Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 2 No. 1, Juli 2014
EKSTRAKSI DAUN SIRIH MERAH (PIPER CROCATUM ) DENGAN METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION (MAE) Extraction Of Red Betel Leaf (Piper Crocatum) Methods Microwave Assisted Extraction (Mae) Ghallisa Khoirun Nisa*), Wahyunanto Agung Nugroho, Yusuf Hendrawan Jurusan Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145 *) Penulis Korespondensi, Email:
[email protected]
ABSTRAK Daun sirih merah diketahui banyak tumbuh di berbagai daerah di Indonesia. Kandungan senyawa fitokimia dalam daun sirih merah yakni minyak atsiri, alkoloid, saponin, dll. Salah satu metode untuk mengekstrak minyak atsiri adalah dengan Microwave Assisted Extraction. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh lama ekstraksi dan suhu evaporasi terhadap performansi ekstraksi. Perlakuan meliputi waktu ekstraksi (1, 1.5, 2, 2.5, dan 3 menit) dan suhu evaporasi (40 dan 50oC). Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pengulangan 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentang pH yang rata-rata 3.9 - 5.3, kandungan minyak terekstrak 1.87-5.23%, kandungan fenol 1.715%, kandungan eugenol 3.4 - 21.9%. Warna minyak atsiri rata-rata memiliki warna merah kecoklatan. Perlakuan terbaik hasil penelitian adalah suhu evaporasi 40oC dengan waktu ekstraksi 1.5 menit. Kata kunci: Ekstraksi, sirih merah, microwave assisted extraction (MAE), minyak atsiri.
ABSTRACT Red betel leaves grown in many regions in Indonesia. The content of phytochemical compounds in the red betel leaf are essential oil, alkoloid, saponins, etc. One of the methods to extract its essential oil is Microwave Assisted Extraction (MAE). The aim of this research is to study the influence of time of MAE and temperature of evaporation on extraction performance. The treatments include time of extraction (1 min, 1.5 min, 2 min, 2.5 min, 3 min) and evaporation temperature (40oC and 50oC). This study using complete randomize experimental design with 3 repetitions. The results shows that the range value of pH is pH of 3.9 to 5.3, extracted oil content 1.87-5.23%, phenol content 1.7 - 15%, and eugenol content 3.4 21.9%. The color of essential oils is brownish red. The best treatment is temperature of evaporation of 40oC with a extraction time of 1.5 minutes. Key words: Extraction, red betel, microwave assisted extraction (MAE), essential oils.
PENDAHULUAN Sirih merah banyak ditemui di Indonesia sebagai tanaman obat-obatan. Hal ini dikarenakan sirih merah memiliki sifat antijamur yang merupakan komponen yang dibutuhkan untuk memperhambat bakteri patogen. Minyak atsiri pada daun sirih merah terdapat di dalam daunnya. Metode pengambilan minyak dalam daun sirih merah salah satunya dengan ekstraksi menggunakan metode Micowave Assisted Extraction (MAE). Pelarut yang digunakan biasanya mengunakan kloroform, eter, aseton, heksana, alkohol, dan etanol. Minyak sirih merah merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang didapat dari bagian tanaman sirih merah, yaitu pada daunnya. Sirih merah banyak ditemui di Indonesia sebagai tanaman obat-obatan. Hal ini dikarenakan sirih merah memiliki sifat antijamur yang merupakan komponen yang dibutuhkan untuk memperhambat bakteri patogen. Dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia yakni minyak atsiri, alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid. Kandungan kimia lainnya yang terdapat di daun sirih merah adalah 72
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 2 No. 1, Juli 2014 hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, karvakrol, eugenol, p-simen, sineol, kariofilen, kadimen estragol, terpenena, dan fenil propanoid (Sulistiyani dkk., 2007). Microwave Assisted Extraction (MAE) merupakan ekstraksi yang memanfaatkan radiasi gelombang mikro untuk mempercepat ekstraksi selektif melalui pemanasan pelarut secara cepat dan efisien (Jain et al., 2009). Menurut beberapa hasil penelitian, MAE meningkatkan efisiensi dan efektifitas ekstraksi bahan aktif berbagai jenis rempah-rempah, tanaman herbal, dan buah-buahan (Calinescu et al., 2001). Gelombang mikro mengurangi aktivitas enzimatis yang merusak senyawa target (Salas et al., 2010). Rotary evaporator merupakan alat yang biasa digunakan di laboratorium kimia untuk mengefisienkan dan mempercepat pemisahan pelarut dari suatu larutan. Alat ini menggunakan prinsip vakum destilasi, sehingga tekanan akan menurun dan pelarut akan menguap dibawah titik didihnya. Rotary evaporator sering digunakan dibandingkan dengan alat lain yang memiliki fungsi sama karena alat ini mampu menguapkan pelarut dibawah titik didih sehingga zat yang terkandung di dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi (Pangestu, 2011). Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan kadar lemak yang dapat teresktrak, kandungan fenol yang dapat terekstrak, kandungan eugenol yang terekstrak, warna minyak atsiri, pH minyak atsiri dari ekstraksi daun sirih merah yang dihasilkan dari metode Microwave Assisted Extraction (MAE). Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian mengenai Ekstraksi Daun Sirih Merah (Piper Crocatum) Dengan Metode Micowave Assisted Extraction (MAE).
METODE PENELITIAN Alat Dan Bahan Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah daun sirih merah, bahan yang lainnya yaitu etanol 80% (etanol 96% yang telah diencerkan).Alat yang digunakan dalam pembuatan ekstrak daun sirih merah antara lain neraca analitik, pisau, telenan, sendok, kertas label, wadah sampel, kertas saring, juicer, microwave (Trevizo) buatan Italy, 220 volt, rotary evaporator (RE 300 Made in StuartUK, erlenmeyer, gelas ukur, corong, pH meter.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 2 faktor, yaitu lama waktu saat dimicrowave (1 menit, 1.5 menit, 2 menit, 2.5 menit, 3 menit) dan suhu saat evaporasi (40oC dan 50 oC) dengan tiga kali ulangan. Parameter yang diamati antara lain kadar lemak yang dapat teresktrak, kandungan fenol yang dapat terekstrak, kandungan eugenol yang terekstrak, warna minyak atsiri, pH minyak atsiri dari ekstraksi daun sirih merah yang dihasilkan dari metode Microwave Assisted Extraction (MAE). Dipilih daun sirih merah segar yang telah disortasi berdasarkan warna, segar daunnya, batang juga dipotong lalu dicuci, ditimbang menggunakan neraca analitik dengan berat 100 gr. Daun sirih merah yang telah ditimbang dipotong kecil-kecil. Dilakukan pretreatment dengan perendaman menggunakan etanol 80% (etanol 96% yang telah diencerkan) sebanyak 500 mL selama 10 menit. Hasil rendaman daun sirih merah dihancurkan dengan juicer. Hasilnya diradiasi menggunakan microwave selama 1 menit, 1.5 menit, 2 menit, 2.5 menit, 3 menit dengan suhu sedang yaitu 40 oC lalu disaring dengan kertas saring. Setelah diradiasi dan disaring daun sirih merah dievaporasi menggunakan rotary vaporator dengan suhu 40oC dan 50 oC selama 60 menit.
HASIL DAN PEMBAHASAN Volume Akhir Volume akhir yang dihasilkan dari berbagai perlakuan rata-rata berkisar antara 18,57% 51,67%. Rata-rata volume akhir tertinggi didapat pada waktu 1,5 menit dan suhu 400C. Dan rata-rata yang terendah pada waktu 3 menit dengan suhu 50 0C dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. Peradiasian bahan yang tidak sama berpengaruh terhadap rendemen dan kualitas minyak yang dihasilkan. Suhu tinggi dan waktu penyulingan yang terlalu lama dapat menyebabkan minyak atsiri teroksidasi (Ketaren, 1987). Ukuran rajangan juga berpengaruh terhadap rendemen minyak sirih. Semakin kecil ukuran rajangan maka rendemennya cenderung semakin meningkat (Novalny, 2006). 73
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 2 No. 1, Juli 2014
Tabel 1. Hasil Volume Akhir Pada Suhu 400C Faktor A
Ulangan
Faktor B (Menit) 1
400C
1,5
2
2,5
3
1
36,7 %
50 %
45 %
35 %
46,7 %
2
51,7 %
51,7 %
50 %
48,3 %
3
57,5 %
53,3 %
46,7 %
50 %
44,2 % 48,3 %
48,63 %
51,67 %
47,23 %
44,43 %
46,40 %
Rata - Rata
Tabel 2. Hasil Volume Akhir Pada Suhu 500C Faktor A
Ulangan
500C
Faktor B (Menit) 1
1,5
2
2,5
3
1
21,7 %
25 %
20,8 %
25,8 %
6,5 %
2
33,3 %
31,7 %
45 %
41,7 %
25 %
3
31,7 %
39,2 %
33,3 %
26,7 %
24,2 %
28,90 %
31,97 %
33,03 %
31,40 %
18,57 %
Rata - Rata
Volume Akhir Sampel (%)
Grafik hubungan waktu dan suhu ekstraksi terhadap volume akhir sampel terlihat pada gambar 1. Yang memiliki volume akhir sampel tertinggi pada tabel diperoleh pada perlakuan suhu 40oC dengan nilai 51,67% pada waktu 1,5 menit, sedangkan volume akhir sampel terendah pada grafik diperoleh pada perlakuan suhu 50oC dengan nilai 18,57% pada waktu 3 menit. 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
Suhu 40C Suhu 50C
1
1.5
2
2.5
3
Waktu (menit) Gambar 1. Grafik hubungan Waktu dan Suhu Ekstraksi Terhadap Volume Akhir Sampel Hal ini sesuai dengan Rafiee et al., (2011), metode ekstraksi dengan Microwave Assisted Extraction (MAE) merupakan metode yang efektif dibandingkan dengan maserasi karena menghasilkan rendemen senyawa yang lebih tinggi, suhu yang lebih rendah, dan waktu yang singkat pada ekstraksi senyawa fenol. MAE dapat dengan mudah diaplikasikan oleh perajin gambir karena dapat menggunakan microwave dan pelarut berupa akuades untuk proses ekstraksinya. Volume Yang Hilang Volume yang hilang merupakan hal yang penting karena untuk mengetahui seberapa banyak pelarut yang hilang saat berada di microwave. Data volume yang hilang dapat dilihat pada tabel 3 dan 4. Volume yang hilang terendah terdapat pada suhu 40 oC dengan waktu 1 menit dan 2 menit pada perulangan ketiga yaitu 1 mL. Pada suhu 50oC dengan waktu 1,5 menit pada pengulangan ketiga juga sedikit volume yang hilang yaitu 1 mL. Sedangkan volume yang hilang tertinggi terdapat pada suhu 50 oC dengan waktu 3 menit pada perulangan ketiga yaitu 65 mL. Hal ini dikarenakan waktu yang lama pada saat didalam microwave dapat menyebabkan banyak pelarut yang hilang atau menguap dan dapat mengurangi kandungan yang terdapat dalam minyak atsiri yang dimana ada kandungan minyak atsiri yang tidak kuat panas jika terlalu lama. 74
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 2 No. 1, Juli 2014
Tabel 3. Volume Yang Hilang Pada Suhu 40 oC Faktor A
Ulangan
40oC
Faktor B (Menit) 1
1,5
2
2,5
3
1
15 mL
13 mL
15 mL
22 mL
53 mL
2
20 mL
7 mL
10 mL
19 mL
33 mL
3
1 mL
2 mL
1 mL
9 mL
21 mL
12 mL
7,3 mL
8,7 mL
16,7 mL
Rata - Rata
35,7 mL
Tabel 4. Volume Yang Hilang Pada Suhu 50 oC Faktor A
Ulangan
50oC
Faktor B (Menit) 1
1,5
2
2,5
3
1
12 mL
13 mL
28 mL
10 mL
61 mL
2
3 mL
9 mL
6 mL
10 mL
35 mL
3
6 mL
1 mL
4 mL
14 mL
65 mL
7 mL
7,7 mL
12,7 mL
11,3 mL
Rata - Rata
53,7 mL
Berdasarkan tabel pada pengulangan pertama dan kedua volume yang hilang tidak terdapat perbedaan yang signifikan, hal ini dikarenakan massa yang digunakan masing-masing 100 gr dan ukuran daun yang besar sehingga diperkirakan jumlah daun sama besar, sedangkan pada pengulangan ketiga volume yang hilang sangat jauh bila dibandingkan dengan pengulangan pertama dan kedua. Hal ini terjadi dikarenakan pada saat pembuatan jus daun sirih merah jumlah daun yang digunakan lebih banyak walaupun massa daun yang digunakan sebesar 100 gr, sehingga hasil yang diperoleh banyak mengandung padatan. Hal ini berpengaruh pada sedikitnya volume yang hilang pada saat proses ekstraksi di microwave. Kadar Minyak Atsiri Kadar minyak atsiri terendah yaitu 1,87% dihasilkan pada waktu 3 menit dengan suhu 50oC, sedangkan hasil minyak tertinggi yaitu 5,23% pada waktu 1,5 menit dengan suhu 40oC. Hal ini sesuai dengan literatur Marlina (2008), hasil minyak atsiri lebih besar dari ekstrak etanol 30% daun sirih merah sebesar 2,47%, hal ini menunjukkan bahwa etanol dengan kadar yang lebih tinggi dapat mengekstrak senyawa-senyawa bioaktif dari daun sirih merah lebih banyak dibandingkan dengan etanol dengan kadar yang lebih rendah. Hasil Kadar Minyak dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Kandungan Lemak/ Minyak Kode 1M; 40T 1,5M; 40T 2M; 40T 2,5M; 40T 3M; 40T 1M; 50T 1,5M; 50T 2M; 50T 2,5M; 50T 3M; 50T
Kadar Lemak
Lemak (%)
mL/mL larutan
4,18 5,23 2,54 2,12 2,07 2,53 2,51 3,28 2,55 1,87
9,2 mL 15,7 mL 6,9 mL 4,5 mL 5,8 mL 3,3 mL 3,8 mL 4,1 mL 3,9 mL 0,7 mL
gr/100 gr daun sirih merah 4,18 gr 5,23 gr 2,54 gr 2,12 gr 2,07 gr 2,53 gr 2,51 gr 3,28 gr 2,55 gr 1,87 gr
Semakin singkat waktu ekstraksi, maka kinetika reaksi terjadinya degradasi semakin kecil. Dan semakin rendah suhu saat dievaporasi menghasilkan kadar minyak yang besar.
75
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 2 No. 1, Juli 2014 Kadar Fenol Senyawa fenol terbanyak terdapat pada waktu 1,5 menit dan suhu 40 oC dengan perolehan 15% seperti terlihat pada tabel 6. Menurut Parwata dkk (2009), Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30% fenol. Senyawa fenol ini diidentifikasi memiliki aktifitas antibakteri. Tabel 6. Kadar Fenol Pada Minyak Atsiri Kode 1M; 40T 1,5M; 40T 2M; 40T 2,5M; 40T 3M; 40T 1M; 50T 1,5M; 50T 2M; 50T 2,5M; 50T 3M; 50T
Fenol (%) 13 15 11 9,0 9,8 4,0 3,1 6,4 3,9 1,7
Kadar Fenol gr/100 gr daun mL/mL larutan sirih merah 29,3 mL 13 gr 45 mL 15 gr 31,9 mL 11 gr 18,9 mL 9 gr 27,4 mL 9,8 gr 5,2 mL 4gr 4,7 mL 4,7 gr 8 mL 6,4 gr 6 mL 3,9 gr 0,7 mL 1,7 gr
Kadar Eugenol Menurut Lilik, dkk (2012), kadar eugenol daun sirih merah dan hijau adalah sebesar 10,11% dan 3,72%. Pada penelitian ini menghasilkan senyawa eugenol lebih tinggi hal ini terbukti dengan mengunakan metode microwave assisted extraction (MAE) dapat mengekstrak senyawa eugenol lebih tinggi dibandingkan metode yang lain. Pada tabel 7, untuk kandungan eugenol tertinggi didapat pada suhu 1,5 menit dan suhu 40oC, sedangkan untuk kandungan eugenol terendah didapatkan pada waktu 3 menit dengan suhu 50oC. Tabel 7. Kadar Eugenol Pada Minyak Atsiri Kode 1M; 40T 1,5M; 40T 2M; 40T 2,5M; 40T 3M; 40T 1M; 50T 1,5M; 50T 2M; 50T 2,5M; 50T 3M; 50T
Eugenol (%) 21,1 21,9 14,0 14,8 11,3 8,7 8,3 4,0 5,1 3,4
Kadar Eugenol mL/mL larutan gr/100 gr daun sirih merah 46,4 mL 21,1 gr 65,7 mL 21,9 gr 37,8 mL 14 gr 31 mL 14,8 gr 31,6 mL 11,3 gr 11,3 mL 8,7 gr 11,3 mL 8,3 gr 5 mL 4 gr 7,9 mL 5,1 gr 1,33 mL 3,4 gr
Semakin lama waktu ekstraksi memberikan kandungan eugenol yang semakin menurun dikarenakan senyawa eugenol tidak kuat panas, sesuai dengan literatur menurut Agustin (2005), beberapa senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri tidak kuat jika berada di suhu yang tinggi terlalu lama sehingga senyawa tersebut akan hilang. Kandungan eugenol dalam 100 gr daun sirih merah menghasilkan eugenol tertinggi 21,9%. Hasil ini sangat jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menghasilkan eugenol sebanyak 10,11%, sehingga penelitian tentang eugenol perlu di kaji lebih jauh. Warna Minyak Atsiri Sifat fisik/ warna minyak atsiri pada penelitian ini rata-rata berwarna merah kecoklatan ini sesuai dengan literatur menurut (Dwiyanti, 1996), minyak atsiri daun sirih merah yang berwarna merah kecokelatan mempunyai rasa getir, berbau wangi dan larut dalam pelarut organik seperti alkohol, eter, dan kloroform. Warna minyak atsiri pada penelitian ini yang terbaik yaitu pada suhu 40 oC dengan waktu 1,5 menit karena warna dari suhu dan waktu tersebut lebih baik dari warna yang lain meskipun semua warna sudah memenuhi literatur. 76
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 2 No. 1, Juli 2014
pH Minyak Atsiri pH minyak atsiri berkisar antara 3,9 dan 5,3, pH cenderung asam. Menurut Jain et al., (2009), kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum, yaitu pH dimana pertumbuhan maksimum sekitar pH 6,57,5. Pada pH dibawah 5,0 dan diatas 8,5 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik. pH merupakan salah satu parameter terpenting dalam penelitian karena hasil dari minyak atsiri harus diketahui kadar keasamannya. Dalam literatur (Yasni et al. 2010), nilai pH sirih merah adalah 4,85, sehingga bakteri tidak akan tumbuh didalam minyak atsiri. Jadi, pH terbaik dalam penelitian ini adalah pada suhu 40 oC dengan waktu 1,5 menit. Pada suhu dan waktu tersebut diperoleh pH 4,9. Pada gambar 2 terlihat grafik nilai standar deviasi pada masing-masing perlakuan yaitu, untuk nilai standar deviasi tertinggi terlihat pada suhu 40oC waktu 1 menit, hal ini berarti tingkat kesalahan pada perlakuan tinggi karena rangenya terlalu besar. Sedangkan untuk nilai standar deviasi terendah terlihat pada suhu 50oC waktu 1 menit dan 2,5 menit, hal ini berarti tingkat kesalahan pada perlakuan rendah karena rangenya kecil. pH tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu 40oC dengan waktu 1,5 menit yaitu 5,1, sedangkan pH terendah pada grafik diperoleh pada perlakuan suhu 50 oC dengan waktu 3 menit yaitu 3,9. 6.00 5.00 pH
4.00 3.00
Suhu 40°C
2.00
Suhu 50°C
1.00 0.00 1
1.5
2
2.5
3
Waktu (menit) Gambar 2. Grafik hubungan Waktu dan Suhu Ekstraksi Terhadap pH Perlakuan Terbaik Pada penelitian ini mendapatkan pH terbaik yaitu pada pH 4,9, hal ini sesuai dengan literatur menurut Yasni et al (2010) yaitu nilai pH sirih merah adalah 4,85, sehingga bakteri tidak akan tumbuh didalam minyak atsiri. Untuk kadar minyak terbanyak yaitu pada suhu 40oC dengan waktu 1,5 menit yaitu 5,23%, sedangkan pada literatur Marlina (2008), hasil minyak atsiri daun sirih merah dengan ekstrak etanol 30% sebesar 2,47%,. Untuk kadar fenol terbanyak yaitu pada 40oC dengan waktu 1,5 menit, hal ini sesuai dengan literatur menurut Parwata dkk (2009), Minyak atsiri dari daun sirih mengandung 30% fenol. Senyawa fenol ini diidentifikasi memiliki aktifitas antibakteri. Untuk warna menyesuaikan dari hasil terbaik dari pH, kadar minyak dan kadar fenol, sehingga warna terbaiknya pada suhu 40oC dengan waktu 1,5 menit. Menurut Lilik, dkk (2012), kadar eugenol masing-masing sebesar 10,11% dan 3,72%, tetapi pada penelitian ini dapat mengekstrak eugenol hingga 21,9%.
KESIMPULAN Kandungan lemak/ minyak tertinggi sebesar 5,23%, sedangkan untuk kandungan fenol tertinggi sebesar 15%, kandungan eugenol tertinggi sebesar 21,9%. Untuk pH berkisar asam yaitu antara pH 3,9 – 5,3 sehingga bakteri tidak akan bisa hidup jika pada pH asam. Warna minyak atsiri cenderung memiliki warna yang sama yaitu merah kecoklatan, dari semua sampel memiliki warna merah kecoklatan.Hasil terbaik yang diperoleh dari penelitian ini adalah suhu 40oC dengan waktu 1,5 menit, yang menghasilkan produk dengan pH kandungan minyak diperoleh 4,9, kandungan fenol 15%, kandungan eugenol 21,9%, dan sifat fisik terbaik.
DAFTAR PUSTAKA Agustin, D. 2005. Perbedaan Khasiat Antibakteri Bahan Irigasi anata Hidrogen peroksida 3% dan Infusum daun sirih 20% terhadap Bakteri Mix. Jurnal Man. Ked. Gigi. Vol. 38 (1). 77
Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 2 No. 1, Juli 2014
Calinescu, I., C. Ciuculescu, M. Popescu, S. Bajenaru, G. Epure. 2001. Microwaves Assisted Extraction of Active Principles from Vegetal Material. Romanian International Conference on Chemistry and Chemical Engineering, 12, 1-6. Jain, T., V. Jain, R. Pandey, A. Vyas, S. S. Shukla. 2009. Microwave Assisted Extraction for Phytoconstituents – An Overview. Asian Journal Research Chemistry , 1 (2), 19-25. Ketaren. 1987. Minyak Atsiri, UI Press, terjemahan : Guenther. E., 1947. Essential Oils, Vol 1, John Willey and Sons, New York, Hal : 21- 25, 90, 132 – 134, 244-245. Lilik N., D. Yesi, M. Sri. 2012. Penetapan Kadar Eugenol dalam Minyak Atsiri dari Daun Sirih Merah (Piper cf fragile Benth.) dan Sirih Hijau (Piper betle L.) secara Kromatografi Gas. Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Jakarta Marlina, P. W. N. 2008. Konsentrasi Flavonoid dan LethalConcetration 50 (LC50) Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum). Institut Pertanian Bogor. Bogor. Novalny, D. 2006. Pengaruh Ukuran Rajangan Daun dan Lama Penyulingan Terhadap Rendemen dan Karakteristik Minyak Sirih (Piper bettle Linn). Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor Pangestu. 2011. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina Ilmu, Surabaya. Parwata, I.O.A.M., Rita, WS., Yoga, R. 2009. Isolasi Dan Uji Antiradikal Bebas Minyak Atsiri Pada Daun Sirih (Piper Betle Linn.) Secara Spektroskopi Ultraviolet-Tampak.Jurnal kimia 3 (1), Januari 2009 : 7-13 Rafiee, Z. S. M. Jafari, M. Alami, M. Khomeiri. 2011. Microwave-Assisted Extraction of Phenolic Compounds from Olive Leaves; A Comparison with Maceration. The Journal of Animal & Plant Sciences, 21(4): 738-745. Salas, P. G., M. S. Aranzazu, S. C. Antonio, F. G. Alberto. 2010. Phenolic-Compound-Extraction Systems for Fruit and Vegetable Samples. Molecules , 15, pp. 8813-8826. Sulistiyani, Arniputri, B. Retna. 2007 . Identifikasi Komponen Utama Minyak Atsiri Sirih Merah. Biodiversitas Vol.8, No.2. Hal. 136-137. Dwiyanti, R. R. 1996. Mempelajari Ketahanan Panas Ekstrak Antioksida Daun Sirih (Piper betle Linn.). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor. Yasni, S., K. Imaiumi, M. Sugano. 2010. Effects Of An Indonesian Medical Plant, Curcuma Xanthorhiza Roxb On The Levels Of Serum Glucose And Triglyceride Fatty Acid Desaturation, And Bile Acid Excertion In Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. Agric. Biol. Chem., 55 (12), 3005- 3010.
78