HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI FISIK DAN

Download Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri fisik dan ... Kata kunci : Konsep Diri Fisik; Kecemasan Sosi...

0 downloads 522 Views 320KB Size
Hubungan antara Konsep Diri Fisik dan Kecenderungan Kecemasan Sosial pada Remaja Awal Safira Pramitasari Atika Dian Ariana

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. This study aimed to determine the correlation between the Physical Self-concept and social anxiety tendencies in early adolescence. This study was conducted on 284 children aged between 12 and 15 years. Data was collected through a survey or questionnaire method. Physical self-concept measurement using the Physical Self-Description Questionnaire - Short Version (PSDQ-S) which was developed by Herbert W. Marsh et al (2010) and social anxiety using a measuring instrument Social Anxiety Scale - Adolescent (SAS-A) developed by La Greca & Stone (1993). Analysis of the data used is parametric statistical techniques Pearson Product Moment correlation test. The results of this study indicate that the existence of a negative correlation between physical self-concept and social anxiety in adolescents beginning. The magnitude of the correlation coefficient between the two variables is -0.298 with a significance level of 0.000. Weak correlation results indicate that physical self-concept is only a fraction of the factors that may cause social anxiety in early adolescence. Keywords : Physical Self-Concept; Social Anxiety; Early Adolescence Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri fisik dan kecenderungan kecemasan sosial pada remaja awal. Penelitian ini dilakukan pada 284 anak usia antara 12 hingga 15 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei atau kuesioner. Pengukuran konsep diri fisik menggunakan Physical Self-Description Questionaire - Short Version (PSDQ-S) yang dikembangkan oleh Herbert W. Marsh dkk (2010) dan kecemasan sosial menggunakan alat ukur Social Anxiety Scale – Adolescent (SAS-A) yang dikembangkan oleh La Greca & Stone (1993). Analisis data yang digunakan adalah statistik parametrik dengan teknik uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara konsep diri fisik dan kecemasan sosial pada remaja awal. Besarnya koefisien korelasi antara kedua variabel adalah -0,298 dengan taraf signifikansi 0,000. Hasil korelasi yang lemah menunjukkan bahwa konsep diri fisik hanya sebagian kecil dari faktor yang dapat menyebabkan kecemasan sosial pada remaja awal. Kata kunci : Konsep Diri Fisik; Kecemasan Sosial; Remaja Awal

Korespondensi : Safira Pramitasari, email : [email protected] Atika Dian Ariana, email : [email protected] Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, Jl. Airlangga No. 4 - 6 Surabaya

48

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 03 No. 1, April 2014

Safira Pramitasari & Atika Dian Ariana

PENDAHULUAN Remaja merupakan masa transisi dimana seorang anak menelusuri kehidupannya untuk menuju dewasa. Proses itu bukan hal yang mudah bagi remaja yang biasa juga disebut sebagai masa penuh gejolak, ketika itu seseorang dikuasai oleh dinamika-dinamika untuk menghadapi kehidupan selanjutnya (Gunarsa, 2008). Pada perjalananannya diikuti oleh banyak perubahan antara lain perubahan fisik, psikis, dan juga psikososial. Perubahan yang paling menonjol yaitu perubahan secara fisik ketika tahap remaja awal. Adanya perubahan tersebut terkadang tidak mudah diterima oleh individu yang bersangkutan (Dariyo, 2004). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penilaian yang negatif mengenai diri sendiri sering terjadi pada remaja, utamanya remaja awal (Levpuscek, 2004). Beberapa dampak yang diketahui antara lain menyebabkan remaja menjadi pribadi yang minder, suka menutup diri dan malu (National Institute of Mental Health, 2013), hingga mengalami gangguan sosial yang serius (Mappiare, 1982), seperti kecemasan sosial (Levpuscek, 2004). Kecemasan sosial pada remaja merupakan fenomena yang dapat ditemukan di berbagai sudut dunia. Di Asia, prevalensi diagnostik gangguan kecemasan sosial sebesar 0,5-1,2% (Hwu dkk., 1989; Lee dkk., 1990; Tsuchiya dkk., 2009, dalam Vriend dkk, 2013). Sementara di Indonesia, tercatat bahwa 15,8% remaja mengalami kecenderungan kecemasan sosial yang cukup tinggi (Vriend dkk, 2013) Beberapa penelitian telah menemukan beberapa faktor yang berhubungan atau mempunyai asosiasi dengan kecemasan sosial pada remaja, di antaranya sifat pemalu (National Institute of Mental Health, 2013), harga diri yang rendah atau self-esteem rendah (Ahmad dkk, 2013), pola asuh overprotective (Spokas dkk, 2008). Secara lebih khusus penelitian juga dilakukan oleh Ichraf, Arous, Ali, Trabelsi Khaled, Masmoudi Liwa, & Ali (2013), hasilnya self-esteem secara fisik atau physical self-esteem juga turut berperan dalam peningkatan anxiety seseorang (Ichraf dkk, 2013). Penelitian yang dilakukan Hayward, Chris, Wilson, Lagle, Helena, Kraemer, Killen, & Taylor (2008) adanya pola pengasuhan turut berasosiasi Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 03 No. 1, April 2014

dalam peningkatan kecemasan sosial remaja. Kemudian Prawoto (2010) meneliti mengenai hubungan konsep diri dan kecemasan sosial pada remaja, dihasilkan bahwa konsep diri memiliki peran dalam pembentukan kecemasan sosial pada remaja. Menurut Agustiani (2009) konsep diri diartikan sebagai persepsi diri seseorang yang terbentuk melalui pengalamannya dan interaksinya yang dilakukan dengan lingkungan. Secara lebih spesifik remaja awal memiliki ciri khas daripada periode perkembangan lainnya yaitu perkembangan fisik yang pesat, perubahan-perubahan yang cepat tersebut akan mempengaruhi penilaian remaja terhadap dirinya terutama secara fisik. Konsep diri fisik yang merupakan persepsi terhadap fisik yang didapat dari lingkungan antara lain bagaimana individu mepersepsi kemampuan tubuhnya dan juga penampilan tubuhnya (Marsh, 1996, dalam Jowwet, 2007). Beberapa penelitian yang mengukur konsep diri fisik dan kecemasan sosial, antara lain penelitian yang dilakukan oleh (Hagger dkk, 2011) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara konsep diri fisik dan kecemasan sosial terutama secara fisik pada usia dewasa. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh (Herring dkk, 2012), dalam penelitiannya disebutkan bahwa konsep diri fisik turut berasosiasi dalam timbulnya simptom-simptom kecemasan dan salah satunya adalah kecemasan sosial yang dilakukan pada remaja perempuan. Penelitian ini dilakukan karena peneliti ingin mengetahui keberadaan hubungan konsep diri fisik dengan kecenderungan kecemasan sosial terhadap remaja pada periode awal. Selain itu pada penelitian ini juga akan menggali relasi antara konsep diri fisik dan juga kecenderungan sosial secara langsung, karena belum ada penelitian sebelumnya yang mengaitkan kedua atribut ini pada sampel remaja awal dengan segala karakteristik dimiliki. Belum ada penelitian yang membahas tentang konsep diri fisik dan kecenderungan kecemasan sosial pada remaja awal walaupun telah diketahui bahwa remaja awal merupakan tahap dimana kecenderungan kecemasan sosial lebih banyak dialami individu dibandingkan tahapan lainnya. Sementara itu, sebagaimana disampaikan sebelumnya, penelitian pendahulu menemukan bahwa remaja awal juga 49

Hubungan antara Konsep Diri Fisik dan Kecenderungan Kecemasan Sosial pada Remaja Awal

merupakan tahapan dimana penilaian terhadap fisik menjadi dominan. Hal ini yang kemudian melatarbelakangi penelitian ini.

METODE PENELITIAN Konsep diri dalam hal ini lebih spesifik kepada fisik individu tersebut yaitu persepsi seseorang mengenai penampilan tubuhnya dan bukan hanya itu bagimana kemampuan yang dimiliki oleh tubuhnya tersebut (Marsh, 1996, dalam Jowwet, 2007). Konsep diri fisik terukur menjadi 11 dimensi, yaitu, physic strength (kekuatan fisik), body fat (ukuran tubuh/berat badan), activity (aktivitas fisik), endurance/ fitness (tidak mudah lelah), sport competence (kompetensi olahraga), coordination (koordinasi fisik), health (kesehatan tubuh/ tanpa penyakit), appearance (penampilan fisik), flexibility (fleksibilitas fisik), global physical, & global esteem (Marsh, 1996, dalam Jowwet, 2007). Variabel selanjutnya kecemasan sosial. Kecemasan sosial, menurut DSM V merupakan suatu gangguan yang terjadi pada seseorang ditandai dengan adanya ketakutan yang berlebihan terhadap situasi sosial dan adanya rasa cemas untuk menampilkan hal yang memalukan di depan orang banyak. Kecemasan sosial memiliki beberapa indikator-indikator tertentu yaitu adanya ketakutan akan penilaian negatif dari orang lain (FNE), adanya penolakan terhadap lingkungan baru ataupun teman sebaya yang tak dikenall sebelumnya (SAD-New) dan adanya penolakan yang lebih umum terhadap perkumpulan teman-teman sebayanya secara umum (SAD-General) (La Greca & Lopez, 1998). Subjek berjumlah 284 orang berasal dari sekolah yang sama yaitu SMP Negeri 1 Surabaya. Usia berkisar antara 12 - 15 tahun (12; 82 orang, 13; 101 orang, 14;95 orang, & 15; 6 orang), usia tersebut termasuk dalam periode remaja awal (12-17tahun). Dari segi jenis kelamin sebanyak 46,1% laki-laki (131 orang) dan 53,9% perempuan (153 orang). Social Anxiety Scale – Adolescent / SAS-A

50

adalah suatu skala psikologi yang mengukur kecenderungan seseorang yang mengalami kecemasan sosial. Penggagas dari skala ini adalah La Greca & Stone (1993). Skala ini terdiri 22 item yang diantaranya 18 item merupakan pernyataan individu yang berhubungan dengan dirinya sendiri dan 4 item merupakan pernyataannya yang berhubungan dengan sosialnya. Penilaian didasarkan pada 5 pilihan jawaban (1= tidak sama sekali hingga 5= selalu), skor yang dapat diperoleh yaitu kisaran 18 hingga 90, dengan catatan 4 skor tambahan tidak ikut dinilai. Physical Self-Description Questionaire Short Version PSDQ-S (Marsh dkk, 2010) terdiri dari 40 item, dengan 11 subskala antara lain Physic Strength (kekuatan fisik), Body Fat (ukuran tubuh/berat badan), Activity (aktivitas fisik), Endurance/fitness (tidak mudah lelah), Sport Competence (kompetensi olahraga) , Coordination (koordinasi fisik), Health (kesehatan tubuh/ tanpa penyakit), Appearance (penampilan fisik), Flexibility (fleksibilitas fisik), global physical, & global esteem (Marsh, 1996, dalam Jowwet, 2007). Kisaran penilaian antara 1: sangat tidak sesuai hingga 6: sangat sesuai di setiap pernyataannya. Untuk melakukan analisis dari hubungan antar kedua variabel yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan korelasi. Dimana korelasi ini untuk menghitung kuat lemahnya suatu hubungan antar dua variabel. Kedua variabel yang digunakan disini adalah konsep diri fisik dan kecemasan sosial. Korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Pearson Product Moment pada SPSS 21 for Windows.

HASIL DAN BAHASAN Setelah dilakukan uji asumsi yang diantaranya adalah uji normalitas dan uji linearitas, maka ditentukan bahwa data yang digunakan dapat memenuhi kedua uji tersebut, sehingga dapat dinyatakan data yang digunakan merupakan uji statistik parametrik.

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 03 No. 1, April 2014

Safira Pramitasari & Atika Dian Ariana

Tabel Hasil Uji Korelasi

KONSEP DIRI FISIK Keterangan : N : jumlah sampel

KECEMASAN SOSIAL

Korelasi Pearson Product Moment -.0,298 signifikansi 0,000 N 284

Berdasarkan tabel uji korelasi diatas dinyatakan bahwa jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 284, jumlah tersebut menyatakan data dari 284 subjek dapat diolah dan dianalisis dengan kepentingan tujuan terkait dengan penelitian. Hasil tersebut menyatakan bahwa korelasi Pearson product moment diperoleh sebesar -0,298 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000. Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa

Koefisien Korelasi 0,10 - 0,29 0,30 – 0,49 0,50 – 1,00

ada hubungan yang negatif antara konsep diri fisik dan kecenderungan kecemasan sosial, hal tersebut berarti semakin tingginya konsep diri fisik maka kecenderungan kecemasan sosial akan rendah dan begitu pula sebaliknya. Selain itu menurut (Cohen, 1998, dalam Pallant, 2007) ada pula pedoman yang digunakan untuk menginterpretasi koefsien korelasi yaitu sebagai berikut :

Tabel Hasil Interpretasi Koefisien Korelasi Interpretasi Lemah Sedang Kuat

Dari hasil yang didapatkan terkait dengan penelitian ini, p (sig) antar kedua variabel menunjukkan 0,000 yang artinya p < 0,05 sehingga pernyataan yang dihasilkan bahwa Ho ditolak. Perhitungan korelasi menggunakan Pearson Product Moment melalui SPSS 21.0 for Windows dapat disimpulkan jika Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat dinyatakan ada hubungan negatif antara konsep diri fisik dan kecenderungan kecemasan sosial pada remaja awal. Nilai koefisien korelasi pada penelitian ini menunjukkan skor -0,298 yang artinya kedua variabel memiliki hubungan yang lemah. Uji korelasi parametrik yang digunakan adalah spearman product moment yang didapatkan nilai korelasi sebesar r(-0,298) dan p(sig) sebesar 0,000 yang artinya penelitian menolak Ho dan menerima Ha yaitu ada hubungan negatif antara konsep diri fisik dan kecenderungan kecemasan sosial pada remaja awal. Nilai sebesar 0,298 menyatakan bahwa hubungan keduanya adalah lemah. Adanya hubungan yang negatif antara konsep diri fisik dan kecenderungan kecemasan sosial pada remaja awal, hal ini dapat membuktikan pernyataan-pernyataan yang telah Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 03 No. 1, April 2014

ada sebelumnya. Seperti (Mappiare, 1982) di dalam bukunya tertera pernyataan bahwa remaja awal yang memiliki perkembangan sangat cepat secara fisik tidak jarang yang mengalami adanya ketidak seimbangan dalam pergerakan atau oleh tubuh yang ia lakukan, dampak dari hal tersebut akan membuat remaja merasa tidak tenang dan menghasilkan suatu kecemasan tersendiri pada remaja. Penelitian ini membuktikan pernyataan (Soesilowindardini, 1982) yang menyatakan bahwa remaja merupakan periode dimana ia mengalami perkembangan fisik yang sangat pesat dan hal tersebut akan menjadi masalah ketika seorang remaja tidak memiliki penyesuaian diri yang baik, hal itu dapat berdampak pada rasa tidak percaya diri seorang remaja dengan apa yang dilakukan terutama berhubungan dengan kegiatan fisik. Rasa percaya diri yang lemah akan memicu kecenderungan seseorang dalam mengalami kecemasan. Kecemasan cukup erat kaitannya dengan kehidupan remaja, dalam (Mappiare, 1982) disebutkan bahwa salah satu fase negatif pada masa remaja awal yaitu kepekaan perasaan. Hal ini semakin dipertegas oleh penelitian yang dilakukan oleh (Levpuscek, 2004) bahwa kecenderungan 51

Hubungan antara Konsep Diri Fisik dan Kecenderungan Kecemasan Sosial pada Remaja Awal

kecemasan sosial dipicu oleh adanya ketakutakan untuk mendapatkan penilaian negatif dari orang lain terutama pada remaja periode awal. Pada penelitian (Herring dkk, 2012) menyebutkan bahwa adanya hubungan antara konsep diri fisik dan kecemasan sosial pada remaja wanita, selain itu penelitian (Hagger dkk, 2011) menyebutkan bahwa ada hubungan antara konsep diri fisik dan kecemasan sosial terutama secara fisik pada usia dewasa awal. Hasil pada penelitian ini menunjukkan konsistensi daripada penelitian-penelitian sebelumnya yang mengukur hal yang sama. Pembahasan mengenai adanya hubungan yang lemah antara kedua variabel tersebut. Terdapat beberapa hal yang memungkinkan hubungan antar keduanya berada pada level lemah, yang pertama hal ini disebabkan karena ada atribut yang lain yang tidak diukur oleh peneliti. Pada penelitian yang digagas oleh (Ahmad dkk, 2013) menyebutkan bahwa kecenderungan remaja di Pakistan yang mengalami kecemasan sosial adalah rendahnya harga diri yang diimiliki oleh remaja tersebut. Kemudian pernyataan selanjutnya oleh (Brinhaupt & Lipka, 2002) menyatakan adanya perbedaan antar penampilan tubuh ataupun keadaan tubuh secara aktual dan ideal sangat berhubungan kuat dengan self-esteem remaja itu sendiri. Kedua pernyataan tersebut mendukung hubungan antara konsep diri fisik dan kecemasan sosial memiliki atribut lain yang menjembatani keduanya yaitu self-esteem. Analisis berikut menunjukkan keadaan variabel yang diukur berdasarkan jenis kelamin dari subjek penelitian. Ditinjau dari ratarata menunjukkan laki-laki lebih memiliki kecenderungan konsep diri fisik yang positif daripada perempuan. Hasil tersebut menunjukkan konsistensi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Hagger dkk, 2005). Ada pula variabel kecemasan sosial yang dianalisis berdasarkan karakteristik demografis subjek,

52

antara lain kecemasan sosial dan jenis kelamin, menunjukkan bahwa perempuan memiliki kecenderungan kecemasan sosial yang lebih tinggi daripada laki-laki, hasil ini menunjukkan adanya konsistensi pada penelitian sebelumnya. Ditinjau dari tingkat usia juga didapatkan hal serupa, Hasil yang ditinjau rata-rata tersebut menunjukkan usia 14 tahun memiliki kecenderungan kecemasan sosial yang paling tinggi daripada usia lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri fisik dan kecenderungan kecemasan sosial pada remaja awal. Hubungan di antara kedua variabel bersifat negatif, , artinya semakin positif nilai variabel konsep diri fisik maka semakin rendah nilai variabel kecemasan sosial begitu pula sebaliknya atau yang juga bisa disebut berbanding terbalik. Bagi penelitian selanjutnya untuk memperhatikan atribut-atribut lain yang berperan antar atribut yang diukur untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, bagi remaja awal yang memiliki kecenderungan social anxiety dapat memperbaiki konsep diri salah fisik untuk menjalani kehidupan sosial yang lebih baik, dengan cara mengenali dirinya lebih realistis (kekurangan dan kelemahan yang dimiliki), kemudian bagi orang tua diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan anak agar dapat membentuk konsep diri salah satunya secara fisik yang positif dengan tujuan membangun kehidupan sosialisasi anak yang lebih baik dengan penerapan pola asuh yang sesuai, & bagi guru/ orang yang berperan terhadap remaja dapat memfasilitasi remaja untuk membentuk suatu konsep diri fisik yang positif dalam menjalani kehidupan sosialisasinya, dengan cara memberikan arahan dan bimbingan pada siswanya.

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 03 No. 1, April 2014

Safira Pramitasari & Atika Dian Ariana

PUSTAKA ACUAN Agustiani, Hendriati. (2009). Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja). Bandung: PT.Refika Aditama. Ahmad, Z. R., Nasreen Bano, Riaz Ahmad, & Sarwat Jahan Khanam. (2013). SOCIAL ANXIETY IN ADOLESCENTS: DOES SELF ESTEEM MATTER?. Institute of Clinical Psychology, University of Karachi, Pakistan. www.leena-luna.co.jp page 91-98. Brinhaupt, T .M,, & Richard .P Lipka. (2002). Understanding Early Adolescent Self and Identity; Applications and Interventions. SUNY Press. Dariyo,. A. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi Praktis : Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia. Hagger, M. S., Vello Hein, & Nikos L. D. Chatzisarantis. (2011). Achievement Goals, Physical Self-Concept, and Social Physique Anxiety in a Physical Activity Context. Journal of Applied Social Psychology, 2011, 41, 6, pp. 1299–1339. Wiley Periodicals, Inc. Hayward, Chris., Kimberly A. Wilson., Kristy Lagle., Helena C, Kraemer., Joel D Killen., & C. Barr Taylor. (2008). THE DEVELOPMENTAL PSYCHOPATOLOGY OF SOCIAL ANXIETY IN ADOLESCENTS. Depression and Anxiety 25:200-206. Herring .M. P., Patrick J. O’Connor, Rodney K. Dishman. (2012). Physical Self-Concept and Self-Esteem Mediate Associations of Physical Activity with Anxiety in College Women. University of Georgia 33 Ramsey Student Center, 300 River Road 34 Athens, Georgia 30602-6554 35 (706) 542-9840 36 FAX (706) 542-3148 37 [email protected] Ichraf, Arous., Baccouche Mohamed Ali., Trabelsi Khaled., Masmoudi Liwa., Elloumi Ali. (2013). Effect of gender and type of sport on anxiety and self-esteem. International Journal of Humanities and Social Science www.ijhssi.org Volume 2 Issue 3 ǁ March. 2013ǁ PP.55-61 Jowwet, Sophia. (2007). Social Psychology in Sport. USA: By Human Kinetics, Inc. La Greca, A. M., & Nadja Lopez. (1998). Social Anxiety Among Adolescents: Linkages with Peer Relations and Frienships. Journal of Abnonnal Child Psychology, Vol. 26, No.2, 1998, pp. 83-94 Levpuscek, M. P. (2004). Development of The Two Forms of Social anxiety in Adolesence. Horizons of Psychology, 13, 3, 27-40. Mappiare, Andi. (1982). PSIKOLOGI REMAJA. Surabaya: Usaha Nasional. Marsh, H. W., Martin, A. J. & Jackson, S. (2010). Introducing A short version of the Physical Self Description Questionnaire: New strategies, short-form evaluative criteria, and applications of factor analyses. Journal of Sport & Exercise Psychology,32, 438-482. National Institute for Health and Care Excellence. (2013). SOCIAL ANXIETY DISORDER : Recognition, Assessment, and Treatment. Great Britain:Stanley L. Hunt (Printers) Ltd. Pallant, J. (2007). The SPSS Survival Manual. Maidenhead; A Step by Step Guide to Data Analysis using SPSS for Windows, third edition. UK: OUP Spokas, Megan., & Richard G. Heimberg. (2008). Overprotective Parenting, Social anxiety, and External Locus of Control: Cross-sectional and Longitudinal Relationship. Cogn Ther Res DOI 10.1007/ s10608-008-9227-5. Springer science+Bussines Media, LLC. Susilowindradini. (1982). Psikologi Perkembangan II (masa remaja). Fakultas ilmu pendidikan IKIP : Malang. Vriend,N,. M. C. Pfaltz, P. Novianti, & J. Hadiyono. (2013). Taijin kyofusho and social anxiety and their clinical relevance in Indonesia and Switzerland. doi: 10.3389/fpsyg.2013.00003 Frontiers of Psychology

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 03 No. 1, April 2014

53