DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-14.
PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PEGAWAI SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH: KOMITMEN ORGANISASI DAN PERSEPSI INOVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Destaria Ferdiani, Abdul Rohman 1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851 ABSTRACT The main purpose of this study is to explore the relationship between budgetary participation and managerial performance in a public sector organization. It also attempts to examine whether organizational commitment and perception of innovation mediate the budgetary participation and managerial performance relationship. Data used in this study is obtained using questionnaires method. From 160 questionnaires which distributed to managers in Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah as public sector organization, 81 (50,63 %) questionnaires were sent back for then analyzed with Path Analysis technique. The data is analyzed using AMOS 18 and IBM SPSS 19 program. The result of this study proving that budgetary participation and managerial performance have positive relationship and statistically significant. The budgetary participation and managerial performance relationship also significantly mediated by organizational commitment and perception of innovation as intervening variable. Keywords: budgetary participation, managerial performance, organizational commitment, and perception of innovation. PENDAHULUAN Salah satu strategi pemerintah dalam menghadapi globalisasi adalah dengan melakukan reformasi terhadap sistem pemerintahan. Melalui Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang “Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia” terbentuklah UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Undang-undang ini kemudian mengalami revisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004. Melalui Undang-undang ini pemerintah menerapkan sistem desentralisasi sebagai pengganti sentralisasi otoritas yang dianggap tidak lagi relevan dalam menciptakan stabilitas nasional. Perubahan paradigma tersebut membawa konsekuensi adanya perubahan penyelenggaraan pemerintah di berbagai aspek terutama dalam aspek keuangan. Menurut Coralie dalam Rohman (2009) desentralisasi sistem pemerintahan ini merupakan desentralisasi adminstratif dimana terdapat pemberian wewenang, tanggung jawab, dan pengelolaan sumber-sumber keuangan untuk menyediakan pelayanan publik kepada pemerintah daerah. Tanggung jawab yang diberikan tersebut menyangkut perencanaan, pendanaan, dan pelimpahan manajemen fungsi-fungsi pemerintahan dari Pemerintah Pusat kepada pemerintah daerah. Perubahan paradigma ini menjadikan masyarakat semakin menuntut adanya pengelolaan keuangan publik yang transparan dan berdasarkan pada prinsip value for money. Desentralisasi sistem pemerintahan diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pelaporan keuangan pemerintah daerah yang selama ini masih rendah. Transparansi dan akuntabilitas yang buruk akan menghambat kinerja pemerintah dalam memberikan pelayanan dan kesejahteraan pada masyarakat.
1
Destaria Ferdiani, Abdul Rohman
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2
Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal memberikan pemerintah daerah kewenangan untuk mengelola dan memanfaatkan sumber-sumber penerimaan daerah dan menyusun anggaran yang diperlukan. Perlu adanya peningkatan kinerja pemerintah daerah agar sumber daya dan penerimaan pemerintah tersebut dapat dikelola dengan maksimal. Kinerja merupakan suatu bentuk prestasi yang dapat dicapai oleh suatu organisasi dalam kurun waktu tertentu (Boland dan Fowler, 2000). Baik atau buruknya kinerja dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari baik diri masing-masing individu dalam organisasi maupun dari lingkungan organisasi. Dalam upaya meningkatkan kinerja pemerintah daerah, agar tercipta good governance, maka dalam setiap proses penyusunan anggaran diperlukan pendekatan yang baik agar anggaran dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Salah satu pendekatan manajerial yang digunakan untuk menyusun anggaran pemerintah adalah dengan menggunakan partisipasi anggaran. Partisipasi anggaran membutuhkan keterlibatan tidak hanya manajer tingkat atas, tetapi juga manajer tingkat bawah dalam proses penyusunan anggaran. Diharapkan dengan adanya koordinasi antar manajemen, dapat diciptakan suatu anggaran yang mampu memenuhi kebutuhan manajerial, dan pada akhirnya meningkatkan kinerja organisasi. Penelitian mengenai partisipasi anggaran dalam sektor publik terutama kaitannya dengan kinerja manajerial penting untuk dilakukan karena perilaku penganggaran (budgetary behaviour) dalam sektor publik terutama pemerintah berbeda dengan perilaku penganggaran dalam perusahaan-perusahaan yang berorientasi laba (profit oriented). Penelitian mengenai hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial telah ditelaah secara luas. Banyak studi yang telah dilakukan oleh para ahli terkait dengan partisipasi anggaran dan hubungannya dengan kinerja. Namun hanya sedikit penelitian yang dilakukan di sektor publik terutama pemerintah di negara-negara berkembang. Sektor publik yang ada di negaranegara maju tentunya berbeda dengan sektor publik yang terdapat di negara-negara berkembang. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi literature gap dengan melakukan penelitian di sektor pemerintah di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang. Selain itu, penelitian mengenai partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial banyak diperdebatkan, dikarenakan banyak memberikan hasil yang bertentangan. Seperti yang diungkapkan Nouri (1992) dalam Supriyono (2004) bahwa hasil penelitian-penelitian awal terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial menunjukkan hasil yang tidak meyakinkan (inconclusive). Brownell dan Mc. Innes (1986) dalam Supriyono (2004) menemukan hubungan positif dan signifikan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Penelitian yang dilakukan Indriantoro (1993) dalam Nor (2007) juga mengungkapkan hal serupa. Sedangkan Milani (1975); Brownell dan Hirst (1986) dalam Sukardi (2002) menemukan hasil yang tidak signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Nouri dan Parker (1998) dalam Ahmad dan Fatima (2008) menyatakan bahwa hasil penelitian-penelitian terdahulu yang tidak konsisten mengarahkan penelitian-penelitian berikutnya untuk menggunakan variabel intervening. Hal serupa juga diungkapkan oleh Govindarajan (1986) dalam Supriyono (2004) bahwa untuk mengatasi ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian sebelumnya diperlukan pendekatan kontijensi. Pada dasarnya pendekatan kontijensi menduga hubungan antara variabel partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial bergantung pada kondisi lingkungan atau faktor-faktor situasional. Melalui pendekatan kontijensi, variabel-variabel lain dimasukkan ke dalam penelitian. Variabel-variabel lain tersebut mungkin mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial. Variabel-variabel yang mengindikasikan faktor-faktor situasional dalam pendekatan kontijensi dikenal sebagai variabel moderating dan variabel intervening. Penelitian ini mencoba mengkaji hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial dengan menggunakan variabel intervening yaitu komitmen terhadap organisasi dan persepsi inovasi. Penggunaan variabel intervening ini diharapkan mampu memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai hubungan diantara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian terdahulu dan bersifat empiris, dimana peneliti bermaksud melihat apakah hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya akan memberikan hasil yang sama atau berbeda apabila diterapkan dalam sektor publik di Indonesia.
2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Penelitian ini menggunakan Teori Kebutuhan sebagai landasannya. Teori Kebutuhan yang digunakan terdiri dari Hierarki Kebutuhan Maslow (Maslow’s need hierarchy) dan Herzberg’s twofactor theory. Hirarki Kebutuhan Maslow menyatakan bahwa terdapat 5 hirarki kebutuhan yang dimiliki oleh manusia yang menciptakan motivasi terhadap individu untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu kebutuhan dasar (physiological needs), kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan sosial (social and belongingness needs), kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs). Setelah seseorang memenuhi kebutuhan pada tingkatan paling dasar, maka kebutuhan di tingkatan berikutnya akan menjadi semakin penting, sehingga mampu mengarahkan perilaku seseorang untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Teori ini juga menyatakan bahwa setelah terpuaskan, maka kebutuhan tersebut tidak lagi menjadi motivator (Siegel dan Marconi, 1989). Herzberg’s two-factor theory fokus kepada dua macam penghargaan yaitu yang terkait dengan kepuasan kerja (job satisfaction) dan yang terkait dengan ketidakpuasan kerja (job dissatisfaction). Faktor-faktor yang terkait dengan kepuasan kerja disebut dengan motivator sedangkan yang terkait dengan ketidakpuasan kerja disebut dengan hygiene factors (Siegel dan Marconi, 1989). Contoh motivator adalah promosi, pengakuan, tanggung jawab, karakteristik pekerjaan, dan potensi untuk aktualisasi diri. Sedangkan contoh hygiene factors adalah keamanan kerja, gaji, kebijakan dan administrasi perusahaan, situasi kerja, dan hubungan antar karyawan dalam perusahaan. Partisipasi anggaran membutuhkan keikutsertaan lebih banyak manajer dalam proses penyusunannya. Tidak hanya manajer tingkat atas, tetapi juga manajer tingkat menengah dan manajer tingkat bawah. Dengan adanya keterlibatan tersebut, mereka akan merasa lebih dihargai dan merasa bahwa ide-idenya dibutuhkan oleh organisasi. Hal ini sesuai dengan Teori Maslow dan Teori Herzberg yang menyatakan bahwa individu memiliki kebutuhan akan aktualisasi diri. Dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran, kebutuhan tersebut dapat terpenuhi melalui penghargaan terhadap ide-ide yang dikemukakan oleh manajer. Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial Anggaran memiliki peranan penting dalam manajerial sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Dalam fungsinya sebagai alat pengendalian, anggaran digunakan sebagai suatu sistem untuk mengukur kinerja suatu organisasi. Kinerja yang baik dapat menghasilkan output yang sesuai dengan input. Sehingga anggaran sebagai alat pengendalian mengendalikan penggunaan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai hasil yang optimal. Argyris (1952) dalam Wijayanto (2011) menyatakan bahwa kinerja dinyatakan efektif apabila tujuan dari anggaran tercapai dan partisipasi dari bawahan memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan tersebut.Hal ini dikarenakan partisipasi umumnya dinilai sebagai suatu pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja anggota organisasi. H1 : Partisipasi anggaran dan kinerja manajerial memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Partisipasi anggaran, Komitmen Organisasi, dan Kinerja Manajerial Komitmen organisasi adalah sejauh mana karyawan bersedia untuk melakukan upaya yang terus menerus demi keberhasilan organisasi. Partisipasi dalam penyusunan anggaran membutuhkan keterlibatan lebih banyak karyawan dalam proses penyusunannya. Dengan keterlibatan tersebut karyawan akan lebih memahami struktur anggaran dan mampu menyelesaikan permasalahan yang mungkin timbul. Sehingga dengan demikian akan tumbuh komitmen yang kuat terhadap organisasi. Komitmen yang tinggi terhadap organisasi akan menjadikan karyawan lebih bertanggung jawab pada tugas dan menampilkan kinerja yang lebih baik. Penelitian yang dilakukan oleh Nouri dan Parker (1998) membuktikan bahwa partisipasi anggaran mempengaruhi kinerja melalui komitmen organisasi. Karyawan yang ikut terlibat dalam proses penyusunan anggaran, akan memiliki komitmen yang lebih tinggi terhadap organisasi. Dengan tingginya komitmen, karyawan akan menampilkan kinerja yang lebih maksimal. Ahmad dan Fatima (2008) menggunakan komitmen organisasi sebagai variabel intervening dalam penelitian terhadap partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Hasil penelitian menyatakan bahwa
3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4
terdapat hubungan yang positif antara partisipasi anggaran dan komitmen organisasi, serta komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial. H2 : Partisipasi anggaran dan komitmen organisasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan. H3 : Komitmen organisasi dan kinerja manajerial memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Partisipasi Anggaran, Persepsi Inovasi, dan Kinerja Manajerial Manajer yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran akan menginternalisasikan standar ke arah tujuan yang ditetapkan, mengesampingkan kepuasan pribadi dan fokus kepada pencapaian anggaran sehingga akan mendorong peningkatan kinerja manajerial (Brownell dan McInnes, 1986). Keterlibatan manajer dalam penyusunan anggaran akan membuat mereka merasa dihargai dan merasa bahwa ide-ide mereka dibutuhkan oleh organisasi. Disamping itu, ketika manajer memberikan kontribusi berupa inovasi-inovasi pada organisasi, mereka juga telah memenuhi kebutuhannya terhadap aktualisasi diri. Dalam penelitian yang dilakukan Ahmad dan Fatima (2008) persepsi inovasi digunakan sebagai variabel intervening dalam hubungan partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial. Penelitian tersebut memberikan hasil positif mengenai hubungan partisipasi anggaran dengan persepsi inovasi, namun hubungan antara persepsi inovasi dan kinerja manajerial memberikan hasil yang negatif. Penelitian berikutnya yang mengkaji hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial dilakukan oleh Nurcahyani (2010). Dalam penelitian tersebut, variabel persepsi inovasi juga digunakan sebagai variabel intervening. Berbeda dengan hasil penelitian Ahmad dan Fatima (2008), Nurcahyani (2010) membuktikan partisipasi anggaran mempengaruhi persepsi inovasi secara signifikan, dan persepsi inovasi juga mempengaruhi kinerja manajerial secara signifikan. Semakin tinggi tingkat partisipasi karyawan dalam penyusunan anggaran, semakin tinggi pula tingkat persepsi terhadap inovasi. Dan tingginya tingkat persepsi terhadap inovasi akan berpengaruh terhadap meningkatnya kinerja. H4 : Partisipasi anggaran dan persepsi inovasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan H5 : Persepsi inovasi dan kinerja manajerial memiliki hubungan yang positif dan signifikan. METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Dalam penelitian ini, akan diuji mengenai hubungan antara partisipasi anggaran sebagai variabel dependen dan kinerja manajerial sebagai variabel independen. Hubungan tersebut juga akan dimediasi oleh variabel antara (variabel intervening) yaitu komitmen organisasi dan persepsi inovasi. Kinerja Manajerial Kinerja manajerial merupakan tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan organisasi. Kinerja merupakan hasil yang dicapai yang dapat dilihat dari kualitas maupun kuantitas yang diperoleh dalam pelaksanaan kewajiban yang diberikan. Pengukuran variabel ini mengadopsi pertanyaan yang dikembangkan oleh Mahoney, et al (1963) dalam Mas’ud (2004), yang telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi pemerintahan di Indonesia. Kinerja manajerial diukur dengan menggunakan delapan indikator yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan (supervisi), pengaturan staff (staffing), negosiasi, dan perwakilan. Jawaban atas pertanyaan menggunakan skala Likert dengan rentang nilai satu (terendah) hingga tujuh (tertinggi). Partisipasi Anggaran Partisipasi anggaran adalah seberapa jauh keterlibatan manajer dalam proses penyusunan anggaran. Dalam penelitian ini variabel partisipasi anggaran diukur dengan menggunakan modifikasi instrumen yang diadopsi dari Milani (1975) dalam Mas’ud (2004). Instrumen ini terdiri dari enam indikator yaitu keterlibatan dalam penyusunan anggaran, alasan revisi anggaran, frekuensi saran dalam anggaran, banyaknya pengaruh yang diberikan, pentingnya kontribusi, dan
4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5
frekuensi opini yang diberikan. Jawaban dinilai dengan menggunakan skala tujuh poin, dimana skor terendah (poin 1) menunjukkan partisipasi tinggi, sedangkan skor tinggi (poin 7) menunjukkan partisipasi rendah. Instrumen ini digunakan dengan tujuan untuk mengukur tingkat partisipasi karyawan dalam proses penyusunan anggaran, dan seberapa besar pengaruh keterlibatan mereka dalam proses tersebut. Komitmen Organisasi Komitmen terhadap organisasi merupakan sejauh mana kesediaan karyawan untuk melakukan upaya yang terus menerus demi menjaga keberhasilan dan keberlangsungan organisasi. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Mowdey, et al (1979) dalam Mas’ud (2004) yang terdiri dari sembilan indikator dengan menggunakan skala likert 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 7 (sangat setuju). Instrumen ini juga telah dimodifikasi sesuai dengan kondisi pemerintahan di Indonesia. Sembilan indikator yang digunakan adalah kesediaan karyawan membantu pimpinan, kebanggaan terhadap organisasi, kesediaan menerima tugas, kesamaan nilai-nilai yang dimiliki karyawan dengan nilai organisasi, kebanggaan untuk menjadi bagian dari organisasi, pengaruh organisasi terhadap karyawan untuk berprestasi, kepuasan karyawan memilih organisasi sebagai tempat bekerja, kepedulian terhadap nasib organisasi, dan penilaian karyawan terhadap organisasi. Persepsi Inovasi Persepsi inovasi merupakan sejauh mana seorang karyawan menganggap diri mereka kreatif dan inovatif dalam memberikan kontribusi ide-ide untuk penyelesaian masalah maupun pengembangan perusahaan. Persepsi karyawan terhadap inovasi diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh O’Reilly, et al (1991); Windsor dan Ashkanasy (1996) dalam Nurcahyani (2010). Instrumen ini terdiri dari enam indikator dan menggunakan skala likert 1 (terendah) hingga 7 (tertinggi). Enam indikator yang digunakan yaitu tingkat inovasi karyawan, respon karyawan terhadap peluang, kemampuan karyawan untuk melakukan eksperimen, pengambilan resiko, kehati-hatian karyawan dalam bekerja, dan orientasi terhadap peraturan dalam melakukan pekerjaan. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilakukan di Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah, dengan mengambil salah satu SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yaitu Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai populasi. Sekretariat Daerah merupakan unsur staf yang berkedudukan di bawah Gubernur dan berfungsi membantu Gubernur dalam menentukan kebijakan dan melakukan koordinasi perangkat daerah. Sehingga jelas sekali bahwa organisasi ini memiliki kompleksitas dan birokrasi yang rumit. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling method dimana karyawan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pejabat struktural yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Kriteria yang kedua adalah memiliki masa kerja dan telah terlibat dalam penyusunan anggaran minimal satu tahun. Adapun pejabat struktural yang terlibat dalam penelitian ini adalah pejabat setingkat kepala biro, kepala bagian, dan kepala sub bagian. Metode Analisis Model kerangka teoritis yang dibangun menggambarkan adanya variabel mediasi/intervening. Ghozali (2011) menjelaskan untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis jalur (Path Analysis). Analisis jalur merupakan pengembangan dari analisis regresi linear berganda, atau penggunaan analisis regresi untuk mengetahui adanya hubungan kausalitas antar variabel. Hubungan langsung maupun hubungan tidak langsung antar variabel dalam model juga dapat diukur dengan menggunakan analisis jalur. Setelah mengembangkan model teoritis dan membangun diagram jalur, maka diagram jalur harus diterjemahkan ke dalam persamaan struktural. Persamaan struktural memperlihatkan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk dalam model. Berikut ini merupakan penjabaran diagram jalur menjadi persamaan struktural:
5
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6
KO = β1PA + e1 PI = β1PA + e2 KM = β1PA + β2KO + β3PI + e3 Dimana: PA = KO = PI = KM =
(1) (2) (3)
Partisipasi Anggaran Komitmen Organisasi Persepsi Inovasi Kinerja Manajerial
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data mengenai responden yang disajikan dalam penelitian ini adalah mengenai gender, usia, jabatan, lama bekerja, dan pengalaman dalam penyusunan anggaran. Gambaran profil responden secara lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1 Profil Responden Keterangan Gender Usia
Jabatan
Lama bekerja
Pengalaman menyusun Anggaran
1. 2. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3.
Laki-laki Perempuan 20 – 29 tahun 30 – 39 tahun 40 – 49 tahun ≥ 50 tahun Kepala Biro Kepala Bagian Kepala Sub Bagian ≤ 10 tahun 11 – 20 tahun 21 -30 tahun ≥ 31 tahun ≤ 3 tahun 3 – 6 tahun ≥ 7 tahun
Jumlah 52 29 0 4 41 36 4 21 56 1 19 55 6 12 26 43
Persentase 64,20 % 35,80 % 0% 4,94 % 50,62 % 44,44 % 4,94 % 25,92 % 69,14 % 1,23 % 23,46 % 67, 90 % 7,41 % 14,81 % 32,10 % 53,09 %
Sumber: Hasil Penelitian
Analisis Data Statistik Deskripsi Variabel Penelitian Statistik deskripsi dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai tanggapan responden mengenai variabel-variabel penelitian yaitu partisipasi anggaran, komitmen organisasi, persepsi inovasi, dan kinerja manajerial. Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Kisaran Variabel Kisaran Teoritis Sesungguhnya Partisipasi Anggaran 6 – 42 6 – 42 Komitmen Organisasi 9 – 63 18 – 63 Persepsi Inovasi 6 – 35 18 – 42 Kinerja Manajerial 8 – 56 15 – 55 Sumber: Data primer yang diolah
Mean 27,75 42,79 32,90 36,84
Standar Deviasi 7,713 11,029 6,155 9,288
Uji Reliabilitas Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (α). Indikator akan dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha >0,70.
6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7
Tabel 3 Hasil Uji Reliabilitas Data Cronbach Syarat Variabel Reliabilitas Alpha (α α) Partisipasi Anggaran 0,925 > 0,70 Komitmen Organisasi 0,943 > 0,70 Persepsi Inovasi 0,931 > 0,70 Kinerja Manajerial 0,939 > 0,70 Sumber: Data primer yang diolah
Kesimpulan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Uji Validitas Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan memenuhi asumsi data matrik memiliki korelasi yang cukup. Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar variabel digunakan Bartlett test of sphericity dan KaiserMeyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA). Hasil Bartlett test yang signifikan dan nilai KMO MSA yang >0,50 mengindikasikan adanya korelasi antar variabel, sehingga analisis faktor dapat dilakukan. Tabel 4 Hasil Uji Validitas Data Indikator Loading Factor Syarat Partisipasi Anggaran PA 1 0,850 > 0,50 PA 2 0,913 > 0,50 PA 3 0,854 > 0,50 PA 4 0,879 > 0,50 PA 5 0,775 > 0,50 PA 6 0,848 > 0,50 Komitmen Organisasi KO 1 0,815 > 0,50 KO 2 0,839 > 0,50 KO 3 0,905 > 0,50 KO 4 0,888 > 0,50 KO 5 0,769 > 0,50 KO 6 0.730 > 0,50 KO 7 0,847 > 0,50 KO 8 0,835 > 0,50 KO 9
0,833
Persepsi Inovasi PI 1 0,898 PI 2 0,863 PI 3 0,870 PI 4 0,874 PI 5 0,907 PI 6 0,764 Kinerja Manajerial KM 1 0,851 KM 2 0,851 KM 3 0,743 KM 4 0,915 KM 5 0,899 KM 6 0,828 KM 7 0,760 KM 8 0,842 Sumber: Data primer yang diolah
Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
> 0,50
Valid
> 0,50 > 0,50 > 0,50 > 0,50 > 0,50 > 0,50
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
> 0,50 > 0,50 > 0,50 > 0,50 > 0,50 > 0,50 > 0,50 > 0,50
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8
Uji Normalitas Pengujian terhadap normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi penelitian masing-masing variabel. Normalitas dapat dilihat dari nilai critical ratio (CR) sebesar ±2,58 pada tingkat signifikansi 1%. Apabila nilai CR yang dihasilkan dalam tabel masingmasing dimensi variabel memiliki nilai lebih kecil dari ±2,58 maka disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal. Berikut adalah hasil uji normalitas data: Tabel 5 Hasil Uji Normalitas max skew c.r. 42,000 -0,234 -0,860 63,000 -0,210 -0,772 42,000 -0,863 -3,169 55,000 -0,454 -1,668
Variabel min PA 6,000 KO 18,000 PI 18,000 KM 15,000 Multivariate Sumber: Data primer yang diolah
kurtosis -0,517 -0,593 -0,181 -0,459 2,081
c.r. -0,950 -1,089 -0,333 -0,844 1,352
Dari tabel 5 terlihat bahwa nilai cr secara keseluruhan berada di bawah ±2,58. Meskipun untuk variabel persepsi inovasi nilai cr masih di atas ±2,58, sehingga perlu dilakukan evaluasi outlier agar distribusi data menjadi normal. Setelah outlier dihilangkan berikut ini adalah hasil dari uji normalitas: Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Setelah Evaluasi Outlier max skew c.r. 42,000 -0,076 -0,272 63,000 -0,085 -0,304 42,000 -0,920 -3,275 55,000 -0,442 -1,574
Variabel min PA 12,000 KO 21,000 PI 18,000 KM 15,000 Multivariate Sumber: Data primer yang diolah
kurtosis -0,903 -0,774 -0,020 -0,418 0,910
c.r. -1,607 -1,377 -0,035 -0,744 0,573
Pada tabel 6 menunjukkan nilai cr untuk multivariate adalah sebesar 0,573. Nilai tersebut berada jauh di bawah nilai ±2,58 pada tingkat signifikansi 1%. Meskipun variabel persepsi inovasi masih memiliki nilai cr di atas ±2,58, akan tetapi secara keseluruhan nilai cr sudah jauh lebih kecil sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Uji Hipotesis Ada atau tidaknya hubungan langsung dan tidak langsung antar variabel dalam penelitian juga ditunjukkan oleh nilai probabilitas seperti yang ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 7 Regression Weights Estimate Partisipasi Anggaran Komitmen Organisasi 0,725 Partisipasi Anggaran Persepsi Inovasi 0,354 Partisipasi Anggaran Kinerja Manajerial 0,261 Persepsi Inovasi Kinerja Manajerial 0,969 Komitmen Organisasi Kinerja Manajerial 0,142
S.E. 0,145 0,085 0,096 0,104
C.R. 5,004 4,152 2,728 9,357
P < 0,001 < 0,001 0,006 < 0,001
0,061
2,332
0,020
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 7 di atas memperlihatkan adanya hubungan langsung dan tidak langsung antar variabel penelitian. Partisipasi anggaran dan kinerja manajerial memiliki hubungan langsung yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,006 (<0,05). Sehingga hipotesis 1 yang menyatakan bahwa partisipasi anggaran dan kinerja manajerial memiliki hubungan yang positif dan signifikan diterima.
8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9
Hubungan langsung juga terjadi antara partisipasi anggaran dan komitmen organisasi dan terdapat pula hubungan tidak langsung dari partisipasi anggaran ke kinerja manajerial melalui komitmen organisasi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai signifikansi yang tidak melebihi 0,05. Dengan demikian hipotesis 2 yang menyatakan bahwa partisipasi anggaran dan komitmen organisasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan diterima. Demikian pula hipotesis 3 dimana komitmen organisasi dan kinerja manajerial dinyatakan memiliki hubungan yang positif dan signifikan juga diterima. Variabel partisipasi anggaran dan persepsi inovasi juga memiliki hubungan langsung, dan hubungan tidak langsung terjadi antara partisipasi anggaran ke kinerja manajerial melalui persepsi inovasi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai signifikansi yang berada di bawah batas yang ditentukan yaitu lebih kecil dari 0,05. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis 4 yang menyatakan bahwa partisipasi anggaran dan persepsi inovasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan diterima. Demikian pula hipotesis 5 yang menyatakan bahwa persepsi inovasi dan kinerja manajerial memiliki hubungan yang positif dan signifikan juga diterima. Besarnya pengaruh langsung antar variabel-variabel dalam penelitian akan disajikan lebih rinci pada tabel 8 berikut. Tabel 8 Standardized Direct Effects Partisipasi Persepsi Inovasi Anggaran 0,432 0,000 Persepsi Inovasi 0,500 0,000 Komitmen Organisasi 0,214 0,652 Kinerja Manajerial Sumber: Data primer yang diolah
Komitmen Organisasi 0,000 0,000 0,169
Melalui tabel 8 menunjukkan variabel partisipasi anggaran mempengaruhi kinerja manajerial sebesar 0,214 (21,40%). Partisipasi anggaran juga mempengaruhi komitmen organisasi sebesar 0,500 (50%). Sedangkan pengaruh langsung komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial ditunjukkan dengan angka 0,169 yang berarti komitmen organisasi mempengaruhi kinerja manajerial sebesar 16,90%. Selain itu partisipasi anggaran mempengaruhi persepsi inovasi sebesar 0,432 (43,20%) dan persepsi inovasi berpengaruh langsung terhadap kinerja manajerial sebesar 0,652 (65,20%). Selain hubungan langsung, hubungan tidak langsung juga terjadi antar variabel penelitian, yang dijelaskan dalam tabel 9. Tabel 9 Standardized Indirect Effects Partisipasi Persepsi Inovasi Anggaran 0,000 0,000 Persepsi Inovasi 0,000 0,000 Komitmen Organisasi 0,366 0,000 Kinerja Manajerial Sumber: Data primer yang diolah
Komitmen Organisasi 0,000 0,000 0,000
Pengaruh tidak langsung dari partisipasi anggaran ke kinerja manajerial melalui komitmen organisasi adalah sebesar 0,500 x 0,169 = 0,085 (8,50%). Dan pengaruh tidak langsung partisipasi anggaran terhadap kinerja melalui persepsi inovasi sebesar 0,432 x 0,652 = 0,281 (28,10%). Sehingga total pengaruh tidak langsung variabel partisipasi anggaran terhadap kinerja adalah sebesar 0,085 + 0,281 = 0,366 (36,60%). Dari pengaruh langsung dan tidak langsung akan diperoleh pengaruh total yang dijelaskan dalam tabel 10.
9
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10
Tabel 10 Standardized Total Effects Partisipasi Persepsi Inovasi Anggaran 0,432 0,000 Persepsi Inovasi 0,500 0,000 Komitmen Organisasi 0,581 0,652 Kinerja Manajerial Sumber: Data primer yang diolah
Komitmen Organisasi 0,000 0,000 0,169
Total effect yang diperoleh dari analisis model struktural adalah sebesar jumlah pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. Sehingga dalam model yang digunakan dalam penelitian total effect yang dihasilkan adalah sebesar 0,214 + 0,366 = 0,58 (58%). Dari analisis data penelitian yang telah dilakukan, tabel 11 berikut ini akan menyajikan kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis. Tabel 11 Kesimpulan Hasil Uji Hipotesis Hipotesis Signifikansi H1: Partisipasi anggaran dan kinerja manajerial memiliki 0,006 hubungan yang positif dan signifikan H2: Partisipasi anggaran dan komitmen organisasi memiliki < 0,001 hubungan yang positif dan signifikan H3: Komitmen organisasi dan kinerja manajerial memiliki 0,020 hubungan yang positif dan signifikan H4: Partisipasi anggaran dan persepsi inovasi memiliki < 0,001 hubungan yang positif dan signifikan H5: Persepsi inovasi dan kinerja manajerial memiliki < 0,001 hubungan yang positif dan signifikan
Keputusan Hipotesis diterima Hipotesis diterima Hipotesis diterima Hipotesis diterima Hipotesis diterima
Sumber: Hasil penelitian
Interpretasi Hasil Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan analisis jalur (path analysis), berikut ini adalah interpretasi hasil untuk menjawab masalah penelitian yang diajukan. Hubungan antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial Dalam hipotesis 1 dinyatakan bahwa partisipasi anggaran memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kinerja manajerial. Hipotesis ini menguji hubungan langsung antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Dari hasil analisis yang dapat dilihat pada tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa terdapat hubungan langsung antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial yang ditandai dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Sementara itu pada tabel 8 disebutkan besarnya pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial yaitu sebesar 0,214 (21,40%). Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa partisipasi anggaran memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial dapat diterima. Semakin tinggi tingkat partisipasi dalam penyusunan anggaran, akan semakin meningkatkan kinerja manajerial. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Brownell (1982), Sardjito dan Muthaher (2007), serta Ahmad dan Fatima (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Hubungan antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial melalui Komitmen Organisasi sebagai Variabel Intervening Dalam hipotesis 2 dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi anggaran dan komitmen organisasi. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel tersebut melalui nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Partisipasi anggaran mempengaruhi komitmen organisasi sebesar 0,500 (50%). Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa partisipasi anggaran memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap
10
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11
komitmen organisasi dapat diterima. Tingkat partisipasi karyawan dalam penyusunan anggaran yang tinggi akan menyebabkan tingginya komitmen karyawan terhadap organisasi mereka. Hipotesis 3 menyatakan bahwa terdapat hubungan antara komitmen organisasi dan kinerja manajerial. Dari analisis yang telah dilakukan terbukti bahwa memang terdapat hubungan antara komitmen organisasi dan kinerja manajerial, terlihat dari nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Besarnya pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial adalah 0,169 (16,90%). Melalui hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa komitmen organisasi dan kinerja manajerial memiliki hubungan yang positif dan signifikan dapat diterima. Semakin tinggi komitmen yang dimiliki karyawan terhadap organisasi, akan semakin tinggi pula kinerja yang dapat ditampilkan oleh karyawan tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nouri dan Parker (1998) yang membuktikan bahwa partisipasi anggaran mempengaruhi kinerja manajerial melalui komitmen organisasi. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Ahmad dan Fatima (2008) yang menghasilkan adanya hubungan positif antara partisipasi anggaran dan komitmen organisasi, serta komitmen organisasi dan kinerja manajerial. Hubungan antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial melalui Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening Dalam hipotesis 4 menyatakan bahwa partisipasi dalam penyusunan anggaran dan persepsi inovasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat partisipasi penyusunan anggaran akan semakin tinggi pula tingkat persepsi terhadap inovasi seorang karyawan. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan antara partisipasi anggaran dan persepsi inovasi, karena taraf signifikansi yang dihasilkan masih berada di bawah batas yang ditentukan yaitu sebesar 0,05. Selain itu partisipasi anggaran juga mempengaruhi persepsi inovasi sebesar 0,432 (43,20%). Dengan demikian hipitesis yang menyatakan partisipasi anggaran dan persepsi inovasi memiliki hubungan yang positif dan signifikan dapat diterima. Hipotesis 5 menyatakan bahwa persepsi inovasi dan kinerja manajerial memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Semakin tinggi persepsi karyawan terhadap inovasi akan semakin tinggi pula kinerja yang ditampilkan. Adanya hubungan antara persepsi inovasi dengan kinerja ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang dihasilkan masih berada di bawah 0,05. Besarnya pengaruh yang diberikan persepsi inovasi terhadap kinerja manajerial adalah sebesar 0,652 (65,20%). Melalui analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan persepsi inovasi dan kinerja manajerial memiliki hubungan yang positif dan signifikan dapat diterima. Penelitian ini konsisten dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Ahmad dan Fatima (2008) menemukan adanya hasil positif mengenai hubungan partisipasi anggaran dengan persepsi inovasi. Sedangkan Nurcahyani (2010) menggunakan variabel persepsi inovasi sebagai variabel intervening dan membuktikan bahwa partisipasi anggaran mempengaruhi persepsi inovasi secara signifikan, demikian pula persepsi inovasi juga mempengaruhi kinerja manajerial secara signifikan. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini menguji tentang hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial dengan komitmen organisasi dan persepsi inovasi sebagai variabel intervening. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa partisipasi anggaran memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan kinerja manajerial. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 yang berada di bawah 0,05. Sehingga, semakin tinggi tingkat partisipasi karyawan dalam penyusunan anggaran, kinerja yang dihasilkan oleh karyawan tersebut juga akan mengalami peningkatan yang signifikan. Penelitian ini juga telah menemukan bukti bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan dari partisipasi anggaran dan komitmen organisasi. Kesimpulan ini diambil dengan melihat nilai signifikansi yang berada jauh di bawah 0,05 sehingga menunjukkan hasil yang signifikan. Dengan kata lain, tingginya partisipasi karyawan dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan komitmen karyawan tersebut terhadap organisasi tempatnya bekerja. Ketika karyawan dilibatkan dalam penyusunan anggaran, mereka akan merasa bahwa pendapat mereka
11
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 12
dibutuhkan dan diperhitungkan oleh organisasi. Sehingga hal ini akan meningkatkan semangat kerja karyawan dan pada akhirnya juga meningkatkan kinerja yang dihasilkan. Hubungan antara komitmen organisasi dan kinerja manajerial juga terbukti positif. Nilai signifikansi sebesar 0,020 berada di bawah 0,05 menunjukkan bahwa hubungan tersebut juga signifikan. Ketika komitmen karyawan terhadap organisasi meningkat, maka kinerja yang ditampilkan oleh mereka juga akan mengalami peningkatan yang signifikan. Komitmen yang tinggi akan membuat karyawan lebih menghargai organisasi, dan lebih peduli terhadap nasib organisasi tempatnya bekerja. Sehingga mereka akan menampilkan kinerja yang tinggi untuk membantu dalam pencapaian tujuan organisasi. Bukti empiris dalam penelitian ini telah menunjukkan adanya hubungan yang positif antara partisipasi anggaran dan persepsi inovasi. Hubungan tersebut juga signifikan yang ditandai dengan nilai signifikansi yang sangat kecil (kurang dari 0,001) sehingga tidak ditampilkan dalam output analisis. Dengan kata lain adanya keterlibatan karyawan dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan pemikiran mereka untuk menciptakan solusi-solusi baru dalam pemecahan masalah. Pikiran karyawan akan semakin terbuka dan persepsi mereka terhadap perlunya inovasi dalam penyelesaian permasalahan juga akan meningkat dengan signifikan. Lebih lanjut lagi, penelitian ini telah membuktikan adanya hubungan yang positif antara persepsi inovasi dengan kinerja manajerial. Sama dengan sebelumnya nilai signifikansi antara dua variabel ini sangat kecil, sehingga hanya ditampilkan dengan simbol bintang pada hasil output analisis. Kecilnya nilai signifikansi tersebut menandakan bahwa hubungan antara persepsi inovasi dan kinerja manajerial signifikan secara statistik. Persepsi yang tinggi terhadap inovasi menjadikan karyawan terbuka terhadap ide-ide baru dalam pemecahan masalah. Pemikiran yang semakin terbuka akan meningkatkan kinerja. Ketika suatu permasalahan muncul, solusi yang ditawarkan akan semakin bervariatif sehingga membuka kemungkinan yang lebih besar untuk menyelesaikan permasalahan dengan sebaik-baiknya. Kesimpulan terakhir yang dapat diambil dari penelitian ini, adalah bahwa ternyata hubungan partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial memiliki nilai sebesar 0,261. Nilai ini lebih kecil jika dibandingkan dengan hubungan keduanya melalui komitmen organisasi dan persepsi inovasi sebagai variabel intervening yaitu sebesar 0,366. Melalui analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya komitmen organisasi dan persepsi inovasi sebagai variabel intervening menguatkan hubungan antara partisipasi pegawai struktural dalam penyusunan anggaran dengan kinerja yang dihasilkan. Keterbatasan Penelitian ini tentu saja masih memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu. Dalam penelitian ini, variabel intervening yang digunakan sebagai variabel yang memediasi hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja hanya terbatas pada variabel komitmen organisasi dan persepsi inovasi saja. Selain itu adanya outlier menunjukkan distribusi data yang tidak normal sehingga perlu dilakukan evaluasi outlier terlebih dahulu untuk menghilangkan distribusi data yang tidak normal. Saran Dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran untuk penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama. Dengan penggunaan variabel intervening yang hanya terbatas pada komitmen organisasi dan persepsi inovasi, maka untuk penelitian selanjutnya lebih baik memperluas penggunaan variabel intervening lainnya seperti motivasi, kepuasan kerja, budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan.
REFERENSI Ahmad, N. Nazli Nik, dan A. Fatima. 2008. “Budgetary Participation and Performance: some Malaysian Evidence”. International Journal of Public Sector Management, Vol. 21, No. 6, pp. 658-673. Boland, T. and A. Fowler. 2000. A Systems Perspective of Performance Management in Public Sector Organisations. “The International Journal of Public Sector Management, Vol. 13, No. 5, pp. 417-446 12
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 13
Brownell, P. dan J. M. McInnes. 1983. “Budgetary Participation, Motivation and Managerial Performance”. Massachusetts Institute of Technology. Ferdinand, A. 2006. Structural Equation Modeling dalam Penelitian Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, I. 2008. Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS 16.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hansen, Don R. dan M.M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat. Hellriegel, D., J. W. Slocum, and R. W. Woodman. 2001. Organizational Behaviour. South-Western College Publishing. Heriyanti, D. 2007. “Analisis Pengaruh Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan dengan Komitmen Organisasional sebagai Variabel Intervening (Studi PT.PLN Persero APJ Semarang)”. Diakses tanggal 5 Maret 2012, dari http://www.scribd.com. Hersusdadikawati, E. 2004. “Pengaruh Kepuasan atas Gaji terhadap Keinginan untuk Berpindah Kerja, dengan Komitmen Organisasional sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Dosen Akuntansi Perguruan Tinggi Swasta Jawa Tengah)”. Tesis Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Hudayati, A. 2002. “Perkembangan Penelitian Akuntansi Keperilakuan: Berbagai Teori dan Pendekatan yang Melandasi.” Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 6 No. 2. Diakses tanggal 28 Oktober 2011, dari http://journal.uii.ac.id. Kaplan, D. 2000. Structural Equation Modeling Foundations and Extensions.California: Sage Publication Inc. Kawedar, W., A. Rohman, dan S. Handayani. 2008. Akuntansi Sektor Publik Pendekatan Penganggaran Daerah dan Akuntansi Keuangan Daerah. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Kreitner, R. dan A. Kinicki. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi. Mas’ud, F. 2004. Survai Diagnosis Organisasional Konsep dan Aplikasi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Mulgan, G. dan D. Albury. 2003. “Innovation in Public Sector”, Diakses 3 Desember 2011, dari http://cabinetoffice.gov.uk. Muyadi dan J. Setyawan. 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Munandar. 2007. Budgeting: Perencanaan Kerja dan Pengkoordinasian Kerja Pengawasan Kerja. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Nor, W. 2007. “Desentralisasi dan Gaya Kepemimpinan sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Kinerja Manajerial”, Simposium Nasional Akuntansi X. Nurcahyani, K. 2010. “Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Melalui Komitmen Organisasi dan Persepsi Inovasi sebagai Variabel Intervening”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Otley, D. dan A. Fakiolas. 2000. Reliance on Accounting Performance Measures: Dead End or New Beginning. “Accounting, Organizations and Society 25”, h. 497-510 Rohman, A. 2009. Akuntansi Sektor Publik: Telaah dari dimensi pengelolaan keuangan daerah, good governance, pengendalian, pengawasan, dan pengukuran kinerja pemerintah daerah. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Sardjito, B. dan O. Muthaher. 2007. “Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Moderating”, Simposium Nasional Akuntansi X. 13
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 14
Sekaran, U. 2007. Research Methods For Business (Metodologi Penelitian untuk Bisnis). Jakarta: Salemba Empat. Siegel, G. dan Marconi, H. Ramanauskas. 1989. Behavioral Accounting. Ohio: South Western Publishing Company. Sugiyanto, E. 2004. “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Struktur Desentralisasi, terhadap Komitmen Organisasi dan Kepuasan Kerja dengan Orientasi Nilai Manajer pada Inovasi sebagai Moderating Variabel (Studi empiris pada perusahaan manufaktur di BEJ)”. Tesis Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Sukardi. 2002. “Hubungan antara Partisipasi Penyusunan Anggaran dengan Kinerja Manajerial: Peran Motivasi Kerja dan Kultur Organisasional sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Badan Usaha Koperasi di Jawa Tengah)”. Diakses tanggal 16 Februari 2012, dari http://eprints.undip.ac.id. Supriyanto, Y. 1985. Anggaran Perusahaan: Perencanaan dan Pengendalian Laba. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Supriyono. 1990. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE UGM. Supriyono, R.A. 2004. Pengaruh Variabel Intervening Kecukupan Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial. “Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia”, Vol. 19, No. 3, h. 282-298. Susanti, V. A. 2004. Analisis Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Manajerial: Komitmen Organisasi sebagai Moderator (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Go Public, terdaftar di BEJ, Berkantor Pusat di Jawa Timur). “Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi”, Vol. 4, No. 3, h. 264-285. Wijayanto, K. 2011. “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating (Survei pada Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo)”. Diakses tanggal 16 Februari 2012, dari http://etd.eprints.ums.ac.id. Yukl. G. 1998. Kepemimpinan dalam Organisasi. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Yusfaningrum, K. 2005. “Analisis Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial Melalui Komitmen Tujuan Anggaran dan Job Relevant Information (JRI) sebagai Variabel Intervening”. Tesis Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
14