HUBUNGAN JARAK KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA

Download Subject : Kehamilan, Jarak kehamilan, Anemia, Ibu multigravida ... pengaturan jarak kehamilan. masalah anemia pada ibu hamil merupakan ...

0 downloads 537 Views 34KB Size
HUBUNGAN JARAK KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA KEHAMILAN DI BPS Ny “ U “ DESA SOOKO KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2014 DEVI ANGGA NINGRUM 11002191 Subject : Kehamilan, Jarak kehamilan, Anemia, Ibu multigravida DESCRIPTION Anemia merupakan kondisi ibu dengan konsentrasi Hb kurang karena kekurangan zat besi. Salah satu penyebab ibu mengalami Anemia adalah pengaturan jarak kehamilan. masalah anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang sulit ditangani. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan jarak kehamilan dengan kejadian Anemia pada Kehamilan Desain penelitian merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Variable yang diteliti adalah jarak kehamilan sebagai variable independen, anemia sebagai variable depeden. Populasinya yaitu semua ibu multigravida yang datang periksadi BPS Ny”U” Desa Sooko Kecamatan Sooko Mojokerto sebanyak 30 orang . pengambilan sampel jenis probability sampling dengan teknik simple random sampling sebanyak 30 orang. Pengumpulan data dengan mengukur / observasi ( data primer). Data yang telah diperoleh kemudian dianalisa menggunakan uji Chi Square dengan tingkat signifikasi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setengahnya dari responden memiliki jarak kehamilan < 2 tahun yaitu 15 responden (50,0%), sedangkan kejadian anemia 15 orang mengalami Anemia, mereka yang memiliki jarak kehamilan < 2 tahun hampir setengahnya mengalami Anemia ringan. Setelah dilakukan uji Chi Square menunjukkan nilai Pvalue sebesar 0,004 maka nilai Pvalue < 0,05 dan diperoleh Xhitung 10,971. Jadi H0 ditolak artinya ada Hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada kehamilan. Terdapat hubungan antar jarak kehamilan dengan anemia selama kehamilan. Sebagai tenaga kesehatan kita harus memberi informasi tentang pentingnya pengaturan jarak kehamilan terutama KB serta memberi konseling tentang keteraturan ANC dan menkonsumsi tablet Fe.

ABSTRACT Anemia is the condition of maternal with the lack concentrations of Hb because of the less iron substances.One of cause that maternals experience anemia is the requlation of pregnancy rate. The problem of anemia in pregnant women is difficult to be solved. The purpose of this study is to know the correlation between pregnancy rate and the incidence of anemia in pregnancy. Design of this study is analytical observation with cross sectional. The Variables used in this study are pregnancy rate as the independent variable and anemia as the dependent variable. The population is all of multigravida women who come to check up at BPS Ny“U” in Sooko Mojokerto. The sampling used that is probability sampling with simple random sampling technique consist of 30 women. Collecting data is done with measuring / observation (primer data). Then the data are analyzed with using Chi Square with significance level 0.05. The results of the study show that 15 respondents or half of the respondents have a pregnancy rate < 2 years (50%), meanwhile in the incidence of anemia 15 respondents who experience anemia, have pregnancy rate < 2 years that almost a half of them have easy anemia. After calculating Chi square test the result show the score of Pvalue is 0,004 so score of Pvalue < 0,05 and Xcount 10,971. Thus H0 is rejected and it means there is a correlation between pregnancy and anemia in pregnancy. There is a correlation between pregnancy and anemia during pregnancy. As the health professionals, we must provide information about the importance of pregnancy rate especially family planning and also give the counseling about the regularity of the ANC and consuming Fe tablets. Keyword: Pregnancy, Pregnancy Rate, Anemia

Contributor

: 1. Farida Yuliani, SKM.M.Kes 2. Nurun Ayati Khasanah ,S.ST Date : 3 Juni 2014 Type Material : Laporan Penelitian Identifier : Right : Summary : LATAR BELAKANG Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan pada tahun 2012, tingkat kematian ibu melahirkan meningkat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup dari Tahun 2007, angka kematian ibu melahirkan tercatat sekitar 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu adalah Perdarahan 28%, Eklamsi 24%, Infeksi 11%, Partus Lama 5%, Abortus 5%, dan lain-lain. Pendarahan menempati persentase tertinggi, anemia pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu (Depkes 2013). Prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar 20-80%, tetapi pada umumnya banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita hamil yang lebih besar dari 50%. Anemia dalam kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya angka kesakitan ibu, anemia pada kehamilan

merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia kehamilan disebut “ potential danger to mother and child” ( Manuaba 2010:237). Frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5%, sedangkan di Amerika hanya 6%, Akrib Sukarman menemukan sebesar 40,1% di Bogor, Bakta menemukan anemia pada kehamilan sebesar 50,7% di puskesmas kota Denpasar (Manuaba,2010:238). Defisiensi zat Besi adalah penyeba Anemia yang sering terjadi pada wanita usia subur dan hamil (51%) diseluruh Dunia, defisiensi zat besi dapat mengganggu fungsi vital tubuh menyebabkan morbiditas dan mortalitas (Robson. 2012 :292). Di daerah pedesaan dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan , dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi yang rendah ( Manuaba,2010:238). Menurut WHO tahun 2013, Kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20% - 89% dengan menetapkan HB 11 g% (g/dl) sebagai dasarnya. Angka kejadian anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Hoo swie Tjiong menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6% trimesterII, dan 24,8% pada Trimester III .Pada kehamilan relative terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30%-40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu.jumlah peningkatan sel darah 18 sampai 30%, dan hemoglobin sekitar 19% ( Manuaba,2010:238). Ketidakseimbangan jumlah eritrosit dan plasma mencapai puncaknya pada Trimester kedua sebab peningkatan volume plasma terhenti menjelang akhir kehamilan, sementara produksi sel darah merah terus meningkat ( Varney, 2007:623 ). Berdasarkan studi pendahuluan di BPS Umi Muntadhirah Desa Mangelo Kecamatan Sooko Kab. Mojokerto pada tanggal 21 Februari 2014 terdapat Data Tahun 2013 dari 225 Responden, 122 responden (54,2%) mengalami Anemia, sedangkan 103 Responden (45,8%) tidak mengalami Anemia. Pada bulan Februari 2014 rerdapat 7 responden diperoleh dari Data, 4 (57,1%) ibu mengalami Anemia sedangkan 3 (42,9%) responden tidak mengalami Anemia. Kejadian Anemia pada ibu hamil banyak disebabkan karena asupan gizi yang kurang dan faktor lain adalah jarak kehamilan terlalu dekat (Sullivan,2009:85). Pengaturan jarak kehamilan yang direalisasikan melalui program Keluarga Berencana ternyata tidak semudah yang dibayangkan karena pada kenyataannya masih banyak ibu-ibu muda memiliki jarak kehamilan terlalu dekat. Data di Indonesia menunjukkan 36 % kelahiran memiliki jarak kelahiran kurang dari 2 tahun (Dian, 2004). Jarak kehamilan optimal lebih dari 36 bulan, sedangkan jarak kehamilan dekat antara kurang dari 2 tahun ( BKKBN. 2007). Terdapat orang tua yang menginginkan anak lebih dari 1, namun masih banyak kejadian terjadi kehamilan selanjutnya dengan jarak kehamilan singkat, di masyarakat masih belaku kebiasaan dimana sebagian suami istri hanya berbincang tentang ukuran keluarga ketika ingin menambah jumlah anak, tetapi tidak detail hingga menyentuh masalah kesiapan istri untuk menerima kehamilan baru. Menurut BKKBN (2005) dalam Tukiran (2010) perempuan setelah melahirkan akan menyusui bayinya dan tidak langsung memperoleh menstruasi (amenorrhea laktasi) untuk beberapa bulan (6-12 bulan). Selama periode tersebut,

seseorang ibu umunya tidak subur sehingga memberikan kesempatan untuk memiliki anak dengan jarak kelahiran yang tidak terlalu pendek. Dari kajian selama ini, terlalu dekat jarak antar kehamilan dapat membahayakan bayi yang akan dilahirkan karena belum sempurna kondisi fisik alat kandungan ibu. Oleh karena itu, diperlukan jarak optimal antar dua kelahiran anak, yaitu lebih dari 36 bulan. Jarak yang terlalu lama antara kehamilan bisa mengurangi manfaat yang diperoleh dari kehamilan sebelumnya, seperti uterus yang sudah membesar dan meningkatnya aliran darah ke uterus. Sedangkan jika jaraknya terlalu pendek akan membuat ibu tidak memiliki waktu untuk pemulihan, kerusakan sistem reproduksi atau masalah postpartum lainnya. Kebutuhan yang diperlukan ketika menentukan waktu kehamilan berikutnya, banyak orangtua yang mempertimbangkan beberapa faktor seperti keuangan, pekerjaan dan usia. Jika seseorang sudah berusia di atas 30 tahun dan memiliki kehidupan yang mapan cenderung tidak terlalu lama menunda kehamilan. Dalam keluarga ibu berperan penting , ibu harus memikirkan seluruh asupan dalam keluarganya, ibu cenderung lebih memperhatikan asupan suami dan anaknya, jarak anak kurang dari 2 tahun mereka masi dalam naungan orang tua sehingga ibu lebih terfokus pada anak dibanding dengan kehamilanya. Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Di sebabkan cadangan zat besi ibu hamil belum pulih, akhirnya terkuras untuk keperluan janin yang dikandungnya. Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan perdarahan banyak. Di samping itu,kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan. Pengaruh anemia terhadap kehamilan adalah abortus, persalinan prematuritas, berat badan lahir rendah, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, bahkan dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan janinya. Ibu hamil dengan anemia zat besi tidak mampu memenuhi kebutuhan zat besi pada janinya secara optimal sehingga janin sangat resiko terjadinya gangguan kematangan atau kematuran organ-organ tubuh janin dan resiko terjadinya prematur ( Tarwoto, 2007:67-68). Jarak kelahiran yang terlalu dekat juga dapat memicu pengabaian pada anak pertama secara fisik maupun psikis, yang dapat menimbulkan rasa cemburu akibat ketidaksiapan berbagi kasih sayang dengan orang tuanya.(sulistyawati, 2011:78). Dengan adanya resiko dalam menentukan jarak kehamilan diperlukan perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat, dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga. Salah satu perencanaan kehamilan antara lain dengan mengikuti program KB. KB memberi kepada pasangan pilihan tentang kapan sebaiknya mempunyai anak, jumlah anak, jarak anatar anak yang satu dengan anak yang lain. Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik dengan penelitian tentang hubungan jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada kehamilan.untuk mencapai keluarga yang sehat dan bahagia.

METODOLOGI Penelitian ini menurut prosesnya merupakan jenis penelitian Analitik observasional dengan desain cross sectional, mempunyai dua variable yaitu variable independen ( jarak kehamilan) dan variable dependen (Anemia). Subjek pada penelitian ini adalah 30 ibu multigravida dengan jarak kehamilan <2 tahun dan > 2 tahun dengan menggunakan teknik simple random sampling, data yang digunakan yaitu data primer dengan uji Chi Square. Tempat dan waktu penelitianya di BPM Umi Munthadiroh Desa Mangelo Kecamatan Sooko Kabupaten Mojoketo dilakukan pada bulan Mei. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari Hasil Penelitian usia kehamilan berada pada usia kehamilan Trimester III sebanyak 15 responden dari 30 Responden (50,0%). Responden dengan usia Responden berada pada usia 20-35 tahun sebanyak 22 Responden dari 30 Responden (73,3%). Responden pendidikan SLTA sebesar 17 Responden dari 30 Responden (56,7%). Sedangkan ibu yang bekerja sebanyak 24 Responden dari 30 Responden (80,0%). Responden dengan jarak kehamilan dekat dan optimal setengahnya sebesar 15 Responden (50,0%). Responden yang mengalami Anemia dengan Anemia Ringan sebesar 14 Responden dari 30 Responden (46,7%). Dari Hasil Penelitian diperoleh Data bahwa hampir setengah dari responden yang memiliki jarak kehamilan dekat mengalami Anemia Ringan sebanyak 11 Responden dari 30 Responden (36,7%). Setelah dilakukan uji statistic Chi square dengan taraf signifikasi 0,05 didapatkan Pvalue sebesar 0,004 maka nilai Pvalue < 0,05 dan diperoleh Xhitung 10,971. Jadi H0 ditolak artinya ada Hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada kehamilan. Jarak kehamilan merupakan jarak antara kehamilan yang satu dengan kehamilan berikutnya (BKKBN 2007). Jarak kehamilan berpengaruh terhadap komplikasi kehamilan dan pertumbuhan janin( Manuaba,2010). Menurut BKKBN 2007 Jarak kehamilan dekat dapat meningkatkan resiko pada kehamilan seperti Anemia dan sebagai penyulit saat persalinan karena kondisi rahim ibu belum pulih sempurna. Jarak kehamilan yang baik bagi seorang ibu untuk hamil lagi ialah lebih dari 36 bulan atau 3 tahun. Hal ini dimaksudkan supaya kebutuhan zat besi seorang ibu dapat tercukupi, serta mempersiapkan stamina fisiknya sebelum hamil berikutnya (koesno,2012). Ibu dengan jarak kehamilan optimal (>2 tahun) seharusnya lebih tinggi dibanding jarak kehamilan dekat untuk menciptakan keluarga bahagia karena dalam keluarga tersebut ibu dapat memberikan perhatian sesuai pada anak pertama dan kehamilan keduanya. Sedangkan kenyataanya masih terdapat ibu yang memiliki anak dengan jarak kehamilan <2 tahun. Ibu hamil dengan Jarak pendek (<2 tahun) seharusnya tidak ada. Namun karena berbagai faktor yang menyebabkan masih adanya ibu hamil yang memiliki jarak kehamilan pendek seperti ketakutan untuk melakukan KB serta anggapan ibu yang salah yakni banyak anak banyak rejeki sehingga seorang ibu tidak memperhatikan jarak kehamilannya. Maka diperlukan upaya preventif dan promotif ekstra untuk mencegah terjadinya jarak kehamilan yang pendek. Pemberian informasi yang tepat dan meningkatkan layanan kesehatan juga harus dilakukan.

Anemia merupakan kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto,2007:30). Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab Anemia ialah nutrisi yang buruk, kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan,pendidikan yang rendah dan ketidakteraturan mengkonsumsi tablet Fe ( Manuaba,2010:238). Anemia pada kehamilan dapat menimbulkan resiko tinggi sebagai penyulit saat persalinan. Pengaruh Anemia pada kehamilan abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (<6 g/dl), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini, adapun Pengaruh terhadap janin yaitu mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim , IUFD ,berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan intelegensi rendah ( Manuaba, 2010 : 240 ). Kejadian Anemia masih banyak dijumpai karena ketidakteraraturan konsumsi tablet Fe karena malas dan kejadian morning sickness yang menyebabkan ibu malas makan sehingga asupan gizi yang kurang. Ibu dengan jarak kehamilan dekat mengalami anemia karena mereka bingung membagi waktu untuk keluarga,anak pertama dan anak yang dikandungnya. Anemia pada ibu hamil ini sangat mengaganggu kesehatan , karena ibu dengan anemia memiliki resiko terhadap penyulit saat persalinan dan pengaruh buruk bagi janin yang dikandungnya. Jiak anemia pada ibu hamil semakin tinggi maka akan semakin tinggi pula resiko kematian ibu dan janin. Oleh karena itu, Anemia pada ibu hamil harus segera mendapat penanganan medis secara cepat dan tepat untuk menghindari terjadinya kematian perinatal maupun maternal. Perlunya konseling ekstra tentang konsumsi tablet Fe penambah darah disetiap kunjungan ANC . Sesuai dengan teori bahwa Jarak kehamilan dekat dari sudut kebidanan dapat mengakibatkan penyulit (komplikasi) yang cukup besar, diantaranya bayi lahir belum waktunya (preterm), keguguran, Anemia dan berat badan lahir rendah (BBLR) , cacat bawaan dan tidak optimalnya tumbuh kembang balita yaitu dapat dipengaruhi jarak kehamilan pendek yaitu kurang dari 2 tahun (BKKBN, 2007). Salah satu penyakit yang menyertai kehamilan dengan jarak terlalu pendek yaitu Anemia. Ibu hamil rentan mengalami Anemia karena dalam kehamilan jumlah darah bertambah karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahanya dengan plasma darah (Mochtara,2011). Sedangkan bila jarak kehamilan optimal (> 2 tahun) kondisi rahim ibu sudah pulih sempurna dan fisik ibu sudah siap untuk hamil kembali (Koesno,2012). Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak kelahiran pendek. Makin sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi akan anemis. Menurut Manuaba (2010) hal ini disebabkan kurang nutrisi karena setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia kehamilan selanjutnya. Kenyataanya ibu dengan jarak kehamilan dekat <2 tahun lebih banyak mengalami Anemia. Anemia pada ibu hamil yang paling banyak diderita adalah Anemia zat Besi, menurut peneliti ini dikarenakan ibu malas mengkonsumsi tablet Fe dan asupan nutrisi yang kurang . Dari pernyataan responden, ini dikarenakan

mereka sudah makan banyak tetapi belum kenyang, jika mereka terus makan karena harus memberi gizi pada anak pertamanya dan memberi gizi pada janin yang dikandungnya takut berlebihan menambah berat badan, dan mereka seringkali malas untuk minim tablet Fe. Padahal ibu hamil membutuhkan gizi yang lebih dan wajib minum tablet Fe sebagai tablet penambah darah. Ibu hamil dengan Anemia merupakan factor kematian maternal dan perinatal. Jika jarak kehamilan optimal didapatkan 3 responden ibu mengalami Anemia Ringan , ini dikarenkan ketidakteraturan konsumsi tablet Fe. Jarak kehamilan berpengaruh terhadap kejadian anemia pada saat kehamilan yang berulang dalam waktu singkat karena akan menguras cadangan zat besi ibu dan secara fisiologi kandungan ibu belum sempurna pulih. Pengetahuan jarak kehamilan yang baik minimal 2 tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali. Jarak kehamilan optimal juga dapat memberi kesempatan pada ibu untuk mengurus anak pertamanya tanpa mengurangi kasih sayang, karena biasanya ibu yang memiliki anak dibawah 2 tahun kemudian hamil lagi,mereka sering kali berkurang kasih sayangnya dan anak juga merasa sudah tidak diperhatikan lagi. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Jarak kehamilan pendek atau kurang dari 2 tahun akan beresiko mengalami Anemia karena kurangnya zat besi ibu saat hamil, ibu dengan anemia beresiko mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada janin. Dengan demikian anemia menjadi salah satu penyebab angka kematian ibu maupun janin.

SIMPULAN Dari hasil dipembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Jarak kehamilan di BPS Ny”U” pada tanggal 14-24 Mei 2014 setengahnya adalah 50,0% (15 responden) jarak kehamilan terlalu dekat (kurang dari 5 tahun) dan 50,0% (15 responden) jarak kehamilan optimal. 2. Anemia di BPS Ny”U” pada 14-24 Mei 2014 hampir setengahnya mengalami Anemia Ringan adalah 14 responden (46,7%). 3. Setelah dilakukan uji statistik Chi square didapatkan Xhitung= 10,971 dimana nilai Asymp.sig. yaitu 0,004 yang berarti p>0,05 artinya H0 diterima, sehingga tidak ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian Anemia pada kehamilan di BPS Ny”U”.

REKOMENDASI 1.

2.

Bagi Responden Diharapkan responden dapat meningkatkan informasi tentang pengaturan jarak kehamilan yang ideal sehingga dapat menciptakan keluarga sehat daan bahagia. Bagi Tenaga Kesehatan a. Meningkatkan upaya promotif pada masyarakat tentang resiko pada kehamilan dan persalinan dengan jarak kehamilan pendek dan optimal. b. Menganjurkan ibu hamil baik dengan jarak pendek, maupun ideal untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin dan melakukan persalinan ditenaga kesehatan.

c. 3.

4.

Menganjurkan untuk rutin mengkonsumsi tablet Fe sebagai penambah darah Bagi Institusi Pendidikan Menambah literature yang ada guna dapat dijadikan masukan sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang jarak kehamilan . Bagi Peneliti Selanjutnya Menggali lagi teori dan kejadian yang terjadi sebagai tambahan pengetahuan dan informasi untuk penelitian selanjutnya.

Email Hp Alamat

: [email protected] : 087702740830 : Dsn.Kalimalang, Ds.Mayangan, Kec.Gumukmas, Kab. Jember