Hipertensi Pada Gagal Jantung - Rumah Sakit Universitas

mekanisme kerja yang berbeda. ACE inhibitor, β-blocker dan Mineralocorticod Receptor Antagonis (MRA) adalah obat-obat yang terbukti dapat menurunkan...

211 downloads 580 Views 4KB Size
Tanggal : 2014-03-19 Penulis : Web RSUA Kategori : Berita

Hipertensi Pada Gagal Jantung Berita : Oleh : Gusti Ayu Rai Prawishanti, dr. Hipertensi masih merupakan masalah kesehatan utama pada masyarakat yang dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Adanya hipertensi meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung koroner lebih dari dua kali lipat dan meningkatkan resiko gagal jantung kongestif lebih dari tiga kali lipat. Penderita hipertensi sering memiliki struktur dan fungsi jantung yang abnormal meliputi hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi sistolik, disfungsi diastolik, dan akhirnya gagal jantung.Ada dua mekanisme mengenai hubungan hipertensi dengan peningkatan resiko terjadinya gagal jantung. Pertama, hipertensi merupakan faktor resiko terjadinya infark miokard akut yang dapat menyebabkan gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri dan gagal jantung. Kedua, hipertensi menyebabkan terjadinya hipertrofi ventrikel kiri yang dihubungkan dengan terjadinya disfungsi diastolik dan meningkatkan resiko gagal jantung.Manifestasi klinis penderita hipertensi dengan gagal jantung diastolik tidak berbeda dengan gagal jantung sistolik. Sesak nafas, kelelahan, berkurangnya toleransi latihan, dan edema merupakan gejala yang umumnya muncul. Hospitalisasi dapat dicetuskan oleh edema paru. Pada pemeriksaan fisik sering didapatkan peningkatan tekanan darah, distensi vena jugularis, kardiomegali, kongesti paru, irama gallop, hepatomegali dan edema tungkai.Penderita hipertensi sering memiliki struktur dan fungsi jantung yang abnormal meliputi hipertrofi ventrikel kiri, disfungsi sistolik, disfungsi diastolik, dan akhirnya gagal jantung. Secara keseluruhan, sekitar 20% EKG penderita gagal jantung menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri, dan 60-70% menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri dari ekokardiografi. Parameter disfungsi diastolik pada ekokardiografi penderita hipertensi yang memiliki tekanan darah tertinggi menunjukkan bahwa 2/3 pasien memiliki abnormal relaksasi ventrikel kiri, 4 % memiliki pengisian restriktif, 1/8 memiliki pengisian pseudonormal dan hanya 1/6 pasien memiliki pengisian yang normal.Terapi hipertensi pada gagal jantung harus memperhitungkan tipe gagal jantung yang muncul: disfungsi sistolik, dimana kelainan primernya berupa gangguan kontraktilitas jantung; atau disfungsi diastolik dimana terjadi keterbatasan pengisian ventrikel akibat gangguan relaksasi dan menurunnya compliance ventrikel kiri. Memastikan tipe dari gagal jantung yang muncul sangat penting karena akan menentukan pilihan obat hipertensi yang akan digunakan. Outcome dari penderita hipertensi pada gagal jantung akan meningkat dengan memberikan terapi hipertensi yang tepatTerapi hipertensi pada gagal jantung tidak hanya bertujuan untuk menurunkan tekanan darah (untuk mencapai target < 130/80 mm Hg), tetapi juga untuk menghambat sistem neurohormonal yang bertanggungjawab terhadap kerusakan jantung, memperbaiki remodeling ventrikel, menghambat progresivitas penyakit sehingga pada akhirnya menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat gagal jantung. Penurunan tekanan darah yang adekuat umumnya memerlukan dua atau lebih obat dengan mekanisme kerja yang berbeda. ACE inhibitor, β-blocker dan Mineralocorticod Receptor Antagonis (MRA) adalah obat-obat yang terbukti dapat menurunkan hospitalisasi dan mortalitas gagal jantung. Sementara pengggunaan diuretik terutama bertujuan untuk memperbaiki gejala akibat retensi cairan dan sebagai obat tambahan apabila tekanan darah belum terkontrol dengan menggunakan ACE inhibitor, β-blocker dan MRA. ARB terutama digunakan apabila penderita tidak tolerir dengan ACE inhibitor. CCB non dihydropyridine (diltiazem dan verapamil) dikontraindikasikan pada gagal jantung sistolik, tetapi pemberian obat ini dapat dipertimbangkan pada gagal jantung diastolik. CCB non dihydropyridine (amlodipin atau felodipin) dapat diberikan pada penderita gagal jantung sistolik yang tekanan darahnya belum terkontrol dengan pemberian ACE inhibitor, β-blocker dan MRA pada dosis optimal. Akhirnya, kombinasi hidralasin dan isosorbid dinitrat dapat diberikan apabila ACE inhibitor dan ARB menjadi kontraindikasi. Rumah Sakit Universitas Airlangga :

Page 1

Tanggal : 2014-03-19 Penulis : Web RSUA Kategori : Berita

http://rumahsakit.unair.ac.id Email : [email protected] Kampus C Universitas Airlangga Jl. Mulyorejo Surabaya, Jawa Timur, Indonesia - Kodepos : 60115 Phone Help Desk : 031.81153153 (Rawat Inap), 031.5916290 (UGD), 031.77338118 (UGD), 031.5916287 (Poli), Fax : 031.5916291

Page 2