DETEKSI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAS CISADANE BAGIAN

praktikum mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Kartografi dan Ilmu Ukur Hutan. ... dapat menyelesaikan penulisan laporan akhir ini. ... Koreksi Geometrik...

10 downloads 673 Views 3MB Size
DETEKSI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAS CISADANE BAGIAN HULU MENGGUNAKAN DATA LANDSAT MULTIWAKTU

DEDE PRIYATNA E01499070

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

DETEKSI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAS CISADANE BAGIAN HULU MENGGUNAKAN DATA LANDSAT MULTIWAKTU

DEDE PRIYATNA

KARYA ILMIAH Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

RINGKASAN DEDE PRIYATNA. DETEKSI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAS CISADANE BAGIAN HULU MENGGUNAKAN DATA LANDSAT MULTIWAKTU . Di bawah bimbingan Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr. Penginderaan jauh sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan berkembangnya perangkat-perangkat pendukung penginderaan jauh, seperti perangkat pengumpul data, perangkat pengolah data dan perangkat penyaji data hasil olahan; serta perkembangan pengetahuan analis dalam memaksimalkan informasi yang bisa digali dari data penginderaan jauh. Salah satu aplikasi praktisnya adalah dalam kegiatan deteksi perubahan tutupan lahan pada suatu Daerah Aliran Sungai, mengingat cakupan arealnya yang luas dengan topografi yang beragam. Selain itu, sebagai suatu ekosistem, Daerah Aliran Sungai memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia, terutama dalam kaitannya dengan fungsinya sebagai penyedia air bagi masyarakat untuk keperluan sehari-hari, pengairan sawah dan kolam, kebutuhan pabrik, PDAM, dan lain-lain. Penelitian ini dilaksanakan bulan Januari sampai Februari 2004. Pengolahan citra dilakukan di Lab. RSGIS, Dept. Manajemen Hutan, IPB. Lokasi penelitiannya adalah DAS Cisadane Bagian Hulu. Citra yang digunakan adalah Landsat multiwaktu path/row 122/65, hasil perekaman tanggal 22/09-1994, 06/05-2000, and 02/05-2003. Data pendukungnya adalah data vektor batas DAS, Peta Rupa Bumi skala 1:25.000, dan Peta digital daerah Bogor. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan seperangkat komputer yang didukung oleh ER MAPPER ver5.5, ArcView ver3.2, ERDAS Imagine ver8.4, Microsoft Word dan Microsoft Excel. Peralatan pendukung lainnya adalah GPS (Global Positioning System) Garmin 12-XL, kamera saku, dan alat tulis. Penelitian ini terbagi ke dalam empat tahap. Tahap pertama adalah prapengolahan citra. Kegiatannya adalah mempersiapkan citra mentah menjadi citra yang dapat diolah. Prakteknya mencakup interpretasi citra secara visual, koreksi geometrik, dan penyekatan area penelitian. Tahap kedua adalah pengecekan lapang. Kegiatannya adalah mengumpulkan informasi mengenai kondisi lapangan secara nyata. Tahap ketiga adalah pengolahan citra. Kegiatannya mencakup pemilihan area contoh, evaluasi area contoh menggunakan analisis separabilitas dengan metode transformasi divergensi dan matriks kesalahan, klasifikasi terbimbing menggunakan metode kemungkinan terdekat, dan uji akurasi menggunakan metode accuracy assessment. Dan tahap terakhir adalah analisis perubahan tutupan lahan menggunakan matriks transisi. Hasil analisis digital terhadap citra Landsat tahun 1994, 2000 dan 2003 menunjukkan bahwa di DAS Cisadane Bagian Hulu terdapat 13 kelas tutupan lahan yakni badan air, sawah, tanah kosong, padang rumput, permukiman, semak, kebun campuran, kebun karet, kebun teh, tegakan pinus, hutan daun lebar, awan dan bayangan awan. Secara umum, kebun campuran pada tahun 1994 mendominasi areal di DAS Cisadane Bagian Hulu. Di sub-DAS Cisadane Hulu, kebun campuran mempunyai luasan 12.075,57 Ha tetapi mengalami pengurangan areal seluas 4.562,28 Ha (937,781 %) dalam 6 tahun. Kondisi yang sama terjadi pada hutan daun lebar, tegakan pinus, dan padang rumput. Hal sebaliknya terjadi pada kelas lahan yang lain. Semak bertambah luas diikuti kelas lahan lain. Di sub-DAS Ciapus, kebun campuran mempunyai areal terluas meskipun mengalami penurunan luas sebesar 1.018,17 Ha. Hal ini terjadi juga pada tegakan pinus, hutan daun lebar, dan kebun teh. Di sub-DAS Ciampea-

Cihideung, kebun campuran mengalami penurunan luas terbanyak, diikuti oleh padang rumput, tegakan pinus, kebun teh dan hutan daun lebar. Sementara sawah, kebun karet dan semak bertambah luas. Di sub-DAS Cianten-Cikaniki, kebun campuran mengalami penurunan luas sebesar 8.628,57 Ha sejak 1994 sampai 2000, dan seluas 1.242,99 Ha selama 2000 sampai 2003. Situasi berlainan terjadi pada hutan daun lebar yang mengalami penurunan pada periode pertama seluas 4.393,8 Ha tapi kembali bertambah seluas 2.293 Ha. Sawah, permukiman, dan kebun karet pada 2 periode ini mengalami penambahan luas. Di sub-DAS Citempuan, tahun 1994 kebun campuran mendominasi dengan areal seluas 2.432,25 Ha tapi kemudian mengalami penurunan sebesar 1.000,8 Ha pada tahun 2000. Semak yang bertambah seluas 1.527,93 Ha selama periode ini menjadi dominan pada tahun 2000. Pada tahun 2003, kelas-kelas bervegetasi umumnya mengalami peningkatan jumlah luas.

Judul Penelitian : Deteksi Perubahan Tutupan Lahan di DAS Cisadane Bagian Hulu Menggunakan Data Landsat Multiwaktu Mahasiswa

: Dede Priyatna

NIM

: E01499070

Departemen

: Manajemen Hutan

Program Studi

: Manajemen Hutan

Menyetujui : Dosen Pembimbing

Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr. NIP. 131 578 785

Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. NIP. 131 430 799

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Mei 1980 di Desa Cintaratu, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Tatang Sutarya, S.Sos dan Ibu Usih. Jenjang pendidikan formal penulis dimulai di Sekolah Dasar Negeri Panglanjan pada tahun 1987 dan lulus pada tahun 1993. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP Negeri 1 Ciamis dan lulus pada tahun 1996. Selanjutnya penulis meneruskan pendidikan ke SMU Negeri 1 Ciamis dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Kemudian pada tahun 2001 penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan Laboratorium Inventarisasi Sumberdaya Hutan. Penulis pernah melakukan Praktek Pengenalan Hutan di Hutan Sancang dan TN Gn. Papandayan KPH Garut Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, serta Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) di KPH Tasikmalaya Perum Perhutani Unit III Jawa Barat pada bulan Juli sampai Agustus 2002. Selain itu, penulis juga pernah melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) pada bulan September sampai Oktober 2003 di HPHTI PT. Wirakarya Sakti (Sinar Mas Group), Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Selama studi di IPB, penulis aktif menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Kartografi dan Ilmu Ukur Hutan. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melakukan penelitian dengan judul : “Deteksi Perubahan Tutupan Lahan di DAS Cisadane Bagian Hulu Menggunakan Data Landsat Multiwaktu” di bawah bimbingan Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr.

i

KATA PENGANTAR Penelitian “Deteksi Perubahan Tutupan Lahan di DAS Cisadane Bagian Hulu Menggunakan Data Landsat Multiwaktu” yang disajikan dalam skripsi ini memuat tentang kemampuan citra Landsat dalam mendeteksi kelaskelas lahan di Daerah Aliran Sungai Cisadane Bagian Hulu dengan menggunakan klasifikasi terbimbing metode kemungkinan maksimum dan kemampuannya dalam mendeterminasi luasan masing-masing kelas lahan untuk mengetahui perubahannya pada satuan-satuan waktu yang diteliti. Penggunaan data penginderaan jauh satelit sendiri tidak terlepas dari terbatasnya peran metode survey teresterial dan fotografi udara dalam menyediakan data yang cepat dalam jumlah besar. Apalagi teknologi komputer dan satelit berkembang pesat sehingga kemungkinan untuk memaksimalkan informasi yang bisa digali dari permukaan bumi semakin besar. Daerah Aliran Sungai sendiri, sebagai suatu ekosistem, mempunyai peran yang sangat vital bagi masyarakat sehingga memerlukan sistem pengelolaan yang benar. Setiap perubahan yang terjadi di lapangan kadang ditanggapi dengan respon yang salah akibat keterbatasan informasi. Kendala lapangan yang selama ini sering menjadi hambatan dalam memperoleh data bisa diatasi oleh penginderaan jauh secara cepat dan dalam jumlah besar. Penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

gambaran

mengenai

kemampuan citra Landsat dalam mendeteksi tipe-tipe lahan dan mendeterminasi luasannya sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan sumber informasi bagi pengelolaan yang berbasiskan keruangan, terutama untuk informasi yang bersifat menyeluruh, interval waktu yang sempit dan tingkat kedetilan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi menjadikan tulisan ini lebih baik dan bermanfaat.

Dramaga, Januari 2007 Penulis

ii

UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya serta teladan sejati Rasulullah Muhammad SAW, sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan akhir ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya Penulis haturkan kepada Bapak dan Ibu, adikku (Andri Priyanto), keluarga besar di Ciamis, Bandung dan Bogor atas do’a, dorongan dan kasih sayangnya selama ini. Pada kesempatan ini juga, Penulis haturkan ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr. sebagai dosen pembimbing atas kesabarannya yang tiada terhingga dalam memberikan teladan, bimbingan, pengajaran, arahan dan nasihat, baik akademis maupun di luar akademis, yang sangat membantu Penulis selama melakukan penulisan tugas akhir ini. 2. Bapak Dr. Ir. Bintang C.H. Simangunsong, MS. sebagai dosen penguji wakil dari Departemen Hasil Hutan atas semua koreksi, masukan, dan nasehatnya. 3. Ibu Ir. Siti Badriyah Rushayati, M.Si. sebagai dosen penguji wakil dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan atas koreksi, masukan, dan nasehatnya. 4. Bapak Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc. dan Bapak Dr. Ir. Didik Suharjito, MS. atas perhatian, dorongan semangat, dan nasehatnya. 5. Bapak Uus Saeful M. atas semua bantuan dan pengalamannya di Laboratorium Remote Sensing dan GIS. 6. Ibu Diah (Divisi Perencanaan dan Pengembangan Perusahaan Perhutani), Ibu Belinda dan Ibu Mela (Badan Planologi Kehutanan – Departemen Kehutanan), Bapak Tegen (BPDAS Citarum – Ciliwung) atas bantuan dan kerjasamanya. 7. Rekan-rekan di Laboratorium RSGIS (Erwin, Mbak Nur, Slamet, Robi, Bram, Syifa, Gita, Jufri, Ajay, Edwin, dan lain-lain) atas masukan dan kerjasamanya. 8. Rekan-rekan di Laboratorium Inventarisasi Sumber Daya Hutan (Uung, Nunu, Cucup, Dinni, Rizal, dan lain-lain) atas kebersamaanya. 9. Rekan-rekan di bangku kuliah atas persahabatan dan kerjasamanya. 10. Kawan-kawan di Caroka, Asmat, Villa Merah, Enjoy, Loji, Wisma Andri, Wisma Hattori, atas kebersamaan, suka duka, toleransi, tenggang rasa, dorongan semangat dan bantuannya.

iii 11. Teman-teman seperjuangan (Oday, Abah, Bim-bim, Olin, Aam, Uung, ARH, Ersa, Robi, Japra, Gato, Bayu, Dinni, Susi, Eny, Ochiet, Mamay dan lain-lain) atas pelajaran hidupnya. 12. Rekan-rekan MNH’36, THH’36, dan KSH’36 atas tenggang rasa, solidaritas dan kekompakannya. 13. Seluruh civitas Fahutan atas persahabatannya. 14. Firman, Eko, Agus, Miftah dan rekan-rekan di Asrama ISBA – Cibeureum atas bantuan dan pengertiannya. 15. Jama’ah Masjid An-Nuur Kompleks Perumahan Alam Sinar Sari Cibeureum atas bimbingannya dalam menemukan orientasi hidup baru yang lebih kokoh. Jazakumullah khairan katsiiran. 16. Krisno Dwi Raharjo atas pinjaman GPS-nya, Jusmarwan Nacing (atas komputer dan printer-nya) dan Ersa Juarsa E.H. (atas notebook-nya). 17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuan, bimbingan, dorongan dan perhatiannya. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari satu kata yang disebut sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Dramaga, Januari 2007

Penulis

iv

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ......................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR........................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 4 Konsep Dasar Penginderaan Jauh ............................................................. 4 Karakteristik Pantulan Spektral oleh Vegetasi, Tanah dan Air .................... 5 Landsat (Land Satellite) .............................................................................. 5 Analisis Data Penginderaan Jauh ............................................................... 8 1. Koreksi Radiometrik ........................................................................... 8 2. Koreksi Geometrik.............................................................................. 9 3. Klasifikasi Citra ................................................................................... 10 4. Area Contoh (Training Area) .............................................................. 11 5. Klasifikasi dengan Metode Kemungkinan Maksimum ........................ 12 6. Evaluasi Hasil Klasifikasi .................................................................... 12 Pemantauan Perubahan Tutupan Lahan .................................................... 13 METODE PENELITIAN ..................................................................................... 15 Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................................... 15 Data Citra, Data Pendukung dan Alat ......................................................... 15 Tahap-tahap Penelitian ............................................................................... 15 Pengolahan Awal Citra (Pre-Image Processing) ......................................... 16 1. Koreksi Geometrik (Geometric Correction) .......................................... 16 2. Penajaman Citra (Image Enhancement) .............................................. 18 3. Interpretasi Visual Citra Satelit (Visual Image Interpretation)............... 18 4. Penyekatan Area Penelitian (cropping) ................................................ 21 Pemeriksaan Lapangan (Ground Check) .................................................... 22 Pengolahan Citra Digital (Image Processing) .............................................. 23 1. Penentuan/Pemilihan Area Contoh (Training Area) ............................. 24 2. Analisis Separabilitas ........................................................................... 25 3. Evaluasi Akurasi ................................................................................... 26 4. Klasifikasi Terbimbing (Supervised Classification) ............................... 27 5. Accuracy Assessment .......................................................................... 27 Analisis Perubahan Tutupan Lahan ............................................................ 29 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................................... 31 Letak dan Luas ............................................................................................ 31 Tanah dan Topografi ................................................................................... 31 Iklim ............................................................................................................. 32

v Vegetasi ...................................................................................................... 32 Kependudukan dan Ketenagakerjaan ......................................................... 33 Perekomian ................................................................................................. 33 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 35 Klasifikasi Citra Tahun 1994........................................................................ 35 1. Area Contoh (Training Area) ................................................................ 35 2. Analisis Separabilitas ........................................................................... 36 3. Klasifikasi Terbimbing .......................................................................... 38 4. Uji Akurasi ............................................................................................ 39 5. Hasil Klasifikasi per-sub-das ................................................................ 40 Klasifikasi Citra Tahun 2000........................................................................ 43 1. Area Contoh (Training Area) ................................................................ 43 2. Analisis Separabilitas ........................................................................... 44 3. Klasifikasi Terbimbing .......................................................................... 46 4. Uji Akurasi ............................................................................................ 46 5. Hasil Klasifikasi per-sub-das ................................................................ 47 Klasifikasi Citra Tahun 2003........................................................................ 50 1. Area Contoh (Training Area) ................................................................ 50 2. Analisis Separabilitas ........................................................................... 51 3. Klasifikasi terbimbing............................................................................ 53 4. Uji Akurasi ............................................................................................ 53 5. Hasil Klasifikasi per-sub-das ................................................................ 55 Analisis Perubahan Tutupan Lahan ............................................................ 57 1. Sub-Das Cisadane Hulu ....................................................................... 57 Analisis Perubahan Tutupan Lahan pada Periode 1994-2000............. 58 2. Sub-Das Ciapus ................................................................................... 60 Analisis Perubahan Tutupan Lahan pada Periode 1994-2000............. 61 3. Sub-Das Ciampea-Cihideung............................................................... 63 Analisis Perubahan Tutupan Lahan pada Periode 1994-2000............. 64 4. Sub-Das Cianten-Cikaniki .................................................................... 67 Analisis Perubahan Tutupan Lahan pada Periode 1994-2000............. 68 Analisis Perubahan Tutupan Lahan pada Periode 2000-2003............. 71 5. Sub-Das Citempuan ............................................................................. 74 Analisis Perubahan Tutupan Lahan pada Periode 1994-2000 ............ 74 Analisis Perubahan Tutupan Lahan pada Periode 2000-2003 ............ 76 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 79 Kesimpulan.................................................................................................. 79 Saran ........................................................................................................... 79 DAFTAR PUSTAKA . ....................................................................................... 80 LAMPIRAN ....................................................................................................... 82

vi

DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Kemampuan Spektral dari Landsat TM ....................................................... 7 2. Data Citra Satelit yang Digunakan Dalam Penelitian .................................. 15 3. Rekapitulasi GCP dan Nilai RMSE dari Seluruh Citra Landsat ................... 18 4. Penampakan Visual Citra dari Kelas-kelas Tutupan Lahan ........................ 20 5. Deskripsi Tipe-tipe Tutupan Lahan ............................................................. 21 6. Dokumentasi Kelas Tutupan Lahan Hasil Kegiatan Ground-Check ............ 22 7. Kelas dan Jumlah Piksel Pada Pembuatan Area Contoh pada Masing masing Citra ................................................................................................ 25 8. Matriks Kesalahan (confusion matrix) ......................................................... 26 9. Kondisi Topografi di DAS Cisadane Bagian Hulu ....................................... 32 10. Kombinasi Band Terbaik Analisis Separabilitas Citra Landsat TM Tahun 1994 ................................................................................................. 36 11. Matriks Separabilitas Citra Landsat TM Tahun 1994 Menggunakan Kombinasi Band 1-2-4-7.............................................................................. 36 12. Matriks Kontingensi dari Area Contoh pada Citra Tahun 1994 ................... 37 13. Accuracy Assessment Hasil Klasifikasi Citra Landsat TM Tahun 1994 Menggunakan Kombinasi Band 1-2-4-7 ...................................................... 39 14. Luas dan Distribusi Kelas Tutupan Lahan Hasil Klasifikasi Citra Tahun 1994 ............................................................................................................ 40 15. Kombinasi Band Terbaik Analisis Separabilitas Citra Landsat ETM+ Tahun 2000 ................................................................................................. 44 16. Matriks Separabilitas Citra Landsat ETM+ Tahun 2000 Menggunakan Kombinasi Band 1-2-3-4-5 .......................................................................... 44 17. Matriks Kontingensi dari Area Contoh Citra Tahun 2000 ............................ 45 18. Accuracy Assessment Hasil Klasifikasi Citra Landsat ETM+ Tahun 2000 Menggunakan Kombinasi Band 1-2-3-4-5.......................................... 46 19. Luas dan Distribusi Kelas Tutupan Lahan Hasil Klasifikasi Citra Tahun 2000 ............................................................................................................ 48 20. Kombinasi Band Terbaik Analisis Separabilitas Citra Landsat ETM+ Tahun 2003 ................................................................................................. 51 21. Matriks Separabilitas Citra Landsat ETM+ Tahun 2003 Menggunakan Kombinasi Band 1-3-4-5.............................................................................. 51 22. Matriks Kontingensi dari Area Contoh Citra Tahun 2003 ............................ 52 23. Accuracy Assessment Hasil Klasifikasi Citra Landsat ETM+ Tahun 2003 Menggunakan Kombinasi Band 1-3-4-5 ............................................. 54 24. Luas dan Distribusi Kelas Tutupan Lahan Hasil Klasifikasi Citra Tahun 2003 ............................................................................................................ 55 25. Perubahan Luas Masing-masing Kelas Tutupan Lahan di Sub-DAS Cisadane Hulu Selama Tahun 1994 - 2000 (dalam Ha) ............................. 57 26. Perubahan Luas Masing-masing Kelas Tutupan Lahan di Sub-DAS Ciapus Selama Tahun 1994 - 2000 (dalam Ha) .......................................... 60 27. Perubahan Luas Masing-masing Kelas Tutupan Lahan di Sub-DAS Ciampea-Cihideung Selama Tahun 1994 - 2000 (dalam Ha) ..................... 64 28. Perubahan Luas Masing-masing Kelas Tutupan Lahan di Sub-DAS Cianten-Cikaniki Selama Tahun 1994 - 2000 dan 2000 – 2003 (dalam Ha)............................................................................................................... 67 29. Perubahan Luas Masing-masing Kelas Tutupan Lahan di Sub-DAS Citempuan Selama Tahun 1994 - 2000 dan 2000 – 2003 (dalam Ha) ........ 74

vii

DAFTAR GAMBAR No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Halaman Tampilan Visual Citra Masing-masing Tahun Liputan ................................. 19 Diagram Alir Metode Penelitian ................................................................... 30 Lokasi Penelitian ......................................................................................... 31 Grafik Nilai Rata-rata DN Area Contoh Untuk Masing-masing Kelas Tutupan Lahan Pada Setiap Band Citra Tahun 1994................................................ 35 Grafik Nilai Rata-rata DN Area Contoh Untuk Masing-masing Kelas Tutupan Lahan Pada Setiap Band Citra Tahun 2000................................................ 43 Grafik Nilai Rata-rata DN Area Contoh Untuk Masing-masing Kelas Tutupan Lahan Pada Setiap Band Citra Tahun 2003................................................ 50 Histogram Perubahan Luas Kelas Tutupan Lahan Tahun 1994-2000 SubDAS Cisadane Hulu .................................................................................... 57 Histogram Perubahan Luas Kelas Tutupan Lahan Tahun 1994-2000 SubDAS Ciapus ............................................................................................... 61 Histogram Perubahan Luas Kelas Tutupan Lahan Tahun 1994-2000 SubDAS Ciampea-Cihideung ............................................................................ 64 Histogram Perubahan Luas Kelas Tutupan Lahan Tahun 1994-2000 SubDAS Cianten-Cikaniki .................................................................................. 68 Histogram Perubahan Luas Kelas Tutupan Lahan Tahun 1994-2000 SubDAS Citempuan........................................................................................... 74

viii

DAFTAR LAMPIRAN No.

Halaman

1. RMSE hasil rektifikasi citra Landsat ETM+ tahun 2003 dengan menggunakan peta digital daerah Bogor sebagai masternya. ...................... 83 2. RMSE hasil rektifikasi citra Landsat ETM+ tahun 2000 dengan menggunakan citra Landsat ETM+ tahun 2003 sebagai masternya. ............ 84 3. RMSE hasil rektifikasi citra Landsat TM tahun 1994 dengan menggunakan citra Landsat ETM+ tahun 2000 sebagai masternya. ............ 85 4. Lokasi Pengambilan Titik-titik Ground-Check................................................ 86 5. Matriks Transisi Citra Hasil Klasifikasi Tahun 1994 – 2000 sub-DAS Cisadane Hulu............................................................................................... 89 6. Matriks Transisi Citra Hasil Klasifikasi Tahun 1994 – 2000 sub-DAS Ciapus ........................................................................................................... 89 7. Matriks Transisi Citra Hasil Klasifikasi Tahun 1994 – 2000 sub-DAS Ciampea-Cihideung ...................................................................................... 90 8. Matriks Transisi Citra Hasil Klasifikasi Tahun 1994 – 2000 sub-DAS Cianten-Cikaniki ............................................................................................ 91 9. Matriks Transisi Citra Hasil Klasifikasi Tahun 1994 – 2000 sub-DAS Citempuan ..................................................................................................... 91 10. Matriks Transisi Citra Hasil Klasifikasi Tahun 2000 – 2003 sub-DAS Cianten-Cikaniki .......................................................................................... 92 11. Matriks Transisi Citra Hasil Klasifikasi Tahun 2000 – 2003 sub-DAS Citempuan ................................................................................................... 93 12. Peta DAS Cisadane Bagian Hulu Hasil Klasifikasi Citra Tahun 1994 dengan Menggunakan Kombinasi Band 1247 ............................................ 94 13. Peta DAS Cisadane Bagian Hulu Hasil Klasifikasi Citra Tahun 2000 dengan Menggunakan Kombinasi Band 12345 .......................................... 95 14. Peta DAS Cisadane Bagian Hulu Hasil Klasifikasi Citra Tahun 2003 dengan Menggunakan Kombinasi Band 1345 ............................................ 96 15. Citra DAS Cisadane Bagian Hulu Hasil Klasifikasi ...................................... 97 16. Citra Hasil Klasifikasi sub-DAS Cisadane Hulu ........................................... 97 17. Citra Hasil Klasifikasi sub-DAS Ciapus ....................................................... 98 18. Citra Hasil Klasifikasi sub-DAS Ciampea-Cihideung ................................... 98 19. Citra Hasil Klasifikasi sub-DAS Cianten-Cikaniki ........................................ 99 20. Citra Hasil Klasifikasi sub-DAS Citempuan ................................................. 99

PENDAHULUAN Latar Belakang Penginderaan jauh sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan berkembangnya perangkat-perangkat pendukung penginderaan jauh, seperti perangkat pengumpul data, perangkat pengolah data dan perangkat penyaji data hasil olahan; serta perkembangan pengetahuan analis dalam memaksimalkan informasi yang bisa digali dari data penginderaan jauh. Diluncurkannya satelit sumberdaya bumi Landsat-1 pada tahun 1972 dan berkembangnya

teknologi

komputer

memicu

lahirnya

pengolahan

data

penginderaan jauh secara digital yang dapat menangani data dalam jumlah besar. Diferensiasi resolusi spasial, radiometrik, spektral, dan temporal dari berbagai jenis sensor perekam dan teknik dalam melakukan perekaman menyediakan variasi informasi sumberdaya yang membantu memudahkan analisis spesifik. Perkembangan penggunaan data penginderaan jauh satelit sendiri tidak terlepas dari terbatasnya peran metode survey teresterial dan fotografi udara dalam menyediakan data yang cepat dalam jumlah besar. Pengumpulan data dengan menggunakan metode konvensional survai lapangan untuk areal yang sangat luas akan membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar serta tidak praktis apabila digunakan pada daerah-daerah yang bertopografi berat (Jaya, 2002). Salah satu analisa yang dapat dilakukan terhadap data digital penginderaan jauh satelit ini adalah monitoring perubahan tutupan dan pnggunaan lahan. Prinsipnya adalah membandingkan kelas-kelas tutupan lahan pada dua citra sama yang diliput pada waktu yang berbeda. Landsat-5 yang membawa sensor TM (Thematic Mapper) dan Landsat-7 yang membawa sensor ETM+ (Enhanced Thematic Mapper plus) yang digunakan pada penelitian ini mempunyai revisit 16 hari sehingga mampu memantau perubahan objek-objek pada suatu areal dalam waktu singkat. Walaupun mempunyai resolusi spasial yang lebih rendah dibandingkan potret udara, yaitu 30 m x 30 m,

dengan

pertimbangan tingkat kedetilan data dan cakupan luas areal yang dianalisis, data Landsat ini dianggap mampu menyediakan data yang diperlukan dalam operasi ini. Salah satu aplikasi praktisnya adalah dalam kegiatan pemantauan perubahan tutupan dan penggunan lahan pada suatu Daerah Aliran Sungai,

2 mengingat cakupan arealnya yang luas dengan topografi yang beragam. Selain itu, sebagai suatu ekosistem, Daerah Aliran Sungai memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia, terutama dalam kaitannya dengan fungsinya sebagai penyedia air bagi masyarakat untuk keperluan sehari-hari, pengairan sawah dan kolam, kebutuhan pabrik, PDAM, dan lain-lain. Untuk menjaga eksistensi dan kualitasnya, diperlukan suatu pengelolaan yang berdasarkan azas kelestarian lingkungan. Pengelolaan yang baik harus dilakukan

secara

terintegrasi

dan

kontinyu

untuk

menanggulangi

dan

mengantisipasi laju dan arah terjadinya perubahan pada suatu DAS. Untuk mendukung hal tersebut maka perlu dikumpulkan data-data yang lengkap tentang karakteristik DAS yang akan dikelola. Salah satu karakteristik yang dapat dipantau secara berkala adalah perubahan luasan tutupan dan penggunaan lahan. Hal inilah yang bisa dipenuhi oleh data penginderaan jauh.

3 Tujuan Penelitian 1. Mengamati perubahan tutupan lahan yang terjadi di DAS Cisadane bagian Hulu pada tahun 1994, 2000 dan 2003 dengan menggunakan data citra Landsat TM dan ETM+. 2. Memetakan tutupan lahan di DAS Cisadane bagian Hulu.

Manfaat Penelitian Hasil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam kegiatan pengelolaan suatu Daerah Aliran Sungai, terutama dalam penilaian kondisi suatu DAS berdasarkan keadaan tutupan lahan dan perubahannya dari tahun ke tahun.

4

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Dasar Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, dan fenomena melalui analisis data yang diperoleh dari suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand & Kiefer, 1997). Dasar pemikiran penggunaan data penginderaan jauh adalah dengan adanya perbedaan pola interaksi antar energi elektromagnetik dengan obyek di permukaan tanah (Hernawan, 2001). Hunt (1980) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan radiasi elektromagnetik adalah suatu bentuk perjalanan energi dalam ruang hampa, yang menunjukkan sifat-sifat partikel dan gelombang (Lo, 1995). Robinson, Morrison, Muehrcke, Kimerling, dan Guptill (1995) menambahkan bahwa banyaknya foton (intensitas energi) yang mencapai detektor bervariasi menurut jumlah dari energi yang dipancarkan oleh kekuatan sumber cahaya, jumlah dari energi yang diserap oleh atmosfer, dan derajat tingkat untuk mana objek permukaan memantulkan dan memancarkan energi. Energi elektromagnetik yang dipancarkan dan dipantulkan oleh suatu objek pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan panjang gelombangnya. Kisaran panjang gelombang (rentang spektral) yang umum digunakan dalam penginderaan jauh untuk mengindera sumber daya yang terdapat di permukaan bumi berkisar antara 0,4 µm - 12 µm (sinar tampak dan inframerah), dan antara 30 mm dan 300 mm yang disebut dengan gelombang mikro (microwave). Untuk gelombang mikro ini, sering juga dinyatakan dalam frekuensi dimana panjang gelombang antara 30 mm dan 300 mm setara dengan frekuensi antara 1GHz dan 10 GHz. Pada daerah sinar tampak dan inframerah dekat serta inframerah sedang, energi yang direfleksikan dan direkam oleh sensor sangat bergantung pada sifat-sifat objek yang bersangkutan, seperti pigmentasi, kadar air dan stuktur sel, daun dan percabangan dari vegetasi, kandungan mineral dan kadar air tanah serta tingkat sedimentasi pada air. Pada daerah inframerah termal, kapasitas panas dan sifat-sifat termal dari permukaan maupun dari bawah permukaan tanah merupakan faktor yang mempengaruhi keluasan radiasi yang dideteksi oleh sensor.

5 Karakteristik Pantulan Spektral oleh Vegetasi, Tanah dan Air Pantulan spektral untuk vegetasi sehat berdaun hijau dipengaruhi oleh pigmen yang terkandung di dalam daun tumbuhan. Klorofil misalnya banyak menyerap pada panjang gelombang yang terpusat pada sekitar 0,45 µm - 0,65 µm. Berdasarkan hal itu mata kita menangkap vegetasi sehat berwarna hijau disebabkan oleh besarnya penyerapan energi pada spektrum hijau. Apabila suatu tumbuhan mengalami beberapa bentuk gangguan, yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan produksinya yang normal, maka hal itu akan mengurangi atau mematikan produksi klorofil. Akibatnya terjadi penurunan serapan oleh klorofil pada saluran biru dan merah. Sering pantulan pada spektum merah bertambah hingga kita lihat tumbuhan tampak berwarna kuning, gabungan antara hijau dan merah (Lillesand & Kiefer, 1997). Mendekati spektrum inframerah pantulan vegetasi sehat meningkat pada rentang 0,7 µm - 1,3 µm. Pada rentang ini daun tumbuhan memantulkan 50 % tenaga yang datang padanya dan sebagian besar dari 50 % energi selebihnya ditransmisikan, karena serapan pada daerah spektral ini minimal. Pantulan tumbuhan pada panjang gelombang 0,7 µm - 1,3 µm terutama dihasilkan oleh struktur internal daun tumbuhan tersebut. Pengukuran pantulan pada panjang gelombang ini memungkinkan untuk melakukan pemisahan spesies tumbuhan karena struktur internal banyak berbeda untuk berbagai spesies tumbuhan (Lillesand & Kiefer, 1997) Lebih lanjut Lillesand dan Kiefer (1997) menjelaskan, tanah mempunyai pantulan yang meningkat secara monoton terhadap peningkatan panjang gelombang. Penurunan pantulan terjadi pada panjang gelombang 1,4 µm; 1,9 µm; dan 2,7 µm karena pengaruh kelembaban tanah, tekstur tanah, kekasaran permukaan, adanya oksidasi besi, dan kandungan bahan organik. Air merefleksikan sekitar 10 % atau kurang pada kisaran panjang gelombang biruhijau, persentase pantulan lebih kecil pada panjang gelombang merah, hampir tidak ada energi pada kisaran inframerah. Baik air yang mengandung padatan tersuspensi maupun tubuh air jernih harus cukup dangkal untuk memungkinkan terjadinya pemantulan, termasuk dalam kisaran inframerah dekat.

LANDSAT (Land Satellite) Earth Resources Technological Satellite - 1 (ERTS-1) merupakan satelit sumberdaya bumi milik Amerika Serikat yang diluncurkan pada tanggal 23 Juli

6 1972. Kemudian, satelit berikutnya (ERTS-2) diluncurkan pada tanggal 22 Januari 1975, dan secara resmi NASA mengganti pogram ERTS menjadi program Landsat. Berdasarkan hal tersebut ERTS-1 dirubah namanya menjadi Landsat-1 dan ERTS-2 pada peluncurannya menjadi Landsat-2. Landsat-3 diluncurkan pada tanggal 5 Maret 1978 diikuti dengan peluncuran Landsat 4, 5, 6, dan 7. Landsat-5 yang diluncurkan pada tanggal 1 Maret 1984, membawa sensor TM (Thematic Mapper) yang mempunyai resolusi spasial 30 m x 30 m pada band 1-7. Landsat -5 mempunyai kemampuan untuk meliputi daerah yang sama pada permukaan bumi setiap 16 hari, pada ketinggian orbit 705 km. Sistem Landsat milik Amerika Serikat ini mempunyai tiga instrumen pencitraan (imaging intrument), yaitu Return Beam Vidicom (RBV) yang dibawa oleh Landsat 1-3, Multispektral Scanner (MMS) dibawa oleh Landsat 1-5 dan Thematic Mapper (TM) oleh landsat 4-5. Return Beam Vidicom (RBV) merupakan instrumen semacam televisi yang mengambil citra “Snapshot” dari permukaan bumi di sepanjang trek lapangan satelit yang berukuran 185 km x 185 km pada setiap interval waktu tertentu (Jaya, 2002). Sistem Multispectral Scanner (MMS) dan Thematic Mapper (TM) adalah sistem untuk memperoleh citra/data yang mengkombinasikan sistem optik dan sensor cahaya. Sensor yang dibawa kedua satelit ini mendeteksi radiasi (kekuatan radiasi) pada setiap saluran atau band, di mana nilai radiasinya dinyatakan sebagai nilai digital (digital number) dengan rentang nilai 0 - 255. Landsat TM mempunyai resolusi spasial 30 m x 30 m yang merupakan ukuran unit terkecil dari area yang dapat dideteksi oleh sensor. Setiap unit area ini disebut dengan picture element atau piksel. Beberapa karakteristik khusus yang dimiliki oleh sistem Landsat, yaitu : - rangkaian Landsat berada dalam orbit yang hampir polar/melalui kutub pada ketinggian nominal 917 km (570 mil). - orbitnya sinkron dengan matahari, yang berarti bahwa bidang orbitnya akan mendahului bumi pada kecepatan sudut yang sama dengan kecepatan sudut bumi mengitari matahari. Sifat ini akan memungkinkan pesawat ruang angkasa tersebut melintasi equator pada jam matahari setempat yang sama (antara jam 09:30 dan 10:00), pada sisi permukaan bumi yang mendapat sinar matahari. - orbit yang sinkron dengan matahari akan menghasilkan kondisi-kondisi sudut matahari yang konstan dan dapat diulang kembali. Hal ini mutlak untuk :

7 1. pemantauan

perubahan-perubahan

yang

berlangsung

pada

permukaan bumi dalam suatu jangka waktu tertentu. 2. untuk mendapatkan mozaik berkualitas tinggi. Sudut matahari pagi dipilih untuk memanfaatkan bayangan yang akan mempertegas relief. - masing-masing orbit berlangsung kira-kira 103 menit, yang berarti terjadi 14 orbit tiap hari. Setiap orbit yang berurutan akan menyimpang ke arah barat kirakira 2.875 km (1.786 mil) pada ekuator yang menyebabkan celah (kesenjangan) yang besar pada liputannya. Tetapi, pada hari berikutnya, keempat belas orbitnya akan sejajar dengan keempat belas orbit hari sebelumnya dengan penyimpangan ke arah barat hanya sebesar 159 km (99 mil) dari orbit hari sebelumnya. Jadi dibutuhkan 18 hari untuk memenuhi celah-celah sebesar 2.875 km dan meliput seluruh bumi, kecuali tutupan awan dan suatu daerah kecil di dekat kutub. - karena masing-masing lintasan menggambar suatu jalur selebar 185 km (115 mil) dan penyimpangan ke arah barat sebesar 159 km, berarti ada suatu tampalan sisi sebesar 14 % pada ekuator, yang bertambah kira-kira sampai 85 % pada lintang 80 derajat (Paine, 1992). Sedangkan karakteristik spektral sensor TM dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kemampuan Spektral dari Landsat TM. Band Panjang gelombang (µm) Kegunaan/aplikasi 1 (Biru) 0,45 - 0,52 Diskriminasi vegetasi berdaun lebar terhadap vegetasi berdaun jarum. Band ini melakukan penetrasi air. 2 (Hijau) 0,52 - 0,60 Biomassa dan kandungan klorofil (kondisi kehijauan vegetasi). Puncak reflektansi pada 0,54 µm. 3 (Merah) 0,63 - 0,69 Diskriminasi vegetasi. Band pada daerah yang menyerap klorofil yang dapat membantu perbedaan jenis tumbuhan. 4 0,76 - 0,90 Identifikasi akumulasi biomassa dan (Inframerah batas-batas daratan dan perairan. dekat) Terjadi kontras antara daun hidup dan daun mati serta sensitif terhadap kadar air permukaan tanah. 5 1,55 – 1,75 Pendeteksian kandungan air (Inframerah (kelembaban) permukaan, deliniasi sedang I) batas-batas perbedaan presipitasi. 7 2,08 – 2,35 Sensitif terhadap kadar air tanaman dan (Inframerah tanah, dan kerapatan tegakan. sedang II) 6 10,4 – 12,5 Pendeteksian sebaran suhu permukaan (Inframerah daratan dan lautan (pemetaan termal). termal) Sumber : Jaya (2002)

8 Citra Landsat dirancang untuk meliputi daerah yang luas untuk pandangan secara keseluruhan. Keberadaan atau arti ciri-ciri geologi yang besar tertentu dapat nampak secara jelas pada citra Landsat tetapi mudah diabaikan pada fotografi konvensional karena dibutuhkan foto udara yang banyak untuk meliputi suatu kawasan yang sama. Frekuensi yang tinggi dalam ulangan pengambilan

liputan

yang

dilakukan

oleh

Landsat

lebih

cukup

untuk

mendapatkan peta tahunan yang terbaru dan untuk mengikuti perubahanperubahan yang terjadi sepanjang waktu (Paine, 1992).

Analisis Data Penginderaan Jauh Pendekatan analisis digital meliputi penggunaan data komputer dan satelit dalam bentuk digital. Interpretasi visual secara simultan terhadap sejumlah besar citra multispektral menjadi tidak praktis, khususnya pada areal luas. Hanya dengan bantuan teknik komputer, kita mengharapkan dapat melakukan pemetaan penggunaan lahan dengan kecermatan lebih baik, yang lazimnya dapat diulang pada interval waktu teratur. Melalui pendekatan digital, kandungan informasi data Landsat dapat secara penuh dimanfaatkan. Menurut Lillesand dan Kiefer (1997), pada berbagai terapan, pengelolaan komputer data digital Landsat memungkinkan penggunaan sepenuhnya data citra. Analisis data Landsat dapat dikelompokan sebagai berikut : pengelolaan awal citra satelit digital, klasifikasi citra, dan evaluasi hasil klasifikasi. Pengelolaan awal citra digital meliputi proses pemulihan citra (image restoration) meliputi koreksi berbagai distorsi radiometrik dan geometrik yang ada pada citra asli dan proses penajaman citra (image enhancement) untuk menguatkan tampak kontras ke dalam bentuk yang lebih memadai untuk kegiatan interpretasi dan analisis selanjutnya. 1. Koreksi Radiometrik Pada koreksi radiometrik, operasi terpenting adalah menentukan koreksi antara output detektor dan input cahaya pada citra, dan mengoreksi data karena kerusakan detektor. Menurut Jaya (2002), kesalahan radiometrik disebabkan oleh kesalahan respon detektor dan pengaruh atmosfer. Detektor mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahan yaitu line dropout, stripping, dan line start. Kesalahan radiometrik karena pengaruh atmosfer terjadi karena adanya proses pemancaran (atmospheric scattering) dan penyerapan (atmospheric

9 absorption) oleh uap air atau gas-gas pada atmosfer bumi. Atmosfer bumi merupakan

sumber

kesalahan

yang

berarti

karena

dapat

mengurangi

kemampuan analis untuk menggali informasi dari permukaan bumi yang direkam oleh sensor penginderaan jauh. Pada data MSS (Multispektral Scanner), pemancaran band 4 (green) empat kali lebih besar dibandingkan dengan band 6 (Infrared). Penyerapan (absorption) oleh kandungan uap air dan gas lainnya sangat mempengaruhi radiasi panjang gelombang lebih besar dari 0,8 µm (MSS band7). Pada citra, pengaruh pemancaran menyebabkan meningkatnya kecerahan (brightness) sementara penyerapan oleh atmosfer akan menurunnya kecerahan. Masalah pengaruh ini tampak apabila ingin membandingkan respon spektral pada suatu lokasi yang direkam pada waktu yang berbeda. Untuk kegiatan monitoring (change detection), efek ini mempengaruhi akurasi klasifikasi. Koreksi radiometrik akibat pengaruh atmosfer ini bisa dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu atas dasar suatu fakta bahwa data yang direkam menggunakan band Visible (0,4 µm - 0,7 µm) yang sangat mudah dipengaruhi scattering, sementara band infrared dengan panjang gelombang lebih besar dari 0,7 µm sebagian besar bebas dari pengaruh scattering. Dua teknik koreksi radiometrik adalah pembetulan histogram (histogram adjustment) dan pembetulan regresi (Jaya, 2002). Pembetulan histogram umumnya dilakukan pada band visible (TM band 1, 2, dan 3) yang mempunyai digital number cukup besar. Efek scattering berkurang jika histogram di geser ke kiri sehingga nilai digital number minimum menjadi nol. Algoritme sederhana ini merupakan koreksi pengaruh atmosfer orde satu (first order) dengan operasi didasarkan pada pengurangan sebesar bias (offset) dari masing-masing band. 2. Koreksi Geometrik Koreksi geometrik bertujuan untuk memperbaiki kesalahan posisi obyekobyek yang terekam pada citra karena adanya distorsi-distorsi yang bersifat geometrik. Penyebab distorsi geometrik meliputi : terjadinya rotasi pada waktu perekaman, pengaruh kelengkungan bumi, efek panoramik (sudut pandang), pengaruh topografi, dan pengaruh gravitasi bumi yang menyebabkan terjadinya perubahan kecepatan dan ketinggian satelit dan ketidakstabilan ketinggian platform (Lillesand & Kiefer, 1997). Prosedur

yang

diterapkan

pada

koreksi

geometrik

biasanya

memperlakukan distorsi ke dalam dua kelompok, yaitu distorsi yang dipandang sistematik atau dapat diperkirakan sebelumnya dan distorsi yang pada dasarnya

10 dipandang acak atau tidak dapat diperkirakan sebelumnya (Lillesand & Kiefer, 1997). Distorsi acak dan sistematik yang rumit dikoreksi dengan menggunakan analisis titik ikat lapangan (Ground Control Point/GCP). Metode ini memerlukan ketersediaan peta yang teliti sesuai dengan daerah liputan citra dan titik ikat medan yang dapat dikenali pada citra. Titik ikat lapangan merupakan kenampakan yang lokasinya diketahui dan secara tepat dapat ditentukan posisinya pada citra satelit. Kenampakan yang baik untuk titik ikat antara lain perpotongan jalan raya, perpotongan jalan raya dengan tubuh air dan sebagainya. Koreksi geometrik dilakukan dengan mengambil sejumlah titik ikat lapangan yang disesuaikan dengan koordinat citra (lajur dan baris) dan koordinat peta (koordinat UTM atau garis lintang dan bujur, sebagaimana tekstur pada peta). Nilai koordinat tersebut kemudian digunakan untuk analisis kuadrat terkecil yang biasanya pada fungsi polinomial orde 1, 2, dan 3 yang cocok dengan sebaran GCP. Transformasi koordinat yang dilakukan pada citra dapat mengakibatkan pergeseran letak piksel citra dari posisi semula karena adanya proses penyesuaian dengan sistem koordinat peta, sehingga perlu dilakukan proses interpolasi nilai digital piksel-piksel pada citra hasil transformasi, sehubungan dengan adanya koordinat-koordinat piksel yang baru (resampling). Tiga metode yang digunakan untuk mengatasi masalah pergeseran adalah metode tetangga terdekat (Nearest Neighbour Resampling) yang menggunakan nilai piksel terdekat untuk menentukan nilai piksel keluaran (output pixel value). Keunggulan metode ini adalah perhitungan sederhana dan menghindari pengubahan nilai piksel. Teknik resampling yang lebih rumit mengevaluasi beberapa piksel disekitarnya untuk memperkirakan nilai citra yang akan dialihkan. Teknik resampling bilinier (bilinier interpolation) memperhitungkan 4 nilai digital piksel terdekat menggunakan perkiraan rerata tertimbang, proses ini akan mengubah nilai digital maka akan menimbulkan masalah pada pemakaian analisis pengenalan pola spektral data citra. Metode Cubic Convolution, pada pendekatan ini nilai piksel yang dialihkan ditentukan dengan melakukan evaluasi terhadap 16 piksel tetangga disekitar tiap piksel keluaran (Lillesand & Kiefer, 1997). 3. Klasifikasi Citra Klasifikasi citra merupakan proses yang penting dalam analisis digital. Pada dasarnya klasifikasi objek dari data digital dapat dilakukan dengan dua

11 pendekatan. Pendekatan pertama, dilakukan dengan menetapkan beberapa daerah contoh (training site) yang mewakili kelas tutupan lahan yang ada. Kemudian

berdasarkan

statistik

daerah

contoh

tersebut

seluruh

piksel

dikelaskan. Pendekatan dengan cara ini dikenal dengan istilah klasifikasi terbimbing (supervised classification). Sedangkan pendekatan yang kedua dikenal dengan istilah klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised classification), atau dalam istilah statistika dikenal dengan analisis gerombol, yang mengklasifikasikan piksel ke dalam kelas-kelas secara alami. Klasifikasi tak terbimbing lebih banyak menggunakan algoritme yang mengkaji sejumlah besar piksel yang tidak dikenal dan membaginya ke dalam sejumlah kelas berdasarkan nilai citra yang ada. Anggapan dasarnya yaitu nilai di dalam suatu kelas tertentu seharusnya saling berdekatan pada suatu ruang pengukuran, sedangkan pada data kelas yang berbeda akan berada di luar ruang pengukuran tersebut sehingga dapat dipisahkan dengan baik. Kelas yang dihasilkan dari klasifikasi tak terbimbing adalah kelas spektral (Lillesand & Kiefer, 1997). Dalam klasifikasi terbimbing terdapat tiga tahapan, yaitu : tahap pembentukan kelas contoh (training site), tahap klasifikasi, dan tahap keluaran (output). Prinsip kerjanya membandingkan tiap piksel yang tidak dikenal terhadap pola spektral contoh kelas yang telah dibuat dalam tahap latihan. Tingkat kebenaran (akurasi) dari metode klasifikasi terbimbing ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : ƒ

Keterwakilan semua karakteristik alamiah tiap tutupan lahan pada citra melalui area contoh yang terpercaya.

ƒ

Tingkat keterpisahan kelas tutupan lahan secara spektral yang ditentukan berdasarkan teknik klasifikasi yang dipergunakan.

4. Area Contoh (Training Area) Area contoh adalah sebuah rangkaian atau kumpulan piksel pada citra yang mewakili kelas tutupan lahan yang sebelumnya telah diidentifikasi. Pikselpiksel ini menggambarkan pola yang khas dari kelas yang potensial sebagai tutupan lahan dan sangat penting untuk memilih area contoh yang dapat mewakili semua kelas yang diidentifikasi (ERDAS Inc., 1999). Pemilihan area contoh yang mewakili kelas yang akan diidentifikasi tergantung pada kemampuan dan pengetahuan pengguna terhadap citra yang akan digunakan. Pengguna diharapkan mengetahui beberapa informasi spasial

12 maupun spektral mengenai piksel-piksel yang akan diklasifikasi. Karakteristik yang akan diidentifikasi seperti kelas tutupan lahan, dapat diketahui melalui pemeriksaan lapangan, analisis foto udara, dan pengalaman pribadi. Data lapangan menjadi data yang paling akurat yang dimiliki areal kajian (ERDAS Inc., 1999). 5. Klasifikasi dengan Metode Kemungkinan Maksimum Salah satu metode klasifikasi terbimbing adalah klasifikasi kemungkinan maksimum yang berasumsi bahwa sebaran data/piksel adalah normal. Metode ini paling banyak digunakan, dimana DN (Digital Number) pada band tertentu menunjukkan

untuk

setiap

kelas

mewakili

pengamatan

yang

bebas

(independent), dan populasi yang digambarkan mengikuti distribusi normalpeubah ganda (multivariate-normal distribution). Metode ini memerlukan vektor rata-rata untuk sampel multivariate dan matrik ragam – peragam antar band dari setiap kelas atau kategori (Jaya, 2002). Metode

klasifikasi

kemungkinan

maksimum

cenderung

memiliki

persentase ketelitian yang relatif lebih baik dibanding dengan metode nearest neighbourhood dan metode multiple density slicing. 6. Evaluasi Hasil Klasifikasi Penetapan

akurasi

dari

klasifikasi

citra

sangat

penting

untuk

mengevaluasi kualitas peta yang dikembangkan dari data penginderaan jauh. Keakuratan klasifikasi diperoleh dari perbandingan antara jumlah piksel yang dikelaskan secara benar pada setiap kelas dengan jumlah contoh yang digunakan. Akurasi ini diperoleh dengan cara membuat matrik kontingensi, yang lebih sering disebut error matrix atau matrik kesalahan (confusion matrik). Matrik kesalahan adalah matrik bujur sangkar yang berfungsi untuk membandingkan antara data lapangan dan korespondensinya dengan hasil klasifikasi (Lillesand & Kiefer, 1997). Matrik kesalahan membandingkan informasi dari area referensi dengan informasi dari citra hasil klasifikasi pada sejumlah area yang terpilih. Matrik kesalahan berbentuk bujur sangkar dengan elemen pada baris matrik mewakili area pada citra hasil klasifikasi, sedangkan elemen pada kolom matrik mewakili area pada data yang dijadikan referensi (Congalton & Green, 1999 dalam Sudrajat, 2002). Dijelaskan juga bahwa yang dimaksud dengan data referensi adalah sejumlah piksel pada citra yang telah diidentifikasi sebelumnya melalui kegiatan pengecekan lapangan (ground truthing) atau interpretasi foto dan

13 diasumsikan benar. Matrik kesalahan sangat efektif untuk mengetahui tingkat akurasi citra hasil klasifikasi beserta kesalahan yang terjadi dalam tahapan klasifikasi. Ukuran keakuratan hasil klasifikasi yang paling banyak digunakan adalah nilai akurasi Kappa (Kappa Accuration) karena nilai ini memperhitungkan seluruh karakteristik/elemen dari matrik. Ukuran akurasi lain yang bisa dihitung adalah overall accuracy, producer’s accuracy dan user’s accuracy. Selain akurasi Kappa, nilai overall accuracy yang merupakan perbandingan jumlah total area (piksel) yang diklasifikasikan dengan benar terhadap total area (piksel) observasi, menunjukan tingkat kebenaran citra hasil klasifikasi. Akurasi bernilai x % akan menunjukan bahwa dari total piksel dalam citra, pengguna dapat mempercayai kebenaran sebanyak x % dari total. Sedangkan user’s accuracy dan producer’s accuracy menunjukan tingkat akurasi dari sisi pengamatan yang berbeda. Producer’s accuracy adalah probabilitas/peluang rata-rata (%) suatu piksel akan diklasifikasikan dengan benar dan secara rata-rata menunjukan seberapa baik setiap kelas di lapangan telah diklasifikasi. Ukuran ini juga dapat digunakan untuk menduga rata-rata dari kesalahan omissi (omission error). Sedangkan User’s accuracy adalah probabilitas/peluang rata-rata suatu piksel dari citra yang telah terklasifikasi, secara aktual mewakili kelas-kelas tersebut di lapangan. Ukuran ini juga menduga kesalahan omissi (Omission error). Congalton dan Green (1999) dalam Sudrajat (2002) menambahkan bahwa kesalahan yang mungkin terjadi terhadap citra hasil klasifikasi adalah comission error dan omission error. Comission error terjadi jika suatu area diklasifikasikan pada kelas yang salah di lapangan, dan omission error terjadi jika suatu area di lapangan tidak diklasifikasikan pada kelas yang benar.

Pemantauan Perubahan Tutupan Lahan Perubahan lahan terdiri dari perubahan yang bersifat tetap (land use) dari bersifat sementara (land cover). Perubahan yang bersifat tetap artinya perubahan dari satu jenis penggunaan menjadi penggunaan lahan jenis lain, sedangkan perubahan sementara artinya yang berubah hanya tutupan lahannya, jenis penggunaan lahannya tetap (Lo, 1995). Pemantauan perubahan lahan adalah proses mengidentifikasi perubahan suatu objek/fenomena dengan mengamatinya pada waktu yang berbeda. Registrasi yang akurat dari sedikitnya dua citra sangat diperlukan dalam

14 mendeteksi perubahan. Citra tersebut dapat berupa data mentah penginderaan jauh atau dua peta klasifikasi citra yang diperoleh dari dua waktu yang berbeda. Dalam pemantauan perubahan secara digital, respon spektral suatu piksel pada dua waktu akan berbeda jika tutupan lahan berubah dari tutupan lahan satu menjadi tutupan lahan yang lain. Band yang sensitif terhadap perubahan dapat ditentukan dengan karakteristik reflektansi spektral masingmasing band terhadap vegetasi, tanah, dan air. Analisis perubahan lahan dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya : image overlay, differensiasi citra (image differencing), analisis komponen utama (pricipal component analysis), dan perbandingan hasil klasifikasi (Classification comparison). Sunar (1996) dalam Sudrajat (2002) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perbandingan hasil klasifikasi adalah suatu metode deteksi perubahan lahan yang membandingkan citra-citra yang telah diklasifikasikan piksel demi piksel untuk mengidentifikasi perubahan yang terjadi. Teknik perbandingan klasifikasi dilakukan dengan menggunakan dua citra yang telah diklasifikasi secara terpisah. Perbandingan dilakukan piksel per piksel untuk mendapatkan data yang detail mengenai perubahan yang terjadi.

15

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Pengumpulan dan pengolahan awal data citra dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Februari 2004. Pengambilan data lapangan pada bulan Maret 2004. Pengolahan lanjutan dilaksanakan pada bulan April 2004 sampai dengan bulan Mei 2004 di Laboratorium Remote Sensing, Departemen Manajemen Hutan, Institut Pertanian Bogor. Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane Bagian Hulu.

Data Citra, Data Pendukung dan Alat Data citra yang digunakan dalam penelitian ini berupa data digital citra satelit Landsat TM multiwaktu path/row 122/65 tahun 1994, 2000 dan tahun 2003 (Tabel 2). Data pendukung yang digunakan yaitu data vektor batas DAS Cisadane Bagian Hulu, Peta Rupa Bumi skala 1:25.000, dan peta digital daerah Bogor.

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Tabel 2. Data Citra Satelit yang Digunakan dalam Penelitian. Data citra tahun Spesifikasi 1994 2000 Jenis sensor TM ETM+ Path/row 122/65 122/65 Tanggal perekaman 22/09-1994 06/05-2000 Jumlah Band 7 7+pan Band yang digunakan 1,2,3,4,5,7 1,2,3,4,5,7

2003 ETM+ 122/65 02/05-2003 7+pan 1,2,3,4,5,7

Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu seperangkat komputer yang dilengkapi dengan software ER MAPPER versi 5.5, ArcView versi 3.2, ERDAS Imagine 8.4, Microsoft Word dan Microsoft Excel. Peralatan tambahan lainnya yaitu GPS (Global Positioning System) Garmin 12XL, kamera saku dan alat tulis.

Tahap-tahap Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam empat tahap, yaitu pengolahan awal citra (pre-image processing), pengambilan data di lapangan (ground check), pengolahan citra digital (image processing) dan analisis perubahan tutupan lahan.

16 Pengolahan Awal Citra (Pre-Image Processing) Pengolahan awal citra (pre-image processing) merupakan tahap awal dari pengolahan citra satelit Landsat TM, berupa perbaikan/koreksi terhadap data citra yang masih memiliki beberapa kesalahan (distorsi) di dalamnya. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas data citra yang akan berpengaruh terhadap hasil akhir yang akan dicapai. Untuk itu koreksi terhadap distorsi atau kesalahan data perlu dilakukan sebelum data dianalisa lebih lanjut. Langkah awal sebelum masuk pada kegiatan pengolahan awal citra yaitu melakukan proses import dan merging data citra. Citra yang digunakan untuk penelitian ini adalah Landsat TM hasil perekaman tahun 1994 (format *.BIL), citra Landsat ETM+ hasil perekaman tahun 2000 (format *.tif), dan citra Landsat ETM+ hasil perekaman tahun 2003 (format *.tif). Langkah berikutnya adalah menggabungkan masing-masing citra saluran multispektral (saluran biru, hijau, merah, inframerah dekat, inframerah sedang I, inframerah sedang II, dan inframerah panas) menjadi satu data citra multispektral. Saluran spektral yang digunakan pada penelitian ini yaitu band 1, band 2, band 3, band 4, band 5, dan band 7 dan mengabaikan band 6 (baik pada Landsat TM maupun ETM+) dan band 8 (saluran pankromatik) yang terdapat pada Landsat ETM+. 1. Koreksi Geometrik (Geometric Correction). Koreksi geometrik bertujuan untuk memperbaiki kesalahan posisi/letak objek-objek yang terekam pada citra yang disebabkan oleh distorsi geometrik (Lillesand & Kiefer, 1997). Distorsi atau kesalahan posisi dari obyek-obyek yang terekam pada citra tidak akan tampak secara nyata pada citra. Namun kesalahan akibat posisi geometris ini dapat menyebabkan kesulitan dalam proses integrasi (fusi) citra dengan sumber data lainnya (Jaya, 2002). Citra Landsat TM dengan obyek pengamatan DAS Cisadane bagian hulu terdiri dari satu data citra terkoreksi (master image) berupa peta digital daerah Bogor dan tiga data citra mentah (slave image) hasil perekaman tahun 1994, 2000 dan tahun 2003 yang digunakan sebagai bahan penelitian. Koreksi ini dilakukan dengan membuat sejumlah titik-titik kontrol lapangan (Ground Control Point) yang tersebar merata di seluruh citra pada obyek-obyek yang relatif permanen dan tidak berubah dalam kurun waktu yang lama seperti jalan, jembatan, sudut bangunan dan yang lainnya. Atas dasar acuan yang digunakan, koreksi ini dilakukan dari citra ke citra (image to image rectification). Sejumlah titik-titik kontrol yang tersebar merata ditentukan pada citra terkoreksi (master image) sebagai koordinat acuan. Peta

17 digital daerah Bogor (master image) digunakan untuk mengoreksi citra tahun 2003. Citra tahun 2003 yang telah terkoreksi ini kemudian digunakan untuk mengoreksi citra tahun 2000. Selanjutnya, citra terkoreksi tahun 2000 ini digunakan untuk mengoreksi citra tahun 1994. Secara ringkasnya, tahapan dari koreksi geometrik ini adalah sebagai berikut : a. Pemilihan titik-titik kontrol lapangan (Ground Control Point), syaratnya tersebar merata di seluruh citra, relatif permanen, tidak berubah dalam kurun waktu yang lama (seperti jalan, jembatan, sudut bangunan, dan sebagainya). b. Perhitungan Root Mean Squared Error (RMSE). Setelah GCP terpilih, selanjutnya dihitung akar dari kesalahan rata-rata kuadrat. RMSE dinyatakan dengan rumus :

RMSE =

1 2 2 2 ∑ (δ ) dengan δ = (P'− P ) + (L'− L ) n

dimana P’ dan L’ adalah koordinat estimasi, p dan L adalah koordinat asli GCP (Jaya, 2002). Transformasi

koordinat

yang

dilakukan

menyebabkan

terjadinya

pergeseran posisi piksel secara keseluruhan. Hal ini membuat nilai digital setiap piksel pada posisinya yang baru tidak terdefinisi. Untuk itu perlu dilakukan pengisian nilai digital piksel dengan cara melakukan resampling menggunakan metode interpolasi nilai digital piksel. Metode interpolasi yang digunakan dalam penelitian

ini

adalah

interpolasi

tetangga

terdekat

(nearest

neighbour

interpolation), yaitu mengisi nilai digital piksel yang baru dengan cara mengekstraksi nilai digital piksel terdekat dari lokasi estimasi pada citra asli. Metode ini merupakan metode yang paling efisien dan paling banyak digunakan karena tidak merubah nilai digital piksel yang asli, apalagi dalam kaitannya dengan bidang kehutanan yang membutuhkan nilai asli yang bukan hasil sintesa (Jaya, 2002). Titik-titik kontrol yang dipilih sebanyak 30 GCP untuk citra 2003, 26 GCP untuk citra 2000, dan 32 GCP untuk citra 1994. Setelah GCP terpilih selanjutnya dihitung akar dari kesalahan rata-rata kuadrat. Ketelitian yang diharapkan dalam koreksi geometris adalah nilai akar kesalahan rata-rata kuadrat (RMSE) yang lebih kecil dari 0,5 piksel. Nilai RMSE yang diperoleh dari ketiga citra tersebut sesuai dengan yang disyaratkan, yaitu kurang dari 0.5 piksel. Untuk citra 2003 dengan 30 GCP diperoleh nilai rata-rata Root Mean Squared Error (RMSE)

18 sebesar 9.1798 meter atau 0.306 piksel, 12.0816 meter atau 0.403 piksel untuk citra 2000, dan 11.9008 meter atau 0.397 piksel untuk citra 1994 (Tabel 3). Tabel 3. Rekapitulasi GCP dan Nilai RMSE dari Seluruh Citra Landsat. Tahun Perekaman Jumlah GCP 1994 32 2000 26 2003 30

RMSE 0,39669 0,40272 0,30599

2. Penajaman Citra (Image Enhancement). Untuk mendapatkan citra dengan tampilan visual yang baik, maka diperlukan suatu operasi untuk memperbaiki nilai kontras citra. Operasi ini disebut dengan penajaman citra. Teknik penajaman citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah histogram equalize, berupa perentangan Digital Number-nya pada skala tingkat keabuan 0 – 255. Tujuannya adalah agar kelompok-kelompok Digital Number mempunyai jarak antara satu dengan lainnya, sehingga memudahkan dalam identifikasi fitur. 3. Interpretasi Visual Citra Satelit (Visual Image Interpretation). Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan gambaran awal dalam survey lapangan, mengidentifikasi pola sebaran, penentuan jumlah kelas tutupan lahan dan macam kelas tutupan lahan yang ada di daerah penelitian. Untuk mempermudah dalam interpretasi visual, citra ditampilkan dalam format RGB (Red Green Blue) untuk dapat menghasilkan warna komposit. Menurut Jaya (2002), kombinasi yang terdiri dari salah satu band visible (1, 2, dan 3), band 4 (near infrared) dan band 5 (middle infrared) dapat memberikan separasi antar kelas yang tinggi. Perbedaan yang jelas antar kelas akan lebih mempermudah dalam deteksi dan identifikasi secara visual karena tampilan objek yang ada pada citra bisa dengan mudah dibedakan. Dari kegiatan interpretasi visual citra ini dapat diidentifikasi 13 kelas tutupan lahan (termasuk awan dan bayangan awan) yang bisa dibedakan secara visual satu dengan yang lainnya. Awan dan bayangan awan tidak termasuk ke dalam salah satu kelas tutupan lahan yang menutupi lapisan atas permukaan bumi tetapi ikut diklasifikasi sebagai salah satu kelas tutupan lahan karena dapat mempengaruhi hasil klasifikasi. Dalam penelitian ini, kombinasi band yang digunakan dalam interpretasi visual citra menggunakan band 5-4-3 (mengacu kepada standar dari Departemen Kehutanan untuk analisis hutan dan vegetasi).

19 Kombinasi Band 5-4-3 untuk masing-masing citra tersaji pada Gambar 1.

Citra Landsat tahun 1994

Citra Landsat tahun 2000

Citra Landsat tahun 2003 Gambar 1. Tampilan Visual Citra Masing-masing Tahun Liputan.

20 Sedangkan tampilan masing-masing kelas tutupan lahan tersaji pada Tabel 4. Tabel 4. Penampakan Visual Citra dari Kelas-kelas Tutupan Lahan. No. Kelas Tutupan Lahan Lokasi pengambilan data

1.

Badan air (BDA)

Setu Gede, CIFOR

2.

Sawah (SWH)

Ciseeng

3.

Tanah Kosong (TKG)

Gunung kapur, Ciampea

4.

Padang Rumput (PDR)

Bogor Golf Club

5.

Permukiman (PMK)

Baranangsiang

6.

Semak (SMK)

Gunung kapur, Ciampea

7.

Kebun Campuran (KCP)

Ciapus

8.

Kebun Karet (KRT)

Kemang

9.

Kebun Teh (TEH)

Desa Nirmala, Nanggung

Tampilan visual

21 Lanjutan Tabel 4. Penampakan Visual Citra dari Kelas-kelas Tutupan Lahan. No. Kelas Tutupan Lahan Lokasi pengambilan data Tampilan visual

10.

Tegakan Pinus (PNS)

Lengkong Girang, Lido

11.

Hutan Daun Lebar (HDL)

Gunung Salak

12.

Awan (AWN)

Gunung Salak

13.

Bayangan Awan (BYA)

Gunung Salak

Adapun deskripsi masing-masing kelas tutupan lahan bisa dilihat pada tabel 5 Tabel 5 . Deskripsi Kelas Tutupan Lahan No. Kelas Tutupan Lahan Deskripsi 1. Badan Air (BDA) Lahan yang terendam air. 2. Sawah (SWH) Lahan sawah yang sudah ditumbuhi padi. Lahan yang keberadaan tanaman diatasnya sedikit 3. Tanah Kosong (TKG) atau bahkan tidak ada. 4. Padang Rumput (PDR) Lahan yang ditumbuhi oleh rumput-rumputan. Lahan yang merupakan tempat tinggal dan pusat 5. Permukiman (PMK) kegiatan manusia, serta jalan. Lahan yang didominasi oleh perdu dan tumbuhan 6. Semak (SMK) bawah lainnya. Lahan yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman keras atau pertanian, umumnya tanaman penghasil 7. Kebun Campuran (KCP) buah seperti rambutan, durian, mangga, kelapa, nangka, dan lain-lain. 8. Kebun Karet (KRT) Lahan yang didominasi oleh perkebunan karet. 9. Kebun Teh (TEH) Lahan yang didominasi oleh perkebunan teh. 10. Tegakan Pinus (PNS) Lahan yang didominasi oleh pohon pinus. Lahan yang didominasi oleh jenis-jenis kayu rimba, 11. Hutan Daun Lebar (HDL) seperti rasamala, puspa, dan lain-lain. 12. Awan (AWN) Areal yang diliputi oleh awan. 13. Bayangan Awan (BYA) Areal yang diliputi oleh bayangan awan.

4. Penyekatan Area Penelitian (Cropping). Langkah selanjutnya adalah proses penyekatan citra sesuai dengan area penelitian (kawasan DAS Cisadane Bagian Hulu) pada citra terkoreksi. Hal ini

22 bertujuan selain untuk lebih memfokuskan perhatian ke areal penelitian juga untuk mereduksi volume data citra supaya proses kerja komputer bisa lebih ringan. Citra hasil penyekatan ini akan digunakan dalam proses selanjutnya.

Pemeriksaan Lapangan (Ground Check). Kegiatan

pengecekan

lapangan

dilaksanakan

untuk

memperoleh

informasi mengenai keadaan/kondisi lapangan secara nyata sebagai pelengkap informasi dan pembanding bagi analisis selanjutnya. Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan menelusuri lokasi-lokasi pengamatan yang telah ditentukan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengambilan titik-titik pengamatan dan dokumentasi contoh-contoh tutupan dan penggunaan lahan yang ada dan juga melakukan wawancara dengan responden yang memahami dan mengenali dengan baik tentang kondisi daerah pengamatan. Dokumentasi masing-masing kelas tutupan lahan di lapangan bisa dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Dokumentasi Kelas Tutupan Lahan Hasil Kegiatan Ground check. No. Kelas tutupan lahan Lokasi pengambilan data Tampilan visual

1.

Badan air (BDA)

Setu Gede, CIFOR

2.

Sawah (SWH)

Carangpulang, Dramaga

3.

Tanah Kosong (TKG)

Gunung kapur, Ciampea

4.

Padang Rumput (PDR)

Gunung kapur, Ciampea

5.

Permukiman (PMK)

Baranangsiang

23 Lanjutan Tabel 6. Dokumentasi Kelas Tutupan Lahan Hasil Kegiatan Ground check. No. Kelas tutupan lahan Lokasi pengambilan data Tampilan visual

6.

Semak (SMK)

Gunung kapur, Ciampea

7.

Kebun Campuran (KCP)

Ciapus

8.

Kebun Karet (KRT)

Rumpin

9.

Kebun Teh (TEH)

Desa Banyuwangi, Leuwiliang

10.

Tegakan Pinus (PNS)

Lengkong Girang, Lido

11.

Hutan Daun Lebar (HDL)

TNG Halimun, Desa Malasari, Nanggung

Pengolahan Citra Digital (Image Processing). Pengolahan citra digital (Image processing) mengacu kepada teknik, baik manual atau digital, yang digunakan untuk memperbaiki geometri citra, mempertajam penampilan citra, mengidentifikasi suatu fitur dalam suatu citra, dan mengekstrak/mengambil informasi/data terpilih dari suatu citra (Robinson et al., 1995). Analisa lanjutan setelah proses koreksi citra adalah penentuan Area Contoh untuk mencari kelompok-kelompok obyek yang secara spektral terpisah satu dengan yang lainnya sebagai prototipe untuk mendeterminasi setiap piksel pada areal yang diteliti.

24 1. Penentuan/Pemilihan Area Contoh (Training Area). Area contoh di lapangan ditentukan dengan menggunakan alat GPS dan Peta Rupa Bumi Skala 1:25.000. Interpretasi citra secara visual menunjukan objek-objek yang perlu diperiksa kebenarannya di lapangan. Keberadaan objek di peta disesuaikan dengan keadaan sebenarnya di lapangan untuk kemudian menentukan koordinat UTM objek di lapangan berdasarkan koordinat UTM dari GPS. Titik kontrol lapangan ini merupakan acuan dalam membuat area contoh (training area) pada citra dalam proses klasifikasi. Penentuan dan pemilihan lokasi-lokasi area contoh (training area) dilakukan untuk mengambil informasi statistik kelas-kelas tutupan lahan. Pengambilan informasi statistik dilakukan dengan cara mengambil contoh-contoh piksel dari setiap kelas tutupan lahan dan ditentukan lokasinya pada citra komposit. Informasi statistik dari setiap kelas tutupan lahan ini digunakan untuk menjalankan fungsi sparabilitas dan fungsi akurasi. Informasi yang diambil adalah nilai rata-rata, simpangan baku, nilai digital minimum dan maksimum, serta matriks varian-kovarian untuk setiap kelas tutupan lahan. Banyaknya piksel training area yang perlu diambil untuk mewakili masingmasing kelas tutupan lahan adalah sebanyak band (N) yang digunakan ditambah satu (N+1), yaitu untuk menghindari matriks ragam peragam singular yang matriks kebalikannya (inverse) tidak bisa dihitung. Pada prakteknya dianjurkan jumlah piksel per kelasnya sebanyak 10 N dan bahkan 100 N (Swain & Davis, 1978). Pembuatan Area Contoh pada citra tahun 1994 berdasar kepada jumlah kelas yang diperoleh dari citra Landsat yaitu sebanyak 13 kelas, di mana seluruh kelas tutupan lahan tersebut dapat teridentifikasi dengan jelas pada masingmasing citra. Kondisi tutupan awan pada citra tahun 1994 sangat sedikit sehingga memudahkan dalam pembuatan area contoh. Jumlah piksel area contoh masing-masing kelas tutupan lahan yang akan dijadikan sebagai contoh bagi piksel lain yaitu antara 10N – 100N dengan jumlah saluran spektral yang dipakai adalah 6 band. Pembuatan area contoh pada citra tahun 2000 dilakukan di titik-titik referensi yang berbeda dengan area contoh tahun 1994 karena adanya konsentrasi awan di sekitar lereng dan puncak gunung Pangrango, dan daerah Leuwiliang serta Nanggung. Pada citra tahun 2003, awan yang menutupi hampir seluruh wilayah sub-DAS Cisadane Hulu, sub-DAS Ciapus dan sub-DAS

25 Ciampea-Cihideung menyebabkan area contoh untuk kelas tutupan lahan lainnya diambil dari lokasi lain. Karena kondisi tutupan awan yang dominan pada ketiga sub-DAS di atas, maka untuk proses klasifikasi citra liputan tahun 2003 hanya melibatkan dua sub-DAS, yaitu sub-DAS Cianten-Cikaniki dan sub-DAS Citempuan. Jumlah piksel contoh masing-masing kelas tutupan lahan pada masing-masing citra yang akan digunakan dalam tahap klasifikasi bisa dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Piksel Masing-masing Kelas Tutupan Lahan pada Pembuatan Area Contoh pada Masing-masing Citra. Jumlah piksel No Kelas Tutupan Lahan 1994 2000 2003 1. Badan Air (BDA) 556 670 592 2. Sawah (SWH) 769 210 185 3. Tanah Kosong (TKG) 568 195 312 4. Padang Rumput (PDR) 112 226 130 5. Permukiman (PMK) 551 468 657 6. Semak (SMK) 135 113 219 7. Kebun Campuran (KCP) 350 109 108 8. Kebun Karet (KRT) 605 173 315 9. Kebun Teh (TEH) 318 857 291 10. Tegakan Pinus (PNS) 457 558 129 11. Hutan Daun Lebar (HDL) 457 684 419 12. Awan (AWN) 266 997 898 13. Bayangan Awan (BYA) 347 595 843 Total piksel 5491 5855 5098

2. Analisis Separabilitas. Sebelum dilakukan proses klasifikasi terhadap kelas-kelas tutupan lahan hasil area contoh (training area) terlebih dahulu dilakukan evaluasi training area atau analisis sparabilitas untuk pemilihan kombinasi band terbaik bagi input proses klasifikasi. Pengujian terhadap training area dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Transformasi Divergensi (TD). Metode ini digunakan untuk mengukur tingkat keterpisahan antar kelas. Nilai TD antara kelas i dan j dapat diketahui dengan rumus di bawah ini : − Dij ⎛ ⎜ TDij = 2000 1 − e 8 ⎜ ⎝

⎞ ⎟ ⎟ ⎠

nilai divergensi dihitung dengan :

[

(

)]

[(

)

]

Dij = 0.5Tr (Ci − C j ) Ci−1 − C −j 1 + 0.5Tr Ci−1 + C −j 1 (M i − M j )(M i − M j )

26 di mana D adalah divergence, Tr adalah teras matriks, C adalah matriks ragam peragam, M adalah vektor rata-rata dan t adalah transposisi dari matriks. Nilai TD antara 0 sampai 2000 (Jaya, 2002). Adapun kriteria yang digunakan dalam memisahkan antar kelas dari nilai transformasi divergensi menurut Jaya (2002) adalah sebagai berikut : a. Tidak terpisah (insparable)

: ≤ 1600

b. Jelek keterpisahannya (poor)

: 1601 – 1699

c. Sedang (fair)

: 1700 – 1899

d. Baik keterpisahannya (good)

: 1900 – 1999

e. Sangat baik keterpisahannya (excellent)

: 2000

3. Evaluasi Akurasi. Evaluasi akurasi dilakukan untuk melihat besarnya kesalahan klasifikasi area contoh sehingga dapat ditentukan besarnya prosentase ketelitian pemetaan. Analisis akurasi dilakukan dengan menggunakan matriks kesalahan (confusion matrix) atau disebut juga matriks kontingensi. Ketelitian tersebut meliputi jumlah piksel area contoh yang diklasifikasikan dengan benar atau salah, pemberian nama kelas secara benar, persentase banyaknya piksel dalam masing-masing kelas serta persentase kesalahan total. Adapun bentuk dari matriks kesalahan tersaji pada tabel 8. Tabel 8. Matriks Kesalahan (confusion matrix). Disklasifikasi kelas Data acuan (data klasifikasi di peta) Training Area A B C A Xii B ... D Total kolom X+k User’a Acc. Xkk/X+k

D

Total baris Xk+

Producer’s Accuracy Xkk/Xk+

Xkk N

Akurasi yang bisa dihitung dari tabel di atas antara lain : user’s accuracy, producer’s accuracy dan overall accuracy. Secara matematis jenis-jenis akurasi di atas dapat dinyatakan sebagai berikut :

27 r

KappaAccur acy =

N ∑ X kk − k

N



2

r

∑X

k+

X +k

k

r

∑X

k+

× 100 %

X +k

k

User ' sAccuracy

=

X kk × 100 % X k+ =

Pr oducer ' sAccuracy

X kk × 100 % X k+

r

OverallAcc uracy =

∑X

kk

k

N

× 100 %

di mana : N

= Jumlah semua piksel yang digunakan untuk pengamatan

R

= Jumlah baris/lajur pada matriks kesalahan (jumlah kelas)

Xi+

= Jumlah semua kolom pada baris ke-i (Xij)

X+j

= Jumlah semua kolom pada lajur ke-j (Xij)

4. Klasifikasi Terbimbing (Supervised Classification). Metode yang digunakan dalam kegiatan klasifikasi citra adalah metode kemungkinan maksimum (Maximum Likelihood Method), karena metode ini adalah yang paling banyak digunakan dalam sebagian besar klasifikasi citra digital penginderaan jauh (Jaya, 2002). Metode kemungkinan maksimum mengelompokkan piksel-piksel yang belum diketahui identitasnya berdasarkan vektor rata-rata sample multivariate (Mi) dan matriks ragam peragam antar band (Ci) dari setiap kelas atau kategori i. Semua kombinasi band dari data citra diklasifikasi berdasarkan piksel contoh yang telah dibuat pada tahap training area.

5. Accuracy Assessment. Evaluasi akurasi terhadap hasil akhir klasifikasi dilakukan dengan menggunakan metode Accuracy Assessment. Metode ini akan mengevaluasi seluruh piksel hasil klasifikasi berdasarkan data referensi hasil ground-check, peta rupa bumi, atau dari sumber-sumber lain yang dapat dipercaya. Parameter yang diukur sama dengan yang digunakan dalam matriks kontingensi, yaitu User’s Accuracy, Producer’s Accuracy, Overall Accuracy dan Kappa Accuracy. Adapun

prinsip

dasar

dalam

Accuracy

Assessment

adalah

membandingkan piksel hasil klasifikasi dengan referensinya di lapangan dengan

28 asumsi bahwa data referensi yang digunakan merupakan data yang sebenarnya. Data referensi ini digunakan untuk mendeterminasi keakuratan hasil klasifikasi. Congalton (1991) dalam ERDAS Inc. (1999) mensyaratkan pemilihan piksel referensi harus secara random untuk menghindari bias akibat pemilihan piksel referensi yang sebelumnya telah digunakan dalam proses penentuan Training Area. Adapun jumlah piksel referensi yang digunakan setidaknya lebih dari 250 titik. Pada prakteknya, penggunaan piksel referensi yang ditentukan secara random sangat sulit untuk dilakukan akibat keterbatasan pengetahuan terhadap areal penelitian. Dalam penelitian ini, data referensi yang digunakan merupakan hasil dari kegiatan ground-check, ekstraksi informasi dari peta rupa bumi, pengetahuan analis pribadi, dan sumber informasi lainnya. Untuk menghindari bias terhadap hasil akurasi, titik-titik referensi yang masuk ke dalam wilayah Training Area diabaikan. Langkah-langkah

dalam

kegiatan

Accuracy

Assessment

ini

bisa

dijabarkan sebagai berikut : 1. Input data referensi. Informasi yang diperlukan adalah koordinat UTM dan jenis tutupan lahan pada tahun yang diteliti. Data bisa diekstrak dari GPS hasil ground-check dan peta rupa bumi. Penyusunan data ini dilakukan di Microsoft Excel supaya bisa di simpan dalam format *.txt (tab delimited). Titik-titik referensi yang dipilih merupakan titik-titik di luar Training Area. 2. Proses pada ERDAS Imagine 8.4. Pada item Classifier, pilih Accuracy Assessment. Setelah terbuka kotak dialognya, Open citra hasil klasifikasi yang akan dievaluasi. Masih di kotak dialog Accuracy Assessment, pilih menu Edit Æ Import User-defined Points. Pilih file *.txt hasil tabulasi di Excel tadi. Selanjutnya akan terbuka kotak dialog Import Options. Pada tab Separator Character, pilih Tab kemudian klik OK. Setelah itu kembali ke kotak dialog Accuracy Assessment dan isi pada kolom Reference-nya berdasarkan jenis tutupan lahannya. Kolom Reference diisi oleh nomor kelas mengacu kepada kolom Order pada kotak dialog Signature Editor. Setelah selesai, pada menu Report, pilih Accuracy Report untuk mendapatkan hasil akurasinya.

29 Analisis Perubahan Tutupan Lahan Berdasarkan hasil dari klasifikasi citra Landsat TM multiwaktu melalui metode kemungkinan maksimum, selanjutnya dilakukan analisis perubahan tutupan lahan. Analisis perubahan tutupan lahan dilakukan dengan cara menumpangtindihkan (overlay) citra hasil klasifikasi pada tiap waktu, yaitu tahun 1994 – 2000 dan 2000 – 2003. Overlay matriks dari dua citra hasil klasifikasi ini akan menghasilkan matriks transisi yang menyatakan besarnya luas atau jumlah piksel suatu kelas tutupan lahan pada citra tahun pertama yang berubah menjadi kelas tutupan lahan lain pada tahun berikutnya.

30

Mulai Penyiapan data Data citra Landsat TM belum terkoreksi, path/row 122/65 tahun 1996 dan Landsat ETM+ tahun 2000 dan 2003

Peta digital terkoreksi daerah Bogor

Pra-pengolahan citra (koreksi geometrik dan radiometrik)

Penyekatan Area Penelitian (Cropping) Seleksi Training Area Data lapangan (Ground-Check)

Evaluasi Training Area (Analisis Separabilitas)

TD < 1700

Penggabungan kelas

TD > 1700 Klasifikasi Metode Kemungkinan Maksimum (Maximum Likelihood Method) Analisis Akurasi/ Accuracy Assessment Data referensi : Data Ground-check, Peta Rupa Bumi, dll.

Kappa Acc. < 85 %

Kappa Acc. > 85 % Citra hasil klasifikasi

Citra tematik tutupan lahan per sub-DAS pada tiap tahun liputan

Overlay

AOI (Area Of Interest) batas sub-DAS : Cisadane Hulu, Ciapus, Ciampea-Cihideung, Cianten-Cikaniki, dan Citempuan.

Peta perubahan tutupan lahan

Selesai

Gambar 2. Diagram Alir Metode Penelitian

31

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Secara geografis DAS Cisadane bagian Hulu terletak di antara 106o28’40” BT – 106o56’19” BT dan 06o27’45” LS – 06o46’55” LS. Daerahnya dibatasi oleh DAS Ciliwung di sebelah timur, DAS Cimandiri di sebelah selatan, DAS Cimanceuri di sebelah barat, dan DAS Cisadane bagian Tengah di sebelah utara. DAS Cisadane bagian hulu terdiri dari 5 sub-DAS, yaitu sub-DAS Cisadane Hulu, sub-DAS Ciapus, sub-DAS Ciampea-Cihideung, sub-DAS Cianten-Cikaniki, dan sub-DAS Citempuan yang secara administratif melingkupi kecamatan Kota Bogor Barat dan Kota Bogor Tengah (Kotamadya Bogor), Caringin, Ciomas, Darmaga, Ciampea, Cibungbulang, Pamijahan, Leuwiliang, Cigudeg, Cijeruk, Ciawi, Tamansari, Rumpin, dan Nanggung (Kabupaten Bogor). Menurut Arwindrasti (1997), cakupan wilayah yang termasuk ke dalam DAS Cisadane bagian Hulu sebesar 85.555 Ha. Lokasi yang dijadikan sebagai area penelitian bisa dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Lokasi Penelitian.

Tanah dan Topografi Sebagian daerah puncak Gunung Salak pada ketinggian sekitar 2500 mdpl didominasi oleh tanah-tanah andosol dengan bahan induk dari abu volkan intermedier hingga basis. Sedangkan di bagian lembah berkembang tanah-tanah angkutan dari Gunung Salak seperti regosol dan lateritik. Pada bagian sepanjang aliran sungai Cisadane berkembang tanah aluvial yang terbentuk karena adanya pengendapan tanah yang terangkut oleh aliran sungai dengan bahan induk berupa endapan liat dan pasir (Puslittanak, 1996 dalam Arwindrasti, 1997). DAS Cisadane bagian Hulu mempunyai ketinggian yang bervariasi dari 300 – 3000

32 mdpl dengan kondisi topografi datar, landai, agak curam sampai sangat curam (Tabel 9). Tabel 9. Kondisi Topografi di DAS Cisadane Bagian Hulu. No. Kondisi Topografi (%) 1. Datar 0–8 2. Landai 8 – 15 3. Agak curam 15 – 45 4. Sangat curam > 45

Luas (Ha) 8.090 22.750 17.810 22.815

Sumber : Arwindrasti, 1997.

Iklim Curah hujan bulanan berkisar antara 195 – 609 mm/bulan. Bulan basah terjadi selama 8 – 10 bulan yang dimulai sejak Agustus sampai Mei dengan bulan terbasah terjadi pada bulan Desember. Bulan lembab terjadi selama 2 – 4 bulan sejak bulan Juni sampai September dengan bulan terkering terjadi pada bulan Juni (DPMA, 1988; RLKT, 1989 dalam Arwindrasti, 1997). Tipe iklim yang dominan di Bogor menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson adalah iklim tropis tipe A (sangat basah) di bagian selatan dan tipe B (basah) di bagian utara (Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, 2007). Temperatur harian berkisar antara 23,3 ºC sampai 31,7 ºC dengan kelembaban udara berkisar antara 61 % – 89 % dan lamanya penyinaran matahari berkisar antara 18 % – 85 % (DPMA, 1988; RLKT, 1989 dalam Arwindrasti, 1997).

Vegetasi Vegetasi yang terdapat di lokasi penelitian adalah rasamala, saninten, dan salam (Arwindrasti, 1997). Sedangkan vegetasi yang tumbuh di sepanjang Sungai Cisadane di antaranya adalah damar (Agathis alba), jeunjing (Albizzia chinensis), angsana (Diptherocarpus indicus), karet (Ficus elastica), alang-alang (Imperata cylindrica), kaliandra (Caliandra sp.), dan lain-lain (Biological Science Club, 1991 dalam Umiyati, 2002). Selain itu juga dapat dijumpai tanaman yang menghasilkan buah-buahan seperti nangka, pisang (Arwindrasti, 1997); mangga (Mangifera indica L.), pepaya (Carica papaya L.), durian (Durio zibethinus), dan kelapa (Cocos nucifera) (Sari, 2001 dalam Umiyati, 2002). Tanaman budidaya yang dijumpai adalah tanaman budidaya tegalan seperti jagung (Zea mays), kentang (Solanum tuberosum), talas (Colocassia asculenta), ubi jalar (Ipomoea batatas), ubi kayu (Manihot esculenta), dan lainlain (Sari, 2001 dalam Umiyati, 2002). Jenis tanaman budidaya lain yang luas

33 ditanam adalah padi, diikuti oleh palawija antara lain kol, bawang, tomat, dan wortel (Arwindrasti, 1997).

Kependudukan dan Ketenagakerjaan Berdasarkan data hasil registrasi penduduk akhir tahun 2003 bahwa jumlah penduduk Kabupaten Bogor adalah sebanyak 3.408.810 jiwa dan jumlah ini merupakan yang terbesar di antara kabupaten/kota di Jawa Barat. Dari jumlah tersebut, penduduk laki-laki mencapai 1.728.631 jiwa dan perempuan mencapai 1.680.179 jiwa dengan ratio jenis kelamin sekitar 103 (Biro Pusat Statistik [BPS], 2003). Tingkat kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Bogor sangat bervariasi, yaitu berkisar antara 450 jiwa/Km² sampai dengan 3.817 jiwa/Km². Daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu Kecamatan Cibinong, sementara daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Cariu. Sementara itu, dilihat dari rata-rata jiwa per rumah tangga maka satu keluarga di Kabupaten Bogor memiliki sekitar 4 jiwa/KK dengan total rumah tangga sebanyak 845.800 KK. Bilamana jumlah penduduk Kabupaten Bogor dirinci berdasarkan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, maka didapat data angkatan kerja sebanyak 1.547.330 jiwa yang terdiri dari yang telah bekerja sebanyak 1.266.496 jiwa sedangkan yang mencari kerja sebanyak 280.834 jiwa. Sementara itu, sisanya yang bukan angkatan kerja (ibu rumah tangga, sekolah dan kuliah) adalah sebanyak 1.318.689 jiwa (BPS, 2003). Perekonomian Bilamana sektor lapangan usaha dikelompokan kedalam kategori sektor primer (pertanian, pertambangan dan penggalian), sektor sekunder (industri pengolahan, listrik, gas dan air minum) serta sektor tersier (bangunan, perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; jasa-jasa) terlihat adanya kontribusi yang menyolok antara satu sektor lapangan usaha dibandingkan dengan lapangan usaha lainnya terhadap perekonomian Kabupaten Bogor. Untuk tahun 2000, kontribusi sektor primer adalah sekitar 19,12 %, sektor sekunder 54,57 % dan sektor tersier sekitar 26,31 %. Data ini mengindikasikan bahwa struktur perekonomian Kabupaten Bogor sudah bergeser dari dominasi sektor primer

34 (sektor tradisional) ke dominasi sektor sekunder maupun tersier (sektor modern), meskipun selama krisis ekonomi, ternyata sektor primer masih menjadi andalan bagi sebagian besar penduduk Kabupaten Bogor. Kontribusi dari setiap sektor lapangan usaha terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bogor sekitar 2,80 % pada tahun 2000 itu adalah sebagai berikut : (1) pertanian memberikan kontribusi sekitar 12,00 %; (2) pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi sekitar 7,12 %; (3) industri pengolahan memberikan kontribusi sekitar 45,38 %; (4) listrik, gas dan air minum memberikan kontribusi sekitar 4,21 %; (5) lapangan usaha bangunan memberikan kontribusi sekitar 4,98 %; (6) perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi sekitar 11,94 % (7) pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi sekitar 3,89 %; (8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memberikan kontribusi sekitar 3,29 % dan (9) lapangan usaha jasa-jasa memberikan kontribusi sekitar 7,18 %. Bilamana dibandingkan dengan data pada tahun 1999, terlihat bahwa kontribusi dari lapangan usaha pertambangan dan penggalian mengalami penurunan, yaitu semula 7,18 % tahun 1999 berubah menjadi 7,12 % pada tahun 2000. Hal ini terkait juga dengan kontribusi dari lapangan usaha bangunan yang mengalami penurunan dari 5,01 % pada tahun 1999 berubah menjadi 4,98 % pada tahun 2000. Menurunnya kedua lapangan usaha tersebut diakibatkan terjadinya kemacetan dunia bisnis properti dan rendahnya daya beli masyarakat untuk kedua lapangan usaha tersebut. Sejalan dengan terjadinya pemulihan ekonomi pada tahun 2000 itu, maka pendapatan per kapita Kabupaten Bogor (yang dihitung berdasarkan data PDRB atas dasar harga berlaku) juga mengalami perbaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk tahun 1995, pendapatan per kapita Kabupaten Bogor adalah sebesar Rp. 1,3 juta, berubah menjadi Rp. 1,6 juta pada tahun 1997, tetapi menurun kembali pada tahun 1998, yaitu sebesar Rp. 1,22 juta dan Rp. 1,20 juta pada tahun 1999. Namun demikian, setelah terjadinya pemulihan ekonomi, maka pendapatan per kapita pada tahun 2000 meningkat menjadi Rp. 2,1 juta pada tahun 2000 (dihitung berdasarkan PDRB harga berlaku) (Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, 2007).

35

HASIL DAN PEMBAHASAN Klasifikasi Citra tahun 1994 1. Area Contoh (Training Area). Pada pembuatan area contoh untuk citra tahun 1994 ini, karakteristik nilai rata-rata piksel (Digital Number) kelas tutupan lahan padang rumput mendekati karakteristik DN rata-rata tanah kosong. Vegetasi hijau seperti semak, kebun campuran, kebun karet, kebun teh, tegakan pinus dan hutan daun lebar mempunyai grafik menaik pada band 4. Hal ini menandakan adanya kandungan klorofil dalam daun yang berinteraksi dengan panjang gelombang inframerah dekat. Grafik menurun ditunjukkan oleh kelas awan, badan air dan bayangan awan yang rata-rata tidak memantulkan panjang gelombang inframerah dekat sekuat vegetasi hijau berklorofil daun. Sementara itu, karakteristik DN rata-rata pemukiman mengikuti karakteristik tanah kosong. Hal yang sama terjadi pada badan air yang mengikuti bayangan awan. Secara umum, DN rata-rata awan yang mencerminkan nilai reflektansi terhadap panjang gelombang, lebih tinggi dibanding kelas tutupan lahan lain pada semua panjang gelombang. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 4.

Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

Gambar 4. Grafik Nilai Rata-rata DN Area Contoh untuk Masing-masing Kelas Tutupan Lahan pada Tiap Band Citra Tahun 1994.

36 2. Analisis Separabilitas Analisis tingkat keterpisahan (separabilitas) diperlukan untuk menunjukan keterpisahan statistik antar kelas berdasarkan rata-rata digital number tiap kelas tutupan lahan untuk melihat apakah kelas tersebut layak digabung atau tidak. Pengelompokan menjadi 13 kelas secara visual ternyata dapat memberikan keterpisahan kelas yang optimal berdasarkan DN rata-rata masing-masing kelas. Dari 13 kelas pada klasifikasi awal tersebut tidak terdapat kelas-kelas yang secara statistik tidak terpisahkan dan kurang baik keterpisahannya (poor), yaitu kelas yang memiliki tingkat keterpisahan < 1700 berdasarkan ukuran jarak keterpisahan transfomed divergence, di mana hal ini dapat mengurangi nilai akurasi dalam proses klasifikasi. Kombinasi band terbaik untuk citra tahun 1994 ini dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kombinasi Band Terbaik Analisis Separabilitas Citra Landsat TM Tahun 1994. Nilai minimum Nilai rata-rata terbaik terbaik Tingkat Kombinasi Kombinasi kombinasi Band terbaik band terbaik RataRataMinimum Minimum rata rata 1 band 5 1856 66 5 1856 66 2 band 3 5 1985 1596 3 5 1985 1596 3 band 1 4 5 1992 1803 1 3 5 1994 1714 4 band* 1 2 4 7 1997 1942 1 2 4 7 1997 1942 5 band 1 2 3 4 7 1992 1715 1 2 3 4 7 1992 1715 6 band 1 2 3 4 5 7 1986 1657 1 2 3 4 5 7 1986 1657

Tabel diatas memperlihatkan bahwa kombinasi band yang memberikan nilai rata-rata terbaik untuk analisis tingkat keterpisahan adalah kombinasi dari 4 band yang terdiri dari saluran tampak (band 1 dan band 2), inframerah dekat (band 4) dan inframerah sedang II (band 7) dengan nilai rata-rata tingkat keterpisahan 1997 (Tabel 11). Selanjutnya, tingkat keterpisahan masing-masing kelas ini akan mempengaruhi tingkat akurasi terhadap piksel-piksel yang diklasifikasi. Tabel 11. Matriks Separabilitas Citra Landsat TM Tahun 1994 Menggunakan Kombinasi Band 1-2-4-7. KLS BDA SWH TKG PDR PMK SMK KCP KRT TEH PNS HDL AWN BYA

BDA 0

SWH 2000 0

TKG 2000 2000 0

PDR 2000 2000 2000 0

PMK 2000 2000 1963 2000 0

SMK 2000 1957 2000 2000 2000 0

KCP 2000 2000 2000 2000 2000 1966 0

KRT 2000 1998 2000 2000 2000 1942 1975 0

TEH 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0

PNS 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0

HDL 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1954 0

AWN 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0

BYA 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0

37 Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

Berdasarkan tabel 11, nilai TD terendah adalah 1942 yaitu nilai kelas semak - kebun karet, yang menandakan adanya karakteristik nilai digital yang dekat dibandingkan dengan pasangan kelas tutupan lahan lainnya. Pasangan kelas terdekat selanjutnya adalah tegakan pinus - hutan daun lebar dengan nilai TD = 1952, sawah - semak (TD = 1957), tanah kosong - permukiman (TD = 1963), semak - kebun campuran (TD = 1966), dan kebun campuran - kebun karet (TD = 1975). Hal ini akan memungkinkan terjadinya piksel-piksel yang teridentifikasi ke dalam kelas yang salah. Selanjutnya, kombinasi band yang memberikan nilai rata-rata terbaik untuk analisis keterpisahan antar kelas (kombinasi band 1-2-4-7), diuji untuk melihat akurasinya. Hasil uji akurasi terhadap area contoh dengan kombinasi band 1-2-4-7 dapat dilihat dalam bentuk matriks kontingensi pada Tabel 12. Tabel 12. Matriks Kontingensi dari Area Contoh pada Citra Tahun 1994. KLS BDA SWH TKG PDR PMK SMK KCP KRT TEH PNS HDL AWN BYA Total UA(%) Kappa

BDA SWH TKG PDR PMK SMK KCP KRT TEH PNS HDL AWN BYA Total 555 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 557 1 766 0 0 0 0 11 0 0 0 0 0 0 778 0 0 568 0 6 0 0 0 1 0 0 0 0 575 0 0 0 111 0 0 0 2 0 0 0 0 0 113 0 0 0 0 545 0 0 0 0 0 0 0 0 545 0 0 0 0 0 125 13 69 0 0 0 0 0 207 0 1 0 1 0 6 323 13 0 9 1 0 0 354 0 0 0 0 0 4 1 521 0 0 0 0 0 526 0 0 0 0 0 0 0 0 317 0 0 0 0 317 0 0 0 0 0 0 2 0 0 432 3 0 7 444 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 453 0 0 469 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 266 0 266 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 340 340 556 769 568 112 551 135 350 605 318 457 457 266 347 5491 99,82 99,61 100 99,11 98,91 92,59 92,29 86,12 99,69 94,53 99,12 100 97,98 96,62 Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

Uji akurasi terhadap area contoh dengan kombinasi band 1-2-4-7 menghasilkan overall accuracy sebesar 96,92 % dan Kappa accuracy sebesar 96,62 %. Hal ini menunjukkan bahwa dari seluruh piksel yang digunakan pada area contoh, sebesar 96,92 % dari piksel-piksel tersebut dapat terkelaskan dengan benar. Pada nilai producer’s accuracy, kelas yang memiliki nilai akurasi sebesar 100 % adalah kelas permukiman, kebun teh, awan, dan bayangan awan. Ini menunjukkan bahwa pada kelas-kelas tutupan lahan tersebut tidak terjadi kesalahan klasifikasi dengan tidak mengambil piksel dari kelas lain. Kelas semak

PA(%) 99,64 98,46 98,78 98,23 100,00 60,39 91,24 99,05 100,00 97,29 96,59 100,00 100,00 96,92

38 merupakan kelas yang memiliki nilai producer’s accuracy yang paling kecil bila dibandingkan dengan kelas-kelas yang lainnya yaitu sebesar 60,39 %. Hal ini terjadi karena pada kelas semak terdapat piksel dari kelas lain yang masuk ke dalam kelas ini, yaitu piksel dari kelas kebun campuran sebanyak 13 piksel dan kelas kebun karet sebanyak 69 piksel. Kelas kebun campuran sendiri mempunyai producer’s accuracy sebesar 91,24 % dikarenakan masuknya piksel-piksel dari kelas lain ke kelas kebun campuran. Piksel yang masuk ke kelas kebun campuran terdiri dari 13 piksel dari kelas kebun karet, 9 piksel dari kelas tegakan pinus, 6 piksel dari kelas semak, dan masing-masing 1 piksel dari kelas sawah, padang rumput, dan hutan daun lebar. Pada user’s accuracy, kelas awan dan tanah kosong mempunyai nilai user’s accuracy sebesar 100 %. Hal ini menandakan bahwa piksel area contoh dari kedua kelas tutupan lahan ini tidak ada yang masuk ke kelas lain. Sementara itu kelas yang mempunyai nilai user’s accuracy terkecil adalah kelas kebun karet sebesar 86,12 %. Hal ini terjadi karena sebanyak 69 piksel dari kelas ini masuk ke kelas semak, 13 piksel masuk ke kelas kebun campuran, dan 2 piksel masuk ke kelas padang rumput. Dengan nilai akurasi area contoh di atas 85 % maka piksel-piksel yang digunakan sudah cukup mewakili karakteristik masing-masing kelas tutupan lahan.

3. Klasifikasi terbimbing Proses ini merupakan suatu cara untuk mengelompokkan piksel-piksel kedalam kelas-kelas atau kategori yang telah ditentukan secara digital berdasarkan nilai kecerahan (brightness value atau digital number) piksel dari area yang dijadikan sebagai area contoh (training area). Dalam klasifikasi tutupan lahan ini digunakan teknik klasifikasi terbimbing (supervised classification) dengan metode kemungkinan maksimum (maksimum likelihood method). Klasifikasi kemungkinan maksimum adalah metode klasifikasi yang paling banyak digunakan dalam sebagian besar terapan klasifikasi citra digital penginderaan jauh. Metode ini mengelompokan piksel yang belum diketahui identitasnya berdasarkan vektor rata-rata dan matrik ragam peragam dari setiap pola spektral kelas informasi. Piksel dimasukkan menjadi salah satu kelas yang memiliki probabilitas (peluang) paling tinggi.

39 4. Uji akurasi Keakuratan hasil klasifikasi diuji dengan menentukan kelas-kelas berdasarkan titik-titik uji akurasi yang telah ditentukan pada lokasi lain diluar area contoh secara visual. Hasil dari uji akurasi terhadap hasil klasifikasi dengan menggunakan metode kemungkinan maksimum ini dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Accuracy Assessment Hasil Klasifikasi Citra Landsat TM Tahun 1994 Menggunakan Kombinasi Band 1-2-4-7. KLS

Data Hasil Klasifikasi

BDA SWH TKG PDR PMK SMK KCP KRT TEH PNS HDL AWN BYA Total PA(%) Kappa

BDA 39 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 41 95,12 94,93

SWH 0 12 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 15 80

TKG 0 0 31 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 32 96,88

PDR 0 0 0 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 100

PMK 0 0 1 0 19 0 0 0 0 0 0 0 0 20 95

Data Referensi SMK KCP KRT 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 13 0 0 2 31 0 0 0 31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 31 31 81,25 100 100

TEH 0 0 0 0 0 0 0 0 17 0 0 0 0 17 100

PNS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 2 0 0 15 86,67

HDL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 28 0 0 32 87,5

AWN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 37 0 37 100

BYA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 44 44 100

Total

UA(%)

39 14 32 15 21 13 34 33 17 17 30 37 44 346

100,00 85,71 96,88 100,00 90,48 100,00 91,18 93,94 100,00 76,47 93,33 100,00 100,00

Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa nilai overall accuracy adalah 95,38 % dan Kappa accuracy sebesar 94,93 %. Ini menggambarkan bahwa peluang rata-rata suatu titik referensi dapat terkelaskan secara benar pada citra hasil klasifikasi ini adalah sebesar 95,38 %. Pada producer’s accuracy, kelas tutupan lahan yang mempunyai nilai akurasi terbesar adalah padang rumput, kebun campuran, kebun karet, kebun teh, awan dan bayangan awan sebesar 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa, pada kelas-kelas tutupan lahan ini, semua titik referensi dapat dikelaskan secara benar pada citra hasil klasifikasi. Kelas tutupan lahan yang mempunyai nilai akurasi terkecil adalah sawah, yaitu sebesar 80 %. Hal ini dikarenakan dari 15 titik referensi sawah, citra hasil klasifikasi hanya dapat mengidentifikasi dengan benar sebanyak 12 titik. Titik referensi sawah yang lainnya ada yang teridentifikasi sebagai kebun campuran (1 titik) dan kebun karet (2 titik). Nilai producer’s accuracy terkecil lainnya adalah semak dengan nilai akurasi sebesar 81,25 %. Hal ini terjadi karena dari 16 titik referensi tentang semak, 2 titik teridentifikasi oleh citra sebagai kebun campuran dan 1 titik lainnya sebagai permukiman.

95,38

40 Pada user’s accuracy, kelas tutupan lahan yang mempunyai nilai akurasi terbesar adalah badan air, padang rumput, semak, kebun teh, awan dan bayangan awan sebesar 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas-kelas tutupan lahan ini, citra hasil klasifikasi tidak mengidentifikasi titik-titik referensi dari kelas tutupan lahan lain sebagai anggota kelas-kelas tutupan lahan ini. Nilai akurasi terkecil ditunjukkan oleh kelas tutupan lahan tegakan pinus sebesar 76,47 %. Hal ini dikarenakan adanya 4 titik referensi kelas hutan daun lebar yang teridentifikasi oleh citra sebagai tegakan pinus. Kelas tutupan lahan lain yang mempunyai nilai akurasi kecil adalah sawah dengan nilai akurasi sebesar 85,71 %. Hal ini terjadi karena masuknya 2 titik referensi dari kelas badan air ke dalam kelas sawah.

5. Hasil klasifikasi per-sub-das. Hasil klasifikasi citra dengan menggunakan metode kemungkinan maksimum dapat memberikan nilai akurasi yang memenuhi standar klasifikasi yang baik, yaitu dengan nilai akurasi di atas 85 %. Dari hasil klasifikasi tersebut dapat diperoleh data mengenai jumlah piksel masing-masing kelas pada setiap Area of Interest (AOI), yaitu batas masing-masing sub-DAS. Jumlah piksel ini dikonversi ke dalam satuan luas (Ha) untuk memudahkan dalam analisa. Jumlah luasan masing-masing kelas tutupan lahan hasil klasifikasi citra tahun 1994 ini tersaji pada Tabel 14.

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Tabel 14. Luas dan Distribusi Kelas Tutupan Lahan Hasil Klasifikasi Citra Tahun 1994. LUAS AREAL/SUB-DAS (Ha) Total KELAS TUTUPAN LAHAN (Ha) CSDHL CIAPUS CMPCHD CNTCKN CITMPN Badan Air 1968,75 422,37 1275,84 1641,15 98,28 5406,39 Sawah 158,58 385,56 432,99 231,93 104,94 1314,00 Tanah Kosong 4347,00 1174,95 2647,71 5005,53 785,16 13960,40 Padang Rumput 411,93 490,95 540,36 803,52 467,37 2714,13 Permukiman 588,15 418,86 576,54 327,15 185,31 2096,01 Semak 296,37 455,49 1090,44 618,03 541,71 3002,04 Kebun Campuran 12075,57 2354,49 5622,48 17879,80 2432,25 40364,60 Kebun Karet 275,94 174,06 528,30 927,99 1144,71 3051,00 Kebun Teh 886,77 109,26 175,05 2229,03 0,00 3400,11 Tegakan Pinus 1810,62 136,62 304,92 3160,17 4,59 5416,92 Hutan Daun Lebar 1459,26 124,20 140,85 5909,94 0,00 7634,25 Awan 260,10 9,63 84,69 17,46 0,00 371,88 Bayangan Awan 311,94 81,45 140,49 203,85 0,63 738,36 Total 24850,98 6337,89 13560,66 38955,50 5764,95 89470,00 Keterangan sub-DAS : CSDHL = Cisadane Hulu; CIAPUS = Ciapus; CMPCHD = Ciampea-Cihideung; CNTCKN = CiantenCikaniki; CTMP = Citempuan.

41 Kelas tutupan lahan yang mendominasi DAS Cisadane bagian Hulu pada tahun 1994 ini adalah kebun campuran dengan luas 40.364,60 Ha (45,12 %) dari luas total DAS Cisadane bagian Hulu sebesar 89.470,00 Ha. Kelas tutupan lahan ini juga mempunyai luas areal yang paling besar di tiap sub-DAS-nya. Luas areal kebun campuran di sub-DAS Cisadane Hulu sebesar 12.075,57 Ha (48,59 %), di sub-DAS Ciapus seluas 2.354,49 Ha (37,15 %), di sub-DAS Ciampea-Cihideung seluas 5.622,48 Ha (41,46 %), di sub-DAS Cianten-Cikaniki seluas 17.879,80 Ha (45,89 %), dan di sub-DAS Citempuan seluas 2.432,25 Ha (42,19 %). Kelas tutupan lahan lainnya yang menutupi wilayah DAS Cisadane Bagian Hulu pada tahun 1994 ini berturut-turut adalah tanah kosong (15,60 %), hutan daun lebar (8,53 %), tegakan pinus (6,05 %), badan air (6,04 %), kebun teh (3,80 %), kebun karet (3,41 %), semak (3,36 %), padang rumput (3,03 %), permukiman (2,34 %), sawah (1,47 %), bayangan awan (0,83 %), dan awan (0,42 %). Kebun campuran yang menutupi sekitar 45,12 % dari wilayah DAS Cisadane Bagian Hulu, sebagian besar dapat ditemukan di sub-DAS CiantenCikaniki (44,30 %), sub-DAS Cisadane Hulu (29,92 %), dan sub-DAS CiampeaCihideung (13,93 %). Sementara itu, dari total 15,60 % luas areal tanah kosong yang terdapat di DAS Cisadane Bagian Hulu, sebagian besar terdapat di subDAS Cianten-Cikaniki (35,86 %) dan sub-DAS Cisadane Hulu (31,14 %). Hutan daun lebar, yang menyumbang sekitar 8,53 % dari luas total luas wilayah DAS Cisadane Bagian Hulu ini sebagian besar (sekitar 77,41 %) terdapat di sub-DAS Cianten-Cikaniki dan sub-DAS Cisadane Hulu (19,11 %). Kondisi yang sama terjadi pada tegakan pinus yang mempunyai luas tutupan lahan sebesar 6,05 %. Sebagian besar arealnya tersebar di dua sub-DAS ini, yaitu di sub-DAS CiantenCikaniki sebesar 58,34 % dan sub-DAS Cisadane Hulu sebesar 33,43 %. Kebun teh yang menutupi sekitar 3,80 % luas total wilayah DAS Cisadane Bagian Hulu, sebagian besar arealnya juga terdapat di sub-DAS Cianten-Cikaniki (65,56 %) dan sub-DAS Cisadane Hulu (26,08 %). Sementara itu, kebun karet dengan luas lahan sekitar 3,41 % dari luas total, sebagian besar tersebar di sub-DAS Citempuan (37,52 %) dan sub-DAS Cianten-Cikaniki (30,42 %). Penyebaran yang hampir merata terjadi pada kelas tutupan lahan semak. Semak yang mempunyai luas tutupan lahan sekitar 3,38 % dari luas total, banyak terdapat di sub-DAS Ciampea-Cihideung (36,32 %), sub-DAS Cianten-Cikaniki (20,59 %), sub-DAS Citempuan (18,04 %), sub-DAS Ciapus (15,17 %), dan sisanya tersebar di sub-DAS Cisadane Hulu (9,87 %). Padang rumput juga menyebar

42 secara merata dengan proporsi yang seimbang pada kelima sub-DAS-nya. Dengan luas areal sebesar 3,03 % dari luas total DAS Cisadane Bagian Hulu, sebesar 29,61 % arealnya terdapat di sub-DAS Cianten-Cikaniki. Padang rumput juga tersebar di sub-DAS Ciampea-Cihideung (19,91 %), sub-DAS Ciapus (18,09 %), sub-DAS Citempuan (17,22 %), dan sub-DAS Cisadane Hulu (15,18 %). Sementara itu, areal permukiman banyak ditemukan di sub-DAS Cisadane Hulu (28,08 %) dan sub-DAS Ciampea-Cihideung (27,51 %). Untuk kelas tutupan lahan sawah, dari luas areal yang ditanami padi (sekitar 1,47 % dari luas total DAS Cisadane Bagian Hulu), sekitar 32,95 % arealnya terdapat di sub-DAS Ciampea-Cihideung. Hal yang perlu dicermati dari kondisi tutupan lahan yang terjadi pada tahun ini yaitu dengan tidak ditemukannya sama sekali kelas tutupan lahan hutan daun lebar dan kebun teh di sub-DAS Citempuan. Secara umum, kondisi tutupan lahan bervegetasi hijau seperti sawah, rumput, semak, kebun campuran, karet, teh, pinus dan hutan daun lebar pada tahun 1994 masih mendominasi DAS Cisadane bagian Hulu, yaitu sekitar 74,77 %. Kondisi ini juga berlaku untuk sub-DAS Cisadane Hulu (69,92 %), sub-DAS Ciapus (66,75 %), sub-DAS Ciampea-Cihideung (65,16 %), sub-DAS CiantenCikaniki (81,53 %), dan sub-DAS Citempuan (81,45 %).

43 Klasifikasi Citra tahun 2000 1. Area Contoh (Training Area) Karakterisitik reflektansi spektral kelas tutupan lahan padang rumput mencerminkan pola reflektansi dari vegetasi dengan nilai pantulan yang rendah pada spektral biru dan merah tapi tinggi pada spektrum hijau dan inframerah dekat. Pada spektrum inframerah dekat, kebun teh memiliki nilai reflektansi yang paling tinggi dibandingkan kelas tutupan lahan lainnya. Sebaliknya, kelas permukiman mempunyai nilai reflektansi yang kecil, mendekati nilai reflektansi badan air dan bayangan awan. Pada umumnya, kelas-kelas tutupan lahan bervegetasi pada panjang gelombang ini mempunyai nilai reflektansi yang tinggi (Gambar 5).

Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

Gambar 5. Grafik Nilai Rata-rata DN Area Contoh untuk Masing-masing Kelas Tutupan Lahan pada Tiap Band Citra Tahun 2000.

44 2. Analisis Separabilitas Pembuatan area contoh dari ke 13 kelas tutupan lahan tersebut telah memenuhi kriteria dalam keterpisahan antar kelasnya, yakni dengan nilai TD di atas 1700. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Kombinasi Band Terbaik Analisis Separabilitas Citra Landsat ETM+ Tahun 2000. Nilai minimum Nilai rata-rata terbaik terbaik Tingkat Kombinasi Kombinasi band kombinasi Band terbaik terbaik RataRataMinimum Minimum rata rata 1 band 5 1876 396 5 1876 396 2 band 4-7 1987 1468 4-7 1987 1468 3 band 3-4-7 1988 1618 2-4-5 1990 1307 4 band 1-2-4-5 1996 1713 1-2-4-5 1996 1713 5 band* 1-2-3-4-5 1997 1831 1-2-3-4-5 1998 1831 6 band 1-2-3-4-5-7 1995 1869 1-2-3-4-5-7 1995 1869

Tabel diatas memperlihatkan bahwa kombinasi band yang memberikan nilai rata-rata terbaik untuk analisis tingkat keterpisahan adalah kombinasi dari 5 band yang terdiri dari saluran tampak (band 1,2 dan band 3), inframerah dekat (band 4) dan inframerah sedang (band 5) dengan nilai rata-rata tingkat keterpisahan 1997 dan nilai minimumnya 1831. Hal ini menunjukkan bahwa antar kelas tutupan lahan mempunyai tingkat keterpisahan yang baik dan sempurna. Matriks separabilitas dari kombinasi band 1-2-3-4-5 ini bisa dilihat pada Tabel 16.

KLS BDA SWH TKG PDR PMK SMK KCP KRT TEH PNS HDL AWN BYA

Tabel 16. Matriks Separabilitas Citra Landsat ETM+ Tahun 2000 Menggunakan Kombinasi Band 1-2-3-4-5. BDA SWH TKG PDR PMK SMK KCP KRT TEH PNS HDL AWN BYA 0 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0 2000 2000 2000 1995 1831 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0 1998 1992 2000 2000 2000 2000 2000 0 1987 2000 2000 2000 2000 2000 0 2000 2000 2000 2000 2000 0 2000 2000 2000 2000 0 2000 2000 2000 0 2000 2000 0 2000 0 Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

Nilai TD paling rendah adalah pasangan kelas tutupan lahan sawah kebun campuran yang menunjukkan kedekatan karakteristik nilai pikselnya, sebesar 1831. Sedangkan pasangan kelas kebun campuran - kebun karet

45 mempunyai nilai TD kedua terendah, 1987. Adapun matriks kesalahan dari citra tahun 2000 ini bisa dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Matriks Kontingensi dari Area Contoh Citra Tahun 2000. KLS BDA SWH TKG PDR PMK SMK KCP KRT TEH PNS HDL AWN BYA Total UA(%) Kappa

BDA 667 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 670 99,55 98,07

SWH 0 204 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 0 210 97,14

TKG 0 0 193 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 195 98,97

PDR 0 2 0 216 0 8 0 0 0 0 0 0 0 226 95,58

PMK 0 0 4 0 463 0 0 1 0 0 0 0 0 468 98,93

SMK 0 1 0 7 0 100 5 0 0 0 0 0 0 113 88,50

KCP 0 0 0 0 0 0 109 0 0 0 0 0 0 109 100,00

KRT 0 0 0 0 0 0 3 170 0 0 0 0 0 173 98,27

TEH 0 0 2 0 0 2 1 0 851 0 1 0 0 857 99,30

PNS 0 0 0 0 0 0 3 0 0 534 17 0 4 558 95,70

HDL 0 0 0 0 0 0 5 0 0 20 659 0 0 684 96,35

AWN 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 995 0 997 99,80

BYA 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 593 595 99,66

Total 668 210 200 223 464 110 133 172 851 555 677 995 597 5855

Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa nilai overall accuracy dan kappa accuracy-nya adalah sebesar 98,27 % dan 98,07 %. Hal ini menandakan bahwa dari 5.855 piksel yang dijadikan sebagai contoh, peluang rata-rata suatu piksel akan terkelaskan secara tepat mencapai 98,27 %. Pada nilai producer’s accuracy, kelas yang memiliki nilai akurasi sebesar 100 % adalah kelas kebun teh dan awan. Ini menunjukkan bahwa pada kelas-kelas tutupan lahan tersebut tidak terjadi kesalahan klasifikasi dengan tidak mengambil piksel dari kelas lain. Kelas tutupan lahan kebun campuran merupakan kelas yang memiliki nilai producer’s accuracy yang paling kecil bila dibandingkan dengan kelas-kelas yang lainnya yaitu sebesar 81,95 %. Hal ini terjadi karena pada kelas kebun campuran terdapat piksel dari kelas lain yang masuk ke dalam kelas ini, yaitu piksel dari kelas sawah sebanyak 6 piksel, semak dan hutan daun lebar (5 piksel), karet dan tegakan pinus (3 piksel), dan kebun teh serta awan sebanyak 1 piksel. Kelas semak mempunyai producer’s accuracy sebesar 90,91 % dikarenakan masuknya piksel-piksel dari kelas lain ke kelas semak. Piksel yang masuk ke kelas semak terdiri dari 8 piksel dari kelas padang rumput dan 2 piksel dari kelas kebun teh. Pada user’s accuracy, kelas kebun campuran mempunyai nilai user’s accuracy sebesar 100 %. Hal ini menandakan bahwa piksel area contoh dari kelas tutupan lahan ini tidak ada yang masuk ke kelas lain. Sementara itu kelas yang mempunyai nilai user’s accuracy terkecil adalah kelas semak sebesar 88,50

PA(%) 99,85 97,14 96,50 96,86 99,78 90,91 81,95 98,84 100,00 96,22 97,34 100,00 99,33 98,27

46 %. Hal ini terjadi karena sebanyak 7 piksel dari kelas ini masuk ke kelas padang rumput, 5 piksel masuk ke kelas kebun campuran, dan 1 piksel masuk ke kelas sawah. Dengan nilai akurasi area contoh di atas 85 % maka piksel-piksel yang digunakan sudah cukup mewakili karakteristik masing-masing kelas tutupan lahan.

3. Klasifikasi terbimbing Analisis separabilitas dan uji matriks kesalahan memberikan hasil yang sudah memenuhi standar klasifikasi. Langkah selanjutnya adalah melakukan klasifikasi menggunakan metode kemungkinan maksimum.

4. Uji akurasi Keakuratan hasil klasifikasi diuji dengan menentukan kelas-kelas berdasarkan titik-titik uji akurasi yang telah ditentukan pada lokasi lain diluar area contoh secara visual. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 18 bahwa overall accuracy adalah 93,88 % dan Kappa accuracy 93,29 %. Hal ini menunjukkan bahwa citra hasil klasifikasi telah memenuhi tingkat keakuratan yang diharapkan, yaitu di atas 85 %. Uji akurasi terhadap citra hasil klasifikasi ini tersaji pada Tabel 18. Tabel 18. Accuracy Assessment Hasil Klasifikasi Citra Landsat ETM+ Tahun 2000 Menggunakan Kombinasi Band 1-2-3-4-5. KLS

Data Hasil Klasifikasi

BDA SWH TKG PDR PMK SMK KCP KRT TEH PNS HDL AWN BYA Total PA(%) Kappa

BDA 32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32 100 93,29

SWH 0 13 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 15 86,67

TKG 0 0 14 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 93,33

PDR 0 0 0 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 100

PMK 0 0 4 0 11 0 0 0 0 0 0 0 0 15 73,33

Data Referensi SMK KCP KRT 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 1 0 1 10 0 0 0 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 11 20 90 90,91 100

TEH 0 0 0 0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 12 100

PNS 0 0 0 0 0 0 1 0 0 8 0 0 0 9 88,89

HDL 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 11 0 0 12 91,67

AWN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 0 15 100

BYA 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 14 15 93,33

Total

UA(%)

32 13 18 16 11 11 13 22 12 8 11 15 14 196

100,00 100,00 77,78 93,75 100,00 81,82 76,92 90,91 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

93,88

47 Pada producer’s accuracy, kelas tutupan lahan yang mempunyai nilai akurasi terbesar adalah badan air, padang rumput, kebun karet, kebun teh, dan awan sebesar 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa, pada kelas-kelas tutupan lahan ini, semua titik referensi dapat dikelaskan secara benar pada citra hasil klasifikasi. Kelas tutupan lahan yang mempunyai nilai akurasi terkecil adalah permukiman, yaitu sebesar 73,33 %. Hal ini dikarenakan dari 15 titik referensi permukiman, citra hasil klasifikasi hanya dapat mengidentifikasi dengan benar sebanyak 11 titik. Titik referensi permukiman yang lainnya teridentifikasi sebagai tanah kosong (4 titik). Nilai producer’s accuracy terkecil lainnya adalah sawah dengan nilai akurasi sebesar 86,67 %. Hal ini terjadi karena dari 15 titik referensi tentang sawah, 1 titik teridentifikasi oleh citra sebagai semak dan 1 titik lainnya sebagai kebun karet. Pada user’s accuracy, kelas tutupan lahan yang mempunyai nilai akurasi terbesar adalah badan air, sawah, permukiman, kebun teh, tegakan pinus, hutan daun lebar, awan dan bayangan awan sebesar 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas-kelas tutupan lahan ini, citra hasil klasifikasi tidak mengidentifikasi titik-titik referensi dari kelas tutupan lahan lain sebagai anggota kelas-kelas tutupan lahan ini. Nilai akurasi terkecil ditunjukkan oleh kelas tutupan lahan kebun campuran sebesar 76,92 %. Hal ini dikarenakan adanya masingmasing 1 titik referensi kelas semak, tegakan pinus, dan hutan daun lebar yang teridentifikasi oleh citra sebagai kelas kebun campuran. Kelas tutupan lahan lain yang mempunyai nilai akurasi kecil adalah tanah kosong dengan nilai akurasi sebesar 77,78 %. Hal ini terjadi karena masuknya 4 titik referensi dari kelas permukiman ke dalam kelas tanah kosong. Kelas lain yang memiliki nilai akurasi yang kecil adalah kelas semak, dengan nilai user’s accuracy sebesar 81,82 %. Hal ini disebabkan karena masuknya masing-masing 1 titik referensi dari kelas sawah dan kebun campuran ke dalam kelas semak.

5. Hasil klasifikasi per-sub-das. Liputan awan yang cukup signifikan pada tahun ini mengakibatkan adanya beberapa kelas tutupan lahan yang arealnya mengalami penurunan jumlah luasan. Tetapi, secara umum, kelas kebun campuran masih mendominasi DAS Cisadane Bagian Hulu dengan areal seluas 22.338,50 Ha (24,97 %). Hasil klasifikasi citra Landsat ETM+ liputan tahun 2000 memberikan gambaran seperti yang tersaji dalam Tabel 19.

48 Tabel 19. Luas dan Distribusi Kelas Tutupan Lahan Hasil Klasifikasi Citra Tahun 2000 No

KELAS TUTUPAN LAHAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Badan Air Sawah Tanah Kosong Padang Rumput Permukiman Semak Kebun Campuran Kebun Karet Kebun Teh Tegakan Pinus Hutan Daun Lebar Awan Bayangan Awan Total

CSDHL 2333,70 692,10 2544,66 144,18 836,01 1610,46 7513,29 2602,8 1555,11 1154,70 232,65 2989,98 642,60 24852,24

LUAS AREAL/SUB-DAS (Ha) CIAPUS CMPCHD CNTCKN

CITMPN

Total (Ha)

751,50 454,68 541,35 71,73 659,97 518,58 1336,32 759,06 36,90 18,27 21,69 1048,05 120,96 6339,06

159,75 832,05 543,78 102,51 78,12 2069,64 1431,45 379,98 78,93 0,09 0,00 47,61 39,96 5763,87

8120,61 7047,09 8087,94 988,92 3024,72 11107,60 22338,50 7334,37 3109,32 2881,80 1776,33 11223,10 2406,51 89446,80

1919,43 1635,66 1046,25 233,19 818,01 2171,70 2806,20 1642,68 5,04 8,73 5,85 1118,70 142,74 13554,18

2956,23 3432,60 3411,90 437,31 632,61 4737,24 9251,19 1949,85 1433,34 1700,01 1516,14 6018,75 1460,25 38937,40

Keterangan sub-DAS : CSDHL = Cisadane Hulu; CIAPUS = Ciapus; CMPCHD = Ciampea-Cihideung; CNTCKN = CiantenCikaniki; CTMP = Citempuan.

Kelas tutupan lahan kebun campuran juga mempunyai luas areal yang paling besar di tiap sub-DAS-nya, kecuali sub-DAS Citempuan. Luas areal kebun campuran di sub-DAS Cisadane Hulu sebesar 7.513,29 Ha Ha (30,23 %), di subDAS Ciapus seluas 1.336,32 Ha (21,08 %), di sub-DAS Ciampea-Cihideung seluas 2.806,2 Ha (20,70 %), dan di sub-DAS Cianten-Cikaniki seluas 9.251,19 Ha (23,76 %). Sementara itu, sub-DAS Citempuan didominasi oleh kelas semak sebesar 2.069,64 Ha (35,91 %). Kelas tutupan lahan lainnya yang menutupi wilayah DAS Cisadane Bagian Hulu pada tahun 2000 ini berturut-turut adalah awan (12,55 %), semak (12,42 %), badan air (9,08 %), tanah kosong (9,04 %), kebun karet (8,20 %), sawah (7,88 %), kebun teh (3,48 %), permukiman (3,38 %), tegakan pinus (3,22 %), bayangan awan (2,69 %), hutan daun lebar (1,99 %), dan padang rumput (1,11 %). Kebun campuran yang menutupi sekitar 24,97 % dari wilayah DAS Cisadane Bagian Hulu, sebagian besar dapat ditemukan di sub-DAS CiantenCikaniki (41,41 %), sub-DAS Cisadane Hulu (33,63 %), dan sub-DAS CiampeaCihideung (12,56 %). Semak yang mempunyai luas tutupan lahan sekitar 12,42 % dari luas total, banyak terdapat di sub-DAS Cianten-Cikaniki (42,65 %), subDAS Ciampea-Cihideung (19,55 %), sub-DAS Citempuan (18,63 %), sub-DAS Cisadane Hulu (14,50 %), dan sisanya tersebar di sub-DAS Ciapus (4,67 %). Sementara itu, dari total 9,04 % luas areal tanah kosong yang terdapat di DAS Cisadane Bagian Hulu, sebagian besar terdapat di sub-DAS Cianten-Cikaniki

49 (42,19 %) dan sub-DAS Cisadane Hulu (31,46 %). Sedangkan kelas tutupan lahan kebun karet, dengan luas lahan sekitar 8,20 % dari luas total, sebagian besar tersebar di sub-DAS Cisadane Hulu (35,49 %), sub-DAS Cianten-Cikaniki (26,59 %), dan sub-DAS Ciampea-Cihideung (22,40 %). Untuk kelas tutupan lahan sawah, dari luas areal yang ditanami padi (sekitar 7,88 % dari luas total DAS Cisadane Bagian Hulu), sekitar 48,71 % arealnya terdapat di sub-DAS Cianten-Cikaniki. Kebun teh yang menutupi sekitar 3,48 % luas total wilayah DAS Cisadane Bagian Hulu, sebagian besar arealnya terdapat di sub-DAS Cisadane Hulu (50,01 %) dan sub-DAS Cianten-Cikaniki (46,10 %). Sementara itu, areal permukiman (3,38 % dari luas wilayah DAS Cisadane Bagian Hulu) banyak ditemukan di sub-DAS Cisadane Hulu (27,64 %) dan sub-DAS Ciampea-Cihideung (27,04 %). Tegakan pinus yang mempunyai luas tutupan lahan sebesar 3,22 % sebagian besar arealnya tersebar di sub-DAS Cianten-Cikaniki sebesar 58,99 % dan sub-DAS Cisadane Hulu sebesar 40,07 %. Untuk hutan daun lebar, yang menyumbang sekitar 1,99 % dari luas total luas wilayah DAS Cisadane Bagian Hulu ini sebagian besar (sekitar 85,35 %) terdapat di sub-DAS Cianten-Cikaniki dan sub-DAS Cisadane Hulu (13,10 %). Padang rumput, dengan luas areal sebesar 1,11 % dari luas total DAS Cisadane Bagian Hulu, sebesar 44,22 % arealnya terdapat di sub-DAS Cianten-Cikaniki. Padang rumput juga tersebar di sub-DAS Ciampea-Cihideung (23,58 %), sub-DAS Cisadane Hulu (14,58 %), sub-DAS Citempuan (10,37 %), sub-DAS Ciapus (7,25 %). Hal yang perlu dicermati dari kondisi tutupan lahan yang terjadi pada tahun ini yaitu dengan tidak ditemukannya sama sekali kelas tutupan lahan hutan daun lebar di subDAS Citempuan. Secara umum, kondisi tutupan lahan bervegetasi hijau seperti sawah, rumput, semak, kebun campuran, karet, teh, pinus dan hutan daun lebar pada tahun 2000 masih mendominasi DAS Cisadane Bagian Hulu, yaitu sekitar 63,26 %. Kondisi ini juga berlaku untuk sub-DAS Cisadane Hulu (62,39 %), sub-DAS Ciapus (50,75 %), sub-DAS Ciampea-Cihideung (62,78 %), sub-DAS CiantenCikaniki (62,81 %), dan sub-DAS Citempuan (84,92 %).

50 Klasifikasi Citra tahun 2003 1. Area Contoh (Training Area) Citra Landsat hasil liputan tahun 2003 ini mempunyai luas tutupan awan yang banyak sehingga cukup menyulitkan dalam menentukan posisi/letak Area Contoh yang akan digunakan sebagai acuan dalam kegiatan klasifikasi. Dari hasil pembuatan Area Contoh ini, kelas-kelas bervegetasi seperti padang rumput, kebun teh, sawah, kebun campuran, kebun karet, semak, tegakan pinus dan hutan daun lebar mempunyai karakteristik reflektansi spektral yang hampir seragam, rendah di band 1 dan 3 (spektrum biru dan merah) dan tinggi di band 2 dan 4 (spektrum hijau dan inframerah dekat). Kelas tutupan lahan padang rumput mempunyai nilai reflektansi tertinggi terhadap gelombang inframerah dekat, diikuti oleh kelas kebun teh dan sawah. Sementara itu, karakteristik pantulan spektral dari kelas permukiman mengikuti karakteristik pantulan spektral tanah kosong. Bayangan awan mempunyai nilai pantulan spektral yang relatif kecil dibandingkan dengan kelas lain pada semua panjang gelombang. Karakteristik reflektansi masing-masing kelas lahan bisa dilihat pada Gambar 6.

Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

Gambar 6. Grafik Nilai Rata-rata DN Area Contoh untuk Masing-masing Kelas Tutupan Lahan pada Tiap Band Citra Tahun 2003.

51 2. Analisis Separabilitas Penentuan lokasi area contoh sangat berpengaruh terhadap hasil klasifikasi. Pemilihan piksel-piksel contoh yang menjadi prototipe masing-masing kelas tutupan lahan akan sangat mempengaruhi akurasi dalam proses pengkelasifikasian piksel-piksel lain di luar Area Contoh. Piksel-piksel yang dipilih mencerminkan karakteristik masing-masing kelas tutupan lahan, sekaligus merupakan kumpulan-kumpulan piksel yang mempunyai wilayah tertentu yang bisa dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Kombinasi band yang dapat memberikan tingkat keterpisahan antar kelas paling baik tertera pada Tabel 20. Tabel 20. Kombinasi Band Terbaik Analisis Separabilitas Citra Landsat ETM+ Tahun 2003. Nilai minimum Nilai rata-rata terbaik terbaik Tingkat Kombinasi Kombinasi kombinasi Band terbaik band terbaik RataRataMinimum Minimum rata rata 1 band 4 1814 208 5 1902 36 2 band 2-5 1993 1710 2-5 1993 1710 3 band 2-4-5 1996 1860 1-2-5 1997 1808 4 band* 1-3-4-5 1999 1946 1-3-4-5 1999 1946 5 band 1-2-3-4-5 1998 1951 1-2-3-4-5 1998 1951 6 band 1-2-3-4-5-7 1994 1862 1-2-3-4-5-7 1994 1862

Tabel diatas memperlihatkan bahwa kombinasi band yang memberikan nilai rata-rata terbaik untuk analisis tingkat keterpisahan adalah kombinasi dari 4 band yang terdiri dari saluran tampak (band 1 dan band 3), inframerah dekat (band 4) dan inframerah sedang (band 5) dengan nilai rata-rata tingkat keterpisahan 1999. Ini menunjukkan bahwa antar kelas tutupan lahan mempunyai tingkat keterpisahan yang baik dan bisa dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Tingkat keterpisahan antar kelas tutupan lahan ini bisa dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Matriks Separabilitas Citra Landsat ETM+ Tahun 2003 Menggunakan Kombinasi Band 1-3-4-5. KLS BDA SWH TKG PDR PMK SMK KCP KRT TEH PNS HDL AWN BYA

BDA 0

SWH 2000 0

TKG 2000 2000 0

PDR 2000 2000 2000 0

PMK 2000 2000 2000 2000 0

SMK 2000 2000 2000 2000 2000 0

KCP 2000 1989 2000 2000 2000 2000 0

KRT 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1964 0

TEH 2000 2000 2000 2000 2000 1987 2000 2000 0

PNS 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0

HDL 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 1946 0

AWN 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0

BYA 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 0

52 Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

Nilai keterpisahan antar kelas yang disajikan pada tabel 21 di atas menunjukkan bahwa semua kelas memiliki kriteria keterpisahan yang sangat baik (2000) dan baik (1900-1999) serta tidak ada yang termasuk ke dalam kategori sedang (1700-1899), jelek (1601-1699) dan tidak terpisah (<1600). Nilai TD yang terkecil, yaitu 1946 terjadi pada pasangan kelas hutan daun lebar - tegakan pinus yang menandakan kedekatan karakteristik pikselnya. Nilai TD terkecil lainnya diperlihatkan oleh pasangan kelas kebun campuran – kebun karet dengan nilai TD sebesar 1964 dan pasangan kelas semak – kebun teh dengan (TD = 1987). Untuk mengetahui tingkat akurasi dari area contoh yang dibuat, maka diperlukan matriks kontingensi untuk melihat seberapa bagus setiap piksel dalam area contoh terkelaskan. Matriks kesalahan untuk citra tahun 2003 bisa dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Matriks Kontingensi dari Area Contoh Citra Tahun 2003. KLS BDA SWH TKG PDR PMK SMK KCP KRT TEH PNS HDL AWN BYA Total UA(%) Kappa

BDA 591 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 592 99,83 98,38

SWH 0 183 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 185 98,92

TKG 0 0 309 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 312 99,04

PDR 0 0 0 106 0 0 0 0 0 0 0 0 0 106 100,00

PMK 0 0 5 0 652 0 0 0 0 0 0 0 0 657 99,24

SMK 0 0 0 0 0 213 5 0 1 0 0 0 0 219 97,26

KCP 0 1 0 0 0 2 104 1 0 0 0 0 0 108 96,30

KRT 0 0 0 0 0 0 0 315 0 0 0 0 0 315 100,00

TEH 0 0 0 0 0 4 0 0 287 0 0 0 0 291 98,63

PNS 0 0 0 0 0 0 5 0 0 52 0 0 0 57 91,23

HDL 0 0 0 0 0 0 7 0 0 7 405 0 0 419 96,66

AWN 1 0 13 0 5 0 0 0 0 0 0 879 0 898 97,88

BYA 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7 1 0 834 843 98,93

Total 592 185 327 106 657 219 124 316 288 66 406 882 834 5002

Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

Tabel di atas menunjukkan bahwa overall accuracy-nya sebesar 98,56 % dan kappa accuracy-nya sebesar 98,38 %. Ini menunjukkan bahwa piksel-piksel dalam area contoh telah terkelaskan dengan baik, dimana tingkat akurasinya di atas 85 %. Pada nilai producer’s accuracy, kelas yang memiliki nilai akurasi sebesar 100 % adalah kelas padang rumput dan kelas bayangan awan. Ini menunjukkan bahwa pada kelas-kelas tutupan lahan tersebut tidak terjadi kesalahan klasifikasi dengan tidak mengambil piksel dari kelas lain. Kelas

PA(%) 99,83 98,92 94,50 100,00 99,24 97,26 83,87 99,68 99,65 78,79 99,75 99,66 100,00 98,56

53 tutupan lahan tegakan pinus merupakan kelas yang memiliki nilai producer’s accuracy yang paling kecil bila dibandingkan dengan kelas-kelas yang lainnya yaitu sebesar 78,79 %. Hal ini terjadi karena pada kelas tegakan pinus terdapat piksel dari kelas lain yang masuk ke dalam kelas ini, yaitu piksel dari kelas hutan daun lebar dan bayangan awan masing-masing sebanyak 7 piksel. Kelas kebun campuran mempunyai producer’s accuracy sebesar 83,87 % dikarenakan masuknya piksel-piksel dari kelas lain ke kelas kebun campuran. Piksel yang masuk ke kelas kebun campuran terdiri dari 7 piksel dari kelas hutan daun lebar, masing-masing 5 piksel dari kelas semak dan tegakan pinus, dan 1 piksel dari kelas bayangan awan. Pada user’s accuracy, kelas padang rumput dan kebun karet mempunyai nilai user’s accuracy sebesar 100 %. Hal ini menandakan bahwa piksel area contoh dari kelas tutupan lahan ini tidak ada yang masuk ke kelas lain. Sementara itu kelas yang mempunyai nilai user’s accuracy terkecil adalah kelas tegakan pinus sebesar 91,23 %. Hal ini terjadi karena sebanyak 5 piksel dari kelas ini masuk ke kelas kebun campuran. Dengan nilai akurasi area contoh di atas 85 % maka piksel-piksel yang digunakan sudah cukup mewakili karakteristik masing-masing kelas tutupan lahan.

3. Klasifikasi terbimbing Analisis separabilitas dan uji matriks kesalahan memberikan hasil yang sudah memenuhi standar klasifikasi. Langkah selanjutnya adalah melakukan klasifikasi menggunakan metode kemungkinan maksimum. Metode kemungkinan maksimum adalah metode yang paling banyak dipakai dan umum digunakan dalam penginderaan jauh (Jaya, 2002) meskipun pada dasarnya metode ini memiliki kelemahan, yaitu banyak kesalahan klasifikasi yang muncul dalam bentuk poligon salt and pepper, terutama ketika piksel berada di luar area spesifik atau di antara area yang bertumpang tindih, yang dipaksakan untuk diklasifikasi (Rusdi, 2005).

4. Uji akurasi Pengujian akurasi hasil klasifikasi citra Landsat ETM+ liputan tahun 2003 ini dilakukan untuk memperoleh citra yang mempunyai tingkat akurasi klasifikasi yang baik. Hal ini perlu dilakukan agar data hasil klasifikasi bisa digunakan untuk kepentingan yang lebih luas seperti penggunaan data luasan per kelas tutupan

54 lahannya. Proses pengujian akurasi terhadap citra hasil klasifikasi ini menggunakan metode accuracy assessment yang terdapat pada ERDAS Imagine ver8.4. Hasil dari kegiatan accuracy assessment dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Accuracy Assessment Hasil Klasifikasi Citra Landsat ETM+ Tahun 2003 Menggunakan Kombinasi Band 1-3-4-5. KLS

Data Hasil Klasifikasi

BDA SWH TKG PDR PMK SMK KCP KRT TEH PNS HDL AWN BYA Total PA(%) Kappa

BDA 29 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30 96,67 95,59

SWH 1 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21 95,24

TKG 0 0 18 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 19 94,74

PDR 0 0 0 18 0 1 0 0 0 0 0 0 0 19 94,74

PMK 0 0 0 0 18 0 0 0 0 0 0 0 0 18 100

Data Referensi SMK KCP KRT 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 4 0 0 1 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 6 5 20 100 80 95

TEH 0 0 0 0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 12 100

PNS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 6 100

HDL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 0 0 20 100

AWN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 0 9 100

BYA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 15 100

Total

UA(%)

30 21 18 18 19 7 4 20 12 6 20 10 15 200

96,67 95,24 100,00 100,00 94,74 85,71 100,00 95,00 100,00 100,00 100,00 90,00 100,00

Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

Nilai overall accuracy dan kappa accuracy berturut-turut adalah 96,00 % dan 95,59 %. Nilai ini sudah mencerminkan ketelitian yang diharapkan apabila mengacu kepada standar USGS (> 85%) sebagai syarat minimal dalam ketelitian hasil klasifikasi. Pada producer’s accuracy, kelas tutupan lahan yang mempunyai nilai akurasi terbesar adalah permukiman, semak, kebun teh, tegakan pinus, hutan daun lebar, awan, dan bayangan awan sebesar 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa, pada kelas-kelas tutupan lahan ini, semua titik referensi dapat dikelaskan secara benar pada citra hasil klasifikasi. Kelas tutupan lahan yang mempunyai nilai akurasi terkecil adalah kebun campuran, yaitu sebesar 80,00 %. Hal ini dikarenakan dari 5 titik referensi kebun campuran, citra hasil klasifikasi hanya dapat mengidentifikasi dengan benar sebanyak 4 titik. Titik referensi kebun campuran yang lainnya teridentifikasi sebagai kebun karet (1 titik referensi). Pada user’s accuracy, kelas tutupan lahan yang mempunyai nilai akurasi terbesar adalah tanah kosong, padang rumput, kebun campuran, kebun teh, tegakan pinus, hutan daun lebar, dan bayangan awan sebesar 100 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas-kelas tutupan lahan ini, citra hasil klasifikasi

96,00

55 tidak mengidentifikasi titik-titik referensi dari kelas tutupan lahan lain sebagai anggota kelas-kelas tutupan lahan ini. Nilai akurasi terkecil ditunjukkan oleh kelas tutupan lahan semak sebesar 85,71 %. Hal ini dikarenakan adanya 1 titik referensi kelas padang rumput yang teridentifikasi oleh citra sebagai kelas semak. Kelas tutupan lahan lain yang mempunyai nilai akurasi kecil adalah awan dengan nilai akurasi sebesar 90,00 %. Hal ini terjadi karena masuknya 1 titik referensi dari kelas kebun karet ke dalam kelas awan. Kelas tutupan lahan lainnya adalah kelas permukiman, dengan nilai user’s accuracy sebesar 94,74 %. Hal ini disebabkan karena masuknya 1 titik referensi dari kelas tanah kosong ke dalam kelas semak.

5. Hasil klasifikasi per-sub-das Hasil klasifikasi citra tahun 2003 menghasilkan data luas areal masingmasing kelas pada tiap sub-DAS yang diteliti. Hasil klasifikasi ini tidak menyertakan data luasan dari sub-DAS Cisadane Hulu, sub-DAS Ciapus dan sub-DAS

Ciampea-Cihideung

karena

faktor

tutupan

awan

yang

tidak

memungkinkan untuk dilakukan analisis perubahan tutupan lahan. Data luas area masing-masing kelas tutupan lahan tersaji pada tabel 24. Tabel 24. Luas dan Distribusi Kelas Tutupan Lahan Hasil Klasifikasi Citra Tahun 2003. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

KELAS TUTUPAN LAHAN Badan Air Sawah Tanah Kosong Padang Rumput Permukiman Semak Kebun Campuran Kebun Karet Kebun Teh Tegakan Pinus Hutan Daun Lebar Awan Bayangan Awan Total

LUAS AREAL/SUB-DAS (Ha) CNTCKN CITMPN 2164,77 170,46 5154,84 490,95 2172,96 280,17 64,44 2,25 1387,98 111,24 4004,46 1341,81 8008,20 1433,79 4039,92 997,56 1399,77 180,99 1856,07 267,12 3809,88 487,80 3882,24 1,80 1003,77 0,45 38949,30 5766,39

Total (Ha) 2335,23 5645,79 2453,13 66,69 1499,22 5346,27 9441,99 5037,48 1580,76 2123,19 4297,68 3884,04 1004,22 44715,69

Keterangan sub-DAS : CSDHL = Cisadane Hulu; CIAPUS = Ciapus; CMPCHD = Ciampea-Cihideung; CNTCKN = CiantenCikaniki; CTMP = Citempuan.

Secara umum, pada tahun 2003, kelas kebun campuran mendominasi wilayah ini dengan luas areal mencapai 9.441,99 Ha (21,12 %) dari luas total (44.715,7 Ha). Kelas tutupan lahan lainnya adalah sawah (12,63 %), semak

56 (11,96 %), kebun karet (11,27 %), hutan daun lebar (9,61 %), awan (8,69 %), tanah kosong (5,49 %), badan air (5,22 %), tegakan pinus (4,75 %), kebun teh (3,54 %), permukiman (3,35 %), bayangan awan (2,25 %), dan padang rumput (0,15 %). Kelas kebun campuran seluas 8.008,20 Ha (84,81 %) tersebar di subDAS Cianten-Cikaniki dan sisanya di sub-DAS Citempuan. Untuk kelas tutupan lahan sawah, dari luas areal yang ditanami padi (sekitar 12,63 % dari luas total 2 sub-DAS), sekitar 91,30 % arealnya terdapat di sub-DAS Cianten-Cikaniki. Semak yang mempunyai luas tutupan lahan sekitar 11,96 % dari luas total, banyak terdapat di sub-DAS Cianten-Cikaniki (74,90 %). Sedangkan kelas tutupan lahan kebun karet, dengan luas lahan sekitar 11,27 % dari luas total, sebagian besar tersebar di sub-DAS Cianten-Cikaniki (80,20 %). Untuk hutan daun lebar, yang menyumbang sekitar 9,61 % dari luas total, sebagian besar (sekitar 88,65 %) terdapat di sub-DAS Cianten-Cikaniki. Sementara itu, dari total 5,49 % luas areal tanah kosong yang terdapat di 2 subDAS ini, sebagian besar terdapat di sub-DAS Cianten-Cikaniki (88,58 %). Tegakan pinus yang mempunyai luas tutupan lahan sebesar 4,75 % sebagian besar arealnya tersebar di sub-DAS Cianten-Cikaniki sebesar 87,42 %. Kebun teh yang menutupi sekitar 3,54 % luas total, sebagian besar arealnya terdapat di sub-DAS Cianten-Cikaniki (88,55 %). Sementara itu, areal permukiman (3,35 % dari luas total) banyak ditemukan di sub-DAS Cianten-Cikaniki (92,58 %). Padang rumput, dengan luas areal sebesar 0,15 % dari luas total, sebesar 96,63 % arealnya terdapat di sub-DAS Cianten-Cikaniki. Secara umum, kondisi tutupan lahan bervegetasi hijau seperti sawah, rumput, semak, kebun campuran, karet, teh, pinus dan hutan daun lebar pada tahun 2003 masih mendominasi DAS Cisadane Bagian Hulu, yaitu sekitar 75,01 %. Kondisi ini juga berlaku untuk sub-DAS Cianten-Cikaniki (72,76 %), dan subDAS Citempuan (90,22 %).

57 Analisis Perubahan Tutupan Lahan 1. Sub-DAS Cisadane Hulu. Hasil klasifikasi citra untuk sub-DAS Cisadane Hulu menghasilkan data luasan masing-masing kelas yang dapat diperbandingkan terhadap waktu liputan citranya. Data yang bisa digunakan untuk analisis perubahan adalah data citra hasil klasifikasi tahun 1994 dan 2000, sementara data citra hasil klasifikasi tahun 2003 tidak bisa digunakan karena tertutup awan. Perubahan luas masing-masing kelas bisa dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Perubahan Luas Masing-masing Kelas Tutupan Lahan di sub-DAS Cisadane Hulu selama Tahun 1994 - 2000 (dalam Ha). Kelas Tutupan Lahan 1994 2000 Perubahan Badan Air 1968,75 2333,70 364,95 Sawah 158,58 692,10 533,52 Tanah Kosong 4347,00 2544,66 -1802,34 Padang Rumput 411,93 144,18 -267,75 Permukiman 588,15 836,01 247,86 Semak 296,37 1610,46 1314,09 Kebun Campuran 12075,57 7513,29 -4562,28 Kebun Karet 275,94 2602,80 2326,86 Kebun Teh 886,77 1555,11 668,34 Tegakan Pinus 1810,62 1154,70 -655,92 Hutan Daun Lebar 1459,26 232,65 -1226,61 Awan 260,10 2989,98 2729,88 Bayangan Awan 311,94 642,60 330,66

14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0

1994

BYA

AWN

HDL

TEH

PNS

KRT

KCP

SMK

PMK

TKG

PDR

SWH

2000

BDA

Luas (Ha)

Perubahan Luas Kelas Lahan tahun 1994-2000 sub-DAS Cisadane Hulu

Kelas Lahan

Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

Gambar 7. Histogram Perubahan Luas Kelas Tutupan Lahan Tahun 1994-2000 di subDAS Cisadane Hulu.

58 Analisis Perubahan Tutupan Lahan pada periode 1994-2000 Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa kelas tutupan lahan yang mengalami penurunan luas arealnya adalah padang rumput, kebun campuran, tegakan pinus dan hutan daun lebar. Kebun campuran merupakan kelas yang mengalami penurunan jumlah luas areal terbesar, yaitu sebesar 4.562,28 Ha . Di sisi lain, kelas-kelas bervegetasi lainnya seperti sawah, semak, kebun karet, kebun teh mengalami peningkatan. Sawah mengalami pertumbuhan sebesar 533,52 Ha menjadi 692,1 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 18,27 Ha. Luas areal sawah pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 89,37 Ha, tanah kosong (119,61 Ha), padang rumput (17,91 Ha), permukiman (6,66 Ha), semak (22,68 Ha), kebun campuran (364,14 Ha), kebun karet (14,4 Ha), kebun teh (11,43 Ha), tegakan pinus (11,43 Ha), hutan daun lebar (15,48 Ha), awan (0,45 Ha), dan bayangan awan (0,09 Ha). Padang rumput mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 267,75 Ha menjadi 144,18 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 20,34 Ha. Luas areal padang rumput pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 29,88 Ha, sawah (1,44 Ha), tanah kosong (27,81 Ha), permukiman (1,89 Ha), semak (3,51 Ha), kebun campuran (43,65 Ha), kebun karet (1,17 Ha), kebun teh (10,62 Ha), tegakan pinus (0,45 Ha), hutan daun lebar (2,25 Ha), dan awan (0,36 Ha). Semak mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 1.314,09 Ha menjadi 1.610,46 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 37,44 Ha. Luas areal semak pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 161,82 Ha, sawah (8,82 Ha), tanah kosong (376,38 Ha), padang rumput (42,84 Ha), permukiman (6,93 Ha), kebun campuran (893,97 Ha), kebun karet (29,43 Ha), kebun teh (37,44 Ha), tegakan pinus (5,4 Ha), hutan daun lebar (9 Ha), dan awan (0,9 Ha). Kebun campuran mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 4.562,28 Ha menjadi 7.513,29 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal kebun campuran yang menjadi kelas badan air sebesar 1.025,91 Ha, sawah (364,14 Ha), tanah kosong (861,39 Ha), padang rumput (43,65 Ha), permukiman (87,21 Ha), semak (893,97 Ha), kebun karet (1.240,38 Ha), kebun teh (880,11 Ha), tegakan pinus (460,08 Ha), hutan daun lebar (104,58 Ha) dan sebesar 987,39 Ha dan 208,71 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar

59 4.918,41 Ha. Luas areal kebun campuran pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 508,77 Ha, sawah (40,59 Ha), tanah kosong (984,24 Ha), padang rumput (57,24 Ha), permukiman (16,29 Ha), semak (96,66 Ha), kebun karet (77,04 Ha), kebun teh (133,38 Ha), tegakan pinus (387,27 Ha), hutan daun lebar (233,01 Ha), awan (27,36 Ha), dan bayangan awan (35,28 Ha). Kebun karet mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 2.326,86 Ha menjadi 2.602,8 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 15,75 Ha. Luas areal kebun karet pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 205,65 Ha, sawah (16,74 Ha), tanah kosong (872,01 Ha), padang rumput (39,69 Ha), permukiman (51,21 Ha), semak (52,02 Ha), kebun campuran (1.240,38 Ha), kebun teh (10,28 Ha), tegakan pinus (55,62 Ha), hutan daun lebar (35,19 Ha), awan (2,7 Ha), dan bayangan awan (5,58 Ha). Kebun teh mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 668,34 Ha menjadi 1.555,11 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 285,39 Ha. Luas areal kebun teh pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 23,67 Ha, sawah (10,35 Ha), tanah kosong (219,96 Ha), padang rumput (59,76 Ha), permukiman (1,08 Ha), semak (1,44 Ha), kebun campuran (880,11 Ha), kebun karet (30,42 Ha), tegakan pinus (8,82 Ha), hutan daun lebar (24,66 Ha), awan (10,08 Ha), dan bayangan awan (0,45 Ha). Tegakan pinus mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 655,92 Ha menjadi 1.154,7 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal tegakan pinus yang menjadi kelas badan air sebesar 124,92 Ha, sawah (11,43 Ha), tanah kosong (133,74 Ha), padang rumput (0,45 Ha), permukiman (0,54 Ha), semak (5,4 Ha), kebun campuran (387,27 Ha), kebun karet (55,62 Ha), kebun teh (8,82 Ha), hutan daun lebar (17,55 Ha) dan sebesar 490,5 Ha dan 190,44 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 384,48 Ha. Luas areal tegakan pinus pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 32,76 Ha, sawah (0,18 Ha), tanah kosong (54,27 Ha), padang rumput (0,18 Ha), permukiman (0,09 Ha), kebun campuran (460,08 Ha), kebun karet (0,45 Ha), kebun teh (38,43 Ha), hutan daun lebar (171,81 Ha), awan (4,86 Ha), dan bayangan awan (7,11 Ha).

60 Hutan daun lebar mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 1.226,61 Ha menjadi 232,65 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal hutan daun lebar yang masuk ke dalam kategori unclassified (0,18 Ha), menjadi kelas badan air sebesar 120,33 Ha, sawah (15,48 Ha), tanah kosong (142,65 Ha), padang rumput (2,25 Ha), permukiman (0,36 Ha), semak (9 Ha), kebun campuran (233,01 Ha), kebun karet (35,19 Ha), kebun teh (24,66 Ha), tegakan pinus (171,81 Ha), dan sebesar 521,37 Ha dan 132,48 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 171,81 Ha. Luas areal hutan daun lebar pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 0,18 Ha, sawah (1,17 Ha), tanah kosong (2,97 Ha), padang rumput (2,97 Ha), semak (0,18 Ha), kebun campuran (104,58 Ha), kebun karet (5,85 Ha), kebun teh (44,64 Ha), tegakan pinus (17,55 Ha), dan awan (1,62 Ha).

2. Sub-DAS Ciapus Data citra hasil klasifikasi tahun 2003 sub-DAS Ciapus juga tidak digunakan karena adanya liputan awan yang sangat luas. Jadi untuk analisis perubahan pada sub-DAS Ciapus ini hanya menggunakan dua liputan citra yang diperbandingkan, yaitu data tahun 1994 dan 2000. Hasil analisis tersaji pada Tabel 26. Tabel 26. Perubahan Luas Masing-masing Kelas Tutupan Lahan di sub-DAS Ciapus selama Tahun 1994 - 2000 (dalam Ha). Kelas tutupan lahan 1994 2000 Perubahan Badan Air 422,37 751,5 329,13 Sawah 385,56 454,68 69,12 Tanah Kosong 1174,95 541,35 -633,6 490,95 71,73 -419,22 Padang Rumput Permukiman 418,86 659,97 241,11 Semak 455,49 518,58 63,09 Kebun Campuran 2354,49 1336,32 -1018,17 Kebun Karet 174,06 759,06 585 Kebun Teh 109,26 36,9 -72,36 Tegakan Pinus 136,62 18,27 -118,35 Hutan Daun Lebar 124,2 21,69 -102,51 Awan 9,63 1048,05 1038,42 Bayangan Awan 81,45 120,96 39,51

61

Perubahan Luas Kelas Lahan tahun 1994-2000 sub-DAS Ciapus

Luas (Ha)

2500 2000 1500

1994

1000

2000

500

BD A SW H TK G PD R PM K SM K KC P KR T TE H PN S HD L AW N BY A

0

Kelas Lahan Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

Gambar 8. Histogram Perubahan Luas Kelas Tutupan Lahan Tahun 1994-2000 di subDAS Ciapus.

Analisis Perubahan Tutupan Lahan pada periode 1994-2000 Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa kelas tutupan lahan yang mengalami penurunan luas arealnya adalah padang rumput, kebun campuran, kebun teh, tegakan pinus dan hutan daun lebar. Kebun campuran merupakan kelas yang mengalami penurunan jumlah luas areal terbesar, yaitu sebesar 1.018,17 Ha . Di sisi lain, kelas-kelas bervegetasi lainnya seperti sawah, semak, dan kebun karet mengalami peningkatan. Sawah mengalami pertumbuhan sebesar 69,12 Ha menjadi 454,68 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 62,55 Ha. Luas areal sawah pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 54,45 Ha, tanah kosong (75,6 Ha), padang rumput (63,09 Ha), permukiman (19,71 Ha), semak (46,26 Ha), kebun campuran (106,65 Ha), kebun karet (20,61 Ha), kebun teh (1,53 Ha), tegakan pinus (0,27 Ha), hutan daun lebar (3,42 Ha), awan (0,27 Ha), dan bayangan awan (0,09 Ha). Padang rumput mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 419,22 Ha menjadi 71,73 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal padang rumput yang menjadi kelas badan air sebesar 47,16 Ha, sawah (63,09 Ha), tanah kosong (64,89 Ha), permukiman (40,95 Ha), semak (51,12 Ha), kebun campuran (58,5 Ha), kebun karet (67,05 Ha), kebun teh (0,36 Ha), hutan daun lebar (0,18 Ha) dan sebesar 78,21 Ha dan 6,57 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 12,69 Ha. Luas areal padang rumput pada tahun 2000

62 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 3,42 Ha, sawah (3,24 Ha), tanah kosong (16,65 Ha), permukiman (7,47 Ha), semak (1,62 Ha), kebun campuran (22,95 Ha), kebun karet (1,98 Ha), kebun teh (0,9 Ha), dan hutan daun lebar (0,81 Ha). Semak mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 63,09 Ha menjadi 518,58 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 63,54 Ha. Luas areal semak pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 29,79 Ha, sawah (26,73 Ha), tanah kosong (86,94 Ha), padang rumput (51,12 Ha), permukiman (14,94 Ha), kebun campuran (211,68 Ha), kebun karet (26,91 Ha), kebun teh (3,51 Ha), hutan daun lebar (3,15 Ha), awan (0,09 Ha), dan bayangan awan (0,09 Ha). Kebun campuran mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 1.018,17 Ha menjadi 1.336,32 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal kebun campuran yang menjadi kelas badan air sebesar 185,4 Ha, sawah (106,65 Ha), tanah kosong (179,19 Ha), padang rumput (22,95 Ha), permukiman (31,23 Ha), semak (211,68 Ha), kebun karet (251,37 Ha), kebun teh (9,27 Ha), tegakan pinus (3,96 Ha), hutan daun lebar (8,1 Ha) dan sebesar 541,35 Ha dan 65,16 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 738,09 Ha. Luas areal kebun campuran pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 79,47 Ha, sawah (87,75 Ha), tanah kosong (120,15 Ha), padang rumput (58,5 Ha), permukiman (14,04 Ha), semak (147,51 Ha), kebun karet (47,07 Ha), kebun teh (10,98 Ha), tegakan pinus (12,24 Ha), hutan daun lebar (13,95 Ha), awan (0,54 Ha), dan bayangan awan (5,67 Ha). Kebun karet mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 585 Ha menjadi 759,06 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 13,05 Ha. Luas areal kebun karet pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 41,31 Ha, sawah (42,75 Ha), tanah kosong (219,24 Ha), padang rumput (67,05 Ha), permukiman (36,63 Ha), semak (74,07 Ha), kebun campuran (251,37 Ha), kebun teh (1,08 Ha), tegakan pinus (3,42 Ha), hutan daun lebar (4,32 Ha), awan (0,18 Ha), dan bayangan awan (3,96 Ha). Kebun teh mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 72,36 Ha menjadi 36,9 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal kebun teh yang menjadi kelas badan air sebesar 6,03 Ha, sawah (1,53 Ha),

63 tanah kosong (11,43 Ha), padang rumput (0,9 Ha), semak (3,51 Ha), kebun campuran (10,98 Ha), kebun karet (1,08 Ha), tegakan pinus (3,15 Ha), hutan daun lebar (4,59 Ha) dan sebesar 42,75 Ha dan 3,33 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 19,98 Ha. Luas areal kebun teh pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan tanah kosong (0,72 Ha), padang rumput (0,36 Ha), kebun campuran (9,27 Ha), hutan daun lebar (6,3 Ha), dan bayangan awan (0,27 Ha). Tegakan pinus mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 118,35 Ha menjadi 18,27 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal tegakan pinus yang menjadi kelas badan air sebesar 21,78 Ha, sawah (0,27 Ha), tanah kosong (15,3 Ha), permukiman (0,09 Ha), kebun campuran (12,24 Ha), kebun karet (3,42 Ha), hutan daun lebar (0,18 Ha) dan sebesar 74,97 Ha dan 6,84 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 1,53 Ha. Luas areal tegakan pinus pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan sawah (0,09 Ha), tanah kosong (0,45 Ha), kebun campuran (3,96 Ha), kebun teh (3,15 Ha), hutan daun lebar (6,21 Ha), dan bayangan awan (2,88 Ha). Hutan daun lebar mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 102,51 Ha menjadi 21,69 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal hutan daun lebar yang menjadi kelas badan air sebesar 11,34 Ha, sawah (3,42 Ha), tanah kosong (18,36 Ha), padang rumput (0,81 Ha), semak (3,15 Ha), kebun campuran (13,95 Ha), kebun karet (4,32 Ha), kebun teh (6,3 Ha), tegakan pinus (6,21 Ha), dan sebesar 45 Ha dan 3,78 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 7,74 Ha. Luas areal hutan daun lebar pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan tanah kosong (0,81 Ha), padang rumput (0,18 Ha), kebun campuran (8,1 Ha), kebun teh (4,59 Ha), tegakan pinus (0,18 Ha), awan (0,09 Ha), dan bayangan awan (0,72 Ha).

3. Sub-DAS Ciampea-Cihideung Analisis perubahan untuk sub-DAS Ciampea-Cihideung juga tidak menggunakan data citra tahun 2003 karena awan yang menutupi daerah ini sangat luas sehingga mempengaruhi kelas-kelas lain yang diteliti. Adapun hasil dari analisis perubahannya bisa dilihat pada Tabel 27.

64 Tabel 27. Perubahan Luas Masing-masing Kelas Tutupan Lahan di sub-DAS CiampeaCihideung selama Tahun 1994 - 2000 (dalam Ha). Kelas tutupan lahan 1994 2000 Perubahan Badan Air 1275,84 1919,43 643,59 Sawah 432,99 1635,66 1202,67 Tanah Kosong 2647,71 1046,25 -1601,46 Padang Rumput 540,36 233,19 -307,17 Permukiman 576,54 818,01 241,47 Semak 1090,44 2171,7 1081,26 Kebun Campuran 5622,48 2806,2 -2816,28 Kebun Karet 528,3 1642,68 1114,38 Kebun Teh 175,05 5,04 -170,01 Tegakan Pinus 304,92 8,73 -296,19 Hutan Daun Lebar 140,85 5,85 -135 Awan 84,69 1118,7 1034,01 140,49 142,74 2,25 Bayangan Awan

6000 5000 4000 3000 2000 1000 0

1994 2000

BD A SW H TK G PD R PM K SM K KC P KR T TE H PN S HD L AW N BY A

Luas (Ha)

Perubahan Luas Kelas Lahan tahun 1994-2000 sub-DAS Ciampea-Cihideung

Kelas Lahan Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

Gambar 9. Histogram Perubahan Luas Kelas Tutupan Lahan Tahun 1994-2000 di subDAS Ciampea-Cihideung.

Analisis Perubahan Tutupan Lahan pada periode 1994-2000 Kelas-kelas yang mengalami penurunan jumlah arealnya adalah kebun campuran, padang rumput, kebun teh, tegakan pinus dan hutan daun lebar. Pada periode ini, kebun campuran mengalami degradasi lahan sebesar 2.816,28 Ha. Sedangkan sawah, semak dan kebun karet mengalami penambahan jumlah. Begitu pula dengan permukiman yang berkembang seluas 241,47 Ha. Sawah mengalami pertumbuhan sebesar 1.202,67 Ha menjadi 1.635,66 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 86,67 Ha. Luas areal sawah pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 213,75 Ha, tanah kosong (327,87 Ha), padang rumput (90

65 Ha), permukiman (50,22 Ha), semak (163,44 Ha), kebun campuran (598,68 Ha), kebun karet (100,71 Ha), kebun teh (1,89 Ha), tegakan pinus (3,42 Ha), hutan daun lebar (0,63 Ha), dan awan (0,9 Ha). Padang rumput mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 307,17 Ha menjadi 233,19 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal padang rumput yang menjadi kelas badan air sebesar 52,65 Ha, sawah (90 Ha), tanah kosong (71,28 Ha), permukiman (34,38 Ha), semak (127,62 Ha), kebun campuran (43,11 Ha), kebun karet (71,46 Ha), kebun teh (0,36 Ha), dan sebesar 18,81 Ha dan 1,17 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 29,61 Ha. Luas areal padang rumput pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 11,16 Ha, sawah (5,67 Ha), tanah kosong (74,25 Ha), permukiman (24,3 Ha), semak (9,45 Ha), kebun campuran (63,18 Ha), kebun karet (7,38 Ha), kebun teh (6,57 Ha), tegakan pinus (1,08 Ha), dan hutan daun lebar (0,45 Ha). Semak mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 1.081,26 Ha menjadi 2.171,7 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 229,14 Ha. Luas areal semak pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 136,53 Ha, sawah (40,05 Ha), tanah kosong (390,96 Ha), padang rumput (127,62 Ha), permukiman (56,07 Ha), kebun campuran (1.039,05 Ha), kebun karet (140,31 Ha), kebun teh (7,83 Ha), tegakan pinus (3,96 Ha), hutan daun lebar (0,72 Ha), awan (0,18 Ha), dan bayangan awan (0,09 Ha). Kebun campuran mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 2.816,28 Ha menjadi 2.806,2 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal kebun campuran yang menjadi kelas badan air sebesar 608,67 Ha, sawah (598,68 Ha), tanah kosong (318,96 Ha), padang rumput (63,18 Ha), permukiman (102,69 Ha), semak (1.039,05 Ha), kebun karet (648,45 Ha), kebun teh (3,15 Ha), tegakan pinus (1,35 Ha), hutan daun lebar (0,63 Ha) dan sebesar 490,86 Ha dan 85,14 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 1.662,03 Ha. Luas areal kebun campuran pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 212,4 Ha, sawah (86,67 Ha), tanah kosong (221,67 Ha), padang rumput (43,11 Ha), permukiman (29,34 Ha), semak (327,51 Ha), kebun karet

66 (112,23 Ha), kebun teh (27,72 Ha), tegakan pinus (61,29 Ha), hutan daun lebar (14,58 Ha), awan (3,06 Ha), dan bayangan awan (5,04 Ha). Kebun karet mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 1.114,38 Ha menjadi 1.642,68 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 43,74 Ha. Luas areal kebun karet pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 111,6 Ha, sawah (44,73 Ha), tanah kosong (465,84 Ha), padang rumput (71,46 Ha), permukiman (74,43 Ha), semak (160,65 Ha), kebun campuran (648,45 Ha), kebun teh (3,87 Ha), tegakan pinus (9,09 Ha), hutan daun lebar (3,69 Ha), awan (1.,53 Ha), dan bayangan awan (4,59 Ha). Kebun teh mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 170,01 Ha menjadi 5,04 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal kebun teh yang menjadi kelas badan air sebesar 10,08 Ha, sawah (1,89 Ha), tanah kosong (29,43 Ha), padang rumput (6,57 Ha), semak (7,83 Ha), kebun campuran (27,72 Ha), kebun karet (3,87 Ha), dan sebesar 80,64 Ha dan 6,75 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 0,18 Ha. Luas areal kebun teh pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 0,27 Ha, sawah (0,18 Ha), tanah kosong (0,63 Ha), padang rumput (0,36 Ha), kebun campuran (3,15 Ha), tegakan pinus (0,09 Ha), dan awan (0,09 Ha). Tegakan pinus mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 296,19 Ha menjadi 8,73 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal tegakan pinus yang menjadi kelas badan air sebesar 23,49 Ha, sawah (3,42 Ha), tanah kosong (23,76 Ha), padang rumput (1,08 Ha), permukiman (0,18 Ha), semak (3,96 Ha), kebun campuran (61,29 Ha), kebun karet (9,09 Ha), kebun teh (0,09 Ha), hutan daun lebar (0,18 Ha) dan sebesar 151,38 Ha dan 26,73 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 0,72 Ha. Luas areal tegakan pinus pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 0,09 Ha, sawah (0,18 Ha), tanah kosong (0,54 Ha), kebun campuran (1,35 Ha), hutan daun lebar (2,07 Ha), awan (3,24 Ha), dan bayangan awan (0,09 Ha). Hutan daun lebar mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 1.226,61 Ha menjadi 232,65 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal hutan daun lebar yang menjadi kelas badan air sebesar 8,64 Ha, sawah (0,63 Ha), tanah kosong (12,96 Ha), padang rumput (0,45 Ha), permukiman (0,09

67 Ha), semak (0,72 Ha), kebun campuran (14,58 Ha), kebun karet (3,69 Ha), tegakan pinus (2,07 Ha), dan sebesar 89,37 Ha dan 6,75 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 1,08 Ha. Luas areal hutan daun lebar pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 0,27 Ha, tanah kosong (0,72 Ha), kebun campuran (0,63 Ha), tegakan pinus (0,18 Ha), awan (2,25 Ha), dan bayangan awan (0,63 Ha).

4. Sub-DAS Cianten-Cikaniki Data citra hasil klasifikasi tahun 2003 untuk wilayah sub-DAS CiantenCikaniki mempunyai tutupan awan yang relatif sedikit sehingga data citra hasil klasifikasi untuk wilayah ini dapat digunakan dalam analisis perubahan tutupan lahan. Analisis perubahan tutupan lahan di sub-DAS Cianten-Cikaniki dilakukan pada dua periode, yaitu periode 1994-2000 dan periode 2000-2003. Perubahan tutupan lahan yang terjadi di sub-DAS Cianten-Cikaniki ini bisa dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Perubahan Luas Masing-masing Kelas Tutupan Lahan di sub-DAS CiantenCikaniki selama Tahun 1994 - 2000 dan Tahun 2000 – 2003 (dalam Ha). Kelas tutupan lahan 1994 2000 Perubahan 2000 2003 Perubahan Badan Air 1641,15 2956,23 1315,08 2956,23 2164,77 -791,46 Sawah 231,93 3432,6 3200,67 3432,6 5154,84 1722,24 Tanah Kosong 5005,53 3411,9 -1593,63 3411,9 2172,96 -1238,94 Padang Rumput 803,52 437,31 -366,21 437,31 64,44 -372,87 Permukiman 327,15 632,61 305,46 632,61 1387,98 755,37 Semak 618,03 4737,24 4119,21 4737,24 4004,46 -732,78 Kebun Campuran 17879,76 9251,19 -8628,57 9251,19 8008,2 -1242,99 Kebun Karet 927,99 1949,85 1021,86 1949,85 4039,92 2090,07 Kebun Teh 2229,03 1433,34 -795,69 1433,34 1399,77 -33,57 Tegakan Pinus 3160,17 1700,01 -1460,16 1700,01 1856,07 156,06 Hutan Daun Lebar 5909,94 1516,14 -4393,8 1516,14 3809,88 2293,74 Awan 17,46 6018,75 6001,29 6018,75 3882,24 -2136,51 Bayangan Awan 203,85 1460,25 1256,4 1460,25 1003,77 -456,48

68

Perubahan Luas Kelas Lahan tahun 1994-20002003 sub-DAS Cianten-Cikaniki

Luas (Ha)

20000 15000

1994

10000

2000 2003

5000 BYA

AWN

HDL

PNS

TEH

KRT

KCP

SMK

PMK

PDR

TKG

SWH

BDA

0

Kelas Lahan Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

Gambar 10. Histogram Perubahan Luas Kelas Tutupan Lahan Tahun 1994-2000 dan Tahun 2000-2003 di sub-DAS Cianten-Cikaniki.

Analisis Perubahan Tutupan Lahan pada periode 1994-2000 Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa kelas tutupan lahan yang mengalami penurunan luas arealnya adalah padang rumput, kebun campuran, kebun teh, tegakan pinus dan hutan daun lebar. Kebun campuran merupakan kelas yang mengalami penurunan jumlah luas areal terbesar, yaitu sebesar 8.628,57 Ha . Di sisi lain, kelas-kelas bervegetasi lainnya seperti sawah, semak, dan kebun karet mengalami peningkatan. Sawah mengalami pertumbuhan sebesar 3200,67 Ha menjadi 3.432,6 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 53,28 Ha. Luas areal sawah pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 291,33 Ha, tanah kosong (680,13 Ha), padang rumput (136,35 Ha), permukiman (46,62 Ha), semak (144 Ha), kebun campuran (1.676,7 Ha), kebun karet (162,81 Ha), kebun teh (59,67 Ha), tegakan pinus (48,78 Ha), hutan daun lebar (130,68 Ha), awan (0,63 Ha), dan bayangan awan (0,99 Ha). Padang rumput mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 366,21 Ha menjadi 437,31 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal padang rumput yang masuk ke dalam kategori unclassified sebesar 0,09 Ha, menjadi kelas badan air sebesar 47,61 Ha, sawah (136,35 Ha), tanah kosong (126,18 Ha), permukiman (20,34 Ha), semak (249,3 Ha), kebun campuran (82,89 Ha), kebun karet (55,71 Ha), kebun teh (10,26 Ha), tegakan pinus (1,44 Ha), hutan daun lebar (0,45 Ha) dan sebesar 33,66 Ha dan 5,4 Ha

69 tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 33,75 Ha. Luas areal padang rumput pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 5,04 Ha, sawah (1,08 Ha), tanah kosong (120,96 Ha), permukiman (6,75 Ha), semak (2,7 Ha), kebun campuran (195,84 Ha), kebun karet (5,4 Ha), kebun teh (50,04 Ha), tegakan pinus (2,52 Ha), hutan daun lebar (12,51 Ha), dan awan (0,09 Ha). Semak mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 4.119,21 Ha menjadi 4.737,24 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 115,83 Ha. Luas areal padang rumput pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 110,07 Ha, sawah (11,61 Ha), tanah kosong (782,28 Ha), padang rumput (249,3 Ha), permukiman (16,92 Ha), kebun campuran (2.940,3 Ha), kebun karet (264,96 Ha), kebun teh (131,04 Ha), tegakan pinus (29,88 Ha), hutan daun lebar (86,58 Ha), awan (0,18 Ha), dan bayangan awan (0,36 Ha). Kebun campuran mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 8.628,57 Ha menjadi 9.251,19 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal kebun campuran yang masuk ke dalam kategori unclassified sebesar 0,54 Ha, menjadi kelas badan air sebesar 1.106,91 Ha, sawah (1.676,7 Ha), tanah kosong (1.315,53 Ha), padang rumput (195,84 Ha), permukiman (116,01 Ha), semak (2.940,3 Ha), kebun karet (909,9 Ha), kebun teh (528,3 Ha), tegakan pinus (218,16 Ha), hutan daun lebar (122,85 Ha) dan sebesar 2.662,83 Ha dan 622,26 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 5.463,36 Ha. Luas areal kebun campuran pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 291,15 Ha, sawah (30,69 Ha), tanah kosong (671,76 Ha), padang rumput (82,89 Ha), permukiman (22,68 Ha), semak (168,21 Ha), kebun karet (275,04 Ha), kebun teh (329,13 Ha), tegakan pinus (696,15 Ha), hutan daun lebar (1.203,66 Ha), awan (1,98 Ha), dan bayangan awan (17,37 Ha). Kebun karet mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 1.021,86 Ha menjadi 1.949,85 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 67,5 Ha. Luas areal kebun karet pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 73,26 Ha, sawah (9,72 Ha), tanah kosong (444,51 Ha), padang rumput (55,71 Ha), permukiman (26,1 Ha), semak (45,45 Ha), kebun campuran (909,9 Ha), kebun teh (26,46 Ha),

70 tegakan pinus (122,58 Ha), hutan daun lebar (156,69 Ha), awan (0,63 Ha), dan bayangan awan (11,79 Ha). Kebun teh mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 795,69 Ha menjadi 1.433,34 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal kebun teh yang menjadi kelas badan air sebesar 41,13 Ha, sawah (59,67 Ha), tanah kosong (312,48 Ha), padang rumput (50,04 Ha), permukiman (0,36 Ha), semak (131,04 Ha), kebun campuran (329,13 Ha), kebun karet (26,46 Ha), tegakan pinus (99,99 Ha), hutan daun lebar (30,78 Ha) dan sebesar 489,69 Ha dan 72,27 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 586,71 Ha. Luas areal kebun teh pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 5,67 Ha, sawah (0,27 Ha), tanah kosong (164,07 Ha), padang rumput (10,26 Ha), permukiman (0,27 Ha), kebun campuran (528,3 Ha), kebun karet (4,14 Ha), tegakan pinus (7,65 Ha), hutan daun lebar (125,91 Ha), dan awan (0,45 Ha). Tegakan pinus mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 1.460,16 Ha menjadi 1.700,01 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal tegakan pinus yang masuk ke dalam kategori unclassified sebesar 1,35 Ha, menjadi kelas badan air sebesar 160,2 Ha, sawah (48,78 Ha), tanah kosong (215,19 Ha), padang rumput (2,52 Ha), permukiman (3,15 Ha), semak (29,88 Ha), kebun campuran (696,15 Ha), kebun karet (122,58 Ha), kebun teh (7,65 Ha), hutan daun lebar (243,99 Ha) dan sebesar 788,58 Ha dan 298,8 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 541,17 Ha. Luas areal tegakan pinus pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 4,41 Ha, sawah (1,26 Ha), tanah kosong (47,61 Ha), padang rumput (1,44 Ha), semak (0,54 Ha), kebun campuran (218,16 Ha), kebun karet (0,09 Ha), kebun teh (99,99 Ha), hutan daun lebar (749,88 Ha), awan (4,5 Ha), dan bayangan awan (31,41 Ha). Hutan daun lebar mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 4.393,8 Ha menjadi 1.516,14 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal hutan daun lebar yang masuk ke dalam kategori unclassified (7,65 Ha), menjadi kelas badan air sebesar 186,84 Ha, sawah (130,68 Ha), tanah kosong (443,7 Ha), padang rumput (12,51 Ha), permukiman (3,87 Ha), semak (86,58 Ha), kebun campuran (1.203,66 Ha), kebun karet (156,69 Ha), kebun teh (125,91 Ha), tegakan pinus (749,88 Ha), dan sebesar 1.409,58 Ha dan 301,77

71 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 1.092,24 Ha. Luas areal hutan daun lebar pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 0,54 Ha, sawah (1,26 Ha), tanah kosong (20,25 Ha), padang rumput (0,45 Ha), semak (0,18 Ha), kebun campuran (122,85 Ha), kebun karet (0,09 Ha), kebun teh (30,78 Ha), tegakan pinus (243,99 Ha), awan (0,81 Ha), dan bayangan awan (62,01 Ha).

Analisis Perubahan Tutupan Lahan pada periode 2000-2003 Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa kelas tutupan lahan yang mengalami penurunan luas arealnya adalah padang rumput, semak, kebun campuran, dan kebun teh. Kebun campuran merupakan kelas yang mengalami penurunan jumlah luas areal terbesar, yaitu sebesar 1.242,99 Ha . Di sisi lain, kelas-kelas bervegetasi lainnya seperti sawah, kebun karet, tegakan pinus dan hutan daun lebar mengalami peningkatan. Sawah mengalami pertumbuhan sebesar 1.722,24 Ha menjadi 5.154,84 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (2000 – 2003) sebesar 1.217,61 Ha. Luas areal sawah pada tahun 2003 berasal dari kategori unclassified sebesar 0,18 Ha, kelas tutupan lahan badan air seluas 1.043,73 Ha, tanah kosong (443,34 Ha), padang rumput (67,05 Ha), permukiman (132,12 Ha), semak (557,28 Ha), kebun campuran (897,93 Ha), kebun karet (304,65 Ha), kebun teh (42,75 Ha), tegakan pinus (22,23 Ha), hutan daun lebar (15,75 Ha), awan (343,35 Ha), dan bayangan awan (69,12 Ha). Padang rumput mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 267,75 Ha menjadi 144,18 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal padang rumput yang masuk ke dalam kategori unclassified sebesar 3,24 Ha, menjadi kelas badan air sebesar 9,99 Ha, sawah (67,05 Ha), tanah kosong (62,1 Ha), permukiman (8,82 Ha), semak (132,93 Ha), kebun campuran (40,5 Ha), kebun karet (37,98 Ha), kebun teh (37,08 Ha), tegakan pinus (7,38 Ha), hutan daun lebar (15,39 Ha) dan sebesar 8,19 Ha dan 4,95 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (2000– 2003) sebesar 1,26 Ha. Luas areal padang rumput pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 1,71 Ha, sawah (1,17 Ha), tanah kosong (9,45 Ha), semak (2,25 Ha), kebun campuran (9,63 Ha), kebun karet (1,35 Ha), kebun teh (9 Ha), tegakan pinus (2,25 Ha), hutan daun lebar (0,72 Ha), awan (20,97 Ha), dan bayangan awan (4,68 Ha).

72 Semak mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 732,78 Ha menjadi 4.004,46 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal semak yang masuk ke dalam kategori unclassified sebesar 8,82 Ha, menjadi kelas badan air sebesar 125,73 Ha, sawah (557,28 Ha), tanah kosong (300,87 Ha), padang rumput (2,25 Ha), permukiman (95,49 Ha), kebun campuran (1.166,31 Ha), kebun karet (1.203,48 Ha), kebun teh (108,36 Ha), tegakan pinus (60,57 Ha), hutan daun lebar (89,1 Ha) dan sebesar 46,8 Ha dan 26,46 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (2000 - 2003) sebesar 950,49 Ha. Luas areal padang rumput pada tahun 2003 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 111,87 Ha, sawah (244,35 Ha), tanah kosong (457,2 Ha), padang rumput (132,93 Ha), permukiman (16,74 Ha), kebun campuran (661,86 Ha), kebun karet (127,62 Ha), kebun teh (292,5 Ha), tegakan pinus (76,77 Ha), hutan daun lebar (36,81 Ha), awan (768,87 Ha), dan bayangan awan (128,43 Ha). Kebun campuran mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 1.242,99 Ha menjadi 8.008,2 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal kebun campuran yang masuk ke dalam kategori unclassified sebesar 56,7 Ha, menjadi kelas badan air sebesar 332,19 Ha, sawah (897,93 Ha), tanah kosong (303,21 Ha), padang rumput (9,63 Ha), permukiman (130,68 Ha), semak (661,86 Ha), kebun karet (1.124,91 Ha), kebun teh (219,51 Ha), tegakan pinus (661,5 Ha), hutan daun lebar (1.009,53 Ha) dan sebesar 536,58 Ha dan 237,42 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (2000 - 2003) sebesar 3.074,49 Ha. Luas areal kebun campuran pada tahun 2003 berasal dari kategori unclassified sebesar 1,98 Ha, kelas tutupan lahan badan air seluas 479,61 Ha, sawah (879,75 Ha), tanah kosong (404,91 Ha), padang rumput (40,5 Ha), permukiman (34,2 Ha), semak (1.166,31 Ha), kebun karet (443,97 Ha), kebun teh (101,43 Ha), tegakan pinus (113,31 Ha), hutan daun lebar (51,12 Ha), awan (959,04 Ha), dan bayangan awan (263,52 Ha). Kebun karet mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 2.090,07 Ha menjadi 4.039,92 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (2000 – 2003) sebesar 263,79 Ha. Luas areal kebun karet pada tahun 2000 berasal dari kategori unclassified sebesar 0,09 Ha, kelas tutupan lahan badan air seluas 56,43 Ha, sawah (191,43 Ha), tanah kosong (263,16 Ha), padang rumput (37,98 Ha), permukiman (4,41 Ha), semak (1.203,48 Ha), kebun

73 campuran (1.124,91 Ha), kebun teh (48,96 Ha), tegakan pinus (41,94 Ha), hutan daun lebar (9,54 Ha), awan (660,24 Ha), dan bayangan awan (139,23 Ha). Kebun teh mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 33,57 Ha menjadi 1.399,77 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal kebun teh yang masuk ke dalam kategori unclassified sebesar 2,7 Ha, menjadi kelas badan air sebesar 16,56 Ha, sawah (42,75 Ha), tanah kosong (150,84 Ha), padang rumput (9 Ha), permukiman (7,56 Ha), semak (292,5 Ha), kebun campuran (101,43 Ha), kebun karet (48,96 Ha), tegakan pinus (40,77 Ha), hutan daun lebar (132,3 Ha) dan sebesar 153,9 Ha dan 42,21 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (2000 – 2003) sebesar 391,77 Ha. Luas areal kebun teh pada tahun 2003 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 25,29 Ha, sawah (40,86 Ha), tanah kosong (220,68 Ha), padang rumput (37,08 Ha), permukiman (1,26 Ha), semak (108,36 Ha), kebun campuran (219,51 Ha), kebun karet (20,16 Ha), tegakan pinus (49,32 Ha), hutan daun lebar (12,33 Ha), awan (233,55 Ha), dan bayangan awan (36,72 Ha). Tegakan pinus mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 156,06 Ha menjadi 1.856,07 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (2000 – 2003) sebesar 142,29 Ha. Luas areal tegakan pinus pada tahun 2003 berasal dari kategori unclassified sebesar 1,8 Ha, kelas tutupan lahan badan air seluas 116,73 Ha, sawah (41,94 Ha), tanah kosong (117,18 Ha), padang rumput (7,38 Ha), permukiman (0,9 Ha), semak (60,57 Ha), kebun campuran (661,5 Ha), kebun karet (85,77 Ha), kebun teh (40,77 Ha), hutan daun lebar (63,63 Ha), awan (355,68 Ha), dan bayangan awan (160,92 Ha). Hutan daun lebar mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 2.293,74 Ha menjadi 3.809,88 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (2000 – 2003) sebesar 398,07 Ha. Luas areal hutan daun lebar pada tahun 2003 berasal dari kategori unclassified sebesar 0,36 Ha, kelas tutupan lahan badan air seluas 89,91 Ha, sawah (110,7 Ha), tanah kosong (247,05 Ha), padang rumput (15,39 Ha), permukiman (0,27 Ha), semak (89,1 Ha), kebun campuran (1.009,53 Ha), kebun karet (73,98 Ha), kebun teh (132,3 Ha), tegakan pinus (423,18 Ha), awan (957,69 Ha), dan bayangan awan (253,08 Ha).

74 5. Sub-DAS Citempuan Analisis perubahan pada sub-DAS Citempuan menggunakan data tahun 1994, 2000 dan 2003. Perubahan yang terjadi bisa dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Perubahan Luas Masing-masing Kelas Tutupan Lahan di sub-DAS Citempuan selama Tahun 1994 - 2000 dan Tahun 2000 - 2003 (dalam Ha). Kelas tutupan lahan 1994 2000 Perubahan 2000 2003 Perubahan Badan Air 98,28 159,75 61,47 159,75 170,46 10,71 Sawah 104,94 832,05 727,11 832,05 490,95 -341,1 Tanah Kosong 785,16 543,78 -241,38 543,78 280,17 -263,61 Padang Rumput 467,37 102,51 -364,86 102,51 2,25 -100,26 Permukiman 185,31 78,12 -107,19 78,12 111,24 33,12 Semak 541,71 2069,64 1527,93 2069,64 1341,81 -727,83 Kebun Campuran 2432,25 1431,45 -1000,8 1431,45 1433,79 2,34 Kebun Karet 1144,71 379,98 -764,73 379,98 997,56 617,58 Kebun Teh 0 78,93 78,93 78,93 180,99 102,06 Tegakan Pinus 4,59 0,09 -4,5 0,09 267,12 267,03 Hutan Daun Lebar 0 0 0 0 487,8 487,8 Awan 0 47,61 47,61 47,61 1,8 -45,81 Bayangan Awan 0,63 39,96 39,33 39,96 0,45 -39,51

3000 2500 2000 1500 1000 500 0

1994 2000 2003

BD A SW H TK G PD R PM K SM K KC P KR T TE H PN S HD L AW N BY A

Luas (Ha)

Perubahan Luas Kelas Lahan tahun 1994-20002003 sub-DAS Citempuan

Kelas Lahan Keterangan Kelas Tutupan Lahan (KLS) : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Permukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Kebun Karet; TEH = Kebun Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

Gambar 11. Histogram Perubahan Luas Kelas Tutupan Lahan Tahun 1994-2000 di subDAS Citempuan.

Analisis Perubahan Tutupan Lahan pada periode 1994-2000 Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa kelas tutupan lahan yang mengalami penurunan luas arealnya adalah padang rumput, kebun campuran, kebun karet, dan tegakan pinus. Kebun campuran merupakan kelas yang mengalami penurunan jumlah luas areal terbesar, yaitu sebesar 1.000,8 Ha . Di sisi lain,

75 kelas-kelas bervegetasi lainnya seperti sawah, semak, dan kebun teh mengalami peningkatan. Sawah mengalami pertumbuhan sebesar 727,11 Ha menjadi 832,05 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 22,86 Ha. Luas areal sawah pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 17,37 Ha, tanah kosong (88,47 Ha), padang rumput (36 Ha), permukiman (26,64 Ha), semak (80,28 Ha), kebun campuran (318,24 Ha), kebun karet (243 Ha), dan tegakan pinus (0,09 Ha). Padang rumput mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 364,86 Ha menjadi 102,51 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal padang rumput yang menjadi kelas badan air sebesar 7,38 Ha, sawah (36 Ha), tanah kosong (65,79 Ha), permukiman (3,69 Ha), semak (257,58 Ha), kebun campuran (24,66 Ha), kebun karet (28,8 Ha), kebun teh (9,45 Ha), dan sebesar 1,17 Ha dan 2,7 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 30,06 Ha. Luas areal padang rumput pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 0,72 Ha, sawah (1,08 Ha), tanah kosong (23,76 Ha), permukiman (1,71 Ha), semak (5,04 Ha), kebun campuran (25,11 Ha), dan kebun karet (15,12 Ha). Semak mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 1.527,93 Ha menjadi 2.069,64 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 214,56 Ha. Luas areal semak pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 7,83 Ha, sawah (16,56 Ha), tanah kosong (237,33 Ha), padang rumput (257,58 Ha), permukiman (12,69 Ha), kebun campuran (840,24 Ha), kebun karet (484,11 Ha), tegakan pinus (0,09 Ha), dan bayangan awan (0,09 Ha). Kebun campuran mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 1.000,8 Ha menjadi 1.431,45 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal kebun campuran yang menjadi kelas badan air sebesar 26,73 Ha, sawah (318,24 Ha), tanah kosong (154,26 Ha), padang rumput (25,11 Ha), permukiman (6,93 Ha), semak (840,24 Ha), kebun karet (108,99 Ha), kebun teh (35,64 Ha), tegakan pinus (0,09 Ha), dan sebesar 20,7 Ha dan 20,07 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 874,62 Ha. Luas areal kebun campuran pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 22,05 Ha,

76 sawah (15,3 Ha), tanah kosong (77,94 Ha), padang rumput (24,66 Ha), permukiman (10,26 Ha), semak (138,6 Ha), kebun karet (263,52 Ha), tegakan pinus (4,32 Ha), dan bayangan awan (0,54 Ha). Kebun karet mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 764,73 Ha menjadi 379,98 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal kebun karet yang menjadi kelas badan air sebesar 14,76 Ha, sawah (243 Ha), tanah kosong (42,21Ha), padang rumput (15,12 Ha), permukiman (0,99 Ha), semak (484,11 Ha), kebun campuran (263,52 Ha), kebun teh (28,08 Ha), dan sebesar 17,19 Ha dan 10,89 Ha tertutup oleh awan dan bayangan awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (1994 – 2000) sebesar 24,21 Ha. Luas areal kebun karet pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 9,27 Ha, sawah (11,25 Ha), tanah kosong (109,53 Ha), padang rumput (28,8 Ha), permukiman (42,48 Ha), semak (42,75 Ha), kebun campuran (108,99 Ha), dan tegakan pinus (0,09 Ha). Kebun teh mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 78,93 Ha menjadi 78,93 Ha. Luas areal kebun teh pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan tanah kosong (5,04 Ha), padang rumput (9,45 Ha), permukiman (0,09 Ha), semak (0,72 Ha), kebun campuran (35,64 Ha), dan kebun karet (28,08 Ha). Tegakan pinus mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 4,5 Ha menjadi 0,09 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal tegakan pinus yang menjadi kelas sawah (0,09 Ha), semak (0,09 Ha), kebun campuran (4,32 Ha), dan kebun karet (0,09 Ha). Luas areal tegakan pinus pada tahun 2000 berasal dari kelas tutupan lahan kebun campuran (0,09 Ha).

Analisis Perubahan Tutupan Lahan pada periode 2000-2003 Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa kelas tutupan lahan yang mengalami penurunan luas arealnya adalah sawah, padang rumput, dan semak. Semak merupakan kelas yang mengalami penurunan jumlah luas areal terbesar, yaitu sebesar 727,83 Ha . Di sisi lain, kelas-kelas bervegetasi lainnya seperti kebun campuran, kebun karet, kebun teh, tegakan pinus, dan hutan daun lebar mengalami peningkatan. Sawah mengalami penurunan jumlah luas areal sebesar 341,1 Ha menjadi 490,95 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal sawah yang menjadi kelas badan air sebesar 37,08 Ha, tanah kosong (8,28 Ha), permukiman (3,42 Ha), semak (158,58 Ha), kebun campuran (280,35 Ha),

77 kebun karet (113,31 Ha), kebun teh (14,76 Ha), tegakan pinus (15,12 Ha), dan hutan daun lebar (81 Ha). Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (2000 – 2003) sebesar 121,86 Ha. Luas areal sawah pada tahun 2003 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 69,75 Ha, tanah kosong (85,23 Ha), padang rumput (5,58 Ha), permukiman (18,09 Ha), semak (67,5 Ha), kebun campuran (67,95 Ha), kebun karet (53,73 Ha), kebun teh (0,18 Ha), awan (0,09 Ha), dan bayangan awan (1,08 Ha). Padang rumput mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 100,26 Ha menjadi 2,25 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal padang rumput yang menjadi kelas badan air sebesar 0,18 Ha, sawah (5,58 Ha), tanah kosong (15,48 Ha), permukiman (0,72 Ha), semak (61,65 Ha), kebun campuran (3,96 Ha), kebun karet (7,65 Ha), kebun teh (6,03 Ha), hutan daun lebar (0,81), dan sebesar 0,09 Ha tertutup oleh awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (2000 – 2003) sebesar 0,81 Ha. Luas areal padang rumput pada tahun 2003 berasal dari kelas tutupan lahan tanah kosong (0,45 Ha), semak (0,9 Ha), dan kebun karet (0,09 Ha). Semak mengalami penurunan jumlah luasan sebesar 727,83 Ha menjadi 1.341,81 Ha. Penurunan jumlah luasan ini disebabkan karena adanya areal semak yang menjadi kelas badan air sebesar 7,38 Ha, sawah (67,5 Ha), tanah kosong (117,27 Ha), padang rumput (0,9 Ha), permukiman (12,33 Ha), kebun campuran (366,75 Ha), kebun karet (465,03 Ha), kebun teh (121,5 Ha), tegakan pinus (7,02 Ha), hutan daun lebar (85,41 Ha) dan sebesar 0,36 Ha tertutup oleh awan. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (2000 – 2003) sebesar 822,51 Ha. Luas areal semak pada tahun 2003 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 4,5 Ha, sawah (158,58 Ha), tanah kosong (124,56 Ha), padang rumput (61,65 Ha), permukiman (2,16 Ha), kebun campuran (89,28 Ha), kebun karet (27,18 Ha), kebun teh (41,67 Ha), awan (6,57) dan bayangan awan (4,5 Ha). Kebun campuran mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 2,34 Ha menjadi 1.433,79 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (2000 – 2003) sebesar 3.074,49 Ha. Luas areal kebun campuran pada tahun 2003 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 27,45 Ha, sawah (280,35 Ha), tanah kosong (73,26 Ha), padang rumput (3,96 Ha), permukiman (7,2 Ha), semak (366,75 Ha), kebun karet (86,76 Ha), kebun teh (6,93 Ha), awan (11,52 Ha), dan bayangan awan (14,04 Ha).

78 Kebun karet mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 617,58 Ha menjadi 997,56 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (2000 – 2003) sebesar 126,36 Ha. Luas areal kebun karet pada tahun 2003 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 2,43 Ha, sawah (113,31 Ha), tanah kosong (76,5 Ha), padang rumput (7,65 Ha), permukiman (2,16 Ha), semak (465,03 Ha), kebun campuran (167,4 Ha), kebun teh (12,33 Ha), awan (12,78 Ha), dan bayangan awan (7,83 Ha). Kebun teh mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 102,06 Ha menjadi 180,99 Ha. Luas areal yang tidak berubah selama kurun waktu tersebut (2000 – 2003) sebesar 10,44 Ha. Luas areal kebun teh pada tahun 2003 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 0,45 Ha, sawah (14,76 Ha), tanah kosong (14,13 Ha), padang rumput (6,03 Ha), permukiman (0,27 Ha), semak (121,5 Ha), kebun campuran (10,35 Ha), kebun karet (2,16 Ha), awan (0,72 Ha), dan bayangan awan (0,72 Ha). Tegakan pinus mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 267,03 Ha menjadi 267,12 Ha. Luas areal tegakan pinus pada tahun 2003 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 1,44 Ha, sawah (15,12 Ha), tanah kosong (0,9 Ha), semak (7,02 Ha), kebun campuran (229,32 Ha), kebun karet (6,12 Ha), awan (3,15 Ha), dan bayangan awan (5,22 Ha). Hutan daun lebar mengalami peningkatan jumlah luasan sebesar 487,8 Ha menjadi 487,8 Ha. Luas areal hutan daun lebar pada tahun 2003 berasal dari kelas tutupan lahan badan air seluas 0,81 Ha, sawah (81 Ha), tanah kosong (13,05 Ha), padang rumput (0,81 Ha), permukiman (0,27 Ha), semak (85,41 Ha), kebun campuran (276,03 Ha), kebun karet (10,26 Ha), kebun teh (4,95 Ha), tegakan pinus (0,09 Ha), awan (11,07 Ha), dan bayangan awan (5,22 Ha).

79

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pada tahun 1994, luas kebun campuran di DAS Cisadane bagian Hulu sebesar 40.364,60 Ha. Kebun campuran mempunyai area paling luas dibandingkan dengan kelas tutupan lain pada semua sub-DAS yang ada di DAS Cisadane bagian Hulu. 2. Pada tahun 2000, kelas kebun campuran masih memiliki luas yang paling besar dibandingkan kelas lain, tetapi mengalami penurunan jumlah luas hampir setengahnya, menjadi 22.338,50 Ha. Di saat yang sama, kelas semak mengalami peningkatan hampir 4 kali lipat dari tahun 1994 menjadi 11.107,60 Ha. 3. Pada tahun 2003, data dari dua sub-DAS yang digunakan (sub-DAS Cianten-Cikaniki dan Citempuan), luas areal kebun campuran semakin berkurang sehingga menjadi 9.441,99 Ha.

Saran Perlu sosialisasi lebih lanjut mengenai pemanfaatan citra Landsat dalam evaluasi tutupan lahan terutama mengenai kemampuan citra Landsat dalam mengidentifikasi dan mendeterminasi luas tutupan lahan untuk membantu dalam kegiatan ketataruangan.

80

DAFTAR PUSTAKA Arwindrasti, B.K. 1997. Kajian Karakteristik Hidrologi Daerah Aliran Sungai Cisadane. Tesis Program Pasca Sarjana, IPB, Bogor (tidak dipublikasikan). Biro Pusat Statistik. 2003. Kabupaten Bogor Dalam Angka : 2003. Kantor Statistik, Biro Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Bogor. ERDAS Inc. 1999. ERDAS Field Guide (5th ed.) : Revised and Expanded. ERDAS. Atlanta, Georgia. Hernawan, E. 2001. Analisis Perubahan Penutupan Hutan di areal Paska Pengelolaan HPH Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh (studi kasus : bekas HPH di batas TNKS Prop. Bengkulu). Tesis Program Pasca Sarjana, IPB, Bogor (tidak dipublikasikan). Jaya, I.N.S. 2002. Penginderaan Jauh Satelit untuk Kehutanan. Laboratorium Inventarisasi Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB, Bogor. Lillesand, T.M. & R.W. Kiefer. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra (Dulbahri, P. Suharsono, Hartono, dan Suharyadi; penerjemah). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Lo, C.P. 1995. Penginderaan Jauh Terapan (B. Purbowaseso, penerjemah). UI Press, Jakarta. Paine, D.P. 1992. Fotografi Udara dan Penafsiran Citra Untuk Pengelolaan Sumberdaya (I.A. Rochman, penerjemah). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. 2007. Sekilas Kabupaten Bogor. http:\\www.kabupaten-bogor.go.id\index.php,, 5 Januari 2007. Robinson, A.H., J.L. Morrison, P.C. Muehrcke, A.J. Kimerling, & S.C. Guptill. 1995. Elements Of Cartography (6th ed.). John Willey & Sons, New York. Rusdi, M. 2005. Perbandingan Klasifikasi Maximum Likelihood dan Object Oriented pada Pemetaan Penutupan/Penggunaan Lahan (Studi kasus Kabupaten Gayo Lues, NAD, HTI PT. Wirakarya Sakti Jambi dan Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah). Tesis Sekolah Pasca Sarjana, IPB, Bogor (tidak dipublikasikan). Sudrajat, D. 2002. Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Citarum Hilir – Jawa Barat dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat-TM. Skripsi Sarjana Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB, Bogor (tidak dipublikasikan). Swain, P.H. & S.M. Davis. 1978. Remote Sensing : The Quantitative Approach. McGraw Hill, New York.

81 Umiyati. 2002. Kualitas Air Sungai Cisadane Bagian Hulu dan Tengah yang Melintasi Wilayah Kabupaten Bogor Jawa Barat, Selama Periode 1996–2000. Skripsi Sarjana Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor (tidak dipublikasikan).

82

LAMPIRAN

83 Lampiran 1. RMSE hasil rektifikasi citra Landsat ETM+ tahun 2003 dengan menggunakan peta digital daerah Bogor sebagai masternya.

84 Lampiran 2. RMSE hasil rektifikasi citra Landsat ETM+ tahun 2000 dengan menggunakan citra Landsat ETM+ tahun 2003 sebagai masternya.

85 Lampiran 3. RMSE hasil rektifikasi citra Landsat TM tahun 1994 dengan menggunakan citra Landsat ETM+ tahun 2000 sebagai masternya.

86 Lampiran 4. Lokasi Pengambilan Titik-titik Ground-Check N1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 35 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69

Tanggal EASTING NORTHING Lokasi 24 Okt 04 690105 9274339 Cibanteng 24 Okt 04 688440 9274969 Jembatan Cinangneng 24 Okt 04 688127 9275083 Jembatan Ciampea 24 Okt 04 687501 9275222 Pertigaan Ciampea-Leuwiliang 24 Okt 04 687855 9277143 Jembatan Rancabungur 24 Okt 04 688588 9277090 Pertigaan Cagak 24 Okt 04 687347 9278919 Pertigaan Ponpes Falah 24 Okt 04 687738 9279918 Kemang 24 Okt 04 687815 9280137 Kemang 24 Okt 04 688851 9281020 Kemang 24 Okt 04 689647 9281012 Kemang 24 Okt 04 690452 9280889 Kemang 24 Okt 04 691009 9281169 Kemang 24 Okt 04 692049 9281308 Kemang 24 Okt 04 694323 9279830 Pertigaan Kemang-Parung 24 Okt 04 680618 9271638 Sawah 24 Okt 04 679445 9264704 Kebun Campuran 24 Okt 04 681253 9269368 Jembatan 24 Okt 04 679828 9264212 Kebun Campuran 24 Okt 04 670271 9268787 Sawah 24 Okt 04 681471 9267361 Sawah 24 Okt 04 674818 9274337 Tegalan 28 Okt 04 669989 9266603 Cibeberpasar 28 Okt 04 678114 9274326 Jembatan Cikaniki 28 Okt 04 681244 9273094 Jembatan Cianten 28 Okt 04 680874 9272835 Pertigaan ke PTPN VIII 28 Okt 04 670086 9268058 Jembatan 28 Okt 04 670138 9268579 Jembatan 28 Okt 04 670197 9267478 Sawah 10Nov04 691024 9275456 Hutan Pinus Cangkurawok 10Nov04 694653 9273807 Jembatan Jalan Baru 10Nov04 691356 9275566 Makam Carangpulang 10Nov04 693030 9275419 Situ Gede 10Nov04 691543 9275979 Situ Burung 10Nov04 691237 9275655 Sawah Carangpulang 10Nov04 691541 9276364 Sawah Setelah Situ Gede 10Nov04 692680 9276170 Tegalan Setelah Situ Gede 10Nov04 690502 9276809 Tegalan Setelah AtangSenjaya 10Nov04 693582 9274864 Tanah Kosong CIFOR 10Nov04 693891 9276084 Tanah Kosong Atang Senjaya 18Nov04 692152 9272795 Depan Kantor Desa Dramaga 18Nov04 691492 9272481 Kompleks Perum IPB Alam Sinar Sari 18Nov04 691210 9272442 Belokan 18Nov04 690970 9272289 Belokan 18Nov04 693639 9264531 Pertigaan ke Curug Nangka 18Nov04 690623 9263283 Jembatan 18Nov04 690052 9263069 Jembatan 18Nov04 688966 9263711 Jembatan Dua Desa Gn.Malang 18Nov04 688698 9263612 Desa Gn.Malang 18Nov04 688591 9263428 Jembatan Curug Luhur 18Nov04 688155 9263408 Jembatan 18Nov04 690610 9263421 Sawah 18Nov04 691196 9263972 Desa Gn.Malang 18Nov04 691220 9263802 Belokan ke Curug Nangka

Keterangan PMK Jalan Aspal Jalan Aspal Jalan Aspal Jalan Aspal Jalan Aspal Jalan Aspal Sawah Sawit Sawah Sawah Sawah Sawah KCP Jalan Aspal Sawah KCP Jalan Aspal KCP Sawah Sawah Tegalan Pasar Jalan Aspal Jalan Aspal Jalan Aspal Jalan Aspal Jalan Aspal Sawah Pinus Jalan Aspal Makam Danau Danau Sawah Sawah Tegalan Tegalan TK TK Sawah Tegalan TK Tegalan Jalan Aspal Jalan Aspal KCP Tegalan KCP PMK Tegalan Sawah KCP Jalan Aspal

87 Lanjutan Lampiran 4. Lokasi Pengambilan Titik-titik Ground-Check N1 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123

Tanggal EASTING NORTHING Lokasi 18Nov04 692121 9263847 Ciapus 18Nov04 692448 9264122 Ciapus 18Nov04 693170 9264286 Ciapus 18Nov04 693725 9264531 Jembatan setelah Pertigaan Curug 24Nov04 686102 9276578 jembatan 24Nov04 685531 9276071 Ciampea 24Nov04 684374 9275790 kebun karet 24Nov04 683937 9275698 Ujung Gunung Kapur 24Nov04 683041 9274720 sawah 24Nov04 682810 9274354 jembatan 24Nov04 684254 9275820 jembatan 28Nov04 684943 9275934 kebun pinang 28Nov04 686857 9279608 Kebun 28Nov04 686764 9279826 Kebun 28Nov04 685684 9282276 belokan sungai 28Nov04 685576 9280545 belokan sungai 28Nov04 685906 9280661 Ke Ciseeng 28Nov04 685615 9282559 Tegalan 28Nov04 685179 9283803 Permukiman 28Nov04 684965 9283951 belokan sungai 28Nov04 684627 9284503 Situ 28Nov04 684733 9284662 Tambak 28Nov04 685378 9284768 Tambak 28Nov04 685357 9284642 Tambak 28Nov04 685584 9284545 Tambak 28Nov04 685792 9284328 Tambak 28Nov04 684421 9284702 belokan sungai 28Nov04 681856 9276954 Jembatan 28Nov04 683012 9285883 Jembatan 28Nov04 682446 9283262 Jembatan 28Nov04 683204 9281462 Karet 28Nov04 682210 9284598 Bambu 28Nov04 683888 9285057 Kebun 28Nov04 684603 9284613 Pertigaan 28Nov04 683391 9285331 Karet 28Nov04 683120 9285684 Karet 28Nov04 682313 9285280 Karet 28Nov04 682745 9283354 Karet 28Nov04 682990 9282890 Karet 28Nov04 682871 9282172 Karet 28Nov04 681936 9277907 Karet 28Nov04 682570 9279978 Pabrik Karet 28Nov04 684142 9284853 Pertigaan 28Nov04 682453 9285918 Pertigaan ke Leuwiliang 28Nov04 680441 9273040 Simpang 28Nov04 682003 9284349 Sawah 28Nov04 682446 9279408 Sawah 28Nov04 680208 9273840 Sawah 2 Des 04 702554 9259028 Jembatan Cimande 2 Des 04 702632 9258989 Cimande Hilir 2 Des 04 702682 9259015 Ciderum 2 Des 04 699990 9254422 Danau Lido 2 Des 04 698958 9253480 Perbatasan Bogor-Sukabumi 2 Des 04 698967 9253628 Villa Mutiara Lido

Keterangan Tegalan Tegalan Tegalan PMK PMK TK Karet Sawah Sawah PMK PMK Pinang Nipah kelapa Sawah galian psr PMK Singkong PMK Sawah Situ Tambak Tambak Tambak Tambak Tambak Jeunjing PMK PMK PMK Karet Bambu Tangkil PMK Karet Karet Karet Karet Karet Karet Karet PMK PMK PMK PMK Sawah Sawah Sawah PMK Tegalan Sawah Danau PMK PMK

88 Lanjutan Lampiran 4. Lokasi Pengambilan Titik-titik Ground-Check N1 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177

Tanggal EASTING NORTHING Lokasi 2 Des 04 699306 9254381 Stasiun Cigombong 2 Des 04 699706 9253493 Ds Wates Jaya 2 Des 04 700075 9252899 Ds Wates Jaya 2 Des 04 700223 9252868 Pegasus Aero Club 2 Des 04 699831 9253793 Danau Lido 2 Des 04 701252 9252961 Lido Golf 2 Des 04 703003 9252145 Lengkong Tengah 2 Des 04 702951 9252011 Bekas Karet 2 Des 04 703418 9252065 Lengkong Girang 2 Des 04 703993 9252038 Ciwaluh 2 Des 04 703949 9251933 Ciwaluh 2 Des 04 701158 9253775 Kantor Ds Srogol 2 Des 04 701129 9253939 Bekas Karet 2 Des 04 699335 9254551 Lido Permai 2 Des 04 696547 9253403 Galian 3 Des 04 668264 9265419 Desa Curug Bitung, Nanggung 3 Des 04 667976 9264288 Desa Curug Bitung, Nanggung 3 Des 04 668711 9265616 Desa Curug Bitung, Nanggung 3 Des 04 668969 9266248 Desa Curug Bitung, Nanggung 4 Des 04 689270 9267776 Desa Setu Daun 4 Des 04 688948 9268298 Pertigaan 4 Des 04 689108 9268284 Desa Setu Daun 4 Des 04 688959 9268592 Desa Setu Daun 4 Des 04 689402 9269038 Setelah S. Cihideung 4 Des 04 689420 9268378 Desa Purwasari 4 Des 04 689610 9267992 Desa Purwasari 4 Des 04 689710 9267797 Desa Purwasari 4 Des 04 690286 9267990 Pertigaan 4 Des 04 690936 9268756 Jembatan Jadipa/Petir 5 Des 04 691478 9271933 Kompleks Perum IPB Alam Asri 5 Des 04 693046 9272150 TPU Desa Ciherang 5 Des 04 693003 9271453 Desa Ciherang 5 Des 04 692910 9270351 Desa Ciherang 5 Des 04 693732 9270005 Jembatan 5 Des 04 694430 9271754 Laladon 6 Des 04 689947 9274234 Pertigaan Cibanteng Proyek 6 Des 04 686762 9261383 Wana Wisata Gn. Bunder 6 Des 04 686380 9261517 Wana Wisata Gn. Bunder 6 Des 04 686222 9261274 Wana Wisata Gn. Bunder 6 Des 04 686258 9260847 Wana Wisata Gn. Bunder 6 Des 04 686447 9260515 Wana Wisata Gn. Bunder 6 Des 04 686425 9260333 Wana Wisata Gn. Bunder 6 Des 04 687129 9259799 Wana Wisata Gn. Bunder 6 Des 04 685093 9260887 Pamijahan 7 Des 04 671271 9274738 Perbatasan Leuwiliang-Cigudeg 7 Des 04 670999 9274824 Desa Cigudeg 7 Des 04 672060 9278052 Kmp. Cirangsad, Desa Banyuwangi 7 Des 04 672550 9278428 Desa Banyuwangi 7 Des 04 672830 9278557 Desa Banyuwangi 7 Des 04 673029 9278820 Desa Banyuwangi 7 Des 04 673396 9278852 Desa Banyuwangi 7 Des 04 675502 9277200 Desa Banyuresmi 7 Des 04 675662 9277048 Desa Banyuresmi 7 Des 04 675698 9276706 Desa Banyuresmi

Keterangan PMK Sawah KCP PdgRmpt Danau PdgRmpt PMK Tegalan Pinus Pinus Sawah PMK Pisang+Alang PMK TK Pinus Rasamala Pinus Karet Palawija PMK Jagung Palawija KCP Lobak Sawah KCP PMK PMK Paria Makam Tambak Lobak PMK Sawah PMK Rasamala Rasamala Rasamala Rasamala Pinus Pinus Pinus Sawah KCP Karet Teh Cengkeh Cengkeh Sawah Alang-alang PMK Sawah Pinus

89

89

Lampiran 5. Matriks Transisi Citra Hasil Klasifikasi Tahun 1994 – 2000 sub-DAS Cisadane Hulu. 2000 CSDHL Unclassified BDA SWH TKG PDR 1994

PMK SMK KCP KRT TEH PNS HDL AWN BYA

Unclassified

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,18 1,08 0

BDA

SWH

0 457,38 25,29 369,36 22,95 33,57 27,81 1025,91 33,93 28,44 124,92 120,33 25,83 38,43

0 89,37 18,27 119,61 17,91 6,66 22,68 364,14 14,4 11,43 11,43 15,48 0,45 0,09

TKG

0 222,93 12,24 831,42 82,89 51,57 25,02 861,39 23,04 80,82 133,74 142,65 36 40,14

PDR

0 29,88 1,44 27,81 20,34 1,89 3,51 43,65 1,17 10,62 0,45 2,25 0,36 0

PMK

0 64,62 4,68 260,55 10,26 397,8 5,31 87,21 4,59 0,45 0,54 0,36 0,27 0,36

SMK

0 161,82 8,82 376,38 42,84 6,93 37,44 893,97 29,43 37,44 5,4 9 0,9 0

KCP

KRT

TEH

PNS

0 508,77 40,59 984,24 57,24 16,29 96,66 4918,41 77,04 133,38 387,27 233,01 27,36 35,28

0 205,65 16,74 872,01 39,69 51,21 52,02 1240,38 15,75 10,26 55,62 35,19 2,7 5,58

0 23,67 10,35 219,96 59,76 1,08 1,44 880,11 30,42 285,39 8,82 24,66 10,08 0,45

0 32,76 0,18 54,27 0,18 0,09 0 460,08 0,45 38,43 384,48 171,81 4,86 7,11

KRT

TEH

PNS

HDL

AWN

0 0,18 1,17 2,97 2,97 0 0,18 104,58 5,85 44,64 17,55 51,21 1,62 0

0 152,01 18,09 206,46 48,87 21,42 24,3 987,39 37,62 170,64 490,5 521,37 147,06 162,9

BYA

0 19,44 0,54 23,04 6,03 0,18 0,36 208,71 2,25 34,92 190,44 132,48 2,34 21,6

Lampiran 6. Matriks Transisi Citra Hasil Klasifikasi Tahun 1994 – 2000 sub-DAS Ciapus 2000 CIAPUS Unclassified BDA

1994

SWH TKG PDR PMK SMK KCP KRT

Unclassified

0 0 0 0 0 0 0 0 0

BDA

0 135 102,87 109,62 47,16 29,25 64,8 185,4 27,63

SWH

0 54,45 62,55 75,6 63,09 19,71 46,26 106,65 20,61

TKG

0 16,38 17,82 154,62 64,89 27,09 16,83 179,19 7,02

PDR

0 3,42 3,24 16,65 12,69 7,47 1,62 22,95 1,98

PMK

0 29,79 26,19 254,79 40,95 260,46 10,44 31,23 3,33

SMK

0 29,79 26,73 86,94 51,12 14,94 63,54 211,68 26,91

KCP

0 79,47 87,75 120,15 58,5 14,04 147,51 738,09 47,07

0 41,31 42,75 219,24 67,05 36,63 74,07 251,37 13,05

0 0 0 0,72 0,36 0 0 9,27 0

0 0 0,09 0,45 0 0 0 3,96 0

HDL

AWN

0 0 0 0,81 0,18 0 0 8,1 0

0 29,7 14,94 112,5 78,21 8,64 26,37 541,35 23,13

BYA

0 3,06 0,63 21,78 6,57 0,27 3,69 65,16 2,97

Keterangan sub-DAS : CSDHL = Cisadane Hulu; CIAPUS = Ciapus; CMPCHD = Ciampea-Cihideung; CNTCKN = Cianten-Cikaniki; CTMP = Citempuan. Keterangan Kelas Lahan : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Pemukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Perkebunan Karet; TEH = Perkebunan Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

90

Lanjutan Lampiran 6. Matriks Transisi Citra Hasil Klasifikasi Tahun 1994 – 2000 sub-DAS Ciapus 2000 CIAPUS TEH PNS HDL AWN BYA

Unclassified

0 0 0 0 0

BDA

6,03 21,78 11,34 0,36 10,17

SWH

1,53 0,27 3,42 0,27 0,09

TKG

11,43 15,3 18,36 0,27 11,79

PDR

0,9 0 0,81 0 0

PMK

0 0,09 0 0 0,36

SMK

KCP

3,51 0 3,15 0,09 0,09

KRT

10,98 12,24 13,95 0,54 5,67

TEH

1,08 3,42 4,32 0,18 3,96

19,98 0 6,3 0 0,27

PNS

HDL

3,15 1,53 6,21 0 2,88

AWN

4,59 0,18 7,74 0,09 0,72

BYA

42,75 74,97 45 7,74 42,66

3,33 6,84 3,78 0,09 2,79

Lampiran 7. Matriks Transisi Citra Hasil Klasifikasi Tahun 1994 – 2000 sub-DAS Ciampea-Cihideung 2000 CMP-CHD Unclassified BDA SWH TKG PDR 1994

PMK SMK KCP KRT TEH PNS HDL AWN BYA

Unclassified

0 0 0 0,18 0 0 0 0 0 0 0 0 0,09 0

BDA

0 456,48 123,39 310,59 52,65 86,76 139,41 608,67 78,12 10,08 23,49 8,64 3,24 19,53

SWH

0 213,75 86,67 327,87 90 50,22 163,44 598,68 100,71 1,89 3,42 0,63 0,9 0

TKG

0 38,16 16,38 387,9 71,28 68,13 28,62 318,96 21,06 29,43 23,76 12,96 7,83 23,49

PDR

0 11,16 5,67 74,25 29,61 24,3 9,45 63,18 7,38 6,57 1,08 0,45 0 0

PMK

SMK

KCP

0 43,74 17,46 392,58 34,38 186,57 28,44 102,69 11,34 0 0,18 0,09 0,18 0,27

0 136,53 40,05 390,96 127,62 56,07 229,14 1039,05 140,31 7,83 3,96 0,72 0,18 0,09

0 212,4 86,67 221,67 43,11 29,34 327,51 1662,03 112,23 27,72 61,29 14,58 3,06 5,04

KRT

0 111,6 44,73 465,84 71,46 74,43 160,65 648,45 43,74 3,87 9,09 3,69 1,53 4,59

TEH

0 0,27 0,18 0,63 0,36 0 0 3,15 0 0,18 0,09 0 0,09 0

PNS

0 0,09 0,18 0,54 0 0 0 1,35 0 0 0,72 2,07 3,24 0,09

HDL

AWN

0 0,27 0 0,72 0 0 0 0,63 0 0 0,18 1,08 2,25 0,63

0 48,96 11,7 71,1 18,81 0,54 3,6 490,86 9,99 80,64 151,38 89,37 62,19 80,82

BYA

0 2,61 0 3,06 1,17 0 0,09 85,14 3,6 6,75 26,73 6,75 0,72 6,57

Keterangan sub-DAS : CSDHL = Cisadane Hulu; CIAPUS = Ciapus; CMPCHD = Ciampea-Cihideung; CNTCKN = Cianten-Cikaniki; CTMP = Citempuan. Keterangan Kelas Lahan : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Pemukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Perkebunan Karet; TEH = Perkebunan Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

91

Lampiran 8. Matriks Transisi Citra Hasil Klasifikasi Tahun 1994 – 2000 sub-DAS Cianten-Cikaniki 2000 CNT-CKN Unclassified BDA SWH TKG PDR 1994

PMK SMK KCP KRT TEH PNS HDL AWN BYA

Unclassified

0 0 0 1,89 0,09 0 0 0,54 0 0 1,35 7,65 1,26 0,45

BDA

SWH

TKG

PDR

PMK

0 559,8 89,1 489,96 47,61 71,91 94,5 1106,91 81,9 41,13 160,2 186,84 0,9 23,94

0 291,33 53,28 680,13 136,35 46,62 144 1676,7 162,81 59,67 48,78 130,68 0,63 0,99

0 81,72 11,25 783 126,18 35,64 25,74 1315,53 35,01 312,48 215,19 443,7 2,61 23,58

0 5,04 1,08 120,96 33,75 6,75 2,7 195,84 5,4 50,04 2,52 12,51 0,09 0

0 42,57 15,84 305,01 20,34 98,46 17,91 116,01 8,28 0,36 3,15 3,87 0 0,27

SMK

KCP

0 110,07 11,61 782,28 249,3 16,92 115,83 2940,3 264,96 131,04 29,88 86,58 0,18 0,36

0 291,15 30,69 671,76 82,89 22,68 168,21 5463,36 275,04 329,13 696,15 1203,66 1,98 17,37

KRT

0 73,26 9,72 444,51 55,71 26,1 45,45 909,9 67,5 26,46 122,58 156,69 0,63 11,79

TEH

PNS

HDL

AWN

BYA

0 5,67 0,27 164,07 10,26 0,27 0 528,3 4,14 586,71 7,65 125,91 0,45 0

0 4,41 1,26 47,61 1,44 0 0,54 218,16 0,09 99,99 541,17 749,88 4,5 31,41

0 0,54 1,26 20,52 0,45 0 0,18 122,85 0,09 30,78 243,99 1092,24 0,81 3,24

0 149,31 5,22 397,89 33,66 0,81 1,98 2662,83 14,31 489,69 788,58 1409,58 2,79 62,01

0 26,19 1,35 95,22 5,4 0,81 0,81 622,26 6,93 72,27 298,8 301,77 0,09 28,08

TEH

PNS

HDL

AWN

BYA

Lampiran 9. Matriks Transisi Citra Hasil Klasifikasi Tahun 1994 – 2000 sub-DAS Citempuan 2000 CTMP Unclassified BDA 1994

SWH TKG PDR PMK SMK KCP

Unclassified

0 0 0 0 0 0 0 0

BDA

0 27,45 23,04 31,32 7,38 15,12 13,95 26,73

SWH

0 17,37 22,86 88,47 36 26,64 80,28 318,24

TKG

0 8,28 12,24 182,25 65,79 43,92 34,2 154,26

PDR

0 0,72 1,08 23,76 30,06 1,71 5,04 25,11

PMK

0 4,68 2,34 23,04 3,69 31,77 4,68 6,93

SMK

0 7,83 16,56 237,33 257,58 12,69 214,56 840,24

KCP

0 22,05 15,3 77,94 24,66 10,26 138,6 874,62

KRT

0 9,27 11,25 109,53 28,8 42,48 42,75 108,99

0 0 0 5,04 9,45 0,09 0,72 35,64

0 0 0 0 0 0 0 0,09

0 0 0 0 0 0 0 0

0 0,09 0 4,14 1,17 0,54 3,78 20,7

0 0,45 0,18 2,43 2,7 0,09 3,15 20,07

Keterangan sub-DAS : CSDHL = Cisadane Hulu; CIAPUS = Ciapus; CMPCHD = Ciampea-Cihideung; CNTCKN = Cianten-Cikaniki; CTMP = Citempuan. Keterangan Kelas Lahan : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Pemukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Perkebunan Karet; TEH = Perkebunan Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

92

Lanjutan Lampiran 9. Matriks Transisi Citra Hasil Klasifikasi Tahun 1994 – 2000 sub-DAS Citempuan 2000 CTMP KRT TEH PNS HDL AWN BYA

Unclassified

BDA

0 0 0 0 0 0

SWH

14,76 0 0 0 0 0

243 0 0,09 0 0 0

TKG

PDR

42,21 0 0 0 0 0

PMK

15,12 0 0 0 0 0

SMK

0,99 0 0 0 0 0

484,11 0 0,09 0 0 0,09

KCP

263,52 0 4,32 0 0 0,54

KRT

24,21 0 0,09 0 0 0

TEH

PNS

28,08 0 0 0 0 0

HDL

0 0 0 0 0 0

AWN

0 0 0 0 0 0

17,19 0 0 0 0 0

BYA

10,89 0 0 0 0 0

Lampiran 10. Matriks Transisi Citra Hasil Klasifikasi Tahun 2000 – 2003 sub-DAS Cianten-Cikaniki 2003 CNT-CKN Unclassified BDA SWH TKG PDR

2000

PMK SMK KCP KRT TEH PNS HDL AWN BYA

Unclassified

0 31,14 10,53 81,81 3,24 0,63 8,82 56,7 13,59 2,7 11,7 1,35 459,45 10,44

BDA

SWH

TKG

PDR

PMK

SMK

KCP

KRT

TEH

PNS

HDL

AWN

BYA

3,33 655,74 427,41 119,34 9,99 64,8 125,73 332,19 87,66 16,56 77,76 49,86 150,84 44,64

0,18 1043,73 1217,61 443,34 67,05 132,12 557,28 897,93 304,65 42,75 22,23 15,75 343,35 69,12

0,09 65,88 92,25 413,73 62,1 29,79 300,87 303,21 142,02 150,84 90,54 81,72 352,26 88,83

0 1,71 1,17 9,45 1,26 0 2,25 9,63 1,35 9 2,25 0,72 20,97 4,68

0 98,19 99,45 282,69 8,82 341,64 95,49 130,68 239,85 7,56 8,82 3,87 59,04 12,33

0 111,87 244,35 457,2 132,93 16,74 950,49 661,86 127,62 292,5 76,77 36,81 768,87 128,43

1,98 479,61 879,75 404,91 40,5 34,2 1166,31 3074,49 443,97 101,43 113,31 51,12 959,04 263,52

0,09 56,43 191,43 263,16 37,98 4,41 1203,48 1124,91 263,79 48,96 41,94 9,54 660,24 139,23

0 25,29 40,86 220,68 37,08 1,26 108,36 219,51 20,16 391,77 49,32 12,33 233,55 36,72

1,8 116,73 41,94 117,18 7,38 0,9 60,57 661,5 85,77 40,77 142,29 63,63 355,68 160,92

0,36 89,91 110,7 247,05 15,39 0,27 89,1 1009,53 73,98 132,3 423,18 398,07 957,69 253,08

5,04 130,32 48,87 249,12 8,19 3,69 46,8 536,58 113,58 153,9 445,05 694,26 567,9 184,41

0,36 46,53 24,21 102,24 4,95 0,63 26,46 237,42 32,49 42,21 195,75 97,38 128,52 63,18

Keterangan sub-DAS : CSDHL = Cisadane Hulu; CIAPUS = Ciapus; CMPCHD = Ciampea-Cihideung; CNTCKN = Cianten-Cikaniki; CTMP = Citempuan. Keterangan Kelas Lahan : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Pemukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Perkebunan Karet; TEH = Perkebunan Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

93

Lampiran 11. Matriks Transisi Citra Hasil Klasifikasi Tahun 2000 – 2003 sub-DAS Citempuan 2003 CTMP Unclassified BDA SWH TKG PDR

2000

PMK SMK KCP KRT TEH PNS HDL AWN BYA

Unclassified

BDA

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 43,83 37,08 29,25 0,18 14,67 7,38 19,26 18,72 0 0 0 0 0,09

SWH

0 69,75 121,86 85,23 5,58 18,09 67,5 67,95 53,73 0,18 0 0 0,09 1,08

TKG

0 1,44 8,28 89,37 15,48 10,89 117,27 13,32 20,61 2,25 0 0 0,36 0,36

PDR

0 0 0 0,45 0,81 0 0,9 0 0,09 0 0 0 0 0

PMK

0 7,2 3,42 35,91 0,72 22,05 12,33 4,68 22,5 0,36 0 0 1,35 0,9

SMK

0 4,5 158,58 124,56 61,65 2,16 822,51 89,28 27,18 41,67 0 0 6,57 4,5

KCP

0 27,45 280,35 73,26 3,96 7,2 366,75 553,86 86,76 6,93 0 0 11,52 14,04

KRT

0 2,43 113,31 76,5 7,65 2,16 465,03 167,4 126,36 12,33 0 0 12,78 7,83

TEH

0 0,45 14,76 14,13 6,03 0,27 121,5 10,35 2,16 10,44 0 0 0,72 0,72

PNS

0 1,44 15,12 0,9 0 0 7,02 229,32 6,12 0 0 0 3,15 5,22

HDL

0 0,81 81 13,05 0,81 0,27 85,41 276,03 10,26 4,95 0,09 0 11,07 5,22

AWN

BYA

0 0,45 0 0,18 0,09 0,45 0,36 0,09 0,18 0 0 0 0 0

Keterangan sub-DAS : CSDHL = Cisadane Hulu; CIAPUS = Ciapus; CMPCHD = Ciampea-Cihideung; CNTCKN = Cianten-Cikaniki; CTMP = Citempuan. Keterangan Kelas Lahan : BDA = Badan Air; SWH = Sawah; TKG = Tanah Kosong; PDR = Padang Rumput; PMK = Pemukiman; SMK = Semak; KCP = Kebun Campuran; KRT = Perkebunan Karet; TEH = Perkebunan Teh; PNS = Tegakan Pinus; HDL = Hutan Daun Lebar; AWN = Awan; BYA = Bayangan Awan.

0 0 0 0 0 0 0 0,27 0,18 0 0 0 0 0