EFEK SAMPING PENGGUNAAN KB SUNTIK 3 BULAN DI DUSUN KEBONSARI DESA SABRANG KECAMATAN AMBULU KABUPATEN JEMBER NOVI DIAN PURNAMA 1212010029 Subject : Efek samping, amenore, spotting, keputihan, perubahan libido, akseptor KB 3 bulan
DESCRIPTION Suntik merupakan salah satu cara KB yang efektif, terpilih dan banyak juga didapatkan akseptor KB yang mengalami efek samping, terutama KB suntik 3 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek samping penggunaan KB suntik 3 bulan di Dusun Kebonsari Desa Sabrang Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Metode penelitian ini menggunakan rancang bangun deskriptif. Populasi penelitian ini adalah semua akseptor KB suntik 3 bulan yang telah menggunakan KB suntik 3 bulan minimal 1 tahun di Dusun Kebonsari Desa Sabrang Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember yang berjumlah 112 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling sehingga didapatkan 20 sampel. Variabel penelitian ini adalah efek samping penggunaan KB suntik 3 bulan. Efek samping yang diteliti meliputi amenore, spotting, keputihan, dan perubahan libido. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek samping penggunaan KB suntik 3 bulan pada akseptor KB suntik 3 bulan di Dusun Kebon Sari Desa Sabrang Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember hampir seluruh responden mengalami amenore, setengah dari responden mengalami spotting, sebagian besar responden tidak mengalami efek samping keputihan, dan hampir seluruhnya tidak mengalami perubahan libido. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dengan distribusi frekuensi. Efek samping pemberian kontrasepsi suntik karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan. Penambahan progesterone sintetik membuat progesterone meningkat dan tidak terjadi haid, menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah vena yang membuat rapuh sehingga terjadi perdarahan local (spotting). Peserta suntik jarang terjadi keputihan. Apabila hal ini terjadi juga harus dicari penyebabnya dan diberikan pengobatannya. Penurunan libido terjadi karena efek progesterone menyebabkan vagina kering. Tenaga kesehatan harus memberi konseling maupun penyuluhan tentang efek samping KB sehingga akseptor lebih memahami kondisi.
ABSTRACT Injection is one of the effective and choosen contraception methods, and turns out that many acceptors get side effect. This study aimed to know the side effects of 3-month injection contraceptive in Kebonsari neighbourhood, Sabrang village, Ambulu, Jember. This study method used descriptive research design. The population of this study was all acceptors that used 3-month injection contraceptive at least 1 year in Kebonsari neighbourhood, Sabrang village, Ambulu, Jember as many as 112 people. Sampling technique used purposive sampling as many as 20 samples. Variable of this study was the side effects of 3-month injection contraceptive. The side effects studied are amenorrhea, spotting, vaginal discharge, change in libido. The result of this study suggests that the side effects of 3-month injection contraceptive to the acceptors in Kebonsari neighbourhood, Sabrang village, Ambulu, Jember are almost all respondents experience amenorrhea, most of respondents experiencespotting, almost all of the respondents not experience vaginal discharge and change in libido. Data analysis used was univariate analysis with frequency distribution. Side effects of 3-month injection contraceptive was due to hormonal imbalance that lead to endometrium change. Increasing synthetic progesterone leads to menstrual disturbance, venal dilatation that makes spotting. Injection acceptors experience vaginal discharge were seldom. If it happened, it must be looked for the caution and given medicine. Libido decreasing was due to progesterone effect that cause dry vagina. Health warkers must give counseling about the side effects of 3-month injection contraceptive thus the acceptors can understand about their condition. Keywords: side effects, 3-mont injection contraceptive, amenorrhea, spotting, vaginal discharge, libido changing. Contributor : 1. Vonny Nurmalya M, S.Kep.,Ns.,M.Kep 2. Sulis Diana, SST.,M.Kes Date : 10 Juli 2015 Type Material : Laporan Penelitian Edentifier :Right : Open Document Summary :-
Latar Belakang Perkembangan penduduk yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan hasil pembangunan, termasuk pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB) menjadi penting adanya ( Depkes RI, 2006). KB merupakan salah satu cara untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari kehamilan resiko tinggi (Hartanto, 2012).Suntik merupakan salah satu cara KB yang efektif, terpilih
dan banyak juga didapatkan akseptor KB yang mengalami efek samping, terutama KB suntik 3 bulan (Wiknjosastro, 2009). Pemberian kontrasepsi suntik sering menimbulkan gangguan haid (amenorea) gangguan haid disebabkan karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan. Keadaan amenore disebabkan atrofi endometrium. Haid yang normal terjadi akibat kadar progesteron yang turun, dengan penambahan progesteron sintetik dalam DMPA, maka progesteron meningkat dan tidak terjadi haid (Hartanto, 2012). Jumlah akseptor KB di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 35.276.105 akseptor KB aktif dengan akseptor KB suntik sebanyak 16.533.106 (46,87%) (Kemenkes RI, 2014). Jumlah akseptor KB di Jawa Timur pada tahun 2012 mencapai 5.969.038 akseptor KB aktif dengan akseptor KB suntik sebanyak 3.339.957 (55,95%), sedangkan di Kabupaten Jember selama tahun 2012 tercatat sebanyak 353.555 akseptor KB aktif, 178.018 (50,38%) diantaranya adalah akseptor KB suntik (Dinkes Jatim, 2013). Di Dusun Kebonsari Desa Sabrang Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember terdapat 112 akseptor KB suntik 3 bulan. Efek samping KB suntik 3 bulan meliputi peningkatan berat badan, amenorea, jerawat, spotting (perdarahan bercak), penurunan libido seksual, rambut rontok, keputihan, pusing, dan mual muntah (Saifuddin, 2006). Progesterone dalam KB suntik DMPA mempermudah perubahan karbohidrat menjadi lemak, sehingga sering kali efek sampingnya adalah penumpukan lemak yang menyebabkan berat badan bertambah dan menurunnya gairah seksual (Hartanto, 2012). Sedangkan penyebab pasti terjadi spotting selama ini belum jelas, namun diduga penyebabnya adalah dengan adanya penambahan progesterone. Penambahan progesteron menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah vena tersebut akhirnya rapuh sehingga terjadi perdarahan lokal (Baziad, 2007). Efek samping ini dapat menimbulkan reaksi terhadap adanya bahaya baik yang nyata maupun yang hanya dibayangkan saja sehingga timbul kekhawatiran (Brunner & Suddarth, 2006). Peran perawat dalam program KB adalah sebagai konselor dan educator yang bertugas memberikan konseling pelayanan KB sehingga pasangan usia subur (PUS) dapat menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya berdasarkan informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan kerugian, risiko metode kontrasepsi dari petugas kesehatan. Hal ini dapat mengurangi keinginan akseptor untuk drop out KB suntik (Kemenkes RI, 2014).
Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan rancang bangun deskriptif. Populasi penelitian ini adalah semua akseptor KB suntik 3 bulan yang telah menggunakan KB suntik 3 bulan minimal 1 tahun di Dusun Kebonsari Desa Sabrang Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember yang berjumlah 112 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling sehingga didapatkan 20 sampel. Variabel penelitian ini adalah efek samping penggunaan KB suntik 3 bulan. Efek samping yang diteliti meliputi amenore, spotting, keputihan, dan perubahan libido.
Hasil Penelitian & Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden mengalami amenore yaitu sebanyak 16 orang (80%). Berdasarkan lama pemakaian KB suntik 3 bulan, 100% responden mengalami amenore pada tahun pertama pemakaian, 88,9% responden mengalami amenore pada tahun kedua pemakaian, 66,7% responden mengalami amenore pada tahun ketiga pemakaian, 50% responden mengalami amenore pada tahun keempat pemakaian, dan 100% responden mengalami amenore pada tahun kelima pemakaian. Efek samping Depo Medroxiprogesteron Acetate (DMPA) adalah dampak dari DMPA yang tidak diinginkan. Kontrasepsi suntik 3 bulan mengandung Depo Medroxyprogesteron Acetate (DMPA) 150 mg yang hanya berisi hormon progesterone dan tidak mengandung hormon estrogen (Handayani, 2010). Pemberian kontrasepsi suntik sering menimbulkan gangguan haid (amenorea) gangguan haid disebabkan karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan. Keadaan amenore disebabkan atrofi endometrium. Haid yang normal terjadi akibat kadar progesteron yang turun, dengan penambahan progesteron sintetik dalam DMPA, maka progesteron meningkat dan tidak terjadi haid (Hartanto, 2012). Berdasarkan lama pemakaian KB suntik 3 bulan diketahui bahwa makin lama efek samping penggunaan KB suntik 3 bulan akan mengalami penurunan, namun pada pemakaian 5 tahun tampak bahwa seluruh responden mengalami amenore, hal ini dikarenakan responden hanya 1 orang, jadi memiliki persentase besar bila mengalami kejadian amenore. Hal ini disebabkan karena tubuh sudah beradaptasi dengan penambahan hormon yang masuk dari luar. Hal ini sesuai dengan teori di atas bahwa efek samping paling sering ditimbulkan oleh KB suntik 3 bulan adalah amenore karena KB suntik 3 bulan hanya berisi hormon progesteron yang dapat membuat ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan sehingga tidak dapat terjadi haid. Sedangkan pada KB suntik 1 bulan yang mengandung progesteron dan estrogen jarang menyebabkan amenore karena pada siklus haid, haid terjadi karena penurunan progesteron dan kenaikan estrogen, apabila ibu menggunakan KB suntik kombinasi, maka jarang terjadi amenore. Responden yang tidak mengalami amenore disebabkan karena efek samping ini bersifat individual, tidak terjadi pada semua akseptor, kemungkinan karena tubuh ibu dapat beradaptasi sehingga kadar hormon dalam tubuhnya tetap stabil dan terjadi fluktuasi hormon sesuai dengan siklus menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami spotting yaitu sebanyak 11 orang (55%). Penambahan progesteron menyebabkan terjadinya pelebaran pembuluh darah vena tersebut akhirnya rapuh sehingga terjadi perdarahan lokal (Baziad, 2007). Responden yang tidak mengalami spotting karena setiap efek samping yang terjadi pada setiap akseptor KB berbeda-beda, artinya bahwa efek samping ini bersifat individual dan tidak terjadi pada semua akseptor, selain itu responden mempunyai daya hemostasis yang baik, sehingga pembuluh darah kapiler lebih kuat dan tidak rapuh sehingga tidak terjadi perdarahan bercak. Faktor lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini adalah asupan gizi, akseptor KB suntik yang mempunyai asupan gizi yang baik, dapat mencegah kerapuhan pembuluh darah kapiler akibat penambahan hormon sehingga tidak mengalami spotting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami efek samping keputihan yaitu sebanyak sebanyak 11 orang (55%). Gejala dan keluhan dalam keputihan yaitu adanya cairan putih yang berlebihan keluar dari liang senggama dan terasa mengganggu. Keputihan disebabkan karena adanya infeksi, jamur atau kandida. Peserta suntik jarang terjadi keputihan. Apabila hal ini terjadi juga harus dicari penyebabnya dan diberikan pengobatannya (Suratun, 2008). Dalam keadaan normal, responden tidak mengalami keputihan dikarenakan kurangnya menjaga personal hygiene terutama saat menstruasi sehingga banyak kuman yang berkembang biak di daerah vagina dan menyebabkan terjadinya keputihan, terutama keputihan patologis yang berbau, gatal, dalam jumlah banyak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden tidak mengalami perubahan libido yaitu sebanyak 18 orang (90%). Penyebab penurunan libido terjadi karena efek progesteron menyebabkan vagina kering. Namun demikian faktor psikis dapat juga berpengaruh dalam hal ini. Sebetulnya libido itu dapat meningkat atau menurun sangat subyektif sifatnya, oleh karena itu gejala ini harus diawasi dengan cermat dan seksama untuk memastikan bahwa klien telah mengalami penurunan / peningkatan libido (Depkes, 2010). Hal ini sesuai dengan teori di atas, hampir seluruh responden tidak mengalami perubahan libido, karena untuk mengamati terjadinya perubahan libido ini sangat subyektif dan seringkali tidak terasa oleh ibu, apalagi bagi para ibu yang menganggap seksualitas dalam rumah tangga adalah hal yang tabu untuk diberitahukan pada orang lain, sehingga mereka menjawab tidak ada perubahan.
Simpulan Efek samping penggunaan KB suntik 3 bulan pada akseptor KB suntik 3 bulan di Dusun Kebonsari Desa Sabrang Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember hampir seluruh responden mengalami amenore, sebagian besar responden mengalami spotting, sebagian besar responden tidak mengalami efek samping keputihan, dan hampir seluruhnya tidak mengalami perubahan libido.
Rekomendasi Diharapkan responden dapat mencari informasi pada tenaga kesehatan tentang efek samping KB suntik 3 bulan dan cara mengatasinya agar ibu tetap nyaman menggunakan KB suntik 3 bulan. Diharapkan untuk dapat memberikan konseling maupun penyuluhan tentang efek samping KB sehingga akseptor lebih memahami kondisi. Diharapkan untuk membekali anak didik dengan kemampuan melakukan konseling pada calon akseptor KB secara menyeluruh. Diharapkan untuk melakukan pengembangan penelitian tentang metode KB yang lain.
Correspondensi : E-mail Alamat No. Hp
:
[email protected] :Dsn. Kebonsari Desa.Sabrang Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember :083856520840