HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA

Download tingkatan beban kerja yang sama satu dengan yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara umur dan beban kerj...

0 downloads 428 Views 268KB Size
HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA MONTIR PERBENGKELAN DI DESA KIAWA KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA KABUPATEN MINAHASA Militiachristy Fristiany Lumintang*, Paul A.T. Kawatu*, Finny Warouw* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Kelelahan akibat kerja merupakan bagian dari kelelahan umum yang biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, dkk, 2004). Montir pekerja yang ada di Desa Kiawa memiliki kategori umur yang beragam yaitu mulai dari anak sekolah (SMP & SMA) atau berusia mulai dari 12 tahun sampai ada yang berumur lebih dari 50 tahun. Montir perbengkelan di Desa Kiawa bekerja dengan tingkatan beban kerja yang sama satu dengan yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara umur dan beban kerja dengan kelelahan kerja pada montir perbengkelan di Desa Kiawa Raya Kecamatan Kawangkoan Utara, Kabupaten Minahasa. Metode penelitian yang digunakan yaitu observasional analitik dengan menggunakan pendekatan studi potong lintang (cross sectional). Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling atau seluruh montir perbengkelan yang berada di Desa Kiawa, yaitu sebanyak 40 orang. Analisis data menggunakan uji Spearman Rank dengan tingkat signifikan 95% (α = 0,05). Hasil pengujian didapatkan nilai P-value 0,000 dan r = 0,807 atau tingkat korelasi sangat kuat serta arah korelasi positif, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan kelelahan kerja. Selanjutnya didapatkan juga nilai P-value 0,000 dan nilai r = 0,751, menunjukan bahwa tingkat korelasi kuat dengan arah korelasi positif yang berarti bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus antara beban kerja dengan tingkat kelelahan kerja. Dari hasil penelitian yang didapatkan, kesimpulannya adalah terdapat hubungan antara umur dan beban kerja dengan kelelahan kerja pada montir perbengkelan di Desa Kiawa, Kec. Kawangkoan, Kab. Minahasa. Kata Kunci: Kelelahan Kerja, Umur, Beban Kerja, Perbengkelan ABSTRACT Work fatigue is a part of exhaustion in general, usually characterized with a decreasing of will to work which is caused by monotonous, frequency and long length of physical work, environment condition, mental causes, health status, and nutrition state (Tarwaka, dkk, 2004). Mechanic workers in Kiawa village have a vary health categories, start with student (Junior High School and High School), or those whose age range from 12 years old to 50 years old. Workshop mechanics in Kiawa Village work with an equal workload between one another. This research aims to find out whether there is a relationship between age and workload, with work exhaustion of workshop mechanic in Kiawa Raya village, North Kawangkoan District, Minahasa regency. Research method used in this research is observational analysis using the cross sectional study approach. The sampling method is by using total sampling, or all the mechanic in Kiawa village, which equal to 40 people. The data analysis is using Spearman Rank test with 95% (α = 0,05) significance level. The test resulted in P-value 0,000 dan r = 0,807, or correlation level is strong and correlation direction is positif, meaning that there is a significant relationship between age and work exhaustion. Furthermore, from the test obtained also that P-value 0,000 and r = 0,751, meaning that the correlation level is strong with positif correlation direction. It indicates that, there is directly proposional relationship between workload and work exhaustion level. From the result obtained, can be concluded that there is a relationship between age and workload with work exhasution of workshop mechanic in Kiawa village, Kawangkoan district, Minahasa regency. Keywords: Work Fatigue, Age, Workload, Workshop

1

kerja yang melebihi kapasitas dari

PENDAHULUAN Kelelahan

akibat

kerja

merupakan

pekerja itu sendiri serta faktor umur juga

bagian dari kelelahan umum yang

dapat berpengaruh, dikarenkan kapasitas

biasanya ditandai dengan berkurangnya

kerja secara fisik seperti penglihatan,

kemauan untuk bekerja yang disebab-

pendengaran dan kecepatan reaksi dapat

kan oleh karena monotoni, intensitas dan

dan mulai menurun setelah usia 30 tahun

lamanya

(Tarwaka, 2010).

kerja

fisik,

keadaan

lingkungan, sebab-sebab mental, status

Penelitian

sebelumnya

yang

kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka,

dilakukan oleh oleh Ahmad (2015),

dkk,

dapat

tentang hubungan antara beban kerja

ditimbulkan akibat kelel-ahan yaitu

dengan kelelahan kerja pada pekerja

motivasi kerja menurun, performansi

industri keripik melinjo di desa Benda

rendah, kualitas kerja rendah, banyak

Indramayu, menunjukan bahwa ada

terjadi kesala-han, stres akibat kerja,

hubungan antara beban kerja dengan

penyakit akibat kerja, cedera, terjadi

kelelahan

kecelakaan

penelitian yang dilakukan oleh Triyunita

2004).

Resiko

akibat

yang

kerja,

dan

lain

sebagainya, (Tarwaka, dkk, 2004). Para

pekerja

pada

pekerja.

Kemudian

(2013) tentang hubungan antara beban

diperbengkelan

kerja

fisik,

kebisingan

individu

untuk melakukan pekerjaan dengan

bagian weaving di PT. X Batang, bahwa

penuh

terdapat hubungan antara faktor umur

secepat

mungkin,

bahkan melaksanakan kegiatan yang

kelelahan

faktor

dikenal dengan sebutan montir, dituntut

ketelitian,

dengan

dan

pekerja

dengan kelelahan pada pekerja.

sangat menguras tenaga baik fisik

Berdasarkan hasil survei atau

maupun mental dari pekerja. Kegiatan

observasi awal yang dilakukan pada

pekerjaan yang dilaksanakan di industri

setiap industri perbengkelan di desa

perbengkelan yaitu seperti memperbaiki

Kiawa raya, para montir yang menjadi

(service) mesin kendaraan baik motor

pekerja

maupun mobil yang rusak dengan cara

tersebut, mempunyai kriteria usia yang

membongkar, mendorong, mengangkat,

beragam mulai dari anak SMP, SMA

membersihkan, dan lain sebagainya.

dan

Kegiatan pekerjaan pada industri perbeng-kelan,

dapat

di

industri

seterusnya.

perbengkelan

Setiap

montir

melaksanakan peker-jaan service atau

menyebabkan

perbaikan

kenda-raan

baik

mobil

montir tersebut mengalami penyakit

maupun motor seperti halnya bengkel-

akibat hubungan pekerjaan yaitu seperti

bengkel

kelelahan akibat bekerja karena beban

dengan waktu kerja selama 10-11 jam

2

pada

umumnya,

kemudian

per hari, rata-rata dimulai pada pukul 7-

Instrumen

yang

digunakan

8 pagi dan biasanya berhenti pada pukul

dalam penelitian ini yaitu Reaction

6-8

juga

Timer untuk mengukur kelelahan kerja

bekerja

pada montir perbengkelan, kuesioner

sampai jam 10 malam. Dengan beban

yang berisi daftar pertanyaan tentang

kerja yang sangat menguras tenaga fisik

data responden, karakteristik sampel

dari pekerja atau montir di perbengkelan

serta pertanyaan tentang beban kerja dari

tersebut, seperti memper-baiki mesin

pekerja yang akan dijadikan objek

dari yang ringan hingga mesin-mesin

penelitian.

malam,

perbengkelan

tidak yang

jarang masih

yang berat dan lain sebagainya, serta

Analisis data bivariat untuk

faktor usia yang beragam tersebut maka

melihat ada tidaknya hubungan antara

akan menyebab-kan para montir yang

umur dan beban kerja dengan kelelahan

ada dapat mengalami penyakit akibat

kerja, menggunakan uji uji korelasi

hubungan kerja seperti kelelahan kerja.

Spearman Rank pada tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05) dengan menggunakan

Itulah sebabnya penulis tertarik mengambil penelitian ini yaitu tentang

bantuan

hubungan antara beban kerja dan umur

SPSS. Maka hasil dikatakan ignifikan

dengan kelelahan pada montir perbeng-

jika tingkat kemaknaan tidak lebih dari

kelan di desa Kiawa raya.

95% (α = 0,05).

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis penelitian ini yaitu observasional

Karakteristik Responden

analitik

Hasil dalam penelitian ini berdasarkan

dengan

menggunakan

komputer

melalui

pendekatan studi potong lintang (cross

karakteristik

sectional). Penelitian ini dilaksanakan

bahwa

pada seluruh perbengkelan yang terdapat

penelitian ini yaitu dengan persentase

di Desa Kiawa, Kecamatan Kawangkoan

100% berjenis kelamin laki-laki. Untuk

Utara, Kabupaten Minahasa pada bulan

kategori masa kerja dari data pada tabel

April-Juni 2017. Populasi dan sampel

2, dapat dijelaskan bahwa, responden

dalam penelitian ini adalah seluruh

terbanyak ada pada tingkatan masa kerja

montir perbengkelan yang berada di

antara 1-5 tahun dengan persentase

desa Kiawa raya, yaitu sebanyak 40

47,5%, kemudian yang paling sedikit

orang dari 20 perbengkelan. Sampel

yaitu pada tingkatan masa kerja antara

dalam penelitian ini menggunakan total

25-30 tahun dengan persentase 2,5%.

sampling,

3

responden

program

seluruh

didapatkan

responden

pada

Kelelahan

Kerja

pada

dapat dikarenakan penyakit, perasaaan

Montir

Perbengkelan di Desa Kiawa

sakit

serta

keadaan

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kelelahan

(Suma’mur, 2009).

status

gizi

Kerja Kelelahan Kerja Normal Ringan Sedang Total

N 13 18 9 40

Umur

% 32,5 45 22,5 100

Berdasarkan Tabel 1, yaitu distribusi frekuensi responden berdasarkan umur, melalui

pengumpulan

data

lewat

kuesioner dijelaskan bahwa responden Dari Tabel 1, untuk distribusi frekuensi

yang

kelelahan

bahwa

persentase 20% berada pada kelompok

dengan menggunakan alat ukur waktu

umur 17-25 tahun, 26-35 tahun dan juga

reaksi

dengan

46-55 tahun. Untuk responden dengan

persentase 45% mengalami kelelahan

jumlah paling sedikit yaitu dengan

ringan, kemudian, serta yang paling

persentase 7,5% berada pada kelompol

kecil yaitu dengang persentase 22,5%

umur 56-65 tahun.

kerja,

dijelaskan

(Reaction

Timer),

paling

banyak

Kapasitas

mengalami kelelahan kerja sedang.

yaitu

dengan

kerja secara fisik

seperti penglihatan, pendengaran dan

Kelelahan kerja dapat terjadi karena beban fisik maupun mental yang

kecepatan

dipengaruhi juga oleh sistem kerja saraf

menurun setelah usia 30 tahun. Tenaga

dari pekerja, yang berakibat menurunkan

kerja yang berusia di atas 30 tahun

motivasi kerja, penurunan kinerja fisik,

seharusnya lebih berhati-hati dan lebih

kecermatan dan kecepatan berkurang,

menyadari akan potensi bahaya di

waktu kerja lebih terbatas, penurunan

tempat kerja. Terdapat kecenderungan

produktivitas

dapat

bahwa beberapa jenis kecelakaan seperti

menyebabkan kecelakaan saat bekerja

lebih mudah terjatuh sering dialami pada

karena konsentrasi kerja mulai menurun.

tenaga kerja berusia lebih tua dari pada

Beberapa penyebab kelelahan

berusia muda (Tarwaka, 2010).

kerja

serta

kerja

reaksi

dapat

dan

mulai

dapat terjadi, yaitu keadaan pekerjaan yang monoton, beban dan lamanya

Beban Kerja

pekerjaan baik fisik maupun mental,

Tabel 2.

Kerja

keadaan lingkungan seperti cuaca kerja, penerangan dan kebisingan, keadaan kejiwaan

seperti

tanggung

Distribusi Frekuensi Beban

Beban Kerja Normal Berat Total

jawab,

kekhawatiran atau konflik, serta juga

4

N 15 25 40

% 37,5 62,5 100

Berdasarkan

data

pada

Tabel

2,

kapasitas

atau

kemampuan

pekerja,

didapatkan hasil bahwa untuk kategori

dapat memicu lebih cepat munculnya

responden yang paling banyak yaitu

perasaan kelelahan saat bekerja. Ke-

yang mengalami beban kerja berat yaitu

lelahan yang ditimbulkan akibat beban

dengan persentase 62,5%, dan untuk

kerja yang berat, mengakibatkan kem-

responden yang mengalami beban kerja

ungkinan terbesar pekerja menghadapi

normal

bahaya kecelakaan saat bekerja serta

dengan

persentase

37,5%.

Melalui data tersebut, kesimpulan yang

munculnya

didapatkan

montir

kelainan pada otot dan lain sebagainya

perbengkelan di Desa Kiawa mengalami

dikarenakan beban fisik yang dilakukan

beban kerja berat.

sepenuhnya bergantung pada upaya dari

yaitu

rata-rata

Beban kerja (workload) dapat

kapasitas

atau

seperti

tubuh pekerja sebagai tenaga maupun

didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara

penyakit-penyakit

pengendali pekerjaan (Tarwaka, 2010).

kemampuan

pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang

Hubungan

antara

Umur

dengan

harus dihadapi. Beban kerja baik fisik

Kelelahan

Kerja

pada

Montir

maupun mental, bilamana telah melebihi

Perbengkelan di Desa Kiawa

Tabel 3. Hubungan antara Umur dengan Kelelahan Kerja

12-16

Variabel (Kelelahan Kerja) Kelelahan Kelelahan Kelelahan Normal Ringan Sedang N % n % n % 6 100 0 0 0 0

17-25 26-35 36-45 46-55 56-65

7 0 0 0 0

Variabel Umur (Tahun)

87,5 0 0 0 0

1 7 5 4 1

12,5 87,5 71,4 50 33,3

0 1 2 4 2

r

0 12,5 28,6 50 55,7

Pvalue

0,807 0,000

Untuk hubungan antara umur dengan

(independent) umur dengan variabel

kelelahan

montir

terikat (dependent) kelelahan kerja yaitu

perbengkelan di Desa Kiawa, melalui

sebesar 0,000 dengan koefisien korelasi

hasil analisis data bivariat dengan

atau nilai r = 0,807, menunjukan bahwa

menggunakan uji korelasi Spearman

arah

Rank, diperoleh nilai p-value untuk

kekuatan korelasi yang sangat kuat.

hubungan

Dapat

kerja

antara

pada

variabel

bebas

5

korelasi

adalah

dikatakan

positif

bahwa

serta

adanya

hubungan yang berbanding lurus antara

menurun setelah usia 30 tahun. Tenaga

variabel umur dengan tingkat kelelahan

kerja yang berusia di atas 30 tahun

kerja.

seharusnya lebih berhati-hati dan lebih Dari hasil penelitian sebelumnya

menyadari akan potensi bahaya di

oleh Shinta, dkk (2013), dejelaskan

tempat kerja. Terdapat kecenderungan

bahwa umur menjadi salah satu faktor

bahwa beberapa jenis kecelakaan seperti

penyebab

pengaruh

lebih mudah terjatuh sering dialami pada

terhadap terjadinya kelelahan kerja pada

tenaga kerja berusia lebih tua dari pada

pekerja pembuat tahu di pabrik tahu

berusia muda (Tarwaka, 2010).

kelurahan

yang

memiliki

Jomblang,

kecamatan

Candisari Semarang. Kapasitas

Hubungan

kerja secara fisik

reaksi

dapat

dan

Beban

Kerja

dengan Kelelahan Kerja pada Montir

seperti penglihatan, pendengaran dan kecepatan

antara

Perbengkelan di Desa Kiawa

mulai

Tabel 4. Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Variabel (Beban Kerja)

Variabel (Kelelahan Kerja) Kelelahan Kelelahan Kelelahan Normal Ringan Sedang n % n % N %

Beban Kerja Normal

12

92,3

3

17

0

0

Beban Kerja Berat

1

7,7

15

83

9

100

r

Pvalue

0,751 0,000

Melalui Tabel 4, dapat dijelaskan bahwa

yang didapatkan menunjukkan nilai p-

berdasarkan analisis data bivariat lewat

value < 0,05 (α = 5%), sehingga dapat

pengujian korelasi Spearman Rank,

dijelaskan bahwa H0 ditolak dan H1

untuk hubungan antara variabel beban

diterima karena terdapat hubungan yang

kerja (independent) dengan variabel

signifikan antara beban kerja dengan

kelelahan kerja (dependent) didapatkan

tingkat kelelahan kerja pada montir

hasil p-value sebesar 0,000 dengan

perbengkelan di Desa Kiawa Raya.

koefisien korelasi atau nilai r = 0,751,

Penelitian ini mendapatkan hasil

menunjukan bahwa tingkat korelasi kuat

yang sama dengan penelitian yang

dengan arah korelasi positif yang berarti

dilakukan sebelumnya oleh Ihsan, dkk

bahwa

yang

(2015) tentang hubungan antara bahaya

berbanding lurus antara beban kerja

fisik lingkungan kerja dan beban kerja

dengan tingkat kelelahan kerja. Hasil

dengan tingkat kelelahan pada pekerja di

terdapat

hubungan

6

Divisi Stamping PT. X. Indonesia.

1. Gambaran

umur

pada

montir

Penelitian tersebut mendapatkan hasil p-

perbengkelan yang ada di Desa

value sebesar 0,000

untuk variabel

Kiawa, yaitu sebagai berikut dengan

beban kerja dengan variabel kelelahan

persentase 60% berada pada kategori

kerja melalui pengujian mann-whitney

umur antara 17-25 tahun, 26-35

test, yang menunjukan bahwa terdapat

tahun dan 46-55 tahun.

hubungan yang signifikan antara beban

2. Dari hasil yang didapatkan, untuk

kerja dengan kelelahan kerja.

gambaran beban kerja pada montir

Semakin berat beban kerja yang

perbengkelan di Desa Kiawa, dengan

dimiliki oleh setiap tenaga kerja dalam

persentase 62,5% memiliki beban

melakukan

kerja berat dan 37,5% memiliki

pekerjaan,

energi

yang

dikeluarkan juga semakin besar, maka semakin

tinggi

pula

beban kerja normal.

tingkat

3. Gambaran

kelelahan

kerja

pada

kemungkinan terjadinya kelelahan pada

montir diseluruh perbengkelan yang

pekerja,

ada di Desa Kiawa yaitu sebagai

(Tarwaka,

2010).

Menurut

Tarwaka (2010), dari sudut pandang

berikut,

ergonomi, setiap beban kerja yang

mengalami kelelahan kerja ringan,

diterima oleh seseorang harus sesuai

22,5% mengalami kelelahan kerja

atau

sedang

seimbang

baik

terhadap

kemampuan fisik, kemampuan kognitif

dengan

dan

persentase

32,5%

45%

mengalami

kelelahan kerja normal.

maupun keterba-tasan manusia yang

4. Terdapat hubungan yang signifikan

menerima beban tersebut. Kemampuan

antara umur dengan kelelahan kerja

kerja seorang tenaga kerja berbeda dari

pada montir perbengkelan di Desa

satu dengan yang lainnya dan sangat

Kiawa

tergantung dari tingkat keterampilan,

Utara Kabupaten Minahasa tahun

kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis

2017, dikarenakan semakin tua umur

kelamin, usia dan ukuran tubuh dari

seseorang

pekerja yang bersangkutan.

kemungkinan terjadinya kelelahan

Kecamatan

maka

Kawangkoan

semakin

tinggi

kerja pada pekerja. 5. Terdapat hubungan yang signifikan

KESIMPULAN Dari hasil observasi, pengumpulan data

antara beban kerja dengan kelelahan

serta pengolahan data yang dilakukan

kerja pada montir perbengkelan di

untuk penelitian ini, maka didapatkan

Desa Kiawa Kecamatan Kawangkoan

kesimpulan sebagai berikut:

Utara Kabupaten Minahasa tahun 2017, dikarenakan semakin berat

7

beban kerja seseorang maka semakin

mungkin, sehingga resiko kelelahan

tinggi tingkat kemungkinan terjadi-

kerja dapat berkurang.

nya kelelahan kerja pada setiap

Bagi Peneliti Selanjutnya

tenaga kerja.

1. Bagi

peneliti

selanjutnya

6.

diharapkan

SARAN

lanjut

Bagi Pemilik Usaha Perbengkelan

lainnya yang dapat mempengaruhi

1. Perhatikan beban kerja untuk setiap

tingkat kelelahan saat bekerja, baik

montir

agar

diupayakan

tidak

untuk

sangat

tentang

diperbengkelan

melebihi kapasitas diri mereka, agar

meneliti

lebih

variabel-variabel

ataupun

ditempat

lain.

tingkat kelelahan dapat berkurang

2. Instrumen

penelitian

kiranya

serta produktivitas kerja semakin

digunakan yang lebih baik dari

meningkat.

penelitian

2. Untuk montir yang beban kerjanya tidak

dapat

dikurangi

ini,

contohnya

saat

mengukur kelelahan kerja jika perlu

atau

digunakan alat ukur reaction timer

disesuaikan dengan kapasitas diri

serta dibantu dengan kuesioner agar

mereka, sebaiknya diberikan waktu

lebih jelas hasil yang didapatkan.

jeda atau istirahat yang lebih agar

Diupayakan untuk mendapatkan hasil

pekerja mampu memulihkan nyeri

yang lebih baik sehinggah didapatkan

otot yang diakibatkan oleh karena

keberagaman hasil penelitian.

memaksakan diri untuk beban kerja yang berat yang kemudian semakin

DAFTAR PUSTAKA

cepat memicu timbulnya kelelahan

Ahmad & Amanatun, 2015. Beban

kerja.

Kerja dengan Kelelahan Kerja

Bagi Montir Perbengkelan

pada Pekerja Industri Keripik

1. Bagi setiap montir perbengkelan

Melinjo

di

Desa

sebaiknya memperbanyak aktivitas

Indramayu.

peregangan otot di sela-sela kegiatan

Universitas Wiralodra.

Benda

Indramayu:

bekerja, minimal 5 sampai 10 menit,

Ihsan, Rachmatiah & Salam, 2015.

agar terhindar dari nyeri otot akibat

Hubungan antara Bahaya Fisik

beban kerja yang melebihi kapasitas

Lingkungan Kerja dan Beban

yang kemudian dapat menimbulkan

Kerja dengan Tingkat Kelelahan

kelelahan saat bekerja.

pada Pekerja di Divisi Stamping

2. Upayakan agar waktu istirahat yang

PT.

diberikan dimanfaatkan semaksimal

X.

Indonesia.

Universitas Andalas.

8

Padang:

Shinta, Yuantari & Asfawi, 2013. Hubungan

antara

Faktor

Individu dengan Kelelahan pada Pekerja

Pembuat

Pabrik

Tahu

Tahu

Kelurahan

Jomblang,

Kecamatan

Candisari 2013.

di

Semarang

Semarang:

Tahun

Universitas

Dian Nuswantoro. Suma’mur, 2009. Higiene Perusahaan dan

Kesehatan

Kerja

(Hiperkes). Jakarta: CV. Sagung Seto. Suma’mur, 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung Seto. Tarwaka,

2010.

Erdonomi

Dasar-dasar Ergonomi

Pengetahuan dan

Tempat

Industri,

Aplikasi

Kerja.

di

Surakarta:

Harapan Press. Tarwaka, Solichul, Bakri & Sudiajeng, 2004.

Ergonomi,

untuk

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Universitas

Islam

Batik

Surakarta. Triyunita, 2013. Hubungan Beban Kerja Fisik, Kebisingan dan Faktor Individu

dengan

Kelelahan

Pekerja Bagian Weaving PT. X Batang. Semarang: Universitas Diponegoro.

9