Volume 5 Nomor 4
Warta Tumbuhan Obat Indonesia
EFEK ANTIRADANG INFUS DAUN DAN AKAR SOM JAWA (TALZNUM PANICULATUM GAERTN.) PADA TIKUS PUTIH IN VIVO ABSTRAKTelah dilakukan penelitian pada tikus in vivo yang bertujuan untuk mengetahui adanya efek anti radang, atas dasar pengobatan pada radang kaki tikus yang ditimbulkan oleh injeksi 0,5 mLformalin 3,5% dalam NaCl0,9%. Diperiksa 3 peringkatdosis infus daunlakar Sorn Jawa, yaitu 50%, loo%, 200%. Sebagai kontrol negatif, tikus diberi 4 mLakuades, dan kontrol positif diberi Prednison 0,63mg/kg bb (dosis konversi).
Baik kontrol maupun tiap kadar infus daunlakar Sorn Jawa diperiksa pada 6 ekortikus putih jenis Sprague Dawley. HasiI penelitianmenunjukkanadanya pengurangan pem-bengkakan radang yang bermakna (pc0,05) akibat pemberianinfus daunl akar Sorn Jawa. Kaki tikus kontrol tidak terjadi pengurangan pembengkakan, pada kontrol positif terjadi pengurangan pembengkakan 16,96%.
PENDAHULUAN om Jawa (Talimum paniculatum Gaertn.) merupakan tanaman obat yang cukup terkenal di Indonesia, karena sering digunakan sebagai pengganti ginseng untuk tonikum atau sebagai aphrodisiak. Sebenarnya kedua tanaman tersebut berbeda, karena Sorn Jawa termasuk familia Portulacaceae dan ginseng termasuk familia Araliaceae (1). Selain itu, Sorn Jawa terutama daun dan akar sering digunakan sebagai obat anti radang dan mengurangi pembengkakan (l,2,3). Pembengkakan merupakan salah satu dari lima gejala radang, yaitu: rasa sakit, kemerahan, panas, pembengkakan dan perubahan fungsi (dolor, rubor, calor, tumor, functiolaesa) (4). Gangguan tubuh karena peradangan banyak terjadi di mana-mana, oleh karena itu usaha penyembuhannya sangatlah diperlukan. Daun maupun akar Sorn Jawa mudah didapat, karena tumbuhan tersebut mudah sekali ditanam dan dikembangkan di seluruh wilayah Indonesia. Sehubungan dengan itu, maka efek anti radang daun Sorn Jawa perlu diteliti, ditingkatkan dan dikembangkan. Oleh Wijayakusuma (2) disebutkan bahwa daun Sorn Jawa mengandung senyawa kimia, yaitu: saponin, flavonoid dan tanin. Saponin merupakan senyawa yang sifatnyadapat mengeluarkan cairan seperti buih dan mempunyai khasiat serupa deterjen. Deterjen mempunyai khasiat antiseptik. Di antara berbagai jenis saponin ada yang mempunyai khasiat anti radang (anti inflamasi), bahkan steroidal saponin mempunyai hubungan dengan komponen, antara lain seperti kortison (5). Kortison termasuk glukokortikoid yang mempunyai efek anti radang (6). Senyawa flavonoid, oleh Willman (7) disebutkan bahwa senyawa tersebut dapat berefek mengurangi pembengkakan (anti tumor), bakterisidal, anti virus dan anti histamin. Efek bakterisidal, anti virus dan anti histarnin dari flavonoid sangat mendukung untuk penyembuhan radang, karena mungkin sekali pada peradangan kemasukan bakteri, virus dan pada peradangan terjadi pengeluaran zat seperti histamin (4), sehingga anti histamin sangat perlu untuk penyembuhannya. Senyawa tanin merupakan astringen yang berefek mendinginkan dan dapat melapisi jaringan di bawahnya, sehingga sel syaraf terlindung dari rangsangan luar yang merugikan (8). Efek mendinginkan dari senyawa tannin dapat berguna untuk
mengurangi panas pada peradangan, terutama pada pemakaian lokal. Apakah benar daun Sorn Jawa mempunyai efek anti radang dan mengurangi pembengkakan? Apakah benar akarnya yang kemung-kinan mengandung senyawa tersebut juga mempunyai khasiat anti radang? Untuk menjawab permasalahan tersebut, diperlukan suatu penelitian in vivo pada hewan percobaan yang bertujuan untuk melihat adanya efek anti radang dengan mengurangi pembengkakan dari daun dan akar Sorn Jawa.
S
* Bagian Fmakologi FK-UGM, Yogyakilrta.
BAHAN DAN CARA Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental murni sederhana dengan subyek penelitian adalah radang kaki tikus putih jenis Sprague Dawley. Yang merupakan variabel bebas adalah berbagai kadar infus daunl akar Sorn Jawa dan sebagai variabel tergantung adalah pengurangan pembengkakan radang kaki tikus. Bahan Bahan utama merupakan bahwa yang diteliti yaitu daun dan akar Sorn Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) Tanaman berasal dari Balai Penelitian Tanaman Obat, Tawangmangu, Surakarta. Bahan-bahan lain yaitu akuades untuk membuat infus, pengencer dan sebagai larutan kontrol. Prednison (5 mgl tablet) sebagai kontrol positif. Sebagai hewan percobaan ialah tikus putih dewasa, jantan ataupun betina, jenis Sprague Dawley, bobot badan 150g - 225 g. Selain itu, sebagai bahan untuk menimbulkan radang adalah 3 3 % formalin dalam 0.9% larutan natrium klorida. Alat Alat untuk mengukur perubahan volume pembengkakan kaki tikus yang meradang sebelum dan sesudah diobati dengan daun atau akar Sorn Jawa; semprit injeksi 1 mL, 5 mL dan jarum oral. Persiapan Menimbang 3,5 g formalin untuk dimasukkan ke dalam 100 mL larutan 0,976 natrium klorida yang telah dibuat.
Warta Tumbuhan Obat Indonesia
16
Pembuatan infus daunlakar Som Jawa Dibuat infus daunlakar Som Jawa kadar 100% dengan cara sesuai yang tercantum dalam Farmakope Indonesia (1974). Untuk penelitian ini juga dibuat infus daurdakar som Jawa 50% dan 200%. Pembuatan infus daudakar Som Jawa 50% dengan cara mengencerkan infus daunlakar Som Jawa 100% dengan akuades (1: I), sedangkan infus d a u d akar Som Jawa 200% dengan cara menguapkan infus daud akar Som Jawa 100% di atas tangas air sambil diberi hembusan angin dari kipas angin sampai volume menjadi setengah volume semula. Cara penelitian Dasar cara penelitian ini, radang (inflamasi) dibuat dengan bahan kimia untuk menimbulkan pembengkakan pada kaki tikus (pedal inflamasi). Bahan kimia yang digunakan ialah formalin. Kemudian bahan anti radang dideteksi oleh kemampuannya untuk mengurangi atau mencegah pembengkakan tersebut. Metode penelitian yang digunakan ialah methode Northover dan Subramanian dalam Tunner (9) sebagai berikut. Pada penelitian ini, yang digunakan untuk menimbulkan pembengkakan dengan tingkatan submaksimal adalah 0,05 mL larutan 3 3 % formalin dalam 0,9% natrium klorida. Sebagai hewan percobaan digunakan tikus putih jenis Sprague Dawley, bobot badan antara 150 g - 225 g. Diambil 48 ekor tikus, dibagi menjadi 8 kelompok dan tiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Sebagai kontrol digunakan 2 kelompok, yaitu satu kelompok kontrol negatif dan satu kelompok lainnya untuk kontrol positif, 6 kelompok lainnya untuk perlakuan guna pemeriksaan terhadap infus daun dan akar Som Jawa. Pada penelitian diperiksa 3 peringkat dosis, yaitu infus daun maupun akar Som Jawa kadar 50%, 100% dan 200%. Banyak akuades pada kontrol negatif maupun infus daunlakk Som Jawa pada perlakuan yang diberikan per oral berdasarkan volume maksimal lambung tikus, yaitu hams lebih kecil
1999
atau paling banyak 5 mL,karena volume maksimal lambung tikus 5 mL (lo), dan pada penelitian ini diberikan 4 mL. Untuk kontrol positif diberi Prednison, ha1 tersebut atas dasar bahwa senyawa yang diperkirakan sebagai zat aktif yang terkandung dalam daun maupun akar Som Jawa di antaranya mempunyai kaitan dengan komponen seperti kortison (5), dan pada penelitian ini tikus diberi 0,63 mgl kg bobot badan sesuai dosis konversi pada tikus. Pengamatan hasil berdasarkan perubahan volume kaki tikus sebelum dan sesudah perlakuan.
Jalannya penelitian Sebelum percobaan tiap tikus ditimbang bobot badannya. Dipilih kaki tikus kanan yang dibuat meradang. Sebelum dibuat radang, kaki kanan tikus dimasukkan tabung alat pemeriks;I untuk mczngetahui volume kaki tikus mulamul,a. Kemudian telapak kaki kanan tikus diinjeksi subkutan C^..--. A,.l,.0,5 -1 1 1 1 ~ l ~ ~ l l i a l i3,550 n ualalll natrium klorida 0,9%. Setengah jam kemudian telapak kaki kanan tikus tampak membengkak dan merah dengan jelas, kemudian diukur volumenya, diperoleh volume kaki meradang sebelum perlakuan. Segera setelah kaki diukur volumenya, langsung tikus diberi 4 mL akuades per oral pada kontrol negatif dan 4 mL infus daunlakar som Jawa 50%, loo%, 200% per oral pada perlakuan. Pada tikus kontrol positif diberi Prednison 0,63 mglkg bobot badan (dosis konversi) per oral. Setelah satu jam kemudian, kaki kanan tikus yang meradang diukur lagi volumenya. Pengamatan efek dilakukan satu kali, karena telah diadakan penjajagan dengan pengamatan 3 kali, yaitu: 1,2, dan 3 jam sesudah perlakuan ternyata hasilnya sama. Kemudian semua data dikumpulkan, dianalisa secara kualitatif, kuantitatif dan statistik. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini berupa Tabel I yang merupakan ringkasan dari tabel terinci masing-masing kelompok tikus percobaan, sebagai berikut.
Tabel 1. Rerata penguranganpembengkakankaki tikus akibat perlakuan (kontrol negatif: air, kontrol positif: Prednison, infus daun Som Jawa 50%,loo%,200% dan infus akar Som Jawa 50%, loo%, 200%).
I Perlakuan
Rerata satuanvolurnekaki tikus Rerata bobot badan tikus (9)
Normal (sebelum perlakuan)
112 jam setelah injeksi 0,5 mL formalin 3,5%dalam NaCl0,9%
Kontrol negatif (4 rnL akuades) Kontrol positif (Prednison dosis konversi 0,63 mgikg bobot badan) lnfus daun Som Jawa 5% lnfus daun Som Jawa 100% lnfus daun Som Jawa 200% lnfus akar Som Jawa 50% lnfus akar Som Jawa 100% lnfus akar Som Jawa 200%
1 jam setelah pemberian 4 mL akuades, infus dan Prednison
Pengurangan pembengkakan %
178,83 177,16
2383 21,33
30,33 30,66
30,66 25,50
-03 5,16
-128 16,96
178,83 2@?,66 157,33 189.00 168,83 159,66
19,66 24,33 15,00 19,50 19,66 14,66
31-33 3433 25,50 30,50 27,16 26,33
28,66 30,00 21,33 28,16 23,83 23,50
2.66 4,33 4,16 2,33 3,33 283
8,76 12,73 16,17 8,lO 12,W 10,85
Keterangan: Kontrol negatif :tidakadapenguranganpernbengkakan radang,bahkanterjadi penambahanbengkakrerata1,28% Satu satuan volume = 1/30mL
Volume 5 Nomor 4
Warta Tumbuhan Obat Indonesia
Pada Tabel 1tampak bahwa infus daun maupun akar Sorn Jawa mempunyai efek mengurangi pembengkakan radang pada semua kadar yang diperiksa (50%, loo%, 200%). Pengurangan pembengkakan tersebut berbeda bermakna terhadap pembengkakan radang mula-mula sebelum pemberian infus daun maupun akar Sorn Jawa (p<0,05). Persentase rerata pengurangan pembengkakan akibat pemberian infus daun Sorn Jawa 50%, loo%, 200% masing-masing berturut-turut 8,76%, 12,73%, 16,17%, sedangkan infus akar Sorn Jawa 50%, loo%, 200% berturut-turut 8,1%, 12,09%, 10,85%. Efek pengurangan pembengkakan radang di antara tiap kadar infus daun maupun akar Sorn Jawa tidak berbeda bermakna (p>0,05), tetapi pengaruhnya tergantung pembengkakan radang oleh infus daun dengan infus akar Sorn Jawa tidakmenunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0,05). Efek pengurangan pembengkakan radang yang terbesar terdapat pada pemberian 4 ml infus daun Sorn Jawa 200%, yaitu 16,17%, dan setara dengan efek akibat pemberian Prednison 0,63 mglkg bobot badan tikus pada kontrol positif, yaitu 16,96&, karena di antara keduanya tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p>0,05).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesirnpulan I . a. Infus daun dan akar Sorn Jawa dapat mengurangi pembengkakan radang dengan bermakna pada semua kadar yang diperiksa (p < 0,05). b. Efek terbesar pengurangan pembengkakan radang terdapat pada pemberian 4 mL infus daun Sorn Jawa 200%, yaitu 16,17% setara dengan efek pemberian Prednison 0,63 mgtkg bobot badan tikus (dosis konversi) pada kontrol positif, yaitu 16,96%. c. Efek pengurangan pembengkakan radang baik infus daun maupun akar Sorn Jawa tidak ada perbedaan
17
yang bermakna (p>0,05), tetapi pengaruhnya tergantung pada dosis yang diberikan. 2. Kontrol negatif dengan pemberian 4 mL akuades tidak terjadi pengurangan pembengkakan radang, bahkan terjadi penambahan bengkak rata-rata 1,28. 3. Pengurangan pembengkakan radang akibat pemberian infus dautdakar Sorn Jawa kemungkinan disebabkan oleh senyawa aktif yang terkandung dalam dautdakar Sorn Jawa. Saran Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam daunlakar Sorn Jawa selengkaplengkapnya beserta kadar masing-masing senyawa, agar penggunaannya dengan dosis yang tepat (optimal).
DAFTAR PUSTAKA 1. Perry LM. With the assistance of Yudith Metzger. Medicinal Plants of East and Southeast Asia: Attributed Properties and Uses. The MIT Press, Cambridge Massachusetts, and London, England. 1980. 2. Wijayakusuma HMH, DalimarthaS, Wirian AS. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, Jilid ke 3, Cetakan ke 2,Pustaka kartini, Jakarta. 1995:
134-135. 3. Heyne K. De Nuttige PlantenVan Indonesie. Deel 1 ,3e Druk, N.V. Uitgeverij W. Van Hoeve's Gravenhage/ Bandung, 1950:1191. 4. Price SA& Wilson LM. patofisiologi.Edisi 2,hal. 45-57.EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1984. 5. Trease GE, Evans WC. Pharmacognosy. 12m Edition, Language Book Society/Bailliere Tindall. 1987:171,175,176. 6. Katzung BG. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 3. Penerbit Buku KedoMeran EGC. Jakarta. 1989:536. 7. Willman JJ. Journal of the American Pharmaceutical.Assoc, SCI. Edisi 44.
1995:404-409. 8. Claus EP Pharmacognosy.4med., Lea & Febiger, Philadelphia. 1962:168. 9. Turner RA. Screening Methods in Pharmacology. Academic Press Inc., London LTD. 1965352. 10. Donatus IA. Nurlaila.Obat Tradisional dan Fitoterapi Uji Toksikologi. Kursus Penyegaran, Panitia Lustrum Vlll & Reuni Fak. Farmasi UGM, Yogyakarta. 1986:lO-11. 11. Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia, Cetakan ke II Lembag Farmasi Nasional , Jakarta.