FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI PERAWAT DIII UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN KE JENJANG S1 KEPERAWATAN DI RAWAT INAP RSUD DR. M.M. DUNDA KABUPATEN GORONTALO Moh. Sukriyanto Isa, Zuhriana K. Yusuf, Andi mursyidah Jurusan S1 Keperawatan FIKK UNG Email:
[email protected]
ABSTRAK Moh. Sukriyanto Isa. 2014, Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat DIII Untuk Melanjutkan Pendidikan Ke Jenjang S1 Keperawatan Di Rawat Inap RSUD Dr. M.M. Dunda Kabupaten Gorontalo tahun 2014. Skripsi. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1. dr. Zuhriana K. Yusuf. M.kes dan pembimbing 2. Andi mursyidah, S.kep, Ns, M.Kes. Daftar Pustaka : 27 buah (2002 - 2013). Di rumah sakit perawat memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan tetapi belum mencerminkan praktik pelayanan profesional yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasien, melainkan lebih kepada pelaksanaan tugas ini dikarenakan keterbatasan tingkat pendidikan dan dapat ditempuh dengan meningkatkan kualitas melalui pendidikan, dilapangan masih banyak perawat yang bekerja berpendidikan diploma III keperawatan. Tujuan penelitian ini mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan jenis penelitian ini Deskriptif Analitik dengan pendekatan cross sectional. Telah dilaksanakan di rawat inap, jumlah populasi 96 responden dan sampel 42 dengan tekhnik pengambilan sampel proposive sempling. Metode analisa data dengan uji Fisher exact. Hasil penelitian menujukan sebagian besar perawat memiliki motivasi tinggi sebanyak 33 (78,6). Dari hasil analisa menunjukkan ada hubungan signifikan antara citacita (p 0,028), dukungan atasan (p 0,003), dukungan keluarga (p 0,38), penghargaan dan sosial ekonomi (p 0,000) dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan (p < 0,05). Kesimpulan hasil tersebut bahwa ada hubungan antara cita-cita, penghargaan, sosial ekonomi, dukungan keluarga, dukungan atasan dengan motivasi perawat melanjutkan pendidikan untuk itu diharapkan kepada institusi memperhatikan motivasi perawat agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan. Kata kunci : Motivasi, Perawat, Pendidikan1
1
Moh.Sukriyanto Isa, 841410042, Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG, dr. Zuhriana K. Yusuf. M.Kes, Andi Mursyidah, S.kep, Ns, M.Kes
Rumah sakit adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang bergantung pada kualitas sumber daya manusia, salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah sakit adalah perawat. Di rumah sakit pelayanan keperawatan belum mencerminkan praktik pelayanan profesional yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasien, melainkan lebih kepada pelaksanaan tugas, hal ini dikarenakan oleh keterbatasan jumlah perawat dan tingkat pendidikan perawat (Siswono, 2002 dalam Arum S, 2012). Untuk dapat mewujudkan tercapainya pelayanan yang berkualitas diperlukan adanya tenaga keperawatan yang profesional, memiliki kemampuan intelektual, teknikal dan interpersonal, bekerja berdasarkan standar praktek, memperhatikan kaidah etik dan moral. Hal ini dapat ditempuh dengan meningkatkan kualitas perawat melalui pelatihan dan pendidikan lanjutan pada program pendidikan sehinggga mampu memberikan kontribusi yang bermakna sesuai dengan peran dan fungsinya (Ferry, 2012) Dalam melanjutkan pendidikan keperawatan salah satu yang diperlukan oleh perawat adalah motivasi. Motivasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain Cita Cita, Penghargaan, Sosial Ekonomi, dukungan atasan, dan Dukungan Keluarga. Metode Penelitian Penelitian ini akan dilakuan di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. M. Dunda Kabupaten Gorontalo sejak 19 Mei sampai 19 Juni 2014. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional study dengan teknik pengambilan sampel Purposive Sampling sehingga didapatkan sampel sebesar 42 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang akan di isi oleh responden. Kuesioner yang digunakan terbagi atas tiga bagian yakni: (1) Instrument A yang berisi data responden (Perawat DIII) yang terdiri dari nama(inisial), umur, jenis kelamin, (2)Instrument B yang berisi tentang Pernyataan yang diajukan kepada responden (Perawat DIII) yang dapat menggambarkan faktor cita-cita, penghargaan, sosial ekonomi masing masing 4 pertanyaan terdiri dari pernyataan positiv dan negatif, dan (3) Instrumen C berisi tentang pertanyaan yang diajukan kepada responden ( perawat DIII ) yang dapat menggambarkan motiasi perawat DIII untuk melanjutkan pendidikan. Hasil dan Pembahasan a. Hubungan Faktor Cita Cita Dengan Motivasi Perawat DIII Untuk Melanjutkan Pendidikan Ke Jenjang S1 Keperawatan Motivasi Jumlah P Tinggi Rendah Cita Cita Value N % N % N % Baik 30 71,4 5 11,9 35 83,3 Kurang 3 7,1 4 9,5 7 16,7 .028 33 78,6 9 21,4 42 100. Total Sumber : Data Primer 2014 Pada tabel 4.8 Hasil anailisis statistic Fisher Exact Test diperoleh nilai p=0.028 (p < 0.05) artinya bahwa ada hubungan antara cita cita dengan motivasi perawat DIII untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan. Diketahui responden yang memiliki cita-cita baik dengan motivasi tinggi yaitu 30 responden (71,4%), dan cita cita kurang dengan motivasi rendah yaitu 4 responden (9,5%). Nursalam menyebutkan bahwa cita cita salah satu faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat melanjutkan pendidikan, dalam teorinya menjelaskan bahwa cita cita merupakan faktor pendorong yang dapat menambah semangat sekaligus
memberikan tujuan yang jelas dalam belajar. Cita-cita akan memperkuat motivasi perawat, karena terwujudnya cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. Cita-cita yang bersumber dari diri sendiri akan membuat seseorang berupaya lebih banyak, dari yang diindikasikan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitan Yeni Yuswanita (2006) tentang Hubungan Antara Prestasi Belajar, Cita Cita Siswa, Pelaksanaan Belajar Di Kelas Dan Kondisi Lingkungan Kerja Dengan Motivasi Kerja Praktikan Di Indrustri Pasangan didapatkan hasil penelitian ada hubungan signifikan antara cita cita siswa dengan motivasi kerja praktikan dengan nilai signifikan 0,004. Peneliti berasumsi bahwa penilitian ini persentase cita cita baik lebih besar di bandingkan dengan presentase cita cita kurang sehingga dapat di lihat pula presentase responden yang memiliki motivasi tinggi lebih besar dari pada motivasi rendah. Perbedaan pada motivasi perawat dikarenakan kurangnya pemahaman responden tentang pentingnya peningkatan pendidikan, rasa nyaman dengan posisi yang di jalaninya sekarang dan pendapat responden bahwa dengan melanjutkan pendidikan responden dapat mencapai sesuatu yang lebih baik lagi. b. Hubungan Faktor Penghargaan dengan Motivasi Perawat DIII Untuk Melanjutkan Pendidikan Ke Jenjang S1 Keperawatan Motivasi Jumlah P Penghargaan Tinggi Rendah Value N % N % N % 31 73,8 2 4,8 37 88,1 Baik 2 4,8 7 16,7 5 11,9 0,000 Kurang 33 78,6 9 21,4 42 100. Total Sumber : Data Primer 2014 Pada tabel 4.9 Hasil anailisis statistic Fisher Exact Test diperoleh nilai p=0.000 (p < 0.05) artinya bahwa ada hubungan antara penghargaan dengan motivasi perawat DIII untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan. Diketahui responden yang memiliki penghargaan baik dengan motivasi tinggi yaitu 31 responden (73,8%), dan penghargaan kurang dengan motivasi rendah yaitu 7 (16,7%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Nursalam bahwa penghargaan salah satu faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat melanjutkan pendidikan. Dalam teorinya penghargaan, pengakuan, atau recognition atas suatu kinerja yang telah dicapai seseorang akan menjadi perangsang atau faktor yang kuat. Dengan adanya pengakuan dan penghargaan atas satu kinerja yang telah dicapai maka seseorang akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan selalu berusaha untuk mengembangkan dirinya. Komponen sistem penghargaan terdiri dari: 1) kenaikan gaji, 2) bonus, 3) promosi. Hal ini sejalan juga dengan penelitian oleh Arum (2012) tentang faktor faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang dalam hasil penelitianya terdapat hubungan antara pengahargaan dengan motivasi perawat melanjutkan pendidikan. Peneliti berasumsi bahwa untuk reponden yang memiliki penghargaan baik tetapi memiliki motivasi rendah hal ini sesuai hasil wawancara responden mengatakan dikarenakan responden belum mau memiliki kesibukan, masih merasa nyaman dengan posisi yang di miliki saat ini, yang seharusnya perawat harus menyadari betapa petingnya melanjutkan pendidikan karena dengan melanjutkan pendidikan pengetahuan akan bertambah dan peluang untuk mendapatkan posisi yang lebih baik lagi lebih terbuka. Responden yang memiliki penghargaan rendah tetapi memiliki motivasi tinggi hal ini sesuai dengan hasil pernyataan dikoesioner responden memiliki keinginan untuk
mencapai sesuatu yang lebih baik melalui peningkatan pendidikan, dan sesuai hasil wawancara responden mengatakan dirinya ingin melanjutkan pendidikan agar responden lebih baik lagi dalam pemberian pelayanan kesehatan, responden menyadari dengan melanjutkan pendidikan pengetahuan akan bertambah dan kenaikan gaji, bonus akan bertambah meskipun dalam diri responden tidak terlalu mengharpakan peningkatan gaji dan bonus. c. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dengan Motivasi Perawat DIII Untuk Melanjutkan Pendidikan Ke Jenjang S1 Keperawatan Motivasi Jumlah Sosial P Tinggi Rendah Ekonomi Value N % N % N % 29 69,0 2 4,8 31 73,8 Baik 4 9,5 7 16,7 11 26,2 .000 Kurang 33 78,6 9 21,4 42 100. Total Sumber : Data Primer 2014 Pada tabel 4.10 Hasil anailisis statistic Fisher Exact Test diperoleh nilai p=0.000 (p<0.05) artinya bahwa ada hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan motivasi perawat DIII untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan. Diketahui bahwa responden yang memiliki sosial ekonomi baik dengan motivasi tinggi yaitu 29 responden (69,0%), dan sosial ekonomi kurang dengan motivasi rendah yaitu 7 (16,7%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nursalam bahwa kondisi sosial ekonomi. Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi perbaikan pendidikan dan perbaikan pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat. Ratarata keluarga dengan sosial ekonomi yang cukup baik akan memilih tingkat pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu. Status ekonomi yang baik, membuat orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal yang semula belum mampu mereka laksanakan untuk dapat dilaksanakan. Hasil penelitian ini di dukung oleh hasil penelitian yang di lakukan oleh Cynthia Dewi (2013) tentang Hubungan Antara Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 6 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 di dapatkan ada hubungan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan motivasi berprestasi dengan nilai signifikan P= 0,000 Peneliti berasumsi bahwa untuk reponden yang memiliki sosial ekonomi baik tetapi memiliki motivasi rendah hal ini dikarenakan masih banyaknya kebutuhan responden yang harus dibiayai, sesuai hasil wawancara responden mengatakan masih mau menyekolahkan anaknya, dan masih banyaknya kebutuhan sehari hari yang harus dipenuhi sehingga keadaan ekonomi yang ada belum mencukupi untuk pembiayaan melanjutkan pendidikan kejenjang S1 Keperawatan. Responden yang memiliki sosial ekonomi rendah tetapi memiliki motivasi tinggi untuk melanjutkan pendidkan kejenjang S1 keperawaatan dikarenakan responden ingin mencapai sesuatu yang lebih baik lagi namun di kendalai oleh biaya. d. Hubungan Faktor Dukungan Atasan dengan Motivasi Perawat DIII Untuk Melanjutkan Pendidikan Ke Jenjang S1 Keperawatan Motivasi Jumlah Dukungan Tinggi Rendah P Value Atasan N % N % N % 31 73,8 4 9,5 33 78,6 Baik 2 5,5 5 11,9 9 21,4 .003 Kurang 33 78,6 9 21,4 42 100. Total Sumber : Data Primer 2014
Pada tabel 4.11 Hasil anailisis statistic Fisher Exact Test diperoleh nilai p=0,003 (p<0.05) artinya bahwa ada hubungan antara dukungan atasan dengan motivasi perawat DIII untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan. Diketahui bahwa responden yang memiliki dukungan atasan baik dengan motivasi tinggi yaitu 31 responden (73,8%), dan dukungan atasan kurang dengan motivasi rendah yaitu 5 responden (11,9%). Hasil penelitian ini sesuiai dengan teori yang di kemukakan oleh Nursalam bahwa dukungan atasan adalah suatu kondisi dimana sesorang diberi dorongan sehingga merasa aman dan nyaman secara psikologis. Pimpinan merupakan pendukung utama dalam membantu perawat mencapai target jangka panjang. Pimpinan yang tidak mendukung perawat untuk melanjutkan pendidikan akan menurunkan motivasi perawat untuk menempuh pendidikan lanjut. Hal ini sejalan juga dengan penelitian oleh Arum (2012) tentang faktor faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang yang menunjukkan terdapat hubungan antara dukungan atasan dengan motivasi perawat melanjutkan pendidikan dengan nilai signifikan 0,002. Peneliti berasumsi bahwa penilitian ini persentase dukungan atasan baik lebih besar di bandingkan dengan presentase dukungan atasan kurang sehingga dapat di lihat pula presentase responden yang memiliki motivasi tinggi lebih besar dari pada motivasi rendah, dan ada responden yang mempunyai dukungan atasan baik tetapi memiliki motivasi rendah, sementara ada responden dengan dukungan atasan kurang namun memilki motivasi tinggi. Untuk reponden yang memiliki dukungan atasan baik tetapi memiliki motivasi rendah hal ini dikarenakan reponden belum tertarik untuk melanjutkan pendidikan kejenjang S1 keperawatan Responden yang memiliki dukungan atasan rendah tetapi memiliki motivasi tinggi hal ini di karenakan responden memiliki harapan untuk menjadi seorang perawat yang profesional. Responden memiliki motivasi tinggi untuk melanjutkan pendidikan bertujuan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik lagi, dan hasil wawancara responden mengatakan dengan melanjutkan pendidikan pengetahuannya akan bertambah. e. Hubungan Faktor Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Perawat DIII Untuk Melanjutkan Pendidikan Ke Jenjang S1 Keperawatan Motivasi Jumlah Dukungan P Tinggi Rendah Keluarga Value N % N % N % 27 64,3 4 9,5 31 73,8 Baik 6 14,3 5 11,9 11 26,2 .038 Kurang 33 78,6 9 21,4 42 100. Total Sumber : Data Primer 2014 Pada tabel 4.12 Hasil anailisis statistic Fisher Exact Test diperoleh nilai p=0.038 (p< 0.05) artinya bahwa ada hubungan antara dukungan kelauarga dengan motivasi perawat DIII untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan. Diketahui bahwa responden yang memiliki dukungan keluarga baik dengan motivasi tinggi yaitu 27 responden (64,3%), dan dukungan keluarga kurang dengan motivasi rendah yaitu 5 reponden (11,9%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh nursalam bahwa dukungan keluarga dalam hal ini berhubungan dengan anjuran dan nasehat, pihak keluarga setidaknya akan memberikan motivasi melalui anjuran dan nasehat untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Seseorang yang sudah berkeluarga
tentu saja akan berfikir dua kali apabila harus meninggalkan keluarganya walaupun untuk keperluan pengembangan dirinya. Sebaliknya orang yang masih belum berkeluarga kemungkinan sangat berminat dan mempunyai motivasi tanpa memikirkan hal lain yang berhubungan dengan keluarganya, dan demi kelancaran dalam melanjutkan pendidikan perlu adanya relasi yang baik antar anggota kelurga yang lain. Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Evynatra tahun 2009 tentang faktor faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat DIII untuk melanjutkan pendidikan ke jennjang S1 Keperawatan di program studi ilmu keperawatan universitas andalas padang 2009 yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakana antara dukungan keluarga terhadap motivasi perawat DIII untuk melanjutkan pendidikan S1 keperawatan. Peneliti berasumsi bahwa untuk reponden yang memiliki dukungan keluarga baik tetapi memiliki motivasi rendah dikarenakan reponden belum berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang S1 keperawatan. Selain itu salah satu responden menyatakan memiliki motivasi rendah dikarenakan pendidikan tidak mengubah status jabatan kerja. Responden yang memiliki dukungan keluarga rendah tetapi motivasi tinggi hal ini dikarenakan responden memiliki keinginan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik lagi namun di kendalai oleh pengaturan waktu dalam keluarga sesuai hasil wawancara responden mengatakan keluarganya belum bersedia mengantikan responden dalam menjaga anaknya, karena sama sama memiliki kesibukan. Penutup Kesimpulan 1. Terdapat hubungan antara faktor cita cita dengan motivasi perawat DIII untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan dengan nilai P value = 0.028. 2. Terdapat hubungan antara faktor penghargaan dengan motivasi perawat DIII untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan dengan nilai P value = 0.000. 3. Terdapat hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan motivasi perawat DIII untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan dengan nilai P value = 0.000. 4. Terdapat hubungan antara dukungan atasan dengan motivasi perawat DIII untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan dengan nilai P value = 0.003. 5. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan motivasi perawat DIII untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 keperawatan dengan nilai P value = 0.038. Saran 1. Bagi pihak RSUD Dr. M. M. Dunda Kabupaten Gorontalo hendaknya lebih memperhatikan faktor faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan karena dengan melanjutkan pendidikan pengetahuan akan bertambah hal ini sangat baik untuk meningkatkan pemberian pelayanan keperawatan sehingga kualitas pelayanan yang di harapkan akan tercapai 2. Penelitian selanjutnya agar bisa melihat lebih dalam lagi dan lebih bervariasi dalam menghubungkan faktor motivasi dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan serta dapat mengunakan motede penelitian yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA Achmad, F. 2008. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja Perawadengan Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum Pandan Arang KabupatenBoyolaliTahun 2008. Jurnal. Boyolali : Perawat RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali Jln.Kantil 14 Boyolali Ali, Zaidin. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Depok: Widya Apilia, A. 2012. Faktor faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja perawat di ruangan rawat inap Rsud. Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2012. Skripsi. Gorontalo: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. Arum, S. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Perawat Melanjutkan Pendidikan ke Jenjang S1 Keperawatan di umah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang Tahun 2012. Skripsi. Semarang : Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Evynatra. 2009. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat Diii Untuk Melanjutkan Pendidikan Ke Jennjang S1 KePerawatan Di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Andalas Padang 2009: Jurnal. program studi ilmu keperawatan universitas andalas padang Ferry. 2012. Pengertian-Perawat Dan Keperawatan. dapat di akses di alamat http://askep.net/2012/02/pengertian-perawat-dan-keperawatan.html diakses 5 Januari 2014. H. S. Roymoun 2009. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. Inna. 2011. Perawat mendominasi tenaga kesehatan. Dapat di akses di alamat www.inna-k.org/2011/05/perawat-mendominasi-tenaga-kesehatan.html di aksese 15 Februari 2014 Irfan. M. 2003 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Denganmotivasi Perawat Untuk Melanjutkan Pendidikan pada Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan. Skripsi surabaya: fakultas kedokteran universitas airlangga surabaya 2003. Hidayat, Alimul, Azis, A. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. Kusnanto. 2003. Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
Marziati, 2009. Motivasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintahan Kabupaten Aceh Selatan Untuk Melanjutkan Pendidikan Ke Tingkat Sarjana Keperawatan. Skripsi. Aceh selatan: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara 2009. Medika. 2013. Paradigma Keperawatan. Dapat di akses di alamat http://www.abcmedika.com/2013/09/paradigma-keperawatan.html. di akses 14 januari 2014. Nasution. 2010. Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Minat Anak Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi. Jurnal, pp-kn fis universitas negeri medan 2010. Notoadmojo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nugroho. 2012. Motivasi. Dapat di akses di alamat http://nugroho-h-fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_detail 46904-PU%202-MOTIVASI.html di akses 15 januari 2014. Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba medika. Nursalam. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Paula. J, Christenen. 2009. Proses Keperawatan. Jakarta: EGC Ratna. D. 2010. Motivasi mahasiswa DIII keperawatan untuk Melanjutkan Pendidikan ke Tingkat Sarjana di Fakultas Keperawatan Universiatas Sumatra Utara. Skripsi. Sumatra Utara : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2010. Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta S. Sondang. 2004. Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Suyanto. 2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta. Nusa Medika. Yeni, Y. 2006. Hubungan antara motivasi belaja,cita-cita siswa, pelaksanan belajar di kelas, dan kondisi lingkungan kerja dengan motivasi kerja
praktikan di institusi pasagan SMK Klaten. Jurnal.univarsitas sanata dharma yogyakarta 2006. Yudha, Utama 2010. Pencerahan Masa Depan Perawat dan Keperawatan Indonesia. http://skynursing.blogspot.com/p/oleh-siswanto-m.html di akses 20 januari 2014