HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN DIET HIPERTENSI PADA LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI KASIH SURAKARTA
SKRIPSI “Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh : Devita Indra Kusumastuti NIM. S10010
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN DIET HIPERTENSI PADA LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI KASIH SURAKARTA
Oleh : Devita Indra Kusumastuti NIM S10010
Telah disetujui untuk dapat dipertahankan dihadapan Tim Penguji,
Pembimbing Utama,
(bc.Yeti Nurhayati,M.Kes) NIK. 201378115
Pembimbing Pendamping,
(Febriana Sartika Sari, S.Kep.,Ns) NIK. 201390125
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Skripsi Keperawatan yang berjudul :
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN DIET HIPERTENSI PADA LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI KASIH SURAKARTA Oleh : Devita Indra Kusumastuti NIM S10010 Telah diuji pada tanggal 14 Juli 2014 dan ditanyakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
bc. Yeti Nurhayati, M.Kes NIK. 201378115
Febriana Sartika Sari, S.Kep., Ns NIK. 201390125
Penguji,
Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep NIK.200679022
Surakarta, Agustus 2014 Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tagan dibawah ini : Nama : Devita Indra Kusumastuti NIM
: S10010
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1.
Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2.
Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim Penguji.
3.
Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4.
Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta,
Juli 2014
(Devita Indra Kusumastuti)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberi kekuatan jasmani maupun rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta”. Skripsi ini sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Program S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis banyak mendapatkan pengarahan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Suharti M.Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns,.M.Kep selaku Ketua Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes selaku pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan Skripsi ini hingga selesai. 4. Ibu Febriana Sartika Sari.S.Kep.,Ns selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyusunan Skripsi ini hingga selesai. 5. Segenap dosen Prodi S-1 dan Staf pengajar STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingan pada penulis.
v
6. Kedua Orang Tua yang telah memberikan semangat, dorongan, dan doa dalam penyusunan Skripsi ini. 7. Teman-teman prodi S-1 yang telah memberikan dorongan baik material dan spiritual dalam pembuatan Skripsi ini. 8. Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangatlah penulis harapkan sehingga dapat menyempurnakan Skripsi ini. Harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan terutama bagi penulis serta bermanfaat bagi mahasiswa STIKes Kusuma Husada Surakarta khususnya dan bagi Ilmu Keperawatan di Indonesia pada umumnya.
Surakarta,
Juli 2014
Peneliti
(Devita Indra Kusumastuti)
vi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN ...............................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................ .................... iii SURAT PERNYATAAN ................................................................................... iv KATA PENGANTAR ........................................................................................
v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ..............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii ABSTRAK .......................................................................................................... xiv BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................
5
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................
6
1.5 Keaslian Penelitian ......................................................................
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori .............................................................................
9
2.1.1 Pengetahuan ........................................................................
9
2.1.2 Lansia ................................................................................. 16
vii
2.1.3 Hipertensi ............................................................................ 21 2.1.4 Kepatuhan ........................................................................... 32 2.1.5 Diet Hipertensi ................................................................... 37 2.2 Kerangka Teori ............................................................................. 44 2.3 Kerangka Konsep ........................................................................ 45 2.4 Hipotesis ...................................................................................... 46 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................... 47 3.2 Populasi dan Sampel .................................................................... 47 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 48 3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran .............. 48 3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .............................. 50 3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data .......................................... 57 3.7 Etika Penelitian ............................................................................ 59 BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1 Usia Lansia yang Mengalami Hipertensi ..................................... 61 4.2 Pendidikan Lansia yang Mengalami Hipertensi .......................... 62 4.3 Tingkat
Pengetahuan
Lansia
yang
Mengalami
Hipertensi
.................. .................................................................................... 62 4.4 Kepatuhan
Diet
Hipertensi
pada
Lansia
yang
Mengalami
Hipertensi...................................................................................... 63 4.5 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi.............................................
viii
63
4.6 Pengujian Statistik Nonparametrik dengan Lambda.................
64
BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Tingkat Pengetahuan Lansia yang Mengalami Hipertensi........... 65 5.2 Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi.................................................................................... 66 5.3
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi........................................... 68
BAB VI. PENUTUP 6.1 Kesimpulan.................................................................................. 71 6.2 Saran............................................................................................ 71 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ...........................................................................
6
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi ....................................................................... 25 Tabel 2.2 Jenis-Jenis Makanan Hipertensi ....................................................... 42 Tabel 2.3 Makanan yang Dianjurkan untuk Hipertensi………. ...................... 43 Tabel 2.4 Makanan yang tidak Diianjurkan untuk Hipertensi ......................... 43 Tabel3.1
Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran ................... 48
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Lansia yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surkarta ............................................ 61 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Lansia yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta……………………… ...................................................... 62 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Lansia yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta ........... 62 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Lansia yang Mengalami Hipertensi terhadap Diet Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta .......................................................................................... 63 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi ...................... 63 Tabel 4.6 Pengujian Statistik Nonparametrik dengan Lambda ........................ 64
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Teori ........................................................................... 44
Gambar 2.2
Kerangka Konsep ....................................................................... 45
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Keterangan
1
F01 Usulan Topik Penelitian
2
F02 Pengajuan Judul Skripsi
3
F04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
4
F07 Pengajuan Ijin Penelitian
5
Jadwal Penelittian
6
Surat Studi Pendahuluan
7
Surat Ijin Penelitian
8
Surat Keterangan Balasan Penelitian
9
Lembar Permohonan Menjadi Responden
10
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
11
Kuesioner Pengetahuan tentang Hipertensi (Validitas)
12
Kuesioner
tentang
Kepatuhan
Diet
Hipertensi
(Validitas) 13
Kuesioner
Pengetahuan
tentang
Hipertensi
(Penelitian) 14
Kuesioner
tentang
Kepatuhan
Diet
Hipertensi
(Penelitian) 15
Data Pengujian Validitas Pengetahuan
16
Hasil
Pengujian
Pengetahuan
xii
Validitas
dan
Reliabilitas
17
Data Pengujian Validitas Kepatuhan
18
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Kepatuhan
19
Data Penelitian Pengetahuan
20
Data Penelitian Kepatuhan
21
Resume Data Penelitian
22
Hasil Penelitian
xiii
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA 2014
Devita Indra Kusumastuti The Correlation between Knowledge and Hypertension Diet Obedience in the Elderly with Hypertension at Dharma Bakti Kasih Nursing Home of Surakarta ABSTRACT Hypertension is a condition in which one’s blood pressure is above 120/80 mmHg. Diet is one of the ways to lower the hypertension in the elderly. However, many of them sometimes do not obey their hypertension diet due to their own lack of knowledge. The objective of this research is to investigate the correlation between knowledge and hypertension diet obedience in the elderly with hypertension at Dharma Bakti Kasih Nursing Home of Surakarta. This research used the descriptive correlational approach with the cross sectional design to 35 hypertension respondents. The samples of research were taken by using the total sampling technique. The results of research show that the number of the elderly with good knowledge and with hypertension diet obedience is 19 (54.30%); that of the elderly with good knowledge but without hypertension diet obedience is 11 (31.40%); that if the elderly with fair knowledge and with hypertension diet obedience is 0 (0.00%); and that of the elderly with fair knowledge but without hypertension diet obedience is 5 (14.30%). In addition, the data analyzed with lambda shows that the value of correlation is 0.238, and the value of p is smaller than that of alpha, meaning that there is a correlation between knowledge and hypertension diet obedience in the elderly with hypertension. Based on the results of research, a conclusion is drawn that there is a correlation between knowledge and hypertension diet obedience in the elderly with hypertension at Dharma Bakti Kasih Nursing Home of Surakarta. Keywords: Knowledge, hypertension, and hypertension diet References: 44 (2003-2013)
xiv
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014
DevitaIndraKusumastuti Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta Abstrak
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada di atas 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Diet merupakan salah satu cara untuk menurunkan hipertensi pada lansia. Tetapi terkadang lansia banyak yang tidak patuh terhadap diet hipertensi, hal tersebut dikarenakan pengetahuan yang kurang dari lansia itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi di PantiWredha Dharma BaktiKasih Surakarta. Desain penelitian yang digunakan yaitu descriptif corelational dengan pendekatan cross sectional pada 35 responden penderita hipertensi. Pengambilan sampel dilakukan dengantotal sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang berpengetahuan baik dan patuh terhadap diet hipertensi sebanyak 19 lansia (54,30%), lansia yang berpengetahuan baik dan tidak patuh terhadap diet hipertensi sebanyak 11 lansia (31,40%), lansia yang berpengetahuan cukup dan patuh terhadap diet hipertensi yaitu 0 (0,00%), dan lansia yang berpengetahuan cukup dan tidak patuh terhadap diet hipertensi sebanyak 5 lansia (14,30%). Analisis data menggunakan lambda dengan nilai korelasi sebesar 0.238 dan nilai p value < alpha yang artinya ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi di PantiWredha Dharma Bakti Kasih Surakarta. Kata Kunci:Pengetahuan, Hipertensi, Kepatuhan, Diet Hipertensi Daftar Pustaka : 44 (2003-2013)
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama dan terus menerus bisa memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo2009). Data Departemen Kesehatan Indonesia menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Sekitar 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke dan penyakit ini hampir diderita sekitar 25% penduduk dunia dewasa (Adrogue&Madias 2007).Sisanya mengakibatkan penyakit jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Data Rikesdas (2007) menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia (Yoga 2009). Fenomena inidisebabkan karena perubahan gaya hidup masyarakat secara global, seperti semakin mudahnya mendapatkan makanan siap saji membuat konsumsi sayuran segar dan serat berkurang, kemudian konsumsi
1
2
garam, lemak, gula,dan kalori yang terus meningkat sehingga berperan besar dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi (Agrina 2011). Lansia (lanjut usia) adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Statistik Indonesia 2010). Lansia merupakan usia yang beresiko tinggi terhadap penyakitpenyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, diabetes mellitus, gout (reumatik), dan kanker. Salah satu penyakit yang diderita oleh lansia yaitu hipertensi. Pada populasi usia lanjut, angka penyandang tekanan darah tinggi lebih banyak lagi, dialami oleh lebih dari separuh populasi orang berusia di atas 60 tahun dengan tekanan darah di atas 140 atau 90 mmHg. Prevalensi hipertensi diprediksi meningkat pada tahun 2025, diperkirakan penderita tekanan darah tinggi hampir mencapai 1,6 miliar orang di dunia (Palmer 2007). Pada lansia akan meningkat yaitu sekitar 1,2 miliar jiwa (Bandiyah 2009). Hal ini merupakan faktor resiko dari penyakit kardiovaskuler dan bertanggung jawab terhadap kebanyakan kematian di dunia (Adrogue & Madias 2007). WHO – Community Study of the Elderly Central Java menemukan bahwa hipertensi dan kardiovaskuler disease merupakan penyakit kedua terbanyak yang diderita lansia setelah atritis yaitu sebesar 15,2% dari 1203 sampel. Sekitar 60% dari semua kematian premature diakibatkan karena pasien menderita hipertensi ringan (Fisher & Gordon 2005). Menkokesra tahun 2008, mengatakan jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18% dan di Pulau Jawa dan Bali sebanyak 7% (Megarani 2007). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007,jumlah lansia di Jawa Tengah sekitar 6,86%.
3
Pengetahuan merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini, mencakup berbagai metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman (Notoatmodjo 2003). Direntang umur lansia yang semakin menua kemungkinan intelegensi dan kemampuan penerimaan atau mengingat akan mengalami penurunan. Abu Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dengan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Agoes. dkk 2013). Hasil penelitian Domas (2010), yang berjudul “ pengaruh pendidikan tentang hipertensi terhadap perubahan pengetahaun dan sikap lansia di Desa Makamhaji Kartasura Sukoharjo “ menyatakan bahwa terdapat pengaruh pendidikan tentang hipertensi terhadap perubahan pengetahuan dan sikap lansia di Desa Makamhaji Kartasura Sukoharjo. Dalam penelitian tersebut ada perubahan sikap setelah diberikan pendidikan tentang hipertensi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pemberian informasi dari petugas kesehatan yang bisa meningkatkan pengetahuan lansia itu sendiri sehingga lansia tersebut bisa merubah sikapnya dalam menjalankan diet hipertensi. Hasil penelitian Agrina (2006), yang berjudul “ kepatuhan lansia penderita hipertensi dalam pemenuhan diet hipertensi “ menyatakan bahwa pada umumnya responden tidak patuh untuk melakukan diet hipertensi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan atau sikap penderita hipertensi itu sendiri. Pengetahuan yang
4
kurang dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh oleh penderita, baik dari petugas kesehatan maupun media cetak atau elektronik. Faktor sikap negatif yang sering muncul dikarenakan kejenuhan serta tidak terbiasanya penderita hipertensi untuk menjalankan diet hipertensi, yang disebabkan oleh budaya responden itu sendiri yang sudah melekat sejak lahir sehingga sulit untuk dihilangkan. Diet merupakan salah satu cara untuk menurunkan hipertensi pada lansia. Faktor makanan (kepatuhan diet) merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pada penderita hipertensi. Penderita hipertensi sebaiknya patuh menjalankan diet hipertensi agar dapat mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut. Penderita hipertensi harus tetap menjalankan diet hipertensi setiap hari dengan ada atau tidaknya sakit dan gejala yang timbul. Hal ini dimaksudkan agar keadaan tekanan darah penderita hipertensi tetap stabil sehingga dapat terhindar dari penyakit hipertensi dan komplikasinya (Agrina 2011). Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 November 2013 di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta, menunjukkan bahwa dari 52 lansia yang berada dipanti tersebut ada 35 lansia yang mengalami hipertensi. Dari wawancara yang dilakukan kepada petugas panti, banyak lansia yang tidak patuh terhadap diet hipertensi. Mereka lebih suka makan asin. Terkadang mereka juga suka meminta garam di dapur. Petugas panti juga mengatakan pengetahuan lansia dipanti tersebut tentang hipertensi sudah banyak yang tahu tetapi hanya sekilas saja, mereka cenderung acuh tak acuh terhadap penyakitnya dan menganggapnya tidak berbahaya.
5
Latar belakang di atas mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta “. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, yaitu : Adakah Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet HipertensiPada Lansia yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengidentifikasi Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta. 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan lansia yang mengalami hipertensi. 2) Mengidentifikasi kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi. 3) Mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
6
1.4.2 Bagi Perawat Memberikan informasi tentang penyakit hipertensi, terutama tentang pengetahuan dan kepatuhan diet hipertensi. 1.4.2 Bagi Lansia 1) Membantu lansia untuk meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi. 2) Membantu lansia dalam meningkatkan kepatuhan diet hipertensi. 1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian diharapkan memperkaya literatur ilmu keperawatan dan mampu dijadikan referensi penelitian selanjutnya tentang hipertensi.
1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Peneltian NamaPeneliti Domas Fitria Widyasari & Anika Candrasari
Dr. dr. Achidiat Agoes, Sp.S. Ns. Dian Susmarini, S.Kep.,M.N. Yosi Dwi Saputro
Judul Penelitian Pengaruh Pendidikan tentang Hipertensi terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Lansia di Desa Makamhaji Kartasura Sukoharjo. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Faktor Resiko Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi Pada
Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan eksperimentaldengan rancangan one group pre – test post – test.
Hasil Penelitian Terdapat pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan & sikap lansia tentang hipertensi di Desa Makamhaji masingmasing dengan nilai p=0,000.
Metode penelitian ini menggunakan cross sectional design.
Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang faktor resiko hipertensi dengan kejadian hipertensi pada lansia di Dinoyo RW II Malang.
7
Lansia di Dinoyo RW II Malang. Mega Tri Pengaruh Susanti, Pendidikan Maria, dan Kesehatan Shobirun tentang Hipertensi terhadap Pengetahuan dan Sikap Mengelola Hipertensi di Puskesmas Pandanarang Semarang. Agrina, Kepatuhan Sunarti Lansia Swastika Rini, Penderita Riyan Hipertensi Hairitama dalam Pemenuhan Diet Hipertensi.
Metode penelitian ini menggunakan Quasy experimental design pretest – posttest yaitu menggambarkan perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap mengelola hipertensi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif sederhana dengan menggunakan pendekatan cross sectional.
Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan tentang hipertensi terhadap pengetahuan dan sikap mengelola hipertensi di Puskesmas Pandanarang Semarang.
Tidak terdapat kepatuhan lansia penderita hipertensi dalam pemenuhan diet hipertensi karena hal tersebut dikarenakan oleh faktor pengetahuan dan sikap penderita hipertensi itu sendiri. Pengetahuan yang kurang dikarenakan oleh kurangnya informasi dari petugas kesehatan maupun media cetak dan elektronik serta budaya responden itu sendiri yang sudah melekat sejak lahir dan sangat sulit untuk dihilangkan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tinjauan Teori 2.1.1. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo
(dikutip
dalam
Wawan&Dewi
2011)
menyatakan pengetahuan adalah hasil “tahu“ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain penting untuk menentukan tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan. Rogers (dikutip dalam Notoatmodjo 2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang tersebut menghadapi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu : a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest(merasa tertarik), dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus.
8
9
c. Evaluation (menimbang-nimbang), dimana individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru. e. Adaption, dimana individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian dari perilaku baru atau adaptasi perilaku melalui proses seperti itu, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Pada perilaku itu sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendidikan, budaya, perilaku, usia, dan sumber informasi (Notoatmodjo 2003). 2. Tingkat Pengetahuan Notoatmodjo
(dikutip
dalam
Wawan&Dewi
2011)
menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif mencakup 6tingkatan, yaitu :
10
a. Tahu (Know) Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya atau pengetahuan mengingat kembali terhadap apa yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, dan menyatakan. b. Memahami (Comprehention) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah memahami suatu objek atau materi, orang tersebut dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang telah dipelajari. c. Aplikasi (Application) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. d. Analisis (Analysis) Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu samalain. e. Sintesis (Syntesis)
11
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu
berdasarkan
materi
suatu
atau
kriteria
objek. yang
Penilaian-penilaian
ditentukan
sendiri
itu atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Faktor Internal 1) Pendidikan Pendidikan
berarti
bimbingan
yang
diberikan
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
dan
mengisi
kehidupan
untuk
mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga
dapat
meningkatkan
kualitas
hidup.Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi (Nursalam dikutip dalam Wawan & Dewi 2011). 2) Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untukmenunjangkehidupannya dan kehidupan
12
keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih
banyak
mengupayakan
mencari
nafkah
yang
membosankan, berulang,danbanyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Nursalam dikutip dalam Wawan & Dewi 2011). 3) Umur Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun (Nursalam 2008). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Hal ini sebagai pengalaman dan kematangan jiwa (Wawan& Dewi 2011). b.
Faktor Eksternal 1) Faktor Lingkungan Ann
Mariner
(dikutip
dalam
Wawan&Dewi
2011)menyatakan bahwa lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 2) Sosial Budaya
13
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan&Dewi 2011). 4. Cara Memperoleh Pengetahuan Cara
memperoleh
pengetahuan
yaitu
sebagai
berikut
(Notoatmojo2003) : a. Cara Kuno untuk Memperoleh Pengetahuan 1) Cara coba salah (Trial and Error) Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya peradaban padawaktu itu. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan ini berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahliagama, dan pemegang pemerintah. Pengetahuan dapat diperoleh berdasarkan otoritas, baik tradisi otoritas pemerintahan, agama, maupun
ahli
pengetahuan.
Dimana
prinsip
ini
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa menguji
dahulu
dan
membuktikan
kebenarannya
berdasarkan fakta empiris atau penalaran sendiri.
14
3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang
diperoleh
dalam
memecahkan
permasalahan yang dihadapi di masa lalu. b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan Cara
ini
disebut
metode
penelitian
ilmiah
atau
metodelogi penelitian.Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561–1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang lebih dikenal dengan penelitian ilmiah. 5. Kriteria Tingkat Pengetahuan Arikunto (dikutip dalam Wawan & Dewi 2011) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu : a. Baik : hasil persentase 76%-100% b. Cukup : hasil persentase 56%-75% c. Kurang : hasil persentase>56%
15
2.1.2. Lansia 1. Pengertian Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia apabila usianya 65 tahun ke atas (Setianto 2004). Lansia bukan suatu penyakit, namun tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Pudjiastuti 2003). Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Hawari 2001). Usia lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan keperawatan baik yang bersifat preventif maupun promotif agar mereka dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia (Maryam. dkk 2008). Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi Anna Keliat dikutip dalam Maryam. dkk 2008). Usia lanjut adalah suatu kejadian yang akan dialami oleh semua orang yang tidak bisa dihindari oleh siapapun. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “ beranjak jauh “ dari periode
16
terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurlockdikutip dalam Murwani& Wiwin 2010). Usia tua tidak hanya dilihat dari perhitungan kronologis atau berdasarkan kalender saja, tetapi juga menurut kondisi kesehatan seseorang dan berdasarkan ciri daya pikirnya (Nugroho 2000). 2. Batasan Usia Lanjut Birren dan Jenner (dikutip dala Murwani & Wiwin 2010)membedakan usia menjadi tiga yaitu : a. Usia biologis Diartikan sebagai jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup dan tidak pernah mati. b. Usia psikologis Diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya. c. Usia sosial Diartikan sebagai peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi: a. Usia pertengahan (middle age),yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun. b. Usia lanjut (elderly), yaitu kelompok usia antara 60-74 tahun. c. Usia tua (old), yaitu kelompok usia antara 75-90 tahun.
17
d. Usia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia di atas 90 tahun. Setyonegoro
(dikutip
dalam
Effendi
&
Makhfudli),
membedakan usia lanjut ada tiga yaitu : a. Usia dewasa muda, yaitu usia antara 18-25 tahun. b. Usia dewasa penuh, yaitu usia antara 25-60 tahun. c. Lanjut usia, yaitu lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old), dan lebih dari 80 tahun (very old). Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Dalam menuju usia lanjut dilewati dua fase, yaitu : fase inventus merupakan fasedimana lansia menginjak usia antara 25-40 tahun dan fase virilitas merupakan fase dimana lansia menginjak usia 4055 tahun. Dan pada akhir fase virilitas inilah biasanya disebut fase pertama usia lanjut. Dalam konsep Raus, masa tersebut disebut dengan fase presenium, antara 55 tahun hingga 65 tahun dan fase selanjutnya yaitu fase senium, mulai umur 65 tahun hingga tutup usia (Nugroho dikutip dalam Murwani & Wiwin 2010). 3. Klasifikasi lansia Klasifikasi lansia dibagi menjadi lima ( Maryam. dkk 2008 ) yaitu : a. Pralansia (prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
18
b. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. c. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. d. Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan / kegiatan yang dapat menghasilkan barang/ jasa. e. Lansia tidak potensial Lansia yang sudah tidak bisa mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada orang lain. 4. Karakteristik lansia Menurut Budi Anna Keliat (dikutp dalam Maryam. dkk 2008)menyatakan bahwa lansia memiliki beberapa macam karakteristik antara lain : a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan . b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif. c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
19
d. Tipe lansia Beberapa tipe pada
lansia bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Effendi& Makhfudli 2009). Tipe lansia dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Tipe arif bijaksana Lansia tersebut bisa menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, dan menjadi panutan. b.
Tipe mandiri Lansia tersebut bisa mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, dan dapat bergaul dengan teman.
c. Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut. d. Tipe pasrah Lansia tersebut hanya menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.
20
e. Tipe bingung Lansia
tersebut
biasanya
suka
kaget,
kehilangan
kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh. e. Tugas perkembangan lansia Kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembangnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitarnya, maka pada usia lanjut akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga, bercocok tanam. Adapun tugas perkembangan lansia yaitu (Maryam. dkk 2008) : a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun. b. Mempersiapkan diri untuk pensiun. c. Membentuk hubungan yang baik dengan orang seusianya. d. Mempersiapkan kehidupan baru. e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial / masyarakat secara santai. f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.
21
2.1.3 Hipertensi 1. Pengertian Tekanan darah adalah sejumlah tenaga yang dibutuhkan untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Sepanjang hari, tekanan darah akan berubah-ubah tergantung dari aktivitas tubuh. Latihan yang berat dan stres cenderung meningkatkan tekanan darah. Sementara itu, dalam keadaan berbaring atau istirahat, tekanan darah akan turun kembali. Hal itu merupakan peristiwa yang normal.Jika tekanan darah seseorang meningkat dengan tajam dan kemudian tetap tinggi, orang tersebut dapat dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi atau hipertensi (Bangun 2002). Penyakit hipertensi juga disebut “ the silent disease “ karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar (Gunawan 2004). Perkembangan hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi secara potensial sangat berbahaya karena tekanan darah di atas normal
bisa
mengakibatkan
peningkatan
angka
kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Dalimartha 2008). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal dalam jangka waktu yang lama.Indikatornya adalah bila diperiksa
dengan
sphygmomanometer,
angka
tekanan
darah
menunjukkan di atas 140/80 mmHg. Angka 140 menunjukkan angka sistolik, artinya tekanan terhadap dinding arteri setiap waktu jantung
22
berkontraksi dan angka 80 menunjukkan angka diastolik, artinya tekanan di dalam arteri sewaktu jantung relaksasi (Putri 2009). Hipertensi atau tekanan darah tinggi berarti ada tekanan yang tinggi di dalam pembuluh darah arteri.Arteri merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari jantung menuju ke seluruh jaringan dan organ tubuh.Jadi darah tinggi bukanlah tekanan emosi yang berlebihan meskipun kondisi ini bisa memicu kenaikan tekanan darah.Dengan menggunakan alat yang bernama tensimeter, bisa diketahui seberapa tinggi atau rendahnya tekanan darah.Jika tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg sudah bisa dikatakan hipertensi (Sutono 2008). Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan bahkan menurun drastis. Berdasarkan statistik China, jenis penyakit yang paling sering diderita lansia yaitu hipertensi (Soenanto 2009). Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistolik tanpa disertai peningkatan tekanan diastolik lebih sering pada lansia, sedangkan hipertensi dengan peningkatan tekanan darah diastolik tanpa disertai peningkatan tekanan darah sistolik lebih sering terdapat pada usia dewasa muda (Tambayong 2000).
23
2. Penyebab hipertensi Beberapa penyebab yang membuat tekanan darah diatas 140/90 mmHg adalah (Sutono 2008) : a. Gaya hidup modern Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup masa kini menyebabkan stress berkepanjangan. Kondisi ini memicu berbagai penyakit seperti sakit kepala, sulit tidur, maag, jantung, dan hipertensi.Gaya hidup modern cenderung membuat berkurangnya aktivitas fisik (olahraga), konsumsi alkohol tinggi, minum kopi, dan merokok.Semua perilaku tersebut merupakan pemicu naiknya tekanan darah. b. Pola makan tidak sehat Tubuh
membutuhkan
natrium
untuk
menjaga
keseimbangan cairan dan mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya berlebihan, tekanan darah akan meningkat akibat adanya retensi cairan dan bertambahnya volume darah. Kelebihan natrium diakibatkan dari kebiasaan menyantap makanan instan yang telah menggantikan bahan makanan segar. Gaya hidup serba cepat menuntut segala sesuatunya serba instan, termasuk konsumsi makanan. Padahal makanan instan cenderung menggunakan zat pengawet seperti natrium benzoate dan penyedap rasa seperti monosodium glutamat (MSG). Jenis makanan yang mengandung zat tersebut, apabila dikonsumsi
24
secara terus menerus akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena adanya natrium yang berlebihan di dalam tubuh. c.
Obesitas Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya bisa membuangnya melalui air seni. Tetapi proses ini bisa terhambat, karena kurang minum air putih, berat badan berlebihan, kurang gerak atau ada keturunan hipertensi maupun diabetes. Berat badan
yang
berlebih
membuat
aktivitas
fisik
menjadi
berkurang.Akibatnya, jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah. 3. Gejala hipertensi Pada umumnya gejala hipertensi antara lain (Dalimartha 2008) : a. Pusing b. Mudah marah c. Telinga berdenging d. Mimisan (jarang) e. Sukar tidur f. Sesak napas g. Rasaberat di tengkuk h. Mudah lelah i. Mata berkunang-kunang
25
4.
Jenis hipertensi Menurut Julianti (2009) menyatakan bahwa hipertensi digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu : a. Hipertensi primer atau esensial Merupakan
hipertensi
yang
belum
diketahui
penyebabnya.Dari sejumlah penderita hipertensi secara umum, 90% termasuk di dalam golongan ini. Faktor pemicu terjadinya hipertensi primer adalah karena faktor bertambahnya usia, stres psikologis
yang
berkepanjangan,
keturunan
(hereditas),
gangguan pada fungsi jantung dan pembuluh darah sehingga dapat memicu peningkatan tekanan darah. Umumnya penderita hipertensi jenis ini tidak merasakan gejala apapun. b. Hipertensi sekunder Merupakan hipertensi yang sudah diketahui penyebabnya. Dari total jumlah penderita hipertensi, 10% dari golongan hipertensi sekunder. Penyebab hipertensi sekunder yaitu gangguan pada endokrin (adrenal, tiroid, hipofisis, dan paratirod), penyakit ginjal, kelainan hormonal, obat oral kontrasepsi. 5. Klasifikasi hipertensi Menurut JNC VII menyatakan bahwa klasifikasi hipertensi dibagi menjadi beberapa macam yaitu :
26
Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi Kategori Normal Prehipertensi Hipertensi Derajat 1 Derajat 2
Sistolik (mmHg) <120 120-139
Diastolik (mmHg) <80 80-89
140-159 ≥160
90-93 ≥100
Menurut WHO (World Health Organization), klasifikasi tekanan darah tinggi sebagai berikut : a. Tekanan darah normal, yakni sistolik ≤ 140 mmHg dan diastolik ≤ 90 mmHg. b. Tekanan darah perbatasan, yakni sistolik 141–149 mmHg dan dastolik 91–94 mmHg. c. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 95 mmHg (Bangun 2002). 6.
Komplikasi hipertensi Tekanan darah yang menetap pada kisaran angka tinggi membawa resiko berbahaya.Biasanya, muncul berbagai komplikasi. Berikut ini komplikasi hipertensi yang dapat terjadi (Julianti 2009) : a. Kerusakan dan gangguan pada otak Tekanan
yang tinggi
pada
pembuluh
darah
otak
mengakibatkan pembuluh darah sulit meregang sehingga aliran darah ke otak berkurang dan menyebabkan otak kekurangan oksigen. Pembuluh darah di otak sangat sensitif sehingga apabila terjadi kerusakan atau gangguan di otak akan
27
menimbulkan perdarahan yang dikarenakan oleh pecahnya pembuluh darah. b.
Gangguan dan kerusakan mata Tekanan darah tinggi melemahkan bahkan merusak pembuluh darah di belakang mata.Gejalanya yaitu pandangan kabur dan berbayang.
c. Gangguan dan kerusakan jantung Akibat tekanan darah yang tinggi, jantung harus memompa darah dengan tenaga yang ekstra keras.Otot jantung semakin menebal dan lemah sehingga kehabisan energi untuk memompa
lagi.Gejalanya
yaitu
pembengkakan
pada
pergelangan kaki, peningkatan berat badan, dan napas yang tersengal-sengal. d.
Gangguan dan kerusakan ginjal Ginjal
berfungsi
untuk
menyaring
darah
serta
mengeluarkan air dan zat sisa yang tidak diperlukan tubuh. Ketika tekanan darah terlalu tinggi, pembuluh darah di ginjal akan rusak dan ginjal tidak mampu lagi untuk menyaring darah dan mengeluarkan zat sisa. Umumnya, gejala kerusakan ginjal tidak tampak. Namun, jika dibiarkan terus menerus akan menimbulkan komplikasi yang lebih serius.
28
7. Faktor risiko hipertensi Ada 2 (dua) macam faktor risiko terjadinya hipertensi yaitu faktor risiko yang bisa dikendalikan dan faktor risiko yang tidak bisa diubah. Beberapa macam faktor risiko yang tidak bisa diubah yaitu (Sutono 2008) : a. Ras Suku yang berkulit hitam beresiko lebih tinggi terkena hipertensi. Di Amerika, penderita hipertensi berkulit hitam 40% lebih banyak dibandingkan penderita berkulit putih. b. Usia Hipertensi bisa terjadi pada semua usia. Tetapi semakin bertambah usia seseorang, resiko terserang hipertensi semakin meningkat. Hal ini terjadi akibat perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon. c. Riwayat keluarga Hipertensi merupakan penyakit keturunan.Anak yang salahsatu orang tuanya menderita hipertensi, memiliki resiko 25% menderita hipertensi juga.Jika kedua orang tuanya menderita hipertensi, 60% keturunannya menderita hipertensi. d. Jenis kelamin Hipertensi banyak ditemukan pada laki-laki dewasa muda dan paruh baya.Sebaliknya, hipertensi sering terjadi pada sebagian
29
besar wanita setelah berusia 55 tahun atau setelah mengalami menopause. Faktor risiko yang bisa dikendalikan antara lain (Sutono 2008) : a. Kegemukan Ada beberapa sebab mengapa kelebihan berat badan bisa memicu hipertensi.Masa tubuh yang besar membutuhkan lebih banyak darah untuk menyediakan oksigen dan makanan ke jaringan tubuh.Artinya, darah yang mengalir dalam pembuluh darah semakin banyak sehingga dinding arteri mendapatkan tekanan lebih besar. Tidak hanya itu, kelebihan berat badan membuat frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah meningkat. Kondisi ini menyebabkan tubuh menahan natrium dan air. b. Kurangnya aktivitas fisik Jika seseorang kurang gerak, frekuensi denyut jantung menjadi lebih tinggi sehingga memaksa jantung bekerja lebih keras setiap kontraksi. c. Merokok Zat-zat
kimia
tembakau,
seperti
nikotin
dan
karbonmonoksida dari asap rokok, membuat jantung bekerja lebih
keras
untuk
memompa
peningkatan tekanan darah.
darah
dan
menyebabkan
30
d. Sensitivitas natrium Beberapa orang lebih sensitif terhadap natrium. Tubuh mereka akan menahan natrium di dalam tubuh sehingga terjadi retensi
air
dan
peningkatan
tekanan
darah.
Usia
pun
mempengaruhi kemampuan tubuh menahan natrium. Semakin tua umur seseorang, tubuhnya semakin sensitif terhadap natrium. e. Kalium rendah Kalium membantu tubuh menjaga keseimbangan jumlah natrium di dalam cairan sel. Apabila tubuh kekurangan kalium, natrium yang berlebihan di dalam tubuh tidak bisa dikeluarkan sehingga resiko hipertensi meningkat. f. Konsumsi minuman beralkohol berlebihan Sekitar
5–20%
kasus
hipertensi
disebabkan
oleh
alkohol.Hubungan alkohol dan hipertensi memang belum jelas.Tetapi penelitian menyebutkan, resiko hipertensi meningkat dua kali lipat jika mengonsumsi alkohol tiga gelas atau lebih. g. Stres Tekanan darah bisa sangat tinggi ketika stress datang, tetapi sifatnya hanya sementara. Stress juga bisa memicu seseorang berperilaku buruk yang bisa meningkatkan resiko hipertensi.
31
8. Pencegahan Tidak semua penderita tekanan darah tinggi memerlukan obat. Apabila hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui gaya hidup sehari-hari. Hal- hal yang perlu dilakukan bagi penderita hipertensi sebagai tindakan pencegahan adalah (Wijayakusuma 2008) : a. Diet rendah lemak. Kurangi atau hindari makanan gorengan, daging yang banyak lemak, susu full cream, telur. b. Diet rendah garam. Batasi pemakaian garam dan makanan yang diasinkan seperti cumi asin, ikan asin, telur asin, kecap asin. c. Hindari memakan daging kambing, buah durian, atau minumminuman yang beralkohol. d. Lakukan olahraga secara teratur dan terkontrol. Olahraga yang cocok berupa aktivitas aerobik, seperti jalan kaki, lari, naik sepeda, dan berenang. e. Berhenti merokok f. Berhenti minum kopi g. Menurunkan berat bedan bagi penderita hipertensi yang mengalami obesitas h. Menghindari stress dengan gaya hidup yang lebih santai i. Mengobati
penyakit
penyerta,
hipertiroid, dan kolesterol tinggi.
seperti
diabetes
mellitus,
32
2.1.4 Kepatuhan 1. Pengertian Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan (Notoatmojo 2003).Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan. 2. Jenis Kepatuhan a. Kepatuhan penuh (total compliance) Dimana pada kondisi ini penderita hipertensi patuh secara sungguh-sungguh terhadap diet. b. Penderita yang tidak patuh (non compliance) Dimana pada keadaan ini penderita tidak melakukan diet terhadap hipertensi. 3. Faktor-faktor yang mendukung kepatuhan Beberapa faktor yang mendukung sikap patuh (Notoatmojo 2003) : a. Pendidikan Merupakan suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan kepribadian
atau
proses
perubahan
perilaku
menuju
kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia dengan jalan membina dan mengembangkan potensi kepribadiannya, yang berupa rohani (cipta, rasa, dan karsa) dan jasmani. Domain pendidikan dapat diukur dari:
33
1) Pengetahuan
terhadap
pendidikan
yang
diberikan
(knowledge). 2) Sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude). 3) Praktek atau tindakan sehubungan dengan materi yang diberikan. b. Akomodasi Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan.Pasien yang mandiri
harus
dilibatkan
secara
aktif
dalam
program
pengobatan. c. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman sangat penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu
memahami
kepatuhan
terhadap
program
pengobatan. d. Perubahan model terapi Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan (Notoatmojo, 2003) yaitu :
34
a. Pemahaman tentang instruksi Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika dirinya salah paham tentang instruksi yang diberikan.Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam memberikan informasi, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus diingat oleh penderita. Kesalahpahaman ini juga dapat terjadi pada lanjut usia penderita hipertensi. Instruksi dokter untuk melakukan diet rendah garam ini disalahartikan oleh lanjut
usia
penderita
hipertensi
dengan
tidak
boleh
menambahkan garam pada makanan. b. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang pendidikan tersebut diperoleh secara mandiri lewat tahapan-tahapan tertentu. Semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur-umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika berusia belasan tahun, dengan demikian dapat disimpulkan faktor umur akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan
seseorang
yang
akan
mengalami
puncaknya pada umur-umur tertentu dan akan menurun kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu seiring dengan usia semakin lanjut. Lanjut usia sebagai kelompok usia yang telah lanjut dan mengalami kemunduran daya ingat,
35
sehingga terkadang lansia tidak dapat mencerna kepatuhan tentang diet hipertensi, namun hanya berkeinginan untuk menuruti keinginannya yaitu makan dengan rasa yang diinginkannya. c. Kesakitan dan pengobatan Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis (karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas), saran mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama, pengobatan yang kompleks, pengobatan dengan efek samping. d. Keyakinan, sikap, dan kepribadian Kepribadian antara orang yang patuh dan orang yang gagal berbeda.Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas, sangat tidak memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lemah, memiliki kehidupan sosial yang lebih rendah, dan memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. e. Dukungan keluarga Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta menentukan program pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan kepada anggota keluarga yang sakit. Seseorang yang tidak mendapatkan
36
pendampingan dari orang lain, mengalami isolasi sosial, akan berpengaruh terhadap kepatuhan. f. Tingkat ekonomi Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk memnuhi segala kebutuhan hidup, akan tetapi adakalanya seseorang yang sudah pensiun dan tidak bekerja biasanya ada sumber keuangan lain yang bisa digunakan untuk membiayai semua program pengobatan dan perawatan sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah ke bawah akan mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat ekonomi menengah ke atas terkadang mengalami ketidakpatuhan. g. Dukungan sosial Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan. 2.1.5 Diet Hipertensi 1. Pengertian Diet adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek samping yang serius, karena metode pengendaliannya yang alami. Hanya saja banyak orang yang menganggap diet hipertensi sebagai
sesuatu
yang
merepotkan
dan
tidak
menyenangkan.Banyak makanan kesukaan bisa masuk daftar
37
makanan yang harus dihindari, misalnya garam penyedap, popcorn asin, keju, dan keripik kentang (Utami 2009). Tujuan dari penatalaksanaan diet yaitu membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darh menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor resiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat dalam darah (Soenardi 2005). 2. Tujuan Tujuan dari diet hipertensi (Ramayulis 2008) yaitu: a. Mengurangi asupan garam Mengurangi garam sering juga diimbangi dengan lebih banyak mengonsumsi kalsium, magnesium, dan kalium.Diet garam untuk kasus tertentu dapat menurunkan tekanan darah secara nyata.Idealnya cukup menggunakan sekitar satu sendok teh atau sekitar 5 gram per hari. b. Memperbanyak serat Mengonsumsi lebih banyak sayur yang mengandung banyak serat akan memperlancar buang air besar dan menahan sebagian asupan natrium. Sebaiknya penderita hipertensi menghindari makanan kalengan dan makanan siap saji dari restoran, yang dikhawatirkan mengandung banyak pengawet dan kurang serat.
38
c. Menghentikan kebiasaan buruk Menghentikan rokok, kopi dan alkohol dapat menguragi beban jantung, sehingga jantung dapat bekerja dengan baik.Rokok dapat meningkatkan resiko kerusakan pembuluh darah dengan mengendapkan kolesterol pada pembuluh darah jantung
koroner,
sehingga
jantung
bekerja
lebih
keras.Sedangkan alkohol dapat memacu tekanan darah.Selain itu, kopi dapat memacu detakjantung. d. Perbanyak asupan kalium Penelitian menunjukkan dengan mengkonsumsi 3500 mg kalium
dapat
membantu
mengatasi
kelebihan
natrium.Makanan yang banyak mengandung kalium misalnya pisang, sari jeruk, jagung, dan brokoli. e. Penuhi kebutuhan magnesium Penelitian menunjukkan bahwa asupan magnesium yang tinggi
yaitu
menurut
RDA
(Recommended
Dietary
Allowance) adalah sekitar 3500 mg dapat mengurangi tekanan darah pada seseorang yang mengalami hipertensi. Sumber makanan yang banyak mengandung magnesium misalnya kacang tanah, bayam, kacang polong dan makanan laut.
39
f. Lengkapi kebutuhan kalsium Kandungan kalsium yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu 800 mg yang setara dengan 3 susu dapat mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit hipertensi. Makanan yang banyak mengandung kalsium misalnya keju rendah lemak dan ikan salmon. g. Manfaat sayuran dan bumbu dapur Sayuran dan bumbu dapur yang bermanfaat untuk pengontrol tekanan darah seperti tomat, wortel, seledri, bawang putih dan kunyit. 3. Prinsip Diet Hipertensi Prinsip diet pada penderita hipertensi yaitu (Utami 2009) : a. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang. b. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita. c. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet. 4. Jenis Diet Hipertensi Secara garis besar, ada empat macam diet untuk menanggulangi atau mempertahankan keadaan tekanan darah yaitu (Ramayulis 2008) :
40
a. Diet rendah garam Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi.Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah, mencegah edema dan penyakit jantung (lemah jantung).Adapun yang disebut rendah garam bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi mengkonsumsi makanan rendah sodium atau natrium (Na).Oleh karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet rendah garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup zat–zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium. Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder,MSG(Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium benzoat (biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly), makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang mengandung natrium (obat sakit kepala). Bagi penderita hipertensi, biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. b. Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu : kolestrol, trigeserida, dan pospolipid. Tubuh memperoleh kolesterol dari makanan sehari–hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari
41
pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25–50% dari setiap makanan. c. Diet tinggi serat Diet tinggi serat ini sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri dari dua jenis yaitu serat kasar dimana banyak terdapat pada sayuran dan buah–buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat, seperti kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolesterol maupun asam empedu dan selanjutnya akan dibuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi. d. Diet rendah kalori Diet ini dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan.Kelebihan berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang yang berusia 40 tahun ke atas akan mudah terkena hipertensi. 5. Jenis makanan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan untuk penderita hipertensi
42
Ada beberapa macam makanan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan untuk penderita hipertensi yaitu (Soenardi 2005) : Tabel 2.2 Jenis-Jenis Makanan Hipertensi Sumber Bahan Makanan Protein nabati
Lemak
Sayuran
Makanan yang diperbolehkan
Makanan yang tidak diperbolehkan Tahu, tempe, kacang Keju, kacang hijau, kacang kedelai, asin, tauco, kacang tolo, kacang tahu asin tanah, kacang kapri, dan kacang lain yang segar Santan encer, minyak Mentega, mentega tanpa garam margarine, lemak hewan Semua sayuran segar Sayuran yang diawetkan dan sayuran dalam kaleng
Ada beberapa makanan yang dianjurkan dan makanan yang tidak dianjurkan untuk hipertensi menurut DASH : Tabel 2.3 Makanan yang dianjurkan untuk hipertensi Zat Gizi Kalium
Kalsium Magnesium
Serat Protein Lainnya
Bahan Makanan Kentang, bayam, kol, brokoli, tomat, wortel, pisang, jeruk, anggur, mangga, melon, stroberi, semangka, nanas, susu, dan yogurt. Tempe, tahu, sarden, bandeng presto, ikan teri, kacangkacangan, susu, yogurt, dan keju rendah lemak. Beras (terutama beras merah), kentang, tomat, wortel, sayuran bewarna hijau tua, jeruk, lemon, ikan, seafood, dan daging ayam tanpa kulit. Beras merah, roti, whole, wheat, oats, kacang-kacangan, sayuran, kentang, tomat, apel, jeruk, dan belimbing. Tempe, tahu, kacang-kacangan, ikan, daging ayam tanpa kulit, susu, yogurt, dan keju rendah lemak. Bawang putih, seledri, lalapan hijau.
43
Tabel 2.4 Makanan yang tidak dianjurkan untuk hipertensi Zat Gizi Natrium
Gula Lemak jenuh
Kolesterol Lainnya
Bahan Makanan Garam meja, ikan asin, telur asin, kecap, terasi, petis, tauco, MSG, soda kue/baking powder, pengawet makanan yang mengandung benzoate, dan pemanis buatan yang mengandung natrium siklamat. Sirup, cake, soft drink, dan permen. Gajuh, daging berlemak, mentega, margarin, santan kental, gulai, gorengan dari minyak bekas, makanan yang digoreng berulang kali, dan makanan yang digoreng dengan suhu tinggi (berlemak trans). Otak, kuning telur, jeroan, gajih, dan daging berlemak. Kopi, soda, minuman beralkohol.
2.2 Kerangka Teori
Pengetahuan lansia penderita hipertensi
1. 2. 3. 4. 5.
Pendidikan Pekerjaan Umur Lingkungan Sosial budaya
Patuh terhadap diet hipertensi
Kepatuhan Tidak Patuh terhadap diet hipertensi 1. Pemahaman tentang instruksi 2. Tingkat Pendidikan 3. Kesakitan dan pengobatan 4. Keyakinan, sikap dan kepribadian 5. Dukungan keluarga 6. Tingkat ekonomi 7. Dukungan sosial
Gambar 2.1. Kerangka teori (Notoatmojo 2003)
44
2.3 Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep – konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penenlitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo 2005). Variabel independen
Variabel dependen
Pengetahuan
Kepatuhan
1. Pemahaman tentang instruksi 2. Tingkat Pendidikan 3. Kesakitan dan pengobatan 4. Keyakinan, sikap dan kepribadian 5. Dukungan keluarga 6. Tingkat ekonomi 7. Dukungan sosial
Gambar 2.2. Kerangka konsep
Keterangan :variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti
45
2.4 Hipotesis Hipotesis di dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmojo 2005). Ho : tidak ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta. H1 : ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta.
BAB III METODOLOGI
3.1 Jenis danRancangan Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan descriptif corelational yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui jenis tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahantambahan, atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional yaitu penelitian observasional analitik yang dilakukan dan diamati dalam satu waktu (Nasehudin & Nanang 2012). 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1
Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia penderita hipertensi dengan kriteria inklusi yang berada di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta sebanyak 35 lansia.
3.2.2
Sampel Sampel yaitu hanya meneliti sebagian dari populasi (Arikunto, 2010). Sampel pada penelitian ini yaitu diambil dari seluruh lansia yang berada di panti tersebut yang menderita penyakit hipertensi yaitu sebanyak 35 lansia. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan total sampling yaitu teknik penentuan sampel
46
47
dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono 2009). Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu : 1. Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam 2008). Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu : a. Lansia yang berusia 60 tahun ke atas (laki-laki dan perempuan). b. Lansia yang menderita hipertensi. c. Lansia yang mengkonsumsi obat hipertensi.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat Tempat/lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus berlangsung (Notoatmojo 2003). Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta. 3.3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari-Juni 2014.
48
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran 3.4.1 Variabel Penelitian Variabel dalam peneltian ini dikategorikan menjadi dua yaitu (Sugiyono 2013) : 1. Variabel bebas (independen) Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pengetahuan tentang hipertensi. 2. Variabel terikat (dependen) Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kepatuhan diet hipertensi. 3.4.2 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat 2007). Definisi operasional dan skala pengukuran dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
49
Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran Nama Variabel Pengetahuan lansia tentang hipertensi
Kepatuhan lansia terhadap diet hipertensi
Pengertian
Indikator
Alat Ukur
Skala
Merupakan 1.Kategori baik yaitu Kuesioner A Ordinal hasil tahu menjawab benar (kuesioner seseorang dengan rentang pengetahuan setelah melihat tentang hipertensi) nilai 33-50 sesuatu objek 2.Kategori 25 sedang berisi tertentu dengan yaitu menjawab pertanyaan dengan panca benar dengan penjelasan tentang inderanya, dari rentang nilai 17-32 pengertian, yang tidak tahu 3.Kategori tanda kurang penyebab, menjadi tahu gejala, yaitu menjawab dan dan dari yang benar dengan komplikasi, tidak dapat pencegahan, dan rentang nilai <16 menjadi dapat diet serta responden menjawab benar dan salah Merupakan 1. Kategori patuh Kuesioner B Nominal suatu perubahan yaitu menjawab (kuesioner perilaku dari ya dengan kepatuhan tentang yang semula hipertensi) rentang nilai 11- diet tidak menaati berisi 20 20 peraturan 2. Kategori tidak pertanyaan dengan menjadi patuh yaitu menjawab sangat menaati menjawab tidak sering,sering,kadan peraturan dengan rentang g-kadang,tidak pernah nilai 1 – 10
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1 Alat Penelitian Alat penelitian yang digunakan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang dia ketahui (Arikunto, 2010)
50
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dimana sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto, 2010). 1. Kuesioner A (Kuesioner Pengetahuan tentang Hipertensi). Kuesioner
ini
berisi
25
pertanyaan
dengan
penjelasan
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, pencegahan, dan diet. Kuesioner ini menjelaskan tiga kategori yaitu baik, cukup, kurang. Dikatakan baik apabila responden bisa menjawab pertanyaan 33–50 atau 76–100%. Dikatakan cukup apabila responden bisa menjawab pertanyaan 17-32 atau 56– 75%. Dikatakan kurang apabila responden bisa menjawab < 16 atau < 56% (Wawan & Dewi 2011). 2. Kuesioner B (Kuesioner tentang Kepatuhan Diet Hipertensi) Kuesioner ini berisi 22 pertanyaan dengan jawaban sangat sering, sering, kadang-kadang, tidak pernah. Apabila responden bisa menjawab 1–10 dari pertanyaan bisa dikategorikan tidak patuh dan apabila responden bisa menjawab 11–20 bisa dikategorikan patuh. 3. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen (Arikunto 2010). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya
51
hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus product moment : ൌ
Ǥ Σ െ ΣǤ Σ ʹ
ʹ
ටቄΣʹ െ ሺΣሻ ቅ ቄΣʹ െ ሺΣሻ ቅ
Keterangan : N
: Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment x
: Skor pertanyaan
y
: Skor total
xy
: Skor pertanyaan dikalikan skor total
Instrument dikatakan valid jika nilai rhitung>rtabel (0,05) (Hidayat 2007). Validitas dalam penelitian ini dilakukan di dua Panti yang berbeda yaitu di Panti Aisiyah Surakarta dengan mengambil 10 orang responden yang menderita hipertensi pada tanggal 16 April 2014 dan di Panti Griya Sehat Bahagia dengan mengambil 20 responden yang menderita hipertensi pada tanggal 22 Mei 2014. Hasil
analisis
uji
coba
validitas
butir
pertanyaan
pengetahuan diperoleh kesimpulan bahwa dari 30 butir pertanyaan yang diujicobakan, ada 25 pertanyaan yang valid dan 5 butir pertanyaan yang tidak valid yaitu 12, 17, 18, 23, dan 28. Ke-5 pertanyaan tersebut tidak valid karena nilai r hitungnya
52
lebih kecil dari nilai r tabelnya yaitu 0.361. Ke 25 pertanyaan yang valid tersebut digunakan untuk pertanyaan penelitian . Hasil analisis uji coba validitas butir pertanyaan kepatuhan diperoleh kesimpulan bahwa dari 30 butir pertanyaan yang diujicobakan, ada 20 pertanyaan yang valid dan 10 butir pertanyaan yang tidak valid yaitu 1, 2, 10, 16, 19, 21, 22, 24, 25, dan 26. Ke-10 pertanyaan tersebut tidak valid karena nilai r hitungnya lebih kecil dari nilai r tabelnya yaitu 0.361. Ke 20 pertanyaan yang valid tersebut digunakan untuk pertanyaan penelitian . 4. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan yang dapat diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu
yang berlainan
(Nursalam 2008).
Penelitian ini
menggunakan uji reliabilitas dengan rumus alpha cronbach: Σσʹ ͳ െ ʹ ൩ ͳͳ ൌ ቈ െͳ σ Keterangan : r11
= Reliabilitas Instrument
k
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Σσଶ = Jumlah varian butir σʹ
= Varians total
53
Hasil uji instrumen didapatkan nilai alpha cronbach 's> rkriteria (0,60) Hasil uji reliabilitas angket pengetahuan yang dihitung dengan rumus
koefisen alpha cronbach dihasilkan nilai r-hitung =
0.891. Suatu angket dikatakan reliabel jika nilai r-hitung>rtabel. Hasil perhitungan reliabilitas menunjukkan bahwa nilai rhitung = 0.891>0.6. Berdasarkan kriteria diatas maka dapat disimpulkan angket pertanyaan dinyatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas angket kepatuhan yang dihitung dengan rumus
koefisenalpha cronbach dihasilkan nilai r-hitung =
0.905. Suatu angket dikatakan reliabel jika nilai r-hitung>rtabel. Hasil perhitungan reliabilitas menunjukkan bahwa nilai rhitung = 0.905> 0.6. Berdasarkan kriteria diatas maka dapat disimpulkan angket pertanyaan dinyatakan reliabel. 3.5.2 Cara Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini yaitu : 1. Data Primer Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari responden penelitian (Riwidikdo 2006). Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner tentang pengetahuan hipertensi dan kepatuhan diet hipertensi yang diisi oleh lansia di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta.
54
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh orang lain dan tidak dipersiapkan untuk kegiatan penelitian, tetapi dapat digunakan untuk tujuan penelitian (Riwidikdo 2006). Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari data lansia yang mengalami hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta. 3. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi bebrapa tahap yaitu : a. Tahap Orientasi Tahap
Orientasi
meliputi
:pengajuan
surat
studi
pendahuluan ke bagian STIKES Kusuma Husada Surakarta. Tahap pertama, peneliti mempersiapkan beberapa materi dan konsep yang mendukung penelitian yang akan diteliti dengan membaca atau mencari beberapa literatur, misalnya dari jurnal maupun buku. Tahap kedua, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui seberapa pengetahuan lansia tentang hipertensi dengan kepatuhan diet hipertensi di panti tersebut. Tahap ketiga, peneliti mengkonsultasikan ke pembimbing I dan pembimbing II, menyusun proposal dan membuat judul yang sebelumnya sudah dikonsul
55
Tahap keempat, peneliti melakukan revisi proposal yang sebelumnya sudah di konsultasikan ke pembimbing I dan pembimbing II. Tahap kelima, peneliti mengajukan permohonan ijin dengan surat studi pendahuluan dari kampus yang kemudian diserahkan ke bagian koordinator Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta. b. Tahap Pelaksanaan Tahap pertama, peneliti menentukan objek penelitian yaitu mengambil populasi dari seluruh lansia yang berada di Panti tersebut yaitu sebanyak 52 lansia. Tahap kedua, peneliti mengambil sampel dari sebagian populasi yang sudah ditentukan yaitu sebanyak 30 lansia. Tahap ketiga, peneliti melakukan pengambilan data dengan menyebar kuesioner ke lansia yang mengukur tentang pengetahuan
dan
kepatuhan.
Kemudian
peneliti
mendampingi lansia untuk mengisi kuesioner tersebut sampai selesai. Tahap keempat, peneliti membuat laporan hasil penelitian. c. Tahap Akhir Pengumpulan hasil laporan penelitian
56
3.6 Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data 3.6.1
Pengolahan data meliputi : Setelah data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah pengolahan data. Beberapa cara pengolahan data yaitu (Arikunto 2006) : 1. Editing atau mengedit data, kegiatan untuk melakukan pengecekan kuesioner apakah jawaban yang di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten. 2.
Coding atau menkode data merupakan memberikan skor atau nilai pada setiap item jawaban. Data yang terkumpul biasanya berupa angka, kata , atau kalimat.
3. Entridata merupakan memasukkan data ke dalam computer untuk dilakukan analisis data dengan program SPSS. 4. Cleaning (pembersihan data), merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita mengentri komputer. 5. Tabulasi merupakan penyajian data dalam bentuk tabel sehingga memudahkan para pembaca memahami laporan penelitian dan merupakan tahap akhir dari proses pengolahan data. 3.6.2
Analisa Data Analisa
data
dilakukan
untuk
mengelompokkan
data
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap
57
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono 2013). Pada penelitian ini menggunakan sistem komputer yaitu SPSS dalam penghitungannya. Adapun analisa data dalam penelitian ini yaitu : 1. Analisa univariat Analisa
univariat
adalah
analisis
yang
menggambarkan
karakteristik setiap variabel. Analisa univariat akan tersaji dalam bentuk distribusi frekuensi (Widyasari&Anika 2010). Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi tingkat pengetahuan, kepatuhan diet hipertensi, usia, dan tingkat pendidikan. 2. Analisa Bivariat Analisa
bivariat
adalah
analisis
yang
dilakukan
untuk
mengetahui keterkaitan dua variabel (Widyasari&Anika 2010). Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi diuji dengan lambda. Lambda digunakan untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel nominal – nominal atau nominal – ordinal (Dahlan 2005).
ାିሺାሻ
Rumus dari lambda yaitu: =ڊ
Keterangan :
ڊ: koefisien korelasi lambda
fb : frekuensi terbesar pada baris
ଶିሺାሻ
58
fk : frekuensi terbesar pada kolom Fb : frekuensi marginal terbesar pada baris Fk : frekuensi marginal terbesar pada kolom n
: jumlah data
Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut: a. Jika nilai
p value ≥ 0.05
maka tidak ada hubungan
pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi. b. Jika nilai p value < 0.05 maka ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi. 3.7 Etika Penelitian Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika penelitian menurut Hidayat (2007), meliputi : 1. Informed Consent (lembar persetujuan) Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subjek penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta manfaat dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan, lembar persetujuan diberikan kepada subjek penelitian. Jika subjek penelitian bersedia
diteliti
maka
mereka
harus
menandatangani
lembar
persetujuan, namun jika subjek penelitian menolak untuk diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Peneliti juga tidak
59
memaksa subjek penelitian untuk menjadi responden apabila tidak mau untuk diteliti. 2. Anonimity (tanpa nama) untuk
menjaga
kerahasiaan
subjek
penelitian,
peneliti
tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan inisial dan member nomor pada masing-masing lembar tersebut. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subjek penelitian dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian. 4. Benefience (manfaat) a. Bebas dari penderitaan Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada subjek, khususnya jika mengguanakan tindakan khusus. b. Bebas dari eksploitasi Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subyek dalam bentuk apapun.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan tanggal 19 April 2014 di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta selama 5 hari.Data yang diperoleh selama penelitian, lansia memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian adalah 35 orang responden. Responden diminta menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti. Karakter responden meliputi usia, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan kepatuhan. A. Analisis Univariat 4.1 Karakteristik Responden 4.1.1 Usia Lansia yang Mengalami Hipertensi Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi UsiaLansia yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta (n=35) Umur lansia (tahun) 60-74 75-90 Total
Frekuensi 23 12 35
Persentase(%) 65,7 34,3 100
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa 23 lansia (65,7%) memiliki umur 60-74 tahun, 12 lansia (34,3%) memiliki umur 75 - 90 tahun
60
61
4.1.2 Pendidikan Lansia yang Mengalami Hiperrtensi Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Lansia yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta (n=35) Pendidikan terakhir SD SMP SMA S1 Total
Frekuensi 4 13 17 1 35
Persentase(%) 11,4 37,1 48,6 2,9 100
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa 4 lansia (11,4%) berpendidikan SD, 13 lansia (37,1%) berpendidikan SMP, 17 lansia (48,6%) berpendidikan SMA, dan 1 lansia (2,9%) berpendidikan S1. 4.1.3 Tingkat Pengetahuan Lansia yang Mengalami Hipertensi Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Lansia yang Mengalami Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta (n=35) Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi 30 5 0 35
Persentase(%) 85,7 14,3 0 100
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa 30 lansia (85,7%) memiliki pengetahuan baik, 5 lansia (14,3%) memiliki pengetahuan cukup, dan tidak ada lansia yang memiliki pengetahuan kurang.
62
4.1.4 Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Lansia yang Mengalami Hipertensi terhadap Diet Hipertensi di Panti Wredha Dharma Bakti Kasih Surakarta (n=35) Kepatuhan Patuh Tidak patuh Total
Frekuensi 19 16 35
Persentase(%) 54,3 45,7 100
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa 19 lansia (54,3%) patuh dalam diet hipertensi dan 16 lansia (45,7%) tidak patuh dalam diet hipertensi. B. Analisis Bivariat 4.5 Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi (n=35) Kepatuhan Pengetahuan Baik Cukup Total
Patuh 19 (54.30%) 0 (0.00%) 19 (54.30%)
Tidak patuh 11 (31.40%) 5 (14.30%) 16 (45.70%)
Total 30 (85.70%) 51 (4.30%) 35 (100.00%)
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa lansia yang berpengetahuan baik dan patuh terhadap diet hipertensi sebanyak 19 lansia (54,30%), lansia yang berpengetahuan baik dan tidak patuh terhadap diet hipertensi
sebanyak
11
lansia
(31,40%),
lansia
yang
63
berpengetahuan cukup dan patuh terhadap diet hipertensi sebanyak 0 (0,00%), dan lansia yang berpengetahuan cukup dan tidak patuh terhadap diet hipertensi sebanyak 5 lansia (14,30%). 4.2 Pengujian Statistik Nonparametrik dengan Lambda Tabel 4.6 Pengujian Statistik Nonparametrik dengan Lambda
0.238
Asymp. Approx. Approx. Std. Tb Sig. Errora 0.067 2.415 0.016
0
0
.c
.c
0.313
0.116
2.415
0.016
Value Symmetric pengetahuan Lambda Dependent kepatuhan Dependent
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil uji statistik menggunakan lambda diperoleh nilai korelasi sebesar 0.238 dengan nilai p value sebesar 0.016. Nilai p value
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengetahuan Lansia yang Mengalami Hipertensi Hasil penelitian diperoleh bahwa 30 lansia (85,7%) memiliki pengetahuan baik, 5 lansia (14,3%) memiliki pengetahuan cukup, dan tidak ada
lansia
memiliki
pengetahuan
kurang.
Sebagian
besar
lansia
berpengetahuan baik. Notoatmojo (dikutip dalam Wawan & Dewi 2011) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pada hasil penelitian diperoleh bahwa 30 lansia berpengetahuan baik, mereka sebagian besar mengetahui tentang pengertian hipertensi, peyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, komplikasi hipertensi, pencegahan hipertensi, dan diet hipertensi. Hal ini terjadi dikarenakan sebagian besar dari responden mempunyai usia 60-74 tahun (65,7%) sehingga semakin tua umur seseorang semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya terutama terpaparnya informasi dari pendidikan informal dari petugas kesehatan mengenai penyakitnya. Hal ini terjadi juga dikarenakan sebagian besar dari responden mempunyai tingkat pendidikan yang cukup yaitu SMA (48,6%)sehingga akses untuk memperoleh informasi atau memahami suatu informasi lebih mudah dan informasi didapatkan dari petugas kesehatan (Agoes. dkk 2013).
64
65
Nugroho (2000) menyatakan bahwa pengetahuan responden yang baik kemungkinan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya pengalaman, serta sarana informasi. Pengetahuan tidak hanya didapat secara formal melainkan juga melalui pengalaman. Selain itu pengetahuan juga didapat melalui sarana informasi yang tersedia di rumah, seperti radio dan televisi. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga sehingga penggunaan pancaindra terhadap suatu informasi sangat penting. Hasil
penelitian
diperoleh
bahwa
lansia
sebagian
besar
berpengetahuan baik, di Panti tersebut yang memberikan sarana informasi kepada lansia yaitu pihak panti itu sendiri sehingga sebagian besar responden sudah mengerti tentang penyakit hipertensi dan diet hipertensi. Dalam penelitian ini salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah pengetahuan, oleh sebab itu dengan pengetahuan yang baik, maka kepatuhan responden dalam menjalankan diet hipertensi juga baik, responden lebih patuh dalam menjalankan diet hipertensi.
5.2 Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi Hasil penelitian diperoleh bahwa 19 lansia (54,3%) patuh terhadap diet hipertensi, 16 lansia (45,7%) tidak patuh terhadap diet hipertensi. Sebagian besar lansia patuh terhadap diet hipertensi. Sarafino (2003), mendefinisikan kepatuhan (ketaatan) sebagai tingkat penderita dalam melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter
66
atau orang lain. Kepatuhan juga dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan. Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa tingkat kepatuhan responden yang ada di Panti tersebut sebagian besar patuh dalam menjalankan diet hipertensi, menurut Pranoto (2007) menyatakan bahwa patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan bahwa responden patuh dalam menjalankan diet hipertensi, mereka selalu membatasi makanan yang berupa asin-asinan bahkan menjauhinya. Mardiyati (2009) menyatakan bahwa perilaku berkaitan dengan kebiasaan yang dapat menghasilkan sesuatu yang bersifat positif maupun negatif.
Sehingga
mempengaruhi
penderita
hipertensi
untuk
berperilaku/bertindak patuh tidaknya terhadap diet hipertensi. Niven (2008) menyatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan. Semakin tinggi pengetahuan, maka seseorang akan patuh dalam menjalankan diet hipertensi, sedangkan semakin rendah pengetahuan, maka seseorang cenderung tidak patuh dalam menjalankan diet hipertensi. Dengan demikian, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmojo 2012).
67
5.3 Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Pada Lansia yang Mengalami Hipertensi Hasil penelitian menunjukkan, berdasarkan uji lambda dari 35 responden dengan tingkat kepercayaan 95%/α 0,05 diperoleh p value 0.016 dan tingkat keeratan 0.238. Nilai p value < α, maka H0 ditolak artinya ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi, dengan keeratan hubungan 23,8%. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan responden, semakin patuh terhadap diet hipertensi. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pernyataan dari Niven (2008) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan yaitu pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain penting untuk menentukan tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan (Wawan & Dewi 2011). Sesuai dengan penelitian bahwa responden memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, makanan apa yang seharusnya diperbolehkan dan tidak diperbolehkan untuk hipertensi, setelah mereka tahu mereka akan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman tersebut untuk berperilaku positif untuk menjalankan diet hipertesi dengan baik.
68
Hasil penelitian diperoleh bahwa lansia yang berpengetahuan baik dan patuh terhadap diet hipertensi ada 19 lansia (54,30%), lansia yang berpengetahuan baik dan tidak patuh terhadap diet hipertensi ada 11 lansia (31,40%), lansia yang berpengetahuan cukup dan patuh terhadap diet hipertensi 0 (0,00%), dan lansia yang berpengetahuan cukup dan tidak patuh terhadap diet hipertensi ada 5 lansia (14,30%), terkait dengan hasil penelitian tersebut, maka dapat diketahui bahwa sebagian besar responden patuh dalam menjalankan diet hipertensi yang umumnya responden memiliki pengetahuan yang tinggi. Dalam penelitian ini salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah pengetahuan, oleh sebab itu dengan pengetahuan yang baik, maka kepatuhan responden dalam menjalankan diet hipertensi juga baik, responden lebih patuh dalam menjalankan diet hipertensi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehDiyah Ekarini
(2011)
yang berjudul “ Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Tingkat Kepatuhan Klien Hipertensi Dalam Menjalani Pengobatan di Puskesmas Gondangrejo Karanganyar. Hasil penelitian diperoleh ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan klien hipertensi dalam menjalani pengobatan. Pengetahuan dengan kepatuhan jika dihubungkan maka akan didapatkan adanya hubungan yang bersifat positif, artinya jika tingkat pengetahuan tinggi maka tingkat kepatuhan juga tinggi.Responden yang berpengetahuan tinggi berarti mampu mengetahui, mengerti, dan memahami
69
arti, manfaat, dan tujuan menjalani diet hipertensi secara teratur. Tingkat pengetahuan responden tidak hanya diperoleh secara formal, tetapi juga melalui pengalaman. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih abadi daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Notoatmojo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan yang baik akan mendorong seseorang untuk berperilaku yang tepat khususnya dalam pencegahan hipertensi dengan diet, dimana perilaku biasanya dipengaruhi oleh respon individu terhadap stimulus, tergantung bagaimana reaksi individu untuk merespon terhadap suatu stimulus yang ada pada suatu tindakan atau perilaku.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN 1. Sebagian besar lansia yang mengalami hipertensi memiliki pengetahuan tinggi yaitu sebesar 85,7%. 2. Lebih banyak lansia yang patuh dalam menjalankan diet hipertensi dibandingkan dengan lansia yang tidak patuh dalam menjalankan diet hipertensi yaitu 54,3%. 3. Ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia yang mengalami hipertensi dengan nilai p-value sebesar 0.016.
6.2 SARAN 1. Bagi Tenaga Kesehatan Pihak tenaga kesehatan sebaiknya memberikan informasi tentang kepatuhan diet hipertensi kepada lansia yang ada di Panti, sehingga pengetahuan lansia tentang hipertensi dapat meningkat. Dengan demikian, lansia dapat melakukan diet hipertensi. 2. Bagi Lansia Diharapkan dengan penelitian ini, dapat membantu lansia meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi sehingga lansia tersebut dapat melakukan diet hipertensi dengan baik.
70
71
3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai referensi untuk meningkatkan pengetahuan terhadap kepatuhan diet hipertensi terutama pada lansia dan dapat diterapkan dalam pembelajaran. 4. Bagi Peneliti Lain Peneliti menganjurkan peneliti lain untuk memberikan penyuluhan kesehatan sebelum melakukan penelitian karena di panti tersebut belum pernah diadakan penyuluhan kesehatan tentang hipertensi dan bisa menambah sampel responden yang lebih banyak lagi. Peneliti lain juga bisa memberikan metode kualitatif dengan wawancara langsung kepada responden/pihak panti.
DAFTAR PUSTAKA
Adrogue, HJ & Madias, Ne 2007, Sodium and Potassium in the Pathogenesis of Hypertention, NEJM, 356 : 1966-1978 Agoes, A dkk 2013, Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Faktor Resiko Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Dinoyo RW II Malang, diakses Juli 2013 Agrina, dkk 2011, Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi dalam Pemenuhan Diet Hipertensi, vol 6, hal 46-53 Arikunto 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta Arikunto2010, Prosedur Penelirian Suatu Pendekatan Praktek, (Edisi revisi 2010), RinekaCipta, Jakarta Bandiyah, Siti 2009, Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik, Nuha Medika, Yogyakarta Bangun 2003, Terapi Jus dan Ramuan Tradisional untuk Hipertensi, Agro Media Pustaka,Jakarta Dahlan, Sopiyudin 2005, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta Dalimartha, Setiawan 2008, Care You Self Hipertensi, Penebar Plus, Jakarta Effendi, F & Makhfudli 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktek dalamKeperawatan, Salemba Medika, Jakarta Ekarini,
Diyah 2011.Faktor-Faktor yang Berhubungandengan Tingkat KepatuhanKlienHipertensidalamMenjalaniPengobatan di PuskesmasGondangrejoKaranganyar, diakses selama tahun 2011
Fisher, NDL & Gordon, HW 2005, Hypertensive Vascular Disease dalam Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th edition, Me Graw-Hill Profesional, USA Gunawan, Lany 2004, Hipertensi Tekanan Darah Tinggi, Kanisius Media, Yogyakarta
Hawari, Dadang 2003, Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Hidayat, A 2007, Metode Penelitian dan Teknik Analisa Data, Salemba Medika, Jakarta Julianti, ED dkk 2009, Bebas Hipertensi dengan Terapi Jus, Puspa Sehat, Jakarta Mardiyati, Y 2009.Hubungan Tingkat PengetahuanPenderitaHipertensidenganSikapMenjalani Diet Hipertensi di PuskesmasNgawen 1 KabupatenGunungkidulProvinsi D.I.Y, UniversitasMuhamadiyah Surakarta Maryam, S dkk 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Salemba Medika, Jakarta Megarani, AM 2007, Pada 2025 Seperlima Penduduk Indonesia Lansia,www.Tempointeraktif.com, Diakses tanggal 20 Oktober 2009 Murwani, A & Wiwin, P 2010, Gerontik Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Home Care dan Komunitas, Fitramaya, Yogyakarta Nasehudin, TS & Nanang, G 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Pustaka Setia, Bandung Niven 2008, PsikologiKesehatan :PengantaruntukPerawatdanProfesional, EGC, Jakarta Notoatmojo, S 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta Notoatmojo, S 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta Notoatmojo, S2012.PromosiKesehatandanPerilakuKesehatan, PT. RinekaCipta, Jakarta Nugroho, W 2003, Keperawatan Gerontik, EGC, Jakarta Nursalam 2008, Konsep dan Penerapan Keperawatan, SalembaMedika, Jakarta
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Palmer, A & Williams, B 2007, Tekanan Darah Tinggi, (Yasmine, Penerjemah), Erlangga, Jakarta
Pranoto 2007, IlmuKebidanan :YayasanBinaPustakaSarwonoPrawirohardjo, Yogyakarta Pudjiastuti 2003, Fisioterapi Pada Lansia, EGC, Jakarta Purnomo, H 2009, Pencegahan dan Pengobatan Penyakit yang Paling Mematikan, BuanaPustaka, Yogyakarta Putri, A 2009, Tetap Sehat di Usia Lanjut, Genius Printika, Yogyakarta Ramayulis 2008, Menu dan Resep untuk Penderita Hipertensi, Penebar Plus, Jakarta Riwidiko, H 2006, Statistik Kesehatan, Mitra Cendekia Press Bunda, Yogyakarta Sarafino 2003.DukunganKeluarga, SalembaMedika, Jakarta Setianto, B 2004, Pengetahuan Pelayanan Fisik Lanjut Usia, EGC, Jakarta Soenanto, Hardi 2009, 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan Obesitas, ElexMedia Komputindo, Jakarta Soenardi, dkk 2005, Hidangan Sehat untuk Penderita Hipertensi, Gramedia Pustaka Utama,Jakarta Statistik, Indonesia 2010, http://www.datastatistik-indonesia.com, Diakses tanggal 2 Oktober 2009 Sugiyono 2013, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta, Bandung Sutono, Budi 2008, Menu Sehat Penakluk Hipertensi, De Media, Jakarta Tambayong, Jan 2003, Patofisiologi untuk Keperawatan, EGC, Jakarta Utami, Prapti 2009, Solusi Sehat Mengatasi Hipertensi, Agromedia Pustaka, Jakarta Wawan, A & Dewi, M 2011, Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia, Nuha Medika, Yogyakarta Widyasari, DF & Anika, C 2010, Pengaruh Pendidikan tentang Hipertensi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Lansia di Desa Makamhaji Kartasura Sukoharjo,Diakses tanggal 20 Februari 2010
Wijayakusuma 2008, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Darah Tinggi, Penebar Swadaya, Jakarta Yoga, T 2009, Hindari Hipertensi, Konsumsi Garam 1 Sendok Teh Perhari, Diakses pada Maret 2011, dari http://www.depkes.go.id