EFEK PEMBERIAN URINE KELINCI DAN JENIS

Download tehnik penanaman dan pemberian urin kelinci yang tepat terhadap pertumbuhan ..... Pupuk Guano', Jurnal Online Agroekoteknologi vol.1, n...

0 downloads 436 Views 142KB Size
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

EFEK TEHNIK PENANAMAN DAN PEMBERIAN URIN KELINCI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KENTANG GRANOLA (Solanum tuberosum L) Bina Br. Karo1), Agustina E Marpaung1) dan Agung Lasmono2) 1)

Kebun Percobaan Berastagi. Jln. Raya Medan-Berastagi Km 60, Berastagi BPTP Lampung, Jln. Z.A. Pagar Alam No. 1 A. Raja Basa Bandar Lampung E-mail : [email protected]

2)

ABSTRAK Kentang merupakan komoditas sayuran yang penting, karena merupakan salah satu sumber pendapatan petani. Penggunaan urin kelinci sebagai pestisida dan pupuk organik, serta pemanfaatan mulsa diharapkan dapat meningkatkan hasil kentang. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tehnik penanaman dan pemberian urin kelinci yang tepat terhadap pertumbuhan vegetatif dan produksi tanaman kentang granola. Penelitian ini dilakukan di KP Berastagi yang dimulai bulan November 2013 – Febuari 2014. Rancangan percobaan yang digunakan adalah split plot faktorial dengan tiga ulangan. Petak utama : Teknik penanaman (M0 = Tanpa mulsa, M1 = Mulsa dengan plastik warna hitam diatas, M2 = Mulsa dengan pelastik warna perak diatas). Anak petak : Pemberian Urin Kelinci (K0 = tanpa urin kelinci, K1 = cor/di siram, K2 = Semprot). Hasil yang diperoleh adalah secara umum teknik tanaman dan teknik aplikasi urin berpengaruh nyata tehadap tinggi tanaman, luas daun, bobot per tanaman, bobot per plot persentase umbi grade besar, persentase umbi grade sedang, persentase umbi grade kecil dan persentase umbi busuk pada tanaman kentang. Ada interaksi antara pengaruh teknik penanaman dan teknik aplikasi urin pada luas daun, persentase umbi grade besar dan persentase umbi busuk pada kentang. Teknik penanaman dengan menggunakan plastik mulsa warna hitam di atas dan teknik pemberian urin kelinci dengan cara disiram dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman kentang, khususnya luas daun (51, 94 mm2). Teknik penanaman dengan menggunakan plastik mulsa warna perak di atas dan teknik pemberian urin kelinci dengan cara disiram dapat meningkatkan produksi kentang, khususnya persentase ketang grade besar, (47,21%). Kata kunci: Solanum tuberosum, tehnik, mulsa, urin kelinci

ABSTRACT THE EFFECT OF THE PLANTATION TECHNIQUES AND THE URINE APPLICATION TECHNIQUES TO GROWTH AND PRODUCTION OF POTATO GRANOLA (SOLANUM TUBEROSUM L). Potatoes are the an important vegetable crops, because it is one of the sources of income of farmers. Utilization of rabbit urin as pesticides and organic fertilizers, as well as mulch hoped increase the potato yielding. Therefore, Research conducted with aim to determine of the plantation and giving rabbit urin technique for vegetative growth and yield of potato. This research was conducted in KP Berastagi which began in November 2013 - February 2014. The experimental design used was a split plot. Factorial using factor treatments and three replications ie main plots: type of plantation (M0 = Without mulch, M1 = Mulching with black plastic above, M2 =

285

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

Mulching with a plastic silver color above). Subplot: giving urine rabbits (K0 = without rabbit urin, K1 = watered, K2 = Spray). The results show that generally, plantation and application urine techniques is significant to plant height, leaf area, weight per plant, weight per plot, percentage of big grade, percentage of medium grade, percentage of small grade and percentage of tuber rot. There is an interaction between the plantation techniques and urine application techniques, leaf area percentage of big grade and percentage of tuber rot. Planting techniques using black plastic mulch on top and techniques of urine application by watering can increase vegetative growth of potato plants, especially leaf area (51, 94 mm2). Planting techniques using plastic mulch on top of a silver color and techniques of urine application by watering can increase the potato production, especially big grade percentage (47.21%). Keywords: Solanum tuberosum;, techniques, mulch, rabbit urine PENDAHULUAN Kentang merupakan komoditas sayuran yang penting, karena merupakan salah satu sumber pendapatan petani, ekspor non migas, alternatif sumber karbohidrat, bahan baku industri prosesing (Asandi 1993) dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan cepat mendatangkan

keuntungan,

sehingga

mendapat

prioritas

dalam

pengembangannya (Hilman dan Suwandi 1987). Secara tradisional kentang dikonsumsi sebagai sayuran dengan menambahkan sup atau sebagai makanan tambahan (Sinung-Basuki, 1989) dan sering dianggap sebagai makanan yang mewah. Namun, ada kecendrungan konsumsi kentang meningkat tidak hanya di daerah perkotaan tetapi juga di daerah pedesaan. Berdasarkan hasil kajian badan penelitian ternak (Balitnak) pada tahun 2005 menyatakan bahwa kotoran dan urin kelinci dapat dimanfaatkan sebagai pestisida dan pupuk organik. Hal tersebut dikarenakan kadar nitrogen kususnya pada urin kelinci lebih tinggi daripada hewan herbifora lainnya seperti sapi dan kambing. Hal tersebut dikarenakan kelinci hanya makan daun saja. Kandungan kotor/urin kelinci ; N :2,72%, P: 1,1%, dan K : 0,5 % (Kusnendar, 2013). Selain dapat memperbaiki struktur tanah, pupuk organic cair urin kelinci bermanfaat juga

untuk

pertumbuhan

tanaman,

herbisida

pra-tumbuh

dan

dapat

mengendalikan hama penyakit, mengusir hama tikus, walang sangit dan serangga kecil pengganggu lainnya (Saefudin, 2009). Hasil penelitian Erika Dewi Nugraheni dan Paiman 2010, menunjukan bahwa konsentrasi urin kelinci memberikan pengaruh nyata berat segar tanaman, berat kering tanaman, berat kering daun, berat kering batang, dan berat kering akar. Frekuensi pemberian urin kelinci berpengaruh pada berat kering tanaman, berat kering daun, berat

286

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

kering batang dan berat kering akar. Konsentrasi terbaik urin kelinci yaitu 3000 ppm pada pertumbuhan tanaman. Frekuensi pemberian urin kelinci 9 kali memberikan pertumbuhan yang terbaik. Pemberian Urin kelinci berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 3 dan 4 MST, jumlah daun 3 dan 4 MST, luas daun, bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, dan produksi per plot pada tanaman sawi (Djafar et al., 2013). Mulsa dapat mempertahankan tinggkat produktifitas atau kelembapan tanah. Mulsa mempunyai beberapa kebaikan antara lain dapat melindungi agregat tanah dari daya rusak butiran hujan, megurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan, memelihara suhu dan kelembaban tanah, dan mengendalikan pertumbuhan gulma. Mulsa dapat memperbaiki tata udara tanah dan peningkatan pori-pori makro tanah sehingga kegiatan jasat renik dapat lebih baik dan ketersediaan air dapat lebih terjamin bagi tanaman. Mulsa dapat pula mempertahankan kelembaban dan suhu tanah sehingga akar tanaman dapat menyerap unsur hara lebih baik. Mulsa terdiri dari mulsa organik, kimia sintetis, dan sintetis (Sudjianto & Krestiani 2009). Mulsa sintetis yang terbaik adalah mulsa plastik hitam perak. Mulsa ini terdiri dari dua lapis, yaitu perak dibagian atas dan hitam dibagian bawah. Warna perak memantulkan cahaya matahari, sehingga proses fotosintesis menjadi obtimal selain itu dapat menjaga kelembaban, mengurangi serangan hama (seperti trips dan apis) dan penyakit, sedangkan warna hitam dapat menyerap panas sehingga suhu diperakaran tanaman menjadi hangat dan optimal untuk pertumbuhan akar ( Prajnanta 1999). Teknik penanaman kentang menggunakan mulsa dapat menekan serangan penyakit P. Infestans sebesar 32,25% dibandingkan penenaman tanpa mulsa (Marpaung et al. 2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tehnik penanaman dan pemberian urin kelinci yang tepat terhadap pertumbuhan vegetatif dan produksi tanaman kentang granola. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat interaksi yang nyata antara teknik penanaman dan pemberian urin kelinci terhadap peningkatan pertumbuhan vegetatif dan produksi tanaman kentang granola. METODOLOGI Penelitian ini laksanakan mulai Bulan November 2013 – Febuari 2014 di Kebun Percobaan Berastagi. Percobaan menggunakan rancangan split plot dengan tiga ulangan, Petak utama : Teknik penanaman (M0 = Tanpa mulsa, M1

287

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

= Mulsa dengan plastik warna hitam diatas, M2 = Mulsa dengan pelastik warna perak diatas), Anak petak : Teknik Pemberian Urin Kelinci (K0 = tanpa urin kelinci, K1 = Cor (di siram ), K2 = Semprot). Dibuat bedengan dengan ukuran panjang 6 m, lebar 50 cm dan antara bedengan 70 cm. Lalu dibentuk bedengan dengan ketinggian 20 cm. Dipermukaan bedengan ditabur pupuk kandang 2 kg/m2, pupuk kimia 80 g/tanaman yang terdiri dari campuran (Cantik + SS–Ammophos + Patenkalibutir). Pemberian pupuk dilakukan 1 kali pada saat pupuk dasar. Kemudian bedengan dinaikan sampai ketinggian 30 cm. Mulsa dipasang sesuai dengan perlakuan yang diuji kemudian dibuat lobang tanaman dengan jarak antar tanaman 40 cm, kemudian bibit kentang ditanama 1/lobang tanaman. Pemberian urin kelinci diberikan setelah tanaman berumur 3 minggu setelah tanam sesuai dengan perlakuan yang di uji, dimana urin kelinci terlebih dahulu dicampurn air dengan perbandingan 1:10. Setiap tanaman diberikan 200 ml/tanaman dan selanjutnya diberikan 1x seminggu sampai umur 10 MST. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan, pengairan, dan pengendalian hama/penyakit. Pengairan dilakukan jika kondisi lahan kering. Pengendalian hama/penyakit dilakukan dengan sanitasi kebun, pengendalian dengan pestisida yang sesuai dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Pemanenan umbi dilakukan pada umur 90 hari setelah tanam. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (pengukuran dilakukan pada umur 4-7 minggu setelah tanam dengan interval 1 minggu sekali), jumlah batang utama (dihitung pada umur 5 minggu setelah tanam), bobot umbi per tanaman (ditimbang sewaktu panen), produksi umbi per plot (ditimbang sewaktu panen), persentase grade umbi pertanam (besar = > 120 g/umbi, sedang = 60120 g/umbi, kecil = <60 g/umbi), persentase grade dilakukan pada saat pemanenan. Data yang diamati dianalisis dengan uji F dan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata BJN pada taraf 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Pada umur 4, 5, 6 dan 7 MST, hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tehnik penanaman, teknik aplikasi urin dan interaksi kedua perlakuan tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, namun pada umur 7 MST perlakuan teknik aplikasi urin member pengaruh nyata (Tabel 1).

288

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

Tabel 1. Pengaruh teknik penanaman dan teknik aplikasi urin terhadap tinggi tanaman Perlakuan

Tinggi Tanaman (cm) 5 MST 6 MST

4 MST Teknik penanaman M0. Tanpa mulsa M1. Mulsa plastik warna hitam di atas M2. Mulsa plastik warna perak di atas KK (%) Teknik Aplikasi Urin K0. Tanpa urin K1. Disiram K2. Semprot KK (%)

7 MST

33,51 b 42,61 a

44,64 b 52,30 a

53,64 b 61,12 a

56,74 b 63,60 a

43,34 a

53,59 a

59,14 a

62,65 a

3,09

2,94

1,34

1,70

38,68 a 41,24 a 39,53 a 3,39

49,31 a 51,56 a 49,66 a 2,52

57,16 a 59,11 a 57,63 a 1,84

60,14 b 62,65 a 60,20 ab 1,04

Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 0.05; MST = Minggu Setelah Tanam.

Data pada umur 4, 5, 6 dan 7 MST menunjukkan bahwa tehnik penanaman berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, dimana M0 berbeda nyata dengan M1 dan M2,

sedangkan M1 tidak berbeda nyata dengan M2.

Pertumbuhan tanaman tertinggi pada umur 4 dan 5 MST terdapat pada perlakuan M2 (mulsa warna perak diatas) yaitu 43,34 cm dan 52,30 cm, sedangkan pada umur 6 dan 7 MST, tertinggi dijumpai pada perlakuan M1 (mulsa warna hitam diatas) yaitu masing-masing 61,12 cm dan 63,60 cm. Tinggi tanaman terendah dijumpai pada perlakuan M0 (tanpa mulsa). Hal ini menunjukkan bahwa teknik penanaman dengan jenis mulsa dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman walaupun secara statistic tidak berpengaruh nyata. Sedangkan pada perlakuan teknik aplikasi urin, tanaman kentang umur 4, 5 dan 6 MST memperlihatkan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman. Dimana diantara perlakuan teknik aplikasi urin tidak terdapat perbedaan yang nyata. Namun dapat dilihat pertumbuhan tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan K1 (siram) yaitu masing-masing 41,24 cm, 51,56 cm dan 59,11 Pada umur 7 MST, diperoleh pengaruh nyata teknik aplikasi urin terhadap tinggi tanaman, dimana perlakuan K0 berbeda nyata dengan K1 namun tidak berbeda nyata dengan K2, sedangkan K1 tidak berbeda nyata dengan K2. Pertumbuhan tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (siram) yaitu 62,65 cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan K0 (tanpa urin) yaitu 60,14 cm. Data di atas menunjukkan bahwa tinggi tanaman kentang, berpengaruh positif terhadap teknik penananaman yaitu pemakaian mulsa plastik warna hitan

289

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

diatas maupun warna perak diatas. Hal ini dikarenakan penggunaan mulsa dapat mencegah erosi pupuk yang diberikan kepada tanaman kentang sehingga tanaman dapat tumbuh sempurna. Demikian halnya dengan perlakuan teknik pemberian urin cara disiram dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 7 MST, hal ini diduga karena pada umur 7 MST urin yang diberikan telah diserap tanaman untuk pertumbuhannya. Jumlah Cabang Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan teknik penanaman, teknik aplikasi urin dan interaksi kedua perlakuan tidak berbeda nyata terhadap jumlah cabang, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh teknik penanaman dan teknik aplikasi urin terhadap jumlah cabang Perlakuan Teknik Penanaman M0. Tanpa mulsa M1. Mulsa plastik warna hitam di atas M2. Mulsa plastik warna perak di atas KK (%)

Jumlah Cabang (Batang) 2,49 a 2,62 a 2,56 a 6,09

Teknik Aplikasi Urin K0. Tanpa urin K1. Disiram K2. Semprot KK (%)

2,29 a 2,84 a 2,53 a 7,06

Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 0.05

Data di atas memperlihatkan bahwa tehnik penanaman tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang, namun dapat dilihat bahwa jumlah cabang tertinggi dijumpai pada perlakuan M1 (mulsa plastik warna hitam diatas) yaitu 2,62 batang dan yang terendah pada perlakuan M0 (tanpa mulsa) yaitu 2,49 batang. Demikian halnya pada perlakuan teknik aplikasi urin, tidak dijumpai pengaruh nyata. Namun jumlah cabang tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (disiram) yaitu 2,84 batang dan yang terendah pada perlakuan K0 (tanpa urin) yaitu 2,29 batang.

Luas Daun Dari hasil analisa sidik ragam diperoleh bahwa interaksi antara teknik penanaman dan teknik aplikasi urin berpengaruh nyata terhadap luas daun (Tabel 3).

290

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

Tabel 3. Pengaruh teknik penanaman dan teknik aplikasi urin terhadap luas daun Luas daun (cm2) Teknik Aplikasi Urin

Perlakuan Teknik Penanaman M0 M1 M2 KK (%)

K0 37.21 a C 51.60 a A 41,57 b B

K1 37,57 a C 51.94 a A 42,27 b B 1,14

K2 37.44 a B 36.57 b B 46.00 a A

Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 0.05.

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa perlakuan teknik penanaman memberi pengaruh nyata terhadap luas daun. Dimana pada perlakuan K0 dan K1 diantar perlakuan teknik penanaman diperoleh perbedaan yang nyata. Luas daun tertinggi diperoleh pada perlakuan M1 (mulsa plastik warna hitam diatas), yaitu 51,60 mm2 dan 51,94 mm2, sedangkan yang terendah adalah perlakuan tanpa mulsa (M0), yaitu 37,21 mm2 dan 37,57 mm2. Sedangkan pada perlakuan K2, diperoleh bahwa perlakuan M2 (mulsa plastik warna perak diatas) nyata lebih tinggi dari perlakuan lainnya, yaitu 46,00 mm2. Pada perlakuan teknik aplikasi urin memperlihatkan bahwa perlakuan teknik aplikasi urin tidak berbeda nyata pada perlakuan M0. Pada perlakuan M1 diperoleh K1 (disiram) dan K0 (tanpa pemberian urin) nyata lebih tinggi dari K2, yaitu masing-masing 51,94 mm2 dan 51,60 mm2. Sedangkan pada perlakuan M2 diperoleh bahwa perlakuan K2 (disemprot) nyata lebih tinggi dari perlakuan lainnya, yaitu 46,00 mm2. Oleh karena itu dapat dihasilkan bahwa secara umum teknik penanaman dengan menggunakan plastik mulsa warna hitam di atas dan teknik pemberian urin kelinci dengan cara disiram dapat meningkatkan luas daun tanaman kentang, yaitu sebesar 51, 94 mm2. Hal ini dikarenakan fungsi mulsa dapat memperbaiki tata udara tanah dan peningkatan pori-pori makro tanah sehingga kegiatan jasat renik dapat lebih baik, dan ketersediaan air dapat lebih terjamin bagi tanaman serta dapat mempertahankan kelembaban dan suhu tanah sehingga akar tanaman dapat menyerap unsur hara lebih baik. Sehingga unsur hara yang terdapat dalam urin kelinci yang diberikan dapat terserap dan penyerapannya oleh tanaman lebih mudah lagi dengan cara penyiraman, karena persentase penguapannnya kecil.

291

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

Bobot per Tanaman dan Produksi per Plot Dari hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan teknik penanaman dan teknik aplikasi urin berpengaruh nyata terhadap bobot umbi per tanaman dan produksi umbi per plot, namun interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata (Tabel 4). Tabel 4. Pengaruh teknik penanaman dan teknik aplikasi urin terhadap bobot per tanaman dan produksi per plot Perlakuan Teknik Penanaman M0. Tanpa mulsa M1. Mulsa dengan plastik warna hitam di atas M2. Mulsa dengan plastik warna perak di atas KK (%) Teknik Aplikasi Urin K0. Tanpa aplikasi urin K1. Disiram K2. Semprot KK (%)

Bobot per Tanaman (kg)

Produksi per Plot (kg)

1,02 b 1,56 a

6,94 b 8,95 a

1,49 a

8,64 ab

4,89

4,69

1,15 b 1,34 a 1,57 a 3,35

6,38 b 8,52 a 9,63 a 3,74

Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 0.05.

Data bobot umbi per tanaman menunjukkan bahwa tehnik penanaman berpengaruh nyata terhadap bobot umbi per tanaman dimana perlakuan M1 (mulsa plastik warna hitam diatas) dan M2 (mulsa plastik warna perak diatas) nyata lebih tinggi dari perlakuan M0, yaitu 1,56 kg dan 1,49 kg berbanding 1,02 kg. Pada produksi tanaman per pot diperoleh bahwa M1 (mulsa plastik warna hitam diatas) nyata lebih tinggi dari perlakuan M0, namun tidak nyata berbeda dengan dan M2 (mulsa plastik warna perak diatas), yaitu 8,95 kg. Sedangkan pada perlakuan teknik aplikasi urin, bobot umbi per tanaman dan produksi per plot memperlihatkan bahwa perlakuan K1 (disiram) dan K2 (disemprot) nyata lebih tinggi dari perlakuan K0, yaitu 1,34 kg; 1,57 kg (bobot umbi per tanaman) dan yaitu 8,52 kg; 9,63 kg (produksi per plot).

Persentase Kentang Grade Besar Data sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara teknik penanaman dan teknik aplikasi urin berpengaruh nyata terhadap persentase umbi grade besar (Tabel 5).

292

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

Tabel 5. Pengaruh Teknik penanaman dan Teknik Aplikasi Urin terhadap Persentase Kentang Grade Besar Perlakuan Teknik Penanaman

Persentase Kentang Grade Besar (%) Teknik Aplikasi Urin K0 5.23 b C 27.30 a A 18.20 b B

K1 K2 8.40 b 19.55 a M0 C C 26.89 a 33.05 a M1 B B 47.21 a 46.26 a M2 A A KK (%) 6,73 Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ.05 Data dari Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan teknik penanaman memberi pengaruh nyata terhadap luas daun. Dimana pada perlakuan K0, diperoleh bahwa perlakuan M1 (mulsa plastik warna hitam diatas) nyata lebih tinggi dari perlakuan lainnya, yaitu 27,30%. Sedangkan pada perlakuan K1 dan K2 diantara perlakuan teknik penanaman diperoleh perbedaan yang nyata. persentase umbi grade besar tertinggi diperoleh pada perlakuan M2 (mulsa plastik warna perak diatas), yaitu 47,21% dan 46,26%, sedangkan yang terendah adalah perlakuan tanpa mulsa (M0), yaitu 8,40% dan 19,55%. Pada perlakuan teknik aplikasi urin memperlihatkan bahwa perlakuan K2 (disemprot) nyata lebih tinggi dari perlakuan lainnya pada M0, yaitu 19,55%. Pada perlakuan M1, teknik aplikasi urin tidak berbeda nyata diantara perlakuan. Sedangkan pada perlakuan M2 diperoleh K1 (disiram) dan K2 (disiram) nyata lebih tinggi dari K0, yaitu masing-masing 47,21% dan 46,26%. Oleh karena itu dapat dihasilkan bahwa teknik penanaman dengan menggunakan plastik mulsa warna perak di atas dan teknik pemberian urin kelinci dengan cara disiram dapat meningkatkan persentase ketang grade besar, yaitu sebesar 47,21%. Hal ini dikarenakan penggunaan mulsa dapat mencegah erosi pupuk yang diberikan kepada tanaman kentang sehingga tanaman dapat tumbuh sempurna. Selain itu pelastik mulsa warna perak memantulkan cahaya matahari, sehingga proses fotosintesis menjadi obtimal, sedangkan warna hitam dapat menyerap panas sehingga suhu diperakaran tanaman menjadi hangat dan optimal untuk pertumbuhan akar (Prajnanta 1999). Urin berfungsi sebagai sumber hara yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman, sehingga

293

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

pemberian urin dengan cara disiram, dapat diserap oleh tanaman dengan baik, sehingga persentase umbi besar yang dihasilkan tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Teuku (Alvin Djafar et al. 2013), bahwa pemberian urin kelinci berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 3 dan 4 MST, jumlah daun 3 dan 4 MST, luas daun, bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, dan produksi per plot pada tanaman sawi. Persentase Kentang Grade Sedang dan Kecil Analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan teknik penanaman dan teknik aplikasi urin berpengaruh nyata terhadap persentase umbi grade sedang dan kecil, namun interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata (Tabel 6). Data pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa perlakuan teknik penanaman berpengaruh nyata terhadap persentase umbi grade sedang, dimana perlakuan M1 (mulsa plastik warna hitam diatas) dan M2 (mulsa plastik warna perak diatas) nyata lebih tinggi dari perlakuan M0, yaitu 24,64% dan 23,76% berbanding 17,61%. Sedangkan pada perlakuan teknik pemberian urin kelinci tidak berbeda nyata diantara perlakuan. Tabel 6. Pengaruh Teknik Penanaman dan Teknik Aplikasi Urin terhadap Persentase Kentang Grade Sedang dan Kecil Perlakuan Teknik Penanaman M0. Tanpa mulsa M1. Mulsa plastik warna hitam di atas M2. Mulsa plastik warna perak di atas KK (%) Teknik Aplikasi Urin K0. Tanpa urin K1. Disiram K2. Semprot KK (%)

Grade Sedang (%)

Grade Kecil (%)

17,61 b 24,64 a 23,76 a

71,33 a 46,28 ab 39,01 b

4,79

3,01

23,69 a 21,09 a 21,23 a

59,40 a 51,41 ab 45,82 b

6,67

5,19

Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 0.05.

Pada

persentase

umbi

grade

kecil,

diperoleh

perlakuan

teknik

penanaman dan teknik aplikasi urin berpengaruh nyata terhadap persentase umbi grade kecil. Dimana perlakuan M0 (tanpa mulsa) dan K0 (tanpa urin) nyata lebih tinggi menghasilkan persentase umbi grade kecil, yaitu 71,33% dan

294

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

59,40%. Sedangkan yang terendah adalah perlakuan M2 (mulsa plastik warna perak diatas) dan K2 (disemprot), yaitu masing-masing 39,01% dan 45,82%. Hal ini menunjukkan bahwa tehnik penanaman dengan mulsa dan teknik pemberian urin dengan disemprot dapat

meningkatkan umbi kentang grade

sedang dan menurunkan persentase umbi grade kecil. Ini dikarenakan dari pemakain mulsa dapat megurangi terjadinya erosi dan penguapan, sehingga sumber hara yang diberikan dapat diserap maksimal, demikian halnya dengan pemberian urie kelinci dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Persentase Umbi Busuk Data sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara teknik penanaman dan teknik aplikasi urin berpengaruh nyata terhadap persentase umbi busuk (Tabel 7). Tabel 7. Pengaruh Teknik Penanaman dan Teknik Aplikasi Urin terhadap Persentase Umbi Busuk Perlakuan Persentase Umbi Busuk (%) Teknik Aplikasi Urin Teknik Penanaman K0 K1 K2 0.51 c 3.18 a 2.00 b M0 B B A 0.74 b 1.65 a 0.00 c M1 B C B 3.20 b 3.99 a 1.92 c M2 A A A KK (%) 5,11 Keterangan: Angka rata-rata yang di ikuti oleh huruf yang sama pada baris dan yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ 0.05.

kolom

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan tehnik penanaman M2 (mulsa plastik warna perak diatas) nyata lebih tinggi persentase umbi busuk dari perlakuan lainnya pada perlakuan K0, K1 dan K2 yaitu berturut-turut 3,20%, 3,99% dan 1,92%. Pada perlakuan teknik aplikasi urin diperoleh bahwa perlakuan K1 (disiram) nyata lebih tinggi persentase umbi busuk dari perlakuan lainnya pada perlakuan M0, M1 dan M2 yaitu berturut-turut 3,18%, 1,65% dan 3,99%. Dari data di atas dapat diperoleh bahwa persentase umbi busuk tertinggi dijumpai pada perlakuan penggunaan plastik mulsa warna perak di atas dengan teknik aplikasi urin disiram, yaitu 3,99%. Sedangkan yang terendah adalah

295

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

penggunaan plastik mulsa warna hitam di atas dengan teknik aplikasi urin disemprot, yaitu 3,99%. Hal ini diduga disebabkan karena penggunaan mulsa dengan plastik warna perak diatas menghasilkan kelembapan di dalam bedengan tempat umbi terbentuk lebih tinggi sehingga pesentase umbi busuk lebih tinggi. Demikian halnya dengan pemberian urin dengan cara disiram, kelembaan disekitar tempat umbi terbentuk menjadi lebih tinggi karena urin langsung disiram ke lubang tanam. KESIMPULAN

Secara umum teknik tanaman dan teknik aplikasi urin berpengaruh nyata tehadap tinggi tanaman, luas daun, bobot per tanaman, bobot per plot persentase umbi grade besar, persentase umbi grade sedang, persentase umbi grade kecil dan persentase umbi busuk pada tanaman kentang. Ada interaksi antara pengaruh jenis mulsa dan teknik aplikasi urin pada luas daun, persentase umbi grade besar dan persentase umbi busuk pada kentang. Teknik penanaman dengan menggunakan plastik mulsa warna hitam di atas dan teknik pemberian urin kelinci dengan cara disiram dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman kentang, khususnya luas daun (51, 94 mm2). Teknik penanaman dengan menggunakan plastik mulsa warna perak di atas dan teknik pemberian urin kelinci dengan cara disiram dapat meningkatkan produksi kentang, khususnya persentase ketang grade besar, (47,21%). DAFTAR PUSTAKA Asandi, AA 1993, ‘Mid-Elevation Potato Variety Grown from Tuber Late’, Bul. Panel. Hort. Vol. 24, no. 3, pp. 43-48. Erika Dewi Nugraheni dan Paiman 2010, Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Urin Kelinci Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tomat (Lycopersicum esculentum Mill), Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas PGRI Yogyakarta (UPY). Kusnendar 2013, Pupuk Organik Dari Kotoran dan Urin Kelinci, diakses tanggal 25 Oktober 2013. Marpaung, AE, Karo B, dan Tarigan R 2014, ‘Pemanfaatan Pupuk Organik Cair dan Teknik Penanaman Dalam Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Kentang (The Utilization of Liquid Organic Fertilizer and Planting

296

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanian

Techniques for Increasing the Potato Growth and Yielding)’, J.Hort. vol. 24, no. 1, hlm. 49-55. Prajnanta 1999, ‘Pemeliharaan secara intensif dan kiat sukses beragribisnis melon’, dalam Sudjianto & Veronica Krestiani 2009, ‘Studi pemulsaan dan dosis npk pada hasil buah melon (Cucumis melo L)’, J. Sains dan Teknologi, vol. 2, no. 2, hlm. 1-7. Saefudin 2009, Cara Pembuatan Pupuk Organik dari Urin Kelinci, BP3K Bansari Temanggung, diakses tanggal 9 April 2010. Teuku Alvin Djafar, Asil Barus, & Syukri 2013, ‘Respon Pertumbuhan dan Produksi Sawi ( Brassica juncea L ) Terhadap Pemberian Urin Kelinci dan Pupuk Guano’, Jurnal Online Agroekoteknologi vol.1, no.3, Juni 2013 ISSN No. 2337- 6597. Sinung-Basuki, R 1989, Production, In : Potato in Indonesian Prospects for Medium Altitute Production, (Eds J.W.T Botterma et al), CGPRT Center, Bogor, Indonesia, hlm. 13-26.

297