EVALUASI KEBIJAKAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERDASARKAN

Download Aktiva yang disusutkan, seperti gedung, mesin-mesin dan peralatan kantor. .... penelitian yang antara lain berupa faktur, jurnal, surat-sur...

0 downloads 455 Views 169KB Size
EVALUASI KEBIJAKAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN Dedy Setiyono Universitas Madura [email protected]

Abstract The purpose of a company is to obtain an optimal return on investment that has been invested in the company. One form of investment is fixed assets used in the normal activities of the company. To achieve its goals, it needs effective management and the need for the proper use, maintenance, selection of methods for assessing the company's fixed assets. Depreciation is to accumulate funds for the purchase of fixed assets when it needs replacement. The amount of depreciation of fixed assets affect the size of the profits made by the company. Therefore, the selection of the depreciation method should be appropriate and there should be an analysis of the depreciation method applied to the company in its fixed assets. Keywords: Method of depreciation of fixed assets, financial accounting standards

PENDAHULUAN Dalam menghadapi perkembangan usaha yang semakin maju, sebuah perusahaan yang didirikan harus memiliki suatu tujuan agar dapat membuat perusahaan

hidup

dalam

jangka

panjang,

artinya

perusahaan

harus

mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui pencapaian tujuan. Suatu tujuan akan tercapai apabila perusahaan dikelola dengan baik, sehingga sesuai dengan harapan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Tujuan suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu bentuk investasi tersebut adalah aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan. Aktiva tetap yaitu sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun (Jusup, 2003:23). Menurut Baridwan (2004:271) aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. 1

Untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut, diperlukan pengelolaan yang efektif dan kebutuhan yang tepat dalam penggunaan, pemeliharaan, pemilihan metode untuk menilai aktiva tetap perusahaan. Umur ekonomis suatu aktiva tetap harus dapat dibebankan secara tepat dan salah satu caranya adalah dengan menentukan metode penyusutan. Penyusutan adalah pemupukan dana untuk membeli aktiva tetap apabila sudah memerlukan penggantian (Soemarso, 1996:28). Definisi aktiva tetap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keungan (PSAK) No. 16 adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Untuk itu perlu diketahui apakah metode penyusutan yang diterapkan perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap yang menurun disebabkan karena berlalunya waktu atau menurunnya manfaat yang diberikan aktiva tetap tersebut. Perusahaan harus mampu menerapkan metode penyusutan yang tepat pada aktiva tertentu, karena metode penyusutan yang berbeda akan menghasilkan alokasi biaya penyusutan yang berbeda sehingga akan mempengaruhi harga pokok penjualan dan beban usaha yang mempengaruhi besarnya laba yang akan diperoleh perusahaan. Laba usaha adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu priode kecuali yang timbul dari pendapatan atau investasi oleh pemilik (Baridwan, 2004:29). Besarnya beban penyusutan aktiva tetap mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, pemilihan metode penyusutan harus tepat dan perlu diadakan analisis terhadap metode penyusutan yang diterapkan perusahaan dalam aktiva tetapnya. Pada umumnya nilai ekonomis suatu aktiva tetap akan

mengalami

penurunan

yang

disebabkan

keusangan karena faktor ekonomis dan teknis.

2

pemakaian

dan

kerusakan,

KAJIAN PUSTAKA Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan salah satu alat yang penting dan pokok dalam suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur atau kegiatannya melakukan proses produksi, karena pada perusahaan jenis tersebut aktiva tetap merupakan tulang punggung bagi aktivitas perusahaan sehari-hari. Aktiva tetap dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan. Menurut standar akuntansi keuangan (2002;16) adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang dipergunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Sedangkan Baridwan (2000; 271) mengemukakan definisi aktiva tetap adalah aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa aktiva tetap adalah harta yang dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan yang umumnya lebih dari 1 (satu) tahun atau periode akuntansi.

Klasifikasi Aktiva Tetap Aktiva tetap dapat dibagi atas 3 (tiga) kelompok besar yaitu: a. Aktiva berwujud yang dapat dibagi menjadi: 1. Aktiva yang disusutkan, seperti gedung, mesin-mesin dan peralatan kantor. 2. Aktiva yang tidak dapat disusutkan, seperti tanah. b. Aktiva tidak berwujud, seperti paten, hak cipta, merk dagang, goodwill, dan lainlain. c. Sumber daya alam, yaitu aktiva tetap yang depresi misalnya tanah-tanah pertambangan. Sementara itu, Baridwan (2000;287) menjelaskan bahwa aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk, seperti tanah, bangunan, mesin dan alat-alat, alat-alat kerja, cetakan-cetakan, perabot dan alat-alat kantor, kendaraan dan tempat barang yang dapat dikembalikan.

3

Perolehan Aktiva Tetap Dasar penilain aktiva tetap ini umumnya historical cost yang diukur dari harga cash (tunai) atau cash equivalent (setara kas) dalam mendapatkan ativa tersebut dan membawanya ke lokasi serta kondisi yang diperlukan sesuia dengan tujuan perolehannya. Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yang masing-masing cara perolehannya akan mempengaruhi harga perolehannya. Cara perolehan aktiva tetap tersebut: a. Pembelian tunai aktiva tetap dicatat sebesar jumlah uang yang dibayarkan termasuk

seluruh

pengeluaran

incidental

yang

berhubungan

dengan

pembelian atau persiapan untuk penggunaannya. b. Pembelian angsuran yang dikapitalisasi dari harga tunai dalam menilai harga perolehan. c. Perolehan melalui cara pertukaran (trade in) menurut standar akuntansi keuangan (2002;16), suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. d. Perolehan dengan cara penerbitan surat berharga misalnya saham atau obligasi. Jika aktiva tetap diperoreh dengan menukarkannya dengan suratsurat berharga sendiri maka perolehan dari aktiva tetap tersebut didasarkan atas harga pasar di surat berharga tersebut. e. Perolahan dengan membuat sendiri. Menurut standar akuntansi keuangan (2002;16) jika perusahaan membuat aktiva serupa untuk dijul dalam keadaan usaha normal, biaya perolehan biasanya sama dengan biaya memproduksi aktiva untuk dijual, karenanya setiap laba internal dieleminasi dalam menetapkan biaya tersebut. f. Perolehan dengan hadiah atau sumbangan/ hibah/ donasi adalah perolehan aktiva yang biasanya tanpa ada pengeluaran dari perusahaan. g. Perolehan dengan cara sewa guna (leasing). Menurut surat keputusan bersama Menteri Keuangan, Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. 31 M/SK/2/1974 yang dikemukakan oleh standar akuntansi keuangan (2002;31) adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayarn secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang4

barang modal yang bersangkutan untuk memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.

Metode Penilaian Aktiva Tetap Konsep penilaian aktiva tetap yang relevan adalah didasarkan pada nilai tukar (excange of convertion value). Nilai tukar ada 2 jenis yaitu: a. Nilai tukar masukan (excange input value) adalah nilai yang menggambarkan jumlah pengorbanan yang telah dikeluarkan untuk memperoleh aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan. b. Nilai tukar keluaran (excange input value) adalah dapat berupa nilai tukar pada saat lalu, nilai tukar sekarang maupun saat yang akan datang. Penilaian aktiva tetap hanya dapat didasarkan pada nilai tukar masukan saja, yang terdiri atas: a. Historical cost, nilai tukar yang dipergunakan adalah nilai pasar pada saat perolehan. b. Current input value, adalah nilai tukar yang didasarkan nilai pasar apabila aktiva tersebut diperoleh pada saat sekarang. Penilaian yang umum digunakan dalam praktik-praktik akuntansi adalah berdasarkan historical cost karena memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah penilaian yang dilakukan oleh organisasi yang independent akan mendapatkan hasil yang sama (verifiable), sama dengan yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan

lain

karena

umum

digunakan

dan

benar-benar

menggambarkan nilai pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Penyusutan Aktiva Tetap Definisi penyusutan menurut standar akuntansi keuangan (2002;17) adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Masa manfaat dari suatu aktiva yang dapat disusutkan harus diestimasi setelah mempertimbangkan faktor berikut: a. Taksiran aus dan kerusakan fisik (physical wear dan tear). b. Keusangan. c.

Pembatasan hukum atau lainnya atas penggunaan akti

5

Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan dalam Memilih Metode Penyusutan Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode penyusutan ialah: a. Hubungan antara penurunan nilai aktiva dengan penggunaan dan waktu yang terdiri dari nilai waktu menurun karena fungsi penggunaan dan bukan sebagai fungsi terlewatnya waktu dan manfaat mendatang yang akan menurun sebagai suatu fungsi waktu ketimbang sebagai fungsi penggunaan. b. Pengaruh keusangan, bukan merupakan faktor yang penting dalam menetapkan usia waktu. c. Pola biaya reparasi yang terdiri dari pemeliharaan yang relatif proporsional terhadap penggunaan, pemeliharaan bersifat konstan atau menurun sepanjang usia aktiva dan biaya pemeliharaan meningkat. d. Kemungkinan perubahan dalam pendapatan perusahaan terhadap penggunaan aktiva. e. Tingkat efisiensi operasi aktiva tetap yang bersangkutan.

Metode Penyusutan Standar akuntansi keuangan (2002;17) menyatkan bahwa jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis. Metode apapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode. Adapun metode penyusutan yang biasanya digunakan adalah terdiri dari: a. Metode penyusutan yang berdasarkan waktu yaitu metode garis lurus, metode pembebanan yang menurun yang terdiri dari metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun atau metode saldo menurun berganda. b. Metode penyusutan berdasarkan penggunaan yaitu metode jam jasa dan metode jumlah unit produksi. c. Metode penyusutan yang berdasarkan kriteria lainnya yaitu metode berdasarkan jenis kelompok, metode analisis, metode sistem persediaan.

6

Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan No. 17 penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut: Berdasarkan Waktu: a. Metode garis lurus (straight line method) Dalam metode garis lurus lebih melihat aspek waktu daripada aspek kegunaan. Metode ini paling banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan karena paling mudah diaplikasikan dalam akuntansi. Dalam metode penyusutan garis lurus, beban penyusutan untuk tiap tahun nilainya sama besar dan tidak dipengaruhi dengan hasil atau output yang diproduksi. Perhitungan tarif penyusutan untuk metode garis lurus adalah sebagi berikut: Penyusutan =

hp − ns n

b. Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method) Metode penyusutan ini menghasilkan tarif penyusutan yang menurun dengan dasar penurunan pecahan dari nilai yang dapat disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan nilai sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai bilangan penyebut (5 + 4 + 3 + 2 + 1 = 15) dan jumlah tahun akhir dari estimasi umur kegunaan. Penghitungannya adalah sebagai berikut: Penyusutan =

Jumlah tahun dibalik

x (harga perolehan-nilai

Jumlah angka tahun c. Metode saldo menurun (declining balance method) Metode ini juga merupakan metode penurunan beban penyusutan yang menggunakan tingkat penyusutan (diekspresikan dalam persentase) yang merupakan perkalian dari metode garis lurus. Tingkat penyusutan metode ini selalu tetap dan diaplikasikan untuk mengurangi nilai buku pada setiap akhir tahun. Tidak seperti metode lain, dalam metode saldo menurun nilai sisa tidak dikurangkan dari harga perolehan dalam menghitung nilai yang dapat disusutkan. Rumus yang digunakan dalam menghitung adalah sebagai berikut: Penyusutan = % penyusutan (harga perolehan – akumulasi penyusutan)

7

Berdasarkan Penggunaan a. Metode jam-jasa (service hours method) Metode

ini

digunakan

untuk

mengalokasikan

beban

penyusutan

berdasarkan pada proporsi penggunaan aktiva yang sebenarnya. Metode penyusutan ini menggunakan jumlah jam kerja sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan untuk tiap periode. b. Metode jumlah unit produksi (productive-output method) Metode

ini

digunakan

untuk

mengalokasikan

beban

penyusutan

berdasarkan pada proporsi penggunaan aktiva yang sebenarnya. Metode penyusutan ini menggunakan hasil produksi sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan untuk tiap periode. Dalam metode ini beban penyusutan diperlakukan sebagai beban variabel sesuai dengan unit produksi yang dihasilkan tiap periode akuntansi, bukan beban tetap seperti dalam metode penyusutan garis lurus (straight line method). Berdasarkan Kriteria Lainnya a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method). Metode penyusutan biasanya digunakan untuk satu aktiva tetap. Dalam keadaan tertentu bagaimanapun juga ada berbagai macam aktiva yang disusutkan dengan menggunakan satu tarif penyusutan. Ada 2 metode penyusutan untuk aktiva yang beragam ini yaitu kelompok dan metode jenis. b. Metode anuitas (annuity method) Dalam metode anuitas ini beban penyusutan yang dihasilkan pada tahun/ periode awal adalah rendah dan akan meningkat jumlahnya tiap periode berikutnya. Metode ini paling banyak digunakan dalam industri real estate dan beberapa penyedia jasa, tetapi metode ini bukanlah metode penyusutan yang secara umum dapat diterima. c. Sistem persediaan (inventory method) Metode penyusutan ini biasanya digunakan untuk menilai aktiva berwujud yang nilainya kecil. Persediaan peralatan, sebagai contoh, mungkin ada pada awal dan akhir periode.

8

METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif yaitu yaitu penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subyek yang berupa individu, organisasional atau perspektif yang lain. Data yang diteliti hanya berupa populasi saja, yaitu laporan keuangan dan struktur financial yang bergerak dalam bidang manufaktur. Data dalam

penelitian ini adalah data documenter,

yaitu jenis data

penelitian yang antara lain berupa faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program (Indriantoro dan Supomo, 2002;145) Sumber data yang adalah data sekunder eksternal perusahaan, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau melalui media perantara (diperoleh dari pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Sedangkan yang dimaksud eksternal adalah data tersebut diperoleh dari entitas selain peneliti dari organisasi yang bersangkutan. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa data dokumentasi, yaitu suatu metode pengumpulan data dengan mendokumentasikan dan mengumpulkan laporan keuangan dan struktur financial yang dimiliki. Dalam mengelola data, teknik analisa data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Metode penyusutan berdasarkan waktu 1. Metode garis lurus (straight line method) penyusutan =

hp − ns n

Keterangan: hp : Harga Perolehan ns : Nilai sisa n : Umur ekonomis

2. Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method) penyusu tan =

angka tahun dibalik x ( h arg a perolehan − nilai sisa ) jumlah angka tahun

9

3. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method) Nilai penyusutan = % penyusutan (harga perolehan – akumulasi penyusutan) b. Menghitung rata-rata laba menurut Metode Garis Lurus, Metode Jumlah Angka Tahun dan Metode Saldo Menurun Ganda X1 = X2 = X3 = Keterangan: X1 = Rata-rata laba pada saat menggunakan metode garis lurus X2 = Rata-rata laba pada saat menggunakan metode angka tahun X3 = Rata-rata laba pada saat menggunakan metode saldo menurun ganda c. Menghitungan Simpangan Baku S1 = S2 = S3 = Keterangan: S1 = Simpangan baku dengan menggunakan metode garis lurus S2 = Simpangan baku dengan menggunakan metode jumlah angka tahun S3 = Simpangan baku dengan menggunakan metode saldo menurun ganda d. Menghitung standar Deviasi gabungan dengan menggunakan rumus: Sd1 = Sd2 = Keterangan: Sd1 = standar deviasi gabungan antara metode garis lurus dengan metode jumlah angka tahun

10

Sd2 = standar deviasi gabungan antara metode garis lurus dengan metode saldo menurun ganda e. Menghitung nilai t hitungnya dengan menggunakan rumus: t12 = t13 = keterangan: t12=thit antara metode garis lurus dengan metode jumlah angka tahun t13=thit antara metode garis lurus dengan metode saldo menurun ganda

PEMBAHASAN Analisis Metode Penyusutan Perhitungan Penyusutan Penyusutan atau depresiasi merupakan suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk mengalokasikan cost atau nilai lain suatu aktiva selama masa ekonominya dengan cara sistematis dan rasional. Di dalam melakukan perhitungan penyusutan, PT. Garam (Persero) menetapkan metode penyusutan garis lurus terhadap aktiva tetapnya dengan rumus: D=

HP – NS N

Dalam menganalisa perhitungan metode penyusutan yang dilakukan oleh perusahaan, maka peneliti mengambil contoh perhitungan penyusutan aktiva tetap yang berupa bangunan perusahaan yang nilai perolehannya pada tahun 2005 senilai Rp. 23,784,794,000,- dengan masa manfaat adalah 10 tahun tanpa nilai residu. Biaya penyusutan pertahun adalah sebesar: Rp. 23,784,794,000 – 0 D= 10 = Rp. 2,378,479,400.-

11

Perhitungan biaya penyusutan bangunan perusahaan pada PT. Garam (Persero) yang dinilai dari tahun 2005 dapat dilihat pada tabel berikut: Penyusutan Bangunan Perusahaan No

Tahun

Beban Benyusutan

Akm. Penyusutan

Nilai Buku

0 1

2005

-

-

Rp 23,784,794,000

2006

Rp 2,378,479,400

Rp 2,378,479,400

Rp 21,406,314,600

2

2007

Rp 2,378,479,400

Rp 4,756,958,800

Rp 19,027,835,200

3

2007

Rp 2,378,479,400

Rp 7,135,438,200

Rp 16,649,355,800

4

2008

Rp 2,378,479,400

Rp 9,513,917,600

Rp 14,270,876,400

5

2009

Rp 2,378,479,400

Rp 11,892,397,000

Rp 11,892,397,000

6

2010

Rp 2,378,479,400

Rp 14,270,876,400

Rp 9,513,917,600

7

2011

Rp 2,378,479,400

Rp 16,649,355,800

Rp 7,135,438,200

8

2012

Rp 2,378,479,400

Rp 19,027,835,200

Rp 4,756,958,800

9

2013

Rp 2,378,479,400

Rp 21,406,314,600

Rp 2,378,479,400

10

2014

Rp 2,378,479,400

Rp 23,784,794,000

Rp

-

Perhitungan penyusutan pada apabila dilakukan dengan menggunakan metode Jumlah Angkat Tahun dan metode Saldo Menurun Ganda dengan tetap menggunakan contoh di atas ialah sebagai berikut: a. Metode jumlah angka tahun D = 1+2+3+4+5+6+7+8+9+10 = 55 =

10 55

x Rp 23,784,794,000

= Rp. 4,324,508,000.b. Metode Saldo Menurun Ganda = 2 x (100%:10) = 20% D = 20% (Rp.23,784,794,000) = Rp.4,756,958,800.-

Pencatatan Penyusutan Dalam melakukan pencatatan hasil perhitungan penyusutan mengacu pada prinsip akuntansi yang diterima umum yaitu dengan mendebit rekening biaya dan mengkredit rekening akumulasi. Sesuai contoh diatas beban penyusutan untuk tahun 2005 sebesar Rp. 23,784,794,000.-, maka jurnalnya sebagai berikut: Beban Penyusutan Bangunan Perusahaan Rp. 2,378,479,400.Akm. Penyusutan Bangunan Perusahaan 12

Rp. 2,378,479,400.-

Pelaporan Penyusutan Nilai penyusutan aktiva tetap akan tercermin baik dalam income statement maupun balance sheet. Biaya penyusutan akan dilaporkan dalam perhitungan rugi laba yang akan mengurangi pendapatan dari operasi perusahaan sedangkan akumulasi penyusutan akan dilaporkan dalam neraca yang akan mengurangi nilai aktiva tetap. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama penelitian, telah melakukan perhitungan yang benar di dalam menghitung biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus (Straigh Line Methode) begitu juga dalam melakukan pencatatan dan pelaporannya dalam laporan keuangan perusahaan. Analisis Tingkat Laba Laba yang diperoleh oleh berdasarkan beban penyusutan Metode Garis Lurus dan perbandingan dengannya dengan menggunakan Metode Jumlah Angka Tahun dan Saldo Menurun Ganda adalah sebagai berikut: Laba Usaha Berdasarkan Metode Garis Lurus, Jumlah Angka Tahun dan Saldo Menurun Ganda LABA TAHUN Metode Garis Lurus Jumlah Angka Tahun Saldo Menurun Ganda 2005 Rp 8,652,670,000 Rp 4,896,982,000 Rp 3,682,833,400 2006 Rp 12,505,585,000 Rp 8,074,904,000 Rp 6,793,427,200 2007 Rp 18,398,968,000 Rp 14,605,641,450 Rp 13,293,380,000 Jumlah Rp 39,557,223,000 Rp 27,577,527450 Rp 23,769,640,600

13

Untuk lebih jelasnya, maka akan diuraikan laporan Laba Rugi perusahaan berdasarkan metode Garis Lurus, Jumlah Angka Tahun, dan metode Saldo Menurun Ganda yaitu sebagai berikut: LAPORAN LABA/RUGI Per 31 Desember 2005 PENDAPATAN USAHA HASIL PENJUALAN Garam produksi sendiri Garam rakyat garam impor Garam kasar kemasan Garam halus Garam low sodium LoSoSa Garam top Grade Maduro Air Bittern TOTAL PENDAPATAN USAHA

Garis lurus Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

HARGA POKOK PENJUALAN Garam produksi sendiri Garam rakyat garam impor Garam kasar kemasan Garam halus Garam low sodium LoSoSa Garam top Grade Maduro Air Bittern HARGA POKOK PENJUALAN

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

Jumlah Angka Tahun

Saldo Menurun Ganda

73,353,939,000 1,514,320,000 14,554,977,000 2,754,329,000 6,955,396,000 2,425,343,000 634,500,000 833,706,000 103,026,510,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

73,353,939,000 1,514,320,000 14,554,977,000 2,754,329,000 6,955,396,000 2,425,343,000 634,500,000 833,706,000 103,026,510,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

73,353,939,000 1,514,320,000 14,554,977,000 2,754,329,000 6,955,396,000 2,425,343,000 634,500,000 833,706,000 103,026,510,000

54,283,549,000 1,265,733,000 12,987,191,000 2,562,928,000 6,984,491,000 1,756,519,000 620,620,000 317,887,000 80,778,918,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

54,283,549,000 1,265,733,000 12,987,191,000 2,562,928,000 6,984,491,000 1,756,519,000 620,620,000 317,887,000 80,778,918,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

54,283,549,000 1,265,733,000 12,987,191,000 2,562,928,000 6,984,491,000 1,756,519,000 620,620,000 317,887,000 80,778,918,000

14

LABA (RUGI) KOTOR Garam produksi sendiri Garam rakyat garam impor Garam kasar kemasan Garam halus Garam low sodium LoSoSa Garam top Grade Maduro Air Bittern LABA (RUGI) KOTOR

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

19,070,390,000 248,587,000 1,567,786,000 191,401,000 (29,095,000) 668,824,000 13,880,000 515,819,000 22,247,592,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

19,070,390,000 248,587,000 1,567,786,000 191,401,000 (29,095,000) 668,824,000 13,880,000 515,819,000 22,247,592,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

19,070,390,000 248,587,000 1,567,786,000 191,401,000 (29,095,000) 668,824,000 13,880,000 515,819,000 22,247,592,000

BIAYA USAHA Biaya penjualan Biaya penyusutan Biaya administrasi dan umum TOTAL BIAYA USAHA LABA/ RUGI USAHA

Rp Rp Rp Rp Rp

2,897,724,000 8,385,788,000 2,311,410,000 13,594,922,000 8,652,670,000

Rp Rp Rp Rp Rp

2,897,724,000 12,141,476,000 2,311,410,000 17,350,610,000 4,896,982,000

Rp Rp Rp Rp Rp

2,897,724,000 13,355,624,600 2,311,410,000 18,564,758,600 3,682,833,400

15

Keterangan: Perhitungan biaya penyusutan berdasarkan metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun ganda adalah sebagai berikut: a. Jumlah Angka Tahun. = 1+2+3+4+5+6+7+8+9+10 = 55 10 = 55 x Rp. 66,778,123,000 = Rp. 12,141,476,000 b. Saldo Menurun Ganda = 20% x Rp. 66,778,123,000 = Rp. 13,355,624,600 Hasil perhitungan beban penyusutan PT. Garam (Persero) pada tahun 2005 dengan menggunakan metode jumlah angka tahun hasilnya adalah sebesar Rp 12,141,476,000, sedangkan jika menggunakan metode saldo menurun ganda hasilnya adalah sebesar Rp. 13,355,624,600. Analisis tersebut menunjukkan bahwa hasil perhitungan beban penyusutan jauh lebih besar dibandingkan dengan metode yang digunkan oleh perusahaan, yaitu metode garis lurus yang hasilnya hanya sebesar Rp 8,652,670,000.

16

LAPORAN LABA/RUGI Per 31 Desember 2006 PENDAPATAN USAHA HASIL PENJUALAN Garam produksi sendiri Garam rakyat garam impor Garam kasar kemasan Garam halus Garam low sodium LoSoSa Garam top Grade Maduro Air Bittern TOTAL PENDAPATAN USAHA

Garis Lurus

Jumlah Angka Tahun

Saldo Menurun Ganda

Rp 99,524,619,000 Rp 1,180,838,000 Rp 2,913,620,000 Rp 1,964,443,000 Rp 9,236,877,000 Rp 501,120,000 Rp 187,285,000 Rp 193,668,000 Rp 115,702,470,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

99,524,619,000 1,180,838,000 2,913,620,000 1,964,443,000 9,236,877,000 501,120,000 187,285,000 193,668,000 115,702,470,000

Rp 99,524,619,000 Rp 1,180,838,000 Rp 2,913,620,000 Rp 1,964,443,000 Rp 9,236,877,000 Rp 501,120,000 Rp 187,285,000 Rp 193,668,000 Rp 115,702,470,000

HARGA POKOK PENJUALAN Garam produksi sendiri Garam rakyat garam impor Garam kasar kemasan Garam halus Garam low sodium LoSoSa Garam top Grade Maduro Air Bittern HARGA POKOK PENJUALAN

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

68,170,998,000 1,152,895,000 3,782,650,000 1,812,601,000 9,002,644,000 498,210,000 181,292,000 184,967,000 84,786,257,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

68,170,998,000 1,152,895,000 3,782,650,000 1,812,601,000 9,002,644,000 498,210,000 181,292,000 184,967,000 84,786,257,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

68,170,998,000 1,152,895,000 3,782,650,000 1,812,601,000 9,002,644,000 498,210,000 181,292,000 184,967,000 84,786,257,000

LABA (RUGI) KOTOR Garam produksi sendiri Garam rakyat

Rp Rp

31,353,621,000 27,943,000

Rp Rp

31,353,621,000 27,943,000

Rp Rp

31,353,621,000 27,943,000

17

garam impor Garam kasar kemasan Garam halus Garam low sodium LoSoSa Garam top Grade Maduro Air Bittern LABA (RUGI) KOTOR

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

(869,030,000) 151,842,000 234,233,000 2,910,000 5,993,000 8,701,000 30,916,213,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

(869,030,000) 151,842,000 234,233,000 2,910,000 5,993,000 8,701,000 30,916,213,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

(869,030,000) 151,842,000 234,233,000 2,910,000 5,993,000 8,701,000 30,916,213,000

BIAYA USAHA Biaya penjualan Biaya penyusutan Biaya administrasi dan umum TOTAL BIAYA USAHA LABA/ RUGI USAHA

Rp Rp Rp Rp Rp

4,789,072,000 8,384,087,000 5,237,469,000 18,410,628,000 12,505,585,000

Rp Rp Rp Rp Rp

4,789,072,000 12,814,768,000 5,237,469,000 22,841,309,000 8,074,904,000

Rp Rp Rp Rp Rp

4,789,072,000 14,096,244,800 5,237,469,000 24,122,785,800 6,793,427,200

18

Keterangan: Perhitungan biaya penyusutan berdasarkan metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun ganda adalah sebagai berikut: a. Jumlah Angka Tahun. = 1+2+3+4+5+6+7+8+9+10 = 55 10 = 55 x Rp. 70,481,224,000 = Rp. 12,814,768,000  b. Saldo Menurun Ganda = 20% x Rp. 70,481,224,000 = Rp. 14,096,244,800 Hasil perhitungan beban penyusutan PT. Garam (Persero) pada tahun 2006 dengan menggunakan metode jumlah angka tahun hasilnya adalah sebesar Rp 12,814,768,000, sedangkan jika menggunakan metode saldo menurun ganda hasilnya adalah sebesar Rp. 14,096,244,800. Analisis tersebut menunjukkan bahwa hasil perhitungan beban penyusutan jauh lebih besar dibandingkan dengan metode yang digunkan oleh perusahaan, yaitu metode garis lurus yang hasilnya hanya sebesar Rp 8,384,087,000.

19

LAPORAN LABA/RUGI Per 31 Desember 2007 PENDAPATAN USAHA HASIL PENJUALAN Garam produksi sendiri Garam rakyat garam impor Garam kasar kemasan Garam halus Garam low sodium LoSoSa Garam top Grade Maduro Air Bittern TOTAL PENDAPATAN USAHA

Garis Lurus

Jumlah Angka Tahun

Rp 104,651,711,000 Rp 131,027,000 Rp 156,382,000 Rp 2,605,924,000 Rp 8,866,849,000 Rp 62,880,000 Rp 640,735,000 Rp 56,700,000 Rp 117,172,208,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

104,651,711,000 131,027,000 156,382,000 2,605,924,000 8,866,849,000 62,880,000 640,735,000 56,700,000 117,172,208,000

HARGA POKOK PENJUALAN Garam produksi sendiri Garam rakyat garam impor Garam kasar kemasan Garam halus Garam low sodium LoSoSa Garam top Grade Maduro Air Bittern HARGA POKOK PENJUALAN

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

68,143,935,000 149,143,000 1,919,226,000 1,900,258,000 7,930,846,000 61,553,000 371,623,000 43,043,000 80,519,627,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

68,143,935,000 149,143,000 1,919,226,000 1,900,258,000 7,930,846,000 61,553,000 371,623,000 43,043,000 80,519,627,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

68,143,935,000 149,143,000 1,919,226,000 1,900,258,000 7,930,846,000 61,553,000 371,623,000 43,043,000 80,519,627,000

LABA (RUGI) KOTOR Garam produksi sendiri Garam rakyat

Rp Rp

36,507,776,000 (18,116,000)

Rp Rp

36,507,776,000 (18,116,000)

Rp Rp

36,507,776,000 (18,116,000)

20

Saldo Menurun Ganda Rp 104,651,711,000 Rp 131,027,000 Rp 156,382,000 Rp 2,605,924,000 Rp 8,866,849,000 Rp 62,880,000 Rp 640,735,000 Rp 56,700,000 Rp 117,172,208,000

garam impor Garam kasar kemasan Garam halus Garam low sodium LoSoSa Garam top Grade Maduro Air Bittern LABA (RUGI) KOTOR

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

(1,762,844,000) 705,666,000 936,003,000 1,327,000 269,112,000 13,657,000 36,652,581,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

(1,762,844,000) 705,666,000 936,003,000 1,327,000 269,112,000 13,657,000 36,652,581,000

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

(1,762,844,000) 705,666,000 936,003,000 1,327,000 269,112,000 13,657,000 36,652,581,000

BIAYA USAHA Biaya penjualan Biaya penyusutan Biaya administrasi dan umum TOTAL BIAYA USAHA LABA/ RUGI USAHA

Rp Rp Rp Rp Rp

3,089,928,000 9,329,288,000 5,834,397,000 18,253,613,000 18,398,968,000

Rp Rp Rp Rp Rp

3,089,928,000 13,122,614,550 5,834,397,000 22,046,939,550 14,605,641,450

Rp Rp Rp Rp Rp

3,089,928,000 14,434,876,000 5,834,397,000 23,359,201,000 13,293,380,000

21

Keterangan: Perhitungan biaya penyusutan berdasarkan metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun ganda adalah sebagai berikut: a. Jumlah Angka Tahun. = 1+2+3+4+5+6+7+8+9+10 = 55 10 = 55 x Rp. 72,174,380,000 = Rp. 13,122,614,550  b. Saldo Menurun Ganda = 20% x Rp. 72,174,380,000 = Rp. 14,434,876,000 Hasil perhitungan beban penyusutan PT. Garam (Persero) pada tahun 2007 dengan menggunakan metode jumlah angka tahun hasilnya adalah sebesar Rp. 13,122,614,550, sedangkan jika menggunakan metode saldo menurun ganda hasilnya adalah sebesar Rp. 14,434,876,000. Analisis tersebut menunjukkan bahwa hasil perhitungan beban penyusutan jauh lebih besar dibandingkan dengan metode yang digunkan oleh perusahaan, yaitu metode garis lurus yang hasilnya hanya sebesar Rp 9,329,288,000. Berdasarkan analisis tersebut, maka terlihat bahwa laba yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan penilaian metode penyusutan yang diterapkan oleh perusahaan yaitu Metode Garis Lurus lebih besar dibandingkan dengan penilaian metode penyusutan yang diterapkan oleh peneliti yaitu Metode Jumlah Angka Tahun dan Metode Saldo Menurun Ganda.

Menghitung Rata-rata Laba Berdasarkan Metode Garis Lurus, Jumlah Angka Tahun dan Saldo Menurun Ganda Karena keterbatasan data yang diberikan oleh perusahaan, maka penelitian ini hanya biasa menyajikan informasi laba selama 3 tahun sebagai data untuk melakukan analisis. Berikut ini disajikan laba usaha yang diperoleh selama 3 tahun yaitu:

22

Laba Usaha Berdasarkan Metode Garis Lurus, Jumlah Angka Tahun dan Saldo Menurun Ganda LABA TAHUN Metode Garis Jumlah Angka Saldo Menurun Lurus Tahun Ganda 2005 Rp 8,652,670,000 Rp 4,896,982,000 Rp 3,682,833,400 2006 Rp 12,505,585,000 Rp 8,074,904,000 Rp 6,793,427,200 2007 Rp 18,398,968,000 Rp 14,605,641,450 Rp 13,293,380,000 Jumlah Rp 39,557,223,000 Rp 27,577,527,450 Rp 23,769,640,600 a. Rata-rata laba operasi berdasarkan metode garis lurus selama 3 tahun adalah: X1 = X1 = ∑ Rp 39,557,223,000 3 X1 = Rp 13,185,741,000 b. Rata-rata laba operasi berdasarkan metode Jumlah Angka Tahun selama 3 tahun adalah: X2 = X2 = ∑ Rp 27,577,527,450 3 X2 = Rp 9,192,509,150 c. Rata-rata laba operasi berdasarkan metode Saldo Menurun Ganda selama 3 tahun adalah: X3 = X3 = ∑ Rp 23,769,640,600 3 X3 = Rp 7,923,213,500 Pengaruh Metode Penyusutan Terhadap Laba Usaha Berdasarkan perhitungan tesebut, dapat diketahui bahwa laba yang diperoleh perusahaan lebih besar menggunakan metode garis lurus dibandingkan dengan metode yang digunanakan oleh peneliti yaitu metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun ganda. Perbedaan tersebut akan secara signifikan dapat di lihat pada awal-awal pembebanan metode penyusutan aktiva tetap perusahaan, sebab jika perhitungan tersebut dilanjutkan sampai dengan akhir umur ekonomis masing-masing aktiva tetap dengan menggunakan metode penyusutan yang 23

berbeda seperti tersebut di atas, perbedaan atau selisih laba yang diperoleh tidak sangat kecil atau tidak secara signifikan dalam mempengaruhi laba perusahaan. Penggunaan

metode

penyusutan

aktiva

tetap

yang

berbeda

akan

menghasilkan laba yang berbeda dalam laporan keuangan. Tetapi sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan bahwa metode pencatatan yang digunakan oleh perusahaan diharapkan dapat dilaksanakan secara terus menerus dalam setiap periode akuntansi. Salah satu metode penyusutan yang disarankan oleh SAK, yaitu metode garis lurus.

24

KESIMPULAN DAN SARAN Telah melakukan pemilihan metode penyusutan yang disesuaikan dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan serta konsisten dalam penerapan dan pelaksanaannya dari periodik ke periodik sehingga diperoleh alokasi yang wajar atas penyusutan serta kewajaran penilaian dan penyajian atas laporan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan. Analisis data menunjukkan bahwa laba yang diperoleh dengan mengunakan metode garis lurus pada tahun 2005 sebesar Rp 8,652,670,000, tahun 2006 sebesar Rp 12,505,585,000 dan tahun 2007 sebesar Rp 18,398,968,000. Apabila menggunakan metode jumlah angka tahun maka laba yang diperoleh pada tahun 2005 adalah sebesar Rp 4,896,982,000, tahun 2006 sebesar Rp 8,074,904,000 dan tahun 2007 sebesar Rp 14,605,641,450. Sedangkan jika menggunakan metode saldo menurun ganda maka laba yang diperoleh oleh

pada tahun 2005 adalah

sebesar Rp 3,682,833,400, tahun 2006 sebesar Rp 6,793,427,200 dan tahun 2007 sebesar Rp 13,293,380,000. Rata-rata laba pertahun yang diperoleh berdasarkan metode garis lurus adalah sebesar Rp 13,185,741,000, rata-rata laba pertahun dengan menggunakan metode jumlah angka tahun adalah sebesar Rp 9,192,509,150 dan rata-rata laba pertahun dengan menggunakan metode saldo menurun ganda adalah sebesar Rp 7,923,213,500. Dengan demikian, metode penyusutan yang digunakan oleh perusahaan mengahasilkan laba usaha yang lebih besar dibandingkan dengan yang digunakan oleh peneliti. Dengan melihat kondisi perusahaan, maka peneliti menyarankan agar tetap konsisten dalam menerapkan metode penyusutan, walaupun prinsip akuntansi yang diterima umum memperbolehkan memilih atas berbagai metode penyusutan dan juga memperbolehkan perubahan metode penyusutan yang digunakan selama tidak untuk alasan perpajakan. Karena perubahan ini berpengaruh terhadap daya banding (Komparabilitas) laporan keuangan karena secara konsisten akan meningkatkan komparabilitas laporan keuangan tersebut dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya.

25

DAFTAR PUSTAKA Baridwan, zaki. 2004. Intermediate accounting. Edisi 8. Penerbit Bpfe, Yogyakarta. Casavera. 2009. Perpajakan. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Harahap, Sofyan Syafri. 1998. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi 1, Cetakan Pertama. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. . 1998. Analisa Laporan Keuangan. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Salemba, Jakarta. Indriantoro, Nur dan Supomo. 2002. Metodologi penelitian Dan Bisnis. Bpfe, Yogyakarta. Isroah.2004. Kompetensi dasar akuntansi 1. Edisi revisi. Penerbit Tiga serangkai, Solo. Jogianto. 2007. Teori portofolio dana analisis investasi. Edisi 2007. Penerbit Bpfe, Yogyakarta. Jusuf, haryono. 2003. Dasar-dasar akuntansi, buku 1. Penerbit Stie, Yogyakarta. . 2005. Dasar-dasar akuntansi, buku 2. Penerbit Stie, Yogyakarta. Kesiyarinni, novita. 2007. Lembar Kerja Siswa Akuntansi. Penerbit Viva Pakarindo, Klaten. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi revisi. Penerbit Balai Pustaka, Jakarta. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit CV Alfabeta Anggota IKAPI, Bandung. Soemarso. 1996. Akuntansi suatu pengantar. jilid 1. Penerbit Rineka cipta, Jakarta. . 1996. Akuntansi suatu pengantar. jilid 2. Penerbit Rineka cipta, Jakarta. Yunus, Hadori. 1992. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi 1. Penerbit Bpfe, Jogjakarta.

26