Vol X Nomor 4 Oktober 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL Rr. Dewi Ngaisyah INTISARI Kejadian stunting muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, dan sering menderita penyakit secara berulang karena higiene maupun sanitasi yang kurang baik . Berdasarkan Peta Situasi Gizi DIY Tahun 2013 menjelaskan bahwa Prevalensi balita sangat pendek Di Kabupaten Gunung kidul adalah 7,72% dan balita pendek sebesar 14,17%. Jika dilihat prevalensi menurut kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, ada 2 kecamatan yang prevalensinya > 40% yaitu Kecamatan Saptosari dan Tanjungsari 3. Penelitian ini merupakan penelitian observasional menggunakan rancangan Cross Sectional, menggunakan 107 Balita. Penelitian dilakukan di Desa Kanigoro, Saptosari, Gunung Kidul. Analisa data Bivariat menggunakan Uji Kai Kuadrat . Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian orang tua pada kelompok Balita Stunting berpendidikan dasar sebanyak 104 responden (92,86 %), sebagian besar memiliki pekerjaan petani sebanyak 75 responden (66,97 %) serta penghasilan sebagian besar berpendapatan dibawah upah minum regional (< UMR) sebanyak 67 responden (59,82%). Hasil Penelitian secara bivariat ditemukan dua variabel (Pendidikan, dan Pendapatan ) signifikan berhubungan dengan kejadian Stunting (p-value < 0,05). Disarankan kepada orang tua Balita baik pada kelompok Stunting maupun yang tidak Stunting, hendaknya dapat mengatur waktu meskipun bekerja sehingga tetap dapat memberikan pola asuh yang memadai kepada Balitanya. Sebaiknya sebagai orang tua dapat mengembangkan diri sehingga memiliki pendapatan setidaknya melebihi Upah Minimum Regional (UMR) sehingga dapat mencukupi kebutuhan Balita. Kata kunci : Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan serta Kejadian Stunting.
LATAR BELAKANG
pada 2 tahun awal kehidupan anak dapat
Stuntingadalah pertumbuhan yang rendah dan
memberikan dampak
efek kumulatif dari ketidakcukupan asupan
(Sudiman, 2008).
energi, zat gizi makro dan zat gizi mikro dalam
Berdasarkan Peta Situasi Gizi DIY Tahun 2013
jangka waktu panjang, atau hasil dari infeksi
(Dinkes, 2014) menjelaskan bahwa Prevalensi
kronis/infeksi yang terjadi berulang kali (Umeta
Stunting
et al., 2003).Kejadian stuntingmuncul sebagai
21,89 %. Jika dilihat prevalensi menurut
akibat dari keadaan yang berlangsung lama
kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, ada 2
seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak
kecamatan yang prevalensinya tinggi, yakni
tepat, dan sering menderita penyakit secara
melebihi 40% yaitu Kecamatan Saptosari dan
berulang karena higiene maupun sanitasi yang
Tanjungsari. Desa Kanigoro sebagai lokasi
kurang baik.Stuntingpada anak balita merupakan
penelitian ini
salah satu indikator status gizi kronis yang dapat
diwilayah kecamatan Saptosari.
yang
sulit diperbaiki
Di Kabupaten Gunung Kidul adalah
merupakan
salah satu desa
memberikan gambaran gangguan keadaan sosial
Salah satu penyebab tidak langsung dari
ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan
masalah stunting adalah status sosial ekonomi keluarga
yang
dipengaruhi
oleh
tingkat
pendidikan orang tua, karena jika pendidikan
65
Vol X Nomor 4 Oktober 2015 - Jurnal Medika Respati
tinggi
semakin
besar
untuk
Jenis Penelitian ini adalah observasional
mendapatkan penghasilan yang cukup supaya
dibidang gizi masyarakat dengan desain Cross
bisa
dalam
Sectional. Populasi penelitian adalah semua
lingkungan yang baik dan sehat, sedangkan
balita yang tinggi badannya dibawah -2 Standar
pekerjaan yang lebih baik orang tua selalu sibuk
Deviasi dari nilai median menurut perhitungan Z
bekerja
score berdasarkan indeks TB/U atau PB/U.
berkesempatan
peluangnya
ISSN : 1907 - 3887
untuk
sehingga
tidak
hidup
tertarik
untuk
memperhatikan masalah yang dihadapi anak-
Penelitian ini dilaksanakan
anaknya, padahal sebenarnya anak-anak tersebut
Saptosari, Gunung Kidul. Populasi
benar-benar
berjumlah 107 Balita, semua anggota populasi
membutuhkan
kasih
sayang
orangtua (Adriani, 2012).
diteliti.
Data
dianalisa
didesa Kanigoro, penelitian
univariat
untuk
Masalah gizi kurang yang ada sekarang
menggambarkan penghitungan nilai statistik
ini antara lain adalah adalah disebabkan karena
yang meliputi distribusi frekuensi dari variabel
konsumsi yang tidak adekuat dipandang sebagai
pendapatan keluarga, pendidikan, pekerjaan ayah
suatu permasalahan ekologis yang tidak saja
dan Kejadian Stunting pada Balita. Analisis
disebabkan oleh ketidak cukupanketersediaan
bivariat dilakukan untuk melihat hubungan
pangan dan zat-zat gizi tertentu tetapi juga
antara variabel independen yaitu sosial ekonomi
dipengaruhi oleh kemiskinan, sanitasi lingkunga
(pekerjaan
yang kurang baik dan ketidaktahuan tentang gizi.
pendapatan keluarga) dengan variabel dependen
Tingkat
yaitu Kejadian Stunted pada Balita dengan
sosial
kemampuan
ekonomi
keluarga
untuk
mempengaruhi
ayah,
pendidikan
ayah
dan
menggunakan uji Chi Square pada α 0,05.
mencukupi
kebutuhan zat gizi balita, disamping itu keadaan
HASIL
sosial ekonomi juga berpegaruh pada pemilihan macam
makanan
tambahan
dan
waktu
Penelitian dilakukan di Desa Kanigoro,
pemberian makananya serta kebiasan hidup
Saptosari, Gunung Kidul. Jumlah subjek yang
sehat. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
diukur adalah 392 Balita. Data hubungan
kejadian stunting balita.
Pendidikan ayah dengan Kejadian Stunting lebih
Status sosial ekonomi juga sangat
lengkapya dapat dilihat tabel 1 berikut
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan keluarga,
Tabel 1. Hubungan Tingkat Pendidikan Ayah
apabila akses pangan ditingkat rumah tangga
dengan Kejadian Stunting
terganggu, terutama akibat kemiskinan, maka penyakit kurang gizi (malnutrisi) salah satunya stunting pasti akan muncul. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
Kejadian Stunting Pendidikan Ayah
Stunting
Tidak Stunting
Total
OR (95% CI)
n
%
n
%
n
%
hubungan antara status
Dasar
104
30,6
236
69,4
340
100
2,424
sosial ekonomi dengan kejadian stunting pada
Lanjut
8
15,4
44
84,6
52
100
(1,1-5,3)
Total
112
28,6
280
71,4
392
100
penelitian mengenai
Balita di Desa Kanigoro, Saptosari, Gunung Kidul.
METODOLOGI PENELITIAN
66
p-Value
0,036
Vol X Nomor 4 Oktober 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
Berdasarkan tabel 1. Terlihat bahwa sebagian
Berdasarkan tabel 3. Terlihat bahwa pada
besar tingkat pendidikan ayah pada kelompok
kelompok stunting sebanyak 67 responden
stunting memiliki tingkat pendidikan dasar yakni
(35,8%) memiliki pendapatan dibawah UMR ,
sebanyak 104 responden (30,6%). Proporsi
masih dikelompok yang sama angka tersebut
tersebut jauh lebih banyak jika dibandingkan
proporsinya lebih besar dibandingkan yang
dengan
memiliki
pendidikan ayah pada tingkat lanjut,
pendapatan
diatas
UMR
yakni
yakni hanya 8 responden (15,4%). Selanjutnya
sebanyak 45 responden
dengan menggunakan uji Chi Square dengan α =
dengan menggunakan Uji Kai Kuadrat pada α
0,05
0,05
diperoleh
menunjukkan
p-value
bahwa
0,036.
ada
Hal
hubungan
ini
antara
diperoleh
menunjukkan
(22%). Selanjutnya
p-value
bahwa
ada
0,036.
Hal
hubungan
ini yang
Pendidikan ayah dengan kejadian stunting.
signifikan antara tingkat Pekerjaan Ayah dan
Tabel 2. Hubungan Tingkat Pekerjaan Ayah
Kejadian Stunting.
dengan Kejadian Stunting
PEMBAHASAN
Kejadian Stunting Pekerjaan
Stunting
Ayah
Total
Tidak Stunting
n
%
n
%
n
%
Petani
75
28,4
189
71,6
264
100
Wiraswasta
24
30,8
54
69,2
78
100
Nelayan
4
21,1
15
78,9
19
100
Swasta
7
36,8
12
63,2
19
100
PNS
2
16,7
10
83,3
12
100
Total
112
28,6
280
71,4
392
100
OR
p-
(95% CI)
Value
Hubungan
Pendidikan
dengan
Kejadian Stunting Pada
penelitian
dilakukan
pengamatan terhadap Balita sebanyak -
0,702
392 Balita.
Istilah yang digunakan
pada penelitian ini terdapat 2 istilah yaitu subjek dan responden. Yang dimaksud
subjek
adalah
Balita,
Berdasarkan tabel 2. Dapat dilihat bahwa jenis
sedangkan Responden adalah orang tua Balita
Pekerjaan Ayah yang terbanyak adalah Petani,
yang berada di wilayah penelitian yaitu di Desa
baik pada kelompok Stunting sebanyak 75
Kanigoro,
responden (28,4%), maupun pada kelompok
penelitian ini dijumpai bahwa pada kelompok
Tidak Stunting sebanyak 189 responden (71,6%).
stunting,
Selanjutnya dengan Uji Chi Square pada α = 0,05
berpendididikan dasar. Hasil pengujian statistik
diperoleh
ini
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
antara pendidikan ayah dengan kejadian stunting.
pekerjaan Ayah dengan kejadian Stunting.
Keadaan ini senada dengan teori bahwa orang
Tabel 3. Hubungan Tingkat Pendapatan Ayah
tua yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi
dengan Kejadian Stunting
akan lebih berorientasi pada tindakan preventif,
p-value
sebesar
0,702.
Hal
Saptosari,
Gunung
pendidikan
Kidul.
ayah
Pada
didominasi
tahu lebih banyak tentang masalah Kejadian Stunting Pendapatan Keluarga
Stunting
Tidak Stunting
Total
OR (95% CI)
N
%
n
%
n
%
< UMR
67
35,8
120
64,2
187
100
2,424
≥ UMR
45
22
160
78
205
100
(1,1-5,3)
Total
112
28,6
280
71,4
392
100
kesehatan, p-Value
status
kesehatan yang lebih baik . Menurut dijelaskan
bahwa
tingkat
pendidikan turut menentukan mudah tidaknya
67
memiliki 4
teori 0,036
dan
seseorang
menyerap
dan
Vol X Nomor 4 Oktober 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
memahami pengetahuan gizi dan kesehatan. Hal
untuk memenuhi kebutuhan gizi pada anak.
ini berkaitan erat dengan wawasan pengetahuan
Sebagian
mengenai sumber gizi dan jenis makanan yang
pekerjaan
baik untuk konsumsi keluarga. Kondisi demikian
memiliki penghasilan yang terbatas dan pada
ini menyebabkan orang tua kurang optimal
umumnya tidak menentu, sehingga menyebabkan
dalam memenuhi kebutuhan gizi anak, sehingga
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi
menyebabkan anak mengalami stunting.
11
Menurut
sebagai
tua
yang
petani
memiliki
kecenderungan
berlanjut akan menyebabkan kejadian stunting pada Balita.6
berkaitan dengan kesadaran untuk memanfaatkan kesehatan.
orang
anak menjadi kurang, kondisi demikian jika
Tingkat pendidikan orang tua juga
fasilitas
besar
penelitian
Hal
diatas
didukung
data
Riset
sebelumnya dijelaskan bahwa wanita yang
Kesehatan Dasar disebutkan bahwa penyebab
berpendidikan cenderung lebih baik dalam
terjadinya
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan, lebih
dikarenakan
banyak dapat berinteraksi secara efektif dengan
rumah tangga yang menyebabkan kekurangan
memberi pelayanan kesehatan serta lebih mudah
asupan gizi makanan terutama pada anak Balita.
mematuhi
diberikan
Kondisi demikian ini diperlukan peran tenaga
dengan
kesehatan khususnya petugas gizi Puskesmas
saran 8
kepadanya. Hubungan
yang Pekerjaan
penderita
Stunting
ketidakcukupan
antara
pangan
lain dalam
dengan cara melakukan penyuluhan mengenai
Kejadian Stunting Pada penelitian ini dijumpai bahwa
cara menyusun menu sehat dari bahan makanan
bahwa jenis Pekerjaan Ayah yang terbanyak
lokal yang ada untuk membantu keluarga dalam
adalah Petani, baik pada kelompok Stunting
mengatasi
sebanyak 75 responden (28,4%), maupun pada
melakukan pengawasan terhadap balita yang
kelompok
berisiko mengalami stunting terutama pada
Tidak
Stunting
sebanyak
189
masalah
gizi
keluarga,
responden (71,6%). Hasil pengujian statistik
keluarga yang kurang mampu.2
menunjukkan
Hubungan
tidak
ada
hubungan
yang
signifikan antara pekerjaan ayah dengan kejadian
dengan
Kejadian
Stunting
stunting.Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
Pendapatan
serta
di Provinsi Nusa
pada
Penelitian ini menunjukkan
bahwa
kelompok
banyak
stunting
lebih
Tenggara Barat dan Banten menunjukkan tidak
pendapatannya adalah dibawah UMR yakni
ada hubungan antara pekerjaan dengan status gizi
sebanyak 67 responden (35,8%) , sedangkan
pada balita.5 Hasil penelitian tersebut juga
yang memiliki pendapatan diatas UMR hanya
menunjukkan
antara
sedikit yakni sebanyak 45 orang (22%). Hal ini
pekerjaan ibu dengan status gizi balita. Selain
sesuai dengan pendapat Sulistyoningsih bahwa
itu, penelitian di India menemukan bahwa di
meningkatnya pendapatan akan meningkatkan
kalangan ibu bekerja, ternyata mereka yang
peluang untuk membeli pangan dengan kualitas
mendapat penghasilan lebih banyak mempunyai
dan kuantitas yang lebih baik, sebaliknya
anak dengan status gizi lebih baik. Berdasarkan
penurunan
teori dapat dijelaskan bahwa orang tua yang
menurunnya daya beli pangan yang baik secara
bekerja akan mempunyai kemampuan ekonomi
kualitas
tidak
ada
hubungan
68
pendapatan
maupun
akan
kuantitas.7
menyebabkan
Tingginya
Vol X Nomor 4 Oktober 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
penghasilan yang tidak diimbangi pengetahuan
Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten
gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang
Kampar menunjukkan ada hubungan antara
menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya
tingkat pendapatan dengan status gizi keluarga.
sehari-hari, sehingga pemilihan suatu bahan
Hasil penelitian ini didukung oleh penilitianyang
makanan lebih didasarkan kepada pertimbangan
dilakukan di Medan juga menunjukkan hasil ada
selera dibandingkan aspek gizi.Keadaan yang
hubungan antara tingkat pendapatan dengan
tidak stunting
status gizi.10
terjadi bila tubuh memperoleh
8
cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,
DAFTAR PUSTAKA
pertumbuhan
1. Depertemen Kesehatan RI. 2004. Program
otak,
kemampuan
kerja
dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi
Perbaikan Gizi Makro. Jakarta:Depkes
mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh
2. Depertemen Kesehatan RI. 2014. Hasil Riset
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat
Kesehatan Dasar ( RIKESDAS) RI 2014.
lebih esensial.
11
Jakarta: Depkes RI
Gizi pemenuhan
kurang
dipengaruhi
dari
3. Dinas
gizi, penyakit infeksi pada anak,
DIY.
2014.
Profil
Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta.
hygiene yang kurang, letak demografi/tempat tinggal dapat berdampak
Kesehatan
4. Timmreck, C.T. 2005. Epidemiologi Suatu
pada status gizi
Pengantar. Jakarta: EGC
individu. Sehingga dapat menyebabkan stunting,
5. Linda, O dan Hamal, DK.. 2011. Hubungan
sedangkan gizi merupakan kebutuhan yang
pendidikan dan pekerjaan Orang Tua Serta
sangat
proses
Pola Asuh Dengan Status Gizi Balita Di Kota
pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan
dan Kabupaten Tangerang Banten. Skripsi.
anak, mengingat manfaat gizi dalam tubuh dapat
Kesehatan Masyarakat. FIKES UHAMKA.
penting
membantu
dalam
membantu
proses
pertumbuhan
dan
6. Khomsan, A. 2012. Ekologi Masalah Gizi,
perkembangan anak, serta mencegah terjadinya
Pangan, Dan Kemiskinan. Bandung: Alfabeta
berbagai penyakit akibat kurang gizi dalam
7. Sulistyoningsih,
H.
2011.
Gizi
Untuk
tubuh. Terpenuhinya kebutuhan gizi pada anak
Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
diharapkan anak dapat tumbuh dengan cepat
Ilmu
sesuai
dengan
usia
tumbuh
dan
dapat
8. Harniwita.
2008.
Pengaruh
Tingkat
meningkatkan kualitas hidup serta mencegah
Pendapatan Terhadap Gizi Keluarga Di Desa
terjadinya morbiditas dan mortalitas. Peran pola
Buluh Cina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten
asuh terhadap status gizi sangat penting.6
Kampar, Vol. IX, No. 1. Jurnal penelitian,
Menurut peneliti sebelumnya bahwa apabila
penghasilan
penyediaan
lauk
keluarga
pauk
akan
(online), diakses 17 Juni 2013. Lutviana. E,
meningkat,
Budiono.
I.
2010.
Prevalensi
meningkat
Determinan Kejadian Gizi Kurang Pada
mutunya.Sebaliknya, penghasilan yang rendah
Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
menyebabkan daya beli yang rendah pula,
9. Hidayati , RN . 2011. Hubungan
Dan
Tugas
sehingga tidak mampu membeli pangan dalam
Kesehatan Keluarga, Karakteristik Keluarga
jumlah yang diperlukan. Hasil penelitian di Desa
dan Anak dengan Status Gizi Balita Di
69
Vol X Nomor 4 Oktober 2015 - Jurnal Medika Respati
Wilayah Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan . 10. Yunida, E. 2005. Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Berat Badan dan Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah Di SD Negeri No.06083 Kota Medan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. (online), diakses 17 Juni 2013. Hidayati (2009). 11. Almatsier, S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001
70
ISSN : 1907 - 3887