DAMPAK KEGIATAN CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY (CSR)

Download Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 21 No. 2, Agustus ... melihat sustainability program CSR PT Telkom dari sisi kapasitas masyarakat...

0 downloads 415 Views 376KB Size
Nurantono Setyo Saputro Dampak Kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) PT. Telkom terhadap Kemampuan Masyarakat dalam Mengakses Sumber Daya di Kawasan Punclut Bandung Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 21 No. 2, Agustus 2010, hlm. 129 – 146

DAMPAK KEGIATAN CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT TELKOM TERHADAP KEMAMPUAN MASYARAKAT DALAM MENGAKSES SUMBER DAYA DI KAWASAN PUNCLUT BANDUNG Nurantono Setyo Saputro Pabrik Kaos Indonesia Jalan Bojong Koneng Nomor 24 Bandung Email: [email protected]

Abstrak Corporate Sosial Responsibility (CSR) belum bisa memberikan kontribusi yang cukup signifikan, karena program CSR masih terbatas pada realisasi program charity yang belum mampu memberdayakan masyarakat miskin. Artikel ini bertujuan untuk melihat sustainability program CSR PT Telkom dari sisi kapasitas masyarakat dalam mengakses sumber daya. Metode pengumpulan data dalam artikel ini adalah dengan melakukan wawancara. Teknik sampling yang dilakukan untuk menentukan responden adalah purposive sampling dengan pendekatan snowball atau chain sampling, proses analisis yang dilakukan ialah bersifat induktif. Hasil dari artikel ini menunjukkan bagaimana dampak dari kegiatan CSR yang dilakukan oleh PT Telkom di Kota Bandung terhadap kemampuan masyarakat Kawasan Punclut untuk mengakses sumber daya dengan melihat perbandingan sebelum dan sesudah kegiatan CSR dari PT Telkom. Di samping itu, di dalam artikel ini akan dilakukan pembahasan mengenai pembelajaran yang diperoleh warga di Kawasan Punclut terhadap berbagai kegiatan yang pernah dilaksanakan dengan berbagai pihak termasuk dengan PT Telkom dalam mengakses berbagai sumber daya yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sendiri. Kata Kunci: Corporate Sosial Responsibility (CSR), pemberdayan, sumber daya, Kawasan Punclut Bandung

Abstract Corporate Social Responsibility (CSR) has not been able to contribute significantly, because the CSR program is limited to the realization of the charity program that has not been able to empower the poor. This article aims to look at PT Telkom CSR program sustainability in terms of people's capacity to access resources. Data collection methods in this article are interviews. Sampling techniques to determine the respondent is purposive sampling with snowball or chain sampling approach, the analysis process is inductive. The results of this article show how the impact of CSR activities by PT Telkom Bandung to Punclut Region Community ability to access resources with comparison of before and after the PT Telkom CSR activities. In addition, this article will be discussed about things that earned by residents in Punclut Area from variety of activities with PT Telkom that provide the ability development of communities to access resources which can be used to meet the needs of the community itself Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), empowerment, resources, Punclut Bandung Area

menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Suhandari, Kompas 2007). Kompleksitas permasalahan sosial yang semakin rumit dalam dekade terakhir dan implementasi desentralisasi telah menempatkan CSR sebagai suatu konsep yang

1. Pendahuluan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan 129

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

diharapkan mampu memberikan alternatif terobosan baru dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Sejarah pembangunan ekonomi di Indonesia yang diyakini telah mencapai tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi, ternyata masih menyisakan permasalahan socsial yang cukup serius. Dalam keterbatasan peranan negara menyelesaikan permasalahan sosial, desentralisasi sebagai wujud pengakuan pada sektor privat telah memberi peluang yang cukup besar bagi sektor tersebut untuk menyumbangkan resources yang dimilikinya guna menyelesaikan permasalahan sosial tersebut. Dengan demikian, era desentralisasi merupakan momentum yang relevan bagi realisasi program CSR sebagai wujud keterlibatan sektor privat dalam memberdayakan masyarakat miskin sehingga mereka terlepas dari permasalahan sosial yang mereka hadapi. Dari sudut pandang perencanaan wilayah dan kota, penggabungan pelaksanaan teori community development dengan konsep CSR merupakan konsep yang baik untuk pelibatan masyarakat-swasta dalam pembangunan. Walaupun dalam hal ini kegiatan CSR dari suatu perusahaan adalah suatu strategi bisnis yang memiliki tujuan-tujuan tertentu yang memiliki manfaat untuk perusahaan dan program community development pada umumnya memiliki tujuan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat, namun pemerintah harus dapat memanfaatkan dan mengarahkan kegiatan CSR perusahaan tersebut untuk kepentingan bersama. Hal ini akan sangat menarik untuk dikaji karena hingga saat ini belum terdapat standar baku untuk implementasi, mekanisme pelaporan, dan proses verifikasi CSR yang dapat berguna sebagai panduan di Indonesia.

Sebagai kontribusi kepada masyarakat dan wujud tanggung jawab sosial, PT Telkom menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) yang dalam hal ini adalah masyarakat. Berdasarkan Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor: KD. 41/PR000/SDM-20/2006 tentang Telkom Corporate Social Responsibilities, dalam memenuhi harapan stakeholder tersebut, PT Telkom melaksanakan CSR sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan yang dalam pelaksanaannya mencakup ke dalam tiga aspek keberlanjutan (sustainability), yaitu: ekonomi, sosial, dan lingkungan. PT Telkom meyakini bahwa pelestarian lingkungan termasuk perubahan iklim global adalah salah satu kepedulian utama pada saat ini. Hal itu tidak saja untuk kepentingan generasi mendatang, tetapi juga untuk kepentingan usaha PT Telkom sendiri. Sebagai konsekuensi pertumbuhan bisnis, pemakaian energi di PT Telkom tentu akan meningkat. Ini adalah salah satu dampak operasi PT Telkom terhadap lingkungan. Oleh karena itu, pihak manajemen PT Telkom menyadari bahwa peran PT Telkom dalam meningkatkan efisiensi pemakaian energi harus mendapatkan prioritas yang tinggi. Penerapan CSR sudah semakin digalakkan oleh beberapa perusahaan dalam beberapa tahun belakangan ini di Indonesia. Karena pengertian dan lingkup CSR yang sangat beragam akhirnya perusahaan mencoba dengan caranya sendiri untuk menyelaraskan semua tuntutan yang timbul. Selain itu, adanya anggapan bahwa program CSR yang kurang mengembangkan kapasitas masyarakat dan meningkatkan ketergantungan masyarakat terhadap pihak lain sehingga berdampak pada sustainability program ini dalam jangka panjang. Setelah melihat gambaran umum

130

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

mengenai CSR di Indonesia, studi kali ini bertujuan untuk meninjau sustainability program CSR PT Telkom dari sisi kapasitas masyarakat dalam mengakses sumber daya. Dalam artikel ini pembahasan artikel dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama membahas tentang latar belakang artikel dan fokus atau tujuan yang akan dicapai dalam artikel ini. Bagian kedua merupakan tinjauan literatur mengenai pengembangan masyarakat dalam pelaksanaan CSR. Bagian ketiga merupakan pembahasan utama yang secara umum membahas dampak pelaksanaan CSR PT Telkom di Kota Bandung terhadap kemampuan masyarakat Kawasan Punclut dalam mengakses sumber daya. Di bagian terakhir akan disimpulkan hasil dari studi yang terdapat dalam artikel ini berikut dengan rekomendasi yang diusulkan. 2. Pengembangan Masyarakat Pelaksanaan CSR

dalam

Menurut Chaskin (2001), yang dimaksud dengan kapasitas komunitas ialah interaksi antara sumber daya manusia, organisasi, dan modal sosial yang ada di dalam komunitas yang bisa digunakan secara khusus untuk menyelesaikan masalah secara kolektif dan meningkatkan atau mempertahankan kebaikan komunitas tersebut. Hal tersebut bisa berlangsung baik melalui proses informal maupun proses yang terencana (Chaskin, 2000). Dalam upaya pengembangan masyarakat, terdapat ciri-ciri atau indikator yang menunjukkan terjadinya upaya pengembangan masyarakat tersebut seperti yang diungkapkan oleh Chaskin (2001), yaitu: a sense of community (rasa memiliki terhadap komunitas); a level of commitment (tingkat komitmen); the ability to solve problems

(kemampuan untuk memecahkan masalah); dan access to resources (akses kepada sumber daya). Adapun pembahasan mengenai indikator upaya pengembangan masyarakat pada artikel kali ini lebih ditekankan pada indikator ketiga, yaitu akses masyarakat terhadap sumber daya, terutama setelah tidak adanya intervensi program dari PT Telkom. Sumber daya merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan kapasitas masyarakat. Chaskin (1999) berpendapat bahwa terdapat dua penekanan yang harus diperhatikan pada indikator ini yakni : (1) penggunaan sumber daya dapat diperoleh baik dari dalam komunitas (internal) maupun dari luar komunitas (eksternal); dan (2) akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan oleh komunitas itu sangat beragam. Karena karaktersitiknya yang berbeda tersebut, maka perolehan sumber daya komunitas dapat dipandang dalam perspektif yang luas maupun secara lebih sempit. Dalam perspektif yang luas, perolehan sumber daya komunitas ditentukan oleh suatu sistem ekonomi-sosial yang luas (makrostruktural), misalnya seperti kebijakankebijakan yang dibuat oleh pemerintah baik pusat atau daerah sehingga hal tersebut dirasa sangat jauh dari jangkauan komunitas tersebut (Jargowsky, 1997 dalam Chaskin, 1999). Dalam perspektif yang lebih sempit, sumber daya komunitas dapat diperoleh dalam lingkup yang lebih mikro seperti dalam lingkungan komunitas itu sendiri terdapat sumber daya yang berupa keterampilan penduduk, pengetahuan lokal, komitmen terhadap kegiatan asosiasi lingkungan, dan pelayanan lokal dari suatu lembaga yang dilakukan untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan kapasitas masyarakat (Kretzman dan McKnight, 1993 dalam Chaskin, 1999).

131

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

Dalam artikel ini, perolehan sumber daya masyarakat dihipotesiskan diperoleh melalui CSR, yang menurut Kretzman dan McKnight (1993) dalam Chaskin (1999) adalah termasuk ke dalam pelayanan lokal dari suatu lembaga yang dilakukan untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan kapasitas masyarakat. Dengan adanya sumber daya tersebut, masyarakat dapat memanfaatkannya untuk berbagai kepentingan dengan cara yang berbeda-beda walaupun dalam tahap awal hanya dimulai dengan memanfaatkan pihak yang bekerjasama dengan masyarakat untuk membukakan akses ke berbagai sumber daya potensial yang masyarakat belum mengetahuinya sebelumnya. Seiring dengan berjalannya proses, masyarakat semakin banyak menimba pelajaran dan pengalaman dari interaksi dengan berbagai pihak tersebut, masyarakat akan semakin mampu memilih dan memilah berbagai pihak dan sumber daya yang potensial untuk bisa dimanfaatkan sebagai mitra kerjasama dalam program-program berikutnya. 2.1 Community Development Perusahaan Community Development perusahaan menurut Nigam (1999) dalam Duya (2007) dipandang sebagai suatu upaya pengembangan masyarakat yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, pendidikan, keahlian, kesehatan, keadaan lingkungan, dan kesejahteraan bagi penduduk yang tinggal dekat dan/atau dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan tersebut. Community Development yang dijalankan oleh perusahaan, merupakan tanggungjawab sosial dan moral terhadap masyarakat yang ada di sekitar lokasi usaha (Jalal, Sukada, dan Wibowo, 2004).

pengembangan masyarakat yang dilakukan telah memadai, maka diperlukan adanya pengukuran keberhasilan melalui indikator terukur (Jalal, Sukada, dan Wibowo, 2004). Menurut Duya (2007), hasil yang diharapkan dari dilakukannya kegiatan community development tersebut adalah : (1) pembangunan komunitas yang mandiri secara ekonomi dan demokratis secara sosial; (2) masyarakat terberdaya untuk mengambil keputusan dan melakukan tindak sosial; (3) meningkatnya kualitas kehidupan dari masyarakat; dan (4) perusahaan secara umum diterima keberadaannya di tengah-tengah masyarakat karena memiliki tanggung jawab dan komitmen secara sosial. 2.2 Konsep dan Definisi Corporate Social Responsibility CSR merupakan suatu upaya kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan kualitas kehidupan bagi komunitas atau para stakeholder di sekitar lingkungan perusahaan baik secara internal maupun eksternal (Yulianita, 2008). Yulianita (2008) juga berpendapat bahwa kegiatan CSR dilakukan untuk dapat merespon keadaan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar yang tidak hanya dinikmati atau dimanfaatkan oleh lingkungan sekitar yang menjadi sasaran saja tetapi juga perusahaan tersebut akan menerima manfaaat atas kegiatan yang mereka lakukan tersebut khususnya dalam penciptaan, peningkatan, dan pemeliharaan citra perusahaan di mata masyarakat. Pada dasarnya program CSR dari suatu perusahaan dapat dikategorikan dalam tiga bentuk seperti berikut (Famiola dan Rudito, 2007).

Untuk mempertanggungjawabkan investasi sosial yang diberikan oleh perusahaan dan mengetahui bahwa kinerja program

132

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

(1) Publik Relations Usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan yang biasanya berbentuk kampanye yang tidak terkait sama sekali dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Bentuk ini lebih ditekankan pada penanaman persepsi tentang perusahaan dengan mengadakan kegiatan-kegiatan sosial maka akan tertanam dalam image masyarakat bahwa perusahaan tersebut banyak melakukan kegiatan sosial hingga masyarakat/komunitas tidak mengetahui produk apa yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Atau dapat juga terjadi sebaliknya di mana masyarakat/komunitas mengetahui produk dari perusahaan tersebut akan tetapi masyarakat/komunitas mengetahui bahwa perusahaan selalu menyisihkan sebagian dari keuntungannya untuk kegiatan social. (2) Strategi Defensif Usaha yang dilakukan oleh perusahaan yang bertujuan untuk menangkis anggapan negatif masyarakat/komunitas luas yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan. Kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan merupakan bentuk perlawanan terhadap pandangan negatif masyarakat/komunitas dan perusahaan berusaha mengubah pandangan tersebut menjadi positif. (3) Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar berasal dari visi perusahaan tersebut Perusahaan melakukan program CSR untuk kebutuhan masyarakat/komunitas dan tidak mengambil keuntungan secara materiil. Program CSR yang dijalankan merupakan keinginan tulus dari perusahaan, yang bisa dilihat dari komitmen perusahaan terhadap kegiatan CSR dengan menuangkannya ke dalam visi dan misi CSR.

Untung (2008) menyatakan bahwa keberadaan perusahaan idealnya bermanfaat untuk masyarakat sekitar karena prinsip dasar dari CSR adalah pemberdayaan masyarakat setempat yang tergolong ekonomi rendah agar terbebas dari kemiskinan. Di samping itu, CSR juga dilakukan agar operasional perusahaan berjalan lancar tanpa gangguan (Untung, 2008). Pernyataan Untung tersebut selaras dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Duya (2007). Menurut Duya (2007), konsep dari CSR dipandang dapat menjadi ke dalam dua perspektif yang berbeda seperti yang dikemukakan oleh Friedman (1970) dan Carroll (1979) dalam Duya (2007) berikut. (1) Menurut Friedman (1970), “business of business is business”. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa urusan bisnis adalah untuk memaksimumkan profit sehingga dapat memperoleh investasi yang baik dengan menaati hukum yang berlaku dan menjadi corporate citizen yang baik. Konsep ini memandang bahwa CSR tidak memiliki potensi yang menguntungkan dan terlalu memperhitungkan biaya dari keterlibatan sosial bisnis dalam masyarakat. (2) Berbeda dengan Friedman (1970), Carroll (1979) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial dari perusahaan terhadap masyarakat berkaitan dengan beberapa komponen yang berbeda yakni : dimulai dari adanya perusahaan sendiri untuk memperoleh keuntungan (ekonomi); taat terhadap hukum yang berlaku (hukum); dan perusahaan perlu memiliki etika dan menjadi corporate citizen yang baik melaui phylantrophy. Dalam konsep ini, disadari bahwa asal-mula CSR adalah merupakan suatu fungsi dari syarat-syarat

133

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

persetujuan bersama antara bisnis dan masyarakat. Di samping perusahaan harus patuh terhadap hukum yang berlaku, perusahaan juga harus berupaya untuk bertanggung jawab kepada seluruh stakeholder yang salah satunya adalah masyarakat. Hal tersebut dilakukan demi kepentingan perusahaan juga karena di dalam kepentingan perusahaan terdapat pula kepentingan masyarakat. 3. Dampak Pelaksanaan CSR PT Telkom di Kota Bandung terhadap Kemampuan Masyarakat Kawasan Punclut dalam Mengakses Sumber Daya Pengambilan data yang dilakukan dalam artikel ini dilakukan dengan wawancara. Metode penentuan sampel yang digunakan untuk wawancara dalam artikel kali ini ialah metode purposive sampling. Metode purposive sampling ialah metode yang tujuannya lebih mengarah kepada generalisasi teoretis. Sumber data yang digunakan tidak sebagai sumber yang mewakili populasinya, akan tetapi lebih cenderung mewakili informasinya. Informannya dipilih berdasarkan posisi dengan akses tertentu yang dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan permasalahannya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Bahkan di dalam pelaksanaan pengumpulan data sesuai dengan sifat artikel yang lentur dan terbuka, pilihan informan dan jumlahnya dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Patton, 1984, dalam Sutopo, 2006). Strategi pendekatan yang digunakan dalam metode ini adalah snowball atau chain sampling, yaitu strategi yang digunakan bila peneliti ingin mengumpulkan data yang berupa informasi dari informan dalam satu lokasi, tetapi peneliti tidak mengetahui siapa yang tepat untuk dipilih sebagai narasumber.

Karakteristik responden dalam artikel ini adalah pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan CSR dari PT Telkom, yang terdiri dari: wakil PT Telkom di bidang CDC; fasilitator kegiatan; tokoh-tokoh petani; petani penerima bibit pohon mangga paling banyak saat kegiatan CSR PT Telkom; warga yang dianggap sebagai tokoh dan dihormati di masyarakat. Proses wawancara dan pemilihan responden berjalan dengan sistem snow ball sampling, artinya penentuan responden berikutnya berdasarkan usulan dari responden sebelumnya yang diwawancarai, sampai informasi yang didapatkan dari masing-masing sumber sudah mirip. Dari hasil wawancara dengan Bagian CDC Telkom Divre III, program di Bagian Community Development Center PT Telkom secara umum dibagi menjadi dua bidang besar, yaitu (1) Program Kemitraan dan (2) Bina Lingkungan. Menurut Peraturan Menteri Nomor 05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, definisi dari Program Kemitraan ialah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari penyisihan laba BUMN. Sedangkan Program Bina Lingkungan mempunyai definisi sebagai program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN di wilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaatan dana dari penyisihan laba bersih BUMN. PT Telkom mempunyai mekanismemekanisme tertentu dalam menilai layak atau tidaknya usulan kegiatan pada suatu daerah, baik pertama kali maupun kegiatan lanjutan, yaitu sebagai berikut: melihat jenis kegiatan

134

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

yang akan dijalankan, apakah masih tergolong dalam lingkup bidang yang ditangani oleh Bagian CDC PT Telkom; melihat ketersediaan anggaran di bulan berjalan; adanya disposisi dari atasan atau rekomendasi dari bagian lain; dan melihat kelayakan program. Bidang CDC saat ini menjadi salah satu cost center perusahaan. Akan tetapi, PT Telkom berpandangan jauh ke depan, sehingga PT Telkom juga melaksanakan dengan serius program-program CSR yang ada karena dampaknya bisa dirasakan dalam jangka panjang, dan dampak itu akan berupa profit kepada perusahaan sendiri. Dengan terbentuknya corporate image yang baik dari PT Telkom, konsumen juga akan memberikan penilaian yang positif kepada PT Telkom dan masyarakat akan dengan suka rela menggunakan produk-produk yang dimiliki oleh PT Telkom. 3.1 Kapasitas Masyarakat Mengakses Sumber Daya

dalam

Tabel 1 Identifikasi Sumber Daya Masyarakat Kawasan Punclut Sebelum dan Sesudah CSR PT Telkom Ukuran Komunitas memiliki pencatatan sumber daya komunitas Terdapat pusat sumber daya Terdapat organisasi komunitas Banyaknya sumber pendanaan lokal yang tersedia Jumlah sumber keahlian Kualitas sumber keahlian yang ada

Kondisi Sebelum Ada (tidak terstruktur dengan baik)

Kondisi Sesudah Ada (tidak detail dan tidak terstruktur dengan baik)

Ada

Ada

Ada (3 kelompok tani) Satu sumber (swadaya para petani)

Ada (3 kelompok tani) Satu sumber (swadaya para petani) Kurang lebih 20 orang

20 orang Cukup baik

Cukup baik

Sumber: Hasil Analisis, 2010

Setelah pelaksanaan kegiatan CSR PT Telkom, pencatatan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat tidak begitu mengalami perubahan. Pencatatan masih dilakukan di tiap kelompok tani yang ada dan pencatatannya juga masih belum begitu baik, terstruktur, dan detail. Sifat dari masyarakat di Punclut yang memang tidak begitu senang jika terikat yang mengakibatkan organisasi hingga pencatatan yang dilakukan juga tidak terlalu detail dan terstruktur.

Identifikasi terhadap beberapa faktor untuk mendapatkan gambaran mengenai kemampuan masyarakat dalam mengakses sumber daya sebelum dan sesudah adanya program CSR PT Telkom yang dilaksanakan di Kawasan Punclut. Dari hasil identifikasi ini, dilakukan analisis yang meliputi analisis terhadap kemampuan masyarakat untuk menggunakan sumber daya di dalam komunitas dan mengakses sumber daya dari luar komunitasnya yang masyarakat butuhkan dalam tiap agenda kegiatan dari masyarakat di Kawasan Punclut.

Mengenai organisasi komunitas, tidak begitu mengalami perubahan, masih berupa komunitas-komunitas penghijauan petani yang terdiri dari 3 kelompok (Kelompok Tani Rereongan Sarupi, Pasir Salam, dan Cipicung) yang masing-masing kelompok kurang lebih beranggotakan 20 orang petani. Sedangkan untuk sumber pembiayaan lokal yang ada, masih mengandalkan iuran dari tiap petani yang nantinya dikoordinir untuk dibelikan barang-barang kebutuhan para petani.

(1) Penggunaan Sumber Daya Milik Masyarakat Secara umum, kondisi masyarakat Kawasan Punclut dalam mengidentifikasi sumber daya tergambar dalam tabel 1.

Masyarakat di daerah Punclut, khususnya di Kecamatan Cidadap, yang menjadi lokasi penghijauan yang diadakan oleh PT Telkom sebagai bentuk kegiatan CSR-nya, sebagian besar bekerja sebagai pedagang kecil, buruh, dan petani. Kondisi ekonomi dari masyarakat

135

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

juga cukup rendah, dilihat dari jenis mata pencaharian dari masyarakat, yang akhirnya memaksa masyarakat untuk bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Dilihat dari keadaan ekonomi yang seperti itu, sulit bagi masyarakat untuk secara rutin melakukan kegiatan penghijauan di Kawasan Punclut dengan biaya dari masyarakat sendiri. Sumbangan dari pihak luar memang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan di Kawasan Punclut, terutama kegiatan penghijauan. Kesediaan dari masyarakat untuk memberikan sumbangan kurang bisa diandalkan jika harus dalam bentuk dana, yang persentasenya menurut Pak Kuntum hanya 5 % saja. Akan tetapi, jika dalam bentuk lain, seperti kesediaan dan tenaga, masyarakat di Punclut akan dengan senang hati untuk membantu. Data mengenai jumlah pasti dari masyarakat yang ikut serta dalam kegiatankegiatan komunitas tidak tercatat dengan baik, diperkirakan antara 50-100 orang yang terlibat dalam setiap kegiatan, terkadang juga bisa mencapai lebih dari 100 orang. Dalam aspek perekonomian, inisiatif pengembangan ekonomi oleh masyarakat dilakukan dengan mengembangkan dua hal, yaitu pengembangan warung-warung makan yang dikembangkan secara sendiri-sendiri dan penjualan hasil panen yang dikembangkan secara sendiri-sendiri dan berkelompok dalam penjualannya. Jika kita pergi ke Kawasan Punclut, maka akan terlihat puluhan warung makan yang dikembangkan oleh masyarakat di kawasan tersebut yang biasanya ramai dikunjungi masyarakat pada waktu hari-hari libur. Diperkirakan jumlah warung makan yang ada di Kawasan tersebut ada sekitar 50 (lima puluh) warung makan. Secara umum, mobilisasi sumber daya masyarakat Kawasan Punclut ditampilkan dalam tabel 2.

Tabel 2 Mobilisasi Sumber Daya Internal Masyarakat Kawasan Punclut Sebelum dan Sesudah CSR PT Telkom Ukuran Kondisi Sebelum Kontribusi masyarakat terhadap Ada kegiatan/program masyarakat Persentase penduduk yang memberikan sumbangan dana untuk kepentingan masyarakat

Jumlah warga yang terlibat dalam kegiatan komunitas

Jumlah inisiatif pengembangan ekonomi lokal Jumlah usaha/bisnis yang dimiliki masyarakat

5%

Kondisi Sesudah

Ada

Dalam kegiatan CSR Telkom, hampir tidak ada karena dana yang dikucurkan Telkom sangat besar sehingga sudah bisa memenuhi kebutuhan dana untuk program tersebut (Rp 55.000.000,00)

Tidak ada data pasti, diperkirakan sekitar 50-100 orang tiap Sekitar 60 orang kegiatan. Terkadang lebih dari 100 orang. 2 buah (warung makanan dan 2 buah (warung makanan penjualan hasil dan penjualan hasil panen) panen) 50 (warung makan)

60 - 70 (warung makan)

Sumber: Hasil Analisis, 2010

Mengenai mobilisasi sumber daya masyarakat Punclut, jumlah sumbangan yang masuk dari PT Telkom untuk melaksanakan kegiatan penghijauan tersebut ialah sebesar Rp 55.000.000 (lima puluh lima juta rupiah). Dari jumlah tersebut, oleh Pak Kuntum dan Pak Adin dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan penanaman pohon dan tidak terlalu diekspos ke masyarakat dengan tujuan agar bisa lebih efektif dan tepat sasaran dalam pelaksanaan kegiatannya. Sedangkan sumbangan dana dari masyarakat/petani dalam kegiatan PT Telkom ini hampir tidak ada karena dana dari PT Telkom yang sudah sangat besar untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Untuk sumbangan dalam bentuk tenaga, jumlah orang yang terlibat, kegiatan penghijauan dari PT Telkom ini cukup banyak, yaitu melibatkan kurang lebih 60 orang dalam pelaksanaannya.

136

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

Jumlah inisiatif pengembangan ekonomi lokal tidak begitu mengalami perkembangan, hanya ada dua, yaitu warung-warung makanan dan penjualan hasil panen dari para petani. Untuk jumlahnya, warung-warung makanan mengalami penambahan yang cukup banyak, dari 50 warung, menjadi kurang lebih 60-70 warung yang ada sekarang ini. Pengembangan ini diperkirakan lebih banyak dipengaruhi oleh inisiatif pribadi dari masyarakat sendiri. Sebelum adanya program CSR PT Telkom, masyarakat sudah memiliki proses untuk membicarakan suatu masalah atau issue, yang terkadang dibicarakan dalam masing-masing kelompok tani dan terkadang juga dibicarakan secara terpusat. Masyarakat/petani cukup antusias jika ada undangan rapat untuk membicarakan sesuatu. Gambaran umum mengenai distribusi sumber daya masyarakat Kawasan digambarkan pada tabel 3. Tabel 3 Distribusi Sumber Daya Masyarakat Kawasan Punclut Sebelum dan Sesudah CSR PT Telkom Ukuran Proses untuk membicarakan prioritas kebutuhan/peluang masyarakat Penetapan target komunitas Persentase populasi yang ikut serta dalam pengambilan keputusan

Kondisi Sebelum Ada (dibicarakan di kelompokkelompok tani atau terpusat) Belum

70 – 80 %

Kondisi Sesudah Ada (dibicarakan di kelompokkelompok tani atau terpusat) Ada (target penanaman pohon dalam satu tahun) 70 – 80 %

Sumber: Hasil Analisis, 2010

Pada kegiatan-kegiatan penghijauan sebelum dengan PT Telkom, mekanisme pembahasan untuk mengalokasikan sumber daya yang ada, baik yang ada dalam masyarakat maupun yang diterima oleh masyarakat dari pihak lain dilakukan melalui rapat. Hanya saja, dalam rapatnya, terkadang melibatkan masyarakat dan petani secara langsung dan terkadang hanya rapat kecil yang dihadiri oleh para wakil

masyarakat. Salah satu rapat yang dilaksanakan bersama dengan masyarakat dan petani ialah rapat dengan Dinas Pertanian yang membahas persiapan untuk kegiatan penghijauan. Pada rapat tersebut, masyarakat dan petani secara aktif memberikan usulan dan pertanyaan mengenai kegiatan penghijauan yang akan dilaksanakan agar bisa terlaksana dengan lebih baik. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, tidak seperti yang sudah dijanjikan dalam rapat, seperti misalnya, akan diadakan pemupukan rutin tiap 3 (tiga) bulan, tetapi sampai sekarang tidak pernah sekalipun dilaksanakan seperti yang dijanjikan tersebut. Hal tersebutlah yang membuat masyarakat dan petani kecewa dan pesimis terhadap kegiatan penghijauan seperti itu. Keadaan berbeda ketika PT Telkom masuk untuk melaksanakan kegiatan CSR-nya, muncul optimis dan harapan baru di masyarakat, khususnya petani, karena perhatian dari PT Telkom yang sangat baik kepada petani. Walaupun di dalam proses persiapannya berbeda dengan yang dilaksanakan dengan Dinas Pertanian. Pada saat persiapan kegiatan dengan Dinas Pertanian, masyarakat dan petani diikutsertakan dalam rapatnya, tetapi pada saat persiapan kegiatan dengan PT Telkom, petani dan masyarakat tidak mendapatkan kabar mengenai rapat-rapatnya. Walaupun demikian, efektivitas yang dirasakan justru lebih baik dengan program yang berasal dari PT Telkom. Dinas Pertanian hampir tidak pernah melakukan pengecekan terhadap kondisi tanaman yang dilakukan oleh petani, sedangkan PT Telkom melakukan pengecekan secara berkala kepada petani untuk melihat secara langsung dan mendengarkan baik perkembangan tanaman, usulan, hingga keluhan-keluhan yang dirasakan langsung oleh petani. Input yang didapatkan dari petani

137

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

menjadi masukan bagi PT Telkom untuk dipelajari dan diperbaiki untuk programprogram yang akan dilakukan selanjutnya. Sedangkan bagi petani, pengecekan langsung yang dilakukan oleh PT Telkom membuat mereka mampu menganalisis keadaan dan kondisi mereka sendiri, kemudian memutuskan langkah-langkah seperti apa yang akan mereka ambil selanjutnya. Sebagai contoh, dalam hal ini, petani mengajukan usulan kepada PT Telkom sebagai berikut: pupuk dan obat yang tersedia masih belum optimal untuk memenuhi kebutuhan; menanam tanaman palawija secara tumpang sari di sela-sela pohon mangga, agar lahan bisa lebih produktif; agar dibuat kolamkolam penampungan air untuk mengantisipasi datangnya musim kering. Mengadakan pelatihan lebih lanjut mengenai teknik-teknik pertanian lainnya, beserta dengan pendampingan dalam jangka waktu tertentu. (2) Penggunaan Sumber Daya dari Luar Masyarakat Kemampuan untuk menggunakan sumber daya yang baik juga ditandai dengan kapasitas dalam mengidentifikasi dan mengakses organisasi, kelompok dan sumber daya di luar komunitas yang berpotensi tersedia untuk kepentingan komunitas tersebut. Hal ini dilihat dalam tiga indikator yakni identifikasi sumber daya/akses terhadap sumber daya, mobilisasi sumber daya dan kemitraan sumber daya. 

Identifikasi Sumber Daya (Akses)

proffesional serta pelayanan pemerintah yang berpotensi untuk di akses masyarakat Punclut. Informasi keberadaaan dan cara mengakses sumber daya potensial tersebut juga termasuk dalam kategori sumber daya luar yang dimaksud. Pengetahuan masyarakat dan petani akan alternatif sumber daya yang berasal dari luar komunitasnya, ketika masa-masa sebelum Telkom datang dengan programnya, banyak terpusat di tokoh-tokoh masyarakatnya sebagai penerima langsung tawaran kerjasama dari berbagai pihak untuk melakukan kegiatan penghijauan. Masyarakat, khususnya petani, langsung menerima distribusi untuk penanaman pohonnya tanpa bisa terlibat di dalam pembahasan dengan pihak-pihak yang terkait. Ketika PT Telkom datang dengan programnya, awalnya hampir sama dengan program-program yang lain, yaitu diterima oleh tokoh masyarakatnya yang kemudian tidak melibatkan masyarakat, terutama petani dalam pembahasannya. Akan tetapi, ada hal yang membedakan PT Telkom dengan pihakpihak lainnya yang pernah bekerjasama dengan masyarakat sebelumnya. PT Telkom melakukan pengecekan langsung secara berkala, terutama kepada petani, yang menerima bagian pohon cukup banyak. Pengecekan berkala itu memberikan manfaat bagi petani untuk bisa langsung berinteraksi dengan PT Telkom, petani bisa semakin baik kemampuannya untuk menganalisis keadaannya, menyampaikan pendapatnya, dan memperoleh pengetahuan baru sedikit demi sedikit dari interaksinya dengan PT Telkom.

Kemampuan untuk mengidentifikasi sumber daya yang berasal dari luar masyarakat Punclut sangat tergantung dari tingkat wawasan dan pengetahuan masyarakat. Sumber daya yang berasal dari luar ini menekankan kepada pengetahuan terhadap pendanaan, pendampingan teknis, pendampingan ahli/

“Program dari Telkom memang bagus, dibanding dengan yang lain. Kalau yang lain cuma sekali jalan, abis itu ngga ada kelanjutannya, beda dengan Telkom, perhatiannya lebih, ga cuma pas penanamannya, tapi sampai pemeliharaannya. Selain itu,

138

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

Bapak bisa ngomong langsung sama Pak Luluk, jadi ngga usah lewat pengurus”, (Pak Edi, Petani di Kawasan Punclut). 

Mobilisasi Sumber Daya Eksternal

Selain menggunakan sumber daya milik masyarakat sendiri, sumber daya dari luar juga dimanfaatkan oleh masyarakat dan petani, terutama untuk kegiatan-kegiatan penghijauan dalam jumlah yang besar. Kurang lebih sebesar 80 % kontribusi berbagai sumber daya yang berasal dari luar masyarakat, jumlah tersebut menunjukkan betapa besarnya bantuan yang datang dari berbagai pihak. Besar dana yang diterima juga beragam, seperti misalnya program CSR PT Telkom sebesar Rp 55.000.000,00 (lima puluh lima juta rupiah). Gambaran mengenai mobilisasi sumber daya ini digambarkan pada tabel 4. Tabel 4 Mobilisasi Sumber Daya Eksternal Masyarakat Sebelum dan Sesudah Program CSR PT Telkom Ukuran Kondisi Sebelum Rasio sumber daya dari luar yang mendukung proyek 80 % masyarakat Bervariasi, Jumlah sumbangan yang tergantung diberikan dari luar untuk masing-masing kegiatan masyarakat donatur Tidak ada data Jumlah proposal yang pasti, diperkirakan diajukan ke pihak luar sekitar 50-100 proposal Besarnya Rasio sumbangan yang sumbangan yang diberikan dari proposal yang diterima diajukan bervariasi

Kondisi Sesudah 80 % Bervariasi, tergantung masingmasing donatur 100 proposal (2008), 200 proposal (2009) Rp 750.000,-00 – Rp 2.000.000,00 untuk tiap proposal yang disetujui

Sumber: Hasil Analisis, 2010

Setelah program dari Telkom, masyarakat pernah bermitra lagi dengan pemerintah kota yang mengucurkan dana sekitar Rp 17.000.000,00 untuk melakukan kegiatan penghijauan. Pada kegiatan itu, sumbangan dana dari masyarakat juga hampir tidak ada karena memperhatikan kondisi ekonomi

masyarakat yang masih pada taraf menengah ke bawah. Akan tetapi, jumlah warga yang berpartisipasi dalam kegiatan ini diperkirakan mencapai 100 orang. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan saat program dengan Telkom karena penginformasian yang lebih umum kepada masyarakat dan banyak acara seremonial dari pemerintah kota yang membuat banyak warga yang datang menyaksikan dan kemudian ikut serta. 

Kemitraan Sumber Daya

Kemitraan sumber daya dengan pihak di luar Kawasan Punclut belum terjadi di kawasan ini. Interaksi yang terjadi biasanya ketika hari-hari libur saja, dimana masyarakat banyak yang datang untuk berjalan-jalan ke Punclut dan masyarakat menyediakan jasa warung makanan dengan jumlah dan menu-menu yang sangat banyak. Selain itu, ketika para petani yang menjual hasil panennya secara berkelompok, biasanya pedagang dari Pasar Caringin akan datang ke Punclut untuk membeli hasil panen para petani dalam jumlah yang sekaligus besar. Gambaran umum tentang kondisi kemitraan sumber daya masyarakat Punclut ialah sebagai berikut. Tabel 5 Kemitraan Sumber Daya Masyarakat Punclut Sebelum dan Sesudah CSR PT Telkom Ukuran Pelayanan lokal yang menggunakan sumber daya external Pelayanan lokal yang diminta masyarakat luar komunitas Kerjasama dengan masyarakat di sekitarnya

Kondisi Sebelum

Kondisi Sesudah

Tidak ada

Tidak ada

Ada (warung makan dan penjualan hasil panen)

Ada (warung makan dan penjualan hasil panen)

Tidak ada

Tidak ada

Sumber: Hasil Analisis, 2010

Kemitraan sumber daya masyarakat belum banyak berubah dari waktu ke waktu, masih berupa warung-warung makan yang ramai saat hari libur karena Punclut menjadi salah satu

139

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

alternative lokasi wisata yang murah. Selain itu, penjualan hasil panen dari para petani yang dilakukan secara berkelompok juga masih berlangsung hingga kini. 3.2 Praktek Penggabungan Community Development dan Konsep CSR PT Telkom Secara umum, program CSR PT Telkom di bidang lingkungan yang dilakukan di Kawasan Punclut ini, tergolong sebagai kombinasi dari Community Relation dan Community Empowering. Tergolong Community Relation disebabkan PT Telkom melakukan pembicaraan dengan pihak masyarakat melalui wakil-wakilnya dalam menentukan program yang akan dijalankan di kawasan tersebut. Masyarakat memang tidak dilibatkan oleh PT Telkom dalam perencanaan awal di dalam perusahaan. PT Telkom sudah mengalokasikan sejumlah dana di bidang lingkungan untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut, yang kemudian dilanjutkan dengan pembicaraan dengan wakil-wakil masyarakat. Setelah itu, PT Telkom menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat untuk membahas dan mengalokasikan dana yang dikucurkan oleh PT Telkom tersebut. Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh PT Telkom sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Community Empowering, yaitu mencapai kemandirian masyarakat, selain untuk membantu memperbaiki kondisi kritis yang ada di Kawasan Punclut. Pengalaman yang didapatkan dari kegiatan yang dilakukan bersama PT Telkom menunjukkan masyarakat, khususnya petani, mampu membandingkan program dari PT Telkom dengan program yang dilakukan dengan pihak lain, yang memang dirasakan jauh lebih baik dibandingkan dengan pihak lain. Setelah itu, petani mampu melakukan analisis apa yang menjadi keunggulan dan

kekurangan program yang dilakukan bersama dengan PT Telkom ini, bagaimana keefektifan peran dari para wakil masyarakat (fasilitator) seperti Pak Kuntum. Output yang dihasilkan ialah petani mampu mengidentifikasi apa saja yang masih dibutuhkan oleh petani, seperti kebutuhan akan pupuk dan obat-obatan, kebutuhan untuk mendapatkan pelatihan lebih lanjut mengenai pertanian, dsb. Unsur berikutnya, ialah self-development and coordination, yaitu kemampuan untuk melakukan pengembangan diri dan melakukan koordinasi dengan pihak lain secara lebih luas. Unsur ini bisa dilihat dari kemampuan masyarakat untuk menerima dan bekerja sama dengan baik dengan berbagai pihak untuk melakukan proses penghijauan, mulai dari pihak pemerintah, instansi-instansi swasta, mahasiswa, LSM, hingga TNI, dan kemudian dengan PT Telkom. Dari pengalaman dan pembelajaran yang terjadi selama proses tersebut, masyarakat dan petani mampu bekerjasama dan menghargai setiap program yang mereka kerjakan secara bersama dengan pihak-pihak tersebut. Masyarakat dan petani yang menerima bibit dan pohon dari pihakpihak tersebut, juga bersedia untuk menanam dan merawatnya walaupun dengan keterbatasan yang ada, seperti biaya untuk pemeliharaan. Begitu juga dengan unsur berikutnya, yaitu self-selection. Setelah masyarakat bekerjasama dengan berbagai pihak, mendapatkan pengalaman dan pembelajaran dari kegiatankegiatan tersebut, ketika PT Telkom masuk dan bermaksud melaksanakan program serupa di Punclut, masyarakat bisa menerima dengan baik. Hal ini dikarenakan program PT Telkom memiliki nilai lebih dibandingkan dengan program-program pihak lain, terutama perhatian PT Telkom setelah proses penanaman, yaitu pada tahap pemeliharaan.

140

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

Unsur self-decision juga masyarakat dan petani dapatkan dari rangkaian proses pembelajaran ini. Ketika ada kegiatan penghijauan, masyarakat menilai program tersebut, terkadang jika tidak disertai dengan program pemeliharaannya, seperti disertai pupuk atau obat-obatan, masyarakat tidak mau menerima pohon atau bibit yang ditawarkan. Demikian juga yang dilakukan oleh tokoh masyarakat, yang pernah menolak penawaran kerjasama dari suatu partai politik untuk mengadakan kegiatan penghijauan karena kegiatan yang dilakukan lebih bersifat politis dan lebih mempublikasikan nama partai tersebut dibandingkan kepentingan penghijauan itu sendiri, serta hanya dilakukan secara insidental saja, tidak berkesinambungan. Dari rangkaian proses pemberdayaan yang dialami oleh masyarakat tersebut, masyarakat memperoleh manfaat dan pembelajaran yang sangat banyak dalam upayanya mencapai kemandirian masyarakat, terutama dalam kemampuan masyarakat mengakses sumbersumber daya yang diperlukan. Semua proses tersebut dilakukan dengan berbagai pihak, termasuk dengan PT Telkom, dilakukan secara bertahap dan tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Hal tersebut disebabkan pembelajaran yang didapatkan dari satu kegiatan dengan kegiatan lainnya belum tentu sama. Seperti ketika program dengan Dinas Pertanian, masyarakat memang dilibatkan dalam rapatrapat yang dilaksanakan. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, masyarakat, khususnya petani sangat kecewa karena hal-hal yang disepakati saat rapat tidak dilaksanakan, terutama usulan petani untuk melakukan pemupukan rutin dalam 3 bulan sekali. Dalam kerjasamanya dengan PT Telkom, masyarakat memang tidak dilibatkan dalam rapat-rapat persiapan yang dilakukan oleh fasilitator dan para perwakilan masyarakatnya.

Akan tetapi, dalam kerjasama ini, masyarakat bisa mendapatkan berbagai tambahan informasi mengenai alternatif-alternatif sumber daya yang bisa digunakan untuk kepentingan masyarakat dan petani, seperti informasi mengenai obat-obatan, pupuk, dan alat-alat pertanian lainnya yang bisa dimanfaatkan sendiri oleh petani dan kelompoknya saat dibutuhkan. Selain informasi mengenai perlengkapan pertanian, masyarakat juga terbantu dalam hal peningkatan kemampuan dan keahlian dalam bidang pertanian, karena PT Telkom melakukan pelatihan singkat dalam hal penanaman, pemupukan, dan pemeliharaan tanaman kepada para petani di Punclut, walaupun dirasakan oleh para petani masih belum mencukupi. Komunikasi yang dilakukan secara berkala oleh PT Telkom kepada petani juga dirasakan sangat membantu petani untuk bisa menyuarakan secara langsung semua pendapatnya kepada perwakilan PT Telkom. Upaya komunikasi langsung tersebut bisa meningkatkan kapasitas petani dalam menganalisis keadaan diri, tanaman, usulan perbaikan program, dsb yang akan menjadi input informasi bagi PT Telkom untuk melakukan proses perbaikan. 3.3 Tingkat Kemampuan Masyarakat dalam Mengakses Sumber Daya Masyarakat, terutama petani yang mendapat support dari PT Telkom, sudah lebih berkembang dibandingkan dengan sebelumnya. Saat bekerjasama dengan pihak lain, program yang dijalankan tidak efektif, walaupun program yang berasal dari Dinas Pertanian / Pemerintah. Petani-petani mendapatkan tambahan pengetahuan dan perhatian yang cukup besar dari keikutsertaannya dalam program dari PT Telkom ini. Secara umum, tanggapan masyarakat dan tokoh-tokohnya terhadap program yang dari PT Telkom ini sangat baik

141

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

karena tidak hanya bersifat incidental saja, tetapi akan dilaksanakan secara berkesinambungan. Program yang dijalankan saat ini baru berupa penghijauan dan pelatihan singkat mengenai teknik penanaman dan perawatan tanaman. Efek jangka panjang terhadap sustainability lingkungan dan masyarakat belum bisa terlihat secara langsung. Akan tetapi, dalam jangka pendek, kemandirian masyarakat sudah mulai terbentuk dari pengalaman dan pembelajaran yang dialami masyarakat, baik sebelum dan sesudah bekerjasama dengan PT Telkom. Nilai tambah dari yang didapatkan masyarakat dari PT Telkom ialah akses masyarakat, terutama petani untuk belajar dan menambah informasi mengenai sumber-sumber daya lain yang bermanfaat bagi pertaniannya semakin bertambah. Berbeda dengan program-program sejenis yang pernah dilakukan dengan berbagai pihak sebelumnya, program dari PT Telkom menekankan kepada keberlangsungan program dalam jangka panjang untuk membentuk kemandirian masyarakat dan sebagai bagian dari strategi membentuk Corporate Image dari PT Telkom sendiri. Masyarakat, khususnya petani bisa merasakan, membandingkan, dan menganalisis perbedaan yang dirasakan tersebut. Bila program dengan pihak lain hanya sekedar cari sensasi dan sekali saja dilaksanakan, program PT Telkom lebih dari itu. Walaupun masih banyak dirasakan kekurangan yang ada dalam program ini, petani bisa berinteraksi secara langsung dan berlangsung secara berkala dengan PT Telkom secara langsung. Akibatnya, petani bisa mengungkapkan pendapat, usulan, dan pertanyaan secara langsung kepada PT Telkom, tanpa harus melalui para pengurus. Selain itu, petani juga lebih dimudahkan ketika ingin mendapatkan tambahan pupuk dan obat-

obatan, walaupun hingga saat ini belum ada tambahan pupuk yang diturunkan lagi. Selain itu, mulai muncul inisiatif dari para petani yang lahannya berdekatan untuk membentuk paguyuban sendiri, dengan anggota sekitar 5-7 orang petani. Pembentukan ini dimaksudkan untuk mempermudah para petani dalam mengakses sumber daya, seperti saat membeli pupuk, yang dilakukan secara berkelompok, sehingga bisa mempercepat dan menghemat tenaga dan waktu yang digunakan. Hanya saja, dalam perkembangannya, dirasakan ada satu sumber daya yang belum bisa dimiliki masyarakat, yaitu sumber daya dana (uang). Kebutuhan akan uang ini bisa menjadi suatu penghambat dalam keberlangsungan kegiatan penghijauan dan pelestarian lingkungan kawasan Punclut karena biaya operasional untuk perawatan dan pemeliharaan memerlukan uang yang jumlahnya juga tidak sedikit. Programprogram yang ada, termasuk program PT Telkom, hingga saat ini menciptakan suatu ketergantungan dari masyarakat terhadap kebutuhan akan uang tersebut. Masyarakat memang mampu untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki, kondisi mereka saat ini, tetapi ketika sampai kepada kebutuhan akan uang untuk memenuhi kebutuhan perawatan dan pemeliharaan pohonpohon dari program dengan satu instansi terkait, seperti PT Telkom, mereka akan mempunyai opsi yang dirasa paling mudah untuk mengajukan kembali permohonan dana kepada PT Telkom. Walaupun sebenarnya para petani juga berusaha dengan kemampuan dan terkadang dana sendiri untuk merawat pohonpohon yang mereka terima dari suatu program penghijauan karena tidak adanya biaya pemeliharaan dari pihak penyelenggara, tetapi sebaiknya dalam waktu-waktu di masa yang akan datang, petani dan masyarakat bisa jauh

142

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

lebih mandiri. Artinya, tidak terlalu tergantung kepada pihak penyelenggara dalam proses pembiayaan untuk pemeliharaannya. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai kapasitas masyarakat Kawasan Punclut terlihat ada perbedaan atau terjadi peningkatan kapasitas masyarakat dalam aspek sumber daya setelah adanya program CSR dari PT Telkom. Apabila membandingkan kondisi masyarakat sebelum dan sesudah program CSR dari PT Telkom, tidak terlalu banyak perubahan yang terjadi. Perubahan hanya terjadi dalam bidang mobilisasi sumber daya baik sumber daya internal maupun external, serta sedikit peningkatan pada identifikasi sumber daya masyarakat (Akses). 4. Kesimpulan Masyarakat di kawasan tersebut mendapatkan banyak pembelajaran dari program PT Telkom ini. Dari indikator-indikator di atas dan dari temuan yang ada, masyarakat belum cukup sustainable dengan ada atau tidaknya program dari PT Telkom ini dikarenakan program dari PT Telkom sejauh ini dirasa belum cukup untuk menuju ke kemandirian masyarakat. Akan tetapi, program dari PT Telkom ini menurut masyarakat, khususnya petani, masih dirasakan jauh lebih baik dibandingkan program-program dari pihak lainnya. Masyarakat, khususnya petani, mendapatkan banyak pelajaran dan pengetahuan baru dari program-program ini, diantaranya:  Mampu menganalisis kemampuan dan kelemahan dari petani sendiri;  Mampu menganalisis program dari PT Telkom dengan membandingkan dengan program dari pihak lainnya;  Mampu mengutarakan pendapat dan pemikirannya mengenai perbaikan program ini untuk di waktu-waktu berikutnya.

Selain itu, dari faktor penggunaan sumber daya, terjadi perubahan di mobilisasi sumber daya baik internal maupun eksternal masyarakat, dan sedikit peningkatan pada identifikasi sumber daya masyarakat (Akses). Setelah ikut serta dalam program CSR PT Telkom, terlihat adanya peningkatan usaha dari masyarakat untuk bisa mendapatkan dana untuk menjalankan kegiatan. Terlihat dari jumlah proposal yang diajukan kepada pemerintah dan pihak luar lainnya semakin meningkat dari tahun ke tahun (100 proposal pada tahun 2008 menjadi 200 proposal pada tahun 2009 ini). Masyarakat memang masih belum bisa mengandalkan sokongan dana yang berasal dari masyarakat sendiri karena melihat kondisi ekonomi masyarakat yang pas-pasan. Oleh karena itu, mereka menutupinya dengan banyak mengajukan proposal kepada pihak luar, terutama pemerintah. Dengan terjalin baiknya hubungan dengan masyarakat, pada akhirnya PT Telkom juga yang akan mendapat manfaat dari programprogramnya. Masyarakat juga mendapatkan banyak manfaat dan pembelajaran dari program-program CSR PT Telkom. Dalam kaitannya dengan akses masyarakat terhadap sumber daya, masyarakat mendapatkan berbagai pelajaran dan informasi mengenai akses sumber daya, termasuk dalam program dari PT Telkom. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan program ini ialah perhatian yang baik dari PT Telkom khususnya kepada petani. PT Telkom tidak hanya berkonsentrasi terhadap persiapan pelaksanaan kegiatannya, akan tetapi juga membantu petani pada masa pasca penanaman, yaitu bagian perawatannya. PT Telkom secara berkala memonitor secara langsung perkembangan tanaman yang ditanam oleh para petani. Dari proses itulah, terjadi komunikasi dua arah yang sangat bermanfaat bagi kedua pihak, PT Telkom dan petani. PT Telkom mendapatkan

143

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

informasi apa yang dibutuhkan, disarankan oleh petani. Sedangkan, dari petani bisa menyampaikan pendapat, usulan, pertanyaan, dsb secara langsung kepada perwakilan PT Telkom. Rekomendasi bagi PT Telkom ialah sebagai berikut:  Dalam perencanaan program-program CSR berikutnya, sebaiknya melibatkan stakeholder lainnya, seperti masyarakat dan perwakilannya di lokasi yang akan menjadi tujuan program CSR.  Secara bertahap, PT Telkom meningkatkan program CSR-nya, tidak hanya sekedar menurunkan dana dan mengecek secara berkala. Akan lebih terasa manfaatnya dengan membina kelompok masyarakat yang ada di sana dengan meningkatkan kapasitas masyarakat, baik dalam hal teknis maupun manajerial, baik secara individu maupun kelompok. Hal tersebut diharapkan akan bisa menambah tingkat kreativitas dari masyarakat untuk bisa lebih mengerti tentang dirinya dan bisa memutuskan bagaimana harus bertindak untuk menyelesaikan masalah tersebut, tidak hanya dengan menyampaikan pendapat kepada PT Telkom saja. Selain itu, untuk menambah tingkat kemandirian masyarakat agar tidak bergantung kepada satu pihak seperti PT Telkom. Rekomendasi bagi masyarakat yang ada di Kawasan Punclut ialah sebagai berikut:  Menguatkan kembali institusi lokal, seperti paguyuban petani, agar bisa saling membantu di antara petani untuk mendapatkan hasil pertanian yang lebih baik;  Memperbaiki kualitas sumber daya manusia, baik secara individu maupun kelompok, dengan lebih banyak belajar, mengevaluasi, dan memperbaiki

kesalahan-kesalahan di masa lalu melalui program-program lainnya, baik dari PT Telkom atau pihak lain. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Tubagus Furqon Sofhani, MA., Ph.D untuk arahan dan bimbingan sehingga artikel ini dapat ditulis. Terima kasih juga kepada dua mitra bestari yang telah memberikan komentar yang berharga. Daftar Pustaka Chaskin, Robert. 1999. Defining Community Capacity : A Framework and Implications from a Comprehensive Community Initiative. The Capin Hall Center for Children : University of Chicago. Chaskin, Robert J. 2001. Building Community Capacity: A Definitional Framework and Case Studies from a Comprehensive Community Initiative. Sage Publikations. Duya, Arif. 2007. Pengembangan Kapasitas Masyarakat dalam Kaitannya dengan Corporate Social Responsibility (Studi Kasus : Program Pemberdayaan Komunitas Petani Melon oleh PT Krakatau Steel Cilegon, Provinsi Banten). Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung : Bandung. Famiola, Melia dan Rudito, Bambang. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Penerbit Rekayasa Sains : Bandung. Jalal, Sukada, dan Wibowo. 2004. Program Pengembangan Masyarakat Perusahaan dan Penilaian Kinerja Lingkungan Perusahaan : Masukan untuk Program PROPER Kementerian KLH. A+ CSR Indonesia - Lingkar Studi CSR Indonesia : Jakarta. Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor: KD. 41/PR000/SDM-20/2006 tentang Telkom Corporate Social Responsibilities. Peraturan Menteri Nomor 05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN

144

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Universitas Sebelas Suhandari. 2007. Schema CSR. Kompas Untung, Hendrik Budi. 2008. Corporate Social Responsibility. Sinar Grafika: Jakarta.

Yulianita, Neni. 2008. Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai “Aktivitas Social Marekting Public Relations”. Jurnal Mediator, Volume 9, Nomor 1, Juni 2008. .

145

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 21/No.2 Agustus 2010

146