HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL IBU TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA REMAJA PRA PUBERTAS
SKRIPSI Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Oleh : Inna Sarah S 802000127
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2006
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
: Hubungan Antara Dukungan Sosial Ibu Terhadap Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Remaja Pra Pubertas
Nama Mahasiswa
: Inna Sarah Sarlitha Moy
Nim
: 802000127
Program Studi
: Psikologi
Menyetujui,
Berta Esti A. P. S.Psi, MA
Enjang Wahyuningrum, Psi
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi
Prof. Dr. Sutriyono. M,Sc
Dinyatakan Lulus Ujian tanggal : 27 Maret 2006
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Salatiga, 27 Maret 2006
Inna Sarah
iii
MOTTO
Berpeganglah pada didikan, Janganlah melepaskannya, Pelihara dia, Karena dialah Hidupmu ( Amsal 4 : 13 )
iv
DAFTAR ISI
Contents HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL IBU ................................................................................ i TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE ..................................................................... i PADA REMAJA PRA PUBERTAS.............................................................................................................. i
v
SARIPATI Hubungan Antara Dukungan Sosial Ibu Terhadap Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Remaja Pra Pubertas
Dalam penulisan skripsi ini penulis membicarakan tentang Dukungan Sosial Ibu dengan Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Remaja Pra Pubertas, dimana remaja khususnya PraPubertas mengalami perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikis yang diakibatkan adanya masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Dari masa transisi inilah remaja merasa bingung, kaget adan sekaligus cemas karena perubahan-perubahan yang terjadi pada diri mereka.Peran sebagai ibu sangat penting bagi remaja,karena ibu merupakan anggota keluarga paling terdekat.Peran ibu dapat diwujudkan lewat dukunganberupa bantuan seperti dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan informasi mengenai menstruasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan negatif yang signifikan antara Dukungan Sosial Ibu dan Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Remaja Pra Pubertas.Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan negatif antara Dukungan Sosial Ibu dengan Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Remaja Pra Pubertas. Variable-variabel diukur dengan menggunakan angket.Yaitu Dukungan Sosial terdiri dari 39 item dan Kecemasan Menghadapi Menarche terdiri dari 35 item. Kedua angket ini menggunakan skala Likert dengan empat (4) alternative jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju(TS), SangatTidak Setuju (STS). Hasil analisi korelasi Product Moment di dapatkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara Dukungan Sosial Ibu Terhadap Kecemasan Menghadapi Menarche dengan r = -0,431 dan P <0,05 yang berarti semakin tinggi Dukungan Sosial Ibu yang diberikan, maka Kecemasan Menghadapi Menarche pada individu semakin rendah. Sebaliknya semakin rendah Dukungan Sosial Ibu yang diberikan, maka semakin Tinggi Kecemasan Menghadapi Menarche. Dengan sumbangan efektif antara Dukungan Sosial Ibu dengan Kecemasan Menghadapi Menarche sebesar 18,6%.
vi
BAB I PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan masa yang tersulit karena mereka harus mempersipkan diri mereka
menuju masa dewasa yang mempunyai tanggung jawab yang penuh dan jugfa masa mereka mencoba mencari jati diri karena merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju remaja, dan masa bermasalah baik masalah dengan fisik maupun psikis yang masih labil.Istilah remaja atau “adolenscence” berasal dari kata adolescere yang berarti ”bertumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 1980). Kata pubertas berasal dari bahasa latinpubescere yang berarti pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual (Monks, dkk, 1984). Menurut Piaget (Hurlock, 1980) masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anaka tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalaam tingkatan yang sama. Menurut Sarlito (1988) batasan uur yang berbeda dalam penentuan usia remaja di Indonesia umumnya dari usia 11-20. Pada masa remaja ini baiasanya di kenal suatu masa yang penuh perubahan.Perubahan fisik seperti gejala primer maupun sekunder dimana akan berubah cepat atau lambat dan perubahan secara psikoogis yang diakibatkan dari perubahan fisik itu sendiri. Perubahan-perubahan fisik itu yang terbesar adalah pertumbuhan tubuh. Pada remaja laki-laki terjadi pada perubahan primer seperti mimpi basah dan haid pertama kali yang dialami remaja putrid an tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito, 1988). Gunn & Mathews (Kuswardani, 2000) perubahan-perubahn yang terjadi oleh remaja sebagai hal yang mengagumkan sekaligus menakutkan, senang jecewa dan percaya diri. Perubahan fisik yang sangat menonjol terjadi pada remaja putri ketika mereka melihat perubahan-perubahan terjadi padatubuh mereka.Perubahan yang dialami remaja putri dengan munculnya tanda haid pertama kali yang disebut menstruasi atau dikenal dalam biadang kedokteran adalah menarche.Menarche adaalah datangnya haid untuk pertama kali padaumur 1013 tahun (Shadily, 1983). Pra pubertas adalah periode sekitar kurang lebih 2 tahun sebelum terjadinya pemaksaan seksual yang sesungguhnya, tetapi sudah terjadi perkembangan fisiologik(Monks, dkk 1984). Selain itu menstruasi atau menarche ini merupakan peristiwa keluarnya darah dari vagina karena luruhnya lapisan dinding Rahim yang banyak mengandung
pembuluh darah saat sel telur tidak dibuahi. Menstruasi pada umumnya yang dialami remaja terjadi pada usia 8-13 tahun. Mulainya menstruasi pertama kali pada setiap remaja putri berbeda-beda, salah satunya pengaruh gizi atau stimulasi yang didapatnya dilingkungannya (Modul kesehatan reproduksi remaja PKBI, 2001). Dalam Conger (Hastuti, 1994), melakukan penelitian terhadap menstruasi pertama,menentukansetengah dari responden mereka merasa biasa-biasa saja, sedangkan sebagiannya lagi merasa cemas dan beberapa diantaranya takut. Hanya 10 % yang menerima menarche dengan perasaan antusias, penasaran dan bangga. Setelah menarche atau menstruasi yang pertama, seorang wanita mengalami menstruasi yang terjadi selama 3 sampai 7 hari setiap bulan dan seringkali disertai rasa sakit.Rasa sakit seprti cepat lelah, lemas, mual, sakit kapala, sakit pinggang, perut kembung, tubuh pegal biasanya mempengaruhi keseimbangan emosi perempuan.Di satu sisi, menarche adalah tanda kedewasaan dan kedewasaan dianggap sebagai suatu hal yang positif. Di sisi lain menstruasi sering dipersepsikan negatif, karena berkaitan dengan darah dan ketidaknyamanan fisik (Durkin,1995). Rasa tidak nyaman yang menyertai proses menstruasi dapat menimbulkan sikap untuk menolak menstruasi. Kadang-kadang penolakan disertai sikap seperti menyalahkan ibu karena melahirkannya sebagai perempuan yang harus mengalami siklus menstruasi setiap bulan, dan selanjutnya muncul pula perasaan malu serta perasaan kotor (Hastuti, 1994). Menurut Lazarus (Sriwindari, 2001)kecemasan merupkan perasaan yang tidak menyenangkan seperti gelisah, kuatir, ketakutan.Salah satu faktor yang menimbuilkan rasa cemas yang dialami individu adalah karena belum adanyakesiapan dari individu itu sendiri untuk menghadapi masalahnya (Kartono, 1992). Karena adanya perubahan-perubahan yang terjadi terhadap pertumbuhan tubuh padaremaja putri yang mereka rasakan akan menimbulkan kecemasan, takut, sensitive yang berlebihan. Keadaan seperti ini akan meningkat apabila tidak diberi penjelasan atau tidakadanya pengetahuan tentang perkembangaan seksual dari orang tua dan lingkungan yang mendukungnya. Dalam hal ini keluarga dalam dukungan sosial orangtua terutama ibu sangat berperan membantu mengatasi masalah yang dihadapi remaja.Dukungan sosial ibu berupa bantuan, pertolongan yang dierikan ibu kepada individu seperti memberikan empati, kepedulian, perhatian, saran dan informasi berkaitan dengan masalah yang dihadapi individu (Smet, 1994).Karena bagi remaja putri khususnya ibu merupakan figure orang tua yang paling dekat dengan dirinya daripada ayahnya. Lagi pula sebagian remaja jujur, terbuka dan senang bercerita dengan ibunya.Hal ini terjadi karena bagi para remaja ibu merupakan sumber informasi, sumber 2
perhatian, sumber nasehat, adan sumber pertolongan pada saat dirinya mengalami yang berhubungan dengan perempuan dan ibu lebih tahu banyak segala informasi tentang masalah wanita. Seperti kasus anak-anak SMP di Yogyakarta, dalam suatu forum Anak Daerah DIY bahwa remaja kurang adanya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, walaupun mereka dapatkan dari pelajaran biologi. Ironisnya mengaku telah melakukan hubungan seks bebas. Begitupula adanya penelitian Singh, dkk (1999) bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi yang remaja peroleh dari televisi sebesar 73,1%, ratio 37,1% dan dari orang tua 36,1% (artikel Fadmi Sustiwi, 2004) Masalah yang selalu timbul dalaam memberikan pendidikan seks dalam keluarga adalah komunikasi antara orang tua dan anak –anaknya.Masalah komunikasi ini yang temui adalah merasa sungkan, rishi, malu dan enggan, kuurang pengetahuan orang tua tentang masalah seksualitas.Pada penelitian yang dilakukan oleh Sriwindari (2001) bahwa saemakin banyak subjek mendapatkan informasi tentang menstruasi, semakin berkurang kecemasan mereka dalam menghadapi menarche. Pernyataan ini diperkuat pada penelitian yang dilakuakn oleh Kuswandari pada beberapa remaja pra pubertas (berumur 10-12 tahun), usia sekolah (kelas 4 dan 5) di Yogyakarta bahwa ada perbedaan kecemasan menghadapi menarche antara subjek kelas 4 dan 5. Kelas 5 tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan dengansubjek kelas 4. Dari uraian diatas, peneliti menyadari pentingnya dukungan sosial ibu dalam mengatasi kecemasan anak khususnya remaja pra pubertas menghadapi menarche, dimana remaja pra pubertas khususnya putri ingin mendapatkan pengetahuan atau informasi lebih tentang keehatan reproduksi khusunya menstruasi sebelum mereka menghadapi menarche.Dari dukunagn sosial ibu berupa bantuan, pertolongan yang diberikan ibu kepada individu dimana dukungan sosial tersebut memberikan manfaat emosional bagi individu yang menerimanya.Semakin tinggi dukungan sosial ibu terhadap individu semakin rendah kecemasan yang dialami oleh individu itu sendiri.Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubunagan antara dukungan sosial ibu terhadap kecemasan menghadapi menarche pada remaja pra pubertas.
B.
RUMUSAN MASALAH
Untuk mempertajam permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, maka rumusan masalahnya adalah:
3
Apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial ibu dengan kecemasan menghadapi menarche pada remaja pra pubertas.
C.
TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui apakah ada hubungan ayang signifikan antara dukungan sosial ibu dengan kecemasan menghadapi menarche pada remaja pra pubertas
D. 1.
MANFAAT PENELITIAN Manfaat teoritis
Penelitian ini diharaokan dapat memberikan sumbangan referensi dalam bidang perkembangan khususnya psikologi remaja dengan berfokus pada dukungan sosial ibu adan pengaruh terhadap kecemasan remaja pra pubertas menghadapi menarche.
2.
Manfaat praktis
Dapat memberikan sumbanganpemikiran dan pengetahuan bagi remaja pra pubertas yaitu denganadanya dukungan dari ibu sebagai anggota keluarga yang paling terdekat, maka remaja pra pubertas dapat mengurangi kecemasan saat menghadapi menarche.Dan manfaat bagi orangtua khususnya ibu dapat memberikan dukungan-dukunganberupa informasi atau pengetahuan tentang menarche dan lebih memperhatikan anak remaja pra pubertas khususnya dalammenghadapi menarche.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DUKUNGAN SOSIAL IBU 1.
Definisi Dukungan Sosial Ibu Dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan atau non verbal, berupa bantuan
nyata, atau ttindakan pertolongan yang diberikan oleh keakraban sosial atau di dapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaatemosional atau efek perilaku bagi individu yang menerimanya Gotlieb (Smet, 1994). Menurut Safarini,1990 (Smet, 1994) memberikan definisi dukungan sosisal merupakan mengacu pada kesenangan yang dirasakan, penghargaan akan kepedulian, atau membantu orang menerima dari orang-orang atau kelompok yang lain. Selain itu menurut Leavy (Utami, 1998) dukungan sosial tersedianya hubungan yang didalam terkandung isi pemberian bantuan. Dalam Johnson & Johnson (Farhatati& Rosyid, 1996) dukungan sosial sebagai keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk diminta bantuan, dorongan dan penerimaan apabila mengalami kesulitan. Hal serupa dikemukakan oleh Cobb (Eliana, 2005) dukungan sosial adalah informasi dan umpan balik yang berasal dari orang lain, sehingga menuntun seseorang menyakini bahwa dirnya dicintai, diperhatikan, dihargai dan bernilai serta berada dalam suatu ikatan sosial seperti keluarga atau anggota organisasi yang adapat menyediakan barang-barang pelayanan, pertolongan pada saat yang dibutuhkan di waktu bahaya. Oleh karena itu dukungan ibu sangat berperan dalam perkembangan anak. Dan ibu adalah orang yang pertama dan mempunyai banyak waktu untuk berhubungan dengan seorang anak (Siahaan, 1986).Selain itu Siahaan (1986) juga mengatakan bahwa ibu adalah orang yang paling dekatdan berpengaruh dalam kehidupan seorang anak.Karena sejak dalam kandungan seorang ibu, seorang anak sudah memiliki ikatan kasihnya. Dan ibu menjadi memiliki peranan penting didalam pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya, sampai si anak menjadi dewasa dan mulai memasuki lingkungan kehidupan. Selain itu pendapat lain tentang ibu menurut Alwi (2002) adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak. Dan menurut Moeliono (1990) jugaibu merupakan sebutan untuk orang perempuan yang telah melahirkan kita.
5
Jadi dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial ibu merupakan dukungan yang berupa nasehat secara verbal atau non verbal, atau bantuan yang nyata,yang diberikan oleh ibu, dalam hal ini ibu yang telah melahirkan seorang anak dan juga memiliki ikatan kasihnya serta peran peran penting didalam pertumbuhan dan perkembangan, dan juga mempunyai manfaat emosional sehingga individu yaitu remaja pra pubertas pada umumnya yang menerima dan yang juga meminta bantuannya pada saatdalam waktu bahaya dapat merasakan kepedulian yang diberikan ibu kepada mereka. 2.
Aspek-aspek Dukungan Sosial Adapun jenis-jenis dukungan sosial menurut House (Smet,1994), terdapat4 jenis aspek, yaitu
: a.
Dukungan Emosional Dukungan ini mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap individu yang
bersangkutan. Dalam hal dukungan sosial ibu, dukungan emosional ini diwujudkan seorang ibu misalnya memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih kepadaanaknya, memberikan penghiburan bahwa menarche itu tidak perlu ditakutkan dan memberikan semangat. b.
Dukungan Penghargaan Dukungan ini terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk individu, dorongan
maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain, seperti individu yang sedang mengalami masalah. Bagi seorang anak dukungan penghargaan sangat diperlukan seperti pemahaman dan penghargaan ibu terhadap kondisi dan perubahan-perubahan pada seorang anak misalnya perubahan fisik dan emosional. c.
Dukungan Instrumental Dukungan ini mencakup bantuan langsung, seperti dukungan berupa materi (uang). Contohnya apabila remaja menghadapi menarche maka ibu memberikan dukungan kepada
anaknya seperti mengantarkan atau memberikan uang untuk membeli obat-obatan atau vitaminvitamin, membaca artikel atau majalah ataupun bacaan yang mengenai kesehatan remaja putri khususnya tentang menstruasi.
6
d.
Dukungan Informatif Dukungan ini mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran atau umpan balik.
Anak mudah mendapatkan informasi tentang menstruasi dari berbagai sumber akan tetapi dukungan ibu sangat berarti bagi anaknya. Dukungan informasi ini sepertimemberikan informasi secara lengkap tentang menstruasi, dapatmembantu anaknya untuk berpikir positif tentang menstruasi serta dapat menjagadirinya dan lebih memperhatikan dirinya dengan baik. Menurut Troits(Saputra,2004) ada3 macam dukungan sosial yang berdasarkan fungsinya antara lain: a.
Dukungan Instrumental Berupa bantuan langsung atau berupa materi yang diberikan oleh orang yang membantu
individu dalam menyelesaikan masalah. b.
Dukungan Sosio Emosional Bantuan berupa ungkapan rasa simpati, memberikan perhatian, kasih sayang, penghargaan
dan kebersamaan. c.
Dukungan Informatif Bantuan berupa pemberian pendapat atau faktor yang sesuai dengan kesulitan yang dihadapi
individu.Dukungan ini berupa nasehat, umpan balik dan informasi yang mungkin dapat membantu. Dari bebearapa macam dukungan sosial yang terurai diatas, peneliti memilihmenggunakan dukungan sosial menurut House (Smet, 1994).Alasan peneliti menggunakan teori House (Smet, 1994) karena dukungan sosial yang terdapat pada House lebih jelas dan terperinci atau dipilih secara satu persatu. 3.
Fungsi Dukungan Sosial Ibu Menurut House, Pinneau, Schaefer, Coyne dan Lazarus (Ruth, 2005) fungsi dukungan sosial
dibagi menjadi tiga bagian yaitu : a.
Tangible Assistance (Pemberian Dukungan Material) Pemberian dukungan material seperti ibu memberikan dukungan kepada anaknya ketika
membaca bacaan tentang menstruasi.Karena dengan memberikan dukungan seperti itu maka anak tidak segan bertanya atau tidak segan membicarakan tentang menstruasi.
7
b.
Information (Pemberian Informasi) Dengan semakin banyak membaca, semakin banyak informasi yang didapatkan oleh anak.dan
untuk melengkapi informasi tentang menstruasi dukungan dari ibu juga turut membantu anaknya dalam mendapatkan informasi. c.
Emotional Support (Pemberian Dukungan Emosional) Dalam menghadapi menarche, emosi seorang anak juga turut berperan seperti takut akan
menghadapi menarche, gelisah dan cemas. Oleh karena itu pemberian dukungan emosional dari ibu diperlukan anaknya, misalnya ibu memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih kepada anaknya dalammenghadapi menarche. Dari fungsi dukungan sosial diatasmaka dukungan sosisal yang diperoleh dari keluarga sangat bermanfaat utntuk menjaga kesehatan secara fisik dan psikis seseorang. Dan menurut Baron (Kumalasari, 2003) selain itu dukungan sosial ibu merupakan satu cara yang terpenting untuk membantu seseorang yang sedang menghadapi tekanan. Menurut Wiggins (Kumalasari, 2003)dukungan sosial sebagai pertolongan, bantuan yang diterima oleh individu dari interaksinya dengan lingkungan. Dengan diterimanya dukungan sosial maka individu akan lebih sehat fisik dan psikisnya daripada individu yang tidak menerima dukungan sosial. Sebagian remaja jujur, terbuka dan senang bercerita dengan ibunya.Karena bagi mereka ibu merupakan figur orang tua yang paling dekat akrab (Siahaan, 1986).
B. KECEMSAN MENGHADAPI MENARCHE 1.
Pengertian Kecemasan Kecemasan adalah perasaan yang dialami ketika seseorang berpikir tentang sesuatu yang tidak
menyenangkan (Priest,1991). Menurut Lazarus (Sriwindari, 2001) kecemasan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan seperti gelisah, kuatir, ketakutan.Kecemasan adalah ketakutan yang samar-samar dan tidak jelas terarah pada realisasi objektif yang di dapat karena pengalaman (Sitanggang, 1994). Pendapat lain juga di sampaikan oleh Branca (1965) kecemasan merupakan perasaan atau reaksi umum yang tidak nyaman ayang ada pada saat frustasi dan yang paling tidak pastimengenai masa depan serta harapan umum dari sakit, kegagalan atau ancaman kegagalan.
8
Jadi dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah perubahan perasaan atau reaksi umum yang dialami oleh seseorang seperti ketakutan, gelisah dan kuatir, samar-samar dan tidak jelas terarah pada realisasi obyek dan juga perasaan yang tidak menyenangkan.
2.
Definisi Menarche Begitu banyak istilah menstruasi yang dipakai masyarakat.Tiap-tiap daerah mempunyai
berbeda istilah tentang menstruasi, ada yang menyebutkan seperti M (dari kata menstruasi), berhalangan, palang merah, tidak enak badan, sedang ada tamu, bendera sedang berkibar (PKBI, 1998). Menurut Brooks,Unger dan Crawford, 1992 (Mayasari, 1998) menarcheadalah salah satu perkembangan fisik seorang remaja puti yang ditandai dengan kematangan sistem reproduksi. Santrock (1995) menarche adalah peristiwa yang menandai masa pubertas. Menurut Hurlock (1980) menarche adalah permulaan serangkaian lender darah dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala yang akan terjadi kira-kira setiap dua puluh delapan hari. Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa menarche adalah suatu peristiwa yang dialami remaja putri yaitu keluarnya darah yang terjadi setiap dua puluh delapan hari, dimana peristiwa itu merupakan salah satu perkembangan fisik pada seorang remaja putri yang ditandai dengan kematangan sistem reproduksi. 3.
Definisi Kecemasan Menghadapi Menarche Banyak peristiwa dan kejadian yang dialami oleh remaja, semuanya itu karena pada masa
seperti
inimerupakan
masa transisi
dari masa anak-anak menuju
dewasa (Sarlito,
1988).Perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri individu seperti perubahan secarafisik, psikis dan perilaku. Dan perubahan-perubahan itu membutuhkan proses dan waktu yang lama. Perubahan awal yang terjadi pada remaja putri khususnya adalah perubahan sekunder kemudian diikuti oleh perubahan primer.Perubahan-perubahan seperti perubahan seksual primer dan perubahan seksual sekunder. Perubahan primer meliputi badan, yang berhubungan langsung dengan persetubuhan dan proses reproduksi. Sedangkanperubahan sekunder meliputi tanda-tanda jasmaniah yang tidak berhubungan langsung dengan persetubuhan dan proses reproduksi (Monks, dkk, 1984). Perubahan-perubahan tersebut antara lain terjadinya pada remaja putri seperti menstruasi pertama atau menarche. Menarche menurut Hurlock (1980) adalah permulaan serangkaian lender darah dan jaringan selyang hancur dari uterus secara berkala yang akan terjadi kira-kira seiap dua puluh delapan hari. Dengan keluarnya darah menimbulkan rasa tidak nyaman dari dalam diri 9
individu itu sendiri.Menurut Brooks, Unger dan Crawford, 1992 (Mayasari, 1998) menarche adalah salah satu perkembangan fisik seorang remaja putriyang di tandai dengan kematangan sistem reproduksi.Dan dari rasa tidak nyaman ini menimbulkan kecemasan. Kecemasan itu akan berkurang apabila didukung dari lingkungan dan keluarga itu sendiri. Dengan adanya dukungan dari keluarga dan lingkungan, maka individu itu akan merasa berpikir positif terhadap perubahanperubahan seperti menarche yang terjadi pada dirinya.Kecemasan adalah suatu gejala yang di sejajarkan dengan ketakutan.Dan arti kecemasan menurut Lazarus (Sriwindari, 2001) merupakan perasaan yang tidak menyenangkan seperti gelisah, kuatir, ketakutan. Berdasarkan uraian dari atas makakecemasn menghadapi menarche merupakan keadaan dimana seseorang mengalami perasaan yang tidak menyenangkan seperti gelisah, takut, kuatir yang disebabkan karena adanya perubahan-perubahan yang terjadi dari dalamdirinya baik secara psikis maupunfisik sebagaiakibat dari kematangan sistem reproduksi yang ditandai dengan keluarnya darah melalui vagina pertama kalinya yang terjadi secara berkala setiap dua puluh delapan hari. 4.
Factor-faktor yang mempengaruhi Kecemasan Menurut Kartono (1992) ada 3 faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu:
a.
Pengalaman yang tidak menyenangkan Perasaan yang menyakitkan yang ditimbulkan oleh ketegangan dalam alat indera dari tubuh,
dapat menyebabkan kecemasan.Ketegangan-ketegangan tersebut merupakan akibat dari dalam dan luar tubuh. Keadaan seperti ini biasanya dialami remaja pra pubertas yaitu dengan melihat atau mendapatkan informasi dari teman-teman sebayanya yang lebih dahulu mendapatkan mengalami menarche.Hal ini yang menimbulkan kecemasan. b.
Lingkungan Yaitu persepsi individu terhadap lingkungan bersifat relativ tergantung bagaimana individu
berinteraksi beserta seluruh sifat-sifat pribadi dan pengalaman masa lampaunya dengan lingkungan yang mengancam atau membahayakan keberadaan, kesejahteraaan serta kenyamanan diri individu.
Mulanya kepribadian seorang anak terbentuk oleh lingkungan tempat dimana ia tinggal. Dalam hal ini jika seorang anak yang beranjak pubertsa mereka belum tahu banyak tentang 10
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri mereka, misalnya menarche atau menstruasi pertama kali yang dialami remaja putri khususnya.Oleh karena itu lingkungan juga berperan penting dalam pertumbuhan anak. Apabila kurang adanya perhatian dari lingkungan maka remaja akan mengalami kecemaSsan. c.
Keadaan Pribadi Individu Keadaan pribadi individu juga dapat menimbulkan kecemasan seperti situasi pada diri
individu yang dirasakan belum siap untuk menghadapi masalahnya seperti masalah kesehatan. Perasaan-perasaan cemas demikian biasa terjadi oleh siapa saja. Hal ini sangat berkaitan dengan individu itu sendiri. Kadang-kadang rasa cemas timbul karena belum adanya kesiapan dari dalam diri individu untuk menghadapi masalahnya karena bagi anak seumuran mereka merupakan masa percobaan beranjak dewasa atau lebih dikenal dengan masa transisi. Menurut Priest (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan padawanita antara lain: a. Menstruasi, ketidakstabilan hormonal menjelang menstruasi dapat mempengaruhi keadaan fisik dan psikis. b. Kehamilan, pada perempuan yang belum siap menerima kehadiranbayi dapat merasakan gelisah dan dikejar ketidakmampuan untuk berperan sebagai ibu. c. Keguguran, perempuan yang mengalami keguguran akan merasa kehilangan dan tertekan. d. Menopause, gejala yang muncul dapat menyebabkan perempuan merasa cemas dan tidak berarti lagi. 5.
Aspek-aspek Kecemasan Menurut Maramis (1995) dan Darajat (1985) ada2 aspek dalam kecemasan yaitu:
a.
Aspek Fisiologis
Gejala-gejalanya seperti telapak tangan dan kaki terasa dingin, mual sakit perut, gangguan pencernaan yang tidak teratur, jantung berdebar cepat, napas menjadi sesak atau tesengal-sengal, tekanan darah tinggi, keringat dingin, tidur tidak nyenyak, nafsu makan berkurang, kepala pusing, wajah menjadi merah, gemetar, dada tertekan, lekas lelah, gugup, interest menurun, otot tegang, dan selalu ingin buang air kecil.
b.
Aspek Psikologi Gejala-gejala kejiwaan seperti ketakutan, khawatir, bingung, sedih merasa tertimpah bahaya,
tidak berdaya atau kehilangan kepercayaan diri, kurang bisa memusatkan perhatian, mudah panik, 11
tegang, gelisah, tidak bisa santai, merasa adabeban, timbul perasaan tidak mampu atau tidak berdaya,mudah tersinggung, sulit mengambil keputusan dan daya ingat menurun. Keadaan setiap manusia berbeda-beda, baik secara fisik maupun psikis.Demikan pula setiap manusia pada umumnya memiliki perasaan cemas dan halini bisa terjadi pada siapa saja.Begitu pula pada remaja, apalagi remaja menurut Sarlito (1988), masa remaja adalah periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun yang menunjukkan tingkah laku tertentu susah diatur. Kecemasan yang dialami pada anak-anak sebenarnya merupakan hal yang wajar. Akan tetapi kecemasan yang berlebihan akan mempengaruhi kehidupan anak itu sendiri seperti gangguan kepribadian anak secaranormal (Gunarsa, 1976). Alasan peneliti menggunakan hanya satu teori saja karena aspek-aspek menurut Maramis (1995) adan Darajat (1985)sudah mewakili aspek yang lainnya, disamping itu aspek ini juga unsurunsurnya lebih luas dan sudah dibedakan secara mendasar danlebih terperinci.
C. REMAJA PRA PUBERTAS 1.
Pengertian Remaja Pra Pubertas Padamasa perkembangan seseorang terdapat masa puber.Salah satu tahap pada puber adalah
masa pra pubertas.Menurut Hurlock (1980) pada masa pra pubertas merupakan tahap tumpang tindih dengan satu atau dua tahun terakhir masa kanak-kanak, yaitu masa anak-anak tetapi belum juga seorang remaja. Menurut Monks, dkk (1984) masa pra pubertas adalah periode sekitar lebih 2 tahun sebelum terjadinya pemaksaan seksual yang sesungguhnya, tetapi sudah terjadi perkembangan fisiologi. Berdasarkan definisi diatas maka umumnya remaja pra pubertas memiliki karakteristik berdasarkan umurnya menurut Ramplein (Monks, dkk, 1988) membagi fase masa remaja dan pubertas yaitu masa pra pubertas usia 10,5tahun sampai 13 tahun. Sedangkanmenurut Badudu (1996) usia remaja pra pubertas yaitu mas dimana perubahan hormon perkembangan terjadi padausia 9 tahun sampai 11 tahun. Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pra pubertas merupakan tahap tumpang tindih antara masa kanak-kanak tetapi belum remaja yang permulaanya ditandai terjadinya perubahan-perubahan hormon perkembangan penting dalam tubuhnya, dimana periode ini terjadi sekitar 2 tahun sebelum terjadi pemasakan seksual, tetapi sudah terjadi perkembanagan fisiologi yaitu usianya berkisar 10 tahun sampai 13 tahun.
12
Karena seiring dengan adanya berkembangnya dunia pada era globalisasi dan bergantinya tahun dari tahun ke tahun, maka banyak remaja mengalami banyak perubahan baik perubahan fisik maupun psikis yang juga dipengaruhi oleh kebutuhan gizi yang semakin tinggi sehingga meningkatkan hormon pada remaja. Dengandemikian pula pada usia menarche yang dialami remaja semakin cepat dari pada biasanya. Oleh karena itu peneliti menggunakan batasan usia remaja pra pubertas pada saat ini yaitu remaja pra pubertas yang berusia 9 tahun sampai 11tahun menurut Badudu (1996). 2.
Ciri-ciri Remaja Pra Pubertas Remaja pra pubertas biasanya diidentik dengan masa pematangan.Dalam Hurlock (1980)
tahap ini ciri-ciri seks sekunder mulai tampak tetapi organ-organ reproduksi belum sepenuhnya berkembang. Pendapat lain dari Badudu (1996), mengenai masa pra pubertas berdasarkan perubahan sekunder seperti pada usia 9 sampai 10 tahun terjadi perubahan tulang panggul. Lemaklemak mulai menonjol. Di usia 10 sampai 11 tahun mulai tumbuh rambut di daerah bibir luar kemaluan, payudara mulai membesar disertai sekrasi vagina. Pada usia 12 sampai 13 tahun dada semakin membesardan putting susu berbah warna dan pada usia 13 sampai 14 tahun mulai tumbuh bulu-bulu ketiak, dan umumnya haid pertama muncul serta tidak suka diperlakukan seperti anak kecil dan juga mulai bersikap kritis. Selain itu menurut Riberu (1985) dalam tahap pra pubertas proporsi badan yang tadinya bagus, mulai kacau, pertumbuhan membawa perubahan pada bentuk badan. Bagian-bgian badan mulai kurang serasi satu dengan yang lain, misalnya anggota badan seperti tangan, lengan, kaki tampak lebih panjang dari bagian badan lainnya. Pada wajah anak, dagu atau dahi tampak menjadi lebih besar dibandingkan dengan bagian muka yang lain. Perubahan proporsi badan anak besar menandai awal masa pra pubertas. Jika dilihat dari perubahan tingkah laku menurut Sarlita (1988) masa aremaja adalah periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun yang menunjukkan tingkah laku tertentu susah diatur.
3.
Respon Remaja Pra Pubertas Menghadapi Kecemasan Menurut Rosenhan, dkk (Indrianingsih, 1997) ada 4 elemen yang mempengaruhi respon
kecemasan yaitu: a.
Kognitif, yaitu respon terhadap kecemasan dalam pikiran manusia, misalnya ketidakmampuan
berkosentrasi atau membuat keputusan, sulit tidur. 13
b.
Somatik, yaitu reaksi tubuh terhadap bahaya, misalnya tangan dan kaki dingin, mulut kering,
sering buang air kecil, berdebar-debar, pingsan, tekanan darah tinggi, otot tegang, sakit pencernaan. c.
Emosi, yaitu reaksi perasaan manusia yang mangakibatkan individusecara terus menerus
kuatir, merasa takut terhadap bahaya yang mengancamnya. d.
Perilaku, yaitu reaksi dalam bentuk perilaku manusia terhadap ancaman dengan menghindari
atau menyerang misalnya, cemas gugup dan menggigit bibir. 4.
Kecemasan Remaja PraPubertas menghadapi Menarche Menurut Monks, dkk, (1984) masa remaja adalah satu masa peralihan antara masa remaja dan
dewasa. Sedangkan menurut Sarlito (1988) masa remaja adalah periode transisi antara masa anakanak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun yang menunjukkan tingkah laku tertentu susah diatur. Dan masa pra pubertas adalah masa yang sebelum terjadinya pemaksaan seksuali yang sesungguhnya tetapi sudah terjadi perkembangan-perkembangan fisiologi. Masa pra pubertas menurut Ramplien, 1962 (Monks, dkk) membagi fase masa remaja dan pubertas yaitu masa pra pubertas usia 10,5 sampai 13 tahun. Pada tahap ini masa pra pubertas bisa juga disebut masa dua tahun terakhir pada masa anak-anak tetapi belum juga seorang remaja.Dalam tahap ini ciri-ciri seksual sekunder mulai tampak tetapi seksual primer seperti organorgan reproduksi belum sepenuhnya berkembang. Remaja pra pubertas sering menganggap bahwa menstruasi adalah hal yang akan mengganggu aktifitas mereka. Apalagi mereka yang belum merasakan menstruasi pertama kali atau menarche. Ada yang merasa minder karena perubahan fisiknya terlambat dibandingkan dengan teman sebayanya akan tetapai ada yang merasa biasasaja. Gangguan emosional seperti rasa takut, maka perlindungan orangtua yang berlebihan, kecemasan orang tua, ancaman, dan pengalaman yang menakutkan juga menimbulkan kecemasan (Gunarsa, 1976).
D. HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL IBU TERHADAP KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA REMAJA PRA PUBERTAS Pada masa perkembangan remaja, remaja banyak mengalami perubahan padadiri mereka baik secara fisik maupun psikis.Perubahan itu seperti perubahan bentuk tubuh, perubahan suara, tumbuh bulu ketiakdan disertai dengan tanda-tanda kematangan system reproduksi seperti 14
terjadinya menarche pada remaja putri khususnya.Dalam hal ini remaja pada umumnya masih membutuhkan perhatian dari orangtua terutama ibu.Karena bagi mereka ibu merupakan figur orang tua yang paling dekat dan akrab (Siahaan, 1986).Menurut Wiggins (Kumalasari, 2003) dukungan sosial sebagai pertolongan, bantuan yang diterima oleh individu dari interaksinya dengan lingkungan. Dengan diterimanya dukungan sosial maka individu akan lebih sehat fisik dan psikisnya daripadaindividu yang tidak menerima dukungansosial. Dukungan-dukungan sosial House (Smet, 1994) yang diterima remaja dari ibu antara lain dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental. Dari berbagai dukungan sosial yang ada pada umumnya dalam menghadapi masalah seperti perubahan-perubahan yang dialami dalam dirinya, remaja membutuhkan dukungan sosial dari ibu yaitu berupa dukungan informasi.Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, remaja kadangkadang ingin mendapatkan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada diri mereka.Dari sinilah dukungan informasi berupa nasehat, petunjuk-peyunjuk, saran-saran yang diberikan ibu kepada individu sangat dibutuhkan individu terutama remaja.Burhanudin (1998) mengatakan bahwa komunikasi dalam keluarga sangat diperlukan dalam pertumbuhan jiwa anak dan perkembangan jiwa anak sangat dipengaruhi oleh situasi keluarga.Secara psikologis, fisik sosial keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat.Disinilah peran komunikasi yang baik dalam keluarga yang dapat menentukan pertumbuhan jiwa anak.Dari komunikasi inilah ibu dan remaja dapat saling berbagi informasi, seperti ibu dapat memberikan informasi tentang menarche dan dari saling berkomunikasi inilah remaja dapat menerima informasi yang lebih lengkap dan tepat tentang menarche dari ibunya. Dan dari kurangnya informasi itulah menimbulkan kecemasan, sehingga bila ibu memberikan dukungan sosial berupa informasi maka kecemasannya akanmenurun. Dalam menghadapi menarche, emosi remaja juga berperan di dalamnya.Peranan emosional itu seperti rasa cemas, takut, gelisah dan khawatir.Perasaan ini timbul akibat dari ketidaksiapan remaja dalam menghadapi menarche.Dari ketidaksiapan menghadapi menarche remaja kadangkadang melakukan penolakan terhadap menstruasi itu sendiri.Oleh karena itu remaja membutuhkan dukungan emosional berupa perhatian, empati, dan kepedulian dari ibu sehingga remaja tidak perlu cemas dalam menghadapi menarche atau menstruasi pertma kali.Kepedulian dan empati ibu terhadap remaja diwujudkan dalam bentuk perhatian yang lebih terhadap remaja pada saat remaja menghadapi menarche. 15
Selain itu juga dukungan atau rasa penghargaan House (Smet, 1994) yang diberikan ibu kepada remaja seperti ingin dipuji, ingin beri dorongan-dorongan yang membuat remaja itu sendiri semangat serta maju dan juga berpikir positif tentang menarche. Dukungan berupa penghargaan, informasi dan juga emosional tidak sempurna apabila tidak didukung oleh dukungan berupa instrumental yaitu materi dan bantun langsung yang diterima remaja dari ibu.Dukungan materi ini misalnya ibu memberikan uang untuk buku-buku atau majalah mengenai menstruasi dan atau membelikan obat-obatan atau vitamin-vitamin yang berhubungan dengan menstruasi dan juga dukungan ibu berupa bantuan langsung seperti ibu dapat mengantarkan anaknya untuk membeli obat-obatan maupun vitamin-vitamin.Dengan memberikan uang maupun mengantarkan anaknya membelikan buku-buku atau majalah-majalah tentang menstruasi, obat-obatan ataupun vitamin-vitamin, secara tidak langsung bantuan ibu dapat mengurangi kecemasan anak dalam menghadapi menarche. Setiap remaja akan mengalami perubahan-perubahan pada dirinya cepat maupun lambat.Perubahan-perubahan seperti menarche yaitu peristiwa keluarnya darah dari vagina yang terjadi tiap dua puluh delapan hari (Hurlock, 1980). Dengan peristiwa keluarnya darah akan menimbulkan kecemasan.Selain itu kecemasan yang dialami remaja disebabkan oleh ketidaksiapan remaja dalam menghadapi perubahn itu sendiri (Kartono, 1992).Menurut Hurlock (Atmimi, 1988) tanda-tanda kecemasan muncul dalam bentuk perasaan kuatir, gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan, seperti kurang percaya diri, merasa rendah diri dan tidak mampu menghadapi masalah.Perubahan-perubahan ini akan berkembang lebih baik padadiri remaja jika diberikan dukungan-dukungan seperti diatas tersebut. Jika dukungan itu tidak diberikan maka akan menimbulkan kecemasan bagi remaja itu sendiri. Dalam pemahaman tentang menarche pun sangan bergantung pada usia anak, tingkat perkembangan psikisnya, lingkungannya / milieunya dan pendidikannya (Kartono, 1995). Akibat dari salah pandang tentang haid atau menstruasi maka remaja merasa dirinya kotor atau tidak bersih, tidak suci, bernoda dan dibarengi dengan emosi negatif lainnya. Selain itu dengan keluarnya darah ( haid) kotor penuh dosa-dosa, noda, yang mana remaja harus menyingkirkan diri dari lingkungan atau harus menyendiri. Maka remaja putri yang menjadi dewasa dia mempunyai kecenderungan untuk menghindari kontak dengan siapapun juga, ketika remaja mengalami haidnya dan juga adanya bentuk justifikasi diri (pembenaran diri sendiri) yang salah (Kartono, 1995). 16
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunn dan Mathews pada tahun 1979 (Kuwardani, 2000), bahwa survey yang dilakukan pada anak-anak kelas 6 sampai kelas 8 (di Indonesia Kelas 2 SMP) di Amerika ditemukan anak-anak usia pra pubertas sudah mengetahui siklus menstruasi dan memilih sikap yang positif terhadap menstruasi. Informasi yang positif tentang menstruasi adalah tanda keperempuanan (Womenhood) dan menarche baru akan terjadi satu atau dua tahun mendatang. Kecemasan ini akan meningkat sejalan dengan adanya bertambah usia mendekati menarche. Menurut Smet (1994) dukungan sosial sebagai informasi, nasehat, baik verbal maupun non verbal merupakan tindakan yang nyata yang memberikan keakraban sosial kepada individu,dapat memberikan manfaat emosional atau memberikan dampak yang positif bagi individu yang menerimanya. Sehingga semakin banyak dukungan ibu berupa nasehat, pengertian, dorongandorongan atau memberikan informasi, dan juga dukungan materi atau bantuan langsung tentang menarche, maka kecemasan remaja pra pubertas dalam menghadapi menarche semakin berkurang dan persiapan individu dalam menghadapi menarche.oleh karena itu semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan ibu terhadap individu, semakin rendah kecemasn yang dialami oleh individu itu sendiri. E. HIPOTESIS Hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial ibu dengan kecemasan remaja pra pubertas menghadapi menarche.Hal ini berarti bahwa semakin tinggi dukungan sosial ibu makan semakin rendah kecemasan remaja pra pubertas menghadapi menarche.Sebaliknya semakin rendah dukungan sosial ibu maka semakin tinggi kecemasan remaja pra pubertas menghadapi menarche. H0 : Tidak ada hubungan antara dukungan sosial ibu terhadap kecemasan menghadapi menarche pada remaja pra pubertas. H1 : Ada hubungan antara dukungan sosial ibu terhadap kecemasan menghadapi menarche pada reamaja pra pubertas.
17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Tergantung
: Kecemasan Menghadapi Menarche
2. Variabel Bebas
: Dukungan Sosial Ibu
B. Definisi Operasional Tujuan dari definisi operasional adalah untuk menghindari terjadi salah pengertian an penafsiran. Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah : 1.
Kecemasan Menghadapi Menarche Kecemasan menghadapi menarche merupakan keadaan dimana mengalami perasaan yang
tidak menyenangkan seperti gelisah, takut, kuatir yang disebabkan karena adanya perubahanperubahan yang terjadi dari dalam dirinya baik secara psikis maupun fisik sebagai akibat dari kematangan system reproduksi yang ditandai dengan keluarnya darah melalui vagina pertama kalinya yang terjadi secara berkala setiap dua puluh delapan hari. Kecemasan menghadapi menarche diungkap melalui Angket Kecemasan Menghadapi Menarche berdasarkan pada ada 2 aspek kecemasan menurut Maramis (1995) dan Darajat (1985) yaitu aspek fisiologis dan psikologis.Data mengenai keceamasan menghadapi menarche dapat diketahui dari perolehan skor hasil pengisian angket, bahwasemakin tinggi skor yang diperoleh individu, maka makin tinggi kecemasan yang dialami individu menghadapi menarche.Demikian sebaliknya, apabila skor yang diperoleh semakin rendah, maka kecemasan yang dialami dalam menghadapi menarche semakin rendah. 2.
Dukungan Sosial Ibu Dukungan sosial ibu merupakan dukungan yang berupa nasehat secara verbal dan non verbal,
atau bantuan yang nyata, yang diberikan oleh ibu, dalam halini ibu yang telah melahirkan seorang anak dan juga memiliki ikatan kasihnya serta peran penting di dalam pertumbuhan dan perkembangannya, dan juga mempunyai manfaat emosional sehingga individu yaitu remaja pra pubertas pada umumnya yang menerima dan yang juga menerima bantuannya pada saat dalam waktu bahaya dapat merasakan kepedulian yang diberikan ibu kepada mereka. 18
Dukungan sosial ibu diungkap melalui angket dukungan sosial yang berdasarkan pada House (Smet, 1994) terdapat4 jenis aspek, yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Tinggi rendahnya dukungan sosial ibu akan tampak dari skor yang diperoleh dari angket dukungan sosial.Semakin tinggi skor yang diperoleh individu, maka semakin tinggi dukungan sosial ibu yang diterima.Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin rendah dukungan sosial ibu yang diterima dari individu semakin rendah.
C. Populasi Populasi adalah sejumlah individu yang mempunyai satu ciri sifat yang sama (Hadi, 1992). Untuk menentukan sampel itu sendiri, terlebih dahulu harus menentukan luas, sifat-sifat populasi serta memberikan batas-batas yang tegas (Hadi, 1995).Populasi penelitian ini adalah semua anak Remaja Pra Pubertas di Sekolah Dasar Kristen Satya Wacana Salatiga. Dengan alas an karena lokasi sekolahnya dekat, materi dalam pendidikan yang diberikan gurunya sudah mengalami kemajuan dan menurut perkembangan jaman dan tenaga-tenaga yang dibutuhkan seperti guru di sekolah ini sebagian pendidikan terendah adalah sarjana.
D. Sampel dan Teknik Sampling 1.
Sampel Sampel penelitian adalah bagian atau wakil adari populasi yang diteliti (Hadi,
1995).Pengertian ini juga dikemukakan oleh Azwar (1997) yang menyatakan bahwa sampel adalah sebagian populasi. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan yaitu anak putri khususnya Remaja Pra Pubertas, siswa kelas 4 dan 5 Sekolah DasarKristen Satya Wacana Salatiga yang berusia 9 sampai 11 tahun, berjuml;ah 100 orang.
2.
Teknik Sampling Hadi (1992) mengatakan bahwa teknik pengambilan sampel atau sampling adalah carayang
digunakan untuk mengambil sampel.Masalah sampling tidak kalah penting dalam suatu penelitian karena pengambilan sampel yang benar, maka pelaksanaan penelitian dapat mengalami penyimpangan.Dan dalam pengambilan sampel diperlukan teknik sampling untuk memperkecil 19
kesalahan generalisasi dari sampel ke populasi. Teknik yang digunakan adalah Cluster Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pada jenis cluster atatu kelompoknya dengan terlebih dahulu mempertimbangkan ciri-cirinya yang ada (Arikunto, 1983). E. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah keesioner aatau angket, yaitu metode pengumpulan data dengan pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau diisi oleh sejumlah subjek berdasar atas jawaban atau isian terebut, peneliti mengambil kesimpulan mengenai subjek yang diteliti ( Suryabrata, 2000).Dalam teknik pengambilan datapenelitian ini, peneliti menggunakan data primer.Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitiaan dengan menggunakan alat pengukuran atau pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 1997). Angket yang digunakan adalah angket tertutup.Angkettertutup adalah jawaban atau isian ditentukan sehingga subjek tidak lagi memberikan respon menurut kebebasan seluas-luasnya dan daftarpertanyaan yang tersusun dalamangket langsung diisi oleh subjek yang bersangkutan. Dalam metode angket ada anggapan yang dipegang oleh peneliti (Hadi, 1995), yaitu: a.
Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
b.
Apa yang dinyatakan oleh subjk kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya
c.
Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama
dengan yang dimaksud oleh peneliti. Menurut Walgito (1994) metode angket mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara lain: a.
Metode ini merupakan metode yang praktis.
b.
Dalam waktu yang singkat dapat diperoleh dari subjek.
c.
Hemat karena dalam menggunakan angket, tenaga yang diperlukan sedikit.
d.
Orang dapat menjawab dengan leluasa, tidak dipengaruhi oleh teman-temannya yang lain. Kekurangan dari angket tersebut antara lain:
a.
Kemungkinan tidak adapat berhadapan langsung dengan respon sehingga bila ada pertanyaan
yang kurang jelas tidak mendapatkan lebih lanjut. b. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam angket sifatnya agak kaku karena telah ditentukan dan tidak dapat diubah sesuai dengan kemampuan responden.
20
c.
Sulit untuk memberikan jaminan bahwa semua angket yang telah dikeluarkan akan kembali
seluruhnya. Untuk mengatasi kelemahan pada metode angket ini, maka penulis mengusahakan hal-hal berikut: a. Menyusun petunjuk-petenjuk untuk mengerjakan angket dengan jelas dan singkat b. Menyusun pertanyaan dengan menggunakan bahasa sederhana, jelas dan tidak mengandung arti ganda c. Subjek tidak diwajibkan untuk menuliskan namanya, sehingga subjek tidak perlu khawatir dan malu bahwa hal-hal yang ada pada dirinya adkn diketahui orang lain. Adapun angket yang digunakan untuk mendapatkan data adalah: 1. Angket Dukungan Sosial Ibu Angket ini merupakan angket yang digunakan untuk mengukur Dukungan Sosial Ibu yangditrima anaknya atau individu yang cemas menghadapi menarche. Angket ini disusun oleh peneliti sendiri dengan mengacu pada empat aspek yang dikemukakan oleh House (Smet, 1994) yaitu: a. Dukungan Sosial Dukungan ini mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap individu yang bersangkutan. b. Dukungan Penghargaan Dukunganini terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk individu, dorongan maju ataupersetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu denganorang lain, seperti individu yangsedang mengalami masalah. c. Dukungan Instrumental Dukungan ini mencakup bantuan langsung, seperti dukungan berupa materi (uang). d. Dukungan Informatif Dukungan ini mencakup memberi nasehat, petujuk-petujuk, saran-saran atau umpan balik.Anak mudah mendapatkan informasi tentang menstruasi dari beberapa sumber akn tetapi dukungan ibu sangat berarti bagi anaknya. Berdasarkan pada teori House (Smet, 1994), terdapat 4 jenis aspek, yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Tinggi rendahnya dukungan sosial ibu akan tampak dari skor yang diperoleh dari angket dukunga sosial.Semakin 21
tinggi skor yang diperoleh individu, maka semakin tinggi dukungan sosial ibu yang diterima.Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin rendah dukungan sosial ibu yang diterima individu semakin rendah. Angket Dukungan Sosial Ibu digunakan peneliti ini berjumlah 39 butir dan rancangannya dapat dilihat pada table 1.
Table 1 Blue Print Skala Dukungan Sosial Ibu No
Aspek
Favourable
Unfavourable
Total
1.
Emosional
5
6
11
2.
Penghargaan
4
4
8
3.
Instrumental
4
4
8
4.
Informative
7
5
12
Total
20
19
39
Dalam penelitian ini, peneliti menggunkan metode angket, yaitu angket Dukungan Sosial Ibu.Konsep dalam penelitian ini diukur dengan skala Likert. Dalam skala Likert responden dapat memilih empat kemungkinan jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).Semua item dalam angket tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu pertanyaan yang favourable dan pertanyaan unfavourable.Item yang bersifat favourable atau searahdengan teori diberi nilai 4, 3, 2, dan 1, yakni nilai 4 untuk jawaban SS (Sangat Setuju), nilai 3 untuk jawaban S (Setuju), nilai 2 untuk jawaban TS (Tidak Setuju), dan nilai 1 unruk jawabn STS ( Sangat Tidak Setuju). Item unfavourable atau tidak searah diberi nilai yakni 1 untuk jawaban SS (Sangat Setuju), nilai 2 untuk jawaban S (Setuju), nilai 3 untuk jawaban TS (Tidak Setuju), dan nilai 4 unruk jawabn STS ( Sangat Tidak Setuju). 2.
Angket Kecemasan Menghadapi Menarche Angket ini merupakan angket yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasna yang
dialami remaja pra pubertas menghadapi menarche. Angket ini disusun oleh peneliti sendiri
22
berdasarkan dua aspek kecemasan yang dikemukakan oleh Maramis (1995) dan Darajat (1985) yaitu : a.
Aspek Fisiologi Gejala-gejalanya seperti telapak tangan dan kaki terasa dingin, mual,sakit perut, pencernaan
tidak teratur, jantung berdebar cep[at, napaas menjadi sesak atau tersengal-sengal, tekanan darah tinggi, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makanberkurang, kepala pusing, wajah menjadi merah, gemetar, dada tertekan, lekas lelah, gugup, interest menurun, otot tegang, selalu ingin buang air kecil. b.
Aspek Psikologi Gejala-gejalanya seperti ketakutan, khawatir, bingung, sedih merasa akantertimpa bahaya,
tidak berdaya atau kehilangan kepercayaan diri, kurang bisa memusatkan perhatian, mudah panik, tegang, gelisah, tidak bisa santai, merasa ada beban, timbul perasaan tidak mampu atau tidak berdaya, mudah tersinggung, sulit mengambil keputusan dan daya ingat menurun. Berdasarkan pada ada 2 aspek kecemasan manurut Maramis (1995) dan Darajat (1985) yaitu aspek fisiologi dan aspek psikologis.Data mengenai kecemasan menghadapi menarche dapat diketahui dari perolehan skor pengisian angket, bahwa semakin tinggi skor yang diperoleh individu, maka makin tinggi kecemasan yang dialami individu menghadapi menarche. Demikian sebaliknya, apabila skor yang diperoleh semakin rendah, maka kecemasan yang dialami dalam menghadapi menarche semakin rendah. Angket Kecemasan Menghadapi Menarche digunakan penelitian ini berjumlah 35 butir dan rancangannya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Blue Print Skala Kecemasan Menghadapi Menarche No
Aspek
Favourable
Unfavourable
Total
1.
Fisiologis
9
8
17
2.
Psikologis
9
9
18
Total
18
17
35
Dalam penelitian ini, peneliti menggunkan metode angket, yaitu angket Kecemasn Menghadapi Menarche.Konsep dalam penelitian ini diukur dengan skala Likert.Dalam skala 23
Likert responden dapat memilih empat kemungkinan jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).Semua item dalam angket tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu pertanyaan yang favourable dan pertanyaan unfavourable. Item yang bersifat favourable atau searahdengan teori diberi nilai 4, 3, 2, dan 1, yakni nilai 4 untuk jawaban SS (Sangat Setuju), nilai 3 untuk jawaban S (Setuju), nilai 2 untuk jawaban TS (Tidak Setuju), dan nilai 1 unruk jawabn STS ( Sangat Tidak Setuju). Item unfavourable atau tidak searah diberi nilai yakni 1 untuk jawaban SS (Sangat Setuju), nilai 2 untuk jawaban S (Setuju), nilai 3 untuk jawaban TS (Tidak Setuju), dan nilai 4 untuk jawaban STS ( Sangat Tidak Setuju). Kedua angket penelitian ini selengkapnya dapat dil;ihat pada lampiran B.
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Guna mengungkap aspek-aspek atau variabel yang ingin diteliti, diperlukan alat ukur berupa skala atau tes yang reliabel dan valid agar kesimpulan penelitian nantinya tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya (Azwar, 1997). 1.
Validasi Alat Ukur Validasi adalah suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat tersebut mampu melakukan fungsi
ukurnya, mampu mengukur apa yang akan dan seharusnya diukur (Azwar, 1997). Dalam penelitian ini mencari validitas digunakan dengan pendekatan kriteria internal yaitu validitas yang dilihat dari korelasi pengujian alat ukur sendiri dengan melihat korelasi antara skor item dan skor total. Rumus korelasi yang digunakan dalam hal ini adalah rumus korelasi Product Moment dari Karl Pearson sebagai berikut:
𝑟𝑥𝑦 =
N∑XY − (∑X)(∑Y) √{NΣX 2 − (ΣX)2 }{NΣ𝑌 2 − (ΣX)2 }
Keterangan : rxy
=Korelasi antara skor item dan skor total
∑XY = Jumlah pekalian skor oitem dan skor total ∑X
= Jumlah skor masing-masing item
∑Y
= Jumlah skor seluruh item total 24
∑X2=Jumlah X kudrat ∑Y2=Jumlah Y kudrat N
= Jumlah subjek
Setelah angka korelasi diperoleh, maka untuk menghindari kelebihan bobot perlu diadakan korelasi.Kelebihan bobot ini terjadi karena skor butir yang dikorelasikan dengan skor ikut sebagai kompeten skor total, sehingga menyebabkan angka korelasi menjadi besar (Ancok, 1985). Untuk mengoreksi angka korelasi yang berlebihan bobot tersebut, maka digunakan teknik koreksi Part Whole,dengan rumus sebagai berikut:
𝑟𝑝𝑞 =
(rxy)(𝑆𝐵𝑦 ) − 𝑆𝐵𝑥 √{(𝑆𝐵𝑥𝑦 ) + (𝑆𝐵𝑦2 ) − 2(𝑟𝑥𝑦)(𝑆𝐵𝑥 )(𝑆𝐵𝑦 )}
Keterangan : rpq = Angka korelasi setelah dikoreksi rxy= Angka korelasi sebelum dikoreksi SDy= Standar Deviasi skor total SDx = Standar Deviasi skor item
2.
Reliabilitas Alat Ukur Reliabilitas merupakan terjemaham dari kata reability yang mempunyai asal kata relydan
ability. Pengukuran yang reliabel atau dengan kata lain konsep reliabiltas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1997). Perhitungan reliabilitas dilakukan denagnteknik analisis Alpha Cronbach, dengan rumus : α = ∑Xi2– (∑Xi2) N N
25
Keterangan : α
= Varian butir pertanyaan
∑Xi2
= Jumlah skor jawaban subjek
N
= Jumlah subjek
Uji reliabilitas dalam penelitian ini mengikuti standar reliabilitas yang dikemukakan oleh Azwar (1997). Tabel 3 Standar Reliabilitas α > 0,7
Tidak Reliabel
0,7 ≤ α < 0,799
Cukup Reliabel
0,8 ≤ α < 0,889
Reliabel
α ≥ 0,9
Sangat Reliabel
G. Metode Analisis Data Agar dapat memberikan rangkuman, diperlukan suatu bentuk pengolahan lebih lanjut dari data tersebut.Analisis data yang di gunakan adalah teknik analisis data korelasi Product Moment, yang bertujuan untuk mengetahui arah korelasi atau hubungan antara x dan y (Hadi, 1992) yakni variabel Dukungan Sosial Ibu dengan variabel Kecemasan Menghadapi Menarche. Adapun rumusnya sebagai berikut :
𝑟𝑥𝑦 =
N∑XY − (∑X)(∑Y) √{NΣX 2 − (ΣX)2 }{NΣ𝑌 2 − (ΣX)2 }
Keterangan : rxy
=Korelasi antara skor item dan skor total
∑XY = Jumlah pekalian skor oitem dan skor total ∑X
= Jumlah skor masing-masing item
∑Y
= Jumlah skor seluruh item total
∑X2=Jumlah X kudrat 26
BAB IV PELAKSANAN DAN HASIL PENELITIAN
A.
Orientasi Kancah Penelitian dan Subjek Penelitan Peneliti melakukan penelitian di SD 2 Kristen SatyaWacana (Laboratorium) yang beralamat
di jalan Yos Sudarso 1 Salatiga.Sekolah ini berdiri tahun 1955 dan merupakan salah satu sekolah swasta Kristen yang berada di Salatiga yang merupakan dibawah satu yayasan Kristen yaitu Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana. Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana memiliki beberapa unit yaitu Satya Wacana Children Centre (SWCC), Kelompok Bermain, TK Kristen 1, SD Laboratorium, SMU Laboratorium, dan Universitas Kristen Satya Wacana. Sekolah Dasar ini dikenal dengan Sekolah Dasar Laboratorium yang terdiri dari kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 yakni kelas 1 tewrdiri dari 3 bagian dan kelas 2 sampe kelas 6, yang masingmasing kelas terdiri dari 2 bagian. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk dijadikan subjek adalah Remaja Pra Pubertas yang berumur 9 sampai 11 tahun yang berjumlah 100 orang yang memiliki kriteria tertentu, yaitu subjeknya adalah anak perempuan yang belum mengalami menarche atau menstruasi yang pertama. Pembagiannya terdiri dari 2 kelas yaitu kelas 4 dan kelas 5 yakni kelas 4A yang berjumlah 23 orang dan kelas 4B yang berjumlah 26 orang, sedamgkan kelas 5 yang terdiri dari kelas 5A yang berjumlah 23 orang dan kelas 5B yang berjumlah 28 orang.
B.
Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dilakukan dari penyusunan alat ukur, persiapan untuk memperoleh
perijinan dan uji coba alat ukur. 1.
Penyusunan Alaat Ukur
a.
Angket Dukungan Sosial Ibu Angket Dukungan Sosial Ibu dibuat berdasarkan aspek-aspek Dukungan Sosial dan disusun
sendiri oleh peneliti.Angket ini terdiri dari empat aspek yaitu aspek emosional, aspek penghargaan, aspek instrumental da aspek informatif. Jumlah item yang akan diuji sebanyak 39 item dengan rincian item aspek emosional sebanyak 11 item, aspek penghargaan sebanyak 8 item, aspek instrumental sebanyak 8 item dan aspek informatif sebanyak 12 item. 27
Bentuk favourable dan unfavourable dari angket Dukungan Sosial Ibu memberikan 4 (empat) kemungkinan jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).Item yang bersifat favourable atau searahdengan teori diberi nilai 4, 3, 2, dan 1, yakni nilai 4 untuk jawaban SS (Sangat Setuju), nilai 3 untuk jawaban S (Setuju), nilai 2 untuk jawaban TS (Tidak Setuju), dan nilai 1 untuk jawaban STS ( Sangat Tidak Setuju). Item unfavourable atau tidak searah diberi nilai yakni 1 untuk jawaban SS (Sangat Setuju), nilai 2 untuk jawaban S (Setuju), nilai 3 untuk jawaban TS (Tidak Setuju), dan nilai 4 untuk jawaban STS ( Sangat Tidak Setuju). Sebaran item Angket Dukungan Sosial Ibu dapat dilihat dari pada tabel 4 berikut: Tabel 4 Sebaran Item Angket Dukungan Sosial Ibu Aspek
Favourable
Unfavourable
Total
Emosional
5, 6, 21, 25, 30
8, 9, 17, 19, 20, 32
11
Penghargaan
22, 24, 34, 35
14,18, 27, 29
8
Instrumental
7, 10, 23, 39
13, 33, 37, 38
8
Informatif
1, 2, 11, 12, 16, 26, 31
3, 4, 15, 28, 36
18
Total
20
19
39
Dari tabel diatas mengenai Dukungan Sosial Ibu diungkap melalui angket dukungan sosial yang berdasarkan pada House (Smet, 1994) terdapat 4 jenis aspek, yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif. Tinggi rendahnya dukungan sosial ibu akan tamppak dari skor yang diperoleh dari angket dukungan sosial.Semakin tinggi skor yang diperoleh individu, maka semakin tinggi dukungan sosial ibu yang diterima.Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin rendah dukungan sosial ibu yang diterima dari individu semakin rendah.
b.
Angket Kecemasan Menghadapi Menarche
Alat ukur yang digunakan dalampenelitian adalah angket Kecemasan Menghadapi Menarche yang dibuat berdasarkan aspek-aspek Kecemasan dan disusun sendiri oleh peneliti.Angket ini terdiri dari dua aspek yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis. Jumlah item yang akan diuji sebanyak 35 item dengan rincian aspek fisiologis sebanyak 17 item dan aspek psikologis sebanyak 18 item. 28
Bentuk favourable dan unfavourable dari angket Dukungan Sosial Ibu memberikan 4 (empat) kemungkinan jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).Item yang bersifat favourable atau searah dengan teori diberi nilai 4, 3, 2, dan 1, yakni nilai 4 untuk jawaban SS (Sangat Setuju), nilai 3 untuk jawaban S (Setuju), nilai 2 untuk jawaban TS (Tidak Setuju), dan nilai 1 untuk jawaban STS ( Sangat Tidak Setuju). Item unfavourable atau tidak searah diberi nilai yakni 1 untuk jawaban SS (Sangat Setuju), nilai 2 untuk jawaban S (Setuju), nilai 3 untuk jawaban TS (Tidak Setuju), dan nilai 4 untuk jawaban STS ( Sangat Tidak Setuju). Sebaran item Angket Kecemasan Menghadapi Menarche dapat dilihat dari pada tabel 5 berikut:
Sebaran Item Angket Kecemasn Menghadapi Menarche Aspek Fisiologis Psikoogis
Favourable
Unfavourable
Total
1,3,4,6,8,15,16,21,29
2,13,14,17,24,30,31,35
17
7,11,12,22,25,26,28,32,34 5,9,10,18,19,20,23,27,33
Total
18
17
18 35
Berdasarkan pada tabel diatas, ada 2 aspek kecemasan menurut Maramis (1995) dan Darajat (1985) yang digunakan peneliti yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis. Tabel tersebut mengenai kecemasan menghadapi menarche dapat diketahui dari perolehan skor hasil pengisian angket, bahwa semakin tinggi skor yang diperoleh individu, maka makin tinggi kecemasan yang dialami individu menghadapi menarche.Demikian sebaliknya, apabila skor yang diperoleh semakin rendah, maka kecemasan yng dialami individu dalam menghadapi menarche semakin rendah.
2.
Persiapan Perijinan Penelitian Perijinan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan penelitian.Oleh
karena itu sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti mengajukan ijin penelitian secara lisan kepadatempat yang akan dilakukan penel;itian. Untuk melakukan penelitian dan pembagian angket di SD Kristen Satya Wacana Salatiga, penulis membuat surat pengantar dari Fakultas Universitas Kristen SatyaWacana tertanggal 9 februari 2006.Bukti Penelitian dan Surat Penelitian dapat dilihat pada lampiran H. 29
3.
Uji Coba Alat Ukur Sebelum melakukan penelitian, peneliti sudah memiliki bentuk angket yang cocok, maka
peneliti melakukan uji coba terhadap angket tersebut. Tujuannya untuk menguji validitas dan reliabilitas angket, sehingga hasil pengukuran yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.uji coba terhadap angket tersebut dilakukan pada tanggal 14 februari 2006 dengan menggunakan try out terpakai.
C.
Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Pengukuran validitas dan reliabilitas menggunakan program computer paket yaitu Statistical
Productand Service Solutionn for Windows (SPSS) versi 11.0.untuk uji validitas menggunakan teknik korelasi Product Moment pada angket Dukungan Sosial Ibu dan Kecemasan Menghadapi Menarche, sedangkan uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach. 1.
Angket Dukungan Sosial Ibu Untuk melakukan uji validitas berdasarkan jumlah item yang disebar.Dari hasil angket
Dukungan Sosial Ibu yang terdiri dari 39 item tidak terdapat item yang gugur. Hal ini disebabkan karena milai koefisien korelasi Product Moment lebih besar dari 0,25 (Azwar, 1997). Jadi item yang valid pada skala ini mempunai nilai koefisien validitas yang bergerak antara 0,2518 hingga 0,65582. Berdasarkan perhitungan validitas diatas, maka pada angket Dukungan Sosial Ibu tidak terdapat item yang gugur.
Tabel 6 Sebaran Item Angket Dukungan Sosial Ibu Yang Valid dan Gugur Aspek
Favourable
Unfavourable
Total
Dukungan
5, 6, 21, 25, 30
8, 9, 17, 19, 20, 32
11
22, 24, 34, 35
14, 18, 27, 29
8
7, 10, 23, 39
13, 33, 37, 38
8
Emosional Dukungan Penghargaan Dukungan Instrumental
30
Dukungan
1, 2, 11, 12, 16, 26,
Informasi
31
Total
20
3, 4, 15, 28, 36
12
19
39
Setelah itu dilakukan pengujian reliabilitas dengan menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach. Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil pada Dukungan Sosial Ibu Sebesar α = 0,9178, yang berarti nilai reliabilitasnya termasuk dalam kategori sangat reliabel (Azwar, 1997). Item yang valid dan gugur pada angket Dukungan Sosial Ibu dapat dilihat pada tabel 6.1.Dan untuk melihat hasil selngkapnya dapat dilihat pada lampiran C.
2.
Angket Kecemasan Menghadapi Menarche Dalam melakukan uji validitas berdasarkan jumlah item yang disebar. Dari hasil angket
Kecemasan menghadapi Menarche yang terdiri 35 item terdapat 28 item yang valid dan 7 item yang gugur. Hal ini disebabkan karena nilai koefisien korelasi Product Moment lebih besar dari 0,25 (Azwar, 1997).Kemudian dilakukan perhitungan uji validitas yang kedua kali dengan membuang item yang telah gugur tadi. Jadi item yang valid pada skala ini mempunyai nilai koefisien validitas yang bergerak antara 0,2803 hingga 0,6689.
Tabel 7 Sebaran Item Angket Kecemasan Menghadapi Menarche yang Valid dan Gugur
Aspek Fisiologis
Favorable
1, 3, 4, 6, 8, 15, 16, 2, 2*, 13, 14*, 17, 24, 1, 29
Psikologis
Total
Unfavourable
Total 17
30*,31, 35
7, 11*, 12, 22, 25, 5, 9, 10*, 18, 19, 20*, 23, 26*, 28, 32, 34
27, 33
18
17
*item yang gugur
31
18
35
Setelah itu dilakukan pengujian reliabiitas dengan menggunakan teknik analisis Alpha Cronbach.Dari perhitungan tersebut diperoleh koefisien reliabilitas pada Kecemasan Menghadapi Menarche sebesar α = 0,8993, yang berarti bahwa dalam perhitunganuji reliabilitasnya maka angket Kecemasan Menghadapi Menarche termasuk dalam kategori reliable (Azwar, 1997). Item yang valid dan gugur pada angket Kecemasan Menghadapi Menarche dapat dilihat pada tabel 7.1.Dan untuk melihat hasil selengkapnya dapat dilihat padalampiran D.
D.
Pelaksanaan Penelitian Dalam penilitian ini, peneliti menggunakan try out terpakai. Tryout terpakai yaitu subjek
yang dipakai try out digunkaan sekaligus untuk penelitian, mengingat jumlah subjek yang terbatas. Penelitian ini dilakukan di SD Kristen Satya Wacana Salatiga pada tanggal14 februari 2006.Dalam penelitian ini peneliti terlebih dahulu meminta ijin secara lisan kepada kepala SD Kristen Satya Wacana. Setelah suratijin pada tanggal 9 Februari 2006, pada tanggal yang sama peneliti menyerahkan suratkepada kepala SD Kristen Satya Wacana Salatiga.selanjutnya pada tanggal 14 Februari 2006 penulis kembali dengan membawa angket untuk disebarkan dan dibagikan kepada siswa sejumlah 100 lembar.Dari 100 lembar angket yang disebar semuanya kembali dan telah diisi dengan baik.
Dalam melaksanakan pengumpulan data membutuhkan waktu yang cukup lama.Karena dalam prosespengumpulan data ini peneliti melakukan beberapa kali penyebaran dan dilakukan secara bertahap dan dibagi menjadi empat tahap.Pembagian tahap ini terdiri dari dua kelas dan masing-masing kelas terdiri dari dua bagian yakni kelas 4A, 4B, 5A dan 5B.penelitian ini mulai dari pukul 10.25 WIB sampai 13.25 WIB. Dengan rincian pada pukul 10.25 – 11.05 WIB di kelas 5A, kelas 4A pada pukul 10.05 – 11.45 WIB, kelas 4B pada pukul 12.10 – 12.50WIBdan yang terakhir di kelas 5B pada pukul12.50 – 13.25. Setelah selesai angket dikumpulkan dari 100 orang yang menjadi responden atau subjek, peneliti mendapatkan 13 orang yang sudah mendapatkan menarche sehingga 13 orang yang menjadi subjek tersebut tidak dimsukkan kedalam kriteria sebagai sampel, dengan demikian jumlah sampel yangdipakai sebanyak 87 orang.
32
E.
Hasil Analisis Deskriptif
1.
Dukungan Sosial Ibu Berdasarkan hasil analisis deskriptif Dukungan Sosial Iu dapat ditentukan kategori subjek
menjadi 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.adapun rumus untuk mencari rentang atau interval adalah :
𝑖=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑘𝑜𝑟𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑘𝑜𝑟𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝐾𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖
131 ≤ x ≤ 156 = Sangat Tinggi 106 ≤ x ≤ 130 = Tinggi 85 ≤ x ≤ 107 = Sedang 62 ≤ x ≤ 84
= Rendah
39 ≤ x ≤ 61
= Sangat Rendah
X = skor Dukungan Sosial Ibu
Tabel 8.1 Norma Kategori Variabel Dukungan Sosial Ibu
Kriteria
F
Prosentase
Sangat Tinggi
27
31.3 %
Tinggi
47
54.2 %
Sedang
12
13.8 %
Rendah
1
1.15 %
Sangat
0
0%
Mean
Min
Max
SD
121.37
82
152
14.943
Rendah
Dari tabel diatas, prosentase Dukungan Sosial Ibu yang diterima subjek yang tertinggi
sebesar 54.2% yaitu kategori tinggi.Sedangkan prosentase terendah sebesar 0% yaitu termasuk kategori sangat rendah, dengan kata lain sebagian subjek berada pada kategori tinggi.
33
2.
Kecemasan Menghadapi Menarche Berdasarkan hasil analisis deskriptif Kecemasan Menghadapi Menarche dapat ditentukan
kategori subjek menjadi 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Adapun rumus untuk mencari rentang atau interval adalah : 𝑖=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑘𝑜𝑟𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑘𝑜𝑟𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝐾𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖
96 ≤ x ≤ 113 = Sangat Tinggi 79 ≤ x ≤ 95
= Tinggi
62 ≤ x ≤ 78
= Sedang
45 ≤ x ≤ 61
= Rendah
28 ≤ x ≤ 44
= Sangat Rendah
X = skor Kecemasan Menghadapi Menarche
Tabel 8.2 Norma Kategori Variabel Kecemasan Menghadapi Menarche Kriteria
F
Prosentase
Sangat Tinggi
3
3.4 %
Tinggi
27
31.3 %
Sedang
43
49.4 %
Rendah
14
16.9%
Sangat
0
0%
Mean
Min
Max
SD
73.54
48
108
11.747
Rendah
Dari tabel diatas, prosentase Kecemasan Menghadapi Menarche yang diterima subjek yang
tertinggi sebesar 49.,% yaitu kategori sedang.Sedangkan prosentase terendah sebesar 0% yaitu termasuk kategori sangat rendah. Hasil perhitungan kedua variabel selengkapnya dapat dilihat pada lampiran E.
34
F.
Hasil Analisis Korelasi sebelum diolah, perlu dilakukan pengujian asumsi terlebih dahulu terhadap data yang sudah
diperoleh. Tujuan dilakukan uji asumsi adalah untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah memenuhi asumsi analisis untuk uji normalitas dan linieritas hubungan antar variabel, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi syarat dalam analisis selanjutnya.
1.
Uji Asumsi Dalam tahap ini dilakukan pengujian asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji
linieritas.Pada pengujian ini menggunakan teknik statistik korelasi Product Moment dengan bantuan program computer paket Statistical Product and Service Solution for Windows (SPSS) versi11.0. a.
Uji Normalitas Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel mewakili suatu populasi atau
tidak. Berdasarkan uji normalitas diperoleh nilai K-S untuk dukungan Sosial Ibu sebesar 8,861 dengan p >0,05 hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.Sedangkan nilai K-S untuk Kecemasan Menghadapi Menarche sebesar 0,674 dengan p > 0,05 hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas tabel dan grafik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F. b.
Uji Linieritas Suatu variabel bebas dikatakan linier dengan variabel tergantungnya bila memiliki peluang
p > 0,05. Berdasarkan hasi uji linieritas diketahui Dukungan Sosial Ibu berkolerasi linier dengan Kecemasan Menghadapi Menarche ditunjukkan oleh nilai Fbeda sebesar 0,664 dengan p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang linier.Hasil uji linieritas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran F.
2.
Hasil Analisis Data Setelah melakukan pengujian validitas dan reliabilitas data maka dapat dilanjutkan dengan
pengujian korelasi (hubungan antar variabel) dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan bantuan program komputer paket Statistical Product and ServiceSolution for Windows (SPSS) versi 11.0. Berdasarkan hasil perhitungan maka didapatkan nilai koefisien
35
r = -0,431dengan p < 0,005 yang berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara DukunganSosial Ibu terhadap Kecemasan Menghadapi Menarche pada Remaja Pra Pubertas dengan nilai sumbangan efektif sebesar 0,186atau 18.6%. Untuk hasil uji korelasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran G. G.
Pembahasan Remaja pada umumnya mempunyai tingkah laku dan sikap yang tidak menentu.Karena pada
masa remaja ini merupakan masa pengalihan dan masa penuh masalah.Begitu pula seperti pendapat yang diungkapkan oleh Sarlito (1988) masa ini merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa.Dari masa transisi inilah remaja mengalami banyak perubahan terutama perubahan fisik misalnya menarche.dalam menghadapi masalah perubahan ini remaja merasa cemas di karenakan ketidaksiapan individu dalam menghadapi masalah tersebut (Kartono, 1992). Branca (1965) kecemasan merupakan perasaan atau reaksi umum yang tidak nyaman yang ada pada say frustasi dan yang paling tidak pasti mengenai masa depan serta harapan umu dari sakit, kegagalan atau ancaman kegagalan. Dalam penelitian yang dilakukan Gunn & Mathews (Kuswardani, 2000) perubahanperubahan yang terjadi oleh remaja sebagai hal yang mengagumkan sekaligus menakutkan, senang kecewa dan percaya diri.Oleh karena tu individu membutuhkan sosok seseorang yang dianggap paling dekat dengannya seperti ibu. Menurut Siahaan (1986) ibu adalah orang yang paling dekat dan berpengaruh di dalam kehidupan seorang anak.Karena sejak dalam kandungan seorang ibu, seorang anak sudah memiliki ikatan kasihnya.Dan ibu menjadi memiliki peran penting di dalam pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya, sampai si anak menjadi dewasa dan mulai memasuki lingkungan kehidupan.Peranan ibu yang dibutuhkan remaja khususnya remaja pra pubertas seperti dorongan atau dukungan-dukungan. Dukungan-dukungan sosial yang diterima remaja dri ibu antara lain dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan penghargaan dan dukungan instrumental. Hal ini dapat diselaraskan dengan adanya penelitian tentunya. Berdasarkan pada hasil pengujian yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan bbahwa hasil penelitian ini antara Dukungan Sosial Ibu Terhadap Kecemasan Menghadapi Menarche menghasilkan r = -0,431 dengan p < 0,005, membuktika bahwa adanya hubungan negatifyang signifikan antara Dukungan Sosial Ibu Terhadap Kecemasan Menghadapi Menarche pada Remaja Pra Pubertas. Dengan demikian maka hipotesis penelitian menyebutkan bahwa adanya hubungan negatif yang signifikan 36
antara Dukungan Sosial Ibu Terhadap Kecemasan Menghadapi Menarche pada Remaja Pra Pubertas dapat diterima.Hal ini berarti semakin tinggi Dukungan Sosial Ibu maka semakin rendah Kecemasan Menghadapi Menarche pada Remaja Pra Pubertas.Sebaliknya semakin rendah Dukungan Sosial Ibu maka Semakin tinggi Kecemasan Menghadapi Menarche pada Remaja Pra Pubertas. Disamping itu juga penelitian ini diperkuat padapenelitian yang dilakukan oleh Sriwindari (2001) bahwa semakin banyak subjek mendapatkan informasi tentang menstruasi, semakin berkurang kecemasan mereka dalam menghadapi menarche.Buktinya salah satu dukungan sosial menurut Smet (1994) adalah dukungan informasi.Karena melalui informasi yang diberikan ibu terhadap individu maka secara tidak langsung ibu juga memberikan dukungan sosial. Dalam Johnson & Johnson (Farhatati & Rosyid, 1996) dukungan sosial sebagai keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk dimitai bantuan, dorongan dan penerimaan apabila mengalami kesulitan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan diatas mengenai keberadaan orang lain yang dapat diandalkan disini maksudnya adalah ibu. Karena bagi mereka ibu merupakan figure orang tua yang paling dekat dan akrab (Siahaan, 1986). Oleh karena itu masuk akal bila dengan adanya ibu memberikan dorongan dan penerimaan yang merupakan salah satu aspek dukungan sosial, maka kecemasanmenghadapi menarche akan menurun. Disamping itu hal yang serupa dikemukakan oleh Cobb (Eliana, 2005) dukungan sosial adalah informasi dan umpan balik yang berasal dari orang lain, sehingga menuntun seseorang menyakini bahwa dirinya dicintai, diperhatikan, dihargai dan bernilai serta berada dalam suatu ikatan sosial seperti keluarga atau anggota organisasi yang dapat menyediakan barang-barang pelayanan, pertolongan pada saat yangdibutuhkan di waktu bahaya.Adapun factor-faktor yang mempengaruhi kecemasan seperti yang dikemukakan oleh Kartono (1992) salah satunya adalah keadaan pribadi individu itu sendiri, dimana individu merasakan timbulnya kecemasan dikarenakan ketidaksiapan atau belum siap individu untuk menghadapi masalahnya seperti masalah kesehatan. Dan menurut Baron ( Kumalasari, 2003) dukungan sosial merupakan salah satu cara yang terpenting untuk membantu seseorang yang sedang menghadapi tekanan. Menurut Wiggins (Kumalasari, 2003) dukungan sosial sebagai pertolongan, bantuan yang diterima oleh individu dari interaksinya dengan lingkungan. Dengan diterimanya dukungan sosial maka individu akan lebih sehat fisik dan psikisnya daripada individu yang tidak menerima
37
dukungan sosial. Dukungan-dukungan sosial yang diterima remaja dari antara lain dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dan dukungan instrumental. Sehingga dapat dibuktikan lewat pendapat yang dikemukakan oleh Smet (1994) dukungan sosial sebagai informasi, nasehat, baik verbal maupun non verbal merupakan tindakan yang nyata yang memberikan keakraban sosial kepada individu, dapat memberikan manfaat emosional atau memberikan dampak yang positif bagi individu yang menerimanya.Sehingga semakin namyak dukugan ibu berupa nasehat, pengertian, dorongan-dorongan atau memberikan banyak informasi, dan juga dukungan materi atau bantuan langsung tentang menarche, maka kecemasan remaja pra pubertas dalam menghadapi menarche semakin berkurang dan persiapan individu dalam menghadapi menarche. Melihat sumbangan efektif yang berdasarkan uji korelasi antara Dukungan Sosial Ibu Terhadap Kecemasan Menghadapi Menarche adalah 18,6%, maka ada faktor yang lain sebesar 81,4% yang harus diperhatikan seperti faktor kedekatan antaraibu dengan remaja itu sendiri (Smet, 1994).Menurut Kartono (1992) adanya pengalaman yang tidak menyenangkan melalu pengalaman individu ketika individu melihat teman sebayanya yang lebih dahulu mendapatkan menarche. Lingkungan tempat individutinggal tidak memberikan dukungan dan kurang memberikan perhatian kepada individu, dan juga adanya ketidaksiapan individu itu sendiri dalam menghadapi masalahnya karena merasa dirinya masih kecil dan belum siap menerima perubahan-perubahan yang akan terjadi pada dirinya suatu saat nanti.Adanya sikap saling keterbukaan dan adanya penerimaan terhadap informasi yangada mengernai menstruasi.(Smet, 1994).
38
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi dengan menggunakan teknik Pearson antara Dukungan Sosial Ibu Terhadap Kecemasan Menghadapi menarche pada Remaja Pra Pubertas menunjukkan bahwa adanya hubungan negative yang signifikan antara Dukungan Sosial Ibu dengan Kecemasan Menghadapi Menarche. Dengan nilai korelasinya sebesar r = -0,431dengan p < 0.005 yang berarti semakin tinggi Dukungan Sosial Ibu yang diberikan pada individu, maka Kecemasan Menghadapi Menarche pada individu semakin rendah. Sebaliknya semakin rendah Dukungan Sosial Ibu yang diberikan pada individu maka semakin tinggi kecemasan Menghadapi Menarche pada individu. 2. Adapun sumbangan efektif antara Dukungan Sosial Ibu dengan kecemasan Menghadapi Menarche adalah sebesar 18,6% dengan pertimbangan adanya faktor lain yang harus diperhatikan dalam Dukungan Sosial Ibu dengan Kecemasan Menghadapi Menarche sebesar 81,4%.
B.
Saran Berkaitan dengan pembahasan, kesimpulan dan keterbatasan peneliti, peneliti ingin
menyampaikan saran kepada : 1.
Orang Tua Individu Saran bagi orang tua individu khususnya ibu, alangkah baiknya dapatmemberikan perhatian lebih kepada individu terutama remaja putri terhadap perubahn-perubahan seperti menstruai
39
yang pertam atau menarche yang dialami maupun yang akan dialami oleh individu.Karena individu masih dalam masa transisi atau peralihan antara anak-anak dan dewaasa.Bentuk perhatiam tersebut seperti memberikan dukungan.Bentuk-bentuk dukungan itu seperti memberikan dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi. Yang pertama, dukungan emosional, bantuan ibudapat diwujudkan dengan memberikan perhatian, kasih sayang yang lebih, peduli dan empati terhadap individu yang bersangkutan misalnya memberikan penghiburan dan pemahaman bahwa menstruasi tidak perlu ditakutkan dan semua perempuan pasti akan mengalaminya. Karena dengan dukungan yang diberikan ibu terhadap individu, maka individu merasa dihargai, diperhatikan, dan disayangi ketika mereka menghadapi masalahnya, sehingga kecemasan yang dialami individu akan menurun. Yang kedua, dukungan penghargaan, dukungan ini berupa dorongan maju atau memberikan ungkapan yang positif seperti memberikan dorongan semangat ketika individu merasa cemas akan perubahan yang dialaminya seperti ibu memahami, memberikan penghargaan dan menerima perubahn-perubahan secara psikis maupun fisik yang terjadi pada individu misalnya menstruasi, sehingga rasa cemas yang dialami individu akan menurun. Dari ke empat Dukungan Sosial Ibu yang paling banyak memberikan sumbangan adalah dukungan Informasi.Dukungan informasi ini dapat disampaikan dalam berbagai berntuk bantuan seperti memberikan informasi melalui buku-buku atau majalah memberikan nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran kepada individu, ketika individu sedang mengalami masalahnya.
40
2.
Individu Itu Sendiri Bagi individu khususnya remaja pra pubertaskhususnya remaja putri akan mengalami
perubahan-perubahan pada dirinya sendiri. Perubahan-perubahan itu seperti menarche atau menstruasi yang pertama dan pasti akan dialami suatu saat nanti pada waktu yang tidak ditentukan. Dan setiap perubahan-perubahan itu akan berdampak negatif seperti cemas, kaget sekaligus bingung apabila tidak diberi informasi dan bantuan langsung dari ibu sebagai orang yang paling terdekat dalam keluarga.Oleh karena itu jangan malu, risih atau segan bertanya kepada ibunya sendiri mengenai perubahan-perubahan yang terjadi diri sendiri dan individu harus berpikir kearah yang positif tentang pemahaman menstruasi, disamping itu membicarakan menstruasi bukan hal yang tabu atau larangan untuk dibicarakan. Karena dengan dukungan yang diberikan ibu sebagai orang yang paling terdekat sekaligus merupakan orang yang paling tahu banyak tentang masalah wanita maka dukungan berupa informasi atau bantuan langsung kepada individu itu sendiri dapat mengurangi rasa cemas terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi seperti rasa cemas dalam menghadapi menarche. 3.
Guru / Sekolah Untuk pihak sekolah atau guru-guru disarankan sedini mungkin dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi remaja itu sendiri dengan memberikan informasi yang tepat pada saat jam sekolah maupun diluar jam sekolah misalnya kegiatan ekstra kurikuler atau adanya inisiatif sendiri dari sekolah atau guru untuk sekedar memberikan informasi kepada orangtua murid tentang masalah perkembangan khususnya masalah reproduksi terutama menstruasi yang dialami ankankanya dan juga anak-anak didiknya, sehingga anak-anak putri yang sedang menghadapi menarche, sehingga mereka tidak merasa ketakutan, gelisah, bingung dan kaget akan perubahanperubahan yang terjadi pada diri mereka suatu saat nanti.Pemberian informasi atau pengetahuan
41
juga harus dilakukan oleh pihak sekolah ataupun guru-guru maka secaratidak langsung memberikan ataupun kepada mereka supaya mengurangi rasa cemas pada saat menghadapi menstruasi yang pertama atau menarche. 4.
Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti yang lain yang tertarik dan
berminat untuk melakukan penelitian lebih lankut mengenai dukungan sosial ibu dengan kecemasan menghadapi menarche, maka disarankan untuk menyertakan variabel-variabel lain yang belum disertakan dalampenelitian ini seperti memperluas ruang lingkup penelitian. Hal ini mengingat bahwa sumbangan variabel kecemasan menghadapi menarche sebesar 18,6% yang terhitung angka relatif kecil. Ini berarti masih terdapat 81,4% faktor lain yang mempengaruhi kecemasan menghadapi menarche. Adapun faktor lain yang mempengaruhi kecemasan menghadapi menarche adalah faktor kedekatan antara ibu dengan remaja iu sendiri (Smet, 1994). Menurut Kartono (1992) adanya pengalaman yang tidak menyenangkan melalui pengalaman individu ketika individu melihat teman sebayanya yang lebih dahulu mendapatkan menarche, lingkungan tempat individu tinggal tidak memberikan dukungan dan kurang memberikan perhatian kepada individu, dan juga adanya ketidaksiapan individu itu sendiri dalam menghadapi masalahnya karena merasa dirinya masih kecil dan belum siap menerima perubahan-perubahan yang akan terjadi pada dirinnya suatu saat nanti.Adanya sikap saling keterbukaan dan adanya penerimaan terhadap informasi yangada mengenai menstruasi (Smet, 1994). Selain itu dalam hal penyebaran angket juga harus diperhatikan dalam penggunaan kata-kata dalam angket dan juga mengupayakan agar tidak terdapat faking dalam menjawab soal-soal yang ada pada angket dan memberikan penjelasan mengenai tujuan diberikannya angket tersebut.
42
DAFTAR PUSTAKA Alwi, H. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke 3.Jakarta. Balai Pustaka
Ancok, D. 1985. Teknik Penyusunan Skala Pengukuran. Yogyakarta. Pusat Penelitian Kependudukan UGM.
Arikunto, S. 1983. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta, Bina Aksara
Atmimi, N. 1988.Self Esteem dan Tingkat Kecemasan pada Wanita Bekerja Menghadapi Menopause.Skripsi.Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gadja Mada
Azwar, S. 1998. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Liberty.
1997. Metode Penelitian. Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
Badudu, F. 1996. Dalam Pelayanan Wanita ITB A.Bandung
Berk, E. L. 2001.Development Through theLife Span : Second Edition.Allyn & Bacon. USA
Branca, A. 1965.Psychology The Science Of Behavior. Boston : Allyn & Bacon, Inc
Burhanuddin, Y. 1998. Kesehatan Mental.Pustaka Setia : Bandung
Darajat, Z. 1985. Kesehatan Mental.Jakarta :Gunung Agung .
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta Ghalia Indonesia.
Durkin, K. 1995. Development Social Pshycology From Infancy To Old Age. Massachusetts : Blackwell Publisher Inc.
Eliana, S, R, 2005. Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami dengan Kecemasan Ibu Hamil. Skripsi.Salatiga. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. 43
Farhatati, F & Rosyid, H. F. 1996.Karakteristik Pekerjaan Dukungan Sosial dan Tingkat Burn Out PadaNon Human ServiceCorporation. Jurnal Psikologi No. 1
Gunarsa, S. D. 1976. Psikologi Anak Bermasalah, Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Hadi, Soetrisno, 1992. Statistik 2.Yogyakarta : Andi Offset.
1995. Metodologi Reseach 2. Yogyakarta : Andi Offset.
Hastuti, L. W. 1994. Penerimaan Diri Terhadap Remaja Awal Ditinjau Dari Keikutsertaan Dalam Dunia Pendidikan Reproduksi.Skripsi.Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gadja Mada.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Indrianingsih. 1997. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Menopause. Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gadja Mada.
Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita II. Bandung : Maju Mundur.
Kartono, K. 1995. Psikologi Anak 9 Psikologi Perkebangan). Mandar Maju : Bandung.
Katchaadurian, H, A. 1989. Fundamental Of Human Sexuality Instructur Edition 5thEdition.Florida ; Holt, Richard & Winston Inc.
Kompas, Juni 2001.Misteri Menstruasi. Modul PKBI, Jawa Barat.
Kumalasari, N. 2003.Kecemasan Remaja Putri Saat Menarche Di Tinjau Dari Dukungan Sosial Ibu. FakultasPsikologi UniversitasKhatolik Soegijapranata : Semarang.
Kuswardani, I. 2000. Sikap Terhadap Menstruasi dan Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Remaja Usia Pubertas.Skripsi. Yogyakarta Fakultas Psikologi Universitas Gadja Mada. 44
Mayasari, D. 1998. Studi Kasus Pengetahuan dan Penerimaan Putri Terhadap Menstruasi. Skripsi diterbitkan. Jakarta. Universitas Indonesia.
Maramis, W, F. 1995. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.
Moeliono, M. A. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta. Balai Pustaka.
Monks, F. J. Knoers, A. M. P. Haditono S. R. 1984. Psikologi Perkembangan : Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Universitas Gadja Mada Press.
Priest, R. 1991.Bagaimana Cara Mencegah dan Mengatasi Cemas dan Dpresi, Di sadur dari Anxiety and Depresiion. Semarang : Dahara Prize
Reference Word.Definition Prepuberty.www.wordreference.com/definition/prepuberty. USA
Sriwindari, D. 2001. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Menstruasi dengan Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Remaja Pra Pubertas. Skripsi. Yogyakarta, Universitas Gadja Mada.
Stice, E, Presnell, K, and Bearman, K.S. (2001). Relation of Early Menarche to Depression, Eating Disorder, Subtance Abuse, and Comorbid Psyhopatology Among Adolescent Girl. Journal Of Development Psychology, vol. 37, 608-619.
Suryabrata, S. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikoogi. Yogyakarta : Andi Offset.
Susilo, H, Y. 2004. Belajar Seks Tidak Dilarang. www.banjarmasinpost.co
Sustiwi, F. 2004. Ketika Anak Tidak Lagi Tabu Bicara Menstruasi. Dalam Rakyat.
Harian
Kedaulatan
Utami, N. 1998. Ketidakberdayaan Psikis Pada pendertia Gagal Ginjal di tinjau dari Dukungan Sosial.Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang. Universitas Katolik Soegijapranata.
Walgito, B. 1994. Pengantar Psikologi Umum. Edisi Revisi. Cetakan Ke Empat. Yogyakarta : Andi Offset. 45
Riberu, J. 1985. Kemelut Anak Remaja, dan Problema ke Keluarganya Seri Psikologi no. 2. Jakarta : Mega Media Jakarta.
Rifai, M. S. S. 1983. Psikologi Perkembangan Remaja : Dari Segi Kehidupan Sosial.Bandung : Bina Aksara.
Santrock, J. W. 1995. Life Span development : Perkembangan masa Hidup.Jakarta : Erlangga.
Sarlito, W. S. 1988. Psikologi Remaja. Jakarta : Grafindo Persada. Shadily, H. 1983.Ensiklopedia Indonesia.Jakarta: Ichtiar Baru – Van Hoeve.
Siahaan, N, H. 1986. Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak. Bandung : Angkasa Bandung.
Sitanggang, A, R, H. 1994.Kamus Psikologi. Bandung : Armico. Bandung
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Gramedia.
Saputra, D. 2004. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Problema Focused Coping pada Ibu Yang Memiliki Anak Autis.Skripsi.Salatiga. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
Wignyosoebroto, S. 1981. Kecemasan Gejala Sosial Masyarakat Kini Yang Tengah Terus Berubah. Makalah Surabaya Simposium Kecemasan.
46