JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-9271 Print)
1
Faktor Penentu Pengembangan Kawasan Wisata Air Terjun Dlundung Berbasis Partisipasi Masyarakat Arfinda Candra Dwi Putra dan Rulli Pratiwi Setiawan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected]
Abstrak—Pengembangan suatu kawasan wisata, tentu tidak terlepas dari kehidupan masyarakat di sekitarnya. Adanya kegiatan pariwisata sebagai pemicu kehadiran wisatawan dapat memberikan dampak negatif maupun positif terhadap kualitas dan gaya hidup masyarakat setempat. Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam pengembangan suatu kawasan wisata agar hasil pembangunan yang diperoleh dapat diterima dan tidak memberikan kerugian terhadap masyarakat itu sendiri. Seperti terdapat di kawasan wisata Air Terjun Dlundung Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto, yang memiliki berbagai potensi dan daya tarik wisata alam. Aktivitas penduduk lokal yang mulai beralih bekerja di sektor pariwisata, menjadikan kawasan ini memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan kawasan wisata lain. Kurangnya pengelolaan kawasan wisata Air Terjun Dlundung menyebabkan kawasan ini masih tertinggal dibanding dengan oyek wisata lain di Kabupaten Mojokerto. Analisis deskriptif diperlukan dalam penelitian ini guna mengidentifikasi faktorfaktor yang menjadi penentu pengembangan kawasan wisata Air Terjun Dlundung berbasis partisipasi masyarakat. Diketahui terdapat enam faktor penentu pengembangan kawasan ini yaitu faktor pemanfaatan sumber daya, kondisi prasarana, pengembangan sarana, pemberdayaan masyarakat, peningkatan promosi dan pemasaran, serta kelestarian lingkungan. Kata Kunci—Partisipasi Kawasan Wisata, Wisata Alam
Masyarakat,
Pengembangan
I. PENDAHULUAN
P
ARIWISATA merupakan salah satu sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan tercepat dan terbesar di dunia dalam enam dekade terakhir [1], terutama adalah wisata berbasis alam atau wisata alam (natural tourism). Indonesia sebagai negara yang kaya akan wisata alam dan budaya, apabila dikembangkan dan dikembangkan secara benar, akan menjadi andalan sumber pemasukan devisa. Pemerintah telah menyadari pentingnya pariwisata untuk dijadikan sebagai sektor yang dapat memperbaiki taraf hidup masyarakat Indonesia secara umum, dan di lingkungan atau kawasan wisata khususnya [2]. Maka untuk meningkatkan peran kepariwisataan, sangat terkait antara barang yang dijual berupa obyek wisata itu sendiri, didukung sarana dan prasarana terkait industri pariwisata. Salah satu tujuan wisata di Indonesia terdapat di Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa Timur. Letaknya yang
strategis karena berada di wilayah Gerbangkertosusila, dan didukung dengan kondisi alam yang memiliki beragam daya tarik seperti pegunungan, hutan, air terjun, dan lain sebagainya. Tak heran jika pariwisata khususnya jenis wisata alam, menjadi sektor penting dalam menyumbang PAD di Kabupaten Mojokerto. Tercatat sektor pariwisata menyumbang sebesar 25% terhadap PAD keseluruhan Kabupaten Mojokerto pada tahun 2012 [3]. Obyek wisata andalan jenis wisata alam, salah satunya berada di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas yaitu berupa wana wisata Air Terjun Dlundung. Wana wisata Air Terjun Dlundung merupakan ikon wisata alam di Kecamatan Trawas dengan pendapatan sebesar 250 juta rupiah pada tahun 2012. Namun pendapatannya masih jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan obyek wisata jenis wisata alam lainnya di Kabupaten Mojokerto, seperti obyek wisata Pemandian Air Panas di Kecamatan Pacet yang mencapai 1 milyar rupiah pada tahun yang sama [4]. Adanya obyek wisata Air Terjun Dlundung di Desa Ketapanrame, menjadikan masyarakat disekitarnya sebagian besar bergantung pada pekerjaan yang berorientasi pada sektor pariwisata. Tak sedikit masyarakat setempat telah beralih profesi pada sektor pariwisata, seperti menjadi guide, penyedia jasa-jasa pariwisata berupa pemandu berkuda (horsing), pendamping outbound, jasa penginapan, serta dengan mendirikan usaha seperti mendirikan tempat-tempat makan dan berjualan produk makanan khas setempat. Kawasan wisata Air Terjun Dlundung yang berada di daerah pegunungan, memiliki banyak sekali daya tarik wisata dan pemandangan alam yang indah. Pembangunan kawasan villa dan hotel serta restoran juga semakin banyak dikembangkan. Menjadikan kawasan ini semakin banyak menarik wisatawan yang berkunjung setiap tahunnya. Keberadaan wisatawan yang terus meningkat setiap tahunnya di kawasan Air Terjun Dlundung, tidak sejalan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata tersebut berperan besar dalam membantu perkembangan Kawasan Air Terjun Dlundung itu sendiri. Tujuan pengembangan wisata sesungguhnya adalah untuk pembangunan ekonomi melalui pemanfaatan kembali seluruh penerimaan yang dihasilkan dari pariwisata untuk kepentingan masyarakat [5].
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-9271 Print)
2
Tabel 1. Kajian Komponen dalam Pariwisata dari Berbagai Sumber
Komponen Pariwisata Atraksi/Daya Tarik Wisata
Sumber
Substansi Bahasan
Yoeti (1993) Suwantoro (1997) Marpaung (2002)
Aksesbilitas
Black (1981) Bintarto (1991)
Prasarana
Suwantoro (2004)
Gambar. 1. Wana Wisata Air Terjun Dlundung
Melihat berbagai potensi dan permasalahan yang diuraikan di atas, studi ini bertujuan mengetahui apa saja yang menjadi faktor penentu pengembangan kawasan wisata Air Terjun Dlundung berbasis partisipasi masyarakat.
Yoeti (1996)
Sarana
Suwantoro (2004) Yoeti (1996)
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komponen Pariwisata Unsur-unsur utama komponen produksi pariwisata pada Daerah Tujuan Wisata (DTW) terdiri dari: (1) Daya tarik DTW, termasuk didalamnya atraksi, (2) Prasarana pendukung, (3) sarana di DTW seperti akomodasi, usaha pengolahan makanan, hiburan, (4) kemudahan (aksesbilitas) pencapaian DTW tersebut [6]. Atraksi/Daya Tarik Wisata Atraksi/daya tarik wisata meliputi apa yang disebutkan oleh Yoeti [7], Suwantoro [8], dan Marpaung [9]. Terdiri dari benda alami, benda buatan dan budaya. Aksesbilitas Aksesbilitas adalah kemudahan wisatan dari suatu tempat menuju tempat wisata yang dituju meliputi keberadaan transportasi umum, kondisi jalan tempuh, jarak dan waktu tempuh, seperti yang dikemukakan Black [10], dan Bintarto [11]. Prasana Prasarana wisata bertujuan agar kegiatan pariwisata dapat berjalan lancar. Meliputi kelancaran transportasi dan kondisi jaringan utilitas. Sarana Sarana yang dimaksud adalah kelengkapan yang dibutuhkan oleh wisatawan, meliputi sarana akomodasi, kualitas pelayanan dan kegiatan promosi/pemasaran.
Benda alami Benda buatan Sumberdaya alam Budaya Hiburan/buatan Benda buatan Fasilitas/hiburan Jalan raya Transportasi Waktu tempuh Jarak tempuh Transportasi Jaringan utilitas Terminal Transportasi Jaringan utilitas Keamanan Fasilitas Kelengkapan sarana Kualitas pelayanan Agen travel Promosi dan pemasaran Sarana belanja
Sumber: Penulis 2014
B. Komponen Pengembangan Partisipasi Masyarakat
Wisata
Alam
Berbasis
Pengembangan Kawasan Wisata Alam Kawasan wisata alam yang baik dan berhasil harus memperhatikan kelestarian lingkungan, kesejahteraan masyarakat, kepuasan pengunjung dan keterpaduan pembangunan masyarakat [12]. Pengembangan Masyarakat
Kawasan
Wisata
Berbasis
Partisipasi
Pengembangan desa wisata harus memuat prinsip-prinsip: tidak bertentangan dengan adat, peningkatan kualitas lingkungan, unsur kelokalan, pemberdayaan masyarakat dan berwawasan lingkungan [13]. Tabel 2. Kajian Komponen Pengembangan Kawasan Wisata Alam Berbasis Partisipasi Masyarakat
Inskeep (1994) Kelestarian lingkungan Kesejahteraan masyarakat Kepuasan pengunjung Pembangunan masyarakat
Dept. Budpar (2001) Sesuai adat/ budaya Pembangunan sarana prasarana Unsur lokal Daya dukung lingkungan
Sumber: Penulis 2014
Yoeti (2006) Wisatawan Transportasi Atraksi Fasilitas pelayanan Informasi dan promosi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-9271 Print) Tabel 3. Hasil Sintesa Variabel dan Indikator
Sintesa Teori
Indikator
Faktor penentu pengembangan kawasan wisata Air Terjun Dlundung berbasis partisipasi masyarakat
Daya Tarik Aksesbilitas Prasarana Sarana Sumberdaya manusia Pemasaran dan promosi Lingkungan
Variabel Sumberdaya alam Atraksi budaya Jalan raya Transportasi Infrastruktur Jaringan utilitas Kelengkapan sarana/ fasilitas Peningkatan SDM Informasi dan promosi Kelestarian lingkungan
Sumber: Penulis 2014
III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa gambaran obyek dan daya tarik wisata (ODTW) di kawasan wisata Air Terjun Dlundung. Metode pengumpulan data dilakukan melalui survei primer berupa wawancara dalam bentuk kuesioner, dan observasi lapangan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung karakteristik obyek wisata Air Terjun Dlundung, pola kegiatan wisatawan, karakteristik masyarakat setempat, dan potensi atau permasalahan yang ada berkaitan dengan pengadaan fasilitas/sarana, prasarana penunjang wisata serta pemanfaatan ruang. Survei sekunder diperlukan untuk melakukan tinjauan teoritis dan pengumpulan data dari instansi-instansi terkait. B. Metode Analisa Metode analisa deskriptif diperlukan dalam menjawab sasaran penelitian yaitu untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu pengembangan kawasan wisata Air Terjun Dlundung berbasis partisipasi masyarakat di Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas. Dalam analisis ini dilakukan perbandingan antara variabel penelitian dengan berbagai peraturan perundangan atau pedoman yang berhubungan dengan pengembangan wisata alam, sehingga dapat diketahui faktorfaktor apa saja yang menjadi penentu pengembangan kawasan wisata Air Terjun Dlundung. Beberapa peraturan perundangan yang digunakan oleh peneliti antara lain UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Permen PU Nomor 47 Tahun 2007 tentang kriteria teknis peruntukan pariwisata untuk jenis wisata alam, dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan cagar alam. Peraturan tentang pengelolaan suaka alam dan cagar alam diperlukan karena sebagian wilayah penelitian berada di kawasan hutan lindung. Sedangkan untuk mengetahui peran-peran masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis partisipasi
3
masyarakat, maka akan digunakan referensi penelitian lain yang dalam pengembangan pariwisatanya juga melibatkan partisipasi masyarakat. Variabel yang akan diolah dengan menggunakan analisa deskriptif untuk mengidentifikasi faktorfaktor penentu pengembangan kawasan wisata Air Terjun Dlundung berbasis partisipasi masyarakat adalah: 1. Keberadaan daya tarik wisata 2. Kondisi aksesbilitas 3. Kondisi prasarana 4. Kelengkapan fasilitas penunjang 5. Peningkatan SDM 6. Informasi dan promosi 7. Kelestarian lingkungan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Obyek dan Daya Tarik Wisata Kawasan Wisata Air Terjun Dlundung Jumlah Wisatawan Di Kecamatan Trawas Kecamatan Trawas memiliki 2 (dua) obyek wisata yang dikelola oleh pemerintah daerah setempat yaitu Candi Jolotundo dan Air Terjun Dlundung. Wana wisata Air Terjun Dlundung merupakan daerah tujuan wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan di Kecamatan Trawas. Wana wisata Air Terjun Dlundung memberikan pemasukan tertinggi terhadap PAD sektor pariwisata yang terdapat di Kecamatan Trawas dibandingkan dengan obyek wisata lain, seperti Candi Jolotundo. Sehingga, menjadikan kawasan wisata Air Terjun Dlundung sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Mojokerto.
Gambar 2. Grafik Jumlah Wisatawan Di Kecamatan Trawas Tahun 2012
Wana Wisata Air Terjun Dlundung Wana Wisata Air Terjun Dlundung secara administratif berada di Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto dengan jarak dari Kabupaten sejauh 40 km. Merupakan wisata alam dengan karakteristik berupa air terjun, dengan ketinggian ± 50-60 meter itu. Suara air yang jatuh menghantam batu-batu gunung, yang berjajar dibawah kolam penampungan menambah sensasi tersendiri. Air terjunnya tidak kalah indah dibandingkan dengan air terjun yang lain, karena alirannya yang kecil menjadi daya tarik. Lembutnya air yang mengalir terlihat seperti kapas yang dikelilingi aneka tumbuhan di sekelilingnya. Nuansa khas pegunungan begitu
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-9271 Print) terasa, udara yang sejuk, gemericik air yang jernih, dan rimbunan pohon yang masih alami membuat air terjun Dlundung sebagai tempat tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi. Camping Ground Salah satu daya tarik yang paling menarik pengunjung untuk berwisata di kawasan ini adalah tersedianya lahan yang digunakan untuk area perkemahan. Lokasinya yang strategis karena berada di kawasan perbukitan, sehingga pengunjung dapat menikmati langsung suasana alam dan sejuknya udara pegunungan. Area perkemahan seluas 0,5 ha terletak di dekat pintu gerbang loket, dengan kapasitas tampung 6 – 7 tenda peleton atau 30 tenda gudep. Sering digunakan berkemah pada saat liburan sekolah, seperti Ospek/MOS, dan LDKS. Wahana Outbound Wana wisata Air Terjun Dlundung memiliki area yang cukup luas untuk outbound dengan pemandangan yang indah disekitarnya. Area berbukit menjadi nilai lebih. Sekitar 300m dari area utama terdapat aliran sungai yang berasal dari air terjun yang cukup indah. Sehingga beberapa bagian acara terkadang juga dilakukan di sungai/air terjun tersebut. Area utama (lapangan) mampu menampung sekitar 500--750 peserta dengan berbagai variasi kegiatan mulai dari fun game, jatuh bebas, jaring laba-laba, hingga flying fox. Tidak jauh berjarak sekitar 1 km dari kawasan ATD terdapat juga tempat outbound yang dikelola oleh masyarakat Desa Ketapanrame, yaitu Outbound Bamama. Tempat outbound ini lebih diperuntukkan bagi pemula yang masih pada tahap belajar, sebelum terjun langsung untuk melakukan outbound di kondisi alam bebas. Kawasan Hutan Lindung Wana wisata Air Terjun Dlundung berada dalam kawasan Hutan Lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani, dengan jenis pohon yaitu pohon Pinus. Topografi alam yang bagus dan kondisi lansekap yang tidak terlalu curam membuat kawasan Hutan Lindung ini sering dipergunakan sebagai wahana wisata hutan. Biasanya dipergunakan oleh kelompok/komunitas pencinta alam sebagai media untuk berlatih menjelajah hutan dan bertahan hidup di alam bebas. Selain itu ada juga beberapa pengunjung umum yang kadang berminat untuk melakukan penjelajahan hutan, yang dibantu oleh jasa guide. Namun karena keterbatasan SDM menyebabkan potensi wisata hutan ini tidak berkembang. Kawasan Villa Topografi kawasan villa yang berupa perbukitan, membuat kawasan ini sangat unik dengan desain arsitektur rumah yang modern yang menambah keindahan kawasan. Sehingga banyak wisatawan yang berkunjung sekedar berjalan-jalan atau berfoto-foto di kawasan ini. Momen yang paling populer di kawasan villa ini adalah saat menjelang tahun baru karena diadakannya pertunjukkan kembang api dalam rangka menyambut pergantian tahun baru. Setiap menjelang akhir tahun, wisatawan luar kota maupun penduduk sekitar akan
4
berbondong-bondong memadati kawasan ini untuk menikmati acara pergantian tahun yang disuguhkan secara gratis. Atraksi Budaya Atraksi wisata yang unik di kawasan wisata Air Terjun Dlundung yaitu berupa potensi budaya yang terdapat di Desa Ketapanrame, yaitu acara bantengan/kuda lumping yang masih sering dilakukan oleh penduduk setempat. Dilakukan setiap bulan besar (jawa) sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas rejeki yang dikaruniakan. Selain itu juga terdapat tradisi yang biasanya menjadi agenda tahunan masyarakat di Desa Ketapanrame yaitu acara Sedekah Bumi. Acara tersebut dilakukan saat musim panen tiba atau peringatan hari besar agama, sebagai wujud syukuran atas hasil panen yang melimpah serta untuk mendoakan keselamatan desa agar selalu aman dan sejahtera. Karakter masyarakat pedesaan yang masih menjunjung nilai adat seperti pertunjukan seni budaya, dapat menjadi nilai tambah untuk pengembangan kawasan itu sendiri. B. Identifikasi Faktor Penentu Pengembangan Kawasan Wisata Air Terjun Dlundung Berbasis Partisipasi Masyarakat Hasil analisis deskriptif antara variabel penelitian pada kondisi eksisting dengan peraturan perundangan (UU Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009, kriteria teknis dari Permen PU No. 41 tahun 2007 dan PP No 28. Tahun 2011 tentang pengelolaan kawasan cagar alam), dan studi terkait peran partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan wisata Air terjun Dlundung dihasilkan enam faktor penentu pengembangan: 1. Pengembangan dan pemanfaatan keberadaan sumberdaya alam atau sumberdaya buatan sebagai daya tarik wisata dalam pengembangan kawasan wisata. Dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa keberadaan sumberdaya alam dan budaya (buatan) yang potensial sebagai daya tarik wisata dapat dikembangkan sebagai kawasan-kawasan strategis yang nantinya menjadi keunikan kawasan. 2. Perbaikan prasarana, berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan sesuai dengan Permen PU No. 41 Tahun 2007 tentang kriteria teknis pengembangan kawasan wisata alam, menunjukan bahwa kondisi prasarana yang perlu ditingkatkan adalah berupa pelebaran jalan lingkungan menuju kawasan penelitian, dan pembangunan jaringan listrik yang masih belum tersedia di wana wisata Air Terjun Dlundung. Maka dalam perwujudannya tidak cukup hanya dengan mengandalkan pihak pengelola atau pemerintah daerah, peran partisipasi masyarakat sangat penting agar pengembangan prasarana dapat terealisasi dengan baik. 3. Pengembangan sarana/fasilitas penunjang, sesuai dengan Permen PU No. 41 Tahun 2007 tentang kriteria teknis pengembangan kawasan wisata alam, sarana yang perlu ditingkatkan guna menunjang kegiatan pariwisata di kawasan Air Terjun Dlundung adalah sarana penginapan.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-9271 Print) Saat ini telah terdapat wujud partisipasi masyarakat dalam penyediaan jasa penginapan berupa villa/rumah yang berada di sekitar wana wisata ATD. Selain itu, pengembangan sarana lain yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah dengan pendirian tempat-tempat usaha seperti warung makan atau tempat berjualan oleh-oleh khas daerah setempat. 4. Pemberdayaan masyarakat, sesuai yang disebutkan dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan bahwa pengembangan pariwisata diselenggarakan dengan prinsip untuk memberdayakan masyarakat setempat guna meningkatkan kesejahteraannya. Masyarakat yang berpotensi untuk menjadi tenaga kerja harus diberdayakan dengan baik, serta pengembangan wisata mampu menciptakan peluang bisnis atau usaha yang sesuai dengan kemampuan masyarakat setempat. Wujud pemberdayaan yang sangat berpeluang untuk dikembangkan antara lain adanya pekerjaan dan pengelolaan di bidang penyediaan jasa guide, pelatihan outbound, jasa pemandu berkuda, jasa penyediaan penginapan dan berjualan oleh-oleh. 5. Kegiatan promosi merupakan faktor penentu pengembangan kawasan wisata Air Terjun Dlundung. Kegiatan pemasaran yang hanya dilakukan oleh pihak pengelola dan pemerintah daerah, terbukti tidak memberikan dampak yang signifikan dalam meningkatkan jumlah wisatawan. Dari hasil studi penelitian terkait menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat dalam kegiatan pariwisata sebenarnya adalah bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya mempromosikan wisata di kawasan itu sendiri. 6. Pelestarian lingkungan, berdasarkan UU No. 10 Tahun 2009 Kepariwisataan dan PP No. 28 Tahun 2011 tentang pengelolaan kawasan cagar alam, disebutkan bahwa pengembangan pariwisata harus bertujuan untuk melestarikan dan melindungi ekosistem, lingkungan dan sumberdaya yang ada. Pengembangan pariwisata berbasis partisipasi masyarakat merupakan strategi yang sangat baik untuk menjaga keseimbangan sumberdaya dan lingkungan hidup. Sehingga diperlukan adanya pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan sumberdaya. Sementara variabel kondisi aksesbilitas tidak termasuk sebagai faktor penentu pengembangan karena tidak ditemukan adanya kendala pada kondisi eksisting di kawasan. V. KESIMPULAN Hasil yang diperoleh dari keseluruhan proses terkait tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui faktor penentu pengembangan kawasan wisata Air Terjun Dlundung berbasis partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan dan pemanfaatan berbagai sumberdaya (alam dan buatan) yang menjadi daya tarik kawasan wisata Air Terjun Dlundung sebagai upaya mempromosikan kegiatan-kegiatan usaha yang dilakukan masyarakat sekitar,
2.
3.
4.
5. 6.
5
sehingga memberikan manfaat secara ekonomis. Perbaikan prasarana berupa pelebaran jalan lingkungan yang merupakan jalan akses utama menuju kawasan Air Terjun Dlundung, melalui swadaya masyarakat setempat serta dukungan dari pihak pengelola dan pemerintah daerah. Pengembangan sarana penunjang yang meliputi penambahan fasilitas tempat beristirahat dan penyediaan tempat penginapan, serta pendirian tempat-tempat usaha bagi masyarakat. Pemberdayaan masyarakat setempat melalui suatu bentuk pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan profesi sebagai tenaga kerja di sektor pariwisata, dan menciptakan peluang usaha atau bisnis bagi masyarakat masyarakat yang akan melakukan wirausaha. Peningkatan promosi dan pemasaran kawasan wisata Air Terjun Dlundung melalui kegiatan dan aktivitas yang dilakukan masyarakat sekitar. Pengarahan kepada masyarakat setempat, baik yang terlibat atau tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan pariwisata tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan sumberdaya yang ada di kawasan wisata Air Terjun Dlundung. DAFTAR PUSTAKA
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13]
World Tourism Organization. 2009. World Tourism Organization Statictics. New York Undang-Undang No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Mojokerto. 2012. Direktori Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Mojokerto Tahun 2011-2031. Mojokerto: BAPPEDA Kabupaten Mojokerto Badan Pusat Statistik Kabupaten Mojokerto. 2012. Realisasi PAD Dinas Pariwisata Kabupaten Mojokerto Tahun 2012. Mojokerto: BPS Kabupaten Mojokerto Madiun, I Nyoman. 2010. Model Pengembangan Kawasan Wisata Modern Nusa Dua. Denpasar: Udayana University Press. Burkart, A.J. dan Medlik, S. 1987. Tourism, Past, Present, and Future. London. Yoeti, Oka. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa. Suwantoro. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: C.V. Andi Ofset. Marpaung, Happy. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung : Alfabeta. Black.1981. Perencanaan dan Permodelan Transportasi : Teori dan Praktek, Cromm. Helm. London. Bintarto. 1984. Interaksi Desa-Kota Dan Permasalahanya. Yogyakarta: Ghalia Indonesia. Inskeep, E. 1994. Tourism Planning. USA Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2001. Indonesia