HUBUNGAN ANTARA PRASANGKA MASYARAKAT TERHADAP MUSLIMAH BERCADAR DENGAN JARAK SOSIAL Resti Amanda, Mardianto Program Studi Psikologi, Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang e-mail:
[email protected]
ABSTRACT: The relationship between public prejudice against veiled muslim women with social distance.This study or research has the purpose to see the relation between social prejdice to the veiled moslem group with social distance. The subject of the study consist of 80 selected persons based on the Random Sampling. The technical analysis of data applies the normalitiest test and linearitas and corelation test or evalution product moment Karl Pearson use SPSS 16.00 for windows. The corelation test result of both variable indicates that there is the positive relation between the social prejudice and social distance. That is the case the achieved hyphotesis denotes that there is the relationship between the social prejudice, social distance and the hyphotesis acceptance.
Keywords : Prejudice, Social Distance, Random Sampling
ABSTRAK: Hubungan antara prasangka masyarakat terhadap muslimah bercadar dengan jarak sosial: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara prasangka masyarakat terhadap muslimah bercadar dengan jarak sosial. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 80 orang yang dipilih berdasarkan teknik Random Sampling. Teknik analisis data menggunakan uji normalitas dan linearitas serta uji korelasi product moment dari Karl Pearson menggunakan SPSS 16.0 for windows. Hasil uji korelasi kedua variabel menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara prasangka dan jarak sosial. Dengan demikian hipotesis kerja yang dikemukakan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara prasangka dan jarak sosial dan hipotesis diterima
Kata kunci: Prasangka, Jarak Sosial, Random Sampling
pakaian
PENDAHULUAN
muslimah
dan
jilbab
sebagai
alternatif untuk menutup aurat. (Heru P dkk Pemeluk islam di Indonesia khususnya
2010),
muslimah pada umumnya menggunakan 72
Amanda & Mardianto, Hubungan Antara Prasangka Masyarakat…| 73
muslimah bercadar dengan individu yang menambahkan bahwa pakaian bukan semata kain pembungkus tubuh tapi juga menjadi tanda yang membangkitkan makna-makna sosial. Jilbab diartikan sebagai khazanah berpakaian wanita muslim di Indonesia. Rahmat (Wijayani, 2011) juga mengungkap kan bahwa salah satu fenomena menarik terkait dengan merebaknya penggunaan busana islami adalah penggunaan cadar dikalangan muslimah.
tebal dan longgar yang menutupi seluruh aurat termasuk wajah dan telapak tangan. Hampir seluruh kota yang ada di Indonesia terdapat wanita bercadar. Dapat kita ketahui penggunaan
cadar
menyebar
kesegala
penolakan
serta
kini
daerah,
persepsi
telah namun
masyarakat
terhadap perempuan yang menggunakan cadar
sering
dianggap
sebagai
sikap
fanatisme terhadap agama bahkan tidak jarang
juga
mereka
dikaitkan
dengan
kelompok islam radikal. Cadar kini juga menghadapi penolakan teknis terutama yang berkaitan dengan pelayanan publik. Mereka menganggap
bahwa
alasan
dibalik
penggunaan cadar oleh muslimah adalah keengganan mereka untuk bersosialisasi dengan masyarakat (Sadli, 1999). Dari hasil wawancara dari dua orang subjek terdapat perbedaan pendapat antara individu yang memiliki
kedekatan
dengan muslimah bercadar, sehingga dalam hal
ini
terlihat
perbedaan
adanya
suatu
jarak
kelompok
akibat dengan
kelompok lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari seorang individu
dapat
hubungannya
melihat
dengan
bagaimana
orang
lain,
ada
individu yang lekat hubungannya, namun ada juga individu yang kurang lekat
Cadar dalam islam adalah jilbab yang
bahwa
sama sekali tidak memiliki hubungan dekat
khusus
dengan
hubungannya. Hal tersebut biasanya akan membawa perbedaan dalam jarak sosial (Walgito, 2011). Konsep jarak sosial (social distance) mencoba mengukur dekat jauhnya suasana psikologis antara satu individu yang diklasifikasikan tertentu
dalam
dengan
suatu
kelompok
individu-individu
dari
kelompok lain. Menurut Doob (dalam Liliweri, 2005) Jarak sosial
merupakan
perasaan untuk memisahkan seseorang atau kelompok
tertentu
berdasarkan
tingkat
penerimaan tertentu. Senada
dengan
hal
itu
menurut
Chaplin, J.P (2011), jarak sosial merupakan suatu bentuk tingkatan atau derajat untuk melihat sejauh mana seorang individu atau kelompok
memperlihatkan
perbedaan
mereka dari individu atau kelompok lainnya, sedangkan
menurut
pendapat
Henslin
(2006), jarak sosial adalah kadar untuk mengukur kedekatan atau penerimaan yang kita rasakan terhadap kelompok lain. Social
74 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 72-81
distance (jarak sosial) juga merupakan jarak
oleh beberapa ahli diatas dapat disimpulkan
psikologis yang terdapat diantara dua orang
bahwa jarak sosial merupakan suatu perilaku
atau lebih yang berpengaruh terhadap
yang menggambarkan derajat hubungan
keinginan untuk melakukan kontak sosial
antar kelompok, yang dipengaruhi oleh
yang akrab.
norma-norma yang mengatur situasi dimana
Jarak
sosial
menunjuk
kepada
hubungan itu dilakukan.
kemungkinan relasi atau hubungan sosial
Jarak sosial bisa terjadi disebabkan
antara pelaku tertentu, mengingat seberapa
oleh beberapa faktor, antara lain kelompok
jauh seseorang tersebut atau suatu kelompok
primer, adanya kelompok dominan, dan
dapat bergabung atau bertemu. Seperti yang
stereotip kelompok (Widiyatmadi, 1999).
dikemukakan oleh Sherif dan Sherif (dalam
Pada umumnya jarak sosial yang cukup
Susetyo, 2007) yang menyebutkan bahwa
rendah akan menghadirkan prasangka dalam
jarak sosial
merupakan suatu dimensi
berbagai kelompok. Dalam sebuah jurnal
interaksi antara anggota kelompok yang
penelitian mengenai Relasi antara etnis Cina
berbeda yang merentang dari keintiman
dan etnis Jawa berdasarkan Stereotip dan
hingga keterpisahan yang mutlak (tidak ada
Jarak Sosial oleh Susetyo (2007), disebutkan
hubungan sama sekali). Batasan rentangan
bahwa relasi antara etnis cina dan etnis jawa
tersebut dipengaruhi oleh norma-norma
berlangsung wajar karena masing-masing
yang mengatur situasi tempat interaksi
pihak mampu melihat sisi positif pihak lain.
terjadi atau dilakukan. Dalam setiap kontak
Hambatan untuk menjalin relasi yang
manusia jarak sosial akan selalu ada,
lebih intensif dipicu oleh adanya perbedaan
seseorang membuat jarak sosial dengan
orientasi budaya dan kesempatan kontak.
orang lain juga memiliki tujuan tertentu
Jika salah satu pihak mampu berpikir positif
(Pudjiwati,
terhadap
1985).
Keadaan
ini
akan
pihak
lain
maka
akan
berpengaruh juga pada interaksinya. Orang
menghadirkan jarak sosial yang rendah dan
dengan jarak sosial yang dekat akan
begitu
membawa interaksi yang lebih intens dari
diungkapkan oleh Sears, dkk (1994) bahwa
pada orang dengan jarak sosial yang jauh
apabila ada dua etnis dalam suatu wilayah
(Walgito, 2011).
tidak berbaur akrab, maka kemungkinan
Jadi
dari
beberapa
juga
sebaliknya.
Seperti
yang
pengertian
terdapat prasangka dalam wilayah tersebut
mengenai jarak sosial yang dikemukakan
cukup besar. Sebaliknya prasangka juga
Amanda & Mardianto, Hubungan Antara Prasangka Masyarakat…| 75
melahirkan adanya jarak sosial. Semakin
cadar itu sendiri. Penelitian yang dilakukan
besar prasangka yang timbul, maka semakin
oleh Jang, H., dkk (2012) menyebutkan
besar jarak sosial yang terjadi.
bahwa prasangka dan jarak sosial yang
Prasangka bisa muncul dimana saja
meliputi keyakinan dan sikap terhadap
dan oleh siapa saja. Baron & Byrne, (2004)
penyakit jiwa meningkat pada tahun 2010
juga mendefinisikan prasangka, dimana
dibandingkan pada tahun 2009. Jarak sosial
prasangka adalah sebuah sikap (biasanya
individu pada penyakit mental tidak hanya
negatif)
terhadap
ditentukan oleh faktor individual saja, tetapi
tertentu,
semata-mata
keanggotaan tersebut. prasangka
anggota
kelompok
didasarkan
pada
juga dipengaruhi oleh lingkungan, dengan
mereka
dalam
kelompok
kata lain jarak sosial memiliki perbedaan
Seseorang
yang
memiliki
dengan prasangka dalam hal konsep dan
terhadap
seorang
individu
karakteristik.
ataupun suatu kelompok tertentu cenderung
Cadar belum sepenuhnya diterima oleh
mengevaluasi anggotanya dengan cara yang
masyarakat Indonesia secara umum, karena
sama (secara negatif) semata hanya karena
pemahaman akan cadar masih berjarak
mereka termasuk dalam kelompok tertentu.
dengan budaya setempat. Cara pandang
Prasangka
juga
pada
masyarakat mengenai cadar menghadirkan
prapenilaian yang sering kali merefleksikan
persepsi yang berbeda-beda dan sering
evaluasi yang dilakukan sebelum tahu
menimbulkan prasangka yang tidak baik
banyak
seseorang
(Ratri, 2009). Biasanya dengan adanya
(Sears, dkk, 2009). Menurut Liliweri (2005),
prasangka negatif pihak pelaku cenderung
prasangka
mengambil jarak sosial terhadap pihak yang
tentang
didasarkan
karakteristik
mengandung
sikap,
pikiran,
keyakinan, kepercayaan dan bukan tindakan.
menjadi
Prasangka tetap ada dipikiran, sedangkan
Semakin besar dan lama pengambilan jarak
diskriminasi
sosial
mengarah
ke
tindakan.
sasaran
yang
prasangka
dilakukan
tersebut.
semakin
Prasangka memiliki kualitas suka-tidak suka
mengakumulasikan benihbenih relasi sosial
yang sama dengan dimensi afektif. Tetapi
yang tidak harmonis (Widiyatmadi, 1999).
prasangka berupa
memiliki penilaian
kualitas
tambahan
pendahuluan
METODE
(prejudgment). Banyak masyarakat yang memandang sebelah mata mengenai cadar tanpa terlebih dahulu mengenal karakteristik dan makna
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif karena data yang dikumpulkan berupa data
76 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 72-81
kuantitatif yang akan diolah dengan teknik
pilih-pilih. Instrumen yang digunakan untuk
statistik (Yusuf, 2005). Dalam penelitian ini
mengumpulkan data di lapangan dalam
variabel independen (variabel X) adalah
intrumen penelitian ini adalah 1) skala jarak
prasangka,
dijadikan
sosial bogardus untuk mengungkap jarak
variabel dependen (variabel Y) adalah jarak
sosial masyarakat, dan 2) skala likert untuk
sosial.
mengungkap prasangka masyarakat.
sedangkan
yang
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat laki-laki dan perempuan di Kota
HASIL DAN BAHASAN
Bukittinggi. Sampel dari penelitian ini yaitu
Hasil
menggunakan teknik sampel random, yaitu
Deskripsi data dalam penelitian ini
teknik sampel dilakukan dengan jalan
terdiri dari dua bagian, yaitu rerata empiris
memberikan kemungkinan yang sama bagi
dan
individu yang menjadi anggota populasi
diperoleh melalui skala prasangka dan skala
untuk dipilih menjadi anggota sampel
jarak sosial yang dapat dilihat pada tabel 7.
rerata
hipotetik
penelitian
yang
penelitian, teknik ini menerapkan azas tanpa Tabel 7. Rerata Hipotetik dan Rerata Empiris Prasangka dan Jarak Sosial
Variabel
Skor hipotetik
Skor empiris
Min
Max
Mean
SD
Min
Max
Mean
SD
Prasangka
35
140
87,5
17,5
67
124
92,63
16,83
Jarak
0
26
13
4,3
0
13
7,72
3,36
Sosial
Pada data diatas didapatkan mean
mean empiriknya lebih kecil dari mean
empirik skala prasangka lebih besar dari
hipotetiknya (µe = 7.72>µh = 13). Hal
mean hipotetiknya (µe = 92.63 > µh = 87.5).
tersebut menunjukkan bahwa secara umum
Hal ini berarti menunjukkan bahwa secara
skor jarak sosialnya rendah.
umum skor prasangka tinggi. Demikian pula terlihat pada variabel jarak
sosial bahwa
Uji
normalitas
bertujuan
untuk
mengetahui apakah data variabel yang
Amanda & Mardianto, Hubungan Antara Prasangka Masyarakat…| 77
diteliti berdistribusi normal atau tidak.
maka sebaran dianggap tidak normal.
Kaidah yang digunakan untuk mengetahui
Berikut tabel uji normalitas sebaran variable
normalitas sebaran data adalah jika p > 0.05
prasangka
dan
jarak
sosial.
sebaran dikatakan normal atau jika p < 0.05
Tabel 12 Hasil Uji Normalitas Sebaran Variabel Prasangka dan Jarak Sosial
Variabel
Asym sig
SD
Mean
K-SZ
Prasangka
16,83
92,63
1,484
0,024
Normal
Jarak Sosial
3,36
7,72
0,877
0,425
Normal
Hasil dari uji normalitas sebaran
(2-tailed)
Ket
Bahasan
variabel prasangka masyarakat terhadap
Berdasarkan hasil analisis data yang
muslimah bercadar pengendara diperoleh
diperoleh, terdapat korelasi yang positif
nilai K-SZ = 1.484 dan p = 0.024 (0.024 >
antara
0.05 ), sedangkan pada variabel jarak sosial
muslimah bercadar dengan jarak sosial,
diperoleh nilai K-SZ = 0,877 dan p = 0.425
terlihat dari nilai r = 0.714 dan p = 0.000 (p
(0.425 > 0.05). Pada nilai uji linieritas dari
< 0.05). artinya semakin tinggi prasangka
prasangka
terhadap
masyarakat maka semakin tinggi jarak sosial
muslimah bercadar didapatkan nilai sebesar
yang ditimbulkan masyarakat, begitu juga
F = 85,34 yang memiliki p = 0,001 (p <
sebaliknya.
0,05), dengan demikian berarti linieritas
pernyataan yang dikemukakan oleh Sears
dalam penelitian ini dapat terpenuhi.
dkk,
dan
jarak
sosial
prasangka
Hal
(1994),
masyarakat
ini
bahwa
terhadap
senada
pada
dengan
umumnya
Kemudian hasil uji hipotesis penelitian
prasangka hadir dalam kondisi dimana jarak
dengan product moment berdasarkan hasil
sosial yang ada diantara berbagai kolompok
analisis didapatkan bahwa koefisien korelasi
tersebut cukup rendah.
prasangka masyarakat terhadap muslimah
Dalam hal ini Baron dan Graziano
bercadar dengan jarak sosial adalah sebesar
(1991) mendefinisikan prasangka sebagai
r = 0.714 dengan p = 0.000 (p < 0.05), ini
suatu sikap negatif terhadap kelompok sosial
berarti hipotesis diterima.
tertentu, aspek
dimana penting
prasangka dalam
merupakan
hubungan
antar
78 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 72-81
kelompok. Salah satu faktor prasangka yang
terdapat sekitar
berpengaruh
skor negatif terhadap muslimah bercadar.
differences,
besar yaitu
yaitu
Individual
perbedaan
faktor
47 orang yang memiliki
Pada aspek-aspek lain juga didominasi oleh
kepribadian seseorang. Berdasarkan hasil
prasangka
penelitian dapat dilihat dari perbedaan jenis
dibandingkan prasangka positif, seperti pada
kelamin didapatkan bahwa pada umumnya
aspek kognitif sebanyak 46 orang subjek
subjek
wanita
dan pada aspek konatif sebanyak 42 orang
prasangka dan jarak sosialnya lebih tinggi
subjek. Ketiga aspek tersebut memberi
dibandingkan dengan prasangka dan jarak
gambaran bahwa prasangka negatif lebih
sosial subjek yang berjenis kelamin laki-
mendominasi dari prasangka positif dari
laki. Hal ini menunjukkan bahwa pada
setiap aspeknya., artinya pandangan serta
umumnya jenis kelamin memberikan hasil
sikap
yang berbeda dalam melihat bagaimana
bercadar memiliki nilai prasangka yang
seseorang berprasangka dan melakukan
tinggi dalam kategori negatif.
yang
berjenis
kelamin
hubungan sosial.
negatif
masyarakat
yang
lebih
terhadap
tinggi
muslimah
Pada aspek-aspek jarak sosial dapat
Dalam konteks sosial, keberadaan
dilihat bahwa hubungan masyarakat dengan
perempuan bercadar masih belum dapat
muslimah bercadar dari setiap aspeknya
diterima secara penuh oleh masyarakat
bervariasi, mulai dari hubungan yang sangat
penggunaan cadar yang dilakukan oleh para
dekat sampai hubungan yang sangat jauh,
perempuan tersebut dianggap mengganggu
dimana menurut Walgito (2011) seorang
proses
individu
hubungan
antar
pribadi
dalam
bermasyarakat.
dapat
hubungannya
melihat
dengan
orang
bagaimana lain,
ada
Jika dilihat melalui kategorisasi aspek
individu yang lekat hubungannya, namun
prasangka didapatkan bahwa prasangka
ada juga individu yang kurang lekat
negatif tertinggi terletak pada aspek afektif,
hubungannya. Pada aspek relasi antar
yaitu aspek ini melibatkan perasaan atau
pribadi didapatkan bahwa jarak sosial
emosi (negatif), dimana menurut Azwar
masyarakat terletak pada kategori tinggi, hal
(2003) reaksi emosional banyak dipengaruhi
ini berarti masyarakat memiliki hubungan
oleh kepercayaan (apa yang dipercayai)
jauh atau kurang lekat dengan muslimah
sebagai sesuatu yang benar dan berlaku bagi
bercadar. Sedangkan pada aspek relasi
objek tertentu, sehingga pada aspek ini
ditempat tinggal didapatkan bahwa jarak
Amanda & Mardianto, Hubungan Antara Prasangka Masyarakat…| 79
sosial masyarakat terletak pada kategori
bahwa
sedang, hal ini berarti sebagian masyarakat
muslimah bercadar dengan jarak sosial pada
memiliki hubungan yang tidak terlalu dekat
dasarnya memiliki efek berbeda dalam skor
dan tidak terlalu jauh dengan muslimah
penilaiannya,
bercadar, selanjutnya pada aspek relasi
variabel saling mempengaruhi satu sama
dilingkungan masyarakat didapatkan bahwa
lain. Skor yang dihasilkan memperlihatkan
jarak sosial masyarakat terletak kategori
korelasi yang positif, dengan tingginya
sangat rendah, artinya sebagian masyarakat
prasangka masyarakat yang dikategorikan
bersedia
muslimah
negatif, maka jarak sosial masarakat juga
bercadar dalam suatu kegiatan tertentu, jarak
semakin jauh, hal ini sanada dengan
sosial antara masyarakat dengan muslimah
penelitian sebelumnnya yang dilakukan oleh
bercadar pada aspek ini digolongkan rendah
Corrigan
karena
korelasi positif terhadap kedua variabel
bergabung
masyarakat
dengan
taraf
kedekatan
hubungan mereka tidak terlalu jauh dan
Melalui
aspek-aspek
jarak
masyarakat
dimana
(2001)
yang
terhadap
masing-masing
memperlihatkan
tersebut.
memiliki indikasi kedekatan khusus dengan muslimah bercadar pada kegiatan tertentu.
prasangka
Berdasarkan teori-teori diungkapkan
oleh
para
yang telah
ahli
tentunya
sosial
berkaitan dengan hasil penelitian yang telah
tersebut kita menemukan bahwa hubungan
peneliti teliti. Bahwa pada dasarnya semakin
masyarakat dengan muslimah masyarakat
besar prasangka yang timbul, maka semakin
ditentukan oleh sejauh mana proses interaksi
besar jarak sosial yang terjadi.
yang terjadi antara mereka, sehingga dapat dilihat sejauh mana kedekatan masyarakat dengan muslimah bercadar mulai dari
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
hubungan yang intim sampai pada hubungan
Berdasarkan hasil penelitian maka
yang kurang intim sesuai dengan aspek jarak
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut ;
sosial
Maka
1) Secara umum prasangka masyarakat
sosial
terhadap muslimah bercadar tinggi, artinya
masyarakat yang tinggi terletak pada aspek
masyarakat memiliki pandangan negatif
relasi
berarti
dengan kelompok muslimah, 2) jarak sosial
masyarakat memiliki hubungan sosial yang
masyarakat berada pada kategori sedang
jauh dengan muslimah bercadar.
yaitu
yang
didapatkan
antar
Dari
telah
hasil
bahwa
pribadi,
kedua
diuraikan. jarak
hal
variabel
ini
tersebut
didapatkan hasil yang signifikan yaitu
masyarakat
kedekatan
yang
memiliki kurang
intim
indikasi dengan
80 | Jurnal RAP UNP, Vol. 5 No. 1, Mei 2014, hlm. 72-81
muslimah bercadar, hubungan masyarakat
terungkap dan bisa meneliti jarak sosial
dengan muslimah bercadar hanya berkisar
dengan
pada kegiatan-kegiatan tertentu, 3) Terdapat
Kemudian bagi masyarakat agar dapat
hubungan yang positif antara prasangka
menanamkan
masyarakat terhadap muslimah bercadar
meningkatkan kontak antara orang yang
dengan
berasal
jarak
sosial
dengan
koefisien
menggunakan
dari
sikap
variabel
toleransi
kelompok
yang
lain.
dan
berbeda
korelasi sebesar r = 0.714 dengan p = 0.000
sehingga
dapat
mengembangkan
(p < 0.05). Hal ini berarti semakin tinggi
pemahaman
akan
prasangka maka semakin tinggi pula tingkat
masyarakat yang berbeda kelompok. Untuk
jarak sosial masyarakat.
meminimalisir timbulnya jarak sosial perlu
kesamaan
diantara
adanya sosialisasi dan komunikasi yang Saran
lebih intens lagi antara masyarakat dengan peneliti menyarankan bagi peneliti
agar menyempurnakan alat pengumpulan data,
misalnya
mengunakan
metode
observasi atau wawancara yang mendalam
muslimah bercadar maupun bagian anggota kelompok lainnya agar terjalin hubungan yang harmonis yang tidak menimbulkan adanya jarak sosial.
untuk mengungkap hal-hal yang belum
DAFTAR PUSTAKA Azwar, S. (2003). Sikap manusia: Teori dan pengukurannya.Edisi 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, & Byrne, (2004). Psikologi Sosial 2. Jakarta: Erlangga. Baron, Robert M. & Graziano, William G. (1991). Social psychology. USA : Holt,Rinehart & Winston, Inc. Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada. Corrigan, P, W. dkk. (2001). Prejudice, Social Distance, and Familiarity with
Mental Illness. Bulletin, 27 (2).
Schizophrenia
Henslin, James M. (2006). Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi Edisi 6. Jakarta: Penerbit Erlangga. Heru, P., dkk. (2010). Identitas Perempuan Indonesia: Status, Pergeseran Relasi Gender, dan Perjuangan Ekonomi Politik. Depok: Desantara Foundation. Jang, H., dkk. (2012). Factors Affecting Public Prejudice and Social Distance on Mental Illness: Analysis of Contextual Effect by Multi-level analysis. Journal of Preventive Medicine and Public Health,45 (2), 90-97.
Amanda & Mardianto, Hubungan Antara Prasangka Masyarakat…| 81
Liliweri, A. (2005). Prasangka dan Konflik:Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Sears, D. O. dkk. (1994). Psikologi Sosial, Edisi 5, Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Sears, D., O. dkk. (1994). Psikologi Sosial, Edisi 5, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Pudjiwati. 1985. Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Erlanggga.
Walgito, B. (2011). Teori-teori Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.
Ratri, L. (2009). Cadar, Media, dan Identitas Perempuan Muslim. Sabran.
Widiyatmadi, A. (1999). Stereotip dan Pengambilan Jarak Sosial terhadap Etnik Cina pada Etnik Jawa. Jurnal Perpustakaan Unika. Pranata Edisi Khusus.
Sadli,
S. (1999). Pengembangan Diri Perempuan dalam Keluarga dan Lingkungan Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Susetyo, B. (2007). Relasi antara Etnis Cina dan Etnis Jawa Berdasarkan Stereotip dan Jarak Sosial. Jurnal Psikodimensia, 6 (1), 83-97.
Wijayani, M. R. (2011). The Resiliency Among Young Adulthood Veiled Muslim Women. Depok. Universitas Indonesia. Journal of Psychology, 2 (2). Yusuf, A. M. (2005). Metodologi Penelitian Dasar – Dasar Penyelidikan Ilmiah. Padang: UNP Press.