HUBUNGAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KEKAMBUHAN GANGGUAN JIWA PADA REMAJA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh : PURWANTINI NIM : ST 13057
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
i
ii
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Purwantini
Nim
: ST 13057
Dengan ini menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik ( sarjana ) , baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lainnya. 2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak manapun kecuali arahan dari Tim Pembimbing dan Penguji 3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis di publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas di cantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya beedia menerima sanksi dari akademik berupa pencabutan gelar yang telah di peroleh karena karya ini, serta sanksi yang lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi Surakarta, 27 Juli 2015 Yang membuat pernyataan,
Purwantini NIM. ST 13057
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi dengan judul “Hubungan tipe kepribadian dengan kekambuhan gangguan jiwa pada remaja di RSJD Surakarta”dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun untuk melengkapi sebagian syarat derajat Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta . Penelitian ini dapat terselesaikan berkat dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1.
Ibu Dra. Agnes Suharti, M.Si selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2.
Ibu Ns, Wahyu Rima Agustina,S.Kep.,Mkep, Selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan.
3.
Ibu Wahyuningsih Safitri, Skep., Ns., M.Kep Pembimbing utama yang telah memberikan arahan dan saran dalam penyusunan Skripsi ini.
4.
Ibu Maria Wisnu Kanita, S.Kep., Ns. Pembimbing Pendamping yang telah memberikan arahan dan saran dalam penyusunan Skripsi ini.
5.
Ibu Rufaida Nur Fitriana, S.kep., Ns. Pembimbing Pendamping yang telah memberikan arahan dan saran dalam penyususnan Skripsi ini.
6.
Ibu Febriana Sartika Sari, S.Kep., Ns. Pembimbing Pendamping yang telah memberikan arahan dan saran dalam penyususnan Skripsi ini.
v
7.
Segenap dosen
Prodi S-1 dan staf pengajar STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dan arahan. 8.
Rekan mahasiswa. Prodi S-1 Transfer yang telah memberikan semangat dan dorongan pada pembuatan Skripsi ini.
9.
Rumah Sakit Jiwa yang telah memberikan ijin sebagai tempat penelitian.
10. Bapak Ibu, Suami dan anakku tercinta yang telah memberikan do’a, motivasi, dukungan dan kasih sayangnya, aku bangga dan bahagia memiliki kalian. Dengan segenap kerendahan hati, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Skripsiini, oleh karena itu semua masukan yang bersifat membangun akan penulis terima dengan hati yang lapang dan terbuka.
Surakarta , 27 Juli 2015
Penulis Pu r w a n t i n i
vi
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL ……………………………….…………………..
i
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………….
ii
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN …………………………..…………………..
iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………..
v
DAFTAR ISI …………………………………………..………………..
vii
DAFTAR TABEL …………………………………………………........
x
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………
xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………
xii
ABSTRAK ...............................................................................................
xiii
ABSTRACT ..............................................................................................
xiv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN …………………………..……………..
1
1.1. Latar Belakang Masalah ……………………………
1
1.2. Rumusan Masalah……………………..……………
4
1.3. Tujuan Penelitian ………………………..…………….
4
1.4. Manfaat Penelitian …………………………………….
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1. Landasan Teori ………………………………………
6
21.1. Gangguan Jiwa ……………………………….. 1. Pengertian Gangguan Jiwa............................
vii
6 7
2. Penyebab Gangguan Jiwa..............................
7
3. Jenis Gangguan Jiwa.......................................
7
4. Tada dan Gejala gangguan Jiwa....................
10
2.1.2. Remaja…………………….……………..........
12
1. Pengertian Remaja..........................................
12
2. Tahap-tahap Perkembangan dan batasan
BAB III
Remaja............................................................
13
2.1.4. Kepribadian.........................................................
16
1. Pengertian kepribadian...................................
16
2. Faktor penentu kepribadian............................
17
3. Sifat-sifat kepribadian...................................
17
4. Tipe-Tipe kepribadian Menurut C Jung.........
17
5. Tipe kepribadian menurut G. Heyans.............
20
2.1.5 . Kekambuhan.............................................................
21
1. Pengertian.....................................................
21
2. Gejala kekambuhan...........................................
21
3. Faktor kekambuhan..............................................
21
2.2. Keaslian Penelitian..........................................................
23
2.3.Kerangka Teori.................................................................
25
2.4.Kerangka Konsep...............................................................
26
2.5.Hipotesa.............................................................................
26
METODE PENELITIAN .....................................................
27
3.1. Jenis dan rancangan Penelitian ...................................
27
viii
BAB IV
BAB V
BAB VI
3.2.Rencana Tempat dan Waktu Penelitian ............................
27
3.3. Populasi dan Sampel .......................................................
27
3.4.Variabel Penelitian, Definisi, dan skala pengukuran.........
31
3.5.Alat Penelitian dan cara pengumpulan data.......................
32
3.6.Tehnik pengolahan Dan Analisa Data..............................
35
3.7.Etika Penelitian...............................................................
38
HASIL PENELITIAN............................................................
41
4.1. Gambaran umum lokasi Rumah Sakit.............................
41
4.2.Hasil penelitian.................................................................
42
PEMBAHASAN.....................................................................
46
5.1.Tipe Kepribadian...............................................................
46
5.2.Kekambuhan.....................................................................
47
5.3.Hubungan tipe kepribadian dengan kekambuhan..............
48
PENUTUP..............................................................................
51
6.1.Simpulan.............................................................................
51
6.2.Saran..................................................................................
51
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
No Tabel
JudulTabel
Halaman
1.1
Keaslian penelitian
23
3.1
Variabel, Definisi operasional dan skala pengukuran
32
4.1
Distribusi frekuensi pasien remaja berdasarkan jenis kelamin di RSJD Surakarta tahun 2015
42
4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di RSJD Surakarta Tahun 2015
42
4.3
Distribusi frekuensi pasien berdasarkan pendidikan di RSJD Surakarta Tahun 2015
43
4.4
Distribusi frekuensi berdasarkanTipe kepribadian di RSJD Surakarta Tahun 2015
43
4.5
Distribusi frekuensi pasien berdasarkanKekambuhan di RSJD Surakarta Tahun 2015
44
4.6
Distribusi Silang Responden berdasarkan Tingkat kekambuhan dan Tipe kepribadian
44
4.7
Distribusi Silang Responden berdasarkan Tingkat kekambuhan dan Tipe kepribadian
45
10
Kuisioner
x
DAFTAR GAMBAR
No
Judul gambar
Halaman
1
Gambar 1 Kerangka Teori……………………………….......
25
2
Gambar 2 Kerangka Konsep…………………………….......
26
xi
DAFTAR LAMPIRAN No Lampiran
Keterangan
1
F.01 Usulan Topik Penelitian
2
F.02 Pengajuan Judul Skripsi
3
F.04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
4
F.07 Pengajuan ijin Penelitian
5
Jadwal Penelitian
6
Surat permohonan studi pendahuluan
7
Surat balasan studi pendahuluan
8
Surat balasan ijin Uji validitas
9
Surat balasan permohonan ijin penelitian
10
Surat keterangan ijin penelitian
11
Lembar Permohonan Menjadi Responden
12
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
13
Lembar Kuesioner
14
Tabulasi data uji coba penelitian
15
Uji validitas kuisioner
16
Uji Reliabilitas Kuisioner
17
Tabulasi data
18
Analisa data
19
Lembar Konsultasi
xii
PROGRAM STUDI S-I KEPERAWATAN STIKES KUSUSMA HUSADA SURAKARTA 2015
Purwantini Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Kekambuhan Gangguan Jiwa Pada Remaja Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Abstrak Masa remaja merupakan masa peralihan dan apabila kebutuhan tidak terpenuhi dapat menyebabkan gangguan jiwa. Hal ini terutama terjadi pada remaja dengan kepribadian introvert. Kekambuhan dapat terjadi karena adanya kejadian buruk. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian korelasional. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tipe kepribadian dengan kekambuhan gangguan jiwa pada remaja di RSJD Surakarta. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 55 orang. Variabel yang diamati tipe kepribadian dan kekambuhan pasien gangguan jiwa pada remaja. Hasil penelitian tipe kepribadian responden terbanyak di RSJD Surakarta adalah introvert sejumlah 30 responden. Sedangkan kekambuhan diperoleh adanya kekambuhan sedang yang dialami oleh 28 responden.Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara tipe kepribadian dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa pada remaja (p value 0,000). Berdasarkan hasil uji analisis dapat diketahui p value tabel sebesar 0,000<0,05. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tipe kepribadian responden terbanyak adalah introvert dan kekambuhan sedang. Perawat diharapkan dapat merawat lebih maksimal pada remaja dengan gangguan jiwa dan keluarga dapat mendampingi remaja dalam mengambil keputusan. Kata Kunci : Tipe Kepribadian, Kekambuhan Daftar Pustaka : 19 (2003-2010)
xiii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Purwantini Correlation between Personality Type and Mental Disorder Recurrence of Adolescents at Local Psychiatric Hospital of Surakarta ABSTRACT Adolescence is an interim period, and when the needs are not fulfilled, this may lead to a mental disorder particularly to the adolescents with introvert personalities. The mental disorder recurrence persists due to bad incidences. The objective of this research is to investigate the correlation between the personality type and the mental disorder recurrence of the adolescents at Local Psychiatric Hospital of Surakarta. This research used the quantitative correlational method. The respondents of research consisted of 55. The variables of research observed were the personality type and mental disorder recurrence of the adolescent patients. The result of research shows that Most of the respondents, namely: 30 persons had the introvert personality. In addition, 28 respondents had the moderate mental disorder recurrence. Thus, there was a correlation between the personality type and the mental disorder recurrence of the adolescents as indicated by the p-value 0.000 which was less than 0.05. The nurses were expected to care the adolescent mental disorder patients more maximally, and the families of the patients were expected to accompany them to take decisions. Keywords: Personality type, recurrence References: 19 (2003-2010)
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial interpesonal yang memuaskan perilaku dan koping kooperatif (Videbeck, 2008). Menurut Notosoedirdjo dan Latipun, 2005 gangguan jiwa merupakan kondisi jiwa kurang dalam hal kesehatan mental. Penduduk seluruh dunia diperkirakan mengalami gangguan mental sejumlah 450 juta orang dimana 10% adalah orang dewasa sedangkan 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Penyebab munculnya gangguan jiwa diperoleh karena faktor fisik, lingkungan sosial atau juga faktor psikis atau psikogenik (WHO, 2009). Gangguan jiwa tersebar di seluruh dunia termasuk wilayah Asia Tenggara. Berdasarkan WHO bahwa satu pertiga daripada wilayah Asia Tenggara pernah mengalami gangguan neuropsikis (Iyus yosef 2011). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2007, diketahui bahwa prevalensi gangguan jiwa per 1000 anggota rumah tangga terdapat 140/1000 penduduk usia 15 tahun ke atas, dan diperkirakan sejak awal tahun 2007 jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa sebesar 25% dari populasi penduduk di Indonesia. Prevalensi penderita Skizofrenia di Indonesia adalah 0,3% sampai 1%, dan terbanyak pada usia sekitar 18-45 tahun, terdapat juga beberapa penderita yang mengalami pada umur
1
2
11-12 tahun. Menurut National Institute Of Mental Health gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030 (NIMH, 2011). Data Statistik menunjukkan bahwa satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai dengan skizofrenia. Data lainya berdasarkan statistik angka penderita gangguan jiwa secara global 450 juta orang mengalami gangguan mental dan sekitar satu juta orang meninggal karena bunuh diri (Azrul Azwar, 2010). Menurut Dariyo (2004),
masa
remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, sehingga apabila pada masa remaja tidak terpenuhi dapat menyebabkan gangguan jiwa. Data pasien di RSJD Surakarta jumlah total pasien pada Tahun 2013 adalah 18.191 orang pasien dan sampai bulan Agustus Tahun 2014 jumlah total pasien 22.324 orang pasien. Pasien yang tidak rutin melakukan kunjungan di rawat jalan sebanyak 68 %. Pasien remaja yang ada selama tahun 2014 adalah sejumlah 5851 orang remaja yang berusia antara 11-18 tahun (Data Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tahun 2014). Tipe kepribadian merupakan salah satu penyebab gangguan jiwa. Seseorang yang memiliki kepribadian pendiam atau introvert lebih rentan terjadi gangguan kejiwaan (Dadang Hawari 2009). Seorang ahli psikologi berpendapat bahwa pribadi introvert adalah sifat bawaan dasar dari seorang yang tertutup lebih senang menstimulasi atau berdialog dengan dirinya sendiri. Seorang introvert dapat dilihat dari kebiasaan dia sejak kecil, bila
3
anak yang lain lebih aktif, senang baraktivitas, senang menceritakan semua kegiatannya, berbeda dengan anak introvert, dia lebih senang menyendiri di kamar atau ruangan tertutup. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Introvert adalah sebuah sifat dan karakter yang cenderung menyendiri. Mereka adalah pribadi yang tertutup dan mengesampingkan kehidupan sosial yang terlalu acak (Purwa. A,2009). Kambuh merupakan keadaan pasien dimana muncul gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan pasien harus dirawat kembali (Andri, 2008). Periode kekambuhan adalah lamanya waktu tertentu atau masa dimana klien muncul lagi gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien harus dirawat kembali. Pada gangguan jiwa kronis diperkirakan mengalami kekambuhan 50% pada tahun pertama, dan 79% pada tahun ke dua. Kekambuhan biasa terjadi karena adanya kejadiankejadian buruk sebelum mereka kambuh (Dorland, 2004). Berdasarkan hasil observasi peneliti di ruang tenang RSJD Surakarta pada bulan November 2014 terhadapat 12 pasien remaja menujukkan ketika ditanya pasien tidak mau menjawab, pasif, kontak mata kurang serta menyendiri. Hasil wawancara dengan keluarga pasien di dapatkan bahwa rata-rata pasien yang mempunyai kepribadian introvert anaknya pendiam dan tidak banyak bicara. Hasil observasi peneliti di dapatkan hasil bahwa ada 8 pasien introvert dan 4 pasien ekstrovert berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian tentang hubungan tipe kepribadian dengan kekambuhan gangguan jiwa pada remaja di RSJD Surakarta.
4
1.2 Rumusan Masalah Data pasien remaja di RSJD Surakarta menunjukkan tipe kepribadian introvert dan ekstrovert perbandingan tidak terlalu jauh yaitu 8:4 antara introvert dan ekstrovert, oleh karena itu rumusan dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan tipe kepribadian dengan kekambuhan gangguan jiwa pada remaja di RSJD Surakarta?.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ada 2 yaitu 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tipe kepribadian dengan kekambuhan gangguan jiwa pada remaja di RSJD Surakarta.
2.
Tujuan Khusus a.
Mengetahui gambaran tipe kepribadian remaja dengan gangguan jiwa.
b.
Mengetahui gambaran kekambuhan gangguan jiwa pada pasien remaja di RSJD Surakarta.
c.
Menganalisis hubungan tipe kepribadian dengan kekambuhan gangguan jiwa pada remaja di RSJD Surakarta.
5
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan Bidang Keperawatan RSJD Surakarta untuk meningkatkan upaya pencegahan kekambuhan pasien gangguan jiwa.
2.
Bagi institusi pendidikan Institusi pendidikan dapat menerapkan hasil penelitian tentang tipe kepribadian dengan kekambuhan gangguan jiwa dalam proses belajar mengajar program praktek klinik keperawatan.
3.
Bagi peneliti lain Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian dengan metode kualitatif, sehingga dapat mengetahui atau membedakan tentang tipe kepribadian yang dapat menyebabkan gangguan jiwa.
4.
Bagi peneliti Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang tipe kepribadian dengan kekambuhan yang mempengaruhi gangguan jiwa pada remaja di RSJD Surakarta.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Gangguan Jiwa 1. Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa atau disebut juga gangguan mental adalah penyimpangan dari keadaan ideal dari suatu kesehatan mental
atau dapat dimaknakan sebagai tidak adanya atau
kurangannya dalam hal kesehatan mental (Notosoedirdjo dan Latipun, 2005). Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara Berpikir(cognitive),kemauan(volition),emosi(affective)),tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Diagnostic and of Mental Dosorder IV merumuskan gangguan jiwa sebagai sindroma atau pola perilaku atau psikologis yang terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya beberapa penyebab. 2. Penyebab Gangguan Jiwa Menurut Notosoedirjo dan Latipun, 2005 penyebab gangguan jiwa adalah distress (simptom menyakitkan), Disability artinya ketidakmampuan (misalnya tidak berdaya pada satu atau beberapa bagian penting dari fungsi tertentu), Peningkatan
6
7
resiko secara bermakna untuk mati, sakit, ketidak- mampuan atau kehilangan kebebasan. Apabila seseorang mempunyai yang sangat ego sangat lemah maka dalam menghadapi dorongan, keputusan atau tuntutan moralnya, sehingga terjadi konflikkonflik psikis. Tipe kepribadian merupakan salah satu penyebab gangguan jiwa. Seseorang yang memiliki kepribadian pendiam atau introvert lebih rentan terjadi gangguan kejiwaan (Dadang Hawari 2009). Gangguan kepribadian dapat berlangsung lama karena karakteristik kepribadian tidak mudah diubah (Videbeck, 2008) 3. Jenis Gangguan Jiwa a. Skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempenagruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi , gerakan dan perilaku
aneh
dan
terganggu.
Skizofrenia
tidak
dapat
didefinisikan sebagai penyakit tersendiri, melainkan diduga sebagai suatu sindrom atau proses penyakit yang mencakup banyak jenis dengan berbagai gejala. Penyakit ini sering diartikan oleh masyarakat adalah penyakit yang berbahaya dan tidak dapat dikontrol dan digambarkan sebagai individu yang mengalami masalah emosional dan memperlihatkan perilaku yang aneh dan amarah (VideBeck, 2008).
8
b. Depresi Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri c. Kecemasan Kecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaikbaiknya. Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. d. Gangguan Kepribadian Gangguan kepribadian didiagnosis saat sifat kepribadian individu menjadi kaku dan maladaptive dan secara signifikan mengganggu cara individu melakukan fungsi dalam masyarakat atau menyebabkan distress emosional individu. Gangguan kepribadian dapat berlangsung lama karena karakteristik kepribadian tidak mudah diubah (Videbeck, 2008) e. Gangguan Mental Organik Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak Gangguan fungsi
9
jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. f. Gangguan Psikosomatik Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah.
Sering
terjadi
perkembangan
neurotik
yang
memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. g. Retardasi Mental Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh
pada
tingkat
kecerdasan
secara
menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial
10
h. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja. Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat.
Anak
menimbulkan
dengan
kesukaran
gangguan
dalam
asuhan
perilaku dan
dapat
pendidikan.
Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling mempengaruhi. 4. Tanda dan gejala gangguan jiwa menurut Yosep (2007) adalah sebagai berikut : a.
Ketegangan (tension) Rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatanperbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk.
b.
Gangguan kognisi pada persepsi Merasa mendengar (mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh, melempar, naik genting, membakar rumah, padahal orang di sekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya tidak ada hanya muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat berat dia rasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien bisa mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut orang lain.
11
c.
Gangguan kemauan Klien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau dan acak-acakan.
d.
Gangguan emosi Klien merasa senang, gembira yang berlebihan (Waham kebesaran). Klien merasa sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung karno tetapi di lain waktu ia bisa merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin mengakhiri hidupnya.
e.
Gangguan psikomotor Hiperaktivitas, klien melakukan pergerakan yang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan maju mundur, meloncatloncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh atau menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau melakukan gerakan aneh. (Yosep, 2007)
2.1.2. Remaja 1. Pengertian Remaja Dariyo ( 2004), menyebutkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang meliputi smeua perkembangan yang dialami sebagai persiapan
12
memasuki masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan psikososial. Masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatdmojo, 2007). Menurut Soetjiningsih (2004) Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang dewasa muda. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun (Soetjiningsih, 2004). 2. Tahap – tahap Perkembangan dan Batasan Remaja Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja: a. Remaja awal (early adolescent) Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai perubahanperubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis,
dan mudah
terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik.
13
b.
Remaja madya (middle adolescent) Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawankawan. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya.
c.
Remaja akhir (late adolescent) Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu: 1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. 2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru. 3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. 4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti
dengan
keseimbangan
kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
antara
14
5. Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (Sarwono, 2010). Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap yaitu: 1.
Masa remaja awal (10-12 tahun) Sifat masa remaja awal diantarannya merasa lebih dekat dengan teman sebaya, ingin bebas lebih
banyak
memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak). 2.
Masa remaja tengah (13-15 tahun) Sifat yang dimiliki remaja tengah antara lain ingin mencari identitas diri, ketertarikan pada lawan jenis timbul perasaan cinta.
3.
Masa remaja akhir (16-19 tahun) Sifat yang dimiliki remaja akhir diantannya pengungkapan kebebasan diri,
mencari teman sebaya lebih selektif,
memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya, dapat mewujudkan perasaan cinta dan memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak. dkk, 2009).
(Widyastuti
15
2.1.4. Kepribadian 1. Pengertian kepribadian a. Kepribadian adalah pola prilaku dan berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain yang melekat dan terus ada, termasuk persepsi, sikap, dan emosi diri tentang diri sendiri dan dunia (Purwa A 2012). b. Menurut
Yinger pengertian
kepribadian
adalah
keseluruhan prilaku seorang individu dengan system kecendrungan
tertentu
yang
berinteraksi
dengan
serangkaian intruksi . c. M.A. W. Bouner merupakan corak tingkah laku social yang meliputi corak kekuatan ,dorongan keinginan ,opini , dan sikap2 seseorang . d. (Purwa A 2012) menyebutkan bahwa Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadiannya menampakkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Pola tersebut muncul pada setiap situasi serta menggangu fungsi kehidupannya sehari-hari 2.
Faktor- Faktor penentu kepribadian Faktor dari penentu kepribadian adalah keturunan dan lingkungan. Faktor keturunan seperti : tinggi badan ,fisik , bentuk wajah , temperamen dan lain lain. Dan Faktor lingkungan memiliki peran dalam membentuk kepribadian
16
seseorang misalnya budaya membentuk norma , sikap dan nilai yang di wariskan dari generasi
yang satu dengan
generasi selanjutnya . 3. Sifat sifat kepribadian Struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk mengindentifikasi dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan perilaku individu atau seseorang. Karakter yang melekat pada individu contoh nya : malu , agresif , pemalas ,ambisius, setia dan takut. Karakteristik tersebut jika di tunjukan dalam berbagai situasi di sebut sifat-sifat kepribadian 4. Tipe- Tipe Kepribadian Menurut C.G Jung C.G Jung adalah seorang ahli penyakit jiwa yang berasal dari negara swis. Jung membagi kepribadian kedalam dua tipe, Yaitu ekstovert dan Introvert (Purwa A,2012) (1) Ekstrovert a) Orang yang memiliki Kepribadian Ekstrovert adalah orang yang perhatiannya diarahkan ke luar dari dirinya. Ciri ciri atau sifat yang dimiliki oleh orang ekstrovert adalah ia lancar dalam berbicara, mudah bergaul, tidak malau mudah menyesuaikan diri, ramah dan suka berteman. Ciri ekstrovert yang lain adalah minatnya terhadap situasi sosial kuat, dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain meskipun ada
17
masalah, semangat berkompetisi, sangat ambisius, sangat agresif, pekerja keras, menetapkan target yang tinggi bagi dirinya dan orang lain serta memiliki emosi yang tinggi. (2) Introvert Tipe kepribadian introvert perhatiannya lebih mengarah pada dirinya. Sifat yang dimiliki oleh orang yang berkepribadian introvert adalah cenderung diliputi kekawatiran, mudah malu dan canggung, lebih senang bekerja sendiri, sulit menyesuiakan diri dan jiwanya agak tertutup. Ciri lain dari seseorang yang introvert misalnya cenderung menarik diri dari lingkungan, lemah dalam penyesuaian sosial, lebih menyukai kegiatan dalam rumah, menunjukkan ciri sangat tenang, santai, tidak memiliki ambisi berlebihan, rentan terhadap stres kerja dan penyakit jantung. 5.
Tipe -Tipe Kepribadian Menurut Gerart Heymans Gerart Heymans mengolongkan tipe kepribadian berdasarkan
kuat dan lemahnya seseorang. Tipe-tipe
kepribadian yang ia maksud adalah: a).Gapasioneerden (orang hebat). Ciri dari orang yang memiliki kepribadian seperti ini akan terlihat sifat antara lain selalu bersikap keras,
18
ambisius, egois, dan emosional. Selain itu sifat yang terlihat dari orang yang mempunyai kepribadian ini antara lain memiliki rasa kekeluargaan yang baik, dan suka menolong yang lemah. b). Cholerici ( orang garang). Sifat yang terlihat dari orang yang memiliki kepribadian seperti ini antara lain orangnya agresif, giat bekerja, pemberani, optimistis, dan suka pada hal hal yang bersifat nyata. Selain itu ciri lainnya adalah bahwa orang ini mempunyai sifat boros dan suka bertindak ceroboh. c). Sentimentil (orang perayu) Ciri cirinya adalah emosional, pintar berbicara, senang dengan kehidupan alam, dan tidak suka keramaian. d). Nerveuzen ( Gugup) Sifat yang terlihat dari kepribadian semacam ini adalah mudah naik darah, suka memprotes, tidak mau berfikir panjang, dan tidak pendendam. e). Flegmaciti (orang tenang) Sifat yang terlihat pada orang yang memiliki kepribadian ini adalah antara lain selalu bersikap tenang dan sabar, tekun bekerja, memiliki pemikiran yang luas, rajin dan cekatan.
19
f). Sanguinici ( Kekanak kanakan) Jika kita melihat seseorang memiliki sifat seperti anak anak, itulah orang yang berkepribadian sanguinici. Sifat yang terlihat antara lain sukar atau plinlan dalam mengambil keputusan, ragu ragu dalam bertindak dan suka menyendiri. g). Amorfem (orang tak berbentuk) Sifat yang terlihat dari tipe kepribadian ini adalah intelektualnya kurang, picik, tidak praktis, tidak punya jati diri dan terombang ambing.
2.1.5. Kekambuhan 1. Pengertian Kambuh merupakan keadaan klien dimana muncul gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien harus dirawat kembali . Periode kekambuhan adalah lamanya waktu tertentu atau masa dimana klien muncul lagi gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien harus dirawat kembali. Angka kekambuhan secara positif hubungan dengan beberapa kali masuk Rumah Sakit (RS), lamanya dan perjalanan penyakit.Penderita-penderita yang kambuh biasanya sebelum keluar dari RS mempunyai karakteristik hiperaktif,
20
tidak mau minum obat dan memiliki sedikit keterampilan sosial (Porkony dkk, 2008). 2. Gejala kekambuhan Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi oleh klien dan keluarganya (Yosep, 2007) yaitu : a. Menjadi ragu-ragu dan serba takut (Nervous) b. Tidak ada nafsu makan c. Sukar konsentrasi d. Sulit tidur e. Depresi f. Tidak ada minat g. Menarik diri 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan gangguan jiwa Ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan skizofrenia, antara lain tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat, serta adanya masalah kehidupan yang berat yang membuat stress (Akbar, 2008).
21
Faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit jiwa menurut Keliat, (2005) yaitu : a. Klien Secara umum bahwa klien yang minum obat secara tidak teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Hasil penelitian menunjukkan 25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit jiwa tidak memakan obat secara teratur.
Klien
kronis,
khususnya
skizofrenia
sukar
mengikuti aturan minum obat karena adanya gangguan realitas dan ketidakmampuan mengambil keputusan. Di rumah sakit perawat bertanggung jawab dalam pemberian atau pemantauan pemberian obat, di rumah tugas perawat digantikan oleh keluarga. b. Dokter (pemberi resep) Minum obat yang teratur dapat mengurangi kekambuhan, namun pemakaian obat neuroleptik yang lama dapat menibulkan efek samping yang dapat menggangu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol. Pemberian resep diharapkan tetap waspada mengidentifikasi dosis terapeutik yang dapat mencegah kekambuhan dan efek samping.
22
c. Penanggung jawab klien (case manager) Setelah klien pulang ke rumah maka penanggung jawab kasus mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dengan klien, sehingga dapat mengidentifikasi gejala dini dan segera mengambil tindakan. d. Keluarga Ekspresi emosi yang tinggi dari keluarga diperkirakan menyebabkan kekambuhan yang tinggi pada klien. Hal lain adalah
klien
mudah
dipengaruhi
oleh
stress
yang
menyenangkan maupun yang menyedihkan. Keluarga mempunyai tanggung jawab yang penting dalam proses perawatan di rumah sakit jiwa, persiapan pulang dan perawatan di rumah agar adaptasi klien berjalan dengan baik. Kualitas dan efektifitas perilaku keluarga akan membantu proses pemulihan kesehatan klien sehingga status klien meningkat. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab kambuh gangguan jiwa adalah perilaku keluarga yang tidak tahu cara menangani klien Skizofrenia di rumah .
23
2.2. Keaslian penelitian Tabel I. Keaslian Penelitian No
Nama
Judul
Metode dan Hasil
Peneliti 1
Astri Eko Hubungan Sri
terapi Hasil
keluarga
penelitian
astri
dengan bahwa terapi keluarga ada
Handayani kekambuhan (2012)
dari
pasien hubungannya
dengan
perilaku kekerasan di kekambuhan pasien perilaku Ruang
Rawat
Inap kekerasan.
RSJD Surakarta 2
Sri
Hubungan
Sejatining
Pengetahuan Keluarga tersebut
adalah
sih Nunuk
Terhadap
yang
Kekambuhan dengan
Tingkat Adapun
hasil
Tingkat pengaruh Klien antara
tingkat
penelitian terdapat signifikan pengetahuan
Perilaku dengan tingkat kekambuhan.
Kekerasan di Rumah Dari 88 responden sebagian Sakit
Jiwa
Surakarta
Daerah besar mempunyai pengetahuan tinggi sebanyak 45 responden (51,1%), tingkat
responden
dengan
pengetahuan
sedang
sebanyak
34
responden
(38,6%) dan responden dengan pengetahuan rendah sebanyak 9 responden (10,3%). Dari hasil
perhitungan
hasil
bahwa
diperoleh
Pearson
Chi
Square sebesar 56,313 dengan signifikansi 0,000 3
Edi
Pengaruh
Wiyono
Keluarga
Dukungan Desain penelitian ini adalah terhadap kuantitatif
24
(2008)
Frekuensi Kekambuhan ekspalanatorydengan
studi
Pasien Skizofrenia di kasus kontrol. Pearson Chi IGD RSJD Surakarta
Square sebesar 56,313 dengan signifikansi 0,000.
25
2.3. Kerangka Teori
Faktor kekambuhan Penyebab gangguan Jiwa: a. Disability b. Distres c. Peningkatan resiko d. Tipe kepribadian · Ekstrovert dan introvert · Gapasioneer dem · Choleric · Sentimentil · Nervenzen · Flagmaciti · Sanguinic · Amform
a. b. c. d.
Gangguan jiwa pada Remaja
Kambuh
Gejala Kambuh Ragu,takut,nafsu makan menurun,sulit konsentrasi,depresi, sulit tidur, menarik diri,tidak ada minat
Jenis a. b. c. d.
Klien Dokter Case manager keluarga
Tanda dan gejala
Skizofrenia Depresi Kecemasan Perilaku anak dan remaja e. Gangguan Mental Organik f. Psikosomatis g. Retardasi mental
a. b. c. d. e.
Ketegangan Gangguan kognisi pada persepsi Gangguan kemauan Gangguan psikomotor Gangguan emosi
Gambar 2. Kerangka Teori ( Hawari, 2009; Iyus yosef, 2009; Purwa, 2012)
26
2.4. Kerangka Konsep
Variabel bebas
Variabel terikat
Tipe kepribadian
Kekambuhan gangguan jiwa pada Remaja
Gambar 3. Kerangka konsep
2.5. Hipotesa Penelitian Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah Penelitian ( Sugiyono,2010) H1 atau Ha
: Ada hubungan antara tipe kepribadian dengan kekambuhan gangguan jiwa pada remaja
Ho
: Tidak ada hubungan antara tipe kepribadian dengan kekambuhan gangguan jiwa pada remaja
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah Penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian korelasional yaitu penelitian dengan menggunakan konsep statistik sebagai analisis data dan adanya pengaruh antara dua variabel pada suatu sisi kelompok subyek yang digunakan untuk melihat adanya pengaruh antara variabel yang satu dengan yang lainya (Sugiyono, 2006) Pendekatan yang dilakukan dengan cross sectional yaitu
suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( point time approach) (Notoatmojo,2005). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Ruang rawat inap RSJD Surakarta pada tanggal 22 Mei sampai dengan 22 Juni 2015. 3.3. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
27
28
(Sugiyono, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien remaja yang dirawat di ruang tenang ( sub akut) di RSJD Surakarta dan jumlah pasien 120 pasien remaja. 2.
Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Besar sampel untuk penelitian dapat ditentukan dengan rumus (Nursalam, 2008): n=
N 120 2 = 2 1 + N (d ) 1 + 120(0,1) =
120 1 + 120(0,01)
=
120 = 54,5 1,012
Jadi sampel yang peneliti gunakan adalah 54,5 dibulatkan menjadi 55 pasien gangguan jiwa pada remaja. Keterangan : n
: Jumlah sampel
N
: Jumlah populasi
d
: Tingkat signifikan
Dari penghitungan sampel diatas maka penulis akan menggunakan sampel sejumlah 54,5dibulatkan menjadi 55 pasien gangguan jiwa pada remaja. Tehnik sampling yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah probality sampling yaitu bahwa setiap subyek dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel (Sugiyono 2009). Untuk pengambilan sampel dengan Tehnik Proportionated random
29
sampling populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen yaitu dengan penentuan sampel sesuai dengan proporsi tiap ruangan. Ruangan yang peneliti gunakan adalah Drupadi, Srikandi, Larasati, Ayodya, Abimanyu, Sadewa, Nakulo, Kreshna. Rumus persempel
Keterangan
ൌ
ܰ݅ ܺ݊ ܰ
ni = jumlah sampel menurut stratum Ni= jumlah populasi menurut stratum N= jumlah populasi keseluruhan n= jumlah sampel keseluruhan Penghitungan untuk sampel keseluruhan : 1.
2.
Ruang Drupadi ni =
Ni xn N
ni =
13 x55 = 5,9 dibulatkan menjadi 6 pasien 120
Ruang Srikandi ni =
Ni xn N
ni =
21 x55 = 9,6 dibulatkan menjadi 10 pasien 120
30
3.
4.
5.
6.
7.
Ruang Larasati ni =
Ni xn N
ni =
18 x55 = 8,2 dibulatkan menjadi 8 pasien 120
Ruang Arjuna ni =
Ni xn N
ni =
13 x55 = 5,9 dibulatkan menjadi 6 pasien 120
Ruang Abimanyu ni =
Ni xn N
ni =
16 x55 = 7,3 dibulatkan menjadi 7 pasien 120
Ruang Nakula ni =
Ni xn N
ni =
16 x55 = 7,3 dibulatkan menjadi 7 pasien 120
Ruang Sadewa ni =
Ni xn N
ni =
11 x55 = 5,04 dibulatkan menjadi 5 pasien 120
31
8.
Ruang Kresna ni =
Ni xn N
ni =
12 x55 = 5,5 dibulatkan menjadi 6 pasien 120
Kriteria pasien yang diambil adalah sebagai berikut : a. Kriteria Inklusi 1) Pasien remaja usia 11 - 22 tahun yang sedang dirawat inap di RSJD Surakarta 2) Bersedia menjadi responden 3) Pasien remaja yang mampu berkomunikasi secara verbal dan kooperatif. b. Kriteria Ekslusi 1)
Pasien usia remaja yang sudah menikah
2)
Pasien dengan gangguan mental organik atau retardasi mental.
3)
Tidak bisa membaca atau menulis.
3.4. Variabel , Definisi Operasioal, dan Skala Pengukuran 1. Variabel a. Variabel independen (Variabel bebas) yaitu variabel yang nilainya menentukan variabel yang lain. Variabel independen pada penelitian ini adalah tipe kepribadian.
32
b. Variabel dependen (Variabel Terikat) yaitu variabel yang nilainya ditentukkan oleh variabel yang lain. Variabel dependen pada penelitian ini Kekambuhan pasien gangguan jiwa pada remaja. 2. Definisi Operasional No 1
2
Variabel Independent : Tipe kepribadian adalah corak atau tingkah laku yang dilakukan seseorang meliputi Tipe kepribadian introvert dan ekstrovert. Dependent: Kekambuhan pasien gangguan jiwa pada remaja Kekambuhan yaitu kondisi pasien dirawat kembali dengan sakit yang sama dan dirawat kembali.
Alat ukur Hasil Ukur Kuisioner Introvert : 1 Dengan jumlah 40 item Ekstrovert: 2 Pernyataan. Ekstrovert 20 Ya : 2 Tidak : 1 Pernyataan Introvert 20 pernyataan Ya :1 Tidak : 2
Data Medik
Rekam
Rendah: 2-3 kali sedang: 4-5 kali Tingg :> 6 kali
Skala Nominal
Jumlah Ordinal Berapa kali pasien di rawat dalam 2 Tahun terakhir Rendah : 1 Sedang : 2 Tinggi : 3
3.5. Alat penelitian dan cara pengumpulan data 1. Alat
Penelitian
digunakan
untuk
mengetahui
tipe
kepribadian
menggunakan kuesioner sejumlah 40 item 20 pernyataan pada no ganjil untuk menentukan Tipe introvert dengan nilai 40-60 jawaban ya dengan nilai 1 jawaban tidak dengan nilai 2 dan 20 item pada no genap ekstrovert
33
dengan nilai 61-80 jawaban ya diberi nilai 2 dan jawaban tidak diberi nilai 1 untuk nilai. Kekambuhan dapat dilihat melalu catatan medis sesuai dengan register dan pencatatan rawat inap pasien selama 2 tahun terakhir dengan penghitungan rendah : 2-3 kali, sedang:4-5 kali tinggi :> 6 kali. 2. Prosedur Pengumpulan data Jalannya penelitian dilaksanakan sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan ( Tahap Orientasi) a. Persiapan kuesioner dan format observasi yang disusun oleh peneliti. b. Pengurusan perijinan dan meminta kesediaan subyek penelitian atas partisipasi dalam penelitian yang dilakukan. c. Uji coba kuesioner telah dilaksanakan di RSJ Soedjawardi Klaten pada tanggal 12 Mei sampai dengan 21 Mei 2015 Pemilihan subyek penelitian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dengan jumlah responden 30 responden. 2. Pelaksanaan Penelitian Penelitian telah
dilaksanakan pada bulan Tanggal 22 Mei sampai
dengan 22 Juni 2015
di RSJD Surakarta. Pelaksanaan penelitian ini
dimulai dengan menjelaskan tujuan penelitian, kemudian memberikan informed concent kemudian melakukan pengambilan data dengan cara membagikan kuesioner kepada responden.
34
3. Pelaporan Penyelesaian penelitian dilakukan dengan pengolahan dan analisa data yang telah didapatkan, selanjutnya dilakukan penyusunan dalam bentuk laporan penelitian. Pelaporan penelitian akan dilakukan dengan SPSS versi 17 3. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Validitas Validitas adalah alat seberapa cermat suatu alat ukur itu melakukan fungsi ukurnya. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dan variabel yang diteliti secara cermat. Tinggi rendahnya validitas dari instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto, 2006). Uji validitas telah dilaksanakan di RSJD Klaten dengan 30 sampel pada tanggal 12 Mei sampai dengan 21 Mei 2015. Rumus penghitungan validitas dengan rumus korelasi product moment dari Pearson yaitu : rxy =
N å xy - (å x )(å y )
{N.å x
2
}{
- (å x ) N .å y 2 2
Keterangan : x
: Pertanyaan nomer tertentu
y
: Skor total
N
: Jumlah responden
(å y )} 2
35
Hasil perhitungan tiap-tiap item akan dibandingkan dengan tabel nilai Product Moment. Jika r hitung lebih besar dari koefisien nilai tabel kritis, maka instrumen yang diujicobakan dinyatakan valid. Instrument diuji cobakan pada 30 pasien di Rumah Sakit Soedjarwadi klaten dan merupakan sampel penelitian dengan didapatkan nilai r hitung 0,380 – 0,826 berarti dapat disimpulkan bahwa instrument ini valid. b. Realibilitas Reliabilitas alat ukur pada prinsipnya menunjukkan sejauh mana suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik (Suharsimi, 2008). Reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini diukur dengan uji reliabilitas alpha cronbachyaitu : 2 é k ù é1 - d ù Rn = ê úê 2 ú ë k - 1û ë d û
Keterangan : Rn
: Reliabilias instrumen
k
: Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya butir soal
åd d21
2
b : Jumlah varian butir
: Varian total Uji reliabilitas adalah untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2009). Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
36
Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistik Cronbach Alfa (α). Suatu variable dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach’s Alfa > 0,70. sedangkan, jika sebaliknya data tersebut dikatakan tidak reliable (Ghozali, 2009). Instrument diuji cobakan pada 30 klien Rumah Sakit Soedjarwadi klaten dan merupakan sampel penelitian dengan didapatkan nilai Alfa Cronbach 0,939 berarti dapat disimpulkan bahwa instrument ini reliabel karena nilai Alfa Cronbach melebihi 0,70. 3.6. Tehnik pengolahan dan Analisa Data 1. Tehnik pengolahan data a. Editing Setelah data dikumpulkan maka dilakukan koreksi terhadap kelengkapan data dengan meneliti kembali kelengkapan pengisian, keterbacaan, kejelasan makan jawaban, menghilangkan keragu-raguan data, relevansi jawaban dan keseragaman satuan data. b. Coding Mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya dengan cara menandai masing-masing jawaban dengan skor jawaban. 1. Tipe kepribadian : a. Kode 1 untuk pasien introvert dengan skor 30-45 b. Kode 2 untuk pasien ekstrovert dengan skor 46-60
37
2. Kekambuhan a) Kekambuhan Ringan dengan kode 1 : Skor 2-3 kali b) Kekambuhan sedang dengan kode 2 : Skor 4-5 kali c) Kekambuhan Berat dengan kode 3 : Skor > 6 kali. c.
Entry Data Entry data dilakukan dengan komputer menggunakan software SPSS for windows versi 17.0 e.
d.
Clearing Peneliti mengoreksi data bila ditemukan penomoran yang salah atau huruf-huruf yang kurang jelas.
e.
Tabulating Mengelompokkan data ke dalam bentuk tabel tertentu menurut sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian diamsukkan dalam tabel.
3.
Analisa data a. Analisis Univariat Dalam penelitian ini, analisis univariat dilakukan pada karakteristik responden dan variabel penelitian. Data dinyatakan dengan distribusi frekuensi dan persen (%). Analisa univariat meliputi : 1. Karakteristik Pasien : usia, jenis kelamin
38
2. Tipe kepribadian remaja di RSJD Surakarta: introvert dan ekstrovert 3. Kekambuhan jiwa pada remaja di RSJD Surakarta : Kekambuhan ringan, sedang ,berat b. Analisis Bivariat Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antar variabel independent dan variabel dependent.
Dalam Penelitian ini
menganalisa hubungan 2 variabel yaitu tipe kepribadian dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa pada remaja. Analisis
menggunakan
analisis
Kendalls
Tau Corelation.
Penggunaan Kendalls Tau Corelation sesuai untuk analisa dalam penelitian ini karena mampu mengukur keeratan hubungan diantar 2 variabel dengan data ordinal yang terdistribusi Uji Korelasi Kendall Tau (τ) . Menurut Sugiyono (2010)
korelasi Kendall Tau (τ)
digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih, bila data berbentuk ordinal atau rangking. Teknik ini digunakan untuk menganalisis sampel yang jumlah anggotanya lebih dari 10. τ= ΣA – Σ B N (N – 1) 2 Keterangan : τ= koefisien korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1< τ< 1) A= jumlah rangking atas
39
B= jumlah rangking bawah n = jumlah anggota sampel Hasil dari uji reabilitas diatas sebagai berikut : 1) Apabila τ > 0,05 maka H1 ditolak atau H0 diterima artinya tidak ada hubungan antara tipe kepribadian dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa pada remaja di RSJD Surakarta. 2) Apabila τ < 0,05 maka H1 diterima atau H0 ditolak artinya ada hubungan antara tipe kepribadian dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa pada remaja di RSJD Surakarta. Hasil dari analisis bivariat di dapatkan hasil 0,01 maka hal ini dinyatakan bahawa ada hubungan antara tipe kepribadian dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa pada remaja di RSJD Surakarta karena hasil 0,01< 0,05. 3.7. Etika Penelitian Etika penelitian ini meliputi : 1. Melakukan perijinan atau surat-menyurat pada tempat penelitian dan yang terkait dengan penelitian. 2. Informed Consent (Lembar persetujuan) Diberikan kepada informan yang
diteliti. Tujuannya adalah agar
subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian jika subyek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan, jika subyek menolak untuk diteliti maka tidak dipaksa dan tetap menghormati haknya.
40
3. Anonimity (Tanpa nama) Dalam penelitian ini diperhatikan azas anonimitas yaitu tanpa mencantumkan nama informan atau sampel untuk menjaga privacy informan. 4. Confidentiality (Kerahasiaan) Dalam penelitian ini
diperhatikan azas kerahasiaan yaitu menjaga
informasi dari catatan medis, sampel atau informan dan tidak menyebar luaskan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta merupakan rumah sakit pemerintah yang didirikan tahun 1918 dan diresmikan pada tanggal 17 Juli 1919 yang menempati areal seluas ± 0,65 Ha dengan kapasitas tampung sebanyak 200 tempat tidur. Dalam pembengunannya daya tampungnya menjadi
216
tempat
tidur.
Berdasarkan
SK
Menkes
RI
No.
135/SK/Menkes/IV/1978 ditetapkan sebagai rumah sakit jiwa tipe A dengan eselen IIB. Tanggal 3 Pebruari 1986 Rumah Sakit Jiwa Surakarta menempati lokasi baru ditepian sungai Bengawan Solo seluas 10 Ha dengan daya tampung saat ini tersedia 256 tempat tidur dengan prospek masa depan sesuai program 7 (tahap) pembangunan penuh dapat menampung 700 tempat tidur. Pada 14 Maret 1987 gedung perkantoran RSJ yang baru diresmikan pemakaiannya oleh bapak Menkes RI NJo. 097/Menkes/SK/II/1991 tentang pedoman tata persuratan Depkes RI maka rumah sakit jiwa Surakarta berubah nama menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Pelayanan di RS Jiwa Surakarta meliputi pelayanan pencegahan, rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, penunjang diagnostik, pelayanan terapi Bio-psiko-sosial dan pelayanan rehabilitasi. Pada tahun 2012 didirikan instalasi pertumbuhan dan perkembangan anak
41
yang digunakan untuk
42
melakukan perawatan dan konsultasi bagi pasien anak yang mengalami kelainan perilaku dan gangguan jiwa serta didirikan psikologi eksekutif yang diperuntukkan pasien umum selain pasien yang mengalami gangguan jiwa. Pada tahun 2012 untuk poliklinik gigi berdiri sendiri yang juga melayani pasien umum selain pasien yang mengalami gangguan jiwa. 4.2. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden a. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.1. Distribusi frekuensi pasien remaja berdasarkan jenis kelamin di RSJD Surakarta tahun 2015 (n = 55) Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki
13
23,6
Perempuan
42
76,4
Jumlah
55
100,0
Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat diketahui bahwa pasien yang menjadi responden penelitian terdiri dari 13 orang ( 23,6%) berjenis kelamin laki-laki
dan 42 orang (76,4%) berjenis kelamin
perempuan. b. Distribusi responden Berdasarkan Usia Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia di RSJD Surakarta Tahun 2015 (n = 55) Usia Pasien (tahun)
Frekuensi
Persentase (%)
≥17
31
56,3
<17
24
43,7
Jumlah
55
100,0
43
Berdasarkan tabel 4.2. di atas dapat diketahui bahwa pasien yang menjadi responden penelitian terdiri dari usia yang kurang dari 17 tahun dan Pasien yang menjadi responden penelitian ini paling banyak (56,3%) berasal dari kelompok umur ≥17 tahun. c. Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.3. Distribusi frekuensi pasien berdasarkan pendidikan di RSJD Surakarta Tahun 2015 (n = 55) Pendidikan Responden Frekuensi
Persentase (%)
SD
13
23,6
SMP
16
29,0
SLTA
26
47,4
Jumlah
55
100,0
Berdasarkan tabel 4.3. diatas dapat
diketahui bahwa
pendidikan responden paling banyak adalah SLTA sejumlah 26 orang ( 47,4%) dan paling sedikit adalah pendidikan SD sejumlah 13 orang ( 23,6%). 2. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan masingmasing variabel penelitian yaitu kekambuhan dan tipe kepribadian a. Berdasarkan tipe kepribadian Tabel.4.4. Distribusi frekuensi berdasarkan Tipe kepribadian di RSJD Surakarta Tahun 2015 (n = 55) Tipe kepribadian Frekuensi Prosentase Ekstrovert
25
45,4%
Introvert
30
54,6%
Jumlah
55
100%
44
Berdasarkan tabel 4.4 di ketahui bahwa dari 55 responden yang berada di RSJD Surakarta yang mengalami kekambuhan dengan tipe introvert lebih banyak yaitu 30 orang (54%) dan yang ekstrovert 25 responden ( 45,6%). b. Berdasarkan Tingkat Kekambuhan Tabel.4.5.
Distribusi frekuensi pasien berdasarkan Kekambuhan di RSJD Surakarta Tahun 2015 (n = 55)
Tingkat Kekambuhan
Frekuensi
Persentase (%)
Rendah
16
29,1
Sedang
28
50,9
Tinggi
11
20,0
Jumlah
55
100,0
Berdasarkan tabel diatas
dapat dilihat bahwa pasien yang
mengalami kekambuhan sedang sejumlah
27 pasien atau (49,1%).
Sedangkan pasien yang tingkat kekambuhan rendah dengan jumlah 16 responden (29,1%) serta dengan kekambuhan tingkat tinggi sejumlah 11 responden (20,0). 3. Analisis Bivariat Hubungan Tingkat kekambuhan berdasarkan tipe kepribadian Tabel 4.6.Distribusi Silang Responden berdasarkan Tingkat kekambuhan dan Tipe kepribadian Tipe
Tingkat kekambuhan
Kepribadian
Tinggi
Sedang
Rendah
Ekstrovert
10
9
6
25
Introvert
6
19
5
30
Total
16
28
11
55
Total
45
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat kekambuhan tingkat sedang yang paling banyak baik pasien kepribadiannya ekstrovert maupun introvert yaitu dari 55 responden ada 28 responden yang mengalami kekambuhan sedang. Tabel 4.6. Hasil Uji Kendalls Tau Variabel
P valve
Hubungan antara tipe
0,000
r 0,486
kepribadian dan kekambuhan
Berdasarkan hasil uji analisis dapat diketahui p valve tabel sebesar 0,000<0,05 maka disini dikatakan bahwa adanya hubungan antara tipe kepribadian dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa pada remaja. Nilai r = 0,486 artinya ada hubungan antara tipe kepribadian dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa pada remaja di RSJD Surakarta.
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Tipe kepribadian Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tipe kepribadian paling banyak adalah introvert sejumlah 30 responden (54,50%) Hal tersebut sesuai dengan
teori (Purwa A 2012) menyatakan bahwa pasien yang
mempunyai tipe kepribadian Introvert perhatiannya lebih mengarah pada dirinya. Sifat yang dimiliki oleh orang yang berkepribadian introvert adalah cenderung diliputi kekawatiran, mudah malu dan canggung, lebih senang bekerja sendiri, sulit menyesuiakan diri dan jiwanya agak tertutup. Ciri lain dari seseorang yang introvert misalnya cenderung menarik diri dari lingkungan, lemah dalam penyesuaian sosial, lebih menyukai kegiatan dalam rumah, menunjukkan ciri sangat tenang, santai, tidak memiliki ambisi berlebihan, kurang rentan terhadap stres kerja dan penyakit jantung. Tipe kepribadian merupakan salah satu penyebab gangguan jiwa. Seseorang yang memiliki kepribadian pendiam atau introvert lebih rentan terjadi gangguan kejiwaan ( Dadang Hawari 2009 ). Gangguan kepribadian dapat berlangsung lama karena karakteristik kepribadian tidak mudah diubah (Videbeck, 2008 ). Menurut pendapat Rio Yanuar tahun 2009 dengan judul analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian gangguan jiwa di desa paringan kecamatan jenangan kabupatenPonorogoditemukan bahwa
46
jumlah
47
penderita gangguan jiwa dengan tipe kepribadian ekstrovert di desa Paringan sebesar 13,33% atau 4 responden Umumnya pasien yang mempunyai tipe kepribadian ini apabila bertemu dengan orang lain cenderung akan berinteraksi. Sisanya sebesar 86,67% atau 26 responden dengan tipe kepribadian introvert. Besarnya jumlah tersebut menegaskan bahwa mayoritas pasien memiliki tipe kepribadian introvert. Tipe kepribadian
introvert
lebih
tertuju
kepada
tenaga/potensi
yang
mendasarinya, orang dengan tipe kepribadian introvert bersifat intuitif dan berkecenderungan menghayal, merenung dan merencanakan serta raguragu dalam mencapai keputusan akhir. Remaja sudah mulai pengungkapan kebebasan diri, mencari teman sebaya lebih selektif, memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya, dapat mewujudkan perasaan cinta dan memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak (Widyastuti dkk, 2009). 5.2. Kekambuhan Dari hasil analisa data peneliti bahwa dari 55 responden ada paling banyak ada 17 responden yang mengalami kekambuhan berulang. Pasien gangguan jiwa akan mengalami kekambuhan salah satu faktornya adalah dirinya sendiri. Seorang remaja akan mencari jati dirinya dan apabila tidak sesuai dengan keinginannya maka seorang remaja akan mengalami gangguan jiwa. Dalam hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh (Akbar 2008). Ada beberapa hal yang bisa memicu kekambuhan skizofrenia, antara lain tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter
48
secara teratur, menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya dukungan dari keluarga dan masyarakat, serta adanya masalah kehidupan yang berat yang membuat gangguan jiwa . Apabila seorang remaja dalam mencari jati diri dengan baik maka mereka akan mendapatkan ketahanan mental yang bagus sehingga tidak akan mengalami kekambuhan. Apabila pasien remaja sudah mengalami gangguan jiwa maka pasien remaja tersebut tidak mampu mengambil keputusan dan rentan terjadi gangguan jiwa apabila dukungan keluarga tidak ada. Sesuai dengan teori Keliat (2009) mengatakan bahwa ketidakmampuan pengambilan keputusan dapat menjadikan penyebab kekambuhan pasien gangguan jiwa. Hal ini di dukung oleh Akbar (2008), salah satu faktor yang dapat memicu kekambuhan adalah kurangnya dukungan dari keluarga. Menurut Iyus Yosef (2009) mengatakan bahwa seorang yang menginjak masa remaja akan terjdi perubahan pada fisik baik pada seorang wanita atau laki-laki. Pada kejiwaaanya akan terjadi pergolakan yang hebat Pada masa ini seorang remaja , mencoba kemampuannya dan adanya sifat egosentrik yaitu bersiat menentang terhadap otoritas , senang berkelompok dan idelais. 5.3. Hubungan tipe kepribadian dengan kekambuhan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara tipe kepribadian dengan kekambuhan pasien gangguan jiwa pada remaja
49
karena p valve ( 0,000) hal ini dikatakan bahwa penelitian ini adalah signifikan. Menurut pendapat Iyus Yosef (2009) kepribadian juga turut menjadi penyebab gangguan jiwa. Seseorang yang memiliki kepribadian pendiam atau introvert lebih rentan terjadi gangguan kejiwaan. Keseluruhan partisipan merupakan tipe pribadi yang pendiam dan rapi dalam menyimpan permasalahan, dan seolah-olah tidak memiliki permasalahan. Penderita psikotik mengelola konflik dan pemasalahan hidupnya adalah dengan diam dan memendam di dalam dirinya sendiri. Strategi memendam di dalam tidak hanya cermin kepribadian secara individu, tetapi juga telah berakar dalam budaya jawa. Dengan kata lain, mengontrol emosi dengan memendam didalam terlalu kuat mengakibatkan gangguan perilaku seperti ngamuk. Akbar (2008) juga mengungkapkan bahwa Tipe kepribadian introvert perhatiannya lebih mengarah pada dirinya. Sifat yang dimiliki oleh orang yang berkepribadian introvert adalah cenderung diliputi kekawatiran, mudah malu dan canggung, lebih senang bekerja sendiri, sulit menyesuiakan diri dan jiwanya agak tertutup. Penelitian yang dilakukan oleh Astri Eko Sri Handayani (2012) menunjukkan bahwa pasien dapat terjadi kekambuhan karena adannya dukungan keluarga, dalam hal ini pasien yang peneliti lakukan adalah seorang remaja sehingga dukungan keluarga sangatlah diperlukan sehingga pasien yang mengalami gangguan jiwa tidak terjadi kekambuhan
50
yang berulang. Pasien remaja perlu pengawasan orang tua karena ada beberapa perkembangan pasien remaja yang mengalami kebinggungan memilih seorang teman atau bingung mencari jati dirinnya. Dengan demikian maka pasien yang mengalami gangguan jiwa pada remaja memerlukan kewaspadaan agar tidak terjadi kekambuhan yang berulang.
BAB VI PENUTUP
6.1. SIMPULAN 1. Tipe kepribadian responden terbanyak di RSJD Surakarta
adalah
introvert sejumlah 30 responden( 54,5%). 2. Kekambuhangangguan jiwa pada remajadi RSJDSurakarta yang terbanyak adalah 28 responden (50,9%) 3. Ada hubungan antara tipe kepribadian dengan kekambuhan gangguan jiwa pada remaja di RSJD Surakarta dengan nila p value0,000. Berdasarkan hasil uji analisis dapt diketaui p value 0,000<0,05 dan nilai r= 0.486.
6.2. SARAN 1. Bagi Instansi RSJD Surakarta Sebaiknya instansi lebih memperhatikan pasien gangguan jiwa pada remaja terutama pasien yang mempunyai kepribadian introvert sehingga dalam melakukan perawatan terhadap pasien dapat maksimal. Tindakan yang dilakukan oleh instansi adalah melakukan pelatihan khusus pada perawat tentang bagaimana merawat pasien dengan tipe kepribadian yang berbedabeda sehingga kita sebagai perawat dapat merawat pasien sebaik mungkin sehingga tidak terjadi kekambuhan yang berulang. 2. Bagi Intitusi pendidikan Sebaiknya intitusi pendidikan selalu menerapkan pada anak didiknya untuk melakukan tindakan perawatan sesuai dengan teori yang telah di dapat
51
52
sehingga pasien remaja dapat di rawat dengan baik dan selanjutnya pasien tersebut tidak mengalami kekambuhan. 3. Bagi peneliti lain Peneliti lain sebaiknya melakukan penelitian tentang kekambuhan jiwa dengan penyebab kekambuhan yang berbeda agar keluarga dan masyarakat mengetahui bagaimana pasien jiwa dapat terjadi kambuh. 4. Bagi peneliti Peneliti sebaiknya selalu meningkatkan ilmu pengetahuannya tentang bagaimana merawat pasien remaja yang mengalami gangguan jiwa sehingga tidak terjadi kekambuhan yang berulang.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, M, 2008, Skizofrenia psikosa (sakit jiwa). Jakarta ,Balai Pustaka Azwar S,. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta : Rineka Cipta. Andri, 2008, Kongres Nasional Skizofrenia V Closing The Treathment Gap for Schizophrenia. Dariyo,2004, Psikologi perkembangan Remaja, EGC, Jakarta Hawari D,.2009. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. edisi 1. Jakarta : FKUI Hawari, D., 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa : Skizorenia. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Iyus Yosep, S.Kp., M. Si, Keperawatan Jiwa, Refika Aditama Bandung, 2009 Isaacs, A., 2005, Panduan Belajar : Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik, Edisi 3, EGC, Jakarta Keliat, B.A., 2005, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, EGC, Jakarta NIMH, 2011, The Number Count Rental Disorder In Amerika Notoatmodjo S,. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. (Edisi Pertama). Jakarta: Salemba Medika
Ilmu
Notosoedirjo dan latipun,2005, Kesehatan mental Konseling dan penerapan, EGC, Jakarta Rio
Yanuar,2009, Analisis factor yang berhubungan dengan gangguanjiwa di kecamatan jenangan kabupaten Ponorogo.
kejadian
Sarwono,2004, Pengaruh Opini Pbulik Terhadap Teori Diagnosa Dan Terapi Gangguan Jiwa,EGC,Jakarta Soejatiningsih, 2004, Tumbuh kembang anak, EGC Jakarta
53
54
Suharsimi A,. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Sugiyono, 2010. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Videbeck,Sheilla, 2008, Buku Ajar keperawatan Jiwa , EGC, Jakarta