BAB 1 FAAL KEBUNTINGAN
A. PENDAHULUAN Pokok bahasan kuliah Faal Kebuntingan ini meliputi pengertian kebuntingan serta proses faali yang terjadi selama kebuntingan misalnya Periode kebuntingan Placenta atau selaput janin, Bentuk dan lokasi uterus bunting, Posisi fetus di dalam uterus, Kembar dan Ratio kelamin, Lama kebuntingan dan daya reproduksi, Kelenjar susu dan laktasi, Diagnosa kebuntingan. Pokok bahasan ini secara umum dapat digunakan untuk membantu rnahasiswa dalam memahami proses faali (fisiologi normal) yang terjadi selams rnasa kebuntingan dimulai dan proses terjadinya fertilisasi antara spermatozoa dengan ovum, berkembang menjadi zigot, embrio, sampai fetus menjelang lahir serta diagnose kebuntingan pada ternak. Pokok bahasan kuliah ini secara keseluruhan dapat diselesaikan dalam waktu 4 kali tatap muka (2 minggu). SeteIah mengikuti pokok bahasan kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat mengerti serta memahami proses dan perkembangan yang terjadi selama kebuntingan pada temak serta mampu mendiagnosa kebuntingan secara tepat.
Universitas Gadjah Mada
1
B. PENYAJIAN Kebuntingan Periode kebuntingan adalah periode dari fertilisasi atau konsepsi sampai partus atau kelahiran individu muda. Selama periode ini sel-sel tunggal membelah dan berkembang menjadi organisasi yang lebih tinggi yaitu individu. Tingkat kematian periode ini, yaitu ovum, embrio, maupun fetus lebih tinggi dibanding setelah individu lahir. Keluarnya fetus atau embrio yang mati dan yang ukurannya dapat dikenali disebut abortus. Keluarnya fetus yang hidup dan pada waktunya disebut lahir. Keluarnya fetus yang mati pada saat partus pada babi dan hewan lain disebut stillbirths. Lahirnya indiyidu baru sebelum waktunya disebut prematur. Berdasarkan ukuran individu dan perkembangan jaringan serta organ, periode kebuntingan dibedakan atas tiga bagian yaitu: 1. Periode ovum / blastula Adalah periode yang dimulai dari fertilisasi sampai terjadinya implantasi. Segera setelah terjadi fertilisasi, ovum yang dibuahi akan mengalami pembelahan di ampullary - isthnic junction menjadi morula. Pada sapi, masuknya morula kedalam uterus terjadi pada hari ke 3-4 setelah fertilisasi, 5-8 pada anjing dan kucing dan 3 pada babi. Pada spesies politokus, tidak menutup kemungkinan adanya migrasi embrio diantara kornu. Pada unipara (sapi), jarang terjadi. Setelah hari ke 8, blastosit mengalami pembesaran secara pesat, misalnya embrio domba pada hari ke 12 panjangnya 1 cm, 3 cm pada hari ke 13 dan 10 cm pada hari ke 14. Pada babi, 33 cm pada hari ke 13. Lama periode ini pada sapi sampai 12 hari, kuda 12 hari, domba dan kambing 10 hari, babi 6 hari, anjing dan kucing 5 hari. Pada peniode ini, embnio yang defektifakan mati dan diserap oleh uterus.
Universitas Gadjah Mada
2
2. Periode embrio / Organogenesis. Adalah dimulai dari implantasi sampai saat dimulainya pembentukan organ tubuh bagian dalam. Pada sapi berkisar pada hari ke 12 - 45, domba 11 - 34, anjing dan kucing 6 - 24, dan kuda 12 - 50 atau 60 setelah fertilisasi. Selama periode ini terjadi pembentukan : a. lamina germinativa b. selaput ektraembrionik c. organ-organ tubuh a. Lamina germinativa
Universitas Gadjah Mada
3
b.
Selaput ektra embrionik Terjadi pembentukan amnion dan allantochorion dan berfungsi sampai akhir kebuntingan Pembentukan kantong kuning telur (yolk sac), yang terlihat pada awal differensiasi
c. Pembentukan organ-organ Terbentuknya organ-organ dalam seperti jantung, liver, pankreas, paru-paru dan sistim digesti Ductus mullen berkembang menjadi organ betina Ductus woifli berkembang menjadi sistim ductus jantan
3. Periode Fetus/ pertumbuhan fetus Adalah dimulai dari terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam, terbentuknya ekstremitas, sampai lahir. Peniode ini dimulai kira-kira hari ke 34 kebuntingan pada domba dan anjing, 45 pada sapi dan 55 pada kuda. Selama periode ini terjadi perubahan dan defferensiasi organ, jaringan dan sistem tubuh. Sedangkan panjang badan fetus sesuai dengan tahapan kebuntingan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Pada fetus jantan, testis akan mengalami descensus testiculorum melewati canalis inguinalis ke dalam scrotum. Descensus testiculorum ini akan selesai menjelang pertengahan kebuntingan pada sapi, sedang pada kuda menjelang akhir kebuntingan.
Tabel. Panjang badan fetus pada sapi dan kuda sesuai umur kebuntingan Kebuntingan
Sapi
Kuda
(bulan)
(cm)
(cm)
1
0.8
09-1.0
2
6
4 -7.5
3
15
10 -14
4
28
15 – 25
5
40
25—34
6
52
35—60
7
70
55—70
8
80
60—80
9
90
80—90
10
70—130
11
100—150
Universitas Gadjah Mada
4
Embriologi
Adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan fisiologi individu antenatal, sedangkan teratologi adalah bagian dan embriologi dan patologi yang mempelajari perkembangan abnormal dan kelainan bentuk individu antenatal. Embriologi penting didalam kebidanan karena menyangkut sistem reproduksi jantan dan betina, yang betina meliputi : sistem syaraf, sirkulasi darah sistem urinasi dan sistim reproduksi. Untuk lebih lengkapnya mahasiswa dianjurkan untuk membaca literatur. a. Sistem syaraf Hipofisis/ glandula pituitaria merupakan glandula endokrin penting yang tersusun atas lobus anterior berasal dari jaringan syaraf, intermedier dan posterior berasal dari ektoderm.
b. Sistem sirkulasi darah Proses oksiigenasinya terjadi di dalam plasenta. Mempunyai jalan lintas (shunt) yang mengalirkan darah beroksigen kejaringan (menghindari hepar dan pam) seperti ductus venosus, foramen ovale dan ductus arteriosus Sirkulasi darah venous fetal sebagian besar terdiri dan darah arterial yang kaya oksigen dan zat-zat makanan dari plasenta (induk) ke dalam v.umbilikalis fetus menuju ke hati dan beranastomose dengan v. portalis. Lewat d. venosus. darah menuju v.cava caudalis ke atrium kanan (AN), sekitar 50 % dialirkan ke atrium kiri (AR) lewat foramen ovale dan sisanya ke ventrikel kanan (VN) lalu dipompa ke a. pu/mona/is menuju paruparu dan aorta lewat d. arteriosus. Darah dan pant sebagan dialirkan kembali ke AR lewat v. pulmo sehingga campur dengan darah dan foramen ovale dan dipompa ke aorta, dan lewat arteni keberbagai organ. Kadar Hb, CDM dan denyut jantung fetal lebih tinggi dan pada hewan dewasa.
Universitas Gadjah Mada
5
Perubahan yang terjadi setelah partus; -
vena umbilikalis menutup (karena kontraksi otot polos)
-
ductus venosus menutup karena pengaruh spin4ter otot polos
-
hepar menerima seluruh volume darah porta
-
foramen ovale menutup (5 —20 menit post partus)
-
ductus arteriosus atropi dan arteri umbilikalis mengkerut (masuk abdomen)
c. Sistim reproduksi Struktur embrionik
Betina dewasa
Jantan dewasa
a. Gonad
Ovariurn
Testis
b. Mesenterium
Mesovanum
Mesorchium
c. Gubernaculum
Ligamentum
Lig. Testis
d. D. Mullen
Oviduk
Appendik testis
e. D. Woifli
Uterus
D. efferent
f.
Servik
Epidedimis
g. Lipatan genital
Vagina
D. defferent
h. Pembesaran genital
Klitoris
Penis
Vestibulum
Uretra
Labia vulva
Skrotum
Tonjolan genital
Membrana Fetus dan Plasenta Fungsi membran fetus adalah 1. Melindungi fetus 2. Sarana transport nutrisi dan induk ke fetus 3. Sarana penampung sisa hasil metabolisme 4. Tempat sintesa enzim dan hormon Membran atau selaput fetus terdiri dan: a. Kantong kuning telur primitif b. Amnion c. Alantois d. Korion atau tropoblas Kantong kuning telur pnmitifasalnya dan entoderm Suatu struktur primitifyang berkembang pada awal embrio dan menghilang beberapa saat, sehingga peranannya hanya pada awal kebuntingan. Berperan sebagai plasenta yang terbatas dalam menyediakan makanan dan bahanbahan sisa untuk embrio muda (awal).
Universitas Gadjah Mada
6
Amnion Kantong amnion terbentuk pada han ke 13 - 16 setelah konsepsi pada kambing, sapi dan mungkin pada kuda. Kantong amnion ini berisi cairan amnion sehingga berfungsi sebagai pelindung mekanik fetus dan mencegab adhesi Cairan amnion bersifat jemth, tidak berwarna dan mukoid dan mengandung pepsin, protein, fruktosa, lemak dan garam. Volume cairan amnion •
Sapi
: 2000-8000 ml
Kuda: 3000-7000 ml
•
Kambing
: 350-700 ml
Domba: 400-1200 ml
•
Babi
: 40-200 ml
Anjing dan kucing: 8-30 ml
Sumber cairan amnion : epitel amnion dan urine fetus (awalnya), air ludah dan sekresi nasopharynk. Cairan ini membantu kelahiran karena licin seperti lendir Allantois Terbentuk pada minggu kedua dan ketiga masa kebuntingan Lapisan luar alantois kaya pembuluh darah yang berhubungan dengan aorta fetus melalui a. umbilicalis dan dengan vena cava posterior oleh vena umbilicallis Kantong allantois berisi cairan allantois yang jernih seperti air, kekuningan dan mengandung albumin, fruktosa dan urea Kantong allantoi : menyimpan zat buangan dan ginjal fetus Volume cairan allantois akhir masa kebuntingan pada:
sapi : 4000-15000 ml
kuda: 8000-18000 ml
kambing dan domba: 500-1500 ml
babi: 100-200 ml
kucing:3-15m1
anjing: 10-50 ml
Cairan allantois berasal dan epitel allantois.
Konioallantois Terbentuk karena fusi lapisan luar allantois dengan tropoblas (korion), Sangat kaya pembuluh darah yang menghubungkan fetus dengan endometrium, sehingga berperan dalam pengangkutan/ pertukaran metabolit, zat-zat makanan, gas dan bahan sisa.
Universitas Gadjah Mada
7
2. Plasenta Pada permulaan periode embrio, kantong kuning telur dan korion-amniotik berfungsi sebagai plasenta pnimitif, dimana zat-zat makanan diabsorbsi dan sekresi uterus. Selama bulan pertama/ lebih kebuntingan: -
Blastosyt bertaut dengan endometnium
-
Selaput fetus berkembang
-
Terjadi penonjolan villi formis dan kripta endometrium
Pada akhir bulan ketiga kebuntingan: -
Terjadi pertautan anatomik plasenta induk dengan fetus secara komplek
Plasenta terdiri dan da bagian, yaitu: -
Plasenta fetus (korio-alantois) disebut juga kotiledon
-
Plasenta induk (endometrium) disebut juga karunkula
-
Penggabungan karunkula dengan kotiledon disebut plasentom
Peranan / fungsj plasenta: 1. Mensintesis zat-zat yang diperlukan fetus 2. Menghasilkan enzimdan hormon (P4 dan E) 3. Menyimpan dan mengkatabolisir zat-zat lain
Universitas Gadjah Mada
8
Menurut bentuknya, secara anatomik plasenta digolongkan 4 tipe: 1. Tipe Difusa -
Pada hewan kuda dan babi
-
Seluruh permukaan korio-allantois dipenuhi baik mikro kotiledon, villi, dan mikro villi masuk ke dalam kripta endometrium (plasentasi) kecuali muara kelenjar uterin
-
Struktur ini komplek dan terbentuk setelah 150 hari usia kebuntingan
-
Pada babi tipe plasentanya difusa inkomplete (karena dibagian kutub tidak ada plasentasi)
2. Tipe kotiledonaria -
Pada hewan ruminansia
-
Hanya sebagian karunkula dan kotiledon yang membentuk plasentom
-
Lebih komplek dibanding tipe difusa
-
Plasentom tersusu empat bans, dua ventral dan dua dorsal sepanjang komu
-
Pada sapi, mempunyai 75-120 plasentom sedang kambing 80-90
-
Bentuk plasentom sapi cembung, kambing cekung
-
Diantara karunkula -> disebut interkarunkula Diantara kotiledon -> disebut interkotiledonaria Keduanya tidak mengalami plasentasi
3. Tipe Zonaria -
Pada hewan anjing dan kucing (karnivora)
-
Bentuknya melingkar seperti sabuk dengan lebar 2,5-7,5 cm
4. Tipe diskoidalis -
Pada primata dan rodensia
-
Bentuknya melingkar seperti cakram
- Pertautannya paling erat
Universitas Gadjah Mada
9
Secara mikroskopik plasenta dibedakan atas 4 tipe a. Tipe epiteliokorialis -
Pada kuda, sapi, babi dan kambing
-
Tersusun atas enam strutur yaitu endotelium, jaringan ikat, epitelium endometrium dan korion, mesencim dan endotelium fetus
b. Tipe sindesmokorialis c. Tipe endoteliokorialis, pada anjing dan kucing d. Tipe hemokorialis, pada manusia dan rodensia
Universitas Gadjah Mada
10
Gambar.
Ilustrasi plasenta kuda dengan struktur microcotyledons yang terbentuk antara kebuntingan 75 dan 100 hari.
Berdasarkan erat tidaknya hubungan, plasenta dibedakan atas 2 tipe, 1. Tipedesiduata -
Pada primata dan rodensia
-
Mengalami perdarahan saat pantus dan sebagian endometnium mengelupas
2. Tipe non desiduata -
Pada hewan domestik seperti babi, kuda, dan ruminan
-
Plasenta dikeluarkan segera setelah pantus
Berat membran fetus/plasenta -
Pada kuda Thoroughbred berat normalnya 10 - 14 lbs atau 11 % dari berat belo, jika lebih dari 14 lbs mungkin uterusnya berpenyakit
-
Pada sapi normalnya 6 — 1 8 lbs atau rata-rata 7-12 lbs atau 14 % dan berat pedet
- Berat belo atau pedet barn lahir sekitar 6 — 10 % dan berat induk Universitas Gadjah Mada
11
Trasfer kekebalan pasip Trasfer kekebalan (antibodi) pasip dipenlukan untuk mencegah dan agar individu baru dapat survive terhadap penyakit. Transfer antibodi dan induk dapat lewat in utero atau lewat kolostrum. Pada sapi, kambing, domba, babi dan kuda trasfer antibodi hanya lewat kolostrum, sedangkan manusia dan kelinci hanya in uterus lewat plasenta. Anjing dan rodensia transfer antibodi sebagian kecil lewat plasenta dan sebagian besar lewat air susu pertama. Pada hewan domestik kemampuan usus menyerap antibodi hanya dalam waktu 24-36 jam setelah partus. Tali Pusat Tali pusat menghubungkan fetus dengan plasenta. Tali pusat terdiri dari 2 arterii umbilikales, 1 vena, uracus dan sisa tangkai kuning telur disatukan oleh wharton dan dibungkus selubung tali pusat. Panjang tali pusat pada: Sapi : 30 - 40 cm
Kuda : 45 - 60 cm atau bisa mencapai 90 cm
Babi : 25 cm
Anjing dan Kucing : 8 - 12 cm
Pada sapi, kambing dan babi biasanya tali pusat putus pada saat melewati saluran peranakan, sedangkan pada anjing, kucing dan kuda biasanya tali pusat putus oleh aksi induknya atau fetus setelah lahir. Untuk lebih amannya agar tidak terjadi perdarahan dan infeksi maka tall pusat yang telah putus sebaiknya diligasi. Akibat panjang tali pusat, kadangkadang tali pusat selama kebuntingan melingkari kepala, leher dan badan fetus sehingga menyebabkan kematian fetus akibat suplai darah ke fetus terganggu.
Pengenalan Induk terhadap Kebuntingan Dalam keadaan hewan tidak bunting, siklus estrus dapat terjadi setiap 21 hari pada sapi. Keteratunan siklus estrus tersebut berkat adanya pertumbuhan, perkembangan dan regresinya baik korpus luteum maupun folikel akibat pengaruh hormon. Pada hewan yang tidak bunting korpus luteum akan mengalami regresi akibat penganuh hormon PGF2 alfa dan estrus akan terjadi namun pada hewan yang benahi dan kemudian dikawinkan dan terjadi fertilisasi yang diikuti dengan Implantasi dan konsepsi, maka induk akan merespon dengan membenikan signal. Adanya signal tersebut sangat penting untuk mempertahankan korpus luteum, produksi progesteron dan perkembangan endometnum untuk memberikan lingkungan uterus yang serasi guna pertumbuhan dan perkembangan fetus. Signal yang datang dan induk tersebut dinamakan maternal recognition of pragnancy. Waktu timbulnya signal pada setiap hewan berbeda, misal:
Universitas Gadjah Mada
12
-
Babi hari ke 12 kebutningan
Kambing hari ke 12 -13 kebuntingan
-
Sapi hari ke 16-17 kebuntingan
Kuda hari ke 14-15 kebuntingan
Adanya protein tersebut ternyata dapat menghambat produksi prostaglandin F-2 alfa, sehingga korpus luteum tetap dipertahankan, progesteron diproduksi dan kebuntingan dipertahankan.
Universitas Gadjah Mada
13
Perubahan-perubahan Organ Reproduksi Pada vulva dan Vagina Vulva semakinedernatous dan lebih vaskuler. Mukosa vagina pucat dan likat kering selama kebuntingan dan menjadi edematous dan lembek pada akhir kebuntingan.
Pada servik Os ekterna servik tertutup rapat-rapat. Kripta endoservikal bertambah jumlahnya dan menghasilkan mukus yang sangat kental dan menyumbat saluran servik (sehingga disebut sumbat, servik) selama kebuntingan dan mencair segera sebelum partus.
Pada uterus Uterus membesar secara progresif sesuai usia kebuntingan. Ada 3 fase adaptasi uterus selama kebuntingan yaitu; 1. Proliferasi endometrium akibat pengaruh progesteron 2. Pertumbuhan uterus 3. Peregangan uterus
Pada ovaria Adanya korpus luteum kebuntingan (verum) sehingga sikius estrus terhenti.
Pada ligamentum pelvis dan symphisis pubis Terjadi releksasi sejak awal kebuntingan dan meningkat secara progresif menjelang partus.
Bentuk Dan Lokasi Uterus Bunting Pada hewan piara uterus tertarik ke depan dan ke bawah masuk ruang abdomen. Pada ruminansia uterus bunting lokasinya disebelah kanan abdomen. Pada akhir kebuntingan (sapi dan kuda) panjang fetus membentang dan diafragma sampai pelvis. Pada sapi dan kuda bentuk uterusnya tubuler memanjang, sedangkan pada babi uterusnya sangat panjang terletak pada lantai abdomen.
Posisi Fetus Dalam Uterus Pada pertengahan kebuntingan posisi fetus terletak pada sembarangan arah. Pada kebuntingan yang lanjut, posisi fetus adalah longitudinal terhadap sumbu panjang induk dalam presentai anterior dengan kepala dan kedua kaki depannya mengarah ke servik.
Universitas Gadjah Mada
14
Kuda, babi, anjing dan kucing punggung mengarah ke dinding abdomen yang kemudian merotasi menjelang partus yaitu punggungnya mengarah punggung induk.
Jumlah Fetus Dalam Uterus Pada hewan monotokosa/ unipara secara normal ovarium melepaskan satu ovum sewaktu ovulasi. Hewan Poiltokosa/muitipara biasanya melepaskan ovum lebih dari satu. Ada beberapa rstilah lainnya untuk menyebut kondisi induk seperti: Nullipara : yaitu hewan betina yang belum pernah beranak Primipara : yaitu hewan betina yang telah bunting satu kali Pluripara : yaitu hewan betina yang telah bunting lebih dan satu kali Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Fetus Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan fetus seperti: 1. Genetik : Spesies, bangsa, litter size dan genotipe 2. Lingkungan: Induk (nutrisi, size) Plasenta (aliran darah, ukuran) 3. Hormon Fetus seperti thyroid, insulin dan hormon pertumbuhan
Universitas Gadjah Mada
15
Kembar Kebuntingan kembar kadang-kadang banyak terjadi pada hewan unipara. Lebih sering pada domba daripada sapi. Pada kuda: -
kejadiannya 0,5 - 1,5 %
-
karena dobel ovulasi path han yang sama: 4 - 40 %
-
atau karena kawin pada han yang berbeda
-
tipenya dizigotik (fratenal)
-
biasanya diabortuskan pada usia kebuntingan 7 - 9 bulan
-
tingkat kematian dalam uterus cukup tinggi karena ada kompetisi fetus dalam plasenta
Pada kambing dan domba: -
kejadian : 60 — 70 %
-
kejadian kembar sebagian besar karena status nutrisi pada saat ovulasi selain karena keturunan
Pada sapi: -
Kejadian 0,5 — 4 %
-
kejadian kembar identik (monozigotik) atau fratenal (dizigotik) adalah 4 - 6 % dan 93 95%
-
Tingginya kejadian fertilitas biasanya dikaitkan dengan dobel ovulasi
-
Dari hasil studi ternyata 90 % kejadian kembar adalah bikornu, sedangkan unikornu hanya 10 %
Fremartin Fremartin adalah betina steril yang lahir kembar bersama hewan jantan. Kejadian fremartin cukup tinggi (91,4%) pada kasus kembarjantan betina.
Kejadian fremartin: -
Awalnya terjadi pada masa embrio, yaitu terjadinya anastomose dan dua aliran darah fetus. Ada dua teori tentang terjadinya fremartin.
-
Teori 1. sel-sel interstisial testis berkembang lebih dulu dan organ betina, menghasilkan androgen, lewat anastomose menuju embrio betina sehingga perkembangan kortek, ovaria dan saluran kelamin betina terhambat. Teori mi disebut teori hormonal.
-
Teori 2. akibat adanya anastomose, mungkin terjadi perpindahan sel-sel kelamin jantan (XY) ke fetus betina pada permulaan masa kebuntingan. Teori ini disebut teori seluler.
Universitas Gadjah Mada
16
-
Tandanya : ovaria kecil, uterus dan vagina tidak berkembang, vulva normal, klitoris besar dan rambut vulva tebal, anestrus, ambing kecil dan nampak seperti pejantan.
Universitas Gadjah Mada
17
Sifat Kelahiran Kembar Yang Tidak Dikehendaki Kelahiran kembar pada hewan unipara tidak dikehendaki karena: a. Angka abortus yang tinggi pada kuda : 90 % pada sapi : 30 - 40 % b. Sering berakhir dengan prematur c. Anak-anaknya lebih kecil dan lemah d. Sering menyebabkan involusi tertunda, retensi plasenta, metritis septika, kemajiran sementara dan distokia e. Produksi air susu turun dan arak beranak yang panjang
Sebab kebuntingan kembar Secara garis besar penyebab kebuntingan kembar dibedakan atas: 1. Pengaruh lingkungan a. Musim. Biasanya dikaitkan dengan perbaikan makanan b. usia induk 5 - 6 tahun biasanya kejadian kembar tinggi 8 - 12 tahun kejadian kembar rendah c. perkawinan dini post partum (perlu dibuktikan) d. pejantan e. pemberian FSH
2. Herediter a. bangsa b. perbedaan induk-pejantan dan turunannya c. kista ovaria. Jika sembuh kemungkinan kejadian kembar tinggi.
Rasio Kelamin Rasio kelamin umumnya dinyatakan sebagai persentase jantan yang lahir dan sekelompok kelahiran dalam jangka waktu tertentu. Secara teoni kelahiran jantan!betina adalah 50 %.
Universitas Gadjah Mada
18
Lama Kebuntingan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lama kebuntingan yaitu: 1. Faktor induk Sapi-sapi yang muda lebih pendek masa bunting dibanding sapi-sapi yang tua. 2. Faktor fetus a. Liter size. Fetus kembar pada monotokosa lama bunting lebih pendek. b. Jenis kelamin. Fetus jantan pada sapi dan kuda lama bunting lebih lama 1 - 2 hari daripada fetus betina. c. Fungsi adrenal dan pituitaria 3. Faktor genetik: spesies, bangsa, dan genotif fetus 4. Faktor lingkungan: nutnisi, temperatur dan musim
Kebuntingan yang diperpendek mungkin terjadi karena: a. Kembar, b. pnyakit, c. kurang gizi dan d. hormonal (PGF2 alfa)
Kebuntingan yang diperpanjang dapat karena: a. def. Yodium pada anak babi dan defisiensi vitamin A, b. progesteron c. dekapitasi fetus d. abnormalitas fetus
Pengaturan Hormon Kebuntingan Hormon yang berperan dalam pengaturan kebuntingan berasal dari korpus luteum, plasenta dan hipofisa anterior, misalnya hormon: a. progesteron (P4) -
disebut juga hormon kebuntingan
-
diperlukan untuk pertumbuhan kel. Endometrium, sekresi susu uterus, pertumbuhan endometrium, pertautan plasenta dan menghambat motilitas uterus.
b. estrogen (E) -
diperlukan untuk menambah pengaruh kerja P4
-
untuk perkembangan ambing, relaksasi ligamentum pelvis dan servik serta mensensitifican uterus terhadap oksitoksin.
c. LH -
diperlukan untuk memelihara korpus luteum
-
pada kuda (PMSG atau ECG) dip roduksi oleh endometrium cups, sedang pada wanita (HCG) diproduksi oleh korion
Universitas Gadjah Mada
19
d. Relaksin -
dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta
-
konsentrasinya meningkat sesuai usia kebuntingan
-
menyebabkan terjadinya pelunakan jaringan ikat, sehingga otot uterus meregang sehingga fetus dapat berkembang.
Level hormon progesteron dan estrogen selama kebuntingan pada hewan piara: 1. sapi : Selama kebuntingan level P4 antara 6 - 10 ng/ml. Estrogen pada 4 bulan pertama rendah, yaitu 100 pg/ml pada hari ke 140, meningkat jadi 1500- 10000 pg/ml pada hari ke 245. Prolaktin dan kortikosteroid meningkat tajam pada 24 - 48 jam sebelum partus.
2. kambing: Level P4 2 - 3 ng/ml pada usia kebuntingan 50 han, naik jadi 12 - 20 ng/ml pada hari ke 125 -130 dan turun menjadi kurang dari 1 ng/ml padasaat partus. E selama kebuntingan rendah, 50 pg/ml dan naik menjadi 100 - 400 pg/ml satu hari sebelum partus.
3. babi: Level P4 naik dengan cepat dan mencapai puncak 35 ng/ml pada hari ke 12, lalu turun 17 ng/ml hari ke 24 dan tetap stabil, menjelang partus kunang dari 1 ng/ml. E pada harii ke 24 sekitar 20 pg/ml, 100 pg/ml hari ke 90, menjadi 300 pg/ml 10 hari menjelang partus.
4. kuda: Level P4 pada hari ke 8 adalah 7,5 ng/ml, meningkat 10-15 ng/ml hari ke 20 - 120 dan turun 5-7 ng/ml dan 2 ng/ml hari ke 150 dan 180, dan tetap rendah menjelang partus. Walau demikian ada progestogens tertentu yang meningkat menjadi 8-16 ng/ml dan hari ke 180 sampai menjelang partus yang dihasilkan oleh plasenta. E sekitar 10 - 20 pg/ml sampai hari ke 80, naik menjadi 825 pg/ml hari 210, turun 370 pg/ml hari ke 300 dan 150 pg/ml mendekati partus. Jadi puncak level E yaitu pada hari ke 180 - 210 kebuntingan. Gonadotnopin kuda yaitu PMSG atau ECG diproduksi oleh endometrial cup dan mencapai puncaknya 67 lU/ml pada ke 37, kemudian turun pada hari ke 57 dan terendah pada hari ke 150 kebuntingan yaitu kurang dan 1 lU/ml. Pada kuda-kuda poni level puncak gonadotropin bisa mencapai 400 lU/ml.
Universitas Gadjah Mada
20
5. anjing: Level P4 pada saat proestrus 0,5 pg/ml, meningkat 25 30 ng/ml pada hari ke 10 dan mencapai puncaknya sekitar 40-50 ng/ml pada usia kebuntingan 20-25 hari. Pada anjing betina yang tidak dikawinkan atau yang steril, level progesteron menurun setelah 20-30 hari dan level 25-30 ng/ml menjadi 0,5 ng/ml. Pada anjing betina yang bunting, level P4 akan turun secara gradual dan puncaknya pada hari ke 25 sampai menjelang partus. Estrogen naik dari 10 pg/mI pada awal kebuntingan dan mencapai puncaknya 15 pg/mi pada hari ke 50 kemudian turun 8 pg/ml pada saat partus. Level cortisoI plasma meningkat dan 10 sampai 35 ng/ml menjelang partus.
6. kucing: Level P4 naik secara gradual dan mencapai puncaknya sekitar 35 ng/ml pada hari ke 21, turun secara gradual ke 10 ng/ml hari ke 60,5 ng/ml sebelum partus dan hanya 1 ng/ml setelah partus. Pada kucing yang pseudopregnant atau steril, level P4 mencapai puncaknya 24 ng/ml pada hari ke 2 1 setelah ovulasi dan menurun secara gradual ke 4 ng/ml hari ke 40,2 ng/ml hari ke 50 dan 1 ng/ml hari ke 63 - 65. Lama Kemampuan Reproduksi Lama kemampuan reproduksi pada hewan piara pada dasamya tergantung 2 faktor yaitu: 1. Kehidupan ternak terhenti karena kelemahan fisik akibat penyakit dan kekurangan makan karena kehilangan gigi. 2. Kegiatan reproduksi terhenti karena: organ reproduksi mengalami kerusakan.
Lama Kemampuan Reproduksi Pada -
Sapi perah : 8 — 10 th dengan masa produksi 4 — 6 anak
-
Sapi potong : 10 — 12 th dengan masa produksi 6 — 8 anak
-
Kerbau lumpur : sampai usia 12 th
-
Kuda : 1 8 — 22 th, bahkan ada yang sampai 25 — 35 th
-
Kambing dan domba : 6 — 10 th atau sampai 1 6 — 15 th.
-
Babi : 6 — 8 th, atau bisa sampai 10 — 15 th
-
Anjing dan kucing: 8 — 12 th, atau sampai 14 — 17 th
Universitas Gadjah Mada
21
Daya Reproduksi Daya reproduksi pada dasarnya dipengaruhi 2 faktor yaitu: 1. Lama kehidupan temak 2. Frekuensi kelahiran Abnormalitas Fertilitas Dan Periode kebuntingan Superfecundatio terjadi pada hewan betina yang berovulasi dua atau lebih selama periode estrus dan berkopulasi dengan dua atau lebih pejantan dan setiap ovum dibuahi oleh setiap pejantan. Sering terjadi pada multipara dan jarang pada unipara. Superfetatio terjadi pada hewan betina yang sedang bunting yang mengalami estrus, dikawinkan lagi dan terjadi konsepsi lagi.
Laktasi Laktasi adalah produksi air susu. Fungsi utamanya adalah memberi makanan pada anak-anak hewan yang baru dilahirkan. Juga memberikan antibodi bagi anak hewan yang barn dilahirkan melalui kolostrum, yang dapat diabsorbsi selama beberapa jam pertama kelahiran. Pertumbuhan kelenjar susu dan laktasi berada di bawah pengaruh hormon. Syarafsyaraf didalam puting susu dan kulit ambing memegang peranan tidak langsung pada sekresi air susu dengan menstimulir pelepasan prolaktin yang penting untuk: 1. Memulai dan mempertahankan laktasi 2. Melepaskan oksitoksin sehingga terjadi let down milk Hormon yang berperan dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan pemancaran air susu adalah: 1. Estrogen Memacu perkembangan ducti mammae (utama) 2. Progesteron dan estrogen Memacu perkembangan alveoli dan pertumbuhannya 3. Prolaktin, hormon pertumbuhan, insulin, hormon thyroid dan cortisol Sekresi air susu Adanya rangsangan (penyusuan, masase) akan menggertak pembebasan prolaktin, adanya prolaktin akan memacu laktasi. Selain itu, adanya rangsangan akan membebaskan oksitoksin dari pituitaria posterior sehingga memacu myopitel sel sekeliling alveoli dan ducti sehingga air susu memancar (let down milk). Pemancaran air susu akan terganggu/ terhenti bila hewan terkena rasa takut (stres). Akibat dan stres menyebabkan terjadinya vasokontriksi arteri/vena sehingga oksitoksin tidak mencapai sel-sel myoepitel. Universitas Gadjah Mada
22
DIAGNOSA KEBUNTINGAN
Melaksanakan diagnosa kebuntingan secara dini pada suatu peternakan sapi sangat dianjurkan dalam rangka manajemen peternakan. Pemeriksaan kebuntingan yang termurah dan praktis dapat dilakukan mulai 50 hari setelah perkawinan. Secara garis besar ada dua indikasi dalam menentukan kebuntingan yaitu; 1. Indikasi kebuntingan secara ektemal, meliputi; a. lewat catatan recording
e. adanya anestrus
b. pembesaran abdomen
f. berat badan meningkat
c. adanya gerakan fetus
g. kelenjar air susu membesar
d. gerakan sapi lambat
h. bulunya mengkilat
2. Indikasi kebuntingan secara internal. dapat dilakukan pemeriksaan secara per-rektal cara ini lebih mudah, praktis, murah dan cepat dapat dilakukan setelah 50-60 hari perkawinan. dengan cara mi dapat ditentukan adanya; -
perubahan pada kornu uteri
-
adanya kantong amnion
-
adanya penggelinciran selaput janin
-
adanya fetus
-
adanya plasentom dan fremitus
Dalam menentukan kebuntingan seringkali kita terkecoh, terutama bagi dokter hewan yang sudah lama tidak praktek atau yang belum berpengalaman. Differensial diagnosa kebuntingan yang sering adalah adanya tumor, mummifikasi fetus, pyometra, mukometra. Diagnosa kebuntingan mempunyai arti yang penting dalam; a. menentukan bunting tidaknya hewan b. menanggulangi problem infertilitas seawal mungkin c. meningkatkan efisiensi managemen
Metode diagnosa kebuntingan dengan cara; 1. deteksi fetus dengan per-rektal (PKB) atau dengan USG 2. menentukan perubahan fisik tubuh induk 3. menentukan perubahan endokrin terutama progesteron (P4)
Universitas Gadjah Mada
23
Diagnosa kebuntingan 1. Pada sapi, umumnya dengan PKB (50 — 60 hari setelah perkawinan) atau dapat dengan assay P4 (hari ke 2 1 — 24 sesudah kawin) 2. Pada kuda, umumnya dengan PKB atau dapat dengan bioassay (hari ke 40 — 120) atau dapat dengan assay kimia E (han ke 150 — 250) 3. Pada babi, dapat dengan PKB, atau dengan teknik ultrasonik (gelombang suara) dan dikenal dengan efek doppler (dilakukan pada hari ke 30), atau dengan histologi vagina (95 % ketepatannya) 4. Pada kambing dan domba, dapat dengan radiografi (setelah hari ke 55), ultrasonik (hari ke 60), laparatomi, pemenksaan abdomen dan perubahan fisik induk 5. Pada anjing, dapat dengan palpasi abdomen (setelah hari ke 40), ultrasonik --> mulai han ke 30, radiografi, pemeriksaan hematologi mulai minggu ke 3 (eritrosit, Hb dan PCV menurun dibanding normal.
Universitas Gadjah Mada
24
C. PENUTUP
Pokok bahasan kuliah ini secara keseluruhan dapat dipahami intisarinya dengan cara mahasiwa mengerjakan soal-soal berikut ini: 1. Apa yang dimaksud dengan kebuntingan, kelahiran, prematur dan stillbirth 2. Berdasarkan ukuran individu dan perkembangan janin, jelaskan tahapan periode kebuntingan 3. Jelaskan perubahan yang terjadi pada sirkulasi darah fetus setelah partus! 4. Jelaskan susunan dan fungsi membran fetus serta tipe plasenta pada ternak! 5. Jelaskan proses terjadi pengenalan kebuntingan oleh induk! 6. Jelaskan perubahan organ reproduksi pada sapi yang sedang bunting! 7. Bagaimana bentuk, lokasi dati posisi fetus dalam uterus bunting! 8. Jelaskan proses terjadinya kembar serta keuntungan dan kerugianya! 9. Jelaskan faktor yang mempengaruhi lama kebuntingan pada ternak! 10. Jelaskan pengaturan hormonal pada hewan yang bunting! 11. Jelaskan terjadinya proses laktasi dan hormon yang berperan! 12. Jelaskan indikasi kebuntingan secara ektemal dan internal, serta deferensial diagnosanya.
Agar mahasiswa dapat menilai kemampuan diri dalam memahami setiap materi yang diberikan dalam setiap pokok bahasan, maka mahasiswa harus dapat menyelesaikan soalsoal tersebut. Seandainya ada kesulitan dalam menjawab soalsoal tersebut sebaiknya didiskusikan didalam kuliah.
Kisi-kisi untuk menjawab soal diatas adalah soal 1 halaman (1), 2 (1-2), 3 (6) 4 (7-13), 5(15), 6(16), 7(17), 8(18-21), 9(22), 10(23), 11(26), 12(28).
Universitas Gadjah Mada
25