―Tunjukkan segi empat kuning‖ ―Tunjukkan segi empat biru‖ ―Tunjukkan segi empat hijau‖ Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan benar? 2

Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai). Apakah ia dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?

Gerak kasar

3

Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan? Suruh anak menggambar di tempat kosong yang tersedia. Katakan padanya: "Buatlah gambar orang". Jangan memberi perintah lebih dari itu. Jangan bertanya/ mengingatkan anak bila ada bagian yang belum tergambar. Dalam memberi nilai, hitunglah berapa bagian tubuh yang tergambar. Untuk bagian tubuh yang berpasangan seperti mata, telinga, lengan dan kaki, setiap pasang dinilai satu bagian. Dapatkah anak menggambar sedikitnya 3 bagian tubuh?

Sosialisasi & kemandirian Gerak halus

Pada gambar orang yang dibuat pada nomor 7, dapatkah anak menggambar sedikitnya 6 bagian tubuh?

Gerak halus

4

5

57 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

6

Edisi Keempat

Tulis apa yang dikatakan anak pada kalimatkalimat yang belum selesai ini, jangan membantu kecuali mengulang pertanyaan: "Jika kuda besar maka tikus "Jika api panas maka es "Jika ibu seorang wanita maka ayah seorang Apakah anak menjawab dengan benar (tikus kecil, es dingin, ayah seorang pria) ? Apakah anak dapat menangkap bola kecil sebesar bola tenis/bola kasti hanya dengan menggunakan kedua tangannya? (Bola besar tidak ikut dinilai).

Sosialisasi & kemandirian

8

Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan caranya dan beri anak ands kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 11 detik atau lebih?

Gerak kasar

9

Jangan membantu anak clan jangan memberitahu nama gambar ini, Suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersediaBerikan 3 kali kesempatan. Apakah anak dapat menggambar seperti contoh ini?

Gerak halus

7

Gerak kasar

58 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

10

lsi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali mengulangi pertanyaan sampai 3 kali bila anak menanyakannya. "Sendok dibuat dari apa?" "Sepatu dibuat dari apa?" "Pintu dibuat dari apa?" Apakah anak dapat menjawab ke 3 pertanyaan di atas dengan benar? Sendok dibuat dari besi, baja, plastik, kayu. Sepatu dibuat dari kulit, karet, kain, plastik, kayu. Pintu dibuat dari kayu, besi, kaca. b. Ceklis Latihan Pemeriksaan Keterampilan KPSP NO 1 2 3 4 5

KRITERIA

Menentukan pemeriksaan formulir yang sesuai dengan umur anak Melakukan pemeriksaan KPSP secara berurutan

7

Menentukan hasil pemeriksaan (scoring)

8

Menginterpretasikan hasil pemeriksaan sbb: Sesuai :S Meragukan :M Penyimpangan :P Memberikan advis / konsultasi kepada orangtua

10

Umpan Balik

Mempersiapkan instrument pemeriksaan dan formulir Memperkenalkan diri kepada orangtua bayi /anak Menjelaskan tujuan pemeriksaan KPSP pada orangtua Mencatat nama anak, tanggal lahir, tanggal

6

9

bicara & bahasa

Mengucapkan terimakasih kepada orangtua

59 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

PEMBUATAN REKAM MEDIS DAN SURAT RUJUKAN MEDIS Oleh : dr. Merry Indah S, MMedEd, dr. Oktadoni S.,MMedEd, dr. Rika Lisiswanti, MMedEd

A. TEMA Keterampilan komunikasi pembuatan dan pengisian rekam medis serta surat rujukan medis. B. LEVEL KOMPETENSI No 1

2

Kompetensi Reporting and making record Oral and written communication with colleagues and other health care professional (referral, consultation)

Level Kompetensi SKDI Target Capaian 4

4

4

4

(Sumber : SKDI, 2012) C. TUJUAN  Mampu melakukan pengisian rekam medis dengan benar  Mampu menjelaskan manfaat pengisian rekam medis  Mampu menjelaskan jenis jenis rekam medis  Mampu mengusulkan dan membuat rujukan medis kepada ahli yang relevan  Mampu menentukan indikasi rujukan penyakit  Mampu berkomunikasi dengan sejawat dan membuat surat rujukan medis D. ALAT DAN BAHAN  Lembar rekam medis  Alat Tulis  Meja, kursi dan bed pemeriksaan  Form Rujukan

60 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

E. SKENARIO Kenapa ayahku??? Seorang pasien laki-laki berusia 65 tahun, di antar oleh anaknya ke klinik dokter keluarga dengan keluhan nyeri dada saat bernafas sejak 3 hari yang lalu. Dari anamnesis didapatkan pasien juga mengeluhkan sesak nafas. Pasien mempunyai riwayat batuk-batuk yang lama sejak 2 tahun yang lalu dan telah berobat ke puskesmas dilakukan pemeriksaan dahak dan anjurkan berobat rutin selama 6 bulan tapi tidak tuntas. Dari riwayat keluarga didapatkan istri dari pasien juga menderita batuk-batuk yang lama. Pemeriksaan fisik: o Keadaan umum: tampak sakit sedang, Compos mentis o Viatal Sign :TD : 100/60 , frekuensi nadi: 120 x/menit, frekuensi nafas: 32 x /menit, temperatur: 37,8 0 C. TB= 170 cm, BB= 45 kg o Pemeriksaan mata : konjungtiva anemis o Pemeriksaan dada: o Paru: Inspeksi= gerakan dada tidak sama, kanan tampak tertinggal ,tampak retraksi supraclavikula  Palpasi = Fremitus menurun pada dada kanan bawah  Perkusi= redup pada dada kanan  Auskultasi= Suara vesikuler menghilang pada dada kanan bawah o Jantung : dalam batas normal o Abdomen : dalam batas normal o Ekstremitas : edema -/Instruksi: o Apa diagnosa kerja kasus di atas? Kemudian salinlah data-data pasien tersebut pada lembar rekam medis. o Apakah perlu dirujuk atau tidak? o Jika Iya : buatlah surat rujukan untuk pasien diatas! F. DASAR TEORI F.1. REKAM MEDIS A. Pengertian Rekam medis adalah suatu berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. B. Manfaat rekam medis Manfaat rekam medis adalah : 1. Sebagai dasar pemeliharaan dan pengobatan pasien 2. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hokum

61 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

3. 4. 5.

Bahan untuk kepentingan penelitian Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan Sebagai bahan untuk menyiapkan statistic kesehatan Rekam medis dari rumah sakit harus memuat informasi yang cukup untuk menetapkan diagnosis, terapi dan hasil terapi secara akurat. Rekam medis setiap rumah sakit sangat bervariasi tetapi pada umumnya terdiri dari bagian informasi umum dan informasi klinis. C. Isi rekam medis Rekam medis pasien rawat jalan 1. Identitas pasien 2. Tanggal dan waktu 3. Anamnesis, sekurang kurangnya keluhan dan riwayat perjalanan penyakit 4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis 5. Diagnosis 6. Rencana penatalaksanaan 7. Pengobatan dan atau tindakan 8. Pelayanan lain yang telah diberikan 9. Persetujuan tindakan medis bila diperlukan Rekam medis pasien rawat inap 1. Identitas pasien 2. Tanggal dan waktu 3. Anamnesis, sekurang kurangnya keluhan dan riwayat perjalanan penyakit 4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis 5. Diagnosis 6. Rencana penatalaksanaan 7. Pengobatan dan atau tindakan 8. Pelayanan lain yang telah diberikan 9. Persetujuan tindakan medis bila diperlukan 10. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan 11. Ringkasan pulang 12. Nama dan tanda tangan dokter atau tenaga keseatan tertentu yang melakukan pelayanan kesehatan 13. Pelayanan kesehatan lain yang dilakukan tenaga kesehatan tertentu Rekam medis pasien gawat darurat 1. Identitas pasien 2. Kondisi saat tiba di sarana pelayanan kesehatan 3. Identitas pengantar pasien 4. Tanggal dan waktu

62 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

5. 6. 7. 8. 9.

Anamnesis, sekurang kurangnya keluhan dan riwayat perjalanan penyakit Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis Diagnosis Pengobatan dan atau tindakan Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan UGD dan rencana tindak lanjut 10. Nama dan tanda tangan dokter atau tenaga kesehatan tertentu yang melakukan pelayanan kesehatan 11. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang dipindahkan ke sarana kesehatan lain 12. Pelayanan lain yang telah diberikan Rekam medis harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan dan setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan. F.2. SURAT RUJUKAN MEDIS A.Standar Kompetensi Dokter Indonesia Area Kompetensi pertama dari Standar Kompetensi Dokter Indonesia adalah Komunikasi efektif. Komponen area komunikasi efektif: 1. Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya 2. Berkomunikasi dengan teman sejawat 3. Berkomunikasi dengan masyarakat 4. Berkomunikasi dengan profesi lain Berkomunikasi dengan teman sejawat:  Memberi informasi yang tepat kepada sejawat tentang kondisi pasien baik secara lisan, tertulis atau elektronik pada saat yang diperlukan demi kepentingan pasien maupun ilmu kedoteran.  Menulis surat rujukan dan laporan penanganan pasien dengan benar, demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran.  Melakukan presentasi laporan kasus secara efektif dan jelas demi kepentingan pasien maupun ilmu kedokteran. B.Sistem Rujukan Istilah dalam rujukan:  Konsultasi  Rujukan Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional penanganan suatu kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lainnya yang lebih ahli.

63 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Sistem rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan, atau kasus penyakit yang dilakukan secara vertikal atau horizontal. Menurut lingkup hubungannya, sistem rujukan dibagi :  Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk  Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah). Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan Medik dan rujukan Kesehatan.  Rujukan Medis adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab untuk measalah kedokteran. Rujukan pelayanan ini terutama upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah.  Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat . Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja). Jenis – jenis rujukan medis : 1. Rujukan pasien (transfer of patient) Penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut. 2. Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) Pengiriman dokter atau tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pelayanan kesehatan kurang mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya untuk mengikuti pendidikan atau pelatihan. 3. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (transfer of specimens) Pengiriman bahan-bahan pemeriksaan laboratorium dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mamapu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk tindak lanjut.

64 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Rujukan Kesehatan : 1. Rujukan tenaga : pengiriman dokter / tenaga kesehatan dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada dimasyarakat atau pendidikan dan latihan. 2. Rujukan sarana : pengiriman berbagai peralatan medis dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan masyarakat atau sebaliknya atau sebaliknya untuk tindak lanjut. 3. Rujukan operasional : pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut. Tata cara rujukan:  Dasar atau kepatuhan terhadap kode etik yang telah disepakati bersama dan sisitem kesehatan terutama sub sistem pembiayaan kesehatan yang berlaku.  Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja.  Tetap berkomunikasi antar dokter konsultan dan dokter yang meminta rujukan.  Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak.

Gambar 1. Sistem Rujukan (Sumber : Kepmenkes NO.128 Tahun 2008)

65 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Pembagian wewenang dan tanggungjawab: 1. Interval referal : pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu dan selama jangka waktu tersebut , dokter yang merujuk tidak ikut menangani. 2. Collateral referal : menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita hanya untuk satu masalah kesehatan khusus saja. 3. Cross referal : menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penangan penderita sepenuhnya kepada dokter lain selamanya. 4. Split referal : menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada beverapa dokter konsultan dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter yang merujuk tidak ikut campur. Beberapa masalah yang sering ditemui pada sistem rujukan: 1. Rasa kurang percaya pasien terhadap dokter : jika rujukan adalah inisiatif dokter 2. Rasa kurang senang pada diri dokter jika rujukan atas permintaan pasien. 3. Tidak ada jawaban dari konsultan 4. Tidak sependapat dengan konsultan 5. Adanya hambatan prilaku, biaya dan transportasi 6. Pasien tidak bersedia dirujuk Penulisan rujukan Hal-hal yang harus ada dalam rujukan pasien: 1. Korp surat : rujukan 2. Tanggal dibuatnya surat rujukan 3. Alamat yang dituju : Dokter / RS/ Unit dan alamat 4. Salam pembuka dan permohonan wewenang dan tanggungjawab: misalnya mohon dilakukan pemeriksaan dan tindakan lebih lanjut 5. Identitas pasien : nama, usia, alamat pasien 6. Anamnesis : lengkap, ringkas dan jelas 7. Pemeriksaan fisik : yang penting dan mendukung diagnosis 8. Diagnosis kerja / diagnosis sementara : misalnya suspek efusi pleura 9. Terapi atau obat-obat yang sudah diberikan 10. Nama dan tandatangan dokter yang merujuk lengkap dengan NIP atau No Ijin Praktek 11. Cap / stempel instansi Format penulisan di atas adalah penulisan standar. Setiap instansi, RS, dokter boleh membuat format rujukan sesuai SOP yang dijalankan oleh tempat pelayanan

66 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

kesehatan tersebut. Format rujukan tersebut ada yang ditulis tangan, bentuk form atau surat elektronik. Jawaban Rujukan / Rujukan Balik Dokter konsultan wajib memberikan jawaban atas rujukan, berikut hal-hal yang ada dalam jawaban rujukan : 1. Korp surat : Jawaban rujukan 2. Tanggal dibuatnya jawaban 3. Salam atau perihal 4. Identitas pasien : nama, usia, alamat 5. Keterangan : Konsul selesai Perlu kontrol / kembali (sebutkan) Perlu konsul ke ahli lain (sebutkan kapan waktunya) Perlu tindakan medis lain (sebutkan) Perlu dirawat dengan indikasi (sebutkan) 6. Hasil pemeriksaan penunjang 7. Diagnosis 8. Terapi yang sudah diberikan 9. Anjuran 10. Nama dan tandatangan dokter konsultan dengan NIP/No Ijin Praktek 11. Cap / stempel instansi

G.

PROSEDUR Pada praktikum keterampilan klinis pembuatan rekam medis dan rujukan pasien ini mahasiswa telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang anamnesis, pemeriksaan fisik dan diagnosis berbagai penyakit serta planning edukasi. Setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan telah di catat semua keterangan tentang pasien di Rekam medis, jika pasien direncanakan dirujuk, dokter membuat surat rujukan; adapun langkah-langkah : 1) 2) 3) 4)

Tanyakan identitas pasien Lakukan anamnesis Lakukan pemeriksaan fisik Isikan pada rekam medis a. Identitas pasien b. Tanggal dan waktu c. Anamnesis, sekurang kurangnya keluhan dan riwayat perjalanan penyakit d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis e. Diagnosis

67 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

f. Rencana penatalaksanaan dan rencana melakukan rujukan g. Berikan penjelasan kepada pasien atau keluarga pasien alasan dilakukan rujukan terhadap pasien h. Meminta persetujuan pasien atau kelaurga pasien mengenai rujukan tersebut. i. Menuliskan korp surat / Judul / keterangan surat. j. Menuliskan tanggal dibuatnya rujukan, hal ini berguna untuk dokter yang merujuk atau dokter konsultan jika keadaan pasien memburuk atau dibawa pulang oleh keluarga pasien sehingga dokter yang merujuk tidak dipersalahkan. k. Menuliskan alamat tujuan dengan jelas, bagian/ unit konsultan yang relevan dengan penyakit pasien. l. Menulis salam atau permohonan pelimpahan wewenang dan tanggungjawab. m. Menuliskan identitas : nama, usia, alamat n. Menuliskan anamnesis pasien secara ringkas dan jelas o. Menuliskan pemeriksaan fisik yang penting, yang mendukung diagnosis p. Menuliskan diagnosis kerja atau sementara q. Menuliskan tindakan, terapi atau obat-obat yang diberikan dengan tujuan dokter konsultan bisa memepertimbanngkan terapi lebih lanjut. r. Menulis tandatangan dan nama dokter yang merujuk

H. DAFTAR PUSTAKA  Achadi, Anhari. 2009. Sistem Kesehatan Indosnesia, 2009  Amelia, Rina: Konsultasi dan Rujukan dalam Praktek Dokter Keluarga. Dept IKM. FK USU  Anonim. Manual Rekam Medis : Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta. Indonesia  Anonim. 2006. Standar Kompetensi Dokter. Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta. Indonesia  Azwar, Azrul. MPh. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga : Sistem rujukan. Jakarta, Indonesia  Format Rujukan Askes  Format rujukan Jamsostek  Kebijakan Dasar Puskesmas (Kepmenkes No.128 tahun 2004)  Manual On The Family Palnning Client Referal System for The Public Sector : Health Governance Resource Center. USAID. 2006  Permenkes No.269/Menkes/per/III/2008  UU RI No : 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Jakarta. Indonesia

68 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

CEK LIST LATIHAN No 1 2 3

4 5 6

7

8 9 10 11 12 13

14 15 16 17

Item Latihan

Umpan Balik

Komunikasi dr-Pasien Senyum Salam Sapa binalah sambung rasa yang baik dengan pasien Item Prosedural Lakukan Anamnesis dengan baik (Salam, sambung rasa, perkenalan,iIdentitas, keluhan utama, menggali keluhan utama & penyerta, RPS, RPD, RPK, RPL) Isi lembar rekam medis berupa :  Identitas Pasien  Tanggal dan Waktu Pemeriksaan  Hasil Anamnesis  Keluhan Utama & Menggali KU  Keluhan Penyerta  RPS, RPD, RPK/Lingkungan Lakukan Pemeriksaan Fisik, Penunjang dan tindakan awal yang diperlukan dengan tetap membina sambung rasa dengan pasien serta informed consent jika diperlukan Tuliskan hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang dengan benar pada rekam medis (Status Generalis dan Lokalis) Tuliskan Diagnosis dan Diagnosis banding yang sesuai Tuliskan terapi & tindakan yang telah diberikan serta rencana tatalaksana lanjutan pada lembar Rekam Medis Lakukan Planning Edukasi dengan baik Tutup pemeriksaan dengan baik Lengkapi rekam medis serta membubuhkan tanda tangan pada status setelah selesai

RUJUKAN Menuliskan korps surat, Tanggal dan tempat pembuatan surat rujukan Menuliskan alamat tujuan dengan jelas, bagian/ unit konsultan yang relevan dengan penyakit pasien. Menulis salam, permohonan pelimpahan wewenang & tanggung jawab dan identitas pasien yang diperlukan Menuliskan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan

69 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

18 19

20

21 22

Edisi Keempat

penunjang pasien secara ringkas dan jelas Menuliskan diagnosis kerja atau sementara Menuliskan tindakan, terapi atau obat-obat yang diberikan dengan tujuan dokter konsultan bisa memepertimbangkan terapi lebih lanjut. Menulis salam penutup, dan membubuhkan tandatangan, nama dokter yang merujuk Item Professionalisme Melakukan dengan penuh percaya diri dan minimal error Keterkaitan rujukan sesuai dengan clinical reasoning yang baik (Ax, Px fisik, Dx kerja serta tujuan rujukan yang relevan dengan klinis pasien)

70 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

ANAMNESIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN PASIEN DEMAM (TROPIK INFEKSI) dr. Dina Tri Amalia A.

TEMA : Keterampilan Komunikasi Anamnesis Penyakit Tropik Infeksi

B.

TUJUAN PEMBELAJARAN 1.Tujuan instruksional umum Mahasiswa mampu melakukan anamnesis penyakit tropik infeksi dengan baik dan benar 2.Tujuan instruksional khusus  Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara urut  Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup di akhir  Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun relevan dengan permasalahan terutama masalah penyakit tropik infeksi  Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik  Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik  Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang dipahami responden  Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi  Mahasiswa dapat melakukan cross check  Mahasiswa dapat bersikap netral  Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik  Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta menyimpulkan hasil anamnesis.

C.ALAT DAN BAHAN  

Pasien Simulasi Meja dan kursi periksa

71 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

D.SKENARIO Seorang pasien laki - laki berumur 32 tahun, datang ke praktek anda dengan keluhan demam naik turun sejak 5 hari yang lalu . E.DASAR TEORI Penyakit infeksi sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia. Hal ini disebabkan karena penyakit infeksi menjadi penyebab kesakitan dan kematian tertinggi, terutama di negara-negara tropik seperti Indonesia. Penyakit tropik infeksi dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, jamur maupun parasit. Jenis penyakit tropik infeksi antara lain:  Penyakit Infeksi oleh Bakteri: TBC, difteria, pertusis, tetanus neonatorum, demam tifoid, kusta, pes, antraks.  Penyakit Infeksi oleh Virus : DBD, chikungunya, campak, hepatitis, rabies, HIV-AIDS, varisela, flu burung, SARS, polio.  Penyakit Infeksi oleh Jamur : histoplasmosis, koksidioidomikosis, kandidiasis  Penyakit Infeksi oleh Parasit: malaria, cacing, filariasis Beberapa penyakit tropik infeksi yang telah dikenal sejak lama dan masih tetap menjadi masalah seperti malaria dan demam berdarah, akhir-akhir ini menunjukkan kecenderungan peningkatan angka kesakitan maupun kematian. Di sisi lain, berbagai penyakit yang secara klinis hanya menunjukkan gejala ringan dan dianggap tidak mengancam jiwa (non life threatening) seperti malaria tanpa penyulit, toksoplasmosis dan infeksi cacing, sering kali tidak terdiagnosis, bahkan terlepas dari perhatian kita sehingga tidak tertangani dengan baik. Untuk menghindari hal ini, selain dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium sebagai penunjang diagnosis maka kita perlu melakukan anamnesis yang baik. Sebab anamnesis yang baik seringkali sudah dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis penyakit tertentu. Anamnesis adalah wawancara yang dilakukan dokter kepada pasien. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien sendiri (autoanamnesis) tetapi dapat juga dilakukan dengan menanyai keluarga atau yang menemani pasien misal pada anak –anak atau bila pasien dalam keadaan gawat (allo-anamnesis). Dalam melakukan anamnesis diperlukan teknik komunikasi dengan rasa empati yang tinggi dan teknik komunikasi ini terdiri atas komunikasi verbal dan nonverbal yang harus diperhatikan. Pada saat anamnesis,

72 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

tanyakanlah hal-hal yang logis mengenai penyakit pasien, dengarkan dengan baik apa yang dikatakan pasien serta jangan memotong pembicaraan pasien bila tidak perlu. Selain melakukan komunikasi verbal, maka selama anamnesis juga harus diperhatikan tingkah laku non verbal yang secara tidak sadar ditunjukkan oleh pasien, misalnya gelisah, cemas, kesakitan, dan lain sebagainya. Anamnesis yang baik akan berhasil bila kita membangun hubungan yang baik dengan pasien, sehingga pasien merasa aman dan nyaman untuk menceritakan masalah penyakitnya dengan dokter. Diagnosis dan penatalaksanaan penderita penyakit tropik infeksi dalam praktek sehari-hari masih sering berdasarkan gejala klinis terutama febris atau demam. Demam pada umumnya diartikan sebagai suhu tubuh di atas 37,20C. Berikut akan kita bahas beberapa tipe demam yang akan kita jumpai sehingga dapat membantu dalam menegakkan diagnosis: a. Demam septik : pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari, sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik. b. Demam remiten : pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik. Demam remiten ditemukan pada demam tifoid fase awal dan berbagai penyakit virus. c. Demam intermiten : pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam disebut kuartana. Misal: malaria vivax, malaria ovale, malaria malariae d. Demam kontinyu : pada tipe demam kontinyu, variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Variasi diurnal yang terjadi antara 0,55-0,82oC. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia. Contoh demam kontinyu meliputi demam tifoid, malaria falciparum, dan sebagainya. e. Demam siklik : pada tipe demam siklik, terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

73 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Suatu tipe demam kadang-kadang dapat dihubungkan dengan suatu penyakit tertentu, tetapi kadang-kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan dengan suatu sebab yang jelas. Bila demam disertai keadaan seperti sakit otot, rasa lemas, tak nafsu makan dan mungkin ada pilek, batuk dan tenggorok sakit, biasanya digolongkan sebagai influenza atau common cold. Dalam praktek, 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti influenza atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap suatu infeksi bakterial. Beberapa hal yang secara khusus perlu diperhatikan pada demam adalah: C. Cara timbul demam D. Lama demam E. Sifat harian demam F. Tinggi demam G. Keluhan dan gejala lain yang menyertai demam Demam yang tiba-tiba tinggi lebih sering disebabkan oleh penyakit virus. Demam Belum Terdiagnosis (Fever Unknown Origin) Yaitu suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dengan suhu badan di atas 38,30C dan tetap belum ditemukan penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya. Demam Obat (Drug Fever) Diperkirakan bahwa efek samping pengobatan berupa demam obat terjadi pada 3-5% dari seluruh reaksi obat yang dilaporkan. Salah satu ciri demam obat adalah bahwa demam akan timbul tidak lama setelah pasien mulai dengan pengobatan. Tipe demam obat dapat berupa remiten, intermiten, hektik, atau kontinyu. Demam dengan cepat menghilang bila pengobatan dihentikan dan merupakan sebuah tanda patognomonis untuk jenis demam ini.

F.PROSEDUR Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, anamnesis sistem, riwayat penyakit dalam keluarga, dan riwayat pribadi.

74 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

1. Identitas Pasien Identitas pasien merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis. Kesalahan identifikasi pasien dapat berakibat fatal, baik secara medis, etika, maupun hukum. Identitas diperlukan untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah memang benar pasien yang dimaksud, selain itu juga diperlukan untuk data penelitian , asuransi, dan lain sebagainya. Identitas meliputi: nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, dan agama. Alamat pasien harus ditanyakan secara jelas dan lengkap sebab selain untuk keperluan data pasien, juga untuk mengetahui apakah pasien berasal dari daerah endemik suatu penyakit. Riwayat pekerjaan juga penting ditanyakan untuk menganalisis resiko penyakit dari lingkungan kerja pasien. Misalnya orang-orang yang bekerja di sawah, pertanian, perkebunan, peternakan, pekerja tambang, pekerja di rumah potong hewan, atau orang – orang yang mengadakan perkemahan di hutan, serta dokter hewan memiliki resiko tinggi untuk tertular penyakit leptospirosis. 2. Keluhan Utama Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang dirasakan pasien yang membawanya pergi ke dokter untuk berobat. Keluhan utama sangat dibutuhkan dalam mengumpulan informasi masalah. Bahkan untuk pasien yang datang hanya untuk sekedar pemeriksaan rutin. Dalam menuliskan keluhan utama, harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut. Misalnya : buang air besar encer seperti cucian beras sejak 1 hari yang lalu. Seringkali keluhan utama bukan merupakan kalimat yang pertama kali diucapkan oleh pasien, sehingga dokter harus pandai-pandai menentukan yang mana keluhan utama pasien dari sekian banyak cerita yang disampaikan oleh pasien. Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah pasien mengeluhkan hal-hal yang sebenarnya bukan masalah pokok atau keluhan utamanya, misalnya mengeluh lemas dan tidak nafsu makan sejak beberapa hari lalu, tetapi sesungguhnya ia mengalami demam yang tidak diceritakan segera pada waktu ditanyakan dokter. 3. Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat perjalan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama, sampai pasien datang berobat. Pasien diminta menceritakan gejala-gejala yang muncul dengan kata-

75 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

katanya sendiri. Informasi tambahan tentang keluhan pasien dapat diperoleh dengan mengajukan pertanyaan yang spesifik. Riwayat perjalanan penyakit disusun dalam bahasa Indonesia yang baik sesuai dengan apa yang diceritakan pasien, tidak boleh menggunakan bahasa kedokteran, apalagi melakukan interpretasi dari apa yang dikatakan oleh pasien. Dalam mewawancarai pasien gunakanlah kalimat terbuka (kata tanya apa, mengapa, bagaimana, bilamana), bukan kalimat tertutup/ kata tanya yang mendesak sehingga pasien hanya dapat ya dan tidak, kecuali bila akan memperjelas sesuatu yang kurang jelas. Dalam melakukan anamnesis , harus diusahakan mendapatkan data-data sebagai berikut: 1. Waktu dan lama keluhan berlangsung 2. Sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak, perlahan-lahan, terus-menerus, hilang timbul, cenderung bertambah berat atau berkurang 3. Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar , atau berpindah-pindah 4. Hubungan dengan waktu, misalnya pagi lebih sakit daripada siang dan sore, atau terusmenerus tidak mengenal waktu 5. Hubungannya dengan aktifitas, misalnya bertambah berat jika melakukan aktifitas, atau bertambah ringan jika beristirahat. 6. Keluhan-keluhan lain yang menyertai serangan, misalnya keluhan yang mendahului serangan, atau keluahan lain yang bersamaan dengan serangan 7. Apakah keluhan pertama kali atau sudah berulang 8. Faktor risiko dan pencetus serangan , termasuk faktor-faktor yang memperberat atau meringankan serangan 9. Apakah ada saudara sedarah , atau teman-teman dekat yang menderita keluhan yang sama 10. Riwayat perjalanan ke daerah endemis untuk penyakit tertentu, misalnya malaria, kolera, dan lain sebagainya. Memastikan juga asal/tempat tinggal pasien dari daerah endemis atau tidak. 11. Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi atau gejala sisa 12. Upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi keluhan dan bagaimana hasilnya, jenisjenis obat yang telah diminum oleh pasien, juga tidakan medis yang dilakukan (riwayat pengobatan kuratif maupun preventif) Setelah semua data terkumpul , uahakan untuk membuat diagnosis sementara dan diagnosis diferensial.

76 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

4. Riwayat penyakit dahulu Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan penyakit yang pernah diderita dengan penyakit sekarang. Tanyakan pula apakah pasien pernah mengalami kecelakaan, operasi, riwayat alergi obat dan makanan. Obat -obatan yang pernah diminum oleh pasien juga harus ditanyakan, misalnya riwayat minum obat malaria 1 bulan sebelumnya, termasuk pengobatan dengan steroid, kontrasepsi, transfusi, kemoterapi, dan riwayat imunisasi. Bila pasien pernah melakukan berbagai pemeriksaan medis, maka harus dicatat dengan seksama, termasuk hasilnya. 5. Anamnesis susunan sistem Anamnesis susunan sistem bertujuan mengumpulkan data-data positif dan negatif yang berhubungan dengan penyakit yang diderita pasien berdasarkan alat tubuh yang sakit. Anamnesis ini juga dapat menjaring masalah pasien yang terlewat pada waktu pasien menceritakan Riwayat penyakit Sekarang. Hal ini dirasa perlu untuk latihan mahasiswa dalam melakukan anamnesis. a. Kepala : sakit kepala, pusing berputar, dll b. Mata : mata kuning, penglihatan kabur, fotofobia, lakrimasi, nyeri belakang mata (retro-orbital), kelopak mata cekung dll c. Telinga : nyeri telinga, keluar cairan dari telinga, pendengaran berkurang, dll d. Hidung : pilek, mimisan, bersin,dll e. Mulut : bibir kering, pecah-pecah, sariawan, dll f. Tenggorok : nyeri menelan, susah menelan, suara serak, dll g. Leher : pembesaran/ nyeri kelenjar gondok, pembesaran/ nyeri kelenjar getah bening, pembengkakan jaringan lunak pada leher dll h. Jantung : berdebar-debar, sesak, nyeri dada, dll i. Paru : batuk (kering, berdahak, darah), sesak nafas, dll j. Gastrointestinal - anorektal : diare (BAB cair daan banyak, BAB berdarah, BAB seperti cucian beras), mual, muntah, susah BAB (konstipasi), perut kembung, nyeri perut, muntah darah, BAB berdarah, nafsu makan menurun, rasa gatal maupun nyeri pada anus dll k. Saluran kemih : nyeri BAK, tidak bisa BAK, BAK sedikit/tidak ada (oligouri/anuri), BAK berdarah (hematuri), BAK berwarna gelap( seperti air teh), dll l. Daerah inguinal dan kelamin : nyeri dan bengkak penis maupun vagina, buah zakar nyeri dan bengkak, keputihan, pembesaran KGB inguinal, nyeri inguinal dll

77 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

m. n. o. p.

Neurologik : kejang, gangguan kesadaran, kesemutan, dll Psikologik : disorientasi, gelisah, dll Kulit : ruam kulit, gatal, rasa panas pada kulit, kulit kuning, pucat dll Muskuloskeletal : nyeri sendi, bengkak sendi, nyeri otot, kejang otot, kelemahan otot, nyeri tulang q. Ekstrimitas : bengkak tungkai, nyeri tungkai, gatal pada kaki dll 6. Riwayat penyakit dalam keluarga Penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial , atau penyakit infeksi. Pada penyakit kongenital perlu ditanya juga riwayat kehamilan dan kelahiran. 7. Riwayat pribadi Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan. Perlu juga ditanyakan apakah pasien mengalami kesulitan dalam kehidupan sehari-hari seperti masalah keuangan, pekerjaan dan sebagainya. Kebiasaan pasien yang juga harus ditanyakan adalah riwayat merokok, minuman alkohol, dan penyalahgunaan obat-obat terlarang ( Narkoba) Pasien- pasien yang sering melakukan perjalan juga harus ditanyakan tujuan perjalanan yang telah dilakukan untuk mencari kemungkinan tertular penyakit infeksi tertentu di tempat tujuan perjalanannya. Bila ada indikasi, riwayat perkawinan dan kebiasaan seksualnya harus ditanyakan. Anamnesis juga mengenai lingkungan tempat tinggal pasien, termasuk keadaan rumahnya, sanitasi, sumber air minum, ventilasi, jamban, tempat pembuangan sampah dan sebagainya. Pada penularan penyakit infeksi, faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat penting. Berbagai penyakit infeksi ditularkan lewat sekret nasofaringeal, ekskret urine dan feses, lewat kontak, lewat binatang vektor, atau bahkan lewat partikel udara. Misalnya : pada penyakit demam tifoid, Salmonella typhi ditransmisikan lewat saluran gastrointestinal, terutama oleh makanan atau air terkontaminasi yang kemudian masuk ke saluran cerna. Maka, mungkin saja penderita tertular penyakit lewat teman/ keluarga satu rumah yang menderita keluhan yang sama. Lingkungan rumah penderita yang banyak tikusnya, hal ini dapat menjadi suatu dugaan keterkaitan dengan penyakit

78 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

leptospirosis. Kebiasaan memelihara binatang seperti kucing, anjing juga perlu ditanyakan untuk mengetahui faktor resiko terinfeksi penyakit. Anamnesis mengenai kebiasaan makan dan minum seharti-hari pasien juga penting ditanyakan. Misalnya, pasien yang memiliki kebiasaan memakan ikan mentah, tidak memasak air yang akan diminum, atau memakan tumbuhan yang tidak dimasak, memiliki resiko tinggi terinfeksi cacing hati, dan sebagainya.

G.DAFTAR PUSTAKA  Anonim. 2001. Buku Panduan Skill Lab FK UGM. Yogyakarta  Soedarmo, Sumarmo S.P, dkk. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. IDAI: Jakarta  Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I dan Jilid III. Ilmu Penyakit Dalam FKUI: Jakarta  Widoyo. 2005. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Erlangga: Jakarta

H.CEK LIST LATIHAN : ANAMNESIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN DEMAM (TROPIK INFEKSI) No 1 2 3 4

5 6

Prosedur/ Aspek Latihan

Umpan Balik

ITEM INTERAKSI DOKTER-PASIEN Mengucapkan salam pada awal wawancara Mempersilakan duduk berhadapan Memperkenalkan diri Informed  menjelaskan kepentingan penggalian informasi yang benar tentang sakit pasien Consent  Meminta waktu & ijin untuk melakukan alloanamnesis jika diperlukan ITEM PROSEDURAL Menanyakan identitas pasien :

79 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

7 8

9

10

11 12

Edisi Keempat

Nama , Umur , jenis kelamin (dicatat saja tidak perlu ditanyakan), alamat lengkap, pekerjaan, agama dan suku bangsa Pastikan menggali identitas tidak terkesan interogasi tidak harus berurutan dicari lengkap, boleh diselang-seling saat anamnesis berlangsung Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang a. Menanyakan keluhan utama Cross cek, dan Pastikan Keluhan Utama b. Menanyakan keluhan lain/ tambahan c. Menggali informasi tentang riwayat penyakit sekarang  waktu dan lama  sifat  lokalisasi dan penyebaran  hubungan dengan waktu dan aktifitas  keluhan yang mendahului dan menyertai serangan  keluhan muncul pertama kali/ sudah berulang  faktor resiko dan pencetus serangan  riwayat keluarga dengan keluhan yang sama  riwayat perjalanan ke daerah endemis untuk penyakit tertentu  perkembangan penyakit  upaya pengobatan & hasilnya Menanyakan riwayat penyakit dahulu (menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya, adanya riwayat operasi, riwayat alergi obat dan makanan, riwayat obat -obatan yang pernah diminum, riwayat transfusi, riwayat imunisasi, dan riwayat pemeriksaan medis yang pernah dilakukan sebelumnya). Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga (riwayat penyakit herediter, familial, atau penyakit infeksi dalam keluarga) Menggali informasi tentang riwayat Pribadi

80 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

13 14 15 16 17 18

Edisi Keempat

(riwayat merokok, minuman alkohol, dan penyalahgunaan obat-obat terlarang, pola diet, aktifitas, anamnesis mengenai lingkungan tempat tinggal pasien, termasuk keadaan rumahnya, sanitasi, sumber air minum, ventilasi, tempat pembuangan sampah, anamnesis kebiasaan makan dan minum, serta kebiasan memelihara binatang peliharaan, dan sebagainya) ITEM PENALARAN KLINIS Melakukan cross check (paraphrase atau pengulangan terhadap apa yang dikatakan pasien) Melakukan umpan balik (menanyakan hal-hal yang kurang jelas, atau pertanyaan yang kurang jelas). Mencatat semua hasil anamnesis Menyimpulkan dan menginterpretasikan hasil anamnesis ITEM PROFESIONALISME Percaya diri, bersikap empati, tidak menginterogasi Mengakhiri anamnesis dengan sikap yang baik

81 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

PROSEDUR INJEKSI DAN VENA PUNCTURE dr. Oktafany, MPdKed; dr.Iswandi Darwis; dr. Dian Isti Angraini, MPH A.TEMA Prosedur Injeksi iv, im, sc dan pengambilan darah vena (Vena Puncture) B. LEVEL KOMPETENSI No Jenis Kompetensi 1 Injeksi iv, im, sc 2 Vena Puncture

1 1

Level Kompetensi 2 3 4 2 3 4

C. TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa dapat melakukan prosedur injeksi iv, im, sc dan pengambilan darah vena (Vena Puncture) D. BAHAN DAN ALAT 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Spuit disposable 1cc, 3cc dan 5 cc. Kapas alcohol 70 %. Kapas kering. Needle 23/ 27 Handshoen steril Manekin vena, kulit dan otot Aquadest Tabung sempel. Tourniquet. Plester

E. SKENARIO Tn. Andi, 55 tahun, datang ke Poliklinik Unila dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu. Keluhan lain yang dirasakan adalah muntah dan badan terasa sangat lemas. Kemudian dokter mengambil sampel darah Tn. Andi untuk melihat gambaran laboratorium darah serta merencanakan memberikan vitamin melalui penyuntikan untuk Tn. Andi.

82 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

F. DASAR TEORI F.1. INJEKSI INTRAVENA, INTRAMUSKULAR dan SUBCUTAN TEKNIK INJEKSI (Teknik penyuntikkan) Indikasi : Subkutan: Pemberian obat dengan volume sedikit seperti insulin, heparin, and beberapa vaksin Intramuskuler: Pemberian obat yang tidak dapat diserap dengan subkutan volume besar (10 mL) Kontraindikasi: a) Alergi terhadap komponen penyuntikkan (alergi obat) b) Infeksi aktif atau dermatitis pada daerah penyuntikan c) Koagulopati INJEKSI INTRAVENA Penyuntikkan secara intravena diberikan menggunakan teknik ( sama dengan punksi vena) sebagai berikut : Sebuah tourniket dipasang di sekeliling lengan atas dan sebuah vena yang jelas dipilih pada fossa antecubiti. Pada saat jarum dengan spuit yang mengandung obat yang akan disuntikkan sudah dimasukkan ke dalam vena dan darah terhisap masuk ke dalam spuit, tourniket dilepaskan dan obat dimasukkan. Pemberian obat dalam volume besar, seperti yang dibutuhkan dalam kemoterapi, dipermudah dengan memasang sebuah “wing needle” dapat difiksasi secara temporer dengan menggunakan plester. Obat-obat yang perlu diberikan dalam jangka waktu lama paling baik diberikan melalui set infus intravena setelah pemasangan sebuah kanula intravena. Setelah obat disuntikkan melalui “wing needle “, spuit dan jarum harus dibuang dan penyuntikkan selanjutnya diberikan dengan mempergunakan sebuah jarum dan spuit yang baru. Tindakan ini akan mencegah tahap memasukkan kembali jarum yang lama untuk pemakaian lebih lanjut – suatu tindakan yang akan meletakkan seorang dokter pada risiko mendapatkan luka inokulasi dari batang jarum.

83 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Posisi Penderita harus berbaring terlentang dengan lengan yang akan dipunksi diletakkan dengan baik disisi badan. Untuk punksi vena femoralis , lipatan paha harus terlihat dengan melakukan ekstensi tungkai dan sedikit abduksi. Peralatan (1) Sebuah spuit 21 G (2) Sebuah spuit (ukuran bergantung pada jumlah obat yang dibutuhkan) (3) Botol sampel (4) Tourniket atau manset tekanan darah Hal-hal penting Jangan biarkan penderita melakukan fleksi lengan bawah setelah jarum ditarik karena seringkali akan timbul hematom akibat tindakan tersebut. Risiko terluka akibat batang jarum dikurangi bila jarum yang telah digunakan dibuang segera tanpa dimasukkan kembali ke dalam sarungnya. Komplikasi (1) Trauma struktur setempat (2) Pembentukan hematom (3) Trombosis

INJEKSI VENA CUBITI

Gambar. 1. Injeksi vena cubiti dan pemasangan torniket 84 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Gambar. 2. penyuntikkan intravena

PENYUNTIKKAN INTRAMUSKULAR Teknik ini biasanya digunakan untuk pemberian analgesia dan antibiotik secara intermitten maupun beberapa vaksin. Gunakan jarum berukuran 21G untuk penyuntikan secara intramuskular ke dalam bokong atau paha dan gunakan jarum berukuran 23G untuk penyuntikkan intradeltoid. Daerah yang aman buat garis imajiner dari spina iliaka posterior superior ke femoral head, Daerah di atas garis ini daerah yang aman (kuadran atas luar bokong) Pegang spuit 3 cc (jarum ukuran 23) dengan tangan dominan. Spuit yang telah berisi obat-obatan pastikan tidak ada gelembung udara. Kemudian kulit yang akan disuntik dengan ibu jari dan telunjuk dilebarkan, suntikkan dengan sudut 90 derajat antara jarum dan kulit sedalam kira-kira 2,5 cm Aspirasi spuit untuk memastikan tidak menyuntik pembuluh darah, apabila tidak ada darah yang teraspirasi maka suntikan obat tersebut Setelah menyuntik, pijat dengan kapas alkohol

85 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Gambar. 3. Tempat penyuntikan intramuskular (gluteus)

PENYUNTIKKAN SUBKUTAN

Gambar. 4. Penyuntikkan subcutan

86 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Penyuntikan subkutan dipergunakan untuk pemberian anestesi lokal, heparin, dan insulin. Cari daerah yang bebas scarring dan bebas infeksi. Biasanya dipilih daerah lengan, paha depan, dan perut bawah Dengan spuit 3 cc (jarum 27), pegang dengan tangan dominan,pastikan spuit tidak ada gelembung udara Sterilisasi dengan kapas alkohol, kemudian kulit yang akan disuntik dengan ibu jari dan telunjuk dicubit, sehingga jaringan subkutan bebas dari otot. Suntikkan dengan sudut 45 derajat antara jarum dengan kulit, kemudian cubitan dilepaskan Aspirasi spuit untuk memastikan tidak menyuntik pembuluh darah, apabila tidak ada darah yang teraspirasi maka suntikkan obat tersebut.. Setelah menyuntik, tekan dengan kapas alkohol

Gambar. 5. Penyuntikkan subkutan (deltoid)

Gambar. 6. sudut penyuntikkan Intramuskuler 90 0 . Subkutan 45 0 87 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

F.2. VENA PUNCTURE Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah phlebotomy yang berarti proses mengeluarkan darah. Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah, yaitu : melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture) dan tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture. Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median.

Gambar 7 : Vena superficialis yang digunakan untuk pengambilan darah vena Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.

88 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :       

Lengan pada sisi mastectomy Daerah edema Hematoma Daerah dimana darah sedang ditransfusikan Daerah bekas luka Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.

Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah : 

 



Pemasangan turniket (tali pembendung) o pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total) o melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah. Penusukan o penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma. o tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.

Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring) merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari

89 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Selain itu pula berbagai ukuran syring disesuaikan dengan volume yang dapat diisi 1 cc, 3 cc, 5 cc dan 10 cc. Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).

Gambar 8 Prosedur pengambilan darah vena G. PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA 1. Persiapkan alat dan bahan 2. Gunakan sarung tangan 3. Pasang torniket pada lengan atas di atas fossa antecubiti, pasang torniket cukup kuat sehingga vena terlihat 4. Lakukan sterilisasi dengan kapas alkohol 70% pada daerah yang akan dilakukan injeksi 5. Spuit yang telah berisi obat pastikan tidak ada gelembung udara 6. Pegang spuit 3 cc (jarum 23) dengan tangan dominan, arah jarum searah dengan posisi vena kemudian posisi ujung jarum tajam di bawah 7. Kemudian suntikan dengan posisi sudut antara jarum dan kulit 10-20 derajat 8. Lepaskan torniket perlahan kemudian suntikan obat 9. Setelah menyuntik tekan dengan kapas alcohol, lepaskan spuit, tutup kembali (one hand) dan buang pada tempat yang telah disediakan

90 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

INJEKSI INTRAMUSKULAR 1. Persiapkan alat dan bahan 2. Gunakan sarung tangan 3. Sterilkan daerah gluteus yang akan diinjeksi 4. Daerah yang aman sebagai lokasi injeksi dicari dengan membuat garis imajiner dari spina iliaka posterior superior, tuber ischiadicum, dan tuberositas mayus. Daerah 1/3 di atas garis ini daerah yang aman (kuadran atas luar bokong) 5. Pegang spuit 3 cc (jarum ukuran 23) dengan tangan dominan. Spuit yang telah berisi obat pastikan tidak ada gelembung udara 6. Kulit yang akan disuntik dilebarkan dengan ibu jari dan telunjuk, suntikkan dengan sudut 90 derajat antara jarum dan kulit sedalam kira-kira 2,5 cm 7. Aspirasi spuit untuk memastikan tidak menyuntik pembuluh darah, apabila tidak ada darah yang teraspirasi maka suntikan obat tersebut setelah menyuntik, tekan dengan kapas alcohol 8. Lepaskan spuit, tutup kembali (one hand) dan buang pada tempat yang telah disediakan INJEKSI SUBKUTAN 1.

Persiapkan alat dan bahan

2.

Gunakan sarung tangan

3.

Cari daerah yang bebas scarring dan bebas infeksi. Biasanya dipilih daerah lengan, paha depan, dan perut bawah

4.

Pegang spuit 3 cc (jarum 27) dengan tangan dominan,pastikan spuit yang telah berisi obat tidak ada gelembung udara

5.

Sterilisasi dengan kapas alkohol, kemudian kulit yang akan disuntik dengan ibu jari dan telunjuk dicubit, sehingga jaringan subkutan bebas dari otot.

6.

Suntikkan dengan sudut 45 derajat antara jarum, kemudian cubitan dilepaskan

7.

Aspirasi spuit untuk memastikan tidak menyuntik pembuluh darah, apabila tidak ada darah yang teraspirasi maka suntikan obat tersebut

8.

Setelah menyuntik, tekan dengan kapas alcohol

91 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

9.

Edisi Keempat

Lepaskan spuit, tutup kembali (one hand) dan buang pada tempat yang telah disediakan

Komplikasi : 

Cedera pada arteri dan syaraf



Abses (steril dan infeksi). Lakukan teknik yang baik dan rotasi tempat injeksi



Perdarahan  Dapat dikontrol dengan menekan daerah perdarahan.

VENA PUNCTURE 1.

Persiapkan alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%, tali pembendung (turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat. 2. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin. 3. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan. 4. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb. 5. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas. 6. Minta pasien mengepalkan tangan. 7. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku. 8. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan. 9. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi. 10. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena. 11. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan. 12. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

92 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

H. EVALUASI Check List Latihan No 1 2 3

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

16 17 18

Item Penilaian

Umpan Balik

Interpersonal Senyum, salam, sapa dan membina sambung rasa Melakukan informed consent Item Prosedural Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum/ needle, manekin lengan-kulit-otot, syring, kapas alkohol 70%, tali pembendung (turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan. Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb. Cuci tangan WHO dan pakai sarung tangan steril INJEKSI INTRAVENA Pasang torniket hingga vena terlihat Sterilisasi dengan kapas alkohol 70% daerah yang akan dilakukan injeksi Pastikan spuit yang telah berisi obat tidak ada gelembung udara Pegang spuit dengan tangan dominan, arah jarum searah dengan posisi vena, posisi ujung jarum tajam di bawah Suntikan dengan posisi sudut antara jarum dan kulit 10-20 derajat Lepaskan torniket perlahan kemudian suntikan obat Setelah menyuntik tekan dengan kapas alkohol Lepaskan spuit, tutup kembali (one hand) dan buang pada tempat yang telah disediakan INJEKSI INTRAMUSKULAR Sterilkan daerah gluteus yang akan diinjeksi Cari daerah aman untuk injeksi Pastikan spuit yang telah berisi obat tidak ada gelembung udara

93 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

19 20

21 22 23

24 25 26

27 28 29 30

31 32 33 34

35

Edisi Keempat

Pegang spuit dengan tangan dominan Lebarkan kulit yang akan disuntik dengan ibu jari dan telunjuk, suntikkan dengan sudut 90 derajat antara jarum dan kulit sedalam kira-kira 2,5 cm Aspirasi spuit apabila tidak ada darah yang teraspirasi maka suntikan obat tersebut Setelah menyuntik tekan dengan kapas alkohol Lepaskan spuit, tutup kembali (one hand) dan buang pada tempat yang telah disediakan INJEKSI SUBCUTAN Cari daerah yang bebas scarring dan bebas infeksi. Pegang spuit dengan tangan dominan,pastikan spuit yang berisi obat tidak ada gelembung udara Sterilisasi dengan kapas alkohol, kemudian kulit yang akan disuntik dengan ibu jari dan telunjuk dicubit, sehingga jaringan subkutan bebas dari otot. suntikkan dengan sudut 45 derajat antara jarum, kemudian cubitan dilepaskan Aspirasi spuit apabila tidak ada darah yang teraspirasi maka suntikan obat tersebut Setelah menyuntik tekan dengan kapas alkohol Lepaskan spuit, tutup kembali(one hand)dan buang pada tempat yang telah disediakan VENA PUNCTURE Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas. Minta pasien mengepalkan tangan Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

94 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

36 37

38

29

Edisi Keempat

Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena. Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka Item Penalaran Klinik dan Profesionalisme Percaya diri, minimal error

95 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Finger Prick Test dan Pembuatan Preparat Apusan Darah Tepi dr. Betta Kurniawan, M. Kes, dr. Intanri Kurniati, dr. Oktadoni Saputra,MMedEd

A. TEMA: Pembuatan sediaan apus darah tepi dan darah tebal untuk mengidentifikasi malaria B. TUJUAN PEMBELAJARAN  Mampu melakukan pembuatan sediaan apus darah tepi dan darah tebal  Mampu mengidentifikasi spesies-spesies Plasmodium sp C. ALAT DAN BAHAN Bahan : 1. Darah kapiler tanpa antikoagulan/ 2. Darah vena dengan antikoagulan EDTA 1 mg/cc darah 3. Zat pewarna giemsa 4. Methanol absolute cairan fiksasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Alat: Kaca obyek Kaca penghapus Rak mewarnai Pipet Gelas ukur/tabung reaksi Mikroskop ( lensa okuler 10 X, lensa obyektif 40 X ) Preparat awetan dari stadium-stadium Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae Lain-lain; buku gambar, alat tulis dan pensil warna.

D. SKENARIO Anda seorang dokter PTT puskesmas rawat inap di pedalaman Papua. Saat sedang bertugas, anda kedatangan pasien yang diantar oleh keluarganya dalam keadaan koma. Dari anamnesis didapatkan riwayat demam intermitten sejak 5 hari yang disertai dengan menggigil kemudian berkeringat. Dari pemeriksaan didapatkan Keadaan Umum tampak sakit berat, GCS : E 1V1M1. Vital sign TD = 120/80 mmHg, N=112x/menit, RR=24x/menit, Temp = 38,4oC. Pemeriksaan fisik didapatkan konjugtiva anemis, serta hepato-splenomegali. Setelah stabilisasi, anda memutuskan untuk melakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk pasien. Instruksi : Lakukan Pembuatan Apusan Darah Tepi (Tebal dan Tipis untuk pemeriksaan Malaria)

96 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

E. 1.

o o o o o

o

2.

o

o

o

Edisi Keempat

DASAR TEORI Siklus Hidup Plasmodium sp Siklus hidup dapat dibagi dalam 2 fase : Fase ekstrinsik (pembiakan seksual (sporogoni)) dengan hospes definitif nyamuk Anopheles sp. betina (bertindak sebagai vektor) Ketika nyamuk mengisap darah penderita penyakit malaria, semua stadium perkembangan parasit yang ada di dalam darah akan terisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Hanya bentuk gametosit (makrogametosit bakal kelamin betina dan mikrogametosit, bakal kelamin jantan) yang dapat bertahan dan melanjutkan siklusnya. Selanjutnya gametosit menjadi gamet (makro dan mikrogamet). Mikrogametosit mengalami pembelahan inti menjadi inti multiple yang matang dengan exflagellasi (proses dimana dalam 10-12 menit menjadi mikrogamet, keluar dari eritrosit dan motil) Makrogametosit berkembang menjadi makrogamet, dimana intinya bergeser kepermukaan yang merupakan tempat masuknya mikrogamet ke dalam makrogamet pada waktu fertilisasi. Makrogamet yang telah mengalami fertilisasi disebut zygote. Kurang lebih 20 menit setelah fertilisasi terbentuk semacam pseudopodi dan terjadi perubahan bentuk menjadi lebih langsing. Bentuk motil ini disebut ookinete yang akan bergerak dan menembus dinding usus untuk menempel pada permukaan luar dinding usus tersebut. Ookinete membentuk dinding tipis dan tumbuh menjadi ookista yang berukuran  50 m. Terjadi pematangan ookista dengan pembelahan inti dan transformasi sitoplasma membentuk beribu-ribu sporozoit yang berada di dalam ookista. Ookista matang dalam 4-15 hari (tergantung suhu) setelah nyamuk mengisap gametosit. Ookista matang akan pecah, sporozoit (berukuran 10-14 m) berhamburan ke dalam rongga tubuh nyamuk, diantaranya ada yang sampai ke kelenjar liur nyamuk. Nyamuk infektif yaitu nyamuk yang sudah siap mengeluarkan sporozoit bersama air liurnya Fase intrinsik, hospes perantara manusia, terjadi pembiakan aseksual (skizogoni) Manusia terinfeksi apabila melalui gigitan nyamuk yang terdapat sporozoit di dalamnya. Sporozoit akan masuk ke dalam peredaran darah dan dengan cepat  1 jam semuanya telah meninggalkan aliran darah ke sel hati, dan dimulailah stadium dalam sel hati. (disebut skizogoni eksoeritrositer primer (EE schizogony) kadang-kadang disebut skizogoni pre-eritrositik) Pada stadium skizogoni eksoeritrositer primer, sporozoit menjadi bundar atau oval, disebut skizon eksoeritrositik yang berukuran 24-60 m dimana intinya cepat membelah, belum ditemukan pigmen yang kemudian akan membentuk merozoit eksoeritrositer. Skizogoni eksoeritrositer primer akan berakhir apabila merozoit masuk ke dalam ertrosit. Untuk Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, terdapat stadium istirahat atau eksoeritrositik skizozoit (disebut juga hypnozoit) dimana satu, dua generasi atau lebih dari merozoit EE muncul setelah eritosit diinvasi. Hypnozoit dan skizon tetap ditemukan

97 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

sampai lebih 105 hari. EE schizogony yang terlambat tidak terjadi pada Plasmodium falciparum dan juga mungkin pada Plasmodium malariae. Invasi pada eritrosit, dimulai dengan masuknya merozoit EE ke dalam eritrosit atau retikulosit. Dalam eritrosit, merozoit membentuk vakuola, berbentuk cincin, kadangkadang ameboid dan berinti tunggal, disebut trofozoit sampai inti mulai membelah. Makanannya haemoglobin yang tidak akan dimetabolisir sempurna sehingga akan tersisa globin dan Fe porphirin hematin. Pigmen malaria merupakan ikatan hematin (ferrihemic acid) dengan protein. Trofozoit tumbuh sampai intinya membelah dengan cara mitosis, vakuola berisi, ameboid motiliti akan terhenti, dan akan berubah menjadi skizon matang. Skizon matang ini menjalani skizogoni eritrositer, pecah menjadi merozoit eritrositer. Eritrosit pecah, merozoit masuk ke dalam aliran darah. Banyak diantaranya hancur oleh kekebalan hospes, tetapi yang lainnya menginvasi eritrosit dan mulai menjalani siklus skizogoni eritrositer baru. Setelah 2 atau 3 generasi erityrositik, penomena gametositogenik dimulai. Beberapa merozoit intraseluler tidak membentuk skizon akan tetapi berkembang menjadi bakal kelamin betina makrogametosit atau bakal kelamin jantan mikrogametosit.

o

o o

o



Beberapa cara manusia terinfeksi Plasmodium sp., yaitu:  Terutama melalui gigitan nyamuk Anopheles betina infektif.  Transfusi darah, jarum suntik.  Pengobatan termal untuk penyakit lues, nefrotik sindrom.  Intrauterin.

98 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Gambar berikut menunjukkan siklus hidup Plasmodium sp.

Gambar 8. Siklus hidup Plasmodium sp (Sumber: google image)

99 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Habitat dan Hospes o Habitat : Darah. o Hospes definitif : Nyamuk Anopheles sp. betina. o Hospes perantara : Manusia Morfologi : Plasmodium vivax I. Sediaan darah tipis dengan pulasan Giemsa. Eritrosit membesar dan pucat. Tampak titik Schüffner yang besarnya teratur dan menyebar rata dalam eritrosit. 1. Trofozoit muda (bentuk cincin)  Protoplasma merupakan cincin biru, intinya merah.  Cincin muda 1/3 eritrosit. 2. Trofozoit tua  Plasma tidak teratur (amuboid). Tampak vakuol-vakuol dengan tumbuhnya parasit, inti menjadi besar dan tidak tentu bentuknya. Pigmen kuning tengguli, makin lama makin bertambah. 3. Skizon muda  Plasma menjadi padat, tidak ada vakuol. Inti membelah, plasma menjadi tidak padat, pigmen tersebar. 4. Skizon matang  Mengisi penuh eritrosit. Plasma dan inti sudah terbagi, tampak merozoit (12 14). 5. Gametosit a. Makrogametosit  Bentuk lonjong atau bulat, mengisi hampir seluruh eritrosit; plasma biru inti kecil, padat, biasanya letaknya eksentris; pigmen tersebar. a. Mikrogametosit  Bentuk bulat, lebih kecil dari makrogametosit, plasma lebih pucat; inti besar, pucat; pigmen tersebar.  Infeksi multipel: lebih dari satu parasit dalam eritrosit, mungkin terjadi pada infeksi berat. II. Sediaan darah tebal dengan pulasan Giemsa. Dasar sediaan: stroma eritrosit yang sudah dilisis berwarna lembayung muda dan diantaranya tampak sisa leukosit dengan inti yang berwarna biru lembayung tua. Pada umumnya terdapat semua bentuk sehingga tampak gambaran yang tidak uniform. Di sekitar parasit (kecuali trofozoit muda) tampak zone merah sisa titik-titik Schüffner. Parasit lebih besar daripada inti limfosit.

100 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Plasmodium falciparum I. Sediaan darah tipis dengan pulasan Giemsa. Eritrosit tidak membesar; warnanya sering lebih tua; titik Maurer tampak paling jelas pada trofozoit yang agak lanjut; besar dan jumlahnya tidak teratur. 1.

2.

3.

4.

II.

Trofozoit muda (bentuk cincin)  Protoplasma merupakan cincin halus, kadang-kadang sebagai cincin permata atau seperti sayap burung terbang di pinggir eritrosit (bentuk accole); inti merah, kadang-kadang ada 2 inti pada satu cincin. Trofozoit tua  Plasma mengelilingi vakuol, menjadi padat; inti 1 atau 2, bulat atau memanjang; pigmen mulai tampak.  Biasanya stadium trofozoit tidak tampak dalam darah perifer. Skizon matang  Tidak mengisi seluruh eritrosit ( 2/3 eritrosit). Plasma dan inti sudah terbagi, tempak merozoit (8 - 24). Pigmen sudah menggumpal sebelum Skizon matang. Gametosit  Mempunyai bentuk khas menyerupai pisang. a. Makrogametosit  Bentuk pisang lebih langsing; plasma biru, inti kecil, padat, letaknya di tengah; pigmen di sekitar inti. b. Mikrogametosit  Bentuk pisang lebih gemuk; plasma merah muda; inti besar, pucat; pigmen tersebar.

Sediaan darah tebal dengan pulasan Giemsa.  Biasanya terdapat trofozoit muda saja atau trofozoit dan gametosit.  Gambaran uniform, seperti bintang-bintang di langit, terutama pada infeksi berat. Tidak tampak zone merah di sekitar parasit. Parasit lebih kecil dari pada inti limfosit.

Plasmodium malariae I. Dalam sediaan darah tipis dengan pulasan Giemsa. Eritrosit tidak membesar, tidak tampak titik-titik dalam eritrosit. 1. Trofozoit muda (bentuk cincin)  Protoplasma merupakan cincin biru, inti merah. Cincin lebih besar daripada cincin Plasmodium falciparum. 2. Trofozoit tua  Plasma sering tampak melintang pada eritrosit, kecil atau lebar (bentuk pita), kadang-kadang tampak vakuol; inti memanjang sepanjang pita; pigmen kasar

101 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

mulai tampak. Pada trofozoit yang lebih tua plasma menjadi padat membulat, sering dengan vakuol. Parasit tampak lebih tua warnanya karena pigmen banyak dan plasma padat. 3.

4.

II.

Skizon  Mengisi seluruh eritrosit. Pada Skizon matang pigmen kasar berkumpul di tengah dan dikelilingi oleh merozoit yang letaknya teratur menyerupai bunga serunai.  Jumlah merozoit 6 - 12. Gametosit a. Makrogametosit  Bentuk lonjong atau bulat; plasma biru; inti kecil, padat pigmen kasar, tersebar. b. Mikrogametosit  Bentuk bulat, plasma merah muda; inti besar, pucat, tidak padat, pigmen kasar, tersebar.

Sediaan darah tebal dengan pulasan Giemsa.  Jumlah parasit pada umumnya sedikit. Tampak berbagai bentuk gambaran tidak uniform. Parasit tampak lebih tua warnanya, padat.  Tidak ada zone merah di sekitar parasit.

102 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Gambar 9. Morfologi dari stadium-stadium plasmodium sp (Sumber : google image)

103 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

F.

Edisi Keempat

PROSEDUR SEDIAAN APUS DARAH TEPI A. Bahan darah kapiler 1. Bersihkan ujung jari pasien dengan kapas alkohol, biarkan kering. Tusuk dengan blood Lancet tetesan darah pertama hapus dgn kapas kering tetes darah diteteskan di atas gelas obyek (1 cm dari ujung kaca)

Gambar 10. Prosedur Pembuatan Apusan Darah Tepi (Sumber : google image) B.

Bahan darah vena+antikoagulan EDTA 1. Teteskan 1 tetes darah pada Gelas obyek (1 cm dari ujung kaca gelas obyek)

Gambar 11. Cara meneteskan darah vena pada objek gelas

104 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

2.

Edisi Keempat

Letakkan kaca penghapus dengan sudut 30-45 terhadap kaca obyek,di depan tetesan darah

Gambar 12. Cara meletakkan kaca pendorong pada Apusan Darah Tepi 3.

Dorong kaca penghapus ke belakang menyentuh tetesan darah,sehingga tetesan darah melebar mengikuti kaca penghapus

Gambar 13. Cara menempelkan kaca pendorong pada Apusan Darah Tepi 4.

Dengan gerakan mantap tarik kaca penghapus kearah depan Hapusan darah (3-4 cm) atau Panjang = ½ - ⅔ kaca obyek dan apusan tidak boleh sampai tepi kaca obyek

Gambar 14. Cara mendorong kaca pendorong pada Apusan Darah Tepi

105 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

5.

Edisi Keempat

Selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan Giemsa

Gambar 15. Cara Pewarnaan Giemsa pada pembuatan Apusan Darah Tepi PRINSIP PEWARNAAN DENGAN GIEMSA: Romanowsky Penggunaan 2 zat warnayang berbeda, yaitu Azur B (trimetiltionin) yang bersifat basa dan Eosin Y (Tetrabromfluresein) yang bersifat asam Azur B akan mewarnai komponen sel yang bersifat asam, sedangkan Eosin Y akan mewarnai komponen sel yang bersifat basa.Ikatan Eosin Y pada Azur B yang beragregasi MEMBERIKAN EFEK WARNA UNGU: Romanowsky GIEMSA Ciri-ciri sediaan hapus yang baik : • Tidak melebar sampai tepi kaca obyek, panjangnya = ½ - ⅔ panjang kaca obyek • Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa • Rata, tidak berlubang-lubang dan tidak bergaris-garis • Mempunyai penyebaran lekosit yang baik, tidak bertumpuk pada bagian pinggir atau ujung-ujung sediaan

Gambar 16. Contoh sediaan apusan darah tepi yang baik

106 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

PEMBUATAN SEDIAN DARAH TEBAL     

Pengambilan darah sama dengan pembuatan apus darah (1-2) tetes darah teteskan pada sebuah gelas obyek Tetes darah lebarkan, membentuk lingkaran dengan diameter 1 - 1,5 cm Biarkan kering, jaga jangan kena debu atau serangga Selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan giemsa

Gambar 17. Cara pembuatan sediaan apusan darah tebal

Gambar 18. Cara Pewarnaan Giemsa (tanpa fiksasi) pada pembuatan Apusan Darah Tebal

107 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

CEK LIST LATIHAN No 1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11

12 13 14 15 16 17 18

Aspek yang dinilai

Umpan Balik

INTERPERSONAL Membina sambung rasa (senyum, Salam, sapa serta tunjukkan bahwa kesediaan meluangkan waktu untuk berbicara dengannya, kesejajaran) Informed Consent CONTENT Finger Prick Persiapan alat dan bahan Pilih dan identifikasi ujung jari yang akan dilakukan tusukan, pegang pada bagian proksimal tempat tusukan Bersihkan ujung jari pasien dengan kapas alcohol (sekali usap)  tunggu hingga kering Tusuk dengan blood lancet (manual/pakai applicator) secara cepat Hapus tetesan darah pertama dengan kapas atau tissue kering Teteskan darah berikutnya (untuk darah kapiler) atau darah vena yang sudah ditambah antikoagulan (untuk darah vena) digelas objek ±1 cm dari ujung kaca Apusan Darah Tepi (Tipis) Letakkan kaca penghapus dengan sudut 30-45 terhadap kaca obyek,di depan tetesan darah Dorong kaca penghapus ke belakang menyentuh tetesan darah, sehingga tetesan darah melebar mengikuti kaca penghapus Dengan gerakan mantap tarik kaca penghapus kearah depan Hapusan darah (3-4 cm) atau Panjang = ½ - ⅔ kaca obyek dan apusan tidak boleh sampai tepi kaca obyek Apusan Darah Tebal Pengambilan darah sama dengan pembuatan apus darah Teteskan 1-2 tetes darah pada sebuah gelas obyek Lebarkan tetesan darah membentuk lingkaran dengan diameter 1-1,5 cm Keringkan dan jaga jangan kena debu atau serangga Lakukan pewarnaan Giemsa Pewarnaan Giemsa Fiksasi sediaan apusan dengan methyl alcohol 3-5 menit (pada apusan darah tebal, fiksasi ini tidak dilakukan) Warnai sediaan apusan dengan standar Giemsa selama 45

108 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

19 20 21 22 23

Edisi Keempat

menit (simulasi) Cuci dengan air kran secara perlahan Keringkan dan periksa sediaan apusan dibawah mikroskop PROFESIONALISME Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan apusan darah baik tebal maupun tipis (Clinical Reasoning) Melakukan pemeriksaan dengan percaya diri dan memberi label pada objek gelas pemeriksaan Melakukan dengan tepat waktu dan minimal error

109 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

ANAMNESIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISTEM OFTALMOLOGI DAN RINOOTOLARINGOLOGI - SPESIAL SENSE Oleh dr.Johan Salim, dr. Dian Isti Angraini, M.P.H. 

Tema Keterampilan menggali anamnesis sistem penglihatan dan THT



Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan Instruksional umum Mahasiswa mampu melakukan anamnesis system penglihatan dan THT dengan terarah cepat, dan tepat 2. Tujuan instruksional khusus  Mahasiswa dapat mengawali dan mengakhiri anamnesis secara urut  Mahasiswa mengucapkan salam pembuka di awal dan penutup di akhir  Mahasiswa dapat menggali informasi dengan detail, namun relevan dengan permasalahan  Mahasiswa dapat menunjukkan penampilan yang baik  Mahasiswa dapat menjaga suasana proses anamnesis yang baik  Mahasiswa dapat memahami dan menggunakan bahasa yang dipahami responden  Mahasiswa dapat menghindari sikap interogasi  Mahasiswa dapat melakukan cross check  Mahasiswa dapat bersikap netral  Mahasiswa dapat melaksanakan umpan balik  Mahasiswa dapat mencatat hasil anamnesis dengan jelas serta menyimpulkan hasil anamnesis.





Alat dan Bahan  Pasien Simulasi  Meja dan kursi periksa Prosedur Anamnesis yang baik akan terdiri dari: Identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayata penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis susunan system, anamnesis pribadi.

110 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Identitas: Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua atau istri atau suami atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan , suku bangsa dan agama. Untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah memang benar pasien yang dimaksud, selain itu juga diperlukan untuk data penelitian , asuransi, dan lain sebagainya. Keluhan utama Adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan, keluhan utama harus meliputi onset waktu. Riwayat penyakit sekarang Riwayat perjalan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama, sampai pasien datang berobat. Dalam melakukan anamnesis , harus diusahakan mendapatkan data-data sebagai berikut: 12. Waktu dan lama keluhan berlangsung 13. Sifat dan beratnya serangan, misal mendadak, perlahan-lahan, terusmenerus, hilang timbul, cenderung bertambah berat atau berkurang 14. Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar , atau berpindahpindah 15. Hubungan dengan waktu, misalnya pagi lebih sakit daripada siang dan sore. Atau terus-menerus tidak mengenal waktu 16. Hubungannya dengan aktifitas, misalnya bertambah berat jika melakukan aktifitas, atau bertambah ringan jika beristirahat. 17. Keluhan-keluhan yang menyertai serangan, misalnya keluhan yang mendahului serangan, atau keluahn lain yang bersamaan dengan serangan 18. Apakah keluhan pertama kali atau sudah berulang 19. Faktor risiko dan pencetus serangan , termasuk faktor-faktor yang memperberat atau meringankan serangan 20. Apakah ada saudara sedarah , atau teman-teman dekat yang menderita keluhan yang sama 21. Perkembangan penyakit, kemungkina telah terjadi komplikasi atau gejala sisa 22. Upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi keluhan, termasuk obatobatan dan tidakan medis.

111 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Setelah semua data terkumpul , uahakan untuk membuat diagnosis sementara dan diagnosis diferensial. Riwayat penyakit dahulu Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan penyakit yang pernah di derita dengan penyakit sekarang. Termasuk riwayat kecelakaan , operasi, obat-obatan yng pernah diminum, pemeriksaanpemeriksaan medic Anamnesis susunan system Anamnesis susunan system bertujuan mengumpulkan data-data poitif dan negative yang berhubungan dengan penyakit yang diderita pasien berdasarkan alat tubuh yang sakit. Riwayat penyakit dalam keluarga Penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, failial , atau penyakit infeksi. Pada penyakit yang bersifat congenital perlu ditanya juga riwayat kehamilan dan kelahiran Riwayat pribadi Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan. Kebiasaan pasien yang harus ditanyakan riwayat merokok, minuman alcohol, dan penyalahgunaan obat-obat terlarang ( Narkoba) 

Anamnesis spesifik sistem penglihatan Mulailah menganamnesis masalah penglihatan dengan pertanyaan terbuka seperti “ bagaimana penglihatan anda?” dan ― pernahkah anda menglami masalah dengan kedua mata anda?‖ jika pasien melaporkan perubahan penglihatan, tanyakan hal- hal yang berkaitan dengan keluhan utama tersebut. 

Apakah onset terjadinya keluhan tiba-tiba atau bertahap? Gangguan refraksi biasanya menjelaskan tentang keluhan terjadinya pandangan kabur yang bertahap. Peningkatan kadar glukosa darah juga dapat menyebabkan keluhan pandangan kabur. Sedangkan gangguan penglihatan yang tiba-tiba biasanya mengindikasikan adanya ablasio retina, perdaraha pada vitreous , atau oklusi dari artery retinal pusat.

112 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat



Apakah ganggua penglihatan memburuk selama melihat dengan jarak dekat atau jarak jauh? Sulitnya melihat dengan jarak yang dekat mengindikasikan adanya gangguan hypermetropia atau presbiopi, ; kesulitan melihat dengan jarak yang jauh mengindikasikan adanya myopia





Apakan gangguan lapang pandang pada seluruh area penglihatan atau hanya sebagian ? jika gangguan lapang penglihatan hanya sebagian, dimana letak gangguan lapang pandangnya apakah di daerah pusat (nasal), perifer (bitemporal), atau hanya pada satu sisi Hilangnya lapang penglihatan pada daerah pusat (nasal) secara perlahan sering terjadi pada nuclear, katarak, degenerasi macula. Kelihalangan lapang pandang perifer biasanya terjadi akibat gloukoma sudut terbuka lanjut. Hilangnya lapang pandang pada satu sisi biasanya terjadi pada hemianopsia, dan kerusakan pada kuadran lapang pandang Apakah titik penglihatan atau daerah dimana pasien tidak dapat melihat (skotoma) ? jika ada, apakah titik tersebut perpindah disekitar lapangan penglihatan dengan bergesernya lapang pandang atau titik tersebut tidak berpindah..? Titik buta yang berpindah-pindah mengindikasin pergeseran vitreous (vitreous floaters), defek titik buta (skotoma) yang tidak berpindah biasanya mengindikasikan adanya lesi pada retina atau jaras nervus optikus



Pernahkah pasien melihat pancaran cahaya melintasi lapangan pandangnya ? keluhan ini biasanya diikuti dengan vitreous floaters.. Sorot cahaya atau vitreous floater yang baru mengindikasikan adanya ablasio vitreous dari retina. Merupakan idikasi seger dilakukan rujukan ke spesialis mata .



Apakah pasien menggunakan kacamata..?



Tanyakan tentang nyeri di dalam atau di sekeliling mata , kemerahan, dan peningkatan produksi air mata

113 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat



Tanyakan adanya diplopia, atau penglihatan ganda. Jika ada, tanyakan apakah bayangan yang dihasilkan bersebelahan ( horizontal diplopia), atau bayangan yang dihasilkan atas dan bawah (vertical diplopia). Apakah diplopia terjadi sata sebelah mata tertutup?, mata sebelah mana yang terjadi..? Diplopia pada dewasa biasanya timbul akibat lesi pada batang otak atau cerebellum, atau akibat kelemahan atau paralysis dari satu atau lebih otot ekstraokuler . pada horizontal diplopia terjadi akibat disfungsi nervus cranial III atau VI, atau vertical diplopia akibat disfungsi nervus cranial III atau IV. Diplopia pada satu mata, ketika mata lain dipejamkan mengindikasikan adanya masalah dari kornea atau lensa.



Anamnesis spesifik sistem pendengaran (telinga) 

Mulai pertanyaan untuk telingan ―bagaimana pendengaran anda?‖ dan ― pernahkan anda mengalami masalah dengan kedua telinga anda?‖ jika pasien pernah mengalami gangguan pendengaran , apakah hanya terjadi pada satu telingan atau kedua telinga..? apakah keluhan terjadi secara tibatiba atau bertahap?, adakah keluhan yang menyertai ..?



Cobalah untuk membedakan diantara 2 tipe gangguan pendengaran yang utama; conductive loss, yang berasal dari akibat adanya gangguan di telinga luar atau telinga tengah, dan senserineural loss, yang berasal akibat gangguan pada telinga dalam, nervus koklearis, atau pada susunan saraf pusat. Dua pertanyaan mungkin dapat sangat membantu. o

Apakah pasien memiliki kesulitan tertentu dalam memahami perkataan seseorang?...

o

Bedakan anda bisa membedakan suara-suara bising terdengar di sekeliling anda..?

Pasien dengan gangguan pendengaran sensory neural memiliki beberapa kendala dalam memahami perkataan seseorang , sering mengeluhkan kegaduhan suara dari lingkungan yang membuat pendengarannya semakin

114 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

terganggu. Pada gangguan pendengaran akibat gangguan konduksi , suara kegaduhan disekitarnya malah membantu untuk memperjelas pendengaran. Bayi dapat gagal merespon suara orang tua atau suara di lingkungannya. Anak yang baru belajar berjalan akan memperlihatkan penundaan dalam perkembangan berbicara. Beberapa penemuan didapatkan berdasarkan hasil penelitian 

Keluhan yang menyertai gangguan pendengaran, seperti nyeri telinga, atau vertigo, membantu mendiagnosis penyebab utamanya. Sebagai tambahan, tanyakan tentang riwayat pengobatan (obat-obatan) yang dapat mempengaruhi pendengaran, dan tanyakan tentang riwayat paparan suara yang keras.

Pengobatan yang mempengaruhi pendengaran termasuk aminoglycosides, aspirin, NSAID, quinine, furosemid, dan lainnya. 

Keluhan nyeri telinga, atau nyeri dalam telinga, meruapak keluhan yang sering saat kunjungan ke dokter. Tanyakan tentang keluhan lain yang berhubungan dengan keluhan utamanya seperti demam, sakit tenggorokan, batuk, dan infeksi saluran nafas atas.

Nyeri mengindikasikan adanya masalah pada telinga luar, atau jika berkaitan dengan gejala infeksi saluran pernafasan, pada telinga tengah, seperti pada otitis media. Nyeri telinga juga bisa merupakan reffered pain dari struktur organ lain seperti mulut, tenggorokan, atau leher. 

Tanyakan tentang cairan yang mengalir dari telinga , terutama jika berkaitan dengan nyeri telinga atau trauma

Cairan yang tidak biasa yang konsistensinya seperti lilin halus, debris yang berasal dari inflamasi, atau ruam pada liang telinga, atau sekresi yang melalui membrane tymphani yang perforasi akibat otitis media akut atau kronik Tinnitus adalah persepsi suara yang tidak berasal dari stimulus eksternal. Biasanya suara music atau suara bising. Hal ini dapat berkembang di satu atau kedua telinga. Tinnitus dapat disertai dengan kehilangan pendengaran

115 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

atau sering tidak dapat dijelaskan. Terkadang , suara yang mengganggu bersal dari sendi temporomandibular , atau bising vascular dari yang berasal dari leher dapat terdengar Tinnitus merupakan keluhan yang biasa terjadi, kejadian meningkat berhubungan dengan peningkatan usia, saat tinnitus terjadi disertai dengan keluhan kehilangan pendengaran dan vertigo mengindikasikan adanya penyakit meniere‘s disease. 

Vertigo adalah persepsi yang dirasakan pasien dimana lingkungan terasa berputar atau melayang. Sensasi ini terutama diakibatkan karena masalah pada labyrinths di telingan dalam, lesi perifer dari Nervus cranial VIII atau lesi pada susuna saraf pusat, atau nucleus di otak



Vertigo merupakan gejala yang menantang sebagai klinisi, saat pasien memiliki makna yang berbeda saat menyebutkan kata ―pusing‖ merupakan bahasa pertama yang diungkapkan pasien, tetapi pasien sering sulit menemukan kata-kata yang spesifik untuk mengungkapkan keluha pusingnya. Tanyakan ― apakah anda merasa tak seimbang, seperti anda ingin jatuh ? atau apakah anda merasa ruangan berputar?‖ gali riwayat keluhan tanpa menimbulkan bias. Anda bisa menenyakan kepada pasien dengan beberapa pilihan kata. Dan jika perasaan pusing berkaitan dengan perubahan posisi tubuh, tanyakan kembali keluhan lain yang menyertai seperti rasa mual, atau muntah. Tanyakan juga obat-obatan yang sedang di konsumsi. Perasaan tak seimbang, kepala terasa melayang atau ―lemas pada kedua kaki‖ terkadang mengindikasikan masalah pada system kardiovaskular. Persaan seperti di dorong mengindikasikan vertigo sebenarnya yang berasal dari permasalahan pada telinga dalam , lesi perifer atau central nervu cranial VIII.



Anamnesis spesifik rongga hidung dan sinus 

Rhinorrhea merupakan secret yang berasal dari rongga hidung dan sering berkaitan dengan kongesti nasal, sensasi sesak atau buntu, keluhan tersebut sering disertai dengan bersin, mata berair , rasa tidak

116 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

nyaman pada tenggorokan, dan juga rasa gatal pada mata, hidung, dan tenggorokan. Penyebabnya dapat disebabkan karena infeksi virus, rhinitis allergi (hay fever), dan rhinitis vasomotor, perasaan gatal lebih disebabkan karena alergi 

Tanyakan kronologis penyakit . apakah sudah berlangsung selama seminggu atau lebih, terutama jika disertai dengan keluhan demam, dan keluhan penyerta lain. Atau keluhan ini terjadi pada musim-musim tertentu ketika serbuk sari berda di udara? Apakah keluhan berkaitan dengan kontak dengan suatu zat atau lingkungan?, apakah pengobatan yang telah dilakukan pasien? Selama beberapa lama.? Dan apakah obat-obat tersebut bekerja dengan baik? Tanyakan obat-obat yang mungkin dapat menyebabkan keluhan sesak. Gejala yang berkaitan dengan musim atau kontak lingkungan mendukung kea rah alergi, penggunaan decongestan yang berlebih dapat memperburuk keluhan, obat2 yang dapat menimbulkan keluhan sesak kontraseptive oral, reserpine, guanethidine, dan alcohol



Apakah gejala rhinorrhea atau hidung buntu disertai keluhan lain seperti nyeri di wajah atau di area sinus, sakit kepala atau demam..? Jika terjadi keluhan-keluhan seperti diatas menggindikasikan terjadi sinusitis



Apakah keluhan hidung buntu terjadi hanya pada 1 sisi? Jika ya, anda mungkin berhadapan dengan penyebab lain yang membutuhkan pemeriksaan fisik yang lebih cermat. Pikirkan penyebab deviasi septum nasal, benda asing , atau tumor



Keluhan epitaksis adalah perdarahan dari hidung, darah tersebut biasanya berasal dari pembuluh darah hidung itu sendiri, tetapi dapat juga berasal dari sinus paranasal, atau nasopharynx. Pasien yang dalam kondisi berbaring atau perdarahan berasal dari struktur posterior, darah biasanya mengalir ke tenggorokan dibanding mengalir melalui

117 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

lubang hidung. Anda harus mengidentifikasi sumber perdarahan dengan hati-hati, apakah perdarahan berasal dari hidung atau berasal saluran nafas yang dibatukan, maupun dari saluran cerna yang di muntahkan? Pastikan sumber perdarahan, keparahannya, atau gejala-gejala yang menyertai. Apakah ini merupakan hal yang berulang? Apakah terdapat perdarahan kulit yang mudah terjadi, atau perdarahan di tempat lain? Penyebab local epitaksis termasuk trauma , inflamasi, mucosa nasal yang kering, tumor, dan benda asing. Gangguan pembekuan darah dapat juga menyebabkan keluhan epitaksis. 

Anamnesis spesifik mulut, tenggorokan, dan leher 

Nyeri tenggorokan merupakan gejala yang cukup sering dikeluhakan, biasanya merupakan gejala dari infeksi saluran nafas atas akut Demam, eksudat faring, dan limadenopathy anterior , terutama tanpa adanya batuk mengindikasikan faringitis streptococcus,



Nyeri pada lidah dapat disebabkan karena adanya lesi local atau penyakit sistemik Aphthous ulcers , nyeri ringan pada lidah akibat defisiensi nutrisi



Perdarahan pada gusi merupakan keluhan yang umum dikeluhakan, terutama saat menyikat gigi, tanyakan tentang lesi local dan adakah kecenderungan untuk perdarahan di tempat lain Perdarahan gusi paing sering disebabkan oleh gingivitis



Suara serak , sering disekripsikan seperti suara yang parau atau kasar. Suara serak biasanya dikarenakan oleh masalah yang berasal dari larink, tetapi dapat juga berasal dari ekstra laring seperti lesi yang mendesak nervus laring. Tanyakan pengguanan suara yang berlebihab, alergi, rokok, atau inhalasi iritan lain, dan keluhan-keluhan yang menyertai . apakah keluhan terjadi tiba-tiba atau sudah berlangsung lama? Apakah suara serak sudah berlangsung selama lebih dari 2

118 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

minggu, pemeriksaan visual laring secara direct dan indirect sangat dianjurkan. Suara serak biasanya diakibatkan karena Penggunaan suara yang berlebihan (seperti para pemadu sorak) dan infeksi akut Suara serak yang kronik biasanya disebabkan oleh merokok, alergi, pengunaan pita suara yang berlebihan, hipotiroid, infeksi kronik seperti tuberculosis, dan tumor 

Tanyakan‖ apakah anda merasa terjadi pembengkakan pada kelenjar atau pembengkakan organ di sekitar leher?‖ Pembekakan kelenjar lymph yang nyeri biasanya dibarengi dengan faringitis

Daftar pustaka  

Bate‘s. Guide To Phycal Examination And History Taking. Ed 9. Philadelphia. 2007 Dwita,dkk. buku panduan csl semester ke-3 tahun 2011, B.Lampung. 2013

CEK LIST LATIHAN ANAMNESIS SISTEM OFTALMOLOGI DAN RINOOTOLARINGOLOGI No 1 2 3 4 5

Prosedur/ Aspek Latihan

Umpan Balik

ITEM INTERAKSI DOKTER-PASIEN Mengucapkan salam pada awal wawancara Mempersilakan duduk berhadapan Memperkenalkan diri Informed  menjelaskan kepentingan penggalian informasi yang benar tentang sakit pasien Consent  Meminta waktu & ijin untuk melakukan alloanamnesis jika diperlukan ITEM PROSEDURAL

119 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

6

7 8

Edisi Keempat

Menanyakan identitas pasien : Nama , Umur , jenis kelamin (dicatat saja tidak perlu ditanyakan), alamat lengkap, pekerjaan, agama dan suku bangsa Pastikan menggali identitas tidak terkesan interogasi tidak harus berurutan dicari lengkap, boleh diselang-seling saat anamnesis berlangsung Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang Menanyakan keluhan utama Cross cek, dan Pastikan Keluhan Utama Menanyakan keluhan lain/tambahan Sistem penglihatan Menanyakan keluhan lain/ tambahan  Gangguan penglihatan jarak jauh atau dekat  Adakah gangguan lapang pandang?  Apakah terdapat titik buta (skotoma)  Perbahkah pasien merasakan adanya flash light  Apakah terdapat rasa nyeri  Apakah terdapat penglihatan ganda Sistem pendengaran Menanyakan keluhan lain/ tambahan  Apakah terdapat gangguan pendengaran? Satu sisi atau kedua sisi? Gali keterangan apakah karena gangguan konduksi atau gagguan sensori neural?  Adakah nyeri pada telinga? Gali apakah nyeri bersal dari telinga luar atau telinga dalam, atau hanya merupakan reffered pain  Adakah cairan yang keluar dari telinga?  Apakah terdapat keluhan tinnitus ?  Apakah terdapat keluhan vertigo? Gali apakah berasal dari telinga dalam, lasi saraf perifer, atau lesi susunan saraf pusat. Sistem rongga hidung dan sinus Menanyakan keluhan lain/ tambahan  Apakah terjadi rhinorea?  Apakah terdapat nyeri pada area sinus?  Apakah terdapat keluhan hidung tersumbat..?  Apakah terdapat epitaksis..? Sistem mulut dan tenggorokan Menanyakan keluhan lain/ tambahan

120 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

    

9

10 11 12

13 14 15 16 17 18

Apakah terdapat nyeri tenggorokan? Apakah terdapat nyeri pada lidah? Apakah terdapat perdarahan gusi? Apakah terdapat suara serak? Apakah terdapat pembesaran kelenjar atau organ pada daerah leher? Menggali informasi tentang riwayat penyakit sekarang  (waktu dan lama, sifat, lokalisasi dan penyebaran,hubungan dengan waktu dan aktifitas, keluhan yang mendahului dan menyertai, pertama kali/ tidak, faktor resiko dan pencetus, upaya pengobatan & hasilnya) Menanyakan riwayat penyakit yang pernah diderita (Penyakit-penyakit yang meningkatkan prevalensi penyakit pada mata Hipertensi, diabetes mellitus Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga (riwayat orang tua dengan DM, Hipertensi) Menggali informasi tentang riwayat Pribadi (riwayat merokok, minuman alcohol, dan penyalahgunaan obatobat terlarang ( Narkoba), pola diet, aktifitas ) ITEM PENALARAN KLINIS Melakukan cross check (paraphrase atau pengulangan terhadap apa yang dikatakan pasien) Melakukan umpan balik (menanyakan hal-hal yang kurang jelas, atau pertanyaan yang kurang jelas). Mencatat semua hasil anamnesis Menyimpulkan dan menginterpretasikan hasil anamnesis ITEM PROFESIONALISME Percaya diri, bersikap empati, tidak menginterogasi Mengakhiri anamnesis dengan sikap yang baik

121 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI dr. Rizki H, Sp.PA, dr. Efriyan I, M.Sc., dr. Merry IS, MMedEd, dr. Dian Isti A, MPH A.

TEMA Keterampilan pemeriksaan fisik mata.

B.

TUJUAN PEMBELAJARAN 

   C.

ALAT DAN BAHAN     

D.

Mampu melakukan pemeriksaan optalmologi: fungsi mata (tajam penglihatan, penglihatan warna dan lapang pandang), pergerakan mata, segmen anterior mata, tekanan intra okular dan funduskopi dengan baik dan benar Mampu memilih alat untuk pemeriksaan Mampu menjelaskan tujuan dan interpretasi hasil pemeriksaan optalmologi Mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pemeriksaan

Pen light/ head lamp Snellen chart Buku tes ishihara Kapas pilin Oftalmoskop

SKENARIO Kakek Yang Sakit

Santi sedang menemani kakek yang sedang memeriksakan matanya ke dokter. Kakek sering merasa matanya kabur dan nyeri. Kini ia sering melihat bayangan tirai bila melihat. Sebagai seorang dokter anda akan melakukan pemeriksaan optalmologi E. 1.

DASAR TEORI Anatomi Mata Mata terletak di dalam tulang orbita yang berbentuk seperti piramida bersisi empat. Pada apeks posterior terletak kanal optik yang merupakan tempat lewatnya saraf optik ke otak. Fisura orbitalis superior dan inferior merupakan tempat lewatnya pembuluh darah dan saraf

122 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

yang memberikan persarafan pada struktur orbita.

Mata dilindungi oleh kelopak mata yang terdiri dari lapisan kulit, otot - otot orbikularis, lapisan kolagen, epitel dan konjungtiva. Otot levator palpebra disarafi oleh N III dan kerusakannya menyebabkan terjadi ptosis.

Mata terdiri dari:  Suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior (kornea) dan opaque di posterior (sklera). Sambungan antar keduanya disebut limbus. Otot –otot ekstra okular melekat pada sklera, sementara saraf optik meninggalkan sklera di posterior melalui lempeng kribriformis.

123 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

 Koroid yang kaya pembuluh darah melapisi segmen posterior mata dan memberi nutrisi pada retina.  Korpus siliaris mengandung otot siliaris yang kontraksinya mengubah bentuk lensa. Epitel siliaris mensekresi akueous humor dan mempertahankan tekanan okular. Korpus siliaris merupakan tempat perlekatan iris.  Lensa terletak di belakang iris dan didukung oleh zonula yang terbentang antara lensa dan korpus siliaris.  Sudut yang dibentuk iris dan kornea dilapisi jaringan trabekula. Pada sclera, kanal Schlemm mengalirkan akueous humor dari bilik mata anterior ke sistem vena. Antara kornea dan lensa serta iris terdapat bilik mata anterior. Diantara iris, lensa, dan korpus siliar terdapat bilik mata posterior yang keduanya berisi akueous humor.  Antara lensa dan retina terdapat korpus vitreus.  Pada permukaan eksterna mata ditutupi film air mata yang terdiri dari lapisan musin, lapisan akueous dan lapisan minyak.

2.

Fungsi Mata a.Tajam Penglihatan Tajam penglihatan merupakan kekuatan resolusi mata. Ketajaman penglihatan merupakan kemampuan sistem penglihatan untuk membedakan berbagai bentuk. Penglihatan yang optimal hanya dapat dicapai bila terdapat suatu jalur saraf visual yang utuh, stuktur mata yang sehat serta kemampuan fokus mata yang tepat. Perkembangan kemampuan melihat sangat bergantung pada perkembangan tumbuh anak pada keseluruhan, mulai dari daya membedakan sampai pada kemampuan menilai pengertian melihat. Walaupun perkembangan bola mata sudah lengkap waktu lahir, mielinisasi berjalan terus sesudah lahir. Tajam penglihatan bayi sangat kurang dibanding penglihatan anak. Perkembangan penglihatan berkembang cepat sampai usia dua tahun dan secara kuantitatif pada usia lima tahun. Tajam penglihatan bayi berkembang sebagai berikut: - Baru lahir : Menggerakkan kepala ke sumber cahaya besar - 6 minggu : Mulai melakukan fiksasi; Gerakan mata tidak teratur ke arah sinar

124 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

- 3 bulan : Dapat menggerakkan mata ke arah benda bergerak - 4-6 bulan : Koordinasi penglihatan dengan gerakan mata; Dapat melihat dan mengambil objek - 9 bulan : Tajam penglihatan 20/200 - 1 tahun : Tajam penglihatan 20/100 - 2 tahun : Tajam penglihatan 20/40 - 3 tahun : Tajam penglihatan 20/30 - 5 tahun : Tajam penglihatan 20/20 (Sidharta Ilyas, 2009). Secara klinis, derajat ketajaman anak-anak mencapai nilai yang mendekati 6/6 saat mencapai usia 5 tahun. Hal ini dikarenakan pemeriksaan visus pada anak-anak secara subjektif maupun objektif tidak dapat menghasilkan data yang valid. Pemeriksaan tajam penglihatan pada bayi dengan menilai apakah penglihatannya akan berkembang normal adalah dengan melihat refleks fiksasi. Bayi normal akan dapat berfiksasi pada usia 6 minggu, sedang mempunyai kemampuan untuk dapat mengikuti sinar pada usia 2 bulan. Refleks pupil sudah mulai terbentuk sehingga dengan cara ini dapat diketahui keadaan fungsi penglihatan bayi pada masa perkembangannya. Pada anak yang lebih besar dapat dipakai benda-benda yang lebih besar dan berwarna untuk digunakan dalam pengujian penglihatannya Tes tajam penglihatan (visual acuity) pada anak yang lebih besar dan dewasa dapat dilakukan dengan menggunakan kartu snellen yang terdiri dari baris-baris huruf yang ukurannya semakin kecil, E chart atau cincin landolt. Tiap baris diberi nomor dengan jarak dalam meter. Tajam penglihatan dicatat sebagai jarak baca (misal 6 meter atau 20 kaki) dari huruf terkecil yang dilihat. Jika jarak baca ini 6 meter, maka tajam penglihatan 6/6 atau 20/20; jika jarak baca ini 60 meter, maka tajam penglihatan 6/60. Nilai normal adalah 6/6, berbeda bila terjadi kelaianan refraksi (miopi, hipermetropi, presbiopi). Bila terdapat kesalahan (false) dalam membaca snellen chart maka dikoreksi dengan kacamata pinhole atau dengan koreksi kacamata refraksi.

125 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Apabila pasien tidak dapat membaca huruf pada snellen chart maka pasien diminta untuk menghitung jari pemeriksa (counting fingers) dengan jarak 1-5 meter. Bila pasien bisa menghitung jari pemeriksan pada jarak 5 m maka tajam penglihatan/ visusnya adalah 5/60. Bila pasien bisa menghitung jari pemeriksan pada jarak 4 m maka tajam penglihatan/ visusnya adalah 4/60, dan seterusnya sampai jarak 1 meter (visus 1/60). Apabila pasien tidak dapat menghitung jari pemeriksa, maka dilakukan tes lambaian tangan/ hand moving. Bila pasien bisa menyebutkan arah lambaian tangan pemeriksa dengan benar, maka tajam penglihatan pasien adalah 1/300. Apabila pasien tidak dapat melihat lambaian tangan pemeriksa maka dilakukan tes sinar, dan diinterpretasikan sebagai 1/~ PSB (persepsi sinar baik; bila pasien dapat menyebutkan arah sinar dengan baik) atau 1/~ PSS (persepsi sinar salah; bila pasien SALAH menyebutkan arah sinar). Apabila pasien sama sekali tidak dapat melihat sinar maka tajam penglihatannya adalah 0 (nol).

SNELLEN CHART 126 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

SNELLEN CHART

E CHART

CINCIN LANDOLT 127

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

b. Tes penglihatan warna Tes penglihatan warna dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang memiliki penglihatan normal, menderita buta warna parsial, atau buta warna total. Biasanya dengan menggunakan tes buta warna ischihara, dengan cara menyebutkan angka yang tertera, bentuk, menelusuri jalur dll. Buta warna atau colour blind adalah kelainan pada retina mata seseorang. Yaitu kondisi dimana sel kerucut retina tidak peka terhadap cahaya yang berwarna. Penderita buta warna dibedakan menjadi 2, yaitu buta warna partial, dimana penderita tidak dapat mengenal warna tertentu. Macam buta warna yang satu lagi adalah buta warna total, dimana penderita tidak dapat membedakan semua jenis warna sehingga dunia hanya tampak hitam dan putih saja. Buta warna sendiri merupakan penyakit turunan yang diwariskan oleh gonosom (kromosom seks).

128 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

c. Lapang Pandang Lapang pandang memetakan perluasan perifer dunia visual. Untuk mengetahui lapang pandang dapat dilakukan pemeriksaan konfrontasi dimana objek digerakkan mulai dari perifer menuju pusat. Dengan tes ini tiap kuadaran diperiksa dan diketahui bila ada defek sesuai jalur visual yang terkena.

3.

Gerakan Mata Gerak bola mata yang normal adalah gerak konjugasi dan gerak konvergensi. Gerak konjugasi adalah gerak kedua bola mata bersama-sama dengan sumbu yang kira-kira sejajar. Gerak konvergensi adalah gerak kedua bola mata dengan sumbu mata saling berdekatan dan menyilang di objek fiksasi. Bola mata digerakkan oleh :  M rektus medial disarafi N III  M rektus lateral disarafi N VI  M rectus superior disarafi N III  M rectus inferior disarafi N III  M oblikus superior disarafi N IV  M oblikus inferior disarafi N III

129 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

130 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

4. Pemeriksaan segmen anterior mata a. Penilaian eksternal, dengan inspeksi kelopak mata, inspeksi kelopak mata dengan eversi kelopak mata atas, inspeksi bulu mata, inspeksi konjuctiva termasuk forniks, inspeksi sklera, inspeksi orifisium duktus lakrimalis, palpasi limfonodus pre-aurikular. b. Kornea: inspeksi keadaan kornea: jernih, ada/ tidak ulkus, tes sensitivitas kornea, inspeksi kornea dengan fluoresensi c. Pupil Ukuran pupil (miosis, konstriksi; midriasis, dilatasi) dan responnya terhadap cahaya dan akomodasi memberikan informasi tentang fungsi jalur aferen (saraf dan traktus optikus) dan fungsi jalur aferen. Gerakan pupil dikontrol oleh sistem saraf parasimpatis dan simpatis. Pupil berkonstriksi bila mata terkena cahaya (aktivasi parasimpatis, relaksasi simpatis) dan berdilatasi dalam gelap (aktivasi simpatis, relaksasi parasimpatis). Saat berakomodasi mata berkonvergensi dan pupil miosis. d. Iris, inspeksi bentuk iris e. Bilik mata depan/ COA/ camera occuli anterior, ada atau tidaknya perdarahan/ hifema, ada/tidaknya hipopion, dll f. Lensa mata: inspeksi jernih/ keruh g. Vitreous h. Retina

5. Tekanan Intra Okular Tingkat tekanan intra okular tergantung pada keseimbangan antara produksi dan ekskresi akueous humor. Akueous humor diproduksi oleh sekresi dan ultrafiltrasi dari prosesus siliaris ke dalam bilik posterior. Dari sini akueous dialirkan lewat jalur konvensional dan jalur uveosklera. Jalur konvensional melalui pupil, akueous humor masuk bilik anterior, kemudian meninggalkan mata terutama melalui jalinan trabekula, kanal schlemm dan vena episklera. Sedangkan jalur uveosklera, akueous humor mengalir melalui korpus siliaris ke ruang suprakoroid dan ke dalam sirkulasi vena pada sklera (sekitar 4% akueous humor). Peningkatan tekanan intra okular menyebabkan terjadinya kerusakan serabut saraf (glaukoma). Tekanan intraokular yang akan dipelajari adalah tonometri digital dan tonometri schiotz (ketika kepaniteraan klinik).

131 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

6. Funduskopi Suatu bentuk pemeriksaan untuk melihat keadaan retina dan n.opticus sampai ke area sangat perifer dengan menggunakan oftalmoskop. Oftalmoskopi ada 2 : direk dan indirek. Oftalmoskopi direk memberikan bayangan reflek fundus dan pandangan yang diperbesar dari papil saraf optik, makula, pembuluh darah retina dan retina hingga ekuator. Reflek fundus yang dapat ditemukan dengan oftalmoskopi direk adalah:  Bila media refraksi jernih: reflek fundus berwarna merah kekuningan pada seluruh lingkaran pupil.  Bila media refraksi keruh: kornea, lensa, badan kaca terlihat adanya bercak hitam di depan latar yang berwarna merah kekuningan.  Penilaian reflek fundus penting untuk membedakan katarak matur dan immature, katarak matur reflek fundus negatif Cara melakukan pemeriksaan adalah bila mata kanan yang akan diperiksa maka pemeriksa berada disebelah kanan pasien, oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan dan mata pasien diperiksa dengan mata kanan pemeriksa dan berlaku juga sebaliknya.

132 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

F. PROSEDUR 1.

Penilaian Tajam Penglihatan (Visus Acuity)       

Pasien duduk menghadap snellen chart dengan jarak 6 meter. Apabila akan dilakukan pemeriksaan mata kanan, maka mata kiri pasien ditutup dengan telapak tangan kiri, begitu sebaliknya. Pasien diminta menyebutkan huruf/ angka yang ditunjuk pemeriksa. Tunjuk huruf/ angka mulai dari yang paling besar sampai terkecil yang bisa disebutkan pasien Catat dan simpulkan tajam penglihatan pasien. Visus normal 6/6. Bila sampai batas 6/60 maka dilakukan pemeriksaan hitung jari/ counting finger Pemeriksaan hitung jari: pasien diminta menyebutkan jumlah jari pemeriksa dari jarak 1-5 m; apabila pasien bisa menghitung jari pemeriksa dengan

133 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

 



 

2.

benar pada jarak 5 m maka tajam penglihatnnya adalah 5/60, apabila pasien bisa menghitung jari pemeriksa dengan benar pada jarak 4 m maka tajam penglihatnnya adalah 4/60, begitu seterusnya sampai jarak 1 m (visus=1/60) Apabila pasien tidak dapat menghitung jari, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan lambaian tangan/ hand moving. Pemeriksaan lambaian tangan: pemeriksa melambaikan tangan dari kirikanan, kanan-kiri, atas-bawah, bawah-atas dsb, dan kemudian pasien diminta menyebutkan arah lambaian tangan dengan benar. Apabila pasien dapat menjawab dengan benar maka visusnya adalah 1/300. Apabila pasien tidak dapat menyebutkan pemeriksaan lambaian tangan, maka dilakukan pemeriksaan sinar menggunakan penlight; visusnya adalah 1/~ PSB (persepsi sinar baik; bila dapat menyebutkan arah datangnya sinar dengan BENAR) atau 1/~PSS (persepsi sinar salah; bila SALAH menyebutkan arah datangnya sinar) Apabila pasien tidak dapat melihat sinar, maka visusnya adalah 0 (nol). Interpretasi visus adalah : VOD =..... dan VOS=.....

Tes Penglihatan Warna 

Pemeriksa dan pasien duduk berhadapan, tes menggunakan buku ischihara



Pemeriksa meminta pasien menyebutkan angka, bentuk, menelusuri pola/ jalur, menyebutkan tidak ada bila memang tidak ada angka, bentuk atau pola; pada gambar yang ada di buku ishihara



Interpretasi: TIDAK BUTA WARNA/ NORMAL : bila pasien bisa menjawab semua tes BUTA WARNA PARSIAL : tidak dapat membedakan merah dan hijau, pada tes ischihara biasanya membaca angka yang salah dan pola yang salah BUTA WARNA TOTAL : hanya dapat membedakan hitam dan putih saja

3.

Pemeriksaan Lapang Pandang Metode Konfrontasi Donders  

Pasien duduk berhadapan dengan jarak 1 meter dengan pemeriksa Suruh pasien untuk menutup mata kanan dengan tangan kanan. Pemeriksa menutup mata pada sisi yang sama (mata kiri dengan tangan kiri).

134 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

  



4.

Suruh pasien memfiksasi matanya (fokus melihat ke mata pemeriksa). Gerakkan jari tangan di bidang pertengahan antara pemeriksa dan pasien. Gerakan dari luar ke dalam dan dari semua arah. Pinta pasien untuk memberikan tanda bila ia mulai melihat jari pemeriksa. Hasilnya adalah dengan membandingkan antara pemeriksa yang dianggap normal dan orang yang diperiksa. Nilai apakah ada defek pada lapang pandang pasien. Lakukan untuk mata yang satunya.

Gerakan Bola Mata  

 

Suruh pasien melihat lurus ke depan. Perhatikan adanya arah yang abnormal pada salah satu mata Kemudian suruh mata pasien untuk mengikuti gerakan jari pemeriksa yang digerakkan ke arah lateral-medial, lateral-medial atas, lateral-medial bawah, bergantian jari tangan kanan dan kiri. Tanyakan adanya penglihatan ganda pada pasien. Perhatikan apakah mata pasien mengikuti gerakan tangan pemeriksa dan perhatikan gerakannya apakah mulus atau kaku.

135 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat





Kemudian lakukan tes gerak konvergensi dengan meletakkan jari pemeriksa/pensil/pena di depan wajah pasien. Pinta pasien fokus menatap jari pemeriksa/pensil. Perlahan-lahan dekatkan jari/pensil mendekati wajah pasien (di depan batang hidung). Perhatikan apakah kedua bola mata pasien menyilang sama baik. Normal mata akan konvergensi menatap objek 5-8 cm di depan batang hidung.

Pemeriksaan segmen anterior mata 5. Penilaian eksternal, dengan  Inspeksi kelopak mata/ palpebra: normal, apakah ada pembengkakan, tonjolan hordeolum, luka, ptosis dll  inspeksi kelopak mata dengan eversi kelopak mata atas, tujuannya menilai konjuntiva tarsalis a. pemeriksa berhadapan dengan pasien b. Sebaiknya mata kanan pasien diperiksa dengan tangan kanan pemeriksa. c. Ibu jari memegang margo, telunjuk memegang kelopak bagian atas dan meraba tarsus, lalu balikkan d. Setelah pemeriksaan selesai kembalikan posisi kelopak mata. Biasakan memeriksa kedua mata.  inspeksi bulu mata; normal, adanya madarosis, semimadarosis, blefaritis  inspeksi konjuctiva termasuk forniks, normal, pucat, hiperemis  inspeksi sklera, normal, ikterik  inspeksi orifisium duktus lakrimalis, normal, bengkak, penyumbatan, hiperemis  palpasi limfonodus pre-aurikular - pemeriksa berhadapan dengan pasien - pemeriksa meraba limfonodi preaurikuler pasien; letaknya di depan tragus; rasakan apakah ada pembesaran dan nyeri

136 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

6. Kornea: a. b.

c.

inspeksi keadaan kornea: jernih, ada ulkus, jaringan parut, erosi, edema dll inspeksi kornea dengan fluoresen; biasanya untuk memastikan defek pada kornea misalnya ulkus, erosi kornea dll (akan dilakukan lebih dalam di kepaniteraan klinik) - Mata pasien yang diperiksa ditetesi dengan anestesi mata lokal - Pemeriksa meneteskan pewarna fluoresin ke mata pasien yang diperiksa kemudian melakukan irigasi dengan aquadest atau cairan normal - Memeriksa mata yang telah diwarnai fluoresin dengan bantuan slitlamp atau penlight  hijau menggambarkan adanya defek pada kornea, deskripsikan bentuk dan ukurannya  keratitis numularis, ulkus kornea, dll tes sensitivitas kornea, - Responden duduk didepan pemeriksa, - Mata yang akan diperiksa difiksasi dengan cara disuruh melihat kearah nasal. - Kapas pilin disentuhkan pada kornea dari temporal. - Bila terjadi refleks kedip dicatat sebagai sensibilitas kornea positif (+), sedangkan bila tidak terjadi refleks kedip maka dicatat sensibilitas kornea negative (-) - Penurunan atau hilangnya sensitivitas kornea misalnya pada penyakit kusta

137 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

7.

Edisi Keempat

Pupil a. Inspeksi pupil, bentuk bulat, ukuran normal Θ 3-5 mm (< 2 mm = mengecil/ miosis dan > 5 mm = midriasis), isokor kedua mata atau anisokor b. Reflek Pupil        

8.

bisa dengan cara direk atau indirek Pasien duduk kemudian diminta untuk fokus melihat mata pemeriksa. Kemudian senter mata kanan pasien, lihat adanya reaksi pada pupil dan ukuran pupil (direk). Normal pupil akan mengecil disebut reflek cahaya langsung. Kemudian lihat pupil mata kiri pasien, lihat reaksi yang terjadi. Normal pupil juga akan mengecil yang disebut dengan reflek konsensuil (indirek). Suruh pasien melihat jari pemeriksa yang berjarak 10 cm dari mata yang diperiksa. Gerakkan jari pemeriksa mendekati mata kanan pasien. Normal pupil akan mengecil yang disebut akomodasi. Lakukan untuk mata yang satunya.

Bilik mata depan dan Iris 

Inspeksi iris : jernih, adakah iris tremulans, iris bombe



Inspeksi BMD: apakah dangkal atau dalam, apakah terdapat perdarahan/ hifema, hipopion (ulkus kornea)



Memeriksa kedalaman BMD; sinari iris dari samping, lalu perhatikan luas permukaan iris yang tersinari. Sebagian kecil permukaan iris mendapatkan sinar = BMD dangkal, sebagian besar atau seluruh permukaan iris mendapat sinar = BMD dalam

9.

Lensa 

Inspeksi : jernih, keruh (katarak)



Sinari pupil dari arah depan. Perhatikan, bila pupil berwarna hitam = lensa jernih atau aphakia, dan bila pupil putih/ abu-abu = lensa keruh



Bila keruh maka bisa dilakukan shadow test untuk memastikan jenis katarak

138 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

10. Badan vitreus 

Inspeksi badan vitreus lebih tepat dengan menggunakan slitlamp



Dilihat apakah jernih, adakah floaters, tanda-tanda radang dan infeksi

11. Tekanan bola mata Metode Palpasi (tonometri digital) Pasien duduk sambil memejamkan mata atau mata melihat ke bawah Gunakan kedua jari telunjuk dan tengah kedua tangan pemeriksa, letakkan pada kedua bola mata.  Kedua Jari bergantian menekan bola mata pasien.  Catat dan nilai tekanan intra okular pasien. Tekanan dapat diperkirakan dengan pengalaman dan dinilai dengan N, N-1, N-2, N+1, N+2 Metode Tonometri schiotz (dipelajari di Kepaniteraan Klinik, level kompetensi 4)  Mahasiswa ditugaskan untuk melihat VIDEO prosedur tonometri schiotz dan dilaporkan kepada instruktur  Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Benda yang ditaruh pada bola mata (kornea) akan menekan bola mata kedalamdan mendapatkan perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea  Alat : tonometri schiotz dan anestesi lokal (pantocain 0,5% tetes mata)  Pasien diminta tidur terlentang di tempat tidur.  Kedua mata ditetes pantokain 0,5% masing-masing 1 tetes,  Ditunggu sampai pasien tidak merasa perih.  Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dengan ibu jari (jangan tertekan bola mata pasien).  Pasien diminta meletakkan ibu jari tangannya didepan matanya atau pasien melihat ke langit-langit ruang pemeriksaan.  Telapak tonometer schiotz diletakkan dipermukaan kornea.  Setelah telapak tonometri menunjukkan angka yang tetap, dibaca nilai tekanan pada skala busur schiotz yang berantara 0-15  Baca nilai tekanan skala busur schiotz yang berantara 015. Dengan menambahkan beban 7.5 atau 10 gr.  

139 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat



Nilai angka pada skala kemudian diterjemahkan menjadi nilai tekanan bola mata dalam satuan mmHg berdasarkan besar beban yang digunakan. 12. Funduskopi     

Disarankan dilakukan pada ruangan gelap Pasien dan pemeriksa duduk berhadapan dan harus merasa nyaman. Pasien diminta untuk melihat lurus ke depan pada satu objek jauh. Lihat pengaturan oftalmoskop ( cahaya dan kekuatan). Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien, pegang oftalmoskop dengan tangan kanan untuk memeriksa mata kanan pasien.



Letakkan oftalmoskop pada jarak 30 cm dari mata, perhatikan refleks fundus yang dapat dilihat melalui pupil. Atur kekuatan lensa oftalmoskop. Kekuatan lensa oftalmoskop yang tepat menghasilkan bayangan yang jelas dengan memutar turun dari koreksi hipermetropik (plus) tinggi ke rendah Kemudian pegang kelopak mata atas pasien dengan ibu jari tangan kiri, jarijari lainnya memegang dahi pasien. Mata kemudian didekati hingga jarak beberapa sentimeter dan kekuatan lensa disesuaikan dalam arah miopik (minus) untuk mendapatkan fokus retina.



 

140 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

   

 

Pertama temukan lempeng optik, nilailah batasnya (jelas?), nilailah warna lempeng (apakah pucat?), nilailah mangkuk optic Periksa daerah makula, apakah refleks fovea normal (pada orang muda lekukan fovea tampak sebagai cahaya pinpoint terang di tengah retina). Kemudian cek apakah terdapat lesi abnormal seperti perdarahan, eksudat atau cotton wool spot? Kembalilah ke lempeng optik dan ikuti tiap cabang pembuluh darah utama hingga perifer. (Perhatikan apakah diameter pembuluh darah normal, apakah arteri menekan vena di tempat mereka bersilangan (A/V nipping), apakah terdapat emboli di arteriol?) Periksa retina perifer dengan gerakan menyapu 360°, lihat adakah kelainan yang tampak. Periksa mata yang satunya.

G. DAFTAR PUSTAKA  Lynn S. Bickley: Bate's guide to physical examination.  Afzal Mir: Atlas of clinical diagnosis. Ed 2. Elshevier science limited. 2003  Swartz: Textbook of physical diagnosis. Ed 5. Elsevier.2007  Pemeriksaan fisik mata  H. CEKLIS LATIHAN PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI No

Aspek

Umpan Balik

INTERPERSONAL Membina sambung rasa  Salam, Perkenalan diri. 2 Mempersilahkan pasien untuk duduk 3 Inform consent dan meminta persetujuan tindakan CONTENT Menilai Tajam Penglihatan 4 Persilahkan pasien duduk menghadap snellen chart dengan jarak 6 meter. 5 Tunjuk huruf/ angka mulai dari yang paling besar sampai terkecil yang bisa disebutkan pasien 6 Suruh pasien menyebutkan huruf/ angka yang ditunjuk pemeriksa. 1

141 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

25 26 27 28

Edisi Keempat

Catat dan simpulkan tajam penglihatan pasien. Visus normal 6/6. Bila tidak maka 6/60 maka lakukan tes hitung jari, lambaian tangan, dan sinar. Pemeriksaan Penglihatan Warna Minta pasien duduk berhadapan dengan buku tes ishihara di depan Meminta pasien menyebutkan angka, bentuk, pola dll yang ada dalam buku Catat dan simpulkan hasil: NORMAL, buta warna parsial, buta warna total Pemeriksaan Lapang Pandang Metode Konfrontasi Donders Pinta pasien untuk duduk berhadapan Suruh pasien untuk menutup mata kanan dengan tangan kanan. Pemeriksa menutup mata pada sisi yang sama (mata kiri dengan tangan kiri). Suruh pasien memfiksasi matanya (fokus melihat ke mata pemeriksa) Gerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara pemeriksa dan pasien. Gerakan dari luar ke dalam dan. Gerakan dari semua arah Pinta pasien untuk memberikan tanda bila ia mulai melihat jari pemeriksa. Hasilnya adalah dengan membandingkan antara pemeriksa yang dianggap normal dan orang yang diperiksa. Nilai apakah ada defek pada lapang pandang pasien. Lakukan untuk mata yang satunya. Pemeriksaan Gerakan Mata Suruh pasien melihat lurus ke depan. Perhatikan adanya arah yang abnormal pada salah satu mata Kemudian suruh mata pasien untuk mengikuti gerakan jari pemeriksa yang digerakkan ke arah lateral-medial, lateral-medial atas, lateral-medial bawah, bergantian jari tangan kanan dan kiri. Tanyakan adanya penglihatan ganda pada pasien. Perhatikan apakah mata pasien mengikuti gerakan tangan pemeriksa dan perhatikan gerakannya apakah mulus atau kaku Kemudian lakukan tes gerak konvergensi dengan meletakkan jari pemeriksa/pensil/pena di depan wajah pasien. Pinta pasien fokus menatap jari pemeriksa/pensil. Perlahan-lahan dekatkan jari/pensil mendekati wajah pasien (di depan batang hidung). Perhatikan apakah kedua bola mata pasien menyilang sama baik. Normal mata akan konvergensi menatap objek 5-8 cm di depan batang hidung. Penilaian eksternal Mata Inspeksi kelopak mata Inspeksi kelopak mata dengan eversi ke atas Inspeksi bulu mata Inspeksi konjuntiva

142 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

29 Inspeksi sklera 30 Inspeksi orifisium duktus lakrimalis 31 Palpasi limfonosi pre aurikuler (depan tragus) Penilaian Kornea 32 Inspeksi kornea 33 Tes sensitivitas kornea Penilaian pupil 34 Inspeksi Pupil Menilai Reflek Pupil 35 Pinta pasien untuk fokus melihat mata pemeriksa. 36 Dengan menggunakan lampu senter, senter mata kanan pasien, lihat adanya reaksi pada pupil dan ukuran pupil. Normal pupil akan mengecil disebut reflek cahaya langsung 37 Kemudian lihat pupil mata kiri pasien, lihat reaksi yang terjadi. Normal pupil juga akan mengecil yang disebut dengan reflek konsensuil. 38 Suruh pasien melihat jari pemeriksa yang berjarak 10 cm dari mata yang diperiksa. 39 Gerakkan jari pemeriksa mendekati mata kanan pasien. Normal pupil akan mengecil yang disebut akomodasi. 40 Lakukan untuk mata yang satunya. Menilai BMD dan Iris 41 Inspeksi BMD 42 Inspeksi Iris Menilai lensa Mata 43 Inspeksi lensa mata Menilai tekanan intra okular 44 Pinta pasien untuk memejamkan mata atau mata melihat ke bawah 45 Gunakan kedua jari telunjuk dan tengah kedua tangan pemeriksa, letakkan pada kedua bola mata. 46 Tekan bola mata pasien dengan kedua jari secara bergantian 47 Catat dan nilai tekanan intra okular mata pasien. Tekanan dapat diperkirakan dengan pengalaman dan dinilai dengan N, N-1, N-2, N+1, N+2 Pemeriksaan Funduskopi dengan Oftalmoskopi direk 48 Buat pasien senyaman mungkin dengan menjelaskan prosedur kerja. 49 Pasien diminta untuk melihat lurus ke depan pada satu objek jauh. 50 Lihat pengaturan oftalmoskop ( cahaya dan kekuatan). 51 Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien, pegang oftalmoskop dengan tangan kanan untuk memeriksa mata kanan pasien. 52 Letakkan oftalmoskop pada jarak 30 cm dari mata, perhatikan refleks fundus

143 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

yang dapat dilihat melalui pupil. 53 Atur kekuatan lensa oftalmoskop. Kekuatan lensa oftalmoskop yang tepat menghasilkan bayangan yang jelas dengan memutar turun dari koreksi hipermetropik (plus) tinggi ke rendah. 54 Kemudian pegang kelopak mata atas pasien dengan ibu jari tangan kiri, jarijari lainnya memegang dahi pasien. 55 Mata kemudian didekati hingga jarak beberapa sentimeter dan kekuatan lensa disesuaikan dalam arah miopik (minus) untuk mendapatkan fokus retina. 56 Pertama temukan lempeng optik, nilailah batasnya (jelas?), 57 nilailah warna lempeng (apakah pucat?), 58 nilailah mangkuk optic 59 Periksa daerah makula, apakah refleks fovea normal (pada orang muda lekukan fovea tampak sebagai cahaya pinpoint terang di tengah retina). 60 Kemudian cek apakah terdapat lesi abnormal seperti perdarahan, eksudat atau cotton wool spot? 61 Kembalilah ke lempeng optik dan ikuti tiap cabang pembuluh darah utama hingga perifer. (Perhatikan apakah diameter pembuluh darah normal, apakah arteri menekan vena di tempat mereka bersilangan (A/V nipping), apakah terdapat emboli di arteriol?) 62 Periksa retina perifer dengan gerakan menyapu 360°, lihat adakah kelainan yang tampak. 63 Periksa mata yang satunya. PROFESSIONALISM 64 Melakukan dengan penuh percaya diri 65 Melakukan dengan kesalahan minimal

144 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

PEMERIKSAAN RINOOTOLARINGOLOGI dr.Rizki Hanriko, SpPA, dr. Efriyan Imantika, M.Sc., dr. Merry Indah Sari, MMedEd

A.

TEMA Keterampilan pemeriksaan fisik Rino-oto-laringologi.

B.

TUJUAN PEMBELAJARAN:  Mampu melakukan pemeriksaan rino-oto-laringologi  Mampu memilih alat untuk pemeriksaan  Mampu menjelaskan tujuan dan intrepretasi hasil pemeriksaan  Mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pemeriksaan

C.

ALAT DAN BAHAN  Headlamp/ Penlight  Spekulum hidung  THT set

D.

SKENARIO Pagi yang menyebalkan Badu merasa terganggu aktivitasnya. Hidungnya terus mengeluarkan cairan dan ia terkadang bersin hilang timbul. Sudah seminggu ia mengikuti ujian akhir kuliahnya dan baru berakhir minggu depan. Ia merasa cemas karena takut tidak lulus pada ujian kali ini. Ia sudah sering merasakan hal ini dan sekarang ia merasa keluhannya bertambah berat. Obat-obatan yang biasa dipakainya sudah tidak mempan lagi. Hidungnya tersumbat, kepalanya terasa sakit dan penciumannya berbau. Kini ia pergi ke dokter untuk mengkonsultasikan masalahnya.

145 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

E. 1.

Edisi Keempat

DASAR TEORI HIDUNG Hidung terdiri 2 bagian, yaitu: a. Hidung luar yang meliputi 1/3 bagian berupa tulang yaitu tulang hidung (Os. Nasalis) dan 2/3 bagian berupa kartilago.

b. Hidung bagian dalam. Udara yang melewati bagian dalam hidung melalui kedua nares anterior dan vestibulum yang berakhir di nasofaring melaui nares posterior. Vestibulum dilapisi bulu hidung yang merupakan kelanjutan dari kulit hidung luar. Septum nasi yang terdiri dari tulang dan kartilago dan dilapisi mukosa yang banyak vaskularisasinya membagi dua bagian dalam hidung. Dinding lateral hidung terdiri dari sepasang tulang processus frontal Os. Maxillaris yang dilapisi mukosa yang kaya vaskularisasi. Di bagian dalam terdapat 3 buah konka dan disetiap bagian bawahnya terdapat meatus. Duktus lakrimalis memiliki ostium di dalam meatus inferior, sedangkan meatus media menghubungkan hidung ke sinus paranasal. Sinus paranasal merupakan ruang di dalam tulang kepala yang mengandung udara,

146 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

terdiri dari sepasang sinus maksilaris, ethmoidalis, frontalis dan satu sinus sphenoidalis. Fungsi hidung yaitu a. Respirasi, menyaring udara, mengatur temperatur dan menjaga kelembaban udara yang masuk ke paru-paru. b. Indra penciuman, melalui reseptor penciuman di atap hidung. c. Pengucapan, dengan adanya ruang hidung dan sinus paranasal yang mengandung udara sehingga suara dari tenggorokan diresonansikan.

2.

TELINGA

Telinga terdiri dari 3 bagian yaitu: a. Telinga luar yang terdiri dari daun telinga, liang telinga dan gendang telinga. Liang telinga ini 1/3 bagian luar tersusun dari kartilago yang dilapisi kulit berambut dan kelenjar minyak/serumen sedangkan 2/3 terdiri dari tulang dan dilapisi kulit tak berambut yang banyak persarafannya. Gendang telinga berupa membran oblik yang bagian tengahnya terdapat umbo. Refleks cahaya membagi gendang telinga menjadi

147 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

2 bagian yaitu pars tensa dan pars flaccid. Terdiri dari 3 lapisan:kelanjutan dari liang telinga, lapisan tengah dari jaringan penyambung dan epitel dari membran mukosa

cavum timpani.

148 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

b. Telinga tengah yang berisi udara (cavum timpani) dan terdiri dari tulang-tulang pendengaran malleus, incus dan stapes (ossicula auditiva). Telinga tengah berhubungan dengan nasofaring melalui tuba eustachius yang berfungsi untuk menjaga tekanan udara antara telinga tengah dengan dunia luar. c. Telinga dalam yang terdiri dari 1)Labirin osseus yang terdirii dari vestibulum, kanalis semisirkularis dan koklea dimana terdapat perilimf yang dihubungkan dengan ruang subarahnoid oleh canalis aquaductus koklearis. 2)Labirin membranus yang terdiri dari sacculus dan utriculus, terdapat endolimf dan dipisahkan dari labirin osseus oleh perilimf.

Fungsi telinga yang utama yaitu sebagai organ pendengaran melalui 2 fase: mekanik dan elektrik. Fase mekanik dimulai dengan ditangkapnya gelombang suara yang akan menggetarkan gendang telinga dan dikonduksikan ke tulang pendengaran diteruskan ke vestibulum perilimf. Kemudian skala media yang berisi endolimf juga bergetar yang akan merangsang sel rambut di organ corti. Fase elektrik mulai dengan getaran sel rambut sehingga timbul impuls saraf yang akan diteruskan ke pusat pendengaran di otak.

Telinga juga berfungsi sebagai keseimbangan statik dan kinetik tubuh yang diatur oleh kanal vestibuli yang terdiri dari canalis semisircularis, sacculus dan utriculus.

3.

LARINGOSKOPI INDIREK Pemeriksaan laringoskopi dilakukan pada pasien dengan penyakit yang melibatkan hipofaring atau laring seringkali mengeluhkan satu atau lebih gejala dibawah ini:suara serak, batuk, kesulitan menelan (disfagia) dan merasa ada massa, rasa penuh, pembengkakan atau benda asing.

Laringoskopi indirek, berarti melihat laring secara tidak langsung melalui cermin di dalam faring. Cermin tersebut disinari dengan cahaya. Keadaan laring pada cermin terlihat dari bayangan yang dipantulkan dari cermin.

149 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

Syarat-syarat yang harus dipenuhi: a. Diperlukan jalan yang lebar untuk cahaya yang dipantulkan oleh cermin dari faring ke laring sehingga lidah harus dikeluarkan agar pangkal lidah yang menutup jalan itu bergerak ke ventral b. Diperlukan tempat yang luas untuk cermin dan tidak boleh ditutup oleh uvula sehingga penderita diminta bernafas dari mulut agar uvula bergerak keatas dengan sendirinya dan menutup jalan ke nasofaring

F. 1.

PROSEDUR Pemeriksaan hidung  Persilahkan pasien untuk duduk.  Periksa morfologi hidung dengan inspeksi dan palpasi permukaan depan, samping dan bawah hidung dengan tujuan melihat sebagian dalam hidung.  Pegang spekulum hidung dengan ibu jari, telunjuk dan jari tengah tangan yang berlawanan dengan hidung yang diperiksa. Jari kelingking untuk menjaga kenyamanan dengan pasien.  Inspeksi bagian dalam hidung dengan menggunakan spekulum hidung. Tengadahkan kepala pasien kebelakang dan masukkan spekulum melalui lubang hidung, jangan terkena septum nasal.  Lakukan pemeriksaan bagian dalam hidung dengan panduan spekulum melalui lubang hidung depan (nares anterior) sehingga tampak septum nasii, konka inferior dan media. Observasi mukosa hidung dan septum apakah ada kelainan.  Lakukan palpasi sinus frontalis dengan menekan daerah sinus di bawah kedua alis dengan menggunakan kedua ibu jari.  Lakukan palpasi sinus maksilaris dengan menekan daerah sinus di bawah prosesus zigomatikus.

150 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

2. 3.

Edisi Keempat

Pemeriksaan Telinga  Inspeksi dan palpasi daun telinga kanan dan jaringan sekitarnya apakah terlihat deformitas, benjolan atau lesi kulit.  Pegang daun telinga keatas atau kebawah atau tekan tragus atau tekan perlahan tepat dibelakang telinga. Perhatikan jika tampak cairan atau ada tidaknya nyeri telinga,  Untuk melihat liang telinga dan gendang telinga gunakan otoskop dengan spekulum telinga terbesar sehingga gendang telinga dapat terlihat.  Tegakkan kepala pasien, pegang daun telinga dan tarik keatas dan kebawah dengan lembut menjauhi kepala sehingga liang telinga terlihat jelas.

151 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

 Pegang otoskop dengan tangan kanan antara ibu jari dan jari telunjuk, jari lainnya menahan wajah pasien (untuk pemeriksaan yang nyaman dan lege artis pemeriksaan telinga kanan, maka otoskop dipegang dengan tangan kanan dan sebaliknya).  Masukkan spekulum perlahan ke liang telinga arahkan keatas dan kebawah, perhatikan adakah cairan, benda asing, pembengkakan atau kemerahan pada kulitnya.  Perhatikan gendang telinga, lihat warna dan permukaannya, perhatikan refleks cahaya, bagian Pars tensa dan Pars flaccida.  Lanjutkan pemeriksaan untuk telinga yang sebelah.

4.

Laringoskopi Indirek  Persilahkan pasien untuk duduk tegak dan agak membungkuk ke depan dengan posisi leher sedikit fleksi pada dada dan kepala ekstensi (seperti mendorong dagu ke arah pemeriksa).  Pinta pasien untuk membuka mulut dan menjulurkan lidahnya.  Pegang lidah pasien dan pertahankan dengan jari-jari tangan kiri (ibu jari di atas lidah, jari tengah di bawah lidah dan jari telunjuk menekan pipi/ bibir) menggunakan sepotong kasa dengan tenaga yang optimal.  Punggung cermin laring no.4 dihangatkan di atas lampu alkohol atau menggunakan cairan anti kabut.  Periksa suhu cermin laring dengan meletakkan punggung cermin pada punggung tangan pemeriksa sampai panas hilang.  Cermin dipegang dengan tangan kanan seperti memegang pensil dengan arah cermin ke bawah  Cermin dimasukkan ke dalam faring

152 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

 Posisikan cermin di depan uvula, menempel pada palatum molle elanjutnya angkat cermin ke atas secara hati-hati, sehingga tampak hipofaring dan laring. Dengan mengangkat cermin keatas maka akan terhindar dari menyentuh lidah dan faring posterior yang akan mengaktifkan reflex muntah  Pemeriksaan tidak boleh tergesa-gesa dan harus sistematis mulai pangkal lidah terus ke bawah dengan meminta pasien mengucapkan ―eeee‖ sehingga gerakan pita suara dan tulang rawan aritenoid dapat dinilai.

153 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

G. DAFTAR PUSTAKA  Lynn S. Bickley: Bate's guide to physical examination.  Tony R. bull: color atlas of ENT diagnosis. Ed 4. Thieme. 2003  Swartz: Textbook of physical diagnosis. Ed 5. Elsevier.2007  Afzal Mir: Atlas of clinical diagnosis. Ed 2. Elshevier science limited. 2003  Burnside-Mc Glynn: Adams Diagnosis Fisik. Edisi 17. EGC. Jakarta: 1995

H. CEKLIS LATIHAN PEMERIKSAAN RINO-OTO-LARINGOLOGI No Aspek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Umpan Balik

INTERPERSONAL Membina sambung rasa  Salam dan perkenalan diri, kontak mata yang sewajarnya Mempersilahkan pasien untuk duduk Inform consent dan meminta persetujuan tindakan CONTENT Pemeriksaan Hidung Inspeksi dan palpasi permukaan depan. Inspeksi dan palpasi permukaan samping hidung. Inspeksi dan palpasi bagian bawah hidung. Pegang spekulum hidung dengan ibu jari, telunjuk dan jari tengah tangan yang berlawanan dengan hidung yang diperiksa. Jari kelingking untuk menjaga kenyamanan dengan pasien. Tengadahkan kepala pasien ke belakang dan masukkan spekulum melalui lubang hidung, jangan terkena septum nasal. Lakukan pemeriksaan bagian dalam hidung dengan panduan spekulum melalui lubang hidung depan (nares anterior) sehingga tampak septum nasii, konka inferior dan media. Observasi mukosa hidung dan septum apakah ada kelainan. Lakukan palpasi sinus frontalis dengan menekan daerah sinus di bawah kedua alis dengan menggunakan kedua ibu jari. Lakukan palpasi sinus maksilaris dengan menekan daerah sinus di bawah prosesus zigomatikus. Pemeriksaan Telinga Inspeksi dan palpasi daun telinga kanan dan jaringan sekitarnya apakah terlihat deformitas, benjolan atau lesi kulit. Pegang daun telinga ke atas atau ke bawah atau tekan tragus atau tekan perlahan tepat di belakang telinga. Perhatikan jika tampak cairan atau ada

154 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

15 16 17 18 19 20

21 22

23 24 25 26 27 28

29

30 31

Edisi Keempat

tidaknya nyeri telinga, Tegakkan kepala pasien, pegang daun telinga dan tarik ke atas dan ke bawah dengan lembut menjauhi kepala sehingga liang telinga terlihat jelas. Pegang otoskop dengan tangan kanan antara ibu jari dan jari telunjuk, jari lainnya menahan wajah pasien. Masukkan spekulum perlahan ke liang telinga arahkan keatas dan kebawah, perhatikan adakah cairan, benda asing, pembengkakan atau kemerahan pada kulitnya. Perhatikan gendang telinga, lihat warna dan permukaannya, perhatikan refleks cahaya, bagian Pars tensa dan Pars flaccida. Lanjutkan pemeriksaan untuk telinga yang sebelah. Laringoskopi Indirek Persilahkan pasien untuk duduk tegak dan agak membungkuk ke depan dengan posisi leher sedikit fleksi pada dada dan kepala ekstensi (seperti mendorong dagu ke arah pemeriksa). Pinta pasien untuk membuka mulut dan menjulurkan lidahnya. Pegang lidah pasien dan pertahankan dengan jari-jari tangan kiri (ibu jari di atas lidah, jari tengah di bawah lidah dan jari telunjuk menekan pipi/ bibir) menggunakan sepotong kasa dengan tenaga yang optimal. Punggung cermin laring no.4 dihangatkan di atas lampu alkohol atau menggunakan cairan anti kabut. Periksa suhu cermin laring dengan meletakkan punggung cermin pada punggung tangan pemeriksa sampai panas hilang. Cermin dipegang dengan tangan kanan seperti memegang pensil dengan arah cermin ke bawah Cermin dimasukkan ke dalam faring Posisikan cermin di depan uvula, menempel pada palatum molle Selanjutnya angkat cermin ke atas secara hati-hati, sehingga tampak hipofaring dan laring. Hindari menyentuh lidah dan faring posterior yang akan mengaktifkan reflex muntah. Pemeriksaan tidak boleh tergesa-gesa dan harus sistematis mulai pangkal lidah terus ke bawah dengan meminta pasien mengucapkan “eeee” sehingga gerakan pita suara dan tulang rawan aritenoid dapat dinilai. PROFESSIONALISM Melakukan dengan penuh percaya diri Melakukan dengan kesalahan minimal

155 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

TES FUNGSI SISTEM SENSORIS dr. Rizki Hanriko, Sp.PA

A. TEMA Keterampilan pemeriksaan fisik fungsi sistem sensoris B. TUJUAN PEMBELAJARAN  Mampu melakukan pemeriksaan fungsi sistem sensoris  Mampu memilih metode untuk pemeriksaan  Mampu menjelaskan tujuan dan intrepretasi hasil pemeriksaan  Mampu melakukan penalaran klinik terhadap hasil pemeriksaan C. ALAT DAN BAHAN  Kapas  Peniti  Garpu tala  Pensil  Koin 500  Korek kuping D. SKENARIO POLINEUROPATI

Seorang laki-laki datang kepada saudara dengan keluhan sekujur tubuh sering gatal-gatal. Beberapa hari ini kaki dan tangannya terasa kesemutan dan hilang rasa. Dari riwayat penyakit dahulu didapatkan bahwa pasien sering mengkonsumsi alkohol dan pernah melakukan pemeriksaan laboratorium gula darah. Anda kemudian melakukan tes fungsi sensori pada pasien ini.

156 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

E.

Edisi Keempat

DASAR TEORI Untuk mengevaluasi sistem sensoris, ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan sesuai jalur yang terkena, yaitu 1. Tes rasa nyeri dan suhu (traktus spinotalamicus) 2. Tes posisi dan vibrasi ( kolumna posterior) 3. Tes sentuhan halus ( kedua jalur) 4. Sensasi diskriminasi yang melibatkan korteks serebri.

Pada pasien tanpa gejala atau tanda kelainan neurologis, pemeriksaan fungsi sensoris dapat dilakukan secara cepat pada distal jari tangan dan kaki. Pemeriksa dapat memilih untuk melakukan tes sentuhan halus, rasa nyeri dan vibrasi. Jika didapatkan hasil yang normal, maka sisa tes yang lain tidak diperlukan. Akan tetapi jika didapatkan gejala atau tanda yang menunjukkan adanya kelainan neurologis, pemeriksaan harus dilakukan semua. Pemeriksaan harus membandingkan masing-masing sisi, distal dan proksimal. Kelainan neurologis biasanya menimbulkan defisit sensoris yang pertamakali terlihat di distal dibandingkan proksimal.

Nervus medianus adalah saraf utama yang mempersarafi tangan, karena mempersarafi permukaan palmar jari-jari tangan yang merupakan bagian tangan yang umumnya digunakan untuk meraba. Nervus ulnaris dan nervus radialis menyuplai sensasi pada permukaan tangan seperti terlihat pada gambar di sebelah.

157 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

F.

Edisi Keempat

PROSEDUR 1. Persiapan  Persilahkan pasien untuk duduk di bed menghadap pemeriksa yang berada pada posisi berdiri.  Apa yang akan dilakukan dan apa respon yang harus pasien lakukan.  Selama tes mata pasien dalam posisi tertutup, kecuali saat tertentu kita pinta membuka mata. 2. Tes Sentuhan Halus  Siapkan kapas kemudian sentuhkan secara halus kapas ke dorsum salah satu jari tangan dari distal ke proksimal.  Pinta pasien menyebutkan di mana posisi sensasi yang dirasakan  Kemudian sentuhkan secara halus ujung kapas ke permukaan salah satu jari kaki dari distal ke proksimal.  Pinta pasien menyebutkan di mana posisi sensasi yang dirasakan  Jika sensasi yang dirasakan normal, lanjutkan ke tes berikutnya.

158 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

 Jika sensasi tidak dirasakan, teruskan menyentuh ke arah proksimal sampai sensasi dirasakan. Catat sampai dermatom mana sensasi tersebut mulai dirasakan.

3. Tes Rasa Nyeri  Gunakan benda tajam dan tumpul, kali ini peniti  Sentuhkan ujung tajam dan tumpul secara acak pada punggung tangan secara halus, hindari melukai atau menyakiti pasien.  Tanyakan apakah yang disentuhkan tajam atau tumpul. Orang normal bisa membedakan sensasi tajam-tumpul. Bila tidak dapat membedakan, teruskan tes ke arah proksimal tangan.  Lakukan pada kedua tangan.  Lanjutkan tes ke punggung kaki kanan dan kiri.  Jangan menggunakan peniti yang sama untuk orang lain.

159 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

4. Tes Vibrasi  Gunakan garpu tala 128 Hz, getarkan dengan memukulkannya ke tumit tangan.  Letakkan garpu tala diatas sendi interfalanx distal jari telunjuk pasien.  Tanyakan apa yang dirasakan pasien. Normal akan merasakan getaran, bila tidak teruskan tes ke sendi yang lebih proksimal.  Lakukan pada kedua tangan  Kemudian getarkan lagi garpu tala, letakkan di atas sendi interfalanx distal jempol kaki.  Tanyakan apa yang dirasakan pasien. Normal akan merasakan getaran, bila tidak teruskan tes ke sendi yang lebih proksimal.  Lakukan pada kedua kaki.

160 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

5. Tes Posisi  Pegang lateral palanx distal jari tengah tangan pasien dengan jempol dan telunjuk tangan pemeriksa , jempol dan telunjuk tangan lain memegang palanx intermedia.  Gerakkan palanx distal pasien ke atas dan ke bawah sambil diberitahu kepada pasien bahwa ini ke atas, ini ke bawah (mata pasien terbuka)  Kemudian suruh pasien memejamkan mata kembali.  Gerakkan palanx distal sambil tanyakan ke pasien kemana palanx tersebut kita gerakkan. Normal bisa mengetahui kemana gerakan, bila tidak lanjutkan ke sendi yang lebih proksimal.  Lakukan pada kedua tangan.  Lanjutkan pada jempol kedua kaki.

161 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

6. Tes sensasi diskriminatif a. Stereognosis  Letakkan objek yang sudah dikenal oleh pasien seperti koin 500, peniti, pensil dan korek kuping.  Taruh salah satu objek ke tangan pasien.  Dengan mata terpejam minta pasien merasakan objek, minta dia menyebutkan objek yang dirasakan.  Minta pasien menyebutkan dan menyebutkan bagian spesifik (misal, bagian angka dan bagian garuda pada koin 500; kepala dan batang korek kuping, kepala dan ekor peniti dll) b. Identifikasi Nomor  Dalam keadaan mata tertutup, tuliskan dengan ujung pensil yang tumpul sebuah angka paada telapak tangan pasien  Minta pasien menyebutkan angka yang dituliskan. Normal bisa mengetahui angka yang dituliskan, abnormal dapat diakibatkan motor impairment, arthritis dll.

162 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

c. Diskriminasi 2 titik  Gunakan 2 peniti, pegang dengan rapat.  Sentuhkan kedua ujung tajam peniti pada ujung jari jari tengah tangan pasien pada satu titik lokasi.  Minta pasien menyebutkan apakah yang dirasakan satu atau dua titik sentuhan. Normal bisa membedakan satu atau dua titik sentuhan. Bila tidak dapat dirasakan, perlebar jarak kedua titik sentuhan sampai pasien bisa merasakan.

d. Titik Lokasi  Sentuh pasien pada sembarang titik lokasi dengan telunjuk.  Pinta pasien membuka mata dan menunjukkan di mana lokasi yang pemeriksa barusan sentuh.  Pinta pasien memejamkan mata kembali.

163 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat



Kemudian sentuh pasien pada dua titik lokasi berbeda dan berlawanan secara bersamaan. Misalnya pada pipi kiri dan lengan kanan. Tanyakan kepada pasien di mana letak titik lokasi sentuhan.Orang normal dapat mengetahui posisi sentuhan. Kelainan yang disebut extiction phenomenon, tidak dapat membedakan sisi mana yang disentuh( misal, tidak mengetahui pipi kiri dan lengan kanan tapi pipi dan lengan kanan atau pipi dan lengan kiri). Kelainan ini disebabkan gangguan pada lobus temporal.



G. DAFTAR PUSTAKA  Lynn S. Bickley: Bate's guide to physical examination.  Swartz: Textbook of physical diagnosis. Ed 5. Elsevier.2007  Afzal Mir: Atlas of clinical diagnosis. Ed 2. Elshevier science limited. 2003  Burnside-Mc Glynn: Adams Diagnosis Fisik. Edisi 17. EGC. Jakarta: 1995

164 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

Edisi Keempat

H. CEKLIS LATIHAN No

1

2 3

4 5 6 7 8 9

10

11

12

Aspek

Umpan Balik

INTERPERSONAL Membina sambung rasa  Salam dan perkenalan diri.  Sikap terbuka dan ramah.  Kontak mata sewajarnya. Persilahkan pasien untuk duduk di bed menghadap pemeriksa yang berada pada posisi berdiri. Jelaskan apa yang akan dilakukan dan apa respon yang harus pasien lakukan. Selama tes mata pasien dalam posisi tertutup, kecuali saat tertentu kita pinta membuka mata. CONTENT Tes Sentuhan Halus Siapkan kapas kemudian sentuhkan secara halus kapas ke dorsum satu jari tangan dari distal ke proksimal. Pinta pasien menyebutkan di mana posisi sensasi yang dirasakan Kemudian sentuhkan secara halus ujung kapas ke permukaan salah satu jari kaki dari distal ke proksimal. Pinta pasien menyebutkan di mana posisi sensasi yang dirasakan Jika sensasi yang dirasakan normal, lanjutkan ke tes berikutnya. Jika sensasi tidak dirasakan, teruskan menyentuh ke arah proksimal sampai sensasi dirasakan. Catat sampai dermatom mana sensasi tersebut mulai dirasakan. Tes Rasa Nyeri Gunakan benda tajam dan tumpul, kali ini peniti. Sentuhkan ujung tajam dan tumpul secara acak pada punggung tangan secara halus, hindari melukai atau menyakiti pasien. Tanyakan apakah yang disentuhkan tajam atau tumpul. Orang normal bisa membedakan sensasi tajam-tumpul. Bila tidak dapat membedakan, teruskan tes ke arah proksimal tangan. Lakukan pada kedua tangan.

165 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

13 14 15 16 17 18 19 20

21

22 23 24

25 26

27

28 29

Edisi Keempat

Lanjutkan tes ke punggung kaki kanan dan kiri. Tes Vibrasi Gunakan garpu tala 128 Hz, getarkan dengan memukulkannya ke tumit tangan. Letakkan garpu tala diatas sendi interfalanx distal jari telunjuk pasien. Tanyakan apa yang dirasakan pasien. Normal akan merasakan getaran, bila tidak teruskan tes ke sendi yang lebih proksimal. Lakukan pada kedua tangan Kemudian getarkan lagi garpu tala, letakkan di atas sendi interfalanx distal jempol kaki. Tanyakan apa yang dirasakan pasien. Normal akan merasakan getaran, bila tidak teruskan tes ke sendi yang lebih proksimal. Lakukan pada kedua kaki. Tes Posisi Pegang lateral palanx distal jari tengah tangan pasien dengan jempol dan telunjuk tangan pemeriksa , jempol dan telunjuk tangan lain memegang palanx intermedia. Gerakkan palanx distal pasien ke atas dan ke bawah sambil diberitahu kepada pasien bahwa ini ke atas, ini ke bawah (mata pasien terbuka) Kemudian suruh pasien memejamkan mata kembali. Gerakkan palanx distal sambil tanyakan ke pasien kemana palanx tersebut kita gerakkan. Normal bisa mengetahui kemana gerakan, bila tidak lanjutkan ke sendi yang lebih proksimal. Lakukan pada kedua tangan. Lanjutkan pada jempol kedua kaki. Tes Sensasi Diskriminasi Stereognosis Letakkan objek yang sudah dikenal oleh pasien seperti koin 500, peniti, pensil dan korek kuping. Taruh salah satu objek ke tangan pasien. Dengan mata terpejam minta pasien merasakan objek, minta dia menyebutkan objek yang dirasakan. Minta pasien menyebutkan dan menyebutkan bagian spesifik (misal, bagian angka dan bagian garuda pada koin 500; kepala dan batang korek kuping,

166 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016

CSL Semester 3

30 31 32

33

34 35 36 37 38

39 40

Edisi Keempat

kepala dan ekor peniti dll) Identifikasi Nomor Dalam keadaan mata tertutup, tuliskan dengan ujung pensil yang tumpul sebuah angka paada telapak tangan pasien Minta pasien menyebutkan angka yang dituliskan. Diskriminasi 2 titik Gunakan 2 peniti, pegang dengan rapat. Sentuhkan kedua ujung tajam peniti pada ujung jari jari tengah tangan pasien pada satu titik lokasi. Minta pasien menyebutkan apakah yang dirasakan satu atau dua titik sentuhan. Perlebar jarak kedua titik sentuhan sampai pasien bisa merasakan. Posisi Sentuh pasien pada sembarang lokasi dengan telunjuk. Pinta pasien membuka mata dan menunjukkan di mana lokasi yang pemeriksa barusan sentuh. Pinta pasien memejamkan mata kembali. Sentuh pasien pada dua lokasi berbeda dan berlawanan secara bersamaan. Misalnya pada pipi kiri dan lengan kanan. Tanyakan kepada pasien di mana letak sentuhan. PROFESSIONALISM Melakukan dengan penuh percaya diri Melakukan dengan kesalahan minimal

167 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2016