PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN HOSINSUL DENGAN KOMBNASI TANGKISAN DAN TENDANGAN TAEKWONDO DARI SERANGAN BERSENJATA Donna Novianto Kurniati Rahayuni Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang e-mail:
[email protected]
Abstract: The aimed of the research and development is to develope learning of Hosinsul (self-defense) with parry and Taekwondo kicks to assist them self from armed attacks. The design of this research use research and development design with procedural research model. The result of this research and development is development learning of Hosinsul with combination of parry and Taekwondo kicks from armed attacks is very valid and can use without revision. Keywords: learning, hosinsul, taekwondo Abstrak: Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah untuk mengembangkan pembelajaran Hosinsul (self-defense) dengan menggunakan kombinasi tangkisan dan tendangan Taekwondo untuk membela diri dari serangan bersenjata. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dan pengembangan dengan model penelitian prosedural. Hasil dari penelitian dan pengembangan ini adalah Pengembangan Pembelajaran Hosinsul dengan Kombinasi Tangkisan dan Tendangan Taekwondo dari Serangan Bersenjata ini sangat valid dan dapat digunakan tanpa revisi. Kata kunci: pembelajaran, hosinsul, taekwondo
Bela diri sudah dikenal dalam kehidupan sehari-hari, penggunaannya memiliki peranan dalam pertahanan diri dari ancaman serangan pihak-pihak yang bermaksud mencelakakan. Ancaman tersebut biasanya berhubungan dengan tindak kejahatan kriminalitas jalanan yang sewaktu-waktu bisa menyerang keselamatan kita baik dengan serangan yang menggunakan tangan kosong atau bahkan bersenjata. Ada banyak ilmu bela diri yang dapat dipelajari untuk membekali kemampuan pertahanan diri (self-defense) dan salah satunya yaitu bela diri Taekwondo. Taekwondo merupakan olahraga bela diri modern yang berakar pada bela diri tradisional Korea. Taekwondo memiliki arti yaitu seni atau cara mendisiplinkan diri atau seni bela diri menggunakan kaki dan tangan kosong (Suryadi, 2003:1). Bela diri ini memiliki ciri khas pada kemampuan tendangan (Chagi) sebagai serangan utama, namun
teknik lain seperti pukulan (Jireugi), tangkisan (Makki), tusukan (Chireugi), dan sabitan (Chigi) juga dipelajari. Dalam bela diri Taekwondo terdapat 4 aspek pokok latihan yaitu: Kyorugi (pertarungan), Poomsae (rangkaian jurus), Hosinsul (Self-defense), Kyupka (pemecahan). Taekwondo berkembang cukup pesat di dunia dalam naungan organisasi induk yaitu World Taekwondo Federation (WTF) berdiri pada tahun 1973 di Seoul, Korea Selatan, dan berdiri pula di Indonesia dalam naungan induk organisasi yaitu Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) berdiri pada 1984 yang berpusat di Jakarta. Taekwondo juga berkembang di kalangan masyarakat, di tingkat sekolah bahkan sampai di perguruan tinggi (universitas), salah satunya di Universitas Negeri Malang (UM). Taekwondo di Universitas Negeri Malang berkembang dalam sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang memfasilitasi mahasiswa
41
42 Jurnal Kepelatihan Olahraga, Vol 1 No 1 Oktober 2016
untuk beraktifitas di bidang yang diminatinya termasuk Taekwondo dan dikenal dengan nama Unit Kegiatan Mahasiswa Taekwondo Universitas Negeri Malang (UKM Taekwondo UM). Bela diri Taekwondo yang dipelajari di UKM Taekwondo UM dominan terfokus untuk mencetak olahragawan (atlet) dalam latihan yang diprogram untuk pertandingan (Kyorugi) atau sebagian peserta lainnya untuk sekedar mencari kegiatan, namun jarang mengajarkan aspek latihan Hosinsul (self-defense) yaitu tentang manfaat dan fungsi serta penggunaan kombinasi teknik yang dipelajari sebagai aspek olahraga bela diri untuk melindungi diri secara efektif dalam menghadapi ancaman yang berhubungan dengan kekerasan fisik, sementara tujuan dari Taekwondo sendiri selain menjadi bagian dari olahraga bela diri kompetisi juga sebagai olahraga bela diri untuk melindungi diri. Seperti yang dikemukakan (Lodder, 2012:88) bahwa sebagian besar orang menganggap Taekwondo menjadi seni bela diri dengan penekanaan pada pertarungan/ pertandingan, namun pemikiran seperti itu adalah kesalahpahaman, Taekwondo sejatinya adalah sebuah seni bela diri (pertahanan diri). Dalam bela diri Taekwondo aspek latihan yang mengajarkan tentang pertahanan diri dikenal dengan istilah Hosinsul. Penjelasan Hosinsul menurut (Lodder, 2012:6) Hosinsul hampir sama seperti Jiu Jitsu yang dikembangkan untuk menghadapi berbagai serangan jarak dekat. Teknik lain seperti kuncian, cengkraman, dan teknik bantingan juga digunakan, dan hampir pula menyerupai Hapkido, seni bela diri Korea lainnya. Hosinsul biasanya dipelajari dalam latihan untuk persiapan menjelang Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) Taekwondo, materi teknik dasarnya merupakan hal yang wajib dipelajari mulai sabuk kuning sampai sabuk merah dengan istilah Hanbiyon jireugi sampai sabuk hitam (DAN). Hasil observasi dan wawancara peneliti kepada pelatih di UKM
Taekwondo UM didapat permasalahan dasar yaitu peserta latihan merasa kurang percaya diri apabila dilakukan latihan tanding (Kyorugi) dan merasa takut serta muncul kebosanan, perlahan-lahan motivasi latihannya menurun kemudian mengundurkan diri. Dan juga dari hasil pengmatan dan analisis kebutuhan tentang aktivitas latihan di UKM Taekwodo UM kepada 20 peserta latihan yang hadir dan 1 orang pelatih, maka didapat hasil dari peserta latihan yaitu, peserta melakukan latihan reguler selama 3 kali seminggu. Peserta diajarkan 3 macam teknik yaitu tangkisan, pukulan, dan tendangan. Peserta paling sering melakukan latihan teknik tendangan selama latihan. Peserta menjalani 3 pola latihan selama seminggu yaitu kicking target, semi sparring dan Kyorugi. Peserta beberapa kali latihan kombinasi teknik yang sudah dipelajari dalam Taekwondo. Peserta menyatakan jarang sekali bahkan tidak pernah diajarkan latihan Hosinsul (self-defense). Sedangkan hasil analisis kebutuhan dari 1 orang pelatih yang hadir, yaitu UKM latihan rutin 3 kali seminggu, megajarkan 3 macam teknik (tangkisan, pukulan, dan tendangan) seminggu, mengajarkan 2 pola latihan semiggu kicking target dan semi sparring, pernah melihat semangat peserta latihan menurun dan merasa bosan, mengajarkan kombinasi teknik yang telah dipelajari, beberapa kali memberi materi self-defense, kemudian peserta dan pelatih UKM Taekwondo UM setuju diadakan pembelajaran keterampilan Hosinsul dengan kombinasi tangkisan dan tendangan Taekwondo dari serangan bersenjata. Dari permasalahan dan bentuk aktivitas latihan di UKM Taekwondo UM, peneliti mengadakan penelitian dan pengembangan yang berjudul “Pengembangan Pembelajaran Hosinsul dengan Kombinasi Tangkisan dan Tendangan Taekwondo dari Serangan Bersenjata”. Produk penelitian dan pengembangan ini diharapkan mampu memecahkan masalah terkait penguasaan aspek latihan Taekwondo tentang pertahanan diri dan variasi aktivitas
Novianto & Rahayuni, Pengembangan Pembelajaran Hosinsul 43
latihan serta produk penelitian dan pengembangan ini mampu menjadi solusi dan memberi manfaat kepada peserta latihan UKM TaekwondoUM dan bahkan masyarakat umum tentang keterampilan penggunaan teknik tangkisan dan tendangan Taekwondo untuk pertahanan diri dari serangan bersenjata. Produk pembelajaran Hosinsul ini mengacu pada pembelajaran gerak/motorik. Rahayubi (2014:208) menjelaskan tentang definisi pembelajaran motorik atau pembelajaran gerak bahwa “ Pembelajaran motorik adalah suatu proses belajar yang mengarah pada dimensi gerak. Dalam konteks ini, pembelajaran motorik diwujudkan melalui respons-respons muscular (otot) yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh yang spesifik untuk meningkatkan kualitas gerak tubuh”. Salah satu bagian dari pembelajaran gerak adalah penguasaan keterampilan gerak/motorik. Lutan (1988:95) menjelaskan “Keterampilan itu dapat juga dipahami sebagai indikator dari tingkat kemahiran atau peguasaan suatu hal yang memerlukan gerak tubuh. Penguasaan suatu keterampilan motorik merupakan sebuah proses dimana seseorang mengembangkan seperangkat respons ke dalam suatu pola gerak yang terkoordinasi, terorganisasi, dan terpadu”. Terdapat 3 tahapan dalam pembelajaran gerak/motorik untuk penguasaan keterampilan gerak yaitu: 1) tahap formasi rencana, 2) Tahap latihan, 3) Tahap otomatisasi. Teori tentang tahap formasi rencana dikemukakan oleh Rahayubi (2014:265) menjelaskan bahwa “Tahap formasi rencana merupakan tahap di mana seseorang sedang menerima rangsangan pada alat-alat reseptornya sebagai masukan bagi sistem memorinya”. Sedangkan teori dari tahap latihan dikemukakan oleh Rahayubi (2014:270) menjelaskan bahwa “Pada tahap ini, pola gerak yang telah terbentuk dalam sistem memori mencoba diekspresikan. Pengekspresian keterampilan gerak ini pada awalnya dilakukan dengan tingkat
koordinasi yang rendah, namun lama kelamaan seiring pengulangan dan proses yang dijalani, pelaksanaan tugas gerak yang dilakukan peserta didik atau pembelajaran semakin efektif”. Sedangkan Hamalik (2014:97) menjelaskan beberapa tahapan dalam latihan yaitu: 1) Repetition (ulangan). 2) Latihan otomatisasi (drill). 3) Review atau Reteaching. 4) Practice. 5) Review dan Practice. Dan yang terakhir adalah Tahap Otomatisasi, Lutan (1988:173) mengatakn bahwa “Pelaku telah mencapai rangkaian gerakan melalui latihan sungguh-sungguh, telah berkurang rentang kesalahan, telah menyempurnakan pola gerakan sementaranya, dan sekarang melakukan seluruh pola gerakan secara otomatis dengan hasil cukup memuaskan”. Untuk teknik tangkisan dan tendangan Taekwondo yang digunakan adalah teknik dasar dari tangkisan dan tendangan yang banyak digunakan saat latihan. Teknik tangkisan (Makki) yang digunakan ada 5, yaitu Tangkisan Atas (Eolgol Makki), Tangkisan Bawah (Arae Makki), Tangkisan Tengah (An Makki), Tangkisan dari Dalam ke Luar (Bakkat Palmok Momtong Bakkat Makki), Tangkisan dari Luar ke Tengah Dengan Bantalan Telapak Tangan (Batangson Momtong An Makki). Dan teknik tendangan Taekwondo yang digunakan ada 5 yaitu: Tendangan ke Atas (Ap Chagi), Tendangan Samping (Dolyo Chagi), Tendangan Mendorong (Yop Chagi), Tendangan ke Belakang dengan Memutar (Dwi Chagi), Tendangan Mengait Sambil Memutar (Dwihurigi). Gambaran rancangan produk pembelajaran Hosinsul ini berupa pembelajaran gerak keterampilan self defense (pertahanan diri) dengan penggunaan teknik tangkisan dan tendangan Taekwondo dari serangan bersenjata, komponen pembelajaran yang digunakan menggunakan komponen pembelajaran pada aspek pendidika. Beberapa spesifikasi dari produk pembelajaran gerak ini sebagai berikut: 1) Instruktur/pelatih oleh pelatih DAN Kukkiwon. 2) Peserta latihan UKM
44 Jurnal Kepelatihan Olahraga, Vol 1 No 1 Oktober 2016
Taekwondo UM (Taekwondoin) berperan sebagai peserta didik. 3) Kurikulum menggunakan Kurikulum latihan Taekwondo yang mengacu pada Kurikulum Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) Taekwondo. 4) Tujuan pembelajaran Hosinsul yang dikembangkan ini, yaitu: a) Memberikan wawasn (kognitif) tentang aspek latihan pertahanan diri dalam Taekwondo. b) Mengajarkan Keterampilan gerak (psikomotor) tentang aspek latihan Hosinsul (self-defense). 5) Materi pembelajaran Hosinsul ini, yaitu: Pembelajaran gerak berupa keterampilan Hosinsul (self-defense) dengan kombinasi tangkisan dan tendangan Taekwondo dari serangan bersenjata. b) Terdapat 9 keterampilan Hosinsul berdasarkan senjata yang digunakan untuk menyerang. c) Koordinasi gerakan bertahan dan menyerang menggunakan one-step berpasangan. 6) Alat yang digunakan dalam pembelajaran Hosinsul ini berupa 3 buah senjata sebagai alat untuk menyerang, yaitu: a) Stick pemukul berukuran 40 cm terbuat dari kayu. b) Toya berukuran 1,5 cm terbuat dari kayu atau bambu. c) Belati imitasi atau yang sudah diberi pengaman. 5) Metode yang digunakan, yaitu: a) Demonstrasi (peragaan oleh instruktur/pelatih sebagai contoh tentang gerak/keterampilan Hosinsul yang menjadi materi pembelajaran). b) Simulasi (peserta latihan berperan sebagai orang yang diserang dan sebagai penyerang yang menggunakan senjata). Dari segi keterampilan yang dikembangkan pada pembelajaran Hosinsul ini terdapat 9 keterampilan yaitu: 1) Hosinsul dari serangan stick pemukul dari samping. 2) Hosinsul dari serangan stick pemukul dari atas. 3) Hosinsul dari sodokan toya kea rah perut. 4) Hosinsul dari sodokan toya ke arah kepala. 5) Hosinsul dari serangan toya dari samping. 6) Hosinsul dari serangan belati ke perut. 7) Hosinsul dari serangan belati ke dada. 8) Hosinsul dari tebasan belati dari dalam ke luar. 9) Hosinsul dari serangan belati dari atas. Alur pembelajaran Hosinsul dengan
kombinasi tangkisan dan tendangan Taekwondo dari serangan bersenjata yang dikembangkan ini mengacu pada komponen pembelajaran dan tahap pembelajaran motorik/gerak, maka alur pembelajrannya disesuaikan dengan lingkup latihan Taekwondo, sebagai berikut: 1) Kurikulum yang dijadikan acuan adalah Kurikulum Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) Taekwondo; 2) Dari kurikulum tersebut Materi difokuskan pada Hosinsul dan tingkatan teknik tangkisan dan tendangan masing-masing sabuk (Geup); 3) kemudian ditentukan tujuan pembelajaran Hosinsul ini adalah untuk memberi wawasan dan keterampilan melindungi diri dari serangan bersenjata dengan kombinasi tangkisan dan tendangan Taekwondo; 4) Materi disampaikan oleh platih kepada peserta latihan atau Taekwondoin (peserta latihan) dengan metode simulasi dan demonstrasi dan media video dan buku panduan sebagai acuan materi; 5) Dalam melakukan materi Hosinsul dengan kombinasi tangkisan dan tendangan Taekwondo dari serangan bersenjata terdiri dari 3 tahapan pembelajaran keterampilan; 6) Tahap formasi rencana pengenalan awal bentuk keterampilan dan gerakannya serta tujuannya; 7) Setelah tahap formasi rencana selesai masuk ke tahap latihan untuk memperdalam dan mengasah keterampilan dengan practice (praktik), repetition (ulangan), dan latihan otomatisasi (drill); 8) Setelah melakukan tahap latihan gerakan keterampilan Hosinsul di praktikkan kembali pada tahap otomatisasi dengan gerakan yang sesuai; 9) Evaluasi berupa tes praktik untuk mengetahui tingkat kemampuan penguasaan keterampilan Hosinsul yang dipelajari. METODE Penelitian dan Pengembangan Pembelajaran Hosinsul dengan Kombinasi Tangkisan dan Tendangan Taekwondo dari Serangan Bersenjata ini menggunakan model penelitian prosedural dan langkah-langkahnya menggunakan 10 langkah milik Borg &
Novianto & Rahayuni, Pengembangan Pembelajaran Hosinsul 45
Gall (1983:775) dan secara garis besar 10 langkah tersebut adalah: 1) Research and information collectingincludes review of literature, classroom observation, and preparation of report of state of the art,(2) planning-includes defining skills, stating objectives determining course sequence, and small scale feasibility testing, (3)develop preliminary form of product-includes preparation of instructional materials, handbooks, and evaluation devices, (4) preliminary field testing-conducted in from 1 to 3 schools, using 6 to 12 subjects. Interview, observational, and questionnaire data collected and analyzed, (5) main product revisionrevision of product as suggested by the preliminary field test results, (6) main field testing-conducted in 5 to 15 school with 30 to 100 subject. Quantitative data on subject precourse and postcourse performance are collected. Result are evaluated with respect to course objectives and are compared with control group data, when appropriate, (7) operational product revision-revision of product as suggested by main fieldtest results, (8) operational field testingconducted in 10 to 30 schools involving to 40 to 200 subjects. Interview, observational dan questionnaire data collected and analyzed, (9) final product revision-revision of product as suggested by operational field-test results, (10) dissemination and implementationreport on product at professional meeting and in journal. Work with publisher who assumens comercial distribution. Monitor distribution to provide quality control. Secara garis besar langkah-langkah tersebut yaitu: Penelitian & pengumpulan informasi dalam melakukan analisis kebutuhan (need assesment) dengan cara mereview literatur, melakukan observasi kelas, melakukan studi pendahuluan, dll. (2) Perencanaan. Perencanaan pengembangan dilakukan dengan menentukan tujuan, membatasi ruang lingkup, dan mempersiapkan rencana uji coba dengan sekala tertentu. (3) Pengembangan produk. (4) Persiapan uji
coba kelompok kecil, 1-3 sekolah, menggunakan 6-12 subjek. (5) Revisi produl pertama berdasarkan uji coba lapangan. (6) Uji coba lapangan 5-10 sekolah menggunakan 30-100 subjek. (7) Revisi produk kedua berdasarkan uji hasil uji coba lapangan. (8) Uji coba lapangan menggunakan 40-200 subjek. (9) Revisi produk ketiga berdasarkan uji hasil uji coba lapangan. (10) Diseminasi dan implementasi. Namun Tidak semua langkah tersebut digunakan dan disesuaikan dengan kebutuhan peneliti hanya menggunakan 7 langkah saja (Ardhana, 2002:9), yaitu: (1) Penelitian dan pengumpulan informasi (need assesment) berupa observasi pengamatan lapangan, wawancara, dan studi literatur. (2) Perencanaan (menyusun rancangan produk yang akan dikembangkan). (3) Melakukan validasi produk kepada ahli Taekwondo, ahli media, dan ahli kepelatihan dan bela diri. (4) Kemudian melakukan revisi awal berdasarkan masukan para ahli untuk perbaikan sebelum uji coba kelompok kecil. (5) Uji coba kelompok kecil (dilakukan terhadap peserta latihan reguler UKM Taekwondo UM sejumlah 6 orang). (6) Revisi produk kedua setelah uji coba kelompok kecil. Uji coba kelompok besar (pengujian setelah dilakukan revisi uji coba kelompok kecil dengan jumlah 30 orang). (7) Revisi produk ketiga setelah uji coba kelompok besar dan penyempurnaan produk setelah itu jadilah produk akhir/produk utuh setelah menjalani beberapa kali uji coba dan revisi. Validasi ahli menggunakan 3 ahli di bidang yang berbeda-beda, 1 ahli Taekwondo (DAN 2 Kukkiwon) dengan instrumen kuesioner sebanyak 53 butir pertanyaan, 1 ahli kepelatihan dan bela diri dengan instrumen kuesioner sebanyak 43 butir, serta 1 ahli media dengan instrumen kuesioner sebanyak 53 butir. Subjek penelitian dari peserta latihan UKM Taekwondo UM, 6 orang peserta latihan sebagai subjek uji coba kelompok kecil dan 30 orang untuk subjek uji coba kelompok besar. Instrumen pengumpulan data uji coba
46 Jurnal Kepelatihan Olahraga, Vol 1 No 1 Oktober 2016
kelompok yang digunakan yaitu menggunakan angket/kuesioner dengan 35 butir pertanyaan, teknik analisis data menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif untuk mengetahui validitas produk. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data jenis kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari hasil penelitian awal terhadap peserta latihan reguler, validasi dan evaluasi ahli Taekwondo serta tinjauan dari ahli media, dan ahli bela diri serta kepelatihan di. Sedangkan jenis data yang bersifat kuantitatif diperoleh dari uji coba kelompok besar dan uji coba kelompok kecil. HASIL Rancangan produk awal setelah selesai dibuat kemudian diberikan kepada para ahli yaitu ahli Taekwondo, ahli kepelatihan dan bela diri, dan ahli media untuk dievaluasi sebelum digunakan untuk ujicoba kelompok besar maupun kecil. Data hasil evaluasi dari ahli Taekwondo berupa saran dan masukan untuk perbaikan produk awal. Secara garis besar, saran dari ahli Taekwondo yaitu, istilah teknik dalam Taekwondo harus sesuai dengan bentuk tekniknya, untuk gerakan kombinasi tangkisan dan tendangan dibuat lebih mudah agar pemula bisa menyesuaikan, dan gunakan teknik tangkisan dan tendangan dasar saja agar mudah dipelajari. Setelah mendapat masukan dari ahli Taekwondo maka ada beberapa perbaikan yang sudah dilakukan peneliti, yaitu: (1) Gerakan bertahan dan menyerang sudah disesuaikan dengan kemampuan peserta tingkat dasar atau pemula, (2) Nama istilah teknik Taekwondo sudah diperbaiki dan disesuaikan dengan praktik atau peragaan tekniknya, (3) Gerakan tangkisan dan tendangan dasar yang mudah dilakukan sudah digunakan untuk mempermudah proses dari menangkis kemudian menendang. Hasil analisis data dari validasi ahli Taekwondo sebagai berikut: 1)
komponen konsep Hosinsul didapat skor hasil 22 dari skor maksimal 24 dan prosentasenya 91,67% (sangat valid), 2) komponen kombinasi tangkisann dan tendangan Taekwondo didapat skor hasil 83 dari skor maksimal 108 dan prosentasenya 76,85% (cukup valid), 3) komponen alat latihan didapat skor hasil 33 dari skor maksimal 34 dan prosentasenya 91,67% (sangat valid), 4) komponen model latihan Hosinsul didapat skor hasil 39 dari skor maksimal 44 dan prosentasenya 88,64% (sangat valid). Dari pengolahan data keseluruhan dapat diperoleh prosentase sebesar 83,49% sehingga pembelajaran Hosinsul yang dikembangkan ini cukup valid dan dapat digunakan dengan revisi kecil. Selanjutnya rancangan produk awal dievaluasi oleh 1 ahli kepelatihan dan bela diri. Data hasil evaluasi dari ahli kepelatihan dan bela diri berupa saran dan masukan untuk perbaikan produk awal. Secara garis besar, saran dari ahli kepelatihan dan bela diri yaitu, di awal tayang diisi oleh peneliti yang menjelaskan maksud dari produk ini, kata-kata asing dari materi Taekwondo diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, pada tayangan video maupun gambar di buku panduan diberikan penjelasan, di akhir tayangan juga diisi komentar dari ahli Taekwondo. Setelah itu peneliti melakukan pembenahan rancangan produk awal berdasarkan saran dari ahli kepelatihan dan bela diri, yaitu: (1) di awal tayangan diisi oleh peneliti yang menjelaskan maksud dari produk ini, (2) kata-kata asing dari materi Taekwondo diterjemahkan ke bahasa indonesia, (3) pada tayangan video maupun gambar di buku panduan diberikan penjelasan, (4) di akhir tayangan juga diisi komentar dari ahli Taekwondo. Hasil analisis data dari validasi ahli kepelatihan dan bela diri sebagai berikut: 1) komponen bentuk model latihan didapat skor hasil 29 dari skor maksimal 32 dan prosentasenya 90,63% (sangat valid), 2) komponen teknik tangkisann dan tendangan didapat skor hasil 59 dari skor maksimal 72 dan prosentasenya 86,876% (sangat valid), 3) komponen
Novianto & Rahayuni, Pengembangan Pembelajaran Hosinsul 47
alat latihan didapat skor hasil 18 dari skor maksimal 24 dan prosentasenya 75% (cukup valid), 4) komponen penerapan model latihan didapat skor hasil 33 dari skor maksimal 36 dan prosentasenya 91,67% (sangat valid). 5) komponen penggunaan media didapat skor hasil 33 dari skor maksimal 36 dan prosentasenya 87,5% (sangat valid). Dari pengolahan data keseluruhan dapat diperoleh prosentase sebesar sebesar 84,88%, sehingga pembelajaran Hosinsul yang dikembangkan ini cukup valid dan dapat digunakan dengan revisi kecil Dan kemudian rancangan produk dievaluasi oleh 1 ahli media. Data hasil evaluasi dari ahli media diri berupa saran dan masukan untuk perbaikan produk awal. Secara garis besar, saran dari ahli media yaitu, warna, ukuran huruf, serta gambar pada cover buku dibuat lebih menarik dan selaras sudah digunakan, perpaduan warna kontras atau warna harmonis sudah disesuaikan, pada isi buku panduan, gambar dan penjelasan tidak terpisah dalam satu halaman, dalam peragaan sudah menggunakan latar putih, cover video demonstrasi sudah dibuat lebih menarik dengan dasar gelap, tulisan terang, dan pengaturan formasi gambar yang lebih menarik, musik yang digunakan tanpa lirik dan bahasa yang digunakan hanya Bahasa Korea dalam istilah teknik Taekwondo dan Bahasa Indonesia. Hasil analisis data dari validasi ahli media sebagai berikut: 1) komponen sampul buku didapat skor hasil 16 dari skor maksimal 24 dan prosentasenya 66,67% (kurang valid), 2) komponen halaman pendahuluan didapat skor hasil 29 dari skor maksimal 36 dan prosentasenya 80,56% (cukup valid), 3) komponen isi/materi didapat skor hasil 60 dari skor maksimal 72 dan prosentasenya 83,33% (cukup valid), 4) komponen daftar pustaka didapat skor hasil 6 dari skor maksimal 8 dan prosentasenya 75% (cukup valid). 5) komponen cover video didapat skor hasil 12 dari skor maksimal 16 dan prosentasenya 75% (cukup valid). 5) komponen tayangan video dan
penggunaan media didapat skor hasil 51 dari skor maksimal 56 dan prosentasenya 91,07% (cukup valid), dari pengolahan data keseluruhan dapat diperoleh prosentase sebesar sebesar 82,07%, sehingga pembelajaran hosinsul yang dikembangkan ini cukup valid. Setelah melewati proses evaluasi dari para ahli kemudian dilakukan uji coba pada kelompok kecil kepada subjek uji coba sebanyak 6 orang peserta latihan UKM Taekwondo UM dan didapat hasil sebesar 85,83% dengan keterangan cukup valid dapat digunakan dengan revisi kecil untuk analisis hasil uji coba kelompok kecil sebagai berikut: 1) aspek kemudahan didapat skor hasil 433 dari skor maksimal 600 dan prosentasenya 72,17% (cukup valid), 2) aspek kemenarikan didapat skor hasil 146 dari skor maksimal 168 dan prosentasenya 86,90% (sangat valid), 3) aspek kemanfaatan didapat skor hasil 68 dari skor maksimal 72 dan prosentasenya 94,44% (sangat valid). Kemudian dilakukan uji coba kelompok besar pada subjek uji coba sebanyak 30 peserta latihan UKM Taekwondo UM dan didapat hasil sebesar 86,02% dengan keterangan sangat valid dan dapat digunakan tanpa revisi. Analisis hasil uji coba kelompok besar sebagai berikut: 1) aspek kemudahan didapat skor hasil 2580 dari skor maksimal 3000 dan prosentasenya 86% (sangat valid), 2) aspek kemenarikan didapat skor hasil 840 dari skor maksimal 721 dan prosentasenya 85,83% (cukup valid), 3) aspek kemanfaatan didapat skor hasil 312 dari skor maksimal 360 dan prosentasenya 86,67% (sangat valid). PEMBAHASAN Produk Pengembangan Pembelajaran Hosinsul dengan Kombinasi Tangkisan dan Tendangan Taekwondo dari Serangan Bersenjata ini telah melewati beberapa tahapan dimulai dari evaluasi atau justifikasi para ahli yaitu ahli Taekwondo utuk mengevaluasi bagian Hosinsul (self-defense) dan teknik taekwondo yang digunakan, kemudian
48 Jurnal Kepelatihan Olahraga, Vol 1 No 1 Oktober 2016
ahli kepelatihan dan bela diri mengevaluasi bagian bentuk keterampilan bela diri, dan ahli media mengevaluasi buku panduan an video demonstrasi sebagai media untuk membantu mempelajarinya kemudian tahap uji coba kelompok kecil dengan hasil valid dapat digunakan dengan revisi kecil dan kemudian uji coba kelompok besar dengan hasil sangat vlid dan dapat digunakan tanpa revisi. Dalam melakukan uji coba peneliti menemukan beberpa hal terkait produk yang dikembangkan ini, meski telah dirancang dengan teknik yang mudah namun tidak luput dari kelebihan dan kekurangannya. Beberapa kelebihan dari produk penelitian dan pengembangan ini yaitu: (1) Gerakannya bersifat praktis dalam menghadapi serangan bersenjata cukup dengan tangkisan dan tendangan saja, (2) Kemudian dapat memberi wawasan pada peserta latihan tentang cara melindungi diri dari serangan bersenjata. (3) Untuk pelatih, bisa dijadikan alternatif variasi materi latihan bila peserta mulai bosan dan bagi peserta yang tidak begitu berminat pada latihan tanding mereka masih bisa mengasah kemampuan tekniknya dalam latihan pertahanan diri. Selain memiliki kelebihan produk ini juga tidak luput dari sisi kelemahan yaitu, bila dipraktikkan dalam latihan, memerlukan alat/senjata yang jumlahnya cukup banyak saat digunakan oleh peserta latihan untuk efisiensi praktiknya, jika menggunakan jumlah alat/senjata yang sedikit maka peserta latihan mempraktikkan secara bergiliran. PENUTUP
Kesimpulan Produk penelitian dan pengembangan berupa Pengembangan Pembelajaran Keterampilan Hosinsul dengan Kombinasi Tangkisan dan Tendangan Taekwondo dari Serangan Bersenjata. Produk ini merupakn sebuah solusi untuk memperkenalkan aspek latihan pertahan diri dalam Taekwondo, serta bisa menjadi alternatif materi latihan selain latihan tanding (Kyorugi)
bagi peserta latihan yang kurang berminat. Untuk membantu mempelajarinya disertakan buku panduan dan video demonstrasi. Saran Produk penelitian dan pengembangan berupa Pengembangan Pembelajaran Hosinsul dengan Kombinasi Tangkisan dan Tendangan Taekwondo dari Serangan Bersenjata ini diharapkan dapat membantu peserta latihan Taekwondo dalam memanfaatkan kemampuan teknik Taekwondo yang dipelajari untuk pertahanan diri dari serangan bersenjata. Dalam perluasan penggunaan produk Pembelajaran Hosinsul dengan Kombinasi Tangkisan dan Tendangan Taekwondo dari Serangan Bersenjata ini dapat menambah kemampuan peserta latihan dalam menggunakan teknik tangkisan dan tendangan Taekwondo dalam menghadapi serangan bersenjata dan menambah wawasn tentang Hosinsul dalam Taekwondo. Sebaiknya bila digunakan dalam lingkup masal atau lebih luas lagi hendaknya dilakukan pengkajian ulang tentang teknik dan bentuk pola bertahan dan menyerang serta disesuaikan dengan program latihan agar manfaatnya dapat dirasakan oleh peserta latihan baik ketika latihan di DoJang (perguruan) ataupun di luar latihan. Sedangkan untuk pengembangan produk lebih lanjut, peneliti memberi beberapa saran sebagai berikut: a) Keterampilan Hosinsul dengan penggunaan kombinasi teknik tangkisan dan tendangan Taekwondo dapat dibuat lebih bervariasi lagi dengan menggunakan teknik lain dalam Taekwondo. b) Untuk sasaran penelitian atau subjek penelitian diharapkan tidak hanya sebatas pada peserta latihan UKM Taekwondo Universitas Negeri Malang saja tapi juga para Taekwondoin dalam lingkup yang lebih besar lagi. c) Hasil penelitian dan pengembangan ini hanya sebatas sebuah produk saja, untuk mengetahui seberapa besar manfaatnya disarankan untuk melakukan penelitian tentang efektifitas produk ini.
Novianto & Rahayuni, Pengembangan Pembelajaran Hosinsul 49
DAFTAR RUJUKAN Ardhana, Wayan. 2002. Konsep Penelitian Dan Pengembangan Dalam Bidang Pendidikan dan Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang. Borg, W.R. & Gall, M.D. 2005.Educational Research An Introduction. Fourth Edition. New York: Longman. Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Lodder, Jan. 2012. Sekwondo World Taekwondo Federation Initiation for
Novice Over the Age of Forty. Houston: Strategic book Publishing and rights Co. Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Rahayubi, Heri. 2014. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media. Suryadi,Yoyok,V. 2003. Taekwondo Poomsae Taeguk. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.