FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG

Download Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan factor penentu bagi mutu dan citra rumah sakit di mata pasien, ... pendidikan (p=0.263) deng...

0 downloads 465 Views 66KB Size
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR THE FACTORS RELATING TO NURSE WORK IN HOSPITAL WARD OF BHAYANGKARA MAKASSAR

Inriyani Mathius1, Ariyanti Saleh2, Werna Nontji3 1.

2.

RS Bhayangkara Makassar Bagian Keperawatan Fak.Kedokteran Universitas Hasanuddin 3. Bagian Keperawatan Fak Kedokteran Universitas Hasanuddin

Alamat Koresponden Inriyani Mathius Makassar, Sulawesi Selatan RS Bhayangkara Makassar HP: 081342793542 Email : [email protected]

Abstrak Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan factor penentu bagi mutu dan citra rumah sakit di mata pasien, keluarga, dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat di ruang rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional dengan pendekatan “Cross Sectional Study”, yang dilaksanakan di ruamg rawat inap Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Sampel yang diambil adalah perawat sebanyak 94 orang yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel secara Purposive Sampling. pengumpulan dilakukan dengan membagikan kuesioner dengan uji hubungan fisher exact test. Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan pendidikan (p=0.263) dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar dan ada hubungan motivasi (p=0.000), fasilitas (p=0.000) dan intensif (p=0.000) dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Kata kunci : kinerja perawat

Abstract Nursing care in the hospital is a determinant factor for the quality and image in the eyes of hospital patients, families, and communities. This study aims to determine the factors associated with the performance of nurses on wards at Macassart Police Hospitals. This study uses an observational study with a “Cross Sectional Study”, conducted in inpatient room Macassart Police Hospitals. Samples taked are as many as 94 nurses who according to the inclusion and exclusion criteria. Sampling is purposive sampling. Collection is done by distributing questionnaires to test the relationship fisher exact test. The results showed no association of education (p=0,263) length of emloyment (p=0,884) and married status (p=0,469) with the performance of nurses in Macassart Police Hospitals motivation and no relationship (p=0,000), facilities (p=0,000) and intensive (p=0,000) with the performance of nurese in Macassart Police Hospitals. Keywords: nurse performance

PENDAHULUAN Rumah sakit merupakan suatu layanan masyarakat yang penting

dibutuhkan dalam

upaya pemenuhan tuntutan kesehatan. Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan, kegiatan perawatan mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Salah satu factor yang mendukung keyakinan di atas ini adalah kenyataan yang dapat dilihat di unit pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, dimana tenaga kesehatan yang selama 24 jam harus berada di sisi pasien adalah perawat (Sumiyati, 2006). Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan keperawatan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan giat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsiko social dan spritual, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Hidayat, 2009). Kinerja merupakan hasil kerja selama periode tertentu di bandingkan dengan berbagai kemungkinan misalkan standar,

target/sasaran atau kriteria yang telah disepakati bersama.

Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan factor penentu bagi mutu dan citra rumah sakit di mata pasien, keluarga, dan masyarakat. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang sangat penting. Beberapa penelitian terdahulu dalam Juliani (2007), Pengaruh Motivasi

Intrinsik

terhadap kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan menyatakan bahwa tidak ada pengaruh prestasi terhadap kinerja perawat. Sedangkan menurut Wijaya (2010), kompetensi perawat baru membetuk perawat baru memiliki penampilan kerja professional sehingga perlu di terapkan untuk orientasi perawat baru. Menurut Nurbaya K. (2012), memperoleh hasil analisis statistic di peroleh kinerja yang tidak baik sebesar 37.6%. Hasil analisis bivariat menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara factor imbalan (p=0,000), kepemimpinan (p=0,000), pendidikan dan pelatihan (p=0,037) dan pemberian intensif (0,037)terhadap peningkatan kinerja. Keperawatan sebagai profesi merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang berbentuk pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang berbentuk pelayanan biopsikososial dan spritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup kehidupan manusia (Hidayat, 2009). Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien, maka seorang perawat hendaknya mengacu pada Proses keperawatan dalam

mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang optimal, melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana asuhan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2009). Kinerja perawat adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, tidak melanggar hukum, aturan serta norma dan etika, dimana kinerja yang baik memmberikan kepuasan pada pengguna jasa. Untuk aktivitas seorang perawat adalah mengumpulkan data kesehatan mengenai pasien, membuat diagnosis menurut ilmu keperawatan, menetapkan tujuan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan serta evaluasi terhadap perawatan (Jeles A. 2009). Pada umumnya kendala kinerja meliputi tiga faktor yaitu faktor kemampuan, faktor motivasi, faktor sistem/situasi. Motivasi adalah tingkat keinginan atau dorongan perawat dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai perawat dengan kriteria objketif. Insentif adalah pendapat responden tentang balas jasa yang diterima berkaitan dengan penerapan standar asuhan keperawatan dengan kriteria objektif. Fasilitas

adalah pendapat responden tentang

sarana

penunjang dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya sebagai perawat dengan kriteria objektif. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan kepada seseorang terhadap sesuatu hal agar dapat dipahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang diperkenalkan ( Notoatmodjo, 2007 ). Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat di ruang rawat inap di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

BAHAN DAN METODE Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Jenis penelitian Cross Sectional Study yaitu desain penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel dimana variabel independen dan variabel dependen diidentifikasi pada satu satuan waktu, unntuk mengetahui

faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayankara Makassar. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014 di di rumah sakit Bhayangkara Makassar, di ruang rawat inap. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian adalah seluruh perawat pelaksana Polri dan PNS yang bertugas di ruang rawat inap sebanyak 329 orang. Sedangkan Sampel merupakan bagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi dan berdasarkan kritria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan yaitu 94 sampel. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Data terdiri dari 2 yaitu, data primer yang diambil langsung dari responden yang meliputi data diri dari responden melalui kuesioner yang dijawab oleh responden, dimana dalam kuesioner yang berisi pertanyaan yang menggali aspek yang berkaitan dengan pengaruh supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan asuhan keperawatan di ruang rawat inap. Analisis Data Setelah dilakukan pengumpulan data secara manual selanjutnya data diolah dengan bantuan komputerisasi menggunakan uji statistic yaitu analisis Multivariat dilakukan untuk variabel tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat untuk melihat distribusi beberapa variabel yang dinggap terkait dan menggunakan uji chi-square (X2) dengan kemaknaan ≤ 0,05.

HASIL Analisis Bivariat Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 63 dari tingkat pendidikan DIII Keperawatan sebagian besar dengan kinerja perawatan yang cukup yaitu 54 atau 57.4% sedangkan kierja perawat yang kurang ada 9 ata 9.6%, sedangkan dari tingkat pendidikan Ners ada 6 atau 6.4 dengan kinerja perawat yang cukup sedangkan 2 atau 2.1% dengan kinerja perawatan yang kurang. Uji hubungan dengan Fisher Exact didapatkan nilai p = 0.263 > nilai α

=0.05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Tabel 2 menunjukan bahwa dari 82 atau 87.2% perawat dengan motivasi yang baik semua mempunyai kinerja yang cukup sedangkan dari 12 atau 12.8% perawat dengan motivasi yang kurang semua mempunyai kinerja kerja yang kurang. Uji hubungan dengan Fisher Exact didapatkan nilai p = 0.000< nilai α =0.05 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Tabel 3 menunjukan bahwa dari 82 atau 87.2% perawat yang menyatakan insentifnya baik semua memiliki kinerja perawat yang cukup sedangkan dari 12 atau 12.8% perawat yang menyatakan insentifnya kurang, semua memiliki kinerja kerja yang kurang. Uji hubungan dengan Fisher Exact

didapatkan nilai p = 0.000< nilai α =0.05 menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara insentif dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Tabel 4 menunujukkan bahwa dari 81 atau 86.2% perawat yang menyatakan fasilitas Rumah Sakit Bhayangkara baik semuanya memiliki kinerja perawat yang cukup sedangkan dari 13 atau 13.8% perawat yang menyatakan fasilitas Rumah Sakit Bhayangkara kurang, hanya 1 atau 1.1% yang memiliki kinerja perawat yang cukup. Uji hubungan dengan Fisher Exact didapatkan nilai p = 0.000< nilai α =0.05 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara fasilitas dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Analisis Multivariat Memperhatikan hasil analisis pada tabel 5 menunjukkan bahwa korelasi dari variabel independen (Pendidikan, Fasilitas, motivasi dan insentif) yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja perawat secara bivariat, ternyata setelah diuji multivariate.

PEMBAHASAN Berdasarakan hasil penelitian ini dapat dilakukan pembahasan secara sistematis Yaitu Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan perawat di Ruang Rawat Inap RS. Bhayangkara adalah D III sebanyak 67 orang (67,0%) dan S1 Ners sebanyak 31 orang (33,0%), hal ini berarti tingkat pendidikan perawat tidak mendukung peningkatan kinerja perawat, akan tetapi berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai þ= 0,263 yang berarti tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kinerja perawat. Pendidikan merupakan suatu indikator

yang mencerminkan kemampuan sesorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan, dengan latar belakang seseorang dianggap mapu menduduki suatu jabatan tertentu. Salah satu faktor yang berperan dengan kinerja perawat dalam penelitian ini adalah motivasi kerja perawat. Hasil penelitian ini menenunjukkna bahwa sebagian besar responden dengan motivasi cukup sebanyak 82 orang ( 87,2%), dan motivasi kurang sebanyak 12 orang (12,8%). Dengan demikian nilai þ = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa “ Ada hubungan motivasi dengan kinerja perawat“. Motivasi sangat berhubungan dengan kinerja perawat. Hal ini bertentangan dengan penelitian Samsualam dkk., ( 2008), bahwa tidak ada hubungan yang signifikan motivasi dengan kinerja. Faktor lain yang juga berperan dalam kinerja perawat adalah fasilitas kerja. Fasilitas adalah suatu alat atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Fasilitas sebagai kompensasi pelengkap dimaksudkan untuk menciptakan kenyamanan dalam bekerja juga memberi manfaat bagi pemberi kompensasi atau perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang merasa fasilitas kerja di Rumah Sakit cukup sebanyak 81 orang (86,2%) dengan nilai þ = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara fasilitas kerja dengan kinerja perawat di RS. Bhayangkara Makassar. Tidak ada hubungan fasilitas Rumah Sakit dengan kinerja SDM. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu faktor lain yang mampu mempengaruhi kinerja karyawan. Lingkungan kerja yang baik dalam arti sempit tempat / lokasi kerja aman, nyaman, bersih dan tenang, peralatan yang baik, teman sejawat akrab, pimpinan yang pengertian akan memberikan kepuasan karyawan. Faktor yang juga bisa berperan dalam kinerja perawat adalah insentif / reward yang diterima. Hasil penelitian menunjukkan responden yang mendapatkan insentif tinggi sebanyak 82 orang (87,2%), dengan nilai þ = 0,000, hal ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara insentif yang diterima dengan kinerja perawat. Insentif merupakan salah satu faktor organisasi yang dapat mempengaruhi kinerja perawat dalam melaksanakan tugasnya. Pada penelitian ini peneliti berasumsi bahwa bagi responden sebagai pegawai atau perawat pelaksana menganggap insentif sangat berpengaruh terhadap kinerja khususnya dalam hal proses pelaksanaan asuhan keperawatan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian. yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara imbalan dengan kinerja. Hal ini bisa terjadi sesuai dengan pendapat Maslow bahwa manusia pada hakikat nya memiliki

kebutuhan ego atau penghargaan seperti pada kebutuhan untuk dihormati, dihargai, dan meiliki status prestasi / reputasi dan menurut Herzberg dalam teori motivasinya bahwa pengakuan dari seorang pimpinan atas keberhasilan perawat melakukan suatu pekerjaan sangat penting seperti dengan menyatakan keberhasilan langsung atas pekerjaan yang dilakukan memberikan piagam penghargaan dan lain-lain

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Tidak ada hubungan pendidikan dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Ada hubungan motivasi dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Ada hubungan fasilitas dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Ada hubungan intensif dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Faktor yang paling dominan adalah motivasi dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Saran dari penelitian ini adalah Perlu peningkatan sarana penunjang yang memadai terutama alat dan bahan yang digunakan dalam proses keperawatan.sehingga kinerja perawat dapat lebih ditingkatkan. Perlunya penetapan kebijakan tentang insentif perawat sehingga dapat meningkatkan kinerja perawat. Perlu ditingkatkan pengawasan dalam bidang keperawatan sehingga dapat meningkatkan motivasi perawat.Perlu di lakukan penelitian lebih lanjut tentang berbagai faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat di Rumah Sakit.

DAFTAR PUSTAKA Hidayat Alimul Azis, (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta. Jeles A. (2009). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Mutu Pelayanan Di Rsud Dr.M. Haulussy Ambon (online) pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/83b0d408087e2.pdf, diakses tanggal 19 Agustus 2013. Juliani. (2007). Pengaruh Motivasi Intrinsik Terhadap Kinerja Perawat PelaksanaDi Instalasi RawatInapRSUDr.PirngadiMedan(online)http://repository.usu.ac.id/bitstream/12389/66 72/1/08E00278.pdf/, diakses 17 Agustus 2013Nugroho Kris. 2004. Nurbaya K. & Asiah H Hj & A. Yusran. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat DiBagian Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daya Makassar Tahun 2012(online)http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5159/NURBAY K%28K11107683%29JURNAL.pdf? sequence=1, diakses tanggal 16 Agustus 2013. Notoatmodjo. (2007). Promosi dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta:. Jakarta Samsualam, Indar, dan Moh. Syafar, (2008). Analisis Hubungan Karakteristik Individu Dan Motivasi Dengan Kinerja Asuhan Perawatan Di Bp. Rumah Sakit Umum Labuang Baji Makassarhttp://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/5062Diakses 16 Agustus 2013. Suarli dan Bahtiar Yuyun. (2010). Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. Erlangga: Jakarta. Sumiyati, A. (2006). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Kepala Ruang Rawat Inap Di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang (online) http://eprints.undip.ac.idDiakses 16 Agustus 2013. Supriyadi, R. (2009). Hubungan persepsi perawat tentang penerimaan insentif finansial dan hubungan interpersonal terhadap kepala bidang keperawatan dengan kinerja perawat di instalasi rawat inap RSUD Purworejo. Wijaya.D. (2010). Hubungan Program Orientasi Berbasis Kompetensi Dengan Kinerja Perawat Baru Di Rawat Inap Rumah Sakit Husada Jakarta (online) lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282649T%20Dodi%20Wijaya.pdfdosiWijaya.Diaksestanggal 17 agustus 2013.

Tabel 1: Hubungan Pendidikan dengan Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Kinerja Perawat Cukup % Kurang 54 57.4 9

Pendidikan DIII Keperawatan

% 9.6

Jumlah

%

63

67

S1 Keperawatan

22

23.4

1

1.1

23

24.5

Ners

6

6.4

2

2.1

8

8.5

Jumlah

82

87.2

12

12.8

94

100

p

0.263

Sumber : data primer 2014

Tabel 2 : Hubungan Motivasi dengan Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Motivasi Cukup

Kinerja Perawat Cukup % Kurang 82 87.2 0

% 0.0

Jumlah

%

82

87.2

Kurang

0

0.0

12

12.8

12

12.8

Jumlah

82

87.2

12

12.8

94

100

p

0.000

Sumber : data primer 2014

Tabel 3 : Hubungan Insentif dengan Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Insentif Cukup

Kinerja Perawat Cukup % Kurang 82 87.2 0

% 0.0

Jumlah

%

82

87.2

Kurang

0

0.0

12

12.8

12

12.8

Jumlah

82

87.2

12

12.8

94

100

Sumber : data primer 2014

p

0.000

Tabel 4 : Hubungan Fasilitas dengan Kinerja Perawat Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar Fasilitas Cukup

Kinerja Perawat Cukup % Kurang 81 86.2 0

% 0.0

Jumlah

%

81

86.2

Kurang

1

1.1

12

12.8

13

13.8

Jumlah

82

87.2

12

12.8

94

100

p

0.000

Sumber : data primer 2014

Tabel 5 : Analisis Regresi Logistik Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

Fasilitas

Unstandardized Coefficients B Stand Error .0.350 0.107

Motivasi

0.410

Variabel

Insentif 0.446 Sumber : data primer 2014

Standardized Coefficients B 0.336

t

sig

3.263

0'002

0.130

0.356

3.158

0.003

0.118

0.429

3.795

0.000