Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1 ISSN: 2338-6371, e-ISSN 2550-018X
Faktor Budaya Dalam Perawatan Ibu Nifas Cultural Factors In Treatment In The Postpartum Mother Inong Sri Rahayu¹, Mudatsir2, Kartini Hasballah3 ¹Magister Keperawatan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111 2 Bagian Mikro Biologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111 3 Bagian Neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111
Abstrak Di Aceh masih banyak para ibu melakukan perawatan nifas berdasarkan budaya dan adat istiadat khusus nya di Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara. Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan dari perawatan nifas yang dilakukan. . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi secara mendalam pengalaman ibu, manfaat, dan adat-istiadat dalam perawatan nifas di Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara. Sebuah studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif dilakukan dengan wawancara mendalam pada 10 orang partisipan yang didapatkan dengan purposive sampling. Transkripsi dianalisis dengan menggunakan content analisis untuk mengidentifikasi kategori dan tema. Penelitian ini menemukan pengalaman dalam perawatan nifas Madeung, Kusuk, pantang makan, dan minum ramuramuan proses atau cara, intensitas, durasi ,frekuensi dan manfaat dari melakukan perawatan nifas. Manfaat perawatan nifas meliputi KB tradisional, kulit menjadi cantik dan bersih, serta badan menjadi kurus. Adat istiadat dalam perawatan nifas merupakan bagian dari tradisi, keturunan dan budaya dari daerah setempat. Dimanapun mereka berada, akan ada adat istiadat tersendiri dari daerah yang sudah menjadi bagian dari budaya dalam perawatan nifas. Budaya tersebut dapat dilakukan dengan dimodifikasi atau diubah dalam praktik keperawatan tradisional yang dapat mempengaruhi terhadap budaya prilaku hidup sehat. Kata kunci: Pengalaman ibu, manfaat, adat istiadat Abstract Aceh is still a lot of mothers do postnatal care based on the culture and customs, especially in the district of Tanah Jambo Aye North Aceh District. Culture or habit is one that affects the health status of postnatal care is performed .. The purpose of this study was to explore in depth experience of the mother, benefits, and customs in postnatal care in Tanah Jambo Aye North Aceh District. A qualitative study with descriptive phenomenology approach with in-depth interviews conducted on 10 participants who were obtained by purposive sampling. Transcription was analyzed using content analysis to identify categories and themes. This study found the experience in the treatment of postpartum Madeung, muttering, to abstain from eating and drinking potions ramu- process or method, intensity, duration, frequency and the benefits of doing postnatal care. Benefits include traditional birth postnatal care, skin to be beautiful and clean, and the body become thin. Customs in postnatal care is part of the tradition, heritage and culture of the local area. Wherever they are, there will be separate from the local customs that have become part of the culture in postnatal care. The culture can be modified (culture care accommodation/negotiation) or altered (culture care representing/reconstruction) in a traditional nursing practice that can influence the behavior of healthy living culture. Key words: Mother's experience, benefits, customs
Korespondensi:
36
* Inong Sri Rahayu, Magister Keperawatan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, Email:
[email protected]
Sri, Mudatsir, Hasballah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1
meningkat menjadi 359/ 100.000 kelahiran
Latar Belakang
hidup (Kemenkes, 2014) Kesehatan
reproduksi
pada
wanita
merupakan persoalan tentang seksualitas dan
Kepercayaan dan keyakinan budaya terhadap
reproduksi yang terkait dengan pelayanan
perawatan ibu post partum, masih banyak di
pemeriksaan kehamilan, proses persalinan,
jumpai di lingkungan masyarakat. Mereka
dan pengobatan pasca persalinan. Angka
meyakini budaya perawatan ibu setelah
kematian ibu dan angka kematian bayi
melahirkan dapat memberikan dampak yang
merupakan indikator kesehatan reproduksi di
positif dan menguntungkan bagi mereka. Hal
mana di Indonesia masih tinggi dibandingkan
ini terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh
dengan negara lainnya. Penelitian sebelumnya
Andhra Pradesh pada 100 orang ibu post
diketahui bahwa faktor budaya dan sosial
partum
demografi berpengaruh terhadap tingginya
penelitiannya
di
dapatkan
banyak
angka kematian ibu dan bayi (Suryawati,
kepercayaan
dan
keyakinan
budaya
2007)
perawatan ibu post partum, di antaranya
di
daerah
Tirupati.
Dari
hasil
pembatasan asupan cairan, makanan di batasi Pada tahun 2013 WHO mencatat hampir 800
dan hanya boleh makan sayur-sayuran, tidak
(99%) wanita meninggal setiap hari akibat
boleh mandi, diet makanan, tidak boleh
komplikasi
keluar
pada
masa
kehamilan
dan
rumah,
menggunakan
alas
kaki,
persalinan dan terjadi di negara-negara
menggunakan gurita, tidak boleh tidur di siang
berkembang (WHO, 2014). Hasil Survey
hari bahkan mereka meyakini kolustrum tidak
Demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
baik untuk anak. (Bhvaneswari, 2013)
2007 menunjukkan Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Laos dan Kamboja
Perkembangan
sebagai
Angka
masyarakat merupakan suatu tanda bahwa
Kematian Ibu (AKI) tertinggi yaitu 228/
masyarakat dalam suatu daerah tersebut
100.000 kelahiran hidup dan pemerintah
telah mengalami suatu perubahan dalam
mengharapkan
angka
proses berpikir. Perubahan sosial dan budaya
tersebut dapat diturunkan menjadi 102/
bisa memberikan dampak positif maupun
100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, R.I,
negatif.
2013), namun hasil survey SDKI tahun 2012
kesehatan sangatlah
justru membuktikan sebaliknya jumlah AKI
sebagai salah satu contoh suatu masyarakat
negara
ASEAN
pada
dengan
tahu
2015
sosial
Hubungan
budaya
antara erat
budaya
dalam
dan
hubungannya,
desa yang sederhana dapat bertahan dengan 37
Sri, Mudatsir, Hasballah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1
cara pengobatan tertentu sesuai dengan
kebutuhan dalam perawatan persalinan, di
tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat
antaranya :kebutuhan akan asupan gizi, mandi
membentuk kebiasaan dan respons terhadap
selama periode melahirkan, serta perawatan
kesehatan
lainnya yang menjadi tradisi dari turun
dan
penyakit
dalam
segala
menurun di daerahnya.
masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk
tidak
kesehatan,
hanya
tapi
juga
Budaya masyarakat Aceh dalam melakukan
mempromosikan membuat
perawatan masa nifas
mereka
untuk meninggalkan rumah selama 44 hari
mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit
dan
keyakinan
bagaimana
atau
hubungannya
budaya
dengan
,disuruh berbaring pada suatu pembaringan
meluruskan yang
dianut
kesehatan
(Iqbal,
seperti; pantangan
yang ditinggikan yang dasarnya diberi batu bata panas, kakinya telentang dan dirapatkan, lengannya tidak boleh diangkat di atas kepala
2012).
serta ibunya menjaganya, seraya mengawasi Penelitian yang dilakukan oleh Sarah (2015)
supaya perempuan nifas tersebut tetap
yang berjudul “Persepsi Keamanan Budaya
mengikuti petunjuk mengenai posisi kaki dan
dalam Keperawatan Maternity pada Wanita di
cara berbaring sekali-sekali harus dirubah
Queensland “, penelitian ini menggunakan
supaya seluruh badan wanita dihangatkan.
sampel
655 wanita yang beraneka ragam
budaya
dan
bahasa
yang
berbeda
Penghangatan badan dimulai pada hari
di
sesudah
Queensland Australia. Hasil yang didapatkan
dan
penyedia
layanan
dan
berlangsung
sekurang-kurangnya 20 hari dan paling lama
50% wanita tidak memiliki pilihan untuk sarana
melahirkan
44 hari. Ibu yang baru melahirkan mandinya
selama
dibatasi agar berkeringat, karena bila ibu
persalinan dan kelahiran. Hal ini diakui bahwa
postpartum berkeringat dianggap baik untuk
beberapa wanita dengan berbagai budaya dan
proses pengeringan luka-luka jalan lahir
bahasa lebih memilih untuk dirawat dengan
(Swasono, 2005).
menggunakan keyakinan budaya atau agama yang ada di daerahnya. Kepercayaan dan adat
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis
istiadat dari budaya mereka mempengaruhi
lakukan di Kecamatan Tanah Jambo Aye
terhadap perawatan persalinan yang sudah
Kabupaten Aceh Utara,
perawatan yang
menjadi tradisi di Queensland. Keyakinan
diberikan paska melahirkan di antaranya
budaya atau suku juga dapat mempengaruhi
masih ada yang menggunakan budaya pada 38
Sri, Mudatsir, Hasballah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1
masa
nifasnya.
Masyarakat
masih
bulan Agustus 2016 sebanyak 10 orang.
mempercayai adanya beberapa pantangan
Pemilihan partisipan sebagai narasumber
makanan bagi ibu nifas, setelah melahirkan
dalam
ibu dimandikan dengan ie boh kruet (jeruk
purposive sampling yaitu dengan cara memilih
perut), diberikan ramuan daun-daunan, di
individu secara sengaja karena memiliki
letakkan batu panas di perut dipeumadeung
pengalaman dan kriteria yang sedang dalam
(disale), seluruh tubuh ibu di urut, di bagian
masa perawatan nifas.
penelitian
ini
dilakukan
secara
muka dan badan ibu di beri bedak dingin dan Tempat dan waktu penelitian
obat- obatan ramuan, ibu tidak boleh keluar rumah selama 40 hari dan masih banyak
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanah
perawatan lainnya yang diberikan setelah
Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara pada bulan
melahirkan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh
Agustus s/d September 2016.
nilai, adat istiadat, kepercayaan dan sikap dari Hasil
masyarakat yang menjadi faktor budaya dalam perawatan ibu nifas. Berdasarkan fenomena
Hasil analisa data didapatkan tiga tema yaitu:
tersebut maka penulis tertarik
(1) pengalaman ibu setelah melahirkan, (2)
untuk melakukan penelitian mengenai faktor budaya dalam
perawatan
ibu
manfaat perawatan nifas, (3) adat istiadat.
nifas di
Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh
Pengalaman ibu setelah melahirkan
Utara. Pengalaman ibu setelah melahirkan dapat Metodologi
dilihat dari 4 kategori yaitu Madeung/ Sale (Pembakaran) dan Toet Batee (bakar batu),
Desain Penelitian
Kusuk (urut/ pijat) pakai pilis, dan tapel, Penelitian penelitian
ini
menggunakan
kualitatif
dengan
Pantang makan, dan Minum ramu-ramuan
metode
pendekatan 1.) Madeung/Sale (Pembakaran) dan Toet
fenomenologi
Batee (bakar batu) Populasi dan Sampel Sale dilakukan dengan memakai arang panas Populasi pada penelitian ini adalah partisipan
yang
Ibu Nifas yang ada di Kecamatan Tanah Jambo
kemudian menggunakan tempat tidur atau
Aye Kabupaten Aceh Utara yang melahirkan di
dipan (balai-balai) yang dibuat dari kayu 39
di
taruh
pada
sebuah
tungku,
Sri, Mudatsir, Hasballah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1
atau batang bambu yang bercelah- celah,
tentang
sehingga uap dan panas bisa masuk. Dalam
berikut :
penelitian
ini
sepuluh
perawatan
pengurutan
sebagai
partisipan “..perawatannya, sudah lahir anak kecil,
mengungkapkan hal yang sama yaitu
kusuk tulang dengan kain, ambil kainnya
semua partisipan melakukan sale. Hal
diikat pada panggulnya, ditarik dua-dua
tersebut sesuai dengan pernyataan para
di rapatkan seperti itu, kemudian satu
partisipan berikut ini:
di kaki, satu di kepala dimasuk dan “..Setelah lahir anak, saya langsung
ditekan kepalanya berdiri disini satu
madeung di atas tempat tidur yang
disana satu, sudah ditahan itu sesudah
terbuat dari bambu/bale (bak trieng)’’
lahir,, iya kayak gitu,” (P9)
(P3) Semua partisipan mayoritas menggunakan Sejak hari pertama di peumadeung (disale)
parem setelah mandi. Pada seluruh bagian
dan diletakkan batu panas di perut.ibu tidur di
tubuh. parem ini di gunakan dengan cara di
atas bale yang terbuat dari bambu atau kayu
oleskan ke seluruh tubuh. Parem ini dapat
yang di bawahnya dihidupkan api.hal ini
diperoleh
bertujuan untuk membersihkan darah kotor,
wawancara dari beberapa partisipan :
mengembalikan
otot dan
dari
pasar.
Berikut
kutipan
merampingkan “..setelah melahirkan 1 hari, besok
tubuh, demikian ungkapan dari partisipan
pulang ke rumah dimandiin
sebagai berikut:
sama
mamak. Kemudian diberikan param di badan, pilis...(P4)
“Madeung sekalian bakar batu .... Bakar api dibawah, diatas perut ditaruk batu sekalian terus. Ada, waktu batunya dingin dibuka lagi kemudian dibakar lagi
3.) Pantang Makan
batunya... Pagi bakar, kemudian jam 3 Ada
bakar lagi dan magrib istirahat” (P1)
beberapa
dari
partisipan
mempertahankan untuk melakukan pantang 1) 2.) Kusuk (urut/ pijat), pakai pilis, dan tapel
makan, seperti ungkapan partisipan berikut ini:
Ketidakpuasan dilakukan sejak hari pertama melahirkan berikutnya.
dan
dilanjutkan
Pernyataan
para
selang
hari
“..Waktu saya sale, tidak boleh makan
partisipan
banyak”.. (P2) 40
Sri, Mudatsir, Hasballah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1
Pantangan yang partisipan lakukan seperti;
belum kering maka akan cepat kering.
makan
Juga supaya tidak bau badan. Ada juga
telur,
menyebabkan
sehingga terjadi
jahitannya
gatal-gatal
dan
saya beli jamu yang ada dipasar. Saya
dianggap bahwa telur adalah penyebab gatal
minum
juga
pada luka jahitan. Hal ini ditunjukkan oleh
tape..”(P4)
saya
bantu
dengan
salah satu ungkapan dari tersebut: Partisipan juga menggunakan ramuan jenis “..daging ayam dan yang tajam tajam
lainnya dalam perawatan masa nifas. Ramuan
seperti buah
tersebut ada yang menggunakan daun nilam,
nenas, ketan,
tapr...
pantang!”(P2)
daun, kates, bahan ada ramuan yang mereka beli di toko tanpa harus mengolahnya.
4.) Minum ramu ramuan
Pernyataan tersebut di atas sesuai dengan pernyataan beberapa partisipan berikut:
Semua partisipan mengkonsumsi jamu. Jamu tersebut di olah sendiri, yang ramuannya
“..udah lahir itu ambil daun kates
berasal dari kunyit. Dengan cara kunyit
ditumbuk di kasih terus,” Tujuannya
ditumbuk, disaring, kemudian air kunyit
Enak, biar tidak keluar darah putih,
tersebut di minum setiap pagi juga dibantu
panas kemudian besok pagi sudah bakar
dengan makan tape. Manfaatnya dari minum
batu itu sekali kemudian apa yang suka
air kunyit adalah apabila masih ada darah
dikasih, apa di kasih apa kunyit apa yang
kotor belum kering maka akan cepat kering.
paling pahit pun bisa itu menurut orang
Juga supaya tidak bau badan. Pernyataan
yang sanggup minum...” (P4)
tersebut di atas sesuai dengan pernyataan beberapa partisipan berikut:
Manfaat Perawatan Nifas
“..sebelum dilakukan pengasapan, saya
Proses madeung (sale, toet batee, dan
juga diminumkan jamu oleh orangtua
ramuan tradisional) bisa disebut sebagai alat
saya berupa air Kunyit.. (P9)
KB tradisional, karena dengan melakukan serangkaian proses Madeung bisa mengatur
“jamu yang saya minum kadang-kadang
jarak kelahiran karena pada zaman dahulu
dibuat sendiri oleh mama saya. Yaitu ibu
belum ada program KB yang modern seperti
kunyit ditumbuk, diperas. Kemudian
sekarang. Dalam penelitian ini ada beberapa
saya minum untuk badan juga untuk
partisipan mengungkapkan hal yang sama
apabila masih ada darah kotor saya
yaitu mengatur jarak kehamilan. Adapun 41
Sri, Mudatsir, Hasballah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1
ungkapan dari partisipan yang berkaitan
yang berkaitan dengan hal tersebut adalah
dengan hal di atas adalah sebagai berikut :
sebagai berikut:
“jarak anak jadi jauh, tidak dekat antara
“...bagi mamak saya itu udah keturunan
umur anak yang pertama dengan yang
harus ada, misalnya kayak hari itu hari
ke dua...” (P3)
panas saya tidak sanggup tidur tidak boleh sama mamak harus tidur, bakar
Selain mengatur jarak kehamilan, di temukan
batu juga...”(P2)
pula manfaat lainnya seperti tubuh menjadi
nenek moyang kita dulu, dan sudah
seperti semula, badan terasa enak, kurus, kulit menjadi
lebih
bersih,
lebih
kuat
“..sampai
menjadi tradisi budaya daerah ini..”(P4)
dan
“..budaya kita, turun menurun dari
bertambah cantik. Hal ini sesuai yang
nenek dulu..”(P7)
disampaikan oleh partisipan berikut. PEMBAHASAN “ kalau udah sampai 40 hari bersih lagi, kan udah cantik, bersih seperti semula.
Semua partisipan melakukan Madeung dan
Kata orang-orang , “cantik kali orang
Toet Batee. Cara ini bukan suatu hal yang
kalau udah madeng..” (P9)
asing dalam kehidupan masyarakat Aceh yang baru selesai melahirkan, khususnya di daerah
“.. itu kebiasaan orang zaman dulu, enak
Tanah Jambo Aye. Cara pengobatan Madeung
badan biar kuat kalau jalan ke sawah,
dan sale , diyakini bisa mengeringkan
memang orang kami orang pergi ke
peranakan, tubuh menjadi kurus atau singset,
sawah...” (P1)
dapat mengecilkan perut, dapat mengatur jarak kelahiran dan membuat ibu menjadi
Adat Istiadat dalam perawatan nifas
cantik serta membuat tubuh menjadi harum. Partisipan dalam penelitian ini berasal dari dan latar sosial budaya yang
Penelitian ini di dukung oleh Deri (2009)
sama. Nilai yang diyakini oleh para partisipan
terkait tradisi badapu di Kabupaten Aceh
dalam penelitian ini adalah sama yaitu
Singkil, dimana setiap ibu nifas diharuskan
mewarisi adat istiadat dan budaya daerah
melakukan tradisi badapu. Tradisi badapu ini
setempat dalam melakukan perawatan nifas.
telah berlangsung secara turun temurun dari
satu daerah
sejak dulu sampai sekarang. Ada beberapa
Adapun ungkapan dari sepuluh partisipan
ritual yang harus dijalankan ibu nifas saat menjalankan 42
tradisi
badapu,
yaitu
Sri, Mudatsir, Hasballah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1
memanaskan tubuh ibu pada pagi dan sore
menurunkan
tekanan
hari dengan nyala api tungku; memulihkan
menambah
perdarahan
kondisi
menyebabkan dehidrasi (Prawirohardjo A,
perut
ibu
setelah
melahirkan
darah
ibu
juga
dan dapat
2002).
menggunakan batu bata atau kelapa muda yang sudah dipanaskan di tungku lalu
Madeung
dibungkus dengan kain dan daun mengkudu,
dan
Toet
Batee
merupakan
perawatan budaya nifas yang dilakukan oleh
lalu diletakkan di atas perut ibu, setelah
masyarakat Aceh khususnya di Kecamatan
dingin dipanaskan kembali; memulihkan alat
Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara.
genital ibu dengan menggunakan batu kerikil
Perawatan ini dapat memberikan manfaat
kecil kira-kira sebesar bola pimpong yang
bagi ibu nifas yang meyakini bahwa dengan
dipanaskan dalam abu tungku, lalu dibungkus
melakukan Madeung dan Toet Batee dapat
dengan kain dan daun kunyit kemudian
mempercepat
ditempelkan pada vagina, setelah dingin
persalinan,
dipanaskan kembali. Pada masyarakat suku
pemulihan
masa
pasca
membersihkan
darah
kotor,
mengembalikan
Aceh yang sedang masa nifas, ibu-ibu nifas
otot dan
merampingkan
tubuh. Jika dipandang dari segi kesehatan
memakai batu hangat dan sale. Ini dianggap
tradisi ini sangat baik untuk dipertahankan.
untuk mempercepat proses perut kecut dan
Perencanaan dan implementasi dari Teori ini
kempes, kemaluan rapat kembali. Dan juga untuk menghangatkan badan. Hal ini tidak
sangat relevan dan diterapkan secara nyata
sesuai dengan pernyataan Edjun (2002) yang
dalam praktek keperawatan, karena teori ini
menyatakan bahwa mandi tradisional yang
sesuai dengan budaya perilaku hidup sehat.
dilakukan
dengan
pemanasan
atau
Budaya yang terkandung di dalamnya banyak
menduduki sesuatu yang panas, sehingga
bernilai positif, terutama dalam hal yang
menimbulkan
menyangkut kesehatan. Selain itu perlu
efek
yang
dapat
membahayakan kesehatan ibu, seperti duduk
dilakukan negosiasi dan modifikasi (Culture
di atas bara yang panas atau melakukan
Care
Accommodation/
negotiations)
pemanasan dapat menyebabkan vasodilatasi,
perawatan Madeung dan Toet Batee dalam
menurunkan tekanan darah, bahkan bisa
peningkatan asupan cairan sehingga tidak
merangsang
menyebabkan terjadinya dehidrasi pada ibu
pendarahan,
serta
dapat
menyebabkan dehidrasi pada ibu postpartum (Edjun, 2002). Duduk panas dapat
diatas bara
menyebabkan
nifas.
yang Mayoritas
vasodilatasi, 43
masyarakat
Aceh
melakukan
Sri, Mudatsir, Hasballah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1
pengurutan pada seluruh tubuh mereka. Hal
menyatakan
ini
lelah
satunya mengandung pala, senyawa kimia
mereka berkurang dan memperbaiki uterus
buah pala terdapat di kulit, daging, dan
agar
normal.
daging buah pala, sedangkan bunga pala
yang
mengandung minyak atsiri, zat samak dan
Prawirohardjo (2002),
zat pati, sedangkan dari bijinya sangat tinggi
keluhan wanita bahwa “kandungan turun”
kandungan minyak atsiri, saponin, miristisin,
setelah
elemisi, enzimlipase, pectin,
dipercaya
berguna
kembali ke
Pendapat
ini
agar
ukuran sesuai
dikemukakan oleh
melahirkan,
ligament, fasia,
rasa
yang dengan
dikarenakan
oleh
bahwa
ramuan
pilis
salah
lemonenade
jaringan penunjang alat
asam oleanolat, namun manfaat dari buah
genetalia menjadi agak kendor. Tidak jarang
pala. Ini adalah untuk membantu mengobati
ligamentum rotundum menjadi kendor yang
masuk
mengakibatkan uterus jatuh ke belakang.
kesehatan mata (Musbikin, 2005).
angin,
bukan
untuk
menjaga
Pada waktu hamil dapat terjadi perubahan Berdasarkan
besar pada otot rahim, yang mengalami pembesaran
ukuran
karena
mayoritas
pembesaran
karena
pertambahan
jumlah
dan
perkembangan
kencur
janin
hanya
30
secara
berangsur
memakai
parem,
berkhasiat
untuk
berikut
(kaempferia tumbuhan
:kandungan
galanga)
yang
Zingiberaceae,
empon yang mempunyai daging buah paling
gram. Setelah
lunak
dan
tidak
berserat,
merupakan
tanaman kecil yang tumbuh subur di daerah
disebut ‘involusi” (kembalinya rahim ke semula)
dilakukan
digolongkan sebagai tanaman jenis empon-
persalinan terjadi proses sebaliknya yang
ukuran
parem
merupakan
2500 gram. Berat rahim menjadi sekitar 1 kg, semula
nifas
dengan pernyataan
sampai cukup bulan dengan berat lebih dari
yang
yang
mencegah masuk angin, hal tersebut sesuai
selnya
(hyperplasia). Sehingga dapat menampung pertumbuhan
ibu
pemakaian
selnya (hepertrofi) dan pembesaran ukuran
penelitian
dataran rendah atau pegunungan
otot
yang
tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak
rahim mengecil kembali, sampai seberat
air, banyak dikenal sebagai tanaman yang
semula pada minggu ke-7 (42 hari).(Bandiyah,
berguna untuk
2009)
mencegah masuk angin
(Mursito, 2001). Pemakaian pilis yang digunakan masyarakat Perawatan nifas dengan melakukan urut atau
Aceh tidak sesuai dengan pernyataan yang
pijat , memakai pilis, parem dan tapel adalah
dikemukakan oleh Musbikin (2005) yang
merupakan 44
perawatan
yang
dapat
Sri, Mudatsir, Hasballah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1
memberikan manfaat kesehatan bagi ibu nifas
dianjurkan harus mengkonsumsi sayuran.
terhadap budaya perilaku hidup sehat. Sejak
Anjuran ini, ibu menjadi lebih sehat dengan
hari pertama sampai dengan hari ketiga
mengkonsumsi banyak sayur-sayuran. Jenis
seluruh tubuh ibu di urut, dalam upaya
makan yang dilarang oleh ibu nifas yaitu;
membersihkan darah kotor dan melancarkan
telur, daging, ikan laut dan lele, keong, daun
ASI. Selama dalam perawatan nifas ibu juga
lembayung, buah pare, nenas, gula merah,
diolesi tapel, pilis, dan parem. Hal ini
dan makan yang berminyak. Dari segi
bertujuan untuk menghaluskan muka, tubuh
kesehatan, hal ini perlu dilakukan perubahan
dan mengencangkan kulit. Perencanaan dan
(Culture
implementasi dari Teori ini sangat relevan dan
dalam perawatan budaya terhadap pantang
diterapkan
makan
secara nyata
dalam praktek
Care
,
Re-patterning/Restructuring)
karena
dapat
mempengaruhi
keperawatan, karena teori ini sesuai dengan
terhadap gizi ibu dan mempengaruhi ASI
budaya perilaku hidup sehat.
dalam pemenuhan kebutuhan bayi.
Budaya yang terkandung di dalamnya banyak
Menurut
bernilai positif, terutama dalam hal yang
masalah gizi yang terjadi sebagian besar
menyangkut kesehatan. Selain itu perlu
dikarenakan
dilakukan negosiasi dan modifikasi (Culture
kepercayaan yang keliru di mana-mana. Ada
Care
hubungan antara makanan dan kesehatan
Accommodation/
negotiations)
Foster
dan
Anderson
adanya
(2006),
kepercayaan-
perawatan pijat, pemakaian pilis dan tapel.
dengan
kepercayaan-kepercayaan,
Pemijatan harus dilakukan dengan benar
pantangan-pantangan dan upacara-upacara,
sehingga peredaran darah ibu menjadi lancar.
yang mencegah orang memanfaatkan sebaik-
Pilis dan tapel juga harus dilakukan uji coba
baiknya makanan yang tersedia bagi mereka.
terlebih dahulu sehingga tidak merusak kulit
Kekurangan gizi disebabkan oleh kebiasaan-
dan menyebabkan alergi.
kebiasaan makanan yang buruk tersebut. Hal ini merupakan tugas yang sangat sulit untuk
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
diatasi,
dua dari partisipan melakukan pantang
menentang
makan, mereka memakan sedikit dan setiap
dilakukan
pagi minum segelas sari pati kunyit yang
karena
kebiasaan
terhadap dibanding
makanan
perubahan
yang
kebiasaan-kebiasaan
lainnya. Hambatan-hambatan budaya yang
berkhasiat untuk ibu dan anak supaya tidak
terjadi seperti di Haiti yaitu kepercayaan
masuk angin, menguatkan tubuh dan upaya menjarangkan kelahiran. Ibu pada masa nifas 45
Sri, Mudatsir, Hasballah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1
terhadap patologi humoral, yang sangat
Makanan yang boleh dikonsumsi seperti ikan
membatasi makanan para ibu menyusui.
segar yang pengolahannya dengan cara digoreng kering, dibakar atau digongseng,
Berdasarkan studi yang dilakukan Wilson di
sedangkan jenis sayuran yang bisa dikonsumsi
Desa RuMuda, di timur laut Malaysia,
seperti; daun singkong, daun pepaya yang
disimpulkan bahwa setelah melahirkan wanita
dimasak dengan cara direbus.
Melayu mulai membatasi makanan dengan cara mengurangi konsumsi sayur dan buah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Hal
baru
Rismawanti dan Yulidawati (2012) bahwa ibu
melahirkan dianggap sangat peka terutama
nifas di Klinik Bersalin Khairunisa Riau yang
terhadap dingin yang berasal dari udara atau
mengkonsumsi
makanan
semua
seimbang dapat mempercepat penyembuhan
makanan dingin dilarang selama 40 hari pada
luka perinium, karena salah satu faktor yang
periode
pemanasan
setelah
mempengaruhi luka perinium adalah status
Wanita
yang
melahirkan
ini
disebabkan
yang
makanannya
wanita
dingin.
baru hanya
yang
Sehingga
pada
melahirkan.
telur,
makanan
dengan
gizi
dibatasi
gizi yang selain faktor lingkungan, tradisi,
madu,
pengetahuan, sosial ekonomi dan petugas kesehatan.
gandum, tapioka, pisang yang dimasak, ikan panggang, lada hitam dan kopi. Pada masa
Partisipan dalam penelitian ini menunjukkan
nifas ini, mereka menolak mengkonsumsi
bahwa mayoritas ibu-ibu nifas suku Aceh
buah-buah dingin, sayuran dan ikan beracun,
minum
akan dibuatkan resep atau menu khusus (Elroy,
1996).
Sedangkan
bagi
kesehatan dan kecantikan juga memperlancar produksi ASI.
ayam, mentega, beras, cabe, ayam, sarden, susu sapi, buah-buahan, kentang, ubi rambat
Budaya
dan kacang mete (Fieldhouse, 1995)
memilih-milih
ramu-ramuan
dalam
banyak bernilai positif, terutama dalam hal yang menyangkut kesehatan. Budaya dan
partisipan yang tidak melakukan pantang
tanpa
minum
perawatan nifas yang terkandung di dalamnya
Pada penelitian ini didapatkan ada delapan
makanan
sesuai
kandungan ramu-ramuan untuk menjaga
harus dihindarkan, seperti: daging biasa, telur
mengkonsumsi
ini
Mursito (2001) yang mengemukakan bahwa
masa nifas, ada makanan-makanan yang
Mereka
hal
dengan pernyataan yang dikemukakan oleh
wanita
Tamilnad, setelah melahirkan, selama 41 hari
makan.
ramu- ramuan,
adat istiadat setempat membantu perawat
semua
dalam menyusun rencana keperawatan dan
makanan. 46
Sri, Mudatsir, Hasballah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1
menggolongkan nilai-nilai kesehatan dalam
proses
praktik keperawatan tradisional yang dapat
lingkungan alam maupun lingkungan sosial.
dipertahankan
Dengan kata lain, hubungan antara manusia
(culture
care
belajar
dari
lingkungan,
lingkungannya
baik
preservation/maintenance) dan Perawatan ini
dengan
dapat memberikan manfaat bagi ibu nifas
kebudayaan yang dimilikinya. Dilihat dari segi
dapat menambah darah dan membersihkan
ini, kebudayaan dapat dikatakan bersifat
darah kotor serta menjaga kesehatan dan
adaptif karena melengkapi manusia dengan
kecantikan
cara-cara menyesuaikan diri pada kebutuhan fisiologis
Berdasarkan hasil penelitian dari manfaat
bahwa
hal
ini
dampak positif bagi para
diri
mereka
oleh
sendiri,
penyesuaian pada lingkungan yang bersifat
perawatan nifas yang dilakukan partisipan didapatkan
dari
dijembatani
fisik geografis maupun lingkungan sosialnya.
memberikan
Kenyataan
partisipan untuk
bahwa
banyak
kebudayaan
bertahan malah berkembang menunjukkan
menjalankan budaya perawatan nifas. Banyak
bahwa
manfaat yang mereka dapatkan di antaranya
kebiasaan-kebiasaan
dikembangkan
tubuh terasa nyaman, tampak singset, kulit
oleh
suatu
yang masyarakat
disesuaikan dengan kebutuhan- kebutuhan
menjadi lebih putih, peranakanpun cepat
tertentu
membaik dan salah satu hal yang terpenting
dari lingkungannya.
Kebiasaan
atau kelakuan yang terpolakan yang ada
adalah dapat mengatur jarak kehamilan.
dalam
masyarakat
tertentu
Perencanaan dan implementasi dari Teori ini
penyesuaian
sangat relevan dan diterapkan secara nyata
lingkungannya, tetapi cara penyesuaian itu bukan
dalam praktek keperawatan, karena teori ini
berarti
masyarakat
merupakan
mewakili
terhadap
semua
cara
sesuai dengan tradisi di Kecamatan Tanah
penyesuaian yang mungkin diadakan oleh
Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara
masyarakat lain dalam kondisi yang sama.
perawatan terhadap
ibu
nifas
budaya
yang
perilaku
dalam
Dengan kata lain, masyarakat manusia yang
berpengaruh hidup
berlainan mungkin akan memilih cara-cara
sehat.
Budaya yang terkandung di dalamnya banyak
penyesuaian yang berbeda terhadap keadaan
bernilai positif, terutama dalam hal yang
yang sama. Kondisi seperti itulah yang
menyangkut kesehatan.
menyebabkan
timbulnya
budaya (Mudji , 2006). Kebudayaan bukan sesuatu yang dibawa bersama kelahiran, melainkan diperoleh dari 47
keanekaragaman
Sri, Mudatsir, Hasballah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1
Adat istiadat merupakan tata kelakuan yang
masih adanya pengaruh budaya yang turun
kekal dan sudah turun-temurun dilakukan
temurun masih dianut sampai saat ini
masyarakat. Dalam hal ini partisipan dalam Kesimpulan
penelitian ini tidak bisa dipisahkan dari adat istiadat setempat, karena di manapun mereka
Berdasarkan hasil penelitian dari manfaat
berada akan ada adat istiadat tersendiri dari
perawatan nifas yang dilakukan partisipan
daerah tersebut, yang tanpa terkecuali semua
didapatkan
bahwa
hal
ini
memberikan
masyarakat juga mengikuti hal-hal tersebut
dampak positif bagi para
karena bagi mereka itu harus dilakukan.
menjalankan budaya perawatan nifas. Banyak
Mudji, (2006) Kebiasaan atau kelakuan yang
manfaat yang mereka dapatkan di antaranya
terpolakan yang ada dalam masyarakat
tubuh terasa nyaman, tampak singset, kulit
tertentu merupakan penyesuaian masyarakat terhadap
lingkungannya,
tetapi
partisipan untuk
menjadi lebih putih, peranakanpun cepat
cara
membaik dan salah satu hal yang terpenting
penyesuaian itu bukan berarti mewakili
adalah dapat mengatur jarak kehamilan
semua cara penyesuaian yang mungkin diadakan oleh masyarakat lain dalam kondisi
Dalam penelitian ini, didapatkan adat istiadat
yang sama.
dari daerah setempat tidak bisa dipisahkan dari
Faktor budaya dalam perawatan ibu nifas di
didapatkan
bahwa
budaya
perawatan
nifas,
karena
dimanapun mereka berada akan ada adat
Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara
budaya
istiadat tersendiri dari daerah tersebut, yang
atau
tanpa terkecuali semua masyarakat juga
kebiasaan yang terjadi di daerah tersebut
mengikuti
sudah menjadi bagian dari adat istiadat dalam
mereka itu harus dilakukan
hal-hal
tersebut
karena
bagi
masyarakat yang dapat mempengaruhi status kesehatan mereka. Di antara kebudayaan maupun adat-istiadat dalam masyarakat ada yang
menguntungkan
dan
ada
yang
merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang
Referensi
menyebabkan berbagai aspek kesehatan di Anderson, E.T & McFarlene, J. (2006) Buku ajar keperawatan komunitas teori dan praktek ed-3. (Yudha, E.K, Terjemahan). Jakarta: EGC
negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau kurangnya perhatian dari instansi kesehatan , antara lain
48
Sri, Mudatsir, Hasballah/ Jurnal Ilmu Keperawatan (2017) 5:1
Deri, F. (2009): Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil. Dibuka Pada Situs
kabupaten Jepara. Diakses pada Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol 2 Swanson, K. M., & Wojnar, D. (2007). Phenomenology: an exploration. Journal of Holistic Nursing . 2007; 25; 172
http://repository.usu.ac.id/handle/12345 6789/6953
Endjun, J. J. ( 2002). Mempersiapkan Persalinan Sehat. Jakarta: Puspaswara
Swasono, F, M. ( 2005). Kehamilan, kelahiran, perawatan ibu dan bayi dalam konteks budaya. Jakarta : UIPress
Fieldhouse, P. (1995). Food and Nutrition. New York: Chapman & Hall Iqbal, W. M., Nurul, C.,Iga, M. (2012). Ilmu sosial budaya dasar kebidanan. Jakarta: EGC
WHO.
KEMENKES.R.I. (2014), Profil kesehatan Indonesia tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(2014). Media center: maternal mortality, Diakses dari http://www.who.int/gho/maternal.he alth/en/
Wilson, C. (1980). Food ecology and culture. New York, London, Paris: Gordon and Breach Science Publishers
Masbukin, I. (2006). Persiapan menghadapi persalinan. Yogyakarta: Mitra Pustaka Mas’dah. (2010). Hubungan antara kebiasaan berpantang makanan tertentu dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Jurnal Penelitian kesehatan suara Forikes. Surabaya Prawirohardjo, (2006). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Riskawahyuningsih. (2014). Faktor sosial budaya dan ekonomi yang mempengaruhimasanifas. Dibuka Pada Situs htpp:/bidanriskawahyuningsih.wordpr ess.com/2014/10/17. Sarah, M . , & Yvette D, M. (2015). Perceived safety, quality and cultural competency of maternity care for culturally and linguistically diverse women in Queensland. J. Racial and Ethnic Health Disparities (2016) 3:83–98 Suryawati, C. (2007). Faktor sosial budaya dalam praktik keperawatan kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. (studi di kecamatan Bangsari, 49