HUBUNGAN PANTANGAN MAKANAN DENGAN LAMA

Download ABSTRAK: Hubungan Pantangan Makanan dengan Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu. Nifas. Kebutuhan gizi pada masa nifas akan meningkat 25%, ...

0 downloads 325 Views 212KB Size
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 61-69

 

HUBUNGAN PANTANGAN MAKANAN DENGAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU NIFAS Nina Zuhana, Lia Dwi Prafitri, Wahyu Ersila STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan email : [email protected]

ABSTRAK: Hubungan Pantangan Makanan dengan Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas. Kebutuhan gizi pada masa nifas akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses penyembuhan. Salah satu faktor yang mempengaruhi lama penyembuhan luka perineum adalah budaya dan keyakinan berpantang makanan. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan pantangan makanan dengan lama penyembuhan luka perineum ibu nifas. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang mempunyai luka jahit perineum di wilayah Kabupaten Pekalongan, dengan tehnik Accidental sampling mulai tanggal 18 Maret sampai dengan 18 April 2017 didapatkan 30 responden. Alat yang digunakan untuk variabel lama penyembuhan luka jahit perineum adalah ceklist dan alat kesehatan (handscoon, pinset, deppers), sedangkan alat yang digunakan untuk variabel pantangan makanan adalah kuesioner. Metode pengumpulan data variabel penyembuhan luka perineum adalah observasi terhadap luka perineum, kemudian lama penyembuhan dicatat di lembar observasi. Sedangkan metode untuk mengumpulkan data pada variabel pantangan makanan adalah sistem angket. Analisa data menggunakan uji statistik dengan chi square dengan menggunakan level of significance (α : alpha) sebesar 5% (0,05). Hasil penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara pantangan makanan dengan lama penyembuhan luka perineum ibu nifas dengan nilai p=0,781. Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan informasi kepada ibu nifas tentang kebutuhan nutrisi yang mempengaruhi penyembuhan luka dan dalam memberikan asuhan kepada ibu nifas tidak hanya secara fisik maupun psikis tetapi secara holistic(menyeluruh) dan harus diperhatikan faktor-faktor lain seperti personal hygiene,lingkungan danpengetahuan tentang perawatan luka jahit perineum. Kata kunci: Pantangan Makanan, Penyembuhan Luka Perineum ABSTRACT: The relationship of abstinence of food with long wound healing Perineum mother parturition. Needs of nutrition in the puerperium will increase 25 % , because useful for the healing process. One of the factors affecting long healing wound perineum is culture and confidence abstaining food. Aim is to know abstinence food relationship with long healing wound perineum mother parturition .This research in a survey analytic. Population that used in research it is a whole mother parturition have wound perineum in the Pekalongan district, with tehnik accidental sampling start on march 18 up to 18 april 2017 obtained 30 respondents. An instrument used for the healing wound perineum is ceklist medical equipment (handscoon, tweezer, deppers), while tool used for the abstinence food was a questionnaire. Data collection method variable healing wound perineum is observation against wound perineum, hen long healing noted in pieces observation. While methods to collect data on the abstinence food is a system survey. Analysis of data using the statistics with chi square using level of significance (α : alpha ) of 5 % ( 0,05 ). The result is not a significant relation exists between abstinence food with long healing wound perineum mother parturition worth p=0,781. Expected health workers can tell us to mrs parturition about nutritional needs affecting healing wounds and in giving care for the parturition not only physically and psychologically but in holistic ( thorough ) and must be considered another factor as personal hygiene, the environment and knowledge of the treatment of injuries perineum. Keywords: abstinence food, healing wound perineum Nina Zuhana, dkk, Hubungan Pantangan Makanan...     61 

 

Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 61-69

 

PENDAHULUAN Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput ketuban janin dari tubuh ibu (Saifudin, 2009). Persalinan sering kali mengakibatkan robekan jalan lahir, baik pada primigravida maupun multigravida dengan perineum yang kaku. Robekan perineum terjadi pada semua persalinan, dan biasanya robekan terjadi digaris tengah dan dapat meluas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Perineum yang dilalui bayi biasanya mengalami peregangan, lebam, dan trauma. Rasa sakit pada perineum semakin parah jika robek atau disayat pisau bedah. Seperti semua luka baru, area episiotomi atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh, yaitu 7 hingga 10 hari (Bahiyatun 2009). Luasnya robekan perineum akan mempengaruhi tingkat kesembuhannya. Perhatian yang khusus akan dapat mempertahankan kontinensia fekal dan keadaan ibu yang tidak merasakan nyeri, akan mempercepat kesembuhannya. Luka episiotomi yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi, seperti kehilangan darah karena melakukan episiotomi terlalu dini, infeksi karena terkontaminasi dengan urin dan feses, dispareunia, dan hematoma lokal yang menyebabkan infeksi (Manuaba, 2007). Pada persalinan normal, dengan ruptur perineum dapat terjadi infeksi perineum karena kebersihan perineum yang kurang terjaga. Gejalanya cukup mudah untuk dilihat, yaitu berupa rasa panas dan perih pada tempat yang terinfeksi, perih saat buang air kecil, demam dan keluar cairan seperti keputihan yang berbau. Hal ini dapat dicegah dengan merawat luka menggunakan bath seat, yakni berjongkok atau duduk, kemudian membasuh bekas luka dengan cairan antiseptik (Doengoe, Moorhouse, dan Geissler, 1999 dalam Damarini, Eliana dan Mariati, 2013). Faktor yang mempengaruhi perawatan luka perineum adalah faktor eksternal (lingkungan, tradisi, pengetahuan, sosial ekonomi, penanganan petugas, kondisi ibu dan gizi) dan faktor internal (usia, penanganan jaringan, hemoragi, hipovolemia, faktor lokal edema, defisit nutrisi, personal higiene, defisit oksigen, medikasi dan aktivitas berlebih) (Smeltzer, 2002 dalam Damarini, Eliana dan Mariati, 2013). Salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum adalah gizi atau nutrisi. Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolisme. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses penyembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Semua itu meningkat tiga Nina Zuhana, dkk, Hubungan Pantangan Makanan...     62   

Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 61-69

 

kali dari kebutuhan biasa. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau pewarna (Ambarwati, 2009). Salah satu hambatan yang sering terjadi di masyarakat adalah adanya pantang makanan setelah melahirkan. Padahal setelah melahirkan seorang wanita memerlukan nutrisi yang cukup untuk memulihkan kembali seluruh alat genetalianya. Mereka tidak menyadari bahwa tindakannya berpengaruh terhadap lambatnya pemulihan kesehatan kembali, juga dapat terhambatnya pertumbuhan bayi (Kardinan 2008). Salah satu faktor yang mempengaruhi perawatan luka perineum adalah budaya dan keyakinan. Hal ini akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaan pantangan (tarak) telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka (Sukrisno, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan Restu pada tahun 2011 menunjukkan bahwa dari 24 responden, didapatkan hampir seluruh responden (85,71%) yang melakukan pantang makanan memiliki luka perineum tidak sembuh. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan pantangan makanan dengan lama penyembuhan luka perineum ibu nifas di wilayah kabupaten Pekalongan. METODE Penelitian ini menggunakan metode survey analitik yang terdiri dari 1 variabel bebas dan 1 variabel terikat. variabel bebas (independent) dalam penelitian ini

yaitu

pantangan makanan, sedangkan Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah lama penyembuhan luka perineum. Variabel pantangan makanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Bahan makanan atau masakan yang tidak boleh dimakan oleh para individu dalam masyarakat karena alasan yang bersifat budaya/tradisi yaitu seperti semua masakan (daging, telur, daging) tidak boleh digoreng atau diberikan bumbu masak hanya direbus saja, semua jenis ikan baik ikan tambak maupun ikan laut tidak diperbolehkan, semua buah-bauhan yang berbentuk bulat, selain buah yang bulat pisang juga dipercaya membuat luka basah (nyenyeh), semua sayuran yang berbentuk licin seperti kangkung, daun genjer dll menggunakan alat ukur kuesioner yang telah divaliditas dan reabilitas berisi 20 pertanyaan dengan hasil ukur menggunakan cut of point berdasarkan hasil uji distribusi normal. Sedangkan variabel lama penyembuhan luka perineum adalah lama kembalinya jaringan yang rusak seperti keadaan semula, dengan menggunakan lembar observasi skala REEDA dengan hasil ukur sesuai bila luka perineum sembuh kurang dari Nina Zuhana, dkk, Hubungan Pantangan Makanan...     63   

Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 61-69

 

sama dengan 10 hari, tidak sesuai bila luka perineum sembuh lebih dari 10 hari post partum. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang mempunyai luka jahit perineum di wilayah kabupaten Pekalongan. Dengan tehnik pengambilan sampel Accidental sampling dari tanggal 18 Maret sampai dengan 18 April 2017 didapatkan 30 nifas. Alat yang digunakan untuk variabel penyembuhan luka jahit perineum adalah ceklist dan alat kesehatan (handscoon, pinset, deppers, senter), sedangkan alat yang digunakan untuk variabel pantangan makanan pada penelitian ini adalah dalam bentuk kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reabilitas. Metode pengumpulan data pada variabel penyembuhan luka perineum adalah observasi (pengamatan) terhadap luka perineum sampai luka benar-benar sembuh, kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi, kemudian lama penyembuhan dicatat di lembar observasi. Sedangkan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada variabel pantangan makanan adalah sistem angket. Analisa data menggunakan uji statistik dengan chi square (Kai Kuadrat) dengan menggunakan level of significance (α : alpha) sebesar 5% (0,05). HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Analisa Pantangan Makanan Pada Ibu Nifas Variabel

Mean

Median

Standar Deviasi

Sig

Min-Mak

Pantangan Makanan

9,10

9,00

3,575

0,111

3 - 18

Dari hasil analisa pantangan makanan pada ibu nifas di wilayah kerja Kabupaten Pekalongan didapatkan skor terendah 3 dan skor tertinggi adalah 18. Hasil uji normalitas menunjukkan angka signifikansi Kolmogorov spirnov sebesar 0,111 (>0,05), berarti distribusi data normal sehingga cut off point yang digunakan untuk membagi kategori variabel pantangan makanan adalah nilai mean sebesar 9 dengan ketentuan, tidak berpantang makanan jika ≥ 9 dan berpantang makanan jika < 9. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pantangan Makanan Pada Ibu Nifas No 1 2

Pantangan Makanan Ya Tidak Total

Frekuensi 14 16 30

Prosentase (%) 46,7 53,3 100

Tabel 2 menunjukkan lebih dari separuh ibu nifas tidak berpantang makanan yaitu 16 orang (53,3 %). Hal ini menunjukkan kebiasaan ibu nifas yang baik karena sudah ada kesadaran ibu nifas dalam memenuhi kebutuhan dasar ibu nifas dan salah satu faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum adalah nutrisi. Pada ibu yang Nina Zuhana, dkk, Hubungan Pantangan Makanan...     64 

 

Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 61-69

 

melahirkan secara normal, tidak ada pantangan diet. Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Anggraini 2010). Namun masih ada hampir separuh ibu nifas yang masih berpantang makanan (46,7%) hal ini dikarenakan Masih banyak ibu nifas yang menganut budaya berpantang makanan pada masa nifas dengan alasan jahitannya akan sulit menyatu dan tidak cepat kering serta air susunya akan amis. Salah satu hambatan yang sering terjadi di masyarakat adalah adanya pantang makanan setelah melahirkan. Adat tradisi/ budaya berpantang di kabupaten Pekalongan dijalankan setelah tali pusat bayi lepas (puput). Budaya tersebut yaitu semua masakan (daging, telur, daging) tidak boleh digoreng atau diberikan bumbu masak hanya direbus saja, semua jenis ikan baik ikan tambak maupun ikan laut tidak diperbolehkan, semua buah-bauhan yang berbentuk bulat, selain buah yang bulat pisang juga dipercaya membuat luka basah (nyenyeh), semua sayuran yang berbentuk licin seperti kangkung,daun genjer dll. Padahal Menurut Sukrisno (2010) setelah melahirkan seorang wanita memerlukan nutrisi yang cukup untuk memulihkan kembali seluruh alat genetalianya. Hal ini akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang sangat mempengaruhi penyembuhan luka. Mengingat hal ini maka peran tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan serta peran keluarga sangatlah membantu meyakinkan ibu untuk tidak berpantang makanan selama masa nifas. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Lama Penyembuhan Luka Jahit Perineum Pada Ibu Nifas No 1 2

Lama Penyembuhan Luka Perineum Sesuai Tidak sesuai Total

Frekuensi

Prosentase (%)

19 11 30

63,3 36,7 100

Tabel 3 diketahui bahwa lebih dari separuh ibu nifas luka jahit perineumnya sembuh sesuai tahap penyembuhan luka atau kurang dari 10 hari yaitu sebanyak 19 orang (63,3%). Penyembuhan luka perineum membutuhkan waktu 7 hingga 10 hari (Bahiyatun Nina Zuhana, dkk, Hubungan Pantangan Makanan...     65 

 

Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 61-69

 

2009), namun adakalanya ketika hari ke-10 didapatkan luka masih basah, terdapat pus atau nanah, dan jaringan belum menyatu. Ini dikategorikan luka belum sembuh yang dapat dikarenakan oleh kebersihan yang kurang, nutrisi yang kurang, vaskularisasi daerah luka yang kurang lancar ataupun adanya infeksi pada luka jahitan. Luka dikatakan sembuh apabila jaringannya telah menyatu dengan baik, dan tidak terdapat tanda-tanda kemerahan, bengkak, panas, dan terdapat pus/ nanah (Bobak 2010). Menurut Eny dan diah dalam Maharani (2013) proses penyembuhan luka perineum memerlukan adanya protein dalam rangka menggantikan sel-sel yang rusak atau mati. Protein tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber yakni ada hewani (ikan, udang, ayam, hati, telur, daging, susu, keju) dan proteninnabati (kacang-kacangan, kedelai, tahu, tempe). Sumber protein terlengkap terdapat dalam susu, telur, keju, ketiga makanan tersebut mengandung zat kapur, zat besi dan vitamin B. Makanan yang dikonsumsi ibu nifas harus bermutu, bergizi dan sesuai porsi akan menyebabkan ibu dalam keadaan sehat dan segar sehingga mempercepat penyembuhan luka perineum (Darmawati dan Sastra, 2012) Tabel 4 Analisis Hubungan Pantangan Makanan dengan lama Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Nifas Pantang makanan Tidak Ya Total

Lama penyembuhan Luka Perineum Baik Kurang 11 5 57,9% 45,5% 8 6 42,1% 54,5% 19 11 46,9% 53,1%

Total

ρ Value

OR

16 53,3% 14 46,7% 30 100%

0,781

510

Tabel 4 dapat diketahui lebih dari separuh responden (57,9%) yang tidak berpantang makanan luka jahit perineumnya sembuh cepat. Hasil uji chi square tabel silang 2x2 didapatkan tidak ada sel yang mempunyai nilai E < 5 sehingga uji yang dipakai adalah Continuity Correction dengan ρ value = 0,781 (ρ value > 0,05), yang berarti Ho diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pantangan makanan dengan lama penyembuhan luka perineum

ibu nifas di

kabupaten pekalongan. Nilai OR dalam penelitian ini adalah 510 artinya ibu nifas yang

Nina Zuhana, dkk, Hubungan Pantangan Makanan...     66 

 

Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 61-69

 

tidak berpantang makanan mempunyai peluang 510 kali lebih cepat luka jahit perineumnya untuk sembuh dibandingkan dengan orang yang berpantang makanan. Dari data tersebut menunjukkan pentingnya nutrisi dalam penyembuhan luka perineum. Nutrisi pada seseorang adalah faktor utama yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh agar tetap sehat. Seseorang yang mengalami injury atau luka berarti terjadi gangguan kontiunitas dan struktur pada jaringan tubuh. Dengan demikian diperlukan perbaikan untuk menjaga agar struktur dan fungsi jaringan tubuh yang mengalami gangguan dapat kembali seimbang atau tidak mengalami komplikasi lain (Suriadi 2007). Kurangnya nutrisi secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan luka, meningkatnya dehisensi luka, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi, dan parut dengan kualitas yang buruk. Defisiensi nutrien tertentu dapat berpengaruh pada penyembuhan (Boyle 2009). Kebudayaan berpantang makanan pada ibu nifas merupakan adat yang diajarkan secara turun temurun dan cenderung ditaati walaupun individu yang menjalankan tidak terlalu paham atau yakin dari alasan menantang makanan yang bersangkutan. Dari hasil wawancara pada saat penelitian ibu nifas yang berpantang makanan di mulai dari talipusat bayi yang lepas. Sebelum talipusat bayi lepas (puput) ibu nifas diharuskan makan dari berbagai jenis makanan. Maka hal ini sangat menguntungkan bagi ibu dalam penyembuhan luka perineum jika tali pusat lepas (puput)nya lambat. Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak (Boyle 2009) Apabila luka jahitan tersebut pada hari ke-10 belum sembuh dapat dikatakan proses penyembuhannya lama. Dapat disebabkan karena kurangnya perawatan ataupun kurangnya nutrisi sehingga secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan luka, meningkatnya dehisensi luka, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi, dan parut dengan kualitas yang buruk. Defisiensi nutrien tertentu dapat berpengaruh pada penyembuhan (Boyle 2009). Penelitian sejalan ditunjukkan oleh Handayani, Murdati dan Rofiah (2015) yang menyebutkan bahwa status gizi atau nutrisi tidak berpengaruh pada penyembuhan luka perineum pada ibu postpartum. Kebutuhan protein dan kalori pasien hampir pasti menjadi lebih tinggi daripada orang normal ketika terdapat luka yang besar. Dukungan nutrisi akan mendukung baik pada penyembuhan jenis luka akut dan kronis, nutrisi yang baik akan menekan terjadinya ulkus pada luka. Namun di lain hal status kesehatan ibu nifas, social ekonomi, tradisi, pengetahuan dan lingkungan di masyarakat dapat menjadi faktor lain dalam penyembuhan luka perineum. Nina Zuhana, dkk, Hubungan Pantangan Makanan...     67 

 

Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 61-69

 

Hasil

penelitian

ini

tidak

sejalan

penelitian

yang

dilakukan

oleh

Hartiningtiyaswati (2010) yang menyebutkan bahwa ibu nifas yang melakukan pantang makan mayoritas luka perineum tidak sembuh. Adanya tidak kesesuaian kemungkinan dapat disebabkan karena tingkat pengetahuan ibu nifas yang sudah baik dalam perawatan luka perineum, atau karena adanya informasi baik dari tenaga kesehatan atau media elektronik yang saat ini dapat diakses oleh ibu nifas tersebut, karena faktor yang berpengaruh untuk penyembuhan luka bukan hanya dari faktor nutrisi yakni diantaranya personal hiegiene dan pengetahuan tentang perawatan luka perineum (Handayani, 2014) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Lebih dari separuh ibu nifas tidak berpantang makanan yaitu 16 orang (53,3 %). 2. Lebih dari separuh ibu nifas luka jahit perineumnya sembuh sesuai tahap penyembuhan luka atau kurang dari 10 hari yaitu sebanyak 19 orang (63,3%) 3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pantangan makanan dengan lama penyembuhan luka perineum ibu nifas di Kabupaten Pekalongan nilai p=0,781 (ρ value > 0,05). Nilai OR 510 artinya ibu nifas yang tidak berpantang makanan mempunyai peluang 510 kali lebih cepat luka jahit perineumnya untuk sembuh daripada ibu nifas yang berpantang makanan. Saran Tenaga kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat memberikan informasi kepada ibu nifas tentang kebutuhan nutrisi yang mempengaruhi penyembuhan luka dan dalam memberikan asuhan kepada ibu nifas tidak hanya secara fisik maupun psikis tetapi secara holistik (menyeluruh) dan harus diperhatikan faktor-faktor lain seperti personal hygiene, lingkungan, dan pengetahuan ibu nifas dalam perawatan luka perineum DAFTAR RUJUKAN Ambarwati, ER.2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:Nuha Medika Anggraini,Y. 2010. Asuhan kebidanan masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta: Buku kedokteran EGC Bobak, 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Nina Zuhana, dkk, Hubungan Pantangan Makanan...     68 

 

Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 61-69

 

Boyle. 2009. Pemulihan Luka. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Damarini, ME. 2013.Efektifitas sirih merah dalam perawatan luka perineum di bidan praktik mandiri. Jurnal Kesmas. Vol 8.No 1 Agustus 2013 http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/340 Darmawati dan Sastra, I. 2012. Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Dengan Lama Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas. Idea Nursing Journal. Vol. II No. 3 hal. 41-51. http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ /article/view/1678 Handayani, E., Murdati.,Rofiah S. 2015. Factors Influence with Healing Perineum Laceration of Post Partum Mother. Link. Vol. 11 No. 3 September 2015. Hal 1041-1047 Handayani, Y. 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka Perineum pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel abidin banda aceh. Skripsi. STIKES U’Budiyah Banda Aceh. Hartiningtiyaswati, S. 2010. Hubungan Perilaku Pantang Makanan Dengan Lama Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar. Skripsi. UNS. Kardinan, A. 2008. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri, Komoditas Wangi Penuh. Majalah Trubus edisi November 2008, Jakarta: PT Trubus Swadaya Maharani, K., Agusman, F., Indra, A. 2013. Hubungan Perilaku Pantang Makanan Dengan Lama Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar. Portal garuda. http://download.portalgaruda. Org / article/450616 Manuaba, IBG., Manuaba, IAC, dan Manuaba, IBGF. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Restu,

ED. 2011. Gambaran Usia dan Budaya Pantang Makanan Terhadap Penyembuhan Luka Perineum pada ibu nifas di BPS Ny. HJ. S. Bashori. Surabaya. Skripsi. STIKES YARSIS

Saifuddin, A.B. 2009. Acuan Nasional pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sukrisno, Adi. 2010. Asuhan kebidanan IV. Jakarta: Trans Info media Suriadi. 2007. Perawatan Luka. Jakarta: Sagung seto

Nina Zuhana, dkk, Hubungan Pantangan Makanan...     69