HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGANITU KECAMATAN MANGANITU KABUPATEN SANGIHE Rosmiaty M. Damalang *, Nova H. Kapantow*, Shirley E.S. Kawengian*. *Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado Abstrak Status gizi seseorang dapat diakibatkan karena ketidakseimbangan yang lama antara manusia dengan lingkungan hidupnya, baik lingkungan alam, biologis, sosial budaya, maupun ekonomi, yang berdampak pada cara pengasuhan orangtua terhadap anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh dengan status gizi anak usia 2-5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Manganitu Kecamatan Manganitu Kabupaten Sangihe. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan sampel berjumlah 85 anak. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan, anak balita yang mempunyai status gizi baik berdasarkan indeks (BB/U) adalah 88,2%, status gizi normal berdasarkan indeks (TB/U) adalah 57,6%, dan status gizi normal berdasarkan indeks (BB/TB) adalah sebanyak 92,9%. Sedangkan, pola asuh berdasarkan sikap merawat anak kategori baik sebanyak 58,8%, praktek merawat anak kategori baik 78,8%, sikap memberi makan kategori baik 74,1% dan praktek memberi makan baik 60%. Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat hubungan antara pola asuh dalam hal sikap merawat dengan status gizi (BB/U, (TB/U), dan (BB/TB) dan terdapat hubungan antara praktek merawat dengan status gizi (BB/U) dengan nilai p 0,032 (pvalue < 0.05) dan tidak terdapat hubungan antara sikap memberi makan, praktek memberi makan dengan status gizi baik kategori (BB/U), (TB/U) dan (BB/TB). Disarankan kepada para ibu agar tetap mempertahankan pola pengasuhan yang baik dan memperhatikan asupan gizi anak. Kata kunci: pola asuh, status gizi, balita Abstract Nutritional status of someone can be caused because a long imbalance between people with the environment his life, good the natural environment, biological, social and cultural, and economy, which can trigger on how to their parents against children. Research purposes is to know the relationship between foster pattern with the nutritional status of the children aged 2 to 5 years in the work area of puskesmas manganitu kecamatan manganitu , kabupaten sangihe. The research is descriptive analytic research by using design cross sectional research. The sampel are 85 child. The sampling method of technique that is used simple random sampling. The results of the study showed, toddlers who have nutritional status (BB/U) is 88,2%, nutritional status of normal based on index TB/U is 57,6%, and status normal nutrition based on index (BB/TB) is 92,9%. While, foster pattern based on attitude cleaning up after a child category good as many as 58,8%, the practice of cleaning up after a child category good 78,8%, attitude feed category good 74,1 % and the practice of giving eating both 60%. The results of the study showed there was no correlation between pattern in terms of attitude foster care for (BB/U), (TB/U), (BB/TB) and there was correlation between the practice care for (BB/U) to the value of p 0,032 and there was no correlation between attitude feed, practice of giving eat with nutritional status of categories (BB/U), (TB/U), (BB/TB). Was recommended to the mothers so that keep the applicaton of pattern childcare good and see child nutrition in the program. Keywords: foster pattern, nutrition status, toddlers
1
PENDAHULUAN
memengaruhi tumbuh kembang anak secara
Masalah gizi adalah gangguan kesehatan dan
positif dan negatif. Dalam proses tumbuh
kesejahteraan seseorang, kelompok orang
kembang anak, perlu dipenuhi kebutuhan
atau masyarakat sebagai akibat adanya
dasar anak yang terdiri dari makanan,
ketidaseimbangan antara asupan (intake)
perawatan
dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan
perumahan, dan kasih saying. Seorang anak
pengaruh
perlu
interaksi
penyakit
(infeksi).
kesehatan,
mendapatkan
Masalah gizi yang terjadi pada masa tertentu
pengasuhan
yang
akan menimbulkan masalah pembangunan di
Rusilanti, 2013).
perlindungan,
perawatan
tepat.
(Istiany
dan dan
masa selanjutnya. Pemberian gizi yang
Berdasarkan data Riskesdas tahun
kurang baik terutama terhadap anak-anak,
2013, secara Nasional prevalensi berat-
akan menurunkan potensi sumber daya
kurang adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi
pembangunan masyarakat (Cakrawati dan
buruk
Mustika, 2012).
dibandingkan
Perkembangan
13,9%
gizi
dengan
kurang.
angka
Jika
prevalensi
bersifat
nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010
multifaktorial yang dipengaruhi oleh banyak
(17,9 %) terlihat meningkat. Perubahan
faktor, seperti faktor genetik, faktor biologis
terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari
dan lingkungan. Faktor lingkungan misalnya
5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan
tingkat stimulasi di rumah, kualitas interaksi
5,7% tahun 2013. Sedangkan prevalensi
ibu dan anak, pendidikan orang tua, budaya,
tubuh pendek secara nasional tahun 2013
tempat tinggal di kota atau di desa, jenis
adalah
tetangga disekeliling rumah. Sebagian faktor
peningkatan
bersifat protektif, sebagai contoh, tingkat
(35,6%) dan 2007 (36,8%). Tahun 2013,
pendidikan, serta intelegensi ibu yang tinggi
prevalensi tubuh pendek sebesar 37,2%
dan stimulasi yang baik di rumah dapat
terdiri dari 18,0% sangat pendek dan 19,2%
menjadi
pendek. (Anonim, 2013a).
faktor
anak
dan
protektif
yang
dapat
mengurangi efek merugikan dari keadaan gizi kurang
dalam
awal
yang
dibandingkan
berarti tahun
terjadi 2010
Prevalensi status gizi provinsi
kanak-kanak
Sulawesi Utara balita gizi kurang dan gizi
terhadap perkembangan anak (Gibney et al,
buruk (BB/U) yang terdiri dari 0,52% gizi
2009).
buruk, 11,62% gizi kurang, 1,67% gizi Pengembangan
usia
37,2%,
sumber
daya
lebih, dan normal 86,17% dan prevalensi
keluarga, peran ibu sebagai pengasuh dan
stunting (TB/U) dengan kategori sangat
pendidik anak di dalam keluarga dapat 1
pendek 7,44%, pendek 17,61% dan
HASIL
normal
1. Analisis Univariat
74,94%.
Untuk
kabupaten
Kepulauan Sangihe, prevalensi jumlah
Tabel.1 Dsitribusi Variabel Terikat dan
balita gizi buruk 2,6%, gizi kurang 8,9%,
Bebas.
gizi lebih 2,9% dan normal 85,6% (Anonim, 2015b). Berdasarkan latar belakang diatas,
Status Gizi (BB/U)
N
%
Gizi Kurang
10
11,8
Gizi Baik
75
88,2
maka penulis ingin melakukan penelitian
Status Gizi (TB/U)
untuk mengetahui hubungan antara pola asuh
Pendek
36
42,4
dengan status gizi anak usia 2-5 tahun di
Nomal
49
57,6
wilayah
Status Gizi (BB/TB) Normal
79
92,9
METODE PENELITIAN
Gemuk
6
7,1
Jenis penelitian yang digunakan adalah
Sikap Merawat Anak Baik
50
58,8
Kurang Baik
35
41,2
Kerja
Puskesmas
Manganitu
Kecamatan Manganitu Kabupaten Sangihe
survey analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas
Manganitu
Manganitu
Kabupaten
Kecamatan
Sangihe.
Sampel
Sikap Memberi Makan
dalam penelitian ini yaitu anak usia 2-5 tahun yang memenuhi kriteria inklusia dan ibu
Baik
63
74,1
balita sebagai responden. Jumlah sampel
Kurang Baik
22
25,9
dalam penelitian ini berjumlah 85 anak dengan menggunakan teknik simple random
Praktek Merawat Anak
sampling. Data dianalisis menggunakan uji
Baik
67
21,2
Kurang Baik
18
78,8
Baik
51
60,0
Kurang Baik
34
40,0
chi-square dan uji fisher exact. Variabel teikat adalah status gizi (BB/U), (TB/U),
Praktek Memberi Makan
(BB/TB) dan variabel bebas yaitu pola asuh dalam hal sikap merawat anak, sikap memberi makan, praktek merawat anak dan praktek memberi makan.
2
Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan bahwa
pola asuh dalam hal sikap memberi makan
status
(BB/U)
anak yang baik sebanyak 63 (74,1%) dan
sebanyak gizi baik berjumlah 75 (88,2%),
kurang baik sebanyak 22 (25,9). Pola asuh
gizi kurang 10 (11,8%). Indikator (TB/U)
dalam hal praktek merawat anak yang baik
kategori normal berjumlah 49 (57,6%),
sebanyak 67 (78,8) dan kurang baik sebanyak
sedangkan kategori pendek 36 (42,4%).
18 (21,2). Pola asuh dalam hal praktek
Indikator (BB/TB) kategori normal berjumlah
pemberian makanan yang baik sebanyak 51
79 (92,9%), dan gemuk 6 (7,1%). Sedangkan
(60%) dan kurang baik sebanyak 34 (40%).
gizi
berdasarkan
indeks
2. Analisis Bivariat Tabel 2. Hubungan antarasikap merawat anak, sikap memberi makan, praktek merawat anak, dan praktek memberi makan dengan satus gizi indeks BB/U. Status Gizi BB/U Variabel
Kurang
P Total
Baik
n
%
N
%
n (%)
Baik
3
3,5
47
55,3
50 (58,8%)
Kurang baik
7
8,2
28
32,9
35 (41,2%)
Baik
5
5,9
58
68,2
63 (74,1%)
Kurang baik
5
5,9
17
20,0
22 (25,9%)
Baik
5
5,9
62
72,9
67 (78,8%)
Kurang baik
5
5,9
13
15,3
18 (21,2%)
Baik
6
7,1
45
52,9
51 (60,0%)
Kurang baik
4
4,7
30
35,3
34 (40,0%)
value
Sikap merawat anak 0,084
Sikap memberi makan
0,682
Praktek merawat anak
0,032
Praktek memberi makan
0,1000
Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa
sebesar 0,682 ( >0,05) yang menunjukkan
hasil analisis chi-square terhadap sikap
tidak terdapat hubungan untuk sikap memberi
merawat anak dengan status gizi, diperoleh
makan dengan status gizi , p value sebesar
nilai p value sebesar 0,084 ( > 0,05), hal ini
0,032 ( < 0,05), hal ini menunjukkan terdapat
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara
hubungan antara praktek merawat anak
sikap merawat dengan status gizi, p value
dengan status gizi balita menurut indeks 3
BB/U. Sedangkan hasil analisis chi-square
0,1000 ( > 0,05), hal ini menunjukkan tidak
terhadap praktek memberi makan dengan
terdapat hubungan antara spraktek meberi
status gizi, diperoleh nilai p value sebesar
makan
dengan
status
gizi.
Tabel 3. Hubungan antarasikap merawat anak, sikap memberi makan, praktek merawat anak, dan praktek memberi makan dengan satus gizi indeks TB/U. Status Gizi TB/U Variabel
Pendek
P
Normal
Total
n
%
N
%
n (%)
Baik
18
21,2
32
37,6
50 (58,8%)
Kurang baik
18
21,2
17
20,0
35 (41,2%)
Baik
28
32,9
35
41,2
63 (74,1%)
Kurang baik
8
9,4
14
16,5
22 (22,9%)
Baik
26
30,6
41
48,2
67 (78,8%)
Kurang baik
10
11,8
8
9,4
18 (21,2%)
Baik
21
24,7
30
35,3
51 (60%)
Kurang baik
16
17,6
19
22,4
34 (40%)
Value
Sikap merawat anak 0,233
Sikap memberi makan 0,682
Praktek merawat anak
0,313
Praktek memberi makan
0,964
Hasil analisis chi-square yang dilakukan
sebesar 0,964 (>0,05) untuk praktek memberi
terhadap sikap merawat dengan status gizi
makan, hal ini menunjukkan tidak terdapat
balita, diperoleh nilai p value sebesar 0,233
hubungan antara sikap merawat anak, sikap
(>0,05), p value sebesar 0,682 (>0,05) sikap
memberi
memberi makan, p value sebesar 0,313
praktek memberi makan dengan status gizi
(>0,05)praktek merawat anak, dan p value
menurut indeks TB/U.
2
makan,
praktek
merawat
dan
Tabel 4. Hubungan antarasikap merawat anak, sikap memberi makan, praktek merawat anak, dan praktek memberi makan dengan satus gizi indeks BB/TB. Status Gizi BB/TB Variabel
Gemuk
P Total
Normal
Value
n
%
N
%
n (%)
Baik
3
3,5
47
55,3
50 (60%)
Kurang baik
3
3,5
32
37,6
35 (40%)
Baik
5
5,9
58
68,2
63 (74,1%)
Kurang baik
1
1.2
21
24,7
22 (25,9%)
Baik
4
4,7
63
74,1
67 (81,1%)
Kurang baik
2
2,4
16
18,8
18 (18,9%)
0,603
Baik
4
4,7
47
55,3
51 (60%)
0,1000
Kurang baik
2
2,4
32
37,6
34 (40%)
Sikap merawat anak 0,687
Sikap memberi makan 0,1000
Praktek merawat anak
Praktek memberi makan
Hasil analisis chi-square yang dilakukan
sebesar
terhadap sikap merawat dengan status gizi
memberi makan, hal ini menunjukkan tidak
balita, diperoleh nilai p value sebesar 0,687
terdapat hubungan antara sikap merawat
(>0,05), p value sebesar 0,1000 (>0,05) sikap
anak, sikap memberi makan, praktek merawat
memberi makan, p value sebesar 0,603
dan praktek memberi makan dengan status
(>0,05) praktek merawat anak, dan p value
gizi
HASIL DAN PEMBAHASAN
dasar, umumnya belum dapat dilakukan
Hubungan Sikap Merawat dengan Status
sendiri
Gizi
memerlukan bantuan orang dewasa dalam hal
Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh hasil
ini ibu, seperti memandikan anak dan
tidak terdapat hubungan antara sikap merawat
membersihkan saat buang air besar. Balita
anak dengan indeks (BB/U), (TB/U), dan
memerlukan perhatian khusus dari orang tua,
(BB/TB). Untuk pemeliharaan kebersihan
karena pada usia masih sangat tergantung
6
0,1000
(>0,05)
menurut
oleh
balita,
untuk
indeks
sehingga
praktek
BB/TB.
mereka
secara fisik maupun emosional kepada orang
bagi anak-anaknya dalam hal perilaku makan
tuanya, terutama ibu, dalam hal pengasuhan
yang sehat, orang tua bertanggungjawab
ibu sangat dominan. Hal ini sejalan dengan
terhadap masalah makan di rumah, jenis-jenis
penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2014),
makanan apa yang tersedia, dan kapan
tentang hubungan pola asuh dan tingkat
makanan tersebut disajikan. Adanya variasi
penddidikan orang tua dengan status gizi,
dalam hal nafsu makan dan asupan makanan
yang menyimpulkan adanya hubungan antara
harus dipahami oleh para orang tua agar
pola asuh dengan status gizi. Ibu yang
dapat memberikan respon yang baik terhadap
mempunyai waktu lebih banyak dirumah,
setiap kondisi yang terjadi pada anak
mempunyai kesempatan lebih banyak untuk
(Sulistyoningsih, 2011).
mengasuh dan merawat anak balitanya.
Hasil uji statistik dalam penelitian ini
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
yang
variabel sikap memberi makan dengan status
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
gizi anak balita, hal ini berbeda dengan
bermakna antara perawatan kesehatan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Razak, dkk
status gizi anak balita. Juga penelitian yang
(2009) tentang pola asuh ibu sebagai faktor
dilakukan
yang
risiko kejadian kurang energi protein (KEP)
menyatakan tidak terdapat hubungan antara
pada balita yang menyatakan bahwa sikap ibu
perawatan kesehatan dengan status gizi.
yang kurang baik mempunyai risiko yang
Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja
lebih besar terhadap kejadian balita KEP.
kalau
Linda
dan
oleh
anak
Hamal
Noviyana
sakit,
tetapi
(2011),
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara
(2016)
pemeriksaan
Tujuan pemberian makanan yang
kesehatan dan menimbang anak secara rutin
sebaik-baiknya kepada anak adalah untuk
tiap bulan, akan menunjang pada tumbuh
mencukupkan kebutuhan nutrisi mereka agar
kembang anak.
dapat
memelihara
memulihkan
kondisi
kesehatan,
cepat
tubuh
sakit,
Hubungan Sikap Memberi Makan dengan
melaksanakan
Status Gizi
menjaga pertumbuhan dan perkembangan
Perilaku dan kebiasaan orang tua
berbagai
jenis
jika
aktivitas,
fisik serta psikomotor.
dalam hal makanan yang dipengaruhi oleh
Ibu harus menanamkan pola makan
faktor budaya akan mempengaruhi sikap suka
sehat secara bijaksana. Makanan balita sangat
dan tidak suka seorang anak terhadap
tergantung pada makanan yang dimakan
makanan. Orangtua masih tetap memegang
orangtuanya
peranan penting sebagai model atau contoh
terdahulu yang dilakukan oleh Purwani 6
(Widjaja,
2008).
Penelitian
(2013),
menyimpulkan
bahwa
terdapat
Sama
halnya
dengan
penelitian
yang
hubungan yang signifikan antara pemberian
dilakukan oleh Oktaviana (2016) tentang
makanan dengan status gizi anak balita.
hubungan pengetahuan gizi dan perilaku hygiene sanitasi terhadap kejadian stunting
Hubungan
Praktek
Merawat
pada balita usia 7-24 bulan di desa Hargorejo
Balita
Kulon Progo yang menyatakan bahwa ada
Dengan Status Gizi Berdasarkan
hasil
uji
statistik,
hubungan antara hygiene sanitasi ibu dengan
diperoleh bahwa terdapat hubungan antara
kejadian stunting. Berbeda dengan penelitian
praktek merawat balita dengan indeks (BB/U)
yang dilakukan oleh Ita dkk (2014) yang
dengan nilai ρ= 0,032 dan tidak terdapat
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan
hubungan antara praktek merawat dengan
antara pola asuh ibu dalam hal praktek
indeks (TB/U) dan (BB/TB). Hasil ukur
kebersihan dan perawatan anak dengan status
praktek merawat balita dengan status gizi
gizi anak balita di Desa Tunang Kecamatan
(BB/U) diperoleh 67 mendapatkan praktek
Mempawah
merawat baik dan 18 mendapatkan perawatan
Kalimantan Barat.
kurang baik, (TB/U), dan (BB/TB) diperoleh 67
balita
hal
Landak
yang
dapat
mempengaruhi status gizi, salah satunya
perawatan baik dan 18 balita mendapatkan
adalah asupan nutrisi anak. Hal ini sejalan
praktek perawatan kurang baik.
dengan
ini
mendapatkan
Berbagai
Kabupaten
praktek
Hal
yang
Hulu
erat
kaitannya
penelitian
yang dilakukan
oleh
dengan
Muchlis dkk (2011), tentang hubungan
hygiene dan sanitasi, seperti pemenuhan
asupan energi dan protein dengan status gizi
pakaian yang bersih, menemani anak jika
balita
hendak tidur, memandikan anak, membantu
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
membersihkan setelah buang air besar,
bermakna antara asupan energi dengan status
memeriksakan anak ke petugas kesehatan jika
gizi balita. Ini membuktikan bahwa status
sakit. Perilaku hygiene dan sanitasi ibu
gizi bukan hanya di pengaruhi oleh pola asuh
berkaitan dengan penyakit infeksi pada anak.
saja, tapi ada faktor lain seperti asupan
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
energi.
di
Kelurahan
Tamamaung,
yang
oleh Husin (2008) yang menunjukkan adanya hubungan antara pola asuh ibu terhadap status
Hubungan
gizi
dengan Status Gizi
anak
balita
seperti
pada
praktek
pemberian makan dan praktek kebersihan dan
Praktek
Memberi
Makan
Praktek memberi makan anak balita
sanitasi lingkungan.
dalam penelitian 7
ini
disimpulkan
tidak
berhubungan dengan status gizi (BB/U),
mengajarkan kebiasaan makan yang baik
(TB/U), dan (BB/TB). Hasil ukur praktek
pada anak sejak kecil. Sedini mungkin
memberi makan dengan status gizi (BB/U)
diajarkan kepada anak tentang kebiasaan
diperoleh
mendapatkan
makan yang baik dapat terbawa sampai
praktek pemberian makan yang baik dan 34
mereka dewasa dan dapat mempengaruhi
balita yang mendapatkan praktek perawatan
kualitas hidupnya.
51
balita
yang
yang kurang baik. Pemberian mempengaruhi
ASI
status
eksklusif gizi
balita,
dapat
KESIMPULAN
hasil
Kesimpulan
penelitian manyimpulkan hanya 33 anak yang
Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah
mendapatkan
kerja
komposisi
ASI
eksklusif,
padahal
zat gizi pada ASI sangat baik
Puskesmas
Manganitu
dapat
disimpulkan sebagai berikut:
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai
1. Status gizi anak usia 2-5 tahun di wilayah
dengan tahapan tumbuh kembang bayi. Ini
kerja Puskesmas Manganitu berdasarkan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
penilaian status gizi indikator (BB/U)
oleh Triyani, dkk (2014) tentang hubungan
untuk gizi baik berjumlah 75 (88,2%),
antara lama pemberian asi eksklusif dengan
gizi kurang 10 (11,8%). Indikator (TB/U)
perkembangan anak usia 12 - 36 bulan yang
kategori normal berjumlah 49 (57,6%),
menunjukkan bahwa ada hubungan antara
sedangkan kategori pendek 36 (42,4%).
lamanya pemberian ASI Eksklusif dengan
Indikator
perkembangan
berjumlah 79 (92,9%), dan gemuk 6
anak,
semakin
lama
pemberian ASI eksklusif pada anak, maka
yang
dilakukan
kategori
normal
(7,1%).
perkembangan anak semakin optimal. Penelitian
(BB/TB)
2. Pola asuh dalam hal sikap merawat anak oleh
yang baik sebanyak 50 (58,8%) dan
Larasati (2011) juga menunjukkan bahwa ada
kurang baik sebanyak 35 (41,2%).
hubungan yang signifikan antara waktu
3. Pola asuh dalam hal sikap memberi
pemberian MP-ASI, jumlah asupan makanan
makan anak yang baik sebanyak 63
dan
(74,1%) dan kurang baik sebanyak 22
konsistensi
MP-ASI.
Sama
halnya
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
(25,9).
oleh Khalimatus (2012), yang menyimpulkan
4. Pola asuh dalam hal praktek merawat
adanya hubungan pola pemberian makan
anak yang baik sebanyak 67 (78,8) dan
dengan status gizi balita. Pola makan yang
kurang baik sebanyak 18 (21,2).
baik pada disebabkan karena orang tua telah 8
5. Pola asuh dalam hal praktek pemberian
Saran
makanan yang baik sebanyak 51 (60%)
Adapun saran yang dapat diberikan dalam
dan kurang baik sebanyak 34 (40%).
penelitian ini adalah:
6. Tidak terdapat hubungan antara sikap
1. Bagi Ibu
merawat dengan status gizi anak usia 2-5
Masih ditemukan beberapa anak yang
tahun berdasarkan indeks antropometri
memiliki status gizi kurang, oleh
(BB/U), (TB/U) dan (BB/TB) di wilayah
karena itu dalam mempertahankan
kerja Puskesmas Manganitu, Kecamatan
dan
Manganitu Kabupaten Sangihe
meningkatkan
disarankan
7. Tidak terdapat hubungan antara sikap
agar
mempertahankan
memberi makan dengan status gizi
status
gizi,
ibu
tetap
pola
pengasuhan
yang baik terhadap anak-anak mereka,
berdasarkan indeks antropometri (BB/U), (TB/U), (BB/TB) anak usia 2-5 tahun di
memperhatikan asupan gizi anak, baik
wilayah kerja Puskesmas Manganitu
asupan
Kecamatan
memenuhi
Manganitu
Kabupaten
Sangihe 8. Terdapat
energi
maupun
kebutuhan
protein,
anak
dan
memperhatikan lingkungan sekitar. hubungan
antara
praktek
2. Bagi Petugas Kesehatan
merawat anak dengan status gizi indeks
Lebih
(BB/U), dan tidak terdapat hubungan
promotif dengan penyuluhan untuk
antara praktek merawat anak
dengan
Puskesmas
melaksanakan pengasuhan yang baik
di wilayah kerja
Manganitu,
pencegahan
meningkatkan kesadaran ibu dalam
kategori status gizi (TB/U) dan (BB/TB) usia 2-5 tahun
meningkatkan
terhadap anak, misalnya pendidikan
Kecamatan
kesehatan tentang Perilaku Hidup
Manganitu Kabupaten Sangihe
Bersih dan Sehat (PHBS)
9. Tidak terdapat hubungan antara praktek
3. Bagi peneliti
memberi makan dengan status gizi berdasarkan indeks (BB/U), (TB/U), dan
Diharapkan untuk dapat melakukan
(BB/TB) anak balita usia 2-5 tahun di
penelitian lebih lanjut lagi terhadap
wilayah kerja Puskesmas Manganitu,
faktor-faktor
Kecamatan
status gizi anak yang berhubungan
Manganitu
Kabupaten
Sangihe
yang
mempengaruhi
dengan pola asuh seperti faktor sosial ekonomi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Desa Tunang Kecamatan Mempawah
Anonim, 2013a. Riset Kesehatan Dasar.
Hulu Kabupaten Landak Kalimantan
Jakarta
:
Badan
Penelitian
dan
Barat. Skripsi. Pontianak. Universitas
Pengembangan Kesehatan RI
Tanjungpura
Anonim, 2015b. Presentase Balita Gizi Kurang
dan
Gizi
Buruk.
Khalimatus. 2015. Hubungan Pola Makan
Dinas
Dengan Status Gizi Anak Pra Sekolah
Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
Di Paud Tunas Mulia Claket
Astuti. 2014. Hubungan Tipe Pola Asuh dan
Kecamatan Pacet Mojokerto. Jurnal
Tingkat Pendidikan dengan Status
STIKEs / Vol.1 ;No.2/
Gizi Balita di Desa SumberKepuh.
Khotimah,
Kuswandi.
2013.
Hubungan
Jurnal Nomor 25 Volume 01
Karakteristik Ibu dengan Status Gizi
Desember Tahun 2014
Balita
Cakrawati,
Mustika.
Pangan,Gizi
2012. dan
Bandung
Kesehatan.
Jurnal Obstretika Scientia. Vol. 2 No. 1 Juni 2014. Larasati. 2011. Hubungan Antara Praktik
Departemen Kesehatan RI, 2012. Peraturan Pemerintah
Republik
Pemberian Makanan Pendamping ASI
Indonesia
(MP-ASI)
Tentang Pemberian Air Susu Ibu
dan
Penyakit
Infeksi
Kaitannya dengan Status Gizi Pada
Jakarta : Departemen
Bayi
Kesehatan
Umur
6-12
Bulan.
Skripsi.
Universitas Negeri Semarang
Gibney, J, M, Barrie, M, B, Kearney, M, J, L,
Sumur
Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak.
ALFABETA.
Arab,
Desa
Bahan
Bandung :
Eksklusif.
Di
2009.
Gizi
Linda, Hamal. 2011. Hubungan Pendidikan
Kesehatan
Dan Pekerjaan Orangtua Serta Pola
Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku
Asuh Dengan Status Gizi Balita Di
Kedokteran EGC.
Kota
Husin. 2008. Hubungan Pola Asuh Anak
Nanggroe
Tangerang,
Ilmu Eksaskta 2011
Bulan di Wilayah Terkena Tsunami Pidie
Kabupaten
Banten. Proseding Penelitian Bidang
dengan Status Gizi Balita Umur 24-59
Kabupaten
Dan
Muchlis. 2013. Hubungan Asupan Energi
Aceh
dan Protein dengan Status Gizi Balita
Darussalam. Tesis. Medan. Universitas
di
Sumatera Utara
Skripsi.Makassar.
Ita dkk, 2014. Hubungan Pola Asuh Ibu
Kelurahan
Hasannudin
dengan Status Gizi Anak Balita Di 10
Tamamaung. Universitas
Noviyana. 2016. Pola Asuh Hubungannya
Tapalang Kab.Mamuju Prop. Sulawesi
dengan Status Gizi Batita di Desa
Barat. Jurnal Kesehatan. Volume VII
Sokawera Wilayah Kerja Puskesmas
No.1/2014
Patikraja Banyumas. Dalam Temu Ilmiah
Hasil
Pengabdian Ilmu
Penelitian
Masyarakat”.
Kesehatan
Prodi
Triyani, dkk . 2014. Hubungan
dan
Pemberian
Fakultas
Perkembangan
Kebidanan.
Lamanya
ASI Eksklusif dengan Anak
Usia
12-36
Bulan. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Universitas Purwokerto
Kesehatan, Vol. 1, Nomor 2, Maret 2014, hlm : 113 – 11
Oktaviana. 2016. Hubungan Pengetahuam Gizi dan Higiene Sanitasi Terhadap
Widjaja.
2008.
Gizi
Tepat
Untuk
Kejadian Stunted pada Balita Usia 7-
Perkembangan Otak dan Kesehatan
24 bulan di Desa Hargorejo Kulon
Balita. Yogyakarta : Kawan Pustaka
Progo Skripsi.Surakarta Universitas Muhamadiyah Surakarta Purwani. 2013. Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Anak Usia 1 Sampai 5 Tahun Di Kabunan Taman Pemalang. Jurnal Keperawatan Anak Volume 1, No 1 Mei 2013; 30-36 Razak, dkk. 2009. Pola asuh ibu sebagai faktor risiko kejadian kurang energi protein (KEP) pada anak balita. Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol. 6, No. 2, November 2009: 95-103 Sugiyono,
2007.
Metode
Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : ALFABETA Sulistyoningsih
H.
2012.
Gizi
Untuk
Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu Syarfaini. 2014. Gambaran Pola Pengasuhan Gizi Pada Anak Balita di Kecamatan
11