HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN KETERBATASAN FUNGSIONAL

Download Di Swedia, LBP adalah penyebab tersering penyakit kronis pada usia kurang dari 65 ... 65 tahun pernah menderita nyeri punggung dan prevalen...

1 downloads 570 Views 263KB Size
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN KETERBATASAN FUNGSIONAL AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PENDERITA LOW BACK PAIN DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh: Nuansa Bunga Atmantika J500100056

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS NYERI DENGAN KETERBATASAN FUNGSIONAL AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PENDERITA LOW BACK PAIN DI RSUD DR. MOEWARDI DI SURAKARTA Nuansa Bunga Atmantika1 , Ani Rusnani Fibriani2 , Nur Mahmudah3 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2Dokter Ahli Neurologi RS PKU Muhammadiyah Surakarta, 3Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

1

ABSTRAK Latar Belakang. Low Back Pain (LBP) merupakan gangguan muskuloskeletal terbanyak yang dapat menyebabkan nyeri, inflamasi berkepanjangan dan keterbatasan fungsional. Intensitas nyeri yang berat pada LBP menyebabkan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari, sehingga dapat menurunkan produktivitas manusia.. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Metode. Jenis penelitian yang digunakan ialah analitik observasi dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel yang digunakan adalah sebanyak 51 sampel dengan teknik simple random sampling. Data diperoleh dari pengisian kuesioner Visual Analogue Scale (VAS) dan The Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire Hasil. Setelah dilakukan analisa data dengan menggunakan uji Gamma dan Sommers’d, didapatkan nilai korelasi antar variabel sangat kuat (r = 0,803) dan nilai kemaknaan 0,00 (p < 0,05). Kesimpulan. Terdapat hubungan antara intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. Kata kunci: Low Back Pain, intensitas nyeri, keterbatasan fungsional aktivitas

RELATIONSHIP BETWEEN INTENSITY OF PAIN WITH FUNCTIONAL LIMITATIONS OF DAILY ACTIVITY IN PATIENT WITH LOW BACK PAIN IN DR. MOEWARDI HOSPITAL IN SURAKARTA Nuansa Bunga Atmantika1 , Ani Rusnani Fibriani2 , Nur Mahmudah3 1 Student of Medical Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta, 2 Neurologist in PKU Muhammadiyah Hospital of Surakarta, 3College Instructor of Medical Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta ABSTRACT Background. Low back pain is the most musculoskeletal disorders that can causing a pain, inflammation and prolonged functional limitations. Severe pain intensity in patient low back pain as a causative of functional limitations in the daily activities, so as to reduce in human productivity. Objective. The aimed of this study is to understand the relationship between the intensityof pain with functional limitations of daily activities in patient with LBP in Dr. Moewardi hospital Surakarta. Metode. The type of research is an observational analytic with approach to Cross Sectional. The number of samples that used are 51 samples with simple random sampling techniques. Data were obtained from questioners Visual Analogue Scale (VAS) and The Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire Result . After analysis of data using Gamma and Sommer’d test, it obtained a value of the correlation between variables which very strong (r = 0,803) and significance value 0,00 (p < 0,05) Conclusion. There is a relationship between the intensity of pain with fuctional limitations of daily activities in patients with LBP in Dr. Moewardi hospital in Surakarta. Key word: Low Back Pain, pain intensity, functional limitations activities

PENDAHULUAN Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah suatu gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis. Pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun sebagian besar kasus, diagnosisnya tidak pasti dan berlangsung lama (Wagiu, 2012). LBP atau NPB merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. World Health Organization (WHO) menyatakan kira-kira 150 jenis gangguan muskuloskeletal di derita oleh ratusan juta manusia yang menyebabkan nyeri dan inflamasi yang sangat lama serta disabilitas atau keterbatasan fungsional, sehingga menyebabkan gangguan psikologik dan sosial penderita. Nyeri yang diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya adalah keluhan nyeri punggung bawah yang merupakan keluhan paling banyak ditemukan diantara keluhan nyeri yang lain. Laporan ini berhubungan dengan penetapan dekade 2000-2010 oleh WHO sebagai dekade tulang dan persendian (Bone and Joint Decade 2000-2010), dimana penyakit gangguan musculoskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia (WHO, 2003). LBP merupakan keluhan yang spesifik dan paling banyak dikonsultasikan pada dokter umum. Hampir 70%-80% penduduk negara maju pernah mengalaminya. LBP merupakan masalah kesehatan yang paling penting di semua negara. Prevalensi sepanjang hidup (lifetime) populasi dewasa sekitar 70% dan prevalensi dalam 1 tahun antara 15-45%, dengan puncak prevalensi terjadi pada usia 35 dan 55 tahun. Kebanyakan LBP akut bersifat self limiting dan hanya 2-7% yang menjadi kronis (Jalaluddin, 2008). Di negara maju seperti di Amerika Serikat prevalensinya dalam satu tahun berkisar antara 15%-20%, sedangkan berdasarkan kunjungan pasien ke dokter adalah 14,3% (Meliawan, 2009). Dalam satu tahun terdapat lebih dari 500.000 kasus nyeri punggung bagian bawah dan dalam 5 tahun angka insiden naik sebanyak 59%. Prevalensi pertahun mencapai 15 - 45% dengan titik prevalensi 30%. Sebanyak 80-90% kasus LBP akan sembuh dengan sendirinya selama 2 minggu. Dari 500.000 kasus tersebut 85% penderitanya adalah usia 18-56 tahun (Wheeler, 2013). Di Swedia, LBP adalah penyebab tersering penyakit kronis pada usia kurang dari 65 tahun dan peringkat kedua setelah penyakit vaskuler pada usia 65 tahun keatas (Kim, 2005). LBP merupakan salah satu masalah sosial utama ekonomi utama di Inggris karena 13% alasan seseorang tidak masuk bekerja disebabkan karena LBP. Insidensi setiap tahun pada orang dewasa mencapai 45% dan paling banyak menyerang usia 35-55 tahun (Amroisa, 2006). Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) melakukan penelitian pada bulan Mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasil menunjukkan bahwa jumlah penderita nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), 1598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) adalah penderita LBP (Meliala, 2003). Sementara di Indonesia walaupun data epidemiologik mengenai LBP belum ada namun diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia antara 65 tahun pernah menderita nyeri punggung dan prevalensinya pada laki-laki 18,2% dan pada perempuan 13,6% (Meliawan, 2009).

LBP merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan produktivitas kerja manusia (Suharto, 2005). LBP jarang fatal namun nyeri yang dirasakan dapat membuat penderita mengalami penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, problema kesehatan kerja, dan banyak kehilangan jam kerja pada usia produktif maupun usia lanjut, sehingga merupakan alasan terbanyak dalam mencari pengobatan (Yudiyanta, 2007). Penelitian tentang nyeri punggung bawah yang berhubungan dengan keterbatasan fungsional aktivitas kehidupan sehari-hari belum banyak dilakukan. Dari 180 penderita nyeri punggung akut yang di ikuti selama satu tahun ternyata 38% mengalami keterbatasan fungsional yang menetap. Keterbatasan fungsional yang menetap bukan saja dipengaruhi oleh beratnya nyeri, tetapi juga faktor premorbid faktor distress psikologi, rendahnya aktivitas fisik, merokok, ketidakpuasan dalam pekerjaan, dan faktor yang berhubungan dengan lamanya gejala, luasnya nyeri, dan terbatasnya mobilitas spinal (Thomas, 1999). Keterbatasan fungsional yang dikarenakan nyeri punggung bawah mengakibatkan tingginya biaya yang dibutuhkan setiap tahun, sehingga terhadap penderita perlu dilakukan evaluasi seberapa besar ketidakmampuan disfungsional yang terjadi dan faktor yang mempengaruhinya (Liebenson, 1999). LBP juga memiliki implikasi yang luas dalam bidang ekonomi, terutama segi pembiayaan. Di Amerika Serikat keterbatasan fungsional karena LBP merupakan alasan kedua setelah commond cold yang menyebabkan seseorang tidak masuk kerja dan merupakan penyebab keterbatasan fungsional yang paling sering pada usia di bawah 45 tahun. Biaya yang dikeluarkan setiap tahun untuk diagnosis dan pengobatan LBP mencapai 23,5 milyar pada tahun 1990 dan kerugian secara tidak langsung pada tahun yang sama termasuk karena hilangnya penghasilan diperkirakan mencapai 35 milyar (Amroisa, 2006). Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hubungan antara intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas seharihari pada penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta TINJAUAN PUSTAKA Intensitas Nyeri International Association for Study of Pain (IASP) mendefinisikan bahwa nyeri adalah suatu sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (Fawcett, 2011). Intensitas nyeri adalah beratnya nyeri yang dirasakan penderita (Tamsuri, 2007), dan merupakan suatu hal yang penting dalam evaluasi penderita LBP, walaupun hal ini merupakan salah satu aspek nyeri yang sulit karena tidak dapat diukur secara pasti. Evaluasi intensitas nyeri tergantung pada pernyataan pasien dan kemampuan pemeriksa dalam menilai kepribadian pasien dan status fisiknya, sebab sering dijumpai keluhan subjektif yang tidak sebanding dengan kelainannya. Pada seseorang dengan kelainan struktur yang minimal mungkin

keluhannya sangat hebat, tetapi sebaliknya pada yang lain dengan kelainan struktur yang hebat keluhannya sedikit sekali (Loeser, 2001). Keterbatasan Fungsional / Disabilitas Keterbatasan fungsional atau disabilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat karena alasan yang secara medis dapat ditentukan karena adanya gangguan fisik atau mental, diperkirakan akan berlangsung atau telah berlangsung terus-menerus dalam periode tidak kurang dari 12 bulan (Dorland, 2010). Disabilitas merupakan suatu keterbatasan atau ketidakmampuan seseorang dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari yang dianggap dapat dilakukan oleh orang normal akibat dari adanya impairment. Secara sederhana, disabilitas dapat diartikan sama dengan ketidakmampuan dalam bekerja (Robinson, 2001). Dalam menentukan disabilitas, beberapa tolak ukur subjektif dan terkadang tidak akurat harus dipertimbangkan. Faktor non medis seperti jenis kelamin, pelatihan sebelumnya, keahlian, pengalaman, pendidikan, lingkungan sosial, ketersediaan pekerjaan yang cocok, masalah transportasi dari dan ke tempat kerja, serta kemampuan bekerja sama dengan orang lain (Gilbovsky, 2006). Low Back Pain (LBP) Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah adalah suatu gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis, pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun sebagian besar kasus, diagnosis tidak pasti dan berlangsung lama (Wagiu, 2012). Nyeri punggung bawah kronis adalah nyeri punggung bawah yang terjadi sekurang-kurangnya 12 minggu. Nyeri punggung bawah akut adalah nyeri punggung bawah yang terjadi kurang dari 6 minggu. Nyeri punggung bawah sub akut adalah nyeri punggung yang terjadi antara 6 sampai 12 minggu. Disamping itu ada pula nyeri punggung bawah ulang (current low back pain), yaitu setelah nyeri pinggang bawah akut sembuh setelah 6 minggu, nyeri pinggang bawah terjadi lagi, masih bisa melakukan fungsi dan aktivitas sehari-hari (Lamsuddin, 2001). Hubungan Antara Intensitas Nyeri dengan Keterbatasan Fungsional Pada Penderita LBP Nyeri dapat menyebabkan impairment dan disabilitas atau keterbatasan fungsional. Impairment adalah abormalitas atau hilangnya fungsi anatomik, fisiologik, maupun psikologik, sedangkan disabilitas atau keterbatasan fungsional adalah hasil dari impairment, yaitu keterbatasan atau gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Setyohadi, 2009). Banyak faktor yang dapat menyebabkan disabilitas pada penderita LBP, antara lain nyeri (intensitas, durasi, dan perluasan nyeri), kurangnya aktivitas fisik dan gerakan lumbal, faktor psikososial, stress, depresi (terutama pada LBP kronis), serta ketidakpuasan dalam bekerja (Kambodji, 2002). Keterbatasan fungsional yang dikarenakan nyeri punggung bawah mengakibatkan tingginya biaya yang dibutuhkan setiap tahun, sehingga terhadap

penderita perlu dilakukan evaluasi seberapa besar ketidakmampuan disfungsional yang terjadi dan faktor yang mempengaruhinya (Liebenson, 1999). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik saraf RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 September hingga tanggal 15 November 2013. Data penelitian diperoleh dari pengisian kuesionare. Populasi aktual adalah semua pasien rawat jalan yang menderita LBP di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sampel yang hendak diteliti adalah yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Total jumlah sampel minimal 51. Kriteria restriksi pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kriteria Inklusinya adalah pasien LBP spondilogenik baik akut maupun kronis yang dirawat jalan di bagian neurologi RS, jenis kelamin laki-laki dan perempuan usia 15-55 tahun, bersedia menandatangani persetujuan dalam mengikuti penelitian. 2. Kriteria Eksklusi adalah pasien LBP viserogenik, berusia lebih dari 55 tahun, tidak bersedia menandatangani persetujuan dalam mengikuti penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah intensitas nyeri sebagai variabel bebas, keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP sebagai variabel terikat. Intensitas nyeri didefinisikan sebagai suatu gambaran mengenai seberapa berat atau parah nyeri yang dirasakan oleh individu (Tamsuri, 2007). LBP ditentukan berdasarkan dokter spesialis saraf di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Skala pengukuran variabel penelitiannya ordinal. Keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat karena alasan yang secara medis dapat ditentukan karena adanya gangguan fisik atau mental, diperkirakan akan berlangsung atau telah berlangsung terus menerus dalam periode tidak kurang dari 12 bulan. Skala pengukuran variabel: ordinal HASIL PENELITIAN Setelah dilakukan penelitian pada tanggal 20 September 2013 sampai dengan tanggal 15 November 2013 dengan sampel penelitian memenuhi kriteria inklusi, sebanyak 51 orang. Berikut ini distribusi data hasil dari penelitian: Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%) Laki-laki 20 39,2% Perempuan 31 60,8% Jumlah 51 100%  

Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan usia Umur Jumlah Presentase (%) 15 – 24 1 2,0% 25 – 34 6 11,8% 35 – 44 17 33,3% 45 – 54 19 37,3% 55 8 15,7% Jumlah 51 100% Tabel 3. Distribusi sampel berdasarkan jenis pekerjaan Pekerjaan Jumlah Presentase (%) Bengkel 1 2,0% Guru 1 2,0% Ibu Rumah Tangga 13 25,5% Karyawan 5 9,8% Mahasiswa 1 2,0% Pedagang 4 7,8% Pengangguran 8 15,7% Pengusaha 1 2,0% Penjahit 1 2,0% Pensiun 2 4,0% Pensiun Guru 2 3,9% Petani 2 3,9% PNS 4 7,8% Wiraswasta 6 11,8% Jumlah 51 100% Tabel 4. Distribusi sampel berdasarkan intensitas nyeri Intensitas Nyeri Jumlah Presentase (%) Nyeri Ringan 8 15,7% Nyeri Sedang 21 41,2% Nyeri Berat 19 37,3% Nyeri Sangat Berat 3 5,9% Jumlah 51 100% Tabel 5. Distribusi sampel berdasarkan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari Keterbatasan Fungsional Aktivitas Minimal Sedang Berat Sangat Berat

Jumlah

Presentase (%)

9 24 16 2

17,6% 47,1% 31,4% 3,9%

Jumlah

51

100%

Tabel 6. Hasil Crosstabulation antara Intensitas Nyeri dengan Keterbatasan Fungsional Aktivitas CrossKesulitan Kesulitan Kesulitan Kesulitan Total tabulation Minimal Sedang Berat Sangat Berat Nyeri 8 0 0 0 8 Ringan Nyeri 1 24 2 0 27 Sedang Nyeri Berat 0 0 14 1 15 Nyeri 0 0 0 1 1 Sangat Berat Total 9 24 16 2 51 Tabel 7. Hasil uji korelasi Gamma dan Somers’d Hubungan Nilai Korelasi Kemaknaan Intensitas Nyeri (+) 0,803 0,000 (Variabel Independen) Disabilitas Aktivitas (+) 0,869 0,000 (Variabel Dependen) Korelasi antar variabel ordinal penelitian menggunakan uji korelasi Gamma dan Sommers’d, sehingga dapat diketahui bentuk hubungan dan tingkat kemaknaan antara dua variabel. Koefisien korelasi disimbolkan dengan huruf r, dimana semakin tinggi nilai r (semakin mendekati 1), maka tingkat ditafsirkan sangat kuat (r > 0,8), kuat (0,6 – 0,79), sedang (0,4 – 0,59), lemah (0,2 – 0,39) dan sangat lemah (0,0 – 0,19). Bentuk hubungan antara dua variabel dengan tanda negatif (-) menunjukkan arah hubungan berbanding terbalik, yaitu peningkatan nilai dari satu variabel akan diikuti dengan penurunan nilai variabel yang lain. Tanda positif (+) menunjukkan arah hubungan searah, yaitu peningkatan nilai dari satu variabel akan diikuti juga dengan peningkatan variabel yang lain. Untuk menilai tingkat kemaknaan korelasi antara dua variabel dilambangkan dengan p(sig.), dimana terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel jika nilai p < 0,05 (Dahlan, 2010). Hasil yang dapat dilihat dari tabel diatas diketahui bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis kerja (H1) diterima yang berarti ada hubungan antara intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. Intensitas nyeri dipakai sebagai variabel bebas dan keterbatasan fungsonal aktivitas sehari-hari sebagai variabel tergantung, maka diketahui dari hasil uji korelasi Gamma dan Somers’d mempunyai nilai korelasi (r) sebesar 0,803 yang

menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau hubungan yang sangat kuat (r > 0,8) antara dua variabel, dengan nilai kemaknaan 0,000 (p.sig < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa korelasi antara intensitas nyeri dengan disabilitas aktivitas sehari-hari secara statistika bermakna karena nilai p<0,05. Pembahasan Hasil penelitian yang dilakukan pada 51 penderita LBP telah diketahui bahwa intensitas nyeri digunakan sebagai variabel bebas dan disabilitas aktivitas sehari-hari sebagai variabel tergantung. Hasil penelitian terbanyak menunjukkan intensitas nyeri sedang dengan keterbatasan fungsional yang sedang, dan yang didapatkan dari hasil uji korelasi Gamma dan Somers’d mempunyai nilai korelasi (r) sebesar 0,803. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau hubungan yang sangat kuat antara intensitas nyeri terhadap keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta. Keterbatasan fungsional pada penderita LBP juga dipengaruhi oleh intensitas nyeri yang dapat menjadi berat karena batuk, status pengobatan dan pemeriksaan laseque (Kambodji, 2003). Penderita nyeri kronik sering berakhir pada kondisi keterbatasan fungsional yang dapat menyebabkan gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Purba, 2006). LBP kronis dapat menyebabkan keterbatasan fungsional yang berat. Sedangkan proses terjadinya LBP kronis disebabkan adanya nyeri nosiseptif yang persisten, atau terdapat mekanisme sensitasi sentral akibat nyeri berkepanjangan. Selain hal itu dapat juga disebabkan oleh pengobatan yang tidak adekuat pada fase LBP akut (Kambodji, 2003). Dari 180 penderita LBP akut yang di ikuti selama satu tahun ternyata 38% mengalami keterbatasan fungsional yang menetap. Keterbatasan fungsional yang menetap bukan saja dipengaruhi oleh beratnya nyeri, tetapi juga faktor premorbid faktor distress psikologi, rendahnya aktivitas fisik, merokok, ketidakpuasan dalam pekerjaan, dan faktor yang berhubungan dengan lamanya gejala, luasnya nyeri, dan terbatasnya mobilitas spinal (Thomas, 1999). Keterbatasan fungsional yang dikarenakan nyeri punggung bawah mengakibatkan tingginya biaya yang dibutuhkan setiap tahun, sehingga terhadap penderita perlu dilakukan evaluasi seberapa besar ketidakmampuan fungsional yang terjadi dan faktor yang mempengaruhinya (Liebenson, 1999). Menurut Suharto (2005) saat melakukan aktivitas berat dan dengan postur tubuh yang salah mengakibatkan otot tidak mampu untuk mempertahankan posisi tulang belakang torakal dan lumbal, sehingga facet joint terlepas disertai dengan adanya tarikan dari samping, kemudian terjadi gesekan pada permukaan kedua faset sendi yang dapat menyebabkan ketengangan otot dan dapat mengakibatkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Gejala yang ditimbulkan adalah nyeri, spsme otot tulang belakang torakolumbal dan keterbatasan gerakan punggung. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lamsudin (2001), 90% LBP akut dapat membaik dalam 6 minggu dan bisa berakibat kronik apabila berhubungan dengan kondisi psikologis yang kurang baik. Penatalaksanaan dalam kondisi akut dapat dilakukan misalnya dengan cara tirah baring, orthosis, pemberian NSAID, relaksan otot serta terapi secara manual tidak terlalu memberikan dampak yang efisien jika tidak disertai dengan biopsikosoial.

Sedangkan untuk nyeri punggung kronis penatalaksanaan juga mengarah pada rehabilitasi secara multidisiplin baik dari terapis maupun dari penderita itu sendiri. Pemberian NSAID masih kurang menguntungkan disbanding dengan pemberian opioid dan anti depresan (Purba, 2006) Tabel 1 menyajikan distribusi sampel menurut jenis kelamin. Diperoleh data bahwa penderita LBP terbanyak pada perempuan, yaitu sebesar 60,8% atau 31 orang dari 51 total sampel. Hal ini dikarenakan pada wanita terjadi menstruasi dan proses menopause yang menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon esterogen. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Altinel, Levent, et al (2007) di Turki didapatkan bahwa prevalensi nyeri punggung bawah pada perempuan adalah 63,2% dan pada laki-laki sebesar 33,8%. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Suharto (2005), yang menyatakan bahwa wanita lebih banyak mengeluh nyeri pinggang, dimana pada perempuan proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormone esterogen sehingga memungkinkan terjadinya LBP. Dan dalam Department of Pain Medicine (2011) menyatakan bahwa wanita pada usia produktif yang pernah mengalami dua atau lebih kehamilan memilliki risiko terkena LBP. Tabel 2 menyajikan distribusi sampel menurut usia. Dalam penelitian ini termasuk dalam golongan usia produktif (15 – 55 tahun) dan didapatkan hasil bahwa usia 45-54 tahun yang terbanyak dengan presentase 37,3% atau sebanyak 19 orang mengalami LBP. Karena proses terjadinya LBP adalah degenerasi diskus intervertebralis, oleh karena banyak terjadi pada dekade 3 sampai 5. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudianta (2007) di dapatkan bahwa besarnya risiko LBP pada usia 40 – 60 tahun ditunjukkan dengan angka kejadian LBP sebesar 44,6%. Seiring dengan pertambahan umur maka kelenturannya menghilang dan terjadi penyusutan matriks diskus, sehingga risiko terjadinya stenosis spinalis menjadi meningkat. Bukti dari pemeriksaan MRI bahwa kerusakan diskus mencapai 30% pada orang berusia 30 tahun (Cluett, 2012). Prevalensi sepanjang hidup (lifetime) populasi dewasa sekitar 70% dan prevalensi dalam 1 tahun antara 15-45%, dengan puncak prevalensi terjadi pada usia 35 dan 55 tahun. Kebanyakan LBP akut bersifat self limiting dan hanya 2-7% yang menjadi kronis (Jalaluddin, 2008). Gejala awal LBP mulai ada usia produktif 2550 tahun sehingga mengakibatkan kerugian kerja. Keadaan ini bisa disebabkan karena pada usia produktif mereka bekerja dengan aktivitas yang lebih berat atau akibat bekerja dengan postur tubuh yang salah (Jonaedi, 2005). Tabel 3 menyajikan distribusi sampel berdasarkan jenis pekerjaan, pada penelitian ini didapatkan bahwa pekerjaan ibu rumah tangga merupakan kelompok yang paling banyak menderita LBP. Hal ini bisa disebabkan karena banyak melakukan aktivitas tubuh yang salah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zamna (2007) yang menyatakan bahwa LBP adalah salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh salah, kebanyakan orang sering melupakan masalah posisi tubuh dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sikap yang tidak baik dapat membuat tubuh menjadi cepat lelah, ketegangan otot dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Pekerjaan dan aktivitas berat juga dapat menyebabkan LBP, seperti mengangkat, menarik, mendorong,

memutar pinggang, terpeleset, duduk dalam jangka waktu lama, atau terpapar getaran yang lama (Jonaedi, 2007). Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Dalam penelitian ini dilakukan observasi (faktor risiko) dan variabel terikat (efek) dalam sekali waktu serta pada saat yang sama, sehingga terdapat beberapa kelemahan dalam penelitian ini. Kelemahan dalam penelian ini disebabkan oleh keterbatasan waktu dalam teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, serta melihat data rekam medis pasien yang didapatkan kurang lengkap. SIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Pada penderita LBP dengan keterbatasan fungsional yang sedang dan berat, perlu dilakukan terapi yang adekuat baik dalam terapi kausatif, operatif, maupun rehabilitatif supaya dapat mengoptimalkan kembali fungsi normal punggung.

DAFTAR PUSTAKA Adam & Victor’s, 2009. Principles of Neurology 9th edition. Boston: The McGraw-Hill Companies.pp: 124-144 Albar Z. Mixed pain dibidang Reumatologi. Dalam Simposium “Mixed Pain; The Pathologyand Current Treatment Option in Mixed Pain Therapy”. Ritz Carlton, Mei 13, 2006 Altinel, L, et al. the Prevalence of Low Back Pain and Risk factor among Adults Population in Afyon Region Turkey. Acta Traumatol Turc 2008: 42 (5) :328-333. Amroisa R.A.N, 2006. Tes Lasegue Sebagai Tes Diagnostik Radikulopati Lumbosakral Pada Pasien Nyeri Punggung Bawah. Universitas Gadjah Mada. Pendidikan Dokter Spesialis Saraf. Arnstein P.M., Berry P.H., Chapman C.R., et al., eds. Pain: Current Understanding of Assessment, Management, and Treatments. National Pharmaceutical Council. April, 2004. Available at www.ampainsoc.org Arief, M., 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Universitas Sebelas Maret Press. Bogduk N, Maajor G, Ghabrial J, et all. Evidence Based Clinical Guidelines for the Management of Acute Low Back Pain. London: Royal Cloege of General Practioners, 1996. Cluett, J, 2012. Herniated DiscHealth’s Disease and Condition. About.com Department of Pain Medicine, 2011. Low Back Pain Factor, http://www.stoppain.org.

: Predisposing

Dorland, 2010. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta: EGC. Fairbank JC, 2000. The Oswestry Disability Index, Spine No.25 (22), pp: 2940-2953 Fawcett T.N., 2011. Pain: Definitions, Secrets and Success. The University of Edinburgh. pp: 2-3 Gilbovsky A, 2006. Impaired and Disabled Patients, In: American College of LegalMedicine Textbook Commite, 3rd ed. St.Louis: Mosby, pp: 531533

Harden RN. Chronic neuropathic pain. Mechanism, diagnosis and treatment. Neurologist. 2005; 11:111-22. Harsono S, 2006. Nyeri Punggung Bawah, dalam Kapita Selekta Neurologi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, pp: 265-285 Hartwig & Wilson, 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. II(6):1063-1103 Hoskins W, 2011. Low Back Pain and Injury in Athletes, In: Low Back Pain Pathogenesis and Treatment ed Yoshihito Sakai,pp 41-68 Ibrahim I, 2000. Penilaian dan Pengukuran pada Nyeri Punggung Bawah Non Spesifik, MKS No.32(3), pp: 52-56. Jalaluddin J. 2008. Keefektifan Hipnoterapi Pada Proses Persalinan Dengan Penderita Low Back Pain. Universitas Sebelas Maret. Pendidikan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa. Tesis Jonaidi T, 2007. Mencegah Nyeri Punggung (15 Mei 2013). http://www.pontianakpostonline.com

Bawah,

Kambodji, Joyce. 2002. Pengaruh Intensitas Nyeri Terhadap Keterbatasan Fungsioal Aktivitas Sehari-hari Penderita Nyeri Punggung Bawah Kronis. Universitas Gadjah Mada. Pendidikan Dokter Spesialis Saraf. Laporan Penelitian. Kim DH, 2005. Epidemiologi, Phatophysiologi, and Clinical Evaluation of Low Back Pain, in: Low Back Pain . pp: 6-11. Lamsudin R, 2001. Manajemen Nyeri Pinggang Bawah (Nyeri Boyok) Berdasarkan Evidence-Based Healthcare. Universitas Gadjah Mada. Pendidikan Dokter Spesialis Saraf Liebenson C,1999. How Do I Justify the Medical Necissity Of my Care? Part II: The Roland-Morrs Questionnare, The Chiropractic Resource Organitation. Loeser JD, 2001. Medical Evaluation of the Patient with Pain, Dalam: Bonica’s Management of Pain Part II, Lippincott Williams & Wilkins, pp: 1-3 Lubis I. Epidemiologi nyeri punggung bawah. dalam : Meliala L. Suryamiharja A. Purba JS. Sadeli HA. Editors. Nyeri punggung bawah, Jakarta. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI),2003: p; 1-3

Meliala A. 2003. Assesmen NPB, Dalam: Nyeri Punggung Bawah, Perdossi, pp 37-49. Meliawan S., 2009. Diagnosis dan Tatalaksana HNP Lumbal. Dalam : Diagnosis dan Tatalaksana Kegawat Daruratan Tulang Belakang. Jakarta. Sagung Seto. p; 62-87 Murti B, 1997. Prinsip dan Metoda Riset Epidemiologi. Gadjah Mada University Press, pp: 143. National Pharmaceutical Council, 2001. Pain: Current Understanding of Assessment, Management, and Treatments. I: 10 -12 Nix W. Cinical Impact, Diagnosis and Treatment of the Mixed Pain Syndrome. Dalam Simposium “Mixed Pain; The Pathologyand Current Treatment Option in Mixed Pain Therapy”. Ritz Carlton, Mei 13, 2006 Noerjanto, 1993. Gangguan Saraf pada Usia Lanjut. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang, pp: 316-325. Parsons G & Preece W., 2010. Principles and Practice of Managing Pain. USA: The McGraw-Hill Companies. Partoatmodjo L, 2003. Diagnostik Klinik NBP, dalam: Nyeri Punggung Bawah, Jakarta. Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia (PERDOSSI), 2003 Purba JS, 2006. Nyeri Punggung Bawah Studi Epidemiolog, Patofisiologidan Penanggulangan. BNS No.7 (2), pp: 85-93 Robinson JP, 2001. Evaluation of Function and Disability, Dalam: Bonica’s Management of Pain Part II, Lippincott Williams & Wilkins, pp: 343-359 Sakai, 2012. Low Back Pain Pathogenesis and Treatment.Croatia Samara Diana, 2004. Lama Dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Nyeri Pinggang Bawah. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Setyohadi B, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Universitas Indonesia, pp 2720-2723 Sidharta P, Mardjono M, 2000. Neurologi Klinis Dasar, cet VIII. Jakarta: Dian Rakyat, pp: 95-104.

Snell R, 2006. Clinical Anatomy for Medical Students, Lippincott and Wilkins, pp881-889. Suharto, 2005. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Nyeri Pinggang bawah Aspesifik Akibat Joint Block Thorakal dan Lumbal, dalam: Cerminan Dunia Kedokteran No.146, Pp: 152-154 Sunaryanto. 2009. Penatalaksanaan Kasus Nyeri. FK UNUD: Bagian Anestesiologi and Reanimasi. Tamsuri, 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC. Thomas, E., Silman, AJ., Croft, PR., Papageorgiou, AC., Jayson MIV., 1999. Predicting Who develops chronic low back pain in primary care: a prospective study. BMJ, 318 : 1662-1666. Tulaar.A.B.M, 2008. Nyeri Leher dan Punggung. Departemen Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Wagiu A.S : Pendekatan Diagnosis Low Back Pain www.neurology.multiply.com/journal/item/24. 16 Mei 2012.

(LBP),

Wheeler H Anthony. Low Back Pain and Sciatica. Feb, 2013: http://emedicine.medscape.com/ article. WHO Scientific Group, 2003. WHO Technical Report Series 919. The Burden of Musculoskeletal Conditions at the Start of The New Milenium, WHO library Cataloguing in Publication Data, pp : 1-5. Wibowo, B.S., 2006. Clinical Impact and Treatment Options in Mixed Pain. Jakarta: Departement of Neurology in Medical Faculty of Indonesia University. pp:101-123. Yudianta, Asmedi A, Setyaningsih I. 2007. Gejala Radikulo-Diskogenik Sebagai Prediktor Diagnosis Radikulopati Lumbosakral Pada Pasien Nyeri Punggung Bawah. Universitas Gadjah Mada. Pendidikan Dokter Spesialis Saraf. Yogyakarta. Zamna I, 2007. Hubungan Lama Duduk Saat Perkuliahan Dengan Keluhan Low Back Pain, http://inna-ppni.pr.id/index.php.