HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI INTERPERNONAL DALAM KELUARGA

Download Komunikasi interpersonal dalam keluarga tersebut dapat berlangsung secara vertikal maupun horizontal. Kedua model komunikasi ini berjalan s...

0 downloads 535 Views 150KB Size
"HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI INTERPERNONAL DALAM KELUARGA DAN INTERAKSI SOSIAL TERHADAP KENAKALAN SISWA SMA SWASTA DI KOTA PADANGSIDIMPUAN. ” Oleh: Mohd. Rafiq (Mahasiswa Program Starata Tiga (S3) IAIN SU Medan) Abstract This research represent research of field with aim to see communications pattern [relation/link] of interpersonal in social interaction and family [of] adolescent group with mischief of student of SMA Private sector [in] Town of Padangsidimpuan. This Research pertained quantitative research, with approach of correlational, namely research trying to connect or look for [relation/link] [among/between] one variable with other variable This Research population [is] entire/all SMA Private sector exist in Town of Padangsidimpuan. From the population above, taken five schools of Private SMA sector by using technique of Simple Random Sampling, [is] so that made [by] sample in this research. As for five the school [is] SMA Nurul Ilmi, SMA Perguruan Rakyat, SMA Abdi Negara, SMA Karya Baru and SMA Panca Dharma. Data obtained analyzed by using SPSS. The result use statistic and analysis of correlational moment product stemming from Karl Pearson. Result of Examination of hypothesis indicate that communications pattern of interpersonal in family have [relation/link] which [is] significant with mis-behaviour of student. Kata Kunci: Komunikasi Interpersonal, Keluarga, Remaja PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk Tuhan lainnya. Manusia diciptakan sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal fikiran dan kemampuan untuk berinteraksi secara interpersonal maupun kelopok sosial. Sebagai makluk sosial manusia pada dasarnya tidak mampu hidup sendiri, manusia membutuhkan manusia lain untuk berkolaberasi dalam pemenuhan kekutuhan fungsi - fungsi sosialnya. Semua kebutuhan manusia tersebut hanya dapat terpenuhi dengan komunikasi yang efektif. Melalui komunikasi manusia dapat menyampaikan segala ide, gagasan dan 

Penulis Memperoleh Gelar Magister pada Program Pascasarjana IAIN SU Medan

101

102 Tazkir Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2014 keinginan serta kebutuhannya kepada orang lain sehingga manusia dapat diterima atau ditolak sesuai dengan sikap perilakunya. Komunikasi menyebabkan berbagai konsekuensi hubungan sosial masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang saling berhubungan, sehingga terjadi interaksi di masyarakat. Masyarakat terbentuk dari kumpulan unit terkecil yaitu keluarga. Sebagai komunitas masyarakat, keluarga memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan komunitas masyarakat yang lebih luas. Oleh karena itu, kehidupan keluarga yang harmonis perlu dibangun di atas dasar komunikasi dan sistem interaksi yang kondusif sehingga pendidikan dapat berlangsung dengan baik. Peran komunikasi interpersonal dalam keluarga sangat penting sebagai wahana untuk mentransfer nilai-nilai dan sebagai agen transformasi kebudayaan. Komunikasi interpersonal dalam keluarga tersebut dapat berlangsung secara vertikal maupun horizontal. Kedua model komunikasi ini berjalan silih berganti; bisa dari orang tua ke anak atau anak ke orang tua, dari anak ke anak serta interaksi dengan lingkungan yang lebih luas. Orang tua dalam sebuah keluarga mengemban tugas dan tanggung jawab dalam proses pembentukan kepribadian anak tersebut. Proses pembentukan kepribadian anak dapat terjadi dengan menciptakan situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan untuk bersikap komunikatif yang baik, kurangnya komunikasi interpersonal, keintiman, keakraban, keterbukaan dan perhatian dalam keluarga akan menganggu dalam proses pembentukan perilaku anak, terutama setelah anak mencapai usia remaja. Ketika perhatian orang tua dan pola komunikasi terhadap anak kurang baik, orang tua sibuk dengan pekerjaan, jarang bercengkrama dengan anak-anak di rumah tentu anak akan merasa kesepian, menjadi pendiam, bingung, cemas, gelisah dan sulit dalam proses pembentukan perilaku anak. Akibatnya sikap perilaku anak lebih cenderung anarkis dan mengarah ke tindakan juvenile deliquency dalam segala hal, terutama dalam pergaulan, bersosialisasi dengan masyarakat dan bahkan menjalin hubungan dengan keluarga. Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan keluarga yang kurang kondusif dan sikap komunikasi yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar norma-norma di masyarakat, yang disebut dengan kenakalan remaja.

Hubungan Pola Komunikasi Interpernonal...Mohd. Rafiq 103 Interaksi sosial adalah kunci utama dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.1. Lebih lanjut dikatakan, bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja sama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah dasar proses sosial, pengertian mana menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu2: (1) adanya kontak sosial (social-contact); dan (2) adanya komunikasi. Lebih lanjut dijelaskan, kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh), jadi secara harfiah berarti bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, oleh karena setiap orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti misalnya, dengan cara berbicara dengan pihak lain tersebut. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: (1) antara orang perorangan; (2) antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya; dan (3) antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Kehadiran remaja sebagai komunitas masyarakat memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan komunitas masyarakat yang lebih luas. Oleh karena itu, kehidupan remaja harmonis disamping dibangun dari komunikasi keluarga yang baik, juga perlu dibangun di atas dasar sistem interaksi sosial yang kondusif. Komunikasi interpersonal yang baik harus diberikan kepada remaja sebagai anggota keluarga dalam upaya memerankan fungsi mereka dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu menumbuhkembangkan potensi laten anak, sebagai wahana untuk mentransfer nilai-nilai kehidupan dan sebagai agen perubahan sosial. Kenakalan siswa adalah sebuah fenomena umum yang tidak akan pernah hilang. Siswa SMP atau SMA sering kali terlibat ke dalam rupa-rupa kenakalan. Sebut saja, kemalasan mereka untuk belajar, bolos dari kelas, suka menjahili teman, nyontek, bikin ribut di kelas dan kenakalan-kenakalan lainnya yang sering sekali kita temui di lingkungan sekolah. Reaksi 1 Soerjono Soekanto, 2

Ibid., h. 64.

Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 61.

104 Tazkir Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2014 yang timbul dari pihak sekolah adalah hinaan terhadap kenakalan yang dilakukan oleh para siswa. Para guru dan pihak sekolah lainnya terlalu cepat memberi judgment negatif kepada para pelaku kenakalan tersebut, tanpa melihat latar belakang terjadinya kenakalan tersebut. Kenakalan siswa yang identik sebagai remaja mengacu kepada suatu rentang perilaku yang luas, mulai dari tingkah laku yang tidak diterima secara sosial, pelanggaran, hingga tindak kriminal. Selain klasifikasi hukum dalam pelanggaran status, banyak tingkah laku yang dianggap termasuk kenakalan dimasukkan dalam penggolongan tingkah laku abnormal yang digunakan luas. Berdasarkan phenomena yang ada, maka diduga bahwa salah satu faktor yang menimbulkan kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orang tua sebagai figur tauladan serta tidak fungsinya komunikasi interpersonal dalam keluarga serta interaksi sosial yang salah. Selain itu suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan komunikasi interpersonal dalam keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja. Faktor lain diduga yang memungkinkan anak bertindak nakal adalah kurangnya komunikasi interpersonal yang memperhatikan asfek-asfek fsikologis dari orang tua. Sebagaimana yang dikemukakan oleh W. A. Gerungan sebagai berikut: 63% dari anak yang nakal dalam suatu lembaga pendidikan adalah anak yang berasal dari keluarga tidak utuh. 70% dari anak yang sulit dididik adalah dari keluarga yang tidak teratur, tidak utuh atau mengalami tekanan yang terlampau berat.3 Dari uraian di atas serta dengan adanya phenomena yang menunjukkan terjadinya kenakalan remaja khususnya para siswa SMA tersebut, maka penulis termotivasi untuk meneliti adakah korelasi pola komunikasi iterpersonal dalam keluarga dan interaksi sosial dengan kenakalan siswa. Dengan mengambil judul "Hubungan Pola Komunikasi Interpersonal Dalam Keluarga Dan Interaksi Sosial Dengan Kenakalan Siswa

SMA Swasta Kota

Padangsidimpuan. ” Secara umum masalah dalam penelitian ini ialah bagaimanakah hubungan pola komunikasi keluarga dan interaksi sosial dengan kenakalan siswa SMA Swasta di Kota Padangsidimpuan. Sedangkan secara khusus masalah dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan yang signifikan dan positif antara pola komunikasi Interpersonal keluarga dengan kenakalan siswa SMA Swasta di Kota Padangsidimpuan? 3 A. Gerungan,

Psikologi Sosial (Bandung: PT. Rineka Cipta Aditama, 2000), h. 13.

Hubungan Pola Komunikasi Interpernonal...Mohd. Rafiq 105 2. Apakah ada hubungan yang signifikan dan positif antara interaksi sosial dengan kenakalan siswa SMA Swasta di Kota Padangsidimpuan? 3.Apakah ada hubungan yang signifikan dan positif antara pola komunikasi interpersonal keluarga dan interaksi

sosial dengan

kenakalan

siswa SMA Swasta

di Kota

Padangsidimpuan? KAJIAN PUSTAKA 1. Komunikasi interpersonal Secara umum komunikasi interpersonal (antar pribadi) dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi terjadi secara tatap muka (face to face) antara dua individu. Dalam pengertian tersebut mengandung 3 aspek: pertama pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung terus menerus. Kedua, komunikasi antar pribadi merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. Ketiga, mengandung makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.4 Selain itu, R. Wayne Pace (1979) mendefinisikan komunikasi interpersonal adalah suatu proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih, secara tatap muka. Joseph A. Devito, mengungkapkan bahwa komunikasi antarpersona adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Jika dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpersona dinilai paling baik dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasan yang melatarbelakanginya, yaitu komunikasi antarpersona dilakukan secara tatap muka di mana antara komunikator dan komunikan saling terjadi kontak pribadi; pribadi komunikator menyentuh pribadi komunikan, sehingga akan ada umpan balik yang seketika (bisa dalam bentuk perkataan, ekspresi wajah, ataupun gesture). Komunikasi inilah yang dianggap sebagai suatu teknik psikologis manusiawi. Dalam komunikasi antarpersonal melalui tatap muka ini digunakan berbagai isyarat verbal dan non-verbal.5 4 Ahmad Mulyana, Pengertian

Kap, 2008

Komunikasi Antar Pribadi (Kap) dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

5Pertiwi Putri Nurhakim. Teori-Teori Komunikasi Antarpersona http://www.scribd.com/ doc/15998564/Tekom-1Komunikasi-Antarpersona 2006, di akses pada tanggal 15 juli 2009.

106 Tazkir Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2014

2. Komunikasi Dalam Keluarga Komunikasi dalam keluarga perlu dibina dan dipertahankan oleh setiap individu yang terlibat di dalamnya. Komunikasi merupakan kondisi utama bagi kelangsungan suatu hubungan termasuk keluarga. Strommen dan Fitzgerald dalam Gunarsa, mengatakan pada awal perkembangan seorang anak tidak dapat sepenuhnya mengerti tentang nilai sikap serta harapan-harapan kedua orang tua. Dalam suatu keluarga, orang tua diharapkan dapat mengkomunikasikan hal ini kepada anak-anaknya. Melalui aturan-aturan dalam rumah tangga. Orang tua sebagai pemimpin dalam sebuah keluarga diharapkan dapat meluangkan waktunya untuk selalu berkomunikasi dengan anak-anaknya.6 Gunarsa mengatakan bahwa memasuki masa kanak-kanak awal, seorang anak mulai melihat dunia sekitarnya, menciptakan relasi dengan teman sebaya, bermain dengan teman seusia, membuka sosialisasi baru dan disinilah peran orang tua banyak dibutuhkan. Komunikasi antara orang tua dan anak sangat membantu perkembangan anak selanjutnya. Dengan komunikasi terbuka dan baik antara anggota keluarga berpengaruh terhadap menurunnya perilaku agresif, kenakalan dan meningkatnya prestasi anak. Bentuk komunikasi terbuka dan hubungan baik antara remaja dan orang tuanya dapat menjadi buffer atau penyaringan serta perlindungan anak dari lingkungan luar yang negatif.7 Komunikasi dan kasih sayang tetap jadi kata kunci, juga sentuhan dan ketulusan, yang semuanya tidak membutuhkan dana. Usai bekerja jadikan menit pertama fokus utama untuk anak. Jika pedoman dari orang tua cukup kuat, ketika masuk lingkungan yang baru mereka akan dapat memililih mana yang baik dan mana yang tidak baik. Komunikasi terbuka secara personal tentu juga dengan kasih sayang. Biasanya usia 12 tahun saat remaja awal, orang tua harus memposisikan diri sebagai teman bicara atau curhat. Jika orang tua mampu menempatkan posisinya sebagai teman sebaya mereka, tentu akan sangat nyaman bagi si anak berbicara dengan orang tuanya sehingga tidak ada yang perlu dirahasikan sianak kepada orang tuanya. 3. Interaksi Sosial Interaksi Sosial ialah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, indvidu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya Psikologi Untuk Keluarga (Jakarta: Gunung Mulia, 1987) Rasa Ingin Tahu Diakui Faktor Pemicu Kenakalan Remaja.www.Google.com. Diakses 12 April

6 S. Gunarsa, 7 Herien,

2009

Hubungan Pola Komunikasi Interpernonal...Mohd. Rafiq 107 hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.8 Thibaut dan Kelley mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain, atau berkomunikasi satu satu sama lain.9 Jadi, dalam setiap kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain. Sebagai contoh, A bertemu dengan B di jalan, kemudian ia menghentikan B dan mengajaknya ngobrol tentang cuaca, mendengarkan kesulitan-kesulitan yang dialaminya, dan kemudian mereka bertukar pendapat dengan caranya masing-masing. Chaplin juga mendefinisikan bahwa interaksi merupakan hubungan sosial antara beberapa individu yang bersifat alami yang individuindvidu itu saling memengaruhi satu sama lain secara serampak.10 Adapun Homans (Shaw, 1985:71)11 mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas atau sentimen yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran (reward) atau hukuman (punishment) dengan menggunakan suatu aktivitas atau sentimen oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Jadi, konsep yang dikemukakan oleh Homans mengandung pengertian bahwa suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan indvidu lain yang menjadi pasangannya. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling memengaruhi. 4. Kenakalan Siswa Menurut B Simanjuntak, kenakalan siswa adalah perbuatan anak yang melanggar norma-norma, baik norma sosial, norma hukum, norma kelompok, mengganggu ketentraman masyarakat sehingga yang berwajib mengambil tindakan pengasingan.12 Menurut M Gold dan J Petronio kenakalan siswa adalah tindakan oleh seorang yang belum dewasa yang sengaja Psikologi Sosial: Suatu Pengantar (Yohyakarta: Andi, 2003), h.57. JW, Thibaut, and H.H. Kelley. The Social Psychology of Groups, dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h. 87. 10 J.P. Chaplin, Dictionary of Psychology, dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja…, h.87. 11 M.E, Shaw, and P.R. Costanzo, Theories of Social Psychology. Second Edition (London: McGraw-Hill Book, 1985), h.71. 12 Bambang Mulyono, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya (Yogyakarta: Kanisius, 1984), h. 24. 8 Bimo Walgito, 9

108 Tazkir Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2014 melanggar hukum dan diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sangat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.13 Dari pendapat para ahli di atas dapat diambil kesmpulan bahwa kenakalan siswa adalah perbuatan kejahatan atau pelanggar yang dilakukan oleh anak atau siswa yang bersifat melawan hukum, anti susila, anti sosial, meyalahi norma agama maupun norma yang ada di masyarakat. 1. Bentuk Kenakalan Siswa Menurut Jensen14 wujud atau bentuk-bentuk kenakalan siswa/ remaja adalah : a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik

pada

orang

lain

perkelahian,

perkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain-lain. b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain. c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain. d.Kenakalan yang melawan status: mengingkari status sebagai pelajar dengan cara membalas, mengingkari status orang tua dengan cara pergi dari rumah dan membantah perintah orang tua. Ada dua penggolongan kenakalan siswa : a. Kenakalan yang bersifat amoral dan asosial yang ini semua tidak teratur dalam undang-undang, sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum antara lain. b. Kenakalan anak yang bersifat melanggar hukum diselesaikan melalui hukum biasa disebut dengan kejahatan, antara lain : 1)

Perjudian dan segala macam bentuk perjudian yang mempergunakan uang.

2)

Pencurian dengan kekerasan maupun tanpa kekerasan pencopetan, perampasan,Penjambretan.

3) Penggelapan barang. 4)

Penipuan dan pemalsuan.

5)

Pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar porno dan film porno, pemerkosaan.

6) Tindakan-tindakan anti sosial : perbuatan yang merugikan milik orang lain. 7)

Percobaan pembunuhan.

13 Sarlito W. Sarwono, 14 Ibid, h. 207.

Psikologi Ramaja (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1988), h. 203.

Hubungan Pola Komunikasi Interpernonal...Mohd. Rafiq 109 8)

Menyebabkan kematian orang, turut tersangkut dalam pembunuhan.

9) Pengguguran kandungan dan pembunuhan. 10) Penganiaayan berat yang mengakibatkan kematian seseorang.15 2. Sebab-sebab Kenakalan Siswa Kenakalan yang sering terjadi di sekolah maupun di masyarakat bukanlah suatu keadaan yang terjadi begitu saja tanpa adanya penyebab. Sebenarnya banyak faktor penyebab terjadinya kenakalan antara lain faktor keluarga, faktor pendidikan dan faktor masyarakat. a. Faktor Keluarga Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan anak. Di llingkungan tersebut anak dibesarkan dan juga dididik oleh orang tuanya. Lingkungan keluarga sangat berperan dalam pembentukan pribadi anak. Apabila keluarga itu baik maka akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak, akan tetapi bila dalam keluarga itu jelek maka juga akan berpengaruh negatif pada anak, misalnya keluarga broken home. b. Faktor Pendidikan Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pendidikan Nasional bertujuan untuk. "Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.16 Dalam hal ini sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang kedua setelah keluarga, yang mana siswanya berasal dari keluarga yang berbeda karakternya. Sehingga dalam berinteraksi di sekolah sering menimbulkan hal-hal yang kurang baik bagi perkembangan mental anak yang berakibat kenakalan anak. Selain itu pendidikan nasional juga berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa b. Faktor Masyarakat Secara langsung maupun tidak langsung lingkungan masyarakat selalu memberi pengaruh terhadap remaja, misalnya kondisi ekonomi yang tidak stabil

15 Singgih Dalam Gunarso,

Psikologi Remaja (Jakarta: Gunung Mulia, 1979), h. 31-34.

16 Bahan Sosialisasi UU. Sistem Pendidikan Nasional, No, 20/2003, h. 6.

110 Tazkir Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2014 yang dampaknya juga meningkatnya jumlah pengangguran sehingga tindak kejahatan juga ikut meningkat. Dalam kehidupan masyarakat, kekayaan dan kemiskinan dapat mempengaruhi keadaan jiwa manusia termasuk juga anak remaja. Sebab kekayaan yang dimiliki seseorang, dapat memancing orang yang keadaan ekonominya kurang untuk mclakukun tindakan pencurian atau penipuan. Hal ini karena orang yang miskin tersebut merasa rendah diri dalam masyarakat sehingga mereka akan melakukan tindakan yang melawan hukum.17 Di samping itu pengangguran juga dapat menimbulkan kejahatan di masyarakat. Menurut Sheldon Gluek bahwa "Pengangguran tidak adanya pekerjaan akan sedikit banyak mempengaruhi naik turunnya tingkat kejahatan dan keadaan ini akan mempengaruhi pula tingkah laku seseorang. Bila ia bertingkah laku walaupun menganggur maka kejahatan akan turun dan sebaliknya anak naik. Buku-buku bacaan, gambar-gambar dan film juga dapat mempengaruhi seseorang untuk berbuat hal yang tidak baik. Misalnya bacaan-bacaan yang buruk (seperti novel seks) dapat membawa pembaca untuk berbuat seperti pada bacaan tersebut, begitu pula gambar-gambar porno akan memberi rangsangan terhadap anak-anak remaja. 5. Stimulus - Respon Model Stimulus - Respon adalah pola komunikasi yang biasanya terjadi dalam keluarga. Pola ini menunjukkan bahwa komunikasi sebagai suatu proses "aksi-reaksi" yang sangat sederhana. Pola S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan-tulisan), isyaratisyarat nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini dapat bersifat timbalbalik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi berikutnya. Dalam realitas pola ini dapat pula berlangsung negatif. Pola komunikasi stimulusrespon, di sini orang tua harus lebih proaktif dan kreatif untuk memberikan rangsangan kepada anak, sehingga kepekaan anak atas rangsangan yang diberikan semakin membaik. 18

Kenakalan Remaja…, h. 131. Syaiful Bahri Dajmarah, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 38-40. 17 Sudarsono, 18

Hubungan Pola Komunikasi Interpernonal...Mohd. Rafiq 111 Proses komunikasi remaja terjadi di tiga lingkungan utama, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.19 Dalam lingkungan keluarga, anak mengembangkan pemikiran tersendiri yang merupakan pengukuhan dasar emosional dan optimisme sosial melalui frekuensi dan kualitas komunikasi dengan orang tua dan saudarasaudaranya. Proses komunikasi ini turut mempengaruhi perkembangan sosial dan gaya hidupnya di hari-hari mendatang. Dalam lingkungan sekolah, anak belajar membina hubungan dengan teman-teman sekolahnya yang datang dari berbagai keluarga dengan status dan warna sosial yang berbeda. Dalam lingkungan masyarakat, anak dihadapkan dengan berbagai situasi dan masalah kemasyarakatan. Pola komunikasi dalam keluarga memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan jiwa dan hubungan sosial remaja karena sebagian besar kehidupannya ada di dalam keluarga. Situasi interaksi antara anggota keluarga, perlakuan anggota keluarga terhadap remajanya, memiliki pengaruh kuat terhadap kondisi psikis remaja. Karena remaja juga berada pada fase krisis indentitas atau ketidaktentuan, mereka amat memerlukan teladan tentang norma-norma yang mapan untuk diidentifikasi. Dengan demikian, faktor keteladanan dari orang tua menjadi amat penting bagi variasi perkembangan prilaku remaja pada keluarga yang bersangkutan. Prilaku remaja seringkali menjadi terganggu manakala proses komunikasi antara orang tua dengan anak mulai terhambat dan kurang harmonis. Di sekolah, interaksi antara sesama siswa bisa berlangsung di mana dan kapan saja. Banyak hal yang menjadi penghubung jalannya interaksi antara sesama mereka. Misalnya masalah pelajaran, masalah bermain, masalah rekreasi, dan sebagainya. Interaksi yang berlangsung di antara mereka tidak sepihak, tetapi secara timbal balik. Mereka berkomunikasi antar sesama mereka, tanpa melibatkan orang tua. Bahasa yang mereka pergunakan sesuai dengan alam pemikiran dan tingkat penguasaan bahasa yang dikuasai. Dalam proses hubungan tersebut bisa terjadi interaksi yang positif dan sebaliknya yang dapat menyebabkan terjadinya perubahaan prilaku remaja terutama terhadap kenakalan remaja. Akhirnya keharmonisan hubungan yang diwujudkan dengan pola komunikasi yang baik antara keluarga serta interaksi di lingkungan sosialnya juga berpengaruh pada kenakalan remaja. Oleh karena itu kenakalan remaja dapat terjadi apabila pola komunikasi keluarga dan interaksi sosial tidak berlangsung dengan baik. Dengan demikian diduga terdapat hubungan yang signifikan antara pola komunikasi keluarga dan interaksi sosial dengan kenakan remaja. 19 Ibid, h. 93.

112 Tazkir Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2014 6. Kerangka Pemikiran Proses komunikasi remaja terjadi di tiga lingkungan utama, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.20 Dalam lingkungan keluarga, anak mengembangkan pemikiran tersendiri yang merupakan pengukuhan dasar emosional dan optimisme sosial melalui frekuensi dan kualitas komunikasi dengan orang tua dan saudarasaudaranya. Proses komunikasi ini turut mempengaruhi perkembangan sosial dan gaya hidupnya di hari-hari mendatang. Dalam lingkungan sekolah, anak belajar membina hubungan dengan teman-teman sekolahnya yang datang dari berbagai keluarga dengan status dan warna sosial yang berbeda. Dalam lingkungan masyarakat, anak dihadapkan dengan berbagai situasi dan masalah kemasyarakatan. Pola komunikasi dalam keluarga memiliki pengaruh kuat terhadap perkembangan jiwa dan hubungan sosial remaja karena sebagian besar kehidupannya ada di dalam keluarga. Situasi interaksi antara anggota keluarga, perlakuan anggota keluarga terhadap remajanya, memiliki pengaruh kuat terhadap kondisi psikis remaja. Karena remaja juga berada pada fase krisis indentitas atau ketidaktentuan, mereka amat memerlukan teladan tentang norma-norma yang mapan untuk diidentifikasi. Dengan demikian, faktor keteladanan dari orang tua menjadi amat penting bagi variasi perkembangan prilaku remaja pada keluarga yang bersangkutan. Prilaku remaja seringkali menjadi terganggu manakala proses komunikasi antara orang tua dengan anak mulai terhambat dan kurang harmonis. Di sekolah, interaksi antara sesama siswa bisa berlangsung di mana dan kapan saja. Banyak hal yang menjadi penghubung jalannya interaksi antara sesama mereka. Misalnya masalah pelajaran, masalah bermain, masalah rekreasi, dan sebagainya. Interaksi yang berlangsung di antara mereka tidak sepihak, tetapi secara timbal balik. Mereka berkomunikasi antar sesama mereka, tanpa melibatkan orang tua. Bahasa yang mereka pergunakan sesuai dengan alam pemikiran dan tingkat penguasaan bahasa yang dikuasai. Dalam proses hubungan tersebut bisa terjadi interaksi yang positif dan sebaliknya yang dapat menyebabkan terjadinya perubahaan prilaku remaja terutama terhadap kenakalan remaja. Akhirnya keharmonisan hubungan yang diwujudkan dengan pola komunikasi yang baik antara keluarga serta interaksi di lingkungan sosialnya juga berpengaruh pada kenakalan remaja. Oleh karena itu kenakalan remaja dapat terjadi apabila pola komunikasi keluarga dan

20 Ibid, h. 93.

Hubungan Pola Komunikasi Interpernonal...Mohd. Rafiq 113 interaksi sosial tidak berlangsung dengan baik. Dengan demikian diduga terdapat hubungan yang signifikan antara pola komunikasi keluarga dan interaksi sosial dengan kenakan remaja. Setelah

menyusun

kerangka

proses

berpikir, maka perlu disusun kerangka

konseptual. Kerangka konseptual disusun untuk menjelaskan variabel-variabel mana yang berkedudukan sebagai variabel X1 (terikat), X2 (terikat), dan Y (bebas). Dengan preposisi yang didasarkan pada studi teoritik dan Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun kerangka konseptual penelitian yang menggambarkan hubungan pola komunikasi keluarga dan interaksi sosial dengan kenakalan siswa SMA Swasta di Kota Padangsidimpuan. Dengan demikian, kerangka penelitian dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:

Pola Komunikasi Interpersonal Keluarga (X1) * Frekuensi komunikasi * Waktu komunikasi * Lama komunikasi * Pesan komunikasi

x1, y

x1,x2, y x2, Interaksi Sosial (X2) * Frekuensi interaksi * Waktu interaksi * Lama interaksi * Pesan interaksi

Kenakalan Siswa (Y) * bolos sekolah * pencurian, * pemerasan * judi * tawuran.

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian X = Variabel Bebas Y = Variabel Terikat = Arah Pengaruh 7.

Hipotesis Ada tiga hipotesis penelitian yang diuji dalam penelitian ini, yaitu: 1. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif di antara pola komunikasi interpersonal keluarga dengan kenakalan siswa

SMA Swasta di Kota

Padangsidimpuan. 2. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara kenakalan siswa SMA Swasta di Kota Padangsidimpuan.

interaksi sosial dengan

114 Tazkir Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2014 3. Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara pola komunikasi interpersonal keluarga dan interaksi sosial dengan kenakalan siswa SMA Swasta di Kota Padangsidimpuan. METODOLOGI PENELITIAN 1.

Metode Peneletian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilakukan untuk melihat

hubungan pola komunikasi interpersonal dalam keluarga dan interaksi sosial kelompok remaja dengan kenakalan siswa SMA Swasta di Kota Padangsidimpuan. Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif, dengan pendekatan korelasional, yakni penelitian yang berusaha menghubungkan atau mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. 21 Untuk mengetahui besarnya hubungan variabel bebas (pola komunikasi interpersonal dalam keluarga dan interaksi sosial) dengan variabel terikat (kenakalan siswa). Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan psikologi komunikasi. 2.

Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh SMA Swasta

Padangsidimpuan. Dari populasi di atas,

diambil

yang ada di Kota

lima sekolah SMA Swasta dengan

menggunakan teknik Simple Random Sampling, sehingga dijadikan sampel dalam penelitian ini. Adapun lima sekolah tersebut adalah SMA Nurul Ilmi, SMA Perguruan Rakyat, SMA Abdi Negara, SMA Karya Baru dan SMA Panca Darma Oleh karena jumlah siswa dari kelima sekolah yang dijadikan sampel di atas masih terlalu banyak, maka penulis menggunakan sampel dengan teknik stratified random sampling atau sampel random berstrata. Teknik ini digunakan karena terdapat perbedaan jumlah siswa yang ada di setiap kelas yaitu kelas X, XI dan XII. Oleh karena jumlah siswa dari kelima sekolah yang dijadikan sampel di atas masih terlalu banyak, maka peneliti menarik sampel dari jumlah siswa yang ada dengan menggunakan teknik strafified random sampling atau sampel random berstrata. Teknik ini digunakan karena terdapat perbedaan jenjang kelas siswa yaitu kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Prosedur penarikan sampel di atas adalah prosedur sampel berstrata dari Jalaluddin Rakmat.22 Ukuran sampelnya adalah 0,10 atau 10 % dan ini menurutnya sudah memadai.

21 Jalaludin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik . (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.31. 22 Jalaludin Rakhmat. Metode Penelitian Komunikasi...., h.80.

Hubungan Pola Komunikasi Interpernonal...Mohd. Rafiq 115 3.

Sumber Data Sumber data penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. 1. Sumber data primer yaitu sumber data utama atau pokok yang berasal dari siswa SMA Swasta Kota

Padangsidimpuan sebagai

responden yang dijadikan sampel

dalam penelitian ini. 2. Sumber data sekunder yaitu sumber data pendukung yang diperoleh dari literaturliteratur yang relevan dengan penelitian ini. 4.

Alat Pengumpul Data Instrumen pengumpul data yang digunakan untuk melihat hubungan pola komunikasi

interpersonal dalam keluarga dan interaksi sosial dengan kenakalan siswa SMA Swasta di Kota Padangsidimpuan dalam penelitian ini adalah angket dengan skala likert yang terdiri dari sejumlah pertanyaan dan jawaban tertulis yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini. 5. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari lapangan dianalisis dengan menggunakan “Statistical

Package for Social Sciences (SPSS)”. Analisis data menggunakan kaedah statistik dan analisis korelasional product moment yang bersumber dari Karl Pearson.23 Analisis deskriptif digunakan untuk menerangkan persentase serta menyusun data dalam bentuk tabel. Sedangkan analisis korelasi digunakan untuk menguji tiga hipotesis yang digunakan dalam penelitian. PEMBAHASAN Table Descriptif Statistic menyajikan variable komunikasi

interpersonal dalam

keluarga (X1) variable interaksi social (X2) dan variable kenakalan siswa SMA SWASTA di Kota Padangsidimpuan (Y). Hasil deskkriptif variable komunikasi interpersonal dalam keluarga (X1) dalam Tabel Descriptif Statistics dijelaskan terdapat jumlah kasus (N) = 150 responden yang mengisi angket dengan rata-rata (mean) sebesar 2, 95 dan simpangan baku

(standart deviasi)= 0, 377; variable interaksi social (X2) dalam Tabel Descriptif Statistics dijelaskan terdapat jumlah kasus (N) = 150 responden yang mengisi angket dengan rata-rata (mean) sebesar 2,87 dan simpangan baku (standart deviasi)= 0,278; dan variable kenakalan siswa (Y). dalam Tabel Descriptif Statistics dijelaskan terdapat jumlah kasus (N) = 150

23

Ibid., h.27.

116 Tazkir Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2014 responden yang mengisi angket dengan rata-rata (mean) sebesar 2,50 dan simpangan baku

(standart deviasi)= 0,362. Data output Tabel correlation hasil yang diperoleh untuk X1 dengan Y sebesar 0,213** Tanda bintang dua diujung angka korelasi menunjukkan bahwa hubungan diantara dua variabel tersebut sangat signifikan, berarti terdapat hubungan yang sangat signifikan (sangat kuat) antara komunikasi interpersonal dalam keluarga dengan kenakalan siswa. Kemudian untuk X2 dengan Y sebesar 0,383** Tanda bintang dua diujung angka korelasi menunjukkan bahwa hubungan diantara dua variabel tersebut sangat signifikan, berarti terdapat hubungan yang sangat signifikan (sangat kuat) antara interaksi sosial dan kenakalan siswa. Untuk membuktikan hipotesis terdapat hubungan yang signifikan antara X1, X2, dan Y dapat diuji dengan cara sebagai berikut. A. Uji signifikansi hipotesis 1. Uji signifikansi untuk X1 dengan Y ditunjukkan oleh table Correlation. Hipotesis yang akan diuji dirumuskan secara statistik berikut Ha : ryx1 + 0 Ho : ryx1 = 0 Ha : Komunikasi interpersonal dalam keluarga memiliki hubungan secara signifikan dengan kenakalan siswa. Ho : Komunikasi interpersonal dalam keluarga tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan kenakalan siswa. Kaedah keputusan Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probalitas sig atau [0,05 < sig ], maka Ho di terima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probalitas sig atau [0,05 > sig ], maka Ha di terima dan Ho ditolak, artinya signifikan. Dari tabel Correlations diperoleh variable pola komunikasi interpersonal dalam keluarga dengan kenakalan siswa dengan menggunakan metode dua sisi (sig.[2-tailed]) dari

output nilai sig. sebesar 0,009, kemudian dibandingkan dengan probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas sig. atau [0,05 > 0,009], maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya signifikan. Terhbukti bahwa pola komunikasi interpersonal dalam keluarga mempunyai hubungan yang signifikan dengan kenakalan siswa.

Hubungan Pola Komunikasi Interpernonal...Mohd. Rafiq 117 B. Uji signifikansi hipotesis 2. Uji signifikansi untuk X2 dengan Y ditunjukkan oleh table Correlation. Hipotesis yang akan diuji dirumuskan secara statistik berikut Ha : ryx1 + 0 Ho : ryx1 = 0 Ha : Interaksi sosial memiliki hubungan secara signifikan dengan kenakalan siswa. Ho : Interaksi sosial tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan kenakalan siswa. Kaedah keputusan Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probalitas sig atau [0,05 < sig ], maka Ho di terima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probalitas sig atau [0,05 > sig ], maka Ha di terima dan Ho ditolak, artinya signifikan. Dari tabel Correlations diperoleh variable interaksi sosial dengan kenakalan siswa dengan menggunakan metode dua sisi (sig.[2-tailed]) dari output nilai sig. sebesar 0,000, kemudian dibandingkan dengan probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih besar dari nilai probabilitas sig. atau [0,05 > 0,000], maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya signifikan. Terbukti bahwa interaksi soasial mempunyai hubungan yang signifikan dengan kenakalan siswa. C. Uji signifikansi hipotesis 3. Berdasarkan table Model Summery bahwa besarnya hubungan antara pola komunikasi interpersonal dalam keluarga dan interaksi social secara simultan terhadap kenakalan siswa yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,387 atau (Ryx1,x2=0,387) hal ini menunjukkan pengaruh yang kuat. Sedangkan kontribusi atau sumbangan secara simultan variable X1 dan X2 terhadap Y = R2 x 100 % atau 0,3872 x 100% = 15,0% sedangkan sisanya 85 % dipengaruhi oleh variable lain. Data outputnya adalah sebagai berikut: Model Summary Mod el R

Adjuste Std. Error Change Statistics R dR of the R Square Square Square Estimate Change F Change df1 df2

1 .387a .150 .138 .336 .150 12.956 a. Predictors: (Constant), Interaksi Sosial, Kom. Interpersonal

2

147

Sig. F Change .000

Kemudian untuk mengetahui tingkat signifikan koefisien korelasi ganda diuji secara keseluruhan menggunakan regresi ganda. Hipotesis statistic dirumuskan sebagai berikut.

118 Tazkir Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2014 Ha : ryx1 + 0 Ho : ryx1 = 0 Hipotesis bentuk kalimat: Ha : Pola komunikasi interpersonal dalam keluarga dan interaksi sosial berhubungan secara simultan terhadap kenakalan siswa. Ho :

Pola komunikasi interpersonal dalam keluarga dan interaksi sosial tidak berhubungan secara simultan terhadap kenakalan siswa. Uji signifikansi korelasi ganda dengan bandingan antara nilai probabilitas 0,05 dengan

nilai probabilitas sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut. 

Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig. F Change atau [0,05 < sig. F Change], maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.



Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig. F Change atau [0,05 > sig. F Change], maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan. Dari data table output Model Summery diperoleh nilai Rsquare = 0,150 dengan nilai

probabilitas (sig FChange) = 0,000. Karena nilai F Change 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya Pola komunikasi interpersonal dalam keluarga dan interaksi sosial berhubungan secara simultan terhadap kenakalan siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ada beberpa kesimpulan yang dapat diambil, yaitu : 1. Berdasarkan data output Tabel correlation menunjukkan bahwa Korelasi antara X1 dengan Y adalah pada tingkat kepercayaan 99 % atau sebesar 0,213**. Tanda bintang dua diujung angka korelasi menunjukkan bahwa hubungan diantara dua variabel tersebut sangat signifikan, berarti terdapat hubungan yang sangat signifikan (sangat kuat) antara pola komunikasi interpersonal dalam keluarga dengan kenakalan siswa. Artinya bahwa semakin baik pola komunikasi dalam keluarga maka semakin kecil tingkat kenakalan siswa. 2. Kemudian korelasi antara X2 dengan Y sebesar juga pada tingkat kepercayaan 99 % atau sebesar 0,383**. Tanda bintang dua diujung angka korelasi menunjukkan bahwa hubungan diantara dua variabel tersebut sangat signifikan, berarti terdapat hubungan yang sangat signifikan (sangat kuat) antara interaksi sosial dan kenakalan siswa. Artinya bahwa semakin baik interaksisosial siswa maka semakin kecil tingkat kenalan siswa

Hubungan Pola Komunikasi Interpernonal...Mohd. Rafiq 119 3. Hubungan antara pola komunikasi interpersonal dalam keluarga dan interaksi sosial secara simultan terhadap kenakalan siswa yang dihitung dengan koefisien korelasi adalah 0,387 atau (Ryx1,x2=0,387) hal ini menunjukkan pengaruh yang kuat. Sedangkan kontribusi atau sumbangan secara simultan variable X1 dan X2 terhadap Y = R2 x 100 % atau 0,3872 x 100% = 15,0% sedangkan sisanya 85 % dipengaruhi oleh variable lain.

120 Tazkir Vol. 9 No. 1 Januari-Juni 2014 DAFTAR PUSTAKA Ali, Mhammad dan Mohammad Asrori. Psikilologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Asfiyati, Pengaruh Keluarga Terhadao Kenakalan Anak. ttp//www.library.usu.ac.id. Bungin, H.M. Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana, 2007. Dajmarah, Syaiful Bahri. Pola Komunikasi Orang tua & anak Dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya, 1993. Gerungan, A. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Rineka Cipta Aditama, 2000. Gunarsa, S. Psikologi Untuk Keluarga Jakarta: Gunung Mulia, 1987. Kartono, Kartini. Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2003. _____________ Bimbingan Bagi Anak Dan Remaja Yang Bermasalah. Jakarta: Rajawali Pers, 1991. Lubis, Suwardi. Teori - Teori Komunikasi ( Sebuah Konsepsi, Analisa dan Aplikasi) Padangsidimpuan:USU, ta. Maria, U. Peran Persepsi

Keharmonisan Keluarga dan Konsep Diri Terhadap Kecendrungan Kenakalan Remaja. Yogjakarta: UGM, 2004.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2002. Rumni, Sri dan Siti Sundari. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000. -----------------------. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Sauri, Sofyan. Membangun Komunikasi Dalam Keluarga (Kajian Nilai Religi, Sosial, dan Edukatif). Bandung: PT Genesindo, 2006. Shaw, ME and P.R. Costanzo, Theories of Social Psychology. Second Edition London: McGrawHill Book, 1985. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002 . Santrock, W. Life Span Development. Jakarta: Erlangga, 2002. Walgito, Bimo. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi, 2003. Yaddien, Nur. Pola Komunikasi Dalam Keluarga Dengan Kenakalan Remaja (Studi Korelatif

Di Desa Timpik, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Jawa Tengah Tahun 2007). Salatiga: STAIS, 2008.